• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen stratejik pengembangan agroindustri berbasis unggulan wilayah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen stratejik pengembangan agroindustri berbasis unggulan wilayah"

Copied!
371
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN STRATEJIK PENGEMBANGAN

AGROINDUSTRI BERBASIS UNGGULAN WILAYAH

ARIE DHARMAPUTRA MIRAH P.25600013 / TIP

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

MANAJEMEN STRATEJIK PENGEMBANGAN

AGROINDUSTRI BERBASIS UNGGULAN WILAYAH

ARIE DHARMAPUTRA MIRAH P.25600013 / TIP

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Teknologi Industri Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul:

Manajemen Stratejik Pengembangan Agroindustri Berbasis Unggulan Wilayah

adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing, belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

(4)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, 2007 Hak cipta dilindungi

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ritey Kabupaten Minahasa Propinsi Sulawesi Utara pada tanggal 24 Pebruari 1953, adalah anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Nehemiah Mirah (alm) dan Engelina Lumy (alm). Pada tanggal 22 Nopember 1990 penulis menikah dengan Ir. Josephine LP. Saerang, M.P, dan telah dikaruniai seorang anak yaitu Pingkan Engelina Putri.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri I Manado pada tahun 1970, pendidikan sarjana strata satu di Jurusan Produksi minat Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Universitas Sam Ratulangi Manado (UNSRAT), lulus pada tahun 1985. Pada tahun 1997 mengikuti program magister di Program Studi Ilmu Ternak, Institut Pertanian Bogor (PTK-IPB) dengan beasiswa dar BPPS- Dikti, lulus pada bulan Februari tahun 2000. Pada tahun ajaran 2000/2001 penulis diterima pada pendidikan program doktor Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor (TIP-IPB), dengan beasiswa dari BPPS – Dikti.

Penulis bekerja sebagai staf pengajar bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado dan staf di Laboratorium Kimia Dasar UNSRAT sejak tahun 1986.

Judul Penelitian Tesis (S1): “Pengaruh Penyuntikan Papain secara Antemortem terhadap Tingkat Keempukan Daging Ayam Petelur Tua”

(6)

PRAKATA

Dalam rangka penyelesaian studi di Program Studi Teknologi Industri Pertanian IPB, penulis melakukan penelitian disertasi dengan tema: “Manajemen Stratejik Pengembangan Agroindustri Berbasis Unggulan Wilayah” dengan wilayah kajian yaitu Sulawesi Utara. Penelitian dilakukan sejak tahun 2003 dan telah diseminarkan pada bulan Februari tahun 2006.

Selama studi dan terutama selama pelaksanaan penelitian sampai penulisannya, penulis mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Irawadi Jamaran selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Ir. Krisnani Setyowati, Dr. Ir. Machfud, M.Sc., Dr. Ir. Yandra Arkeman, M.Eng., Prof. Dr. Ir. Lefrand W. Sondakh, M.Ec. selaku Anggota Komisi Pembimbing, atas segala bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis.

2. Dr. Ir. Amril Aman, M.Sc sebagai penguji pada Ujian Tertutup, kepada Dr. Widigdo Sukarman, MBA, MPA dan Dr. Ir. Dedi Mulyadi, M.Si sebagai penguji pada Ujian Terbuka, juga kepada Dr. Ir. Dida Setyadi Salya, MA yang telah memberikan banyak masukan untuk perbaikan disertasi penulis.

3. Pimpinan dan Staf Sekolah Pascasarjana IPB secara khusus kepada bapak Dr. Ir. Sam Herodian, MS yang mewakili Rektor IPB pada pelaksanaan Ujian Terbuka, Pimpinan dan Staf Program Studi Teknologi Industri Pertanian IPB, yang telah memberi kesempatan pada penulis mengikuti program doktor dan segala bantuan dan pelayanan Bagian Administrasi yang diberikan selama proses studi penulis.

4. Rektor Universitas Sam Ratulangi Manado, atas kesempatan studi lanjut dan segala bantuan yang diberikan kepada penulis

5. Pemerintah Daerah Kabupaten Minahasa Selatan dan Propinsi Sulawesi Utara atas segala bantuan penelitian yang telah diberikan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang agroindustri dan bagi kepentingan pembangunan bangsa, terima kasih.

(7)

Dekan Sekolah Pascasarjana

Judul Disertasi :

Manajemen Stratejik Pengembangan

Agroindustri Berbasis Unggulan

Wilayah

Nama NIM

: Arie Dharmaputra Mirah : P.25600013

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Irawadi Jamaran Ketua

Dr. Ir. Machfud, MS Anggota Dr. Ir. Krisnani Setyowati

Anggota

Prof. Dr. Ir. Lefrand W. Sondakh, M.Ec Anggota

Dr. Ir. Yandra Arkeman, M.Eng Anggota

Ketua Program Studi

Teknologi Industri Pertanian

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS Dr. Ir. Irawadi Jamaran

Diketahui

(8)

Penguji pada Ujian Tertutup: Dr. Ir. Amril Aman, M.Sc

(9)

ABSTRACT

ARIE DHARMAPUTRA MIRAH. Strategic Management Based on Region Superiority for Agroindustry Development. Under the direction of IRAWADI JAMARAN, MACHFUD, KRISNANI SETYOWATI, YANDRA ARKEMAN and LEFRAND WINSTON SONDAKH.

The study attempted to owe an explanation about existing agroindustry in North Sulawesi. Profile of some agroindustries based on agriculture raw material was selected to represent the superior industry. The objective of this researched is to engineer the strategic management model by integrated of agroindustry with region superiority concepts. The superiority of agroindustries in North Sulawesi, had been analyzed by using Agroindustry Index (IA) accounting as a deterministic

justification model. This model use an index number of several variables as an input model i.e. index of invested, index of labor absorption, index of extensive area of plant, index of total production of plant, and index of LQ value of agriculture commodities. Exponential Comparative Methods (ECM) was used to select the superior product. AI’SWOT is an expert choice explicit justification model which is used to evaluate the strategic environmental factors (SWOT factors), restructure the system by using Interpretative Structural Modeling (ISM), continued to select the alternative strategy of the agroindustry development system by using Analytical Hierarchy Process (AHP) on the Strategic Formulation sub-model. The model of this research had been arranged the superiority rank of agroindustry and product. Restructured the development system had been found the significant aspect of the elements of supporting, handicap, strategy, needs, and community of development system, so that the groups of alternative strategy. Strategic implementation sub-model was used to find out the content of the human resources, natural resources, social capital and technology resources for every strategy by using Availability Matrix analysis. Strategic evaluation sub-model was used to formulated the scenario of the agroindustry development strategy by using Optional Matrix analysis. Complete analyze of the research has built successfully the model of the Strategic Management for Region Superiority Agroindustry Development (MS-RSA), with all of several limitation.

______________________________

(10)

RINGKASAN

ARIE DHARMAPUTRA MIRAH. Manajemen Stratejik Pengembangan Agroindustri Berbasis Unggulan Wilayah. Dibimbing oleh IRAWADI JAMARAN, MACHFUD, KRISNANI SETYOWATI, YANDRA ARKEMAN dan LEFRAND WINSTON SONDAKH.

Penelitian ini berusaha menjelaskan tentang kondisi agroindustri yang berkembang di Sulawesi Utara. Seleksi unggulan agroindustri telah dilakukan berdasarkan bahan baku industrinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk merekayasa model manajemen stratejik melalui integrasi konsep-konsep yang berkaitan dengan agroindustri dan unggulan wilayah. Penetapan unggulan agroindustri telah dilakukan dengan metode Indeks Agroindustri (IA) yang

merupakan model justifikasi deterministik. Model memanfaatkan data kuantitatif peubah luas lahan, produksi, besaran investasi dan penyerapan tenaga kerja, berdasarkan bahan baku agroindustri. Metode Perbandingan Eksponensial telah digunakan untuk penetapan produk unggulan. AI’SWOT adalah model justifikasi eksplisit yang merupakan model pilihan pakar, telah digunakan pada sub-model Formulasi Strategi untuk mengevaluasi lingkungan strategis (faktor-faktor SWOT), kemudian menetapkan.strukturisasi sistem pengembangan dengan Interpretative Structural Modeling (ISM), dilanjutkan dengan analisis pilihan strategi pengembangan dengan Analytical Hierarchy Process (AHP). Pengunaan berbagai model analisis dalam penelitian ini telah berhasil menetapkan ranking unggulan agroindustri dan rangking unggulan produknya. Strukturisasi sistem telah menemukan sub-elemen kunci dari elemen pendukung, penghambat, strategi, pelaku dan kebutuhan sistem pengembangan. Sub-elemen kunci telah dikembangkan sebagai sasaran (goal) untuk menemukan berbagai alternatif strategi pengembangan. Sub-model Implementasi Strategi dengan analisis Matriks Ketersediaan telah berhasil mengkaji ketersediaan sumberdaya manusia, sumberdaya alam, sumberdaya sosial, dan sumberdaya pembangunan dari lokasi kajian untuk setiap penerapan strategi pilihan. Sub-model Evaluasi Strategi dengan analisis Matriks Opsional telah merumuskan berbagai skenario pengembangan meliputi skenario pengembangan bahan baku, skenario pengembangan ketersediaan sumberdaya, skenario pengembangan proses, dan skenario pengembangan aspek pasar. Penggunaan model dan metode analisis secara keseluruhan telah berhasil merancang-bangun model manajemen stratejik pengembangan agroindustri berbasis unggulan wilayah (MS-PAW) dengan berbagai keterbatasannya.

______________________________

Kata kunci: agroindustri, unggulan wilayah, manajemen stratejik.

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Jenis dan interpretasi hubungan kontekstual antar sub-elemen

ISM 23

2 Identifikasi elemen-elemen aktor dan kebutuhannya ... 31

3 Tahap Kajian MS-PAW 34

4 Simbol hubungan dan definisi kontekstual antar elemen

ISM-VAXO ... 45

5 Skala pendapat (nilai dan definisinya) 47

6 Luas areal berbagai komoditi perkebunan ... 54 7 Produksi berbagai jenis komoditi perkebunan ... 55 8 Luas areal dan produksi komoditi perkebunan pada setiap

wilayah Kabupaten/ Kota di Sulawesi Utara Jenis tanaman: Kelapa ...

55

9 Luas areal dan produksi komoditi perkebunan pada setiap wilayah Kabupaten/ Kota di Sulawesi Utara Jenis tanaman: Cengkih ...

56

10 Luas areal dan produksi komoditi perkebunan pada setiap wilayah Kabupaten/ Kota di Sulawesi Utara Jenis tanaman: Pala ...

56

11 Luas areal dan produksi komoditi perkebunan pada setiap wilayah Kabupaten/ Kota di Sulawesi Utara Jenis tanaman: Kopi ...

56

12 Luas areal dan produksi komoditi perkebunan pada setiap wilayah Kabupaten/ Kota di Sulawesi Utara Jenis tanaman: Panila ...

57

13 Luas areal dan produksi komoditi perkebunan pada setiap wilayah Kabupaten/ Kota di Sulawesi Utara Jenis tanaman: Jambu mete ...

57

14 Luas areal dan produksi komoditi perkebunan pada setiap wilayah Kabupaten/ Kota di Sulawesi Utara Jenis tanaman: Kakao ...

57

15 Daftar agroindustri skala besar di Sulawesi Utara ... 58 16 Daftar agroindustri skala menengah di Sulawesi Utara ... 59 17 Kapasitas potensial dan penyerapan tenaga kerja setiap jenis

(12)

18 Indeks luas lahan bahan baku agroindustri ... 61

19 Indeks produksi bahan baku agroindustri ... 62

20 Indeks investasi agroindustri ... 62

21 Indeks tenaga kerja agroindustri ... 63

22 Urutan rangking prioritas unggulan agroindustri di Sulawesi Utara ... 64 23 Indeks LQ 64 24 Matriks penetapan prioritas komoditi unggulan nasional di BPTP Sulawesi Utara ... 65

25 Agroindustri berbasis kelapa di Sulawesi Utara ... 67

26 Alternatif produk agroindustri unggulan ... 68

27 Penilaian alternatif produk unggulan ... 68

28 Hasil perhitungan dengan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) ... 69

29 Evaluasi Faktor-faktor SWOT ... 71

30 Elemen pengembangan dan hubungan kontekstualnya ... 74

31 Hasil Reachability Matrix final dari elemen pendukung sistem pengembangan ……….. 76

32 Hasil Reachability Matrix final dari elemen kendala sistem pengembangan ... 79

33 Hasil Reachability Matrix final dari elemen strategi sistem pengembangan ... 82

34 Hasil Reachability Matrix final dari elemen pelaku sistem pengembangan ... 84

35 Hasil Reachability Matrix final dari elemen kebutuhan sistem pengembangan ... 87

(13)

38 Data produksi kelapa /wilayah kecamatan Kabupaten

Minahasa Selatan ... 107 39 Data produksi kelapa /wilayah kecamatan Kabupaten

Minahasa Utara ... 107 40 Perkembangan agroindustri VCO di Sulawesi Utara ... 108 41 Analisis ketersediaan sumberdaya setiap fokus pengembangan

dari lokasi.pilihan pada Kab. Minahasa Utara ... 110 42 Matriks interaksi ketersediaan sumberdaya setiap fokus

pengem-bangan dari lokasi.pilihan pada Kab. Minahasa Utara ...

111

43 Analisis ketersediaan sumberdaya setiap fokus pengembangan

dari lokasi pilihan pada Kab. Minahasa Selatan ... 112 44 Matriks interaksi ketersediaan sumberdaya setiap fokus

pengem-bangan dari lokasi pilihan pada Kab. Minahasa Selatan ... 113 45 Prosentasi nilai ketersediaan sumberdaya terbatas pada

keseluruhan lokasi pilihan. ...

116 46 Skenario pengembangan ketersediaan sumberdaya bagi

agroindustri

117 47 Rumusan strategi opsional ketersediaan bahan baku agroindustri. 118 48 Skenario pengembangan bahan baku agroindustri berbasis

kelapa di Sulawesi Utara ... 119 49 Aspek prosesing VCO di Sulawesi Utara ... 120

50 Volume dan nilai ekspor kelapa Indonesia 122

51 Sepuluh besar negara tujuan berdasarkan volume ekspor kelapa

Indonesia ... 122 52 Sepuluh besar negara tujuan berdasarkan nilai ekspor kelapa

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Model manajemen stratejik dari Baseman dan Platak ... 11

2 Model manajemen stratejik dari Richard D Irwin ... 11

3 Model manajemen stratejik dari Shrivastava ... 12

4 Model Manajemen Stratejik dari David FR ... 12

5 Model manajemen stratejik dari Hitt et.al ... 13

6 Volume ekspor beberapa jenis minyak nabati dan ikutannya ... 17

7 Kerangka pemikiran penelitian ... 27

8 Diagram input-output strategi pengembangan agroindustri berbasis potensi wilayah ... 33

9 Diagram Alir Rekayasa Model MS-PAW ... 38

10 Diagram Alir Rekayasa Model Seleksi Agroindustri / Produk Unggulan ... 43 11 Diagram Alir Rekayasa Model Evaluasi Lingkungan Strategis .... 44

12 Diagram Alir Rekayasa Model I’SWOT bagi Strukturisasi Sistem Pengembangan ... 46 13 Diagram Alir Rekayasa Model AI’SWOT untuk Penetapan Strategi Pilihan ... 49 14 Diagram Alir Tahap Analisis Ketersediaan Sumberdaya ... 50

15 Matriks skenario menurut Pierre Wack ... 52

16 Matriks Prioritisasi Proses ... 53

17 Pohon industri kelapa ... 66

18 Tahap formulasi strategi pengembangan agroindustri ... 70

19 Struktur hirarki antar sub-elemen pendukung sistem pengembangan agroindustri unggulan di Sulawesi Utara ... 77

20 Diagram klasifikasi sub-elemen pendukung sistem pengembangan agroindustri unggulan di Sulawesi Utara ... 77

21 Struktur hirarki antar sub-elemen kendala sistem pengembangan agroindustri unggulan di Sulawesi Utara ... 77

(15)

23 Struktur hirarki antar sub-elemen strategi sistem pengembangan

agroindustri unggulan di Sulawesi Utara ... 82 24 Diagram klasifikasi sub-elemen strategi sistem pengembangan

agroindustri unggulan di Sulawesi Utara ... 83 25 Struktur hirarki antar sub-elemen pelaku sistem pengembangan

agroindustri unggulan di Sulawesi Utara ... 85 26 Diagram klasifikasi sub-elemen pelaku sistem pengembangan

agroindustri unggulan di Sulawesi Utara ... 86 27 Struktur hirarki antar sub-elemen kebutuhan sistem

pengembangan agroindustri unggulan di Sulawesi Utara ... 88 28 Diagram klasifikasi sub-elemen pelaku sistem pengembangan

agroindustri unggulan di Sulawesi Utara ... 88 29 Hirarki strategi sistem pengembangan agroindustri unggulan ... 93 30 CDP - Analisis prioritas basis pengembangan agroindustri ... 94 31 CDP - Analisis prioritas basis kawasan pengembangan

agroindustri ... 95 32 CDP – Analisis prioritas skala usaha pengembangan

agroindustri ... 96 33 CDP – Analisis prioritas kelembagaan pengembangan

agroindustri ... 97 34 CDP – Analisis prioritas target pasar pengembangan

Agroindustri ... 97 35 CDP – Analisis prioritas sumber pemodalan pengembangan

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Penduduk Sulawesi Utara sesuai Wilayah Kabupaten/ Kota 134

2 Seleksi unggulan agroindustri 134

3 Seleksi unggulan produk agroindustri 134

4 Penyerapan tenaga kerja pada agroindustri 135

5 Evaluasi lingkyngan strategis – analisis SWOT 136 6 Strukturisasi sistem pengembangan dengan ISM 140

7 Analisis Keputusan Kelompok dengan AHP 143

8 Pembobotan Strategi Menyeluruh 150

9 Ketersediaan Sumberdaya pada setiap Strategi pengembangan di

Minahasa Utara dan Minahasa Selatan 151

10 Negara tujuan ekspor kelapa Indonesia 161

11 Ketersediaan bahan baku pada berbagai kondisi produksi dan luas lahan

162

12 Matriks interaksi ketersediaan 163

(17)

MANAJEMEN STRATEJIK PENGEMBANGAN

AGROINDUSTRI BERBASIS UNGGULAN WILAYAH

ARIE DHARMAPUTRA MIRAH P.25600013 / TIP

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(18)

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Sebagai industri yang mengolah hasil pertanian, yang menggunakan dan memberi nilai tambah pada produk pertanian secara berkelanjutan maka agroindustri merupakan tumpuan harapan baru dalam menyempurnakan sukses bidang pertanian. Sentuhan bisnis menjadikan agroindustri salah satu pilar utama perekonomian yang dalam menetapkan strategi pengembangannya, selain aspek teknis juga harus merumuskan manajemen stratejik yang mampu mengoptimalkan potensi sumber daya yang dimiliki oleh suatu wilayah.

Beberapa permasalahan yang menjadi pertimbangan strategis adalah: sifat hasil pertanian yang musiman dan mudah rusak; sifat pelaku industri yang umumnya resisten inovasi karena menganggap kegiatan pertanian beresiko tinggi dengan margin rendah; pemasaran hasil-hasil pertanian yang tersebar secara geografis dan memiliki jaringan kerja serta hubungan yang komplek dengan unit-unit kecil dalam jumlah besar; penentuan kebutuhan bahan baku dengan pertimbangan jumlah, mutu, waktu, musim dan biaya; dan disain sistem kesepakatan antar pelaku yang terlibat. Sebab itu diperlukan strategi yang tepat dalam mengatasi permasalahan tersebut.

Konsep strategi memungkinkan para eksekutif mengendalikan tingkat efisiensi dan efektivitas agroindustri (Shrivastava 1994). Agroindustri berpotensi dikembangkan seiring dengan permintaan pasar yang terus meningkat dan sumber bahan baku yang cukup tersedia. Salah satu keunggulan agroindustri adalah sifat produk yang memiliki nilai elastisitas permintaan terhadap perubahan pendapatan yang tinggi (Saragih 2000).

Permasalahan pokok yang harus dikaji dalam usaha pengembangan agroindustri adalah belum adanya penetapan/penerapan strategi yang tepat untuk mampu memaksimalkan potensi-potensi yang ada yang memungkinkan agroindustri menjadi industri yang kompetitif dan mewujudkan revitalisasi pertanian.

(19)

pertanian untuk mengsukseskan visi program jangka panjang , adalah pertanian modern yang berbudaya industri dalam rangka membangun industri pertanian berbasis pedesaan, sebagai langkah yang cukup prospektif. Pertanian modern harus menjadi suatu sektor yang tumbuh sama kuat dengan sektor industri dan sektor produktif lainnya. Agroindustri harus mampu merealisasikan tujuan pembangunan pertanian yaitu peningkatan kualitas produk/ usaha pertanian pada semua skala usaha, melakukan perubahan mental petani yang mendorong perubahan sifat usaha pertanian subsisten menjadi perusahaan pertanian (farm enterprise), dan menyeret prioritas perekonomian nasional pada ekonomi kerakyatan berbasis agroindustri/ agribisnis. Agroindustri sering dipahami sebagai perusahaan yang melakukan proses transformasi terhadap bahan mentah asal pertanian (Austin 1981),

Dari sisi industri, perkembangan kebijakan pembangunan industri di Indonesia cukup variatif. Pada era 60-an, kebijakan pembangunan industri lebih ditekankan pada pembangunan industri dasar yang lebih bersifat subsidi impor. Pada Pelita I sampai Pelita VI kebijakan pembangunan industri diarahkan pada pengembangan industri yang berspektrum luas (broad base industry). Kelemahan dari kebijakan ini adalah tidak adanya prioritas pembangunan industri (Deperindag 2000).

Kenyataan bahwa strategi produk unggulan nasional dan produk andalan daerah sebagai pendekatan prioritas yang pernah ditempuh Deperindag, demikian pula strategi Deptan yaitu pembangunan pertanian berbasis sektor ekonomi seperti INNAYAT (Industri Peternakan Rakyat), maupun yang berbasis komoditas seperti SPAKU (Sentra Pengembangan Agribisnis Komoditi Unggulan), belum mampu menempatkan agroindustri sebagai sektor yang memimpin (leading sector) dalam pembangunan nasional.

(20)

potensi wilayah sebaiknya dijadikan basis strategi pengembangan agroindustri. Sasaran ideal adalah menjadikan agroindustri berbasis potensi wilayah sebagai primadona pembangunan industri nasional berwawasan lingkungan.

Wilayah (Region) secara umum diartikan sebagai suatu tempat atau area geografis dan masyarakat didalamnya, juga terkait dengan aspek ekonomi, politik, sosial, administrasi, dan lingkungan fisik (iklim), atau juga aspek-aspek yang terkait dengan kebutuhan atau tujuan dari suatu studi (Shukla 2000).

Sulawesi Utara adalah wilayah pacific rim Indonesia yang memiliki perpaduan keunggulan antara lain keunggulan geografis sebagai pintu gerbang di bagian utara Indonesia ke kawasan internasional (aksesibilitas pasar global), disamping keunggulan internal yang tergambar pada penetapan rumusan 6 (enam) program unggulan yaitu:

1) supremasi hukum, 2) pendidikan bermutu, 3) kebaharian dan kelautan, 4) agroindustri, agribisnis dan perdagangan internasional, 5) pariwisata, dan 6) teknologi dan lingkungan hidup.

Menurut Sondakh (2001) rumusan program unggulan yang menjadi bagian dari Strategi Pembangunan Sulawesi Utara dimaksudkan untuk menjadi acuan dalam melakukan penyesuaian struktur dan nilai (structural and value adjustments) sebagai akibat kebijakan nasional bagi pelaksanaan otonomi daerah.

Dimasukkannya agroindustri sebagai program unggulan menunjukkan komitmen masyarakat dan pemerintah daerah untuk memaksimalkan pemanfaatan eksploitasi dan pengolahan produk SDA dengan peningkatan nilai tambahnya (Sondakh 2001). Selanjutnya dikatakan agar supaya proses agroindustri berjalan efektif, struktur ekonomi harus ditata dalam bentuk stuktur agribisnis yang efisien yang mendorong peningkatan ekspor dalam perdagangan internasional.

(21)

tertentu. Formulasi strategi memerlukan kajian mendalam karena merupakan langkah awal yang sangat menentukan pencapaian goal yang ditetapkan.

Permasalahan dalam pengembangan agroindustri dapat dirumuskan sebagai berikut:

Belum terlihat adanya penetapan/penerapan strategi yang tepat untuk mampu memaksimalkan total potensi yang ada.

Dari sisi pertanian, Strategi pembangunan pertanian berbasis sektor ekonomi maupun yang berbasis komoditas belum mampu memaksimalkan potensi dalam negeri sehingga kebutuhan bahan baku industri masih harus dipenuhi dengan impor.

Dari sisi industri, pada era 60-an, kebijakan pembangunan industri lebih ditekankan pada pembangunan industri dasar yang lebih bersifat subsidi impor. Kebijakan pembangunan industri selama beberapa tahap pembangunan (PELITA) diarahkan pada pengembangan industri yang bersifat broad base industry. Kelemahan dari kebijakan ini adalah tidak adanya prioritas pembangunan industri (Deperindag 2000).

Kebijakan otonomi daerah yang menantang setiap daerah untuk mengoptimalkan sumber daya wilayahnya, dan kebijakan sektor industri dengan konsep kluster industri yang mempromosikan pengembangan ekonomi regional secara efektif dan perdagangan antar daerah di Indonesia, telah mempertajam keinginan daerah untuk mengupayakan sendiri secara maksimal total potensinya.

Kebijakan pengembangan agroindustri Sulawesi Utara masih bervariasi fokusnya pada berbagai instansi terkait misalnya fokus pada pengembangan variasi produk yang didasarkan pada permintaan pasar terutama pasar global, fokus pada skala usaha atau pada kondisi pertanian masyarakat.

Faktor Pendukung:

(22)

mengisyaratkan pertanian modern sebagai suatu sektor yang tumbuh sama kuat dengan sektor industri dan sektor produktif lainnya.

Sulawesi Utara saat ini telah menetapkan rumusan 6 (enam) program unggulan yaitu: 1) supremasi hukum, 2) pendidikan bermutu, 3) kebaharian dan kelautan, 4) agroindustri, agribisnis dan perdagangan internasional, 5) pariwisata, 6) teknologi dan lingkungan hidup. Dimasukkannya agroindustri sebagai program unggulan menunjukkan komitmen masyarakat dan pemerintah daerah untuk memaksimalkan potensi yang ada.

Informasi dan beberapa pemahaman yang telah dikemukakan memberikan gambaran pentingnya penetapan strategi pengembangan agroindustri yang mengoptimalkan pemanfaatan totalitas potensi wilayah sebagai basis keunggulan komparatif/kompetitif, sehingga dapat meningkatkan kontribusi agroindustri terhadap peningkatan ekonomi nasional, terutama dalam mengantisipasi masuknya Indonesia dalam era perdagangan bebas (AFTA-2003, APEC-2010 dan WTO-2020).

I.2. Tujuan Penelitian

1. Merekayasa model manajemen stratejik dengan integrasi konsep-konsep yang berkaitan dengan agroindustri dan potensi wilayah

2. Merancang model indeks agroindustri untuk menetapkan peringkat unggulan agroindustri

3. Merancang tahapan formulasi strategi dengan melakukan kajian terhadap elemen-elemen pengembangan melalui evaluasi lingkungan strategis, strukturisasi sistem dan proses seleksi berbagai alternatif strategi

4. Merancang tahapan implementasi strategi dengan melakukan kajian terhadap interaksi antara ketersediaan sumber daya dengan strategi pengembangan yang ditetapkan

(23)

I.3. Ruang Lingkup

Penelitian dititikberatkan dalam kerangka kerja analitis (analytical framework) agroindustri.

Kelompok agroindustri yang dikaji lanjut pada seleksi agroindustri unggulan dalam penelitian ini adalah pada lingkup agroindustri berbasis perkebunan.

Ruang lingkup pengkajian konsep meliputi karakteristik wilayah yang berkaitan dengan potensi internal menyangkut karakter geofisik/ administrasi, kondisi sosial budaya, ekonomi, kebijakan; struktur sistem agroindustri, potensi input, proses dan output agroindustri; dengan mempertimbangkan pengaruh faktor eksternal menyangkut berbagai peluang dan ancaman terhadap sistem pengembangan; dan konsep manajemen stratejik yang meliputi perumusan strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi lintas fungsional dengan memanfaatkan berbagai pendekatan analisis untuk perumusan berbagai skenario pengembangan dan alternatif strategi sebagai faktor kunci pengembangan agroindustri unggulan. Pengertian lintas fungsional pada penelitian ini adalah berkaitan dengan peran berbagai sektor real terhadap sistem pengembangan agroindustri pada wilayah kajian.

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Agroindustri

Agroindustri dapat didefinisikan sebagai ‘industri yang berbasis pengolahan hasil pertanian’, setelah memperhatikan rumusan beberapa penulis antara lain Austin (1981) yang mendefinisikan agroindustri sebagai ‘perusahan yang memproses bahan mentah asal pertanian termasuk didalamnya tanaman dan ternak dengan berbagai variasi tingkatan pengolahan mulai dari pembersihan dan pengelompokan (grading) sampai dengan penggilingan dan pemasakan. Simposium Nasional Agroindustri II (1987) merumuskan agroindustri sebagai suatu kegiatan lintas disiplin yang memanfaatkan sumber daya alam (pertanian) untuk industri dengan kegiatan mencakup: 1) Industri peralatan dan mesin-mesin pertanian, 2) Industri pengolahan hasil-hasil pertanian, 3) Industri jasa sektor pertanian dan 4) Industri agrokimia. Dari definisi tersebut maka semua industri yang menggunakan bahan baku hasil pertanian seperti industri textil, sepatu dan asesoris yang menggunakan bahan sutera, kapas, kulit hewan; industri meubel dengan bahan baku kayu, karet; industri pangan; industri farmasi dengan bahan baku tanaman obat dan hasil perkebunan; industri minyak wangi, kosmetik, keseluruan industri tersebut menjadi bagian dari agroindustri.

Kontribusi agroindustri menjadi sangat vital bagi pertumbuhan ekonomi negara berkembang. Menurut Brown (1994) lebih setengah dari keseluruhan aktivitas manufaktur di negara berkembang adalah agroindustri. Menjelang akhir abad XX sekitar 37 persen manufaktur di wilayah Asia dan Pasifik adalah pada sektor agroindustri.

(25)

lain Indonesia berada pada kompetisi global yang menuntut industrialisasi bagi akselerasi pertumbuhan ekonomi. Agroindustri sudah seharusnya dijadikan tumpuan bagi pelaksanaan resource based strategy yang menurut Martani Huseini (1999) merupakan pendekatan terkini dalam fenomena globalisasi dan strategi bersaing yang dapat digunakan dalam menata ulang strategi pemasaran internasional Indonesia.

Agroindustri yang memiliki sifat usaha berkelanjutan harus memperhatikan aspek manajemen dan konservasi sumber daya alam yang dalam usaha pengembangannya harus memperhatikan beberapa hal yaitu: 1. menggunakan teknologi dan kelembagaan yang sesuai dengan daya dukung lingkungannya, 2. tidak menimbulkan degradasi atau kerusakan, 3. secara ekonomi menguntungkan dan 4. secara sosial dapat diterima masyarakat (Soekartawi 2000).

Di wilayah Andes (Peru, Ekuador, Columbia) strategi pengembangan agroindustri berbasis komunitas pedesaan menjadi kunci keberhasilan pembangunan wilayah dengan peningkatan produktivitas usaha pertanian skala kecil (Domínguez 2002, Website http://www.mtnforum.org/bgms ).

II.2. Wilayah

(26)

Pemahaman terhadap wilayah sangat menentukan dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan program-program yang berkaitan dengan pembangunan wilayah. Budiharsono (2001) menyebut enam pilar analisis pendukung pembangunan wilayah yaitu: analisis lokasi, analisis lingkungan, analisis sosial budaya, analisis ekonomi, analisis kelembagaan, dan analisis biogeofisik.

Analisis lokasi merupakan salah satu faktor penentu pembangunan industri termasuk agroindustri pada suatu wilayah. Beberapa literatur membahas tentang teori lokasi yang kemudian menjadi basis prosedur analisis yang disebut comparative cost technique, yang digunakan untuk kebutuhan pengembangan industri dalam mengantisipasi kebutuhan pasar dan distribusi geografis dari bahan baku industri. Hal ini berkaitan dengan prinsip-prinsip dasar penetapan lokasi industri dengan pertimbangan service trades yaitu: (1) akses terhadap sumber input (bahan baku, bahan pendukung, layanan), (2) akses terhadap pasar, dan (3) skala operasional dari unit produksi dan aglomerasi ekonomis (Isard et.al 1998).

II.3. Manajemen Stratejik

Manajemen stratejik adalah suatu tipe manajemen yang membuat suatu organisasi secara berkelanjutan dapat selalu fit dengan lingkungannya. Manajemen stratejik merupakan rangkaian aktifitas yang terdiri dari tiga tahap yaitu tahap formulasi strategi, tahap implementasi strategi dan tahap evaluasi strategi. Menurut Nichols (2000) istilah strategi berasal dari Greek yang berarti generalship, lebih dahulu digunakan dalam lingkup militer.

(27)

efektivitas organisasi secara keseluruhan, disamping mengajarkan bagaimana memperbaiki efisiensinya (Shrivastava 1994, David 2002, Lea et.al 2006).

Tiga elemen yang menjadi fokus manajemen adalah organisasi, lingkungan dan strategi. Elemen organisasi berkaitan dengan kepentingan pelaku (stakeholder) baik secara individu maupun organisasi dalam pencapaian/ pelaksanaan visi, misi dan tujuan organisasi termasuk industri. Elemen lingkungan berkaitan dengan aspek ekonomi (kekuatan pasar dan kompetisi), sosiokultural, lokasi geografis, pemerintah, dan teknologi. Elemen strategi berkaitan dengan tujuan masa depan (future intention) dan keunggulan bersaing (competitive advantage) dari organisasi (McNamee 1992, Shrivastava 1994, Dirgantoro 2001).

Dari pemahaman beberapa definisi manajemen stratejik terlihat kesamaan hal-hal yang dapat disebut sebagai elemen-elemen dalam manajemen stratejik yaitu adanya penetapan tujuan organisasi yang ingin dicapai, pemahaman karakter lingkungan yang perubahannya harus terus diantisipasi, dan perumusan strategi yang akan diimplementasi-kan. Asch dan Bowman (1989), Miller dan Dess (1996) merumuskan elemen-elemen fundamental dari strategi yang terdiri dari alat atau cara dan tujuan, yang dibedakan atas strategi yang diharapkan (intended strategy) yaitu dengan perencanaan dan kebijakan untuk mencapai sasaran sesuai visi, misi, tujuan strategi dan strategi yang dapat dilaksanakan (realized strategy) yaitu dengan berbagai tindakan mencapai hasil sesuai observasi.

(28)

Beberapa contoh model manajemen stratejik yang telah dirancang oleh para ahli dapat ditampilkan sebagai berikut:

Assessment of organization SWOT Formulation of organization mission Formulation of organiza-tion philoso-phy & policy

Determina-tion of strategic objectives Determina-tion of organization strategy Implemen-tation of organization strategy Control of organization strategy

Feedback, Feedforward, and Recycle

Gambar 1 Model manajemen stratejik dari Boseman dan Phatax (1989)

Develop strategic vision & mission Setting objectives Crafting strategy to achieve objectives Implementa- ting and executing strategy Evaluating and correcting Revise as needed

Task 1 Task 2 Task 3 Task 4 Task 5

Revise as needed Improve change Improve change Recycle as needed

(29)

Develop mission statement Measure & evaluate performan- ce Allocate resources Establish policies and actual objectives Generate evaluate and select strategies Establish longterm objectives Perform internal audit Perform external audit

I--- Strategy formulation --- I Strategy implementation---I----Strategy I evaluation Gambar 4 Model Manajemen Stratejik dari David FR (2002)

Goal formulation Environ-mental analysis Internal resource analysis Strategy statement Strategic decision making proses Generate strategic alternati-ves Corporate social responsi-bility Personal values Strategy formulation Strategy monitoring and control Strategy implemen-tation Strategy evaluation

(30)

Model manajemen stratejik yang dirancang beberapa ahli seperti pada Gambar 1, 2, 3, 4, dan 5 menunjukkan adanya kesamaan, yang pertama dalam hal substansinya yang memberi penekanan pada perlunya pernyataan misi sebagai wujud komitmen yang kuat dari organisasi dalam mencapai tujuannya, perlunya penetapan pilihan strategi yang tepat, dan perlunya kajian sumber daya internal maupun pengaruh faktor eksternal . Kesamaan yang kedua adalah pada alur pikir yang terekspresi sebagai proses desain model manajemen stratejik dengan tahapan formulasi strategi, implementasi, dan evaluasi strategi.

Perumusan strategi diarahkan pada perumusan berbagai alternatif strategi yang ditetapkan berdasarkan hasil kajian evaluasi lingkungan strategis yaitu lingkungan internal menyangkut kekuatan dan kelemahan organisasi, maupun lingkungan eksternal menyangkut berbagai peluang dan kemungkinan ancaman terhadap perkembangan organisasi atau perusahan. Implementasi strategi terutama didasarkan pada pengkajian ketersediaan sumber daya, sedangkan tahap evaluasi strategi diarahkan pada pengukuran dan evaluasi prestasi organisasi.

[image:30.612.118.515.79.359.2]

Lingkungan eksternal Lingkungan internal Tujuan strategis Misi strategis Penerapan Strategi Perumusan Strategi Daya saing strategis Laba diatas rata-rata Strategi ting-kat bisnis Dinamika persaingan Strategi ting-kat perusahan Strategi kerjasama Strategi internasional Strategi akuisisi & restrukturisasi Penguasaan perusahaan Struktur & control Org Kepemimpin an strategis Kewirausahaan dan inovasi perusahaan O ut put S tr at egi T inda k an S tra te gi I n pu t S tra te gi

Gambar 5 Model manajemen stratejik dari Hitt et.al (2001)

(31)

Perbedaan rancangan model para ahli (Gambar 1, 2, 3, 4, dan 5) hanya sedikit terlihat pada prosedur dan beberapa spesifikasi misalnya Baseman dan Platak (1989) maupun Hit et.al (2001) mengawali proses desain dengan melakukan evaluasi lingkungan internal maupun eksternal sebelum menetapkan pernyataan misi dan penetapan tujuan sedangkan Irwin RD (1995) maupun David FR (2002) memulai dengan pernyataan misi kemudian melakukan audit internal maupun eksternal, penetapan tujuan kemudian melakukan evaluasi dan pilihan strategi, yang pada model David FR dikelompokkan sebagai tahap formulasi strategi. Shrivastava (1994) lebih memfokuskan tahap formulasi strategi pada pernyataan strategi melalui proses pengambilan keputusan strategis dengan mempertimbangkan nilai-nilai preferensi indifidu, peran/ tanggung jawab sosial organisasi dan berbagai alternatif strategi yang dibangkitkan.

Manajemen stratejik telah berkembang menjadi suatu disiplin ilmu yang didukung adanya organisasi yang disebut Strategic Management Society (SMS) yaitu sebuah organisasi internasional yang anggotanya saat ini tersebar pada 60 negara terdiri dari kelompok Academics, Business dan Consultants (ABCs) yang mengembangkan konsep manajemen stratejik sebagai aplikasi sistem untuk berbagai keperluan (http://www.smsweb.org/index.html 2002).

II.4. Berbagai program pengembangan

Keterkaitan antara pengembangan pertanian, industri dan pengembangan wilayah telah menarik perhatian berbagai pihak baik lembaga pemerintah, swasta bahkan individu dalam memunculkan berbagai program dan kajian model pengembangan yang bertujuan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya setiap wilayah, terutama yang diyakini sebagai keunggulan komparatif wilayah.

(32)

efisiensi, memanfaatkan aset sumber daya untuk mendorong diversifikasi produk dan meningkatkan terciptanya inovasi – umumnya keunggulan lokal dibatasi oleh batas-batas geografis sehingga klaster industri akan berkembang secara regional.

BAPPENAS yang melakukan kajian kawasan andalan termasuk Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) yang salah satu diantaranya adalah KAPET Manado-Bitung merekomendasikan keterkaitan antar kawasan lintas sektor secara luas dan pemilihan fokus pengembangan dalam industri pendorong (DPKKT 2004). Program pengembangan KAPET Manado-Bitung diarahkan sebagai pengembangan pusat pariwisata, pusat perikanan dan sumber daya laut, dan pusat pengembangan industri

Program Kawasan Agropolitan yang dirancang Departemen Kimpraswil didasarkan pada pertimbangan pentingnya infrastruktur terutama sarana transportasi dalam pengembangan pertanian dengan penataan suatu kawasan yang terdiri dari kota tani, daerah pertumbuhan sebagai kawasan sentra produksi (KSP) dan kawasan budidaya yang tidak ditentukan berdasarkan wilayah administrasi tetapi berdasarkan skala ekonomi. Pada tahun 2002 dan 2003 Sulawesi Utara telah memproses usulan lima Kawasan Agropolitan (KA) yang proses pengajuannya berdasarkan usulan pemerintah daerah (kabupaten) yaitu KA Tomohon, KA Sangihe, KA Modoinding, KA Pakakaan dan KA Dagho. (Karya Manunggal 2003).

(33)

Dedi Mulyadi (2001) merancang-bangun model strategi terpadu dengan menggabungkan pendekatan market based, resource based dan teori kelembagaan. Martani Huseini (1999) merancang model ‘Satu Kabupaten Satu Kompetensi Inti’ (Saka-Sakti) sebagai model pengembangan yang berusaha menyelaraskan kebijakan otonomi daerah dan konsep kompetensi inti dari suatu wilayah kabupaten. Beberapa program lain dari Departemen Pertanian yang sudah berjalan adalah program Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK), Sentra Pengembangan Agribis Komoditas Unggulan (SPAKU) dan, Industri Peternakan Rakyat (INAYAT).

Beragam program pengembangan yang ditawarkan dapat bersifat sinergis karena saling melengkapi tetapi dapat bersifat antagonis karena perbedaan target operasional dan kecenderungan mengidentifikasi faktor-faktor kunci berdasarkan ruang lingkup yang spesifik

II.5. Kontribusi sektor perkebunan

Sektor perkebunan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian nasional. Dilihat dari pendapatan domestik bruto (PDB) sumbangannya terhadap nilai PDB terus meningkat. Tahun 1997, PDB perkebunan sebesar Rp 10,8 trilyun atau 2,5 persen dari total PDB nasional. Tahun 1998, PDB meningkat menjadi Rp 8,2 trilyun atau 2,9 persen dari total PDB nasional dan tahun 1999 meningkat lagi menjadi Rp 11,1 trilyun atau 3,9 persen dari total PDB nasional. Walaupun terjadi penurunan pada tahun 2003 tapi sektor perkebunan masih menyumbang 1,85 % dan sub-sektor peternakan 1,40 % per tahun, terhadap PDB nasional (Deptan 2003).

Permasalahan yang dihadapi bidang agrobisnis perkebunan menurut Pakpahan (2005) adalah permasalahan yang sangat fundamental yaitu aspek struktural dan kultural. Walaupun demikian selama tiga tahun terakhir dunia agrobisnis dari sektor perkebunan mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

(34)

perilaku ekspor produk olahan kelapa sebagai indikator nilai tambah ekonomi masih sangat memprihatinkan. Prosentasi pertumbuhan ekspor per tahun minyak kelapa sebagai produk utama tanaman kelapa kurun waktu 1968-1973 s/d 1994-2000 masih sangat berfluktuasi, begitu juga total ekspor (ton) selama 1994 s/d 2001 sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 6 (ket: diolah dari beberapa sumber).

Pada Gambar 6 terlihat bahwa peningkatan volume ekspor minyak kelapa masih tertinggal cukup signifikan dibanding minyak sawit. Pada tahun 2001 volume ekspor minyak kelapa baru mencapai 392 ribu ton, dibandingkan volume ekspor minyak sawit yang mencapai 4905 ribu ton.

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000

Volume Ekspor (000 ton)

1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001

Gambar 6 Volume ekspor beberapa jenis minyak nabati dan ikutannya

(mk=minyak kelapa; bk=bungkil kelapa; ms=minyak sawit; bs=bungkil sawit; ma=minyak atsiri)

mk bk ms bs ma

(35)

komoditi berbasis bahan baku kelapa diupayakan dengan usaha diversifikasi produk baik untuk memenuhi kebutuhan pangan maupun non pangan.

Dalam rangka mengantisipasi persyaratan global APCC juga berupaya merumuskan beberapa standardisasi produk misalnya, standar mutu Virgin Coconut Oil (VCO) sebagai salah satu jenis produk yng memiliki prospek unggulan. Provinsi Sulawesi Utara sebagai wilayah yang secara tradisional menjadi salah satu sentra produksi kelapa nasional sangat berkepentingan dengan program-program APCC tersebut.

II.5. Landasan teori metode analisis II.5.1. Metode Indeks Agroindustri

Penentuan agroindustri unggulan wilayah menggunakan Metode Indeks Agroindustri, yaitu suatu metode kuantitatif yang dirancang untuk memperoleh suatu nilai pembanding antar peubah-peubah yang diasumsikan sebagai faktor penentu sistem pengembangan agroindustri pada suatu wilayah.

Menurut kamus Wikipedia (http://www.wikipediadictionary.com/) indeks didefinisikan sebagai: suatu skala numerik yang digunakan untuk membandingkan sustu peubah dengan peubah lainnya atau dengan sejumlah referensi bilangan. Indeks juga didefinisikan sebagai bilangan yang diperoleh dari suatu formula, yang digunakan untuk penggolongan suatu set data (Index Dictionary: http://www.thefreedictionary.com/index )

Peubah-peubah yang dijadikan input model adalah:

1. Luas lahan, sebagai indikator ketersediaan lahan dalam penyusunan strategi pengembangan bahan baku

2. Total Produksi, sebagai indikator ketersediaan bahan baku yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan kapasitas terpasang industri

3. Investasi, sebagai indikator preferensi sektor swasta yang terkait erat dengan pergerakan pasar

4. Penyerapan tenaga kerja pada keseluruhan kegiatan agroindustri per basis komoditas bahan baku

(36)

awalnya dirumuskan oleh Bela Balassa, didasarkan pada kemampuan daya saing ekspor suatu produk (Barry and Hannan 2001), 2) Location Quotion (LQ) yang didasarkan pada penetapan sektor basis ekonomi dengan melihat kapasitas industri di suatu wilayah dibandingkan dengan skala nasional (Isard et al. 1998) atau antara relatif produksi komoditas i dibandingkan total produksi keseluruhan komoditas pada suatu wilayah, dan relatif produksi komoditas i pada wilayah tertentu dibandingkan relatif produksi komoditas i pada tingkat nasional (BPTP Sulut 2003). RCA dan LQ adalah metode penentuan secara kuantitatif. Metode penentuan komoditas/ produk unggulan yang sering digunakan dalam penelitian-penelitian agroindustri adalah Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) yang didasarkan pada penilaian seorang atau sejumlah pakar terhadap berbagai alternatif komoditas atau produk setelah lebih dahulu ditetapkan kriteria dan derajat kepentingan dari kriteria tersebut.

II.5.2. Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Penentuan produk unggulan dalam penelitian ini menggunakan Metode Perbandingan Exponensial (MPE). MPE merupakan salah satu metode untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak (Marimin 2002). Survey pakar dilakukan untuk menginventarisasi dan melakukan pembobotan terhadap Kriteria yang dipakai sebagai acuan dalam penentuan Alternatif produk unggulan.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pemilihan keputusan dengan menggunakan MPE menurut Ma’arif dan Tanjung (2003) adalah:

penentuan alternatif keputusan,

penyusunan kriteria keputusan yang akan dikaji,

penentuan derajat kepentingan relatif setiap kriteria keputusan dengan menggunakan skala konversi tertentu sesuai dengan keinginan

pengambil keputusan,

penentuan derajat kepentingan relatif setiap pilihan keputusan pada setiap kriteria keputusan,

penghitungan nilai dari setiap alternatif keputusan,

(37)

II.5.3. Analytical Hierarchy Process (AHP)

Analitical Hierarchy Process (AHP- Saaty 1982), adalah alat analisis untuk mengorganisir informasi dan keputusan dalam memilih alternatif yang paling disukai dengan berbagai kriteria yang ditetapkan. Penyelesaian AHP dilakukan secara manual atau secara komputerisasi misalnya dengan perangkat lunak Criterium Decision Plus.

Ide dasar prinsip kerja AHP menurut Saaty (1982) adalah prinsip menyusun hirarki, prinsip menetapkan prioritas, dan prinsip konsistensi logis. Salah satu sifat dari kriteria yang disusun dengan baik adalah relevansinya dengan masalah-masalah kunci yang ada.

Keputusan akhir mengharuskan pengambil keputusan untuk memperkirakan bagaimana perbandingan suatu alternatif dengan alternatif lainnya dalam kondisi-kondisi yang akan dihadapi dimasa yang akan datang.

Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam menggunakan metode AHP adalah:

• Penyusunan struktur hirarki

Pembobotan elemen-elemen (kriteria maupun alternatif), yang diawali dengan pendataan pendapat responden, kemudian pengolahan data untuk menentukan nilai eigen (eigenvektor)

Pengurutan tingkat kepentingan.

Prinsip kerja AHP yang digunakan adalah perbandingan berpasangan (pairwise comparisons) sehingga tingkat kepentingan suatu kriteria relatif terhadap kriteria lain maupun antara suatu alternatif dengan alternatif lainnya dapat dinyatakan dengan jelas dengan bantuan penggunaan skala pendapat. Saaty (1982) memberikan pedoman penggunaan skala 1 sampai 9 sebagai skala terbaik dalam mengkualifikasi pendapat untuk berbagai permasalahan.

Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan AHP dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan menurut Marimin (1999) adalah: • Kesatuan: AHP memberikan satu model tunggal yang mudah dimengerti,

luwes untuk aneka ragam persoalan tidak terstruktur.

(38)

Saling ketergantungan: AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.

• Penyusunan hirarki: AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokan unsur yang serupa dalam setiap tingkat. • Pengukuran: AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan

terwujud suatu metode untuk menetapkan prioritas.

Konsistensi: AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan untuk menetapkan berbagai prioritas. • Sintesis: AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan

suatu alternatif.

Tawar-menawar: AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan organisasi memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka.

Penilaian dan konsensus: AHP tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesiskan suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda.

• Pengulangan proses: AHP memungkinkan organisasi memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan

(39)

II.5.4. Interpretative Structural Modeling (ISM)

Interpretative Structural Modeling (ISM), adalah suatu teknik yang digunakan dalam permodelan yang mampu mensinkronisasi pendapat para ahli dalam memberikan gambaran yang konkrit tentang struktur hirarki sub-elemen dari setiap elemen sistem, dan dalam menemukan sub-elemen kunci serta karakter setiap sub-elemen, sebagai basis pengetahuan yang bermanfaat untuk menyusun perencanaan strategi pengembangan agroindustri yang terpadu dan lintas sektor (Machfud 2001).

Menurut Eriyatno (2003) ISM adalah salah satu alat strukturisasi dalam teknik permodelan deskriptif yang digunakan terutama untuk pengkajian oleh suatu tim tetapi juga dapat dipergunakan oleh seorang peneliti. Model-model struktural dihasilkan guna memotret perihal yang kompleks dari suatu sistem melalui pola yang dirancang dengan menggunakan grafis dan kalimat.

Penggunaan teknik ISM mengikuti beberapa tahap pengkajian sebagai berikut:

1) Pembangkitan elemen-elemen yang terkait dengan perihal yang dikaji, 2) setiap elemen diuraikan menjadi sejumlah sub-elemen yang memadai, 3) penetapan hubungan kontekstual antar sub-elemen, 4) berdasarkan pertimbangan hubungan kontekstual disusun Structural Self-Interaction Matrix (SSIM) menggunakan simbol V, A, X, dan O, 5) transformasi VAXO menjadi Reachability Matrix (RM) bilangan biner, 6) lakukan Aturan Transivity sampai mendapatkan RM final, 7) penggambaran skema setiap elemen menurut jenjang vertikal maupun horisontal. Elemen kunci diperoleh dari hasil rangking yang mengacu pada aspek Driver Power, 8) klasifikasi sub-elemen dengan menempatkan Driver Power (DP) dan Dependence (D) sebagai ordinat x,y pada sumbu koordinat .

Klasifikasi sub-elemen digolongkan dalam empat sektor yaitu:

Sektor 1: Weak driver-weak dependent variables (Autonomous). Hubungan peubah di sektor ini dengan sistem relatif kecil atau tidak ada kaitannya.

(40)

Sektor 3: Strong driver-strongly dependent variables (Linkage). Hubungan antar peubah pada sektor ini tidak stabil. Setiap tindakan pada peubah tersebut akan berdampak pada peubah lainnya.

Sektor 4: Strong driver-weak dependent variables (Independent). Peubah pada sektor ini disebut peubah bebas.

Hubungan kontekstual antar sub-elemen teknik ISM dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis dan interpretasinya seperti terlihat pada Tabel 1 (Eriyatno 2003).

Tabel 1 Jenis dan interpretasi hubungan kontekstual antar sub-elemen ISM

Jenis Interpretasi

1 Perbandingan (comparative)

- A lebih penting/ besar/ indah daripada B 2 Pernyataan

(Definitive)

- A adalah atribut B - A mengartikan B - A termasuk dalam B 3 Pengaruh

(Influence)

- A menyebabkan B - A sebagian penyebab B - A mengembangkan B - A menggerakkan B - A meningkatkan B 4 Keruangan

(Spatial)

- A diselatan/utara B - A diatas B

- A sebelah kiri B 5 Kewaktuan

(Temporal Time Scale)

- A mendahului B - A mengikuti B

- A mempunyai prioritas lebih dari B

II.5.5. Analisis SWOT

(41)

Hansen dan Hansen (2005) menyebut analisis SWOT sebagai alat analisis kunci dalam perencanaan strategis.

Perencanaan untuk menyusun formulasi strategis dapat dilakukan dengan tiga tahap yaitu: (1) tahap pengumpulan data dengan melakukan evaluasi faktor eksternal dan internal, (2) tahap analisis dengan membuat beberapa matriks spesifik, dan (3) tahap pengambilan keputusan dengan matriks perencanaan strategis kualitatif. Akuisisi pendapat pakar digunakan untuk memberi nilai sebagai preferensi pelaku terhadap elemen-elemen SWOT, yang selanjutnya dapat dianalisis dengan bantuan berbagai teknik iterpretatif menghasilkan prioritas-prioritas spesifik.

Menurut Irawadi el al. (2002) Strategi yang dijalankan suatu perusahaan merupakan reaksi atas perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi, dan hasil analisis kualitatif SWOT merupakan dasar penentuan posisi perusahaan untuk dapat memperkuat strategi operasionalnya. Kemampuan perusahaan (organisasi) memetakan kekuatan dan kelemahannya dalam persaingan agar mampu memanfaatkan peluang yang ada, dan dapat meminimalkan resiko dari ancaman persaingan, adalah strategi yang harus dibuat.

Terdapat empat kombinasi rumusan strategi yang diperoleh dari analisis SWOT yang merupakan interaksi antar faktor internal dan eksternal SWOT yaitu strategi SO (interaksi kekuatan dan peluang), strategi WO (interaksi kelemahan dan peluang), strategi ST (interaksi kekuatan dan ancaman) dan strategi WT (interaksi kelemahan dan ancaman) (Irawadi et al. 2002).

(42)

II.5.6. Analisis ketersediaan sumber daya

Secara umum sumber daya adalah komponen dari ekosistem yang menyediakan barang atau jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia dan dipandang sebagai sesuatu yang memiliki nilai ekonomi (Fauzi 2004). Ensiklopedia Webster maupun Encarta (Encarta dictionary 2005) mendefinisikan sumber daya (resource) sebagai:

1. seseorang atau sesuatu yang dapat dijadikan sebagai sumber bantuan atau informasi

2. sumber persediaan atau cadangan kebutuhan sesuatu seperti orang, uang atau peralatan

3. kemampuan untuk menemukan solusi dari permasalahan

4. dalam pengertian jamak sumber daya didefinisikan sebagai kemampuan (bakat) atau kapasitas alami yang tampil pada waktu yang dibutuhkan; kekayaan (aset) alam, ekonomi, politik, militer suatu negara; aset perusahan / perdagangan misalnya manusia, modal, mesin atau stok untuk memperoleh keuntungan

(43)

III. METODE PENELITIAN

III.1. Kerangka pemikiran

Penelitian ini mencoba memadukan pendalaman konsep yang berkaitan dengan agroindustri, pembangunan wilayah, dan manajemen stratejik sebagai konsep dasar penelitian dengan fokus strategi pengembangan agroindustri berbasis unggulan wilayah melalui pendekatan alur pikir sistemik. Pendekatan berbagai aspek yang berkaitan dengan faktor geofisik, keragaman agronomis, aspek ekonomi dan berbagai input aktifitas industri memberikan kriteria jamak yang dapat dipakai dalam melakukan justifikasi unggulan agroindustri.

Pendekatan metodologis yang menggabungkan teknik analisis kualitatif dan teknik analisis kuantitatif diterapkan dengan memanfaatkan berbagai pola dan variabel pendukung. Menurut Moleong (2000) teknik kualitatif yang mengkaji paradigma alamiah dan teknik kuantitatif yang mengkaji paradigma ilmiah tersebut dapat dipakai bersama dalam suatu penelitian . Kajian yang dilengkapi dengan analisis lingkungan strategis merupakan input bagi penyusunan strategi pengembangan agroindustri.

Pada penelitian ini sesuai dengan lingkup kajian rekayasa model yang dikembangkan, pengumpulan data dan informasi juga memanfaatkan kaidah-kaidah Sistem Keputusan (Saaty 1996), strukturisasi sistem pengembangan, pendekatan matriks ketersediaan dan matriks opsional bagi perancangan berbagai skenario pengembangan.

Pakar yang dipilih untuk proses elisitasi dan akuisisi pengetahuan adalah pada bidang keahlian teknologi pertanian , kelembagaan, bisnis industri dan pihak yang terkait adalah dari institusi Bapelitbang, Perindustrian dan Perdagangan, Pertanian/Peternakan, Lembaga Penelitian Perguruan Tinggi dan Pengusaha kalangan industri. Perumusan strategi dilakukan melalui pendalaman konsep-konsep Strategic Management (David 1998; McNamee 1992; Shrivastava 1994). Pemahaman konsep dasar penelitian dan usaha yang dilakukan untuk merumuskan prilaku elemen-elemennya terekspresi sebagai kerangka pikir penelitian sebagaimana terlihat pada Gambar 7 yang akan menjadi acuan penetapan tahap-tahap pengkajian konseptual maupun operasional penelitian.

(44)

tidak • Keragaman agroindustri

• Karakter wilayah • Optimalisasi peran • Keterkaitan prilaku • Preferensi

Aspek kesesuaian lahan Aspek produksi

Aspek basis ekonomi Aspek investasi • Aspek tenaga kerja

Justifikasi multi kriteria

Sistem seleksi agroindustri pilihan:

o Metode Justifikasi-Deterministik o Metode Justifikasi-Logis eksplisit

Peringkat unggulan agroindustri

[image:44.612.92.524.73.700.2]

Sesuai

Gambar 7 Kerangka Pemikiran Manajemen Stratejik Pengembangan Agroindustri Berbasis Unggulan Wilayah (MS-PAW)

Akuisisi pendapat pakar

oKajian informasi dasar oIdentifikasi/kriteria pakar oPenetapan agroindustri pilihan oPenetapan elemen kajian oProsedur analisis

Evaluasi lingkungan strategis (Analisis SWOT)

Elemen faktor eksternal Elemen faktor internal •Elemen strategi

Identifikasi struktur sistem (Analisis ISM – VAXO)

Elemen sistem pengembangan Sub-elemen kunci pengembangan Klasifikasi sub-elemen kunci

Penetapan focus pengembangan ( Analisis AHP)

•Elemen kriteria pengembangan •Elemen sasaran/ alternatif

pengembangan

Interaksi fokus pengembangan Formulasi strategi

(45)

Kajian skenario pengembangan (Matriks Opsional)

Korektif

Model Sistem Pengembangan (Acuan

Kebijakan Strategis) A

Implementasi strategi pengembangan

Kajian interaksi sumber daya dan focus pengembangan (Matriks Interaksi Ketersediaan)

Informasi lokasi potensial

Informasi ketersediaan sumber daya Sensitifitas ketersediaan sumber daya Pendekatan kuantitatif /

kualitatif

Evaluasi strategi pengembangan

Skenario pengembangan sumber daya Skenario pengembangan bahan baku

[image:45.612.98.517.47.744.2]

Tahap formulasi strategi

Gambar 7 Kerangka Pemikiran Manajemen Stratejik Pengembangan Agroindustri Berbasis Unggulan Wilayah (MS-PAW) (lanjutan).

(46)

Metode yang digunakan dalam menggali informasi dan pengetahuan adalah dengan melakukan wawancara mendalam sesuai dengan kecukupan informasi yang dibutuhkan. Faktor-faktor dan kriteria pada strategi pengembangan selain bersifat kuantitatif-deterministik, juga banyak yang bersifat deskriptif-kualitatif. Kuesioner digunakan sebagai alat bantu dalam wawancara. Sumber informasi lain yang digunakan adalah data sekunder berupa dokumentasi hasil penelitian /percobaan, laporan data statistik BPS dan Dinas atau instansi terkait serta Pusat Penelitian dan Pengembangan.

III.2. Pendekatan sistem

Dalam perencanaan dan implementasi pengembangan agroindustri yang menjadi bahan pertimbangan awal adalah kemampuan internal yang dimiliki terutama faktor ketersediaan sumber daya yang sesuai dengan tujuan untuk menghasilkan produk tertentu, pengaruh faktor eksternal terutama peluang pasar dari produk yang dihasilkan dan berbagai hambatan yang dapat menyebabkan kegagalan pengembangan, juga proses transformasi yang dibutuhkan.. Komponen-komponen inti dari proses transformasi seperti material bahan baku, tenaga kerja, teknologi, organisasi, komponen pendukung seperti biaya, kebijakan, strategi dan lingkungan akan sangat menentukan kelangsungan usaha agroindustri pada semua tingkatan operasionalnya.

(47)

Pengkajian dengan pendekatan sistem merupakan cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap sejumlah kebutuhan sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. Flood dan Jackson (1990), menjelaskan ‘sistem’ sebagai suatu jaringan yang sangat terkait dan kompleks dari bagian-bagian yang bersinergi. Suatu sistem berisi sejumlah elemen dan setiap elemen dapat berupa gugus sejumlah sub-elemen dengan tingkat keeratan hubungan yang lebih tinggi. Kualitas peran setiap elemen maupun sub-elemen dapat berbeda dalam pencapaian tujuan suatu sistem. Ketepatan dalam menganalisis peran setiap elemen maupun sub-elemen sangat menentukan keberhasilan dari suatu pengambilan keputusan.

Analisis kebutuhan

Analisis kebutuhan adalah tahap awal dalam penerapan metodologi sistem yang tujuannya mengidentifikasi pelaku (aktor) dari sistem dan menginventarisasi kebutuhan setiap pelaku tersebut. Sistem pengembangan yang dirancang, dalam operasionalnya harus mampu memenuhi kebutuhan setiap pelaku baik pelaku individual, kelompok, atau kelembagaan yang terkait dan terlibat dengan aktifitas agroindustri kajian sehigga perlu dilakukan identifikasi kebutuhan umum dan spesifik dari setiap pelaku.

Analisis kebutuhan selalu menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari seorang pengambil keputusan terhadap jalannya sistem. Identifikasi pelaku agroindustri dan kebutuhannya pada penelitian ini ditetapkan melalui pengkajian yang dalam berdasarkan hasil suatu survei, pendapat ahli, diskusi, dan observasi lapang kemudian ditabulasi sebagaimana terlihat pada Tabel 2.

Formulasi permasalahan

(48)

pada aspek operasional adalah lemahnya dukungan komponen inti (input, proses, output) agroindustri terhadap kebutuhan operasional dari hulu sampai hilir.

[image:48.612.110.513.121.748.2]

Permasalahan klasik strategis adalah lemahnya strategi manajemen yang digunakan sebagai landasan sistem pengembangan yang mampu mengoptimalkan potensi agroindustri. Potensi-potensi yang dimiliki suatu wilayah merupakan keunggulan komparatif yang dapat dikembangkan sebagai keunggulan kompetitif agroindustri. Kemampuan pengambil keputusan dalam memotret keseluruhan entitas dari suatu sistem dan kecermatan dalam melakukan kajian secara holistik, sibernetik dan effektip akan menentukan keberhasilan pencapaian dari tujuan yang ditetapkan.

Tabel 2 Identifikasi elemen-elemen aktor dan kebutuhannya

Pelaku Kebutuhan

Petani / pemilik kebun Peningkatan pendapatan melalui:

Peningkatan permintaan produksi pertanian (jumlah dan kesinambungan permintaan) Jaminan harga jual yang layak

Pelaku industri hulu Kesinambungan pasokan bahan baku Tersedianya peralatan pengolahan Tenaga kerja trampil

Manajemen yang tepat

Jaminan harga beli dan harga jual yang layak Akses pada lembaga pembiayaan

Pedagang pengumpul Tersedianya pasokan dari industri hulu Meningkatnya permintaan industri hilir Sarana transportasi

Pelaku industri hilir Kesinambungan pasokan bahan baku Standar mutu bahan baku

Pengembangan teknologi Tenaga kerja profesional

Akses pada lembaga pembiayaan Jaminan kebijakan pemerintah

Eksportir Kelangsungan pasokan produk siap ekspor dengan mutu bersaing

Peningkatan fasilitas ekspor (pelabuhan udara / laut) dan kemudahan penggunaannya

Perluasan pasar

Jaminan regulasi perdagangan nasional, maupun global

(49)

Tabel 2 (lanjutan) Identifikasi elemen-elemen aktor dan kebutuhannya

Pelaku Kebutuhan

Tenaga kerja Peningkatan keterampilan Upah yang layak

Perluasan lapangan kerja Pemasok bahan penunjang

agroindustri

Perluasan usaha

Peningkatan sdm / penguasaan teknologi Lembaga pembiayaan Peningkatan jumlah nasabah dan jumlah

penyaluran kredit usaha dengan pengembalian terjamin

Iklim bisnis yang kondusif Pemerintah Pusat (Instansi

terkait)

Peningkatan penerimaan devisa

Realisasi program perencanaan pembangunan nasional

Pemerintah Daerah Peningkatan pendapatan daerah Bertambahnya lapangan kerja

Peningkatan kesejahteraan masyarakat

Koperasi Jaminan usaha petani

Peningkatan peran koperasi Asosiasi (agroindustri hulu,

hilir, eksportir)

Kemudahan birokrasi Komitmen standarisasi mutu

Perguruan tinggi Perluasan lapangan kerja profesional Peningkatan program pelatihan tenaga kerja agroindustri

Pusat / Balai penelitian Peningkatan efektivitas penelitian khususnya pengkajian teknologi

Obyek penilitian yang lebih luas Masyarakat sekitar /

konsumen

Tersedianya produk sesuai kebutuhan dalam hal jumlah, mutu dan kesinambungan

Peluang lapangan kerja

Minimalisasi dampak industri terhadap lingkungan

Identifikasi sistem

[image:49.612.128.511.87.584.2]
(50)

parameter-parameter yang membatasi struktur sistem sebagaimana ditampilkan dalam diagram input – output (Gambar 8).

Input tak terkontrol

1. Harga bahan/produk 2. Persaingan industri 3. permintaan pasar (domestik/ eksport) 4. Karakteristik wilayah 5. Infrastruktur 6. Nilai tukar rupiah.

Output yang dikehendaki

1. Peningkatan produktivitas & daya saing agroindustri wilayah 2. Peningkatan pendapatan setiap

pelaku usaha

3. Kontinuitas bahan baku 4. Peningkatan nilai ekspor 5. Skenario progresif MANAJEMEN STRATEJIK PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS UNGGULAN WILAYAH Input terkontrol 1.Teknologi 2.Sumber daya

3.Sumber modal/ investasi 4.Ketrampilan pengelolaan

usaha 5.Kelembagaan 6.Program pembinaan 7.Biaya-biaya 8.Kemitraan

Output tak dikehendaki

1. Sumber daya tidak ter-identifikasi dengan baik 2. Penetapan strategi yang

kurang tepat 3. Penurunan produksi 4. Tidak memenuhi standar

[image:50.612.128.514.99.662.2]

mutu Parameter: Ketersediaan sumber daya Sistem nilai MANAJEMEN PENGENDALIAN AGROINDUSTRI

Gambar 8 Diagram Input-Output manajemen stratejik pengembangan agroindustri berbasis unggulan wilayah.

Input Lingkungan

1. Kebijakan/ peraturan pemerintah/ birokrasi

(51)

III.3. Tahap penelitian

[image:51.612.120.512.185.721.2]

Pada penelitian ini dikembangkan tahap pengkajian manajemen stratejik pengembangan agroindustri berbasis unggulan wilayah (MS-PAW) yang terdiri dari pokok kajian, input model, metode, dan output model sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Tahap kajian MS-PAW

Kajian Input Metode Output

1 Identifikasi potensi wila

Gambar

Gambar 5  Model manajemen stratejik dari Hitt et.al (2001)
Gambar 7  Kerangka Pemikiran Manajemen Stratejik Pengembangan
Gambar 7  Kerangka Pemikiran Manajemen Stratejik Pengembangan
Tabel 2  Identifikasi elemen-elemen aktor dan kebutuhannya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kadar protein abon dari berbagai jenis ikan Abon ikan serandang (A3) memiliki kadar protein paling tinggi, tingginya kadar protein ikan serandang karena bahan baku

Perlakuan varietas sangat berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi jagung QPM pada berbagai dosis pupuk N 2. Varietas Srikandi

Menurut Iqbal dan persepsi pendidikan Islam, perlu dibentuk konsep diri manusia dengan jelas dan baik yang berlandaskan nilai-nilai agama, sehingga mampu tercipta Insan yang

Training internal antara lain men- cakup pelatihan sekaligus sosialisasi tentang keberadaan program Kredit Mikro Sambungan Air. Tahapan ini bisa dilakukan di internal PDAM atau

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih- Nya yang sungguh luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul

Realisasi fisik dari indikator kinerja ini 13%, dengan realisasi kegiatan: pengumpulan data literatur dan informasi dari internet (Kajian kebutuhan permanen magnet di

Kekurangan gizi merupakan salah satu faktor penting yang sangat mempengaruhi hasil pengobatan kanker pada pasien dengan kecukupan gizi dan status gizi yang baik

Dalam penelitian ini dilakukan tes daya hambat ekstrak rumput laut ( Kappaphycus alvarezii ) terhadap bakteri plak supragingiva dengan metode dilusi. dengan pengenceran