PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN PENGETAHUAN
BERBASIS ONTOLOGI DAN
SEMANTIC NETWORK
UNTUK
PENGELOLAAN
STANDARD OPERATING PROCEDURE
IPB
PANGUDI CITRANING PUTRA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengembangan Sistem Manajemen Pengetahuan Berbasis Ontologi dan Semantic Network untuk Pengelolaan Standard Operating Procedure IPB adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
RINGKASAN
PANGUDI CITRANING PUTRA. Pengembangan Sistem Manajemen Pengetahuan Berbasis Ontologi dan Semantic Network Untuk Pengelolaan Standard Operating Procedure IPB. Dibimbing oleh KUDANG BORO SEMINAR dan IRMAN HERMADI.
Standard Operating Procedure (SOP) merupakan suatu bentuk pengetahuan
eksplisit pada tingkatan teknis. Dokumen SOP adalah dokumen yang sangat penting karena merupakan panduan bagi proses bisnis yang ada dalam organisasi. Dokumen
SOP merupakan sesuatu yang sangat diperlukan pada sebuah organisasi, tetapi tidak dapat dimanfaatkan dengan mudah kapanpun dan dimanapun pada saat diperlukan padahal pengetahuan yang terdapat pada dokumen SOP merupakan aset yang sangat berharga bagi sebuah instansi. Untuk itulah dibutuhkan suatu sistem manajemen pengetahuan yang dapat mencari, menampung, dan mengelola pengetahuan yang terdapat dalam dokumen SOP. Ontologi digunakan untuk menangkap keterkaitan antar pengetahuan pada dokumen SOP dan semantic network digunakan untuk menampilkan representasi dari pengetahuan. Metode pengembangan sistem manajemen pengetahuan mengacu pada metode pengembangan KMSLC (Knowledge Management System Life
Cycle) dengan penyesuaian yang meliputi analisis, akuisisi pengetahuan, desain cetak
biru sistem manajemen pengetahuan, dan verifikasi dan validasi sistem manajemen pengetahuan.
Dokumen SOP yang digunakan pada penelitian ini adalah dokumen SOP teknis bidang teknologi informasi, dokumen administrasi mahasiswa Program Pascasarjana, dan dokumen SOP administrasi kepegawaian. Pengetahuan yang terdapat pada dokumen SOP dikodifikasi ke dalam model semantic network berupa node-node yang saling berelasi. Node-node dan relasi tersebut memiliki properti yang berbeda sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Pemodelan tersebut disimpan di dalam sebuah basis data graph yang memungkinkan pengguna untuk mengelola data SOP. Prototipe dari sistem manajemen pengetahuan yang dikembangkan dinamakan SOP Navigator yang memiliki fungsi utama untuk melakukan pencarian, navigasi informasi, dan mengelola data SOP.
SUMMARY
PANGUDI CITRANING PUTRA. Development of Knowledge Management System Based on Ontology and Semantic Network for Managing Standard Operating Procedure in IPB. Supervised by KUDANG BORO SEMINAR and IRMAN HERMADI.
Standard Operating Procedure (SOP) is a form of explicit knowledge at the technical level. SOP documents are very important because they are regulating the business process in an organization. SOP documents are something very necessary, but can not be used easily anytime and anywhere whenever needed. The knowledge contained in the SOP document is a precious asset for an organization. For that, we need a knowledge management system that can search, accommodate and manage the knowledge contained in the SOP document. Ontologies were used to capture the relationship between knowledge and a semantic network was used to display a representation of knowledge. Knowledge management system development method refers to a method of developing KMSLC (Knowledge Management System Life Cycle), with an adjustment that includes analysis, acquisition of knowledge, design knowledge management system blueprint, verification and validation of knowledge management systems.
SOP documents used in this study is the technical field of information technology, the academic process of Graduate School, and personnel administration. The knowledge contained in the SOP document codified in the semantic network model in the form of nodes that related. Nodes and relationships could have different properties according to their knowledge. Modelling stored in a graph database that allows users to managed SOP data. The prototype of the knowledge management system called SOP Navigator. The main function of SOP Navigator is to conduct a search, navigate within the information, and manage SOP data.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Komputer
pada
Program Studi Ilmu Komputer
PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN PENGETAHUAN
BERBASIS ONTOLOGI DAN
SEMANTIC NETWORK
UNTUK
PENGELOLAAN
STANDARD OPERATING PROCEDURE
IPB
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2016
vi
Judul Tesis : Pengembangan Sistem Manajemen Pengetahuan Berbasis Ontologi dan Semantic Network untuk Pengelolaan Standard Operating Procedure IPB
Nama : Pangudi Citraning Putra NIM : G651130171
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Prof Dr Ir Kudang Boro Seminar, MSc Ketua
Irman Hermadi, SKom MS PhD Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Ilmu Komputer
Dr Ir Sri Wahjuni, MT
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
viii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini ialah Sistem Manajemen Pengetahuan, dengan judul Pengembangan Sistem Manajemen Pengetahuan Berbasis Ontologi dan Semantic Network untuk Pengelolaan Standard Operating Procedure IPB.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Kudang Boro Seminar, MSc selaku ketua komisi pembimbing yang telah banyak memberikan waktu, saran, masukan, kritik, dan semangat kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Irman Hermadi, SKom MS PhD selaku anggota komisi pembimbing atas arahan dan masukan yang membangun kepada penulis, serta Ibu Dr Ir Sri Nurdiati, MSc selaku penguji dalam ujian tesis yang telah banyak memberi saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua, istri, anak-anak dan seluruh keluarga atas doa, kasih sayang, dan dukungannya.
Terakhir, penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah membiayai penulis selama menempuh pendidikan di Program Studi Ilmu Komputer Sekolah Pascasarjana IPB. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Integrasi Data dan Sistem Informasi (DIDSI) Institut Pertanian Bogor yang telah membantu penulis dalam mempublikasikan karya ilmiah berdasarkan penelitian ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
ix
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitian 4
Ruang Lingkup Penelitian 5
2 TINJAUAN PUSTAKA 5
Standard Operating Procedure 5
Sistem Manajemen Pengetahuan 6
Sistem Manajemen Pengetahuan Berbasis Ontologi 7
Semantic Network 7
Hyperlink 9
Basis Data Graph 9
3 METODE 11
Analisis 11
Akuisisi Pengetahuan 12
Desain Cetak Biru Sistem Manajemen Pengetahuan 13
Verifikasi dan Validasi Sistem Manajemen Pengetahuan 13
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14
Analisis 14
Akuisisi Pengetahuan 18
Desain Cetak Biru Sistem Manajemen Pengetahuan 23
Verifikasi dan Validasi Sistem Manajemen Pengetahuan 39
Prototipe Sistem Manajemen Pengetahuan 41
Isu Implementasi 50
5 KESIMPULAN DAN SARAN 51
Kesimpulan 51
Saran 52
DAFTAR PUSTAKA 52
LAMPIRAN 55
x
DAFTAR TABEL
1 Perbedaan antara semantic network dan ontologi (Salem 2008) 8
2 Kebutuhan fungsional untuk SOP Navigator 15
3 Kebutuhan non fungsional untuk SOP Navigator 15
4 Karakteristik pengguna SOP Navigator 16
5 Kebutuhan antarmuka perangkat lunak untuk SOP Navigator 17 6 Daftar dokumen SOP yang digunakan pada penelitian 18
7 Daftar nodes pada semantic network 25
8 Daftar relationships pada semantic network 27
9 Daftar perangkat keras pendukung implementasi SOP Navigator 30 10 Daftar perangkat lunak pendukung implementasi SOP Navigator 31
11 Lingkungan Operasi SOP Navigator 39
xi
DAFTAR GAMBAR
1 Arsitektur IPB-KMS (Seminar et al. 2010) 2
2 Proses Manajemen Pengetahuan (Becerra-Fernandez dan Sabherwal
2010) 6
3 Contoh pemodelan basis data graph untuk social network (Robinson et
al. 2015) 10
4 Tata Laksana Penelitian 11
5 Diagram use case untuk SOP Navigator 18
6 Pemodelan ontologi dokumen SOP 24
7 Penggambaran semantic network pada Neo4j 25
8 Spesifikasi tampilan Fungsi Pencarian Data SOP 32 9 Spesifikasi tampilan Fungsi Tampilan Data SOP 32 10 Spesifikasi tampilan Fungsi Tampilan Navigasi Informasi 33
11 Spesifikasi tampilan Fungsi Login 34
12 Spesifikasi tampilan Fungsi Tampilan Daftar SOP 34 13 Spesifikasi tampilan Fungsi Tambah Data dan Relasi 35
14 Spesifikasi tampilan Fungsi Perbarui Data 36
15 Spesifikasi tampilan Fungsi Hapus Data 37
16 Spesifikasi tampilan Fungsi Tampil Data Detil 38
17 Deployment diagram untuk SOP Navigator 39
18 Hasil implementasi antar muka Fungsi Pencarian Data SOP 41 19 Hasil implementasi antar muka Fungsi Tampilan Data SOP 42 20 Hasil implementasi antar muka Fungsi Tampilan Navigasi Informasi 43
21 Hasil implementasi antar muka Fungsi Login 43
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1 Event Table untuk SOP Navigator 55
2 Spesifikasi use case 56
3 Diagram Activity untuk SOP Navigator 61
4 Diagram Sequence untuk SOP Navigator 67
5 Contoh SOP Bidang Teknis Teknologi Informasi (Revisi Sistem
Aplikasi) 72
6 Contoh SOP administrasi mahasiswa Sekolah Pascasarjana (Sidang
Komisi Pembimbing) 75
7 Contoh SOP Administrasi Kepegawaian (Pelayanan Kenaikan Pangkat) 79
8 Daftar keterangan properti dari nodes 84
9 Interaction diagram untuk SOP Navigator 90
1
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Standard Operating Procedure (SOP) adalah satu set instruksi tertulis yang mendokumentasikan kegiatan rutin atau berulang-ulang yang diikuti oleh sebuah organisasi (US EPA 2007). SOP merupakan bentuk nyata dari pengetahuan eksplisit yang ada di dalam organisasi (Chai et al. 2003). SOP adalah implementasi dari peraturan yang ditetapkan oleh sebuah organisasi. Peraturan organisasi didefinisikan sebagai kebutuhan untuk kebiasaan organisasi yang spesifik dalam kondisi tertentu (DeHart-Davis et al. 2013). Peraturan organisasi memiliki berbagai fungsi, diantaranya adalah menstrukturkan aktivitas, meningkatkan efisiensi, mensosialisasi pegawai, dan memungkinkan organisasi tersebut untuk belajar. Peraturan organisasi dapat digunakan juga untuk mendelegasikan wewenang, menyesuaikan dengan norma-norma dalam masyarakat, dan menyampaikan legitimasi organisasi (DeHart-Davis et al. 2013). Berbagai fungsi inilah yang menjadikan peraturan organisasi sebagai elemen penting dari struktur organisasi yang dapat meningkatkan efektifitas operasional organisasi (Tyler dan Blader 2005, Rainey 2009). Perbedaan secara nyata antara peraturan organisasi dengan SOP adalah pada isinya. Peraturan menjelaskan secara umum sedangkan SOP menjelaskan secara lebih detil. Maka dari itu biasanya SOP diterapkan pada tingkat teknis untuk memandu para pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan jabatannya.
SOP merupakan sesuatu yang sangat diperlukan pada sebuah organisasi, tetapi tidak dapat dimanfaatkan dengan mudah kapanpun dan dimanapun pada saat diperlukan. SOP pada akhirnya hanya tersimpan dalam suatu buku tebal atau berkas di dalam komputer yang jarang diakses lebih lanjut oleh pegawai. Padahal pengetahuan yang terkandung dalam SOP merupakan aset organisasi yang dapat meningkatkan efektifitas organisasi jika dikelola secara optimal (Jibin dan Geetha 2014). SOP juga merupakan sarana yang baik dalam penyebaran pengetahuan dalam organisasi. Hal ini terutama bermanfaat pada kasus perpindahan pegawai dalam organisasi. Dengan adanya SOP, pemindahan pengetahuan dari pegawai lama ke pegawai baru dapat difasilitasi dengan baik (Amare 2012).
Sebagai sebuah organisasi, Institut Pertanian Bogor (IPB) telah mengimplementasikan SOP (Mustafa dan Yulia 2007). Sebagai organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan, IPB dituntut untuk selalu memberikan pelayanan prima kepada civitas akademiknya. Hal ini tercermin pada moto IPB
sendiri, yaitu “Mencari dan Memberi yang Terbaik”. Untuk pelayanan terhadap
2
lainnya. Di sisi lain, isi dari dokumen SOP yang tidak terstruktur juga menyulitkan bagi penggunanya dalam menemukan informasi yang sesuai dengan kebutuhan yang dicari. Untuk itulah diperlukan pengelolaan dokumen SOP yang terintegrasi pada setiap unit kerja di lingkungan IPB.
Knowledge Management (KM) atau Manajemen Pengetahuan adalah mengelola pengetahuan yang ada di dalam sebuah organisasi untuk dapat meningkatkan daya saing dari organisasi tersebut. KM dapat membuat, menyebarkan, dan mengaplikasikan pengetahuan untuk mencapai tujuan bisnis (Tiwana 1999). Sistem yang mengelola pengetahuan disebut juga Knowledge Management System (KMS) atau Sistem Manajemen Pengetahuan. KMS sendiri merupakan gabungan dari berbagai disiplin ilmu yang masih merupakan bagian dari sistem informasi. KMS mendukung penyimpanan dan akses dokumen dari semua bagian di dalam organisasi. KMS memungkinkan komunikasi secara masif dari kebijakan, prosedur, dan data dan membantu keberlangsungan dari pengetahuan organisasi (Satzinger et al. 2010). Dengan demikian KMS merupakan salah satu cara yang efektif dalam penyebaran kebijakan dan peraturan dari tingkat atas ke tingkat bawah dalam organisasi.
Pada tahun 2010 IPB telah membangun sebuah KMS yang disebut IPB Knowledge Management System (IPB-KMS). Dengan IPB-KMS, pengetahuan-pengetahuan yang relevan dapat diakumulasikan dan disistemkan sehingga pengetahuan tersebut dapat digunakan oleh lingkungan internal dan eksternal IPB secara optimal (Seminar et al. 2010). IPB-KMS telah dapat digunakan untuk menyimpan dokumen-dokumen eksplisit. KMS tersebut berbasis web dan dapat diakses oleh publik. Arsitektur dari IPB-KMS terdiri dari tiga buah fungsi, yaitu akuisisi pengetahuan, pemeliharaan pengetahuan, dan pemanfaatan pengetahuan. Arsitektur IPB-KMS dapat dilihat pada Gambar 1. IPB-KMS dapat diakses di http://kms.ipb.ac.id. Dengan capaian ini IPB telah memiliki pondasi dasar bagi pengembangan KMS.
Gambar 1 Arsitektur IPB-KMS (Seminar et al. 2010)
3 dalam representasi pengetahuan ke dalam empat kategori ontologi, yaitu static ontologies, dynamic ontologies, intentional ontologies, dan social ontologies. Penelitian lain untuk KMS berbasis ontologi juga dilakukan oleh Maedche et al. (2003). Penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan arsitektur manajemen pengetahuan perusahaan yang terintegrasi dalam implementasi KMS berbasis ontologi. Penelitian ini berfokus pada dua permasalahan utama yaitu kesulitan dari penerapan satu macam ontologi pada perusahaan dan ontologi yang harus selalu merefleksikan perubahan yang terjadi pada kebutuhan sistem.
Sebelumnya penelitian untuk KMS di IPB telah dilakukan pada tahun 2010 (Seminar et al. 2010). Penelitian tersebut berfokus kepada pengembangan KMS di IPB secara umum. Pengembangan KMS tersebut termasuk diantaranya adalah perumusan arsitektur KMS-IPB, strategi pengembangan, dan implementasinya. Dalam penelitian tersebut pengetahuan-pengetahuan yang ada di IPB diidentifikasi dan dimuat dalam satu platform KMS berbentuk repositori. Pemanfaatan KMS berbasis ontologi pada bidang lain juga telah dilakukan oleh Suwanda (2012). Pada penelitian tersebut, KMS dikembangkan untuk memudahkan proses identifikasi, akuisisi, pengembangan, pembagian pakai, distribusi, pemanfaatan, dan penyimpanan set pengetahuan berdasarkan ontologi dalam perekayasaan pipa apung di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Penelitian terhadap KMS dan SOP telah dilakukan oleh Jibin dan Geetha (2014). Penelitian ini berfokus bagaimana cara mendapatkan pengetahuan ketika suatu permasalahan pada perusahaan teknologi informasi berbasis layanan terjadi. Permasalahan dan bagaimana cara penyelesaian masalah tersebut direkam dan dimasukkan ke dalam KMS supaya jika suatu ketika terjadi permasalahan yang sama, maka masalah tersebut dapat diselesaikan dengan bersumber kepada pengetahuan yang telah terdapat dalam KMS. Namun demikian, KMS yang dikembangkan dalam penelitian ini tidak berfokus kepada pengelolaan SOP yang tersistem pada komputer. SOP hanya digunakan untuk membantu teknisi dalam melihat tata kerja yang harus dilakukan ketika menangani permasalahan.
Belum terdapat penelitian yang berfokus pada pengetahuan yang terdapat pada sebuah dokumen SOP. Dengan latar belakang tersebut, penelitian ini akan mencoba untuk melakukan akuisisi pengetahuan yang berfokus pada dokumen SOP, melakukan kodifikasi pengetahuan tersebut ke dalam model ontologi dan menemukan keterkaitan antar pengetahuan tersebut sehingga membentuk suatu pola semantik. Model yang didapat diimplementasikan ke dalam suatu KMS sehingga pengguna KMS dapat menggunakan dan mengelola pengetahuan tersebut.
Perumusan Masalah
4
berdasarkan ontologi. Pemodelan ontologi memungkinkan konten dari dokumen SOP dikumpulkan, dikelola, dan didistribusikan secara semantik sehingga memudahkan pengguna dalam memberdayakan pengetahuan dalam dokumen SOP. Pengelolaan dokumen SOP juga bukan merupakan hal yang mudah untuk dilakukan. Struktur dan format dokumen SOP yang beragam antar satu unit dengan unit lainnya menyulitkan dalam mengetahui isi dokumen yang akan diperbarui. Dengan menggunakan pengelolaan dokumen SOP berbasis ontologi, bagian-bagian dari struktur dokumen dibentuk ke dalam properti tertentu sehingga perbedaan struktur dan format dokumen tidak akan menjadi kendala dalam pengelolaan dokumen.
Di sisi lain, perlu tersedia pengelolaan dokumen SOP yang memfasilitasi perubahan terhadap peraturan. Pada hakikatnya SOP adalah pedoman teknis yang sangat bergantung dari peraturan yang menaunginya. Seringnya perubahan kebijakan di tingkat pimpinan sangat berpengaruh pada berubahnya peraturan yang ada. Hal ini sangat rentan pada tingkat kebaruan dari dokumen SOP. SOP seringkali dianggap usang karena tidak sesuai dengan peraturan dan kondisi aktual di lapangan sehingga membuat para pengguna enggan untuk menjadikan dokumen SOP sebagai pedoman instruksi kerja. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan utama pentingnya pengelolaan dokumen SOP berbasis ontologi. Dengan menggunakan sifat semantik pada ontologi, SOP dapat dipetakan ke peraturan yang menaunginya sehingga memudahkan pemeliharaan dan revisi dari dokumen SOP jika peraturan tersebut telah berubah. Dengan demikian dokumen SOP selalu terbarukan dan sesuai dengan kondisi nyata di lapangan.
Ontologi digunakan dalam penelitian ini karena tidak ada dokumen SOP yang berdiri sendiri. Suatu dokumen SOP berkaitan dengan dokumen SOP lain dan berelasi dengan peraturan yang mendasari dokumen SOP tersebut. Dengan model ontologi, suatu SOP dapat dipetakan dan ditelusuri kepada peraturan yang mendasarinya. Dengan begitu jika suatu peraturan berubah, dokumen SOP dapat ditelusuri dan disesuaikan dengan perubahan peraturan yang terjadi. Hal ini dapat menciptakan suatu konsistensi regulasi dari tingkat atas ke bawah. Pihak manajerial organisasi dapat menjadikan dokumen SOP sebagai bahan audit yang terpercaya karena dokumen SOP selalu terbarukan.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan akuisisi, kodifikasi pengetahuan yang terdapat pada dokumen SOP di IPB ke dalam model semantik, dan mengimplementasikannya pada sebuah sistem manajemen pengetahuan.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari pengembangan sistem manajemen pengetahuan ini diharapkan dapat:
1. meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari pencarian dan pendayagunaan SOP, 2. memudahkan dalam mengelola SOP yang sangat cepat perubahannya,
5 4. membantu pimpinan dalam mengambil keputusan dengan memanfaatkan fitur
ontologi pengetahuan yang terdapat dalam KMS.
Ruang Lingkup Penelitian
Pada penelitian ini ruang lingkup dibatasi pada pengembangan sistem manajemen pengetahuan untuk dokumen SOP di lingkungan IPB. Dokumen SOP yang menjadi lingkup penelitian ini adalah dokumen SOP yang berkaitan dengan administrasi pendidikan bagi mahasiswa Sekolah Pascasarjana, teknis pekerjaan bidang teknologi informasi, dan administrasi kepegawaian.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Standard Operating Procedure
Standard Operating Procedure (SOP) adalah satu set instruksi tertulis yang mendokumentasikan kegiatan rutin atau berulang-ulang yang diikuti oleh sebuah organisasi (US EPA 2007). SOP menjelaskan dengan detil bagaimana sebuah peraturan dalam organisasi harus dijalankan. Perbedaan paling mendasar antara SOP dengan peraturan terletak pada detil isinya. SOP yang baik dapat menjelaskan tentang siapa yang melaksanakan suatu tugas, bahan apa yang diperlukan untuk tugas tersebut, dimana tugas dilakukan, kapan tugas dilaksanakan, dan bagaimana tugas tersebut dijalankan. SOP menyediakan instruksi langkah demi langkah suatu proses kerja untuk pelaksana agar dapat menyelesaikan tugasnya sesuai dengan kualitas yang telah ditetapkan oleh organisasi. Dokumen SOP bertindak sebagai sumber instruksi yang memungkinkan pelaksana untuk bertindak tanpa harus bertanya. Pengembangan dan penggunaan SOP merupakan bagian integral dari sistem mutu yang sukses karena menyediakan informasi kepada individu untuk melakukan pekerjaan dengan benar dan memfasilitasi konsistensi dalam kualitas dan integritas produk atau hasil akhir (US EPA 2007).
Ditinjau dari tujuannya, SOP dimaksudkan untuk membantu organisasi dalam mempertahankan kontrol kualitas dan jaminan kualitas proses dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan pemerintah. SOP juga dibuat untuk meminimumkan perbedaan dan menciptakan standar sehingga pola kerja tidak lagi bergantung kepada personil/perorangan. Beberapa tujuan dari SOP diantaranya adalah:
menyediakan kerangka kerja bagi peraturan organisasi,
dapat memberikan arahan dan struktur,
memberikan dasar untuk deskripsi pekerjaan, pelatihan pegawai, tindakan korektif dan disiplin, dan penilaian kinerja,
menyediakan konsistensi dan keseragaman terhadap pola kerja,
menangkap dan mentransfer pengetahuan kritis.
6
metode pengelolaan pengetahuan di dalam SOP adalah dengan menggunakan Sistem Manajemen Pengetahuan.
Sistem Manajemen Pengetahuan
Manajemen pengetahuan adalah strategi optimasi bisnis secara sistematis yang memilih, menyaring, menyimpan, mengorganisir, merangkum, dan mengomunikasikan informasi penting tentang perusahaan untuk meningkatkan kinerja pegawai dan daya saing perusahaan (Bergeron 2003). Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa manajemen pengetahuan merupakan sebuah pendekatan sistematis untuk mengelola aset intelektual dan informasi lainnya yang dapat digunakan untuk meningkatkan keuntungan kompetitif perusahaan. Manajemen pengetahuan sangat penting pada era globalisasi ini dimana manajemen pengetahuan akan meningkatkan tingkat kompetensi dari perusahaan melalui bagi-pakai pengetahuan dan penggunaannya kembali. Terdapat banyak alasan kenapa pengetahuan penting untuk dikelola, beberapa diantaranya adalah informasi yang berlebihan, kemajuan teknologi, peningkatan spesialisasi profesional, faktor persaingan, mobilitas tenaga kerja dan omset, dan kapitalisasi pengetahuan perusahaan (Seminar et al. 2010).
Manajemen pengetahuan sangat bergantung kepada empat proses yang didukung oleh tujuh subproses. Empat proses manajemen pengetahuan tersebut berfokus pada bagaimana konversi pengetahuan antara pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit (Becerra-Fernandez dan Sabherwal 2010). Proses manajemen pengetahuan diperlihatkan pada Gambar 2.
Gambar 2 Proses Manajemen Pengetahuan (Becerra-Fernandez dan Sabherwal 2010)
Sistem manajemen pengetahuan, biasa disebut juga dengan Knowledge Management System (KMS) adalah integrasi dari teknologi dan mekanisme yang dikembangkan untuk mendukung empat proses manajemen pengetahuan. Luas dan dalamnya KMS bergantung dari besarnya pengetahuan yang berkontribusi ke dalam sistem. Dan salah satu proses yang sangat penting dalam proses KMS adalah proses pembagian pengetahuan (knowledge sharing). Lalu tanpa kodifikasi pengetahuan,
7 KMS tidak dapat berjalan (Al-Busaidi et al. 2010). Salah satu metode kodifikasi pengetahuan adalah dengan menggunakan model ontologi.
Sistem Manajemen Pengetahuan Berbasis Ontologi
Sistem manajemen pengetahuan berbasis ontologi memiliki perbedaan dari sistem manajemen pengetahuan lain dari sisi penggambarannya. Pada KMS berbasis ontologi, pengetahuan digambarkan pada format yang dapat dibaca oleh komputer tetapi di lain sisi pengguna dapat secara efektif mencari basis data, berkas website, dan hal lain untuk mengambil informasi, menangkap maksudnya, mengelola, dan membuatnya berguna (Jurisica et al. 2004). Ontologi sendiri merupakan konseptualisasi secara eksplisit yang telah disepakati bersama. Termasuk di dalam kesepakatan ini adalah kerangka kerja konseptual untuk memodelkan domain pengetahuan, protokol untuk komunikasi antar agen yang interoperasi, dan representasi dari domain teori tertentu. Domain pengetahuan direpresentasikan dalam deklarasi formal berupa objek-objek dan keterkaitannya. Deklarasi formal ini dijabarkan ke dalam notasi yang mudah untuk dibaca manusia yang mendeskripsikan nama objek yang dimaksud. Contoh dari notasi ini adalah kelas, relasi, dan fungsi (Gruber 1993, Uschold dan Gruninger 1996).
Dalam sistem manajemen pengetahuan berbasis ontologi, representasi ontologi didesain menggunakan perangkat lunak yang mendukung desain ontologi dan proses integrasinya. Perangkat lunak tersebut kemudian membuat suatu library dari hasil desain ontologi yang kemudian dapat digunakan sebagai acuan dalam pembangunan sistem informasi (Jurisica et al. 2004).
Semantic Network
Menurut Sowa (2006), semantic network merupakan suatu representasi pengetahuan yang dapat digambarkan dengan keterkaitan antara node dan arc. Semantic network dapat memperlihatkan keterkaitan hubungan antar pengetahuan secara grafis sehingga memberikan kemudahan dalam memahaminya. Terdapat beberapa jenis dari semantic network seperti yang telah didefinisikan oleh Sowa (2006), yaitu:
1. Definitional networks. Jaringan ini menekankan hubungan is-a antara jenis konsep dan sub konsep yang baru didefinisikan. Hubungan yang dihasilkan ini mendukung aturan pewarisan dari properti dari sub tipenya.
2. Assertional networks. Jaringan ini dirancang untuk menegaskan preposisi. Informasi di dalam assertional networks diasumsikan kontingensi benar, kecuali secara eksplisit ditandai dengan operator modal.
3. Implicational networks. Jaringan ini menggunakan implikasi sebagai hubungan utama untuk menghubungkan node.
4. Executable networks. Jaringan ini memiliki mekanisme yang dapat menyebabkan perubahan terhadap jaringan itu sendiri.
8
6. Hybrid networks. Jaringan ini menggabungkan dua teknik yang ada sebelumnya atau lebih, baik dalam satu jaringan atau jaringan yang terpisah, tetapi berinteraksi secara erat.
Sama seperti ontologi, semantic network juga merupakan salah satu teknik untuk merepresentasikan pengetahuan. Semantic network baik dalam merepresentasikan hubungan antara superclass dengan subclass. Di samping itu juga baik dalam merepresentasikan contoh dari setiap kelas. Tetapi semantic network belum dapat merepresentasikan batasan dari relasi dan karakteristik dari properti kelas. Perbedaan dari semantic network dan ontologi diperlihatkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Perbedaan antara semantic network dan ontologi (Salem 2008)
Fitur Semantic Network Ontologi
Asumsi nama unik Jika terdapat dua objek yang memiliki nama yang berbeda, maka akan diasumsikan dua objek tersebut berbeda
Tidak ada asumsi untuk menentukan perbedaan antara dua objek kecuali terdapat pernyataan yang eksplisit pada
keterhubungannya Keterbukaan Tidak dapat dimasuki
sampai terdapat sebuah tempat pada contohnya
Dapat dimasuki oleh segala hal, kecuali melanggar batasan yang telah ditetapkan
Penegasan dan klasifikasi
Mendefinisikan aspek pada tempat dalam sebuah kelas atau mendefinisikan batasan untuk tempat di tingkat lebih tinggi
Terdapat dua jenis pernyataan tentang kelas, yaitu semua yang benar dari individu pada kelas dan semua yang dibutuhkan dan mampu mendefinisikan kelas tersebut
Kemampuan untuk mendefinisikan aturan
Aturan dapat diterapkan ketika
mengimplementasikan semantic network
menggunakan PROLOG
Tidak ada aturan yang dapat diterapkan ketika mengimplementasikan ontologi dengan OWL Kemampuan ekspresif Tidak ada batasan pada
relasi dan karakteristik dari properti
9 Semantic network dan ontologi dapat saling mendukung dalam pembangunan sistem berbasis pengetahuan.
Hyperlink
Menurut Oxford Dictionaries (2013), hyperlink adalah sebuah link dari dokumen hypertext ke lokasi lain, diaktifkan dengan mengklik pada kata atau gambar yang disorot. Analisis hyperlink telah lama digunakan untuk mempelajari struktur dari sebuah situs web. Mempelajari struktur dari sebuah situs web dapat membantu dalam melakukan akuisisi pengetahuan dan isinya. Analisis hyperlink juga dapat meningkatkan relevansi dari hasil pencarian dari sebuah situs web. Algoritme analisis hyperlink dapat dipakai untuk membuat dua asumsi berikut (Henzinger 2001):
asumsi 1: Sebuah hyperlink dari halaman web A ke halaman web B merupakan sebuah rekomendasi ke halaman web B dari pembuat web A,
asumsi 2: Jika sebuah halaman web A dan halaman web B terkoneksi oleh sebuah hyperlink, maka keduanya mungkin memiliki topik yang sama.
Berkembangnya Internet di segala bidang membuat informasi sangat berlimpah, baik yang dibutuhkan maupun yang tidak dibutuhkan. Informasi tersebut berada pada berbagai situs web yang tersebar pada jaringan Internet. Analisis hyperlink dapat digunakan untuk memilah informasi-informasi tersebut agar informasi yang diperoleh dapat sesuai dengan yang dibutuhkan.
Basis Data Graph
10
Gambar 3 Contoh pemodelan basis data graph untuk social network (Robinson et al. 2015)
Basis data graph memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan basis data relasional dan NoSQL. Kelebihan utama dari basis data graph terletak pada relasi antar objek yang memang menjadi fokus utama di basis data graph. Basis data relasional menggunakan konsep relasi hanya pada pemodelan saja yang
dikenal dengan istilah “join tables”. Dalam basis data relasional, dengan semakin banyak data dan semakin kompleks struktur basis data maka akan semakin membebani basis data dengan banyaknya join tables, jumlah baris yang semakin bertambah, dan banyaknya pemeriksaan nilai yang null. Dalam basis data NoSQL, data tersimpan dalam dokumen/nilai/kolom yang tidak saling terkoneksi. Salah satu cara yang banyak dipakai untuk menambahkan relasi adalah dengan menambahkan kunci identifikasi dan merelasikan kunci identifikasi tersebut antara dokumen satu dengan dokumen lainnya. Hal ini menyebabkan aplikasi harus selalu memutakhirkan atau menghapus kunci identifikasi ini karena sangat berpengaruh kepada kualitas data dan performa dari kueri (Robinsin et al. 2015).
11
3
METODE
Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode yang mengacu kepada Knowledge Management System Life Cycle (KMSLC) (Awad dan Ghaziri 2004) dengan beberapa penyesuaian yaitu berupa pendetailan proses sehingga merepresentasikan kegiatan-kegiatan dari penelitian yang dilakukan. Tahapan-tahapan dari metode penelitian diperlihatkan pada Gambar 4.
Analisis Masalah
Pengumpulan Kebutuhan Pembangunan KMS
Identifikasi Pengetahuan Terkait Pengumpulan Data SOP
Perumusan pengetahuan ke dalam model ontologi
Pemodelan ontologi
Pengembangan aplikasi KMS
Pengujian fungsi aplikasi KMS
Analisi
Gambar 4 Tata Laksana Penelitian
Analisis
Tahap ini meliputi analisis masalah dan pengumpulan kebutuhan pembangunan KMS. Masalah yang terkait dengan penemuan-kembali informasi dalam dokumen SOP IPB dianalisis untuk diidentifikasi akar dari permasalahannya. Dari hasil analisis yang dilakukan didapatkanlah suatu rumusan masalah. Penentuan lingkup masalah diambil dari fungsi dokumen SOP tersebut. Sesuai dengan bisnis utama IPB di bidang pendidikan, hanya diambil beberapa contoh dokumen SOP yang menjadi lingkup penelitian ini. Dokumen-dokumen tersebut adalah dokumen administrasi mahasiswa Program Pascasarjana, dokumen SOP teknis bidang teknologi informasi, dan dokumen SOP administrasi kepegawaian.
12
lingkungan operasi. Akan dijelaskan juga batasan dan deskripsi dari lingkungan arsitektur dari sistem yang akan dibangun.
Pada tahap ini dilakukan juga analisis pemodelan rancangan prototipe dari sistem manajemen pengetahuan yang akan dikembangkan. Pemodelan tersebut direpresentasikan dengan:
1. Event Table
Memperlihatkan daftar dari kejadian yang terjadi dalam sebuah sistem. Pada event table ini dtuliskan juga pemicu, sumber, use case, tanggapan, dan tujuan dari kejadian yang terjadi. Event table merupakan salah satu metode yang baik untuk menyimpan informasi mengenai kebutuhan dari sebuah sistem informasi.
2. Diagram use case
Merupakan diagram yang menggambarkan aktivitas yang dilakukan oleh sistem, biasanya digambarkan oleh sebuah permintaan oleh pengguna sistem. Diagram use case mendeskripsikan interaksi antara pengguna (actor) dengan sistem yang akan dikembangkan.
3. Diagram activity
Merupakan diagram yang menggambarkan aliran kerja dari bisnis proses sistem yang akan dikembangkan. Pada diagram activity diperlihatkan secara jelas proses yang mengalir dari satu pengguna ke pengguna lain jika sistem yang akan dikembangkan melibatkan lebih dari satu pengguna dan memiliki keterkaitan satu sama lain.
4. Diagram sequence
Merupakan diagram yang menggambarkan bagaimana pengguna berinteraksi dengan sistem dengan menginputkan data inputan dan menerima data keluaran. Data inputan dan keluaran diperlihatkan sebagai sebuah pesan dalam suatu urutan dengan variabel waktu.
Akuisisi Pengetahuan
Akuisisi pengetahuan adalah proses yang dilakukan untuk menangkap pengetahuan, baik pengetahuan tacit maupun pengetahuan eksplisit (Stollberg et al. 2004). Dalam penelitian ini, metode yang dilakukan dalam menangkap pengetahuan adalah akuisisi pengetahuan eksplisit. Hal ini dilakukan karena dokumen SOP sendiri adalah suatu bentuk dari pengetahuan eksplisit. Jadi akuisisi pengetahuan dapat langsung dilakukan dengan bersumber dari pengetahuan itu sendiri. Proses dari akuisisi pengetahuan itu sendiri merupakan tahap yang terdiri dari dua proses, yaitu proses identifikasi pengetahuan dan pengumpulan data SOP. Pada tahap analisis, telah ditentukan ruang lingkup dari penelitian ini yaitu dokumen SOP teknis bidang teknologi informasi, dokumen administrasi mahasiswa Program Pascasarjana, dan dokumen SOP administrasi kepegawaian.
13 pendayagunaan dokumen SOP. Hal inilah yang menjadi pembeda antara dokumen biasa dengan KMS.
Desain Cetak Biru Sistem Manajemen Pengetahuan
Pengetahuan-pengetahuan yang telah dihimpun pada tahap akuisisi pengetahuan dimodelkan ke dalam model ontologi yang hasilnya dimasukkan ke dalam KMS. Dalam proses penciptaan pengetahuan yang dirumuskan dalam empat pola penciptaan pengetahuan (Nonaka 1991), proses tersebut merupakan proses eksplisit ke eksplisit. Dalam hal ini, pengetahuan berbentuk eksplisit yang tersimpan dalam bentuk dokumen digital dikonversi menjadi bentuk pengetahuan eksplisit dengan model ontologi yang tersimpan dalam KMS.
Dalam tahap ini mulai dilakukan pemetaan pengetahuan untuk membentuk informasi semantik antar objek. Informasi semantik tersebut disimpan dalam sebuah basis data supaya informasi tersebut dapat selalu diperbarui. Pola penyimpanan dengan basis data ini diperlukan karena informasi dalam dokumen SOP ini dapat terus bertambah dan berkembang sehingga pengelolaan ke depannya dapat menjadi lebih mudah.
Desain dari prototipe sistem manajemen pengetahuan juga dijelaskan di tahap ini. Hasil dari analisis yang dilakukan pada tahap sebelumnya dimodelkan kembali ke model lanjutan yang merepresentasikan solusi dari sebuah sistem yang dikembangkan. Desain yang dilakukan di tahap ini lebih ditujukan ke penjelasan teknis. Penjelasan desain tersebut meliputi rancangan lingkungan implementasi dan deskripsi fungsional secara rinci. Dari hasil pemodelan yang dilakukan direpresentasikan dengan Interaction Diagram dan Deployment Diagram.
Verifikasi dan Validasi Sistem Manajemen Pengetahuan
14
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis
Sistem manajemen pengetahuan yang dikembangkan merupakan sistem manajemen pengetahuan yang dapat memberikan informasi berbasis konten kepada penggunanya. Berbeda dengan sistem pengelolaan SOP yang berbasiskan dokumen, sistem ini menawarkan informasi yang fokus kepada isi dan informasi lain yang berkaitan dengan dokumen SOP. Dengan begitu, pengguna dapat mendapatkan informasi tidak hanya dokumen SOP, tetapi informasi di luar dokumen SOP yang berkaitan. Pengguna juga mampu melakukan penelusuran terhadap informasi-informasi tersebut. Di samping itu, operator juga harus dapat mengelola data SOP sehingga keterbaruan dari data SOP dapat terus terjaga. Prototipe dari sistem manajemen pengetahuan ini dinamakan SOP Navigator
(Putra et al. 2016).
Alasan dari penamaan ini sangat berkaitan dengan fungsinya dimana pengguna dapat melakukan navigasi informasi yang berkaitan dengan dokumen SOP. Proses navigasi ini merupakan keunggulan dari SOP Navigator dan menjadi pembeda antara SOP Navigator dengan sistem manajemen dokumen (document management system). Sistem manajemen dokumen biasanya berbasis file sehingga untuk mendapatkan informasi pengguna diharuskan membuka file terlebih dahulu. Sedangkan SOP Navigator dapat langsung memberikan informasi tanpa mengharuskan pengguna untuk membuka file terlebih dahulu.
Dokumen SOP yang diinputkan dan ditampilkan dalam SOP Navigator haruslah dokumen SOP yang sudah final. Dokumen SOP yang masih berupa revisi tidak diinputkan dalam SOP Navigator untuk menghindari perbedaan persepsi publik. Hal ini dikarenakan SOP Navigator dapat diakses oleh publik luas sehingga perubahan yang terjadi haruslah minimal. Dokumen SOP sendiri merupakan aspek legal yang dapat menjadi dasar hukum sehingga ketetapan dalam SOP haruslah sudah final sebelum disebarluaskan ke publik. Perubahan dalam SOP yang terjadi haruslah merupakan revisi dari dokumen sebelumnya, bukan perubahan dari dokumen yang sudah ada.
Keterkaitan antara dokumen SOP dengan informasi pendukungnya dapat digambarkan dalam sebuah ontologi dan semantic network. Ontologi digunakan untuk mengkonsep pengetahuan dan relasi yang ada di dalam dokumen SOP, sedangkan semantic network digunakan untuk menggambarkan keterkaitan antar pengetahuan yang ada. Dengan penggambaran berbentuk semantic network pengguna dapat mengetahui keterkaitan antar pengetahuan dalam bentuk visual. Hal ini sangat baik dibandingkan dengan penggambaran dokumen dalam bentuk teks.
SOP Navigator dikembangkan berbasis web agar dapat diakses secara publik. Dari analisis terhadap sistem manajemen pengetahuan, dilakukan analisis terhadap kebutuhan fungsional, kebutuhan non fungsional, karakteristik pengguna, dan kebutuhan antarmuka eksternal.
1. Kebutuhan Fungsional
15
Tabel 2 Kebutuhan fungsional untuk SOP Navigator No Kode Fungsi Uraian
1 F-SOPNAV-01 Menyediakan fasilitas untuk mencari data SOP 2 F-SOPNAV-02 Menyediakan fasilitas untuk menampilkan data SOP 3 F-SOPNAV-03 Menyediakan fasilitas untuk menampilkan relasi dan
informasi yang berkaitan dengan data SOP 4 F-SOPNAV-04 Menyediakan fasilitas untuk navigasi informasi 5 F-SOPNAV-05 Menyediakan fasilitas untuk login
6 F-SOPNAV-06 Menyediakan fasilitas untuk menampilkan daftar data SOP
7 F-SOPNAV-07 Menyediakan fasilitas untuk menambah data SOP 8 F-SOPNAV-08 Menyediakan fasilitas untuk menambah data relasi 9 F-SOPNAV-09 Menyediakan fasilitas untuk memperbarui data SOP 10 F-SOPNAV-10 Menyediakan fasilitas untuk menghapus data SOP 11 F-SOPNAV-11 Menyediakan fasilitas untuk menampilkan detil data
SOP 2. Kebutuhan Non Fungsional
Paparan mengenai kebutuhan non fungsional dari SOP Navigator diperlihatkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Kebutuhan non fungsional untuk SOP Navigator No Kode Fungsi Parameter Uraian
1 NF-SOPNAV-1 Ketersediaan Tersedia 24 jam, 7 hari seminggu 2 NF-SOPNAV-2 Kecepatan Sistem responsif terhadap permintaan
pengguna
3 NF-SOPNAV-3 Keakuratan Data yang ditampilkan harus akurat sesuai dengan permintaan pengguna 4 NF-SOPNAV-4 Keamanan Sistem menyediakan mekanisme login
dalam melakukan pengelolaan data. 5 NF-SOPNAV-5 Kemudahan Pengguna dapat dengan mudah
melakukan penelusuran data dan informasi
3. Karakteristik Pengguna
Pengguna SOP Navigator adalah pengguna publik dan administrator. Pengguna publik dapat melakukan pencarian dan penelusuran data SOP. Administrator dapat melakukan pengelolaan data SOP. Paparan mengenai karakteristik pengguna dari SOP Navigator diperlihatkan pada Tabel 4.
16
Tabel 4 Karakteristik pengguna SOP Navigator
Kategori Pengguna Tugas Hak Akses ke Aplikasi
Publik Melakukan pencarian data Melihat data SOP
Melihat relasi data SOP Melakukan navigasi informasi
F-SOPNAV-01 F-SOPNAV-02 F-SOPNAV-03 F-SOPNAV-04 Administrator Melakukan login
Melihat daftar data SOP Menambah data SOP Menambah data relasi Memperbarui data SOP Menghapus data SOP Melihat detil data SOP
F-SOPNAV-05 4. Kebutuhan Antarmuka Eksternal
Antarmuka eksternal merincikan deskripsi masukan dan keluaran perangkat lunak yang dispesifikasikan. Kebutuhan antarmuka eksternal pada SOP Navigator mencakup kebutuhan antarmuka pemakai, antarmuka perangkat keras, dan antarmuka perangkat lunak. Antarmuka komunikasi tidak diperlukan karena SOP Navigator tidak memerlukan antarmuka komunikasi dalam bentuk khusus.
a. Antarmuka Pemakai
Antarmuka pemakai akan dikembangkan dengan menggunakan modus grafis dan berbasis web. Pemakai berinteraksi dengan perangkat lunak SOP Navigator melalui antarmuka penjelajah situs (web browser). SOP Navigator menerima masukan dari pemakai melalui perintah yang diklik pada mouse atau yang diketikkan melalui papan kunci (keyboard). Keluaran dari perangkat lunak SOP Navigator dapat dilihat pemakai dengan menggunakan monitor secara langsung. b. Antarmuka Perangkat Keras
Kebutuhan minimum perangkat keras yang dapat digunakan oleh SOP Navigator adalah:
• PC IBM Compatible,
• papan kunci (keyboard),
• mouse.
Selebihnya, aplikasi ini tidak membutuhkan antarmuka perangkat keras yang spesifik.
c. Antarmuka Perangkat Lunak
Antarmuka perangkat lunak yang digunakan untuk mengoperasikan SOP Navigator diperlihatkan pada Tabel 5.
17 Tabel 5 Kebutuhan antarmuka perangkat lunak untuk SOP Navigator
No Nama Deskripsi Versi Sumber
1 Ruby Modul untuk lingkungan pengembangan Ruby
2.2.3 http://cache.ruby-lang.org/pub/ruby/2.2/ ruby-2.2.3.tar.xz 2 Sinatra Kerangka kerja
(framework) untuk pengembangan Ruby
1.4.5 http://www.sinatrarb.c om
3 Neography Penghubung antara Ruby dengan API Neo4j
1.6.0 https://github.com/ma xdemarzi/neography 4 Haml Bahasa markup yang
hanya menggambarkan HTML dari dokumen web tanpa menggunakan kode inline
4.0.6 http://haml.info/
5 Json Format pertukaran data 1.8.2 http://www.json.org/ Pemodelan hasil analisis dari SOP Navigator diperlihatkan dengan beberapa model. Model tersebut adalah event table, diagram use case, diagram activity, dan diagram sequence.
1. Event Table
Dari hasil analisis kejadian terhadap sistem yang telah didapatkan, dibentuklah daftar kejadian yang dibentuk dalam sebuah event table. Event table untuk SOP Navigator diperlihatkan pada Lampiran 1.
2. Diagram Use Case
Dari kebutuhan fungsional yang telah diidentifikasi, dibentuklah sebuah diagram use case yang merepresentasikan fungsi dari masing-masing kebutuhan.fungsional. Diagram use case untuk SOP Navigator diperlihatkan pada Gambar 5. Spesifikasi dari use case dijelaskan pada Lampiran 2.
3. Diagram Activity
Diagram activity pada SOP Navigator terdiri dari beberapa diagram. Satu buah use case terdiri atas satu buah diagram activity. Diagram activity untuk SOP Navigator diperlihatkan pada Lampiran 3.
4. Diagram Sequence
18
Gambar 5 Diagram use case untuk SOP Navigator
Akuisisi Pengetahuan
Dokumen SOP merupakan salah satu bentuk pengetahuan eksplisit yang dapat menjadi acuan utama untuk akuisisi pengetahuan (Courtney 2001). Dokumen SOP didapat dari unit-unit yang berwenang terhadap dokumen SOP tersebut. Seperti sudah dijelaskan pada ruang lingkup dimana penelitian ini akan menganalisis dokumen SOP teknis bidang teknologi informasi, dokumen SOP administrasi mahasiswa Pascasarjana, dan dokumen SOP administrasi kepegawaian. Daftar dokumen SOP yang digunakan dalam penelitian ini diperlihatkan pada Tabel 6.
Tabel 6 Daftar dokumen SOP yang digunakan pada penelitian
Proses Bisnis No Kode Nama Deskripsi
perangkat lunak secara efektif.
19 Tabel 6 Daftar dokumen SOP yang digunakan pada penelitian (lanjutan)
Proses Bisnis No Kode Nama Deskripsi oleh Sistem Analis) ke dalam standar baku perancangan secara efektif dan efisien rancangan perangkat lunak yang dihasilkan oleh perangkat lunak yang dikembangkan bebas
Menjaga agar kualitas semua produk yang diluncurkan berikut
Pemeliharaan Prosedur untuk pemeliharaan platform yang dapat dipakai dalam pengembangan perangkat lunak 10
POB-ALSI-011
Stake Holder Penjelasan mengenai stake holder dari perangkat lunak
20
Tabel 6 Daftar dokumen SOP yang digunakan pada penelitian (lanjutan)
Proses Bisnis No Kode Nama Deskripsi 3 POB-SPs 03 Penyelenggaraan
Mata Kuliah
Acuan bagi
penyelenggaraan mata kuliah pada SPs-IPB 4 POB-SPs 04 Pembatalan dan
atau Penambahan Mata Kuliah
Acuan bagi pelaksanaan
pembatalan dan atau penambahan mata kuliah yang dilakukan pada SPs-IPB
5 POB-SPs 05 Penetapan Komisi Pembimbing
Acuan bagi penetapan komisi pembimbing yang dilakukan oleh SPs-IPB
6 POB-SPs 06 Sidang Komisi Pembimbing
Acuan bagi
pelaksanaan sidang komisi yang dilakukan oleh SPs-IPB
7 POB-SPs 07 Ujian Kualifikasi Program Doktor
Acuan bagi
pelaksanaan kegiatan ujian kualifikasi program doktor di SPs-IPB hasil studi mahasiswa SPs-IPB
11 POB-SPs 11 Seminar Acuan bagi
21 Tabel 6 Daftar dokumen SOP yang digunakan pada penelitian (lanjutan)
Proses Bisnis No Kode Nama Deskripsi
Administrasi Kepegawaian
1 POB/SDM/01 Pelayanan Kenaikan
2 POB/SDM/02 Pelayanan Kenaikan Pangkat
Menyediakan
petunjuk proses usulan kenaikan pangkat baik tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan 3 POB/SDM/03 Pelaksanaan
Penyesuaian 4 POB/SDM/04 Penilaian Karya
Ilmiah Dosen
Panduan dalam mengusulkan penilaian Karya Ilmiah Dosen 5 POB/SDM/05 Pelaksanaan
Ujian Dinas
Menyediakan
petunjuk pelaksanaan ujian dinas tenaga kependidikan 6 POB/SDM/06 Pelayanan
Kenaikan dan Pranata Humas Dokumen-dokumen SOP yang diperlihatkan pada Tabel 6 diambil dari unit-unit yang berwenang untuk mengeluarkan, mengesahkan, dan mengelola dokumen tersebut. Keterangan lebih rinci dari sumber akuisisi dokumen tersebut adalah: 1. Dokumen-dokumen teknis bidang teknologi informasi
22
Contoh dokumen SOP teknis bidang teknologi informasi diperlihatkan pada Lampiran 5.
2. Dokumen-dokumen administrasi mahasiswa Program Pascasarjana
Dokumen-dokumen SOP ini merupakan dokumen-dokumen administrasi mahasiswa yang menunjang kegiatan akademik kemahasiswaan. Dokumen-dokumen tersebut didapatkan dari Sekolah Pascasarjana IPB. Sekolah Pascasarjana IPB adalah unit pelaksana akademik yang berkedudukan setingkat fakultas yang menyelenggarakan program pendidikan pascasarjana di IPB (IPB 2013). Contoh dokumen SOP administrasi mahasiswa Sekolah Pascasarjana diperlihatkan pada Lampiran 6.
3. Dokumen-dokumen administrasi kepegawaian
Dokumen-dokumen SOP ini merupakan dokumen-dokumen administrasi kepegawaian. Dokumen-dokumen ini didapatkan dari Direktorat Sumberdaya Manusia IPB. Direktorat Sumberdaya Manusia adalah unit pelaksana teknis yang memberikan pelayanan administrasi kepegawaian bagi pegawai IPB. Contoh SOP administrasi kepegawaian diperlihatkan pada Lampiran 7.
Pengetahuan yang terdapat dalam dokumen-dokumen SOP dapat diekstraksi agar dapat digunakan dan dikelola lebih lanjut, seperti contohnya adalah pencarian yang berfokus pada isi dari dokumen. Pengetahuan yang ada dalam dokumen SOP terdiri dari bab dan sub-bab yang menyusun dokumen SOP. Bab dan sub-bab tersebut dibuat menjadi properti dari sebuah dokumen SOP. Kendala terbesar dari proses ini adalah format dari dokumen SOP yang tidak memiliki standar baku tertentu sehingga terdapat perbedaan antara dokumen SOP satu dengan lainnya. Tetapi terdapat format umum yang dapat digunakan sebagai dasar. Secara umum, dokumen SOP disusun atas:
1. Kode 2. Nama
3. Tanggal Berlaku 4. Nomor Revisi 5. Tujuan
6. Ruang Lingkup 7. Definisi
8. Ketentuan Umum 9. Prosedur
Selain pengetahuan sebagai properti yang melekat pada dokumen SOP, terdapat pengetahuan lain yang dapat diekstrak dan dibuat pengetahuan terpisah yang saling berkait. Pengetahuan tersebut bisa berasal dari dalam dokumen SOP maupun dari luar dokumen SOP. Pengetahuan tersebut sangat menunjang dokumen SOP dan dapat membentuk keterkaitan dengan dokumen SOP yang lain. Relasi pengetahuan yang dapat diekstraksi dari sebuah dokumen SOP adalah:
1. Peraturan yang mendasari SOP tersebut. Dengan pengetahuan ini, peraturan-peraturan yang mendasari sebuah SOP dapat disusun dan dipelajari lebih lanjut tentang pentingnya peraturan tersebut sehingga kebijakan yang nantinya diambil dapat memperhatikan peraturan tersebut.
23 3. Tanggal penyusunan dokumen SOP. Dengan pengetahuan ini, tanggal penyusunan SOP dapat diketahui secara lebih jelas sehingga di kemudian hari dapat diketahui apakah dokumen SOP masih relevan atau sudah usang
4. Persyaratan yang dibutuhkan untuk menjalankan SOP. Dengan pengetahuan ini, persyaratan-persyaratan untuk menjalankan SOP tersebut dapat diketahui secara lebih jelas dan rinci sehingga memudahkan bagi pihak-pihak yang ingin menjalankan SOP tersebut.
5. Objek yang dituju. Dengan pengetahuan ini, objek sasaran yang dituju oleh dokumen SOP ini dapat lebih spesifik sehingga penerapan SOP tersebut dapat lebih efektif dan berdayaguna.
6. Revisi dari SOP. Dengan pengetahuan ini, dokumen SOP dapat lebih terlacak tingkat kebaruannya sehingga konsistensinya lebih terjaga.
7. Bidang dimana SOP bernaung. Dengan pengetahuan ini, SOP dapat dikembangkan secara lebih fokus pada bidangnya.
Desain Cetak Biru Sistem Manajemen Pengetahuan
Pengetahuan yang telah diakuisisi pada tahap sebelumnya disusun, dikodifikasi dalam model ontologi, dan direpresentasikan dalam sebuah semantic network. Kodifikasi ke dalam model ontologi menghasilkan kelas-kelas yang saling berelasi. Kelas-kelas yang dapat dibentuk dari kodifikasi pengetahuan terhadap dokumen SOP adalah:
1. SOP. Kelas ini menyimpan informasi untuk dokumen SOP. Kelas ini merupakan kelas utama dari ontologi yang dibangun sehingga kelas lain akan memiliki relasi ke kelas ini.
2. Bidang. Kelas ini menyimpan informasi tentang bidang dari dokumen SOP. Pada penelitian ini bidang dari SOP dibatasi menjadi tiga bidang, yaitu administrasi mahasiswa Program Pascasarjana, kepegawaian, dan teknis bidang teknologi informasi.
3. Peraturan. Kelas ini menyimpan informasi dari peraturan yang melandasi dokumen SOP tersebut.
4. Pengguna. Kelas ini menyimpan informasi kepada siapa SOP tersebut ditujukan.
5. Dokumen Persyaratan. Kelas ini menyimpan informasi dari dokumen-dokumen yang menjadi persyaratan untuk dapat melaksanakan SOP tersebut. 6. Jabatan. Kelas ini menyimpan informasi jabatan penyusun SOP.
24
SOP DIREVISI OLEH
Jabatan DISUSUN
OLEH
DIPERIKSA OLEH
DISAHKAN OLEH
Dokumen Persyaratan MELAMPIRKAN
DOKUMEN Pengguna
DITUJUKAN KEPADA
Peraturan MERUJUK KE
Bidang
BERADA
DI Unit Kerja
DIKELUARKAN OLEH
Gambar 6 Pemodelan ontologi dokumen SOP
Seperti telah dijelaskan di bab-bab sebelumnya, dokumen SOP adalah dokumen yang dapat terus berkembang. Perubahan peraturan yang dapat terjadi mengakibatkan dokumen SOP tersebut harus selalu memungkinkan untuk selalu diperbarui sesuai dengan kebijakan dari organisasi. Untuk itulah diperlukan sebuah basis data yang sesuai untuk menyimpan pola semantik dari pengetahuan yang ada dalam SOP tersebut. SOP Navigator menggunakan sebuah basis data graph untuk menyimpan semantic network pengetahuan yang digambarkan berupa node, relasi, dan properti. Node merepresentasikan kelas dari ontologi yang telah dibangun.
25
Keterangan
SOP
Peraturan
Dokumen Persyaratan
Jenis Pegawai
Jenis Pegawai Fungsional
Jabatan
Gambar 7 Penggambaran semantic network pada Neo4j
Dalam semantic network pada Gambar 7, terdapat 44 nodes dan 59 relationships. Nodes merepresentasikan seluruh objek pada semesta pengetahuan. Warna yang berbeda merepresentasikan labels dimana satu kelas pada ontologi direpresentasikan oleh satu warna. Ada beberapa nodes yang memiliki lebih dari satu labels yang bertujuan untuk mendetilkan informasi. Terdapat pengembangan dari relationships yaitu berupa turunan dari kelas pengguna. Contohnya adalah nodes Pegawai Fungsional yang diturunkan menjadi Dosen, Pranata Humas, Arsiparis, dan Pustakawan. Daftar dari nodes ditampilkan pada Tabel 7. Daftar dari relationships ditampilkan pada Tabel 8. Keterangan properti dari masing-masing nodes diperlihatkan pada Lampiran 8.
Tabel 7 Daftar nodes pada semantic network
Labels Node Properti
Dokumen DP3 name, deskripsi
Dokumen DUK name, deskripsi
Dokumen Form Biodata name, deskripsi
Dokumen Foto 3x4 cm name, deskripsi
Dokumen Fotokopi Ijazah name, deskripsi Dokumen Fotokopi Penilaian Prestasi
Kerja Pegawai
name, deskripsi
26
Tabel 7 Daftar nodes pada semantic network (lanjutan)
Labels Node Properti
Dokumen Karpeg name, deskripsi
Dokumen NIP Baru name, deskripsi
Dokumen Rincian Tugas name, deskripsi
Dokumen SK Jabatan Fungsional name, deskripsi
Dokumen SK Pangkat name, deskripsi
Dokumen Sertifikasi Akreditasi BAN PT name, deskripsi Dokumen Surat Keterangan untuk
mengikuti ujian
name, deskripsi
Dokumen Usulan dari unit kerja name, deskripsi
Pegawai Pegawai Fungsional name
Pegawai Pegawai Struktural name
Pegawai Fungsional
Arsiparis name
Pegawai Fungsional
Dosen name
Pegawai Fungsional
Pranata Humas name
Pegawai Fungsional
Pustakawan name
Peraturan Menkowasbangpan Nomor 38/KEP/MK.WASPAN/8/1999
name, tentang
Peraturan Pedoman Operasional
Penilaian Angka Kredit Dosen (Direktorat Jenderal Dikti)
name
Peraturan Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2002
name, tentang
Peraturan Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2009
name, tentang
Peraturan Peraturan Pemerintah nomor 3 Tahun 1980
name, tentang
Peraturan S.E. Dirjen Dikti No. 1067/04/D4/2005
name, tentang
Peraturan S.E. Dirjen Dikti No. 1971/D/C/2002
name, tentang
Peraturan S.E. Dirjen Dikti No. 3931/D/T/2001
name, tentang
Peraturan S.E. No. 84667/A4.5/KP/2009 name, tentang Peraturan SK. Rektor IPB
No.120/K13.12.1/KP/2001
name, tentang
Peraturan Surat Sekretaris Jenderal Depdiknas no.
79122/A2.III.1/KP/2001
name, tentang
Peraturan Undang-undang R.I. Nomor 14 Tahun 2005
27 Tabel 7 Daftar nodes pada semantic network (lanjutan)
Labels Node Properti
SDM, Jabatan
Direktur Sumberdaya Manusia name SDM,
Kasubdit Administrasi dan Pengembangan
name, kode, tags, ketentuan, tanggal berlaku, ruang lingkup, tujuan, definisi, revisi, file SOP,
Kepegawaian
Pelaksanaan Ujian Dinas name, kode, ketentuan, tanggal berlaku, ruang lingkup, tujuan, revisi, file, lampiran formulir, daftar dokumen pendukung, rincian prosedur
SOP,
Kepegawaian
Pelayanan Kenaikan Jabatan Dosen
name, kode, tags, ketentuan, tanggal berlaku, ruang lingkup, tujuan, definisi, revisi, file SOP,
Kepegawaian
Pelayanan Kenaikan Pangkat name, kode, tags, ketentuan, tanggal berlaku, ruang lingkup, tujuan, definisi, revisi, file, syarat
SOP,
Kepegawaian
Penilaian Karya Ilmiah Dosen name, kode, tags, ketentuan, tanggal berlaku, ruang lingkup, tujuan, definisi, revisi, file Tabel 8 Daftar relationships pada semantic network
Relasi Node Sumber Node Tujuan Properti
DIPERIKSA
28
Tabel 8 Daftar relationships pada semantic network (lanjutan)
Relasi Node Sumber Node Tujuan Properti
DISAHKAN
Penilaian Karya Ilmiah Dosen
Direktur Sumberdaya Manusia
tujuan DISUSUN OLEH Pelaksanaan
Penyesuaian Ijazah
Kasi Administrasi Kepangkatan
tujuan DISUSUN OLEH Pelaksanaan Ujian
Dinas
Kasi Administrasi Kepangkatan
tujuan DISUSUN OLEH Pelayanan Kenaikan
Jabatan Dosen
Kasi Administrasi Kepangkatan
tujuan DISUSUN OLEH Pelayanan Kenaikan
Pangkat
Kasi Administrasi Kepangkatan
tujuan DISUSUN OLEH Penilaian Karya Ilmiah
Dosen
Pegawai Struktural - DITUJUKAN
Pegawai Fungsional - DITUJUKAN
UNTUK
Pelayanan Kenaikan Pangkat
Pegawai Struktural - DITUJUKAN
UNTUK
Penilaian Karya Ilmiah Dosen
Fotokopi Ijazah kriteria MELAMPIRKAN
DOKUMEN
Pelaksanaan Penyesuaian Ijazah
Fotokopi Penilaian Prestasi Kerja Pegawai
kriteria
Fotokopi Surat Ijin Belajar
Fotokopi Transkrip Nilai kriteria MELAMPIRKAN
DOKUMEN
Pelaksanaan Penyesuaian Ijazah
29 Tabel 8 Daftar relationships pada semantic network (lanjutan)
Relasi Node Sumber Node Tujuan Properti
MELAMPIRKAN DOKUMEN
Pelaksanaan Penyesuaian Ijazah
SK Pangkat kriteria
MELAMPIRKAN DOKUMEN
Pelaksanaan Penyesuaian Ijazah
Surat Keterangan untuk mengikuti ujian
SK Jabatan Fungsional kriteria MELAMPIRKAN
DOKUMEN
Pelayanan Kenaikan Pangkat
SK Pangkat kriteria
MERUJUK KE Pelaksanaan Penyesuaian Ijazah
Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2002
- MERUJUK KE Pelaksanaan
Penyesuaian Ijazah
Peraturan Pemerintah nomor 3 Tahun 1980
- MERUJUK KE Pelaksanaan Ujian
Dinas
Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2002
- MERUJUK KE Pelaksanaan Ujian
Dinas
Peraturan Pemerintah nomor 3 Tahun 1980
- MERUJUK KE Pelayanan Kenaikan
Jabatan Dosen
MERUJUK KE Pelayanan Kenaikan Jabatan Dosen
Pedoman Operasional Penilaian Angka Kredit Dosen (Direktorat Jenderal Dikti)
-
MERUJUK KE Pelayanan Kenaikan Jabatan Dosen
Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2009
- MERUJUK KE Pelayanan Kenaikan
Jabatan Dosen
S.E. Dirjen Dikti No. 1067/04/D4/2005
- MERUJUK KE Pelayanan Kenaikan
Jabatan Dosen
S.E. Dirjen Dikti No. 1971/D/C/2002
- MERUJUK KE Pelayanan Kenaikan
Jabatan Dosen
S.E. Dirjen Dikti No. 3931/D/T/2001
30
Tabel 8 Daftar relationships pada semantic network (lanjutan)
Relasi Node Sumber Node Tujuan Properti
MERUJUK KE Pelayanan Kenaikan Jabatan Dosen
S.E. No.
84667/A4.5/KP/2009
- MERUJUK KE Pelayanan Kenaikan
Jabatan Dosen
SK. Rektor IPB
No.120/K13.12.1/KP/200 1
-
MERUJUK KE Pelayanan Kenaikan Jabatan Dosen
Surat Sekretaris Jenderal Depdiknas no.
79122/A2.III.1/KP/2001 -
MERUJUK KE Pelayanan Kenaikan Jabatan Dosen
Undang-undang R.I. Nomor 14 Tahun 2005
- MERUJUK KE Pelayanan Kenaikan
Pangkat
Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2002
-
TERDIRI DARI Pegawai Fungsional Arsiparis -
TERDIRI DARI Pegawai Fungsional Dosen -
TERDIRI DARI Pegawai Fungsional Pranata Humas -
TERDIRI DARI Pegawai Fungsional Pustakawan -
Desain dari SOP Navigator meliputi rancangan lingkungan implementasi dan deskripsi fungsional secara rinci.
1. Rancangan Lingkungan Implementasi
Tahap lingkungan implementasi menjelaskan tentang perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan dalam membangun SOP Navigator.
a. Perangkat Keras
Perangkat keras yang digunakan dalam mengembangkan SOP Navigator diperlihatkan pada Tabel 9.
Tabel 9 Daftar perangkat keras pendukung implementasi SOP Navigator No Jenis Perangkat Deskripsi
1 Prosesor Intel® Core™ i5-3210M CPU @ 2.50GHz
2 RAM 8.00 GB
3 Hard Disk 1.5 TB
4 I/O Devices Keyboard, mouse b. Perangkat Lunak
31 Tabel 10 Daftar perangkat lunak pendukung implementasi SOP Navigator No Jenis Perangkat Lunak Nama Perangkat Lunak
1 Sistem operasi Linux Ubuntu 15.04 (virtual client), Microsoft Windows 10 (virtual host) 2 Perangkat Lunak Virtualisasi Virtual Box
3 Bahasa Pemrograman Ruby 2.2.3
4 Framework Sinatra, Bootstrap 3
5 Perangkat lunak basis data Neo4j 2.3.0 Community 6 Perangkat lunak wireframing Balsamiq Mockups 3 7 Perangkat lunak editor teks Kate 5
8 Perangkat lunak penjelajah web
Mozilla Firefox 42, Google Chrome 46
2. Deskripsi Fungsional Secara Rinci
Deskripsi fungsional secara rinci adalah penjelasan detil dari hasil analisis kebutuhan yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Hasil analisis tersebut dijabarkan dalam bentuk spesifikasi fungsi. Di dalamnya menjelaskan identifikasi nama, deskripsi isi, jenis fungsi, spesifikasi input, spesifikasi output, dan spesifikasi tampilan.
2.1 Spesifikasi Fungsi Pencarian Data SOP
Identifikasi nama : Menyediakan fasilitas untuk mencari data SOP
Deskripsi isi : Fungsi ini merupakan fasilitas untuk melakukan pencarian data SOP. Pengguna mengetikkan kata kunci pencarian pada text box. Hasil pencarian akan tampil berupa suggestion data SOP.
Jenis : Submit
Spesifikasi input : String Spesifikasi output : String
32
Gambar 8 Spesifikasi tampilan Fungsi Pencarian Data SOP 2.2 Spesifikasi Fungsi Tampilan Data SOP
Identifikasi nama : Menyediakan fasilitas untuk menampilkan data SOP Deskripsi isi : Fungsi ini merupakan fasilitas untuk menampilkan data
SOP. Data SOP ditampilkan dalam bentuk node agar lebih interaktif
Jenis : Link
Spesifikasi input : String Spesifikasi output : Node
Spesifikasi tampilan : Spesifikasi tampilan diperlihatkan pada Gambar 9.
33
2.3 Spesifikasi Fungsi Tampilan Navigasi Informasi
Identifikasi nama : Menyediakan fasilitas untuk menampilkan relasi dari data SOP dan melakukan navigasi
Deskripsi isi : Fungsi ini merupakan fasilitas untuk menampilkan relasi data SOP. Fungsi ini juga menyediakan fasilitas bagi pengguna untuk melakukan navigasi dari node
Jenis : Link
Spesifikasi input : Node
Spesifikasi output : Node, Relation
Spesifikasi tampilan : Spesifikasi tampilan diperlihatkan pada Gambar 10.
Gambar 10 Spesifikasi tampilan Fungsi Tampilan Navigasi Informasi 2.4 Spesifikasi Fungsi Login
Identifikasi nama : Menyediakan fasilitas untuk login
Deskripsi isi : Fungsi ini merupakan fasilitas untuk login pengguna. Login digunakan sebagai mekanisme bagi pengguna untuk masuk ke fasilitas pengelolaan data
Jenis : Submit
Spesifikasi input : String Spesifikasi output : Page
34
Gambar 11 Spesifikasi tampilan Fungsi Login 2.5 Spesifikasi Fungsi Tampilan Daftar SOP
Identifikasi nama : Menyediakan fasilitas untuk menampilkan daftar data SOP
Deskripsi isi : Fungsi ini merupakan fasilitas untuk menampilkan daftar data SOP sebagai tampilan awal untuk pengelolaan data SOP
Jenis : Link
Spesifikasi input : - Spesifikasi output : Data
Spesifikasi tampilan : Spesifikasi tampilan diperlihatkan pada Gambar 12.
35 2.6 Spesifikasi Fungsi Tambah Data dan Relasi
Identifikasi nama : Menyediakan fasilitas untuk menambah data SOP dan relasinya
Deskripsi isi : Fungsi ini merupakan fasilitas untuk menambahkan data SOP baru dan relasinya
Jenis : Submit
Spesifikasi input : String Spesifikasi output : -
Spesifikasi tampilan : Spesifikasi tampilan diperlihatkan pada Gambar 13.
Gambar 13 Spesifikasi tampilan Fungsi Tambah Data dan Relasi 2.7 Spesifikasi Fungsi Perbarui Data