PEN
IN
FAKULT
NGARUH
NTENSITA
DI PT
PROG
TAS MAT
UN
H PENAM
TAS MARK
FILL
T. PUSAK
K
CUT
DEPA
RAM ST
TEMATIK
NIVERSIT
MBAHAN
KING, SP
LIGRANE
KA PRIMA
KARYA IL
DIAH AG
112401
ARTEME
UDI D-II
KA DAN I
TAS SUM
2014
PE
I
DiajukanFAKUL
ENGARUH
INTENSIT
DI PT
n untuk mel
PROG
LTAS MAT
UN
H PENAM
TAS MARK
FILL
T. PUSAK
K
engkapi tugCUT
DEPA
GRAM ST
TEMATIK
NIVERSIT
MBAHAN
KING, SPE
LIGRANE
KA PRIMA
KARYA IL
gas dan mem
T DIAH AG
112401
PARTEME
TUDI D-II
KA DAN I
TAS SUM
2014
N
GUAR G
EED
DAN
ED PAPER
A MAND
LMIAH
mnuhi syaraGUSTINA
026
EN KIMIA
II KIMIA
ILMU PEN
MATERA U
4
GUM
TERH
N
PRESS
P
R
IRI (PPM
at memperolA
A
INDUSTR
NGETAH
UTARA
RHADAP
PADA
M)
leh Ahli Ma
RI
HUAN AL
adyaJudul : PENGARUH PENAMBAHAN GUAR GUM TERHADAP
INTENSITAS MARKING, SPEED DAN PRESS PADA
FILLIGRANED PAPER DI PT. PUSAKA PRIMA MANDIRI
Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : CUT DIAH AGUSTINA
Nomor Induk Mahasiswa : 112401026
Program Studi : DIPLOMA (D3) KIMIA
Departement : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (USU)
Disetujui di
Medan, Juni 2014
Diketahui oleh
Ketua Program Studi D3 Kimia FMIPA USU
Dra. Emma Zaidar, M.Si NIP : 195512181987012001
Dosen Pembimbing
Prof .Dr.Jamaran Kaban,MSc NIP : 19506301980021001
Mengetahui
Ketua Departemen Kimia FMIPA – USU
PERNYATAAN
PENGARUH PENAMBAHAN GUAR GUM TERHADAP INTENSITAS MARKING, SPEED DAN PRESS PADA FILLIGRANED PAPER DI PT. PUSAKA
PRIMA MANDIRI
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa Karya Ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2014
CUT DIAH AGUSTINA
PENGHARGAAN
Assalamualaikum wr.wb
Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat, nikmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul “Pengaruh Penambahan Guar Gum Terhadap Intensitas Marking, Speed dan Press Pada Filligraned Paper”.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Jamaran Kaban, MSc selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membantu penulis menyelesaikan karya ilmiah ini.
2. Ibu Dr. Rumondang Bulan, M.S selaku ketua jurusan kimia FMIPA USU yang telah banyak membantu dan membimbing dalam kelancaran studi penulis.
3. Teristimewa buat Ibunda, Ayahanda, Kakanda dan Adinda yang telah banyak memberikan dukungan moril maupun material serta memberikan dukungan sepenuhnya dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
4. Teman-teman seperjuangan Kimia Industri 2011, yang telah memberikan semangat, dan bantuan sampai selesainya karya ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Penulis dengan kerendahan hati mengharapkan masukan berupa kritikan maupun saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya ilmiah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang tidak ternilai kepada semua pihak yang telah membantu demi selesainya tugas akhir ini. Semoga Allah SWT membalas budi baik yang diberikan. Harapan penulis semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juni 2014
ABSTRAK
Salah satu uji kualitas kertas rokok adalah marking filligraned paper yang merupakan penentuan tingkat kecerahan pada kertas rokok. Marking filligraned paper
memiliki 3 kelas kualitas yaitu : light, medium dan strong. Kertas rokok yang baik yaitu
marking medium.
ABSTRACT
One of the cigarette paper quality test was marking filligraned paper which the determination of brightness level cigatrette paper. Marking filligraned paper has 3 kinds of quality such as : light, medium, strong. Good cigarette paper is marking medium quality.
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Teori Umum 3
2.2 Komposisi Kimia Kayu 4
2.3 Struktur Kayu Lunak dan Kayu Keras 7
2.4 Perbedaan Antara Xilem Kayu Lunak dan Kayu Keras 8
2.5 Bahan Baku dan Penggunaan Kertas dan Board 8
2.6 Produksi Kertas dan Kertas Board 11
BAB 3 METODE PENELITIAN 13
3.1 Alat 13
3.2 Bahan 13
3.3 Prosedur Penelitian 14
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 15
4.1 Hasil 15
4.2 Pembahasan 16
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 20
5.1 Kesimpulan 20
5.2 Saran 20
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Grafik hubungan penambahan guar gum terhadap marking medium
Gambar 2 Grafik hubungan penambahan guar gum terhadap marking light
Gambar 3 Grafik hubungan penambahan guar gum terhadap speed
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAK
Salah satu uji kualitas kertas rokok adalah marking filligraned paper yang merupakan penentuan tingkat kecerahan pada kertas rokok. Marking filligraned paper
memiliki 3 kelas kualitas yaitu : light, medium dan strong. Kertas rokok yang baik yaitu
marking medium.
ABSTRACT
One of the cigarette paper quality test was marking filligraned paper which the determination of brightness level cigatrette paper. Marking filligraned paper has 3 kinds of quality such as : light, medium, strong. Good cigarette paper is marking medium quality.
BAB 1 PANDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Di Indonesia telah berdiri lebih dari 40 pabrik kertas, tetapi hanya dua pabrik yang
memproduksi kertas rokok. Dengan demikian kebutuhan akan kertas rokok cukup besar
dengan kenaikan rata-rata 10 % tiap tahun dikarenakan kenaikan dari penikmat rokok
yang juga semakin meningkat. Selain itu pula kebutuhan akan kertas rokok juga masih
tergantung pada pasar luar negeri dalam pemenuhannya.
Dalam mengantisipasi bertambahnya kebutuhan akan kertas rokok di Indonesia
diperlukan perencanaan produksi untuk bisa memenuhi permintaan tersebut. Masalah
perencanaan produksi seperti alokasi jumlah produksi, tingkat persediaan merupakan salah
satu bagian yg terpenting dari suatu sistem dilantai produksi, dimana pelaksanaannya akan
memberikan pengaruh pada waktu penyelesaian produk, biaya produksi, utilitas mesin,
dan lain – lain.
Di Indonesia khususnya di Sumatera banyak dijumpai hutan pinus. Hutan
ini merupakan sumber yang potensial pada pada pengadaan bahan baku untuk
pembuatan pulp, oleh karena itu sesuai dengan kebijaksanaan Pemerintah pada
Repelita IV telah digariskan pembangunan dalam bidang agraris dan industri
diberbagai daerah secara merata.
Kayu merupakan bahan baku pembuatan kertas yang mengandung
senyawa-senyawa yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin dan dan zat
ekstraktif.
Bahan baku yang diolah menjadi kertas sebelumnya di proses menjadi
bubur kertas yang telah bebas dari senyawa-senyawa lignin yang biasanya disebut
pulp. Pulp adalah bahan setengah jadi kertas yang siap diolah menjadi kertas.
Pulp diperoleh dari bermacam-macam jenis kayu yang berserat panjang maupun
yang berserat pendek seperti pinus misalnya jerami padi, bambu, ampas tebu dan
tumbuhan lainnya yang mengandung serat. Komposisi utama dari pulp yaitu
rendahnya kandungan selulosa, lignin merupakan kotoran pada proses pembuatan
pulp harus dihilangkan.
Pulp termasuk ke dalam polisakarida berupa selulosa yang berat
molekulnya 20.000-40.000. Pulp yang merupakan bahan baku industri kertas dan
rayon (serat sintesis) termasuk serat tiruan. Prosen pembuatan pulp bertujuan
untuk memisahkan serat-serat selulosa dari komponen lain yang terdapat dari
bahan berserat selulosa.
1.2 Perumusan Masalah
Bagaimana pengaruh penambahan guar gum, speed dan press terhadap
intensitas marking filligraned paper.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan guar gum, speed dan press
terhadap intensitas markingfilligraned paper.
2. Untuk mengetahui pada marking filligraned paper apa saja yang
masuk ke dalam range.
3. Untuk mengetahui kualitas yang paling baik dan lebih ekonomis dari
marking filligraned paper yang dihasilkan.
1.4 Manfaat Penelitian
Memberikan informasi dan gambaran mengenai marking filligraned paper
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Umum
Komposisi kimia pulp adalah selulosa 45%, hemiselulosa 10%, lignin 35%, zat
ekstraktif 10%. Selulosa adalah suatu polimer yang terdiri dari glukosa dalam bentuk
piranosa yang berhubungan satu sama lain.
Komponen utama lain setelah selulosa didalam pulp adalah hemiselulosa.
Hemiselulosa terdapat bersama-sama selulosa dalam jaringan tanaman. Hemiselulosa di
dalam pulp peranan yang penting terutama dalam hal daya ikat.
Tujuan pembuatan pulp adalah untuk memisahkan serat-serat selulosa dari
komponen-komponen yang lain yang terdapat dalam bahan berserat menjadi
individu-individu serat.
Berdasarkan kandungan selulosanya kayu dibagi menjadi dua jenis yaitu: kayu
keras dan kayu lunak.
Pada umumnya kayu lunak menghasilkan pulp yang lebih kuat dari pada kayu
keras. Ini disebabkan serat kayu lunak lebih panjang dan fleksibel dibanding dengan serat
kayu keras.
Pada kondisi reaksi yang sama, kayu lunak biasanya memberi tingkat kecerahan
yang lebih rendah dibandingkan dengan kayu keras. Kertas dari kayu keras mempunyai
kualitas cetak yang lebih baik membentuk permukaan kertas yang lebih halus karena
seratnya lebih halus.
Kualitas pulp tergantung dari pada bahan baku dan proses pembuatannya. Salah
satu proses yang terpenting dalam pembuatan pulp yaitu pencucian dengan menggunakan
2.2 Komposisi Kimia Dari Kayu
Kayu adalah suatu karbohidrat yang tersusun terutama atas karbon, hidrogen dan
oksigen. Tambahan pula kayu mengandung senyawa anorganik yang tetap tinggal setelah
terjadi pembakaran pada suhu tinggi pada kondisi oksigen yang melimpah, residu
semacam ini dikenal sebagai abu. Abu dapat ditelusuri karena adanya senyawa yang tidak
terbakar yang mengandung unsur-unsur seperti kalsium, kalium, magnesium, mangan dan
silikon. Kandungan silika melebihi 0,5% secara relatif umum terdapat pada kayu-kayu
keras tropika dan pada sejumlah spesies kandungan ini mungkin lebih dari 2% dari
beratnya. (Haygreen. J. G. dan Bowyer. J. L. 2007)
Secara kimia, kayu terdiri dari empat komponen yaitu : selulosa, hemiselulosa,
lignin dan zat ekstraktif. Keempat komponen ini sangat mempengaruhi kualitas pulp dan
kertas yang dihasilkan. Berdasarkan perbedaan keempat komponen dan penyusun serta
jenis kayu, kayu dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu : kayu keras (hard wood)
dan kayu lunak (soft wood). (Sjostrom. Eeoro. 1995)
1. Selulosa
Selulosa adalah komponen utama dari kayu dan merupakan polisakarida linier
dengan rantai yang cukup panjang yang terdiri dari glukosa-glukosa yang kemudian
berhubungan satu sama lain. (Fegel. D. Dan Wegner. G. 1995)
Selulosa dibuat langsung dari unit-unit glukosa. Sebagai langkah pertama dalam
proses tersebut, pohon mengangkut glukosa ke pusat-pusat pengolahan yang terletak pada
pucuk-pucuk cabang dan akar (meristem ujung) dan ke lapisan kambium yang
menyelubungi batang utama, cabang dan akar. Kemudian dalam suatu proses yang
kompleks, glukosa mengalami modifikasi secara kimia dengan dipindahkannya satu
molekul air dari setiap unit dan terbentuklah suatu anhidrid glukosa: C6H12O6 (glukosa) –
H2O = C6H12O5 (anhidrid glukosa). Unit-unit anhidrid glukosa kemudian saling
bersambungan ujung-ujungnya membentuk polimer berantai panjang yaitu selulosa
(C6H12O5)n (derajat polimerisasi) sama dengan 500-10000. (Haygreen. J. G. dan Bowyer.
2. Hemiselulosa
Hemiselulosa dalah polimer yang baik dibentuk dari monosakarida berbeda
dengan selulosa, dimana hemiselulosa mempunyai lima jenis polimer jenis yang berkadar
monosakarida yaitu: glukosa, galaktosa, sitosa, dan arabinosa.
Jenis kayu yang berbeda mempunyai komposisi hemiselulosa yang berbeda. Kayu
keras lebih banyak mengandung silosa, sedangkan kayu lunak lebih banyak mempunyai
glukosa.
Rantai hemiselulosa lebih pendek dari pada rantai selulosa. Hemiselulosa adalah
polimer bercabang atau tidak linier. Selama pembuatan pulp, hemiselulosa bereaksi lebih
cepat dengan larutan pemasak dibandingkan dengan selulosa. Hemiselulosa bersifat
hidrofil (mudah menyerap air) yang mengakibatkan strukturnya jadi kurang teratur. Kadar
hemiselulosa dalam pulp jauh lebih kecil dibandingkan dengan serat asal, karena selama
pemasakan hemiselulosa bereaksi dengan bahan pemasak dan lebih mudah terlarut
daripada selulosa. (Sjostrom. Eeoro. 1995)
3. Lignin
Lignin adalah suatu polimer yang kompleks dengan berat molekul tinggi, tersusun
atas unit-unit fenilpropan. Meskipun tersusun atas karbon, hidrogen dan oksigen, lignin
bukanlah suatu karbohidrat dan bahkan tidak ada hubungannya dengan golongan senyawa
tesebut. Lignin sangat stabil dan sukar dipisahkan dan mempunyai bentuk yang
bermacam-macam karenanya susunan lignin yang pasti di dalam kayu tetap tidak
menentu. (Haygreen. J. G. dan Bowyer. J. L. 2007)
Lignin merupakan polimer kompleks phenylpropana, amorf, bersifat aromatis 1,3
dengan indeks bias 1,6. Berat molekul 1500-2000 yang bervariasi dengan jenis kayu.
Kadar lignin dalam kayu 20-30%. Struktur molekul lignin belum dapat diketahui karena
metoda isolasi untuk lignin dapat mengakibatkan perubahan strukturnya. Lignin
merupakan bagian yang tidak diinginkan dalam pulp, sehingga harus dihilangkan atau
diputihkan sesuai dengan mutu pulp yang diinginkan. Hal ini disebabkan oleh lignin yang
mempunyai sifat menolak air (hidrofobik) dan kaku sehingga kandungan lignin dalam
pulp akan menyulitkan penggilingan. Lignin dapat dijumpai pada tumbuh-tumbuhan
4. Zat Ekstraktif
Kayu yang mengandung sejumlah kecil beberapa bahan lain yang disebut zat
ekstraktif (getah kayu). Kebanyakan unsur-unsur ini dapat larut dalam air dan bahan
pelarut organik alam lainnya. (Sjostrom. Eeoro. 1995)
Istilah ekstraktif kayu meliputi sejumlah besar senyawa yang berbeda yang dapat
diekstrasi dari kayu dengan mengunakan pelarut poler dan non-poler. Dalam arti yang
sempit ekstraktif merupakan senyawa-senyawa yang larut dalam pelarut organik dan
dalam pengertian ini nama ekstraktif digunakan dalam analisis kayu. Tetapi
senyawa-senyawa karbohidrat dan anorganik yang larut dalam air juga termasuk dalam senyawa-senyawa
yang dapat diekstraksi.
Bagian yang larut dalam pelarut organik jumlahnya hanya beberapa persen dalam
kayu pohon yang berasal dari daerah sedang, tetapi konsentrasinya dapat menjadi jauh
lebih tinggi dalam bagian tertentu, misal dalam pangkal batang, kayu teras, akar bagian
luka. Jumlah ekstraktif yang relatif tinggi diperoleh dalam kayu tropika dan sub tropika
tertentu.
Komposisi ekstrakti berubah selama pengeringan kayu; terutama senyawa –
senyawa tak jenuh, lemak dam asam lemak terdegradasi (Donetzhuber, Swan 1965;
Assarson 1966; Assarson, Akerlund 1966, 1967). Fakta ini penting untuk produksi pulp
karena ekstraktif tertentu dalam kayu segar mungkin menyebabkan noda kuning
(gangguan getah) atau penguningan pulp (Bergman 1965; Corn 1965; Tachibana,
Sumimoto 1980). Ekstraktif dapat juga mempengaruhi kekuatan pulp, perekatan dan
pengerjaan akhir kayu maupun sifat-sifat pengeringan (Saderman, Puth 1965, Gardner
1965; McMillin 1969a; Meyer, Barton 1971; Roffael, Rauch 1974; Popper 1975). (Fengel.
2.3 Struktur Kayu Lunak dan Struktur Kayu Keras a. Struktur Kayu Lunak
Kayu lunak secara tradisional telah menjadi produk tetap industri-industri
kayu di Amerika Utara, dan sampai kini pun kayu-kayu ini tetap merupakan kayu
yang teramat penting. Kayu lunak yang homogen, berserat lurus dan ringan lebih
disukai untuk dijadikan kayu-kayu konstruksi dan kayu lapis. Pokok-pokok
batang kayu lunak yang tinggi dan lurus digunakan untuk tiang dan
pancang-pancang. Karena secara khas kayu lunak tersusun atas serat-serat yang panjang,
maka kayu lunak merupakan bahan baku kelas prima pada pembuatan kertas yang
kuat. Pengetahuan mengenai sifat fisik xilem kayu lunak merupakan dasar yang
penting untuk dapat memahami kayu dan produk-produk kayu. Ciri-ciri struktual
kelompok kayu penting ini diuraikan dalam bab ini.
Xilem kayu lunak sangat sederhana. Kebanyakan spesies memiliki tidak
lebih dari empat atau lima macam sel yang berbeda dan hanya satu atau dua tipe
sel banyak terdapat. Karena kesederhanaan dan keseragaman struktur inilah, kayu
lunak cenderung serupa dalam kenampakannya. (Haygreen. J. G. dan Bowyer. J.
L. 2007)
b. Struktur Kayu Keras
Kayu yang dibentuk oleh jenis-jenis pohon kayu keras sangat berbeda
dengan yang dibentuk oleh jenis-jenis pohon kayu lunak. Kayu lunak memiliki
susunan yang seragam dengan sedikit tipe sel, dan karenanya sering gambaran
kayunya tidak jelas. Kayu keras, dilain pihak, tersusun atas jenis-jenis sel yang
sangat berbeda dengan variasi proporsi yang luas dan karenanya sering menjadi
unik dan bahkan memiliki gambaran kayu yang sangat indah. Karena gambaran
unik yang banyak dimiliki oleh spesies-spesies kayu keras, maka kayu-kayu
tersebut banyak digunakan untuk perabot rumah tangga, panil, dan tujuan-tujuan
2.4 Perbedaan Antara Xilem Kayu Lunak dan Kayu Keras
Telah disebutkan dalam pendahuluan bahwa kayu lunak mempunyai stuktur yang
seragam sedangkan stuktur kayu keras adalah kompleks. Perbedaan ini dan
perbedaan-perbedaan lainnya diikhtisarkan sebagai berikut:
1. Kayu lunak tersusun atas sedikit tipe sel yang penting kayu keras tersusun atas
banyak tipe sel. Sembilan puluh sampai 95% volume xilem kayu lunak tersusun
atas sel-sel yang panjang yang dikenal dengan nama trakeid longitudinal.
2. Hanya kayu keras yang memiliki pembuluh, suatu bangunan yang tersusun atas
unsur-unsur pembuluh. Sel-sel angkutan yang dibentuk secara khusus. (Haygreen.
J. G. dan Bowyer. J. L. 2007)
2.5 Bahan Baku dan Penggunaan Kertas Board
Adapun bahan baku yang di gunakan dalam pembuatan kertas
rokok adalah bahan harus bersertifikat food grade (aman untuk makanan) dan
tidak mengandung bahan berbahaya (non hazardous material).
1. Bahan Baku Utama
Bahan baku utama adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan
produk pada proses produksi dan memiliki persentase yang sangat besar di
bandingkan dengan bahan-bahan lainnya. Adapun bahan baku yang di gunakan
adalah:
a. Pulp Serat Panjang (Needle Bleached Kraft Pulp)
Gunanya untuk kerangka dasar struktur dan menjaga kekuatan kertas
sewaktu masih dalam keadaan basah (wet strenght) dan mempertahankan
kekuatan kertas agar tidak mudah putus (runability) pada proses pembuatan
maupun pada mesin pembuat kertas rokok. Serat NBKP masih panjang dan harus
b.Pulp Serat Pendek (Leaf Bleached Kraft Pulp)
Berfungsi sebagai pembentuk perata sususnan kertas dan pengisi (sheet
uniformity). Serat LBKP tidak perlu dihaluskan lagi agar tidak hancur.
c. Precipitated Calcium Carbonate (CaCO3)
CaCO3 dengan struktur calcite dan partikel size-nya berukuran 1,0-0,2 µm
digunakan sebagai filler (bahan pengisi) kertas, pemerata pori-pori (porosity) dan
memutihkan kertas (whiteness).
(repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19332/4/Chapter II.pdf.4-4-2014)
2. Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan kedalam proses pembuatan
pembuatan produk yang mana komponennya tidak dapat dibedakan pada produk. Bahan
yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Cationic Retention Aid
Bahan dasar CRA (starch) dan gum arabicum, kanji kentang yang dibutuhkan
untuk pengikat partikel buburan sehingga menghasilkan buburan pulp yang homogen dan
menambah kekuatan kertas pada waktu maupun kering dan mengurangi lose pada wire.
b. Anti Foam (Deformer)
Polimer yang berdasarkan water base digunakan untuk mencegah buih-buih agar
tidak masuk kedalam kertas.
c. Pencegah Bakteri (Biocide)
Digunakan sebagai pembunuh bakteri untuk mencegah penggumpalan bakteri
(slime pot).
d. Citric Acid, Anhydrous C6H8O7 Kering
Citric acid atau asam sitrat yang dipakai sebagai zat pembakar dalam kertas yang
e. Potassium Hydroxide KOH
Digunakan untuk menetralisir Citric Acid sebelum diaplikasikan ke mesin
distribusi.
f. Bahan Penggumpal (Coagulant)
Untuk pengolahan air sungai (water treatment).
g. Air
Air didalam proses produksi digunakan sebagai media dan pelarut.
(repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19332/4/Chapter II.pdf.4-4-2014)
Tahap-tahap proses pembuatan kertas rokok diatas dapat dilihat pada lampiran 1.
3. Penggunaan Kertas dan Board
Pada umumnya kertas dapat dibagi dalam 3 golongan besar yaitu:
a. Cultural paper (kertas budaya), yang terdiri dari jenis kertas news print (kertas koran)
writing, printing dan business (kertas cetak, tulis dan keperluan bisnis) dan kertas
khusus.
b. Industrial Paper (kertas industri) yang terdiri dari wrapping, packaging dan kraft,
boards, cigarette dan kertas khusus.
c. Other Paper (kertas lainnya), yang terdiri dari Tissued, household dan kertas lainnya.
Berdasarkan penggolongan kertas tersebut diatas, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa pada umumnya cultural paper adalah kertas yang digunkan untuk
keperluan kebudayaan secara umum, misalnya surat kabar, buku-buku, dan lain-lain
(sebagian besar digunakan oleh industri percetakan).
Jadi untuk dapat melihat berapa sebenarnya pengunaan cultural paper dapat
dilihat bagaimana perkembangan dari industri-industri percetakan dan tingkat
pendidikan,sedangkan konsumsi akan industrial paper bergantung terutama kepada
2.6 Produksi Kertas dan Kertas Board
Perkembangan produksi kertas Indonesia terus mengalami peningkatan yang
mengembirakan, jumlah maupun jenisnya terutama setelah tahun 1975.
Pembahasan selanjutnya kurun waktu akan dibagi menjadi 3 periode yaitu, periode I
(tahun 1970-1975) periode II (tahun 1976-1979) dan periode III (1980-1985).
a. Periode I (1974-1975)
Terlihat bahwa selama periode ini produksi hanya terbatas pada kertas cigarette,
kertas cetak, tulis dan business. Pada tahun 1970 produksinya 18488 ton, meningkat
menjadi 51.335 ton atau rata-rata meningkat 30% per tahun. Produksi kertas cetak dan
tulis merupakan yang terbesar rata-rata 34.921 ton (99,2%) dan kertas cigarette 283 ton
(0,8%).
b. Periode II (1976-1979)
Pada awal periode ini mulai nampak diproduksi berbagai jenis tambahan yaitu
wrapping, packaging dan board lainnya, hnaya kertas khusus specials/khusus belum
diproduksi. Selama waktu ini diproduksi meningkat rata-rata 51%, sedang peningkatan
masing-masing jenis kertas adalah kertas cetak dan tulis 32,7%, wrapping, packaging
198%, boards 63,1%, cigarette 31,6% dan lainnya 13,9%. Atau peningkatan produksi
cultural paper 32,7% dan industrial paper 123,4%.
c. Periode III (periode proyeksi 1980-1985)
Pada akhir periode III produksi rata-rata 760205 ton terdiri dari kertas koran
87,202 (11%), cetak dan tulis 214,502 ton (28%), kraft wrapping pack 267,988 ton (35%),
Peningkatan produksi kalau ditinjau volumenya memang sangat tinggi, akan
tetapi kalau dibandingkan dengan kapasitas terpasang terlihat kurang menggembirakan.
Kalau dirata-ratakan ternyata produksi nyata selama periode 1970-1979 baru mencapai
65%. Memang pada periode 1976-1979 terlihat perkembangan yang lebih pesat
BAB 3
METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a. Beaker glass
b. Botol aquadest
c. Timbangan analitis
d. Batang Pengaduk
e. Gelas ukur
f. Viscotester
g. Magnetik stirrer
h. Elektroda gelas
i. Blender
3.1.2 Bahan
a. Guar Gum
b. Aquadest
c. Anti Foam
d. Natrium Hypochlorite
e. Citric Acid
f. Potassium Hydroide
3.2 Prosedur Penelitian
1. Timbang 5 gr berat kering (Oven Dry) sample guar gum ke dalam beaker
glass 1000 ml atau 600 ml.
2. Tambahkan aquadest ke dalam beaker glass tersebut hingga menjadi 500 ml
larutan
3. Aduk larutan sehingga seluruh sample tercampur dengan baik.
4. Masukkan ± 250 ml larutan guar gum ke dalam beaker glass 250 ml atau 300
ml, kaitkan rotor 1 pada alat viscotester VT-04 dan masukkan rotor tersebut
ke dalam larutan guar gum.
5. Hidupkan alat dan biarkan beberapa saat sampai pengukuran memberikan
nilai yang stabil.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil
Untuk menentukan kualitas kertas rokok tidak terlepas dari marking
filligraned paper, dimana marking filligraned paper merupakan tingkat kecerahan
pada kertas rokok.
Untuk melihat tingkat kecerahan pada kertas rokok dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.1 Data Hasil Analisa
No Guar Gum (g/ton) Speed (m/s)
Press (kgf)
Marking
Light Medium
1 0,216 275 3,42 2 6
2 0,233 200 3,43 0 8
3 0,244 208 3,43 4 4
4 0,324 267 3,43 0 8
5 0,377 270 3,43 0 8
6 0,405 250 3,43 0 8
7 0,469 283 3,42 0 8
8 0,485 300 3,42 0 8
Jumlah sample yang diuji 8 buah, untuk menentukan klasifikasi light dan medium
4.2 Pemba
Gambar 1
Dari gra
g/ton mark
jumlah yan yang lainny 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MARKING MEDIUM ahasan Grafik Hubu
afik diatas da
king medium
ng paling baik
ya. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0.216 0.23
GUA
ungan penam apat dilihat,m konstan. S
k dan lebih e 33 0.244 0.32
GUAR G
AR
GUM
mbahan guar
dimana pada
Sehingga pe
ekonomis dib 24 0,377 0.4 GUM (g/ton)
M
vs
MA
gum terhada
a saat penam
enggunaan g
bandingkan d 405 0.469 0.4
ARKING
ap marking m
mbahan guar
guar gum 0,
dengan penam 485
MEDIU
M medium
r gum
0,324-,233 g/ton a
ambahan gua
UM
Marking Medi
-0,485
adalah
Gambar 2 Grafik Hubungan penambahan guar gum terhadap marking light
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin besar jumlah penambahan guar gum,
maka marking filligraned paper yang lain semakin lemah, namun pada saat penambahan
guar gum 0,244 g/ton ternyata marking filligraned paper lebih tinggi dari pada
penambahan guar gum 0,216 g/ton dan 0,233 g/ton. Hal ini disebabkan karena dalam
penentuan marking filligraned paper lainnya berdasarkan pengamatan langsung dengan
mata bukan dengan alat tertentu. 0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
0.216 0.233 0.244 0.324 0,377 0.405 0.469 0.485
MARKING
LIGHT
GUAR GUM (g/ton)
GUAR
GUM
vs
MARKING
LIGHT
Gambar 3 Grafik Hubungan penambahan guar gum terhadap speed
Gambar 4 Grafik Hubungan penambahan guar gum terhadap press 0 50 100 150 200 250 300 350
0.216 0.233 0.244 0.324 0.377 0.405 0.469 0.485
SPEED
(m/s)
GUAR GUM (g/ton)
GUAR
GUM
vs
SPEED
Speed 3.414 3.416 3.418 3.42 3.422 3.424 3.426 3.428 3.43 3.432
0.216 0.233 0.244 0.324 0.377 0.405 0.469 0.485
PRESS
(kgf)
GUAR GUM (g/ton)
GUAR
GUM
vs
PRESS
[image:31.595.136.535.474.740.2]Dari grafik 3 pada saat penambahan guar gum 0,233 dan 0,405 g/ton speed yang
dihasilkan rendah, dimana pada saat penambahan guar gum tersebut press yang
digunakan tinggi. Jika speed dinaikkan, maka marking filligraned paper berubah menjadi
strong.
Dari grafik 4 pada saat penambahan guar gum 0,233 g/ton, 0,244 g/ton, 0,324 g/ton,
0,377 g/ton dan 0,405 g/ton press yang dihasilkan konstan. Sedangkan pada saat
penambahan guar gum 0,469 g/ton dan 0,485 g/ton press yang dihasilkan turun. Hal ini
dikarenakan pada saat penambahan guar gum tersebut speed yang digunakan semakin
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
1. Variasi penambahan guar gum, speed dan press mempunyai hubungan yang erat
terhadap intensitas marking filligraned paper.
2. Penambahan guar gum 0,233 g/ton, 0,324 g/ton, 0,377 g/ton, 0,405 g/ton, 0,469
g/ton dan 0,485 g/ton menghasilkan kualitas marking medium. Pada penggunaan
guar gum 0,233 g/ton, speed 200 (m/s) dan press 3,43 (kgf) dihasilkan kertas
rokok dengan kualitas yang paling baik dan lebih ekonomis.
5.2 Saran
1. Pada penentuan marking filligraned paper sebaiknya menggunakan alat, agar
tidak terjadi kesalahan pada pengecekan marking filligraned paper.
2. Penambahan guar gum, speed dan press perlu disesuaikan untuk mendapatkan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1982. Perkembangan Industri Kertas Dan Pulp Di Indonesia Dan Dunia. Bagian A – B. Departemen Perindustrian. Jakarta
Dumanaun. J. F. 1993. Mengenal Kayu. Kanisius. Yogyakarta
Fegel. D. dan Wegner. G. 1995. Kimia Kayu, Ultrastruktur, Reaksi – Reaksi. Gajah Mada. Universitas Press. Yogyakarta
Haygreen. J. G. dan Bowyer. J. L. 2007. Hasil Hutan Dan Ilmu Kayu. Gajah Mada. Universitas Press. Yogyakarta
Sjostrom. Eeoro. 1995. Kimia Kayu Dasar – Dasar Penggunaan. Gajah Mada. Universitas press. Yogyakarta