• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEREKONOMIAN KECAMATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARATAHUN 2010-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PEREKONOMIAN KECAMATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARATAHUN 2010-2014"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

2010

-

2014

Oleh : LATIFAH 20130430289

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

ii

2010

-

2014

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Progran Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh LATIFAH 20130430289

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(3)
(4)

v

Permulaan segala urusan

Dan dengannya kita memulai segala urusan

(Badiuzzaman Said Nursi)

“Iqra”

Dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan,

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

“Iqra,”

Dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,

Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam,

Dia mengajarkan kepada manusia apa yang mereka tidak ketahui.

(QS. Al-Alaq 1-5)

“Ilmu adalah sesuatu yang diamalkan Meski sedikit namun terlihat berguna

Ilmu adalah sebuah lentera

Menerangi jalan yang penuh kegelapan

Ilmu adalah bekal

(5)

vi

keridhoan-Mu maka karya terbesar dalam perjalanan ku selama ini akhirnya dapat terselesaikan. Ku persembahkan sebuah karya sederhana namun bersejarah ini untuk :

Keluarga Terkasih Bapak Machali & Ibu Suratmi

(6)

xiv

(7)

xv

Gambar 2.2. Lingkaran Setan Keterbelakangan Manusia dan Sumber Daya

Alam……….. 26

(8)
(9)
(10)

vii PDRB per kapita kabupaten Banjarnegara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui klasifikasi Kecamatan berdasarkan tingkat pertumbuhan ekonomi dengan PDRB per kapita, mengetahui sektor unggulan masing-masing kecamatan dan menghitung besarnya ketimpangan di masing-masing kecamatan di Kabupaten Banjarnegara. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjarnegara.

Hasil dari penelitian berdasarkan tingkat pertumbuhan menunjukan kecamatan Banjarnegara memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil. Berdasarkan analisis LQ setiap kecamatan memiliki sektor unggulan yang cenderung beragam dan konsisten selama periode penelitian. Tingkat ketimpangan yang terjadi antar Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara masuk dalam kategori rendah hingga sedang yaitu antara 0,016 hingga 0,319. Sedangkan Typologi Klassen menunjukkan daerah yang cepat maju dan cepat tumbuh adalah Kecamatan Purworejo Klampok, Banjarnegara dan Madukara. Daerah yang maju tapi tertekan adalah Kecamatan Sigaluh, Pejawaran dan Batur. Daerah yang berkembang cepat adalah Kecamatan Susukan, Mandiraja, Purwanegara, Bawang, Banjarmangu, Wanadadi, Rakit, Karangkobar, Pagentan dan Kalibening. Sedangkan daerah yang relatif tertinggal adalah Kecamatan Pagedongan, Punggelan, Wanayasa dan Pandanarum.

(11)

viii

(LQ), Williamson Index, and Klassen Typology. There were two variables used in this research, Gross Regional Domestic Product per capita in sub-district and Gross Regional Domestic Product per capita in district of Banjarnegara.

This research is aimed to find out the sub-district classification based on the level of economic growth and Gross Regional Domestic Product per capita, find the leading sector of each sub-district, and calculate the magnitude of inequality in each sub-district in Banjarnegara. The secondary data from Banjarnegara Central Bureau of Statistics were used in this research.

The result of this research which based on the analysis of economic growth showed that the sub-districts in Banjarnegara relatively have the stable level. Then based on the LQ analysis, each sub-district in Banjarnegara has the leading sector which tends to vary and consistent during the research period. The level of inequality between districs in banjarnegara included in the low to medium category, namely between 0.016 to 0.319. While Klassen Typology signified that the sub-districts which increase and grow fast were Purworejo Klampok, Banjarnegara, and Madukara. The sub-districts that increase but obstructed were Sigaluh, Pejawaran, and Batur. Susukan, Mandiraja, Purwanegara, Bawang, Banjarmangu, Wanandadi, Rakit, Karangkobar, Pagentan, and Kalibening included to the sub-districts which increase fast. Whereas Pagedongan, Punggelan, Wanayasa, and Pandanarum were indicated as the sub-districts that relatively underdeveloped.

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan suatu daerah merupakan salah satu tindakan guna mewujudkan tujuan negara dalam bidang perekonomian berupa kemakmuran. Untuk mewujudkannya diperlukan syarat-syarat yang harus terpenuhi, misalnya pemerataan pembangunan, pengelolaan sumber daya alam secara maksimal, lapangan pekerjaan terbuka luas, mengurangi kemiskinan, sarana dan prasarana transportasi yang menjangkau hingga ke daerah-daerah, pemerataan pendidikan dan kesehatan.

Dilihat dari sisi ilmu ekonomi, pembangunan berarti upaya guna mencapai tingkat pertumbubuhan pendapatan perkapita yang berkelanjutan agar negara dapat memperbanyak output yang lebih cepat dibanding dengan laju pertumbuhan penduduknya. (Todaro, 2011)

(13)

PDRB adalah ukuran dasar kegiatan ekonomi yang merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. (BPS, 2014) PDRB dapat menjadi salah satu indikator pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah dengan melihat perbedaan pendapatan dari tahun-tahun sebelumnya yang dihitung berdasarkan harga konstan dan harga berlaku. Perekonomian dikatakan tumbuh jika terjadi peningkatan pendapatan dari tahun sebelumnya. Namun jumlah penduduk juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, dengan PDRB tinggi disuatu daerah bukan berarti tingkat kesejahteraannya tinggi. Jumlah penduduk yang tingggi akan mempengaruhi PDRB per kapita menjadi rendah.

(14)

adanya disparitas antar wilayah. Hal ini akan mempengaruhi tingkat produktivitas daerah tersebut. Dan adanya konsentrasi kegiatan ekonomi di suatu wilayah.

Ketimpangan bukan terjadi hanya antar pulau, pulau Jawa sebagai pusat pembangunan dan pulau-pulau yang terbentang dari sabang hingga marauke. Namun juga dapat terjadi diruang lingkup yang lebih kecil yaitu antar daerah yang satu dengan yang lain, misalnya antar satu kecamatan dengan kecamatan lain dalam satu kabupaten. Disparitas disebabkan karena adanya perbedaan sumber daya dan potensi setiap daerah yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat dari PDRB per kapita setiap kecamatan sebagai indikator pemerataan pendistribusian pendapatan dan pembangunan.

(15)

Dilihat dari penerimaan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2010-2014 kabupaten Banjarnegara menempati urutan terbawah jika dilihat dari tingkat karesidenan yaitu kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Purbalingga. Serta memberikan kontribusi PDRB Provinsi Jawa Tengah di urutan ke 27 dilihat dari total 35 kabupaten lainnya. (BPS,2014)

Sumber : BPS 2014

Sektor pertanian, Industri Pengolahan dan Jasa-jasa memberikan kontribusi terbesar dalam penyusunan PDRB kabupaten Banjarnegara dengan masing-masing nilainya sebesar 32,51%, 13,20%, dan 21,10%. Sedangkan pada sektor lain masing-masing memberikan kontribusi yaitu pertambangan dan penggalian sebesar 0,52%, listrik, gas dan air bersih sebesar 0,52%, bangunan sebesar 7,12%, perdagangan sebesar 13,23%, angkutan sebesar 4,89% serta bank & lembaga keuangan lainnya sebesar 6,92%.

Pertanian

(16)

Adanya aktifitas yang terus berjalan secara berkesinambungan memberikan dampak pada perubahan struktur ekonomi di kabupaten Banjarnegara. pada periode 2010-2014 peranan kategori pertanian mengalami penurunan dari 35,85% tahun 2010 menjadi 32,51% tahun 2014. Meskipun peranannya cenderung mengalami penurunan namun sektor pertanian masih menjadi sektor basis dan memberikan kontribusi terbesar dalam perekonomian kabupaten Banjarnegara. Penyerapan terendah ada pada sektor Listrik, Air Bersih dan Gas yaitu sebesar 0,48% tahun 2010 dan mengalami peningkatan menjadi 0,52% tahun 2010.

(17)

penelitian yang mendalam tentang keadaan tiap daerah harus dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang berguna bagi penentuan perencanaan pembangunan daerah yang bersangkutan.

Dilihat dari masing-masing kecamatan, terdapat perbedaan besaran kontribusi pada setiap sektor penyusun PDRB yang bergantung pada kondisi alam masing-masing kecamatan dan penguasaan sumber daya manusia sehingga sektor tersebut mampu berkembang dan menjadi sektor unggulan.

Di tahun 2014 kecamatan Banjarnegara menempati urutan pertama PDRB atas dasar harga konstan sebesar Rp 509.932.740.000,00 dengan sektor unggulan jasa-jasa, perdagangan dan bank&lembaga keuangan. Peringkat kedua yaitu kecamatan Purworejo Klampok sebesar Rp 389.507.560.000,00 dengan sektor unggulan industri, perdagangan dan jasa-jasa. Sedangkan yang berada di posisi terendah yaitu kecamatan Pandanarum yaitu sebesar Rp 34.445.300.000,00 dengan sektor unggulan pertanian, jasa-jasa dan perdagangan. (BPS, 2014)

(18)

Dari data diatas terlihat perbedaan yang cukup signifikan antara jumlah penerimaan PDRB per kapita dari masing-masing kecamatan di kabupaten Banjarnegara. Meskipun terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya, adanya perbedaan ini mengindikasikan belum meratanya tingkat pendistribusian pendapatan di setiap wilayahnya.

Pentingnya masalah pembangunan ekonomi terkait dengan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan guna mengurangi kesenjangan ekonomi serta memaksimalkan sektor unggulan masing-masing kecamatan di kabupaten Banjarnegara maka penulis mengambil judul dalam skripsi ini yaitu : “ANALISIS PEREKONOMIAN KECAMATAN DI KABUPATEN

BANJARNEGARA TAHUN 2010-2014”.

B. Batasan Masalah

(19)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis akan mengajukan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana struktur perekonomian masing-masing kecamatan di kabupaten Banjarnegara?

2. Apakah yang menjadi sektor unggulan masing-masing kecamatan di kabupaten Banjarnegara?

3. Bagaimana pola struktur pertumbuhan ekonomi serta klasifikasi kecamatan di kabupaten Banjarnegara menurut typology klassen?

4. Berapa tingkat kesenjangan PDRB masing-masing kecamatan di kabupaten Banjarnegara?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis struktur perekonomian kecamatan di Kabupaten Banjarnegara.

(20)

3. Mengklasifikasikan gambaran pola dan struktur pertumbuhan pada masing-masing kecamatan di kabupaten Banjarnegara menggunakan typologi klassen.

4. Menganalisis tingkat kesenjangan PDRB masing-masing kecamatan di kabupaten Banjarnegara.

E. Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai keadaan perekonomian kecamatan di kabupaten Banjarnegara, yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat secara praktik, diharapkan mampu memberikan informasi kepada pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan yang tepat terkait dengan masalah-masalah ketimpangan pendapatan, tingkat pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan potensi sektor unggulan pada masing – masing kecamatan.

(21)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi memiliki arti penting sebagai proses peningkatan taraf hidup manusia serrta pengembangan kegiatan perekonomian untuk mencapai suatu kemakmuran dalam kehidupan masyarakat

(22)

adanya kemampuan agar mencapai kebebasan dari kondisi kekurangan dan penghambaan sosial lainnya.

Dalam masyarakat setidaknya terdapat tiga tujuan pembagunan yaitu : (1) peningkatan ketersediaan dan perluasan distribusi barang-barang kebutuhan pokok seperti pangan, sandang, papan, kesehatan serta rasa aman, (2) peningkatan kualitas hidup yang tidak hanya meningkatnya pendapatan namun juga lapangan pekerjaan yang tersedia semakin luas, peningkatan kualitas pendidikan serta perhatian lebih terhadap nilai budaya dan kemanusiaan, (3) kemampuan untuk memilih status ekonomi dan sosial bagi individu dan bangsa agar terlepas dari sikap bergantung serta menghamba yang menyebabkan kesengsaraan dan kebodohan.

Berikut beberapa teori mengenai pembangunan ekonomi yang dikemukakan oleh para tokoh :

a. Teori pembangunan Adam Smith

(23)

tingkat yang kehidupan minimal pendapatan perkapita menurun dan perekonomian macet. Hal ini terjadi ketika adanya pasar bebas.

b. Teori Ricardo

Menurut (Ricardo dalam Adisasmito, 2013) membangun suatu teori bahwa suatu pembangunan ekonomi tergantung pada perbedaan antara produksi dan konsumsi, maka perlu adanya peningkatan produksi dan mengurangi konsumsi.

c. Teori Malthus mengenai perkembangan ekonomi

(Malthus dalam Adisasmito, 2013) mengemukakan bahwa pembangunan adalah suatu proses naik turunnya aktivitas ekonomi bukan hanya kelancaran ekonomi. Malthus menekankan pembangunan ekonomi dapat tercapai apabila dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Hal ini tergantung pada jumlah komoditas yang dihasilkan oleh tenaga kerja.

2. Pertumbuhan ekonomi

(24)

penduduknya agar terjadi kenaikan pendapatan per kapita. Dengan pendapatan per kapita yang tinggi maka tingkat kesejahteraan akan meningkat dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan pembangunan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi biasanya diartikan sebagai pertumbuhan GDP untuk negara dan PDRB untuk daerah yang disajikan dalam bentuk persentase. Pertumbuhan ekonomi biasanya disajikan dalam rumus sebagai berikut :

Berikut beberapa teori tentang pertumbuhan yang di kemukakan oleh para ahli :

a. Teori David Richardo : Penduduk dan Kondisi Stasioner

(25)

upah yang tinggi akan cenderung meningkatkan jumlah penduduk karena setiap individu merasa mampu untuk hidup sejahtera sehingga menambah jumlah anak dan keadaan ini mendorong adanya penurunan upah karena tenaga kerja melimpah dan sebaliknya. Namun dalam jangka panjang tingkat upah akan konstan dan pertumbuhan penduduk pun konstan.

b. Teori Arthur Lewis : Pertumbuhan Ekonomi Ketika Penduduk Melimpah

Dalam teorinya Lewis mengemukakan bahwa ketika para kapitalis cenderung mengalami peningkatan kesejahteraan maka kaum buruh berada dalam kondisi pas-pasan dan pertumbuhan ekonomi seperti ini akan terus berlangsung. Teori ini biasanya digunakan untuk menganalisis negara-negara yang sedang berkembang dengan jumlah penduduk yang melimpah.

c. Teori Harrod Domar : Peranan Saving bagi Pertumbuhan

(26)

negara rendah maka dipastikan pertumbuhan ekonomi di negara tersebut juga rendah.

d. Teori Rostow : Tahap – Tahap Pertumbuhan

Teori Rostow membagi tahap-tahap pertumbuhan ekonomi suatu negara sebagai berikut :

(1) Tahap masyarakat Tradisional dimana dalam tahap ini masyarakat masih menggunakan cara-cara primitif serta hal-hal tidak rasional yang telah dilakukan secara turun temurun. Dengan ciri-ciri yaitu : produktifitas penduduk yang masih rendah, struktur sosial yang bersifat hierarkhis, serta bentuk pemerintahan sentralisasi.

(2) Tahap prasyarat untuk lepas landas yaitu dimana memasuki pertumbuhan yang terus menerus, dengan ciri adanya peningkatan tabungan di masyarakat serta investasi, peningkatan investasi dalam hal prasarana, dan adanaya aktivitas yang inovatif.

(27)

tinggi, dan terciptanya kerangka dasar politik sosial dan kelembagaan untuk mencapai perluasan sektor modern.

(4) Tahap dorongan kearah kedewasaan, pada tahap ini muncul diversifikasi produk pada industri.

(5) Tahap konsumsi massal yang tertinggi merupakan tahap dimana konsumsi yang dilakukan bukan hanya pada komoditas untuk memenuhi kebutuhan pokok namun juga pada komoditas tersier.

e. Teori Joseph Schumpeter : Pentingnya Inovasi dalam Pembangunan

(28)

f. Teori Usaha Minimum Kritis dan Perangkap Keseimbangan

Dua teori yang dikemukakan oleh dua orang tokoh yaitu Prof Harvey Leibenstein dengan teori Usaha Minimum Kritis dan teori Perangkap Keseimbangan oleh R. Nelson menyatakan bahwa pertumbuhan output nasional akan diikuti dengan laju pertumbuhan penduduk yang lebih tinggi.

3. Teori – Teori Petumbuhan Wilayah

Adanya wilayah dalam suatu negara menjadi hal yang sangat penting untuk tercapainya suatu kemakmuran. Dalam peranannya dalam perencanaan pembangunan terutama setelah kegagalan pasar mashab klasik di tahun 1930, ilmu yang mempelajari mengenai pengembangan suatu daerah mengalami peningkatan yang cukup pesat dari tahun 1950an. Terutama ditingkat perguruan tinggi.

Adanya perbedaan karakteristik tiap daerah menimbulkan adanya perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi antara daerah perkotaan yang sebagian besar di topang oleh sektor industri dan jasa serta daerah perdesaan yang lebih banyak ditopang oleh sektor pertanian dan pertambangan.

(29)

a. Teori pertumbuhan wilayah berbasis sumber daya alam (Resource Endowment Theory)

Teori ini hampir sama dengan pandangan para tokoh physiokrat dimana negara yang maju dan makmur adalah negara yang memiliki sumber daya yang melimpah. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan dipengaruhi dan ditentukan oleh seberapa besar kekayaan alam yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Daerah yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah cenderung memiliki tingkat kemakmuran dan lebih maju dibandingkan dengan daerah yang miskin sumber daya alam. Sumber daya alam yang dimaksudkan disini adalah tanah dan segala kekayaan yang terkandung didalamnya.

b. Teori ketidakseimbangan pertumbuhan wilayah

(30)

Namun hal ini justru mengakibatkan adanya ketidakstabilan dalam perekonomian dan disparitas antar wilayah.

Dari teori diatas muncullah kitrik yang dikemukakan oleh (Williamson dalam Adisasmito, 2013) yaitu konsep mengenai disparitas wilayah yang menekankan pada jumlah penduduk dan PDRB. Adanya perbedaan potensi, kondisi geografis, serta kependudukan pada setiap wilayah inilah yang akan memunculkan adanya pertumbuhan yang berbeda dan mengakibatkan disparitas antar wilayah.

c. Teori transformasi sektoral

(31)

mengetahui adanya pergeseran peranan beberapa sektor terhadap nilai PDB/PDRB.

d. Teori pertumbuhan dan distribusi pendapatan

Teori ini menggambarkan bagaimana hubungan antara teori pertumbuhan dan distribusi pendapatan yang begitu erat. Suatu daerah akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi ketika daerah tersebut memiliki produktifitas yang tinggi, hal ini dapat terwujud ketika adanya modal yang besar. Salah satu sumber modal guna pembangunan suatu wilayah yaitu investasi yang berasal dari penduduk yang berpenghasilan tinggi. Penduduk berpenghasilan tinggi inilah yang kemudian disebut sebagai bagian dari distribusi pendapatan.

e. Teori disparitas pendapatan antar wilayah

(32)

suatu wilayah terlihat merata namun seiring perjalanannya akan terlihat perbedaan yang semakin besar yang berarti tingkat disparitasnya semakin besar.

Williamson mengemukakan empat faktor yang menyebabkan terjadinya disparitas antar wilayah, yaitu (a) sumber daya alam yang dimiliki antara satu daerah dengan daerah lain pastilah berbeda, (b) adanya perpindahan tenaga kerja dari daerah yang belum berkembang ke daerah yang lebih berkembang, (c) perpindahan modal ke daerah yang dianggap lebih produktif, (d) kebijakan pemerintah.

4. Faktor-faktor pertumbuhan ekonomi wilayah

Pertumbuhan perekonomian suatu wilayah tidak akan lepas dari faktor ekonomi dan faktor non ekonomi. Faktor ekonomi tersebut antara lain adanya sumber daya alam pada suatu wilayah, sumber daya manusia sebagai penggerak perekonomian, modal, teknologi dan sebagainya. Diantara faktor tersebut terdapat faktor non ekonomi misalnya lembaga sosial, kelembagaan politik, sikap masyarakat dan lainnya.

a. Faktor – faktor ekonomi

(33)

Sumber daya alam merupakan faktor utama yang mempengaruhi perekonomian suatu wilayah. Sumber daya alam yang dimaksud terutama tanah yang meliputi beberapa aspek, misalnya kesuburan tanah, letak geografis, iklim, sumber air, kekayaan hutan, kandungan mineral dan lainnya. Hasil pengolahan sumber daya alam tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya dan selanjutnya akan di pasarkan ke luar wilayah. Hal ini akan berdampak pada semakin luasnya pasar suatu komoditas sehingga keuntungan yang diperoleh akan naik. Untuk menunjang kegiatan ini diperlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai.

2) Akumulasi modal

(34)

ekonomi untuk memnuhi kebutuhan dan keinginan konsumsi yang mendesak namun juga melakukan investasi untuk meningkatkan nilai output riil dalam bentuk barang modal.

3) Organisasi

Dalam proses pertumbuhan ekonomi, organisasi memiliki peranan penting guna meningkatkan produktivitas. Saat ini para pelaku ekonomi juga telah tampil menjadi organisator untuk mencari suatu inovasi atau pembaharuan.

4) Kemajuan teknologi

Kemajuan teknologi dalam bidang ekonomi telah banyak membawa dampak pada proses pertumbuhan ekonomi. Kemajuan teknologi juga dapat mendorong pergeseran struktur perekonomian dari pertanian ke industrialisasi. Meski demikian hal ini membawa dampak positif pada produktivitas tenaga kerja, modal dan faktor produksi lain.

5) Pembagian kerja dan skala produksi

(35)

sehingga meningkatkan produktivitasnya. Sehingga akan membawa skala produksi yang lebih besar.

b. Faktor non ekonomi

Pertumbuhan ekonomi tidak hanya berbicara mengenai modal dan sumber dayanya, namun juga tentang peranan masyarakat, pandangan masyarakat, kondisi politik suatu daerah, latar belakang historis, faktor sosial dan budaya memiliki peranan yang sama penting dengan faktor ekonomi.

5. Hambatan-hambatan pertumbuhan ekonomi

Salah satu hambatan pertumbuhan ekonomi adalah adanya kemiskinan pada suatu daerah. Hal ini mencerminkan rendahnya tingkat pembangunan ekonomi yang disebabkan adanya lilitan lingkaran setan kemiskinan.

a. Lingkaran setan dari sudut pemintaan terjadi karena rendahnya tingkat pendapatan riil sehingga permintaan akan menjadi rendah dan disusul dengan rendahnya tingkat investasi yang menyebabkan kurangnya modal dan rendahnya produktifitas.

(36)

tabungan yang rendah ini kemudian akan mempengaruhi investasi yang rendah pula sehingga pembentukan modal yang kurang. Tingkat pendapatan yang rendah yang mencermintaan rendahnya investasi dan kurangnya modal merupakan ciri umum dari kedua lingkaran kemiskinan tersebut (M.L. Jhingan, 1993).

Gambar 2.1.

Lingkaran Setan dari Sudut Permintaan dan Penawaran

c. Lingkaran setan keterbelakangan manusia dan sumber daya alam

(37)

Gambar 2.2.

Lingkaran Setan Keterbelakangan Manusia Dan Sumber Daya Alam

6. Ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan

Secara umum adanya ketidakmerataan pendistribusian pendapatan yang terjadi pada suatu daerah akan memicu adanya ketimpangan/disparitas yang kemudian akan mengakibatkan adanya penerima pendapatan yang besar dan penerima pendapatan yang kecil. Hal ini juga yang dapat menyebabkan adanya pembangunan yang tidak merata dalam suatu daerah. Adanya daerah yang maju dan adanya daerah yang relatif masih tertinggal.

Pertumbuhan ekonomi juga memiliki peran terhadap adanya ketimpangan distribusi pendapatan yang berdampak pada adanya kemiskinan. Terdapat fakta bahwa di beberapa negara di Asia Timur dan Amerika Latin terjadinya pertumbuhan ekonomi mengurangi tingkat

Ketidaksempurnaa

Keterbelakangan Sumber

(38)

kemiskinan di wilayah tersebut, namun berbeda halnya dengan yang terjadi pada negara Philipina, adanya pertumbuhan ekonomi hanya meningkatkan pendapatan beberapa orang saja namun tingkat kemiskinan tidak berkurang.(Kuncoro, 2000)

7. Trend dalam distribusi pendapatan

a. Kesenjangan antara kota dan desa

(Gibbons dalam Adisasmito, 2013) menyatakan adanya revolusi hijau memperburuk kondisi petani kecil, meski secara pendapatan terjadi kenaikan akibat adanya modernisasi dalam hal pertanian namun hal ini membuat jurang pemisah yang lebih lebar dengan petani besar.

b. Kesenjangan regional

(39)

c. Kesenjangan Interpersonal

Kesenjangan interpersonal dapat diukur dengan koefisien Gini. (Hughes dan Islam dalam Adisasmito, 2013) menyatakan adanya peningkatan kesenjangan yang besar di daerah jawa jika dibandingkan dengan daerah lain. Peningkatan ini diakibatkan karena adanya perubahan pendistribusian pendapatan pada golongan yang berpendapatan tinggi.

d. Kesenjangan antar kelompok sosial ekonomi

Di Indonesia pendidikan merupakan ukuran penting dalam penentuan pendapatan. Hal ini karena akses untuk memperoleh pekerjaan yang tinggi diperoleh dengan pendidikan yang tinggi pula.

B. Hasil Penelitian Terdahulu

1. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ngakan Putu Mahesa Eka Raswita dan Made Suyana Utama, 2009 yang berjudul “Analisis

(40)

Tipologi klassen digunakan untuk mengklasifikasikan kabupaten/kota yang ada di kabupaten Gianyar berdasarkan pertumbuha ekonomi dan PDRB perkabupaten menjadi empat kuadran. Dalam kurun waktu 1993-2009, terdapat empat kecamatan yang masuk dalam kuadran I sebagai daerah maju dan cepat tumbuh yaitu kecamatan Ubud. Di kuadran II sebagai daerah berkembang cepat tetapi tidak maju yaitu kecamatan Tampaksirig. Sedang di kuadran III sebagai daerah maju tapi tertekan yaitu kecamatan Payangan dan kecamatan Sukawati, Blahbatur, Gianyar dan Tegallang berada di kuadran IV sebagai daerah yang relatif tertinggal.

Sedangkan ketimpangan yang terjadi di kabupaten Gianyar masih tergolong rendah yaitu sebesar 0,3 atau masih dibawah 0,5. Namun dalam kurun waktu antara 1993 hingga 2009 terjadi ketimpangan yang cenderung meningkat. Dan di kabupaten Gianyar menunjukan adanya hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan disparitas yang ditunjukan oleh hipotesis Kuznets berbentuk U terbalik.

2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Muyanto Sudarmono, 2006 dengan judul “Analisis Transformasi Struktural, Pertumbuhan Ekonomi dan

Ketimpangan antar daerah di Wilayah Pembangunan I Jateng”

(41)

serta analisis sumbangan sektor, Model Ratio Pertumbuhan, LQ (Location Quotient), shift share serta hipotesis Kuznets.

Pada periode penelitian yaitu tahun 1983 hingga 2003 dapat dilihat adanya perubahan transformasi sektoral hanya terjadi pada dua kabupaten yaitu semarang dan kendal. Hal ini terlihat dari peran sektor-sektor yang menyusun penerimaan total PDRB. Namun juga terdapat dualism transformasi struktural pada wilayah pembangunan I Jateng yang ditunjukan dengan tidak adanya pergeseran penyerapan tenaga kerja sektor pertanian ke sektor industri pada kedua kabupaten yang mengalami perubahan struktural. Sedangkan untuk empat kabupaten/kota yang lain yaitu kabupaten Grobogan, kabupaten Demak, kota Salatiga dan kota Semarang tidak menunjukkan adanya perubahan transformasi struktural.

(42)

pertanian dan kota salatiga dengan sektor bangunan, jasa, serta pengangkutan dan komunikasi.

Masih adanya ketimpangan yang terjadi ditunjukkan oleh kecenderungan peningkatan angka pada Indeks Williamson dan Indeks Enthropi Theil. Hal ini dikarenkan nilai PDRB dan pendapatan per kapita didominasi oleh kota Semarang sedangkan kabupaten/kota lain cenderung lebih rendah.

Hipotesis Kuznets merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan suatu daerah yang dibuktikan dengan adanya kurva U terbalik. Dimana ketika nilainya semakin naik maka terjadi ketimpangan ekonomi yang disertai pertumbuhan ekonomi. Menurut penelitian yang yang dilakukan hal ini juga terjadi pada daerah pembangunan I jateng.

C. Model Penelitian

(43)

pertumbuhan ekonomi lebih cepat dibandingkan sektor pertanian. Peningkatan produksi daerah diharapkan mampu mengurangi tingkat ketimpangan pendapatan yang ada.

Perubahan Struktur Ekonomi Ketimpangan Antar Daerah

Pertumbuhan Ekonomi LQ

Typologi Klassen

Indeks Williamson

Gambar 2.3. Model Penelitian Keterangan :

: Dengan adanya perubahan struktur ekonomi akan mengakibatkan terjadinya ketimpangan antar daerah

: Dengan adanya perubahan struktur ekonomi menyebabkan perubahan PDRB yang dapat diukur dengan pertumbuhan ekonomi dan gambaran pola dan struktur pertumbuhan

(44)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Obyek/Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang digunakan sebagai obyek penelitan adalah sektor ekonomi di kabupaten Banjarnegara yang menyusun Pendapatan Daerah Regional Bruto atas harga konstan 2000 menurut lapangan usaha setiap kecamatan di kabupaten Banjarnegara dan Pendapatan Daerah Regional Bruto atas harga konstan 2000 menurut lapangan usaha kabupaten Banjarnegara. Sedangkan subyek dalam penelitian ini adalah setiap kecamatan yang ada di kabupaten Banjarnegara.

B. Jenis Data

(45)

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mendatangi BPS kabupaten Banjarnegara. Sumber data yang digunakan yaitu kabupaten Banjarnegara dalam angka 2015(BAPPEDA), PDRB kabupaten Banjarnegara 2014, Provinsi Jawa Tengah dalam angka 2016, dan tinjauan PDRB kabupaten kota Jawa Tengah 2014.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Produk Regional Domestik Bruto Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan

Produk Regional Domestik Bruto per kapita atas dasar harga konstan merupakan ukuran dasar kegiatan ekonomi yang diperoleh atas harga yang terjadi pada tahun dasar tertentu untuk melihat pertumbuhan riil dari tahun ke tahun bagi setiap agregat ekonomi kemudian dibagi dengan jumlah penduduk yang mendiami daerah tersebut dan dinilai berdasarkan harga konstan, baik untuk menilai tingkat produksi, biaya pada komponen nilai tambah serta komponen pengeluaran.

(46)

2. Pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan PDB suatu negara dan PDRB untuk suatu wilayah/daerah yang disajikan dalam bentuk presentase. Pertumbuhan ekonomi biasanya dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :

PDBt = PDB tahun t

PDBt-1 = PDB tahun sebelumnya

3. Ketimpangan Regional

Ketimpangan regional merupakan perbedaan pembangunan yang terjadi antara satu daerah dengan daerah lain sehingga terjadi pembangunan yang tidak merata. Hal ini dapat dilihat dari pembangunan infrastruktur, kegiatan perekonomian, tingkat kemiskinan serta kesejahteraan. Ketidakmerataan ini akan mengakibatkan perbedaan kemampuan suatu daerah untuk maju dan berkembang. Untuk mengukur ketimpangan yang terjadi ditingkat regional biasanya menggunakan Indeks Williamson.

√∑

(47)

Keterangan :

Yi : PDRB per kapita kecamatan i

Yr : PDRB per kapita kabupaten

Pi : Jumlah penduduk kecamatan i

P : Jumlah penduduk kabupaten

E. Metode Analisis Data

1. Typology Klassen

Typology klassen merupakan suatu metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui gambaran pola dan struktur pertumbuhan pada setiap sektor ekonomi. Dalam metode ini klassen membagi daerah menjadi 4 klasifikasi yaitu :

a. Daerah maju dan cepat tumbuh merupakan daerah yang mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita lebih besar dari pada rata-rata wilayahnya.

(48)

c. Daerah berkembang cepat merupakan daerah yang memilki pendapatan per kapita yang lebih rendah dari rata-rata wilayahnya namun tingkat pertumbuhannya tinggi.

d. Daerah relatif tertinggal merupakan daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang lebih rendah dari pada rata-rata wilayahnya.

R : Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ri : Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Kecamatan Y : Rata-rata PDRB per kapita Kabupaten

Yi : Rata-rata PDRB per kapita Kecamatan

(49)

Analisis Location Quetient adalah suatu metode analisis untuk mengukur tingkat kontribusi suatu kegiatan industri dalam perekonomian suatu daerah dengan cara membandingkan jumlah proporsinya dalam perekonomian daerah dengan proporsinya pada perekonomian nasional dalam hal kegiatan industri yang sejenis (Lincolin Arsyad, 1999).

Keterangan :

Vi merupakan pendapatan sektor i secara regional/nasional

vi merupakan pendapatan pada sektor i di suatu daerah

Vt merupakan pendapatan regional/nasioanal

vt merupakan total pendapatan suatu daerah

Dari perhitungan maka dapat diintrepetasikan sebagai berikut :

(50)

LQ = 1 : peranan industri pada daerah yang diteliti adalah sama dengan perekonomian nasional.

LQ > 1 : daerah yang diteliti memiliki spesialisasi pada sektor yang bersangkutan dibandingkan tingkat wilayah tersebut. Keadaain ini berarti sektor yang bersangkutan memiliki keunggulan komperatif dan menjadi sektor basis pada daerah tersebut.

Dengan asumsi penduduk dari setiap daerah memilki kecenderungan pola permintaan dan pola pengeluaran yang sama dengan pola yang ada pada tingkat nasional, memiliki tingkat produktifitas yang sama dan setiap industri menghasilkan barang dengan ciri homogen pada setiap sektor.

3. Indeks Williamson

(51)

√∑

Keterangan :

WI : Indeks Williamson

Yi : PDRB per kapita kecamatan i

Yr : PDRB per kapita kabupaten

Pi : Jumlah penduduk kecamatan i

P : Jumlah penduduk kabupaten

(52)

41

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Kondisi Geografis dan Administrasi

Kabupaten Banjarnegara mempunyai luas wilayah 106.970,997 Ha terletak antara 7o12‘ sampai 7o31‘ Lintang Selatan dan 109o20‘ sampai 109o45‘ Bujur Timur. Pada umumnya memiliki ketinggian antara 40 – 2.300 meter diatas permukaan laut. Keadaan iklim kabupaten Banjarnegara yaitu tropis dengan suhu rata – rata 20 – 26 derajat celcius. Berbatasan dengan kabupaten Wonosobo disebelah timur, kabupaten Kebumen di sebelah selatan, kabupaten Banyumas dan kabupaten Purbalingga di sebelah barat serta kabupaten Pekalongan dan kabupaten Batang disebelah utara.

Gambar 4.1.

(53)

Secara administratif kabupaten Banjarnegara terdiri dari 20 kecamatan yang meliputi 266 desa dan 12 kelurahan, 970 dusun, 1.316 rukun warga dan 5.451 rukun tangga. Besarnya dana pembangunan desa/kelurahan di kabupaten Banjarnegara pada tahun 2014 sebesar 16,39 milyar rupiah yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tk II dan Swadaya.

Tabel 4.1.

Luas Wilayah Kabupaten Banjarnegara Menurut Kecamatan

No Nama Kecamatan

(54)

B. Kependudukan

Jumlah penduduk pada kabupaten Banjarnegara pada tahun 2014 sebesar 898.896 jiwa dengan proporsi sebanyak 450.374 jiwa adalah laki-laki dan 448.522 jiwa adalah perempuan. Rata-rata kepadatan penduduknya sebesar 840 jiwa per km2, artinya setiap 1 km2 dihuni sebanyak 840 jiwa dengan pertumbuhan penduduk dari tahun 2013 ke tahun 2014 naik sebesar 0,7 persen.

Kecamatan Banjarnega, Purworejo Klampok dan Rakit adalah kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi, masing-masing dengan jumlah kepadatan 2.204, 2.118 dan 1.523 jiwa per km2. Sedangkan kecamatan yang tingkat kepadatan penduduknya rendah adalah kecamatan Pandanarum dan Pagedongan yakni sebesar 360 dan 436 jiwa per km2.

C. Pendidikan dan Kesehatan

(55)

Banjarnegara tahun 2012 sejumlah 141 pesantren dengan total santri 17.811 orang.

Sarana kesehatan yang ada di kabupaten Banjarnegara tahun 2013 yaitu Rumah Sakit Pemerintah 1 unit, Rumah Sakit Swasta 2 unit, Klinik Swasta 7 unit, Puskesmas 35 unit dengan 15 unit diantaranya memiliki fasilitas rawat inap sedangkan 19 unit tidak memiliki fasilitas rawat inap. Sedangkan Puskesmas pembantu sebanyaj 41 unit, Puskesmas Keliling 35 unit, toko obat 10 unit, Laboratorium pemerintah 1 unit dan Apotek 41 unit. Posyandu yang ada di Kabupaten Banjarnegara sejumlah 1.578 unit, Pos Obat Desa 121 unit dan Pondok bersalin 176 unit. Banyaknya tenaga medis tahun 2013 yang bertugas di kabupaten Banjarnegara yaitu Dokter sebanyak 81 orang, Bidan 512 orang dan Paramedis lain sebanyak 539 orang.

D. Kondisi Fisik Wilayah

Bila ditinjau dari tata alam dan penyebaran geografis, maka kabupaten Banjarnegara dapat digolongkan dalam tiga wilayah yaitu :

(56)

b. Bagian Tengah, terdiri dari wilayah dengan relief yang datar merupakan lembah sungai Serayu yang subur mencakup wilayah Kecamatan Banjarnegara, Madukara, Bawang, Purwanegara, Mandiraja, Purworejo Klampok, Susukan, Rakit, Wanadadi dan Banjarmangu.

(57)

46

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Analisis Struktur Perekonomian Daerah

Tabel 5. 1.

(58)

Punggelan 2010 52,64 1,37 3,93 0,66 3,76 12,41 3,59 2,14 19,50 Sumber : BPS Kabupaten Banjarnegara 2010-2014 (hasil analisis)

Perubahan struktur perekonomian suatu daerah biasanya diawali dengan adanya perubahan dominasi sektor primer (pertanian dan pertambangan dan penggalian) menuju perekonomian yang didominasi oleh sektor sekunder (industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih serta bangunan) disamping adanya proses pertumbuhan ekonomi dan peningaktan pendapatan perkapita yang disebabkan karena adanya proses pembangunan.

(59)

Tabel 5. 2.

Analisis LQ Untuk Penentuan Sektor Basis

KECAMATAN

(60)

49 Tabel 5. 3.

Hasil Perhitungan LQ Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara

No Kecamatan Sektor Unggulan

1 Susukan ‗Pertambangan dan Penggalian‘, Industri

Pengolahan, ‗Listrik, Gas dan Air Bersih‘, ‗Bank & Lembaga Keuangan Lainnya‘

2 Purworejo Klampok Industri Pengolahan, Bangunan, Perdagangan 3 Mandiraja ‗Pertambangan dan Penggalian‘, Industri

Pengolahan, Perdagangan, ‗Bank & Lembaga Keuangan Lainnya‘

4 Purwanegara Pertanian, ‗Pertambangan dan Penggalian‘,

‗Listrik, Gas dan Air Bersih‘, Bangunan

5 Bawang ‗Listrik, Gas dan Air Bersih‘, Bangunan, Jasa -jasa

6 Banjarnegara Bangunan, Perdagangan, Angkutan, ‗Bank &

Lembaga Keuangan Lainnya‘, Jasa-jasa 7 Pagedongan ‗Pertambangan dan Penggalian‘, ‗Listrik, Gas

dan Air Bersih‘, Bangunan, ‗Bank & Lembaga Keuangan Lainnya‘, Jasa-jasa 8 Sigaluh Industri Pengolahan, ‗Listrik, Gas dan Air

Bersih‘, Bangunan, ‗Bank & Lembaga Keuangan Lainnya‘

9 Madukara Pertanian, ‗Pertambangan dan Penggalian‘,

‗Listrik, Gas dan Air Bersih‘, Perdagangan,

‗‘Bank & Lembaga Keuangan Lainnya‘

10 Banjarmangu Pertanian, ‗Listrik, Gas dan Air Bersih‘, Bangunan, Jasa-jasa

11 Wanadadi ‗Pertambangan dan Penggalian‘, Bangunan,

Angkutan, ‗Bank & Lembaga Keuangan Lainnya‘, Jasa-jasa

12 Rakit Industri Pengolahan, ‗‘Listrik, Gas dan Air

Bersih‘, Angkutan, Jasa-jasa

13 Punggelan Pertanian, ‗Pertambangan dan Penggalian‘,

‗Listrik, Gas dan Air Bersih‘

14 Karangkobar Pertanian, Perdagangan, Angkutan, ‗‘Bank &

(61)

15 Pagentan Pertanian, ‗‘Listrik, Gas dan Air Bersih‘, Bangunan, Jasa-jasa

16 Pejawaran Pertanian, Perdagangan

17 Batur Pertanian, Perdagangan

18 Wanayasa Pertanian, ‗Pertambangan dan Penggalian‘, Perdagangan, Angkutan

19 Kalibening Pertanian, ‗Listrik, Gas dan Air Bersih‘, Angkutan, Jasa-jasa

20 Pandanarum Pertanian, ‗‘Listrik, Gas dan Air Bersih‘, Perdangan, Jasa-jasa

Sumber : BPS Kabupaten Banjarnegara 2010-2014 (hasil analisis)

Metode Location Quotients (LQ) digunakan untuk mengetahui sektor basis atau potensial suatu daerah. Metode ini menggambarkan perbandingan relatif antara sektor unggulan pada suatu daerah dengan daerah yang lebih luas. Dalam hal ini sektor yang dimaksud adalah kecamatan sedangkan sektor yang lebih luas adalah kabupaten.

(62)

LQ tertinggi berada di Kecamatan Pejawaran dan Batur, sehingga peluang terbesar pengembangan sektor pertanian dapat dilakukan di Kecamatan tersebut yang telah siap untuk memenuhi kebutuhan wilayah itu sendiri dan wilayah lain. Dari 20 kecamatan, 11 kecamatan diantaranya yang memiliki basis/unggulan di sektor pertanian antara lain Purwanegara, Mandiraja, Banjarmangu, Punggelan, Karangkobar, Pagentan, Pejawaran, Batur, Wanayasa, Kalibening dan Pandanarum.

Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih juga memiliki nilai LQ yang tinggi dimana 12 dari 20 kecamatan di Kabupaten Banjarnegara memiliki sektor basis ini dan satu kecamatan yaitu Karangkobar juga memiliki potensi besar untuk menjadikan sektor ini sebagai sektor basis. Seperti yang diketahui bahwa di kecamatan Bawang terdapat salah satu pembangkit listrik di bawah PT PLN untuk memenuhi kebutuhan listrik jawa-bali. Sedangkan 11 kecamatan lain yang memiliki sektor unggulan Listrik, Gas dan Air Bersih yaitu Susukan, Purwanegara, Bawang, Pagedongan, Sigaluh, Madukara, Banjarmangu, Rakit, Punggelan, Pagentan, Kalibening dan Pandanarum.

(63)

listrik, gas dan air bersih, bangunan, perdagangan dan jasa-jasa. Hal ini terlihat dari adanya perkembangan yang terjadi pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Banjarnegara. Adanya perbedaan keunggulan pada setiap sektor tersebut akan memungkinkan adanya spesialisasi produk antar daerah sehingga membuka peluang pertukaran hasil produksi sesuai kebutuhan masing-masing daerah. Dampak yang timbul dari adanya spesialisasi ini adalah bahwa setiap pertumbuhan suatu daerah akan memberikan pengaruh bagi daerah lain. Peran pemerintah daerah untuk memberdayakan sektor unggulan sebagai penggerak perekonomian daerah sangatlah diperlukan.

3. Analaisis Typologi Klassen

(64)

Tabel 5. 4.

Analisis Typologi Klassen Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara

Y

Yi > Y

Yi < Y

R

Ri > R

Kuadran I

Daerah Maju dan Cepat Tumbuh Kecamatan Purworejo Klampok,

Sumber : BPS Kabupaten Banjarnegara 2010-2014 (hasil analisis)

(65)

kecamatan Banjarnegara terdapat kecamatan lain yang masuk dalam kategori ini yaitu Purworejo Klampok dan Madukara.

(66)

Daerah kedua adalah daerah maju tapi tertekan yaitu daerah yang memiliki pendapatan perkapita yang lebih tinggi dari pada rata-rata Kabupaten Banjarnegra namun pertumbuhannya lebih rendah. Dengan ciri memiliki kinerja perekonomian yang mengalami tekanan yang relatif besar sehingga menghambat laju pertumbuhan atau mengalami penurunan. Kecamatan yang masuk dalam klasifikasi ini yaitu Kecamatan Sigaluh, Pejawaran dan Batur.

Kecamatan Batur sebagai salah satu kecamatan yang memiliki obyek wisata yang terkenal hingga ke mancanegara yaitu Dataran Tinggi Dieng yang berbatasan dengan kabupaten Wonosobo hanya mampu memberikan dampak terhadap perkembangan perdagangan di kecamatan ini. Sedangkan sebagai kecamatan yang memiliki kesuburan tanah karena berada di daerah pegunungan maka lebih dari 60% PDRB nya ditopang oleh sektor pertanian.

(67)

Sebagai kecamatan yang memiliki potensi yang cukup menonjol di bidang

industri kerajinan rakyat yaitu industri batik yaitu ―batik gumelem‖ meskipun belum

begitu dikenal luas oleh daerah lain karena kurangnya promosi dari pihak pemerintah kabupaten. Namun kualitas serta ciri khas dari batik gumelem sebagai warisan budaya serta peluang ekonomi ini patut dipertimbangkan untuk menjadi potensi unggulan apalagi batik ini merupakan buatan tangan masyarakat kecamatan Susukan.

(68)

4. Analisis Indeks Williamson

Tabel 5. 5.

Nilai Indeks Williamson Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara

No Kecamatan Nilai Ketimpangan

1 Susukan 0,093

2 Purworejo Klampok 0,319

3 Mandiraja 0,040

Sumber : BPS Kabupaten Banjarnegara 2010-2014 (hasil analisis)

(69)

Dalam perhitungan indeks Williamson nilai terbesar terdapat pada kecamatan Purworejo Klampok dengan nilai 0,319 sedangkan terkecil ada pada kecamatan Wanadadi dengan nilai 0,16. Rendahnya nilai indeks ketimpangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita antar kecamatan di Kabupaten Banjarnegara menunjukkan pendistribusian PDRB di masing—masing kecamatan di Kabupaten Banjarnegara relatif merata.

Rendahnya nilai indeks Williamson tidak berarti secara otomatis menerangkan bahwa masyarakat di Kabupaten Banjarnegara telah memiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi. Misalnya kecamatan Pagedongan, Punggelan, Wanayasa dan Pandanarum dimana memiliki nilai ketimpangan masing-masing ‗0,130‘, ‗0,134‘,

‗0,032‘ dan ‗0,090‘ memiliki nilai ketimpangan yang rendah namun jika dilihat dari

(70)

59

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang analisis perekonomian Kabupaten Banjarnegara dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil analisis dari struktur perekonomian kecamatan yang ada di Kabupaten Banjarnegara terjadi pergeseran pola perekonomian yang mengarah ke sektor sekunder dan tersier dan mulai meninggalkan sektor primer meskipun jika dilihat dari prosentase kontribusi pendapatan PDRB yang ada di Kabupaten Banjarnegara, sektor primer terutama pertanian masih memberikan kontibusi terbesar selama periode penelitian.

2. Hasil perhitungan Location Quotient (LQ) menunjukkan kecamatan berdasarkan sektor unggulan sebagai berikut :

a. Pertanian : Purwanegara, Madukara, Banjarmangu, Punggelan, Karangkobar, Pagentan, Pejawaran, Batur, Wanayasa, Kalibening dan Pandanarum.

(71)

c. Industri Pengolahan : Susukan, Purworejo Klampok, Mandiraja, Sigaluh dan Rakit.

d. Listrik, Gas dan Air Bersih : Susukan, Purwanegara, Bawang, Pagedongan, Sigaluh, Madukara, Banjarmangu, Rakit, Punggelan, Pagentan, Kalibening dan Pandanarum.

e. Bangunan : Purworejo Klampok, Purwanegara, Bawang, Banjarnegara, Pagedongan, Sigaluh, Banjarmangu, Wanadadi dan Pagentan.

f. Perdagangan : Purworejo Klampok, Mandiraja, Banjarnegara, Mandiraja, Karangkobar, Pejawaran, Batur, Wanayasa dan Pandanarum.

g. Angkutan : Banjarnegara, Wanadadi, Rakit, Karangkobar, Wanayasa dan Kalibening.

h. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya : Susukan, Mandiraja, Banjarnegara, Pagedongan, Sigaluh, Mandiraja, Wanadadi dan Karangkobar.

i. Jasa-Jasa : Bawang, Banjarnegara, Pagedongan, Banjarmangu, Wanadadi, Rakit dan Pandanarum.

(72)

dari 4 menjadi 3 namun tahun 2013 dan 2014 sektor perdagangan kembali menjadi sektor unggulan kecamatan.

3. Hasil analisis Typologi Klassen menunjukkan daerah yang cepat maju dan cepat tumbuh adalah Kecamatan Purworejo Klampok, Banjarnegara dan Madukara. Daerah yang maju tapi tertekan adalah Kecamatan Sigaluh, Pejawaran dan Batur. Daerah yang berkembang cepat adalah Kecamatan Susukan, Mandiraja, Purwanegara, Bawang, Banjarmangu, Wanadadi, Rakit, Karangkobar, Pagentan dan Kalibening. Sedangkan daerah yang relatif tertinggal adalah Kecamatan Pagedongan, Punggelan, Wanayasa dan Pandanarum.

4. Hasil analisis Indeks Williamson menunjukkan daerah yang memiliki tingkat ketimpangan tertinggi adalah kecamatan Purworejo Klampok sebesar 0,319, sedangkan daerah yang memiliki tingkat ketimpangan terendah adalah kecamatan Wanadadi sebesar 0,016.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan diatas, penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut :

(73)

daya tarik investasi yang diarahkan untuk menggerakan perekonomian sesuai dengan potensi setiap daerah serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada.

2. Kabupaten Banjarnegara yang kaya akan potensi pertanian terlihat dari sektor pertanian memberikan kontribusi tertinggi terhadap pendapatan PDRB kabupaten, maka diharapkan kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan pengembangan daya dukung dan pengelolaan potensi pertanian sehingga mampu menjadi sektor unggulan kabupaten.

3. Bagi pemerintah daerah diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan pada sektor-sektor ekonomi baik sektor unggulan maupun sektor non unggulan guna meningkatkan pendapatan masyarakat daerah. Serta meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat dengan menyediakan sarana dan prasana yang lebih baik, meningkatkan penguasaan teknologi dan mempermudah masuknya penanaman modal baik domestik maupun asing sehingga mampu mendorong adanya pertumbumbuhan ekonomi kearah yang lebih baik.

(74)

63

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, R. (2013). Teori-Teori Pembangunan Ekonomi, Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Wilayah. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ardila, R. (2012). Analisis Pengembangan Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Banjarnegara. Economics Development Analysis Journal. 6-8. Semarang:FE Unnes.

Arsyad, L. (2005). Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE-Yogyakarta.

Hudiyanto. (2014). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta. Lingkar Media

Jhingan ML, (1993), Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kuncoro, M. (2003). Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah, dan Kebijakan. Yogyakarta. UII Press

Kuncoro, M. (2003). Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Antar Kecamatan di Kabupaten Banyumas, 1993-2000. Jurnal Ekonomi Pembangunan.

Matitaputty, S. (2010). Ananlisis Pengaruh Faktor Aglomerasi Industri Manufaktur Terhadap Hubungan Antara Pertumbuhan Dengan Ketimpangan Regional Antar Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 1994-2007. Skripsi. Semarang: FE UNDIP.

Pujiati, A. (2009). Analisis Kawasan Andalan Di Jawa Tengah. Semarang:FE Unnes Raswita, N. P. (2013). Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan

Antar Kecamatan di Kabupaten Gianyar. E-Jurnal EP Unud.

(75)

Susanto, A. (2012). Analisis Ketimpangan Pendapatan Dan Pengembangan Sektor Unggulan Di Kabupaten Dalam Kawasan Barlingmascakeb Tahun 2007-2010. Economics Development Analysis Journal. 46-48. Semarang : FE Unnes. Tarmidi, L. T. (1992). Ekonomi Pembangunan. PAU-EK-UI.

Todaro, M. P. (2011). Pembangunan Ekonomi. Jakarta. Erlangga.

Basuki, A. T dan Gayatri, Utari. 2009. Penentu Sektor Unggulan dalam Pembangunan Daerah : Studi Kasus di Kabupaten Ogan Hilir. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan.

Wijayanto, T. R. (2016). Analisis Keterkaitan Pertumbuhan Ekonomi, Ketimpangan Pendapatan dan Pengentasan Kemiskinan di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2000-2010. Jurnal berkala Ilmiah Efisiensi.

https://banjarnegarakab.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Kabupaten-Banjarnegara-Dalam-Angka-2014.pdf

https://banjarnegarakab.bps.go.id/website/pdf_publikasi/PDRB-Kabupaten-Banjarnegara-2014.pdf

https://jateng.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Tinjauan-PDRB-Kabupaten-Kota-Jawa-Tengah-2014.pdf

(76)
(77)

Kabupaten Banjarnegara

LAPANGAN USAHA TAHUN

2010 2011 2012 2013 2014

(78)

2. Pertambangan dan Penggalian 802,58 843,22 878,25 895,64 940,54

3. Industri Pengolahan 24.118,91 25.027,43 25.870,15 28.275,82 30.729,63

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 685,54 734,12 788,88 849,24 908,53

5. Bangunan 6.531,34 6.917,47 7.493,18 8.023,57 8.491,80

6. Perdagangan 12.254,50 12.799,56 13.488,53 14.364,65 15.368,83

7. Angkutan 3.905,66 4.249,32 4.681,25 4.877,59 5.227,74

8. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya 11.682,29 12.205,55 13.404,39 14.654,05 15.953,57

9. Jasa – jasa 19.806,31 21.792,52 23.870,87 24.969,02 26.237,72

PDRB 110.140,06 115.413,82 122.340,16 128.937,25 135.873,32

Jumlah Penduduk Pertengahan tahun 52.247 52.538 52.816 53.075 53.323

PDRB per kapita 2.108.065 2.196.768 2.316.347 2.429.341 2.548.118

Kecamatan Purworejo Klampok

LAPANGAN USAHA TAHUN

2010 2011 2012 2013 2014

1. Pertanian 18.640,00 19.310,17 19.694,11 19.765,99 20.570,93

2. Pertambangan dan Penggalian 362,07 379,37 398,95 378,82 390,78

3. Industri Pengolahan 160.887,96 166.261,26 171.545,07 176.956,38 184.210,06

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 738,94 794,10 845,55 910,25 980,01

5. Bangunan 24.480,27 25.968,09 27.484,90 29.594,65 31.810,71

6. Perdagangan 41.330,34 43.344,45 45.603,69 49.465,82 54.025,96

7. Angkutan 9.315,21 10.022,57 10.907,32 11.361,70 12.183,11

8. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya 9.651,15 10.104,67 11.094,29 12.506,59 13.604,33

9. Jasa – jasa 53.571,57 59.147,08 63.673,58 68.983,51 71.731,67

PDRB 318.977,51 335.331,76 351.247,46 369.923,71 389.507,56

Jumlah Penduduk Pertengahan tahun 40.132 40.368 40.592 40.803 41.005

(79)

3. Industri Pengolahan 58.865,16 61.495,04 64.262,40 68.960,88 72.786,95

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 692,45 745,17 796,57 845,41 911,98

5. Bangunan 8.758,71 9.491,43 10.409,03 11.122,85 11.843,37

6. Perdagangan 25.149,74 26.206,07 27.609,98 28.707,00 30.489,88

7. Angkutan 5.502,37 5.918,05 6.527,07 6.834,54 7.325,83

8. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya 14.785,39 15.819,53 16.961,86 18.618,47 20.028,85

9. Jasa – jasa 22.015,17 23.726,90 25.439,36 27.222,85 28.258,59

PDRB 179.446,80 187.941,82 197.694,93 208.274,21 219.432,40

Jumlah Penduduk Pertengahan tahun 63.780 64.058 64.318 64.556 64.781

PDRB per kapita 2.813.528 2.933.932 3.073.711 3.226.256 3.387.296

Kecamatan Purwanegara

LAPANGAN USAHA TAHUN

2010 2011 2012 2013 2014

1. Pertanian 68.173,01 71.497,57 73.002,50 74.422,17 75.186,14

2. Pertambangan dan Penggalian 2.479,42 2.558,65 2.684,68 2.883,37 2.903,67

3. Industri Pengolahan 16.272,11 16.815,56 17.515,10 19.085,27 22.234,89

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 920,07 997,38 1.063,82 1.144,59 1.226,54

5. Bangunan 21.382,31 22.749,85 24.504,88 26.515,24 28.463,71

6. Perdagangan 17.487,63 18.322,02 19.330,71 20.694,21 22.288,83

7. Angkutan 4.708,67 5.008,62 5.524,98 5.892,06 6.317,21

8. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya 5.080,52 5.346,01 5.823,56 6.397,14 6.894,79

9. Jasa – jasa 31.848,64 35.042,48 38.323,07 40.901,77 43.219,56

PDRB 168.352,38 178.338,14 187.773,30 197.935,82 208.735,34

Jumlah Penduduk Pertengahan tahun 67.099 67.394 67.667 67.918 68.153

(80)

3. Industri Pengolahan 13.528,38 14.092,94 14.523,54 15.937,08 18.025,08

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 916,85 981,82 1.045,74 1.125,76 1.208,43

5. Bangunan 12.218,93 12.966,76 12.658,81 13.505,22 14.371,39

6. Perdagangan 11.352,59 11.861,46 12.624,13 13606,21 14.696,01

7. Angkutan 3.352,04 3.565,10 3.883,75 4.081,18 4.375,25

8. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya 5.405,05 5.657,18 6.184,40 6.813,37 7.479,39

9. Jasa – jasa 37.454,92 40.235,64 43.101,48 44.996,93 46.533,28

PDRB 123.567,01 129.539,88 134.981,86 142.174,99 149.794,33

Jumlah Penduduk Pertengahan tahun 53.414 53.765 54.103 54.422 54.732

PDRB per kapita 2.313.382 2.409.372 2.494.905 2.612.454 2.736.869

Kecamatan Banjarnegara

LAPANGAN USAHA TAHUN

2010 2011 2012 2013 2014

1. Pertanian 29.793,99 30.271,97 30.827,82 30.632,55 30.542,74

2. Pertambangan dan Penggalian 1.731,02 1.857,43 1.917,29 2.024,87 2.081,17

3. Industri Pengolahan 17.985,25 18.943,33 19.738,88 21.564,01 24.210,28

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1.682,23 1.835,42 1.950,94 2.106,71 2.252,56

5. Bangunan 36.270,67 38.754,21 42.487,49 46.055,54 49.626,12

6. Perdagangan 59.473,49 62.875,82 65.925,53 70.044,27 76.080,02

7. Angkutan 20.680,48 21.909,81 23.396,62 24.991,27 26.783,66

8. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya 47.028,36 50.198,95 53.930,20 59.023,98 64.752,73

9. Jasa - jasa 182.273,74 196.732,43 210.841,78 223.128,16 233.603,46

PDRB 396.919,23 423.379,37 451.016,55 479.571,36 509.932,74

Jumlah Penduduk Pertengahan tahun 56.769 57.190 57.543 57.849 57.850

(81)

3. Industri Pengolahan 2.774,81 2.873,52 3.028,18 3.211,64 3.574,12

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 424,80 455,11 481,50 518,34 555,85

5. Bangunan 3.705,62 3.961,37 3.750,20 4.017,85 4.233,49

6. Perdagangan 3.420,96 3.558,57 3.795,64 4.028,20 4.316,43

7. Angkutan 196,67 213,68 234,61 243,73 261,23

8. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya 2.424,99 2.576,92 2.823,82 3.074,75 3.341,56

9. Jasa - jasa 13.749,23 15.215,61 16.516,25 17.242,57 17.820,10

PDRB 38.734,06 41.034,17 43.377,67 45.474,40 47.652,60

Jumlah Penduduk Pertengahan tahun 33.890 34.103 34.305 34.498 34.683

PDRB per kapita 1.142.935 1.203.242 1.264.471 1.318.175 1.373.947

Kecamatan Sigaluh

LAPANGAN USAHA TAHUN

2010 2011 2012 2013 2014

1. Pertanian 33.238,80 33.265,93 34.017,95 34.777,57 34.870,75

2. Pertambangan dan Penggalian 518,16 537,64 559,02 591,46 593,40

3. Industri Pengolahan 24.689,48 25.515,66 26.665,40 28.503,20 30.315,90

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 932,89 1.010,66 1.083,37 1.146,50 1.222,91

5. Bangunan 9.074,39 9.612,07 10.430,35 11.196,18 11.965,73

6. Perdagangan 13.052,02 13.489,21 14.211,43 15.085,23 16.693,48

7. Angkutan 3.454,74 3.768,13 4.013,48 4.220,32 4.523,99

8. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya 12.229,36 13.037,20 14.321,77 15.888,67 17.322,90

9. Jasa - jasa 13.653,59 14.641,73 15.595,46 15.965,15 16.696,02

PDRB 110.843,43 114.878,23 120.898,23 127.374,28 134.205,08

Jumlah Penduduk Pertengahan tahun 28.171 28.554 28.933 29.309 29.680

(82)

3. Industri Pengolahan 3.793,34 3.943,78 4.074,88 4.434,25 5.076,08

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 971,83 1.038,87 1.108,33 1.201,29 1.277,62

5. Bangunan 6.819,39 7.218,87 7.263,32 7.873,42 8.400,38

6. Perdagangan 23.283,76 24.425,04 25.769,98 27.766,09 29.993,67

7. Angkutan 7.004,09 7.431,85 8.023,79 8.501,56 9.112,42

8. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya 13.138,23 13.962,78 15.027,36 16.764,07 18.319,15

9. Jasa - jasa 20.445,93 22.080,59 23.948,83 25.123,38 25.951,53

PDRB 175.162,48 183.657,07 192.650,91 202.879,47 213.673,38

Jumlah Penduduk Pertengahan tahun 40.161 40.639 41.110 41.571 42.028

PDRB per kapita 4.361.507 4.519.232 4.686.230 4.880.312 5.084.072

Kecamatan Banjarmangu

LAPANGAN USAHA TAHUN

2010 2011 2012 2013 2014

1. Pertanian 52.175,71 52.121,63 53.166,10 54.399,27 56.231,22

2. Pertambangan dan Penggalian 588,53 615,93 643,29 700,67 748,31

3. Industri Pengolahan 7.437,18 7.705,09 8.000,72 8.829,30 9.677,40

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 826,37 888,68 940,95 1.021,90 1.090,16

5. Bangunan 11.238,17 11.995,41 13.099,62 14.171,80 15.007,87

6. Perdagangan 13.637,36 14.138,61 14.873,47 16.055,89 17.237,71

7. Angkutan 2.173,00 2.346,94 2.588,89 2.839,26 2.994,07

8. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya 4.294,12 4.535,29 4.912,44 5.512,53 6.031,39

9. Jasa - jasa 25.451,84 28.004,20 30.595,97 32.120,24 33.847,38

PDRB 117.822,28 122.351,78 128.821,45 135.650,86 142.865,51

Jumlah Penduduk Pertengahan tahun 39.884 40.347 40.803 41.249 41690

(83)

3. Industri Pengolahan 2.399,33 2.552,34 2.626,82 2.838,85 3.100,91

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 504,44 537,15 575,70 620,86 662,34

5. Bangunan 5.778,13 6.347,53 6.871,16 7.364,30 7.817,52

6. Perdagangan 6.370,19 6.706,29 7.054,52 7.547,23 8.157,58

7. Angkutan 15.427,78 16.755,09 18.361,55 19.412,68 20.811,85

8. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya 10.560,80 11.316,63 12.397,73 13.801,88 15.063,94

9. Jasa - jasa 19.717,59 21.129,29 22.483,32 23.138,99 24.280,86

PDRB 84.559,55 89.849,50 95.431,66 100.480,90 105.817,38

Jumlah Penduduk Pertengahan tahun 28.683 28.808 28.925 29.032 29132

PDRB per kapita 2.948.072 3.118.908 3.299.280 3.461.040 3.632.342

Kecamatan Rakit

LAPANGAN USAHA TAHUN

2010 2011 2012 2013 2014

1. Pertanian 24.543,47 25.964,49 27.123,54 27.639,34 27.715,15

2. Pertambangan dan Penggalian 441,21 458,77 480,00 508,09 523,65

3. Industri Pengolahan 17.253,05 17.829,27 18.475,01 20.401,48 22.585,82

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 592,59 636,77 676,14 722,92 769,13

5. Bangunan 3.506,43 3.840,21 4.162,95 4.487,17 4.786,51

6. Perdagangan 9.167,91 9.657,70 10.239,21 11.035,18 11.866,64

7. Angkutan 14.010,92 14.914,06 16.336,45 17.231,20 18.475,57

8. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya 5.979,95 6.278,35 6.762,51 7.578,15 8.082,60

9. Jasa - jasa 23.062,79 25.375,57 27.317,55 27.944,61 29.035,53

PDRB 98.558,32 104.955,19 111.573,36 117.548,14 123.840,60

Jumlah Penduduk Pertengahan tahun 46.074 46.307 46.527 46.731 46.926

(84)

3. Industri Pengolahan 4.964,83 5.260,91 5.428,10 5.742,56 6.553,03

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 830,85 892,94 954,44 1.062,25 1.127,84

5. Bangunan 4.746,20 5.178,02 4.892,10 5.275,03 5.586,23

6. Perdagangan 15.669,22 16.318,23 17.186,58 18.208,85 19.688,14

7. Angkutan 4.532,77 4.840,93 5.343,80 5.680,65 6.091,26

8. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya 2.708,05 2.875,45 3.150,96 3.464,48 3.803,14

9. Jasa - jasa 24.615,36 26.377,72 28.068,08 29.871,39 30.616,84

PDRB 126.252,12 130.253,83 135.934,19 142.349,71 148.821,48

Jumlah Penduduk Pertengahan tahun 71.781 72.240 72.678 73.093 73493

PDRB per kapita 1.758.852 1.803.071 1.870.362 1.947.515 2.024.975

Kecamatan Karangkobar

LAPANGAN USAHA TAHUN

2010 2011 2012 2013 2014

1. Pertanian 33.554,86 34.127,25 35.114,59 35.844,18 36.423,26

2. Pertambangan dan Penggalian 183,21 190,09 198,73 214,81 216,53

3. Industri Pengolahan 4.629,58 4.876,20 5.099,66 5.614,90 6.163,87

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 386,58 414,57 443,38 486,62 517,61

5. Bangunan 5.288,03 5.694,40 6.163,31 6.689,11 7.154,57

6. Perdagangan 10.504,43 10.983,62 11.619,24 12.513,79 13.569,88

7. Angkutan 9.949,85 10.651,56 11.781,86 12.502,91 13.398,86

8. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya 6.599,54 6.921,70 7.595,31 8.560,65 9.329,13

9. Jasa - jasa 10.730,33 11.806,38 12.716,03 13.101,24 13.804,42

PDRB 81.826,41 85.665,77 90.732,11 95.528,21 100.578,13

Jumlah Penduduk Pertengahan tahun 27.763 28.102 28.436 28.764 29.088

Gambar

Gambar 1.1.
Gambar 2.2.
Gambar 2.3.
Gambar 4.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Kamal Kar (2008), keberhasilan fasilitasi CLTS dipengaruhi oleh elemen pemicuan yang tepat untuk menggugah dan pasca pemicuan yang berupa pendampingan dari

Has il penelitian menunjukan bahwa ris iko tingkat bunga memiliki koefis ien regres i pos itif yang berarti s emakin tinggi ris iko tingkat bunga, maka akan

Penulis akan membuat sebuah pembangkit listrik yang bersifat mengubah gerakan menjadi tenaga listrik, seperti kincir air tetapi akan memakai gaya gravitasi sebagai

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data yaitu analisis kuantitatif deskriptif tentang laporan realisasi anggaran untuk menilai kinerja keuangan dengan

Protozoa pada sampel sebelum dan sesudah pembentukan biogas menunjukan jenis yang sama tetapi berkurang cukup banyak hal ini dikarenakan ketika masuk ke dalam digester

Target yang dituju dalam kegiatan ini adalah para ibu rumah tangga di wilayah Cengkareng Barat, Jakarta Barat.Dimana antara lain sebagai ibu rumah tangga yang

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan masalahnya yaitu: Bagaimana Pembelajaran Tari Wijaya Kusuma dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Seni Tari

Apabila nenek dan ibu tidak bias dipercaya atau menikah dengan orang yang tidak dipercaya maka ayah lebih utama (mendapatkan hak asuh). Apabila tidak ada seorangpun yang dapat