STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI PUTARAN TERHADAP
BANTALAN UNIT UCP-204 DENGAN MENGGUNAKAN SINYAL VIBRASI
SKRIPSI
Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
TOTO WIBOWO
100401008
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Abstrak
Kerusakan atau keausan serta deformasi akan mengubah karakteristik dinamik sistem dan cenderung meningkatkan energi getaran. Untuk mengantisipasi kerusakan tersebut dilakukan kegiatan predictive maintenance yang akan menginvestigasi dan mendiagnosis kondisi dari setiap peralatan atau mesin, salah satunya adalah analisis getaran mesin (vibration monitoring). Setiap mesin pada umumnya memiliki suatu komponen seperti poros, roda gigi, pulley, bearing dan motor yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini peneliti menggunakan bearing rusak sebanyak 4bh, dengan jenis bantalan unit UCP-204 yang akan dianalisa sebagai eksperimen pada suatu konstruksi alat uji untuk mendeteksi kerusakan bearing. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Vibrometer laser ometron VQ-400-A-F dengan arah pengukuran aksial, vertikal dan horizontal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada ke empat bearing rusak didapatkan amplitudo meningkat diatas putaran 900rpm-1200rpm. Sedangkan untuk mendeteksi kerusakan bearing digunakan software MATLAB 2012a, menghasilkan frekuensi domain untuk melihat jenis kerusakan bearing. Bearing 1 terjadi kerusakan BPFI dan BSF pada putaran 400rpm, dan kerusakan BSF pada Putaran 500rpm, 600rpm, 800rpm, 1100rpm, 1200rpm. Untuk bearing 2 terjadi kerusakan FTF pada putaran 400rpm, BSF pada putaran 900rpm, 1100rpm, 1200rpm, BPFI dan FTF pada putaran 500rpm. Untuk bearing 3 terjadi kerusakan FTF pada putaran 500rpm dan 800rpm, BSF pada putaran 600rpm, 900rpm, dan 1000rpm. Untuk bearing 4 terjadi kerusakan BSF pada Putaran 400rpm, BPFO pada putaran 500rpm dan FTF pada putaran 600rpm.
Abstract
Damage or wear and deformation will change the dynamic characteristics of the system and tends to increase the vibration energy. To anticipate the damage done predictive maintenance activities that will investigate and diagnose the condition of any equipment or machines, one of which is the analysis of machine vibration (vibration monitoring). Each engine generally has a component such as shafts, gears, pulleys, bearings and motors which are interconnected with each other. In this case the researchers used a damaged bearing as 4bh, with the type of pillow block UCP-204 which will be analyzed as an experiment in the construction of test equipment to detect bearing damage. Measurements were made using a laser Vibrometer ometron VQ-400-AF with axial measurement direction, vertical and horizontal. The results of this study showed that the four bearings is damaged obtained amplitude rises above 900rpm round-1200rpm. As for detecting damage to bearings used software MATLAB 2012a, resulted in the frequency domain to see what kind of damage the bearing. Bearing 1 damage BPFI and BSF at 400rpm round, and damage to the BSF in 500rpm, 600rpm, 800rpm, 1100rpm, 1200rpm. To bearing 2 damage FTF on 400rpm, 900rpm BSF, 1100rpm, 1200rpm, BPFI and FTF at 500rpm. To bearing 3 damage FTF at 500rpm and 800rpm, BSF 600rpm, 900rpm and 1000rpm. damage to bearing 4 BSF at 400rpm, 500rpm BPFO and FTF at 600rpm.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
karunia dan rahmat-Nya yang senantiasa diberikan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memenuhi syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Teknik (ST) Departemen Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara. Adapun judul Skripsi ini adalah “Studi
Eksperimental Pengaruh Variasi Putaran Terhadap Bantalan Unit UCP-204
Dengan Menggunakan Sinyal Vibrasi”.
Selama penulisan laporan ini penulis banyak mendapat bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Kedua Orang tua saya yang telah memberikan segala sesuatunya dengan
penuh ikhlas.
2. Bapak Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri selaku dosen pembimbing yang
telah sabar dan banyak memberikan arahan, bimbingan, nasehat, dan
pelajaran berharga hingga Skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Bapak Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri dan Bapak Ir. M. Syahril Gultom,
MT, selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Richard dan bapak sukendi selaku team research yang telah banyak
memberi bimbingan dan nasehat.
5. Seluruh Staff Pengajar pada Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengetahuan kepada
penulis hingga akhir studi dan seluruh pegawai administrasi di
Departemen Teknik Mesin.
6. Saudara Purwatmo, Irwan Rosyadi, Yogi aldiansyah, Nazwir Fahmi,
Afrizal Nurfi, Jeffry Machmuriza dan teman-teman mahasiswa Mesin
telah banyak memberikan support dan sharing dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat
dilanjutkan oleh rekan-rekan mahasiswa lain.
Medan, November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...i
DAFTAR ISI ...iii
DAFTAR TABEL ...vii
DAFTAR GAMBAR ...x
DAFTAR NOTASI ...xiv
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1. Latar Belakang ...1
1.2. Tujuan Penulisan ...2
1.3. Perumusan Masalah ...3
1.4. Manfaat Penulisan ...3
1.5. Batasan Masalah...3
1.6. Sistematika Penulisan ...4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...5
2.1. Analisa Getaran ...5
2.1.1. Karakteristik Getaran ...6
2.1.2. Gerak Harmonik ...8
2.1.3. Gerak Periodik ...10
2.1.4. Getaran Bebas (Free Vibration) ...11
2.1.4.1. Free Vibration Tanpa Redaman ...13
2.1.4.2. Free Vibration Dengan Redaman ...14
2.1.5. Getaran Paksa (Force Vibration) ...16
2.1.5.1. Force Vibration Tanpa Redaman ...16
2.1.5.2. Force Vibration Dengan Redaman ...16
2.1.6. Pemilihan Parameter dan Tranducer ...18
2.1.7. Pemasangan Tranducer Pengukur Sinyal Getaran...18
2.1.8.1. Spektrum Frekuensi ...23
2.2. Bearing ...24
2.2.1. Nomenklatur Bearing ...24
2.2.2. Ciri Getaran Dinamik Akibat Kerusakan Bantalan ...26
2.3. Pengolahan Data Vibrasi ...27
2.3.1. Time Domain ...27
2.3.2. Frekuensi Domain...28
BAB III METODE PENELITIAN ...30
3.1. Tempat Penelitian...30
3.2. Bahan dan Alat ...30
3.2.1. Bahan ...30
3.2.2. Alat Yang Digunakan ...31
3.3. Metode Penelitian...37
3.4. Set Up Peralatan ...38
3.5. Variabel Yang Diamati ...39
3.6. Pengolahan Analisa Data ...40
3.7. Pelaksanaan Penelitian ...41
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ...42
4.1. Pengukuran Bearing Baru ...42
4.1.1. Hasil Pengukuran Bearing Baru Pada Putaran 400rpm ...43
4.1.1.1. Simpangan Maksimum (Amplitudo) 400rpm ...55
4.1.2. Hasil Pengukuran Bearing Baru Pada Putaran 500rpm ...57
4.1.2.1. Simpangan Maksimum (Amplitudo) 500rpm ...57
4.1.3. Hasil Pengukuran Bearing Baru Pada Putaran 600rpm ...58
4.1.3.1. Simpangan Maksimum (Amplitudo) 600rpm ...59
4.1.4. Hasil Pengukuran Bearing Baru Pada Putaran 700rpm ...60
4.1.4.1. Simpangan Maksimum (Amplitudo) 700rpm ...60
4.1.6. Hasil Pengukuran Bearing Baru Pada Putaran 900rpm ...62
4.1.6.1. Simpangan Maksimum (Amplitudo) 900rpm ...62
4.1.7. Hasil Pengukuran Bearing Baru Pada Putaran 1000rpm ....63
4.1.7.1. Simpangan Maksimum (Amplitudo) 1000rpm ...63
4.1.8. Hasil Pengukuran Bearing Baru Pada Putaran 1100rpm ....64
4.1.8.1. Simpangan Maksimum (Amplitudo) 1100rpm ...64
4.1.9. Hasil Pengukuran Bearing Baru Pada Putaran 1200rpm ....65
4.1.9.1. Simpangan Maksimum (Amplitudo) 1200rpm ...65
4.2. Hubungan Putaran Dengan Amplitudo Bearing Baru ...67
4.3. Pengukuran Bearing Rusak ...68
4.3.1. Hasil Pengukuran Bearing Rusak Pada Putaran 400rpm....68
4.3.1.1. Simpangan Maksimum (Amplitudo) 400rpm ...79
4.3.2. Hasil Pengukuran Bearing Rusak Pada Putaran 500rpm....81
4.3.2.1. Simpangan Maksimum (Amplitudo) 500rpm ...81
4.3.3. Hasil Pengukuran Bearing Rusak Pada Putaran 600rpm....82
4.3.3.1. Simpangan Maksimum (Amplitudo) 600rpm ...82
4.3.4. Hasil Pengukuran Bearing Rusak Pada Putaran 700rpm....83
4.3.4.1. Simpangan Maksimum (Amplitudo) 700rpm ...83
4.3.5. Hasil Pengukuran Bearing Rusak Pada Putaran 800rpm....84
4.3.5.1. Simpangan Maksimum (Amplitudo) 800rpm ...84
4.3.6. Hasil Pengukuran Bearing Rusak Pada Putaran 900rpm....85
4.3.6.1. Simpangan Maksimum (Amplitudo) 900rpm ...85
4.3.7. Hasil Pengukuran Bearing Rusak Pada Putaran 1000rpm..86
4.3.7.1. Simpangan Maksimum (Amplitudo) 1000rpm ...87
4.3.8. Hasil Pengukuran Bearing Rusak Pada Putaran 1100rpm..88
4.3.8.1. Simpangan Maksimum (Amplitudo) 1100rpm ...88
4.3.9. Hasil Pengukuran Bearing Rusak Pada Putaran 1200rpm..89
4.3.9.1. Simpangan Maksimum (Amplitudo) 1200rpm ...89
4.4. Hubungan Putaran Dengan Amplitudo Bearing Rusak ...90
4.5. Persen Ralat Bearing Baru Dengan Bearing Rusak ...91
4.7. Deteksi Kerusakan Bearing...95
4.7.1. Bearing Rusak 1 ...95
4.7.2. Bearing Rusak 2 ...98
4.7.3. Bearing Rusak 3 ...101
4.7.4. Bearing Rusak 4 ...104
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...108
5.1. Kesimpulan ...108
5.2. Saran ...110
DAFTAR PUSTAKA ...111
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Karakteristik dan satuan getaran ... 8
Tabel 2.2. Panduan pemilihan parameter yang akan diukur ... 18
Tabel 2.3. Kriteria zona evaluasi tingkat getaran tipikal ... 21
Tabel 3.1. Bahan penelitian ... 30
Tabel 4.1. Hasil pengukuran bearing baru putaran 400rpm pada arah aksial ... 43
Tabel 4.2. Hasil pengukuran bearing baru putaran 400rpm pada arah Horizontal ... 44
Tabel 4.3. Hasil pengukuran bearing baru putaran 400rpm pada arah Vertikal ... 45
Tabel 4.4. Hasil analisa aksial displacement ... 49
Tabel 4.5. Hasil analisa horizontal displacement ... 50
Tabel 4.6. Hasil analisa vertikal displacement ... 51
Tabel 4.7. Hasil analisa aksial acceleration ... 52
Tabel 4.8. Hasil analisa horizontal acceleration ... 53
Tabel 4.9. Hasil analisa vertikal acceleration ... 54
Tabel 4.10. Amplitudo displacement bearing baru putaran 400rpm ... 55
Tabel 4.11. Amplitudo velocity bearing baru putaran 400rpm ... 56
Tabel 4.12. Amplitudo Acceleration bearing baru putaran 400rpm ... 57
Tabel 4.13. Amplitudo displacement bearing baru putaran 500rpm ... 58
Tabel 4.14. Amplitudo velocity bearing baru putaran 500rpm ... 58
Tabel 4.15. Amplitudo acceleration bearing baru putaran 500rpm ... 58
Tabel 4.16. Amplitudo displacement bearing baru putaran 600rpm ... 59
Tabel 4.17. Amplitudo velocity bearing baru putaran 600rpm ... 59
Tabel 4.18. Amplitudo acceleration bearing baru putaran 600rpm ... 59
Tabel 4.19. Amplitudo displacement bearing baru putaran 700rpm ... 60
Tabel 4.20. Amplitudo velocity bearing baru putaran 700rpm ... 60
Tabel 4.22. Amplitudo displacement bearing baru putaran 800rpm ... 61
Tabel 4.23. Amplitudo velocity bearing baru putaran 800rpm ... 61
Tabel 4.24. Amplitudo acceleration bearing baru putaran 800rpm ... 62
Tabel 4.25. Amplitudo displacement bearing baru putaran 900rpm ... 62
Tabel 4.26. Amplitudo velocity bearing baru putaran 900rpm ... 62
Tabel 4.27. Amplitudo acceleration bearing baru putaran 900rpm ... 63
Tabel 4.28. Amplitudo displacement bearing baru putaran 1000rpm ... 63
Tabel 4.29. Amplitudo velocity bearing baru putaran 1000rpm ... 64
Tabel 4.30. Amplitudo acceleration bearing baru putaran 1000rpm ... 64
Tabel 4.31. Amplitudo displacement bearing baru putaran 1100rpm ... 64
Tabel 4.32. Amplitudo velocity bearing baru putaran 1100rpm ... 65
Tabel 4.33. Amplitudo acceleration bearing baru putaran 1100rpm ... 65
Tabel 4.34. Amplitudo displacement bearing baru putaran 1200rpm ... 65
Tabel 4.35. Amplitudo velocity bearing baru putaran 1200rpm ... 66
Tabel 4.36. Amplitudo acceleration bearing baru putaran 1200rpm ... 66
Tabel 4.37. Hubungan putaran dengan amplitudo bearing baru ... 67
Tabel 4.38. Hasil pengukuran variasi bearing rusak putaran 400rpm pada arah aksial... 68
Tabel 4.39. Hasil pengukuran variasi bearing rusak putaran 400rpm pada arah horizontal ... 69
Tabel 4.40. Hasil pengukuran variasi bearing rusak putaran 400rpm pada arah vertikal ... 70
Tabel 4.41. Hasil analisa aksial displacement ... 73
Tabel 4.42. Hasil analisa horizontal displacement ... 74
Tabel 4.43. Hasil analisa vertikal displacement ... 75
Tabel 4.44. Hasil analisa aksial acceleration ... 76
Tabel 4.45. Hasil analisa horizontal acceleration ... 77
Tabel 4.46. Hasil analisa vertikal acceleration ... 78
Tabel 4.47. Amplitudo displacement bearing rusak... 79
Tabel 4.48. Amplitudo velocity bearing rusak ... 80
Tabel 4.51. Amplitudo velocity bearing rusak putaran 500rpm ... 81
Tabel 4.52. Amplitudo acceleration bearing rusak putaran 500rpm ... 82
Tabel 4.53. Amplitudo displacement bearing rusak putaran 600rpm ... 82
Tabel 4.54. Amplitudo velocity bearing rusak putaran 600rpm ... 83
Tabel 4.55. Amplitudo acceleration bearing rusak putaran 600rpm ... 83
Tabel 4.56. Amplitudo displacement bearing rusak putaran 700rpm ... 83
Tabel 4.57. Amplitudo velocity bearing rusak putaran 700rpm ... 84
Tabel 4.58. Amplitudo acceleration bearing rusak putaran 700rpm ... 84
Tabel 4.59. Amplitudo displacement bearing rusak putaran 800rpm ... 84
Tabel 4.60. Amplitudo velocity bearing rusak putaran 800rpm ... 85
Tabel 4.61. Amplitudo displacement bearing rusak putaran 800rpm ... 85
Tabel 4.62. Amplitudo displacement bearing rusak putaran 900rpm ... 86
Tabel 4.63. Amplitudo velocity bearing rusak putaran 900rpm ... 86
Tabel 4.64. Amplitudo acceleration bearing rusak putaran 900rpm ... 86
Tabel 4.65. Amplitudo displacement bearing rusak putaran 1000rpm ... 87
Tabel 4.66. Amplitudo velocity bearing rusak putaran 1000rpm ... 87
Tabel 4.67. Amplitudo acceleration bearing rusak putaran 1000rpm ... 87
Tabel 4.68. Amplitudo displacement bearing rusak putaran 1100rpm ... 88
Tabel 4.69. Amplitudo velocity bearing rusak putaran 1100rpm ... 88
Tabel 4.70. Amplitudo displacement bearing rusak putaran 1100rpm ... 89
Tabel 4.71. Amplitudo displacement bearing rusak putaran 1200rpm ... 89
Tabel 4.72. Amplitudo velocity bearing rusak putaran 1200rpm ... 89
Tabel 4.73. Amplitudo displacement bearing rusak putaran 1200rpm ... 90
Tabel 4.74. Hubungan putaran dengan amplitudo bearing rusak ... 90
Tabel 4.75. Persen ralat bearing baru dengan bearing rusak... 93
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Sistem getaran sederhana ... 7
Gambar 2.2. Hubungan antara perpindahan, kecepatan dan percepatan getaran ... 7
... Gambar 2.3. Gerak periodik gelombang sinyal segi empat dan gelombang Pembentuknya dalam domain waktu ... 10
Gambar 2.4. Pegas Linier ... 12
Gambar 2.5. Benda Tegar ... 12
Gambar 2.6. Redaman ... 13
Gambar 2.7. Sistem 1 DOF Tanpa Redaman ... 13
Gambar 2.8. Sistem Pegas Massa dan Diagram Benda Bebas ... 14
Gambar 2.9. Sistem Teraksitasi Akibat Gaya Tanpa Redaman ... 16
Gambar 2.10. Sistem Teraksitasi Akibat Gaya dengan Redaman ... 16
Gambar 2.11. Ilustrasi Vibration Analyzer portabel dan data logger ... 19
Gambar 2.12. Kenaikan amplitudo sinyal getaran terhadap waktu ... 20
Gambar 2.13. Ilustrasi dari spektrum frekuensi sinyal yang berosilasi. ... 23
Gambar 2.14. Kegagalan pada elemen mesin akan memunculkan amplitudo pada frekuensi tertentu ... 24
Gambar 2.15. Spektrum frekuensi rolling element bearings... 24
Gambar 2.16. Nomenklatur bearing UCP-204 ... 25
Gambar 2.17. Komponen-komponen bantalan. ... 26
Gambar 2.18. Karakteristik Sinyal Statik dan Dinamik ... 28
Gambar 2.19. Hubungan Time Domain dengan Frekuesi Domain ... 29
Gambar 3.1. Konstruksi alat uji ... 31
Gambar 3.2. Vibrometer laser ometron VQ-400-A-F ... 32
Gambar 3.4. Probe Analog ... 33
Gambar 3.5. Tachometer ... 33
Gambar 3.6. Kabel USB... 34
Gambar 3.7. Power Supplay... 34
Gambar 3.8. Tripod ... 35
Gambar 3.9. Voltmeter ... 35
Gambar 3.10. Vernier calliper ... 36
Gambar 3.11. Kunci pas ... 36
Gambar 3.12. Kunci L ... 37
Gambar 3.13. Meteran... 37
Gambar 3.14. Rangkaian analisa pengukuran data ... 39
Gambar 3.15. Sinyal time domain... 40
Gambar 3.16. Diagram alir proses pelaksanaan ... 41
Gambar 4.1. Arah pengukuran ... 42
Gambar 4.2. Posisi bearing ... 42
Gambar 4.3. Grafik velocity vs Time pada putaran 400rpm pada arah aksial ... 43
Gambar 4.4. Grafik velocity vs Time pada putaran 400rpm pada arah Horizontal ... 44
Gambar 4.5. Grafik velocity vs Time pada putaran 400rpm pada arah vertikal ... 45
Gambar 4.6. Grafik Displacement vs Time arah aksial ... 50
Gambar 4.7. Grafik Displacement vs Time arah horizontal ... 51
Gambar 4.8. Grafik Displacement vs Time arah vertikal ... 52
Gambar 4.9. Grafik acceleration vs Time arah aksial ... 53
Gambar 4.10. Grafik acceleration vs Time arah horizontal ... 54
Gambar 4.11. Grafik acceleration vs Time arah vertikal ... 55
Gambar 4.12. Grafik amplitudo displacement bearing baru 400rpm... 56
Gambar 4.13. Grafik amplitudo velocity bearing baru 400rpm ... 56
Gambar 4.15. Grafik Hubungan putaran dengan amplitudo bearing baru ... 67
Gambar 4.16. Grafik velocity vs Time untuk variasi bearing putaran 400rpm pada arah aksial ... 69
Gambar 4.17. Grafik velocity vs Time untuk variasi bearing putaran 400rpm pada arah horizontal ... 70
Gambar 4.18. Grafik velocity vs Time untuk variasi bearing putaran 400rpm pada arah vertikal ... 71
Gambar 4.19. Grafik displacement vs Time pada arah aksial... 73
Gambar 4.20. Grafik displacement vs Time pada arah horizontal ... 74
Gambar 4.21. Grafik displacement vs Time pada arah vertikal ... 75
Gambar 4.22. Grafik acceleration vs Time pada arah aksial ... 76
Gambar 4.23. Grafik acceleration vs Time pada arah horizontal ... 77
Gambar 4.24. Grafik acceleration vs Time pada arah vertikal ... 78
Gambar 4.25. Grafik amplitudo displacement bearing rusak 400rpm ... 79
Gambar 4.26. Grafik amplitudo velocity bearing rusak 400rpm ... 80
Gambar 4.27. Grafik amplitudo acceleration bearing rusak 400rpm ... 81
Gambar 4.28. Grafik hubungan putaran dengan amplitudo bearing rusak ... 91
Gambar 4.29. Grafik frekuensi domain bearing rusak 1 putaran 400rpm ... 95
Gambar 4.30. Grafik frekuensi domain bearing rusak 1 putaran 500rpm ... 96
Gambar 4.31. Grafik frekuensi domain bearing rusak 1 putaran 600rpm ... 96
Gambar 4.32. Grafik frekuensi domain bearing rusak 1 putaran 700rpm ... 96
Gambar 4.33. Grafik frekuensi domain bearing rusak 1 putaran 800rpm ... 97
Gambar 4.34. Grafik frekuensi domain bearing rusak 1 putaran 900rpm ... 97
Gambar 4.35. Grafik frekuensi domain bearing rusak 1 putaran 1000rpm ... 97
Gambar 4.36. Grafik frekuensi domain bearing rusak 1 putaran 1100rpm ... 98
Gambar 4.37. Grafik frekuensi domain bearing rusak 1 putaran 1200rpm ... 98
Gambar 4.38. Grafik frekuensi domain bearing rusak 2 putaran 400rpm ... 98
Gambar 4.40. Grafik frekuensi domain bearing rusak 2 putaran 600rpm ... 99
Gambar 4.41. Grafik frekuensi domain bearing rusak 2 putaran 700rpm ... 99
Gambar 4.42. Grafik frekuensi domain bearing rusak 2 putaran 800rpm ... 100
Gambar 4.43. Grafik frekuensi domain bearing rusak 2 putaran 900rpm ... 100
Gambar 4.44. Grafik frekuensi domain bearing rusak 2 putaran 1000rpm ... 100
Gambar 4.45. Grafik frekuensi domain bearing rusak 2 putaran 1100rpm ... 101
Gambar 4.46. Grafik frekuensi domain bearing rusak 2 putaran 1200rpm ... 101
Gambar 4.47. Grafik frekuensi domain bearing rusak 3 putaran 400rpm ... 101
Gambar 4.48. Grafik frekuensi domain bearing rusak 3 putaran 500rpm ... 102
Gambar 4.49. Grafik frekuensi domain bearing rusak 3 putaran 600rpm ... 102
Gambar 4.50. Grafik frekuensi domain bearing rusak 3 putaran 700rpm ... 102
Gambar 4.51. Grafik frekuensi domain bearing rusak 3 putaran 800rpm ... 103
Gambar 4.52. Grafik frekuensi domain bearing rusak 3 putaran 900rpm ... 103
Gambar 4.53. Grafik frekuensi domain bearing rusak 3 putaran 1000rpm ... 103
Gambar 4.54. Grafik frekuensi domain bearing rusak 3 putaran 1100rpm ... 104
Gambar 4.55. Grafik frekuensi domain bearing rusak 3 putaran 1200rpm ... 104
Gambar 4.56. Grafik frekuensi domain bearing rusak 4 putaran 400rpm ... 104
Gambar 4.57. Grafik frekuensi domain bearing rusak 4 putaran 500rpm ... 105
Gambar 4.58. Grafik frekuensi domain bearing rusak 4 putaran 600rpm ... 105
Gambar 4.59. Grafik frekuensi domain bearing rusak 4 putaran 700rpm ... 105
Gambar 4.60. Grafik frekuensi domain bearing rusak 4 putaran 800rpm ... 106
Gambar 4.61. Grafik frekuensi domain bearing rusak 4 putaran 900rpm ... 106
Gambar 4.62. Grafik frekuensi domain bearing rusak 4 putaran 1000rpm ... 106
Gambar 4.63. Grafik frekuensi domain bearing rusak 4 putaran 1100rpm ... 107
DAFTAR NOTASI
Simbol Satuan
A Amplitudo (m)
Bd Diameter bola (mm)
BPFI Ball pass frequency inner race (Hz)
BPFO Ball pass frequency outer race (Hz)
BSF Ball spin frequency (Hz)
FTF Fundamental train frequency (Hz)
f Frekuensi (Hz)
fr Frekuensi relatif (Hz)
t Waktu (s)
k Kekakuan / stiffness (N/m)
l Panjang poros (mm)
m Massa (kg)
n Putaran poros (rpm)
Nb Jumlah bola (bh)
Pd Diameter pitch (mm)
Kecepatan sudut (rad/s)
α Sudut kontak (o)
Perpindahan / displacement (mm)
Kecepatan / velocity (mm/s)
Abstrak
Kerusakan atau keausan serta deformasi akan mengubah karakteristik dinamik sistem dan cenderung meningkatkan energi getaran. Untuk mengantisipasi kerusakan tersebut dilakukan kegiatan predictive maintenance yang akan menginvestigasi dan mendiagnosis kondisi dari setiap peralatan atau mesin, salah satunya adalah analisis getaran mesin (vibration monitoring). Setiap mesin pada umumnya memiliki suatu komponen seperti poros, roda gigi, pulley, bearing dan motor yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini peneliti menggunakan bearing rusak sebanyak 4bh, dengan jenis bantalan unit UCP-204 yang akan dianalisa sebagai eksperimen pada suatu konstruksi alat uji untuk mendeteksi kerusakan bearing. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Vibrometer laser ometron VQ-400-A-F dengan arah pengukuran aksial, vertikal dan horizontal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada ke empat bearing rusak didapatkan amplitudo meningkat diatas putaran 900rpm-1200rpm. Sedangkan untuk mendeteksi kerusakan bearing digunakan software MATLAB 2012a, menghasilkan frekuensi domain untuk melihat jenis kerusakan bearing. Bearing 1 terjadi kerusakan BPFI dan BSF pada putaran 400rpm, dan kerusakan BSF pada Putaran 500rpm, 600rpm, 800rpm, 1100rpm, 1200rpm. Untuk bearing 2 terjadi kerusakan FTF pada putaran 400rpm, BSF pada putaran 900rpm, 1100rpm, 1200rpm, BPFI dan FTF pada putaran 500rpm. Untuk bearing 3 terjadi kerusakan FTF pada putaran 500rpm dan 800rpm, BSF pada putaran 600rpm, 900rpm, dan 1000rpm. Untuk bearing 4 terjadi kerusakan BSF pada Putaran 400rpm, BPFO pada putaran 500rpm dan FTF pada putaran 600rpm.
Abstract
Damage or wear and deformation will change the dynamic characteristics of the system and tends to increase the vibration energy. To anticipate the damage done predictive maintenance activities that will investigate and diagnose the condition of any equipment or machines, one of which is the analysis of machine vibration (vibration monitoring). Each engine generally has a component such as shafts, gears, pulleys, bearings and motors which are interconnected with each other. In this case the researchers used a damaged bearing as 4bh, with the type of pillow block UCP-204 which will be analyzed as an experiment in the construction of test equipment to detect bearing damage. Measurements were made using a laser Vibrometer ometron VQ-400-AF with axial measurement direction, vertical and horizontal. The results of this study showed that the four bearings is damaged obtained amplitude rises above 900rpm round-1200rpm. As for detecting damage to bearings used software MATLAB 2012a, resulted in the frequency domain to see what kind of damage the bearing. Bearing 1 damage BPFI and BSF at 400rpm round, and damage to the BSF in 500rpm, 600rpm, 800rpm, 1100rpm, 1200rpm. To bearing 2 damage FTF on 400rpm, 900rpm BSF, 1100rpm, 1200rpm, BPFI and FTF at 500rpm. To bearing 3 damage FTF at 500rpm and 800rpm, BSF 600rpm, 900rpm and 1000rpm. damage to bearing 4 BSF at 400rpm, 500rpm BPFO and FTF at 600rpm.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tanggung jawab seorang Engineer dalam kegiatan maintenance adalah
menghilangkan breakdown maintenance pada mesin-mesin produksi.
Breakdown maintenance merupakan jenis perawatan mesin yang terburuk karena berfokus pada masalah setelah gangguan mesin terjadi, bukan pada
kapan masalah atau gangguan tersebut akan terjadi atau menjaga masalah dan
gangguan mesin agar tidak terjadi lagi. Dengan memprediksi kapan dilakukan
perbaikan, tentunya penjadwalan kegiatan perbaikan mesin tersebut dapat
disusun dengan baik, sehingga urutan pelaksanaan kegiatan seperti
penyediaan bahan, peralatan dan lain-lain dapat direncanakan. Dengan
demikian ketepatan waktu pengiriman kepada pelanggan terpenuhi, kualitas
produk dapat terjaga, dan tentunya mesin-mesin berproduksi pada efisiensi
dan kapasitas maksimum.
Pelaksanaan predictive maintenance akan menginvestigasi dan
mendiagnosis kondisi dari setiap peralatan atau mesin, salah satunya adalah
menganalisa getaran mesin (vibration monitoring).
Setiap mesin pada umumnya memiliki komponen seperti poros, roda
gigi, pulley, Bantalan dan motor sebagai penggerak. Bantalan (bearing)
adalah suatu komponen yang berfungsi untuk mengurangi gesekan pada
mesin atau komponen-komponen yang bergerak dan saling menekan antara satu dengan yang lainnya. Bantalan digunakan untuk menahan/menyangga
komponen-komponen yang bergerak dimana sangat banyak terjadi gesekan.
Selain gesekan, pastinya juga Bantalan yang berputar akan
menimbulkan vibrasi pada suatu rangkaian sistem transmisi yang tidak tepat
dan dapat mengakibatkan gelombang elastis pada seluruh komponen mesin,
hal itu sendiri juga bisa merambat pada struktur komponen lainnya dan juga
karena itu, untuk menjaga kondisi mesin agar tetap baik atau setidaknya tetap
stabil diperlukan suatu tindakan penelitian agar dapat meminimalisir itu
semua dan juga dapat memberikan suatu kontribusi kepada industri tentang
perawatan yang lebih baik diantara beberapa jenis perawatan mesin yang kita
ketahui sering dipakai pada umumnya untuk dapat lebih memperpanjang
umur pakai mesin itu sebanyak satu tingkat (Maintenance Engineering
handbook).
Telah banyak dilakukan penelitian dan pengujian vibrasi pada bearing
dengan penekanan pada aspek yang berbeda, antara lain:
(I Gusti P. Y, 2009) melakukan eksperimen untuk mendeteksi
kerusakan bearing, Pengamatan dilakukan pada motor induksi tiga fasa untuk
mendesain suatu instrumentasi maya yang dapat digunakan secara praktis.
Penelitian ini menunjukkan keberhasilan menggunakan current signature
analysis dengan keberhasilan pencarian 55%. (Semuel. M. T, 2011) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ciri getaran pada motor dengan
memonitor kondisi motor tersebut menggunakan vibration analyzer untuk
memperoleh karakteristik sinyal getaran akibat bertambahnya kelonggaran
antara bola dan outer race guna mencegah terjadinya kerusakan katastropik.
Penelitian ini berawal dari permasalahan yang sering terjadi kerusakan
pada bantalan unit UCP-204 di mesin pembuatan baterai PT. Everbright
Battery Factory di Jl. Binjai Km. 9,5 Payageli, Medan. Untuk itu, maka
peneliti menggunakan bantalan unit UCP-204 yang akan dianalisa sebagai
eksperimen pada suatu konstruksi alat uji untuk mengetahui vibrasi yang
terjadi dan mengetahui jenis kerusakannya.
1.2.Tujuan Penulisan
Ada 3 tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu:
1. Analisa data getaran pada bantalan unit NTNUCP-204.
2. Verifikasi data antara hasil pengukuran bantalan (bearing) baru dengan
3. Mendeteksi kerusakan berdasarkan frekuensi domain untuk tiap-tiap
bantalan (bearing).
1.3.Perumusan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk mencari karakteristik vibrasi pada
bantalan unit NTN UCP-204 dengan memvariasikan putaran mesin yang
berbeda-beda dengan menggunakan inverter sebagai alat untuk merubah
putaran.
Pemantauan pengukuran yang dilakukan dengan mengumpulkan data
hasil pengukuran getaran bantalan pada tiga arah pengukuran yakni:
horizontal, vertikal dan aksial dengan menggunakan vibrometer laser
ometron VQ-A-400-F.
1.4.Manfaat Penulisan
Ada 2 manfaat dari penulisan ini yang diharapkan adalah:
1. Untuk dunia pendidikan, prototype yang digunakan dapat dipergunakan
sebagai media pembelajaran dan penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan vibrasi untuk pemeliharaan berbasis kondisi
(Condition Based Maintenance).
2. Untuk dunia industri, analisa sinyal vibrasi dapat digunakan untuk
deteksi dini kerusakan bantalan unit dalam pemeliharaan berbasis kondisi
(Condition Based Maintenance).
1.5. Batasan Masalah
Melihat begitu kompleksnya permasalahan mengenai getaran, maka
dalam penelitian ini penulis membatasi 4 batasan masalah sebagai berikut:
2. Bantalan unit NTN UCP-204 yang digunakan adalah bantalan yang
masih baru, dan bantalan rusak sebanyak 4buah yang akan di lihat jenis
kerusakannya setelah diubah menjadi frekuensi domain. Getaran hanya
diukur pada bantalan unit NTNUCP-204.
3. Untuk variasi bantalan rusak, hanya diukur pada posisi B, dan tanpa
pelumasan.
4. Getaran dianalisis berdasarkan spektrum getaran yang terjadi.
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini disajikan dalam tulisan yang terdiri dari 5 bab.
BAB I merupakan pendahuluan. Bab ini memberikan gambaran menyeluruh
mengenai tugas akhir yang meliputi pembahasan latar belakang, tujuan
penulisan, perumusan masalah, manfaat penulisan, batasan masalah, dan
sistematika penulisan. BAB II adalah tinjauan pustaka, dimana pada bab ini
berisikan landasan teori dan studi literatur yang berkaitan dengan pokok
permasalahan serta metode pendekatan yang digunakan untuk menganalisa
persoalan. BAB III merupakan metode penelitian yang berisikan metode dari
pengerjaan meliputi langkah-langkah pengolahan. BAB IV adalah hasil dan
pembahasan yang berisi tentang hasil pengujian eksperimental. BAB V
merupakan kesimpulan dan saran yang berisikan jawaban dari tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Analisa Getaran
Sebuah mesin yang ideal sempurna pada prinsipnya tidak
menimbulkan getaran sama sekali, karena seluruh energi yang dihasilkan
diubah menjadi kerja. Sebagian energi salah satunya terbuang menjadi
getaran. Getaran timbul akibat gaya melalui elemen-elemen mesin yang ada,
dimana elemen-elemen tersebut saling beraksi satu sama lain. Kerusakan atau
keausan serta deformasi akan mengubah karakteristik dinamik sistem dan
cenderung meningkatkan energi getaran. Metode masa lalu dengan cara
mendengarkan suara mesin dan menyentuh atau meraba (hearing and
touching) dikembangkan untuk menentukan apakah mesin bekerja baik atau
tidak, tetapi metode klasik tersebut tidak lagi andal untuk saat ini, karena dua
faktor berikut ini:
1. Mesin-mesin modern dirancang untuk berjalan secara otomatis,
sehingga interaksi antara manusia (operator) dan mesin tidak lagi
efektif dan ekonomis.
2. Kebanyakan mesin-mesin modern beroperasi pada putaran atau
kecepatan tinggi, dimana getaran yang timbul banyak yang berfrekuensi
tinggi dan tidak lagi dapat dibedakan oleh indra manusia, sehingga
dibutuhkan alat untuk mendeteksi dan mengukurnya.
Salah satu cara yang paling handal untuk mendeteksi awal gejala
kerusakan mekanik, elektrikal pada peralatan adalah analisa getaran, sehingga
analisa getaran saat ini menjadi pilihan teknologi predictive maintenance
yang paling sering digunakan (Scheffer, 2004).
Suatu peralatan yang berputar sebaiknya memiliki suatu nilai getaran
apabila nilai getaran yang terjadi diluar batasan yang diizinkan maka
peralatan tersebut harus menjalani tindakan perawatan.
Getaran adalah suatu gerak bolak-balik di sekitar kesetimbangan.
Kesetimbangan maksudnya adalah keadaan dimana suatu benda berada pada
posisi diam jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda tersebut. Getaran
mempunyai amplitudo (jarak simpangan terjauh dengan titik tengah) yang
sama.
Dasar analisis getaran dapat dipahami dengan mempelajari model
sederhana massa-pegas-peredam kejut. Struktur rumit seperti badan mobil
dapat dimodelkan sebagai "jumlahan" model massa-pegas-peredam kejut
tersebut. Model ini adalah contoh osilator harmonik sederhana.
Analisa getaran merupakan salah satu alat yang sangat bermanfaat
sebagai alat prediksi awal terhadap adanya masalah pada mekanikal,
elektrikal dan proses pada peralatan, mesin-mesin dan sistem proses yang
kontinu disuatu pabrik. Sehingga analisa getaran saat ini menjadi pilihan
teknologi predictive maintenance yang paling sering digunakan.
Selain digunakan sebagai predictive maintenance, teknik analisa
getaran juga digunakan sebagai teknik untuk mendiagnosa, yang dapat
diaplikasikan antara lain untuk: acceptance testing, pengendalian mutu,
mendeteksi bagian yang mengalami kelonggaran, pengendalian kebisingan,
mendeteksi adanya kebocoran, desain dan rekayasa mesin, dan optimasi
produksi.
2.1.1. Karakteristik Getaran
Getaran secara teknis didefenisikan sebagai gerak osilasi dari suatu
gambar 2.1. Gerakan massa dari posisi awal menuju atas dan bawah
lalu kembali keposisi semula, dan akan melanjutkan geraknya disebut
sebagai satu siklus getar. Waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus
disebut sebagai periode getaran. Jumlah siklus pada suatu selang waktu
tertentu disebut sebagai frekuensi getaran.
Gambar 2.4. Sistem getaran sederhana (Mobley, 2008)
Frekuensi adalah salah satu karakteristik dasar yang digunakan
untuk mengukur dan menggambarkan getaran. Karakteristik lainnya
yaitu perpindahan, kecepatan dan percepatan. Setiap karakteristik ini
menggambarkan tingkat getaran, hubungan karakteristik ini dapat
dilihat pada gambar 2.2 sebagai berikut:
Perpindahan (displacement) mengindikasikan berapa jauh suatu
objek bergetar, kecepatan (velocity) mengindikasikan berapa cepat
objek bergetar dan percepatan (acceleration) suatu objek bergetar
terkait dengan gaya penyebab getaran.
Perioda berhubungan erat sekali dengan frekuensi. Periode
didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 buah
getaran (gelombang / putaran / perulangan). Satuan perioda adalah detik,
dengan simbol untuk perioda adalah T
Panjang gelombang adalah sebuah jarak antara satuan berulang dari
sebuah pola gelombang. Biasanya memiliki denotasi huruf Yunani
lambda (λ). Dalam sebuah gelombang sinus, panjang gelombang adalah jarak antara puncak (http://id.wikipedia.org/wiki/Panjang_gelombang).
Amplitudo adalah pengukuran skalar yang nonnegatif dari besar
suatu gelombang. Amplitudo juga dapat didefinisikan sebagai
jarak/simpangan terjauh dari titik kesetimbangan dalam gelombang
sinusoide yang kita pelajari pada mata pelajaran fisika dan matematika -
geometrika. Amplitudo dalam sistem internasional biasa disimbolkan,
dengan (A) dan memiliki satuan meter (m) (http://id.wikipedia.org/
wiki/Amplitudo).
Satuan yang digunakan tiap karakteristik dapat dilihat pada Tabel
2.1. Untuk keperluan program preventive maintenance, kecepatan
getar adalah karakteristik yang penting untuk diukur.
Tabel 2.4. Karakteristik dan satuan getaran
Karateristik Getaran
Satuan
Perpindahan
microns peak to peak
( 1 µm = 0.001 mm )
mils peak to peak
(0.001 in )
Kecepatan mm/s in/s
Percepatan
G
( lg = 980 cm/s2 )
G
( lg = 5386 in/s2 )
Frekuensi cpm, cps, Hz cpm, cps, Hz
(Sumber: Maintenance Engineering Handbook, Mobley, 2008)
2.1.2. Gerak Harmonik
Getaran dari sebuah mesin merupakan resultan dari sejumlah
getaran individu komponen yang muncul oleh gerak ataupun gaya pada
komponen mekanik alat ataupun proses pada mesin atau pun sistem
yang saling terkait. Gerakan akan berulang pada periode waktu
tertentu. Interval atau selang waktu τ, dimana frekuensi menyatakan
jumlah getaran persatuan waktu, getaran berulang biasanya diukur
dalam satuan waktu yaitu detik. Setiap frekuensi komponen mesin
dapat dihitung dengan rumus berikut ini:
(2.1)
Dan frekuensi lingkaran atau kecepatan sudut dapat dihitung
dengan rumus
(2.2)
(2.3)
Besaran ω biasanya diukur dalam radian per detik. Bentuk
sederhana dari gerak periodik disebut sebagai gerak hamonik, lihat
Gambar 2.2. Pada gerak harmonik, hubungan antara perpindahan
maksimum dan waktu dapat ditampilkan:
x = X sinωt (2.4)
Perpindahan adalah ukuran dari jarak aktual yang dilalui
komponen mesin yang timbul dari getaran komponen. Nilai
maksimum dari perpindahan yaitu X, yang disebut sebagai amplitudo
getaran.
Kecepatan dalam gerak harmonik berdasarkan persamaan (2.4)
dapat diperoleh dari hasil diferensial perpindahan terhadap waktu,
yaitu:
(2.5)
Persamaan (2.5) menunjukkan bahwa kecepatan juga dinyatakan
sebagai getaran harmonik dengan nilai maksimum yaitu ω X.
Sedangkan percepatan harmonik dapat diturunkan dari persamaan (2.5)
sehingga:
(2.6)
Persamaan (2.6) menjelaskan bahwa percepatan juga dinyatakan
2.1.3. Gerak Periodik
Gerak yang berulang dalam selang waktu yang sama disebut
gerak periodik. Gerak periodik ini selalu dapat dinyatakan dalam fungsi
sinus atau cosinus, oleh sebab itu gerak periodik disebut gerak
harmonik. Jika gerak yang periodik ini bergerak bolak-balik melalui
lintasan yang sama disebut getaran atau osilasi. Getaran mesin pada
umumnya memiliki beberapa frekuensi yang muncul bersama-sama.
Gerak periodik dapat dihasilkan oleh getaran bebas sistem dengan
banyak derajat kebebasan, dimana getaran pada tiap frekuensi natural
memberi sumbangan. Getaran semacam ini menghasilkan bentuk
gelombang kompleks dapat dilihat pada Gambar 2.3 yang
menunjukkan gerak periodik gelombang sinyal segiempat dan
gelombang pembentukannya dalam domain waktu.
Gambar 2.6. Gerak periodik gelombang sinyal segi empat dan
gelombang Pembentuknya dalam domain waktu (Robert K. Vierck, 1995)
Pembentukannya dalam domain waktu dari gambar di atas ada
beberapa hal yang perlu kita perhatikan adalah sebagai berikut:
1. Gelombang pertama yang harus kita amati adalah gelombang (1).
Hal ini diwakili oleh satu siklus. Sebagai skala waktu adalah 1 s, ia
2. Gelombang berikutnya untuk dipertimbangkan adalah gelombang
(3). Hal ini dapat dilihat bahwa ia memiliki tiga siklus pada periode
yang sama dari gelombang pertama. Jadi, ia memiliki frekuensi 3
Hz.
3. Ketiga adalah gelombang (5). Berikut lima siklus dapat ditelusuri,
dan tentunya memiliki frekuensi dari 5 Hz.
4. Berikutnya adalah gelombang (7). Ia memiliki tujuh siklus dan
karena itu frekuensi 7 Hz.
5. Gelombang (9) adalah berikutnya dengan sembilan siklus dan akan
memiliki frekuensi 9 Hz.
Gerak harmonik pada Gambar 2.3 dapat dinyatakan dalam
deretan sinus dan cosinus yang dihubungkan secara harmonik. Jika x(t)
adalah fungsi periodik dengan periode τ, maka fungsi ini dapat
dinyatakan oleh deret Fourier (Pain, 2005)sebagai:
(2.7)
Dengan ;
Pada gelombang segiempat berlaku x(t) = ± Apada t = 0, dan t = T, dan
seterusnya. Deret ini menunjukkan nilai rata-rata dari fungsi yang
diskontinu.
Perpindahan didefinisikan sebagai jarak linier untuk gerak
translasi, dan untuk gerak rotasi, perpindahan didefinisikan sebagai
gerakan sudut (Harris dan Piersol, 2002). Gambar 2.5 menunjukkan
pegas linier sebagai berikut:
Gambar 2.4. Pegas Linier (Harris dan Piersol, 2002).
Pada Gambar 2.4. menggambarkan perubahan panjang pegas
proporsional dengan gaya yang bekerja sepanjang panjangnya, dan
dapat kita rumuskan sebagai berikut:
u x k
F (2.8)
Pegas dianggap tidak memiliki massa, sehingga gaya yang
bekerja pada salah satu ujungnya sama dan berlawanan dengan gaya
yang bekerja pada ujung yang lain sehingga konstanta proporsional
adalah konstan. Massa adalah benda tegar seperti yang ditunjukkan
Gambar 2.5. Benda Tegar (Harris dan Piersol, 2002).
Massa dengan percepatan , menurut hukum kedua Newton
sebanding dengan resultan semua gaya yang bekerja pada
massa dan hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
x m
F (2.9)
Sedangkan redaman yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan
seperti pada Gambar 2.6 sebagai berikut:
Gambar 2.6. Redaman (Harris dan Piersol, 2002).
Konstanta c adalah koefisien redaman, redaman yang ideal
dianggap tidak memiliki massa sehingga besarnya gaya pada kedua
ujungnya sama namun arahnya berlawanan, sehingga:
u x c
F (2.10)
Sistem 1 DOF Tanpa redaman dapat di lihat pada Gambar 2.7
sebagai berikut:
Gambar 2.7. Sistem 1 DOF Tanpa Redaman (Harris dan Piersol, 2002).
Gaya yang diberikan oleh massa dan pegas massa yang
berlawanan dengan gaya diterapkan oleh pegas pada massa.
Persamaan Newton untuk massa adalah sebagai berikut:
0
kx x
m (2.11)
Dimana x = 0 karena posisi kesetimbangan massa. Sehingga solusi
untuk penyelesaian persamaan diatas adalah:
t m k B t m k A
x sin cos (2.12)
sec /
rad m
k
n (2.13)
Dimana: = sudut frekuensi natural
Osilasi sinusoida massa berulang terus menerus, dan interval waktu
untuk menyelesaikan satu siklus periode dapat dirumuskan:
n
Dan kebalikan periode adalah frekuensi natural dan dirumuskan sebagai berikut: w kg m k fn n 2 1 2 1 2 1 (2.15)
2.1.4.2. Free vibration dengan redaman
Sistem pegas massa dan diagram benda bebas dapat di lihat pada
Gambar 2.8 sebagai berikut:
Gambar 2.8. Sistem Pegas Massa dan Diagram Benda Bebas (William
T. Thomson, 1992)
Hukum Newton kedua adalah dasar untuk meneliti gerak sistem,
pada Gambar 2.8. perubahan bentuk pegas pada posisi kesetimbangan
adalah Δ dan gaya pegas kΔ adalah sama dengan gaya gravitasi w yang
bekerja pada massa m, sehingga dapat dirumuskan:
mg w
k (2.16)
Hukum Newton kedua untuk gerak diterapkan pada massa m:
x k w F x
Dan karena kΔ = w, diperoleh:
kx x
m (2.18)
Frekuensi lingkaran , sehingga persamaan dapat ditulis:
0 2
x x n
(2.19)
Sehingga persamaan umum dari persamaan diferensial linier orde kedua
yang homogen adalah sebagai berikut:
0 cos
sin t B t
A
x n n (2.20)
Perioda natural osilasi dibentuk dari ; atau
k m
2 (2.21)
Dan frekuensi natural adalah:
k m T
fn 1 2 (2.22)
Persamaan homogen untuk Gambar 2.9 adalah:
0
kx x c x
m (2.23)
Dan koefisien redaman kritis dirumuskan:
n
c km m
c 2 2 (2.24)
Sehingga rasio redaman adalah:
c c
c
(2.25)
Sehingga dapat disimpulkan:
n c m c m c 2
2.1.5. Getaran paksa (Force vibration)
2.1.5.1. Force vibration tanpa redaman
Getaran yang terjadi karena rangsangan gaya luar disebut
getaran paksa atau sistem teraksitasi akibat gaya tanpa redaman yang
[image:42.595.218.404.251.368.2]ditunjukkan seperti pada Gambar 2.9 sebagai berikut:
Gambar 2.9. Sistem Teraksitasi Akibat Gaya Tanpa Redaman (Robert
K. Vierck, 1995)
Eksitasi ini biasanya dihasilkan oleh ketidakseimbangan pada
mesin-mesin yang berputar, dan dapat dirumuskan sebagai berikut:
t F kx x
m 0sin (2.27)
2.1.5.2. Force vibration dengan redaman
Sistem yang teredam karena kekentalan dengan eksitasi
harmonik atau sistem teraksitasi akibat gaya dengan redaman
Gambar 2.10. Sistem Teraksitasi Akibat Gaya dengan Redaman (Robert
K. Vierck, 1995)
Dari Gambar 2.10. maka persamaan diferensial geraknya adalah:
t F kx x c x
m 0sin (2.28)
Solusi khusus persamaan diatas adalah keadaan tunak (steady state)
dengan frekuensi ω yang sama dengan frekuensi eksitasi, sehingga
dapat diasumsikan menjadi:
t A
x sin (2.29)
t B t A
x sin cos (2.30)
Dimana:
A = Amplitude osilasi
Φ = Beda fase simpangan terhadap gaya eksitasi
2 2 2 0 c m k F A (2.31) Dan 2 1 tan m k c (2.32)
Dengan membagi pembilang dan penyebut persamaan 2.30 dan 2.31
dengan k, diperoleh:
2 2 2 0 1 k c k m k F
A (2.33)
k m k c 2 1
tan (2.34)
2.1.6. Pemilihan Parameter dan Transducer
Dalam pemilihan parameter yang akan diukur seringkali ditentukan
berdasarkan spesifikasi ataupun standar yang tersedia. Dalam kasus
dimana hal ini tidak tersedia maka pertimbangan pada Tabel 2.2. dapat
digunakan, atau menggunakan flattest spectrum rule.
Tabel 2.5. Panduan pemilihan parameter yang akan diukur
Perpindahan
(displacement)
a) frekuensi rendah, dibawah 600 cpm
b) pengukuran getaran shaft pada mesin berat
dengan rotor yang relatif ringan.
c) menggunakan transduser velocity dan tranduser
acceleration.
d) transduser velocity, untuk mengukur
displacement dengan rangkaian single integrator. e) transduser accelerometer, dapat digunakan untuk mengukur diplacement getaran dengan
rangkaian double integrator.
Kecepatan
(velocity)
a) range frekuensi antara 600 – 100.000 cpm
b) pengukuran over all level getaran mesin
c) untuk melakukan prosedur analisa secara umum
Perpindahan
(acceleration)
a) pengukuran pada frekuensi tinggi/ultrasonic
sampai 600000 cpm atau lebih
b) untuk pengukuran spike energy pada roll
bearing, ball bearing, gear, dan sumber getaran aerodinamis dengan frekuensi tinggi
Sumber : http://vibrasi.wordpress.com/category/teori-vibrasi
2.1.7. Pemasangan Transducer Pengukur Sinyal Getaran
Berbagai metode pemasangan transducer pada permukaan yang
diuji, antara lain:
1) Transducer dengan ikatan baut pada permukaan uji dengan menggunakan ulir
2) Transducer dengan ikatan semen pada permukaan uji 3) Transducer dengan ikatan lapisan lilin
4) Transducer dengan magnet permanen dilekatkan pada permukaan
yang ferromagnetic
6) Transducer di pegang langsung dengan tangan terhadap permukaan uji.
Suatu alternatif dengan biaya yang cukup murah dalam
pemantauan secara kontinu sinyal getaran adalah dengan mengambil
data getaran dari mesin pada interval waktu rutin melalui alat vibration
analyzer genggam yang dapat menampilkan output analisa getaran
langsung ditempat seperti (nilai puncak, filter, RMS dan lainnya) dan
spektrum FFT. Alat genggam ini dilengkapi dengan sebuah
accelerometer vibration pick-up, sehingga teknisi pemeliharaan dapat secara aman menyentuh bagian yang akan dipantau pada tiap mesin
dalam pemeriksaan rutin seperti ilustrasi pada Gambar 2.11 sebagai
berikut:
Gambar 2.11. Ilustrasi Vibration Analyzer portabel dan data logger
(Scheffer, 2004)
2.1.8. Analisa Sinyal Getaran dan Identifikasi Penyebab Getaran
Pada mesin yang beroperasi dalam kondisi paling baik sekalipun,
pemantauan sinyal getaran akan memunculkan amplitudo, meskipun
adalah dampak yang wajar dari adanya perubahan kondisi operasi,
misalnya: perubahan suhu, perubahan beban, keausan, dan fluktuasi
dari lingkungan mesin. Dan pada saat amplitudo berada diatas
baseline, maka trend perlu dicermati oleh teknisi agar tetap secara kontinu menguji kebutuhan potensial terhadap:
a. Adanya perubahan kondisi operasi mesin yang sementara
b. Penjadwalan dini terhadap tindakan perbaikan
c. Penghentian segera operasi mesin oleh karena adanya kenaikan
yang signifikan dari amplitudo getaran mesin.
Kenaikan amplitudo sinyal getaran terhadap waktu dapat dilihat
pada gambar 2.12 sebagai berikut:
Gambar 2.12. Kenaikan amplitudo sinyal getaran terhadap waktu (Maurice L Adams, 2000)
Ketika tingkat getaran mesin mulai bertambah melampaui tingkat
baseline, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.7, hal ini menandakan masalah pada mesin mulai timbul, dan pertambahan pada
tingkat getaran seringkali bukan merupakan gejala dari masalah
tersembunyi. Perhatian diberikan pada mesin yang mulai menunjukkan
kenaikan pada tingkat getarannya.
Data baseline yang dimaksud adalah sekumpulan data yang diukur
atau diobservasi pada saat mesin beroperasi dan dapat diterima dan
stabil. Hasil pengukuran dapat dibandingkan dengan nilai baseline
untuk mendeteksi adanya perubahan. Data baseline hendaknya secara
operasi normalnya. Oleh karena itu pada mesin dengan kondisi operasi
berbeda, baseline untuk perbedaan kondisi ini juga berbeda. Untuk
mesin baru atau telah diperbaiki, maka akan ada periode keausan.
Sehingga, umumnya akan terlihat perubahan nilai yang diukur selama
beberapa hari atau minggu selama beroperasi. Maka, perlu diberikan
waktu untuk terjadinya keausan sebelum data baseline diambil.
Sedangkan untuk mesin yang telah beroperasi pada periode waktu
yang cukup lama, dan baru pertama kali dipantau, baseline dapat
diambil sebagai titik referensi adanya trend. Untuk mengevaluasi
tingkat keparahan (severity) dari sinyal getaran pada mesin berputar,
International Organization for Standardization (ISO) telah menerbitkan suatu standar untuk mengevaluasi berdasarkan kelas dan
tipe dari mesin yang disajikan pada Tabel 2.3 sebagai berikut:
Tabel 2.6. Kriteria zona evaluasi tingkat getaran tipikal
Pada standar tersebut, parameter yang diukur adalah kecepatan
getaran dan dibandingkan nilai RMS kecepatan berdasarkan klasifikasi
daya mesin yaitu:
a. Kelas I (Class I) untuk mesin dengan daya dibawah 15 kW.
b. Kelas II (Class II) untuk mesin dengan data diantara 15 – 75 kW.
d. Kelas IV (Clas IV), untuk mesin fleskibel dengan daya diatas 75
kW.
Sedangkan A, B, C, D pada Tabel 2.3 menunjukkan zona kriteria
evaluasi yaitu:
a. Zona A, yaitu getaran pada mesin yang baru dipasang dan akan
diserah terimakan.
b. Zona B, yaitu getaran pada mesin yang dapat diterima dengan
syarat mesin tidak boleh dioperasikan secara terus menerus/lama.
c. Zona C, yaitu getaran pada mesin yang dianggap tidak memuaskan
untuk pengoperasian terus menerus untuk waktu yang lama.
Umumnya mesin dioperasikan untuk waktu yang terbatas pada
kondisi ini, sampai kesempatan untuk tindakan perbaikan
dilakukan.
d. Zona D, yaitu nilai getaran yang dapat mengakibatkan kerusakan
pada mesin.
Untuk mesin-mesin yang didesain dengan jam operasi yang
panjang/lama maka diberikan secara praktis ISO 10816-3 yang
memberikan batasan getaran operasional, yaitu alarms dan trips.
Alarms merupakan nilai batas dari getaran yang ditentukan untuk memberikan peringatan dini bahwa getaran sudah mencapai ataupun
ada perubahan yang signifikan. Apabila batas alarms terjadi,
pengoperasian mesin dapat dilanjutkan untuk sementara waktu sambil
dilakukan investigasi untuk mengidentifikasi penyebab perubahan
getaran dan menentukan tindakan perbaikannya. Nilai batas alarm
pada standar adalah 1,25 kali di atas batas zona B.
Trips merupakan batasan getaran mendekati tingkat getaran yang dapat menyebabkan kerusakan pada mesin. Apabila batasan trip sudah
mengurangi getaran dan mesin dihentikan pengoperasiannya. Nilai
batas trips pada standar adalah 1,25 kali di atas batas zona C.
2.1.8.1. Spektrum frekuensi
Ide dasar dari transformasi Fourier adalah fungsi suatu sinyal
domain waktu dapat dibangun dari penjumlahan fungsi sinus dengan
distibusi berkelanjutan dari frekuensi, mulai dari nol sampai kepada
frekuensi yang diinginkan. Pada sinyal getaran periodik yang berulang
atau pada periode tertentu, deret Fourier dapat diaplikasikan dan
jumlah komponen sinus hanya pada frekuensi diskrit yang merupakan
perkalian integer, n = 1, 2,... dari frekuensi dasar. Meskipun getaran
mesin sering memiliki jumlah komponen harmonik signifikan yang
terbatas, frekuensi tersebut sering pula bukan merupakan perkalian
integer dari frekuensi dasar, dan oleh karena itu transformasi Fourier,
dan bukan deret Fourier, adalah alat yang memadai untuk melacak
sinyal getaran mesin dari domain waktu menjadi domain frekuensi.
Hubungan antara sinyal fungsi waktu, X (t) dan spektrum frekuensi
atau transformasi Fourier, dapat dilihat pada Gambar 2.13. Dengan
mentransformasikan sinyal domain waktu menjadi domain frekuensi,
komponen yang mempengaruhi sinyal getaran tersebut dapat
Gambar 2.13. Ilustrasi dari spektrum frekuensi sinyal yang berosilasi (Maurice L Adams, 2000).
Analisa spektrum sinyal berbasis waktu digunakan untuk
kebutuhan berbagai investigasi, terutama untuk mendiagnosa dan
menyelesaikan masalah getaran seperti dapat dilihat pada Gambar 2.14
sebagai berikut:
Gambar 2.14. Kegagalan pada elemen mesin akan memunculkan amplitudo pada frekuensi tertentu (Scheffer, 2004).
Untuk melihat jenis kerusakan pada bearing dari spektrum
frekuensi dapat dilihat pada standart charlotte pada gambar 2.15 sebagai
Gambar 2.15. Spektrum frekuensi rolling element bearings (Technical Associates Of Charlotte, 2010)
2.2. Bearing
2.2.1. Nomenklatur bearing
Nomenklatur dari bantalan bola unit terpadu NTN seperti pada
Gambar 2.16. mengikuti standar JIS (Japanese Industrial Standards) B
1512, yang mengatur pengkodean terhadap model bantalan atau
2.2.2. Ciri Getaran Dinamik Akibat Kerusakan Bantalan
Ciri getaran dalam bentuk waveform difokuskan pada hubungan
antara percepatan sebagai fungsi dari waktu, yang berasal dari sifat
fisik komponen dinamika motor dan komponen bearing. Domain
frekuensi hasil eksperimental yang merupakan ciri getaran yang
berasal dari sifat fisik komponen motor akibat gaya-gaya imbalance
dari komponen motor yang berdinamika dan menyebabkan komponen
bantalan gelinding (main bearing) menghasilkan frekuensi getaran
seperti ball pass frequency outer (BPFO), ball pass frequency inner
(BPFI), ball spin frequency (BSF), fundamental train frequency (FTF)
serta wavenees. Carolus (2006), menyimpulkan bahwa akibat dari
banyaknya sinyal yang di rekam oleh accelerometer, maka diadakan
analisis respon getaran hasil eksperimental yang dilakukan secara
bertahap. Komponen-komponen bantalan tersebut dapat digambarkan
seperti pada gambar 2.16 sebagai berikut:
Gambar 2.17. Komponen-komponen bantalan (Ball Bearing)
Menurut Suhardjono (2005), frekuensi yang dihasilkan oleh
masing-masing komponen bearing akibat kelonggaran atau cacat lokal
dapat dihitung dengan rumus-rumus sebagai berikut :
a. Frekuensi pada lintasan luar (ball pass frequency outer race, BPF0):
(2.35)
b. Frekuensi pada lintasan dalam (ball pass frequency inner race,BPFI) :
(2.36)
c. Frekuensi putar bola (ball spin frequency, BSF) :
(2.37)
d. Frekuensi pergerakan cage (fundamental train frequency, FTF):
dimana :
Nb = Jumlah bola (Number of balls),
Bd = Diameter bola (Ball diameter), mm
Pd = Diameter Pitch (Pitch diameter), mm
Fr = Frekuensi relatif antara inner race dan outer race,
(Hz )
α = Sudut kontak (Contact angle), derajat.
2.3. Pengolahan Data Vibrasi
2.3.1. Time Domain
Pengolahan data secara time domain melibatkan data hasil
pengukuran objek pemantauan respon getaran, tekanan fluida kerja,
temperatur fluida kerja maupun aliran fluida kerja. Dalam kasus
pengukuran temperatur dengan thermometer yang konvensional karena
karakteristik alat ukurnya, maka tidak dapat dilakukan pengukuran
temperatur secara dinamik. Demikian pula halnya dengan pengukuran
aliran fluida kerja, sehingga untuk memungkinkan pengukuran objek
pemantauan berupa sinyal dinamik, maka diperlukan sensor yang
memiliki karakteristik dinamik tertentu. Untuk karakteristik sinyal
Gambar 2.18. Karakteristik Sinyal Statik dan Dinamik (Ramses Y.
Hutahaean)
Hasil pengukuran objek pemantauan dalam domain waktu
seperti gambar 2.18 dapat berupa sinyal :
1) Sinyal statik, yaitu sinyal yang karakteristiknya (misal: amplitudo,
arah kerjanya) tidak berubah terhadap waktu.
2) Sinyal dinamik, yaitu sinyal yang karakteristiknya berubah
terhadap waktu, sehingga tidak konstan.
Sinyal dinamik yang sering ditemui dalam praktek berasal
dari sinyal getaran, baik yang diukur menggunakan accelerometer,
vibrometer, maupun sensor simpangan getaran. Untuk keperluan
pengolahan sinyal getaran dalam time domain, perlu diperhatikan
karakteristik sinyal getaran yang dideteksi oleh masing-masing sensor
percepatan, kecepatan, dan simpangan getaran (displacement).
2.3.2. Frekuensi Domain
Pengolahan data frekuensi domain umumnya dilakukan dengan tujuan
a) Untuk memeriksa apakah amplitudo suatu frekuensi domain dalam
batas yang diizinkan oleh standar.
b) Untuk memeriksa apakah amplitudo untuk rentang frekuensi
tertentu masih berada dalam batas yang diizinkan oleh standar.
Secara konseptual, pengolahan frekuensi domain dilakukan
dengan mengkonversikan data time domain ke dalam frekuensi
domain. Dalam praktiknya proses konversi ini dilakukan menggunakan
proses FFT (Fast Fourier Transfer) atau Transformasi Fourier Cepat
seperti terlihat pada gambar 2.18 sebagai berikut:
Gambar 2.19. Hubungan Time Domain dengan Frekuesi
Domain
Data domain waktu merupakan respon total sinyal getaran, sehingga
karakteristik masing-masing sinyal getarannya tidak terlihat jelas.
Dengan bantuan konsep deret Fourier, maka sinyal getaran ini dapat
dipilah-pilah menjadi komponen dalam bentuk sinyal sinus yang
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal 22 Mei 2014 pengesahan usulan
oleh pengelola program studi sampai dinyatakan selesai yang direncanakan
berlangsung selama ± 4 bulan. Tempat pelaksanaan penelitian adalah di
Research Center Noise/Vibration Control and Knowledge Based in
Engineering, Program Magister Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara.
3.2. Bahan dan Alat
3.2.1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam melakukan penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1. Bahan penelitian
No Nama Spesifikasi Jumlah
1 Meja 500X500X500 mm 1 Unit
2 Bearing Pillow block NTN, Tipe UCP-204DI 4 Unit
3 Dudukan pillow block
bearing
Mild steel 4 Unit
5 V-pulley 60 mm, Tipe – A 2 Buah
6 V-belt Mitsuboshi A39 1 Buah
7 Elektromotor LM – Motor, 3 Phase
1 Hp (0,75Kw), 1380 rpm
1 Unit
8 Inverter Sumitomo 1 Hp 1 Unit
9 Poros 20X300 mm 1 Unit
10 Poros 20X500 mm 1 Unit
Gambar konstruksi alat uji dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai
berikut:
Gambar 3.16. Konstruksi alat uji
Alat yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 12 alat yaitu
sebagai berikut:
1. Vibrometer laser ometron VQ-400-A-F
Vibrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur
[image:61.595.270.392.244.377.2]kecepatan getaran, dapat dilihat pada gambar 3.2 sebagai berikut:
Gambar 3.17. Vibrometer laser ometron VQ-400-A-F
2. Labjack U3-LV
Labjack digunakan untuk memonitor dan mengontrol
proyek dari PC atau mobile phone, seperti penghubung dunia
nyata dan virtual, dapat dilihat pada gambar 3.3 sebagai berikut:
[image:61.595.262.406.568.701.2]3. Probe Analog
Probe X2 adalah probe analog yang digunakan sebagai
penghubung dari vibrometer ke labjack. Probe ini terdiri dari 2
jalur, yang 1 untuk penghubung ke labjack dan yang satu lagi ke
[image:62.595.231.424.265.410.2]power supplay, dapat dilihat pada gambar 3.4 sebagai berikut:
Gambar 3.19. Probe Analog
4. Tachometer
Tachometer digunakan untuk mengukur kecepatan putaran
[image:62.595.259.403.549.717.2]5. Kabel USB
Kabel data USB digunakan untuk mentransfer data hasil
[image:63.595.241.385.208.349.2]pengukuran ke PC, dapat dilihat pada gambar 3.6 sebagai berikut:
Gambar 3.21. Kabel USB
6. Power Supplay
Power Supplay digunakan untuk mengatur arus searah yang
dihubungkan ke vibrometer dengan daya 12V/1A, dapat dilihat
pada gambar 3.7 sebagai berikut:
[image:63.595.261.406.551.671.2]7. Tripod
Tripod adalah alat untuk membantu agar badan vibrometer
laser ometron VQ-400-A-F bisa berdiri dengan tegak, tegar dan
diam, dan juga bisa di atur ketinggiannya, dapat dilihat pada
gambar 3.8 sebagai berikut:
Gambar 3.23. Tripod
8. Voltmeter
Voltmeter digunakan untuk mengukur besarnya tegangan
listrik pada motor dan power supplay, dapat dilihat pada gambar
3.9 sebagai berikut:
9. Vernier calliper
Vernier calliper digunakan untuk mengukur jarak antar
poros serta dimensi, dapat