Analysis of taxpayers attitude in the implementation of fines
sanctions toward of tax compilance
(Study in soreang small Taxpayers Office)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
I GUSTI KETUT WISNU WARDANA
21107023
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
Bimbingan Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra.,SE.,M.Si
Meskipun pemerintah sudah memberikan sanksi terhadap wajib pajak yang terlambat dalam menyampaikan SPT, tetapi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang masih terdapat sikap wajib pajak yang menunda-nunda dalam hal pembayaran sanksi denda tersebut. Dengan sikap wajib pajak yang demikian, tentunya akan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan permasalahan tersebut, tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis pengaruh sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda terhadap kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang Bandung
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang berjumlah 100 orang wajib pajak dengan metode Jugdmendtal sampling. Pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan korelasi Person Product Moment, koefisien determinasi, regresi sederhana dan uji hipotesis dengan uji t dengan menggunakan bantuan software SPSS14.0 for windows.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang termasuk dalam kategori baik, namun indikator tingkat keyakinan wajib pajak terhadap adanya sanksi denda menunjukan cukup, karena wajib pajak merasa kurang yakin sanksi denda tersebut digunakan untuk kepentingan Negara, sehingga wajib pajak selalu menunda-nunda dalam hal pembayaran sanksi denda tersebut. Dan kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan pajak Pratama Soreang juga sudah termasuk dalam kategori baik, namun indikator pembayaran pajak yang terutang tepat pada waktunya memperoleh tanggapan cukup hal ini dikarenakan wajib pajak melakukan pembayaran sanksi denda setelah jatuh tempo. Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang, dengan besar pengaruh 65,9%. Hal ini berarti perubahan yang terjadi pada kepatuhan wajib pajak dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda.
Implementation of Sanctions Against Influence Compliance Fines Taxpayers In
Tax Office Primary Soreang", Under the Guidance of Prof. Umi Narimawati,
Dra., SE., M. Si
Although the government has given sanction against taxpayers who are late in
the SPT, but the Tax Office Primary Soreang there is still the attitude of taxpayers
who procrastinate in terms of payment of the fine sanction. With attitudes such
taxpayer, of course, will affect taxpayer compliance. Based on these problems, the
purpose of this study is to analyze the influence of attitudes on taxpayer compliance
implementation of financial penalties against taxpayers in the Tax Office Soreang
Pratama Bandung
The method used in this research is descriptive method and verifikatif. The
unit of analysis in this study is an individual taxpayer in the Tax Office Primary
Soreang taxpayers amounted to 100 persons with Jugdmendtal sampling method.
The test statistic used is the calculation of Person Product Moment correlation,
coefficient of determination, simple regression and hypothesis testing by t test using
the help of software SPSS14.0 for windows.
The results of this study indicate that the attitudes of taxpayers in the
implementation of financial penalties in the Tax Office Primary Soreang included in
either category, but the indicator of the level of confidence of taxpayers to show the
existence of sufficient financial penalties, since taxpayers feel less confident that
financial penalties be used for the interests of the State , so that taxpayers always
procrastinate in terms of payment of the fine sanction. And taxpayer compliance in
the Office of Tax Services Primary Soreang also been included in either category,
but the indicators of tax payable in timely obtaining sufficient response this is
because the taxpayer makes payment of financial penalties after the due date. The
attitude of taxpayers in the implementation of financial penalties and significant
positive effect on the compliance of taxpayers in the Tax Office Primary Soreang,
with much influence 65.9%. This means that changes in taxpayer compliance can be
explained or influenced by the attitudes of taxpayers in the implementation of
financial penalties.
Segala puji bagi Allah SWT karena atas segala rahmat dan hidayahNya
penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “
ANALISIS SIKAP WAJIB
PAJAK
PADA
PELAKSANAAN
SANKSI
DENDA
TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK
” yang telah sesuai dengan tujuan dan tepat pada
waktunya.
Penulis menyusun Skripsi ini untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi, Penulis menyadari bahwa selsainya
Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari semua pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dengan segenap rasa hormat
penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra.,
SE., M.Si selaku pembimbing yang kaya akan saran dan ide serta seorang yang
memiliki wawasan luas,bersikap terbuka dan mempunyai komitmen tinggi pada
perubahan dan pengembangan. Dengan perasaan tulus juga penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Yth. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas
Komputer Indonesia Bandung.
2.
Yth. Ibu Prof. Dr. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.
3.
Yth. Ibu Sri Dewi Anggadini SE., M.Si., AK., selaku Ketua Program Studi
dukungan baik secara moril maupun materil kepada penulis, yang tidak dapat
diukur oleh apapun.
6.
Kekasihku Anggi Meilani terima kasih atas dukungannya selama penulis
mengerjakan skripsi
7.
Sahabat-sahabat seperjuangan angkatan 2007 Program Studi Akuntansi,
khususnya AK-1, suka duka semasa kuliah kita lalui bersama, semoga tahun
2011 kita semua lulus dan di wisuda.
8.
Sahabat, rekan-rekan, dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu atas segala bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak
langsung selama penulis menyelsaikan Skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam Skripsi
ini, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dan positif akan
senantiasa diterima penulis sebagai masukan yang berarti sehingga diharapkan dalam
penyusunan Skripsi lainnya ,penulis dapat menyusun lebih baik
Akhir kata, semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan
menjadi acuan bagi penulis untuk berkarya lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Bandung, Agustus 2011
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pembangunan nasional dilaksanakan secara berencana, menyeluruh,
terpadu, terarah, bertahap dan berkelanjutan untuk memacu kemampuan nasional
dalam rangka mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan bangsa
lain yang telah maju. Di dalam pembangunan diperlukan biaya yang besar. Salah
satu sumber dana pembangunan yang menjadi andalan utama adalah sector
penerimaan pajak. Penerimaan pajak dapat berasal dari Pajak Penghasilan (PPh)
dari sektor migas dan non migas, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea
Perolehan atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), penerimaan cukai, maupun pajak–
pajak lainnya. Pajak-pajak tersebut nantinya akan berguna untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Pajak yang dibayarkan oleh masyarakat mempunyai
peranan yang penting di dalam pembangunan nasional. Sehingga sudah
selayaknya bila perpajakan mendapat perhatian yang serius dari pemerintah untuk
meningkatkan penerimaan pajak. Namun demikian tidaklah begitu mudah untuk
menggugah kesadaran masyarakat untuk taat membayar pajak. Banyak sekali
hal-hal yang menjadi kendala dalam upaya meningkatan penerimaan negara dari
sektor pajak, baik dari segi wajib pajaknya, dari aparat fiskusnya yang
menyangkut pelayanan kepada wajib pajak maupun dari undang-undang. (Agus
perpajakannya sendiri serta kebijakan-kebijakan terkait dengan
perpajakan, yang menurut penilaian masyarakat terlalu sulit diterima dan
dimengerti atau dijabarkan menurut pikiran mereka masing-masing. Hal ini jelas
menuntut penanganan yang lebih serius lagi dan perlunya
pemberitahuan-pemberitahuan serta sosialisasi pajak guna makin meningkatkan kesadaran
masyarakat akan arti pentingnya pajak bagi pembangunan nasional yaitu dengan
adanya peningkatan kualitas sumber daya manusianya, yang dalam hal ini adalah
aparat fiskus yang secara tidak langsung akan memberikan pelayanan kepada
wajib pajak. Sebagai organisasi pemerintah yang melaksanakan tugas
pengumpulan penerimaan Negara dan sekaligus berkewajiban memberikan
pelayanan kepada masyarakat, peran dan fungsi Direktorat Jenderal Pajak
semakin menjadi penting, tidak dapat berbuat atau berperilaku hanya berdasarkan
aturan, prosedur, ketentuan dan kebiasaan belaka akan tetapi mau tidak mau harus
dapat memenuhi apa yang dibutuhkan oleh masyarakat melalui pelayanan yang
terbaik. (Agus Nugroho Jatmiko, 2006)
Terdapat masalah yang menjadi kendala bagi DJP mengenai pertumbuhan
tingkat kepatuhan wajib pajak. Kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak
pribadi di Indonesia masih sangat lemah. Hal tersebut terlihat dari kontribusi
penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) yang berasal dari orang pribadi jauh lebih
kecil dibandingkan penerimaan PPh badan. Fenomena ini justru terbalik dengan
kondisi di luar negeri di mana PPh orang pribadi lebih besar dari PPh badan.
Tingkat kepatuhan sukarela (voluntary compliance) wajib pajak orang pribadi di
negara-negara yang sudah maju, peranan penerimaan PPh orang pribadi justru
lebih besar daripada peranan penerimaan PPh badan. Sebagai pembanding, pada
tahun 2008 di Indonesia, kontribusi penerimaan PPh badan adalah 77,11 persen,
sementara PPh orang pribadi 22,89 persen. Di Amerika Serikat, kontribusi
penerimaan PPh badan adalah 15,09 persen, sementara PPh orang pribadi 84,91
persen. (www.pajak.go.id, 29 januari 2010)
Apabila dilihat dari masalah yang terjadi di Indonesia, tingkat kepatuhan
wajib pajak masih sangat rendah. Masih rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak
juga bisa dilihat dari jumlah wajib pajak efektif dalam menyampaikan SPT.
Berikut adalah data tentang kepatuhan wajib pajak :
Tabel 1.1
Tingkat Kepatuhan WP dalam Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21
Masa Pajak
Wajib Pajak Efektif
SSP
Ada SSP Nihil
SPT Total
Persentase Pelaporan
1 2 3 4 5 5:2
Juni 2009 19.160 1270 5090 6360 33,19%
Juli 2009 19.500 1620 5960 7580 38,87%
Agustus 2009 19.770 1360 5890 7250 36,67%
Sep 2009 20.080 1340 6080 7420 36,95%
Oktober 2009 20.300 1710 6260 7970 39,26%
Nopember 2009 20.490 1360 5890 7250 35,38%
Desember 2009 20.620 1550 6080 7630 37,00%
Januari 2010 20.940 1900 6130 8030 38,35%
Februari 2010 21.190 1700 6850 8550 40,35%
Maret 2010 21.570 1670 6330 8000 37,09%
Apr-10 21.870 1790 6810 8600 39,32%
Mei 2010 22.200 1770 7170 8940 40,27%
Juni 2010 22.380 1660 6820 8480 37,89%
Agustus 2010 22.850 1650 7430 9080 39,74%
Sep 2010 23.060 1690 6760 8450 36,64%
Oktober 2010 23.280 1500 6870 8370 35,95%
Nov 2010 23.430 1720 7420 9140 39,01%
Desember 2010 23.770 1410 7130 8540 35,93%
Januari 2010 24.050 1500 6980 8480 35,26%
Februari 2010 24.280 1670 7690 9360 38,55%
Maret 2010 24.550 1760 8080 9850 40,12%
Sumber : Seksi TUP dan Seksi P2PPh
Berdasarkan data pada tabel 1 diatas maka dapat dilihat bahwa jumlah
SPT Masa PPh Pasal 21 yang disampaikan sejak Masa Pajak Juni 2009 sampai
dengan Maret 2010 adalah berkisar antara 33,19% - 40,35%. Dan apabila
dirata-ratakan yaitu sebesar 37,64%. berdasarkan keadaan yang diharapkan, angka
persentase pelaporan tersebut dapat dikatakan masih sangat rendah. Dimana angka
yang ideal itu adalah 100% atau minimal sekitar 70% . Meskipun terlihat
terjadinya peningkatan jumlah SPT Masa PPh Pasal 21 yang disampaikan ternyata
apabila dibandingkan dengan jumlah wajib pajak efektifnya akan menghasilkan
persentase pelaporan yang tidak berbeda jauh dengan tahun sebelumnya yaitu
masih pada sekitar persentase rata-ratanya. Sehingga, masih terdapat wajib pajak
yang telat menyapaikan SPT. Mungkin dikarenakan kesibukan dari
masing-masing WP.
Diluar dari keterangan tersebut, Hal serupa juga di perjelas oleh Kepala
Subdirektorat Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemantauan, Direktorat Potensi,
Kepatuhan, dan Penerimaan, Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan
Liberti Pandiangan. Menyatakan bahwa sebanyak 5.899.624 wajib pajak orang
menyampaikan surat pemberitahuan Pajak Penghasilan tahunan pada 2010.
Mereka diperkirakan tidak memiliki waktu untuk menyampaikan SPT atau
sengaja tidak melaporkan SPT karena merasa sudah kehilangan pekerjaan. ”Pada
2010, jumlah wajib pajak terdaftar mencapai 15.911.576 baik orang pribadi
maupun badan, tetapi hanya 14.101.933 yang wajib menyampaikan SPT. Yang
menyampaikan SPT masih 8.202.309 wajib pajak atau dengan tingkat kepatuhan
58,16 persen. Ini masih naik signifikan dibanding tahun 2008 yang hanya 33,08
persen dan 54,15 persen pada 2009.”(Liberti Pandiangan, KOMPAS.com, 3 Maret
2011)
Demi kelancaran jalannya pemerintahan negara Indonesia maka sumber
penerimaan negara terutama di bidang perpajakan harus terus diupayakan
peningkatannya agar dapat mencukupi kebutuhan pengeluaran dan melunasi
hutang-hutang negara. Disamping itu Undang-undang perpajakan harus dapat
memberikan kepastian hukum, khususnya yang menyangkut keseimbangan antara
hak dan kewajiban perpajakan dari wajib pajak maupun aparatur pajak. Agar
suatu sistem perpajakan efektif, mayoritas wajib pajak harus patuh terhadapnya.
Kepatuhan wajib pajak merupakan faktor utama yang mempengaruhi realisasi
penerimaan pajak, dimana kepatuhan wajib pajak dalam hal ini dinilai dengan
ketaatannya dalam memenuhi kewajiban perpajakan dari segi formil dan materil,
Misalnya kepatuhan dalam hal waktu, seorang wajib pajak mungkin selalu
membayar kewajibannya secara penuh tetapi jika kewajiban tersebut dibayar
secara terlambat, maka hal demikian tidak dapat dianggap sebagai patuh. Untuk
berguna untuk menjangkau seluas-luasnya wajib pajak yang ada agar menjadi
wajib pajak yang patuh, selain itu juga menjangkau seluas-luasnya wajib pajak
yang ada agar menjadi wajib pajak yang patuh, selain itu juga menjangkau
seluas-luasnya warga negara mampu yang belum menjadi wajib pajak agar dapat
menjadi wajib pajak patuh.
Tingkat kepatuhan wajib pajak juga dapat dipengaruhi beberapa faktor,
artinya dengan faktor tersebut kepatuhan wajib pajak bisa meningkat atau
sebaliknya, menjadi menurun, faktor tersebut di antaranya adalah sikap wajib
pajak tentang sanksi perpajakan Terdapat undang-undang yang mengatur tentang
ketentuan umum dan tata cara perpajakan. Agar peraturan perpajakan dipatuhi,
maka harus ada sanksi perpajakan bagi para pelanggarnya. Wajib pajak akan
memenuhi kewajiban perpajakannya bila memandang bahwa sanksi perpajakan
akan lebih banyak merugikannya (Nurgoho, 2006).
Soerjotamtomo menduga tingkat kepatuhan itu sangat berkaitan dengan
sanksi yang diterapkan. Dahulu sanksi bagi wajib pajak badan yang tidak
menyerahkan surat pemberitahuan tahunan hanya berupa denda Rp 50 ribu, Mulai
tahun ini meningkat, menjadi Rp 1 juta.. Sedangkan wajib pajak perorangan yang
terlambat menyampaikan surat pemberitahuan tahunan dikenai denda Rp 100 ribu.
(Soerjotamtomo , Koran Tempo, 18 Maret 2009)
Akan tetapi. Menurut Kepala UPTD PBB Dispenda Natsir Halid, faktor
yang menyebabkan terjadi tunggakan hingga miliaran dalam perpajakan, lebih
kepada ringannya sanksi yang dibebankan ke penunggak pajak, serta pengaruh
Selain karena ringannya sanksi denda yang diberikan kepada wajib pajak
yang telat menyampaikan SPT, Sikap wajib pajak juga selalu selalu
menunda-nunda dalam membayar sanksi denda yang diberikan apabila telat menyampaikan
SPT. Meskipun pemerintah setempat sudah membuat sanksi terhadap Wajib Pajak
yang tidak patuh, sanksi yang diberikan oleh pemerintah yakni berupa denda. Tapi
hal ini juga kurang berhasil untuk membuat masyarakat itu menjadi sadar pajak.
Dilihat dari fenomena tentang sanksi perpajakan tersebut, itu dikarenakan sikap
wajib pajak yang terlalu memandang remeh sanksi denda.
Faktor yang akan diteliti dalam penelitian ini tentang sikap Wajib Pajak
yang meliputi kepatuhan Wajib Pajak, dan sikap Wajib Pajak terhadap sanksi
denda. Sebelum peneliti malakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti mencari
beberapa referensi mengenai penelitian terdahulu yang sebelumnya meneliti
tentang sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda dan kepatuhan wajib
pajak. Beberapa penelitian tentang kepatuhan wajib pajak telah dilakukan oleh
peneliti-peneliti sebelumnya. Hasil penelitian Sulud Kahono (2003) dengan judul
“Pengaruh Sikap Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam
Pembayaran PBB (Studi Empiris di wilayah KPPBB Semarang), hasilnya sikap
wajib pajak terhadap prioritas pembangunan daerah, sikap wajib pajak terhadap
sanksi denda, sikap wajib pajak terhadap pelayanan fiskus, dan sikap wajib pajak
bahwa penghindaran PBB telah umum berpengaruh positif terhadap kepatuhan
wajib pajak dalam membayar PBB di Semarang. Hampir sama dengan penelitian
Sulud Kahono (2003), Suyatmin (2004) juga menggunakan beberapa variabel
sanksi denda PBB, dan sikap WP terhadap pelayanan fiskus. Suyatmin (2004)
menggunakan pula variabel sikap WP terhadap kesadaran bernegara dan sikap
WP terhadap kesadaran perpajakan sebagai variabel bebas. Hasil penelitian
Suyatmin (2004) juga menunjukkan bahwa semua variabel bebas yang digunakan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kepatuhan WP PBB. Dan
yang terakhir adalah penelitian Karsimiati (2009) tentang pengaruh pelayanan
fiskus,sanksi denda dan kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak
dalam membayar PBB di Kecamatan Gabus-Pati. Hasil dari penelitian ini juga
menunjukan adanya pengaruh yang signifikan terhadap variabel yang
bersangkutan.
Dari uraian mengenai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maka
dapat disimpulkan bahwa penelitian-penelitian yang telah ada cenderung
melakukan uji beda kepatuhan wajib pajak dalam membayar hal pembayaran PBB
(Pajak Bumi dan Bangunan). Maka,peneliti akan mencoba mengkaji tentang
penelitian terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Sehingga, berdasarkan
latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengambil judul “ANALISIS SIKAP
WAJIB PAJAK PADA PELAKSANAAN SANKSI DENDA PENGARUHNYA
1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka untuk
memudahkan pembahasan ini, maka penulis akan mengidentifikasi beberapa
permasalahan antara lain :
1. Sikap wajib pajak selalu menunda-nunda dalam membayar sanksi denda
yang diberikan apabila telat menyampaikan SPT.
2. Sanksi denda yang diberikan bagi wajib pajak yang melanggar masih
cenderung ringan.
3. Masih terdapat wajib pajak yang terlambat menyampaikan SPT
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil dari identifikasi masalah di atas, terdapat beberapa
rumusan masalah, antara lain adalah :
1. Bagaimana sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda di KPP
Pratama Soreang
2. Bagaimana kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Soreang
3. Seberapa besar Pengaruh Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi
1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Masksud penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi
tentang objek penelitian atas sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda dan
kepatuhan wajib pajak.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan
dari penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda di
KPP Pratama Soreang.
2. Untuk mengetahui Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Soreang
3. Untuk mengetahui pengaruh sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi
denda terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Soreang.
1.4 KEGUNAAN PENELITIAN
Dengan adanya penelitian ini penulis mengharapkan hasil dari penelitian
ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain sebagai berikut:
1.4.1 Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagai
tambahan pengetahuan mengenai pengaruh sikap wajib pajak pada pelaksanaan
1.4.2 Kegunaan Akademis 1. Bagi Peneliti
Peneliti mengharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat dan selain itu untuk
menambah pengetahuan, dan juga memperoleh gambaran langsung bagaimana
Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda terhadap kepatuhan wajib
pajak di KPP Pratama Soreang
2. Bagi Instansi
Dengan penelitian ini dapat memberikan pandangan bagi instansi tentang
Analisis Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda terhadap kepatuhan
wajib pajak di KPP Pratama Soreang
3. Bagi Peneliti Lain
Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran dalam
penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama, yaitu Analisis Sikap wajib
pajak pada pelaksanaan sanksi denda terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP
Pratama Soreang
1.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dilakukan penulis ini bertempat di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Soreang Jl. Raya Cimareme No. 205 Ngamprah –
1.5.2 Waktu Penelitian
Adapun waktu dan pelaksanaan penelitian adalah dimulai pada bulan
maret 2011 sampai dengan juni 2011.
Tabel 1.2 Waktu Penelitian
Prosedur
Bulan
Maret
2011
April
2011
Mei
2010
Juni
2011
Juli
2011
Tahap Persiapan:
1. Bimbingan dengan dosen pembimbing
2. Membuat outline dan proposal skripsi
3. Mengambil formulir penyusunan skripsi
4. Menentukan tempat penelitian
Tahap Pelaksanaan:
1. Mengajukan outline dan proposal skripsi
2. Meminta surat pengantar ke perusahaan
3. Penelitian di perusahaan
4. Penyusunan skripsi
5.Seminar UP
Tahap Pelaporan:
1. Menyiapkan draft skripsi
2. Analisis data
3.Pelaporan hasil skripsi
4. Sidang akhir skripsi
5. Penyempurnaan laporan skripsi
2.1 Kajian Pustaka
Seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia akan diikuti pula
dengan kebijakan-kebijakan dibidang pajak. Oleh karena itu, pajak merupakan
fenomena yang selalu berkembang dimasyarakat. Pajak mempunyai kontribusi
cukup tinggi dalam penerimaan negara. Pada beberapa tahun terakhir ini,
penerimaan dari sektor fiskal mempunyai proporsi lebih dari 50% penerimaan dari
APBN. Berbagai kebijakan dalam bentuk ekstensifikasi dan intensifikasi telah
dibuat oleh pemerintah untuk mencapai target penerimaan pajak. Kebijakan ini
membawa pengaruh kepada masyarakat, dunia usaha, dan pihak-pihak yang
berkaitan dengan pajak. Self Assessment System yang mengharuskan Wajib Pajak untuk proaktif menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak sendiri, menuntut
semua pihak (termasuk pemungut/Pemotong Pajak) maupun memahami dan
mengaplikasikan setiap peraturan pajak yang berlaku, serta pemerintah harus
menindak tegas wajib pajak yang melanggar peraturan perpajakan yang telah
dibuat oleh Undang-undang.
2.1.1 Sikap Wajib Pajak
Kepatuhan wajib pajak terkait dengan sikap wajib pajak dalam membuat
penilaian terhadap pajak itu sendiri. Persepsi seseorang untuk membuat penilaian
mengenai orang lain sangat dipengaruhi oleh kondisi internal maupun eksternal
“Sikap didefinisikan sebagai evaluasi yang dipertahankan seseorang
mengenai suka atau tidak suka, perasaan emosi, dan kecenderungan aksi
terhadap beberapa obyek atau gagasan”.
Sedangkan pengertian sikap menurut Manahan P Tampubolon (2008:75) :
“Sikap (attitude) adalah kesiapan mental untuk merespon sesuatu,baik negative maupun yang positif”.
Sedangkan menurut Jalaluddin Rakhmat (1996:39) yang dikutip oleh
Novita Miladia (2010) mengemukakan pengertian sikap, yaitu:
“Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, atau kelompok”.
Menurut Azwar (2000:24), mengatakan bahwa :
komponen sikap kognitif adalah berisi kepercayaan, keyakinan, ide dan konsep seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Sedangkan komponen sikap afektif menyangkut masalah kehidupan emosional seseorang terhadap suatu objek sikap. Meskipun perasaan pribadi seringkali berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap, secara umum komponen ini disamakan dengan ungkapan perasaan yang dimiliki seseorang dan juga evaluasinya terhadap objek sikap. Komponen sikap konatif (perilaku) yaitu sikap yang menunjukkan perilaku atau kecenderungan berprilaku bila dikaitkan dengan objek sikap tertentu.
Menurut Waluyo (2008:23), mengemukakan bahwa:
“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar
pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan
Sedangkan menurut Siti Resmi (2008:21), mengemukakan bahwa:
“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undanganperpajakan”.
Berdasarkan ketiga pengertian diatas maka penulis mengambil kesimpulan
bahwa Sikap Wajib Pajak merupakan sikap atau perilaku, dimana subjek pajak
yang dikenakan kewajiban untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, dimana
kewajiban tersebut adalah kewajiban untuk membayar pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan.
2.1.2 Pelaksanaan Sanksi Denda
Sanksi berupa denda menurut Sony Devano & Siti Kurnia Rahayu
(2006:198) adalah:
“Sanksi Administrasi yang dikenakan terhadap pelanggaran yang berkaitan
dengan kewajiban pelaporan.
Sanksi berupa denda menurut S.R.Soemarso (2007:147) adalah :
“Sanksi denda juga dapat muncul oleh karena tindakan wajib pajak sendiri
atau dimunculkan oleh pihak pajak,sanksi denda pada umumnya disebabkan oleh
kesalahan atau tidak terpenuhinya kewajiban perpajakan tertentu.
Menurut Siti Resmi (2003 : 87) :
Sedangkan Suyatmin (2004 : 24) menyatakan bahwa:
“Sikap WP terhadap pelaksanaan sanksi denda yaitu sikap responden
tentang pelaksanaan sanksi denda terhadap responden dan orang lain di sekitar
responden”.
Lalu Yadnyana (2009:58) menyatakan:
“Persepsi atau sikap wajib pajak tentang sanksi perpajakan adalah
interprestasi dan pandangan wajib pajak dengan adanya sanksi perpajakan.”
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pada intinya yang
dimaksud dengan sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda merupakan
sikap wajib pajak dimana wajib pajak tersebut mempunyai respon atas denda yang
diberikan apabila wajib pajak melanggar peraturan perpajakan, sanksi dapat
berupa denda, bunga, dan kenaikan
2.1.2.1 Sanksi Administrasi berupa Denda
a. Pasal 7
Besarnya denda Rp 50.000 dan Rp 100.000 untuk terlambat memasukkan SPT
masa dan SPT tahunan atau menyampaikan SPT masa/tahunan tidak sesuai
dengan batas waktu yang ditentukan
b. Pasal 8 Ayat 3
Besarnya denda 2 kali pajak yang kurang bayar, karena membetulkan SPT
c. Pasal 14 Ayat 4
Besarnya denda 2% dari Dasar Pengenaan Pajak
d. Pasal 44 B Ayat 2
Besarnya denda 4 kali jumlah pajak yang tidak dibayar atau yang tidak
seharusnya dikembalikan. Penghentian penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan atas permintaan Menteri Keuangan untuk kepentingan penerimaan
negara.
2.1.2.2 Perubahan Sanksi Denda Administrasi atas Keterlambatan Atau Tidak Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT)
Pemerintah membuat sanksi terhadap wajib pajak yang melanggar pajak
supaya masayarakat menjadi jera dengan adanya sanksi tersebut, sehingga
masyarakat dalam hal ini wajib pajak dapat patuh terhadap perundang – undangan
perpajakan yang berlaku. Meskipun pemerintah melakukan beberapa kali
perubahan terhadap Undang-undang ketentuan umum tentang sanksi perpajakan
bagi wajib pajak yang terlambat melaporkan SPT, tetapi saat ini pemerintah sudah
menetapkan Undang – undang tahun 2007.
Berdasarkan Pasal 7 Undang-Undang No 28 Tahun 2007 Tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan maka terdapat perubahan sanksi
Tabel 2.1
Perubahan Nilai Sanksi Denda Administrasi
NO JENIS
SPT
KETENTUAN LAMA
KETENTUAN BARU
1
2
1
2
SPT MASA SPT Masa PPN
SPT Masa Lainnya
SPT TAHUNAN
SPT Tahunan PPh WP
BADAN
SPT Tahunan PPh WP
Orang Pribadi
Rp. 50.000,-
Rp. 50.000,-
Rp. 100.000,-
Rp. 100.000,-
Rp. 500.000,-
Rp. 100.000,-
Rp. 1.000.000,-
Rp. 100.000,-
Sumber : Y. Sri Pudyatmoko (2009)
Ketentuan tersebut mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2008. Perubahan
ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk membantu meningkatkan kepatuhan
Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya.
2.1.3 Kepatuhan wajib pajak
Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif Wajib Pajak dalam
menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan Wajib Pajak yang
tinggi. Yaitu kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai
dengan kebenarannya. Karena sebagian besar pekerjaan dalam pemenuhan
oleh ahli misalnya praktisi perpajakan nasional atau tax agent) bukan fiskus selaku pemungut pajak, sehingga kepatuhan diperlukan dalam Self Asserssment System dengan tujuan penerimaan pajak yang optimal.
Dengan adanya kepatuhan maka secara tidak langsung penerimaan pajak
akan berjalan dengan lancar karena kepatuhan Wajib Pajak telah menunjukan
bahwa Wajib Pajak telah melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik.
Safri Nurmantu (2009:138) mengatakan bahwa kepatuhan perpajakan
dapat didefinisikan sebagai :
“Suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban
perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya”.
Pengertian kepatuhan wajib pajak yang ditulis oleh Norman D. Norwak
dan dikutip oleh Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu (2006:110), menyatakan
bahwa:
“Kepatuhan wajib pajak ialah suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, bercermin dalam situasi dimana :
Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas
Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar
Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.”
Adapun jenis-jenis kepatuhan Wajib Pajak menurut Sony Devano dan Siti
Kurnia Rahayu (2006:110) sebagai berikut:
”Jenis-jenis kepatuhan adalah:
2. Kepatuhan material adalah suatu keadaan diamana wajib pajak secara substantif/hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan yaitu sesuai isi dan jiwa Undang-undang pajak kepatuhan material juga dapat meliputi kepatuhan formal. ”
Dari semua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa wajib pajak
diharuskan membayar pajak, dimana pembayarannya dilakukan setiap bulan
dalam tahun berjalan, maka dari pembayaran masa setiap bulannya dapat
diketahui pengembangan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya
2.1.4 Keterkaitan Antar Variabel Penelitian
2.1.4.1 Hubungan Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Prinsip utama pemungutan pajak sebagai perwujudan kewajiban
kenegaraan warga negara untuk ikut membantu pembiayaan negara dan
pembangunan nasional adalah diberikannya kepercayaan kepada Wajib Pajak
untuk menghitung, melaporkan dan membayarkan jumlah pajak yang seharusnya
terhutang (Self Assessment System). Meskipun Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, melaporkan dan membayarkan jumlah pajak yang terhutang, ia
tetap harus jujur dan selalu berpegang teguh kepada ketentuan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Ini berarti Apabila ada Wajib Pajak yang
menyimpang dari ketentuan kewajiban perpajakannya misalnya apabila Wajib
Pajak tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) atau menyampaikan tapi
telah melebihi batas waktu yang telah ditetapkan maka, kepadanya dapat dikenai
bunga dan kenaikan. Hal ini sesuai dengan isi Pasal 7 ayat 1 Undang Undang
Ketentuan Umum Perpajakan No 16 Tahun 2000 yang berbunyi :
”Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4), dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa dan sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan.”
Jangka waktu yang dimaksud adalah untuk Surat Pemberitahuan Masa,
paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak, dan untuk Surat
Pemberitahuan Tahunan, paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak.
Penerapan sanksi disini dimaksudkan untuk memberikan hukuman positif
kepada Wajib Pajak yang telah lalai dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya
sehingga dengan diberikannya sanksi administrasi Wajib Pajak akan merasa jera
dan mau belajar dari kesalahan yang telah dilakukannya sehingga untuk
pemenuhan kewajiban perpajakannya di masa pajak yang akan datang juga bisa
lebih baik lagi. Dengan diberikannya sanksi terhadap Wajib Pajak yang lalai maka
Wajib Pajak pun akan berfikir dua kali jika dia akan melakukan tindak
kecurangan atau dengan sengaja lalai dalam pemenuhan kewajiban
perpajakannya, sehingga Wajib Pajak pun akan lebih memilih patuh dalam hal
pemenuhan kewajiban perpajakannya daripada dia harus menanggung sanksi
administrasi yang diberikan. Hal serupa juga dikemukakan oleh Mohammad Zain
(2007:35) yaitu :
pajak. Jika hal ini sudah berkembang dikalangan para wajib pajak maka akan berdampak pada kepatuhan dan kesadaran untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.”
Selain dari teori diatas Sony Devano& Siti Kurnia Rahayu (2006:112)
menyatakan bahwa:
“Wajib pajak akan patuh karena mereka berfikir adanya sanksi berat akibat tindakan illegal dalam usahanya untuk penyelundupan pajak,tindakan pemberian sanksi tersebut terjadi jika wajib pajak terdeteksi dengan administrasi yang baik dan intregasi serta melalui aktivitas pemeriksaan oleh aparat yang bekompeten dan memilik intregasi tinggi,melakukan tindakn tax evasion.”
Hal serupa juga dikemukakan oleh Nugroho (2006), yang menyatakan bahwa :
“Wajib pajak akan memenuhi kewajiban perpajakannya bila memandang
sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikannya.”
Dari penjelasan diatas maka dapat dikatakan bahwa sikap wajib pajak
pada pelaksanaan sanksi denda ini dapat mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak.
2.2 Kerangka Pemikiran
Suatu negara pada umumnya bertujuan untuk mensejahterakan rakyatnya,
salah satu cara yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk mencapai tujuan
tersebut adalah dengan dilakukannya pembiayaan pembangunan diberbagai sektor
kehidupan dan sumber utama pembiayaan pembangunan tersebut adalah berasal
dari pajak.
Pajak merupakan iuran yang dipungut oleh negara baik oleh pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah berdasarkan atas Undang-undang serta aturan
pelaksanaan pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana dari sektor
pemerintah) dan diperuntukan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah
dalam rangka menjalankan fungsi pemerintah, baik rutin maupun pembangunan.
Karena pajak merupakan penerimaan terbesar untuk negara dan merupakan salah
satu sumber yang diutamakan maka dalam pelaksanaan pemungutannya dilakukan
pembaharuan sistem dari Official Assesment System menjadi Self Assesment System. Dalam sistem ini pemerintah khususnya pihak Dirjen pajak memberikan kepercayaan sepenuhnya pada Wajib Pajak untuk melakusanakan kegiatan
pemenuhan kewajiban perpajakannya.
Maka dari itu ketentuan dalam hal perpajakannya haruslah berdasarkan
perundang-undangan yang telah ada, sehingga akan tercipta wajib pajak yang
patuh,dan akan berdampak juga terhadap penerimaan pajak. Untuk itu pemerintah
tidak bisa membiarkan begitu saja wajib pajak yang lalai dalam hal
perpajakannya,maka dibuatlah sanksi sebagai hukuman bagi wajib pajak yang
lalai tersebut. Salah satunya sanksi denda yang dikenakan bagi wajib pajak yang
dikenakan terhadap pelanggaran yang berkaitan dengan pelaporan. Sanksi denda
tersebut akan dinilai oleh wajib pajak melalui sikap wajib pajak, Sikap wajib
pajak pada pelaksanaan sanksi denda itu sendiri adalah penilaian oleh wajib pajak
mengenai baik atau buruknya pelaksanaan sanksi denda, apabila sikap wajib pajak
menilai positif terhadap sanksi denda tersebut, maka respon wajib pajak tersebut
akan baik pula, dan juga sebaliknya. Dimana sikap wajib pajak tersebut diukur
kepercayaan, tingkat keyakinan, tingkat kepuasan dan tingkat kesediaan wajib
pajak membayar sanksi denda tersebut.
Sikap wajib pajak tidak hanya berdampak terhadap hal – hal tertentu saja,
tetapi nantinya akan berdampak ke kepatuhan pajak sendiri dan nantinya akan
berpengaruh terhadap penerimaan pajak,maka dari itu kepatuhan pajak harus
ditingkatkan. Kepatuhan pajak dapat diukur dengan indikator Wajib Pajak paham
atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang- undangan
perpajakan. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas. Menghitung jumlah
pajak yang terutang dengan benar. Membayar pajak yang terutang tepat pada
waktunya. Apabila wajib pajak sudah melakukan hal tersebut maka wajib pajak
dapat dikatakan patuh, tetapi wajib pajak dikatakan tidak patuh apabila wajib
pajak tersebut tidak melakukan hal yang dikategorikan patuh tersebut. Penelitian
ini juga didukung berdasarkan penelitian terdahulu, ada beberapa penelitian
terdahulu yang telah dijadikan referensi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
dengan adanya sikap wajib pajak yang baik terhadap penilaian pelaksanaan sanksi
denda maka akan berdampak ke kepatuhan wajib pajak.
Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yaitu Suyatmin (2004),
Suyatmin melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Sikap Wajib Pajak
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Pembayaran PBB Studi Empiris di
wilayah KPPBB Surakarta”. Menyatakan bahwa sikap Wajib Pajak terhadap
sanksi denda PBB, sikap Wajib Pajak terhadap pelayanan fiskus, sikap Wajib
Pajak terhadap kesadaran bernegara, sikap Wajib Pajak terhadap kesadaran
pembayaran PBB di kota Surakarta. Sedangkan sikap Wajib Pajak terhadap
prioritas pembangunan daerah tidak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak
dalam pembayaran PBB di kota Surakarta.
Sulud Kahono (2003) melakukan penelitian tentang pengaruh dari sikap
WP terhadap prioritas pembangunan daerah, sikap WP terhadap sanksi denda
PBB, sikap WP terhadap pelayanan fiskus dan sikap WP terhadap penghindaran
PBB terhadap kepatuhan wajib pajak PBB di KP PBB Semarang. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda. Hasil penelitian
Sulud Kahono (2003) adalah bahwa semua variabel bebas yang diteliti memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan WP PBB baik secara parsial
maupun bersama-sama, Karsimiati (2009) dengan judul pengaruh pelayanan
fiskus,sanksi denda dan kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak
dalam membayar PBB di Kecamatan Gabus-Pati. Lumumba Omweri Marti,
Migwi S. Wanjohi, Obara Magutu (2010) yang berjudul Tax payer’s attitudes and tax compliance. Dan penelitian yang dilakukan oleh Ni Ketut Muliari (2011) tentang Pengaruh persepsi tentang sanksi perpajakan dan kesadaran wajib pajak
pada kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi. Agus Nugroho Jatmiko
(2006) dengan judul pengaruh sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi
denda,pelayanan fiskus dan kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib
pajak. Untuk lebih jelasnya mengenai perbedaan dan persamaan dengan peneliti
Tabel 2.2
Ringkasan Penelitian dan referensi yang berkaitan dengan sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda terhadap kepatuhan wajib pajak
NO Peneliti Judul Hasil Penelitian Perbedaan Kesamaan
1 Suyatmin
(2004)
Pengaruh Sikap Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Pembayaran PBB Studi Empiris di wilayah KPPBB Surakarta
Sikap Wajib Pajak terhadap sanksi denda PBB, sikap Wajib Pajak terhadap pelayanan fiskus,
berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam pembayaran PBB di kota Surakarta. kepatuhan Wajib Pajak dalam pembayaran PBB di kota Surakarta. Perbedaan variabel Y karena cenderung kepada kepatuhan pembayaran PBB Terdapat kesamaan yaitu,meneliti tentang sikap wajib pajak
2 Sulud Kahono
(2003)
pengaruh dari sikap WP
terhadap prioritas
pembangunan daerah,
sikap WP terhadap sanksi denda PBB, sikap WP terhadap pelayanan fiskus dan sikap WP terhadap
penghindaran PBB
terhadap kepatuhan wajib pajak PBB di KP PBB Semarang
Semua variabel bebas yang diteliti memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kepatuhan WP PBB baik secara parsial maupun bersama-sama. Terdapat variabel yang berbeda yaitu sikap wp terhadap prioritas pembanguna n daerah dan sikap WP terhadap penghindara n PBB Terdapat kesamaan yaitu membahas tentang sikap wajib pajak
3 Karsimiati
(2009)
pengaruh pelayanan fiskus,sanksi denda dan kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB di Kecamatan Gabus-Pati
Adanya pelayanan fiskus yang baik, sanksi denda bagi Wajib Pajak, dan kesadaran perpajakan yang tinggi oleh Wajib Pajak diduga akan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Faktor-faktor ini saling berkaitan dari Wajib Pajak sadar akan pentingnya membayar pajak, sanksi denda yang dijatuhkan akan menambah beban pajak yang harus dibayar. Wajib Pajak akan membayar pajak tepat waktu karena didukung mutu pelayanan fiskus dalam melayani Wajib Pajak.
Memiliki variabel yang lebih menekankan kepada kepatuhan WP dalam membayar PBB Terdapat variabel tentang sanksi denda.
4 Lumumba
Omweri Marti,
Migwi S.
Wanjohi, Obara Magutu (2010)
TAX PAYERS’
ATTITUDES AND TAX COMPLIANCE
BEHAVIOUR IN KENYA
on the relationship between the taxpayers’
attitudes and tax compliance in Kenya. It was found that there is a very strong relationship between the taxpayers’ attitudes and tax compliance in Kenya i.e.
taxpayers’ attitudes encourages tax compliance in Kenya since the
correlation of 0.846. And all the that influence the taxpayers’ attitudes, equally affect the taxpayers’ compliance with the tax requirement i.e. taxpayers’ attitudes encourages tax compliance in Kenya
antara sikap wajib pajak dan kepatuhan wajib pajak yang akan di teliti
5 Ni Ketut
Muliari (2011)
Pengaruh persepsi tentang sanksi perpajakan dan kesadaran wajib pajak pada kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi
Persepsi wajib pajak tentang snksi perpajakan berpengaruh positif dan signifikan pada kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi
Variabel yang kurang mendukung penelitian yaitu kesadaran wajib pajak Memiliki kesamaan yang membahas tentang sanksi dan kepatuhan
6 Agus Nugroho Jatmiko (2006)
pengaruh sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda,pelayanan fiskus dan kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak.
sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda,pelayanan fiskus dan kesadaran perpajakan bersama-sama berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak Variabel yang kurang mendukung penelitian yaitu kesadaran wajib pajak dan pelayanan fisku Memiliki kesamaan variable yaitu sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda dengan kepatuhan wajib pajak
7 Munari (2005) Pengaruh faktor Tax Payer
terhadap keberhasilan penerimaan PPH
Faktor persepsi WP tentang pelaksanaan sanksi
denda,berpengaruh signifikan terhadap penerimaan,hal tersebut disebabkan karena UU dan peraturan yang diterapkan secara lugas,tegas dan konsisten dapat membuat masyarakat taat dan patuh akan pajak Adanya faktor wajib pajak,khusus nya wajib pajak pada sanksi denda yang berpengaruh terhadap kepatuhan pajak Perbedaan variabel dependen,lebih menekankan kepada penerimaan pajak nya
Berdasarkan uraian diatas, penulis menuangkan kerangka pemikirannya
dalam bentuk skema kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Pemikiran
Dari kerangka pemikiran tersebut penulis menyimpulkan sebuah
paradigma penelitian sebagai berikut :
Self Assesment
system
Pelayanan Fiskus
Patuh Tidak Patuh
Sikap wajib pajak pada pelaksanaan
sanksi denda
Sanksi Denda
Kepatuhan wajib pajak
Hipotesis:
Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda,pelayanan fiskus berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
Kepatuhan wajib pajak (Y)
Indikator:
Nugroho (2006:112)
[image:34.612.142.383.104.295.2]
Gambar 2.2 Paradigma Penelitian
Sehingga apabila dilihat dari paradigma tersebut,maka dapat disimpulkan
bahwa sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda (X), dapat mempengaruhi
kepatuhan wajib pajak (Y).
2.3 Hipotesis
Undang-undang dan peraturan secara garis besar berisikan hak dan
kewajiban, tindakan yang diperkenankan dan tidak diperkenankan oleh
masyarakat. Agar undang-undang dan peraturan tersebut dipatuhi, maka harus ada
sanksi bagi pelanggarnya. WP akan mematuhi pembayaran pajak bila memandang
sanksi denda akan lebih banyak merugikannya. Semakin banyak sisa tunggakan
pajak yang harus dibayar WP, maka akan semakin berat bagi WP untuk
melunasinya.
Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda (X)
Indikator:
1.Kognitif
2.Afektif
3.konatif
Oleh karena itu sangat relevan apabila sikap Wajib Pajak pada pelaksanaan
sanski denda digunakan sebagai variabel bebas penelitian ini. Berdasarkan hal
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan tujuan tertentu
mengenai suatu hal yang akan dibuktikan secara objektif. Pengertian objek
penelitian menurut Sugiyono (2009:13) adalah sebagai berikut :
“Sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan reliable tentang sesuatu hal (variabel tertentu)”.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian
digunakan untuk mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaan tertentu. Objek
yang penulis gunakan dalam penelitian adalah Sikap wajib pajak pada
pelaksanaan sanksi denda terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian ini
dilaksanakan di KPP Pratama Soreang.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara penulis dalam menganalisis data.
Pengertian dari Metode Penelitian adalah sebagai berikut:
Menurut Sugiyono (2010:2) menjelaskan bahwa:
“Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa merupakan cara
pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat
dengan maksud mendapatkan fakta dan kesimpulan agar dapat memahami,
menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan keadaan. Metode penelitian juga
merupakan cara kerja untuk memahami dan mendalami objek yang menjadi
sasaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dan verifikatif.
Metode deskriptif menurut Sugiyono (2010:29) adalah sebagai berikut:
“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan
atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih luas”.
Metode deskriptif ini merupakan metode yang bertujuan untuk mengetahui
sifat serta hubungan yang lebih mendalam antara dua variabel dengan cara
mengamati aspek-aspek tertentu secara lebih spesifik untuk memperoleh data
yang sesuai dengan masalah yang ada dengan tujuan penelitian, dimana data
tersebut diolah, dianalisis, dan diproses lebih lanjut dengan dasar teori-teori yang
telah dipelajari sehingga data tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan. Setelah itu
apabila data sudah dideskriptifkan maka selanjutnya data tersebut di verifikatikan.
Sedangkan metode verifikatif menurut Mashuri (2008:45) menyatakan bahwa :
“Penelitian verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan
untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di
Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan
perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel X
(Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda), terhadap Y (Kepatuhan
Wajib Pajak). Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis
apakah diterima atau ditolak.
3.2.1. Desain Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan
dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan
baik dan sistematis.
Desain penelitian menurut Moh. Nazir (2003:84) memaparkan bahwa:
“Desain Penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan
dan pelaksanaan penelitian”.
Dari definisi di atas maka dapat dikatakan bahwa desain penelitian
merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam
melaksanakan penelitian mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan
penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu. Desain penelitian yang digunakan
penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian,
selanjutnya dapat ditetapkan judul yang akan diteliti. Dalam penelitian ini
permasalahan yang terjadi difokuskan pada Sikap wajib pajak pada
pelaksanaan sanksi denda, pelayanan fiskus serta kepatuhan wajib pajak.
Oleh karena itu penulis mengambil judul Analisis sikap wajib pajak pada
2. Mengidentifikasi masalah yang terjadi. Dalam penelitian ini permasalahan
yang berhasil diidentifikasi antara lain adalah Sanksi yang diberikan bagi
wajib pajak yang melanggar masih cenderung rendah,wajib pajak selalu
menunda – nunda dalam hal pembayaran sanksi denda, serta tingkat
kepatuhan wajib pajak sangat rendah.
3. Menetapkan rumusan masalah
Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya
melalui pengumpulan data. Proses penemuan masalah merupakan tahap
penelitian yang paling sulit karena tujuan penelitian ini adalah menjawab
masalah penelitian sehingga suatu penelitian tidak dapat dilakukan dengan
baik jika masalahnya tidak dirumuskan secara jelas. Rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda di KPP
Pratama Soreang
2. Bagaimana kepatuhan wajib pajak yang ada di KPP Pratama Soreang
3. Seberapa besar pengaruh Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi
denda terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Soreang
4. Menetapkan tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan
menganalisis pengaruh sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda,
terhadap kepatuhan wajib pajak
5. Menetapkan konsep variable sekaligus pengukuran variable penelitian yang
digunakan. Dalam penelitian ini konsep Sikap wajib pajak pada pelaksanaan
kepatuhan wajib pajak mengacu pada konsep Siti Kurnia Rahayu (2009).
Pengukuran dengan skala ordinal karena data yang diukurnya berupa
tingkatan.
6. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori.
Penulis menetapkan hipotesis dalam penelitian ini: Sikap wajib pajak pada
pelaksanaan sanksi denda, berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak di KPP Pratama Soreang.
7. Metode penelitian
Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode deskriptif dan
verifikatif. Metode deskriptif digunakan untuk menjawab rumusan masalah
pertama dan kedua, yaitu:
1. Bagaimana sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda di KPP
Pratama Soreang
2. Bagaimana kepatuhan wajib pajak yang ada di KPP Pratama Soreang
Sedangkan metode verifikatif digunakan untuk menjawab rumusan masalah
ketiga, yaitu Seberapa besar pengaruh sikap wajib pajak pada pelaksanaan
sanksi denda dan pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP
Pratama Soreang
8. Menyusun instrumen penelitian
Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun
instrumen penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data.
Instrumen pada penelitian ini berbentuk kuesioner. Sebelum instrumen
dulu diuji validitas dan reliabilitas. Dimana validitas digunakan untuk
mengukur kemampuan sebuah alat ukur dan reliabilitas digunakan untuk
mengukur sejauh mana pengukuran tersebut dapat dipercaya. Setelah data
terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan
menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tertentu. Selanjutnya
peneliti menganalisis dan mengambil sampel untuk melakukan penelitian
mengenai:
a. Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda yang diperoleh dari data
kuesioner yang akan diisi oleh wajib pajak pada KPP Pratama Soreang
b. Kepatuhan wajib pajak dari data data kuesioner yang akan diisi oleh wajib
pajak pada KPP Pratama Soreang.
Selanjutnya penulis mulai menggunakan perhitungan dengan menggunakan
MSI (Method Succesive Interval) untuk menaikkan skala ordinal menjadi interval, regresi linier sederhana untuk membuktikan sejauh mana pengaruh
yang diperlihatkan antara sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda
terhadap kepatuhan wajib pajak, Korelasi Pearson Product Moment untuk meneliti erat tidaknya pengaruh sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi
denda terhadap kepatuhan wajib pajak, koefisien determinasi untuk menilai
besarnya pengaruh sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda terhadap
9. Kesimpulan
Kesimpulan adalah langkah terakhir berupa jawaban atas rumusan masalah.
Dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai
solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diuraikan desain dari
[image:42.612.146.495.296.442.2]penelitian ini, seperti pada Tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Penelitian Desain penelitian Jenis Penelitian Metode yang digunakan Unit Analisis Time Horizon T-1 Descriptive Descriptive
dan Survey
Wajib pajak Cross Sectional T-2 Descriptive Descriptive
dan Survey
Wajib Pajak Cross Sectional T-3 Descriptive
dan verikatif
Descriptive dan
Explanatory
Wajib Pajak Cross Sectional
Dari tabel di atas dapat penulis uraikan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi
denda di KPP Pratama Soreang, digunakan metode deskriptif dan survey
dengan cara membandingkan keadaan yang ada dengan teori-teori yang
relevan.
2. Untuk mengetahui bagaimana Kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama
Soreang, digunakan metode deskriptif dan survey dengan cara
membandingkan keadaan yang ada dengan teori-teori yang relevan pada
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Sikap wajib pajak pada
pelaksanaan sanksi denda terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama
Soreang digunakan metode deskriptif dan verifikatif yaitu dengan cara
mengumpulkan informasi dengan membuat instrumen kedua variabel dan
menganalisis secara kualitatif dan kuantitatif serta melakukan uji hipotesis
yang telah ditetapkan dengan menggunakan uji statistika.
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Pengertian variabel menurut Sugiyono (2010: 31) adalah
“sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulan.”
Sedangkan definisi operasionalisasi variabel menurut Nur Indriantoro
(2002:69) sebagai berikut:
“Definisi operasional adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik.”
Operasionalisasi variabel diperlukan dalam menentukan jenis, indikator,
serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam suatu penelitian, sehingga
1. Variabel Bebas / Independent (variabel X1)
Sugiyono (2010:33) mengemukakan bahwa, “Variabel bebas adalah
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel terikat (dependen)”.
Variabel bebas merupakan variabel stimulus atau variabel yang dapat
mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel yang diukur,
dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan
suatu gejala yang diobservasi. Variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini
adalah, sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda
2. Variabel tergantung / Dependent (Variabel Y)
Variabel tergantung adalah variabel yang memberikan reaksi/respon jika
dihubungkan dengan variabel bebas. Menurut Sugiyono (2010:39) ,
“Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas”.
Dalam hal ini variabel terikatnya adalah Kepatuhan wajib pajak.
Berdasarkan uraian di atas, operasionalisasi variabel penelitian ini dapat
[image:44.612.133.570.591.706.2]dijelaskan dalam tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.2 Operasional Variabel
Variabel Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala N0
kuesioner (X1)
Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda
“Sikap wajib pajak terhadap
pelaksanaan sanksi denda yaitu sikap responden tentang pelaksanaan sanksi denda terhadap
1.Kognitif (berisi kepercayaan, keyakinan, ide dan konsep seseorang mengenai apa Tingkat
pengetahuan wajib pajak terhadap perhitungan sanksi denda
responden dan orang lain di sekitar responden.”
Suyatmin (2004)
yang berlaku) Tingkat
kepercayaan wajib pajak terhadap adanya sanksi denda
3-4
Tingkat keyakinan wajib pajak terhadap
pelaksanaan sanksi denda 5-6 2.Afektif (menyangkut masalah kehidupan emosional seseorang
terhadap suatu objek sikap)
Tingkat kepuasan wajib pajak terhadap sanksi
denda yang
diberikan
7-9
3.Konatif (sikap yang menunjukkan perilaku atau kecenderungan berprilaku)
Tingkat kesediaan wajib pajak membayar sanksi denda 10-12 (Y) Kepatuhan Wajib Pajak “Suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.” (Safri Nurmantu (2009; 138)
1.Wajib Pajak
paham atau
berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan 13
Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.
14-15
Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan
benar.
Membayar pajak yang terutang tepat
pada waktunya. Ordinal
18-19
Jenis skala pengukuran yang digunakan yaitu ordinal, dimana oleh Zainal
Mustafa (2009:55) dikemukakan bahwa :
”Skala Ordinal merupakan suatu instrument yang menghasilkan nilai atau
skor yang bertingkat atau berjenjang (bergradasi)”.
Dalam operasionalisasi variabel ini semua variabel diukur oleh instrumen
pengukur dalam bentuk kuesioner yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe
skala likert. Skala likert menurut Sugiyono (2009:134) adalah sebagai berikut:
”Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”.
Untuk pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus
menggambarkan, mendukung pernyataan (item positif) atau tidak mendukung
[image:46.612.134.570.105.212.2]pernyataan (item negatif). Skor atas pilihan jawaban adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3
Skor pernyataan positif No. Keterangan Skor 1.
2. 3. 4. 5.
A B C D E
5≤ 4 3 2 1
3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data
Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian mengenai “Sikap
wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda, terhadap kepatuhan wajib pajak”
adalah data sekunder dan primer.
Menurut Sugiyono (2009:137) menjelaskan data primer sebagai berikut:
“Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data.”
Menggunakan data primer karena peneliti mengumpulkan sendiri data-data
yang dubutuhkan yang bersumber langsung dari objek pertama yang akan diteliti.
Setelah data-data terkumpul, data tersebut akan diolah sehingga akan menjadi
sebuah informasi bagi peneliti tentang keadaan objek penelitian. Data primer
dalam penelitian ini adalah hasil observasi, dan hasil wawancara, Sedangkan
menurut Sugiyono (2009:137) data sekunder adalah:
“Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data.”
Menggunakan data sekunder karena peneliti mengumpulkan informasi dari
data yang telah diolah oleh pihak lain.
3.2.3.2 Teknik Penentuan Data
Adapun Teknik Penentuan data terbagi menjadi dua bagian, yaitu populasi
1. Populasi
Adapun Pengertian populasi menurut Sugiyono (2010:115) mengemukakan
bahwa:
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terjadi atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakter tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.”
Berdasarkan pengertian di atas, populasi merupakan obyek atau subyek
yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan
dengan masalah dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak
1.900 wajib pajak.
2. Sampel
Bila jumlah populasi besar dan tidak mungkin dilakukan penelitian
terhadap seluruh anggota populasi maka dapat mengguna