• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Penggunaan Tepung Daun Indigofera Zollingeriana Dan Minyak Lemuru Dalam Ransum Terhadap Metabolisme Lipida Itik Lokal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Penggunaan Tepung Daun Indigofera Zollingeriana Dan Minyak Lemuru Dalam Ransum Terhadap Metabolisme Lipida Itik Lokal"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

EVALUASI PENGGUNAAN TEPUNG DAUN

Indigofera zollingeriana

DAN MINYAK LEMURU DALAM RANSUM TERHADAP

METABOLISME LIPIDA ITIK LOKAL

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Evaluasi Penggunaan Tepung Daun Indigofera Zollingeriana dan Minyak Lemuru dalam Ransum terhadap Metabolisme Lipida Itik Lokal adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

2

RINGKASAN

NI MADE JENITIA ARINI. Evaluasi Penggunaan Tepung Daun Indigofera Zollingeriana dan Minyak Lemuru dalam Ransum terhadap Metabolisme Lipida Itik Lokal. Dibimbing oleh SUMIATI dan RITA MUTIA.

Telur itik mengandung kolesterol yang berperan penting dalam menjaga kesehatan tubuh yang optimal. Suplementasi pakan sumber asam lemak tak jenuh yang berasal dari minyak lemuru untuk menurunkan kolesterol pada produk ternak baik telur maupun daging itik petelur. Penggunaan tepung daun Indigofera zollingeriana sebagai sumber antioksidan berupa beta-karoten berguna untuk melindungi asam lemak tak jenuh (omega-3) dari oksidasi lipid. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi efektivitas penggunaan tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru terhadap penurunan kadar kolesterol dan metabolisme lipida pada itik petelur.

Penelitian ini menggunakan 144 itik petelur Magelang yang dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan, 3 ulangan, masing-masing 8 ekor. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial 3x2, dengan faktor pertama adalah penggunaan tepung daun Indigofera zollingeriana sebagai pengganti protein bungkil kedelai (0%, 5.5%, 11%). Faktor kedua merupakan penggunakan minyak ikan lemuru (0%, 2%).

Hasil menunjukkan bahwa pemberian tepung daun Indigofera zollingeriana 5.5% dan minyak ikan lemuru 2% (T5.5M2) berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap trigliserida, HDL, dan LDL. Pemberian tepung daun Indigofera zollingeriana 0% dan minyak ikan lemuru 2% (T0M2) berpengaruh nyata (P<0.05) menurunkan kolesterol total pada profil lipida darah dan kolesterol daging. Pemberian tepung daun Indigofera zollingeriana 11% dan minyak ikan lemuru 2% (T11M2) berpengaruh sangat nyata (P<0.01) menurunkan kolesterol telur. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan kombinasi tepung daun Indigofera zollingeriana 11% dan minyak lemuru 0% mampu menurunkan trigliserida plasma 24.90%. Penggunaan kombinasi tepung daun Indigofera zollingeriana 0% dan minyak lemuru 2% mampu menurunkan kolesterol (3.17%), LDL plasma (37.63%), kolesterol daging (60.71%). Penggunaan kombinasi tepung daun Indigofera zollingeriana 5.5% dan minyak lemuru 2% mampu meningkatkan HDL plasma (31.11%). Penggunaan kombinasi tepung daun Indigofera zollingeriana 11% dan minyak lemuru 2% mampu menurunkan kolesterol telur sebesar 9.46%. Perlakuan Indigofera zollingeriana 0% dan minyak lemuru 2% mampu menurunkan LDL plasma dan kolesterol daging serta meningkatkan HDL plasma itik petelur dengan persentase terbesar.

(5)

SUMMARY

NI MADE JENITIA ARINI. Evaluation of Feeding Indigofera zollingeriana Leaf Meal and Lemuru Fish Oil on Lipids Metabolism of Local Ducks. Dibimbing oleh SUMIATI dan RITA MUTIA.

Duck eggs contain cholesterol which plays an important role in maintaining optimal body health. Supplementation of feed sources of unsaturated fatty acids derived from fish oil sardine for lowering cholesterol in animal products either laying eggs or duck meat. The usage of Indigofera zollingeriana leaf meal as a source of antioxidants such as beta-carotene is useful to protect the unsaturated fatty acids (omega-3) of lipid oxidation. The objective of this study was to evaluate the effectiveness usage Indigofera zollingeriana leaf meal and lemuru fish oil in diets on decreasing levels of cholesterol and lipid metabolism on laying ducks.

This research used 144 Magelang duck that were divided into 6 groups of experimental diets, 3 replications, and 8 layers of each. A completely randomized design, 3x2 factorial design was used in this experiment. The first factor was usage Indigofera zollingeriana leaf meal which replaced protein soybean meal (0%, 5.5%, 11%). The second factor was usage lemuru fish oil (0%, 2%).

The results showed that feeding Indigofera zollingeriana leaf meal 5.5% and lemuru fish oil 2% (T5.5M2) highly significantly affected (P<0.01) the plasma triglyceride, plasma HDL, plasma LDL. Feeding Indigofera zollingeriana leaf meal 0% and lemuru oil 2% (T0M2) significantly decreased (P<0.05) total cholesterol of blood lipid profile and meat cholesterol. Feeding Indigofera zollingeriana leaf meal 11% and lemuru fish oil 2% (T11M2) highly significantly decreased (P<0.01) egg cholesterol. The conclusion of this study was that usage a combination of Indigofera zollingeriana leaf meal 11% and lemuru fish oil 0% could lower plasma triglyceride 24.90%. The combined usage of Indigofera zollingeriana leaf meal 0% and lemuru fish oil 2% could lower total cholesterol (3.17%), plasma LDL (37.63%), meat cholesterol (60.71%). The combined usage of Indigofera zollingeriana leaf meal 5.5% and lemuru fish oil 2% increased plasma HDL (31.11%). The combined usage of Indigofera zollingeriana leaf meal 11% and lemuru fish oil 2% decreased egg cholesterol (9.46%). Feeding combination of of Indigofera zollingeriana leaf meal 0% and lemuru fish oil 2% could lower plasma LDL and meat cholesterol and increased plasma HDL of laying ducks aged 20-32 weeks with the largest percentage.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan

EVALUASI PENGGUNAAN TEPUNG DAUN

Indigofera zollingeriana

DAN MINYAK LEMURU DALAM RANSUM TERHADAP

METABOLISME LIPIDA ITIK LOKAL

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2015 sampai November 2015 ini metabolisme lipida, dengan judul Evaluasi Penggunaan Tepung Daun Indigofera zollingeriana dan Minyak Lemuru dalam Ransum terhadap Metabolisme Lipida Itik Lokal.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Sumiati, M.Sc dan Dr. Ir. Rita Mutia, M.Agr selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir. Muhammad Ridla, M.Agr yang telah menguji dan memberikan masukan untuk perbaikan tesis ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir. Lilis Khotijah, M.Sc selaku panitia sidang. Terimakasih juga kepada Rona Fauzan, Nova Agustina selaku rekan penelitian yang telah bekerja sama dengan baik sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. Terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, dan teman-teman atas segala doa dan kasih sayangnya.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pemerintah selaku pemberi dana BOPTN penelitian dengan No. 580/IT3.11/PL/2015. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB, yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian ini. Terimakasih juga kepada Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan dan Laboratorium Terpadu Fakultas Peternakan IPB, dan Laboratorium Fisiologi Ternak Fakultas Kedokteran Hewan IPB yang telah bekerjasama dalam pengujian sampel penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya.

Sebagian hasil penelitian ini sedang dalam proses publikasi pada Jurnal of The Indonesian Tropical Animal Agricultur dengan judul Evaluation of Feeding Indigofera zollingeriana Leaf Meal and Sardinella Lemuru Fish Oil on Lipids Metabolism of Local Ducks.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2016

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 3

Hipotesis 3

Manfaat Penelitian 3

2 METODE 3

Waktu dan Tempat Penelitian 3

Alat 3

Bahan 4

Prosedur Penelitian 5

Peubah yang Diamati 7

Rancangan Percobaan dan Analisis Data 9

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 10 Pengaruh Perlakuan terhadap Profil Lipida Darah Itik Petelur 10 Pengaruh Perlakuan terhadap Kolesterol Telur dan Daging Itik Petelur 17 Pengaruh Perlakuan terhadap Lemak Telur, Daging dan Hati Itik Petelur 19 4 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan 26

Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 27

LAMPIRAN 31

(14)

2

DAFTAR TABEL

1 Susunan ransum itik petelur umur 20-32 minggu 4

2 Kadar zat nutrisi ransum itik petelur umur 20-32 minggu 5 3 Pengaruh tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru

terhadap kadar Trigliserida, Kolesterol Plasma, LDL dan HDL itik

petelur umur 32 minggu 11

4 Pengaruh tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru terhadap kadar kolesterol telur dan daging itik petelur umur 20-32

minggu 17

5 Pengaruh tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru terhadap kadar lemak telur, daging dan hati itik petelur umur 20-32

minggu 20

DAFTAR GAMBAR

1 Alur penelitian 3

2 Tepung daun Indigofera zollingeriana 6

3 Analisis kolesterol kuning telur 8

4 Analisis lemak kuning telur 9

5 Rataan kadar trigliserida plasma dan kolesterol total itik petelur

selama penelitian 20-32 minggu 12

6 Rataan kolesterol total dan LDL plasma itik petelur selama

penelitian 20-32 minggu 15

7 Rataan kolesterol dan HDL plasma itik petelur selama penelitian

20-32 minggu 16

8 Rataan LDL dan HDL plasma itik petelur selama penelitian 20-32

minggu 16

9 Rataan kolesterol telur dan kolesterol daging dengan 18 10 Diferensiasi kadar lemak pakan dan hati terhadap kolesterol

plasma, telur dan daging itik umur 32 minggu 23

11 Metabolisme lipida pada itik petelur 24

DAFTAR LAMPIRAN

1 Uji ANOVA pengaruh pemberian tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru terhadap trigliserida plasma 33 2 Uji ANOVA pengaruh pemberian tepung daun Indigofera

zollingeriana dan minyak lemuru terhadap kolesterol total 34 3 Uji ANOVA pengaruh pemberian tepung daun Indigofera

(15)

4 Uji ANOVA pengaruh pemberian tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru terhadap HDL plasma 34 5 Uji ANOVA pengaruh pemberian tepung daun Indigofera

zollingeriana dan minyak lemuru terhadap kolesterol telur 35 6 Uji ANOVA pengaruh pemberian tepung daun Indigofera

zollingeriana dan minyak lemuru terhadap kolesterol daging 35 7 Uji ANOVA pengaruh pemberian tepung daun Indigofera

zollingeriana dan minyak lemuru terhadap lemak hati 35 8 Uji ANOVA pengaruh pemberian tepung daun Indigofera

zollingeriana dan minyak lemuru terhadap lemak telur 35 9 Uji ANOVA pengaruh pemberian tepung daun Indigofera

(16)
(17)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Telur merupakan salah satu produk unggas yang memiliki nilai gizi tinggi yang dapat memenuhi kebutuhan gizi tubuh. Telur mengandung asam amino yang seimbang, asam lemak esensial, beberapa mineral dan vitamin (McNamara dan Thesmar 2005) dan mengandung protein lengkap (Kaewmanee et al. 2009). Salah satu unggas yang menghasilkan telur dengan nilai nutrisi tinggi adalah itik. Kadar gizi telur itik antara lain : air 73.7 %, protein 12.9 %, lemak 11.2%, karbohidrat 0.9% dan lemak pada putih telur hampir tidak ada (Komala 2008). USDA (2015) menyatakan bahwa telur itik mengandung protein sebesar 12.81 g dan lemak total 13.77 g dalam setiap 100 g telur itik, dan telur ayam mengandung protein 12.56 g dan lemak total 9.51 g dalam setiap 100 g telur. Nilai gizi telur itik lebih tinggi dibandingkan telur ayam sehingga telur itik dapat digunakan sebagai sumber protein hewani.

Kolesterol merupakan suatu zat lemak yang terdapat pada seluruh produk ternak terutama pada telur. Kadar kolesterol pada telur itik 17 mg g-1 kuning telur, lebih tinggi dibandingkan 14 mg g-1 kuning telur pada telur ayam (Chang 1992; Chang dan Huang 2001). Sinanoglou et al. (2011) dalam penelitiannya membandingkan kadar kolesterol pada kalkun, puyuh, itik dan angsa masing-masing 16.52, 13.61, 13.84 dan 13.94 mg g-1 kuning telur. Kolesterol sangat dibutuhkan oleh tubuh yang dapat digunakan untuk membentuk membrane sel, memproduksi hormon seks dan membentuk asam empedu yang diperlukan untuk mencerna lemak. Kolesterol merupakan sterol utama yang terdiri dari 95% dari total sterol yang berfungsi dalam komponen penting membrane sel dan merupakan prekursor dari semua hormon steroid dan vitamin (Mediana-Meza et al. 2011). Berdasarkan USDA (2010) merekomendasikan untuk mengkonsumsi kolesterol 300 mg hari-1 dengan rataan kebutuhan kolesterol pria 350 mg hari-1 dan wanita 240 mg hari-1. Kolesterol memiliki peran penting dalam memperoleh kesehatan tubuh yang optimal jika dikonsumsi dalam level normal. Bila kadar kolesterol di dalam darah terlalu tinggi akan menyebabkan pengendapan pada dinding pembuluh darah, dan hal ini yang dapat menyebabkan resiko penyakit jantung. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan kolesterol pada produk ternak baik daging maupun telur pada itik dengan suplementasi pakan sumber lemak tak jenuh.

(18)

2

minyak ikan yang kaya akan asam lemak omega 3 pada ransum dapat menurunkan kadar kolesterol telur dan plasma pada puyuh umur 20 minggu. Hasil penelitian Botsoglou et al. (2012) melaporkan bahwa telur yang diperkaya dengan asam lemak omega 3 melalui suplementasi dengan minyak ikan dapat mengurangi stabilitas oksidasi lipid pada telur segar.

Asam lemak omega 3 mudah mengalami oksidasi lipid yang memiliki dampak negatif terhadap nilai nutrisi, aroma makanan (Arab-Tehrany et al. 2012), rasa, warna dan tekstur makanan (Avila-Ramos et al. 2013). Berbagai upaya dalam penelitian telah banyak dilakukan untuk melindungi asam lemak omega 3 dari proses oksidasi lipid yang akan berpengaruh terhadap selama penyimpanan produk unggas. Penggunaan antioksidan sangat penting untuk mencegah terjadinya oksidasi lipid pada produk ternak (Mandal et al. 2009; Kong et al. 2010). Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif, sehingga kerusakan sel dapat dihambat (Winarsi 2007). Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk melindungi kadar asam lemak omega 3 dari proses oksidasi adalah dengan suplementasi tepung daun Indigofera zollingeriana dalam ransum yang diketahui mengandung beta karoten. Secara alami beta karoten sebagian besar dapat ditemukan pada banyak tanaman dan buah (Phan-Thi & Wache 2014). Beta karoten berfungsi untuk melindungi kerusakan sel, meningkatkan kesehatan imun, dan sebagai vitamin A (Phan Thi et al. 2016). Menurut Hennekens et al. (1996) beta karoten merupakan satu antioksidan yang potensial, sehingga dapat digunakan dalam melindungi asam lemak omega 3.

Indigofera zollingeriana adalah tumbuhan legum yang memiliki nilai nutrisi tinggi yang dapat digunakan sebagai pakan ternak. Menurut Gutteridge dan Shelton (1994) Indigofera zollingeriana memiliki kadar nutrisi hingga 2-3 kali lebih besar dari kadar nutrisi tanaman leguminosa lainnya, sehingga dapat digunakan sebagai imbuhan pakan (feed supplement) untuk meningkatkan produktivitas ternak. Menurut Palupi (2014) Indigofera zollingeriana memiliki kadar protein kasar (PK) 28.98%, lemak kasar (LK) 3.30%, serat kasar (SK) 8.49%, kalsium (Ca) 0.52%, phosphor (P) 0.34%, energi metabolis (EM) 2791.12 kkal kg-1, tanin 0.29% dan saponin 0.036%. Menurut Akbarillah et al. (2008) tepung daun Indigofera sp. mengandung protein kasar (PK) yang tinggi, yaitu 27,89%, lemak kasar atau ekstrak eter (EE) sebesar 3,70%, dan serat kasar (SK) sebesar 14,96%. Kadar protein yang tinggi pada Indigofera zollingeriana diharapkan dapat digunakan sebagai pengganti bungkil kedelai dalam ransum itik petelur. Hasil penelitian Palupi et al. (2014) menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun Indigofera zollingeriana dapat digunakan sampai dengan 15.6% dalam ransum ayam petelur setara dalam mengganti penggunaan 45% bungkil kedelai, yang dapat menurunkan kolesterol kuning telur sebesar 54.13%.

(19)

yang mengandung minyak ikan diharapkan dapat melindungi asam lemak dengan menurunkan kadar lemak dan kolesterol pada plasma, hati, daging dan telur itik.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas penggunaan tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru terhadap penurunan kadar kolesterol dan metabolisme lipida pada itik petelur.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat mengetahui pengaruh suplementasi tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru terhadap metabolisme lipida pada itik petelur dan menambah informasi ilmiah tentang kajian minyak lemuru dan tepung daun Indigofera zollingeriana pada itik petelur.

Penelitian ini dijabarkan dalam tahapan-tahapan penelitian dalam bentuk alur penelitian yang dilakukan, seperti yang disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Alur penelitian

Daun Indigofera zollingeriana

Pembuatan ransum Penepungan (mash)

Trial feeding

Tepung daun

Indigofera zollingeriana

(0%, 5.5%, 11%)

Analisis proksimat

Darah

Kuning telur

Daging Hati

Analisis profil lipida darah (Trigliserida,

Kolesterol, LDL, HDL )

Analisis lemak dan kolesterol

Analisis lemak Analisis

data

(20)

4

2 METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksananan di kandang percobaan Nutrisi Ternak Unggas Fakultas Peternakan IPB selama 5 bulan pada bulan Juni sampai dengan November 2015. Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB, Analisis profil lipida darah dan kolesterol kuning telur itik di Laboratorium Fisiologi Ternak Fakultas Kedokteran Hewan IPB, data analisis lemak kuning telur, daging dan hati itik di Laboratorium Terpadu Fakultas Peternakan IPB.

Bahan Ternak

Penelitian ini menggunakan itik petelur lokal Magelang betina berumur 20 minggu sebanyak 144 ekor yang dibeli dari Cianjur. Praperlakuan dilakukan selama 1 minggu untuk adaptasi kondisi itik. Pada umur 20-21 minggu dilakukan pengamatan terhadap perlakuan yang diberikan.

Ransum

Ransum penelitian disusun berdasarkan Leeson dan Summers (2005). Kebutuhan nutrien ransum didasarkan kepada kebutuhan itik fase petelur, yaitu protein 16 % dan energi metabolis 2850 kkal kg-1 (Tabel 1).

Tabel 1. Susunan ransum itik petelur umur 20-32 minggu

(21)

Vitamin C, 6,000 mg Calcium D-panthothenate, 40,000 mg Niacin, 10,000 mg Cholin chloride, 30,000 mg Methionin, 30,000 mg Lysine, 120,000 mg Manganese, 20,000 mg Iron, 200 mg Iodine, 100,000 mg Zinc, 200 mg Cobalt, 4,000 mg Copper, 21,000 mg Zinc Bacitracin, 10,000 mg Excipient q.s.

Tabel 2. Kadar zat nutrisi ransum itik petelur umur 20-32 minggu

Zat Nutrisi A) T0M0 T5.5M0 T11M0 T0M2 T5.5M2 T11M2

BK (%) 90.34 90.45 90.57 90.67 90.79 90.91

Abu (%) - - - -

PK (%) 16.07 16.06 16.05 16.04 16.07 16.08

SK (%) 3.02 3.90 4.78 3.46 4.36 5.20

LK (%) 4.77 4.96 5.16 4.75 4.95 5.14

Ca (%) 3.02 3.02 3.02 3.04 3.01 3.05

P tersedia (%) 0.42 0.43 0.43 0.46 0.47 0.48

EM (kkal kg-1) 2851 2851.43 2851.85 2851.10 2851.48 2852.25 Zat Nutrisi B)

BK (%) 84.34 91.28 91.95 87 87.95 90.05

Abu (%) 8.13 8.28 9.4 9.06 9.78 9.69

PK (%) 16.32 16.36 15.75 15.72 15.59 15.69

SK (%) 5.76 5.9 6.44 5.19 6.26 6.48

LK (%) 4.59 4.79 5.15 6.86 3.66 6.45

Ca (%) 4.17 3.63 3.92 3.79 3.87 3.68

P total (%) 0.55 0.55 0.51 0.53 0.61 0.67

EB (kkal kg-1) 4171 3996 3945 4053 3801 4060

Keterangan : A) Hasil Perhitungan B) Hasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, IPB (2015)

T0M0 = Ransum kontrol (tanpa T dan M); T5.5M0 = Ransum mengandung (5.5% T dan 0% M); T11M0 = Ransum mengandung (11% T dan 0% M); T0M2 = Ransum mengandung (0% T dan 2% M); T5.5M2 = Ransum mengandung (5.5% T dan 2% M); T11M2 = Ransum mengandung (11% T dan 2% M)

Alat Kandang dan Perlengkapan

(22)

6

Prosedur Percobaan Persiapan Kandang

Sebelum penelitian dimulai, kandang dibersihkan dengan air untuk menghilangkan sisa kotoran, sampah, dan debu, setelah kering disucihamakan dan desinfeksi kandang. Pemasangan lampu pijar 60 watt diatas kandang yang digunakan sebagai sumber cahaya. Lantai kandang menggunakan alas berupa sekam. Penentuan letak kandang dilakukan secara acak. Sebanyak 18 ruang kandang masing-masing ditempatkan di ruang yang berbeda kemudian diberi nomor 1-18. Itik 144 ekor dibagi menjadi 18 kelompok masing-masing 8 ekor.

Pemilihan dan Pembuatan Tepung Daun Indigofera zollingeriana

Pemanenan daun Indigofera zolingeriana yang mempunyai umur defoliasi 60 hari, dengan cara pengambilan daun dari mulai daun ketiga dari pucuk sampai daun ke 20. Penjemuran daun Indigofera zolingeriana di rumah kaca sampai setengah kering agar tidak menyebabkan perubahan warna hijau pada daun kemudian dikeringkan kembali dengan menggunakan oven 60°C selama 24 jam. Selanjutnya daun Indigofera zolingeriana yang sudah kering dikeluarkan dari oven dan digiling sampai berbentuk tepung (mash).

Gambar 2. Tepung daun Indigofera zollingeriana

Pembuatan Ransum Penelitian

Ransum diperoleh di tempat pencampuran pakan milik Bapak Jajat, Tegal Waru, Bogor. Bahan pertama yang dicampur adalah jagung kuning, minyak sawit, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak ikan. Bahan kedua yang dicampur adalah tepung daun Indigofera zolingeriana, dedak padi, CaCO3 (calsium carbonate),

premiks dan DL-methionin. Seluruh bahan selanjutnya diaduk hingga homogen dalam mesin pencampur (mixer).

Pemeliharaan

(23)

WIB (pagi). dan 17.00 WIB pada sore hari. Pengambilan telur dilakukan setiap hari pukul 06:35 WIB pagi hari. Telur kemudian ditimbang dan dihitung jumlah telur yang diperoleh.

Pengambilan Sampel Darah

Sampel darah diambil saat akhir penelitian. Waktu pengambilan pada pagi hari pukul 06.30 WIB. Darah diambil dari vena jugularis atau vena pectoralis menggunakan spoit (1 mL) dan dimasukkan dalam tabung yang mengandung antikoagulan (EDTA) sebanyak 1 mL. Sebelumnya, daerah vena jugularis dan vena pectoralis dibersihkan dengan alkohol 70%. Darah dianalisis profil lipida plasma (trigliserida plasma, kolesterol total darah, high density lipoprotein (HDL) plasma.

Peubah yang Diamati A. Analisis Profil Lipida Darah

1. Trigliserida

Pengkuran kadar trigliserida menggunakan metode enzimatik-kalorimetri (Hans et al. 1980). Tabung blanko berisi 10 µ L aquades dan 1000 µ L reagen kit disiapkan. Tabung standar berisi 10µ L larutan standar trigliserida dan 1000 µ L reagen kit dan tabung sampel berisi 10µ L plasma dan 1000 µ L reagen kit. Campuran kemudian dihomogenkan dengan vortex, diinkubasi pada suhu 20oC– 25oC selama 10-20 menit. Absorbansi dibaca pada panjang gelombang Hg 546 nm dalam waktu satu jam dengan sperktrofotometer.

Trigliserida (mg dL-1) = Absorban sampel x Konsentrasi standar kolesterol Absorbansi standar trigliserida

2. Kolesterol total darah

Pengukuran kadar kolesterol total darah dengan menggunakan metoda enzimatik-kalorimetri (Hans et al. 1980). Plasma diambil satu sampel secara acak dari setiap perlakuan dan ulangan. Persiapan yang dilakukan yaitu : tabung blangko diisi 10 μL aquadest dan 1.000 μL reagent kit, tabung standar diisi 10 μL larutan standar kolesterol dan 1.000 μL reagent kit tabung sample diisi 10 μL plasma darah dan 1.000 μL reagent kit. Campuran kemudian dihomogenkan dengan vortex kemudian diinkubasi pada suhu 20° C - 25° C selama 10-20 menit. Absorbansi dibaca pada panjang gelombang Hg 546 nm dalam waktu 1 jam setelah pencampuran dengan alat spektrofotometer

Kolesterol (mg dL-1) = Absorban sampel x Konsentrasi standar kolesterol Absorbansi standar

3. High-density lipoprotein (HDL)

(24)

8

permenit. Plasma dipisahkan dari endapan dua jam setelah sentrifugasi. Sebanyak 100 μL plasma ditambah 100 μL CHOD-PAP, diinkubasi selama 10 menit pada suhu 20°C - 25°C. Blangko diisi 100 μL aquadest dan 1.000 μL reagent CHOD-PAP, tabung standar diisi 100 μL larutan standar kolesterol dan 1.000 μL reagent CHOD-PAP. Absorbansi dibaca pada panjang gelombang Hg 546 nm.

HDL (mg dL-1) = Absorban sampel x Konsentrasi standar kolesterol Absorbansi standar HDL

4. Low-density lipoprotein (LDL)

LDL (mg dL-1) = Kolesterol – (

B. Analisis Kolesterol

1. Kolesterol kuning telur

Pengukuran kadar kolesterol telur dilakukan dengan metode Liberman Burchard (Burke et al. 1974). Kuning telur ditimbang sebanyak 0.2 gram, kemudian ditambahkan 1 mL alkohol KOH, diaduk sampai terjadi endapan. Selanjutnya didiaman dalam pemanas pada suhu 39oC-40oC selama 1 jam dan ditambahkan 2 mL petroleum eter 40oC-60oC, setelah itu ditambahkan 0.25 H2O

dan diaduk selama 1 menit. Dilakukan pengeringan di oven pada suhu kamar. Sebanyak 4 mL larutan asetat anhidrat ditambahkan dan diaduk, kemudian didiamkan selama 35 menit dan dilakukan pembacaan gelombang Hg 680 nm dengan celah 0.5 nm, menggunakan teknik Colourimetri dengan alat dengan spektrofotometer.

Kolesterol kuning telur(mg 100g-1) =Abs sampel x Konsentrasi standar kolesterol Absorbansi standar yolk

Gambar 3. Analisis kolesterol kuning telur 2. Kolesterol daging itik

(25)

diperoleh ditetesi larutan Liebermann-Burchard sebagai pengukur dan sebagai standar kolesterol. Warna yang muncul dibaca pada panjang gelombang Hg 680 nm (Tranggono dan Setiadji 1989).

Kolesterol daging (mg 100g-1) = Abs sampel x Konsentrasi standar kolesterol Absorbansi standar daging

C. Analisis Lemak Kuning Telur

1. Lemak kuning telur itik

Analisis lemak kunig telur menggunakan metode Soxhlet (AOAC 2005). Labu lemak yang sesuai dengan alat ekstraksi soxhlet disiapkan terlebih dahulu. Labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105° C selama 30 menit. Labu lemak didinginkan selama 15 menit dalam desikator, dan timbang. Sampel ditimbang 2-3 g dalam kertas saring ditibel, diikat dengan kapas wol bebas lemak. Pelarut lemak dimasukkan ke dalam labu lemak secukupnya. Timbel dimasukkan ke alat ekstraksi soxhlet dan dipasagkan. Labu lemak dipanaskan dan diekstraksi 3-4 jam (5-6 kali siklus). Pelarut disulingkan, lab lemak diangkat dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105° C sampai berat konstan. Labu lemak didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan dtimbang.

Kadar lemak telur (%) = Bobot sampel - Bobot lemak sebelum ekstraksi x 100% Bobot labu lemak sesudah ekstraksi

Gambar 4. Analisis lemak kuning telur 2. Lemak hati dan daging itik

Analisis lemak hati menggunakan metode Soxhlet (AOAC 2005). Hati atau daging 1-2 g ditimbang dan dimasukkan ke dalam gelas piala, kemudian ditambahkan 30 mL HCl 25% dan 20 mL air serta beberapa butir batu didih. Gelas piala ditutup dengan kaca arloji kemudian dididihkan selama 15 menit. Sampel disaring dalam keadaan panas dan dicuci dengan air panas hingga tidak bereaksi asam lagi. Kertas saring dan isinya dikeringkan pada suhu 100-105° C. Kertas saring dimasukkan ke dalam kertas pembungkus (paper thimble) dan diekstrak dengan heksana selama 2-3 jam pada suhu 80° C. larutan heksana disuling dan ekstrak lemak dikeringkan pada suhu 100-105° C, kemudiaan didinginkan dan ditimbang.

(26)

10

Rancangan Percobaan dan Analisis Data Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak lengkap (RAL) pola faktorial 3x2, diulang 3 kali. Faktor pertama adalah penggunaan tepung daun Indigofera zollingeriana yang menggantikan protein bungkil kedelai (0%, 5.5%, 11%). Faktor kedua adalah penggunaan minyak lemuru dalam ransum (0%, 2%).

Yijk= μ + αi + βj + (αβ)ij + Eijk

Keterangan :

Yijk : nilai pengamatan pada taraf ke-I dari faktor A, taraf ke-j dari faktor B dan

ulangan ke-k μ : nilai rataan umum

αi : pengaruh taraf ke-i dari faktor A

βj : pengaruh taraf ke-j dari faktor B

(αβ)ij : pengaruh interaksi taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B

Eijk : pengaruh acak dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi

perlakuan ij

Adapun perlakuan terdiri atas 2 faktor (Faktor A dan Faktor B), dimana :

Faktor A adalah tepung daun Indigofera zollingeriana yang menggantikan protein bungkil kedelai yaitu

T0 = 0% tepung daun Indigofera zollingeriana T5.5 = 5.5% tepung daun Indigofera zollingeriana T11 = 11% tepung daun Indigofera zollingeriana Faktor B adalah minyak lemuru

M0 = 0% minyak lemuru M2 = 2% minyak lemuru

Perlakuan Penelitian

Ransum perlakuan yang digunakan adalah : T0M0 = Ransum kontrol (tanpa T dan M)

T : Tepung daun Indigofera zollingeriana M : Minyak lemuru

Analisis Data

(27)

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Perlakuan terhadap Profil Lipida Darah Itik Petelur

Hasil analisis kadar trigliserida plasma, kolesterol total darah, HDL dan LDL pada plasma itik petelur umur 32 minggu pada penelitian disajikan pada Tabel 3.

Tabel 1. Pengaruh tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru terhadap kadar Trigliserida, Kolesterol, LDL dan HDL Plasma itik petelur umur 32 minggu

Parameter Minyak Lemuru

Tepung daun Indigofera zollingeriana

T0 T5.5 T11

Trigliserida M0 311.26±44.22B 331.46±14.24AB 233.77±27.81B (mg dL-1) M2 297.85±29.64B 329.47±63.91AB 429.80±60.26A Kolesterol M0 133.33±17.55c 173.45±6.21a 140.68±14.12bc (mg dL-1) M2 129.10±14.97c 146.52±13.40abc 164.97±23.16ab LDL M0 59.93±8.68BC 86.75±6.11A 75.64±10.55AB (mg dL-1) M2 37.38±3.22D 44.19±4.12CD 45.06±1.32CD HDL M0 26.26±2.45B 20.41±3.16B 18.29±2.33B (mg dL-1) M2 24.67±2.58B 39.43±6.35A 24.16±3.58B Keterangan: Superskrip dengan huruf kecil dalam baris dan kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata

(P<0.05)

Superskrip dengan huruf besar dalam baris dan kolom yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0.01)

T0M0 = Ransum kontrol (tanpa T dan M); T5.5M0 = Ransum mengandung (5.5% T dan 0% M); T11M0 = Ransum mengandung (11% T dan 0% M); T0M2 = Ransum mengandung (0% T dan 2% M); T5.5M2 = Ransum mengandung (5.5% T dan 2% M); T11M2 = Ransum mengandung (11% T dan 2% M)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang sangat signifikan (P<0.01) antara suplementasi tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru dalam ransum itik petelur terhadap kadar tigliserida, HDL dan LDL dan interaksi yang signifikan (P<0.05) antara suplementasi tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru dalam ransum terhadap kadar kolesterol plasma pada itik petelur umur 32 minggu.

Trigliserida Plasma

(28)

12

minyak lemuru dalam ransum berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap penurunan kadar trigliserida dalam plasma itik petelur.

Penurunan kadar trigliserida plasma dipengaruhi oleh beta karoten dalam tepung daun Indigofera zollingeriana. Menurut Schreiber et al. (2013) beta karotene merupakan antioksidan alami yang potensial. Beta karoten sebagai antioksidan akan memangsa radikal bebas sehingga memicu peningkatan aktivitas enzim lipoprotein lipase. Enzim lipoprotein lipase yang diaktifkan oleh Apolipoprotein C, berfungsi untuk menghidrolisis trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol. Banyaknya trigliserida yang dihidrolisis menyebabkan penurunan trigliserida dalam plasma. Menurut Zotte et al. (2006), asam lemak omega-3 berperan dalam menurunkan trigliserida plasma.

Antioksidan yang berasal dari beta karoten juga berfungsi untuk melindungi asam lemak omega 3. Asam lemak omega 3 terdiri dari 60% asam lemak rantai panjang omega 3 EPA dan DHA yang mudah mengalami oksidasi lipid. Asam lemak omega-3 yang terdapat pada minyak ikan lemuru dapat menghambat enzim Diacyl Gliserol Transferase (DGAT) dan enzim Phosphatidic Acid Phosphohydrolase (PAP) sehingga akan menurunkan ketersediaan asam lemak untuk sintesa trigliserida. Sintesa trigliserida yang terhambat akan berpengaruh terhadap penurunan produksi trigliserida dalam plasma. Lipogenesis, ekspor lipid, sintesis dan oksidasi asam lemak terutama dicapai dalam hati dalam metabolisme lipid endogen (Kersten 2011) yang merupakan langkah penting untuk mengendalikan akumulasi trigliserida dalam hati (Yang et al. 2010).

Rataan kadar trigliserida plasma dan kolesterol total itik petelur disajikan dalam bentuk grafik garis (Gambar 5).

Gambar 5. Rataan kadar trigliserida plasma dan kolesterol total itik petelur selama penelitian 20-32 minggu ( ◊ )

Hal ini berbeda dengan penelitian Pal et al. (2002) menunjukkan bahwa asam lemak omega-3 tidak mempengaruhi level trigliserida plasma. Lebih lanjut Atakisi et al. (2009) menambahkan bahwa kapsul minyak ikan yang mengandung asam lemak omega tidak mempengaruhi kadar trigliserida plasma pada puyuh. Uji

y = 0.1611x + 96.083

(29)

korelasi kadar trigliserida plasma terhadap kadar kolesterol total (Gambar 5) menunjukkan respon positif linier dengan persamaan garis Y=0.1611x+96.083 dengan nilai koefisien determinasi (R2)=0.3361 sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar trigliserida plasma maka akan berkorelasi positif dengan peningkatan kadar kolesterol total itik petelur umur 20-32 minggu.

Kolesterol Total

Berdasarkan hasil perhitungan konsumsi pakan dan kandungan beta karoten pakan (Sumiati dan Hermana 2015) didapat konsumsi beta karoten masing-masing perlakuan pakan yaitu 0.12 mg kg-1 (T0M0), 0.35 mg kg-1 (T5.5M0), 0.23 mg kg-1 (T11M0), 0.07 mg kg-1 (T0M2), 0.17 mg kg-1 (T5.5M2), dan 0.58 mg kg-1 (T11M2). Rataan kadar kolesterol total pada penambahan tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru menghasilkan kadar kolesterol plasma berkisar antara 129.10 sampai 173.45 mg dL-1 (Tabel 3). Rataan perlakuan T5.5M0 dengan konsumsi beta karoten 0.35 mg kg-1 nyata (P<0.05) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan T0M0, T0M2 dan T11M0 akan tetapi tidak nyata (P>0.05) dengan perlakuan T5.5M2 dan T11M2. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru dalam ransum menunjukkan adanya perubahan yang signifikan (P<0.05) dalam menurunkan kadar kolesterol plasma.

Kadar beta-karotene pada tepung daun Indigofera zollingeriana berpotensi sebagai antioksidan. Aktivitas antioksidan karotenoid berdasarkan sistem terkonjugasi yang kaya akan elektron dari rantai poliena, dan bertanggung jawab untuk memenuhi singlet oksigen dan radikal bebas untuk mengakhiri reaksi berantai yang merugikan (McNulty et al. 2008). Adanya aktivitas antioksidan dapat menghambat dan mencegah terjadinya peroksidasi lipid pada plasma dan plasma yang akan berpengaruh terhadap penurunan kolesterol (Laudadio et al. 2014). Hal ini juga menunjukkan bahwa penambahan minyak lemuru dalam ransum memberikan pengaruh yang baik terhadap penurunan kadar kolesterol dalam plasma itik. Menurut Zotte et al. (2006) asam lemak omega 3 berperan dalam menurunkan kadar kolesterol. Kadar asam lemak omega 3 pada minyak lemuru diduga saat kolesterol ditransport dari peripheral usus ke hati menyebabkan HMG-CoA reduktase bertugas untuk mengubah asetoasetil CoA menjadi mevalonat (Babio et al. 2010). Hal ini yang menyebabkan sintesis kolesterol endogen menjadi terhambat sehingga produk kolesterol oleh hati akan berkurang yang akan berdampak pada penurunan kadar kolesterol plasma. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa EPA dan DHA lebih efektif menurunkan kolesterol plasma dibandingkan dengan ALA (Atakisi et al. 2009). Lebih lanjut Chan et al.(2003) menambahkan bahwa asam lemak omega 3 dapat mengurangi laju masuknya partikel VLDL ke dalam sirkulasi darah yang nantinya akan dikonversi menjadi partikel LDL.

(30)

14

berupa kolesterol. Kolesterol dalam LDL dibawa oleh HDL menuju hepar. Kolesterol diubah menjadi 7α-hidrokolesterol.yang kemudian terjadi reduksi ikatan rangkap dan hidroksilasi menjadi asam kenodeoksikolat dan asam kolat yang kemudian masuk kedalam usus halus sebagai emulsifier untuk membantu pencernaan lemak dan kemudian dikeluarkan melalui feses (Thocer 2003). Hasil penelitian Leanca et al. (2013) menunjukkan bahwa kapasitas usus untuk menyerap kolesterol dari makanan tidak menunjukkan kapasitas usus untuk menyerap total jumlah kolesterol dalam lumen.

Low Density Lipoprotein (LDL)

Rataan kadar LDL plasma itik yang diberi tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru pada penelitian ini berkisar antara 37.38 mg dL

-1

sampai86.75 mg dL-1 (Tabel 3). Perlakuan pemberian tepung daun Indigofera zollingeriana sebanyak 5.5% dan minyak lemuru 0% (T5.5M0) memiliki kadar LDL tertinggi dan perlakuan penambahan tepung daun Indigofera zollingeriana 0% dan minyak lemuru 2% (T0M2) dalam ransum memiliki kadar LDL plasma itik terendah. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa substitusi bungkil kedelai dengan tepung daun Indigofera zollingeriana dan penambahan minyak lemuru dalam ransum menunjukkan pengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap penurunan kadar LDL dalam plasma itik.

Rendahnya kadar LDL plasma biasanya diikuti dengan rendahnya kadar trigliserida dalam plasma. Hal ini disebabkan karena sisa hidrolisis dari trigliserida akan dimetabolisme di hati yang akan menjadi LDL. Yang et al. (2010) melaporkan bahwa asam lemak rantai panjang omega 3 (EPA dan DHA) berpengaruh terhadap penurunan sekresi LDL dari hati. Penurunan konsentrasi LDL ini diduga karena adanya omega-3 yang dapat menurunkan produksi dan sekresi partikel VLDL yang diaktifkan oleh Apolipoprotein B. Yang et al. (2010) menambahkan bahwa asam lemak rantai panjang omega 3 (EPA dan DHA) berpengaruh terhadap penurunan sekresi LDL dari hati. Asam lemak omega-3 menghambat enzim Diacyl Gliserol Transferase (DGAT) dan enzim Phosphatidic Acid Phosphohydrolase (PAP) sehingga dapat menurunkan sekresi VLDL yang akan berpengaruh terhadap penurunan LDL. Bruss (2008) menambahkan bahwa penghambatan terhadap HMG-CoA reduktase menyebabkan penurunan sintesis kolesterol dan meningkatkan jumlah reseptor LDL yang terdapat dalam membran sel hati dan jaringan ekstra hepatik, sehingga kadar kolesterol total dan LDL dalam plasma turun.

(31)

lipoprotein low density (LDL) dan kilomikron, menyediakan asam lemak bebas untuk penyerapan oleh jaringan untuk penyimpanan atau oksidasi (Li et al. 2013).

Rataan kolesterol total dan LDL plasma itik petelur disajikan dalam bentuk grafik garis (Gambar 6).

Gambar 6. Rataan kolesterol total dan LDL plasma itik petelur selama penelitian 20-32 minggu ( ◊ )

Uji korelasi kadar kolesterol total terhadap kadar LDL plasma (Gambar 6) menunjukkan respon positif linier dengan persamaan garis Y=0.4328x-5.9725 dengan nilai koefisien determinasi (R2)=0.1523 sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar kolesterol total maka akan berkorelasi positif dengan peningkatan kadar LDL plasma itik petelur umur 20-32 minggu.

High Density Lipoprotein (HDL)

Rataan kadar HDL plasma itik pada penelitian ini berkisar antara 18.29 sampai 39.43 mg dL-1. Rataan perlakuan T5.5M2 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan T0M0, T5.5M0, T11M0, T0M2 dan T11M2. Berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi antara tepung daun Indigofera zollingeriana 5.5% dan minyak lemuru 2% (T5.5M2) berbeda sangat nyata (P<0.01) meningkatkan HDL plasma dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Tabel 3). Sinergisitas yang baik antara tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru dengan level yang optimal dalam meningkatkan kadar HDL plasma. Senyawa aktif beta-karotene yang terdapat pada tepung daun Indigofera zollingeriana berpotensi sebagai antioksidan yang mampu meningkatkan sekresi asam empedu (Carvajall-Zarrabal et al. 2005). Beta karoten meningkatkan penggabungan esterifikasi kolesterol dalam HDL-C untuk diangkut menuju hati (Carvajal-Zarrabal et al. 2005). Kolesterol di hati akan diubah menjadi asam kolat dan asam kenokolat yang akan disekresikan ke dalam empedu sebagai asam empedu (Murray et al. 2009). Asam empedu akan disimpan di kantung empedu dan akan disekresikan ke dalam usus halus untuk membantu proses pencernaan lemak dalam makanan. Hal ini menyebabkan kadar kolesterol total dalam darah menurun yang menyebabkan peningkatan kadar HDL plasma. Menurut Garcia dan Rodrigues (2011) bahwa beberapa komponen bioaktif lemak

y = 0.4328x - 5.9725

(32)

16

seperti asam lemak omega 3 efektif dalam meningkatkan pencegahan penyumbatan kolesterol dalam arteri.

Rataan kolesterol dan HDL plasma itik petelur disajikan dalam bentuk grafik garis (Gambar 7). Rataan LDL dan HDL plasma itik petelur disajikan dalam bentuk grafik garis (Gambar 8).

Gambar 7. Rataan kolesterol dan HDL plasma itik petelur selama penelitian 20-32 minggu ( ◊ )

Gambar 8. Rataan LDL dan HDL plasma itik petelur selama penelitian 20-32 minggu ( ◊ )

Uji korelasi kadar HDL plasma terhadap kadar kolesterol total (Gambar 7) menunjukkan respon negatif linier dengan persamaan garis Y= -0.0783x+37.124 dengan nilai koefisien determinasi (R2)=0.0349 sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar kolesterol total maka akan berkorelasi negatif dalam

y = -0.0783x + 37.124

Kadar kolesterol total darah (mg dL-1)

(33)

menurunkan kadar HDL plasma itik petelur umur 20-32 minggu. Uji korelasi kadar HDL plasma terhadap kadar LDL plasma (Gambar 8) menunjukkan respon negatif linier dengan persamaan garis Y= -0.2238x+38.533 dengan nilai koefisien determinasi (R2)=0.35 sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar LDL plasma maka akan berkorelasi negatif dalam menurunkan kadar HDL plasma itik petelur umur 20-32 minggu.

Pengaruh Perlakuan terhadap Kolesterol Telur dan Daging Itik Petelur

Hasil analisis kadar kolesterol daging dan telur itik petelur umur 32 minggu pada penelitian disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru

Kolesterol Telur (mg g-1) M0 8.46±0.36BC 7.83±0.17BC 8.44±0.43BC M2 8.85±0.68AB 9.58±0.48A 7.66±0.26C Kolesterol Daging (mg g-1) M0 0.28±0.01a 0.12±0.01b

M2 0.11±0.01b 0.14±0.01b

Keterangan: Superskrip dengan huruf kecil dalam baris dan kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0.05)

Superskrip dengan huruf besar dalam baris dan kolom yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0.01)

T0M0 = Ransum kontrol (tanpa T dan M); T5.5M0 = Ransum mengandung (5.5% T dan 0% M); T11M0 = Ransum mengandung (11% T dan 0% M); T0M2 = Ransum mengandung (0% T dan 2% M); T5.5M2 = Ransum mengandung (5.5% T dan 2% M); T11M2 = Ransum mengandung (11% T dan 2% M)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang sangat signifikan (P<0.01) antara suplementasi tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru dalam ransum itik petelur pada kadar kadar kolesterol telur itik petelur dan interaksi yang signifikan (P<0.05) antara suplementasi tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru dalam ransum itik petelur pada kadar kolesterol daging itik petelur umur 32 minggu.

Kolesterol Kuning Telur

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru berpengaruh sangat nyata (P<0.01) menurunkan kolesterol telur (Tabel 4). Rataan perlakuan T11M2 nyata (P<0.01) lebih rendah dibandingkan denga perlakuan T0M2 dan T5.5M2, akan tetapi tidak nyata (P>0.01) dengan perlakuan T0M0, T5.5M0 dan T11M0. Penggunaan 11% tepung daun Indigofera zollingeriana atau konsumsi beta karoten sebesar 0.58 mg kg-1 (Sumiatidan Hermana 2015) dan 2% minyak lemuru (T11M2) menghasilkan kadar kolesterol terendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya yakni 7.66 mg g-1.

(34)

18

Indigofera zollingeriana hingga 11% menggantikan protein bungkil kedelai dapat meningkatkan kandungan beta karotene di dalam ransum yang akan berpengaruh terhadap tingginya antioksidan dalam telur untuk menurunkan jumlah radikal bebas yang terdapat didalamnya. Karotenoid memberikan pertahanan antioksidan pada lipid (Surai et al. 2016). Terlebih lagi, minyak lemuru kaya akan asam lemak omega 3 yang sebagian besar memiliki ikatan ganda sehingga mudah mengalami degradsi oksidatif (Shahidi and Zhang 2010). Menurut Sudibya dan Hadi (2013) fungsi asam lemak omega-3 dalam menurunkan kadar kolesterol melalui dua cara yakni merangsang ekskresi kolesterol melalui empedu dari hati ke dalam usus dan merangsang katabolisme kolesterol oleh HDL ke hati kembali menjadi asam empedu dan tidak diregenerasi lagi namun dikeluarkan bersama ekskreta. EPA dan DHA pada asam lemak omega-3 mampu menurunkan kadar kolesterol yang merupakan hasil samping hidrolisis asam lemak. Kolesterol merupakan prekursor hormon steroid yang akan memicu hormon estrogen untuk mensintesis vitelogenin (Levi et al. 2009). Vitelogenin merupakan bahan pembentuk kuning telur yang mengandung kolesterol , protein dan lipid. Kebutuhan kolesterol, lemak untuk dimetabolisme dan produksi vitelogenin akan menyebabkan perubahan pada metabolisme lipid sehingga akan mempengaruhi profil lipida darah.

Rataan kolesterol telur dan kolesterol daging dengan kolestesterol total itik petelur disajikan dalam bentuk grafik garis (Gambar 9).

Gambar 9. Rataan kolesterol telur ( ● ) dan kolesterol daging ( ■ )dengan kolestesterol total itik petelur selama penelitian 20-32 minggu

Hasil penelitian ini relatif sama dengan hasil penelitian Darmawan (2013) yaitu 7.29 mg g-1 sampai 9.65 mg g-1 pada itik petelur dan lebih rendah dari penelitian yang dilakuan oleh Ruan et al. (2015) yakni 26.0 mg g-1 sampai 30.7 mg g-1. Hasil ini serupa dengan hasil penelitian Palupi et al. (2014) menunjukkan bahwa penggunaan 15.6% tepung daun Indigofera zollingeriana dalam ransum mampu menurunkan kadar kolesterol pada telur ayam. Penurunan kolesterol disebabkan beta karotene merupakan antioksidan alami yang baik (Schreiber et al. 2013) yang berfungsi meningkatkan stabilitas oksidatif dengan menekan

y = -0.0236x + 11.96

(35)

terjadinya peroksidasi lipid (Laudadio et al. 2014). Lebih lanjut Trujillo et al. (2016) menambahkan bahwa oksidasi lipid dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain suhu, pH, paparan sinar UV dan rasio antioksidan dan pro-oksidan.

Uji korelasi kolesterol total dan kolesterol telur (Gambar 9) menunjukkan respon negatif linier dengan persamaan garis Y= -0.0236x+11.96 dengan nilai koefisien determinasi (R2)=0.352 sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar kolesterol total maka akan berkorelasi negatif dalam menurunkan kadar kadar kolesterol telur itik petelur umur 20-32 minggu.

Kolesterol Daging

Rataan kadar kolesterol pada daging itik petelur berkisar antara 0.11-0.24 mg g-1. Perlakuan tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru mengahasilkan daging dengan kadar kolesterol yang rendah yang dapat menurunkan 57.1% (T5.5M0), 60.7% (T0M0) dan 50% (T5.5M2) dari 0.28 mg g

-1

(T0M0). Berdasarkan Tabel 3.2, substitusi bungkil kedelai dengan tepung daun Indigofera zollingeriana dan penggunaan minyak lemuru dalam ransum itik petelur berpengaruh nyata (P<0.05) dalam menurunkan kadar kolesterol daging itik.

Senyawa antioksidan yang berasal dari beta-karoten pada tepung daun Indigofera zollingeriana berpotensi sebagai antioksidan yang mampu meningkatkan sekresi asam empedu (Carvajall-Zarrabal et al. 2005). Produksi asam empedu memerlukan kolesterol sebagai bahan bakunya sehingga dengan meningkatnya sekresi asam empedu, kadar kolesterol total dalam darah akan menurun (Asmariani 2012). Menurut Subhan et al. (2015) asam lemak tak jenuh omega 3 pada minyak lemuru berperan dalam merangsang oksidasi kolesterol menjadi asam empedu dan merangsang ekskresi kolesterol melalui usus. Penurunan kadar kolesterol darah akan berpengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol pada daging itik petelur. Subhan et al. (2015) menambahkan bahwa kolesterol tubuh akan diekskresikan melalui dua saluran utama: dengan mengubah kolesterol menjadi asam empedu dan melalui kabolisme kolesterol menjadi hormon steroid atau bentuk sterol netral seperti kolestanon dan koprosterol.

(36)

20

Uji korelasi kolesterol total dan kolesterol daging (Gambar 9) menunjukkan respon negatif linier dengan persamaan garis Y= -0.00018x+0.4091 dengan nilai koefisien determinasi (R2)=0.1733 sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar kolesterol total maka akan berkorelasi negatif dalam menurunkan kadar kadar kolesterol daging itik petelur umur 20-32 minggu.

Pengaruh Perlakuan terhadap Lemak Telur, Daging dan Hati Itik Petelur

Hasil analisis kadar lemak pada telur, daging dan hati pada itik petelur umur 32 minggu pada penelitian disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengaruh tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru terhadap kadar lemak telur, daging dan hati itik petelur umur 20-32 minggu

Lemak Telur M0 32.79±1.74 31.64±1.57 32.47±2.56 32.30±1.96 (%) M2 28.46±2.72 31.01±1.06 29.97±2.38 29.81±2.05 Rata-rata 30.62±2.23 31.33±1.31 31.22±2.47

Lemak Daging M0 5.99±1.00 4.94±1.94 5.46±1.47 (%) M2 4.54±0.82 7.23±1.96 6.34±1.39 Rata-rata 5.27±0.91 6.09±1.95

Keterangan: T0M0 = Ransum kontrol (tanpa T dan M); T5.5M0 = Ransum mengandung (5.5% T dan 0% M); T11M0 = Ransum mengandung (11% T dan 0% M); T0M2 = Ransum mengandung (0% T dan 2% M); T5.5M2 = Ransum mengandung (5.5% T dan 2% M); T11M2 = Ransum mengandung (11% T dan 2% M)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi yang signifikan antara suplementasi tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru dalam ransum itik petelur pada kadar lemak telur, daging dan hati itik petelur umur 32 minggu.

Lemak Hati

Berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap penurunan persentase lemak hati itik petelur. Rataan persentase lemak hati itik petelur pada penelitian ini berkisar antara 2.11% sampai 8.89% (Tabel 5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa itik dengan pemberian ransum yang mengandung 5.5% tepung daun Indigofera zollingeriana dan 2% minyak lemuru (T5.5M2) memiliki tingkat persentase lemak terendah dibandingkan perlakuan lainnya tanpa pemberian tepung daun Indigofera zollingeriana atau minyak lemuru maupun tanpa keduanya.

(37)

telah memenuhi berbagai fungsi di dalam tubuh dan merupakan tempat utama dalam metabolisme lemak. Asetil CoA Carboksilase (ACC) adalah enzim yang membatasi selama terjadinya proses sintesis asam lemak (Leaver et al. 2008). Akumulasi lemak di hati dapat menjadi toksik (Scorletti dan Byrne 2013).

Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa asam lemak pakan dapat mempengaruhi metabolisme lemak pada ternak (Gonzalez-Duran et al. 2008). Deposisi lipid di hati merupakan proses yang kompleks, termasuk sekresi hepatik, oksidasi, transport dan absorbsi dari lipid (Lu et al. 2013). Asam lemak omega 3 dan antioksidan dapat berinteraksi dengan baik. Antioksidan dapat menurunkan stres oksidatif yang diakibatkan oleh asam lemak omega 3. Suplementasi asam lemak omega 3 dan antioksidan dapat bekerja lebih baik dibandingkan hanya suplementasi salah satu. Hasil penelitian Faradillah (2015) menunjukkan bahwa pemberian tepung pucuk Indigofera zollingeriana berpengaruh negatif terhadap hispatologi hati puyuh yang menyebabkan ternak mengalami nekrosis yang disebabkan oleh stres panas. Fungsi hati salah satunya sebagai metabolisme lemak menjadi terganggu sehingga akan mempengaruhi kadar lemak pada hati.

Lemak Telur

Berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap penurunan persentase kadar lemak telur itik petelur. Penggunaan penggunaan tepung daun Indigofera zollingeriana 11% yang menggantikan 31.7% protein bungkil kedelai tidak mempengaruhi kadar lemak telur pada itik petelur. Rataan kadar lemak pada telur itik berkisar antara 28.46% sampai 32.79%. Kadar lemak dari perlakuan secara statistik tidak berbeda nyata, akan tetapi perlakuan yang tidak ditambahkan minyak lemuru 0% (M0) memiliki persentase kadar lemak telur yang lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan yang ditambahkan minyak lemuru 2% (M2) dalam ransum yang mengandung maupun yang tidak mengandung tepung daun Indigofera zollingeriana.

Penurunan persentase kadar lemak telur disebabkan karena minyak lemuru yang digunakan dalam penelitian ini merupakan sumber asam lemak omega 3 yaang mengandung EPA dan DHA yang berpengaruh positif terhadap kaadr lemak pada produk ternak. Hasil penelitian Botsoglou et al. (2012) melaporkan bahwa telur yang diperkaya dengan asam lemak omega 3 melalui suplementasi dengan minyak ikan dapat menjaga stabilitas oksidasi lipid pada telur segar. Asam kolat yang masuk kedalam usus halus sebagai emulsifier untuk membantu pencernaan lemak dan kemudian dikeluarkan melalui feses (Thocer 2003).

Hasil rataan persentase lemak pada penelitian ini tidak berbeda dengan hasil peneltian Ruan et al. (2015) yakni berkisar antara 31.6% sampai 33.3%. Kuning telur itik memiliki kadar lemak yang lebih tinggi dibandingkan dengan kuning telur ayam (USDA 2015).

Lemak Daging

(38)

22

Sintesis lemak di dalam sel disebabkan asetil Ko-A yang dipengaruhi oleh kandungan lemak dalam pakan (Ismoyowati et al. 2012). Lemak berperan penting dalam stabilitas emulsi daging, peningkatan kapasitas air dan tingkat kekerasan daging (Choi et al. 2010). Penurunan kadar lemak pada produk unggas terutama daging akan menghasilkan produk yang aman bagi kesehatan. Menurut Baeza (2006) bahwa peningkatan kadar lemak bervariasi yang ditentukan berdasarkan pada umur ternak, pakan dan genetik ternak. Kadar lemak yang relatif tinggi pada daging itik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketertarikan konsumen pada daging itik. (mule duck) dan entok lebih rendah yaitu 2.95 - 4.18 g/100g.

Penjelasan Umum Penurunan Kadar Lemak dan Kolesterol serta Metabolisme Lipida Itik Petelur Umur 32 Minggu

Lemak merupakan komponen alami dari campuran pakan ataupun sengaja ditambahkan untuk meningkatkan nilai energi dan merupakan faktor yang dapat meningkatkan konsistensi pakan (Tufarelli et al. 2015). Menurut Saraee et al. (2015) itik memiliki kemampuan untuk menggunakan tingkat lemak yang cukup dalam makan sebagai sumber energi, efisiensi pemanfaatannya sebagian besar dipengaruhi oleh komposisi asam lemak. Tufarelli et al. (2015) menambahkan bahwa lemak dari sumber yang berbeda dalam nutrisi unggas tidak hanya mengenai produktivitas tetapi juga dalam relasinya untuk nutrisi dan keamanan pangan manusia. Poorghasemi et al. (2013) melaporkan bahwa lemak yang berasal dari hewan dengan kadar asam lemak jenuh yang tinggi tidak mudah dicerna dalam pencernaan unggas dibandingkan dengan lemak tak jenuh dari lemak sayur atau biji-bijian. Distribusi lipida di dalam hati, plasma, telur dan daging disajikan pada Gambar 3.6 dan Gambar 3.7.

Pada unggas lipogenesis berlangsung terutama di hati, sedangkan adiposit berfungsi sebagai tempat penyimpanan trigliserida (Hunigen et al. 2016). Menurut D’Andre et al. (2013) bahwa lipogenesis hati memberikan kontribusi 80 sampai 85% dari asam lemak yang disimpan dalam jaringan adiposa karena lipogenik adalah proses yang sebagian besar terjadi di hati daripada di jaringan adipose. Transportasi lemak pakan terjadi lemak hati tidak hanya mengalami penurunan terkadang juga mengalami peningkatan. Lemak di hati bukan hanya berasal dari lemak pakan akan teapi juga dari sintesis denovo di hati. Deposisi lipid di hati merupakan proses yang kompleks, termasuk sekresi hepatik, oksidasi, transport dan absorbsi dari lipid (Lu et al. 2013). Akumulasi lemak di hati dapat menjadi toksik yang berbahaya bagi ternak (Scorletti dan Byrne 2013).

(39)

ketika melewati jaringan adiposa ataupun sel otot akan didegradasi menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipoprotein lipase yang diaktifkan oleh Apolipoprotein C. Penggunaan tepung daun Indigofera zollingeriana meningkatkan kadar beta-karotene didalamnya sebagai antioksidan yang akan menghalangi trigliserida yang mempunyai asam lemak dengan ikatan rangkap untuk mengalami oksidasi. Menurut Palupi et al. (2014) bahwa tepung pucuk Indigofera zollingeriana mengandung beta karoten sebesar 507.6 mg kg-1. Schreiber et al. (2013) menambahkan bahwa beta karotene merupakan antioksidan alami yang potensial. Asam lemak bebas akan masuk ke dalam jaringan adiposa untuk kemudian didepositkan dalam bentuk trigliserida kembali. Kilomikron yang telah kehilangan asam lemak dan masih mengandung kolesterol (disebut kilomikron remnant) yang akan ditransport ke hati. Kilomikron kemudian masuk ke dalam hati dan kolesterol yang diangkut dipisahkan oleh lisosom hati (Lehninger 2008).

Diferensiasi kadar lemak pakan dan hati terhadap kolesterol plasma, telur dan daging itik umur 32 minggu disajikan dalam Gambar 10.

Gambar 10. Diferensiasi kadar lemak pakan dan hati terhadap kolesterol plasma, telur dan daging itik umur 32 minggu

Konsumsi Lemak Pakan (%) T0M0 = 4.08 T0M2 = 5.6 T5.5M0 = 5.04 T5.5M2= 5.7 T11M0 = 4.53 T11M2 = 6.11

Lemak Hati (%)

T0M0 = 2.40±1.51 T0M2 = 8.89±2.12 T5.5M0= 8.80±0.62 T5.5M2= 2.11±0.55

Kolesterol Serum (mg dL-1)

T0M0 = 133.33±14.97c T0M2 = 129.10±17.55c T5.5M0= 173.45±6.21a T5.5M2= 146.52±13.40abc T11M0 = 140.68±14.12bc T11M2 = 164.97±23.16ab

Kolesterol Telur (mg g-1)

T0M0 = 8.46±0.36BC T0M2 = 8.85±0.68AB T5.5M0= 7.83±0.17BC T5.5M2= 9.58±0.48A T11M0 = 8.44±0.43BC T11M2 = 7.66±0.26C

(40)

24

Pada saat kolesterol ditransport dari peripheral usus ke hati, maka adanya asam lemak omega-3 akan menghambat kerja dari HMG CoA reduktase yang bertugas mengubah asetoasetil CoA menjadi mevalonat. Penghambatan kerja HMG CoA reduktase akan mempengaruhi kerja sintesis kolesterol endogen menjadi terhambat sehingga produk kolesterol oleh hati akan berkurang. Hal ini pula yang akan mempengaruhi kadar kolesterol plasma menjadi menurun (Babio et al. 2010). Serat pada tepung daun Indigofera zollingeriana juga berperan dalam penurunan kadar kolesterol dalam tubuh. Kandungan serat yang tinggi dalam pakan akan mengikat asam empedu secara kuat, akibatnya asam empedu bersama serat dikeluarkan dari tubuh melalui feses. Semakin banyak serat yang dikonsumsi menyebabkan semakin banyak feses yang dikeluarkan. Agar sistem metabolisme lemak tidak terganggu, asam empedu yang baru akan dibentuk kembali dari kolesterol dalam tubuh (Liu et al. 2010). Peningkatan sekresi empedu menyebabkan semakin banyak ekskresi kolesterol melalui feses sehingga kolesterol tubuh akan menurun.

Metabolisme lipida dalam tubuh disajikan pada Gambar 11.

(41)

asam lemak omega-3 akan menghambat kerja dari enzim diacyl gliserol transferase (DGAT) dan enzim phospatidic acid phosphohydrolase (PAP) yang akan menurunkan ketersediaan asam lemak untuk sintesa trigliserida sehingga produksi trigliserida berkurang dan menurunkan sekresi VLDL sehingga akan berdampak pada penurunan trigliserida dalam plasma.

VLDL bertugas untuk membawa molekul kolesterol menuju ke jaringan ekstra hepatik. Semakin banyak molekul kolesterol yang diangkut maka akan semakin besar ukuran partikel VLDL. Pada saat menuju jaringan ekstra hepatik VLDL berinteraksi dengan enzim lipoprotein yang menyebabkan VLDL harus melepaskan beberapa molekul kolesterol sehingga ukuran partikel VLDL menjadi lebih kecil yang disebut intermediet density lipoprotein (IDL). IDL merupakan produk antara VLDL menjadi LDL. IDL juga merupakan prekursor bagi LDL. LDL berfungsi untuk mengangkut kolesterol dan fosfolipid dar hati ke sel tepi. Menurut Karppi et al. (2010), beta-karoten merupakan antioksidan yang paling kuat dalam menurunkan kemungkinan terjadinya oksidatif LDL secara in vitro dalam sirkulasi darah. Kolesterol yang berlebihan akan diangkut oleh high density lipoprotein (HDL) ke hati yang kemudian akan dipecah dan ditransformasikan menjadi asam empedu yang kemudian akan diekskresikan ke dalam intestinum.

(42)

26

4 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penggunaan kombinasi tepung daun Indigofera zollingeriana 11% dan minyak lemuru 0% mampu menurunkan trigliserida plasma (24.90%). Penggunaan kombinasi tepung daun Indigofera zollingeriana 0% dan minyak lemuru 2% mampu menurunkan kolesterol (3.17%), LDL plasma (37.63%), kolesterol daging (60.71%). Penggunaan kombinasi tepung daun Indigofera zollingeriana 5.5% dan minyak lemuru 2% mampu meningkatkan HDL plasma (31.11%). Penggunaan kombinasi tepung daun Indigofera zollingeriana 11% dan minyak lemuru 2% mampu menurunkan kolesterol telur sebesar 9.46%. Perlakuan Indigofera zollingeriana 0% dan minyak lemuru 2% mampu menurunkan LDL plasma dan kolesterol daging serta meningkatkan HDL plasma itik petelur umur 20-32 minggu dengan persentase terbesar.

Saran

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Adisty AC. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.

Akbarillah T, Kususiyah, Kaharuddin D, Hidayat. 2008. Kajian tepung Daun Indigofera Sebagai Suplemen Pakan Terhadap Produksi dan Kualitas Telur Puyuh. J Pet Indonesia. 3 (1): 20-23.

Amirshekari T, Ziaei N, Ghoreishi SM, Esfandiarpour E. 2015. The effects of adding aqueous extract and dried aerial part powder of Tribulus terrestris on productive performance and blood parameters of laying hens. J Appl Poult Res. 00:1–11

AOAC. 2005. Official Method of Analysis of the Association of Official Analytical Chemist. 18th ed. Maryland. AOAC International. William Harwitz (ed). United State of America.

Arab-Tehrany E, Jacquot M, Gaiani C, Imran M, Desobry S, Linder M. 2012. Beneficial effects and oxidative stability of omega-3 long-chain polyunsaturated fatty acids. Trends in Food Sci & Tech. 25(1): 24-33. Asmariani WG, Probosari E. 2012. Pengaruh pemberian buah pepaya (Carica

papaya L.) terhadap kadar kolesterol LDL dan kolesterol HDL pada

Avila-Ramos F, Pro-Martinez A, Sosa-Montes E, Cuca-Garcia CM, Becerril Perez C, Figueroa-Velasco JL, Ruiz-Feria CA, Hernandez-Cazares AS, and Narciso-Gaytan C. 2013. Dietary supplemented and meat-added antioxidants effect on the lipid oxidative stability of refrigerated and frozen cooked chicken meat. Poult Sci. 92 :243–249

Babio R, Balanza J, Basulto M, Bulló, Salas-Salvadó J. 2010. Dietary fibre: influence on body weight, glycemic control and plasma cholesterol profile. Nutr Hosp. 25(3): 327-340.

Baeza E. 2006. Effects of genotype, age, and nutrition on intramuscular lipids and meat quality. Symposium COA/INRA Scientific Cooperation in Agriculture. Taiwan. 79 – 82.

Botsoglou E, Govaris A, Fletouris D, Botsoglou N. 2012.Lipid oxidation of stored eggs enriched with very long chain n−3 fatty acids, as affected by dietary olive leaves (Olea europea L.) or α-tocopheryl acetate supplementation. Food Chem. 134 (2): 1059-1068

Bruss ML. 2008. Lipids and ketones. In: Kaneko JJ, Harvey JW, Bruss ML. (Eds.). Clinical Biochemistry of Domestic Animals (Ed.6). Elsevier. 81-116.

Burke RW, Diamondstone BI, Velapoldi RA, Menis O. 1974. Mechanisms of the Liebermann-Burchard and Zak Color Reactions for Cholesterol. Clin Chem.20:94-801.

Gambar

Gambar 1. Alur penelitian
Tabel 1. Susunan ransum itik petelur umur 20-32 minggu
Tabel 2. Kadar zat nutrisi ransum itik petelur umur 20-32 minggu
Tabel 3.  Tabel 1. Pengaruh tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan tepung daun beluntas hingga level 3% dalam ransum memberikan hasil yang terbaik terhadap performan pertumbuhan, konversi ransum dan income over feed cost

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian tepung daun apu-apu dalam ransum basal sampai level 15% pada ayam pedaging umur 35 hari tidak berpengaruh nyata

Kesimpulannya adalah penambahan tepung daun Indigofera hingga 9% dalam ransum komersial tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap performa ayam broiler meliputi

Berdasarkan penelitian tentang kualitas air pada pemeliharaan benih ikan nila (Oreochoromis noloticus) yang diberi pakan tepung daun Indigofera (Zollingeriana) hasil

Kesimpulannya adalah penambahan tepung daun Indigofera hingga 9% dalam ransum komersial tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap performa ayam broiler meliputi

Berdasarkan hasil analisa sidik ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa penggunaan daun Indigofera zollingeriana dalam pakan, memberikan berpengaruh nyata (P&lt;0,05)

Analisis statistik menunjukkan bahwa penambahan fitokimia tepung daun katuk dalam ransum berbasis pakan lokal tidak berpengaruh nyata (P&gt;0,05) terhadap konsumsi

Analisis statistik menunjukkan bahwa penambahan fitokimia tepung daun katuk dalam ransum berbasis pakan lokal tidak berpengaruh nyata (P&gt;0,05) terhadap konsumsi