• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kelayaka usaha instalasi biogas dalam mengelola limbah ternak sapi potong (PT. Widodo Makmur Perkasa, Cianjur)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kelayaka usaha instalasi biogas dalam mengelola limbah ternak sapi potong (PT. Widodo Makmur Perkasa, Cianjur)"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA INSTALASI BIOGAS

DALAM MENGELOLA LIMBAH TERNAK SAPI POTONG

(PT. WIDODO MAKMUR PERKASA, CIANJUR)

Oleh

Muzayin

A 14105576

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

MUZAYIN. Analisis Kelayakan Usaha Instalasi Biogas Dalam Mengelola Limbah Ternak Sapi Potong (PT. Widodo Makmur Perkasa, Cianjur). di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA.

Tingginya konsumsi bahan bakar minyak untuk pembangkit listrik PLN di Indonesia, menimbulkan permasalahn bagi negara. Pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak. Kebijakan tersebut menekankan pada sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai alternatif pengganti bahan bakar minyak. Salah satu sumber energi alternatif adalah biogas. Gas ini berasal dari berbagai macam limbah organik seperti sampah biomassa, kotoran manusia, kotoran hewan dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses anaerobik digestion.

Selama ini kotoran sapi potong dari peternakan PT. Widodo Makmur Perkasa belum ditangani dengan baik, hal tersebut telah mengakibatkan pencemaran dilingkungan sekitar. Proyek instalasi biogas membutuhkan investasi yang cukup besar, perlu ditelaah lebih jauh apakah layak atau tidak layak untuk dilaksanakan. Dengan menggunakan analisis kriteria investasi dapat dilihat bagaimana manfaat investasi yang ditanamkan terhadap biaya yang telah dikeluarkan. Biaya yang dikeluarkan diharapkan dapat memberikan manfaat, tidak hanya manfaat finansial tetapi manfaat lain yang sesuai dengan aspek-aspek kelayakan.

Berdasarkan analisis di atas maka dirumuskan beberapa masalah dalam penelitian, yaitu: (1) Bagaimana keragaan pengelolaan limbah dengan instalasi biogas dilokasi penelitian (2) Apakah proyek instalasi biogas dilokasi penelitian layak untuk dilaksanakan (3) Bagaimana kepekaan kelayakan proyek terhadap perubahan komponen manfaat dan biaya. Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah (1) Mengkaji keragaan pengelolaan limbah dengan instalasi biogas dilokasi penelitian (2) Menganalisis kelayakan proyek instalasi biogas dilokasi penelitian (3) Menganalisis sensitivitas terhadap kelayakan proyek instalasi biogas jika terjadi perubahan dalam komponen biaya dan manfaat.

(3)

Analisis yang dilakukan dalam penelitian adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran pengelolaan limbah dengan instalasi biogas yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek sosial. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis kelayakan finansial proyek instalasi biogas. Analisis kelayakan finansial menggunakan perhitungan kriteria-kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C, Payback Period dan analisis sensitivitas. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan komputer Microsoft Excel dan ditampilkan dalam bentuk tabulasi.

Proyek instalasi biogas yang dikonversi ke energi listrik merupakan usaha mandiri PT. Widodo Makmur Perkasa yang dikelola oleh Divisi Produksi, yang bertanggung jawab terhadap proyek pembangunan instalasi biogas adalah PT AsiaBiogas yang ditunjuk sebagai konsultan proyek. Dalam pelaksanaannya pembuatan instalasi pembangkit listrik biogas ini menerapkan teknologi adopsi dari ABI&PhilBIO Filipina. Berdasarkan data yang diperoleh potensi pasar energi listrik dan pupuk organik cukup tinggi. Dilihat dari segi aspek sosial dan ekonomi diharapkan proyek instalasi biogas ini dapat meningkatkan status sosial dan kesejahteraan masyarakat setempat.

Berdasarkan analisis pada aspek-aspek penunjang kelayakan proyek yaitu aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen, aspek sosial dan aspek finansial menunjukkan bahwa proyek instalasi biogas di PT. Widodo Makmur Perkasa layak untuk dilaksanakan. Secara teknis pendirian instalasi biogas diserahkan kepada PT. AsiaBiogas Indonesia sebagai penanggung jawab dilapangan. Aspek pasar dari proyek instalasi biogas mencakup pangsa pasar yang potensial dari energi listrik dan pupuk organik. Aspek sosial dari proyek instalasi biogas dirasakan terbebasnya lingkungan dari bau maupun limbah kotoran ternak.

Analisis kelayakan finansial proyek instalasi biogas dengan populasi sapi minimal 5000 ekor dengan tingkat diskonto 9 persen menunjukkan nilai NPV positif sebesar Rp. 11.401.465.948, nilai Net B/C sebesar 2,272, nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 19 persen dan payback period selama 3,084 tahun. Hasil tersebut membuktikan proyek instalasi biogas di PT. Widodo Makmur Perkasa layak untuk dilaksanakan.

Hasil analisis sensitivitas dengan skenario menunjukkan bahwa pada proyek instalasi biogas ini tidak layak dilaksanakan jika terjadi penurunan jumlah output (feces) sebesar 10 persen disertai dengan penurunan captive market sebesar 10 persen dan kenaikan biaya tetap (tenaga kerja ahli dan tenaga kerja operasional) sebesar 20 persen. Pada kondisi penurunan captive market sebesar 10 persen disertai kenaikan biaya tetap (tenaga kerja ahli dan tenaga kerja operasional) sebesar 20 persen dan kenaikan biaya variabel (tenaga kerja pelaksana dan packaging) sebesar 20 persen usaha masih layak untuk dilaksanakan.

(4)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA INSTALASI BIOGAS DALAM MENGELOLA LIMBAH TERNAK SAPI POTONG

(PT. Widodo Makmur Perkasa, Cianjur)

Oleh MUZAYIN A 14105576

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(5)

JUDUL : Analisis Kelayaka Usaha Instalasi Biogas Dalam Mengelola Limbah Ternak Sapi Potong (PT. Widodo Makmur Perkasa, Cianjur)

NAMA : Muzayin

NRP : A 14105576

Menyetujui, Dosen Pembimbing

(Ir. Netti Tinaprilla, MM) NIP. 132 133 965

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

(Prof. Dr. Didy Soepandie, M.Agr) NIP. 131 124 019

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

”ANALISIS KELAYAKAN USAHA INSTALASI BIOGAS DALAM MENGELOLA LIMBAH TERNAK SAPI POTONG (PT. Widodo Makmur Perkasa, Cianjur)” MERUPAKAN HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2008

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Pati Jawa Tengah pada tanggal 21 Februari 1982 sebagai anak dari pasangan Bapak Podho dan Ibu Darni. Penulis adalah anak ke enam dari enam bersaudara.

Penulis mengikuti pendidikan sekolah dasar di MI Manahijjul Ulum, Plaosan dan lulus pada tahun 1994. Pendidikan tingkat menengah pertama di MTS Manahijjul Ulum, Plaosan dan lulus pada tahun 2007. Pendidikan menengah umum diselesaikan pada tahun 2001 di SMK Pragola Pati, Pati Jawa Tengah. Pada tahun 2001 penulis diterima di Program Diploma Teknologi Industri Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, berkah dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam senantiasa tercurah kepada teladan terbaik sepanjang zaman yang telah membawa umat dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang Nabi Muhammad SAW.

Skripsi yang berjudul ”ANALISIS KELAYAKAN USAHA INSTALASI BIOGAS DALAM MENGELOLA LIMBAH TERNAK SAPI POTONG (PT. Widodo Makmur Perkasa, Cianjur)” berisikan mengenai kriteria kelayakan yang mendukung layak atau tidaknya proyek untuk dilaksanakan dan dikembangkan. Skripsi ini memuat serangkaian aspek-aspek penunjang kelayakan seperti aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen dan aspek sosial.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berharap agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang memerlukan.

Bogor, September 2008

(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan segala rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang sudah memberikan dukungan moril maupun materil, dorongan semangat, bimbingan, sumbangan pemikiran dan lain-lain. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak dan ibu penulis yang telah memberikan dorongan, motivasi dan do’a selama ini.

2. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar membimbing dan memberikan banyak ilmu kepada penulis dalam penulisan skripsi.

3. Muhammad Firdaus, SP, Msi, Ph.D selaku dosen penguji utama yang telah memberikan saran perbaikan yang diperlukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Tintin Sarianti, SP selaku wakil penguji dari komisi pendidikan yang telah membantu dan memberikan saran kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.

5. Rahmat Yanuar, SP, MSi selaku dosen evaluator pada kolokium penulis. 6. F. Eka Damayanti selaku pembahas yang telah memberikan kritik dan

saran pada seminar penulis.

(10)

8. Bapak Hari dan Mas Ali selaku staff PT. Widodo Makmur Perkasa yang telah memberikan informasi dan data di lapangan.

9. Kakakqu Siti Rukmini dan mas Teguh yang telah memberikan dorongan baik material maupun motifasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Keluargaqu tercinta kak Hadi, kak Darsuki, mba Kesi, mba Parti yang telah memberikan motifasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11.Pak Bagus yang telah memberikan waktu, motifasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

12.Anton and keluarga yang telah memberikan semangat kepada penulis. 13.Temen-temen seperjuangan Adi, Ari, Arief, Jam’an, Wawan, Fajar, Ubay,

(11)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA INSTALASI BIOGAS

DALAM MENGELOLA LIMBAH TERNAK SAPI POTONG

(PT. WIDODO MAKMUR PERKASA, CIANJUR)

Oleh

Muzayin

A 14105576

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

RINGKASAN

MUZAYIN. Analisis Kelayakan Usaha Instalasi Biogas Dalam Mengelola Limbah Ternak Sapi Potong (PT. Widodo Makmur Perkasa, Cianjur). di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA.

Tingginya konsumsi bahan bakar minyak untuk pembangkit listrik PLN di Indonesia, menimbulkan permasalahn bagi negara. Pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak. Kebijakan tersebut menekankan pada sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai alternatif pengganti bahan bakar minyak. Salah satu sumber energi alternatif adalah biogas. Gas ini berasal dari berbagai macam limbah organik seperti sampah biomassa, kotoran manusia, kotoran hewan dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses anaerobik digestion.

Selama ini kotoran sapi potong dari peternakan PT. Widodo Makmur Perkasa belum ditangani dengan baik, hal tersebut telah mengakibatkan pencemaran dilingkungan sekitar. Proyek instalasi biogas membutuhkan investasi yang cukup besar, perlu ditelaah lebih jauh apakah layak atau tidak layak untuk dilaksanakan. Dengan menggunakan analisis kriteria investasi dapat dilihat bagaimana manfaat investasi yang ditanamkan terhadap biaya yang telah dikeluarkan. Biaya yang dikeluarkan diharapkan dapat memberikan manfaat, tidak hanya manfaat finansial tetapi manfaat lain yang sesuai dengan aspek-aspek kelayakan.

Berdasarkan analisis di atas maka dirumuskan beberapa masalah dalam penelitian, yaitu: (1) Bagaimana keragaan pengelolaan limbah dengan instalasi biogas dilokasi penelitian (2) Apakah proyek instalasi biogas dilokasi penelitian layak untuk dilaksanakan (3) Bagaimana kepekaan kelayakan proyek terhadap perubahan komponen manfaat dan biaya. Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah (1) Mengkaji keragaan pengelolaan limbah dengan instalasi biogas dilokasi penelitian (2) Menganalisis kelayakan proyek instalasi biogas dilokasi penelitian (3) Menganalisis sensitivitas terhadap kelayakan proyek instalasi biogas jika terjadi perubahan dalam komponen biaya dan manfaat.

(13)

Analisis yang dilakukan dalam penelitian adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran pengelolaan limbah dengan instalasi biogas yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek sosial. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis kelayakan finansial proyek instalasi biogas. Analisis kelayakan finansial menggunakan perhitungan kriteria-kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C, Payback Period dan analisis sensitivitas. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan komputer Microsoft Excel dan ditampilkan dalam bentuk tabulasi.

Proyek instalasi biogas yang dikonversi ke energi listrik merupakan usaha mandiri PT. Widodo Makmur Perkasa yang dikelola oleh Divisi Produksi, yang bertanggung jawab terhadap proyek pembangunan instalasi biogas adalah PT AsiaBiogas yang ditunjuk sebagai konsultan proyek. Dalam pelaksanaannya pembuatan instalasi pembangkit listrik biogas ini menerapkan teknologi adopsi dari ABI&PhilBIO Filipina. Berdasarkan data yang diperoleh potensi pasar energi listrik dan pupuk organik cukup tinggi. Dilihat dari segi aspek sosial dan ekonomi diharapkan proyek instalasi biogas ini dapat meningkatkan status sosial dan kesejahteraan masyarakat setempat.

Berdasarkan analisis pada aspek-aspek penunjang kelayakan proyek yaitu aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen, aspek sosial dan aspek finansial menunjukkan bahwa proyek instalasi biogas di PT. Widodo Makmur Perkasa layak untuk dilaksanakan. Secara teknis pendirian instalasi biogas diserahkan kepada PT. AsiaBiogas Indonesia sebagai penanggung jawab dilapangan. Aspek pasar dari proyek instalasi biogas mencakup pangsa pasar yang potensial dari energi listrik dan pupuk organik. Aspek sosial dari proyek instalasi biogas dirasakan terbebasnya lingkungan dari bau maupun limbah kotoran ternak.

Analisis kelayakan finansial proyek instalasi biogas dengan populasi sapi minimal 5000 ekor dengan tingkat diskonto 9 persen menunjukkan nilai NPV positif sebesar Rp. 11.401.465.948, nilai Net B/C sebesar 2,272, nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 19 persen dan payback period selama 3,084 tahun. Hasil tersebut membuktikan proyek instalasi biogas di PT. Widodo Makmur Perkasa layak untuk dilaksanakan.

Hasil analisis sensitivitas dengan skenario menunjukkan bahwa pada proyek instalasi biogas ini tidak layak dilaksanakan jika terjadi penurunan jumlah output (feces) sebesar 10 persen disertai dengan penurunan captive market sebesar 10 persen dan kenaikan biaya tetap (tenaga kerja ahli dan tenaga kerja operasional) sebesar 20 persen. Pada kondisi penurunan captive market sebesar 10 persen disertai kenaikan biaya tetap (tenaga kerja ahli dan tenaga kerja operasional) sebesar 20 persen dan kenaikan biaya variabel (tenaga kerja pelaksana dan packaging) sebesar 20 persen usaha masih layak untuk dilaksanakan.

(14)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA INSTALASI BIOGAS DALAM MENGELOLA LIMBAH TERNAK SAPI POTONG

(PT. Widodo Makmur Perkasa, Cianjur)

Oleh MUZAYIN A 14105576

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(15)

JUDUL : Analisis Kelayaka Usaha Instalasi Biogas Dalam Mengelola Limbah Ternak Sapi Potong (PT. Widodo Makmur Perkasa, Cianjur)

NAMA : Muzayin

NRP : A 14105576

Menyetujui, Dosen Pembimbing

(Ir. Netti Tinaprilla, MM) NIP. 132 133 965

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

(Prof. Dr. Didy Soepandie, M.Agr) NIP. 131 124 019

(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

”ANALISIS KELAYAKAN USAHA INSTALASI BIOGAS DALAM MENGELOLA LIMBAH TERNAK SAPI POTONG (PT. Widodo Makmur Perkasa, Cianjur)” MERUPAKAN HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2008

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Pati Jawa Tengah pada tanggal 21 Februari 1982 sebagai anak dari pasangan Bapak Podho dan Ibu Darni. Penulis adalah anak ke enam dari enam bersaudara.

Penulis mengikuti pendidikan sekolah dasar di MI Manahijjul Ulum, Plaosan dan lulus pada tahun 1994. Pendidikan tingkat menengah pertama di MTS Manahijjul Ulum, Plaosan dan lulus pada tahun 2007. Pendidikan menengah umum diselesaikan pada tahun 2001 di SMK Pragola Pati, Pati Jawa Tengah. Pada tahun 2001 penulis diterima di Program Diploma Teknologi Industri Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

(18)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, berkah dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam senantiasa tercurah kepada teladan terbaik sepanjang zaman yang telah membawa umat dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang Nabi Muhammad SAW.

Skripsi yang berjudul ”ANALISIS KELAYAKAN USAHA INSTALASI BIOGAS DALAM MENGELOLA LIMBAH TERNAK SAPI POTONG (PT. Widodo Makmur Perkasa, Cianjur)” berisikan mengenai kriteria kelayakan yang mendukung layak atau tidaknya proyek untuk dilaksanakan dan dikembangkan. Skripsi ini memuat serangkaian aspek-aspek penunjang kelayakan seperti aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen dan aspek sosial.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berharap agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang memerlukan.

Bogor, September 2008

(19)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan segala rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang sudah memberikan dukungan moril maupun materil, dorongan semangat, bimbingan, sumbangan pemikiran dan lain-lain. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak dan ibu penulis yang telah memberikan dorongan, motivasi dan do’a selama ini.

2. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar membimbing dan memberikan banyak ilmu kepada penulis dalam penulisan skripsi.

3. Muhammad Firdaus, SP, Msi, Ph.D selaku dosen penguji utama yang telah memberikan saran perbaikan yang diperlukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Tintin Sarianti, SP selaku wakil penguji dari komisi pendidikan yang telah membantu dan memberikan saran kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.

5. Rahmat Yanuar, SP, MSi selaku dosen evaluator pada kolokium penulis. 6. F. Eka Damayanti selaku pembahas yang telah memberikan kritik dan

saran pada seminar penulis.

(20)

8. Bapak Hari dan Mas Ali selaku staff PT. Widodo Makmur Perkasa yang telah memberikan informasi dan data di lapangan.

9. Kakakqu Siti Rukmini dan mas Teguh yang telah memberikan dorongan baik material maupun motifasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Keluargaqu tercinta kak Hadi, kak Darsuki, mba Kesi, mba Parti yang telah memberikan motifasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11.Pak Bagus yang telah memberikan waktu, motifasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

12.Anton and keluarga yang telah memberikan semangat kepada penulis. 13.Temen-temen seperjuangan Adi, Ari, Arief, Jam’an, Wawan, Fajar, Ubay,

(21)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA INSTALASI BIOGAS

DALAM MENGELOLA LIMBAH TERNAK SAPI POTONG

(PT. WIDODO MAKMUR PERKASA, CIANJUR)

Oleh

Muzayin

A 14105576

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(22)

RINGKASAN

MUZAYIN. Analisis Kelayakan Usaha Instalasi Biogas Dalam Mengelola Limbah Ternak Sapi Potong (PT. Widodo Makmur Perkasa, Cianjur). di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA.

Tingginya konsumsi bahan bakar minyak untuk pembangkit listrik PLN di Indonesia, menimbulkan permasalahn bagi negara. Pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak. Kebijakan tersebut menekankan pada sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai alternatif pengganti bahan bakar minyak. Salah satu sumber energi alternatif adalah biogas. Gas ini berasal dari berbagai macam limbah organik seperti sampah biomassa, kotoran manusia, kotoran hewan dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses anaerobik digestion.

Selama ini kotoran sapi potong dari peternakan PT. Widodo Makmur Perkasa belum ditangani dengan baik, hal tersebut telah mengakibatkan pencemaran dilingkungan sekitar. Proyek instalasi biogas membutuhkan investasi yang cukup besar, perlu ditelaah lebih jauh apakah layak atau tidak layak untuk dilaksanakan. Dengan menggunakan analisis kriteria investasi dapat dilihat bagaimana manfaat investasi yang ditanamkan terhadap biaya yang telah dikeluarkan. Biaya yang dikeluarkan diharapkan dapat memberikan manfaat, tidak hanya manfaat finansial tetapi manfaat lain yang sesuai dengan aspek-aspek kelayakan.

Berdasarkan analisis di atas maka dirumuskan beberapa masalah dalam penelitian, yaitu: (1) Bagaimana keragaan pengelolaan limbah dengan instalasi biogas dilokasi penelitian (2) Apakah proyek instalasi biogas dilokasi penelitian layak untuk dilaksanakan (3) Bagaimana kepekaan kelayakan proyek terhadap perubahan komponen manfaat dan biaya. Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah (1) Mengkaji keragaan pengelolaan limbah dengan instalasi biogas dilokasi penelitian (2) Menganalisis kelayakan proyek instalasi biogas dilokasi penelitian (3) Menganalisis sensitivitas terhadap kelayakan proyek instalasi biogas jika terjadi perubahan dalam komponen biaya dan manfaat.

(23)

Analisis yang dilakukan dalam penelitian adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran pengelolaan limbah dengan instalasi biogas yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek sosial. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis kelayakan finansial proyek instalasi biogas. Analisis kelayakan finansial menggunakan perhitungan kriteria-kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C, Payback Period dan analisis sensitivitas. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan komputer Microsoft Excel dan ditampilkan dalam bentuk tabulasi.

Proyek instalasi biogas yang dikonversi ke energi listrik merupakan usaha mandiri PT. Widodo Makmur Perkasa yang dikelola oleh Divisi Produksi, yang bertanggung jawab terhadap proyek pembangunan instalasi biogas adalah PT AsiaBiogas yang ditunjuk sebagai konsultan proyek. Dalam pelaksanaannya pembuatan instalasi pembangkit listrik biogas ini menerapkan teknologi adopsi dari ABI&PhilBIO Filipina. Berdasarkan data yang diperoleh potensi pasar energi listrik dan pupuk organik cukup tinggi. Dilihat dari segi aspek sosial dan ekonomi diharapkan proyek instalasi biogas ini dapat meningkatkan status sosial dan kesejahteraan masyarakat setempat.

Berdasarkan analisis pada aspek-aspek penunjang kelayakan proyek yaitu aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen, aspek sosial dan aspek finansial menunjukkan bahwa proyek instalasi biogas di PT. Widodo Makmur Perkasa layak untuk dilaksanakan. Secara teknis pendirian instalasi biogas diserahkan kepada PT. AsiaBiogas Indonesia sebagai penanggung jawab dilapangan. Aspek pasar dari proyek instalasi biogas mencakup pangsa pasar yang potensial dari energi listrik dan pupuk organik. Aspek sosial dari proyek instalasi biogas dirasakan terbebasnya lingkungan dari bau maupun limbah kotoran ternak.

Analisis kelayakan finansial proyek instalasi biogas dengan populasi sapi minimal 5000 ekor dengan tingkat diskonto 9 persen menunjukkan nilai NPV positif sebesar Rp. 11.401.465.948, nilai Net B/C sebesar 2,272, nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 19 persen dan payback period selama 3,084 tahun. Hasil tersebut membuktikan proyek instalasi biogas di PT. Widodo Makmur Perkasa layak untuk dilaksanakan.

Hasil analisis sensitivitas dengan skenario menunjukkan bahwa pada proyek instalasi biogas ini tidak layak dilaksanakan jika terjadi penurunan jumlah output (feces) sebesar 10 persen disertai dengan penurunan captive market sebesar 10 persen dan kenaikan biaya tetap (tenaga kerja ahli dan tenaga kerja operasional) sebesar 20 persen. Pada kondisi penurunan captive market sebesar 10 persen disertai kenaikan biaya tetap (tenaga kerja ahli dan tenaga kerja operasional) sebesar 20 persen dan kenaikan biaya variabel (tenaga kerja pelaksana dan packaging) sebesar 20 persen usaha masih layak untuk dilaksanakan.

(24)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA INSTALASI BIOGAS DALAM MENGELOLA LIMBAH TERNAK SAPI POTONG

(PT. Widodo Makmur Perkasa, Cianjur)

Oleh MUZAYIN A 14105576

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(25)

JUDUL : Analisis Kelayaka Usaha Instalasi Biogas Dalam Mengelola Limbah Ternak Sapi Potong (PT. Widodo Makmur Perkasa, Cianjur)

NAMA : Muzayin

NRP : A 14105576

Menyetujui, Dosen Pembimbing

(Ir. Netti Tinaprilla, MM) NIP. 132 133 965

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

(Prof. Dr. Didy Soepandie, M.Agr) NIP. 131 124 019

(26)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

”ANALISIS KELAYAKAN USAHA INSTALASI BIOGAS DALAM MENGELOLA LIMBAH TERNAK SAPI POTONG (PT. Widodo Makmur Perkasa, Cianjur)” MERUPAKAN HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2008

(27)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Pati Jawa Tengah pada tanggal 21 Februari 1982 sebagai anak dari pasangan Bapak Podho dan Ibu Darni. Penulis adalah anak ke enam dari enam bersaudara.

Penulis mengikuti pendidikan sekolah dasar di MI Manahijjul Ulum, Plaosan dan lulus pada tahun 1994. Pendidikan tingkat menengah pertama di MTS Manahijjul Ulum, Plaosan dan lulus pada tahun 2007. Pendidikan menengah umum diselesaikan pada tahun 2001 di SMK Pragola Pati, Pati Jawa Tengah. Pada tahun 2001 penulis diterima di Program Diploma Teknologi Industri Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

(28)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, berkah dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam senantiasa tercurah kepada teladan terbaik sepanjang zaman yang telah membawa umat dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang Nabi Muhammad SAW.

Skripsi yang berjudul ”ANALISIS KELAYAKAN USAHA INSTALASI BIOGAS DALAM MENGELOLA LIMBAH TERNAK SAPI POTONG (PT. Widodo Makmur Perkasa, Cianjur)” berisikan mengenai kriteria kelayakan yang mendukung layak atau tidaknya proyek untuk dilaksanakan dan dikembangkan. Skripsi ini memuat serangkaian aspek-aspek penunjang kelayakan seperti aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen dan aspek sosial.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berharap agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang memerlukan.

Bogor, September 2008

(29)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan segala rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang sudah memberikan dukungan moril maupun materil, dorongan semangat, bimbingan, sumbangan pemikiran dan lain-lain. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak dan ibu penulis yang telah memberikan dorongan, motivasi dan do’a selama ini.

2. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar membimbing dan memberikan banyak ilmu kepada penulis dalam penulisan skripsi.

3. Muhammad Firdaus, SP, Msi, Ph.D selaku dosen penguji utama yang telah memberikan saran perbaikan yang diperlukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Tintin Sarianti, SP selaku wakil penguji dari komisi pendidikan yang telah membantu dan memberikan saran kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.

5. Rahmat Yanuar, SP, MSi selaku dosen evaluator pada kolokium penulis. 6. F. Eka Damayanti selaku pembahas yang telah memberikan kritik dan

saran pada seminar penulis.

(30)

8. Bapak Hari dan Mas Ali selaku staff PT. Widodo Makmur Perkasa yang telah memberikan informasi dan data di lapangan.

9. Kakakqu Siti Rukmini dan mas Teguh yang telah memberikan dorongan baik material maupun motifasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Keluargaqu tercinta kak Hadi, kak Darsuki, mba Kesi, mba Parti yang telah memberikan motifasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11.Pak Bagus yang telah memberikan waktu, motifasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

12.Anton and keluarga yang telah memberikan semangat kepada penulis. 13.Temen-temen seperjuangan Adi, Ari, Arief, Jam’an, Wawan, Fajar, Ubay,

(31)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 5 1.3 Tujuan Penelitian... 8 1.4 Manfaat Penelitian... 8 1.5 Batasan Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sapi Potong... 10 2.1 Limbah Peternakan ... 10 2.2.1 Limbah Padat ... 11 2.2.2 Limbah Cair ... 11 2.2.3 Limbah Gas ... 11 2.3 Pengertian dan Sejarah Perkembangan Biogas ... 11 2.4 Proses Pembentukan Biogas... 14 2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya

Biogas ... 19 2.6 Tipe-Tipe Digester... 23 2.7 Hasil Studi Terdahulu... 26

III. KERANGKA PEMIKIRAN

(32)

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 42 4.2 Jenis dan Sumber Data ... 42 4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data... 42 4.4 Analisis Kriteria Kelayakan Finansial... 44 4.3.1 Net Presen Value (NPV) ... 44 4.3.2 Internal Rate of Return (IRR) ... 45 4.3.3 Net Benefit Rasio (NBCR) ... 46 4.3.4 Payback Period... 46 4.3.5 Analisis Sensitivitas ... 47 4.5 Asumsi Dasar... 48

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Sejarah Perusahaan ... 51 5.2 Letak Geografis Perusahaan ... 52 5.3 Kelengkapan Data Perusahaan dan Perizinan yang

Telah Dimiliki ... 53 5.4 Struktur Organisasi Perusahaan... 54 5.5 Sistem Pengelolaan Limbah ... 57

VI. ASPEK-ASPEK PENELITIAN KELAYAKAN

6.1 Aspek Teknis ... 60 6.1.1 Lokasi Proyek dan Penentuan Kapasitas

Produksi ... 60 6.1.2 Teknologi Pembuatan Biogas ... 62 6.2 Aspek Pasar ... 66 6.3 Aspek Institusional-Manajerial ... 69 6.4 Aspek Sosial ... 70 6.4.1 Lingkungan ... 70 6.4.2 Masyarakat ... 71 6.4.3 Negara ... 72

VII. ANALISIS FINANSIAL ENERGI LISTRIK BIOGAS

7.1 Proyeksi Aliran Kas... 73 7.1.1 Arus Penerimaan (Inflow)... 73 7.1.2 Arus Pengeluaran (Outflow)... 74 7.2 Kriteria Kelayakan Finansial ... 77 7.3 Analisis Sensitivitas... 79

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan... 83 8.2 Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA... 86

(33)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Populasi Ruminansia Besar, Provinsi Jawa Barat

Tahun 2003-2007 ... 3 3. Kandungan Kimia Kotoran Sapi ... 22 4. Keseimbangan Hara Subsistem Biodigester ... 23 5. Hasil Studi Terdahulu ... 27 6. Kelengkapan Data Perusahaan dan Perizinan yang

Telah Dimiliki ... 53 7. Kelengkapan Perizinan Perusahaan PT. Widodo Makmur

Perkasa ... 54 8. Penggunaan Rata-Rata Energi Listrik Tiap Perusahaan di Wilayah

PT. Widodo Makmur Perkasa ... 67 9. Estimasi Penerimaan (Inflow) Energi Listrik Biogas (Tahunan) ... 74 10. Rincian Biaya Investasi Paket Teknologi Instalasi Pembangkit

Listrik Biogas ... 75 11. Rincian Biaya Tetap Instalasi Pembangkit Listrik Biogas

(Tahunan) ... 76 12. Rincian Biaya Variabel Instalasi Pembangkit Listrik

Biogas (Tahunan) ... 77 13. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Instalasi Pembangkit Listrik

Biogas dengan Tingkat Diskon Faktor... 78 14. Hasil Analisis Sensitivitas pada Tingkat Diskon Faktor

9 persen ... 80 15. Nilai Switching Value pada Penurunan Jumlah Input dan

(34)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

(35)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Estimasi Penjualan Proyek Instalasi Biogas... 89 2. Rincian Nilai Investasi Peralatan Instalasi Biogas ... 90 3. Rincian Biaya Tetap Instalasi Biogas... 91 4. Rincian Biaya Variabel Proyek Instalasi Biogas... 92 5. Cash Flow Analisis Finansial Instalasi Biogas dengan

(36)

I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial di dunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya sumber cadangan minyak dunia serta permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap negara untuk segera memproduksi dan menggunakan energi terbaharukan. Selain itu, peningkatan harga minyak dunia hingga mencapai 100 U$ per barel juga menjadi alasan yang serius yang menimpa banyak negara di dunia terutama Indonesia.

Di Indonesia sendiri energi masih menjadi persoalan yang perlu dipikirkan. Bahkan perusahaan Listrik Negara (PLN) benar-benar menunjukkan kondisi yang kewalahan atas kebutuhan listrik yang terus meningkat, sedangkan laju pertumbuhan pembangkit tidak mampu mengiringinya. Total kapasitas terpasang pembangkit listrik PLN pada 2003 sebesar 21,61 gigawat (GW). Pembangunan pembangkit listrik yang baru adalah sebesar 1,2 persen per tahun, sementara kebutuhan listrik meningkat di atas 7 persen per tahun. Karenanya, untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik, PLN perlu membeli listrik dari produsen listrik captive power.

(37)

membeli listrik dari PLN yang berujung pada kekurangan energi listrik, keadaan ini diperparah lagi oleh borosnya pemakaian energi.

Tingginya konsumsi bahan bakar minyak untuk pembangkit listrik PLN di Indonesia akibat dari semakin bertambahnya jumlah permintaan listrik untuk industri, menimbulkan permasalahan bagi negara. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak.

Kebijakan tersebut menekankan pada sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai altenatif pengganti bahan bakar minyak. Salah satu sumber energi alternatif adalah biogas. Gas ini berasal dari berbagai macam limbah organik seperti sampah biomassa, kotoran manusia, kotoran hewan dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses anaerobik digestion. Proses ini merupakan peluang besar untuk menghasilkan energi alternatif sehingga akan mengurangi dampak penggunaan bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik.

(38)

Jawa Barat dan Banten merupakan wilayah yang terus mengembangkan instalasi biogas. Beberapa instalasi biogas yang sudah dibangun diantaranya di daerah Pandeglang, Cijeruk, Bogor dan Pangalengan. Instalasi biogas yang ada di Jawa Barat pada umumnya menggunakan limbah ternak sapi perah hal ini disebabkan sentra peternakan sapi perah banyak tersebar luas di wilayah tersebut. Menurut data dari Dinas Peternakan Jawa Barat bahwa populasi sapi di Jawa Barat dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Tahun 2006 populasi ternak sapi di Jawa Barat mencapai 190.465 ekor, tahun 2005 hanya berjumlah 98.494 ekor sedangkan tahun 2004 mencapai 98.958 ekor dan tahun 2003 berkisar 95.513 ekor. Peningkatan populasi ternak memicu perkembangan sentra peternakan sapi di Jawa Barat sehingga kotoran sapi yang merupakan bahan baku utama pembuatan biogas dapat terpenuhi.

Tabel 1. Perkembangan Populasi Ruminansia Besar, di Provinsi Jawa Barat Tahun 2003-2007

Tahun Ruminansia Besar

Sapi Perah (ekor) Sapi Potong (ekor) Kerbau (ekor)

2003 95.513 223.818 146.758

2004 98.958 232.949 149.950

2005 92.755 234.948 147.157

2006 97.367 254.243 149.444

2007 103.489 272.264 149.030

Sumber: Deptan, 2008

(39)

dilakukan penanganan secara tepat akan mengakibatkan pencemaran di lingkungan sekitarnya.

PT. Widodo Makmur Perkasa merupakan salah satu peternakan sapi potong terbesar di Indonesia yang berlokasi di Cianjur. Keberadaan kawasan peternakan ini telah melampaui kurun waktu 1 tahun. Peternakan di wilayah Cianjur merupakan peternakan komersil dengan kapasitas kandang 10.000 ekor. Dengan asumsi kotoran yang dikeluarkan 31kg/ekor/hari, maka akan terdapat kotoran yang cukup besar jumlahnya.

PT. Widodo Makmur Perkasa sendiri, masih mengalami permasalahan dalam penanganan limbah tersebut, dikarenakan belum maksimalnya konsep perencanaan sistem pengolahan limbah. Potensi pemanfaatan limbah tersebut salah satunya sebagai sumber energi terbarukan yaitu biogas yang dikonversi ke energi listrik. Dengan potensi tersebut, limbah yang tadinya sebagai permasalahan yang cukup serius dilingkungan sekitar, akan menjadi pendapatan berupa energi listrik dan pupuk organik.

Indonesia merupakan Negara Agraris yang menempatkan hasil bumi sebagai komoditas andalan. Dewasa ini sebagian besar lahan pertanian mengalami kerusakan yang diindikasikan dengan penurunan kualitas dan kuantitas hasil pertanian, untuk mengatasinya dilakukan pemakaian bahan-bahan kimia. Penggunaan bahan-bahan kimia memang memberikan peningkatan hasil bumi dalam waktu singkat.

(40)

Pupuk organik merupakan pupuk yang dapat memperbaiki kondisi tanah karena mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan tanah.

1.2Perumusan Masalah

Sebagian besar mesin berbagai jenis industri, digerakkan dengan listrik dan hampir semua industri yang memproduksi semua komponen produknya sendiri. Produksi suatu industri dapat menjadi bahan dasar industri lain untuk menjadi barang kebutuhan konsumennya. Jadi jika proses produksi di suatu industri terhenti akan menghambat, bahkan menghentikan juga proses produksi industri lainnya yang terkait.

Pernahkah kita bayangkan apa jadinya jika pasokan listrik untuk sektor industri terhenti sama sekali. Selain akan banyak pekerja yang menganggur, tentu banyak sekali kerugian yang akan ditanggung oleh berbagai perusahaan. Terlebih lagi untuk memulai kembali operasional mesin industri, tidak dapat dilakukan secara langsung ketika aliran listrik kembali ada, harus menunggu beberapa saat untuk pengoperasiannya kembali. Dari sini bisa kita hitung berapa banyak waktu produksi terbuang sia-sia.

(41)

kerugian cukup besar. PT. Widodo Makmur Perkasa berencana membangun instalasi listrik biogas dengan memanfaatkan limbah kotoran peternakan.

Potensi limbah yang cukup besar, lebih baik dimanfaatkan daripada dibiarkan menumpuk. Beberapa cara pemanfaatan kotoran sapi antara lain dengan mengolah kotoran sapi menjadi pupuk organik maupun biogas, yaitu suatu energi yang dihasilkan dari proses biodegradasi dengan bantuan bakteri dalam kondisi anaerob pada material organik (kotoran sapi).

Peternakan yang dimiliki oleh PT. Widodo Makmur Perkasa selain menghasilkan produk peternakan juga menghasilkan limbah (kotoran) dengan populasi kandang minimal 5000 ekor menghasilkan limbah (kotoran) yang perlu ditangani dan dipikirkan cara pengendaliannya. Jika diasumsikan seekor sapi mengeluarkan kotoran sebanyak 31 kg/hari, maka jumlah kotoran yang akan dibuang ke sungai sekitar 155.000 kg/hari.

Limbah peternakan yang selama ini belum ditangani dengan baik dan dibuang kesungai secara langsung, akan memberikan dampak yang buruk terhadap lingkungan sekitar. Dampak tersebut dapat berupa pencemaran air sungai, bau yang tidak enak dan bibit-bibit penyakit, sehingga dapat mengganggu masyarakat sekitar lingkungan peternakan. Selain itu, perusahaan akan mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk pembuangan limbah tersebut perharinya.

(42)

energi listrik, tetapi belum yakin akan keputusan investasi tersebut, apakah menguntungkan atau tidak. Karena biaya yang dikeluarkan cukup besar untuk investasi tersebut, waktu yang diperlukan juga lama serta biaya investasi dikeluarkan di awal tahun. Pada penelitian ini akan dikaji apakah layak atau tidak investasi instalasi biogas pada PT. Widodo Makmur Perkasa.

Biaya investasi yang cukup besar, terutama untuk generator yang didatangkan dari Jerman dengan nilai mencapai lebih dari 3 milyar. Diharapkan analisis kelayakan investasi ini dapat memberikan pertimbangan untuk perusahaan, apakah layak atau tidak untuk pembangunan instalasi biogas tersebut dilaksanakan.

Pengolahan limbah yang tepat dapat memberikan nilai ekonomis bagi para peternak, manfaat yang didapat tidak hanya secara finansial tetapi juga manfaat sosial. Biogas yang dihasilkan akan dikonversi ke energi listrik sebagai pengganti energi listrik dari PT. PLN Persero, sedangkan ampas biogas dapat dijadikan pupuk organik kemasan.

Menurut Gittinger (1986), aspek kelayakan seperti aspek teknis, aspek pasar, aspek institusional-organisasi-managerial, aspek finansial dan aspek sosial merupakan kriteria yang perlu dikaji dalam menilai kelayakan proyek. Aspek-aspek tersebut dipaparkan secara deskriptif untuk mendukung kelayakan. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu : a. Bagaimana keragaan pengelolaan limbah dengan instalasi biogas yang

(43)

b. Apakah proyek instalasi biogas dalam mengelola limbah ternak sapi potong di lokasi penelitian layak untuk dilaksanakan?

c. Bagaimana kepekaan kelayakan proyek terhadap perubahan komponen biaya dan manfaat dalam mengelola limbah di lokasi penelitian?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengkaji keragaan pengelolaan limbah dengan instalasi biogas di lokasi penelitian.

2. Menganalisis tingkat kelayakan proyek instalasi biogas dalam mengelola limbah ternak sapi potong di lokasi penelitian.

3. Menganalisis kepekaan kelayakan proyek dalam mengelola limbah ternak sapi potong di lokasi penelitian.

1.4Manfaat Penelitian

(44)

1.5 Batasan Penelitian

(45)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sapi Potong

Bangsa sapi potong di dunia berasal dari sapi primitif dari Asia Tengah yang mengalami domestikasi. Secara garis besar sapi terdiri dari tiga golongan, yaitu: Bos indicus (Zebu: berpunuk), Bos taurus, Bos sondaicus (Bos bibos) (Sugeng, 2006).

Jenis bakalan sapi potong yang ada di Indonesia adalah jenis sapi murni, impor, dan jenis sapi hasil persilangan. Termasuk sapi lokal adalah sapi bali, sapi madura, sapi ongol (sapi sumba ongol), sapi peranakan ongol (sapi PO). Jenis sapi murni impor adalah sapi hereford, sapi shorthorn, sapi aberden angus, sapi charolais, dan sapi brahman. Jenis sapi hasil persilangan antara lain: sapi santan gertrudis, sapi breef master, sapi brangus, dan sapi charbray (Siregar, 1999). Menurut Sarwono dan Arianto (2003), penghambat perkembangan industri sapi potong antara lain terbatasnya sapi lokal sehingga belum siap mengisi kebutuhan bakalan industri peternakan (feedlotter) dan beroperasinya Rumah Potong Hewan (RPH) tradisional dan illegal di hampir seluruh wilayah Indonesia.

2.2 Limbah Peternakan

(46)

2.2.1 Limbah Padat

Limbah padat adalah semua limbah yang berbentuk padatan atau berada dalam fase padat. Dalam usaha peternakan limbah padat berasal dari kotoran ternak, rumput sisa makanan ternak, ternak yang mati, isi rumen dan isi usus hasil pemotongan (Soehardji, 1989). Komposisi dan nilai produksi urine sapi bervariasi tergantung pada spesies, berat dan jumlah pakan serta jumlah dan jenis bedding.

2.2.2 Limbah Cair

Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau berada dalam fase cair. Dalam usaha peternakan limbah cair berasal dari air seni (urine) ternak, air pencucian kandang, air pencucian pada rumah potong hewan, air pembersih ruang pemotongan dan darah (Soehardji, 1989).

2.2.3 Limbah Gas

Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas atau berada dalam fase gas. Limbah gas dalam usaha peternakan selalu berhubungan dengan limbah padat dan cair. Hal ini disebabkan limbah-limbah tersebut dapat dijadikan limbah gas sebagai fase dekomposisi dari zat kimia yang terkandung pada limbah tersebut (Soehardji, 1989).

2.3 Pengertian dan Sejarah Perkembangan Biogas

(47)

asalnya. Gas tersebut dihasilkan akibat aktivitas mikroorganisme jenis anaerobik yaitu bakteri yang bekerja pada kondisi tanpa udara atau oksigen. Sebenarnya biogas dapat terbentuk secara alami namun untuk mempercepat dan menampung gas yang terbentuk agar dapat digunakan, diperlukan alat yang memenuhi syarat. Gas metana tidak berwarna, tidak berbau dan mudah terbakar (Marchaim, 1992).

Volta pada tahun 1776 adalah orang pertama yang mengaitkan gas bakar ini dengan proses pembusukan bahan sayuran dan Henry pada tahun 1806 mengidentifikasikan gas yang dapat terbakar tersebut sebagai metana (Marchaim, 1992). Berbagai negara telah memanfaatkan hasil biogas untuk berbagai keperluan seperti bahan bakar rumah tangga, penerangan jalan dan menggerakkan mesin. Pada awal tahun 1896, gas metana yang dihasilkan dari dekomposisi kotoran hewan secara anaerobik, telah digunakan untuk penerangan jalan di Exeter, Inggris. Pada tahun 1897, gas metana yang dihasilkan dari dekomposisi anaerobik kotoran manusia, juga digunakan untuk memberikan penerangan di Matinga Leper Asylum Bombay, India.

(48)

Di Vietnam, lebih dari 20 tahun yang lalu biogas telah diperkenalkan sebagai sumber energi alternatif untuk mengurangi masalah kelangkaan energi yang selama ini sangat dibutuhkan oleh tiap rumah tangga (RERIC, 1990). Teknologi biogas dengan digester terbuat dari plastik lebih disukai karena harganya murah dan desainnya lebih sederhana. Harga digester untuk skala rumah tangga sekitar US $ 34 pada tahun 1995 hingga 60 pada tahun 2000 (Bui, 2002). Gas yang dihasilkan tiap rumah tangga yang memiliki enam ekor babi adalah 324.000 liter tiap tahun (Bui dan Anna, 2002).

(49)

2.4 Proses Pembentukan Biogas

Pembentukan biogas melalui tiga tahapan proses penting yang masing-masing tahapan didominasi oleh jenis bakteri pengurai yang berbeda. Masing-masing tahapan diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap Pertama: Pemecahan polimer melalui hidrolisis dan fermentasi.

Kelompok mikroorganisme fakultatif berperan dalam pemecahan substrat organik. Dengan enzim hidrolitik, polimer dikonversi menjadi monomer sehingga larut dan dapat dijadikan sebagai substrat bagi mikroorganisme berikutnya. Kotoran hewan merupakan senyawa organik yang terdiri dari berbagai komponen terutama karbohidrat, dengan beberapa lipid, protein, dan bahan anorganik. Sebagian besar karbohidrat selulosa dan serat tanaman lainnya seperti hemiselulosa dan lignin, komposisi ini tidak hanya ditemukan dalam limbah pertanian tapi juga limbah hewan, yang sukar dicerna. Untuk melarutkan bahan-bahan tersebut, dibutuhkan bakteri yang memiliki enzim selulolitik, lipolitik dan proteolitik. Senyawa-senyawa kompleks ini menunjukkan rasio C/N yang tinggi sehingga gas metana yang dapat dihasilkan pada akhir proses cukup banyak (BSTDI, 1977).

(50)

cabang tersebut menjadi dimer dan kemudian menjadi molekul gula monomer, yang selanjutnya dikonversi menjadi asam organik.

Bakteri selulolitik biasanya dibagi berdasarkan suhu optimal di mana digesti terjadi. Bakteri mesofilik hidup optimal pada suhu 300-400C (dalam perut ternak), bakteri termofilik bekerja optimal pada suhu 500-600C di mana pH optimal kedua bakteri tersebut adalah 6.0 sampai dengan 7.0. Asam organik diproduksi selama pemecahan selulosa, di mana pH mulai turun selama fermentasi dan proses digesti, sehingga diperlukan sistem penyangga dengan penambahan kapur untuk menstabilkannya. Jadi selama proses pembentukan asam dan metana diharapkan pH tetap tujuh.

Sinergi (kerja sama) antara bakteri selulolitik dan hidrolitik sangat penting dalam pemecahan material mentah. Penyelidikan menunjukkan bahwa selulosa yang dihilangkan dengan bahan campuran lebih besar dibandingkan dengan bahan murni oleh bakteri selulolitik. Secara tidak langsung bahwa kegiatan sinergis diharapkan sebagai pemanfaatan hasil aktivitas bakteri selulolitik oleh bakteri non selulolitik.

(51)

2. Tahap kedua: Tahap produksi asam melalui asetogenesis dan dihidrogenasi. Komponen bahan terlarut itu dikonversi menjadi asam organik. Asam organik yang larut terutama asam asetat merupakan substrat bagi tahap yang terakhir. Komponen monomer yang dibebaskan hasil pemecahan polimer oleh bakteri hidrolitik selama tahap pertama, substratnya dimanfaatkan bakteri lain yang menghasilkan asam. Asam yang dihasilkan dari aktivitas metabolisme karbohidrat adalah asetat, propionat dan laktat. Beberapa spesies bakteri metanogen hanya mampu memanfaatkan asam asetat. Beberapa spesies bakteri metanogen dapat memproduksi metana dari gas hidrogen dan CO2, substrat ini juga dihasilkan selama katabolisme karbohidrat. Metana juga dapat diproduksi melalui reduksi methanol, yang kemungkinan merupakan hasil dari pemecahan karbohidrat. Bagaimanapun juga, asam asetat merupakan satu-satunya substrat yang paling penting (sebesar 70 persen) untuk pembentukan metana.

Proses mikrobiologi pada tahap kedua ini belum dapat dijelaskan, karena banyak spesies bakteri yang dilibatkan, jumlah asam, H2, CO2 dan alkohol sederhana yang diproduksi tergantung dari flora yang dikonsumsi oleh ternak dan kondisi lingkungan (BSTDI, 1977).

(52)

Bakteri metanogen memanfaatkan asam asetat, methanol atau CO2 dan H2 untuk menghasilkan metana. Aktivitas bakteri metanogen juga tergantung pada bakteri tahap pertama dan tahap kedua dalam menyediakan nutrisi, misal N-organik direduksi menjadi ammonia sehingga terjadi efisiensi N yang dibebaskan oleh bakteri metanogen. Bakteri ini juga membutuhkan fosfat dan bahan lain yang kebutuhannya belum pernah ditentukan.

Bakteri metana sangat sensitif terhadap faktor lingkungan. Karena bersifat anaerob obligat, pertumbuhannya akan terhambat oleh kandungan oksigen yang sedikit. Tidak hanya oksigen, tapi tingginya materi pereduksi, seperti nitrit atau nitrat, dapat menghambat bakteri metanogen.

Bakteri pada tahap pertama dan kedua sama-sama sensitif terhadap keracunan, tapi responnya tidak begitu terlihat. Biasanya penghentian gas yang disertai dengan meningkatnya akumulasi asam organik mengakibatkan pH turun. Dalam keadaan ini memungkinkan keracunan amonium (>1.500-3.000 mg/l total N amonium pada pH 7.4), ion amonium (>3.000 mg/l total N amonium pada segala pH), sulfida terlarut (>50-100 mg/l, mungkin >200mg/l), dan garam terlarut, terhadap logam seperti tembaga, seng dan nikel.

(53)
[image:53.612.124.506.84.363.2]

Gambar 1. Tahapan Pembentukan Gas Metana (Marchaim, 1992)

Komposis gas yang diproduksi oleh digesti anaerobik sebaiknya 60-70 persen CH4 dan 30-40 persen CO2, dengan sedikit H2S dan sisa gas lainnya yaitu hidrogen, ammonium dan nitrogen oksida. Komposisi gas merupakan fungsi dari bahan makanan. Limbah selulosa menghasilkan metana dan CO2. Limbah yang mengandung protein atau lemak menghasilkan gas metana lebih tinggi.

Gas hidrogen sulfida dan karbondioksida tidak diharapkan keberadaannya, sehingga perlu dilakukan pemurnian gas tersebut yang terkandung dalam biogas. Gas ini dapat dipisahkan dengan berbagai metode antara lain water scrubbing, caustic scrubbing, solid absorption, liquid absorption dan pressure separation (NRC, 1977). Water scrubbing adalah metode penggunaan air untuk melarutkan gas CO2 pada tekanan dan suhu tertentu. Hanya sedikit H2S yang dapat dihilangkan apabila menggunakan metode ini, sedangkan caustic scrubbing merupakana metode pemurnian kedua gas tersebut dengan menggunakan agen

4 % 20 %

Tahap 1

Hidrolisis & { 76 % Fermentasi

Tahap 2 Asetogenesis &

Dehidrogenesi 24 % 52 %

Tahap 3 Tahap 3 Metanogenesis Metanogenesis

28 % 72 % Kompleks Organik

Asam Organik Berantai Panjang

H2 Asam Asetat

(54)

NaOH, KOH dan Ca(OH)2. Sebagai contoh, NaOH direaksikan dengan CO2 akan menghasilkan natrium karbonat (Na2CO3) dan air. Solid absorption adalah metode paling sederhana dan murah, adanya ‘spon besi’ yang mengeliminasi gas H2S dengan cara mencuci gas dalam kondisi kering tanpa unsur lainnya. Spon besi ini dibuat dari Fe oksida yang dicampur dengan serbuk kayu. Spon besi sebanyak satu busel (35.2 liter) dapat menghilangkan 3.7 kg S.

Bakteri metanogen pada umumnya sangat sensitif, walaupun semua kelompok yang dilibatkan pada proses digesti dapat dipengaruhi. Pertumbuhan bakteri yang lama akibat penghambatan metanogen, dapat menimbulkan kegagalan pada sistem campuran yang lengkap untuk mengurangi massa bakteri.

Dalam sistem biodigesti yang bekerja dengan baik, karbon adalah satu-satunya unsur yang hilang dalam jumlah besar. Nitrogen dan fosfor akan tersisa dalam jumlah yang sama tapi dalam konsentrasi yang lebih tinggi karena bahan lain sudah terdigesti (Bui dan Preston, 1999).

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Biogas

Banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya biogas. Faktor yang paling berpengaruh adalah suhu, pH, bahan baku, dan potensial redoks.

1. Suhu

(55)

termofilik sebesar dua kali lebih banyak dibandingkan dengan suhu mesofilik. Untuk itu biodigester perlu ditempatkan dalam lubang di tanah dan dibiarkan terekspos kepada sinar matahari, kecuali pada sambungan-sambungan antar tabung plastik yang diikat dengan tali karet, harus dilindungi dari sinar matahari agar tidak memuai pada saat suhu meningkat sehingga memungkinkan kebocoran gas.

2. pH

Bakteri sensitif terhadap perubahan pH, dengan pH optimum antara 7.0-7.2 walaupun pH turun hingga 6.6, produksi gas dapat terpenuhi antara 6.6-7.6. Dalam kondisi asam yaitu pH 6.2 memiliki sifat toksik bagi bakteri dimana produksi asam masih berlangsung, sampai pH turun dengan cepat hingga 4.5-5.0. Asam organik yang diproduksi selama tahap pertama melalui proses fermentasi, menyebabkan pH menjadi tertekan. Asam ini dapat ditiadakan melalui penghancuran asam volatil dan pembentukan kembali buffer bikarbonat (HCO3), selama tahap kedua. Jika asam organik volatil yang terbentuk lebih besar dari pada metana, maka terjadi ketidakseimbangan sistem, sehingga pH akan terus menurun. Oleh karena itu dibutuhkan kapasitas penyangga berupa kapur atau agen lainnya seperti ammonium hidroksida, tapi pemakaiannya harus hati-hati karena ion ammonium dapat membahayakan (BSTID, 1977).

(56)

Sistem ini biasanya dapat mengganggu fluktuasi konsentrasi asam atau basa karena buffer alami disediakan oleh ion ammonium dan bikarbonat. Buffer yang disediakan oleh karbondioksida atau sistem bikarbonat digambarkan sebagai berikut:

pH = 6.3 + log (HCO3)/CO2 terlarut)

Konsentrasi CO2 terlarut tergantung dari suhu dan tekanan parsial (pCO2) yaitu volum fraksi gas CO2 di atas fermentor x tekanan total. Khususnya, pada suhu 350C konsentrasi CO2 terlarut = 0.592 pCO2 liter/liter air. Dengan demikian, komposisi gas dan tekanan operasi mempengaruhi pH dan akhirnya pelaksanaan digesti. Jika asam terbentuk pada awal proses digesti sehingga pH turun, proporsi gas CO2 meningkat, petunjuk lebih lanjut pH turun. Dengan kata lain, sistem mempunyai derajat pengaturan sendiri dan memudahkan melihat sistem tersebut menjadi tidak stabil (Pyle, 1982).

(57)

3. Bahan baku

Bahan baku kotoran hewan dan campurannya memiliki potensi yang berbeda-beda dalam menghasilkan biogas (Wulfert, 1994). Dari berbagai literatur yang ditulis, kotoran babi menghasilkan biogas yang paling banyak.

[image:57.612.119.512.345.472.2]

Kotoran sapi merupakan limbah organik yang dihasilkan ternak sapi berupa padatan dan kadang-kadang cairan berupa urin. Seringkali kotoran sapi ini dibuang ke tempat yang tidak tepat, akibatnya dapat mencemari lingkungan perairan dan timbul bau yang tidak sedap. Sebagai contoh, PT. Lintas Nusa, Tasikmalaya memiliki 3000 ekor sapi telah membuang kotoran sapinya ke sungai Citanduy. Adapun kandungan kimia dari kotoran sapi disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan Kimia Kotoran Sapi

Senyawa Kandungan (rata-rata % berat) Hemiselulosa 6.0

Selulosa 34.5 Lemak 14.0 Protein 19.0 Abu 4.0

Sumber: Maki (1954)

(58)

Tabel 3. Keseimbangan hara subsistem biodigesti

Kotoran Biogas N P C Hewan (kg) (L) (kg/tahun) (kg/tahun) (kg/tahun) Input 4.320 32 20 622 Biogas Output 324.000 184 Effluent Output 32 20 438

Sumber: Bui, An (2002)

4. Potensi Redoks (Eh)

Pada tahap ketiga yaitu tahap pembentukan metana, produk padatan akan diubah. Energi yang terlibat dalam reaksi ini adalah sedikit dan jumlah sel bakteri yang terbentuk juga sedikit; pada kondisi lain, sejumlah ammonia terlarut hasil dari tahap pertama dan kedua dapat dimanfaatkan oleh bakteri metanogen. Pada kenyataannya, secara keseluruhan bakteri metanogen tergantung pada tahap pertumbuhan bakteri. Di samping tergantung pada mereka untuk ketersediaan N (ammonia) dan keterbatasan substrat dapat dimanfaatkan, potensial redoks (Eh) di bawah -330 mV dibutuhkan untuk tumbuh. Pada kultur campuran (mixed culture), aktivitas metabolisme anaerob fakultatif pada tahap pertama untuk mereduksi Eh menjadi level yang dibutuhkan, bakteri metanogen sendiri tidak dapat menghasilkan kondisi reduktif (Pyle, 1982).

2.6 Tipe-tipe Digester

(59)
(60)
[image:60.612.85.535.60.397.2]

Gambar 2. Tipe-tipe Digester (Marchaim, 1992)

(61)

Anaerobic Filter digester merupakan penyempurnaan dari Batch digester yaitu mengurangi volume reaktornya. Tipe ini digunakan untuk limbah yang terlarut, misalnya melarutkan kotoran babi hingga mengandung padatan sebesar 2%. Tipe Anaerobic Baffled Reactor digester merupakan tipe yang baru, bentuknya sama dengan sistem septik tank, terdapat sekat antara atap dan dasar tangki untuk saluran limbah cair ke atas dan ke bawah. Pada tipe Anaerobic Contract digester memanfaatkan kembali cairan yang keluar dari sistem yang masih terdapat potensi produksi gas sehingga dibuat vacum degasifikasi. Sedangkan UASB digester merupakan tangki sirkulasi, dengan pengisian limbahnya dari bawah.

2.7 Hasil Studi Terdahulu

(62)
[image:62.612.109.511.115.493.2]

Tabel 4. Hasil Studi Terdahulu

No Penulis Tahun Judul Tujuan Alat

Analisis

Hasil

1 Rahmawati, E 2007 Studi

Kelayakan Pendirian Industri Biodiesel Terpadu dari Jarak Pagar Untuk mengetahui kelayakan pendirian industri pengolahan jarak pagar Pasar, Manajemen, Finansial Layak untuk dikembangkan

2 Nursari, S 2007 Analisis

Kelayakan Finansial Proyek Biodiesel Kelapa Sawit Menganalisis tingkat kelayakan secara finansial proyek biodiesel kelapa sawit NPV, IRR, Net B/C, Payback Period, Switching Value Layak untuk dilaksanakan

3 Maryanto, B 2006 Analisis

Kelayakan Investasi Pengembangan Pabrik Biodiesel Desa Pangkalan Baru, Riau Menganalisis kelayakan investasi pengembangan pabrik biodiesel NPV, IRR, Net B/C, Payback Period Layak untuk dilaksanakan

4 Wulandari, I 2007 Analisis

Kelayakan Proyek Instalasi Biogas Dalam Mengelola Limbah Ternak Sapi Perah Menganalisis tingkat kelayakan proyek instalasi biogas Aspek pasar, aspek teknis, aspek sosial, aspek finansial Layak untuk dilaksanakan

(63)

Nursari (2006) dalam penelitian yang berjudul analisis kelayakan finansial proyek biodiesel kelapa sawit pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan, menunjukkan bahwa prospek pembangunan pabrik biodiesel kelapa sawit adalah sangat baik. Dari hasil kriteria investasi yang digunakan berturut-turut sebagai berikut: NPV = Rp 11.358.940.000, IRR = 30 persen, Net B/C = 1,57 dan Payback Period = 3,43 tahun. Berdasarkan hasil analisis Switching Value menunjukkan bahwa harga output terendah 2,2 persen, dan kenaikan harga bahan baku tertinggi 2,7 persen masih dapat dilaksanakan.

Maryanto (2006), dalam penelitian yang berjudul analisis kelayakan investasi pengembangan pabrik biodiesel desa Pangkalan Baru, Riau menunjukkan hasil kelayakan usaha pengembangan pabrik biodiesel dengan skala 10.000 kg.hari (standar input), dengan tingkat diskonto 13 persen nilai NPV Positif sebesar Rp 34.453.254.998, nilai Net B/C sebesar 5,98. Nilai IRR sebesar 110 persen lebih besar dari tingkat diskonto yang ditentukan. Nilai payback period adalah satu tahun satu bulan. Berdasarkan analisis kelayakan finansial untuk pengembangan pabrik biodiesel layak untuk dilaksanakan.

(64)

Dari hasil penelitian terdahulu, prospek biodiesel layak untuk dilaksanakan. Penelitian Wulandari berbeda dari ketiga peneliti yang lain, yaitu tentang instalasi biogas dari limbah sapi perah, itu pun layak untuk dilaksanakan. Berbeda dengan penelitian terdahulu terutama penelitian Wulandari, penelitian tentang analisis usaha instalasi biogas ini selain menganalisis kelayakan finansial juga menganalisa biogas untuk dikonversi ke energi listrik.

(65)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Pengertian Proyek

Proyek menurut Gray (2002) adalah kegiatan-kegiatan atau seluruh aktivitas yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan manfaat (benefit) dan merupakan suatu titik tolak (starting point) dan suatu titik akhir (ending point). Kegiatan tersebut dapat berbentuk investasi baru yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah, badan-badan swasta atau organisasi-organisasi sosial atau perorangan.

Rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah siklus proyek. Siklus proyek terdiri dari tahap-tahap identifikasi, persiapan dan analisis penilaian, pelaksanaan dan evaluasi (Gittinger, 1986). Evaluasi adalah alat yang sangat penting dalam suatu proyek yang sedang berjalan dan dapat dilakukan dalam beberapa kali selama pelaksanaan proyek tersebut. Penilaian terhadap suatu proyek pada dasarnya untuk mengetahui apakah proyek tersebut layak untuk dilaksanakan atau dipertahankan kelangsungan hidupnya.

3.1.2 Identifikasi Biaya dan Manfaat

Biaya dan manfaat perlu diidentifikasikan untuk melakukan penilaian terhadap proyek. Cara paling praktis membandingkan perbedaan barang dan jasa secara langsung adalah menyatakan dalam nilai satuan uang.

(66)

memberikan pertambahan nilai bagi perusahaan disebut sebagai manfaat. Biaya merupakan aktivitas yang mengurangi nilai perusahaan. Secara finansial penentuan biaya dan manfaat proyek berdasarkan harga pasar.

Penilaian secara ekonomi berpatokan pada masyarakat secara keseluruhan. Analisis ekonomi menggunakan harga bayangan (shadow price) untuk menilai biaya dan manfaat. Sebagai patokan dalam analisis ekonomi ialah apa saja yang secara langsung atau tidak langsung menambah konsumsi barang-barang atau jasa-jasa sehubungan dengan proyek digolongkan sebagai benefit proyek. Sebaliknya, apa saja yang mengurangi persediaan barang-barang atau jasa-jasa konsumsi baik secara langsung maupun tidak langsung sehubungan dengan proyek kita golongkan sebagai biaya proyek (Gray, 2002).

3.1.3 Manfaat Proyek

Manfaat proyek dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu manfaat langsung (direct benefits), manfaat tidak langsung (indirect benefits) dan intangible benefits. Manfaat dalam penelitian ini merupakan manfaat yang dapat dikuantifikasi berupa manfaat langsung. Manfaat langsung dapat berupa kenaikan dalam output fisik dan penurunan biaya.

Menurut Kadariah (1976), kenaikan dalam nilai output fisik disebabkan oleh:

(67)

2. Perbaikan mutu produk (quality improvement), dalam hal ini jumlah produk dapat tetap, tetapi kualitasnya naik, sehingga nilai (harga rata-rata) naik dan dengan demikian jumlah penerimaan total (total revenue) juga naik.

3. Perubahan dalam lokasi dan waktu penjualan. Suatu proyek pemasaran atau transportasi (marketing or transport project) dapat mengadakan perbaikan pemasaran hasil produksi dengan jalan mengubah lokasi dan waktu penjualan produk.

4. Perubahan dalam bentuk (grading and Processing). Proyek-proyek seperti penggilingan padi; pengalengan sayur-sayuran dan buah-buahan; penggergajian kayu; dapat mengubah bentuk produk, yang dapat menaikkan nilai produk dan mempermudah pengangkutan dan penyimpanan.

Penurunan biaya (Cost) dapat berupa:

1. Keuntungan dari mekanisme, seperti penggunaan pompa listrik untuk mengairi sawah sebagai pengganti sumur timba, penggilingan padi untuk menganti proses penumbukan padi dengan tangan, penggunaan traktor untuk mengganti tenaga kerbau , semuanya dapat menyebabkan turunnya biaya per unit produk.

2. Penurunan biaya pengangkutan karena adanya alat pengangkut produk dari daerah produksi ke daerah pasar.

(68)

3.1.4 Aspek-Aspek Dalam Penelitian

3.1.4.1 Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasi (Husnan dan Suwarsono, 2000)

Analisis ini lebih jauh menyelidiki tentang lokasi tempat proyek, apakah terdapat persediaan air, listrik, prasarana jalan raya. Aspek teknis juga membahas mengenai persediaan bahan-bahan mentah yang diperlukan untuk proyek apakah mencukupi atau tidak, dan apakah barang-barang tersebut (sebagian atau seluruhnya) harus di datangkan dari tempat lain atau di impor. Secara teknis dari sisi hasil produksi, analisis ini membahas mengenai ketersediaan fasilitas penyimpanan dan pengiriman hasil produksi.

3.1.4.2 Aspek Institusional-Manajerial

Aspek ini berhubungan dengan penetapan institusi atau lembaga proyek yang harus mempertimbangkan pekerjaan-pekerjaan apa yang diperlukan untuk menjalankan operasi proyek tersebut. Persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk bisa menjalankan pekerjaan-pekerjaan tersebut dan juga struktur organisasi yang akan dipergunakan dalam suatu proyek.

3.1.4.3Aspek Sosial

(69)

sosial dalam analisis proyek penting untuk kelangsungan proyek, sebab tidak ada proyek yang akan bertahan lama bila tidak bersahabat dengan lingkungan (Gittinger, 1986).

3.1.4.4Aspek Pasar

Aspek pasar perlu dilakukan melihat dari banyaknya perusahaan baru yang muncul dan adanya kemungkinan memiliki jenis usaha yang sama. Aspek pasar menjadi mutlak untuk dianalisis agar tidak melakukan kegagalan dalam menjalankan usaha. Menurut Kadariah et.al, (1999), aspek komersial menyangkut penawaran input (barang dan jasa) yang diperlukan proyek, baik waktu membangun proyek maupun pada waktu proyek sudah berproduksi, dan menganalisis pemasaran output yang akan diproduksi oleh proyek. Para pemasar menggunakan sejumlah alat untuk mendapatkan tanggapan yang diinginkan dari pasar sasaran mereka.

3.1.4.5 Aspek Finansial

Aspek finansial berhubungan dengan pengaruh-pengaruh finansial dari suatu proyek yang diusulkan terhadap para anggota yang tergabung di dalam proyek. Aspek ini membandingkan antara pengeluaran dan penerimaan suatu proyek.

3.1.5 Analisis Finansial

(70)

memperhitungkan insentif bagi orang-orang yang turut serta dalam mensukseskan pelaksanaan proyek. Sebab, tidak ada gunanya untuk melaksanakan proyek yang menguntungkan dilihat dari sudut perekonomian sebagian keseluruhan, jika para petani yang menjalankan aktifitas produksi tidak bertambah baik keadaannya.

Perbedaan yang mendasar dalam analisis finansial dengan analisis ekonomi terdapat di beberapa komponen, yaitu harga, pajak, subsidi dan bunga. Analisis finansial menggunakan harga pasar untuk unsur-unsur biaya maupun hasil. Analisis ekonomi menggunakan harga bayangan atau shadow price, ialah harga yang menggambarkan nilai sosial atau nilai ekonomi yang sesungguhnya bagi unsur-unsur biaya maupun hasil. Perhitungan bunga berdasarkan analisis finansial dibedakan sebagai berikut:

1. Bunga yang dibayar kepada kreditur dianggap sebagai biaya, sedang pembayaran kembali hutang dari luar proyek dikurangkan dari hasil bruto sebelum didapatkan arus manfaat.

2. Bunga atas modal proyek (input or paid to entity) tidak dianggap seba

Gambar

Gambar 1. Tahapan Pembentukan Gas Metana (Marchaim, 1992)
Tabel 2. Kandungan Kimia Kotoran Sapi
Gambar 2. Tipe-tipe Digester (Marchaim, 1992)
Tabel 4. Hasil Studi Terdahulu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis antara hasil penghitungan dialektometri dan berkas isoglos terhadap 400 kosakata yang digunakan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa di

Analisis petrofisika pada formasi reservoar Baturaja dilakukan untuk perhitungan kandungan serpih ( Shale Volume ), porositas, resistivitas air, saturasi air, dan permeabilitas

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ALAT PERAGA MAKET KUDA-KUDA SISTEM BONGKAR PASANG PADA MATA KULIAH KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG III.. Skripsi, Surakarta:

Karet sintetis ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan, bahkan banyak fungsi karet alam yang dapat digantikannya. a) SBR (Styrena Butadiene Rubber).. Jenis SBR merupakan

Secara praktis, beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepuasan kerja para dosen adalah dengan memberikan (a) kesempatan berkembang bagi para dosen, (b)

Hasil penelitian yang telah dilakukan dalam menentukan parameter fisis arang campuran dari bahan tempurung kelapa dan cangkang kelapa sawit dapat disimpulkan bahwa :

Penelitian ini akan menggunakan file berupa teks dan citra yang akan disandikan dengan menggunakan salah satu algoritma dari kriptografi yakni algoritma hill

Guna mengetahui keefektivitas daripada penerapan sanksi oleh pihak penyidik dalam menanggulangi oknum-oknum yang melanggar peraturan yang berlaku yang dilakukan oleh