• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kayu Sisa Pohon yang Ditebang dan Tidak Ditebang di IUPHHK-HA PT. Inhutani II Unit Malinau Kalimantan Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kayu Sisa Pohon yang Ditebang dan Tidak Ditebang di IUPHHK-HA PT. Inhutani II Unit Malinau Kalimantan Utara"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

KAYU SISA POHON YANG DITEBANG DAN TIDAK

DITEBANG DI IUPHHK-HA PT INHUTANI II UNIT

MALINAU KALIMANTAN UTARA

WINDA LISMAYA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kayu Sisa Pohon yang Ditebang dan Tidak Ditebang di Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam (IUPHHK-HA) PT. Inhutani II Unit Malinau Kalimantan Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Winda Lismaya

(4)

ABSTRAK

WINDA LISMAYA. Kayu Sisa Pohon yang Ditebang dan Tidak Ditebang di IUPHHK-HA PT. Inhutani II Unit Malinau Kalimantan Utara. Dibimbing oleh AHMAD BUDIAMAN.

Penebangan pohon komersial di hutan alam masih menghasilkan kayu sisa yang relatif besar. Kayu sisa berasal dari pohon ditebang dan pohon yang tidak ditebang. Sebagian besar penelitian yang telah dilaksanakan hanya menghitung kayu sisa dari pohon yang ditebang, sedangkan data kayu sisa pohon tidak ditebang masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kayu sisa dari pohon yang ditebang dan tidak ditebang, serta mengklasifikasikan jenis dan bentuk kayu sisa. Kayu sisa yang diukur adalah kayu sisa berdiameter ≥ 10 cm yang terdapat pada 15 plot contoh berbentuk lingkaran. Rata-rata luas plot contoh adalah 2.61 ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu sisa pohon yang ditebang sebesar 65.56% dan kayu sisa pohon tidak ditebang sebesar 34.44% dari total kayu sisa. Berdasarkan bentuknya, kayu sisa pohon ditebang berupa tunggak sebesar 8.17%, potongan pendek sebesar 10.89%, batang atas sebesar 17.74%, cabang sebesar 19.74%, dan ranting sebesar 9.03%. Berdasarkan bentuknya, kayu sisa pohon tidak ditebang berupa pohon roboh sebesar 20.92%, patah batang sebesar 11.55%, dan rusak tajuk sebesar 1.98%.

Kata kunci: hutan alam, kayu sisa, penebangan

ABSTRACT

WINDA LISMAYA. The Forest Residue of Felled Tree and Unfelled Tree at IUPHHK-HA PT. Inhutani II, Malinau, North Kalimantan. Supervised by AHMAD BUDIAMAN.

Commercial logging in natural forest produces high number of forest residue. Forest residue comes from the felled tree and unfelled tree. Many studies that have been conducted only quantified the number of forest residue from the felled tree. This study aimed to quantify the forest residue from felled tree and unfelled tree and classify the type and form of forest residue. The forest residue was measured was all roundwood with diameter ≥ 10 cm. The result showed that forest residue of felled tree was 65.56% and forest residue of unfelled tree was about 34.44%. According to its form, the forest residue from the felled tree consisted of stump (8.17%), short cut (10.89%), upper stem (17.74%), branch (19.74%), and twig (9.03%). According to its form, the forest residue of unfelled tree consisted of fallen tree (20.92%), broken stem (11.55%), and broken crown (1.98%).

(5)

KAYU SISA POHON YANG DITEBANG DAN TIDAK

DITEBANG DI IUPHHK-HA PT INHUTANI II UNIT

MALINAU KALIMANTAN UTARA

WINDA LISMAYA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Kayu Sisa Pohon yang Ditebang dan Tidak Ditebang di IUPHHK-HA PT. Inhutani II Unit Malinau Kalimantan Utara

Nama : Winda Lismaya NIM : E14100129

Disetujui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MScFTrop Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MScFTrop Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian ini ialah Kayu Sisa Pohon yang Ditebang dan Tidak Ditebang di IUPHHK-HA PT. Inhutani II Unit Malinau Kalimantan Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2014.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Ahmad Budiaman, MScFTrop selaku pembimbing, yang telah banyak memberi saran dan masukan. Di samping itu, penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada staf PT. Inhutani II Unit Malinau dan karyawan PT. Kayan Patria Pratama yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

METODE 1

Lokasi dan Waktu Penelitian 1

Bahan dan Alat 2

Prosedur Penelitian 2

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 5

Plot Contoh 5

Faktor Pemanfaatan 6

Faktor Residu 8

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 15

(10)

DAFTAR TABEL

1 Interval kelas diameter untuk setiap kelas plot 3 2 Klasifikasi kemiringan lapangan pada plot contoh 6 3 Volume kayu dari pohon ditebang (n = 15 pohon) 7

4 Volume kayu berdasarkan kelas diameter 7

5 Volume kayu dari pohon tidak ditebang 8

6 Volume kayu sisa berdasarkan asal kayu sisa 8

7 Volume dan persentase kayu sisa pohon yang ditebang berdasarkan

bentuknya 9

8 Volume dan persentase kayu sisa pohon tidak ditebang berdasarkan

bentuknya 10

9 Kayu sisa berdasarkan jenis dan bentuknya 11

10 Volume dan persentase kayu sisa berdasarkan SK Dirjen Pengusahaan

Hutan No. 212/Kpts/IV-PHH/1990 11

11 Hasil perhitungan faktor eksploitasi 12

DAFTAR GAMBAR

1 Bentuk dan ukuran plot contoh 2

2 Sebaran luas plot contoh penelitian 6

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data pohon yang ditebang 15

2 Hasil perhitungan volume kayu sisa pohon yang ditebang 16 3 Hasil perhitungan volume kayu sisa pohon tidak ditebang 17 4 Hasil perhitungan faktor eksplotasi (diameter kayu sisa ≥10 cm) 18 5 Hasil perhitungan faktor eksploitasi (kayu sisa berdasarkan SK Dirjen

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Asas pemanfaatan sumberdaya hutan yang optimal dan lestari belum dapat diterapkan dalam kegiatan pengelolaan hutan alam di Indonesia. Sampai saat ini, kegiatan pemanenan kayu masih menghasilkan kayu sisa (Budiaman dan Pradata 2013). Dari rangkaian kegiatan pemanenan kayu, tahapan kegiatan yang berpotensi menghasilkan kayu sisa terbesar adalah kegiatan penebangan (Samperadja dan Soenarso 1981 dalam Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan 1987).

Penebangan pohon dapat mengakibatkan pohon lain yang berada di sekitarnya yang tidak direncanakan ditebang ikut rebah. Pohon lain tersebut seringkali tidak dimanfaatkan karena belum mencapai diameter yang dimanfaatkan dan pada akhirnya menjadi kayu sisa. Oleh karena itu, kayu sisa yang terjadi akibat penebangan tidak hanya berasal dari pohon yang ditebang tetapi juga dari pohon yang tidak ditebang.

Penebangan pohon komersial di pengusahaan hutan alam masih menghasilkan kayu sisa yang relatif besar. Viriandarhenny (2012) melaporkan bahwa besarnya limbah (kayu sisa) akibat penebangan di hutan alam adalah sebesar 24.8%, yang terdiri atas 7.4% potongan pendek, 6.5% tunggak, 6.1% batang atas dan 4.8% cabang dan ranting. Besarnya faktor eksploitasi berdasarkan pendekatan persen limbah penebangan adalah 0.73.

Sebagian besar penelitian yang telah dilaksanakan hanya menghitung kayu sisa dari pohon yang ditebang (Budiarta 2001; Sasmita 2003; Viriandarhenny 2012; Muhtariana 2013), sementara kayu sisa dari pohon yang tidak ditebang belum dihitung. Selama ini, data kayu sisa dari pohon yang tidak ditebang yang terkena dampak penebangan masih sangat terbatas.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1. Menghitung kayu sisa dari pohon yang ditebang dan tidak ditebang.

2. Mengklasifikasikan bentuk kayu sisa dari pohon yang ditebang dan tidak ditebang.

Manfaat Penelitian

(12)

2

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di IUPHHK HA PT. Inhutani II Unit Malinau, Kalimantan Utara pada bulan April hingga Mei 2014.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan hutan di petak tebang 149 blok RKT 2014 PT. Inhutani II Unit Malinau dan bahan lain berupa cat kayu. Alat-alat yang digunakan meliputi GPS, pita ukur, haga hypsometer, kompas, clinometer, patok, golok, kalkulator, tally sheet, dan alat tulis.

Prosedur Penelitian

Jenis data yang dikumpulkan

Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data pohon yang ditebang (diameter, tinggi, jenis), data kayu sisa pohon yang ditebang (diameter dan panjang), data kayu sisa dari pohon tidak ditebang (diameter dan panjang), dan data kemiringan lapangan (jarak lapang dan persen kemiringan lapangan). Data sekunder meliputi data LHC (laporan hasil

cruising) petak 149 dan kondisi umum perusahaan. Bentuk dan Ukuran Plot

Bentuk plot yang digunakan dalam penelitian ini adalah plot lingkaran yang berjari-jari dua kali dari tinggi total pohon yang ditebang atau dikenal dengan

variable radius circular plot (plot lingkaran dengan ukuran jari-jari tidak tetap). Pohon contoh yang menjadi titik pusat plot contoh selanjutnya ditebang. Penentuan ukuran plot yang dinamis ini diadopsi dari zona berbahaya pada kegiatan penebangan, yaitu sebesar dua kali tinggi total pohon yang ditebang. Bentuk dan ukuran plot disajikan pada Gambar 1.

(13)

3

Jumlah Pohon Contoh

Penentuan jumlah pohon dihitung berdasarkan data LHC pada petak 149 blok RKT 2014. Pada penelitian ini digunakan sampling error (SE) sebesar 15%. Penentuan jumlah pohon contoh dilakukan dengan menggunakan rumus Cochran (1977) : Sy = simpangan baku contoh

SE = sampling error maksimum ȳ = rata-rata contoh

Berdasarkan data LHC diperoleh bahwa rata-rata diameter pohon yang akan ditebang adalah 58.11 cm dan simpangan baku sebesar 17.71 cm, sehingga didapatkan jumlah pohon contoh sebanyak 15 pohon (hasil pembulatan). Plot contoh selanjutnya dikelompokkan menjadi tiga kelas, yaitu kelas diameter kecil, sedang, dan besar. Interval kelas diameter ditentukan dengan menggunakan rumus berikut (Supangat 1997):

� =�

� Keterangan : P = interval kelas diameter

R = Xmax-Xmin

X = diameter pohon

b = banyak kelas, diperoleh dari 1 + 3.3 log n n = jumlah pohon contoh

Nilai diameter pohon terbesar (Xmax) adalah 160 cm, sedangkan nilai

diameter pohon terkecil (Xmin) 40 cm. Banyaknya kelas (b) telah ditentukan, yaitu

sebanyak 3. Berdasarkan rumus tersebut, diperoleh interval kelas diameter seperti yang tertera pada Tabel 1.

Tabel 1 Interval kelas diameter untuk setiap kelas plot

Kelas Plot Interval Kelas Diameter

(cm) Jumlah Pohon

Kelas Diameter Kecil (KDK) ≤79 5

Kelas Diameter Sedang (KDS) 80-119 5

Kelas Diameter Besar (KDB) ≥120 5

(14)

4

Jenis dan Bentuk Kayu Sisa

Kayu sisa yang diukur pada penelitian ini adalah kayu sisa yang berasal dari pohon ditebang dan pohon tidak ditebang dengan diameter terkecil ≥ 10 cm. Bentuk kayu sisa pohon ditebang meliputi tunggak, potongan pendek, batang atas, cabang dan ranting (Budiaman 2000). Bentuk kayu sisa pohon tidak ditebang meliputi pohon roboh, patah batang, dan rusak tajuk.

Selain menggunakan batas diameter terkecil 10 cm, pada penelitian ini dilakukan perhitungan kayu sisa berdasarkan batasan yang ditetapkan dalam Surat Keputusan Dirjen Pengusahaan Hutan No. 212/Kpts/IV-PHH/1990 tentang Pedoman Teknis Penekanan dan Pemanfaatan Kayu Limbah Pemanenan. Batasan kayu sisa tersebut adalah:

a. Kayu yang tidak temasuk dalam kategori kayu indah atau kayu dekoratif dengan tujuan penggunaan tertentu

b. Kayu bulat yang mempunyai diameter kurang dari 30 cm tanpa batasan panjang

c. Kayu bulat yang mempunyai panjang kurang dari 2 m tanpa batasan diameter

Analisis Data

1. Perhitungan Diameter

Diameter sortimen kayu bulat ditetapkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (SNI 01-5008 1999):

� =½�(d1 + d2) + (d3 + d4)� 2

Keterangan:

d : diameter rata-rata sortimen (cm)

d1 : diameter terpendek pada pangkal sortimen (cm) d2 : diameter terpanjang pada pangkal sortimen (cm) d3 : diameter terpendek pada ujung sortimen (cm) d4 : diameter terpanjang pada ujung sortimen (cm)

2. Perhitungan Volume

Volume sortimen kayu bulat dihitung menggunakan rumus Brereton (Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan 2009):

(15)

5

3. Perhitungan Faktor Eksploitasi

Proporsi kayu sisa dan faktor eksploitasi dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut (Budiaman 2008):

��=��

Berdasarkan pendekatan proporsi kayu sisa, faktor eksploitasi dihitung dengan rumus:

Fe = 1 - Pr

Keterangan:

Fe = faktor eksploitasi

Pr = proporsi kayu sisa

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. SK 664/Menhut-II/2011 tanggal 24 November 2011, luas areal IUPHHK-HA PT. Inhutani II Unit Malinau adalah 29040 ha. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson (1951), iklim di areal PT. Inhutani II Unit Malinau termasuk tipe iklim A. Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika, curah hujan rata-rata tahunan adalah 3146 mm/tahun. Sediaan tegakan jenis komersial berdiameter ≥ 40 cm adalah 17.65 pohon/ha, sedangkan sediaan tegakan jenis komersial berdiameter ≥ 50 cm adalah 12.11 pohon/ha.

IUPHHK-HA PT. Inhutani II Unit Malinau menerapkan sistem silvikultur TPTI (Tebang Pilih Tanam Indonesia). Berdasarkan sortimen, PT. INHUTANI II Unit Manajemen Malinau menerapkan sistem tree length, yaitu batang pohon yang dikeluarkan dari hutan mulai dari pangkal hingga bebas cabang. Sementara itu berdasarkan tenaga penggerak alat-alat yang digunakan, perusahaan menerapkan sistem pemanenan mekanis (sistem traktor).

Plot Contoh

Luas Plot Contoh

Pohon yang dijadikan pohon contoh dalam penelitian ini memiliki tinggi yang beragam. Rata-rata tinggi pohon contoh adalah 45 m dengan pohon tertinggi sebesar 53 m dan pohon terpendek sebesar 38 m. Tinggi pohon sangat mempengaruhi luas plot yang dibuat. Semakin tinggi pohon contoh maka semakin besar luas plot lingkaran yang dibuat, begitu pun sebaliknya.

(16)

6

memiliki persentase yang paling kecil, yaitu 13.33%. Sebaran luas plot contoh disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Sebaran luas plot contoh penelitian

Kemiringan Lapangan pada Plot Contoh

Kemiringan lapangan pada plot contoh didominasi oleh kelas kemiringan datar. Plot contoh yang termasuk dalam kelas kemiringan datar berjumlah 7 plot (46.67%). Rata-rata kemiringan lapangan pada plot contoh adalah 13.03%. Klasifikasi kelas kemiringan lapangan plot contoh disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Klasifikasi kemiringan lapangan plot contoh

Kelas

Kemiringan

Kemiringan

Lapangan (%) Keterangan

Plot Contoh

Pohon yang ditebang untuk dijadikan pohon contoh sebanyak 15 pohon. Rata-rata diameter pohon yang ditebang (pohon contoh) adalah 97.72 cm dengan diameter terbesar 141.72 cm dan diameter terkecil 65 cm. Tinggi total dan tinggi bebas cabang pohon yang ditebang pun bervariasi. Rata-rata tinggi total pohon yang ditebang adalah 45.33 m, sedangkan rata-rata tinggi bebas cabang adalah 29.73 m. Data mengenai pohon yang ditebang dapat dilihat pada Lampiran 1.

Penebangan suatu pohon akan menghasilkan kayu yang dimanfaatkan dan kayu yang tidak dimanfaatkan. Kayu yang dimanfaatkan berupa batang komersial,

26.67

1.81-2.14 2.15-2.48 2.49-2.82 2.83-3.16 3.17-3.53

(17)

7

yaitu batang dari atas banir sampai cabang pertama atau batang yang selama ini dikeluarkan oleh perusahaan (Budiaman 2000), sedangkan kayu yang tidak dimanfaatkan yang disebut sebagai kayu sisa. Banyaknya kayu yang dimanfaatkan dan tidak dimanfaatkan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Volume kayu dari pohon ditebang (n = 15 pohon)

Deskripsi Volume

(m3/pohon) Total (m³) (%)

Kayu yang dimanfaatkan 13.21 198.15 58.28

Kayu yang tidak dimanfaatkan 9.46 141.87 41.72

Total 22.67 340.02 100.00

Penebangan 15 pohon menghasilkan kayu sebesar 340.02 m3 yang terdiri atas 198.15 m3 (58.28%) kayu yang dimanfaatkan dan 141.87 m3 (41.72%) kayu yang tidak dimanfaatkan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jika satu pohon ditebang, kayu yang dihasilkan sebesar 22.67 m3. Dari total volume per pohon, kayu yang dimanfatkan sebesar 13.21 m3/pohon dan kayu yang tidak dimanfaatkan sebesar 9.46 m3/pohon.

Diameter pohon yang ditebang dibagi menjadi tiga kelas diameter, yaitu kelas diameter kecil (≤79 cm), kelas diameter sedang (80-119 cm), dan kelas diameter besar (≥120 cm). Setiap kelas diameter menghasilkan volume kayu yang berbeda, baik kayu yang dimanfaatkan maupun kayu yang tidak dimanfaatkan. Hasil perhitungan volume kayu berdasarkan kelas diameter disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Volume kayu berdasarkan kelas diameter

Kelas Plot

Volume Kayu yang Dimanfaatkan

Volume Kayu yang Tidak Dimanfaatkan

Semakin besar kelas diameternya, maka volume kayu yang dihasilkan pun akan semakin besar. Pohon dengan kelas diameter kecil menghasilkan kayu yang dimanfaatkan sebesar 42.92 m³ (12.62%) dan kayu yang tidak dimanfaatkan sebesar 35.64 m³ (10.48%). Pohon dengan kelas diameter sedang menghasilkan kayu yang dimanfaatkan sebesar 63.93 m³ (18.80%) dan kayu yang tidak dimanfaatkan sebesar 40.08 m³ (11.79%). Pohon dengan kelas diameter besar menghasilkan kayu yang dimanfaatkan sebesar 91.29 m³ (26.85%) dan kayu yang tidak dimanfaatkan sebesar 66.15 m³ (19.46%).

Pohon Tidak Ditebang

(18)

8

dimanfaatkan sebesar 74.53 m³ (96.28%). Volume kayu dari pohon tidak ditebang disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Volume kayu dari pohon tidak ditebang

Deskripsi Volume

(m3/pohon) Total (m³) (%)

Kayu yang dimanfaatkan 0.19 2.88 3.72

Kayu yang tidak dimanfaatkan 4.97 74.53 96.28

Total 5.15 77.41 100.00

Faktor Residu

Asal Kayu Sisa

Menurut Widarmana (1973), kayu sisa adalah sisa-sisa atau bagian kayu yang dianggap tidak bernilai ekonomis tetapi masih mungkin untuk dimanfaatkan. Kayu sisa berasal dari pohon yang ditebang dan tidak ditebang. Banyaknya kayu sisa yang dihasilkan berdasarkan asalnya disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Volume kayu sisa berdasarkan asal kayu sisa

Asal Kayu Sisa Volume

(m³/ha) Total (m³) (%)

Pohon ditebang 3.63 141.87 65.56

Pohon tidak ditebang 1.85 74.53 34.44

Total 5.48 216.40 100.00

Pohon yang ditebang menghasilkan kayu sisa sebesar 3.63 m³/ha (65.56%), sedangkan pohon tidak ditebang menghasilkan kayu sisa sebesar 1.85 m³/ha (34.44%). Kayu sisa yang berasal dari pohon tidak ditebang lebih sedikit dibandingkan dengan kayu sisa yang berasal dari pohon ditebang. Hal ini dikarenakan sebagian besar pohon tidak ditebang hanya memiliki diameter 10-20 cm, sedangkan pohon ditebang memiliki diameter ≥ 40 cm.

Jenis dan Bentuk Kayu Sisa

(19)

9

Tabel 7 Volume dan persentase kayu sisa pohon ditebang berdasarkan bentuknya

Bentuk Kayu Sisa Volume

(m3/pohon) Total (m³) (%)

Kayu sisa berupa cabang merupakan kayu sisa yang memiliki volume dan persentase terbesar, sedangkan kayu sisa yang memiliki volume dan persentase terkecil adalah tunggak. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Viriandarhenny (2012) yang menyatakan bahwa kayu sisa terbesar berasal dari potongan pendek dengan persentase sebesar 7.4 %, sedangkan kayu sisa terkecil berasal dari cabang dan ranting dengan persentase 4.7 %. Hal ini disebabkan oleh perbedaan keadaaan cabang dan ranting yang ditemukan dalam kegiatan penelitian. Viriandarhenny (2012) melaporkan bahwa cabang dan ranting yang ditemukan dalam penelitian rata-rata dalam keadaan hancur sehingga tidak dapat diukur. Lain halnya dengan penelitian ini, cabang dan ranting yang ditemukan rata-rata dalam keadaan yang utuh sehingga dapat diukur. Selain itu, diameter cabang yang ditemukan cukup besar, bahkan terdapat cabang yang diameternya mencapai 73 cm.

Kayu sisa berupa tunggak yang ditemukan memiliki tinggi rata-rata 1.25 m. Tinggi tunggak tersebut tidak sesuai dengan batas ketinggian maksimum untuk hutan alam yaitu 50 cm di atas permukaan tanah. Elias (1999) menyatakan bahwa untuk mencapai pemanenan dengan sistem RIL (Reduced Impact Logging), pemotongan tunggak harus dilakukan serendah mungkin untuk menghindari kerugian kayu, sehingga batas ketinggian maksimum yang paling optimal adalah 50 cm.

Batang atas adalah bagian batang dari cabang pertama sampai tajuk yang merupakan perpanjangan dari batang utama (Budiaman 2000). Berdasarkan hasil perhitungan, batang atas merupakan kayu sisa terbanyak kedua setelah cabang dengan volume 38.40 m³ dan persentase 27.06%. Banyaknya batang atas yang dihasilkan karena diameter dan panjang dari batang atas cukup besar. Kayu sisa berupa batang atas yang ditemukan di lapangan memiliki diameter rata-rata 59.17 cm dengan panjang rata-rata 7.9 m. Semakin besar diameter dan panjang batang atas tersebut, maka akan semakin besar pula volumenya.

Kayu sisa berupa potongan pendek yang diukur di lapangan adalah potongan antara ujung tunggak sampai batas pangkal kayu komersial hasil pemotongan batang (trimming) serta antara batas ujung kayu komersial sampai batas cabang pertama. Potongan tersebut tidak dimanfaatkan dan dibiarkan begitu saja di dalam hutan meskipun memiliki diameter yang besar. Potongan pendek yang ditemukan memiliki diameter rata-rata 91.42 cm dengan panjang rata-rata 1.88 m.

(20)

10

memiliki diameter lebih dari atau sama dengan 10 cm. Hal ini dapat dibuktikan dengan volume ranting yang mencapai 19.54 m³ dengan persentase 13.77%. Bahkan dalam penelitian ini, ranting tidak menempati urutan terakhir dari banyaknya kayu sisa yang dihasilkan.

Lain halnya dengan kayu sisa pohon ditebang, kayu sisa pohon tidak ditebang dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu pohon roboh, patah batang, dan rusak tajuk. Kayu sisa pohon tidak ditebang sebesar 74.53 m. Berdasarkan bentuknya, volume kayu sisa berupa pohon roboh sebesar 45.27 m³ (58.48%), patah batang sebesar 24.98 m³ (32.28%), dan rusak tajuk sebesar 4.28 m³ (5.53%). Banyaknya kayu sisa pohon tidak ditebang berdasarkan bentuknya disajikan pada Tabel 8 dan Lampiran 3.

Tabel 8 Volume dan persentase kayu sisa pohon tidak ditebang berdasarkan bentuknya

Bentuk Kayu Sisa Volume

(m3/pohon) Total (m³) (%)

Pohon roboh 3.02 45.27 60.74

Patah batang 1.67 24.98 33.52

Rusak tajuk 0.29 4.28 5.74

Total 4.97 74.53 100.00

Banyaknya pohon lain yang menjadi kayu sisa disebabkan oleh beberapa faktor. Berdasarkan pengamatan di lapangan, faktor penyebab utama yaitu penebang tidak memperhatikan kondisi tegakan pada areal penebangan dan hanya terfokus pada arah condongnya tajuk ketika akan menebang sehingga banyak pohon lain yang terkena dampaknya. Selain itu, akar-akar yang bergelantungan menyebabkan pohon lain terbawa oleh pohon yang ditebang sehingga pohon lain ikut rebah.

(21)

11

Tabel 9 Kayu sisa berdasarkan jenis dan bentuknya

No. Bentuk Kayu Sisa Volume

(m³) (%)

A Pohon yang ditebang

1. Tunggak 17.68 8.17

B Pohon yang tidak ditebang

1. Pohon roboh 45.27 20.92

2. Patah batang 24.98 11.55

3. Rusak tajuk 4.28 1.98

Jumlah B 74.53 34.44

Total 216.40 100.00

Bagi sebagian besar pemegang IUPHHK-HA, kayu sisa adalah bagian kayu dari pangkal pohon hingga batang bebas cabang yang tidak dimanfaatkan dan dibiarkan saja di hutan. Kayu yang memiliki diameter kecil seperti cabang dan ranting tidak dikategorikan sebagai kayu sisa. Batasan kayu sisa tersebut berbeda dengan apa yang tercantum pada Surat Keputusan Dirjen Pengusahaan Hutan No. 212/Kpts/IV-PHH/1990 tentang Pedoman Teknis Penekanan dan Pemanfaatan Kayu Limbah Pemanenan. Banyaknya kayu sisa berdasarkan SK Dirjen Pengusahaan Hutan No. 212/Kpts/IV-PHH/1990 disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Volume dan persentase kayu sisa berdasarkan SK Dirjen Pengusahaan Hutan No. 212/Kpts/IV-PHH/1990

Pohon Tidak Ditebang Total

(m³) (%) (m³) (%) (m³) (%)

I. Kayu yang tidak temasuk dalam kategori kayu indah atau kayu dekoratif dengan tujuan penggunaan tertentu

II. Kayu bulat yang mempunyai diameter kurang dari 30 cm tanpa batasan panjang

(22)

12

Berdasarkan SK Dirjen Pengusahaan Hutan No. 212/Kpts/IV-PHH/1990, total kayu sisa yang dihasilkan sebesar 82.39 m³ terdiri atas 58.24 m³ (70.69%) kayu sisa pohon ditebang dan 24.15 m³ (29.31%) kayu sisa pohon tidak ditebang. Hasil perhitungan volume kayu sisa pada Tabel 10 menunjukkan hasil yang berbeda dengan hasil perhitungan pada Tabel 9. Hal tersebut dikarenakan perbedaan batasan diameter. Batasan diameter kayu sisa yang digunakan dalam perhitungan pada Tabel 9 adalah ≥10 cm, sedangkan batasan diameter kayu sisa yang digunakan dalam perhitungan volume pada Tabel 10 adalah batasan kayu sisa berdasarkan SK Dirjen Pengusahaan Hutan No. 212/Kpts/IV-PHH/1990 tentang Pedoman Teknis Penekanan dan Pemanfaatan Kayu Limbah Pemanenan .

Faktor Eksploitasi

Faktor eksploitasi adalah indeks yang menunjukkan persentase volume pohon yang dimanfaatkan dari volume pohon yang ditebang (Sianturi et al. 1984). Menurut Dulsalam (1995) pada hakekatnya faktor eksploitasi sangat erat kaitannya dengan limbah (kayu sisa) pemanenan kayu. Semakin besar limbah pemanenan kayu yang terjadi maka akan semakin kecil tingkat eksploitasi yang didapat dan semakin kecil limbah pemanenan kayu yang terjadi maka akan semakin besar faktor eksplotasi pemanenan hutan. Hasil perhitungan faktor eksploitasi disajikan pada Tabel 11, Lampiran 4 dan Lampiran 5.

Tabel 11 Hasil perhitungan faktor eksploitasi

Batasan Kayu Sisa Proporsi Kayu Sisa Faktor Eksploitasi

Ø ≥10 cm 0.42 0.58

SK Dirjen Pengusahaan Hutan No. 212/Kpts/IV-PHH/1990

0.23 0.77

Berdasarkan batas diameter terkecil (Ø ≥10 cm), faktor eksploitasi yang dihasilkan sebesar 0.58. Angka tersebut menunjukkan bahwa pemanfaatan kayu yang ditebang sebesar 58%, sedangkan kayu sisa yang dihasilkan sebesar 42%. Nilai faktor eksploitasi ini berada jauh dibawah batas yang ditetapkan oleh Departemen Kehutanan yaitu 0.70. Namun berdasarkan SK Dirjen Pengusahaan Hutan No. 212/Kpts/IV-PHH/1990, faktor eksplotasi yang dihasilkan sebesar 0.77. Angka tersebut menunjukkan bahwa pemanfaatan kayu yang ditebang sebesar 77%, sedangkan kayu sisa yang dihasilkan sebesar 23%.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(23)

13

Saran

Kayu sisa yang dihasilkan relatif besar sehingga perlu adanya perencanaan sebelum penebangan agar kegiatan penebangan lebih terarah dan tidak terlalu banyak menimpa pohon lain, serta perlu adanya upaya pemanfaatan kayu sisa oleh pihak perusahaan agar kayu sisa yang dihasilkan dapat ditekan dan faktor ekslpoitasi dapat ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Budiaman A. 2000. Kuantifikasi kayu bulat kecil limbah pemanenan pada pengusahaan hutan alam. Jurnal Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB. 13 (2): 34-43.

Budiaman A. 2008. Simulasi pembagian batang sistem kayu pendek pada pembagian batang kayu serat jenis mangium. Jurnal Hasil Hutan. 14 (2): 61-65.

Budiaman A, Pradata AA. 2013. Low impact felling distance and allowable number of felled trees in TPTI system. Jurnal Manajemen Hutan Tropika. XIX(3):194-200.doi:10.7226/jtfm.19.3.194.

Budiarta. 2001. Pengamatan tegakan tinggal setelah penebangan di PT Inhutani II, Sub Unit Malinau, Kalimantan Timur [laporan magang]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Cochran GW. 1997. Teknik Penarikan Sampel. Willey Jhon and Sons, penerjemah. Jakarta (ID): UI Press. Terjemahan dari: Sampling Technique.

Departemen Kehutanan. 1990. Keputusan Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan No. 212/Kpts/IV-PHH/1990 tentang Pedoman Teknis Penekanan dan Pemanfaatan Kayu Limbah Pemanenan. Jakarta.

Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan Departemen Kehutanan. 1987. Peningkatan Produktivitas Sumber Kekayaan Hutan Menyongsong Tinggal Landas. Pokok-pokok Pikiran pada Rapat Kerja Pembangunan Sumberdaya Hutan tanggal 16-19 Juli 1987 di Yogyakarta. Jakarta.

Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan. 2009. Metode Pengukuran Kayu Bulat Rimba Indonesia.

Dulsalam. 1995. Usaha Untuk Meminimalisasi Limbah Eksploitasi dalam Rangka Peningkatan Nilai Mutu Produksi. Makalah Penunjang dalam Ekspose Penelitian Hasil Hutan. Bogor: Lembaga Penelitian Hasil Hutan: 17-19. Elias. 1999. Reduced Impact Timber Harvesting in the Indonesia Selective Cutting

and Planting System. Bogor (ID): IPB Press.

Muhtariana D. 2013. Kuantifikasi kayu sisa penebangan habis jati di RPH Panggung BKPH Dagangan KPH Madiun [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

[PT INH] PT Inhutani II Unit Malinau. 2011. Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam: Kalimantan Utara.

(24)

14

Sianturi A, Soerianegara I, Suprapto RS, Naman S. 1984. Faktor Eksploitasi di Hutan Alam Dipterokarpa Pulau laut. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 1 (1): 1-10.

Supangat A. 1997. Statistika dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametrik. Jakarta (ID): Prenada Media Group.

[SNI] Standar-standar Nasional Indonesia. 1999. SNI 01-5008. Kayu Gergajian Rimba. Badan Standarisasi Indonesia.

Viriandarhenny YE. 2012. Limbah penebangan dan faktor eksploitasi pemanenan kayu di PT. Mamberamo Alasmandiri Provinsi Papua [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

(25)

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Data pohon yang ditebang

No. Plot Jenis Pohon Dbh (cm) Tinggi Total (m)

Tbc (m)

Luas Plot (ha)

1 Keruing 92.36 43 32 2.32

2 Keruing 75.80 44 34 2.43

3 Nyatoh 121.02 41 27 2.11

4 Meranti merah 72.00 42 22 2.22

5 Meranti merah 84.39 38 26 1.81

6 Meranti merah 83.00 49 27 3.02

7 Kapur 128.50 47 34 2.77

8 Keruing 65.00 46 38 2.66

9 Meranti putih 85.00 53 42 3.53

10 Meranti putih 73.50 40 27 2.01

11 Meranti merah 74.50 39 24 1.91

12 Kapur 127.50 50 18 3.14

13 Meranti merah 104.50 50 42 3.14

14 Keruing 136.94 45 30 2.54

15 Keruing 141.72 53 23 3.53

(26)

16

Lampiran 2 Hasil perhitungan volume kayu sisa pohon yang ditebang

No. Plot Jenis Pohon

Volume (m³)

Volume Kayu

Sisa (m3)

Batang

Komersial Tunggak

Potongan Pendek

Batang

Atas Cabang Ranting

1 Keruing 16.46 0.84 0.19 1.47 1.13 0.00 3.64

2 Keruing 11.01 0.76 0.25 2.07 0.19 0.00 3.27

3 Nyatoh 12.15 2.06 4.46 3.86 1.91 0.14 12.44

4 Meranti merah 10.84 0.93 0.39 1.01 1.30 0.21 3.84

5 Meranti merah 7.64 0.64 0.91 0.00 1.81 0.35 3.70

6 Meranti merah 12.79 0.42 1.30 0.68 3.56 2.92 8.87

7 Kapur 24.35 2.87 0.74 2.85 5.42 2.11 13.98

8 Keruing 6.45 0.65 0.51 7.79 0.38 0.12 9.45

9 Meranti putih 11.70 1.33 1.24 3.96 2.00 0.34 8.86

10 Meranti putih 8.95 0.37 1.69 1.26 9.62 0.73 13.68

11 Meranti merah 5.68 0.52 1.84 0.56 1.59 0.87 5.39

12 Kapur 16.97 1.50 3.32 0.00 3.56 5.74 14.10

13 Meranti merah 15.35 1.47 3.64 4.69 3.66 1.54 15.00

14 Keruing 11.72 1.68 1.03 6.23 3.26 3.11 15.30

15 Keruing 26.09 1.64 2.05 1.97 3.32 1.35 10.33

(27)

17

Lampiran 3 Hasil perhitungan volume kayu sisa pohon tidak ditebang

No. Plot

Volume (m³)

Volume Kayu Sisa (m3) Pohon

Roboh

Patah Batang

Rusak Tajuk

1 6.22 0.00 0.00 6.22

2 0.84 0.00 0.05 0.90

3 3.00 0.00 0.00 3.00

4 0.05 0.14 0.11 0.29

5 0.00 1.00 0.03 1.03

6 0.00 0.77 0.00 0.77

7 0.94 0.25 1.85 3.04

8 4.26 0.00 0.00 4.26

9 12.56 4.58 0.19 17.33

10 4.86 7.49 0.00 12.36

11 0.00 1.44 1.34 2.78

12 2.19 2.20 0.00 4.39

13 4.02 1.73 0.47 6.22

14 1.36 2.22 0.03 3.62

15 4.97 3.15 0.21 8.34

(28)

18

Lampiran 4 Hasil perhitungan faktor eksplotasi (diameter kayu sisa ≥10 cm)

No.

Plot Jenis Pohon

Volume Kayu Dimanfaatkan

(m³)

Volume Kayu Sisa (m³)

Volume Total Kayu Ditebang (m³)

Proporsi Kayu

Sisa Faktor Eksploitasi

1 Keruing 16.46 3.63 20.09 0.18 0.82

2 Keruing 11.01 3.27 14.28 0.23 0.77

3 Nyatoh 12.15 12.43 24.58 0.51 0.49

4 Meranti merah 10.84 3.84 14.68 0.26 0.74

5 Meranti merah 7.64 3.70 11.34 0.33 0.67

6 Meranti merah 12.79 8.88 21.67 0.41 0.59

7 Kapur 24.35 13.99 38.34 0.36 0.64

8 Keruing 6.45 9.45 15.90 0.59 0.41

9 Meranti putih 11.70 8.87 20.57 0.43 0.57

10 Meranti putih 8.95 13.68 22.63 0.60 0.40

11 Meranti merah 5.68 5.38 11.06 0.49 0.51

12 Kapur 16.97 14.11 31.08 0.45 0.55

13 Meranti merah 15.35 15.01 30.36 0.49 0.51

14 Keruing 11.72 15.30 27.02 0.57 0.43

15 Keruing 26.09 10.34 36.43 0.28 0.72

(29)

19

Lampiran 5 Hasil perhitungan faktor eksplotasi (kayu sisa berdasarkan SK Dirjen Pengusahaan Hutan No. 212/Kpts/IV-PHH/1990)

No.

Plot Jenis pohon

Volume Kayu Dimanfaatkan

(m³)

Volume Kayu Sisa (m³)

Volume Total Kayu Ditebang (m³)

Proporsi Kayu

Sisa Faktor Eksploitasi

1 Keruing 16.46 1.66 18.12 0.09 0.91

2 Keruing 11.01 1.20 12.21 0.10 0.90

3 Nyatoh 12.15 2.97 15.12 0.20 0.80

4 Meranti merah 10.84 2.31 13.15 0.18 0.82

5 Meranti merah 7.64 2.32 9.96 0.23 0.77

6 Meranti merah 12.79 5.63 18.42 0.31 0.69

7 Kapur 24.35 4.78 29.13 0.16 0.84

8 Keruing 6.45 1.67 8.12 0.21 0.79

9 Meranti putih 11.70 4.91 16.61 0.30 0.70

10 Meranti putih 8.95 3.63 12.58 0.29 0.71

11 Meranti merah 5.68 2.39 8.07 0.30 0.70

12 Kapur 16.97 8.62 25.59 0.34 0.66

13 Meranti merah 15.35 3.86 19.21 0.20 0.80

14 Keruing 11.72 5.68 17.40 0.33 0.67

15 Keruing 26.09 6.60 32.69 0.20 0.80

(30)

20

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 1  Bentuk dan ukuran plot contoh
Gambar 2  Sebaran luas plot contoh penelitian
Tabel 7  Volume dan persentase kayu sisa pohon ditebang berdasarkan bentuknya
Tabel 9  Kayu sisa berdasarkan jenis dan bentuknya

Referensi

Dokumen terkait

Pada tanaman 14 MST, perlakuan pemberian kompos eceng gondok, varietas dan interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh nyata diduga karena curah hujan yang

Hasil penelitian menggunakan catatan medis tentang pengaruh pemberian heparin intravena sebagai profilaksis trombosis vena dalam terhadap jumlah trombosit pada

Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori dan penelitian terdahulu yang relevan, maka dugaan penelitian kedua yang diajukan adalah adanya perbedaan nilai kapitalisasi

Linux adalah sistem operasi yang sangat fleksibel dan dapat memenuhi beragam kebutuhan. Karena flesibilitasnya inilah maka apabila konfigurasi yang dilakukan tidak sesuai

Kajian ini melibatkan sesi interaksi lisan remaja dalam situasi formal iaitu interaksi yang dilaksanakan dalam Ujian Lisan Berasaskan Sekolah (ULBS) sebenar yang dijalankan

Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri Penghasil Senyawa Antibakteri Yang Berasosiasi Dengan Karang Batu Dari Perairan Bitung Dan Spons Dari Selat Makasar.. Jurnal

setelah melakukan kritik terhadap sanad dan juga matan hadis tentang orang bermuka dua, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas hadis tersebut adalah

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian kawasan dengan aplikasi SIG di di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa, berhasil ditentukan kawasan yang sesuai untuk budi daya rumput