TUGAS AKHIR
Oleh :
Nama : Giovanni Dananjaya
NIM : 07.51016.0033
Program Studi : DIV Komputer Multimedia
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA
Halaman
TUGAS AKHIR ... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PENGUJI...
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA...
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... LEMBAR MOTTO...
2.1 Sinematografi ... 5
2.2 Film ... 5
2.2.1 Unsur Pokok Film ... 6
2.3 Video Klip... 7
2.8 Spesial Efek ... 29
2.9 Desain Grafis ... 34
2.9.1 Elemen-elemen Desain Grafis... 35
2.10 Lighting/Lampu ... 38
2.11 Proyektor ... 41
2.12 Profil Band ... 43
BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA... 48
3.1 Metodologi ... 48
3.1.1 Kepustakaan ... 48
3.1.2 Existing ... 49
3.2.7 Peralatan dan Software ... 61
3.3 Produksi ... 61
3.3.1 Performance Clip ... 62
3.3.2 Art Clip ... 64
3.4 Pasca Produksi ... 65
3.4.1 Penyuntingan ... 65
3.4.2 Rendering ... 66
BAB IV IMPLEMENTASI KARYA ... 71
4.1 Produksi ... 71
4.1.1 Performance Clip... 71
4.1.2 Art Clip ... 74
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 84
LAMPIRAN ... 85
elektronik (Carlsson, 1999) dijelaskan,
“Music video is a form of audio-visual communication in which the meaning is created via carriers of information such as; the music, the lyrics and the moving images.”
Terjemahan:
“Bahwa video klip adalah bentuk komunikasi audio visual yang maknanya diciptakan dengan membawa informasi seperti musik, lirik dan gambar yang bergerak.”
Dengan berkembangnya industri musik di Indonesia, turut bermunculan pula grup band musik baru yang ingin berkiprah dan menunjukan eksistensi mereka dengan membuat sebuah video klip. Hal ini dipertegas dalam (Wahana Komputer, 2008) dijelaskan bahwa video klip telah menjadi salah satu sarana promosi yang cukup potensial.
Dari penjelasan tentang grup band musik dan video klip di atas, dapat disimpulkan bahwa grup band musik dan video klip saling berhubungan. Terlebih musik tersebut datang dari sebuah grup band musik baru yang ingin berkiprah di ajang blantika musik. Oleh karena itu para grup band musik baru yang menginjakan kaki dalam karir bermusik berlomba membuat klip semenarik mungkin. Indah Dewi
Pertiwi dengan lagunya yang berjudul Hipnotis menggunakan teknik 3D yang di
Indonesia sendiri masih sangat jarang. The Changcutters dengan lagunya hijrah ke London menggunakan teknik stop motion dengan aplikasi mainan lego membuat klip
tersebut merupakan klip pertama di Indonesia yang menggunakan stop motion dan mainan lego.
Kemajuan teknologi dan keberadaan grup band musik luar menjadi sangat berperan terhadap perkembangan video klip di Indonesia. Salah satu teknologi yang turut mendongkrak adalah situs Youtube.
Youtube memang belum lama berada di dunia internet karena baru didirikan
pada tahun 2005 oleh 3 sekawan mantan karyawan PayPal yang merupakan perusahaan pembayaran transaksi melalui internet. Kemudian pada tanggal 13 November 2006 Google membeli situs tersebut dengan harga 1,65 triliun dolar (Kindarto, 2008).
Yayan Sopyan dan Jarot Setyaji dalam bukunya (Sopyan & Setyaji, 2009) menjelaskan bahwa Youtube memungkinkan para penyuka video baik itu penonton, kolektor, maupun pembuat video untuk saling menonton, menyimpan dan berbagi video. Untuk memanfaatkannya tidak dipungut bayaran dan tidak memerlukan keahlian khusus yang rumit. Kemudahan yang didapat ini, menjadikan sutradara video klip di Indonesia sebuah motivasi dan lebih bereksperimen dengan karya mereka.
Video klip yang tidak mengandung unsur cerita maupun unsur performa maka itu disebut Art Clip murni.”
Grup musik Porn Ikebana adalah grup musik yang beraliran Pop yang terbentuk pada pertengahan tahun 2010 dan banyak mengambil beberapa unsur jenis musik lain seperti aliran Swedish Pop dan Folk. Lirik yang dibawakan menggunakan bahasa inggris yang puitis dan banyak mengangkat tema imajinasi maupun fantasi.
Dengan lirik yang puitis dan membawa tema fantasi, maka dipilihlah jenis Art Clip. Jenis ini dipilih karena dengan Art Clip kita dapat memvisualisasikan lirik yang
puitis dan fantasi secara konseptual bukan secara naratif. Performance Clip digunakan untuk memenuhi promosi grup band musik. Jenis Performance Clip digunakan untuk memperlihatkan performa dari band itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan dari sisi promosi grup band musik dan untuk menjembatani lirik lagu maka pada tugas akhir ini dibuat video klip yang menggabungkan jenis Performance Clip dan Art Clip. Diharapkan video klip ini dapat menghasilkan visual yang sesuai
1.2 Rumusan Masalah
Dalam pembuatan video klip ini terdapat masalah yang perlu dipecahkan yaitu bagaimana memproduksi sebuah video klip dengan menggabungkan jenis Performance Clip dan Art Clip.
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah Tugas Akhir ini adalah:
1. Membuat sebuah video klip dengan menggabungkan jenis Performance Clip dan Art Clip.
2. Lagu yang dipakai berjudul a Date With Mr.Bigfoot dari Porn Ikebana.
1.4 Tujuan
Tujuan yang ingin di capai dalam Tugas Akhir ini adalah dapat membuat video klip dengan menggabungkan jenis Performance Clip dan Art Clip.
1.5 Manfaat Proyek
Dari pembuatan Tugas Akhir ini diharapkan dapat bermanfaat: 1. Menyampaikan isi lagu secara visual.
cinematograph. Sedangkan menurut Zeembry dalam bukunya (Zeembry, 2006),
Sinematografi (Cinematography) adalah menulis gerakan. Menulis juga bisa berarti berkomunikasi, bagaimana kita mengomunikasikan gerakan agar dapat dimengerti orang lain, bukan hanya diri kita sendiri.
2.2 Film
Berdasarkan pada situs H. Sutadi (Sutadi, 2011) film pertamakali di Indonesia diperkenalkan pada 5 Desember 1900 di Batavia (Jakarta). Pada masa itu film disebut Gambar Idoep. Pertunjukkan film pertama digelar di Tanah Abang. Film adalah sebuah film dokumenter yang menggambarkan perjalanan Ratu dan Raja Belanda di Den Haag. Pertunjukkan pertama ini kurang sukses karena harga karcisnya dianggap terlalu mahal. Sehingga pada 1 Januari 1901, harga karcis dikurangi hingga 75% untuk merangsang minat penonton.
Dalam buku Iskak. A dan Yustinah (Iskak & Yustinah, 2006), film adalah serangkaian gambar yang bergerak dan bahasa yang digunakan dalam film adalah bahasa gambar. Film menyampaikan ceritanya melalui serangkaian gambar yang bergerak, dari satu adegan ke adegan lain, dari satu konflik ke konflik lain, dari peristiwa satu ke peristiwa lain.
2.2.1 Unsur Pokok Film
Iskak. A dan Yustinah dalam bukunya (Iskak & Yustinah, 2006) dipaparkan lebih dalam unsur-unsur pokok film sebagai sebuah karya seni, antara lain:
1. Penulis Skenario
Penulis mula-mula menyusun ide cerita secara global, kemudian disusun alur cerita (plot) sampai hal yang sekecil-kecilnya. Ia juga menyusun dialog yang selaras dengan latar (setting) yang digambarkan dalam penulisan skenario. 2. Sutradara
Sutradara berperan sebagai pemegang/pemimpin dalam pembuatan sebuah film dari awal sampai akhir. Ia bertanggung jawab terhadap keseluruhan proses pembuatan film yang meliputi pembuatan skenario, akting para aktor/aktris, pengambilan gambar oleh juru kamera, perekaman suara oleh juru rekam, dan sebagainya sampai penyusunan film selesai.
3. Aktor/aktris
Aktor/aktris dituntut mempunyai kemampuan akting sesuai dengan skenario yang diminta. Aktor/aktris yang berperan sebagai pemeran utama berbeda dengan pemeran pendamping atau sekarad pemain tambahan.
4. Juru Kamera
Juru kamera setidaknya menguasai teknik-teknik pengambilan gambar untuk film karena dalam film gambar merupakan media yang hakiki.
5. Editor/Penyunting
2.3 Video Klip
Sebagaimana dijelaskan pada bab 1 sebelumnya bahwa video klip merupakan sarana bagi para produsen musik untuk memasarkan produknya lewat medium televisi (Wahana Komputer, 2008). Sedangkan Carlsson dalam buku elektroniknya (Carlsson, 1999) dijelaskan bahwa video klip adalah bentuk komunikasi audio visual yang maknanya diciptakan dengan membawa informasi seperti musik, lirik dan gambar yang bergerak. Hal ini dipertegas dalam situs milik F. Galeri (Galeri, 2011) video klip adalah kumpulan potongan-potongan visual yang dirangkai dengan atau tanpa efek-efek tertentu dan disesuaikan berdasarkan ketukan-ketukan pada irama lagu, nada, lirik, instrumennya dan penampilan band, kelompok musik untuk mengenalkan dan memasarkan produk (lagu) agar masyarakan dapat mengenal yang selanjutnya membeli kaset, CD, DVD.
Sebagaimana dijelaskan pada Bab I, bahwa Carlsson dalam buku elektroniknya (Carlsson, 1999) video klip terbagi atas 3 jenis, yaitu:
1. Performance Clip
The performance can be of three types: song performance, dance performance and instrumental performance. Almost every music video includes song performance. Some videos combines song and dance performances. Michael Jackson’s videos often contain dance
performance. Instrumental performance is not so common, but it occurs occasionally.
Terjemahan:
Jika video klip banyak menampilkan performa maka dapat disebut Performance Clip. Performance Clip melainkan adalah video klip yang menampilkan vokalis satu atau lebih dalam satu lokasi atau lebih. Performance Clip dapat dibagi menjadi 3 tipe: song performance, dance
performance, dan instrumental performance. Beberapa video
menggabungkan song performance dan dance performance. Video klip Michael Jackson sering mengandung unsur dance performance. Instrumental performance tidak begitu umum dipakai, tetapi sering kali terjadi.
2. Narrative Clip
If a music video clip is most appropriately understood as a short silent movie to a musical background, it is a narrative clip. A narrative clip contains a visual story that is easy to follow. A pure narrative clip contains no lip-synchronized singing.
Terjemahan:
Jika video klip lebih mengarah seperti film pendek dengan latar belakang musik maka bisa disebut sebagai Narrative Clip. Narrative Clip mengandung sebuah cerita yang gampang dicerna. Narrative Clip murni tidak mengandung unsur sinkronasi gerak bibir.
3. Art Clip
If a music video clip contains no perceptable visual narrative and contains no lip-synchronized singing then it is a pure art clip. The main difference between a music video art clip and a contemporary artistic video is the music. While the music video uses popular music the artistic video uses more modern, experimental music, such as electro-acoustic music.
Terjemahan:
tempo lagu.
2. Bahasa Musikalisasi (instrument musik)
Bahasa musikalisasi adalah bahasa visual pada video klip yang ada kaitannya dengan nilai musikalisasi seperti jenis musik, alat musik, atau profil band. 3. Bahasa Nada
Bahasa nada adalah bahasa visual pada video klip yang disesuaikan dengan aransemen nada yang ada.
4. Bahasa Lirik
Bahasa lirik adalah bahasa visual pada video klip yang ada kaitannya dengan lirik lagu. Jika ada lirik yang mengungkapkan kata ‘cinta’ maka sebagai simbolisasi tidak harus dengan bunga, warna pink, atau hati. Bisa saja berupa kertas (surat), sepatu butut (cinta tanpa mengenal status sosial), air (cinta yang mengalir) bahkan bisa dengan tarian kontemporer. Hal ini dipertegas oleh (Carlsson, 1999):
images where the visual story is missing, the story is carried by the music and lyrics and not by an independent visual story.
Terjemahan:
Dalam kebanyakan video klip pengartian lirik divisualisasikan dengan bahasa metaforis, sering kali bersamaan dengan twist. Ketika pencitraan dipresentasikan dengan baik, dapat membuka sebuah dimensi baru yang membuat sebuah pengalaman yang puitis. Semakin jauh hubungan antara lirik dan gambar, semakin sulit bagi penonton untuk mengerti dan menafsirkan konteks. Kebalikan dari perpaduan metaforis ini adalah ketika penggambaran lirik divisualisasikan dengan simpel. Semisal jika anjing disebutkan dalam lirik, kita melihat anjing pada visualnya, jika anak kecil disebutkan, kita melihat anak kecil.
5. Bahasa Performance (penampilan)
Bahasa Performance adalah bahasa visual pada video klip yang berkaitan dengan karakter pemusik, penyanyi, pemain band baik dari latar belakang bermusiknya, hingga ke profil fisiknya (hidung, mata, style, fashion dan gerak tubuh).
Rez dalam bukunya (Rez, 2008) dijelaskan tips membuat video klip yang dikutip dan telah diterjemahkan dari majalah Alternatif Press, No. 214,yaitu: 1. Melakukan Riset
Melakukan riset sebanyak mungkin dengan mencari referensi dari situs-situs seperti youtube, google atau mvdbase.com.
2. Ide dan konsep yang matang
Setelah mendapatkan referensi, sharing dengan sutradara untuk membuat ide dan konsep yang menarik. Selain itu, juga memperhatikan fasilitas peralatan dan teknologi yang dipakai.
3. Pilih lokasi yang tepat
Dalam situs (Sam, 2009) juga dipertegas teknis sederhana dalam pembuatan video klip yaitu :
1. Penentuan lokasi syuting a. Indoor
1) Indoor n place (Kafe, Rumah, Gedung)
Kebutuhan akan properti sedikit lebih simpel karena kebutuhan properti seperti meja, kursi, lemari, lampu hias, buku, dan sebagainya sudah tersedia. Penambahan properti cenderung untuk melengkapi kebutuhan storyboard.
2) Indoor Studio
Harus mampu menata, membuat bahkan membangun set design sesuai denga kebutuhan storyboard. Hal ini menjadikan kemampuan pengembangan estetika seni mendapat peranan besar, karena tugas seorang penata artistik haruslah menciptakan bukan memanfaatkan set yang sudah ada.
b. Outdoor
2. Storyboard
Dalam memproduksi video klip hal pertama yang harus dituangkan dari konsep adalah Storyboard, karena dari storyboard seorang sutradara video klip dapat mengungkapkan imajinasinya melalui gambar-gambar konsep visual yang bercerita. Dari storyboard lah seorang klipper akan lebih mudah berkonsentrasi dalam hal-hal yang bersifat teknis visual, penataan cahaya, penataan artistik, camera angle, ataupun performance sang artis.
Gambar 2.1 Contoh Storyboard (http://gr10tgj.wordpress.com/) 3. Peralatan syuting/produksi
Peralatan yang dibutuhkan sangat ditentukan oleh klip seperti apa yang akan dibuat, hanya saja pasti ada alat utama yang harus ada terutama:
5. Pengambilan gambar
Setiap gambar yang diambil tentunya berdasarkan storyboard yang telah dibuat. Shot-shot untuk video klip sebenarnya tidak ada aturan khusus secara teknis tetapi dalam instruksi dan istilah-istilah yang dipakai tetap menggunakan aturan secara umum. Misal: Close Up, Medium shot, Cut, Cue, Running, dan sebagainya. Hal ini tentunya adalah untuk memudahkan dalam
hal pelaksanaan teknis saat pra produksi, produksi dan penyuntingan.
6. Editing
2.4 Skenario
Dalam materi perkuliahan (Wibisono, 2011) dijelaskan pengertian skenario adalah alat pertama yang dipakai sebagai dasar untuk merencanakan segala macam produksi media audio visual, baik yang berformat talk show, rality show, game, quiz, news, liputan, dokumenter, hingga film cerita. Penjelasan ini
dipertegas dalam buku (Widagdo & Gora, 2007) dijelaskan bahwa dramatik sebuah cerita dipahami sebagai unsur karya film yang dapat membuat penonton selalu merasa ingin mengikuti cerita film tersebut hingga akhir. Ada beberapa unsur yang bisa memperkuat dramatic cerita sebuah film, yaitu :
1. Informasi cerita
Suara (dialog, sound effect, dan ilustrasi musik), tempat atau setting cerita, waktu (identifikasi waktu, flashback, lapse of time, periode sebuah masa, dan waktu yang biasa pada kehidupan sehari-hari), informasi masa datang.
2. Konflik
Bisa diartikan terjadinya action. 3. Suspence
Ketegangan yang dihasilkan oleh konflik dalam sebuah cerita akan membawa penonton ke dalam suasana dalam cerita tersebut.
4. Curiosity
dijelaskan beberapa tahap dalam mengolah sebuah ide cerita menjadi sebuah skenario sebagi blue print dalam pembuatan film. Langkah pembuatan skenario, yaitu:
1. Ide pokok tema
Ide pokok adalah sebuah jawaban mengenai pertanyaan yang mendasar pada sebuah film, yakni apa yang hendak dibicarakan dalam film tersebut. Ide pokok dituliskan sebuah kalimat pernyataan.
2. Basic story
Basic story menjadi pangkal dari struktur cerita. Meskipun ringkas, basic
story mengandung informasi-informasi mendasar tentang sebuah film: tempat
dan waktu peristiwa, tokoh utama dan tokoh penting lainnya yang mendukung, konflik yang menghidupkan suasana, gambaran ringkas perkembangan alur cerita, klimaks dan penyelesaian konflik.
3. Sinopsis
terjadi dan perkembangan alur ceritanya, sedangkan alinea terakhir mencakup klimaks dan penyelesaian konflik.
4. Treatment
Treatment yaitu sketsa dari sebuah skenario dan menjadi kerangka ceritanya.
Fungsi utama treatment adalah membuat sketsa penataan konstruksi dramatik. Jika treatmen sudah tepat, maka perlu diperhatikan untuk tidak sekali-kali keluar dari alur treatment tersebut ketika menulisnya menjadi skenario. 5. Skenario
Jika sinopsis adalah penuturan cerita secara literatur, maka skenario adalah peraturan secara filmis, dengan penataan secara khusus skenario adalah draft akhir sebuah jalinan cerita yang siap divisualisasikan menjadi sebuah karya film.
2.5 Kamera
Seperangkat kamera sebagai alat untuk merekam gambar dari setiap adegan adalah piranti utama dalam produksi film (Widagdo & Gora, 2007).
2.5.1 Pengambil Gambar (Shot)
Sutisno dalam bukunya (Sutisno, 1993) dan situs milik Media College (Media College, 2008) dijelaskan berbagai contoh teknik pengambilan gambar atau shot, yaitu:
1. Long Shot
Gambar 2.2 Contoh Long Shot (www.mediacollege.com)
2. Medium Long Shot
Disebut juga Knee Shot. Bila objeknya orang makan yang tampak hanya dari kepala sampai lutut. Bagian-bagian latar belakang terlihat rinci.
Gambar 2.3 Contoh Medium Long Shot (www.mediacollege.com)
3. Medium Shot
Gambar 2.4 Contoh Medium Shot (www.mediacollege.com)
4. Medium Close up
Sering disebut Chest/Bust Shot. Untuk objek orang tampak kepala sampai dada atas, bila benda tampak seluruh bagiannya.
Gambar 2.5 Contoh Medium Close Up (www.mediacollege.com) 5. Close up
Gambar 2.6 Contoh Close Up (www.mediacollege.com) 6. Big Close up
Atau sering disebu Very Close Shot. Bila objeknya orang hanya tampak bagian tertentu, seperti mata dengan bagian-bagian yang terlihat jelas.
Gambar 2.7 Contoh Big Close Up (www.mediacollege.com)
7. Group Shot
Pengambilan gambar untuk sekelompok orang.
8. Two Shot
Bila objeknya orang, pengambilan difokuskan kepada dua orang.
Gambar 2.9 Contoh Two Shot (www.mediacollege.com) 9. Cut In
Memperlihatkan beberapa bagian dari subjek dengan detail.
Gambar 2.10 Contoh Cut In (www.mediacollege.com) 10. Over Shoulder Shot
Gambar 2.11 Contoh Over Shoulder Shot (www.mediacollege.com) Terdapat sebuah shot yang merupakan sebuah shot turunan yang berasal dari ilmu fotografi. Dengan memainkan Depth of Field (DOF) akan menghasilkan sebuah shot yang dramatis. Hal ini oleh diperjelas pada situs (Desyuntiadi, 2009) diuraikan secara harafiah Depth of Field (DOF) berarti kedalaman ruang. Di dunia fotografi, DOF secara teknis berarti rentang atau variasi jarak antara kamera dengan subjek foto untuk menghasilkan variasi ketajaman (fokus) gambar yang masih dapat diterima (tidak blur). Dengan kata lain, DOF digunakan untuk menunjukkan ruangan tertentu di dalam foto yang mendapatkan perhatian khusus oleh mata karena adanya perbedaan ketajaman (fokus).
2.5.2 Pergerakan Kamera
1. Pan
Pan adalah sebuah shot yang diambil dengan menolehkan kamera dalam sebuah garis horizontal dari arah kiri ke kanan atau sebaliknya. Gerakan kamera ini biasanya digunakan untuk merekam sebuah panorama yang luas yang tak tercakup hanya dengan pengambilan gambar dari satu sudut saja. Pan shot bergerak berputar pada porosnya secara horizontal ke kiri atau ke
kanan. Pan shot dapat dicontohkan dengan menolehkan kepala kita ke kiri atau ke kanan.
Gambar 2.12 Contoh Pan (http://booki.flossmanuals.net) 2. Tilt
Gambar 2.13 Contoh Tilt (http://booki.flossmanuals.net)
3. Zoom
Zoom adalah gerakan kamera yang memungkinkan menangkap lebih dekat
subjek yang jauh. Bisa dari long shot ke medium shot, atau bahkan ke close-up shot. Dijelaskan pula bahwa Zoom dapat menampilkan gambar secara
penuh atau full shot hingga close up tanpa menggerakkan kamera. Berbeda dengan shot yang menggunakan dolly, zoom diatur melalui focal length pada kamera.
2.6Editing
Pengertian editing dijelaskan pada materi perkuliahan (Wibisono, 2011) yaitu Editing adalah sebuah proses merakit/menyunting atau menyusun gambar secara utuh dan berkesinambungan. Hal ini dipertegas oleh Dominikus Juju pada bukunya (Juju, 2006) dan Dan Ablan (Ablan, 2003) diuraikan bahwa editing adalah proses merangkai atau merekontruksi kembali scene (adegan) yang terpisah menjadi satu kesatuan sehingga enak untuk ditonton. Jenis editing sendiri ada 2 macam, yaitu:
1. Linear Editing
Jenis penyuntingan Linear Editing dengan memotong-motong bahan video (klip) dan menyusunnya kembali dalam sebuah meja edit yang terdiri atas pemutar (player) video dan perekam VCR (Video Cassete Recorder). Sedangkan menurut Lienar Editing adalah Proses editing yang dilakukan langsung melalui video tape.
2. Nonlinear Editing
maupun pergerakan. 2. Relational Editing
Editing jenis ini dilakukan intercutting, meskipun shot yang digunakan tidak mempunyai hubungan secara langsung, namun apabila hasilnya telah disatukan, baru nampak hubungan satu dengan lainnya.
3. Dynamic Editing
Penyambungan gambar yang terkesan rumit namun dapat menciptakan suasana dramatik yang mengarahkan, memberikan tekanan dan sebaliknya. Idenya mungkin tidak terdapat pada komponen shot, tetapi dapat memberikan dampak yang bisa ditafsirkan adanya suatu hubungan.
Beberapa macam jenis transisi yang dilakukan pada proses editing (Wahana Komputer, 2010 & 2008), meliputi:
1. Cut
Teknik transisi antar video klip ini adalah transisi yang paling sederhana, perpindahan dari satu video klip satu ke video klip lainnya.
2. Fade
3. Dissolve
Efek video transisi dissolve menampilkan perubahan yang halus dengan ukuran layar yang sama antar klip.
Sejarah editing dimulai pada tanggal 28 desember 1895 dengan ditandai oleh untuk pertama kalinya orang menonton film petunjukan di sebuah ruang yang diproyeksikan ke sebuah layar. Lumiere bersaudara menyewa sebuah ruangan bilyar tua di bawah tanah di Boulevard des Capucines, Paris yang kemudian dikenal sebagai ruangan bioskop pertama di dunia, yang kemudian tempat itu dikenal dengan nama Grand Café. Mulai saat itu menonton film menjadi sebuah pengalaman yang baru untuk semua orang (Abhirama, Hendra, Matindas, & Sutrisno, 2008).
Dalam situs (Abhirama, Hendra, Matindas, & Sutrisno, 2008) juga dijelaskan bahwa pada proses editing gambar tidak cukup hanya digabung-gabungkan begitu saja. Banyak sekali variabel yang harus diketahui dalam proses editing, misalnya : camera angle, cameraworks, jenis shoot, motivasi, informasi, komposisi, sound, dan continuity.
1. Motivasi
suatu maksud atau menginformasikan sesuatu. 3. Komposisi
Salah satu aspek penting bagi editor adalah pemahaman tentang komposisi gambar yang bagus. Bagus di sini artinya memenuhi standar yang sudah disepakati atau sesuai dengan Cameraworks.
4. Continuity
Continuity adalah suatu keadaan dimana terdapat kesinambungan antara
gambar satu dengan gambar sebelumnya. Sedangkan fungsi dari continuity adalah untuk menghindari adanya jumping (adegan yang terasa meloncat), baik itu pada gambar atau audio.
5. Tittling
Semua huruf yang diperlukan untuk menambah informasi gambar. Misalnya: judul utama, nama pemeran, dan tim kreatif.
6. Sound
Sound dalam editing dibagi menurut fungsinya, sebagai berikut:
a. Original Sound
b. Atmosfer
Semua suara latar/background yang ada di sekitar subjek/objek. c. Sound Effect
Semua suara yang dihasilkan/ditambahkan ketika saat editing, bisa dari original sound maupun atmosfer.
d. Music Illustration
Semua jenis bunyi-bunyian/nada, baik itu secara akustik maupun electric yang dihasilkan untuk memberi ilustrasi/kesan kepada emosi/mood penonton.
2.7 Format Video
Dalam buku (Jubilee Entreprise, 2010) dijelaskan beberapa format video. Masing-masing format memiliki perbedaan dari segi aplikasi pemutar, ukuran file, serta kualitas gambar. Beberapa contoh format video, yaitu:
1. AVI (Audio Video Interleave)
Format ini termasuk format video yang tidak dikompresi. AVI adalah format standar file video untuk Microsoft Windows yang juga merupakan format video tertua karena diperkenalkan sejak Windows 3.1. Video yang menggunakan format ini akan menghasilkan ukuran file yang sangat besar karena resolusi yang dipakai sesuai dengan resolusi asli dari sumber videonya, yaitu kaset video.
2. MPEG (Moving Picture Experts Group)
yang berprioritas pada aliran video dengan bandwith yang rendah. Selain dipakai pada ponsel, format ini juga sering kita temukan dalam internet, TV, dan online video.
4. MOV
Termasuk dalam format video terkompresi. MOV dibuat oleh Apple
Computer dan dijalankan pada platform Macintosh tetapi sekarang dapat
dijalankan pada Windows dengan menginstal codec Quicktime. MOV termasuk video yang ditujukan untuk online video, website yang berbasis multimedia, dan CD-ROM.
5. 3GP
Format ini biasanya dihasilkan dari ponsel yang memiliki fitur perekam video. Sementara itu, kamera digital tidak mendukung format ini dalam fitur videonya.
2.8 Special Effect
awam. Efek spesial tidak hanya berwujud gambar, tetapi memiliki pengertian luas. Jadi kalau kita sering melihat pertunjukan musik dengan segala macam sinar laser, kembang api, hal tersebut dapat pula dikategorikan sebagai efek spesial.
1. Twixtor
Efek twixtor dapat menghasilkan efek slow motion. Penggunaan slow motion adalah untuk membuat kesan dramatis dan mendebarkan (Brata, 2007). Dalam situs (RE:Vision Effects, Inc, 2011) dijelaskan bahwa
Twixtor raises the bar in motion estimation. Twixtor is much more accurate, tracks objects farther, and exhibits fewer artifacts when there are objects crossing in the scene. Twixtor enables you to speed up, slow down or frame rate convert your image sequences with visually stunning results.
Terjemahan:
efek Twixtor dapat meningkatkan batas estimasi pergerakan pada software video editing. Twixtor jauh lebih akurat, trek objek jauh, dan lebih sedikit memiliki kerusakan jika terdapat objek yang melewati scene. Twixtor memungkinkan kita untuk mempercepat, memperlambat atau mengkonversi urutan gambar dengan hasil visual yang menakjubkan.
Gambar 2.15 Contoh Twixtor 2. Amiga Rulez
Amiga rulez creates a streakylook from your image by stretching out pixels
Gambar 2.16 Contoh Amiga Rulez 3. Twicth
Twitch is a Plug-in for After Effects that synchronizes random operators to
create stylistic video effects for motion graphics and visual effects.
Terjemahan:
Twicth adalah efek plugin dari software video editing yang dapat
The Plugin allows you to do light flash, scale, jerk, blur, slide and blur your
footage. Twitch allows you to combine those effects
Terjemahan:
Plugin ini memungkinkan kita untuk membuat efek light flash, scale, jerk, blur, slide dan blur. Twitch memungkinkan kita untuk menggabungkan semua
efek diatas (Meyer, 2007).
Gambar 2.17 Contoh Twitch (www.videocopilot.net) 4. Optical Flares
Optical Flares is a plug-in for designing and animating realistic lens flares in
After Effects.
Terjemahan:
Optical Flares adalah plugin yang ditujukan untuk mendesain dan
Gambar 2.18 Contoh Optical Flares (www.videocopilot.net) 5. Film Burn
Film Burn adalah sebuah efek yang dapat menghasilkan efek overexposure
pada video yang kita miliki (Maschwitz, 2009).
Gambar 2.19 Contoh Film Burn (www.videocopilot.net) 6. Hue
Gambar 2.20 Contoh Hue 7. Level
Efek Level mengatur ulang kisaran tingkat warna menjadi kisaran warna baru, dengan nilai distribusi ditentukan oleh nilai gamma (Adobe, 2007).
Gambar 2.21 Contoh Level
2.9 Desain Grafis
1. Titik
Titik merupakan elemen terkecil dibandingkan dengan elemen-elemen lainnya. Titik dapat melahirkan suatu wujud yang tidak bisa dilahirkan elemen-elemen lainnya.
Gambar 2.22 Contoh Titik (Nurhadiat, 2004) 2. Garis
Gambar 2.23 Contoh Garis (Nurhadiat, 2004) 3. Warna
Wulansari pada buku (Wulansari, 2007) dijelaskan warna memiliki kemampuan untuk menimbulkan suatu jenis emosi atau perasaan bagi yang melihat atau menggunakannya. Variasi emosi yang tercipta dari warna tergantung pada intensitas warna tersebut. Berikut adalah variasi emosi yang muncul dari warna:
a. Pink atau Merah muda
Variasi emosi yang muncul adalah riang, tenang, cenderung menyenangkan, feminum dan beraura positif.
b. Merah
Variasi emosi yang muncul adalah berani, bersemangat, bergairah, intim dan akrab
c. Oranye atau Jingga
Variasi emosi yang muncul adalah meningkatkan kreativitas, menghangatkan dan menimbulkan rasa nyaman.
d. Kuning
Gambar 2.24 Contoh Warna (Nurhadiat, 2004)
Warna juga bisa memantulkan cahaya, hal ini dipertegas oleh Ismaya dalam bukunya (Ismaya, 2007) bahwa warna putih merupakan warna yang bisa memantulkan cahaya dengan sempurna dibandingkan dengan warna lainnya.
4. Ruang
5. Bidang
Bidang adalah permukaan yang dapat berupa datar, persegi atau sebagai pembatas dan lain-lain.
6. Tekstur
Kasar, halus, bening, kusam merupakan sifat permukaan dari suatu benda yang dapat melahirkan kesan berbobor, ringan dan lain-lain. Dalam buku (Wulansari, 2007) dijelaskan bahwa tekstur juga disebut sebagai unsur rasa dalam ruang, karena memberikan variasi sentuhan dan sensasi pada kulit manusia.
2.10 Lighting/Lampu
Cahaya adalah sebuah bentangan radiasi elektromagnetik yang memberikan stimuli pada optik reseptor yang terdapat pada mata dan oleh karenanya bisa mendefinisikan warna dan bentuk yang terdapat di sekitar kita. Cahaya memiliki 3 atribut, yaitu: warna, kualitas dan intensitas. Seorang pengarah cahaya harus memahami 3 hal tersebut, untuk dapat mengolahnya menjadi unsur artistik (Gloman & Letourneau, 2005).
Dalam buku (Adimodel, 2009) dijelaskan beberapa peletakkan atau pemosisian titik-titik lampu yang sering digunakan pada pemotretan.
1. Main Light
Back light adalah cahaya yang digunakan untuk menerangi model dari arah
belakang. Back light menyebabkan pinggiran atau sisi-sisi dari sang model menjadi berpendar dan membantu memisahkan antara model dengan latar belakangnya. Back light yang intensitasnya lebih besar dari main light akan menghasilkan siluet. Back light kadang disebut juga dengan istilah rim light. 4. Hair Light
Cahaya yang digunakan untuk menerangi rambut model. Hair light dapat dihasilkan dengan menembakkan lampu dari belakang atau dari atas model, yang arahnya langsung mengenai bagian rambut.
5. Background Light
Gambar 2.25 Contoh Light (http://www.shortcourses.com)
Proyekter CRT berupa perangkat proyektor besar yang terdiri dari tiga lensa. Tiga lensa ini digabungkan dengan lensa pembesar cahaya yang bisa memproyeksikan image berwarna ke sebuah layar besar yang terdapat dalam sebuah ruangan yabg gelap.
Gambar 2.27 Contoh Proyektor CRT (http://fasceehuy.blogspot.com)
2. LCD (Liquid Crystal Display)
Gambar 2.28 Contoh Proyektor LCD (http://fasceehuy.blogspot.com)
3. DLP (Digital Light Processing)
Proyektor DLP biasanya memiliki satu chip dengan lensa-lensa kecil yang bisa diputar. Cahaya dipancarkan melalui chip dan direfleksikan melalui sebuah roda lantas ditampilkan pada layar. Proyektor DLP lebih kecil, ringan, murah dan lebih terang jika dibandingkan dengan LCD dan CRT.
antara Swedish Pop dan Folk. Grup band musik ini beranggotakan 6 orang yaitu : Nama : Era
Posisi : Vokalis
Gambar 2.30 Foto Personil 1
Nama : Haris Hermawan Posisi : Gitar 1
Gambar 2.31 Foto Personil 2
Nama : Andre Posisi : Gitar 2
Nama : Eri Rukmana Posisi : Kibordis
Gambar 2.33 Foto Personil 4
Nama : Denis Kurniawan Posisi : Bassis
Gambar 2.34 Foto Personil 5
Nama : Giovanni Dananjaya Posisi : Drummer
Gambar 2.35 Foto Personil 6
karangan vokalis Porn Ikebana yang diibaratkan seorang anak kecil perempuan yang menceritakan berbagai kisah yang dituangkan menjadi sebuah lagu.
Gambar 3.36 Cover depan album
Gambar 3.38 CD album
Lagu a Date With Mr. Bigfoot merupakan salah satu lagu andalan Porn Ikebana dalam mini album mereka yang akan segera dipublikasikan. Dengan lagu
ini Porn Ikebana pernah mendapatkan penghargaan sebagai grup band musik
termanis pada sebuah radio swasta di Surabaya. Lagu ini menceritakan tentang sebuah kencan Mascha dengan seseorang yang diibaratkan oleh sang vokalis merupakan sesosok Bigfoot. Mascha adalah karakter imajinatif karangan vokalis yang diibaratkan sedang menceritakan kisahnya melalui sebuah lagu.
Porn Ikebana pernah bermain pada beberapa event :
1. One Night Stand, Despro ITS 09, 9 juni 2010.
2. Prambors Tuesday Outloud, Bigbox cafe Surabaya, 15 June 2010.
3. Coup De Neuf, CCCL Surabaya, 10 Juli 2010.
4. Accoustic Perform, Coffe Corner Surabaya, 25 Juli 2010.
5. Charity in Ramadhan, Garage Sale Surabaya, 28 Agustus 2010.
6. Hello Fellows Halloween Party, Hello Studio Surabaya, 31 Oktober 2010.
Surabaya, 17 Februari 2011
11. COMMUNALISTIC, Balai Pemuda Surabaya, 23 April 2011. 12. Prambors Tuesday Outloud, Bigbox cafe Surabaya, 26 April 2011.
13. Urban Clothing Expo, DBL Area Surabaya, 14 Mei 2011.
14. 2 Gunung itu Hanyalah Kotak, Balai Pemuda, 22 Mei 2011. 15. Festival Komputer Indonesia, Grand City Surbaya, 3 Juni 2011.
16. Vampire Weekend, Rockmen Surabaya, 11 Juni 2011.
17. Launching Album Lovely Tea, Cafe & Resto Pucang Surabaya, 24 Juni 2011. 18. Libels Celebration Party 2011, Lap. SMA 15 Surabaya, 23 Juli 2011.
19. Live Streaming, ErrorFM London UK, 6 Agustus 2011.
20. Live Streaming, radio23.org London UK, 8 Agustus 2011.
21. Microwave – Highschool Announcing Competition, Surabaya Town Square, 9
Pada Bab III ini menjelaskan metode yang digunakan dalam pengambilan gambar. Pengolahan data dan proses perancangan dalam pembuatan video klip disertakan juga dalam Bab III..
3.1 Metodologi
Bidang kajian multimedia, boleh dikatakan sebagai disiplin ilmu yang baru, jika dibanding dengan ilmu-ilmu seni lainnya. Oleh karena itu metode yang digunakan dalam proses pembuatan Tugas Akhir ini, menggunakan gabungan dari metode-metode yang sudah ada pada ilmu lain. Metode pencarian dilakukan melalui kepustakaan, existing dan wawancara.
3.3.1 Kepustakaan
Beberapa sumber/buku yang digunakan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini diantaranya:
a. Audiovisual poetry or Commercial Salad of Images? Perspective on Music
Video Analysis oleh Sven E Carlsson yang menjelaskan jenis-jenis video klip.
b. Music Records Indie Label oleh Idhar Rez mengutarakan tips membuat video
klip yang baik dan maksimal.
c. Bikin Film Indie Itu Mudah oleh M. Bayu Widagdo dan Winastwan Gora. S yang berisi tentang teknik-teknik dasar dalam membuat film indie.
Untuk memperdalam ide dan konsep diwujudkan dalam bentuk karya di Tugas Akhir ini, telah dilakukan kajian terhadap beberapa karya video klip, diantaranya:
a. Video klip Young Blood “The Naked and Famous”
Video klip yang berdurasi kurang lebih 3 menit ini merupakan hasil padu antara narrative clip dan art clip yang dikemas dengan baik. Unsur narrative
clip terletak pada banyaknya adegan yang memperlihatkan aktifitas anak
Gambar 3.1 Cuplikan video Young Blood
Tabel 3.1 Analisis video klip The Naked and Famous “Young Blood”
Kekurangan Kelebihan
• Berdasarkan teori pada bab II tentang pengertian video klip bahwa video klip merupakan sarana promosi bagi produsen musik. Banyaknya model yang digunakan untuk sebuah grup band baru menyulitkan untuk membedakan antara model dan personil band.
• Pemilihan adegan sesuai dengan tempo dan suasana lagu.
• Biaya yang dikeluarkan cenderung sedikit karena minim penggunaan properti.
b. Video Clip ”Oh My God” (Cults)
Video klip yang menggunakan gaya Performance clip dengan durasi kurang lebih 3 menit ini diambil seluruhnya dengan set lokasi indoor. Tidak ada hubungan antara lirik dan klip membuat video klip ini termasuk sebagai Performance clip murni. Set lampu menggunakan 3 buah lampu, 2 buah
Yaitu memanfaatkan properti yang digunakan, seperti contoh baju yang dikenakan vokalis yang terbuat dari susunan balon akan semakin membesar dan ramai sesuai dengan durasi lagu. Begitu pula bulu yang dijadikan sebagai properti penghias set lokasi semakin banyak berjatuhan seiring berakhirnya lagu. Video klip ini menggunakan beberapa spesial efek seperti efek film burn dan penggunaan objek komputer 3d pada akhir klip.
Tabel 3.2 Analisis Video Clip ”Oh My God”
Kekurangan Kelebihan
• Kurang cermat dalam memilih adegan karena pada menit ke 1 detik 27 vokalis menjatuhkan properti yang digunakan dikepalanya.
• Penggunaan properti berupa balon sebagai kostum vokalis masih jarang digunakan.
• Berdasarkan teori pada bab II tentang Lighting, video klip ini dapat menggunakan Rim Light dan Hair Light yang membuat set lokasi indoor dengan minim properti menjadi lebih enak dilihat.
Dari analisis kedua karya video klip di atas (Video Klip “Young Blood” dan Video Clip ”Oh My God”) dapat disimpulkan bahwa untuk menghasilkan sebuah video klip diperlukan ide dan konsep yang matang. Tidak diharuskan terpaut dengan sebuah jenis video klip melainkan dapat menggabungkannya dan menghasilkan sebuah jenis video klip yang berbeda dari lainnya.
Pemilihan jenis video klip harus konsisten dengan jenis yang dipilih agar tidak terjadi miskomunikasi dan konsep yang ingin dibawa menjadi kacau dan properti juga memiliki peran penting agar tidak bertabrakan dengan konsep yang ingin ditampilkan.
3.1.3 Wawancara
Metode wawancara ini dilakukan langsung untuk mendapatkan informasi-informasi lebih dalam mengenai lagu a Date With Mr.Bigfoot dan musisi Por Ikebana itu sendiri. Berikut ini beberapa kesimpulan dari hasil wawancara:
a. Porn Ikebana merupakan musisi yang mengusung jenis musik campuran
pedalaman yang bersasal dari berbagai negara dan pakaian-pakaian yang cenderung old fashion. Lagu-lagu yang diciptakan mengandung unsur fantasi dan imajinasi serta penggunaan lirik yang puitis.
c. Mascha adalah karakter imajinatif ciptaan vokalis Porn Ikebana yang
kemunculannya dapat ditemui dalam tiap lagu yang mereka ciptakan.
d. Lagu a Date With Mr. Bigfoot merupakan salah satu lagu andalan Porn Ikebana dalam mini album mereka yang akan segera dipublikasikan. Dengan
lagu ini Porn Ikebana pernah mendapatkan penghargaan sebagai grup band musik termanis pada sebuah radio swasta di Surabaya. Lagu ini menceritakan tentang sebuah kencan Mascha dengan seseorang yang diibaratkan oleh sang vokalis merupakan sesosok Bigfoot.
3.2 Pra Produksi
3.2.1 Ide dan Konsep Cerita
Buku elektronik Sven E Carlsson yang berjudul Audiovisual poetry or
Commercial Salad of Images? Perspective on Music Video Analysis merupakan
Dengan menggali referensi video klip grup band musik luar negeri sebanyak-banyaknya yang sesuai dengan tema yang akan dibuat. Tercetuslah ide untuk menggabungkan dua jenis video klip yaitu Performance Clip dan Art Clip sebagai video klip dari musisi Porn Ikebana yang baru saja mengeluarkan album pada bulan Mei tahun 2011 ini.
Wawancara dilakukan untuk mendalami konsep dari Porn Ikebana itu sendiri. Kostum yang dipakai disesuaikan dengan hasil wawancara yaitu menggunakan pakaian yang old fashion dan beberapa aksesoris suku pedalaman seperti indian dan mongolia. Sedangkan untuk pakaian yang dikenakan sang vokalis merupakan hasil desain sang vokalis itu sendiri. Kemudian pemilihan model digunakan seorang anak kecil perempuan yang diibaratkan adalah Mascha. Pemilihan kostum untuk model juga mengikuti konsep band yaitu menggunakan aksesoris suku pedalaman dan pakaian yang mirip dengan sang vokalis.
Didapat pilihan tone warna untuk keseluruhan video klip ini adalah biru menuju jingga dan kuning. Berdasarkan penjelasan pada bab II tentang warna bawa emosi yang muncul dari warna biru adalah damai yang disesuaikan dengan beat pada bagian reff yang cenderung santai. Sedangkan warna jingga dan kuning
memunculkan emosi yang hangat, nyaman, cerah dan ceria untuk menyesuaikan adegan Performance Clip dan Art Clip penggunaan set lokasinya dominan outdoor di pagi dan sore hari.
Sebagaimana dijelaskan pada Bab II tentang jenis-jenis dan pengertian dari performance clip, maka pada adegan yang akan menggunakan gaya performance
clip ini digunakan efek cut pada awal dan pertengahan lagu yang disesuaikan dengan beat lagu. Berdasarkan pada bab II tentang unsur video klip, penyesuaian beat lagu ini merupakan salah satu unsur video klip yaitu bahasa ritm. Hal ini akan menimbulkan efek ilusi mata yang membuat seakan-akan personil band musik berpindah tempat sesuai dengan beat lagu. Tetapi terdapat beberapa adegan yang justru menyisakan frame tersendiri untuk seorang personil. Sehingga terjadi 2 bahasa visual yaitu bahasa ritme dan bahasa musikalisasi. Perubahan tempo dan beat terjadi pada saat lagu memasuki reff. Berdasarkan teori pada bab II tentang Special Effect maka dipilihlah efek slow motion untuk mendramatisir adegan.
Untuk menghasilkan efek slow motion digunakan efek twixtor dengan menggunakan software video editing yang dapat mengkonversi 50 fps (frame per second) sebuah video menjadi 1000 fps. Pada bagian reff lagu dipilih set lokasi
indoor dengan properti yang minim ditujukan untuk memfokuskan pandangan
penonton kepada grup band musiknya saja. Disamping itu pemanfaatan lokasi indoor juga disiapkan untuk menjembatani adegan pada akhir lagu. Di akhir lagu
kepada personil band menggunakan 2 buah latar belakang berwarna putih dan hitam. Untuk adegan berlatar belakang putih, personil band menggunakan kostum berwarna putih karena berdasarkan bab II tentang teori warna yaitu warna putih dapat memantulkan cahaya sehingga gambar pada personil band terlihat jelas. Untuk adegan vokalis penggunaan proyektor dibalik sehingga menghasilkan sebuah siluet guna memperjelas sinkronasi bibir antara lagu dengan gerak bibir sang vokalis. Pada saat penggunaan latar belakang hitam dipilih kostum yang sesuai dengan konsep band yang bertujuan untuk menonjolkan personilnya. Berdasarkan bab II tentang skenario bahwa penggunaan proyektor ini disamping masih jarang digunakan pada video klip lainnya juga ditujukan sebagai surprise untuk mendramatisir adegan. Sesaat sebelum ending beat berubah menjadi menghentak dan seketika berhenti. Berdasarkkan bab II tentang unsur pada video kliop, untuk memvisualisasikannya digunakan efek Amiga Rulez untuk menciptakan efek perpindahan adegan yang cepat dan ramai seiring menghentaknya beat lagu sesuai dengan bahasa ritme dan ketika lagu berhenti adegan yang diambil adalah set lokasi indoor tetapi tanpa kehadiran performa band untuk menyimbolkan lagu telah selesai.
b. Art Clip
beat lagu dan berhenti sesaat. Untuk memvisualkannya dipilih sebuah adegan
Mascha sedang menutup mata secara perlahan dipinggir danau. Latar danau
dipilih untuk menjembatani penggalan lirik “lake” dan adegan menutup mata secara perlahan mengibaratkan tempo menurun menuju nol. Pemilihan adegan tersebut juga termasuk salah satu bahasa ritme dan bahasa lirik.
3.2.2 Sinopsis
Pada intro klip akan menampilkan sebuah performa dari grup band musik
Porn Ikebana menggunakan efek cut sehingga membuat sebuah efek ilusi mata.
3.2.3 Treatment
a. Ext - Pagi hari - Daerah pepohonan - Band
Menampilkan band sedang bermain sesuai dengan ketukan lagu. b. Ext - Sore hari - Daerah rerumputan - Model
Terlihat Mascha sedang duduk sendiri di atas tikar di sebuah pada rumput yang luas. Terlihat kotak makan dan beberapa mainan di atas tikar tersebut. c. Ext - Pagi hari - Daerah pepohonan - Band
Memperlihatkan band sedang bermain sesuai dengan ketukan lagu. d. Ext - Sore hari - Daerah rerumputan - Model
Mascha sedang berjalan-jalan diatas semak dan rerumputan. e. Ext - Sore hari - Daerah rerumputan - Model
Mascha meniup benda-benda kecil ke arah kamera seiring dengan transisi masuknya reff lagu.
f. Int - Malam hari – Studio - Band
Memperlihatkan performa satu persatu personil band menggunakan efek twixtor sehingga menghasilkan efek slow motion yang halus.
g. Int – Malam hari – Studio - Band
Menampilkan performa seluruh personil band dengan alat musik mereka. h. Ext - Pagi hari - Daerah pepohonan - Band
Memperlihatkan performa band di sebuah pepohonan yang rindang. i. Ext - Pagi hari - Daerah pepohonan - Band
Menampilkan performa band menggunakan efek cut sesuai dengan ketukan lagu.
l. Ext - Sore hari - Daerah rerumputan - Model
Mascha sedang memainkan tambourine dipinggir danau. untuk menjembatani menuju adegan slow motion, kecepatan frame Mascha ketika sedang bermain dilambatkan menggunakan efek twixtor.
m. Int - Malam hari - Studio - Band
Memperlihatkan performa satu persatu personil band menggunakan efek twixtor sehingga menghasilkan efek slow motion yang halus.
n. Int - Malam hari - Studio - Band
Menampilkan performa seluruh personil band dengan alat musik mereka. o. Ext - Pagi dan Sore hari - Daerah pepohonan dan rerumputan - Band dan
model
Memperlihatkan performa band dan Mascha dengan durasi adegan yang cepat karena mengikuti ketukan lagu yang berubah menjadi cepat.
p. Int - Malam hari - Studio - Band
Menampilkan performa band satu persatu dengan menambahkan visual menggunakan proyektor.
q. Int - Malam hari - Studio - Band
r. Int - Malam hari - Studio - Band
Ketukan menjadi cepat, digunakan efek Amiga Rulez untuk membuat efek perpindahan frame menjadi cepat dan banyak dengan transisi cut sesuai dengan ketukan lagu.
s. Int - Malam hari - Studio - Band
Memperlihatkan alat-alat musik band seiring habisnya lagu.
3.2.4 Lirik lagu
Lirik lagu a Date With Mr.Bigfoot There’ll always be a carnival in the end of July You used to take me there and ride on carousel to see the city lights
And you…you can…buy me…buy me…buy me a tambourine And there you…you can sing me…sing me…sing me a melody So you…you can twitchy….twitchy....twitchy....twitchy kiss me
We’ll watch the crazy bikes while sipping on licorices and sacredly holding hands
And then, I’ll ask to you what else we’re going to do and where else we can go.. And you…you can…buy me…buy me…buy me a tambourine
And there you…you can sing me…sing me…sing me a melody So you…you can twitchy….twitchy....twitchy....twitchy kiss me You’ll say, “what if we go swim naked, naked down to the lake?” After the show’s over
Under the moonlight, silvery lights are kissing our eyes Over and over..
And you…you can…buy me…buy me…buy.. And there you…you can sing me…sing me…sing..
A jejune fantasy….the hypnotic fascination of the epiphany..
3.2.7 Peralatan dan Software
Dalam tahap pra produksi video clip ini digunakan beberapa peralatan dan software di antaranya :
a. DSLR dengan kemampuan record video
b. Tripod
c. Lighting (main dan fill)
d. Kain hitam berukuran 50x30m e. Kertas putih berukuran 5x5m f. Proyektor DLP
g. Software Video Editing
h. Software Photo Editing
3.3 Produksi
3.3.1 Performance Clip
1. Environments dan Properties
Dalam tahap ini yang akan dilakukan adalah meninjau set lokasi outdoor untuk suasana alam yang luas yaitu pepohonan sekitar Tretes sehingga dapat mengerti lokasi menyesuaikan dengan story board.
Gambar 3.6 Survey lokasi outdoor
Gambar 3.7 Survey lokasi indoor 1
serta mempersiapkan kendaraan beserta kru untuk membawa seluruh set alat musik dan properti yang akan digunakan.
2. Mengambil gambar
Pada tahap ini mengarahkan seorang cameraman untuk mengambil adegan performa band untuk set outdoor dan indoor sesuai dengan storyboard yang telah dibuat.
3. Penyuntingan
Dalam tahap ini memindahkan file video yang berada di kamera menggunakan kabel USB ke dalam komputer dan menyunting adegan demi adegan yang telah diambil menggunakan software video editing. Untuk finishing dilakukan proses render menjadi file .MOV.
4. Peralatan dan Software
a. DSLR dengan kemampuan record video b. Lensa EFS 18 – 135mm
c. Tripod
d. Lighting
e. Proyektor f. Reflektor
3.3.2 Art Clip
1. Environments dan Properties
Dalam tahap ini meninjau set lokasi yang akan digunakan yaitu Bosem Wonorejo.
Gambar 3.8 Survey lokasi outdoor 2
3. Penyuntingan
Dalam tahap ini akan dilakukan memindahkan file video yang berada di kamera menggunakan kabel USB ke dalam komputer dan menyunting adegan demi adegan yang telah diambil menggunakan software Adobe After Effect CS3 dan untuk finishing dilakukan proses render menjadi file
.MOV.
4. Peralatan dan Software
Dalam tahap pra produksi video klip ini akan digunakan beberapa peralatan dan software diantaranya:
a. DSLR dengan kemampuan record video b. Lensa EFS 18 - 135mm
c. Software video editing
3.4 Pasca Produksi 3.4.1 Penyuntingan
b. Mempersiapkan software yang akan digunakan untuk proses penyuntingan seperti komputer dan aplikasi-aplikasi yang mendukung.
3.4.2 Rendering
Pada tahap ini akan dilakukan rendering terakhir yaitu proses penggabungan semua elemen video klip dalam satu kesatuan.
3.4.3 Publikasi
Tahap publikasi akan dilakukan sebagai syarat presentasi Tugas Akhir. Media yang akan digunakan untuk publikasi adalah poster dan DVD (cover depan dan cover cakram). Pembuatan media publikasi video klip ini diperlukan beberapa proses, antara lain menentukan konsep serta pembuatan sketsa. Berikut langkah-langkah yang akan dilakukan dalam tahap publikasi:
a. Konsep
Konsep dari poster ini adalah foto Mascha yang sedang duduk diatas kuda mainan dengan tone warna yang cenderung jingga menuju kuning. Pemilihan
tone warna ini karena variasi emosi yang muncul dari warna jingga dan
kuning adalah hangat, nyaman, optimis, ceria, dan cerah yang cocok digunakan untuk menyelaraskan suasana sekitar Mascha. Untuk font dipilih Bonveno CF karena bentuknya yang pipih dan tinggi cocok untuk sebuah
Gambar 3.9 Sketsa Poster
3.4.4 Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan adalah sebuah unit komputer dengan spesifikasi sebagai berikut:
a. Prosesor 2.4 GHz (4CPU) b. Mainboard
c. RAM 2 GB
d. Graphic Card 1 GB e. Harddisk 1 TB
3.4.5 Software
Dalam proses penyuntingan, akan digunakan software sebagai berikut :
1. Software Video Editing
2. Software Photo Editing
Biaya Print 200.000.00
Alat Tulis 50.000.00
Koneksi Internet 500.000.00
Referensi Buku 200.000.00
Transportasi 150.000.00
Konsumsi 200.000.00
Artis 100.000.00
Peralatan Pendukung 300.000.00
Total (rupiah) 23.230.000.000
Tabel 3.4 Jadwal Kerja
Juni Juli Agustus
I II III IV I II III IV I II III IV Pra Produksi
Outdoor Shoot 1
Outdoor Shoot 2
Indoor Shoot 1
Penyuntingan Spesial Efek
Rendering
perancangannya telah penulis jelaskan secara detail pada Bab III. Berikut ini akan penulis jelaskan proses produksi dalam pembuat video klip yang berjudul ”a Date With Mr.Bigfoot”, sebagai berikut:
4.1 Produksi
Dalam pembuatan video klip ini digunakan 2 jenis video klip yaitu Performance Clip dan Art Clip dengan proses produksi yang berbeda. Di bawah
ini akan dijabarkan langkah-langkah produksi dari Performance Clip dan Art Clip. 4.1.1 Performance Clip
1. Environments dan Properties
Dalam proses pengambilan gambar pada Performance Clip terdapat 2 lokasi yang berbeda yaitu indoor dan outdoor. Pertama-tama dilakukan persiapan set lokasi dan properti yang akan digunakan. Untuk adegan indoor dipilih lokasi berupa studio foto yang ditutupi menggunakan kain
hitam berukuran 40x40m untuk dijadikan latar belakang pengambilan gambar. Dan untuk adegan outdoor dipilih lokasi alam luas yaitu sekitar Tretes dengan set waktu pagi hari
2. Pengambilan gambar
Setelah set lokasi dan properti siap, barulah dilakukan pengambilan gambar sesuai storyboard yang telah dibuat menggunakan kamera DSLR dengan kemampuan record video dan sebuah tripod. Untuk lokasi indoor digunakan 2 buah main light dan sebuah hair light. Lalu dilakukan pengambilan gambar band dengan urutan satu persatu personil kemudian seluruh personil lengkap.
Setelah itu dilakukan pengambilan gambar satu persatu personil band menggunakan latar belakang berupa kertas putih berukuran 3x3m dengan menambahkan visual yang sesuai dengan konsep band. Visual tersebut ditembakkan menggunakan proyektor tipe DLP (Digital Light
Processing) dan tidak menggunakan tambahan lighting apapun.
Pemilihan kostum personil untuk adegan ini dipilih menggunakan kostum dominan putih guna mendapatkan cahaya yang maksimal dari proyektor karena adegan ini ditujukan untuk lebih menonjolkan visualnya.
Untuk pengambilan gambar pada vokalis dipilih dengan cara menembakkan proyektor dari samping vokalis yang menghasilkan sebuah siluet wajah tampak samping guna memperlihatkan sinkronasi antara lagu dan gerak bibir dari vokalis. Untuk adegan ini ditambahkan lighting tambahan dengan menggunakan reflektor.
Setelah satu persatu personil telah diambil, proses berlanjut menuju pengambilan seluruh personil. Teknik yang dilakukan sama yaitu menembakkan visual yang sesuai dengan konsep band menggunakan
Untuk lokasi outdoor tidak ada teknik khusus dan lighting yang diperlukan. Hanya memerlukan sebuah kamera DSLR Canon 60D dan sebuah tripod proses pengambilan gambar sudah bisa dilakukan sesuai dengan storyboard yang telah dibuat.
3. Pemindahan data
Setelah proses pengambilan gambar selesai, data yang ada pada memori SD Card dipindah ke komputer menggunakan kabel USB untuk disimpan
dan melakukan proses penyuntingan. 4. Peralatan dan Software
Dalam tahap produksi video clip ini menggunakan beberapa peralatan di antaranya :
1. DSLR dengan kemampuan record video
2. Lensa EFS 18 – 135mm
3. Tripod
4. Lighting
5. Proyektor 6. Reflector
7. Software Video Editing
4.1.2 Art Clip
1. Environments dan Properties
Untuk pengambilan gambar Art Clip dibutuhkan suatu set lokasi outdoor yang sesuai dengan set lokasi Performance Clip sebelumnya yaitu suasana alam. Dan lokasi yang dipilih untuk pengambilan gambar Art
Clip yaitu Bosem Wonorejo. Properti yang diperlukan tidak sebanyak
saat pengambilan gambar Art Clip. Hanya beberapa mainan dan kostum untuk digunakan Mascha saat pengambilan gambar.
2. Pengambilan gambar
Pengambilan gambar dilakukan sore hari ditujukan untuk mendapatkan posisi matahari yang miring sebagai lighting utama sehingga dapat menghasilkan efek lens flare yang alami. Pengambilan gambar menggunakan kamera DSLR dengan kemampuan record video sesuai dengan storyboard yang dibuat.
3. Pemindahan data
Setelah proses pengambilan gambar selesai, data yang ada pada memori SD Card dipindah ke komputer menggunakan kabel USB untuk disimpan
dan melakukan proses penyuntingan. 4. Peralatan dan Software
Dalam tahap produksi video klip ini menggunakan beberapa peralatan dan software yaitu:
a. DSLR dengan kemampuan record video
b. Lensa EFS 18 - 135mm c. Software video editing
Proses penyuntingan ini menggunakan software video editing yang kemudian diberi efek tambahan yaitu level, brightness, contras dan curve untuk membuat komposisi warna yang sesuai dengan konsep video. Efek optical flares dan film burn untuk memberikan efek dramatis pada beberapa adegan.
Dan untuk efek transisi digunakan efek twitch dan cut to cut.
Dalam tahap penyuntingan digunakan software editing video seperti terlihat dalam gambar dibawah ini :
Gambar 4.1 Penyuntingan video dengan software editing video
2. Render
Pada tahap ini dilakukan proses render yaitu proses menyatukan semua adegan mulai dari performance clip dan art clip dalam satu kesatuan utuh sebuah video klip dengan format video MOV.
3. Publikasi
Setelah selesai mengolah seluruh hasil produksi sedemikian rupa dan menghasilkan suatu karya video klip, maka penulis melakukan publikasi. Media yang digunakan oleh penulis untuk publikasi adalah poster dan DVD. Konsep dalam pembuatan poster dan cover DVD video klip ini sebelumnya telah dibahas sebelumnya dalam Bab III, kemudian diimplementasikan ke dalam bentuk cetak berupa poster dan DVD (cover wajah dan cover cakram) seperti gambar di bawah ini :
Gambar 4.2 Poster
Gambar 4.3 cover DVD
Gambar 4.4 cover cakram
5. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan oleh penulis adalah sebuah unit komputer dengan spesifikasi sebagai berikut:
a. Prosesor 2.4 GHz (4CPU)
Sedangkan untuk proses penyuntingan digunakan software video editing untuk menggabungkan seluruh adegan sehingga menjadi sebuah video utuh. Dan untuk proses publikasi digunakan software photo editing untuk membuat poster dan cover DVD. Software yang digunakan dan langkah-langkah yang dilakukan seperti dibawah ini :
a. Software video editing
Dalam tahap ini digunakan software video editing untuk menyunting video, dan diberi tambahan spesial efek yaitu level, brightness, contras dan curve untuk membuat komposisi warna yang sesuai dengan konsep video. Efek optical flares dan film burn untuk memberikan efek dramatis pada beberapa adegan. Dan untuk efek transisi digunakan efek twitch dan cut to cut. Proses pembuatan seperti terlihat pada gambar di bawah ini :
b. Software photo editing
Pada tahap ini digunakan software photo editing untuk membuat materi-materi publikasi seperti poster, cover DVD dan cakram. Dimulai dengan membuat layout, memberi credit title dan beberapa kalimat sebagai keterangan sampai memberi warna yang sesuai dengan konsep awal publikasi yang penulis inginkan. Proses pembuatannya seperti telihat dalam gambar dibawah ini :
Gambar 4.5 Penyuntingan video menggunakan sofware
Gambar 4.6 Proses membuat poster menggunakan software
photo editing
5.1 Kesimpulan
Dari laporan ini dapat disimpulkan, bahwa:
1. Tahap awal yang dilakukan dalam membuat video klip ini adalah proses pra-produksi yaitu merancang konsep, wawancara bersama band dan melakukan survey lokasi maupun properti.
2. Pendalaman konsep band, lirik, beat dan tempo lagu membantu memvisualisasikan adegan yang akan diambil.
3. Persentase Performance Clip sebanyak 52%, Art Clip 15% dan sisa (transisi, judul, spesial efek, shot yang bukan keduanya) 33% dari total durasi keseluruhan lagu dapat membuat penonton lebih mengenal grup band musik.
5.2 Saran
Dari tugas akhir ini maka muncul saran untuk mengerjakan penggabungan 2 jenis video klip Performance Clip dan Art Clip, yaitu:
1. Diperlukan pendalaman konsep secara keseluruhan mulai dari konsep band itu sendiri, tempo dan beat lagu, kostum personil band, sampai dengan lirik yang dipakai sehingga pemilihan visual yang digunakan untuk menjembatani lirik tidak jauh melenceng.
2. Tata pencahayaan harus diperhatikan agar saat proses penyuntingan tidak terjadi jumping antara jenis yang satu dengan yang lain, terlebih untuk set
DAFTAR PUSTAKA
Abhirama, J., Hendra, D., Matindas, P., & Sutrisno, D. (2008, Desember 21). Sejarah video editing. Dipetik April 15, 2011, dari Audio-Video Editing: http://pti08.wordpress.com/2008/12/21/sejarah-video-editing-2/
Ablan, D. (2003). Dalam [Digital] Cinematography & Directing (hal. 99). David Dwyer.
Adimodel. (2009). Dalam Lighting for Fashion (hal. 23-25). Jakarta: PT.Elex Media Komputindo.
Adobe. (2007). Color Correction Effects. Dipetik Juli 24, 2011, dari Adobe Help Resource Center:
http://livedocs.adobe.com/en_US/AfterEffects/8.0/help.html?content=WS 3878526689cb91655866c1103a9d3c597-7bc5.html
Al-Malaky, E. (2004). Dalam Why Not? Remaja doyan nonton. Bandung: DARIMizan.
Baksin, A., & Warsidi, E. (2003). Dalam Membuat Film Indie Itu Gampang (hal. 84). Bandung: Katarsis.
Bawantara, A. (2005). Dalam Panduan Membuat Video Keluarga (hal. 29-30). Depok: Kawan Pustaka.
Brata, V. B. (2007). Dalam Videografi & Sinematografi Praktis + CD (hal. 143). Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Carlsson, S. E. (1999). Audiovisual poetry or Commercial Salad of Images? Perspective on Music Video Analysis. Swedia.
Desyuntiadi, E. (2009, April 20). Teknik Dasar Fotografi Digital Depth of Field. Dipetik Agustus 9, 2011, dari DIEE Photograph:
http://dieephotograph.blog.uns.ac.id/2009/04/20/teknik-dasar-fotografi-digital-depth-of-field/
Djaohar, M. (t.thn.). Pengantar Aplikasi Multimedia Video Editing. Jakarta, Jakarta, Indonesia.
Galeri, F. (2011, Mei). Finus Galeri. Dipetik April 2011, dari Video Klip: http://finusgaleri.blogspot.com/2011/05/video-klip.html
Gloman, C., & Letourneau, T. (2005). Dalam Placing Shadows Lighting Techniques for Video Production (hal. 1). Burlington: Focal Press. Handoyo, S., & Sudibyo, D. (2011). Dalam AVIAPEDIA Ensiklopedia Umum
Penerbangan (hal. 232). Jakarta: Buku Kompas.
Iskak, A., & Yustinah. (2006). Dalam Bahasa Indonesia : Kelas XII (hal. 23). Jakarta: Erlangga.
Ismaya, B. (2007). Dalam Agar Ruang Berkesan Luas (hal. 20). Depok: Penebar Swadaya.
Jubilee Entreprise. (2010). Dalam Teknik Mengubah PC Menjadi Home Theater (hal. 132-133). Jakarta: PT.Elex Media Komputindo.
Juju, D. (2006). Dalam Video Klip Ulead Videostudio 8 3d (hal. 8-10). Jakarta: PT.Elex Media Komputindo.
Kindarto, A. (2008). Dalam Belajar Sendiri Youtube, Menjadi mahir tanpa guru (hal. 2). Jakarta: PT.Elex Media Komputindo.