• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Media Kultur dengan Penambahan Serbuk Gergaji dan Sumber Nutrisi terhadap Pertumbuhan Miselia Pleurotus ostreatus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Media Kultur dengan Penambahan Serbuk Gergaji dan Sumber Nutrisi terhadap Pertumbuhan Miselia Pleurotus ostreatus"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

SERBUK GERGAJI DAN SUMBER NUTRISI TERHADAP

PERTUMBUHAN MISELIA

Pleurotus ostreatus

ABDURACHMAN SYAFIIH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Efektivitas Media Kultur dengan Penambahan Serbuk Gergaji dan Sumber Nutrisi terhadap Pertumbuhan Miselia Pleurotus ostreatus adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABDURACHMAN SYAFIIH. Efektivitas Media Kultur dengan Penambahan Serbuk Gergaji dan Sumber Nutrisi terhadap Pertumbuhan Miselia Pleurotus ostreatus. Dibimbing oleh ACHMAD dan ELIS NINA HERLIYANA.

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan jamur yang sering dikonsumsi masyarakat dan dibudidayakan karena memiliki kandungan gizi yang tinggi. Jamur tiram berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan pangan fungsional. Proses perkembangan teknologi budi daya jamur tiram saat ini semakin meningkat. Keberhasilan budi daya jamur tiram ditentukan oleh kualitas media, faktor lingkungan dan kualitas bibit yang digunakan. Bibit jamur merupakan faktor yang menentukan seperti halnya bibit untuk tanaman lainnya, karena dari bibit yang unggul akan menghasilkan tubuh buah yang berkualitas tinggi dan memungkinkan dapat beradaptasi terhadap lingkungan yang lebih luas. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan media yang efektif dan berkualitas melalui uji pertumbuhan diameter koloni dan biomassa miselia isolat P. ostreatus pada media kultur dengan penambahan serbuk gergaji dan sumber nutrisi.

Penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan. Pada uji pendahuluan digunakan dua media berbeda (PDA dan MEYEA) untuk mendapatkan media terbaik yang akan digunakan pada uji lanjutan yang ditambahkan dengan perlakuan serbuk gergaji dan sumber nutrisi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis statistik dengan uji F untuk melihat pengaruh media dan kombinasi perlakuan terhadap isolat Pleurotus ostreatus, jika berpengaruh nyata maka diuji lanjut DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) dengan taraf nyata 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa media terbaik untuk pertumbuhan ketiga isolat Pleurotus ostreatusyang diuji adalah media MEYEA. Isolat P. ostreatus HO memiliki kecepatan pertumbuhan rata-rata diameter koloni 1.00 cm/hari dan biomassa 1.43 g, sedangkan isolat P. ostreatus TP dan P. ostreatusvar. columbinus TB memiliki kecepatan rata-rata pertumbuhannya 0.90 cm/hari dan biomasssa masing-masing 0.18 g dan 0.19 g. Pada tahap selanjutnya, Isolat P. ostreatus HO tumbuh baik pada media MEYEA yang diberikan tambahan serbuk gergaji dan sumber nutrisi dengan kecepatan rata-rata pertumbuhan diameter koloni 1.23-1.50 cm/hari dan biomassa miselia 0.95-1.19 g, sedangkan isolat P. ostreatus TP danP. ostreatus var. columbinus TB memiliki kecepatan rata-rata pertumbuhan diameter koloni masing-masing 0.34-1.06 cm/hari dan 0.35-1.06 cm/hari, dan biomasssa masing-masing 0.23-0.30 g dan 0.31-0.60 g. Ketiga isolat P. ostreatus memiliki karakteristik morfologi koloni yang khas dan berbeda. Perlakuan media MEYEA mampu meningkatkan kecepatan pertumbuhan miselia isolat P. ostreatus dengan urutan dari yang tercepat ialah isolat P. ostreatus HO,P. ostreatusvar. columbinus TB dan P. ostreatus TP, sehingga dapat direkomendasikan untuk penggunaan media dan jenis isolat.

(5)

ABDURACHMAN SYAFIIH. The effectiveness of Culture Medium by the addition of Sawdust and Nutrition Sources to Mycelial Growth of Pleurotus ostreatus. Supervised by ACHMAD and ELIS NINA HERLIYANA.

Oyster mushroom (Pleurotus ostreatus) is generally consumed and cultivated by the society due to its high amount of nutrition. Oyster mushroom is also expected to be a potential candidate for functional food. Its cultivation technology development process is recently growing. The success of the mushroom’s cultivation is defined by the quality of the medium, environment factors and the spawn’s quality. As goes with other plants, oyster mushroom’s spawn is a defining factor. A superior spawn produces high quality fruit that allows it to adapt towards wider environment. The objective of this study is to obtain an effective and qualified medium through the growth test of P. ostreatus’s mycelial isolates biomass and colony diameter on culture medium by the addition of sawdust and nutrition sources.

The research was conducted through two stages; preliminary and final test. Two different mediums (PDA and MEYEA) were used during the preliminary stage to figure out which one is the best medium to be used on the final test, with the addition of sawdust and nutrition sources. The research data is analyzed with statistics to observe the effect of medium and the treatment combination towards the isolate Pleurotus ostreatus. if significant then further tested DMRT (Duncan's Multiple Range Test) with a 5% significance level.

The result shows that the best medium for the growth of the three Pleurotus ostreatusisolates tested is MEYEA. P.ostreatusisolate HO has the average colony diameter growth speed of 1.00 cm/day and 1.43 g of biomass; meanwhile P. ostreatus isolate TP and P. ostreatus var. columbinus TB has the average colony diameter growth speed of 0.90 cm/day and biomass of both 0.18 g and 0.19 g. On the next phase, P. ostreatus isolate HO grows well on MEYEA medium added by sawdust and nutrition source with average colony diameter growth speed of 1.23-1.50 cm/day and mycelial biomass of 0.95-1.19 g; meanwhile P. ostreatusisolate TP and P. ostreatusvar. columbinusTB have the average colony diameter growth speed of 0.34-1.06 cm/day and 0.35-1.06 cm/day, with each biomass 0.23-0.30 g and 0.31-0.60 g. The three P. ostreatusisolates have different and unique colony morphology characteristics. The MEYEA medium treatment was able to increase the growth speed of mycelial isolate P. ostreatus with the fastest being P. ostreatus HO, P. ostreatusvar. columbinusTB and P. ostreatus TP, hence the usage of medium and type of isolates is now recommendable.

(6)

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Silvikultur Tropika

SERBUK GERGAJI DAN SUMBER NUTRISI TERHADAP

PERTUMBUHAN MISELIA

Pleurotus ostreatus

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

(8)
(9)

Sumber Nutrisi terhadap Pertumbuhan MiseliaPleurotus ostreatus Nama : Abdurachman Syafiih

NIM : E451114021

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Achmad, MS Ketua

Dr Ir Elis Nina Herliyana, MSi Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Silvikultur Tropika

Prof Dr Ir Sri Wilarso Budi R, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(10)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis ini yang berjudul “Efektivitas Media Kultur dengan Penambahan Serbuk Gergaji dan Sumber Nutrisi terhadap Pertumbuhan Miselia Pleurotus ostreatus” dapat diselesaikan. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada nabi Muhammad SAW, keluarga dan para pengikutnya.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Prof Dr Ir Achmad, MS dan Dr Ir Elis Nina Herliyana, MSi selaku pembimbing yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan studi. Di samping itu, penulis sampaikan terima kasih kepada DIPA IPB yang telah membantu pembiayaan kegiatan penelitian hingga akhirnya tesis ini dapat disusun. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Kepala Laboratorium Patologi Hutan, Laboratorium Nematologi dan Laboratorium Mikologi IPB serta Laboratorium Pengujian Hasil Hutan PusLitBang Hasil Hutan Bogor yang telah memberikan izin pada penulis untuk melaksanakan kegiatan penelitian di lingkungan kerjanya. Terima kasih pula penulis sampaikan kepada Tutin BScF, Ai Rosah Aisah, SHut MSi, Aji Winara, SHut MSi, Asep Mulyadiana, SHut MSi, Laswi Irmayanti, SHut MSi, Lily Novianty, SPd MSi, Rajjitha Handayani, SP MSi, Arina Nur Faidah SHut, Nur Izzatil Hasanah, SHut MSi, Nuroh Bawaihaty, SPd MSi, Rodhi Firmansyah, SPi MSi, Achmad Akmal, SPi MSi, Muhammad Fikri Hardy, SPi, Fransiskus M Tokan, SPi MSi, Euis Wahyuni, SHut, Ismail, Encah, Wakin, Ita, Slamet, Fuji, rekan-rekan mahasiswa Silvikultur Tropika angkatan 2011 dan rekan-rekan mahasiswa S1 dan S2 yang berada di bawah lingkup Fakultas Kehutanan.

Rasa hormat dan terima kasih yang mendalam penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta atas segala do’a dan kasih sayangnya serta senantiasa sabar dalam mendukung dan memberikan dorongan moral kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada guru serta saudaraku tercinta H. Ahmad Munir Zakaria (Alm) dan H. Farhan Zaen, SPd atas segala do’a dan dukungannya serta kepada sahabatku Eko Setyawan Katoh, SE atas dukungannya kepada penulis. Terima kasih kepada Nur Zaituni, SPd atas dukungan dan motivasi yang diberikan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung selama perencanaan dan pelaksanaan penelitian, sampai tesis ini dapat diselesaikan. Semoga Allah memberi balasan yang berlipat. Amiin.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis dan para pembacanya.

Bogor, Februari 2015

(11)

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

2 TINJAUAN PUSTAKA

Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus[Jacq.] Kummer) 3

Bahan Substrat 7

Serbuk Gergaji 7

3 BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian 10

Bahan dan Alat 10

Metode 10

Analisis Data 17

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil 18

Pembahasan 25

5 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan 31

Saran 31

DAFTAR PUSTAKA 32

LAMPIRAN 39

(12)

1 Elemen nutrisi untuk pertumbuhan jamur dan fungsinya 5

2 Bahan substrat yang digunakan jamur P. ostreatus 7

3 Manfaat Spent Mushroom Substrate(SMS) 9

DAFTAR GAMBAR

1 Profil jamur P. ostreatus(sumber : Herliyana 2007) 3 2 Limbah Substrat Jamur atauSpent Mushroom Substrate(SMS) 9

3 Tahapan kegiatan penelitian 10

4 Isolat P. ostreatusyang sudah diremajakan. a. isolat P. ostreatusHO, b. isolatP. ostreatusTP dan c. isolat P. ostreatus var.columbinusTB 11

5 Media kultur yang diuji. a. PDA dan b. MEYEA 12

6 Desain perhitungan pertumbuhan diameter koloni 12

7 Media cair pada alat shaker 13

8 Alat GC-MS Pirolisis 16

9 Pertumbuhan diameter koloni isolat P. ostreatus per hari pada media

kultur padat 18

10 Biomassa miselia isolat P. ostreatus pada media kultur cair setelah

diinkubasi 7 hari 19

11 Pertumbuhan diameter koloni isolat P.ostreatus per hari pada media

MEYEA ditambahkan serbuk sengon 19

12 Pertumbuhan diameter koloni isolat P.ostreatus per hari pada media

MEYEA ditambahkan serbuk jabon 20

13 Pertumbuhan diameter koloni isolat P.ostreatus per hari pada media

MEYEA ditambahkan serbuk SMS 20

14 Biomassa miselia isolat P. ostreatus pada media MEYE yang ditambahkan serbuk gergaji setelah diinkubasi 7 hari 21 15 Pertumbuhan diameter koloni isolat P.ostreatus per hari pada media

MEYEA ditambahkan oatmeal 22

16 Pertumbuhan diameter koloni isolat P.ostreatus per hari pada media MEYEA ditambahkan CaCO3

22 17 Pertumbuhan diameter koloni isolat P.ostreatus per hari pada media

MEYEA ditambahkan maltose 22

18 Biomassa miselia isolat P. ostreatus pada media MEYE yang ditambahkan sumber nutrisi setelah diinkubasi 7 hari 23 19 Penampakan dan tipe koloni kultur pada media MEYEA (a) dan PDA

(b). 1. isolat P. ostreatusHO, 2. isolatP. ostreatusTP dan 3. isolat P. ostreatus var.columbinusTB

24 20 Struktur mikroskopik kultur. a. miselium isolat P. ostreatus HO, b.

miselium isolat P. ostreatus TP, dan c. miselium isolat P. ostreatus var. columbinus TB. Lingkaran menunjukkan clamp connection, tanda panah menunjukkan Septa. Skala ├─┤: 10 μm

(13)

1 Komposisi media kultur pada pertumbuhan isolat P. ostreatus 40 2 Koloni isolat P. ostreatus pada media kultur PDA (a) dan MEYEA

(b); P. ostreatus HO (1), P. ostreatus TP (2) dan P. ostreatus var.

columbinus TB (3) 40

3 Miselia P. ostreatuspada media kultur PDB (a) dan MEYE (b) 40 4 Kadar selulosa, lignin dan pati pada sampel serbuk gergaji 40 5 Hasil analisis kimia menggunakan alat GC-MS Pirolisis 41 6 Hasil analisis sidik ragam dan uji selang berganda Duncan uji in

vitro pengaruh media kultur dan penambahan serbuk gergaji serta sumber nutrisi terhadap pertumbuhan isolat P. ostreatus

(14)
(15)

Latar Belakang

Hutan tropis di Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan berpotensi sangat besar untuk kesejahteraan manusia. Keanekaragaman ini merupakan faktor pendorong perlunya dilakukan penelitian dari ragam hayati di dalamnya, diantaranya adalah ragam jenis jamur. Salah satu jenis jamur yang potensial adalah jamur tiram (Pleurotus ostreatus). Jamur ini secara alami hidup pada batang kayu yang sudah mati (Suriawiria 2002). Jamur tiram tergolong edible mushroom (dapat dimakan) yang sering dikonsumsi masyarakat dan dibudidayakan karena memiliki kandungan gizi tinggi dan rasanya yang lezat (Martawijaya & Nurjayadi 2011). Kandungan protein jamur tiram mencapai 27.00% dan tertinggi dibandingkan lima jenis jamur yang dibudidayakan di Indonesia (Dienazzola & Rahmat 2009).

Jamur tiram berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan pangan fungsional. Jamur ini mengandung senyawa aktif berupa β-D-Glukan yang mampu meningkatkan sistem immun (Manzi & Pizzoferrato 2000), memiliki aktivitas antibakteri (Zahro & Agustini 2013), antivirus, menurunkan kolesterol (Cochrane 1978) dan antitumor (Binding 1972). Jamur tiram juga menghasilkan enzim ligninolitik yang dapat mendegredasi bahan yang mengandung selulosa dan lignin seperti limbah dari hasil hutan berupa serbuk gergaji kayu. Enzim tersebut dapat dimanfaatkan untuk biopulping (Bourbonnais & Price 1992), biobleaching (Moreira et al. 1997; Herliyana 2007) dan bioremediasi (Pointing 2001). Aplikasi enzim tersebut dalam industri merupakan teknologi yang ramah lingkungan. Hal ini dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat dalam mengembangkan teknologi budi daya jamur tiram untuk menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera.

Kushendrarini (2003) menjelaskan bahwa keberhasilan budi daya jamur tiram ditentukan oleh kualitas media, faktor lingkungan dan kualitas bibit yang digunakan. Kualitas bibit jamur merupakan faktor yang menentukan seperti halnya bibit untuk tanaman, karena dari bibit yang unggul akan menghasilkan tubuh buah yang berkualitas tinggi dan memungkinkan dapat beradaptasi terhadap lingkungan yang lebih luas (Chang & Miles 1989). Penyediaan bibit jamur umumnya dilakukan secara fragmentasi dengan memperbanyak miselia yang ditumbuhkan pada substrat atau media tanam. Tahapan pembuatan bibit jamur terdiri atas pembuatan kultur/biakan murni (pure culture), bibit induk (mother spawn) dan bibit semai (ready spawn). Pada tahap pertama produksi spawn dilakukan pada media kultur yang mengandung cukup nutrisi untuk pertumbuhan jamur. Media kultur yang umum dan paling banyak digunakan untuk perbanyakan kultur murni, yaitu media PDA (Potato Dextrose Agar) (Achmad et al. 2011).

(16)

buah (Sumiati et al. 2005). Penggunaan media kultur yang berbeda pada pertumbuhan miselia jamur tiram perlu dilakukan karena adanya evaluasi atau kekurangan dari jenis media yang biasa digunakan sebelumnya. Diharapkan dari kegiatan tersebut dapat diperoleh alternatif media dan isolat unggul yang dapat dikembangkan untuk berbagai keperluan seperti untuk bahan makanan dan penghasil enzim yang bermanfaat bagi semua bidang kehidupan.

Perumusan Masalah

Potensi yang dimiliki oleh jamur tiram sebagai bahan pangan fungsional membuat permintaan konsumen dan pasar terhadap jamur tiram di berbagai daerah terus meningkat (Meitasari & Mursidah 2011). Pengetahuan kebutuhan fisiologis jamur tiram yang meliputi nutrisi untuk setiap tahap pertumbuhannya penting dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai karakteristik media yang efisien dan berkualitas. Setiap jenis jamur memiliki kecocokan yang berbeda pada media yang digunakan untuk dapat tumbuh optimal. Jenis media yang digunakan tidak hanya menentukan pertumbuhan jamur, namun juga mempengaruhi morfologi koloni dan warna serta pembentukan struktur yang khas (Smith & Onions 1994). Oleh karena itu perlu diuji bahwa media kultur yang akan digunakan dapat efektif serta meningkatkan kualitas pertumbuhan miselia isolat P. ostreatus. Penelitian ini merupakan awal dari tahapan kegiatan budi daya serta untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan berikut:

1. Bagaimana efektivitas media kultur yang digunakan dengan penambahan berbagai serbuk gergaji dan sumber nutrisi terhadap pertumbuhan miselia isolat P. ostreatus?

2. Bagaimana karakteristik miselia isolat P. ostreatussecara morfologis?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Menguji efektivitas penggunaan media kultur yang berbeda dengan penambahan berbagai serbuk gergaji dan sumber nutrisi terhadap pertumbuhan miselia isolat P. ostreatus.

2. Mendapatkan informasi tentang karakteristik miselia isolat P. ostreatus secara morfologis

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain :

1. Memberikan sumbangsih bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang budi daya jamur.

2. Memberikan informasi awal mengenai penggunaan media yang efektif dan berkualitas untuk pertumbuhan miselia isolat P. ostreatus.

(17)

2 TINJAUAN PUSTAKA

Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus[Jacq.] Kummer)

Taksonomi dan Morfologi

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) diklasifikasikan oleh beberapa peneliti dalam Moncalvoet al. (2002) dan Hibbettet al. (2007) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Fungi

Filum : Basidiomycota Sub Filum : Agaricomycotina

Kelas : Agaricomycetes

Sub Kelas :Agaricomycotideae

Ordo : Agaricales

Famili : Pleurotaceae

Genus :Pleurotus

Spesies : Pleurotus ostreatus

Jamur tiram (P. ostreatus) merupakan jamur pleurotoid atau jamur pelapuk kayu yang diketahui mempunyai kemampuan sebagai pendegredasi lignin. Terdapat lebih kurang 67 spesies kelompok Pleurotusyang berhasil dikumpulkan dan dilaporkan oleh para peneliti seluruh dunia, sejak Roussel (1805) pertama kali memberi nama Pleurotus(LR 2004). Hasil penelitian Moncalvo et al. (2002) melaporkan bahwa hubungan kekerabatan jenis jamur yang termasuk kelompok Pleurotus antara lain P. ostreatus, P. populinus, P. abieticola, P. eryngii, P. australis, P. laevis, P. cornucopiae, P. djamor, P. calyptratus, P. smithii, P. dryinus,P. cystidiosus,P. tuberregiumdanP.purpureoolivaceus.

Ciri morfologis kelompok Pleurotus memiliki ukuran kecil sampai besar, warnanya bervariasi (putih, krem, abu-abu, violet sampai hitam), lunak, licin, daging basidiokarp tebal, berbau sedap. Spora bulat-elips, mempunyai dinding tipis dan halus, spora non-amiloid, kadang-kadang jamur ini dapat tumbuh tunggal biasanya ditemukan banyak tubuh buah pada satu kali pengamatan, berkelompok, berkerumun, bersusun seperti rak (Gambar 1) (Brown 1981; Largent 1973).

(18)

P. ostreatus memiliki tudung seperti tiram, seperti payung (hasil kultivasi), permukaan bagian tengah berlekuk,mamilate(umbo), warna abu-abu putih keruh. Konsistensi lunak dan berdaging. Pinggiran menggulung ke arah himenium (muda), lurus (tua), bergelombang-bergaris (tua). Daging tudung putih, tebal, setelah tua tidak kenyal. Lamela melanjut turun ke arah dasar tangkai. Warna lamela putih-krem. Tangkai di sisi, eksentrik, di tengah, silinder, sedikit menyempit pada dasar (equal), padat (solid), pendek-panjang dan halus. Menempel pada substrat dengan rizomorf. Bau tepung, rasa hambar, dapat dimakan (edible). Jejak spora umumnya berwarna putih, ukuran basidiospora 6.5-10.4 x 3.9-5.2 µm, basidia (13)19.5-(27)24.7 x 4.6-6.5 µm. Pleurosistidiajarang dijumpai 19.5-32.5 x 3.9-6.5 µm (Herliyana 2007). Spora merupakan awal dari kehidupan jamur yang akan tumbuh membentuk semacam serat yang disebut hifa pada kondisi lingkungan yang optimum. Jalinan sejumlah hifa membentuk jaringan disebut miselium dan dari miselium akan terbentuk gumpalan kecil atau pin headyang makin membesar membentuk tubuh buah (Chang & Miles 1989). Kandungan dan Manfaat

Jamur tiram telah banyak dibudidayakan dan dimanfaatkan sebagai bahan makanan karena memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi dibandingkan jamur lainnya sehingga dapat dijadikan alternatif makanan bergizi. Setiap 100 gram jamur tiram putih mengandung protein 19-35% dengan 9 macam asam amino, lemak sebesar 1.7-2.2% terdiri dari 72% asam lemak tak jenuh dan karbohidrat sebesar 56.6%. B1 (tiamin), B2 (riboflavin) dan B3 (niasin) merupakan vitamin B utama dalam jamur tiram selain vitamin D dan C. Mineralnya terdiri dari K, P, Na, Ca, Mg, Zn, Fe, Mn, Co dan Pb. Mikroelemen yang bersifat logam sangat rendah sehingga aman dikonsumsi setiap hari (Sumarmi 2006). Jamur tiram juga dapat digunakan sebagai probiotik (Synytsya et al. 2009).

Komposisi kimia yang terkandung pada jamur tiram tergantung jenis dan tempat tumbuhnya. Sumber komponen bahan aktif dapat diperoleh dari tubuh buah, miselium dan metabolit hasil fermentasinya (Sudirman 2005). Dilihat dari kandungannya, jamur tiram juga dapat dimanfaatkan bahan pangan fungsional. Gibson dan William (2001) menyatakan bahwa suatu bahan makanan dapat dikatakan “fungsional” jika bahan makanan menunjukkan pengaruh yang menguntungkan kepada satu atau lebih fungsi-fungsi target di dalam tubuh. Di bawah kondisi yang cukup, bahan makanan ini meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit dan meningkatkan daya tahan tubuh.

(19)

Kebutuhan Nutrisi

Nutrisi yang terdapat pada media sangat berperan dalam proses budidaya jamur tiram. Bahan baku atau bahan yang ditambahkan harus sesuai dengan kebutuhan hidup jamur, diantaranya karbohidrat, nitrogen, mineral dan vitamin supaya jamur dapat tumbuh dan berkembang dengan baik (Yuniasmara et al. 1999). Komposisi media jamur tiram umumnya memerlukan unsur C, N dan mineral. Unsur C diperoleh dari serbuk gergaji, N dari bekatul dan mineral dari bahan kapur. Jamur mengadakan kontak langsung dengan lingkungan yang mengandung nutrisi. Molekul yang lebih sederhana dapat langsung diserap. Polimer yang lebih kompleks seperti selulosa, pati dan protein harus dihidrolisis oleh enzim ekstraseluler.

Menurut Griffin (1981) elemen nutrisi penting untuk pertumbuhan jamur dan memiliki jumlah konsentrasi yang berbeda tiap elemen berdasarkan fungsinya masing-masing. Keterangan lengkap mengenai nutrisi yang dibutuhkan jamur beserta fungsinya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Elemen nutrisi untuk pertumbuhan jamur dan fungsinya Elemen Bentuk yang

digunakan

Konsentrasi yang

dibutuhkan Fungsi dan ulasan Makronutrisi

Kalium KCl, K2HPO4 10-3

Aktivitas enzim metabolisme karbohidrat dan

keseimbangan ion

Fosfor KH2PO4 10-3

Asam nukleat, transfer energi dan metabolism perantara

Magnesium MgCl2 10-3

Aktivasi enzim dan metabolisme ATP

Nitrogen NaNO3, NH4Cl 10-3 Asam amino, nukleotida dan vitamin

Sulfur K2SO4 10-4 Asam amino, vitamin dan senyawa sulfur lainnya

Kalsium CaCl2 10-4

Aktivitas enzim, struktur membran, zat lain yang tidak diperlukan

Mikronutrisi Besi FeCl3, FeSO4 10-6

Sitokrom dan heme apoenzim dan pigmen

Tembaga CuSO4 10-6-10-7 Aktivitas enzim, pigmen

Mangan MnCl2 10-7

Aktivatas enzim, siklus TCA dan sintesis asam nukleat

Seng ZnCl2 10-8

Aktivatas enzim, asam organik dan metabolism perantara lainnya

Molibdenum Na2MoO4 10-9 Aktivitas enzim, metabolisme nitrat dan vitamin B12

(20)

Karbon. Karbon (C) menjadi sumber energi bagi aktivitas seluler melalui interkonversi senyawa karbohidrat sederhana sehingga dihasilkan ATP (Adenin Tri Phosphat) yang merupakan energi siap pakai (Achmad et al. 2011). Menurut Hendritomo (2002) senyawa karbon yang dapat digunakan oleh jamur diantaranya monosakarida, oligosakarida, asam organik, alkohol, selulosa dan lignin. Sumber karbon yang paling mudah diserap adalah glukosa.

Nitrogen. Nitrogen (N) dibutuhkan oleh jamur untuk sintesa protein, purin, pirimidin dan diperlukan untuk produksi kitin yaitu polisakarida penyusun utama dinding sel jamur. Tiap jenis jamur memiliki kemampuan yang berbeda dalam menggunakan sumber nitrogen dengan baik untuk pertumbuhan tubuh buah maupun untuk pertumbuhan miselium (Miles 1993). Sumber nitrogen dapat ditambahkan dalam bentuk garam ammonium, nitrat dan komponen nitrogen organik seperti pepton, urea dan asam amino (Kurtzman & Zadrazil 1982).

Mineral.Kebutuhan mineral jamur pada umumnya sama dengan tumbuhan (Miles 1993). Mineral tersebut antara lain : sulfur, fosfor, kalium, dan magnesium. Sulfur berperan sebagai komponen asam amino yang berasal dari sistein dan metionin, vitamin seperti tiamin dan biotin. Fosfor berfungsi sebagai bagian dalam proses sintesis protein, energi, keturunan dan perpindahan materi melewati membran. Magnesium berfungsi sebagai pengaktivasi enzim.

Vitamin. Vitamin merupakan komponen organik yang berfungsi sebagai koenzim yang mengkatalisa reaksi spesifik. Vitamin yang paling sering dibutuhkan oleh jamur adalah tiamin (vitamin B1) yang diperlukan sekitar 100 g/l. Jamur membutuhkan tiamin untuk pembentukan tubuh buah dan primordia (Chang & Miles 1989). Selain tiamin, vitamin yang sering dibutuhkan jamur yaitu biotin (Hofte 1998).

Kebutuhan nutrisi sangat penting untuk reproduksi. Klebs (1899) menyatakan bahwa terdapat hubungan erat antara nutrisi pertumbuhan dan reproduksi jamur dimana keduanya bersifat linier. Hubungan tersebut dapat terlihat dari lima prinsip Klebs sebagai berikut :

a. Pertumbuhan vegetatif akan berhenti apabila kehabisan nutrisi atau dapat juga dipengaruhi oleh banyak faktor

b. Reproduksi dimulai ketika miselium kehabisan nutrisi

c. Pemilihan nutrisi dan konsentrasi yang tepat dapat mempengaruhi perkembangan jamur

d. Kondisi nutrisi selama periode pertumbuhan dapat mempengaruhi spora setelah dipindahkan ke media lainnya

e. Mineral anorganik memiliki dampak khusus terhadap reproduksi semua jamur Faktor Lingkungan

(21)

Bahan Substrat

Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur pelapuk kayu yang dapat mendegradasi bahan lignoselulosa menjadi bahan-bahan organik sederhana melalui proses hidrolisis enzimatis. Bahan substrat yang digunakan berasal dari limbah kehutanan dan limbah pertanian antara lain serbuk gergaji, jerami padi, limbah kapas dan limbah tandan sawit. Beberapa macam bahan substrat dilaporkan menjadi bahan baku media tanam jamur P. ostreatus(Tabel 2).

Tabel 2 Bahan substrat yang digunakan jamur P. ostreatus

No. Jenis jamur Bahan Substrat Sumber Pustaka

1. P. ostreatus Serbuk gergaji Herliyanaet al. (2008); Alwiah (2008)

2. P. ostreatus Limbah sludge

Estheria (2008); Widiastuti dan Tri-panji (2008)

3. P. ostreatus Limbah baglogjamur Ana (2014); Febianti (2014)

4. P. ostreatus Limbah sabut kelapa Astuti dan Kuswytasari (2013)

5. P. ostreatus Limbah eceng gondok Astuti et al. (2012)

6. P. ostreatus Limbah karagenan Assadad (2008)

7. P. ostreatus Limbah biji gandum Wang et al. (2001)

8. P. ostreatus Limbah tandan kelapa sawit Arif et al. (2014)

Serbuk Gergaji

Serbuk gergaji merupakan bahan potensial yang berasal dari limbah industri kayu dan dapat dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan koloni jamur karena mengandung bahan lignoselulosa dan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan jamur tersebut (Hazra & Syachri 1988). Semua jenis serbuk gergaji kayu dapat digunakan untuk media jamur. Serbuk gergajian yang berasal dari kayu tidak awet (kelas awet III, IV, V) dapat digunakan langsung sebagai media. Jenis kayu yang baik untuk digunakan antara lain sengon (Falcataria moluccana), karet (Hevea brasiliensis), suren (Toona sureni) (Suprapti 2000).

(22)

Serbuk Sengon (Falcataria moluccana[Miq.] Barneby & Grimes)

Media tanam yang umumnya digunakan untuk budi daya jamur tiram adalah serbuk gergaji kayu sengon yang diketahui baik untuk penanaman jamur tiram. Handori (1992) melaporkan bahwa laju pertumbuhan dan laju degredasi bahan lignoselulosa oleh miselia jamur tiram pada media tanam serbuk kayu sengon lebih cepat dibandingkan pada media serbuk kayu jati.

Kayu sengon merupakan kayu daun lebar tropis yang mempunyai warna kayu teras hampir putih sampai cokelat muda dan warna kayu gubalnya tidak berbeda dengan warna kayu terasnya, mempunyai tekstur kayu yang agak kasar dan merata, arah serat yang lurus, bergelombang lebar atau terpadu. Kayu sengon memiliki tinggi mencapai 40 meter, panjang batang bebas cabang 10-30 meter, diameter batangnya dapat mencapai 80 cm, bobot jenis yang rendah yaitu berkisar antara 0.24-0.49 dengan rata-rata 0.33. Kekuatannya digolongkan sebagai kayu kayu kelas kuat IV-V dan keawetannya digolongkan sebagai kayu kelas IV-V (Widarmana et al. 1984). Kegunaan kayu sengon adalah untuk bahan baku pembuatan pulp, papan semen, papan serat dan kayu pertukangan (Martawijaya et al. 1989). Kayu sengon merupakan salah satu jenis kayu serat pendek yang telah dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pulp terutama industri pulp yang menghasilkan kertas gelombang (Siagian et al. 2003).

Serbuk Jabon (Anthocephalus cadamba[Roxb.] Miq)

Kayu jabon termasuk jenis kayu daun lebar yang lunak (ringan). Kayu teras berwarna putih kekuningan sampai kuning terang; tidak dapat dibedakan dengan jelas warnanya dari kayu gubal. Tinggi pohon dapat mencapai 45 m dengan diameter batang 100 sampai 160 cm dan kadang-kadang berbanir hingga ketinggian 2 m. Kulit pohon muda berwarna abu-abu dan mulus, sedangkan kulit pohon tua kasar dan sedikit beralur. Daun menempel pada batang utama, berwarna hijau mengilap, berpasangan dan berbentuk oval-lonjong (Soerianegara dan Lemmens 1993). Kayu jabon memiliki berat jenis 0.42 (0.29-0.56) dan masuk ke dalam kelas kuat III-IV. Kayu jabon dimasukkan ke dalam kelas awet V. Kegunaan kayu jabon adalah untuk korek api, peti pembungkus, cetakan beton, mainan anak-anak, bahan baku pulp, kelom dan konstruksi darurat yang ringan (Martawijaya et al. 1989).

Jabon di Indonesia saat ini memiliki prospek tinggi sebagai komoditi hutan tanaman industri dan tanaman penghijauan karena pertumbuhannya yang cepat, mampu beradaptasi pada beberapa kondisi tempat tumbuh yang marjinal dan perlakuan silvikulturnya yang relatif mudah. Riap pertumbuhan diameter dan tinggi rata-rata pohon jabon secara berturut-turut ialah 1.2 sampai 11.6 cm tahun-1 dan 0.8 sampai 7.9 m tahun-1 (untuk jabon berumur 5 tahun di Jawa) Krisnawati et al. (2011). Jabon bermanfaat pula sebagai obat dan hasil uji farmakologi bersifat sebagai antioksidan dan antimikroba (Umachigi et al. 2007).

(23)

Serbuk Limbah Substrat Jamur atau Spent Mushroom Substrate(SMS) Limbah substrat jamur atau Spent Mushroom Substrate (SMS) merupakan limbah media tanam jamur yang sudah habis masa produksinya. Limbah substrat jamur yang umum tersedia adalah yang terbuat dari serbuk gergaji (Gambar 2).

Gambar 2 Limbah Substrat Jamur atauSpent Mushroom Substrate(SMS) SMS mengandung banyak unsur hara. Kartika (2009) melaporkan bahwa SMS memiliki C/N rasio 51.30 dan kandungan hara antara lain 0.98% N, 0.36% P dan 0.58% K. Buswell (1984) menjelaskan adanya potensi SMS sebagai media pupuk organik slow release yang dapat memperbaiki sifat tanah menjadi lebih baik dan diduga limbah ini memiliki potensi dalam bioremediasi tanah. Aspek penting yang bernilai dari SMS adalah kandungan bahan organiknya yang tinggi. Miselia jamur diduga dapat menurunkan rasio C/N yang tinggi pada media tanam jamur tiram tersebut dan aplikasinya ke dalam tanah dalam bentuk kompos dibandingkan dengan pupuk kandang, ternyata memberi hasil yang lebih baik terutama pada jenis tanaman sayur-sayuran seperti kubis, kol, kedelai dan seledri. SMS juga dapat dimanfaatkan antara lain sebagai sumber energi panas dan juga sebagai pakan ternak ruminansia (Oei 1991). Beberapa manfaat SMS dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Manfaat Spent Mushroom Substrate(SMS)

No. Manfaat Sumber Pustaka

1. Bioremediasi Chiu Jumbriah (2006)et al. (1998); Eggen (1999);

2. Tanaman sayuran atau buah Fitriani (2007); Kartika (2009); Irpan (2011)

3. Pakan hewan ternak Setyowati (2005); Puspitasari (2009);; Nurwati (2011); Johan (2014) 4. Semai bibit tanaman Uyun (2006); Sulaeman (2011)

(24)

3 BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 7 bulan mulai bulan Juli 2013 sampai dengan Januari 2014. Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Hutan Departemen Silvikultur Tropika Fahutan, Laboratorium Nematologi dan Laboratorium Mikologi Departemen Proteksi Tanaman Faperta, IPB.

Bahan dan Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan Petri, labu erlenmeyer, oven, Laminar Air Flow (LAF), autoclave, rotary shaker, hammer mill, mikroskop cahaya, timbangan digital, sudip, cork borer, label, sprayer, plastik wrap, kertas saring, alat tulis dan kamera DSLR. Bahan yang akan digunakan dalam penelitian adalah isolat Pleurotus ostreatus, serbuk limbah substrat jamur atau Spent Mushroom Substrate(SMS), serbuk sengon (Falcataria moluccana), serbuk jabon (Anthocephalus cadamba), oatmeal (sumber nitrogen), CaCO3(sumber mineral), maltosa (sumber Karbon), media PDA (Potato Dextrose Agar), media PDB (Potato Dextrose Broth), media MEYEA (Malt Extract Yeast Extract Agar), media MEYE (Malt Extract Yeast Extract), agar, kloramfenikol, aquades, alkohol 70% dan formalin.

Metode

Penelitian ini terdiri atas 5 kegiatan, yaitu: (1) penyiapan isolat P. ostreatus dan media kultur, (2) studi pertumbuhan isolat Pleurotus ostreatus pada media kultur yang berbeda dan memilih media terbaik, (3) penyiapan bahan perlakuan berupa serbuk gergaji dan sumber nutrisi, (4) studi pertumbuhan isolat P. ostreatuspada media kultur dengan penambahan perlakuan (5) pengamatan isolat P. ostreatusberdasarkan karakter morfologi secara makroskopis dan mikroskopis. Tahapan kegiatan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Tahapan kegiatan penelitian Penyiapan isolat

Uji pertumbuhan isolat pada media kultur

Uji pertumbuhan isolat pada media kultur dengan penambahan perlakuan

(25)

Penyiapan Isolat

Langkah kerja dimulai dengan melakukan sterilisasi alat dan ruangan. Peralatan yang tahan panas dan tidak mudah rusak, seperti cawan Petri, cork borer dan sudip disterilkan dengan cara memasukkan ke dalam oven selama 24 jam dalam suhu 100°C. Sterilisasi ruang inokulasi LAF dilakukan dengan menyimpan formalin sebagai desinfektan selama satu hari, kemudian menyalakan sinar Ultra Violet (UV) selama satu jam sebelum memulai kegiatan inokulasi dan ruangan LAF disemprot larutan alkohol 70%.

Isolat P. ostreatus yang digunakan dalam penelitian ini merupakan koleksi Laboratorium Penyakit Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Ada 3 isolat P. ostreatus yang diuji dengan kode, antara lain: P. ostreatus HO, P. ostreatus TP dan P. ostreatus var.columbinus TB (Gambar 4). Bahan isolat yang diuji memiliki asal yang berbeda, isolat P. ostreatus HO merupakan isolat eksotik asal Hongkong yang telah diteliti dan dibudidayakan sejak Mei 2002, sedangkan isolat P. ostreatusTP dan P. ostreatus var.columbinusTB merupakan isolat yang berasal dari Yogyakarta dan dibudidayakan oleh PT Volva Indonesia.

Isolat P. ostreatus yang akan digunakan terlebih dahulu diremajakan dan diperbanyak pada media PDA dalam cawan Petri dan dimurnikan sehingga diperoleh biakan yang homogen, bebas dari kontaminasi dan memiliki viabilitas yang cukup tinggi. Tujuan dari peremajaan isolat adalah untuk membuat stok kultur isolatP.ostreatus.

Gambar 4 Isolat P. ostreatusyang sudah diremajakan. a. isolat P. ostreatusHO, b. isolatP. ostreatusTP dan c. isolat P. ostreatusvar.columbinusTB

Penyiapan Media Kultur

Media kultur yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu PDA (Potato Dextrose Agar) dan MEYEA (Malt Ekstrak Yeast Ekstrak Agar) sebagai media padat (uji pertumbuhan diameter koloni); PDB (Potato Dextrose Broth) dan MEYE (Malt Extract Yeast Extract) sebagai media cair (uji biomassa). Media PDA merupakan media biakan yang paling banyak dan umum digunakan untuk perbanyakan kultur murni (Achmad et al. 2011), sedangkan media MEYEA merupakan media yang masih jarang digunakan sebagai media biakan untuk perbanyakan kultur murni. Pembuatan media MEYEA mengacu pada Petre et al. (2010).

Pembuatan media PDA dibuat dari 39 g bubuk PDA dengan komposisi 4 g bubuk kentang (potato starch), 20 g Dextrose dan 15 g agar. Media MEYEA dibuat dari 20 g Malt Extract, 20 g Yeast Extract dan 16 g agar. Kedua media tersebut ditambahkan antibiotik kloramfenikol 250 mg l-1. Setelah dicampur, masing-masing bahan media kemudian direbus dan diaduk sampai mendidih. Larutan media dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang telah disiapkan,

(26)

masing sebanyak 200 ml (Gambar 5). Setelah itu larutan PDA dan MEYEA dalam erlenmeyer disterilkan dengan menggunakan autoclave pada suhu 121°C dan tekanan 1 atm selama 15 menit. Pembuatan media PDB dan MEYE sama seperti pembuatan media padat, yang berbeda hanya pada media cair tidak ditambahkan agar dan media yang dituang ke dalam erlenmeyer sebanyak 100 ml.

Gambar 5 Media kultur yang diuji. a. PDA dan b. MEYEA Pertumbuhan Isolat P. ostreatuspada Media Kultur

Uji pengaruh media kultur terhadap pertumbuhan isolat P. ostreatusdilakukan pada media kultur padat dan cair selektif antara lain PDA, MEYEA, PDB dan MEYE. Pengujian ini untuk memilih media terbaik yang akan digunakan pada studi pertumbuhan isolat P. ostreatus dengan penambahan beberapa perlakuan. Parameter uji yang diukur antara lain laju pertumbuhan diameter koloni miselia pada media padat dan biomassa (bobot kering) miselia pada media cair.

a. Pertumbuhan Diameter Koloni

Pengujian laju pertumbuhan diameter koloni isolat P. ostreatus dilakukan pada media padat (PDA dan MEYEA). Proses inokulasi pada media padat dilakukan di dalam LAF dengan cara larutan kedua media masing-masing dituang ke dalam cawan Petri, didinginkan dan diinokulasi satu potong biakan murni P. ostreatus menggunakan cork borer Ø 6 mm kemudian diletakkan pada bagian tengah media. Cawan Petri ditutup dan disegel menggunakan plastik wrap. Biakan kemudian diinkubasi hingga isolat memenuhi cawan Petri. Setiap perlakuan dilakukan dengan tiga ulangan dalam cawan Petri.

Pengamatan laju pertumbuhan diameter koloni miselia dilakukan per hari sampai miselia memenuhi cawan Petri. Perhitungan pertumbuhan diameter koloni isolat P. ostreatus dilakukan dengan cara mengukur diameter arah radial (Octaviani 2013) (Gambar 6). Rumus perhitungannya adalah:

Diameter arah radial

=

Ø Ø

Keterangan : ∅

Ø x : Diameter sumbu x Ø y : Diameter sumbu y

Gambar 6 Desain perhitungan pertumbuhan diameter koloni

a b

(27)

b. Biomassa Miselia

Pengujian biomassa miselia isolat P. ostreatus dilakukan pada media cair (PDB dan MEYE). Proses inokulasi pada media cair dilakukan dengan cara satu potong biakan murni P. ostreatus diinokulasikan pada erlenmeyer yang telah diberi larutan media PDB atau MEYE, lalu ditutup dengan kapas dan alumunium foil yang steril. Isolat kemudian diinkubasi dengan perlakuan penggoyangan menggunakan shaker 100 rpm (Octaviani 2013) selama tujuh hari pada suhu kamar (Wartaka 2006). Setiap perlakuan dilakukan dengan tiga ulangan dalam erlenmeyer (Gambar 7)

Gambar 7 Media cair pada alat shaker

Perhitungan biomassa miselia dilakukan dengan cara pada hari ke tujuh (7x24 jam) setelah inokulasi, biakan isolat P. ostreatus dipisahkan antara media cair dengan miselianya, disaring dan dikeringkan dalam oven suhu 60°C selama satu hari, kemudian ditimbang.

Penyiapan Serbuk Gergaji dan Sumber Nutrisi

Bahan perlakuan yang digunakan pada penelitian ini yaitu beberapa jenis serbuk gergaji kayu dan bahan sebagai sumber nutrisi yang mengacu pada (Herliyana 2007) dan Petre et al. 2010). Bahan-bahan perlakuan tersebut digunakan sebagai bahan tambahan pada media kultur.

a. Serbuk Gergaji

(28)

b. Sumber Nutrisi

Pada perlakuan penambahan sumber nutrisi terdiri dari oatmeal (sumber nitrogen), CaCO3(sumber mineral) dan maltosa (sumber karbon). Ketiga bahan yang diuji tersebut merupakan sumber nutrisi terbaik untuk pertumbuhan koloni isolat P. ostreatus. Perlakuan penambahan oatmeal dan CaCO3masing-masing ke dalam larutan sebanyak 10 g/l dan penambahan maltosa memakai taraf perlakuan sebanyak 15 g/l (modifikasi Petre et al. 2010). Bahan oatmeal yang digunakan merupakan salah satu produk sereal siap saji berbentuk flakes. Bahan kapur (CaCO3) yang digunakan berupa kalsium karbonat atau kalsit mineral atau kapur pertanian. Bahan maltosa yang digunakan berupa bubuk maltosa sintetis.

Pertumbuhan Isolat P. ostreatus pada Media Kultur dengan Penambahan Perlakuan

Media kultur terbaik yang telah didapat pada studi pertumbuhan isolat P. ostreatussebelumnya diberikan perlakuan beberapa jenis serbuk gergaji (sengon, jabon dan SMS) dan bahan sebagai sumber nutrisi (oatmeal, CaCO3dan maltosa) untuk menguji kembali pertumbuhan isolat P. ostreatus. Parameter uji yang diukur antara lain laju pertumbuhan diameter koloni miselia pada media padat dan biomassa (bobot kering) miselia pada media cair.

Proses inokulasi pada media padat dan media cair sama seperti studi pertumbuhan isolat pada media kultur sebelumnya. Pengamatan laju pertumbuhan diameter koloni miselia dilakukan per hari sampai miselia memenuhi cawan Petri. Perhitungan biomassa miselia dilakukan sama seperti pada uji biomassa miselia isolat P. ostreatus sebelumnya. Setiap perlakuan dilakukan dengan tiga ulangan dalam cawan Petri.

Pengamatan Morfologi Isolat

Kegiatan pengamatan koloni miselia isolat P. ostreatusyang diuji dilakukan pada media kultur selektif (PDA dan MEYEA) dengan pendekatan morfologis. Pengamatan berdasarkan karakteristik morfologi koloni kultur dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis sebagai upaya konfirmasi karakter dan kondisi miselia ketiga isolatP. ostreatus.

a. Pengamatan Makroskopis

Pengamatan kondisi makroskopis isolat dilakukan dengan mengamati tipis tebalnya miselia dan warna miselia P. ostreatus yang mengacu pada Stalpers (Rayner & Boddy 1988). Penampakan dan tipe koloni kultur ketiga isolat P. ostreatuspada media kultur mempunyai tipe yang khas dan berbeda-beda.

b. Pengamatan Mikroskopis

(29)

Analisis Kandungan Kimia Serbuk Gergaji

Serbuk gergaji yang digunakan dalam penelitian ini merupakan serbuk kayu yang berasal dari jenis kayu daun lebar, yaitu sengon dan jabon. Kedua jenis kayu tersebut memiliki kelas kuat dan awet yang berbeda. Kelas tersebut berhubungan dengan komponen kimia kayu yang ada di dalamnya. Pada umumnya komponen kimia kayu daun lebar dan kayu daun jarum terdiri dari 3 unsur: 1) unsur karbohidrat terdiri dari selulosa dan hemiselulosa, 2) unsur non-karbohidrat terdiri dari lignin, dan 3) unsur yang diendapkan dalam kayu selama proses pertumbuhan dinamakan zat ekstraktif (Dumanauw 1993). Komponen kimia yang diteliti adalah lignin, selulosa, pati dan senyawa kimia lainnya yang diduga memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan miselia isolat P. ostreatus. Komposisi kimia kayu bervariasi untuk setiap jenis kayu.

Sampel serbuk gergaji yang diuji (sengon, jabon dan SMS) dianalisis kandungannya oleh laboratorium pengujian hasil hutan yang berada di Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (P3HH), Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (BaLitBangHut), Bogor.

a. Analisis Kadar Lignin

Lignin merupakan komponen penting dalam jaringan kayu atau tumbuhan yang fungsinya berkaitan dengan kekuatan mekanik dinding sel kayu. Kandungan lignin yang terdapat dalam tumbuhan sangat beragam, yaitu berkisar antara 20-40%. Kadar lignin ditetapkan dengan memakai cara standar TAPPI T 13 m–45 (Anonim 1993). Umumnya penetapan kadar lignin dilakukan dengan cara melarutkan dan menghidrolisa karbohidrat-karbohidrat dengan asam sulfat dengan cara tertentu. Kadar lignin dihitung sebagai berikut:

Kadar lignin = × 100%

b. Analisis Kadar Selulosa

Selulosa merupakan penyusun utama kayu. Kira-kira 40-45% bahan kering dalam kebanyakan jenis kayu adalah selulosa, terutama terdapat dalam dinding sel sekunder. Penetapan kadar selulosa menurut cara yang dikemukakan oleh Norman dan Jenkins (Wise 1944). Kadar selulosa dapat dihitung sebagai berikut:

Kadar selulosa = × 100%

c. Analisis Kadar Pati

Pati merupakan senyawa organik dan termasuk bahan zat ekstraktif dalam kayu. Kadar zat ekstraktif di dalam kayu bervariasi kurang lebih 3-30% berat kering tanur kayu. Zat ekstraktif merupakan faktor yang menentukan tingkat keawetan alami kayu dan ketahanan kayu terhadap serangan serangga dan organisme pelapuk lainnya. Kadar pati ditetapkan memakai cara Standar Industri Indonesia (SII). Penetapan kadar pati sebagai berikut:

(30)

d. Analisis Kimia dengan Alat GC-MS Pirolisis

[image:30.612.107.454.326.492.2]

Dalam penelitian ini serbuk sengon, serbuk jabon dan serbuk limbah substrat jamur Spent Mushroom Substrate (SMS) dianalisis menggunakan alat GC-MS pirolisis (Gambar 8). GC-MS pirolisis adalah metode instrumental yang memungkinkan karakterisasi dari makromolekuler volatil dan kompleks ditemukan dihampir semua materi dalam lingkungan alam. Perbedaan dengan GC-MS yaitu ada pada jenis contoh yang dianalisis dan metode yang diperkenalkan ke sistem GC-MS. Pada Py-GC-MS, sampel langsung diinjeksikan ke dalam tempat sampel. Sampel padatan yang diperlukan untuk analisis hanya beberapa mg (atau dalam kasus material dengan kandungan karbon organik yang tinggi, <mg) dan asli bahan alami (misalnya tanah, sedimen, vegetasi, serangga kutikula, rambut dan lain-lain). Sampel yang diambil dimasukkan ke dalam ruang kuarsa dalam pirolisis unit yang kemudian dipanaskan dalam lingkungan bebas oksigen pada suhu yang sudah ditentukan sebelumnya selama beberapa detik. Reaksi menghasilkan panas yang dimediasi pembelahan ikatan kimia dalam struktur makromolekuler dan menghasilkan berat molekul rendah dengan komposisi kimia yang mengindikasikan jenis spesifik makromolekul (misalnya lignin, selulosa, kitin dan lain-lain).

Gambar 8 Alat GC-MS Pirolisis

(31)

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan untuk analisis pertumbuhan diameter koloni isolat P. ostreatusadalah model yang mengikuti Rancangan Acak Lengkap “dalam waktu” (RAL in time). Kemudian dilakukan analisis dengan uji F (ANOVA) dan uji lanjut Duncan. Analisis dilakukan pada selang kepercayaan 95% (α =0.05) menggunakan perangkat lunak SAS (Statistical Analysis Software) versi 9.1.3.

Rumus umum yang digunakan adalah sebagai berikut (Mattjik & Sumertajaya 2002):

=

+

+

( )

+

+

(

)

+

Keterangan :

Y

=Respon pada perlakuan media, waktu (cm/hari) dan ulangan

μ

= Rataan umum

τ

= Pengaruh perlakuan media

δ

( ) = Pengaruh acak pada perlakuan media dan ulangan

W

= Pengaruh waktu (cm/hari)

(

τ

W

)

= Interaksi antara perlakuan media dan waktu (cm/hari)

ε

=Pengaruh acak pada perlakuan media, waktu (cm/hari) dan ulangan

Rancangan percobaan yang digunakan untuk analisis pertumbuhan biomassa miselia isolat P. ostreatus adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Kemudian dilakukan analisis dengan uji F (ANOVA) dan uji lanjut Duncan. Analisis dilakukan pada selang kepercayaan 95% (α =0.05) menggunakan perangkat lunak SAS (Statistical Analysis Software) versi 9.1.3.

Rumus umum yang digunakan adalah sebagai berikut (Mattjik & Sumertajaya 2002):

Y =

μ

+

τ

+

ε

Keterangan :

Y

= Pengamatan pada perlakuan media dan ulangan

μ

= Rataan umum

τ

= Pengaruh perlakuan media
(32)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pertumbuhan Isolat P.ostreatuspada Media Kultur

Pertumbuhan isolat P. ostreatus pada dua jenis media kultur padat (PDA dan MEYEA) secara umum menunjukkan hasil yang berbeda pada ketiga isolat (Gambar 9). Pertumbuhan koloni miselia ketiga isolat P. ostreatus yang diinokulasi pada media MEYEA lebih cepat dan koloninya sudah menutup cawan Petri setelah 9-10 hari masa inkubasi, sedangkan laju pertumbuhan ketiga isolat P. ostreatus yang diinokulasi pada media PDA lebih lambat dan koloninya memenuhi cawan Petri setelah 10-12 hari masa inkubasi.

Gambar 9 Pertumbuhan diameter koloni isolat P. ostreatus per hari pada media kultur padat

Isolat P. ostreatus HO tumbuh paling cepat pada media MEYEA dan memenuhi cawan Petri pada hari ke-9 masa inkubasi dengan kecepatan pertumbuhannya 1.00 cm/hari. Isolat P. ostreatus TP dan isolat P. ostreatus var. columbinus TB juga tumbuh cepat pada media MEYEA dan memenuhi cawan Petri pada hari ke-10 masa inkubasi dengan kecepatan pertumbuhannya 0.90 cm/hari. Pada media PDA, isolat P. ostreatus HO dapat memenuhi cawan Petri pada hari ke-10 masa inkubasi dengan kecepatan pertumbuhannya 0.90 cm/hari. Isolat P. ostreatus TP dapat memenuhi cawan Petri pada hari ke-12 masa inkubasi dengan kecepatan pertumbuhannya 0.75 cm/hari, sedangkan isolat P. ostreatus var. columbinus TB dapat memenuhi cawan Petri pada hari ke-11 masa inkubasi dengan kecepatan pertumbuhannya 0.82 cm/hari. Perbedaan laju pertumbuhan miselia masing-masing isolat berhubungan dengan kemampuan menyerap nutrisi yang tersedia pada media kultur.

Sementara itu pertumbuhan miselia isolat P. ostreatus pada media kultur cair menunjukkan hasil yaitu terjadi pengaruh yang berbeda antara perlakuan media kultur cair dengan biomassa isolat. Pertumbuhan ketiga isolat P. ostreatus pada media MEYE menunjukkan biomassa miselia lebih besar dibandingkan biomassa miselia pada media PDB (Gambar 10).

00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

D ia m e te r k o lo n i (c m ) Hari ke-Media PDA Isolat HO Isolat TP Isolat TB 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

[image:32.612.103.477.266.433.2]
(33)

Gambar 10 Biomassa miselia isolat P. ostreatus pada media kultur cair setelah diinkubasi 7 hari

Isolat P. ostreatus HO pada media PDB memiliki biomassa sebesar 0.486 g dan pada media MEYE memiliki biomassa sebesar 1.425 g. Isolat P. ostreatusTP pada media PDB memiliki biomassa sebesar 0.100 g dan pada media MEYE memiliki biomassa sebesar 0.181 g. Isolat P. ostreatus var. columbinus TB pada media PDB memiliki biomassa sebesar 0.081 g dan pada media MEYE memiliki biomassa sebesar 0.191 g. Secara umum media kultur malt yeast (Malt Extract Yeast Extract Medium) baik padat maupun cair menunjukkan hasil yang optimal bagi pertumbuhan isolat P. ostreatus dan akan digunakan pada pengujian selanjutnya.

Pertumbuhan Isolat P. ostreatus pada Media MEYEA dengan Penambahan Serbuk Gergaji

Pertumbuhan isolat P. ostreatus pada media MEYEA dengan penambahan ketiga jenis serbuk gergaji secara umum menunjukkan hasil yang berbeda (Gambar 11, 12 dan 13). Laju pertumbuhan diameter koloni isolat P. ostreatus HO pada ketiga media MEYEA yang ditambahkan serbuk gergaji memiliki pertumbuhan paling cepat dan berbeda nyata dari isolat lainnya.

Gambar 11 Pertumbuhan diameter koloni isolat P. ostreatus per hari pada media MEYEA ditambahkan serbuk sengon

0.486 a

0.100 b 0.081 b 1.425 a

0.181 b 0.191 b

0.000 0.000 0.001 0.001 0.001 0.001 0.002

HO TP TB

B o b o t M is el ia (g )

IsolatP. ostreatus

Media PDB Media MEYE 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12131415 161718 192021 22232425

D ia m et e r k o lo n i (c m ) Hari

ke-MEYEA + Serbuk Sengon

Isolat HO

Isolat TP

[image:33.612.132.499.84.235.2] [image:33.612.142.475.514.684.2]
(34)

Gambar 12 Pertumbuhan diameter koloni isolat P. ostreatus per hari pada media MEYEA ditambahkan serbuk jabon

Gambar 13 Pertumbuhan diameter koloni isolat P. ostreatus per hari pada media MEYEA ditambahkan serbuk SMS

Pertumbuhan diameter koloni isolat P. ostreatus HO pada media MEYEA yang ditambahkan serbuk SMS memenuhi cawan Petri pada hari ke-6 masa inkubasi dengan kecepatan pertumbuhannya 1.49 cm/hari, sedangkan pada media MEYEA yang ditambahkan serbuk sengon dan jabon isolat P. ostreatus HO memenuhi cawan Petri pada hari ke-7 masa inkubasi dengan kecepatan pertumbuhannya 1.25 cm/hari dan 1.23 cm/hari. Isolat P. ostreatus TP dan isolat P. ostreatus var. columbinus TB pada media MEYEA yang ditambahkan serbuk jabon dan serbuk SMS memenuhi cawan Petri pada hari ke-8 masa inkubasi dengan kecepatan pertumbuhannya 1.06 cm/hari, sedangkan pada media MEYEA yang ditambahkan serbuk sengon kedua isolat tumbuh sangat lambat dan dapat memenuhi cawan Petri berturut-turut pada hari ke-25 dan ke-24 masa inkubasi dengan kecepatan pertumbuhannya 0.34 cm/hari dan 0.35 cm/hari. Sangat lambatnya pertumbuhan miselia kedua isolat tersebut pada media serbuk sengon yang diuji diduga adanya sifat kimia yang khas dari media tersebut.

00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10

1 2 3 4 5 6 7 8

D ia m et er k o lo n i (c m ) Hari

ke-MEYEA + Serbuk Jabon

Isolat HO Isolat TP Isolat TB 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10

1 2 3 4 5 6 7 8

D ia m e te r k o lo n i (c m ) Hari ke-MEYEA + Serbuk SMS

Isolat HO

Isolat TP

[image:34.612.101.471.89.564.2] [image:34.612.114.465.94.264.2]
(35)

Sementara itu pertumbuhan miselia ketiga isolat P. ostreatus pada media kultur cair yang ditambahkan serbuk sengon, serbuk jabon dan serbuk SMS menunjukkan hasil yaitu terjadi pengaruh yang nyata antara perlakuan media kultur cair dengan biomassa isolat. Pertumbuhan isolat P. ostreatus HO pada media MEYE yang ditambahkan ketiga jenis serbuk gergaji menunjukkan biomassa miselia lebih besar dibandingkan biomassa miselia isolat P. ostreatus lainnya (Gambar 14).

Gambar 14 Biomassa miselia isolat P. ostreatus pada media MEYE yang ditambahkan serbuk gergaji setelah diinkubasi 7 hari

Isolat P. ostreatusHO pada media MEYE yang ditambahkan serbuk sengon memiliki biomassa miselia sebesar 1.072 g, pada media MEYE yang ditambahkan serbuk jabon biomassanya sebesar 0.954 g dan pada media MEYE yang ditambahkan serbuk SMS biomassanya sebesar 1.054 g. Isolat P. ostreatus TP pada media MEYE yang ditambahkan serbuk sengon memiliki biomassa miselia sebesar 0.227 g, pada media MEYE yang ditambahkan serbuk jabon biomassanya sebesar 0.272 g dan pada media MEYE yang ditambahkan serbuk SMS biomassanya sebesar 0.252 g. Isolat P. ostreatusvar. columbinusTB pada media MEYE yang ditambahkan serbuk sengon memiliki biomassa miselia sebesar 0.268 g, pada media MEYE yang ditambahkan serbuk jabon biomassanya sebesar 0.237 g dan pada media MEYE yang ditambahkan serbuk SMS biomassanya sebesar 0.204 g.

Pertumbuhan Isolat P. ostreatus pada Media MEYEA dengan Penambahan Sumber Nutrisi

Pertumbuhan isolat P. ostreatus pada media MEYEA dengan penambahan ketiga bahan sumber nutrisi secara umum menunjukkan hasil yang berbeda. Laju pertumbuhan diameter koloni isolat P. ostreatus HO pada ketiga media MEYEA yang ditambahkan sumber nutrisi memiliki pertumbuhan paling cepat dan berbeda nyata dari isolat lainnya. Pertumbuhan koloni ketiga isolat P. ostreatus pada media MEYEA yang ditambah oatmeal (sumber nitrogen), CaCO3 (sumber mineral) dan maltosa (sumber karbon) dapat dilihat pada Gambar 15, 16 dan 17.

1.072 a

0.227 b 0.268 b 0.954 a 0.272 b 0.237 b 1.054 a 0.252 b 0.204 b ,0000 ,250000 ,50000 ,750000 1,0000 1,250000 1,50000

HO TP TB

B o b o t m is e li a (g )

IsolatP. ostreatus

Sengon

Jabon

[image:35.612.140.504.185.362.2]
(36)

Gambar 15 Pertumbuhan diameter koloni isolat P. ostreatus per hari pada media MEYEA ditambahkan oatmeal

Gambar 16 Pertumbuhan diameter koloni isolat P. ostreatus per hari pada media MEYEA ditambahkan CaCO3

Gambar 17 Pertumbuhan diameter koloni isolat P. ostreatus per hari pada media MEYEA ditambahkan maltosa

00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10

1 2 3 4 5 6 7 8 9

D ia m et e r k o lo n i (c m ) Hari ke-MEYEA + Oatmeal

Isolat HO Isolat TP Isolat TB 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10

1 2 3 4 5 6 7 8 9

D ia m et e r k o lo n i (c m ) Hari ke-MEYEA + CaCO3

Isolat HO Isolat TP Isolat TB 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10

1 2 3 4 5 6 7 8 9

D ia m et er k o lo n i (c m ) Hari ke-MEYEA + Maltosa

Isolat HO

Isolat TP

[image:36.612.101.477.67.755.2] [image:36.612.101.479.502.687.2]
(37)

Pertumbuhan diameter koloni isolat P. ostreatus HO pada media MEYEA yang ditambahkan oatmeal dan CaCO3 memenuhi cawan Petri pada hari ke-6 masa inkubasi dengan kecepatan pertumbuhannya 1.46 cm/hari dan 1.50 cm/hari, sedangkan pada media MEYEA yang ditambahkan maltosa isolat P. ostreatus HO memenuhi cawan Petri pada hari ke-7 masa inkubasi dengan kecepatan pertumbuhannya 1.23 cm/hari. Isolat P. ostreatus TP pada media MEYEA yang ditambahkan oatmeal, CaCO3dan maltosa memenuhi cawan Petri pada hari ke-9 masa inkubasi dengan kecepatan pertumbuhannya 0.94 cm/hari. Isolat P. ostreatusvar. columbinusTB pada media MEYEA yang ditambahkan CaCO3dan maltosa memenuhi cawan Petri pada hari ke-8 masa inkubasi dengan kecepatan pertumbuhannya 1.06 cm/hari, sedangkan pada media MEYEA yang ditambahkan oatmeal isolat P. ostreatus var. columbinus TB memenuhi cawan Petri pada hari ke-9 masa inkubasi dengan kecepatan pertumbuhannya 0.94 cm/hari. Perbedaan laju pertumbuhan miselia masing-masing isolat berhubungan dengan kemampuan menyerap nutrisi yang tersedia pada media kultur.

Sementara itu pertumbuhan miselia ketiga isolat P. ostreatus pada media kultur cair yang ditambahkan oatmeal, CaCO3 dan maltosa menunjukkan hasil yaitu terjadi pengaruh yang nyata antara perlakuan media kultur cair dengan biomassa isolat. Pertumbuhan isolat P. ostreatus HO pada media MEYE yang ditambahkan ketiga jenis bahan tersebut menunjukkan biomassa miselia lebih besar dibandingkan biomassa miselia isolat P. ostreatuslainnya (Gambar 18).

Gambar 18 Biomassa miselia isolat P. ostreatus pada media MEYE yang ditambahkan sumber nutrisi setelah diinkubasi 7 hari

Isolat P. ostreatus HO pada media MEYE yang ditambahkan CaCO3 memiliki biomassa miselia sebesar 1.192 g, pada media MEYE yang ditambahkan oatmeal biomassanya sebesar 1.133 g dan pada media MEYE yang ditambahkan maltosa biomassanya sebesar 1.152 g. Isolat P. ostreatus TP pada media MEYE yang ditambahkan CaCO3memiliki biomassa miselia sebesar 0.301 g, pada media MEYE yang ditambahkan oatmeal biomassanya sebesar 0.268 g dan pada media MEYE yang ditambahkan maltosa biomassanya sebesar 0.263 g. Isolat P. ostreatus var. columbinus TB pada media MEYE yang ditambahkan CaCO3 memiliki biomassa miselia sebesar 0.238 g, pada media MEYE yang ditambahkan oatmeal biomassanya sebesar 0.309 g dan pada media MEYE yang ditambahkan maltosa biomassanya sebesar 0.598 g.

1.192 a

0.301 b

0.238 b 1.133 a

0.268 b 0.309 b 1.152 a 0.263 c 0.598 b ,0000 ,250000 ,50000 ,750000 1,0000 1,250000 1,50000

HO TP TB

B o b o t m is el ia ( g )

IsolatP. ostreatus

CaCO3

Oatmeal

[image:37.612.109.498.369.527.2]
(38)

Pengamatan Morfologi Isolat

Hasil pengamatan makroskopis terhadap karakteristik ketiga isolat P. ostreatus yang tumbuh pada media kultur agar menunjukkan tipe pertumbuhan radial miselium yang khas dan berbeda. Penampakan koloni miselium ketiga isolat pada kedua jenis media secara umum berwarna putih dan mempunyai miselium udara (aerial mycelium). Penampakan koloni P. ostreatus HO pada kedua jenis media secara umum mempunyai tipe cottony, plumose dan velvety. Isolat P. ostreatus TP dan isolat P. ostreatus var. columbinus TB memiliki persamaan koloni kultur tipe appreseddan downy. Namun pada isolat P. ostreatus TP miseliumnya juga menunjukkan tipe silky(Gambar 19).

[image:38.612.108.452.217.337.2]

Gambar 19 Penampakan dan tipe koloni kultur pada media MEYEA (a) dan PDA (b). 1. isolat P. ostreatusHO, 2. isolat P. ostreatusTP dan 3. isolat P. ostreatusvar.columbinusTB

Sementara itu hasil pengamatan mikroskopis terhadap miselium ketiga isolat P. ostreatus yang tumbuh pada media kultur agar menunjukkan adanya sekat (septa) dan sambungan apit (clamp connection) (Gambar 20). Salah satu penciri spesifik dari isolat P. ostreatus adalah hifa yang memiliki clamp connection, yaitu adanya percabangan/tonjolan kecil pada sekat hifa. Clamp connection merupakan karakter yang umum dijumpai pada jamur filum Basidiomycota. Pada isolat P. ostreatus HO diduga memiliki karakter atau ciri khusus yang tidak dijumpai pada isolat lainnya, yaitu terdapat oidia pada hifa.

Gambar 20 Struktur mikroskopik kultur. a. miselium isolat P. ostreatus HO, b. miselium isolat P. ostreatus TP, dan c. miselium isolat P. ostreatus var. columbinus TB. Lingkaran menunjukkan clamp connection, tanda panah menunjukkan Septa. Skala ├─┤: 10 μm

a b c

a1 a2 a3

b2 b3

[image:38.612.99.478.511.678.2]
(39)

Pembahasan

Pertumbuhan Isolat P.ostreatuspada Media Kultur

Pertumbuhan jamur melibatkan banyak faktor yang menentukan seperti faktor jenis jamur itu sendiri, komposisi media dan lingkungan (Chang & Hayes 1978). Media kultur dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengukur pertumbuhan jamur berdasarkan fungsi waktu baik pada media kultur padat maupun media kultur cair (Chang & Miles 2004). Hasil pengukuran pertumbuhan ketiga isolat P. ostreatus pada media kultur padat menunjukkan bahwa media MEYEA menjadi media yang terbaik bagi pertumbuhan radial miselia isolat P. ostreatus. Ketiga isolat tumbuh cepat pada media MEYEA dibandingkan pada media PDA. Hal ini senada dengan hasil penelitian Imtiaj et al. (2009) bahwa isolat P. ostreatus tumbuh optimum pada media malt yeast ekstrak.

Tiap isolat memiliki kecepatan tumbuh yang berbeda pada kedua jenis media kultur. Isolat P. ostreatus HO tumbuh paling cepat dibandingkan dengan isolat P. ostreatuslainnya. Pertumbuhan terbaik isolat pada kedua media berbeda-beda karena tiap isolat selektif dalam menyerap nutrisi yang dikandung oleh media kultur. Oleh karena itu, tidak semua jenis media cocok sebagai media tumbuh suatu jenis isolat. Chang dan Miles (1989) menjelaskan bahwa beberapa elemen nutrisi dibutuhkan oleh jenis isolat tertentu yang akan tumbuh pada medium yang memiliki kandungan nutrisi dalam jumlah yang spesifik.

Pertumbuhan ketiga isolat P. ostreatus pada media MEYEA lebih cepat dibandingkan pada media PDA kemungkinan disebabkan oleh sumber nitrogen yang terkandung di dalam media tersebut. Owaidet al. (2014) melaporkan bahwa laju pertumbuhan miselia P. salmoneostramineus semakin menurun seiring dengan bertambahnya kadar yeast ekstak pada media kultur. Demikian pula menurut Imtiaj et al. (2009) bahwa pertumbuhan radial miselium P. eryngiipada media kultur padat dengan sumber nitrogen yeast ekstrak lebih cepat dibandingkan sumber nitrogen pepton.

Sementara itu biomassa (bobot kering) miselia P. ostreatus pada media cair menunjukkan bahwa pertumbuhan ketiga isolat pada media MEYE lebih baik dibandingkan media PDB. Biomassa yang dihasilkan P. ostreatus mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada media MEYE terutama pada hasil biomassa isolat P. ostreatus HO. Hasil ini senada dengan Adejoye et al. (2006) dan Gbolagade et al. (2006) yang melaporkan bahwa media malt yeast ekstrak dapat meningkatkan pertumbuhan miseliaP.florida.

(40)

menstimulasi pertumbuhan miselia, produksi metabolit (Kim et al. 2005) dan mempengaruhi sintesis protein, purin, pirimidin dan komponen kitin dinding sel jamur pada media kultur (Chang & Miles 1989).

Yeast ekstrak menjadi sumber nitrogen penting bagi pertumbuhan isolat P. ostreatus pada media kultur yang ditunjukkan dengan pertumbuhan miselium yang lebih cepat dan bobot miselium yang lebih berat. Hal ini serupa dengan hasil studi Fasidi dan Olorunmaiye (1994) dan Jonathan dan Adeoyo (2011) yang melaporkan bahwa sumber nitrogen yeast ekstrak dapat meningkatkan bobot miselium P. tuber-regium pada media cair. Kandungan nitrogen pada media kultur dapat mempengaruhi pertumbuhan miselium. Menurut Cochrane (1958), tidak ada titik optimum nitrogen yang dibutuhkan oleh sebuah kultur karena kebutuhan nitrogen tergantung pada jumlah karbon. Sumber nitrogen organik seperti yeast ekstrak selain dapat dimanfaatkan sebagai sumber nitrogen, dapat juga dimanfaatkan sebagai sumber karbon. Namun demikian, pada prinsipnya ada juga faktor lain yang mempengaruhinya.

Senyawa nitrogen kompleks berupa yeast ekstrak mengandung vitamin, nitrogen, asam amino dan karbon (Ikonomou et al. 2001) sehingga metabolisme senyawanya oleh jamur dilakukan dengan cara hidrolisis oleh enzim ekstraseluler menjadi monomernya yang kemudian diangkut ke dalam sel. Menurut Herliyana (2007), tiap-tiap isolat P. ostreatus memiliki kemampuan menghasilkan enzim-enzim ekstraseluler yang berbeda dalam memecahkan struktur senyawa karbon dan nitrogen. Adapun beberapa jenis jamur edible lain yang tumbuh baik pada media kultur dengan sumber nitrogen berupa yeast ekstrak dibandingkan PDA diantaranya adalah Agaricus bisporus, Flammulina velutipes, Hypsizygus marmoreusdanPleurotus eryngii (Imtiaj et al. 2009).

Pertumbuhan Isolat P. ostreatus pada Media MEYEA dengan Penambahan Serbuk Gergaji

Penambahan ketiga jenis serbuk gergaji pada media MEYEA memberikan pengaruh yang berbeda terhadap laju pertumbuhan miselium P. ostreatus. Hasil pengukuran pertumbuhan ketiga isolat P. ostreatus pada media kultur padat menunjukkan bahwa penambahan serbuk jabon dan serbuk SMS meningkatkan pertumbuhan radial miselia ketiga isolat P. ostreatus, namun pada penambahan serbuk sengon pertumbuhan radial miselia P. ostreatus TP dan P. ostreatus var. columbinus TB sangat lambat. Hal ini serupa

Gambar

Gambar 1  Profil jamur P. ostreatus (sumber : Herliyana 2007)
Tabel 1 Elemen nutrisi untuk pertumbuhan jamur dan fungsinyaBentuk yang Konsentrasi yang
Tabel 2 Bahan substrat yang digunakan jamur P. ostreatus
Gambar 2 Limbah Substrat Jamur atau Spent Mushroom Substrate (SMS)
+7

Referensi

Dokumen terkait

- Melaporkan hasil observasi berupa paparan tentang kemajuan kebudayaan/ peradaban Islam yang telah diraih oleh dinasti bani Umayyah. - Membuat paparan

Sehingga membuktikan bahwa semakin tinggi biaya operasional, klaim dan dana tabarru’ minimum berbasis resiko maka akan mempengaruhi penentuan kontribusi peserta.. Adapun

Sesuai dengan latar belakang masalah dan tujuan penelitian, penulis mengharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat setiap pengguna dunia maya /

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terdapat beberapa kendala yang dapat dibuat sebagai saran untuk penelitian selanjutnya yaitu perlu dilakukan penambahan

Hasil analisis absolute lateral static menunjukkan pipa bawah laut tidak stabil secara lateral pada kondisi instalasi dan operasi karena berat terendam aktual lebih kecil dari

Setelah dilakukan kajian secara mendalam, hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi pendidik menurut al-Qur’an surat Ar-Rahman ayat 1-10 dalam tafsir al-Misbah dan

Setiap industri pasti memiliki peluang menghadapi risiko, begitu juga dengan industri manufaktur. Risiko yang melekat pada perusahaan dalam kelompok industri

Dengan dibuatkannya buku ini maka diharapkan masyarakat mampu memahami segala bentuk produktifitas garam lebih baik lagi dan menunjukan apresiasi yang tidak kearah negatif