Pembangunan Indonesia khususnya pada sektor industri mengalami perkembangan yang pesat. Industri migas merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Industri ini merupakan salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Tahun tahun terakhir ini produksi minyak mentah Indonesia terus menurun, sedangkan kebutuhan meningkat terus. Iklim investasi yang kondusif untuk eksplorasi dan ekploitasi migas perlu didorong. Dicari suatu kebijakan agar pelaku ekonomi baik. Perusahaan perusahaan asing saat ini telah menguasai sektor industri migas Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana dan faktor faktor apa yang memengaruhi struktur, perilaku dan kinerja industri migas selama tahun 1998 2008. Kondisi ini dipengaruhi oleh peran pemerintah sebagai pembuat kebijakan dalam industri migas Indonesia. Melalui metode deskriptif, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana perilaku Industri migas Indonesia dan melalui metode kuantitatif, penelitian ini bertujuan menganalisis bagaimana struktur dan kinerja industri migas Indonesia.
Selain itu, penelitian ini ingin menganalisis mengenai bagaimana variabel variabel seperti produktivitas, CR4, pertumbuhan (GROWTH), XEFF, MES, bahan baku (RAWMATE), RENT (sewa), bahan bakar listrik dan gas (BBLG), harga impor, dan harga ekspor memengaruhi keuntungan (PCM) industri migas Indonesia. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah SCP dengan dan pendekatan panel data menggunakan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah struktur, perilaku dan kinerja. Struktur terdiri dari pangsa pasar, konsentrasi pasar (CR4) dan hambatan masuk pasar (MES). Untuk menganalisis perilaku menggunakan strategi harga, produk dan promosi. Sementara untuk kinerja menggunakan tingkat keuntungan dengan PCM dan efisiensi dengan X eff. Berdasarkan hasil analisis, struktur pasar industri migas Indonesia bersifat oligopoli ketat dengan rata rata konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4) sebesar 64,34 persen. Menurut Shepherd (1992), konsentrasi rasio empat perusahaan migas terbesar di Indonesia yang mencapai 60 100 persen ini tergolong oligopoli ketat. Nilai rata rata MES secara keseluruhan adalah 38,08 persen dan tergolong tinggi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan struktur industri migas di indonesia merupakan oligopoli ketat.
"#$%&$
Nama : Renatalia Desiana Parhusip
NIM : H14070021
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Muhammad Firdaus,_Ph. D NIP. 19730105 199702 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec. NIP. 19641022 198903 1 003
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Juni 2011
Penulis bernama Renatalia Desiana Parhusip lahir pada tanggal 24
Desember 1989 di Pematangsiantar. Penulis adalah anak pertama dari enam
bersaudara, dari pasangan Manganar Parhusip dan Nurhati Sihotang. Jenjang
pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar
pada SD RK Budi Mulia 2 Pematangsiantar dan lulus pada tahun 2001, kemudian
melanjutkan ke SLTPN 3 Pematangsiantar dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun
yang sama penulis diterima di SMAN 3 Pematangsiantar dan lulus pada tahun
2007.
Pada tahun 2007 penulis melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.
Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pilihan penulis dengan harapan besar agar
dapat memperoleh ilmu dan mengembangkan pola pikir yang jauh lebih baik.
Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan
diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi
dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi UKM
Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) khususnya Komisi Kesenian (Komkes)
dan menjabat sebagai pengurus di bidang ekstern, COAST FEM IPB, Gerakan
Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Bogor dan pernah menjabat
sebagai pengurus sebagai Bendahara Cabang periode 2010 2011, IKANMASS
(Ikatan Mahasiswa Siantar dan Sekitarnya) IPB. Selain itu penulis juga aktif
dalam kepanitiaan seperti FEMILY DAY 2009, Retreat Komisi Kesenian PMK
IPB 2009 sebagai Bendahara, 2010, Komkes 2009,
skripsi ini. Judul skripsi ini adalah 6 )"-2# )"-2# /)0* '1'0*)#.,$ 04.&-#$ $*)& 4$ 0420'&$) '#$24' 7. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan
bantuan dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain :
1. Muhammad Firdaus, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan baik secara teknis, teoritis maupun moril dalam
proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
2. Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc sebagai dosen penguji utama dalam sidang
skripsi yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat berharga
dalam penyempurnaan skripsi ini.
3. Deniey Adi Purwanto MSE selaku komisi pendidikan yang memberikan
banyak informasi mengenai tata cara penulisan skripsi yang baik.
4. Seluruh jajaran staf Departemen Ilmu Ekonomi atas segala bantuan dan
kerjasamanya.
5. Kepada kedua orangtua Manganar Parhusip dan Nurhati Sihotang serta
adik adik penulis buat dukungan, doa dan semangat yang diberikan kepada
penulis baik secara materiil maupun moril selama hidup penulis.
6. Teman teman Bilo yang sudah dianngap sebagai saudara buat dukungan
dan semangatnya serta tempat saling berbagi suka dan duka.
7. Michelia Widya Agri, Adinda Kharisma R, dan Teguh Noby Wijaya
sebagai teman bimbingan atas dukungan dan kerjasamanya selama ini.
8. Kepada Vernando Siahaan selaku teman berbagi penulis khususnya selama
penulisan skripsi ini buat semangat, dukungan dan motivasi yang
persatu buat kebersamaannya selama ini.
10. Teman teman sekalian yang hadir dalam seminar skripsi, dan yang telah
mendukung persiapan sidang penulis ucapkan terima kasih banyak.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini
namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang
membutuhkan.
Bogor, Juni 2011
+
"
"
%
%
'
$ $ !$ ! ; ;
& ! +, $ - $ $ ,$ ,+ $
& ! +, $ $ ,$ ,+ $
(+ ,$ $ @ . & + ! 8 $
( $ $ / $ / , ($ # , $ $
8 ) ! & ! + $ ! ::5= ;;5
+, $ , (+ $ ,$ ,+ $ ! ::5= ; ;
. % & , $ $ ,+ $ ! ::5= ;;5
8 , $ $ ! ::5= ;;5
3
5
:
"
%5
'4
3
+
"
%
'
3
. % ! $ ,$ ,+ $
*$ $ $=A ! $ 0& 1
$ , $ $ ,+ $ 0& 1
8 ! , $ $ ,+ $ ! ::5= ;;5 0& 1
. % , $ $ ,+ $ 0& 1
6 & , + = + - !$ ($ # , $
$ ,+ $ $+, ::5= ;;5 0 & $ 1
54
55
5:
:;
:
Sektor industri merupakan motor penggerak dalam peningkatan
kemakmuran negara negara di dunia, baik negara maju maupun negara
berkembang. Di Indonesia dan dunia, sektor ini merupakan leader sector bagi
sektor sektor lain dalam kemajuan ekonomi. Produk produk industri selalu
menciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan produk produk sektor
lain. Hal ini disebabkan karena sektor industri memiliki variasi produk yang
sangat beragam dan mampu memberikan manfaat marjinal yang tinggi kepada
konsumennya. Berusaha dalam bidang industri dan hasil hasil industri juga lebih
disukai karena proses produksi serta penanganan produknya lebih bisa
dikendalikan oleh manusia, tidak terlalu tergantung pada alam seperti musim atau
keadaan cuaca (Dumairy, 1996).
Pembangunan di Indonesia khususnya pada sektor industri telah
mengalami perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan industri ini ternyata
membawa dampak bagi kehidupan manusia, baik dampak positif maupun dampak
negatif. Dampak positif dari kegiatan industri adalah dapat mengurangi tingkat
pengangguran, menambah devisa negara melalui ekspor produk industri, serta
dapat menarik para investor untuk menanamkan modal pada sektor ini. Selain
dampak positif, kegiatan industri juga menimbulkan dampak negatif. Salah satu
dampak negatif yang ditimbulkan adalah pencemaran udara. Pencemaran udara
dirasakan semakin meningkat terutama daerah yang kepadatan lalu lintasnya
cukup tinggi serta di lokasi industri yang kurang memperhatikan dampak
Sub sektor Industri pengolahan terdiri dari industri migas dan non migas.
Di tahun 2008 sektor industri memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Peran dari sektor industri terhadap PDB
nasional adalah sebesar 26,79 persen. Sedangkan peran dari sub sektor industri
non migas di tahun 2008 mencapai 24,50 persen sementara sub sektor industri
migas sebesar 2,29 persen dengan nilai 47,644 miliar rupiah. Industri pengolahan
migas ini terdiri dari pengilangan minyak bumi dan gas alam cair yang masing
masing memberikan kontribusi sebesar 1,01 persen dan 1,28 persen. Data yang
menjelaskan kontribusi ini dapat dilihat pada Tabel 1.1.
! "##$
No. Sub Sektor Industri Pengolahan Nilai (Miliar Rupiah)
Peran terhadap PDB Nasional
(%)
A. %&'((% "'")
1. Pengilangan Minyak Bumi 20,973 1,01
2. Gas Alam Cair 26,691 1,28
B. Industri Non Migas 510,102 24,50
1. Makanan, Minuman dan Tembakau 139,992 6,72
2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 50,994 2,45 3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 20,336 0,98
4. Kertas dan Barang Cetakan 25,477 1,22
5. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 68,390 3,28
6. Semen dan Barang Galian Bukan Logam 15,991 0,77
7. Logam Dasar, Besi dan Baja 8,045 0,39
8. Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya 177,178 8,51
9. Barang Lainnya 3,770 0,18
Sumber : Kementrian Perindustrian, 2008
Negara Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan sumber daya
alam yang melimpah. Sektor sektor perekonomian seperti migas dan non migas
Pada penelitian kali ini yang akan dibahas khusus pada sektor migas
(minyak bumi dan gas alam). Sektor migas merupakan komoditas yang dominan
dalam sumber penerimaan devisa negara. Oleh karena itu sektor ini memiliki
kontribusi yang penting dalam mendorong perekonomian bangsa. Migas
merupakan salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
Maksudnya, untuk memperoleh sumber daya ini memerlukan waktu yang sangat
lama ribuan bahkan jutaan tahun. Jika terus menerus digunakan maka lama
kelamaan akan habis. Sebagai salah satu sektor unggulan yang tidak dapat
diperbaharui dan bersifat global, maka sektor migas perlu dijaga kelestariannya.
Sejak tahun 1998 eksplorasi dan investasi migas Indonesia menunjukkan
penurunan kegiatan secara berlanjut hingga sekarang, meskipun harga minyak
dunia meningkat secara tajam sejak kuartal terakhir tahun 2004. Namun, potensi
cadangan minyak bumi Indonesia masih tinggi berdasarkan besarnya sedimentasi
yang terdapat pada berbagai sedimentary basins.
Kesinambungan ketersediaan migas bagi negara penghasil minyak seperti
Indonesia diartikan sebagai upaya terus menerus menemukan cadangan baru.
Walaupun migas adalah non renewable resources tapi jumlahnya cukup banyak
yang dapat dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Tahun tahun
terakhir ini produksi minyak mentah Indonesia terus menurun, sedangkan
kebutuhannya meningkat terus. Iklim investasi yang kondusif untuk eksplorasi
dan ekploitasi migas perlu didorong. Diperlukan suatu kebijakan agar pelaku
ekonomi baik yang berasal dari dalam ataupun luar negeri diberikan iklim yang
baik agar mereka berkeinginan berinvestasi dalam bisnis migas, karena bisnis ini
GDP Indonesia meningkat setiap tahun dari tahun 2002 sampai tahun
2008 (Tabel 1.2). Konsumsi energi juga mengalami peningkatan setiap tahunnya
selain pada tahun 2006 mengalami penurunan dari 540.206 ribu BOE menjadi
538.892 ribu BOE. Akan tetapi, penurunan ini tidak terlalu besar dan meningkat
kembali pada tahun berikutnya. Begitu juga dengan konsumsi energi per
kapitanya menurun dari 2,5 BOE/kapita menjadi 2,4 BOE/kapita. Indikator
indikator energi seperti populasi, jumlah rumah tangga dan suplai energi primer
mengalami fluktuasi yang pada umumnya meningkat.
Populasi (Ribu) 212.276 215.276 215.276 217.854 222.192 222.642 228.523
Jumlah Rumah
Sumber: BPS; Statistic Indonesia; Bank Indonesia, 2010
Menurut Global Petroleum Survey (2010) yang diterbitkan Fraser Institute
Canada, kondisi investasi migas di Indonesia menempati peringkat ke 111 dari
Uganda, Namibia, Kamerun, Ghana, Gabon, Mesir, Mozambik, Madagaskar,
Bulgaria, Hongaria, Romania, Denmark, Suriname, Kolombia, Trinidad, Brazil,
Peru, Azerbaijan, India, China, Pakistan, Vietnam, Thailand, Kamboja dan
lainnya. Sedangkan untuk kawasan Oseania, posisi Indonesia paling buruk, lebih
buruk dari Australia, Tasmania, New Zealand, Filipina, Brunei, Malaysia, dan
sedikit lebih baik dari Timor Leste. Menurut Fraser Institute, hal itu disebabkan
faktor korupsi, sulitnya akses data, kontrak yang tidak ditaati, sistem fiskal yang
bertentangan dengan kontrak, keberadaan BP Migas yang memperpanjang proses
investasi, dan sikap pemerintah (Presiden dan Menteri ESDM) yang melakukan
pembiaran terhadap UU Migas.
Jadi, meskipun secara geologis potensi sumber daya migas di perut bumi
relatif sangat besar dan harga minyak dunia dalam sepuluh tahun terakhir terus
naik, ternyata realisasi investasi pencarian cadangan sangat minim. Investor pun
menjadi enggan untuk berinvestasi di Indonesia. Mereka lebih tertarik untuk
melakukan eksplorasi di negara lain karena proses dan sistem yang lebih
sederhana serta didukung adanya kepastian hukum. Akibatnya, dalam sepuluh
tahun terakhir nyaris tidak ada ditemukan cadangan dan lapangan minyak baru.
Produksi minyak hanya mengandalkan lapangan lapangan yang sudah tua yang
secara alamiah pasti mengalami penurunan. Pada saat harga minyak dunia
kembali mencapai lebih dari US$ 100/ barel, saat ini produksi minyak sangat
rendah hanya sekitar 900.000 barel/hari, jauh di bawah sasaran APBN 2011
sebesar 970.000 barel/ hari. Padahal sebelum UU Migas, pada tahun 1999
Buruknya pengelolaan kekayaan migas nasional telah menggiring
Indonesia menjadi negara nett oil importer. Ketergantungan pada minyak impor
akan semakin besar di tengah harga minyak dunia yang semakin tinggi. Tambahan
penerimaan negara dari produksi minyak (karena harga minyak dunia yang naik)
tidak akan cukup untuk menutupi tambahan subsidi BBM. Industri minyak bumi
dunia dalam beberapa tahun terakhir berkembang terutama didorong oleh
kenaikan harga minyak mentah yang naik dan bertahan tinggi hingga puncaknya
mencapai US$130 per barrel.
Sumber: Pertamina, 2010
* - * "# #
Sektor minyak dan gas adalah salah satu sektor yang memiliki kontribusi
besar dalam perekonomian dunia. Harga gas dunia tahun 2010 untuk beberapa
negara negara di dunia dapat dilihat pada Gambar 1.1. Harga tertinggi gas dunia
secara berurutan ditempati oleh negara Belanda, Denmark dan Hongkong yang
masing masing sebesar US$ 2,2/L, US $2,00/L, US$ 1,9/L. Sedangkan untuk
harga terendah masing masing ditempati oleh negara Filipina, Indonesia, dan
Adanya permasalahan UU Migas saat ini menjadi pro kontra dikalangan
masyarakat. Ada anggapan UU ini dibuat memang liberalisasi dan pemerintah
tidak bertanggung jawab atas migas nasional. Produksi minyak domestik saat ini
juga mengalami penurunan. Hal ini disebabkan kurangnya eksplorasi terhadap
lapangan lapangan minyak tua. Pada tahun 1998 atau tahun 70–80an, rata rata
pertahun jumlah sumur eksplorasi antara 250 – 300 sumur. Namun, sejak 1999,
menurun drastis hanya menjadi 90 sumur, tahun 2000 menurun menjadi 70 sumur,
tahun 2001 menjadi 60 sumur, tahun 2003 menjadi sekitar 30 sumur. Dalam
delapan tahun terakhir ini, hampir tidak ditemukan lapangan lapangan baru.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka sektor industri migas merupakan
sektor yang penting untuk diteliti, terutama untuk struktur, perilaku dan
kinerjanya. Dengan melihat kondisi migas Indonesia saat ini, perlu juga dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai kebijakan yang seharusnya dapat diambil oleh
pemerintah sebagai solusi atas kendala yang dialami industri migas Indonesia.
"
-Sektor industri minyak dan gas bumi (migas) Indonesia untuk saat ini
dapat dikatakan dalam kondisi yang memprihatinkan. Kondisi memprihatinkan ini
bukan hanya karena produksi minyak yang terus menurun tapi juga karena
replacement ratio yang di bawah satu. Cadangan Replacement ratio minyak
adalah jumlah cadangan dibagi dengan jumlah yang diekstraksikan. Jika rasionya
sebesar 100 persen, maka sarana produksi saat ini berkelanjutan, sedangkan jika
diatas seratus persen berarti dapat bertumbuh, dan jika dibawah seratus persen
berarti kemungkinan menurun. Hal ini berarti, Indonesia mengeksploitasi
cadangan baru yang ditemukan jauh lebih sedikit. Hal ini disebabkan karena
kebijakan kebijakan yang diambil dalam sektor migas cenderung tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan masyarakat pada umumnya. Selain itu, banyaknya
tenaga kerja domestik yang kompeten dalam hal ini justru direkrut oleh
perusahaan asing sehingga semakin sulit berkembang.
Pada Gambar 1.2 menjelaskan sepuluh besar perusahaan perusahaan yang
memiliki produksi minyak tertinggi di Indonesia. Dari gambar tersebut diperoleh
bahwa pada tahun 2005, produksi tertinggi minyak di Indonesia masih ditempati
oleh Chevron, yaitu perusahaan asing dari Amerika yang dalam satu hari berhasil
memproduksi minyak sebesar 476 MBPD (Million Barrel Per Day). Pada tahun
sebelumnya, Chevron juga menempati urutan pertama dalam produksi minyak di
Indonesia. Selanjutnya di posisi kedua dan ketiga ditempati oleh perusahaan
Pertamina dengan produksi sebesar 135,6 MBPD dan Conoco Philip Ltd dengan
produksi sebesar 70,9 MBPD. Terlihat ketimpangan produksi yang cukup jauh
antara produksi Chevron dengan Pertamina sebagai perusahaan domestik sebesar
340,4 MBPD.
Sumber: The IndonesianPetroenergy, 2004
Sedangkan untuk produksi gas di Indonesia, pada tahun 2005 produksi
tertinggi ditempati oleh perusahaan Total yaitu perusahaan asing dari Perancis.
Perusahaan Total dapat memproduksi 2.300 MMSCFD (Million Metric Standard
Cubic Feet Per Day) gas per hari. Posisi kedua dan ketiga ditempati Pertamina
dan Exxonmobil Indonesia dengan produksi gas masing masing sebesar 1.107
MMSCFD dan 1.091 MMSCFD (Gambar 1.3).
Sumber: The Indonesian Petroenergy, 2004
* - + ! *
Dari fakta tersebut, terlihat bahwa produksi tertinggi untuk minyak dan gas
alam di Indonesia ditempati oleh perusahaan asing. Selain itu, kemampuan
produksi migas nasional berjumlah 1.031.000 barel/hari sedangkan kebutuhan
migas dalam negeri sebesar 1.300.000 barel/hari. Untuk memenuhi kapasitas
produksi yang lebih kecil dibandingkan kebutuhan domestik maka hal yang
dilakukan adalah impor.
Pada tahun 2006, perusahaan nasional BUMN Pertamina merupakan
produsen kedua terbesar di Indonesia. Akan tetapi, mulai tahun 2007 hingga
kuartal I 2009 Pertamina berada di urutan ke delapan dan sembilan produsen
(Chevron), ConocoPhillips (Conoco), China National Offshore Oil Company
(CNOOC), dan Petrochina mendominasi sebagai produsen minyak mentah
terbesar dalam beberapa tahun terakhir.
Satu satunya perusahaan nasional yang tingkat produksinya cukup besar
adalah Medco EP Indonesia (Medco) yang menempati urutan produsen terbesar
keenam pada tahun 2006, dan urutan kelima pada tahun 2007 – kuartal I 2009.
Pertamina sendiri tingkat produksinya terus menurun dari sekitar 42 juta barrel
pada tahun 2006 menjadi masing masing 9,05 juta barel dan 7,7 juta barel pada
tahun 2007 dan 2008.
Permasalahan lainnya adalah mengenai UU Migas No 22 Tahun 2001
tentang minyak dan gas bumi yang menjadi perdebatan di kalangan pemerintah
untuk segera direvisi. UU ini intinya telah membuat proses investasi migas di
Indonesia menjadi berbeli belit dan adanya keberadaan BP migas telah merugikan
Pertamina sebagai perusahaan migas negara. Selain itu, UU ini juga
menguntungkan perusahaan asing yang berinvestasi di Indonesia. Permasalahan
lainnua telah terbukti UU Migas tidak mampu memenuhi kecukupan permintaan
gas dalam negeri. Dengan UU Migas membuat posisi PT Pertamina menjadi
lemah dan jauh berbeda dari Petronas, perusahaan Malaysia yang belajar dari
Indonesia, terjadi biaya (Recoverible Cost) yang tidak bisa
dipertanggungjawabkan yang berpotensi merugikan negara sebesar Rp 38,1 miliar
dan 4,2 miliar dolar Amerika atau setara Rp 37,6 triliun. Dengan adanya UU
Migas rakyat tidak bisa mengetahui data produksi dan pengeluaran biaya karena
tidak transaparan dan membuat tidak banyak kegiatan eksplorasi dan sangat
Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas, maka perincian
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana struktur, perilaku, dan kinerja industri migas di Indonesia ?
2. Faktor faktor yang mempengaruhi struktur, perilaku dan kinerja sektor
industri migas di Indonesia ?
+ / !
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi struktur, perilaku, dan kinerja industri minyak dan gas di
Indonesia.
2. Menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi struktur, perilaku dan
kinerja sektor industri migas di Indonesia.
% 0 !
Periode tahun analisis yang digunakan selama sebelas tahun, yaitu dari
tahun 1998 sampai 2008 dikarenakan keterbatasan data pada tahun sebelum 1998
dan data pada tahun 2009 yang masih belum tersedia pada saat penelitian
dilakukan.
Secara spesifik, sektor yang dibahas dalam penelitian ini adalah seluruh
industri migas yang ada di Indonesia kecuali sektor dengan kode KBLI
(Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia) 23205. Penelitiannya dibatasi
mengenai industri pengolahan migas dengan KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan
Usaha Indonesia) 23201, 23202, 23203 dan 23204 dimana masing masingnya
terdiri atas industri pemurnian dan pengilangan minyak bumi, industri pemurnian
industri pembuatan minyak pelumas. Untuk subsektor industri migas terdiri dari
KBLI 23201, 23202, 23203, 23204, 23205. Namun, untuk KBLI 23205 (industri
pengolahan kembali minyak pelumas bekas) tidak termasuk dalam penelitian
karena keterbatasan data yang tersedia. Selain itu, setelah diuji dengan ada atau
tidaknya sektor ini tidak terlalu berpengaruh terhadap sektor lainnya. Oleh karena
itu, sektor ini tidak diteliti.
Kode HS dari komoditas hasil olahan industri yang digunakan dalam
perkembangan perdagangan dan analisis aliran ekspor dan impor adalah kode HS
2709001000 (sepuluh digit) selama tahun 2007 sampai 2008 dan kode HS
270900100 (sembilan digit) selama tahun 1998 sampai 2006 untuk crude oil to be
refined dan HS 2711210000 (sepuluh digit) selama tahun 2007 sampai 2008 dan
kode HS 271121000 (sembilan digit) selama tahun 1998 sampai 2006 untuk
natural gas in gaseous state.
, 1
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi penulis, dalam penelitian ini dapat memberikan tambahan wawasan dan
proses belajar dalam pengembangan intelektualitas mengenai sektor minyak
bumi dan gas alam.
2. Bagi pemerintah dan lembaga atau instansi terkait, dapat menjadi masukan
dan rujukan untuk pengembangan perekonomian melalui sektor sektor
unggulannya.
3. Bagi mahasiswa, dapat menjadi bahan rujukan dan literatur bagi penelitian
2 1 1 0 *1 1 0
" 3
-Ekonomi industri merupakan suatu keahlian khusus dalam ilmu ekonomi
dimana dapat menelaah struktur pasar dan perusahaan yang secara relatif lebih
menekankan pada studi empiris dari faktor faktor yang mempengaruhi struktur
pasar, perilaku, dan kinerja pasar (Jaya, 2001). Menurut Hasibuan (1993), defenisi
industri terbagi atas dua, yaitu secara mikro dan makro. Secara mikro, industri
adalah kumpulan perusahaan perusahaan yang menghasilkan barang barang
homogen atau barang barang yang mempunyai sifat saling mengganti yang sangat
erat. Secara makro, industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai
tambah terhadap produk olahannya.
Konsep industri sangat penting untuk dipahami karena dapat mengurangi
hubungan yang kompleks antara semua perusahaan yang terlibat dalam
perekonomian menjadi suatu dimensi terkelola, memungkinkan untuk
menurunkan suatu himpunan yang bersifat umum dimana kita dapat meramalkan
tingkah laku kelompok yang saling bersaing.
" " 1 3
Industri memiliki cakupan yang luas maupun sempit. Menurut Djojodipuro
(1994) dalam Sentosa (2005), cakupan industri yang luas tergolong dalam tiga
bagian, yaitu:
1. Industri Ekstraktif (Industri primer)
2. Industri pengolahan atau manufaktur (industri sekunder)
Industri ekstraktif dibedakan menjadi industri pertanian dan
pertambangan. Industri pengolahan tergolong atas industri pengolahan non migas,
industri pengilangan minyak bumi dan gas cair. Sedangkan untuk industri jasa
tergolong menjadi industri perbankan dan perdagangan.
" " . - * 4
Pertambangan adalah suatu kegiatan pengambilan endapan bahan galian
berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, baik secara mekanis
maupun manual, pada permukaan bumi, di bawah permukaan bumi dan di bawah
permukaan air. Penggalian adalah suatu kegiatan yang meliputi pengambilan
segala jenis barang galian. (Statistik Pertambangan, 2008).
Tahapan kegiatan pertambangan meliputi prospeksi dan penelitian umum,
eksplorasi, persiapan penambangan dan pembangunan, eksploitasi dan
penggalian/pengolahan/pemurnian. Prospeksi adalah suatu kegiatan penyelidikan
dan pencarian untuk menemukan endapan bahan galian berharga. Eksplorasi
adalah suatu kegiatan lanjutan dari prospeksi yang meliputi pekerjaan pekerjaan
untuk mengetahui ukuran, bentuk, posisi, kadar rata rata dan besarnya cadangan
serta “studi kelayakan” dari bahan galian yang telah ditemukan. Eksploitasi
adalah suatu kegiatan penambangan yang meliputi pekerjaan pekerjaan
pengambilan dan pengangkutan endapan bahan galian sampai ke tempat
penimbunan dan pengolahan bahkan sampai ke pemasaran. Sedangkan
pengolahan/pemurnian/pengilangan adalah suatu pekerjaan
memurnikan/meninggikan kadar bahan galian dengan jalan memisahkan mineral
berharga dan tidak berharga, kemudian membuang mineral yang tidak berharga
Produksi dari pengilangan migas secara umum terbagi dalam tiga jenis,
yaitu produk kilang minyak, produk kilang gas dan produk petrokimia. Produk
pengilangan minyak berupa bahan bakar minyak (BBM) antara lain avgas, avtur,
bensin, minyak tanah, minyak solar, minyak diesel, minyak bakar dan sejenisnya.
Sedangkan produk pengilangan gas antara lain Liquid Natural Gas (LNG), Liquid
Petroleum Gas (LPG) dan sejenisnya. Pengolahan petrokimia merupakan proses
lanjut dari hasil pengolahan minyak dan gas bumi untuk mendapatkan produk
yang mempunyai nilai tambah lebih besar, seperti naphta, benzene, toluene,
xylene, propylene, methanol, ammonia, paraxylene, Purified Terephthalic Acid
(PTA), polytam dan sejenisnya (Statistik Pertambangan, 2008).
" + 3
Para ahli organisasi industri senantiasa berutang budi pada Berle dan
Means yang telah lebih dahulu membahas konsentrasi industri di Amerika Serikat
pada tahun 1930 an. Beberapa tahun sebelumnya struktur pasar industri telah
diperdebatkan oleh Sraffa, Chamberlin, dan Joan Robinson. Jadi, secara teoritis
telah dibicarakan, tetapi secara empiris kurang mendapat perhatian.
Industri dapat dikaji menggunakan pendekatan organisasi industri yang
mencakup struktur (structure), perilaku (conduct), kinerja (performance). Aspek
yang ditekankan pada ekonomi industri cukup luas, namun pada organisasi
industri ini lebih menekankan pada struktur pasar monopoli, persaingan, dan
oligopoli dan kaitannya dengan perilaku dan kinerja perusahaan (Shepherd, 1992).
Struktur pasar biasanya memengaruhi perilaku perusahaan untuk melihat seberapa
kuat dapat bersaing atau berkolusi satu sama lain. Sebagai contoh, konsentrasi
perilaku kemudian memengaruhi kinerja seperti yang ditunjukkan dalam harga
pasar dan efisiensi dan tingkat inovasi. Menurut Shepherd (1992), penyebab
berkebalikan juga dapat terjadi. Kinerjanya juga dapat memengaruhi struktur
pasar. Sebagai contoh, sebuah perusahaan yang memiliki keuntungan tinggi
secara umum akan meningkatkan pangsa pasarnya.
Menurut Hasibuan (1993), kajian tentang Organisasi Industri dilakukan
dengan pendekatan deduktif dan induktif. Secara deduktif memerlukan acuan
teori. Teori ekonomi adalah konsep konsep dan penjelasan tentang perilaku
variabel ekonomi, prediksi tentang perilaku variabel dalam andaian andaian
tertentu. Teori sifatnya sangat sederhana, rasional, sistematis dan abstrak. Karena
itu tidak semua kenyataan ekonomi dapat dituangkan ke dalam sebuah teori.
" % ' ' 1 /
Dalam teori organisasi industri, terdapat sebuah teori yang disebut SCP
(structure, conduct, performance) dimana teori ini menjelaskan bahwa kinerja
suatu industri sangat dipengaruhi oleh struktur pasar. Struktur pasar akan
mempengaruhi perilaku dan strategi perusahaan dalam suatu industri dan perilaku
akan memengaruhi kinerja.
" %
Struktur pasar merupakan kunci penting dari pola konsep konvensional
dalam ekonomi industri. Menurut Shepherd (1992), struktur pasar terwujud
dengan melihat ukuran distribusi perusahaan perusahaan yang bersaing. Jika
perusahaan semakin banyak jumlahnya maka dapat menurunkan pangsa pasarnya.
Untuk memperluas pangsa pasar, suatu perusahaan menghadapi sejumlah
Setiap perusahaan memiliki struktur pada masing masing keadaan tertentu.
Menurut Jaya (2001), elemen utama struktur pasar dapat digabungkan dalam
suatu kesamaan dan dicocokkan dengan data perusahaan aktual. Asumsinya
adalah bahwa tingkat keuntungan perusahaan merupakan motivasi dasar
perusahaan. Oleh karena itu, tingkat keuntungan merupakan suatu ukuran yang
baik dalam menggambarkan kinerja suatu perusahaan.
" 1 !
No Tipe pasar Kondisi Utama Hambatan Masuk Efisiensi 1. Natural
Tabel 2.1 menjelaskan bagaimana karakteristik suatu pasar ditinjau dari
tipe pasarnya, kondisi utama, hambatan masuk dan efisiensi pasar (Shepherd,
1992). Karakteristik ini yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini untuk
menentukan struktur industri migas yang diketahui dari besarnya konsentrasi
Struktur ini memengaruhi perilaku dari perusahaan. Struktur dan perilaku
yang akan mempengaruhi kinerja pasar. Kinerja yang baik mencakup harga yang
rendah, efisiensi, inovasi dan keadilan. Struktur pasar juga menggambarkan
ukuran distribusi perusahaan perusahaan yang berkompetisi di suatu pasar yang
terdiri dari pangsa pasar dan tingkat konsentrasi. Struktur pasar juga dapat dilihat
dari jumlah penjual dan pembeli, diferensiasi produk, entry condition, integrasi
vertikal dan elemen elemen lainnya. Hal utama dari struktur, perilaku dan kinerja
adalah determinan determinan yang membentuk struktur itu sendiri.
Pangsa pasar adalah pangsa dari pendapatan penjualan total yang dihitung
dari persentase pendapatan perusahaan dari total pendapatan industri yang dapat
diukur dari nol persen hingga 100 persen (Jaya, 2001). Semakin besar pangsa
pasar, semakin besar pula kekuatan pasar yang dimiliki perusahaan tersebut. Jika
pangsa pasar suatu perusahaan tinggi maka akan cenderung ke arah monopoli
yang maximal profit oriented. Sebaliknya jika pangsa pasarnya rendah akan
cenderung ke arah pasar persaingan. Perusahaan dengan pangsa pasar yang lebih
baik akan menikmati keuntungan dari penjualan produk dan kenaikan
kepemilikannya. Secara umum, terdapat hubungan yang positif antara pangsa
pasar dan keuntungan (Jaya, 2001).
" 1
Menurut Jaya (2001), konsentrasi adalah kombinasi pangsa pasar dari
perusahaan perusahaan oligopolis dimana mereka menyadari adanya saling
ketergantungan. Kombinasi pangsa pasar membentuk suatu tingkat pemusatan
menggunakan metode rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4) dan
Indeks Hirschmann Herfindahl (HHI). CR4 memerlukan ukuran pasar secara
keseluruhan dan ukuran perusahaan yang memimpin pasar, sedangkan HHI
merupakan penjualan kuadrat pangsa pasar semua perusahaan dalam suatu
industri.
CR4 = Total jumlah penjualan 4 perusahaan terbesar ...(2.1)
Total penjualan
Nilai yang dihasilkan antara 0 1. Semakin besar nilai CR4 maka pasar
cenderung ke arah monopoli dan semakin kecil nilainya pasar cenderung ke arah
persaingan sempurna.
+
-Hambatan masuk adalah segala sesuatu yang menyebabkan terjadinya
penurunan kesempatan atau kecepatan masuknya pesaing baru seperti melalui hak
paten dan franchise. Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam hambatan masuk
ini adalah MES (Minimum Efficiency Scale). Dalam MES ini dimana perusahaan
baru tidak akan masuk kecuali yakin akan memperoleh keuntungan setelah masuk
ke dalam pasar. Jika perusahaan di bawah MES, maka tidak akan dapat bersaing
dengan perusahaan yang telah ada di dalam pasar. Hambatan ini membuat suatu
batasan antara pendatang baru dengan perusahaan yang sudah lama berdiri.
" % "
Perilaku pasar menggambarkan tindakan tindakan perusahaan sebagai
akibat dari struktur pasar yang dihadapinya. Menurut teori ekonomi industri,
perilaku industri menganalisis tingkah laku penerapan strategi yang digunakan
mengalahkan pesaingnya. Perilaku industri mencakup perilaku dalam penentuan
harga, perilaku dalam kebijaksanaan produk dan perilaku dalam strategi promosi.
" % + 1 /
Menurut Hasibuan (1992), kinerja industri adalah hasil kerja yang
dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri yang terdiri dari kesempatan kerja,
tingkat keuntungan, pertumbuhan, dan kemajuan teknologi. Pada tahapan kinerja
terdapat dua unsur yang perlu diketahui, yaitu: laba yang diperoleh dan efisiensi.
a. Laba (Keuntungan)
Secara akuntansi, laba adalah kelebihan penghasilan dari ongkos
ongkosyang dikeluarkan perusahaan. Secara matematika, hal ini dirumuskan
menjadi (R C); dimana R adalah penghasilan, sedangkan C adalah komponen
ongkos pada satuan waktu tertentu. Menurut konsep ekonomi, laba merupakan
bagian nilai tambah atau pendapatan yang diciptakan oleh perusahaan. Pola
keuntungan untuk kinerja digambarkan melalui PCM (Price Cost Margin).
Teori yang digunakan dalam mengetahui kondisi keuntungan perusahaan
adalah melalui maksimisasi biaya. Motivasi bagi produsen
untuk melakukan kegiatan ekonomi adalah memperoleh keuntungan, yang
merupakan kepentingan perusahaán individual/pribadi (self interest). Harga
merupakan petunjuk yang sangat berguna dalam mengalokasikan sumber sumber
ekonomi yang jumlahnya tertentu sehingga dapat di perkirakan apakah biaya
produksi rata rata masih memberikan keuntungan, baik keuntungan ekonomi
Perusahaan yang menginginkan laba maksimum akan mengambil
keputusan secara marginal. Untuk memperoleh keuntungan yang maksimum
perusahaan dalam kondisi dimana MR=MC(marginal revenue=marginal cost).
MR = dR/dQ = dC/dQ = MC
C,R
TC(Q)
TR(Q)
π
π(Q) = dR/dQ
π maks= MR= MC
TR TC
MC
MR D=AR= P
- 5 6 ' ))%
* - " 1 07 4 -!
-Bila perusahaan memutuskan untuk menghasilkan output pada saat
menghasilkan 1 unit output tambahan akan menghasilkan MR yang lebih besar
dari biaya yang harus dikeluarkan. Begitu juga jika MR<MC, biaya yang harus
dikeluarkan untuk memproduksi 1 unit barang terakhir lebih besar dari
penerimaan yang akan diperoleh seandainya barang tersebut dijual.
b. Efisiensi
Nilai output suatu industri pengolahan merupakan nilai keluaran yang
dihasilkan dari proses kegiatan industri yang berupa barang yang dihasilkan,
tenaga listrik yang dijual, jasa industri, keuntungan jual beli, pertambahan stok
barang setengah jadi dan penerimaan lain (Statistik Indonesia, 2009). Sedangkan
biaya input adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses industri yang berupa
bahan baku, bahan bakar, barang lainnya diluar bahan baku/bahan penolong, jasa
industri, sewa gedung, dan biaya jasa non industri (Statistik Indonesia, 2009).
Efisiensi dapat dirumuskan:
...... (2.2)
Menurut Badan Pusat Statistik (2000), efisiensi merupakan hasil dari biaya
input yang dibagi dengan nilai output (Persamaan 2.1). Efisiensi ini digunakan
untuk melihat perbandingan antara input yang dipakai dengan output yang
dihasilkan. Efisiensi terdiri atas dua jenis, yaitu efisiensi internal dan efisensi
alokatif. Efisiensi internal menunjukkan perusahaan dikelola dengan baik dan ada
usaha maksimum dari para pekerja. Efisensi alokatif menggambarkan sumber
daya ekonomi yang dialokasikan sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi
" ,
Panel data adalah bentuk data yang merupakan gabungan dari data time
series dan cross section. Dalam teori ekonometrika, bentuk panel data dapat
mengatasi masalah pengestimasian yang kurang baik akibat sedikitnya jumlah
observasi jika hanya dengan menggunakan data time series atau cross section saja.
Terdapat dua keuntungan penggunaan model data panel dibandingkan data time
series dan cross section saja. Pertama, dengan mengkombinasikan data time
series dan cross section dalam data panel membuat jumlah observasi menjadi
lebih besar. Dengan menggunakan model data panel marginal effect dari peubah
penjelas dilihat dari dua dimensi (individu dan waktu) sehingga paramater yang
diestimasi akan lebih akurat dibandingkan dengan model lain. Secara teknis
menurut Hsiao (2004), data panel dapat memberikan data yang informatif,
mengurangi kolinearitas antar peubah serta meningkatkan derajat kebebasan yang
artinya meningkatkan efisiensi.
Kedua, keuntungan dari penggunaan data panel adalah mengurangi
masalah identifikasi. Data panel lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengukur
efek yang secara sederhana tidak dapat diatasi dalam data cross section saja atau
data time series saja. Data panel mampu mengontrol heterogenitas individu.
Dengan metode ini estimasi yang dilakukan dapat secara eksplisit memasukkan
unsur heterogenitas individu. Data panel juga lebih baik untuk studi dynamics of
adjustment. Hal ini berkaitan dengan observasi pada cross section yang sama
secara berulang, sehingga data panel lebih baik dalam mempelajari perubahan
Dalam model panel data ada dua jenis metode yang digunakan yaitu,
model efek tetap (fixed effects model) yang didalamnya mencakup pooled least
square dan model efek acak (random effects model). Kedua metode ini dapat
diterapkan dengan pembobotan (cross section weights) atau tanpa pembobotan
(no weighting). Keduanya dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya korelasi
antara komponen error dengan peubah bebas.
Misalkan:
yit = αi + Xit β + εit ...(2.3)
Pada one way, komponen error dispesifikasikan dalam bentuk:
εit = λi + uit...(2.4)
Untuk two way, komponen error dispesifikasi dalam bentuk:
...(2.5)
Pada pendekatan one way komponen error hanya memasukkan
komponen error yang merupakan efek dari individu (λi). Pada two way telah
memasukkan efek dari waktu (St) ke dalam komponen error. uit diasumsikan tidak
berkorelasi dangan Xit. Jadi perbedaan antara FEM dan REM terletak pada ada
atau tidaknya korelasi antara λi dan >t dengan Xit. Untuk memperoleh keputusan
penggunaan model efek tetap atau model efek acak ditentukan dengan
menggunakan spesifikasi Uji Hausman.
" , 3 !
! " #$ !"#
Dalam metode ini data panel yang mengkombinasikan semua data cross
section dan time series akan digabungkan menjadi pooled data. Dengan
menggunakan metode ini tentunya akan menghasilkan pendugaan regresi yang
lebih akurat jika dibandingkan dengan regresi biasa, karena dalam panel berarti
menggabungkan data cross section dan time series bersama sama sehingga
memiliki jumlah observasi data yang lebih banyak. Metode ini diduga dengan
menggunakan OLS, yaitu:
Yit = α + Xit βj + uit ...(2.6)
dimana :
Yit = variabel terikat di waktu t untuk unit cross section i
α = intersep yang konstan antar individu cross section i
Xit= variabel bebas di waktu t untuk unit cross section i
βj = parameter untuk variabel bebas
uit = komponen error gabungan di waktu t untuk unit cross section i
karena αi bersifat konstan untuk semua observasi, atau αi = α, maka dirumuskan:
... (2.7)
...(2.8) Dimana:
dan ...(2.9)
Pendekatan ini memiliki kelemahan yaitu dugaan parameter β akan bias.
Parameter yang bias ini disebabkan karena PLS tidak dapat membedakan
observasi yang berbeda pada periode yang sama, atau tidak dapat membedakan
observasi yang sama pada periode yang berbeda karena data yang digabungkan
% & 89 : " #$ ' ( ) 8 ;:
Dalam model PLS, tidak dapat membedakan individu sehingga asumsi
intersep dan slope dari persamaan regresi yang dianggap konstan. Untuk itulah,
secara generalisasi dapat memasukkan variabel dummy untuk menunjukkan
parameter yang berbeda beda pada setiap unit cross section. Metode dengan
memasukkan variabel dummy ini disebut LSDV (Least Square Dummy Variable)
atau model efek tetap (fixed effects). Metode ini berusaha merepresentasikan
perbedaan intersep dengan menambah dummy variable.
Metode fixed effect akan menghasilkan intersep yang berbeda beda antar
unit cross section. Kelebihan pendekatan ini (LSDV) adalah dapat menghasilkan
dugaan parameter β yang tidak bias dan efisien. Tetapi kelemahannya jika jumlah
unit observasinya besar maka akan sulit menduga persamaan regresinya karena
penggunaan peubah dummy yang terlalu banyak. Kelemahan lainnya pada metode
ini adalah semakin berkurangnya degree of freedom akibat adanya penambahan
variabel dummy pada persamaan, dan tentunya akan memengaruhi keefisienan
parameter yang diduga. Adapun model persamaan dalam metode LSDV adalah:
Yit = αi + βj xjit + uit ... (2.10)
dimana :
yit = variabel terikat di waktu t untuk unit cross section i
αi = intersep yang akan berbeda antar individu cross section i
xjit= variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i
βj = parameter untuk variabel ke j
" , " * & 80 :
REM muncul ketika antara efek individu dan periode tidak berkorelasi
dengan Xit atau memiliki pola yang sifatnya acak. Pada model ini, karakteristik
individu terlihat pada komponen error pada model. Hal ini tidak akan mengurangi
derajat bebas (degree of freedom) akibat penambahan variabel, sehingga efisiensi
dalam pendugaan parameter juga tidak berkurang. Persamaan untuk model REM
sebagai berikut:
Yit = α + βj xjit + uit ... (2.11)
dimana : yit = variabel terikat di waktu t untuk unit cross section i
α1i = α1 + >it , dengan nilai intersep yang akan berbeda antar individu cross section i akibat random error (>it) antar individu tersebut S
xjit= variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i
βj = parameter untuk variabel ke j
uit = uit + τi , yaitu uit : error dan τi : individual effect
" (
Penelitian ekonomi dengan menggunakan metode SCP menentukan
perilaku perusahaan yang akan menentukan kinerja perusahaan. Indiani (2006)
meneliti Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Susu di Indonesia. Data
yang digunakan adalah sekunder time series dari tahun 1983 2002 dengan analisis
OLS (Ordinary Least Square). Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa struktur
pasar yang dimiliki oleh industri susu di Indonesia adalah oligopoli ketat dengan
rasio konsentrasi sebesar 73,79 persen. Hasil pengujiannya menunjukkan bahwa
semua variabel (CR4, prod, growth, X EFF) signifikan pada taraf nyata 10 persen.
Penelitian yang dilakukan Darmayanti (2007) mengenai Analisis
Jenis data yang digunakan data sekunder time series selama tahun 1995 2004
dengan metode OLS, analisis cluster dengan SIG (Sistem Informasi Geografis).
Analisis kinerja dalam industri ini diamati dari kontribusi tenaga kerja, nilai
tambah, dan jumlah unit usaha industri logam dasar besi dan baja Indonesia
terhadap total industri manufaktur. Selain itu, kinerja industri ini juga dilihat dari
sudut profit yang diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur industri
logam dasar besi dan baja Indonesia adalah oligopoli ketat dengan rata rata rasio
konsentrasinya (CR4) sebesar 71,15 persen.
Penelitian berikutnya oleh Lutfiah tahun 2008 mengenai Analisis
Dampak Implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API) Arsitektur
Perbankan Indonesia (API) Terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri
Perbankan Indonesia. Penelitian ini menggunakan NIM sebagai indikator kinerja.
Untuk pendekatan kinerja dilihat berdasarkan beberapa rasio diantaranya nilai
Return of Assets (ROA), nilai Return of Revenue (ROE), nilai Net Profit Margin
(NPM). Hasilnya, rasio konsentrasi rasio aset empat bank besar (Bank Mandiri,
BNI, BRI, dan BCA) dalam industri perbankan Indonesia sebesar 44,86 persen
hingga tahun 2007. Berdasarkan rasio tersebut, struktur industri perbankan
dikategorikan menjadi oligopoli longgar.
Winsih (2007) melakukan penelitian mengenai Analisis Struktur, Perilaku,
dan Kinerja Industri Manufaktur Indonesia. Data yang digunakan merupakan data
sekunder dalam bentuk data panel dalam kurun waktu tahun 2000 2005. Analisis
struktur industri dilakukan melalui pangsa pasar, konsentrasi, dan hambatan
masuk. Hal ini disebabkan karena struktur mempunyai pengaruh utama terhadap
dalam menetapkan harga, produk, melakukan promosi untuk memasarkan
produknya dan distribusi. Untuk analisis kinerja menggunakan panel analysis
dilihat dari bagaimana perkembangan tingkat keuntungan melalui Price Cost
Margin (PCM) dan nilai efisiensi. Sementara variabel struktur seperti CR4,
efisiensi X, produktivitas, pertumbuhan nilai produksi (GROWTH), nilai ekspor
(EX), nilai impor (IM). Kesimpulannya analisis struktur rata rata rasio konsentrasi
sebesar 37,52 persen yang menunjukkan bahwa struktur pasar bersifat oligopoli
sedang.
Penelitian Sentosa (2008) mengenai Analisis struktur, perilaku, dan kinerja
pada Industri Elektronik Indonesia Pasca Deregulasi Penanaman Modal Asing.
dengan menggunakan data panel dari kurun waktu tahun 2000 2005. Penelitian
dilakukan dengan metode kuantitatif mengggunakan pendugaan OLS dan metode
kualitatif untuk menganalisis perilaku industri. Hasil pengamatan menunjukkan
indsutri elektronik pra dan pasca deregulasi penanaman modal asing memiliki
struktur pasar oligopoli. Adapun variabel yang digunakan adalah CR4, X
efisiensi, produktivitas, FDI, dan TEC. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa
semua variabel signifikan terhadap PCM pada taraf nyata lima persen.
Penelitian selanjutnya oleh Agustina (2009) mengenai Analisis Struktur
Perilaku Kinerja Industri pakan Ternak di Indonesia. Penelitian ini menggunakan
data time series dengan metode OLS selama tahun1981 2005. Untuk pendekatan
struktur, penelitian ini menggunakan analisis konsentrasi pasar (CR4), Indeks HHI.
Dalam pendekatan perilaku industri menggunakan strategi produk, promosi,
kemitraan,dan distribusi. Untuk kinerja industri, penelitian ini menggunakan
menunjukkan bahwa struktur pasar merupakan oligopoli longgar dengan pangsa
pasar sebesar 41,33 persen dan nilai MES sebesar 16,61 persen yang berarti
hambatan untuk masuk pasar termasuk tinggi. Tingkat keuntungan pada industri
pakan ternak dikatakan masih kecil dengan rata rata 19,56 persen. Hal ini
disebabkan oleh biaya input yang terlampau besar terutama besarnya biaya untuk
bahan baku. Dari hasil analisis regresi dapat disimpulkan bahwa faktor faktor yang
memengaruhi PCM industri pakan ternak adalah CR4, MES, GROWTH, dan Xeff.
" & 1
-Industri migas merupakan industri strategis karena merupakan salah satu
penggerak pembangunan ekonomi suatu negara. Kinerja industri ini harus
mendapat perhatian agar pembangunan suatu negara dapat berjalan dengan baik.
Pada model kerangka analisis Structure Conduct Performance (SCP) disebutkan
bahwa struktur pasar mempengaruhi perilaku perusahaan yang ada didalamnya,
kemudian perilaku tersebut akan mempengaruhi kinerja industri tersebut. Dalam
penelitian ini, struktur diidentifikasi dari CR4 dan MES, perilaku dari strategi
harga, produk, dan promosi. Sedangkan kinerja dari PCM dan XEFF. Ketiga jenis
komponen ini akan membentuk hubungan S C P yang selanjutnya digunakan
untuk mengetahui faktor faktor apa yang memengaruhi kinerja Industri migas
Indonesia. Adapun analisis yang digunakan untuk perilaku industri migas
menggunakan analaisis secara deskriptif sementara untuk struktur dan kinerja
menggunakan analisis kuantitatif melalui analisis panel data.
Itulah sebabnya, perlu untuk menganalisa struktur pasar dalam industri
pengolahan migas di Indonesia yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja
menganalisis struktur pasar dengan melihat konsentrasi rasio (CR4) dan MES
(minimum efficiency scale) perusahaan. Kemudian menganalisis kinerja industri
migas di Indonesia, yaitu pada tingkat keuntungan atau Price Cost Margin (PCM)
dan efficiency (XEFF). Langkah berikutnya adalah melihat hubungan antara
struktur pasar (CR4 dan MES) dan faktor lain (XEFF, GROWTH, PROD,
RAWMATE, RENT, BBLG, PIMPOR dan PEKSPOR) dengan kinerja pada
industri tersebut. Selanjutnya akan dianalisis perilaku pasar yang terjadi antara
struktur dan kinerjanya. Kerangka pemikiran diperlihatkan pada Gambar 2.1
" $ !
Penelitian mengenai pengaruh struktur terhadap kinerja industri, telah
banyak dilakukan oleh peneliti ekonomi. Namun, hubungan antara berbagai
variabel dapat menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Berdasarkan teori teori
yang mendasari penelitian ini, maka hipotesisnya antara lain:
1. Struktur pasar yang ada menyebabkan adanya perilaku tertentu pada
industri minyak dan gas dan memengaruhi kinerjanya.
2. Produktivitas memiliki hubungan yang positif terhadap PCM industri
migas. Semakin produktif tenaga kerja, maka semakin besar keuntungan
perusahaan migas.
3. Konsentrasi perusahaan terbesar (CR4) memiliki hubungan positif
terhadap PCM. Semakin tinggi konsentrasi, maka semakin besar pula
keuntungan yang diterima perusahaan.
4. MES memiliki hubungan positif dengan tingkat keuntungan. Semakin sulit
pesaing baru masuk ke pasar maka akan semakin tinggi keuntungan yang
diperoleh perusahaan.
5. Variabel lain yang memiliki hubungan positif dengan kinerja adalah
GROWTH yang diduga menjadi indikator dalam memperluas profit
industri migas.
6. Selain variabel CR4, MES dan GROWTH, efisiensi X memiliki hubungan
yang positif terhadap PCM. Semakin efisien perusahaan, maka
memungkinkan suatu perusahaan untuk memproduksi produk dengan
sumber daya yang lebih sedikit atau sama besarnya. Efisiensi
perusahaan dalam jangka panjang akan lebih kecil sehingga keuntungan
perusahaan akan meningkat.
7. Raw materials memiliki hubungan positif terhadap PCM karena semakin
baik kualitas bahan baku suatu produk akan meningkatkan keuntungan
perusahaan.
8. Variabel Bahan bakar listrik dan gas (BBLG) dan sewa (rent) memiliki
hubungan negatif terhadap tingkat keuntungan. Semakin tinggi biaya yang
dikeluarkan untuk BBLG dan rent, maka akan menurunkan tingkat
keuntungan.
9. Ekspor juga akan memiliki hubungan yang positif terhadap PCM. Jika
ekspor suatu perusahaan tinggi maka berpengaruh terhadap tingkat
keuntungan perusahaan yang tinggi.
10. Variabel impor memiliki pengaruh yang negatif terhadap PCM. Hal itu
disebabkan impor dapat mengurangi kekuatan pasar dalam negeri.
Semakin besar intensitas impor, maka keuntungan perusahaan akan
<
+ = !
Penelitian ini membahas struktur, perilaku, dan kinerja industri minyak
dan gas alam di Indonesia. Waktu penelitian ini dimulai dari bulan Februari 2011
sampai Maret 2011 melalui pengumpulan data untuk melengkapi penelitian ini.
+ " 2
-Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik) Pusat, Kementrian Energi dan
Sumber Daya mineral, Direktorat Jenderal MIGAS, Kementrian Perindustrian,
studi kepustakaan, media elektronik dan publikasi yang terkait dengan penelitian
ini. Penelitian ini terdiri dari empat cross section yaitu: industri pemurnian dan
pengilangan minyak, industri pemurnian dan pengilangan gas, industri barang
barang dari hasil kilang minyak bumi dan industri pembuatan minyak pelumas
dengan waktu penelitian selama tahun 1998 hingga 2008.
+ +
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
metode deskriptif dan kuantitatif. Penelitian ini menganalisis struktur, perilaku
dan kinerja industri minyak dan gas alam dengan menggunakan alat analisis SCP
(Structure Conduct Performance). Metode deskriptif digunakan untuk
menganalisis perilaku industri dengan memberikan gambaran dari hasil penelitian
serta melalui gambaran umum kondisi industri migas di Indonesia. Metode
kuantitatif digunakan untuk menganalisis struktur dan kinerja industri minyak dan
gas alam. Data yang digunakan adalah data panel. Pengolahan data dilakukan
Data panel merupakan gabungan antara data time series dan data cross
section. Penggabungan data ini digunakan untuk mengatasi kelemahan dalam
menjawab pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh model cross section dan time
series murni. Secara teknis, data panel dapat memberikan data yang informatif,
mengurangi kolinearitas antar peubah serta meningkatkan derajat kebebasan yang
artinya meningkatkan efisiensi. Menurut Baltagi (1995) banyak keuntungan yang
diperoleh dengan mengggunakan panel data, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Mampu mengontrol heterogenitas individu
2. Memberikan lebih banyak informasi, lebih bervariasi, mengurangi
kolinearitas antar variabel, meningkatkan degree of freedom dan lebih
efisien.
3. Lebih baik untuk study of dynamic adjustments.
4. Mampu mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak
dapat diperoleh dari data cross section murni atau time series murni.
5. Dapat menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah panel data. Variabel
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari PCM sebagai variabel
dependennya serta produktivitas, GROWTH, X efisiensi, CR4, MES (minimum
efficiency scale), raw materials, sewa, bahan bakar listrik dan gas, harga impor
dan harga ekspor sebagai variabel independennya.
+ +
a. Pangsa Pasar (MS)
Pangsa pasar merupakan penjualan perusahaan dibandingkan pasar
menjual dalam jumlah besar pada harga tinggi sehingga menghasilkan tingkat
penghasilan yang tinggi. Tingkat persaingan yang tinggi dapat menimbulkan hal
yang sebaliknya. Pertama, dapat menurunkan pangsa pasar, dengan demikian
menurunkan jumlah yang terjual oleh setiap perusahaan. Kedua, tingkat
persaingan tinggi dapat memaksa setiap perusahaan dalam industri mengurangi
harga untuk mencegah pesaing masuk. Setiap industri terdiri dari berbagai
perusahaan yang bersaing satu sama lain untuk para konsumen yang
menginginkan produknya.
MSi = Si x 100% ...(3.1)
Stot
Dimana : MSi = pangsa pasar perusahaan i (persen)
Si = penjualan perusahaan i (rupiah)
Stot = penjualan total seluruh perusahaan (rupiah)
b. Rasio Konsentrasi (Concentration Ratio)
Metode yang umum yang dipakai untuk mengetahui struktur pasar adalah
rasio konsentrasi (CR4). CR4 digunakan untuk menunjukkan pangsa pasar empat
perusahaan terbesar. Rasio konsentrasi yang standar memerlukan data mengenai
ukuran pasar secara keseluruhan dan ukuran perusahaan perusahaan yang
memipin pasar terutama empat perusahaan terbesar yang menguasai pasar. Untuk
mengetahui rasio konsentrasi terlebih dahulu menghitung pangsa pasar. Rasio
konsentrasi merupakan persentase total output industri atau pasar pasar.
+* ,
-Dimana: CRm = rasio konsentrasi sebanyak m perusahaan i (persen)
Nilai CR4 berkisar antara 0 100. Nilai konsentrasi perusahaan yang
mendekati nol menunjukkan bahwa pangsa pasar perusahaan kecil (menuju
persaingan sempurna). Sedangkan jika nilai rasio konsentrasi mendekati 100
mengindikasikan adanya monopoli dari perusahaan X terbesar. Penelitian ini
menggunakan rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar yang merupakan
perbandingan penjualan industri minyak dan gas alam di Indonesia.
Menurut Friedman dalam Jaya (2001), ada tiga sumber penyebab
konsentrasi semakin tinggi, yaitu alasan yang bersifat teknis, bantuan langsung
maupun tidak langsung dari pemerintah, dan perilaku kolusi pihak swasta. Alasan
yang bersifat teknis adalah perusahaan industri bekerja semakin efisien jika cukup
dilakukan oleh beberapa perusahaan saja. Bantuan pemerintah yang menimbulkan
konsentrasi hanya diluar rencana seperti ketentuan tarif. Aspek adanya tarif yang
awalnya bertujuan melindungi industri muda, lambat laun dapat merintangi
industri yang mungkin dapat menjadi saingan secara potensial. Terjadinya
penurunan konsentrasi rasio bisa disebabkan oleh masuknya beberapa perusahaan
ke dalam industri masing masing. Sedangkan terjadinya peningkatan konsentrasi
disebabkan oleh perluasan pada beberapa establishment dan berkurangnya jumlah
perusahaan.
c. Hambatan Masuk (Barriers to Entry)
Faktor lainnya yang memengaruhi struktur suatu industri adalah kondisi
untuk masuk pasar. Hambatan untuk masuk pasar mencerminkan kekuatan pasar.
Rintangan masuk pasar dapat berupa skala ekonomi, diferensiasi produk maupun
peraturan pemerintah. Untuk mengukur hambatan masuk pasar dilakukan dengan
MES = output perusahaan terbesar x 100%
Output total
+ + "
Analisis perilaku dalam perusahaan migas (minyak bumi dan gas alam)
dapat dianalisis secara deskriptif berdasarkan informasi yang diperoleh dari
penelitian kepustakaan dan informasi yang diperoleh dari literatur literatur yang
ada. Perilaku dalam hal ini adalah pola tanggapan dan penyesuaian suatu industri
di dalam pasar untuk mencapai tujuannya. Analisis ini dilakukan terhadap strategi
harga, strategi produk, strategi promosi.
+ + + 1 /
Analisis kinerja industri (migas) di Indonesia bersifat kuantitatif. Analisis
ini dilakukan dengan menggunakan Price Cost Margin (PCM) dan efisiensi X.
PCM dinyatakan sebagai indikator kemampuan perusahaan untuk meningkatkan
harga diatas biaya produksi. PCM juga didefenisikan sebagai persentase
keuntungan dari kelebihan penerimaan atas biaya langsung.
PCM = Nilai tambah upah total x 100% ...(3.4)
Nilai input Barang yang dihasilkan
Untuk pengukuran efisiensi dapat dilakukan dengan menghitung rasio
nilai tambah dengan nilai input atapun dengan cara mengukur atau melihat tingkat
utilisasi kapasitas produksi perusahaan perusahaan.
+ %
-Struktur pasar dapat menjelaskan kinerja pasar dimana setiap industri
memiliki struktur dan kinerja yang berbeda beda. Rumus dasar model
Adapun perumusan model ekonometrika untuk mengetahui PCM (Price
Cost Margin) dalam industri migas di Indonesia adalah sebagai berikut:
PCMit = α0 + β1 lnPRODit + β2 GROWTHit + β3 XEFFit + β4 CR4it + β5MESit + β6
lnRAWMATEit + β7 lnRENTit + β8 lnBBLGit + β9 lnEKSit + β10 lnIMPit +
Uit ... (3.5)
Dimana:
PCMit = rasio keuntungan industri pada unit ke i pada tahun ke t (%)
Ln PRODit = produktivitas tenaga kerja industri pada unit ke i pada tahun
ke t (output/tenaga kerja)
GROWTHit = pertumbuhan nilai produksi pada unit industri ke i pada tahun
ke t (%)
XEFFit = efisiensi – X pada unit industri ke i pada tahun ke t (%)
CR4it = konsentrasi industri dari empat perusahaan terbesar pada unit
ke i pada tahun ke t (%)
MESit = skala efisiensi minimum yang merupakan proksi hambatan
masuk pasar pada unit ke i pada tahun ke t (%)
Ln RAWMATEit = bahan baku yang merupakan sumber input industri pada unit
ke i pada tahun ke t (ribu rupiah)
Ln RENTit = besarnya sewa, sumber input industri pada unit ke i pada tahun
ke t (ribu rupiah)
Ln BBLGit = bahan bakar, listrik dan gas yang merupakan sumber input
industri pada unit ke i pada tahun ke t (ribu rupiah)
LnPEKSit = logaritma nilai komoditi migas yang diekspor pada unit ke i