• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Unmet Need KB terhadap Kehamilan di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Unmet Need KB terhadap Kehamilan di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH UNMET NEED KB TERHADAP KEHAMILAN DI PUSKESMAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2014

TESIS

Oleh

ELSARIKA DAMANIK 127032125/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH UNMET NEED KB TERHADAP KEHAMILAN DI PUSKESMAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2014

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ELSARIKA DAMANIK 127032125

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : PENGARUH UNMET NEED KB TERHADAP KEHAMILAN DI PUSKESMAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2014

Nama Mahasiswa : Elsarika Damanik Nomor Induk Mahasiswa : 127032125

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(dr. Rahayu Lubis, M.Kes, Ph.D) (Asfriyati, S.K.M, M.Kes

Dekan

(

)

Ketua Anggota

Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(4)

Telah Diuji

Pada Tanggal : 29 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : dr. Rahayu Lubis, M.Kes, Ph.D Anggota : 1. Asfriyati, S.K.M, M.Kes

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH UNMET NEED KB TERHADAP KEHAMILAN DI PUSKESMAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2014

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh Kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2014 Penulis

(6)

ABSTRAK

Unmet need KB adalah kelompok wanita yang sudah tidak ingin mempunyai anak lagi atau ingin menjarangkan kehamilannya sampai dengan 24 bulan namun tidak menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh unmet need KB terhadap kehamilan di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.

Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan desain cross sectional. Penelitian dilakukan terhadap ibu yang hamil karena tidak menggunakan alat kontrasepsi di Puskesmas Helvetia pada bulan Juni-Juli 2014. Sampel dalam penelitian adalah ibu hamil sebanyak 107. Instrumen penelitian berupa kuesioner tentang unmet need KB, kehamilan dan pengetahuan ibu tentang jenis/cara KB sebanyak 26 pertanyaan.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat 39 orang (36,4%) yang hamil karena tidak menngunakan alat kontrasepsi. Hasil menunjukkan unmet need KB mempunyai pengaruh terhadap kehamilan (p=0,001). Unmet need KB berpeluang 8,67 kali dapat mengalami kehamilan. Ada pengaruh umur, jumlah anak dan pengetahuan tentang jenis alat / cara KB terhadap kehamilan.

Diharapkan petugas kesehatan Puskesmas Helvetia agar lebih memperhatikan ibu unmet need KB, berpengetahuan rendah tentang jenis alat / cara KB, masih produktif. Kader kesehatan perlu lebih diaktifkan untuk membantu petugas kesehatan dalam memotivasi ibu yang tidak bersedia mengikuti program KB di wilayah tersebut. Dengan demikian diharapkan hal tersebut dapat menurunkan angka unmet need KB.

(7)

ABSTRACT

Unmet need for family planning is a group of women who had not wanted to have more children or want to space their pregnancies up to 24 months but did not use contraceptives to prevent pregnancy. The purpose of this study was to determine the influence of the unmet need for family planning health center pregnancy in Medan Helvetia 2014.

This research is explanatory research with cross sectional design. Research conducted on pregnant women because it does not use contraceptives at the health center Helvetia in June-July 2014 sample in the study were pregnant women as much 107. research instrument is a questionnaire about family planning unmet need, pregnancy and maternal knowledge about the type / family planning method were 26 questions.

The results showed there were 39 persons (36.4%) were pregnant because they do not use any contraceptives. The results indicate an unmet need birth has an influence on the pregnancy (p = 0.001). Unmet need for family planning 8.67 times likely to be experiencing pregnancy. There is the influence of age, number of children and knowledge about the types of tools / planning method against pregnancy.

Helvetia PHC health workers are expected to pay more attention to the mother unmet need for family planning, low knowledge able about the types of tools / planning method, is still productive. Health workers need to be activated to assist health workers in motivating mothers who are not willing to follow the family planning program in the region. It is hoped that it can reduce the number of unmet need for family planning.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat-Nya

penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengaruh Unmet Need KB terhadap Kehamilan di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014” dalam rangka memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Program Studi S-2 Fakultas Ilmu

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari dalam penulisan tesis ini banyak mengalami kesulitan,

akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan

tesis ini, untuk itu dalam kesempatan yang berbahagia ini penulis menyampaikan rasa

hormat dan terima kasih kepada bapak/ibu :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, Sp.A(K) selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mengikuti pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat

Studi Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan Dr.

Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

(9)

Utara serta jajarannya yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama

penulis mengikuti pendidikan.

4. dr. Rahayu Lubis, M.Kes, Ph.D, selaku pembimbing 1 saya yang telah banyak

memberikan waktunya dalam membimbing saya selama penulisan tesis ini.

5. Ibu Asfriyati, S.K.M, M.Kes, selaku pembimbing II saya yang juga telah banyak

memberikan arahan dan masukan dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Drs. Abdul Jalil AA, M.Kes, selaku penguji I saya yang banyak memberikan

masukan atau saran untuk kesempurnaan tesis ini.

7. dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K, selaku penguji II saya yang banyak

memberikan masukan atau saran untuk kesempurnaan tesis ini.

8. Seluruh Staff dan dosen Program Studi S-2 Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara yang secara langsung banyak memberikan ilmu

kepada penulis selama menjalani pendidikan.

9. Kepada semua keluarga tercinta, atas segala doa dan dukungannya dalam

memberi materi, semangat dan perhatiannya kepada penulis dalam penuyusunan

(10)

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk

kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan dalam kesehatan masyarakat. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih

Medan, Oktober 2014 Penulis,

(11)

RIWAYAT HIDUP

Elsarika Damanik lahir pada tanggal 29 November 1987 di Dolok Morawa,

anak ke 6 dari 6 bersaudara dari pasangan ayahanda Alm. Makmen Damanik dan

ibunda Almh. Fatimah Purba.

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di Sekolah Dasar Negeri

Impres Dolok Marawa selesai tahun 2001, Sekolah Lanjutan Tingkat Permata (SLTP)

Negeri 1 Silau Kahean selesai tahun 2003, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Ostrom

Methodist Tebing Tinggi selesai tahun 2006, Pendidikan D-III Kebidanan STIKes

Mutiara Indonesia Medan selesai 2009, Pendidikan D-IV Bidan Pendidik Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara selesai 2011.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Minat studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2012 dan akan menyelesaikan studi tahun

(12)

DAFTAR ISI

2.2. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) ... 8

2.2.1. Pengertian Kehamilan Tidak Diinginkan ... 8

2.2.2. Alasan Kehamilan Tidak Diinginkan ... 9

2.2.3. Penyebab Kehamilan yang Tidak Diinginkan ... 11

2.2.4. Akibat yang Ditimbulkan oleh Kehamilan yang Tidak Diinginkan ... 11

2.3. Unmet Need KB ... 13

2.3.1. Kesalahan Pemakaian Kontrasepsi ... 21

2.3.2. Larangan/Oposisi Suami ... 24

2.4. Unmet Need KB terhadap Kehamilan ... 25

2.4.1. Beberapa Faktor yang Berpengaruh terhadap Unmet Need KB dan Kehamilan ... 26

2.5. Landasan Teori ... 33

2.6. Kerangka Teori ... 36

2.7. Kerangka Konsep Penelitian ... 37

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 38

3.1. Jenis Penelitian ... 38

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 38

(13)

3.3. Populasi dan Sampel ... 39

3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 43

3.7. Aspek Pengukuran ... 44

3.8. Metode Analisis Data ... 46

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 48

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 48

4.1.1. Lokasi Puskesmas Helvetia ... 48

4.1.2. Data Sarana Puskesmas Helvetia ... 48

4.2. Karakteristik Responden ... 49

4.3. Analisis Unviariat ... 50

4.4.1. Hubungan Unmet Need KB dengan Kehamilan di Puskesmas Helvetia Medan ... 52

4.4.2. Hubungan Variabel Counfounding dengan Kehamilan di Puskesmas Helvetia Medan ... 52

4.5. Analisis Multivariat ... 55

4.6. Pemeriksaan Interaksi ... 58

(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1. Tabel Aspek Pengukuran ... 46

4.1. Data Gerakan Sayang Ibu (GSI) di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Periode Januari-Juni 2014 ... 48

4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Puskesmas Helvetia Medan ... 49

4.3. Distribusi Frekuensi Unmet Need KB di Puskesmas Helvetia Medan ... 50

4.4. Distribusi Frekuensi Unmet Need KB Berdasarkan Penyebab di Puskesmas Helvetia Medan ... 50

4.5. Distribusi Frekuensi Kehamilan di Puskesmas Helvetia Medan ... 51

4.6. Distribusi Pengetahuan tentang Jenis Alat/Cara KB di Puskesmas Helvetia Medan ... 51

4.7. Hubungan Unmet Need KB dengan Kehamilan di Puskesmas Helvetia Medan ... 52

4.8. Hubungan Variabel Counfounding dengan Kehamilan di Puskesmas Helvetia Medan ... 52

4.9. Pengaruh Unmet Need KB terhadap Kehamilan di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014 ... 55

4.10. Pengaruh Unmet Need KB terhadap Kehamilan Disertai Counfounding

Umur di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014 ... 56

4.11. Pengaruh Unmet Need KB terhadap Kehamilan Disertai Counfounding

Jumlah Anak di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014 ... 57

4.12. Pengaruh Unmet Need KB terhadap Kehamilan Disertai Counfounding

Pengetahuan Ibu tentang Jenis Alat / Cara KB di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014 ... 57

(15)

4.14. Pemeriksaan Counfounding Umur ... 60

4.15. Pemeriksaan Counfounding Jumlah Anak ... 60

(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1. Kerangka Teori Unmet Need KB ... 16

2.2. Kerangka Teori Kehamilan ... 36

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Persetujuan Responden ... 76

2. Kuesioner Penelitian ... 77

3. Master Data Penelitian ... 83

4. Master Data Uji Validitas dan Reliabitias Kuesioner Pengetahuan ... 85

4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 86

5. Surat Izin Penelitian ... 107

(18)

ABSTRAK

Unmet need KB adalah kelompok wanita yang sudah tidak ingin mempunyai anak lagi atau ingin menjarangkan kehamilannya sampai dengan 24 bulan namun tidak menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh unmet need KB terhadap kehamilan di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.

Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan desain cross sectional. Penelitian dilakukan terhadap ibu yang hamil karena tidak menggunakan alat kontrasepsi di Puskesmas Helvetia pada bulan Juni-Juli 2014. Sampel dalam penelitian adalah ibu hamil sebanyak 107. Instrumen penelitian berupa kuesioner tentang unmet need KB, kehamilan dan pengetahuan ibu tentang jenis/cara KB sebanyak 26 pertanyaan.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat 39 orang (36,4%) yang hamil karena tidak menngunakan alat kontrasepsi. Hasil menunjukkan unmet need KB mempunyai pengaruh terhadap kehamilan (p=0,001). Unmet need KB berpeluang 8,67 kali dapat mengalami kehamilan. Ada pengaruh umur, jumlah anak dan pengetahuan tentang jenis alat / cara KB terhadap kehamilan.

Diharapkan petugas kesehatan Puskesmas Helvetia agar lebih memperhatikan ibu unmet need KB, berpengetahuan rendah tentang jenis alat / cara KB, masih produktif. Kader kesehatan perlu lebih diaktifkan untuk membantu petugas kesehatan dalam memotivasi ibu yang tidak bersedia mengikuti program KB di wilayah tersebut. Dengan demikian diharapkan hal tersebut dapat menurunkan angka unmet need KB.

(19)

ABSTRACT

Unmet need for family planning is a group of women who had not wanted to have more children or want to space their pregnancies up to 24 months but did not use contraceptives to prevent pregnancy. The purpose of this study was to determine the influence of the unmet need for family planning health center pregnancy in Medan Helvetia 2014.

This research is explanatory research with cross sectional design. Research conducted on pregnant women because it does not use contraceptives at the health center Helvetia in June-July 2014 sample in the study were pregnant women as much 107. research instrument is a questionnaire about family planning unmet need, pregnancy and maternal knowledge about the type / family planning method were 26 questions.

The results showed there were 39 persons (36.4%) were pregnant because they do not use any contraceptives. The results indicate an unmet need birth has an influence on the pregnancy (p = 0.001). Unmet need for family planning 8.67 times likely to be experiencing pregnancy. There is the influence of age, number of children and knowledge about the types of tools / planning method against pregnancy.

Helvetia PHC health workers are expected to pay more attention to the mother unmet need for family planning, low knowledge able about the types of tools / planning method, is still productive. Health workers need to be activated to assist health workers in motivating mothers who are not willing to follow the family planning program in the region. It is hoped that it can reduce the number of unmet need for family planning.

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai

sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Kehamilan merupakan

suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus, agar dapat berlangsung dengan

baik. Kehamilan yang belum atau tidak diinginkan adalah kehamilan yang dialami

oleh seorang perempuan yang sebenarnya belum menginginkan atau sudah tidak

ingin hamil (BKKBN, 2007).

Kehamilan dengan 4 terlalu akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi

dan kematian pada ibu hamil, disamping dapat menyebabkan terjadinya aborsi tidak

aman yang berkontribusi dalam meningkatkan AKI. Kehamilan tidak diinginkan

dapat berakibat buruk terhadap kesehatan, kehidupan sosial dan psikologis ibu dan

bayi, sehingga tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan kematian ibu tetapi

juga menghasilkan janin maupun bayi yang berisiko tinggi, misalnya mengalami

gangguan pertumbuhan dan perkembangan (BKKBN, 2007).

Hingga saat ini pelayanan KB masih kurang berkualitas terbukti karena masih

ada wanita yang tidak menggunakan alat kontrasepsi kelompok unmet need KB

dengan alasan efek samping yang buruk terhadap kesehatan. Hal tersebut dapat

(21)

Dimana kesalahan dalam pemakaian tersebut juga dapat mengakibatkan terjadinya

kegagalan sehingga akseptor menjadi hamil sebelum mengiginkannya (Saroha, 2009).

Diperkirakan 350 juta pasangan usia subur di dunia kekurangan informasi

tentang kontrasepsi dan akses dalam menjangkau metode pelayanan KB yang

menyebabkan minimnya pengetahuan PUS tentang alat kontrasepsi. Berbagai macam

tingkat pengetahuan mengenai alat atau cara KB dari 21 negara yang disurvei. Di

beberapa tempat di dunia, remaja dan wanita yang belum menikah memiliki akses

yang terbatas terhadap kontrasepsi dan tidak diperkenankan menggunakan pelayanan

kesehatan reproduksi termasuk pelayanan KB (Usman, 2013).

Program KB di Indonesia telah diakui secara nasional dan internasional

sebagai salah satu program yang telah berhasil menurunkan angka fertilitas secara

nyata. Hasil survey SDKI 2003, Total Fertility Rate (TFR) sebesar 2,4 menurun

menjadi 2,3 pada SDKI 2007. Namun bukan berarti masalah kependudukan di

Indonesia selesai. Salah satu masalah dalam pengelolaan program KB yaitu masih

tingginya angka unmet need KB di Indonesia. Jumlah PUS yang menunda kehamilan

atau tidak menginginkan tambahan anak tetapi tidak ikut program KB meningkat dari

8,6% SDKI 2003 menjadi 9,1% SDKI 2007. Hal tersebut terjadi di empat provinsi di

Indonesia (NAD, papua, Kepulaun Riau dan Maluku), tiga dari provisi tersebut

terdapat di Sumatera. Diharapkan pada akhir tahun 2014 dapat diturunkan menjadi

sebesar 5% (Sudarianto, 2010).

Salah satu penyebab kehamilan menurut Persatuan Keluaraga Berencana

Indonesia (PKBI) adalah kegagalan kontrasepsi, kegagalan dapat terjadi karena

(22)

menemukan bahwa sedikitnya 8 juta kasus pertahun terjadi kesalahan pemakaian

menyebabkan terjadinya kegagalan metode kontrasepsi yang digunakan. Sedangkan

menurut penelitian Muzdalifah, penyebab terjadi kehamilan yang tidak diinginkan

adalah karena pasangan yang tidak menggunakan kontrasepsi unmet need KB

(Muzdalifah, 2008).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Usman, 2013) dengan judul

penelitian faktor yang berhubungan dengan kejadian unmet need KB pada Pasangan

Usia Subur terhadap kehamilan, ditemukan nilai p value 0,001 yang menyimpulkan

bahwa unmet need KB berhubungan dengan kehamilan.

Dalam hasil penelitian (Hadrina, 2011) terhadap faktor penyebab unmet need

KB ditemukan beberapa alasan penyebabnya yaitu pertama, kesalahan dalam

pemakaian alat kontrasepsi mengakibatkan terjadinya kegagalan dalam pemakaian

sehingga responden hamil dan adanya gangguan terhadap kesehatan, akhirnya

perempuan mengambil keputusan untuk tidak memakai alat kontrasepsi apapun.

Kedua, larangan/oposisi dari suami untuk tidak memakai alat kontrasepsi karena

menginginkan jenis kelamin tertentu. Dimana hal tersebut juga dipengaruhi oleh

lingkungan dan budaya yang dianut oleh keluarga.

Berdasarkan hasil penelitian (Tambaru, 2013) ditemukan bahwa ada

hubungan pengetahuan tentang alat kontrasepsi dengan unmet need KB pada PUS di

wilayah kerja Puskesmas Temindung tahun 2013. Pengetahuan menyumbang peran

(23)

dipengaruhi oleh akses terhadap informasi (komunikasi, informasi dan eduksi)

tentang KB.

Ada beberapa faktor penyebab mengapa wanita dan pasangan usia subur tidak

suka menggunakan alat kontrasepsi (unmet need KB). Faktor - faktor tersebut antara

lain kesenjangan terhadap akses dan kualitas KB berupa penyediaan kontrasepsi dan

fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai, alasan kesehatan, kesenjangan

informasi/KIE menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pemakaian, oposisi/larangan

dari suami, kurang peduli terhadap risiko kehamilan (less aware) (Marhaeni, 2008).

Beberapa faktor lain yang dianggap berpengaruh terhadap unmet need KB dan

kehamilan adalah umur, pendidikan, jumlah anak, pekerjaan dan penghasilan.

Berdasarkan beberapa dari hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa

semua faktor tersebut memiliki pengaruh terhadap unmet need KB dan kehamilan

(Juliaan, 2009).

Dalam penelitian Hamid (2002) mengenai total unmet need KB menemukan

bahwa variabel wilayah tempat tinggal, pendapatan, jumlah anak, satus kerja wanita

dan pengetahuan berhubungan signifikan dengan status unmet need KB pada wanita.

Dari segi pendidikan kelompok unmet need KB terjadi pada kelompok ibu

hamil yang tidak berpendidikan. Ibu yang berpendidikan tinggi akan lebih mudah

memahami tentang bagaimana mencegah kehamilan berdasarkan informasi yang

diperolehnya. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang menyatakan 48% wanita

yang tidak berpendidikan dilaporkan mengalami kejadian kehamilan yang tidak

diinginkan dibandingkan wanita yang berpendidikan hanya 18,8% (Muzdalifah,

(24)

Berdasarkan teori dari hasil penelitian di atas menyatakan bahwa kehamilan

yang tidak diinginkan sangat tidak baik buat kesehatan ibu dan janin dalam

kandungan, serta berdampak buruk terhadap pembangunan Indonesia karena dapat

menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk. Beberapa faktor penyebab dari

kehamilan yang seharusnya belum atau tidak dinginkan lebih banyak disebabkan oleh

kesalahan pemakaian kontrasepsi sehingga terjadi kegagalan dalam pemakaian

bahkan dapat juga menimbulkan efek samping terhadap kesehatan. Hal tersebut

menyebabkan wanita mengambil keputusan untuk tidak menggunakan alat

kontrasepsi (unmet need KB) (BKKBN, 2006).

Setelah peneliti mendapat data sekunder dari Puskesmas Helvetia Medan pada

bulan januari 2014 di Puskesmas tersebut terdapat 250 ibu hamil dalam 1 bulan.

Dilihat dari data kunjungan ibu hamil ada 32 ibu hamil grande multigravida dalam 1

bulan di Puskesmas tersebut. Petugas kesehatan mengatakan alasan mengapa mereka

hamil lagi karena tidak pakai KB dan sebagian lagi mengatakan karena kegagalan alat

KB yang digunakan. Namun sebagian dari mereka masih ditemukan ibu yang tidak

menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilannya (Unmet need KB) dan

yang lain menyatakan kehamilan terjadi karena kegagalan dari alat kontrasepsi

mereka. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti ingin mengetahui bagaimana

pengaruh unmet need KB terhadap kehamilan di Puskesmas Helvetia Medan Tahun

2014. Disamping hal tersebut peneliti juga ingin melihat bagaimana kaitan antara

umur, pendidikan, jumlah anak, pekerjaan dan penghasilan terhadap unmet need KB

(25)

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan diatas maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh unmet need KB

terhadap kehamilan di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh unmet need KB terhadap kehamilan di

Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014”.

1.4. Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh unmet need KB terhadap kehamilan di Puskesmas Helvetia

Tahun 2014.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1.Sebagai masukan bagi dinas kesehatan baik sebagai pelaksana sekaligus

perencana program KB.

1.5.2.Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Helvetia Medan agar meningkatkan

pelayanan KB khususnya wanita kelompok unmet need KB.

1.5.3.Sebagai bahan masukan bagi responden untuk meningkatkan pengetahuan ibu

hamil bagaiman cara mencegah kehamilan.

1.5.4.Menambah pengetahuan bagi penulis dalam menganalisa pengaruh unmet need

(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kehamilan

Hamil didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan adalah pertumbuhan

dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai

permulaan persalinan (Manuaba, 2008).

Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang sedang

tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada umumnya di dalam rahim). Kehamilan pada

manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal periode menstruasi

terakhir sampai melahirkan. Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang

perlu perawatan khusus, agar dapat berlangsung dengan baik kehamilan mengandung

kehidupan ibu maupun janin. Risiko kehamilan ini bersifat dinamis, karena ibu hamil

yang pada mulanya normal, secara tiba-tiba dapat menjadi berisiko tinggi

(Prawirohardjo, 2008).

Faktor risiko pada ibu hamil seperti umur terlalu muda atau tua, banyak anak

dan beberapa faktor biologis lainnya adalah keadaan yang secara tidak langsung

menambah risiko kesakitan dan kematian pada ibu hamil. Risiko tinggi adalah

keadaan yang berbahaya dan mungkin terjadi penyebab langsung kematian ibu

(27)

yang sekaligus terdapat pada seorang ibu dapat menjadikan kehamilan berisiko tinggi

(Wikjhosastro, 2005).

Kehamilan risiko tinggi adalah keadaan yang dapat mempengaruhi

optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi (Manuaba, 2008).

Kehamilan dengan faktor risiko adalah suatu kehamilan dimana jiwa dan kesehatan

ibu dan bayi dapat terancam (Mochtar, 2005).

2.2. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) 2.2.1. Pengertian Kehamilan Tidak Diinginkan

Menurut kamus istilah program keluarga berencana, kehamilan tidak

diinginkan adalah kehamilan yang dialami oleh seorang perempuan yang sebenarnya

belum menginginkan atau sudah tidak menginginkan hamil (BKKBN, 2007).

Sedangkan menurut PKBI, kehamilan tidak diinginkan merupakan suatu kondisi

dimana pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran akibat dari kehamilan.

Kehamilan juga merupakan akibat dari suatu perilaku seksual yang bisa disengaja

maupun tidak disengaja. Banyak kasus menunjukkan bahwa tidak sedikit orang yang

tidak bertanggung jawab atas kondisi ini. Kehamilan yang tidak diinginkan ini dapat

dialami, baik oleh pasangan yang sudah menikah maupun yang belum menikah

(Muzdalifah, 2008).

Istilah kehamilan yang tidak diinginkan merupakan kehamilan yang tidak

menginginkan anak sama sekali atau kehamilan yang diinginkan tetapi tidak pada saat

(28)

direncanakan. Sedangkan kehamilan yang diinginkan adalah kehamilan yang terjadi

pada waktu yang tepat (Muzdalifah, 2008).

Defenisi kehamilan tidak diinginkan menurut Jain (1999) yang dikutip oleh

Muzdalifah adalah gabungan dari kehamilan yang tidak diinginkan sama sekali

(unwanted pregnancy) dan kehamilan yang diinginkan tetapi tidak pada saat itu

(mistimed pregnancy) (Muzdalifah, 2008).

Kehamilan tidak diinginkan berhubungan dengan meningkatnya risiko

morbiditas wanita dan dengan perilaku kesehatan yang buruk selama kehamilan yang

dapat mengakibatkan efek yang buruk. Sebagai contoh, wanita mengalami kehamilan

tidak diinginkan mungkin menunda ke pelayanan prenatal atau kurang

memperhatikan kehamilannya yang pada akhirnya akan mempengaruhi kesehatan

bayinya (Muzdalifah, 2008).

Kehamilan yang tidak diinginkan menimbulkan banyak kecemasan pada

wanita. Meskipun keputusan melakukan aborsi tampak tepat bagi mereka, adanya

penyesalan yang tidak dapat dielakkan. Wanita dapat mengalami berbagai tahap

berduka karena keputusan mereka, menyangkal, marah, depresi dan menerima

(Suzanne, 2008).

2.2.2. Alasan Kehamilan Tidak Diinginkan

Pada penelitian kualitatif studi kasus unsafe abortion yang bertujuan untuk

menelusuri alasan-alasan mengapa perempuan Indonesia banyak yang melakukan

(29)

yang tidak diinginkan pada informan dewasa yang sudah menikah, yaitu (muzdalifah,

2008).

a. Anak sudah banyak,

b. Informan masih dalam kontrak kerja,

c. Ketika informan dalam masa subur, suami selalu tidak mau tahu tidak pernah mau

pakai kondom,

d. Umur informan sudah tua dan anak sudah cukup,

e. Tidak boleh hamil anak keempat karena sudah tiga kali operasi Caesar,

f. Suami tidak bersedia menerima kehamilan lagi walaupun anak baru satu,

g. Jarak antara kelahiran anak terlalu dekat,

h. Tidak sanggup menanggung anak tambahan.

Menurut Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)(1998) yang

dikutip oleh Muzdalifah, banyak alasan yang dikemukakan mengapa kehamilan tidak

diinginkan adalah sebagai berikut (Muzdalifah, 2008) :

a. Penundaan dan peningkatan jarak usia perkawinan, dan semakin dininya usia

menstruasi pertama (menarche). Usia menstruasi yang semakin dini dan usia

kawin yang semakin tinggi menyebabkan “masa-masa rawan” semakin panjang.

Hal ini terbukti dengan banyaknya kasus hamil di luar nikah.

b. Ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan tentang perilaku seksual yang dapat

mengakibatkan kehamilan.

c. Tidak menggunakan alat kontrasepsi, terutama untuk perempuan yang sudah

(30)

d. Kegagalan alat kontrasepsi, akibat kurangnya pengetahuan yang memadai tentang

kontrasepsi.

e. Kehamilan yang diakibatkan oleh pemerkosaan

f. Kondisi kesehatan ibu yang tidak mengizinkan kehamilan

g. Masalah ekonomi

h. Alasan karir atau sekolah

i. Kehamilan karena incest (hubungan seksual sedarah)

j. Kondisi janin yang dianggap cacat

2.2.3. Penyebab Kehamilan yang Tidak Diinginkan

Salah satu penyebab kehamilan tidak diinginkan menurut adalah kegagalan

kontrasepsi, hasil penelitian menemukan bahwa sedikitnya 8 juta kasus per tahunnya

terjadi kegagalan metode kontrasepsi yang digunakan. Menurut WHO (1998),

penyebab terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan adalah karena pasangan yang

tidak menggunakan kontrasepsi atau metode yang digunakan gagal (Muzdalifah,

2008).

Meskipun metode KB sudah tersedia, namun masih ada para ibu yang tetap

tidak ingin menggunakan metode kontrasepsi untuk mencegah kehamilan yang tidak

diinginkan. Hal ini dikarenakan kurangnya akses informasi dan pelayanan KB, incest

atau perkosaan, kepercayaan akibat hubungan seks yang tidak aman, alasan ekonomi,

dilarang anggota keluarga, takut akan efek samping yang dirasakan terhadap

kesehatan, dan terbatasnya kemampuan perempuan untuk mengambil keputusan

(31)

dengan metode kontrasepsi, meskipun terdapat metode yang paling efektif,

kemungkinan gagal selalu ada karena berbagai alasan yang berhubungan dengan

teknologi dan cara menggunakannnya (BKKBN, 2007).

2.2.4. Akibat yang Ditimbulkan oleh Kehamilan yang Tidak Diinginkan

Berbagai akibat yang mungkin dapat ditimbulkan oleh kehamilan yang tidak

diinginkan, antara lain (Muzdalifah, 2008):

a. Kehamilan yang tidak diinginkan dapat mengakibatkan lahirnya seorang anak

yang tidak diinginkan (unwanted child). Masa depan anak yang tidak diinginkan

ini sering tidak mendapat kasih saying dan pengasuhan yang semestinya dari orang

tuanya sehingga pertumbuhannya dapat terganggu.

b. Terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dapat memicu terjadinya pengguguran

kandungan (aborsi) karena sebagian besar perempuan mengalami kehamilan yang

tidak diinginkan mengambil keputusan atau jalan keluar dengan mengalami aborsi,

terlebih lagi aborsi yang tidak aman.

Kehamilan tidak diinginkan (KTD) dengan 4 terlalu akan meningkatkan

resiko terjadinya komplikasi dan kematian pada ibu hamil, disamping dapat

menyebabkan terjadinya aborsi tidak aman yang berkontribusi dalam meningkatkan

AKI. Kehamilan tidak diinginkan dapat berakibat buruk terhadap kesehatan,

kehidupan sosial dan psikologis ibu dan bayi, sehingga tidak hanya meningkatkan

angka kesakitan dan kematian ibu tetapi juga menghasilkan janin maupun bayi yang

berisiko tinggi, misalnya mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan

(32)

2.3. Unmet Need KB

Unmet need KB didefinisikan sebagai kelompok wanita yang sebenarnya

sudah tidak ingin mempunyai anak lagi atau ingin menjarangkan kehamilannya

sampai dengan 24 bulan namun tidak menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah

kehamilannya. Konsep ini banyak digunakan untuk mengidentifikasi wanita yang

sebenarnya perlu menggunakan alat kontrasepsi karena sudah tidak ingin anak lagi

atau ingin menunda kehamilannya sampai dengan 24 tahun namun tidak

menggunakan alat kontrasepsi. Wanita dikatakan unmet need KB apabila wanita

tersebut tidak menggunakan metode KB padahal tidak ingin anak lagi atau ingin

menunda untuk mempunyai anak lagi (BKKBN, 2009).

Definisi unmet need KB sebagai kebutuhan KB yang tidak terpenuhi, tidak

mengalami perubahan sejak pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1960-an.

Konsep unmet need menunjukkan suatu keadaan dimana seorang wanita berharap

untuk mencegah atau menunda kehamilan, tetapi disaat yang sama dia tidak

menggunakan alat kontrasepsi apapun, sehingga konsep ini juga merupakan

pengukuran yang bersifat saat ini (current). Unmet need KB adalah semua perempuan

yang mempunyai status menikah pada saat survey (Isa, 2009).

Wanita dengan kebutuhan KB yang belum terpenuhi adalah mereka yang

subur dan aktif secara seksual namun tidak menggunakan setiap metode kontrasepsi,

dan laporan tidak ingin punya anak lagi atau ingin menunda anak berikutnya. Konsep

kebutuhan yang belum terpenuhi menunjukkan kesenjangan antara niat reproduksi

(33)

Penggunaan kontrasepsi dan kebutuhan yang tidak terpenuhi dari program KB

merupakan kunci untuk memahami perubahan besar dalam kesuburan dan untuk

meningkatkan kesehatan reproduksi di seluruh dunia. Keluarga berencana juga inti

dari Program Aksi Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan

Pembangunan, dimana pasangan dan individu memiliki hak untuk memutuskan

secara bebas dan bertanggung jawab jumlah dan jarak anak-anak mereka dan untuk

memiliki informasi dan sarana untuk melakukannya (Isa, 2009).

Informasi tentang kejadian unmet need KB diperoleh dengan

mengidentifikasikan Wanita Usia Subur (WUS) menurut beberapa kategori. Rindang

Ekawati dan Samijo (1992) dari James A Palmore dan kawan-kawan (1990)

menetapkan beberapa tahapan kategori WUS, seperti :

1. WUS yang memakai alat kontrasepsi dan WUS tidak memakai alat kontrasepsi

2. WUS yang tidak memakai alat kontrasepsi dikategorikan WUS hamil(aminore)

dan tidak hamil (tidak aminore)

3. WUS hamil (aminore) dikategorikan menjadi kehamilan yang diinginkan

(intended), kehamilan diinginkan kemudian (mistimed), dan kemudian yang tidak

diinginkan (unwanted). WUS yang tidak hamil ( tidak aminore) dikategorikan

menjadi subur (fecund) dan tidak subur (infecund)

4. WUS fecund yang tidak hamil(tidak aminore) dikategorikan menjadi ingin anak

segera, ingin anak kemudian, dan tidak ingin anak lagi.

5. WUS fecund,mistimed,dan ingin anak kemudian merupakan unmet need KB

(34)

unwanted pregnancy dan WUS fecund tidak ingin anak lagi merupakan unmet

need KB untuk tujuan pembatasan kelahiran.

6. Unmet need KB untuk tujuan penjarangan kelahiran dan unmet need KB untuk

tujuan pembatasan kelahiran adalah total unmet need KB.

Selanjutnya, didefenisikan juga bahwa pihak yang tidak termasuk dalam

perhitungan unmet need KB adalah wanita tidak menikah, wanita yang menggunakan

kontrasepsi, kegagalan penggunaan kontrasepsi, wanita hamil yang dilaporkan

sebagai intentional wanita tidak subur dan wanita subur yang menginginkan kelahiran

anak sebagai dalam jangka waktu kurang dari 2 tahun (Isa, 2009).

Defenisi unmet need KB yang digunakan oleh SDKI tahun 2007 adalah

persentase perempuan kawin/nikah yang tidak ingin memiliki anak lagi atau ingin

menjarangkan kelahiran berikutnya tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi.

Perempuan yang memerlukan KB dengan tujuan untuk menjarangkan kelahiran

mencakup perempuan hamil yang kehamilannya tidak diinginkan saat itu (mistimed),

perempuan yang belum haid setelah melahirkan anak yang tidak diinginkan waktu

itu, dan perempuan lain yang tidak sedang hamil atau belum haid setelah melahirkan

dan tidak memakai kontrasepsi tetapi ingin menunggu 2 tahun atau lebih sebelum

kelahiran berikutnya (BKKBN, 2007).

Perempuan yang belum memutuskan apakah ingin anak lagi atau ingin anak

lagi tetapi belum tahu kapan juga termasuk kedalam kelompok ini. Perempuan yang

memerlukan KB untuk membatasi kelahiran mencakup perempuan hamil yang

(35)

sudah haid setelah melahirkan anak yang tidak diinginkan, dan perempuan yang tidak

memakai kontrasepsi lagi. Sedangkan perempuan yang telah disterilisasi termasuk

kedalam kategori tidak ingin tambah anak lagi. Ukuran pelayanan KB yang tidak

terpenuhi digunakan untuk menilai sejauh mana program KB telah memenuhi

kebutuhan pelayanan (Isa, 2009).

Gambar 2.1. Kerangka Teori Unmet Need KB

Permasalahan unmet need KB dapat juga diartikan sebagai adanya sebuah

ketidak sinkronan antara preferensi fertilitas yang diinginkan oleh seorang wanita

atau pasangan dengan tindakan yang diambilnya untuk mencapai preferensi tersebut.

Dalam posisi ini berarti bahwa wanita memiliki keinginan untuk menghindari

kehamilan tetapi tidak melakukan hal yang seharusnya dilakukan, seperti

menggunakan alat kontrasepsi untuk mencapai hal tersebut. Hal ini menunjukkan Pertimbanagan

Nilai Manfaat Ekonomi Anak

Meet Need

Unmet Need

Determinan

Unmet Need

Preferensi Fertilitas

Permintaan Untuk Membatasi kehamilan

(36)

bahwa salah satu factor yang mendasari adanya unmet need KB adalah preferensi

fertilitas yang dimiliki oleh setiap individu atau pasangan. Unmet need KB dapat

menyebabkan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan oleh pasangan tersebut

(Isa, 2009).

Di seluruh dunia, antara 120–150 juta perempuan yang menikah ingin

membatasi atau menjarangkan kehamilan tidak menggunakan kontrasepsi. Hal ini

dikarenakan kendala keuangan, kepercayaan / agama tertentu, dilarang oleh anggota

keluarga atau perhatian tentang efek buruk yang dirasakan mengganggu kesehatan

atau fertilitas (Isa, 2009).

Dalam penelitian (Isa, 2009) yang dikutip dari BKKBN (1998) menyatakan

bahwa dari beberapa penelitian indepth interview dapat disimpulkan penyebab utama

yang berkembang mengapa sebagian besar wanita yang umumnya berkeinginan

menghindari kehamilan namun mereka tidak menggunakan kontrasepsi. Hal ini

ditandai dengan alasan-alasan sebagai berikut :

1. Kesenjangan terhadap akses dan kualitas keluarga berencana berupa penyediaan

kontrasepsi dan fasilitas pelayanan yang memadai.

2. Alasan kesehatan, alasan akan kecemasan karena takut akan efek samping yang

diakibatkan karena pengaruh kontrasepsi.

3. Kesenjangan informasi / KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi).

4. Oposisi dari suami, keluarga dan masyarakat.

(37)

Maka kecenderungan seseorang berperilaku dalam permasalahan ini akan

dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu pengaruh sosial dan pengaruh personal. Faktor

personal memasukkan pandangan dari seorang individu terhadap suatu permasalahan,

sedangkan pengaruh sosial adalah efek dari perilaku orang lain terhadap pandangan

atau perilaku orang tersebut. Karakteristik dan latar belakang yang dimiliki oleh

setiap individu juga berperan dalam membentuk semua faktor yang mempengaruhi

individu tersebut untuk menggunakan alat/cara KB tertentu yang selanjutnya akan

sangat berpengaruh pada probabilitas terjadinya unmet need KB bagi individu

tersebut.

Dari data hasil survey demografi kesehatan di negara-negara berkembang,

menjelaskan bahwa pada awal diperkenalkannya konsep unmet need KB dalam

program keluarga berencana di tahun 60-an, keterbatasan terhadap akses dan suplai,

serta tingginya harga alat kontrasepsi dianggap sebagai determinan terpenting dari

permasalahan unmet need KB. Tetapi seiring berkembangnya metodologi dan

pendekatan terhadap permasalahan ini, terlihat bahwa faktor sosial juga sangat

berperan dalam terjadinya unmet need KB, terutama di Negara berkembang (Usman,

2013).

Bahkan faktor sosial dan psikologis, seperti buruknya pengetahuan tentang

KB, kekhawatiran akan efek kesehatan, penolakan dari suami dan agama merupakan

penyumbang yang cukup signifikan. Sehingga bagi pemerintah disarankan untuk

turut mengembangkan aspek sosial dari pelayanan KB yang bertujuan memberikan

(38)

memperluas akses terhadap alat KB agar dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat.

Dalam penelitiannya, Bongaarts menjelaskan pentingnya akses yang berkualitas,

mempromosikan kesadaran terhadap pengaruh kesehatan yang dapat diperoleh, dan

kesetaraan gender dalam pengambilan keputusan di dalam keluarga untuk membantu

mengurangi unmet need KB di Negara berkembang (Isa, 2009).

Dalam penelitian Ahmadi (2005) terhadap data survey demografi dan

kesehatan tahun 2000 di iran, menemukan bahwa alasan utama perempuan

mengalami unmet need KBadalah adanya kekhawatiran terhadap efek kesehatan dari

kontrasepsi dan adanya penolakan dari lingkungan sosial. Ditemukan juga adanya

hubungan yang signifikan antara unmet need KB dan variabel sosial-ekonomi, seperti

umur, standar hidup / kesejahteraan, pengetahuan terhadap alat kontarsepsi, dan

jumlah anak yang pernah dilahirkan. Faktor yang juga terbukti signifikan walaupun

tidak seefektif variabel-variabel yang disebutkan sebelumnya adalah tempat tinggal,

tempat kerja, akses terhadap media massa, dan pendidikan (Isa, 2009).

Bahri (1998) juga menemukan bahwa di Iran bagian selatan kegagalan metode

kontrasepsi memberi sumbangan signifikan terhadap terjadinya kehamilan yang tidak

diinginkan, sehingga menimbulkan keraguan terhadap alat kontrasepsi yang akan

menciptakan terjadinya unmet need KB. Faktor lain yang terbukti berpengaruh adalah

ketakutan terhadap efek samping pada kesehatan dan adanya penolakan dari suami

terhadap penggunaan kontrasepsi (Isa, 2009).

Dalam penelitian Caterin (1997) di Filipina berdasarkan survey yang

(39)

personal yang mempengaruhi unmet need KB adalah bahwa perempuan yang

mengalami unmet need KB cenderung tidak memiliki motivasi yang kuat untuk

melaksanakan preferensi fertilitas mereka. Mereka juga seringkali menganggap diri

mereka memiliki risiko hamil yang kecil serta memiliki pengetahuan yang kurang

tentang penggunaan alat kontrasepsi. Faktor dari luar atau lingkungan sosial yang ikut

menyebabkan unmet need KB adalah dari alat kontrasepsi adalah masih adanya

penentangan dari lingkunagan sosial masyarakat, ketakutan akan efek samping

terhadap kesehatan, buruknya akses terhadap alat kontrasepsi, dan adanya hambatan

dari suami dalam bentuk persepsi terhadap biaya alat kontrasepsi dan preferensi

fertilitas yang berbeda dari istri (Isa, 2009).

Westoff (1995) kembali melakukan studi yang serupa dengan ocha (1991)

dalam analisisnya terhadap SDKI (1990-1994), menyatakan bahwa faktor yang

mempengaruhi unmet need KB adalah usia ibu, jumlah anak masih hidup, tingkat

penggunaan kontrasepsi, tempat tinggal dan tingkat pendidikan ibu. Hasil analisisnya

menunjukkan adanya penurunan kebutuhan untuk menjarangkan kelahiran setelah

usia mencapai 30 tahun. Unmet need KB di Indonesia lebih sering terjadi pada

perempuan yang belum pernah memakai kontrasepsi dibandingkan dengan

perempuan yang pernah memakai alat kontrasepsi. Kejadian unmet need KB

menunjukkan hubungan yang negative dengan tingkat pendidikan (Isa, 2009).

Dalam penelitian Hamid (2002), mengenai total unmet need KB di Indonesia

(40)

kerja wanita dan pengetahuan berhubungan signifikan dengan status unmet need KB

pada wanita.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Prihastuti (2004) terhadap data SDKI

tahun 2002-2003 ditemukan secara signifikan bahwa kejadian unmet need KB lebih

cenderung terjadi pada wanita yang belum pernah menggunakan KB sama sekali

daripada wanita yang sudah pernah atau masih enggan akan KB. Menurut Westoff

(2006) juga menemukan besarnya angka persentase kejadian unmet need KB pada

orang yang belum pernah menggunakan KB dan orang yang tidak berniat untuk

menggunakan KB di masa depan (Isa, 2009).

Adapun beberapa yang dianggap sebagai penyebab langsung dari unmet need

KB adalah sbagai berikut :

2.3.1. Kesalahan Pemakaian Kontrasepsi

Tidak ada metode kontrasepsi yang sampai saat ini terbukti 100% efektif.

Diperkirakan 8-30 juta kehamilan setiap tahunnya merupakan hasil dari kegagalan

kontrasepsi yang tidak konsisten atau tidak benar dalam penggunaan metode

kontrasepsi atau justru karena kegagalan metode kontrasepsi itu sendiri. Bagi yang

sudah termotivasi untuk tidak memiliki anak lagi dan sudah menggunakan

kontrasepsi tetapi masih juga mengalami kegagalan, biasanya akan mencari jalan

keluar dengan cara aborsi (Muzdalifah, 2008).

Para pemakai kontrasepsi pada dasarnya belum atau tidak ingin hamil lagi,

sehingga dapat dikatakan bahwa kegagalan kontrasepsi mengakibatkan kehamilan

(41)

kehamilannya dan sisanya mungkin akan memutuskan untuk menggugurkannya.

Jumlah kehamilan yang tidak diinginkan akan lebih besar lagi ditambah dengan

mereka yang tidak ingin hamil lagi tetapi tidak menggunakan kontrasepsi sama sekali

(Muzdalifah, 2008).

Penelitian di Iran menyatakan bahwa sebagian besar responden yang

mengalami kehamilan yang tidak diinginkan menggunakan kontrasepsi saat sebelum

kehamilan itu terjadi. Banyak dari mereka yang tidak menginginkan kehamilan

menggunakan pil sebelumnya (Isa, 2008).

Berdasarkan penelitian yang diterbitkan oleh Family Planning Perspective,

50% dari semua kehamilan yang di Amerika Serikat merupakan kehamilan yang tidak

diinginkan, termasuk kehamilan yang berkhir dengan aborsi, keguguran atau lahir

hidup. Sebagian wanita yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan ini ternyata

memakai kontrasepsi sebelum mereka hamil. Karenakan tingginya angka kegagalan

ini, maka perlu diketahui alasan utama kegagalan kontrasepsi yang merupakan faktor

risiko terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Berikut merupakan beberapa

alasan mengenai kegagalan kontrasepsi yang sering terjadi (Muzdalifah, 2008) :

1. Tidak mengikuti petunjuk penggunaan kontrasepsi secara benar

Jika menngunakan pil, konsumsi diwaktu yang sama setiap hari dan pastikan

mengikuti petunjuk yang ada. Jika menggunakan kondom, pastikan

menggunakan secara tepat dan kondom yang digunakan dalam kondisi yang baik

(42)

terpasang dengan baik. Sedangkan wanita yang menggunakan IUD sebaiknya

mengikuti petunjuk petugas kesehatan.

2. Penggunaan kontrasepsi yang tidak konsisten

Kontrasepsi harus digunakan secara teratur dan sesuai dengan petunjuk untuk

mencapai keefektivitasan yang maksimum. Jika menggunakan kontrasepsi oral

dan lupa meminum pil meskipun hanya satu kali, risiko mengalami kehamilan

akan meningkat. Metode penghalang kontrasepsi seperti kondom, cervical cap,

dan diafragma harus digunakan secara teratur agar efektif. Wanita yang memakai

KB alami harus menggunakannya secara tepat dan konsisten unrtuk mencegah

kehamilan yang efektif. Satu tindakan yang tidak terlindungi dalam berhubungan

seks dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan.

3. Kondom bocor saat berhubungan seks

Diperkirakan 2-5% kondom yang bocor atau saat digunakan. Hal ini lebih sering

dikarenakan penyalahgunaan; selain itu robekan kecil dapat terjadi kuku maupun

perhiasan. Kondom yang dipakai kadaluwarsa, salah penyimpanan, kerusakan

selama atau setelah pembuatan secara besar-besaran oleh pabrik.

4. Menggunakan antibiotic atau obat-obatan lain atau jamu bersamaan dengan pil

kontrasepsi. Antibiotik yang ditemukan memiliki sifat yang berkebalikan dengan

keefektivitasan Pil kombinasi kontrasepsi dengan cara kerja menurunkan

konsentrasi steroid hormone plasma. Wanita yang menggunakan pil kombinasi

kontrasepsi sebaiknya menggunakan metode alternatife kontrasepsi selama

(43)

5. Mempercayai bahwa pada periode ketidaksuburan tidak bisa hamil atau tidak

merasa berisiko karena hanya melakukan hubungan seks satu kali tanpa

menggunakan jenis kontrasepsi apapun. Kehamilan normal terjadi pada

pertengahan siklus, bagaimanapun, banyak wanita yang mengalami kehamilan di

saat periode ketidaksuburannya.

Kegagalan kontrasepsi dapat menyebabkan terjadinya kehamilan yang tidak

diinginkan (KTD). Kasus KTD justru banyak dialami oleh pasangan suami istri yang

mengalami kegagalan ber-KB. Kegagalan KB kasus KTD juga bisa dialami oleh

mereka yang tidak menggunakan kontrasepsi dalam 3 bulan terakhir padahal mereka

termasuk aktif secara seksual (unmet need) (Marhaeni, 2004).

2.3.2. Larangan/Oposisi Suami

Persetujuan suami merupakan salah satu variabel sosial budaya yang sangat

berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi bagi kaum wanita sebagai istri

secara khusus, dan di dalam keluarga secara umum. Budaya patrilineal yang

menjadikan pria sebagai kepala keluarga yang masih banyak dianut sebagian besar

pola keluarga di dunia menjadikan preferensi suami terhadap program KB akan

sangat berpengaruh terhadap keputusan di dalam keluarga untuk menggunakan alat

atau cara KB tertentu (Isa, 2009).

Didalam beberapa variabel penelitian, variabel penolakan atau persetujuan

dari suami terbukti berpengaruh terhadap kejadian unmet need KB dalam rumah

tangga. Kejadian unmet need KB seringkali terjadi ketika suami tidak setuju terhadap

(44)

fertilitas, kurangnya pemahaman terhadap alat/cara KB, takut akan efek samping,

masalah sosial budaya dan berbagai faktor lainnya. Kausik (1999) dalam

penelitiannya di India menunjukkan bahwa penerimaan suami terhadap KB

berpengaruh signifikan terhadap kejadian unmet need KB, demikian halnya dengan

hasil penelitian yang dilakukan oleh litbang BKKBN di Indonesia pada tahun 2004

(Isa, 2009).

2.4. Unmet Need KB terhadap Kehamilan

Diseluruh dunia, antara 120-150 juta perempuan mambatasi atau

menjarangkan kehamilan tidak menggunakan kontrasepsi. Meskipun metode KB

tersedia, masih banyak perempuan yang belum menggunakannya. Hal ini dikarenakan

kendala keuangan, kepercayaan/agama tertentu, dilarang oleh anggota keluarga atau

perhatian tentang efek buruk yang dirasakan mengganggu kesehatan atau fertilitas

(Glasier, 2012).

BKKBN (1998) menyatakan bahwa beberapa penelitian dan indepth interview

dapat disimpulkan penyebab utama yang berkembang mengapa sebagian besar wanita

yang umumnya berkeinginan menghindari kehamilan namun mereka tidak

menggunakan kontrasepsi. Hal tersebut ditandai dengan alasan – alasan sebagai

berikut (Marhaeni, 2008):

1. Kesenjangan terhadap akses dan kualitas KB berupa penyediaan kontrasepsi dan

(45)

2. Alasan kesehatan, alasan akan kecemasan karena takut efek samping yang

diakibatkan karena pengaruh kontrasepsi.

3. Kesenjangan informasi / KIE (komunikasi, informasi dan edukasi)

4. Oposisi dari suami, keluarga dan masyarakat.

5. Kurang peduli (less aware) terhadap faktor risiko kehamilan.

2.4.1. Beberapa Faktor yang Berpengaruh terhadap Unmet Need KB dan Kehamilan

Ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan terhadap kejadian kehamilan

yang tidak diinginkan. Penelitian Bohrani (1998) di kota shiraz, Persia menemukan

bahwa jumlah anak yang diinginkan, umur suami dan istri, umur pernikahan, jumlah

kehamilan dan jumlah anak pernah melahirkan hidup pada wanita yang mengalami

kehamilan yang tidak diinginkan lebih tinggi pada wanita yang mengalami kehamilan

yang diinginkan. Selain itu angka kehamilan tidak diinginkan tinggi pada wanita yang

berpendidikan rendah (Musdalifah, 2008).

Pelayanan bagi kehamilan tidak diinginkan yang dilakukan oleh Perkumpulan

Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Pemalang selama bulan Agustus 2007 sampai

Mei 2008 menunjukkan adanya klien kehamilan tidak diinginkan yang berjumlah

145 orang. Dari jumlah tersebut 84% merupakan kehamilan yang tidak diinginkan

(46)

Berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhsi kehamilan yang tidak

diinginkan :

a. Umur

Salah satu faktor yang penting dalam kehamilan adalah umur ibu waktu hamil,

baik untuk kepentingan ibu dan janin dalam kandungan (Muzdalifah, 2008):

1) Umur < 20 tahun dianggap masih berbahaya untuk kehamilan sebab secara fisik

tubuh ibu belum matang dan belum siap untuk menerima kehamilan. Alat

kontrasepsi sangat lah dibutuhkan pada umur ini

2) Umur 20-30 tahun adalah dianggap kelompok umur yang paling baik untuk

kehamilan karena secara fisik sudah cukup kuat dan secara mental sudah cukup

dewasa. Pada saat umur tersebut ibu sangat membutuhkan alat kontrasepsi untuk

mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Bila pada umur ini ibu tidak

meggunakan KB maka kemungkinan untuk terjadinya kehamilan tidak

diinginkan akan meningkat pada umur ini.

3) Umur > 35 tahun dianggap sudah mulai berbahaya sebab secara fisik alat fungsi

reproduksi sudah menurun, ditambah lagi jumlah kelahiran sebelumnya sudah

lebih dari tiga. Pada umur ini ibu sebaiknya meggunakan KB untuk

menghentikan kehamilan. Karena bila ibu terus hamil pada umur tersebut akan

sangat berbahaya baik bagi kesehatan ibu dan janin dalam kandungan. Karena

secara fisik ibu sudah tidak kuat untuk hamil hal itu dikarenakan fungsi

(47)

Berdasarkan uraian diatas, maka Depkes RI (2000) membagi kelompok umur

ibu dalam tiga kelompok yaitu < 20 tahun, pada masa ini ibu diharapakan menunda

kehamilan karena pada masa tersebut ibu masih terlalu muda untuk hamil, kemudian

pada umur 20-35 tahun, pada masa ini ibu harus mengatur kesuburan (menjarangkan

kehamilan) sedangkan pada umur > 35 tahun adalah kehamilan sudah mulai

berbahaya, dan ibu diharapkan untuk menghentikan kehamilan.

Hasil penelitian Yayasan Kesehatan Perempuan (YKP) tahun 2002

menunjukkan bahwa 58% kehamilan tidak diinginkan terjadi pada kelompok umur

diatas 30 tahun. Sedangkan hasil studi retrospektif pemulihan haid yang dilakukan

PKBI di klinik di sembilan kota Indonesia tahun 2000-2003 menyebutkan bahwa

kejadian kehamilan tidak diinginkan pada kelompok umur 21-31 tahun dan diatas 30

tahun didistribusikan relative seimbang (Muzdalifah, 2008).

b. Pendidikan

Pendidikan merupakan upaya yang diberikan kepada orang lain guna

mengubah sikap atau perilaku seseorang yang berlangsung seumur hidup kearah yang

diinginkan. Pendidikan pada perempuan tidak hanya akan mengakibatkan

kemampuannya untuk menjaga kesehatan diri sendiri, tetapi juga untuk kesehatan

seluruh keluarganya. Peningkatan pengetahuan masalah reproduksi akan membuat

ibu lebih percaya diri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi (Muzdalifah,

2008).

Suatu anggapan yang mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan semakin

(48)

semakin tinggi pendidikan diharapakan pergaulan ibu juga semakin luas. Keadaan ini

sudah tentu akan membawa pengaruh pada tingkat pengetahuan mereka karena

seseorang yang mempunyai pergaulan lebih luas akan lebih terbuka untuk

memperoleh informasi baru. Pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat berasal dari

pendidikan formal ataupun pendidikan non-formal. Makin tinggi pendidikan

seseorang, makin banyak peluang orang itu untuk mendapat ilmu pengetahuan.

Demikian halnya kehamilan tidak diinginkan yang terjadi pada kelompok ibu

hamil yang tidak berpendidikan mungkin juga berkaitan dengan ketidaktahuan wanita

tersebut dalam mengatasi masalah, seperti halnya dalam mencegah agar tidak terjadi

kehamilan tidak diinginkan. Bagi wanita yang berpendidikan lebih tinggi akan lebih

memahami tentang mencegah kehamilan dengan cara memanfaatkan sarana

pelayanan kesehatan yang telah disediakan diantaranya mengikuti program keluarga

berencana. Hal tersebut terjadi mungkin dikarenakan pada wanita berpendidikan

rendah cenderung memiliki ekonomi yang lemah, sehingga anak merupakan salah

satu masalah yang berhubungan dengan ekonomi. Hal ini sesuai dengan penelitian

di Iran yang menyatakan bahwa kejadian kehamilan yang tidak diinginkan lebih

banyak terjadi pada wanita yang berpendidikan rendah sehingka antara pendidikan

dan kejadian kehamilan tidak diinginkan berbanding terbalik (Muzdalifah, 2008).

c. Jumlah Anak

Menurut penelitian (Usman, 2013) menyatakan bahwa jumlah anak memiliki

hubungan yang sigifikan terhadap kejadian unmet need dengan nilai p = 0,031.

(49)

kehamilan. Terutama untuk wanita yang telah memiliki anak lebih dari 3 yang sering

disebut dengan multigravida. Banyak faktor yang menyebabkan ibu yang telah

memiliki anak banyak tidak menginginkan kehamilan lagi, yaitu : dari segi ekonomi

keluarga yang tidak mencukupi dan dari segi kesehatan yang tidak baik untuk

kesehatan ibu. Terutama ibu yang memiliki umur lebih dari 35 tahun.

Pada dasarnya keinginan seseorang untuk mempunyai anak lagi atau tidak

dilatarbelakangi oleh jumlah anak yang telah mereka punyai. Namun dirasa belum

memenuhi keinginan untuk memperoleh jenis kelamin tertentu maka seorang wanita

harus terus bereproduksi meskipun tidak meninginkannya. Beberapa daerah tertentu

di Indonesia mempunyai kecenderungan untuk memperoleh anak dalam jenis kelamin

tertentu karena dianggap jenis kelamin tersebut memiliki nilai yang lebih tinggi

disbanding jenis kelamin lainnya, sesuai dengan adat istiadat dan latar belakang suatu

daerah tertentu ditanamkan keyakinan bahwa meiliki anak laki-laki lebih baik dari

pada anak perempuan, oleh kerena itu mereka akan terus bereproduksi hingga

memperoleh anak laki-laki dalam keluarganya tanpa mempertimbangkan jumlah anak

yang sudah ada (Muzdalifah, 2008).

Hal ini didukung oleh penelitian di Iran mengenai kebudayaan masayarakat

Iran yang menunjukkan kenginginan memiliki anak dalam jenis kelamin tertentu

berhubungan dengan kejadian kehamilan yang tidak diinginkan dan diperkirakan

(50)

d. Pekerjaan

Pada penelitian yang dilakukan oleh (Isa, 2009) yang diterbitakan oleh litbang

BKKBN (2004), ditemukan hubungan yang signifikan antara unmet need KB dan

status bekerja wanita dan PUS. Di daerah perkotaan wanita yang bekerja memiliki

kemungkinan yang lebih kecil untuk mengalami kejadian unmet need KB. Hal ini

terjadi karena wanita yang bekerja akan lebih memiliki kepentingan untuk membatasi

dan mengatur kehamilan atau kelahiran yang diinginkan karena hal ini mempengaruhi

karir dan pekerjaan mereka, sehingga menyebabkan mereka memberi perhatian lebih

terhadap pemakaian alat kontrasepsi dan cara KB tertentu yang selanjutnya dapat

memperkecil kemungkinan kejadian unmet need KB.

e. Pendapatan

Peningkatan kualitas layanan merupakan salah satu cara yang efektif untuk

menurunkan prevalensi unmet need KB. Dalam memenuhi kebutuhannya, PUS sering

mengalami hambatan dalam pemanfaatan layanan KB sehingga akses mereka

terbatas, bahkan tertutup sama sekali. Hal ini mengakibatkan mereka tidak

menggunakan alat kontrasepsi, pada sebenarnya mereka membutuhkan (Usman,

2013).

Hal tersebut sesuai dengan penelitian Stephenson (2004) yang dikutip oleh

Usman menyatakan bahwa secara umum terdapat lima faktor yang memegang

peranan penting yaitu faktor administrasi, faktor kognitif, faktor ekonomi, faktor

psikososial dan faktor karakteristik. Pendapatan suami banyak mempengaruhi pola

(51)

fasilitas yang tersedia guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapatan yang cukup

membuat seseorang mampu untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Kemampuan

ekonomi sangat mempengaruhi akses seseorang dalam memanfaatkan layanan

kesehatan. Mereka yang berasal dari rumah tangga dengan pendapatan tinggi dan

menengah, memiliki skor lebih sedikit dibandingkan dengan pendapatan mereka yang

kurang. Terdapat sekitar 2,7% wanita menyatakan tidak menggunakan alat

kontrasepsi karena biaya layanan tidak terjangkau oleh pendapatan PUS tersebut

(Usman, 2013).

f. Pengetahuan tentang alat/cara KB

Berdasarkan hasil penelitian dari BKKBN (2007) menyatakan bahwa

penyebab dari kehamilan salah satunya adalah kurangnya pengetahuan tentang

kontrasepsi. Akibat kurangnya pengetahuan tersebut maka wanita tidak mengetahui

cara memakai, apa keuntungan dan kelemahan dari kontrasepsi yang digunakan.

Akibatnya kemungkinan untuk gagal dalam pemakaian sangat tinggi. Selain itu

dengan pegetahuan yang kurang tersebut mereka juga tidak mengetahui jenis

kontrasepsi apa yang cocok untuk mereka.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 21 negara di dunia ditemukan bahwa,

remaja dan wanita yang belum menikah memiliki akses yang terbatas terhadap

kontrasepsi dan tidak diperkenankan menggunakan pelayanan kesehatan reproduksi

termasuk pelayanan KB (Muzdalifah, 2008).

Dalam WHO (2000) juga terdapat beberapa alasan mengapa wanita untuk

(52)

yang memadai tentang kontrasepsi, terlalu banyak anak, alasan kesehatan, janin cacat,

usia muda atau belum siap menikah, pasangan tidak bertanggungjawab atau

hubungan dengan pasangan belum mantap, kendala ekonomi dan lainnya (WHO,

2000).

Dalam penyebarluasan program KB, diperlukan adanya komunikasi,

informasi dan edukasi dari pemerintah. Ibu yang sudah tahu KB belum tentu akan

menggunakannya karena takut akan efek samping dari alat/cara KB itu sendiri,

sementara mereka tidak mendapatkan penjelasan yang cukup mengenai hal tersebut.

Angka kejadian unmet need KB yang terdapat pada SDKI 2002-2003 sebesar 8,6%.

Mereka mengalami unmet need KB dikarenakan berbagai alasan, antara lain tidak

terjangkaunya pelayanan, ketidaktahuan tentang jenis kontrasepsi dengan yang

diinginkan sehingga mengakibatkan kegagalan atau drop out yang selanjutnya akan

menjadi unmet need KB.

2.5. Landasan Teori

Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam

pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan - hambatan yang

dirasakan antara lain adalah masih banyak pasangan usia subur yang masih belum

menjadi peserta KB. Ada beberapa faktor penyebab mengapa wanita dan pasangan

usia subur tidak suka menggunakan alat kontrasepsi. Faktor - faktor tersebut dapat

ditinjau dari berbagai segi yaitu segi pelayanan KB, segi kesediaan alat kontrasepsi,

(53)

Menurut SDKI 2002-2003, masih sekitar 40% pasangan usia subur (PUS)

yang belum menjadi peserta KB, sehingga masih ditemukan kehamilan yang tidak

diinginkan khususnya bagi ibu yang sudah mempunyai paritas lebih dari 2. Salah satu

faktor yang menyebabkan PUS tidak bersedia menjadi peserta KB adalah dari segi

pelayanan KB masih belum berkualitas (BKKBN, 2005).

Hingga saat ini pelayanan KB masih kurang berkualitas terbukti karena masih

ada wanita yang tidak menggunakan alat kontrasepsi kelompok unmet need KB

dengan alasan efek samping dan kesehatan. Adapun yang menyebabkan hal tersebut

adalah karena kesalahan dalam pemakaian, sehingga menimbulkan efek samping

buruk terhadap kesehatan, kesenjangan informasi/KIE, oposisi / larangan suami,

kesenjangan terhadap akses dan kualitas keluarga berencana berupa penyediaan

kontrasepsi dan fasilitas memadai (Saroha, 2009).

Ada beberapa faktor penyebab mengapa wanita dan pasangan usia subur tidak

suka menggunakan alat kontrasepsi (Unmet need KB). Faktor - faktor tersebut antara

lain kesenjangan terhadap akses dan kualitas KB berupa penyediaan kontrasepsi dan

fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai, alasan kesehatan, kesenjangan

informasi/KIE menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pemakaian, oposisi/larangan

dari suami, kurang peduli terhadap kehamilan risiko kehamilan (less aware)

(Marhaeni, 2008).

Secara kualitas, masih terdapat kesalahan dalam pemakaian menyebabkan

yang dialami para akseptor. Secara nasional (sampai dengan Oktober 2005) angka

(54)

metode kontrasepsi, yaitu IUD, MOW, MOP dan Implant. Kegagalan kontrasepsi

yang menunjukkan banyaknya akseptor yang menjadi hamil pada saat masih

menggunakan alat kontrasepsi (BKKBN, 2006).

Imbas utama dari kegagalan pemakaian KB adalah dapat menyebabkan

terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan (KTD). Bahkan menurut data yang ada di

World Health Organization (WHO) memperkirakan dari 200 juta kehamilan

pertahun, sekitar 38 persen (75 juta) merupakan KTD. Kegagalan KB kasus pada

KTD juga bisa dialami oleh mereka yang tidak menggunakan kontrasepsi dalam 3

bulan terakhir padahal mereka termasuk aktif secara seksual. Bahkan sejak terjadinya

krisis ekonomi kelompok ini jumlahnya bertambah. Karena pemerintah tidak mampu

memenuhi kebutuhan alat kontrasepsi dengan jumlah dan harga yang terjangkau

(BKKBN, 2006).

Konsep unmet need menunjukkan suatu keadaan dimana seorang wanita

berharap untuk mencegah atau menunda kehamilan, tetapi disaat yang sama dia tidak

menggunakan alat kontrasepsi apapun, sehingga konsep ini juga merupakan

pengukuran yang bersifat saat ini (current). Banyak alasan dikemukakan mengapa

kehamilan tidak atau belum diinginkan, salah satunya adalah karena tidak

menggunakan alat kontrasepsi terutama untuk perempuan yang sudah menikah

(Muzdalifah, 2009).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Usman, 2013) dengan judul

penelitian faktor yang berhubungan dengan kejadian unmet need KB Pasangan Usia

(55)

unmet need KB berhubungan dengan kehamilan. Penelitian tersebut menyatakan

kejadian unmet need KB dengan variabel umur, pendapatan, kegagalan kontrasepsi

sebelumnya dan jumlah anak secara bersama – sama berpengaruh terhadap unmet

need KB yang dapat menyebabkan kehamilan. Hal ini menunjukkan bahwa faktor

kejadian unmet need KB sebagai faktor independen tidak dapat berdiri sendiri dalam

mempengaruhi terjadinya kehamilan, sehingga ibu yang unmet need KB bisa saja

mendapatkan kehamilan walauun tidak atau belum diinginkan. Oleh karena itu, perlu

adanya KIE (Komunikasi, informasi dan Edukasi) oleh petugas kesehatan kepada

semua PUS untuk mencegah terjadinya kehamilan.

2.6. Kerangka Teori

Gambar 2.2. Kerangka Teori Kehamilan Sumber : Mohamad, 1998 dan Marhaeni, 2008

Status reproduksi :

1. Umur (<20 tahun dan >35 tahun) 2. Paritas (>3)

3. Jarak kelahiran (<1 tahun)

4. Status perkawinan (pemerkosaan)

Perilaku Sehat:

Penggunaan KB 1. Unmet need KB 2. Kegagalan KB

Kehamilan

Status Perempuan dalam Masyarakat

1. Pendidikan (pengetahuan tentang KB rendah)

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Teori Unmet Need KB
Gambar 2.2. Kerangka Teori Kehamilan
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1.Tabel Aspek Pengukuran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, penting melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian unmet need KB di Kelurahan Semarapura Klod Kangin

Kelompok unmet need mencakup wanita hamil yang kehamilannya tidak diinginkan, wanita yang belum haid ( amenorhoe ) setelah melahirkan anak yang tidak diinginkan, dan

tidak mengikuti pola tertentu, oleh karena itu metode yang sesuai untuk pemodelan Unmet Need KB di Provinsi Jawa Timur adalah regresi nonparametrik

Larangan agama tidak berhubungan dengan kejadian unmet need karena dari hasil penelitianresponden yang menyatakan agamanya melarang pada kelompok unmet need (29,4 %) lebih

tidak mengikuti pola tertentu, oleh karena itu metode yang sesuai untuk pemodelan Unmet Need KB di Provinsi Jawa Timur adalah regresi nonparametrik

unmet need IUD post-placenta dan 50% met need IUD post-placenta. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara konseling KB dengan unmet need

Hasil penelitian identifikasi penyebab unmet need KB dari faktor umur sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ulsafitri dan Fastin tahun 2015 di Kelurahan Tarok Dipo

Jumlah anak masih hidup sebagian besar responden unmet need KB yang memiliki anak 1-2 anak yaitu sebanyak 110 orang (75,34%), sedangkan paling sedikit yaitu responden yang