• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perlakuan terhadap Profil Lipida Darah Itik Petelur

Hasil analisis kadar trigliserida plasma, kolesterol total darah, HDL dan LDL pada plasma itik petelur umur 32 minggu pada penelitian disajikan pada Tabel 3.

Tabel 1. Pengaruh tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru terhadap kadar Trigliserida, Kolesterol, LDL dan HDL Plasma itik petelur umur 32 minggu

Parameter Minyak Lemuru

Tepung daun Indigofera zollingeriana

T0 T5.5 T11 Trigliserida M0 311.26±44.22B 331.46±14.24AB 233.77±27.81B (mg dL-1) M2 297.85±29.64B 329.47±63.91AB 429.80±60.26A Kolesterol M0 133.33±17.55c 173.45±6.21a 140.68±14.12bc (mg dL-1) M2 129.10±14.97c 146.52±13.40abc 164.97±23.16ab LDL M0 59.93±8.68BC 86.75±6.11A 75.64±10.55AB (mg dL-1) M2 37.38±3.22D 44.19±4.12CD 45.06±1.32CD HDL M0 26.26±2.45B 20.41±3.16B 18.29±2.33B (mg dL-1) M2 24.67±2.58B 39.43±6.35A 24.16±3.58B Keterangan: Superskrip dengan huruf kecil dalam baris dan kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata

(P<0.05)

Superskrip dengan huruf besar dalam baris dan kolom yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0.01)

T0M0 = Ransum kontrol (tanpa T dan M); T5.5M0 = Ransum mengandung (5.5% T dan 0% M); T11M0 = Ransum mengandung (11% T dan 0% M); T0M2 = Ransum mengandung (0% T dan 2% M); T5.5M2 = Ransum mengandung (5.5% T dan 2% M); T11M2 = Ransum mengandung (11% T dan 2% M)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang sangat signifikan (P<0.01) antara suplementasi tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru dalam ransum itik petelur terhadap kadar tigliserida, HDL dan LDL dan interaksi yang signifikan (P<0.05) antara suplementasi tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru dalam ransum terhadap kadar kolesterol plasma pada itik petelur umur 32 minggu.

Trigliserida Plasma

Rataan kadar trigliserida plasma pada penelitian ini berkisar antara 233.77 mg dL-1 sampai 429.80 mg dL-1. Perlakuan kontrol (T0M0), peningkatan level tepung daun Indigofera zollingeriana 11% dan minyak lemuru 0% (T11M0) serta level tepung daun Indigofera zollingeriana 0% dan minyak lemuru 2% (T0M2) memiliki kadar trigliserida plasma yang lebih besar dibandingkan perlakuan penambahan tepung daun Indigofera zollingeriana 11% dan minyak lemuru 0% (T11M0) yang memiliki nilai penurunan trigliserida plasma tertinggi yaitu 233.77 mg dL-1 sebesar 24.89% (Tabel 3). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa substitusi bungkil kedelai dengan tepung daun Indigofera zollingeriana dan

12

minyak lemuru dalam ransum berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap penurunan kadar trigliserida dalam plasma itik petelur.

Penurunan kadar trigliserida plasma dipengaruhi oleh beta karoten dalam tepung daun Indigofera zollingeriana. Menurut Schreiber et al. (2013) beta karotene merupakan antioksidan alami yang potensial. Beta karoten sebagai antioksidan akan memangsa radikal bebas sehingga memicu peningkatan aktivitas enzim lipoprotein lipase. Enzim lipoprotein lipase yang diaktifkan oleh Apolipoprotein C, berfungsi untuk menghidrolisis trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol. Banyaknya trigliserida yang dihidrolisis menyebabkan penurunan trigliserida dalam plasma. Menurut Zotte et al. (2006), asam lemak omega-3 berperan dalam menurunkan trigliserida plasma.

Antioksidan yang berasal dari beta karoten juga berfungsi untuk melindungi asam lemak omega 3. Asam lemak omega 3 terdiri dari 60% asam lemak rantai panjang omega 3 EPA dan DHA yang mudah mengalami oksidasi lipid. Asam lemak omega-3 yang terdapat pada minyak ikan lemuru dapat menghambat enzim Diacyl Gliserol Transferase (DGAT) dan enzim Phosphatidic Acid Phosphohydrolase (PAP) sehingga akan menurunkan ketersediaan asam lemak untuk sintesa trigliserida. Sintesa trigliserida yang terhambat akan berpengaruh terhadap penurunan produksi trigliserida dalam plasma. Lipogenesis, ekspor lipid, sintesis dan oksidasi asam lemak terutama dicapai dalam hati dalam metabolisme lipid endogen (Kersten 2011) yang merupakan langkah penting untuk mengendalikan akumulasi trigliserida dalam hati (Yang et al. 2010).

Rataan kadar trigliserida plasma dan kolesterol total itik petelur disajikan dalam bentuk grafik garis (Gambar 5).

Gambar 5. Rataan kadar trigliserida plasma dan kolesterol total itik petelur selama penelitian 20-32 minggu ( ◊ )

Hal ini berbeda dengan penelitian Pal et al. (2002) menunjukkan bahwa asam lemak omega-3 tidak mempengaruhi level trigliserida plasma. Lebih lanjut Atakisi et al. (2009) menambahkan bahwa kapsul minyak ikan yang mengandung asam lemak omega tidak mempengaruhi kadar trigliserida plasma pada puyuh. Uji

y = 0.1611x + 96.083 R² = 0.3361 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 160.00 180.00 200.00 0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 K a da r k o leste ro l to ta l (m g dL -1)

korelasi kadar trigliserida plasma terhadap kadar kolesterol total (Gambar 5) menunjukkan respon positif linier dengan persamaan garis Y=0.1611x+96.083 dengan nilai koefisien determinasi (R2)=0.3361 sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar trigliserida plasma maka akan berkorelasi positif dengan peningkatan kadar kolesterol total itik petelur umur 20-32 minggu.

Kolesterol Total

Berdasarkan hasil perhitungan konsumsi pakan dan kandungan beta karoten pakan (Sumiati dan Hermana 2015) didapat konsumsi beta karoten masing-masing perlakuan pakan yaitu 0.12 mg kg-1 (T0M0), 0.35 mg kg-1 (T5.5M0), 0.23 mg kg-1 (T11M0), 0.07 mg kg-1 (T0M2), 0.17 mg kg-1 (T5.5M2), dan 0.58 mg kg-1 (T11M2). Rataan kadar kolesterol total pada penambahan tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru menghasilkan kadar kolesterol plasma berkisar antara 129.10 sampai 173.45 mg dL-1 (Tabel 3). Rataan perlakuan T5.5M0 dengan konsumsi beta karoten 0.35 mg kg-1 nyata (P<0.05) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan T0M0, T0M2 dan T11M0 akan tetapi tidak nyata (P>0.05) dengan perlakuan T5.5M2 dan T11M2. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru dalam ransum menunjukkan adanya perubahan yang signifikan (P<0.05) dalam menurunkan kadar kolesterol plasma.

Kadar beta-karotene pada tepung daun Indigofera zollingeriana berpotensi sebagai antioksidan. Aktivitas antioksidan karotenoid berdasarkan sistem terkonjugasi yang kaya akan elektron dari rantai poliena, dan bertanggung jawab untuk memenuhi singlet oksigen dan radikal bebas untuk mengakhiri reaksi berantai yang merugikan (McNulty et al. 2008). Adanya aktivitas antioksidan dapat menghambat dan mencegah terjadinya peroksidasi lipid pada plasma dan plasma yang akan berpengaruh terhadap penurunan kolesterol (Laudadio et al. 2014). Hal ini juga menunjukkan bahwa penambahan minyak lemuru dalam ransum memberikan pengaruh yang baik terhadap penurunan kadar kolesterol dalam plasma itik. Menurut Zotte et al. (2006) asam lemak omega 3 berperan dalam menurunkan kadar kolesterol. Kadar asam lemak omega 3 pada minyak lemuru diduga saat kolesterol ditransport dari peripheral usus ke hati menyebabkan HMG-CoA reduktase bertugas untuk mengubah asetoasetil CoA menjadi mevalonat (Babio et al. 2010). Hal ini yang menyebabkan sintesis kolesterol endogen menjadi terhambat sehingga produk kolesterol oleh hati akan berkurang yang akan berdampak pada penurunan kadar kolesterol plasma. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa EPA dan DHA lebih efektif menurunkan kolesterol plasma dibandingkan dengan ALA (Atakisi et al. 2009). Lebih lanjut Chan et al.(2003) menambahkan bahwa asam lemak omega 3 dapat mengurangi laju masuknya partikel VLDL ke dalam sirkulasi darah yang nantinya akan dikonversi menjadi partikel LDL.

Rataan perlakuan kadar kolesterol dalam penelitian ini masih dalam kisaran normal sesuai dengan pernyataan Thrall et al. (2012) bahwa spesies burung termasuk itik memiliki kolesterol darah berkisar antara 100-250 mg/dl. Berbeda dengan hasil penelitian Atakisi et al. (2009) bahwa kapsul minyak ikan yang mengandung asam lemak omega belum dapat menurunkan kadar kolesterol plasma pada puyuh. Lebih lanjut Liu et al. (2010) menyatakan bahwa tingginya kolesterol terutama disebabkan karena tingginya LDL. Massa LDL sebanyak 50%

14

berupa kolesterol. Kolesterol dalam LDL dibawa oleh HDL menuju hepar. Kolesterol diubah menjadi 7α-hidrokolesterol.yang kemudian terjadi reduksi ikatan rangkap dan hidroksilasi menjadi asam kenodeoksikolat dan asam kolat yang kemudian masuk kedalam usus halus sebagai emulsifier untuk membantu pencernaan lemak dan kemudian dikeluarkan melalui feses (Thocer 2003). Hasil penelitian Leanca et al. (2013) menunjukkan bahwa kapasitas usus untuk menyerap kolesterol dari makanan tidak menunjukkan kapasitas usus untuk menyerap total jumlah kolesterol dalam lumen.

Low Density Lipoprotein (LDL)

Rataan kadar LDL plasma itik yang diberi tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru pada penelitian ini berkisar antara 37.38 mg dL

-1

sampai86.75 mg dL-1 (Tabel 3). Perlakuan pemberian tepung daun Indigofera zollingeriana sebanyak 5.5% dan minyak lemuru 0% (T5.5M0) memiliki kadar LDL tertinggi dan perlakuan penambahan tepung daun Indigofera zollingeriana 0% dan minyak lemuru 2% (T0M2) dalam ransum memiliki kadar LDL plasma itik terendah. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa substitusi bungkil kedelai dengan tepung daun Indigofera zollingeriana dan penambahan minyak lemuru dalam ransum menunjukkan pengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap penurunan kadar LDL dalam plasma itik.

Rendahnya kadar LDL plasma biasanya diikuti dengan rendahnya kadar trigliserida dalam plasma. Hal ini disebabkan karena sisa hidrolisis dari trigliserida akan dimetabolisme di hati yang akan menjadi LDL. Yang et al. (2010) melaporkan bahwa asam lemak rantai panjang omega 3 (EPA dan DHA) berpengaruh terhadap penurunan sekresi LDL dari hati. Penurunan konsentrasi LDL ini diduga karena adanya omega-3 yang dapat menurunkan produksi dan sekresi partikel VLDL yang diaktifkan oleh Apolipoprotein B. Yang et al. (2010) menambahkan bahwa asam lemak rantai panjang omega 3 (EPA dan DHA) berpengaruh terhadap penurunan sekresi LDL dari hati. Asam lemak omega-3 menghambat enzim Diacyl Gliserol Transferase (DGAT) dan enzim Phosphatidic Acid Phosphohydrolase (PAP) sehingga dapat menurunkan sekresi VLDL yang akan berpengaruh terhadap penurunan LDL. Bruss (2008) menambahkan bahwa penghambatan terhadap HMG-CoA reduktase menyebabkan penurunan sintesis kolesterol dan meningkatkan jumlah reseptor LDL yang terdapat dalam membran sel hati dan jaringan ekstra hepatik, sehingga kadar kolesterol total dan LDL dalam plasma turun.

LDL adalah lipoprotein yang kaya akan kolesterol. Sekitar 70% dari total kolesterol dalam darah terdapat dalam LDL (Rader et al. 2003). Rader et al. (2003) juga menambahkan bahwa katabolisme LDL-C dicapai melalui LDLR yaitu suatu gikoprotein yang terletak di membrane sel yang berfungsi dalam mengikat dan menyerap LDL-C sehingga tercapai keseimbangan antara kadar kolesterol intraseluler maupun ekstraseluler. Pengatur utama kadar kolesterol darah adalah hati, karena sebagian reseptor LDL terdapat di dalam hati. LDL mengangkut paling banyak kolesterol di dalam darah. LDL disebut juga kolesterol jahat, karena kadar LDL yang tinggi menyebabkan kolesterol di dalam arteri (Adisty 2012). Lipoprotein lipase berperan dalam metabolisme lipid dengan menghidrolisis trigliserida kemudian diangkut dalam aliran darah sebagai

lipoprotein low density (LDL) dan kilomikron, menyediakan asam lemak bebas untuk penyerapan oleh jaringan untuk penyimpanan atau oksidasi (Li et al. 2013).

Rataan kolesterol total dan LDL plasma itik petelur disajikan dalam bentuk grafik garis (Gambar 6).

Gambar 6. Rataan kolesterol total dan LDL plasma itik petelur selama penelitian 20-32 minggu ( ◊ )

Uji korelasi kadar kolesterol total terhadap kadar LDL plasma (Gambar 6) menunjukkan respon positif linier dengan persamaan garis Y=0.4328x-5.9725 dengan nilai koefisien determinasi (R2)=0.1523 sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar kolesterol total maka akan berkorelasi positif dengan peningkatan kadar LDL plasma itik petelur umur 20-32 minggu.

High Density Lipoprotein (HDL)

Rataan kadar HDL plasma itik pada penelitian ini berkisar antara 18.29 sampai 39.43 mg dL-1. Rataan perlakuan T5.5M2 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan T0M0, T5.5M0, T11M0, T0M2 dan T11M2. Berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi antara tepung daun Indigofera zollingeriana 5.5% dan minyak lemuru 2% (T5.5M2) berbeda sangat nyata (P<0.01) meningkatkan HDL plasma dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Tabel 3). Sinergisitas yang baik antara tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru dengan level yang optimal dalam meningkatkan kadar HDL plasma. Senyawa aktif beta-karotene yang terdapat pada tepung daun Indigofera zollingeriana berpotensi sebagai antioksidan yang mampu meningkatkan sekresi asam empedu (Carvajall-Zarrabal et al. 2005). Beta karoten meningkatkan penggabungan esterifikasi kolesterol dalam HDL-C untuk diangkut menuju hati (Carvajal-Zarrabal et al. 2005). Kolesterol di hati akan diubah menjadi asam kolat dan asam kenokolat yang akan disekresikan ke dalam empedu sebagai asam empedu (Murray et al. 2009). Asam empedu akan disimpan di kantung empedu dan akan disekresikan ke dalam usus halus untuk membantu proses pencernaan lemak dalam makanan. Hal ini menyebabkan kadar kolesterol total dalam darah menurun yang menyebabkan peningkatan kadar HDL plasma. Menurut Garcia dan Rodrigues (2011) bahwa beberapa komponen bioaktif lemak

y = 0.4328x - 5.9725 R² = 0.1523 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 K a da r L DL pla sm a ( m g dL -1)

16

seperti asam lemak omega 3 efektif dalam meningkatkan pencegahan penyumbatan kolesterol dalam arteri.

Rataan kolesterol dan HDL plasma itik petelur disajikan dalam bentuk grafik garis (Gambar 7). Rataan LDL dan HDL plasma itik petelur disajikan dalam bentuk grafik garis (Gambar 8).

Gambar 7. Rataan kolesterol dan HDL plasma itik petelur selama penelitian 20-32 minggu ( ◊ )

Gambar 8. Rataan LDL dan HDL plasma itik petelur selama penelitian 20-32 minggu ( ◊ )

Uji korelasi kadar HDL plasma terhadap kadar kolesterol total (Gambar 7) menunjukkan respon negatif linier dengan persamaan garis Y= -0.0783x+37.124 dengan nilai koefisien determinasi (R2)=0.0349 sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar kolesterol total maka akan berkorelasi negatif dalam

y = -0.0783x + 37.124 R² = 0.0349 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 K a da r H DL pla sm a ( (m g dL -1)

Kadar kolesterol total darah (mg dL-1)

y = -0.2238x + 38.533 R² = 0.35 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 K a da r H DL pla sm a ( m g dL -1) Kadar LDL plasma (mg dL-1)

menurunkan kadar HDL plasma itik petelur umur 20-32 minggu. Uji korelasi kadar HDL plasma terhadap kadar LDL plasma (Gambar 8) menunjukkan respon negatif linier dengan persamaan garis Y= -0.2238x+38.533 dengan nilai koefisien determinasi (R2)=0.35 sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar LDL plasma maka akan berkorelasi negatif dalam menurunkan kadar HDL plasma itik petelur umur 20-32 minggu.

Pengaruh Perlakuan terhadap Kolesterol Telur dan Daging Itik Petelur

Hasil analisis kadar kolesterol daging dan telur itik petelur umur 32 minggu pada penelitian disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru terhadap kadar kolesterol telur dan daging itik petelur umur 20-32 minggu

Parameter Minyak Lemuru

Tepung daun Indigofera zollingeriana

T0 T5.5 T11

Kolesterol Telur (mg g-1) M0 8.46±0.36BC 7.83±0.17BC 8.44±0.43BC M2 8.85±0.68AB 9.58±0.48A 7.66±0.26C Kolesterol Daging (mg g-1) M0 0.28±0.01a 0.12±0.01b

M2 0.11±0.01b 0.14±0.01b

Keterangan: Superskrip dengan huruf kecil dalam baris dan kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0.05)

Superskrip dengan huruf besar dalam baris dan kolom yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0.01)

T0M0 = Ransum kontrol (tanpa T dan M); T5.5M0 = Ransum mengandung (5.5% T dan 0% M); T11M0 = Ransum mengandung (11% T dan 0% M); T0M2 = Ransum mengandung (0% T dan 2% M); T5.5M2 = Ransum mengandung (5.5% T dan 2% M); T11M2 = Ransum mengandung (11% T dan 2% M)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang sangat signifikan (P<0.01) antara suplementasi tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru dalam ransum itik petelur pada kadar kadar kolesterol telur itik petelur dan interaksi yang signifikan (P<0.05) antara suplementasi tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru dalam ransum itik petelur pada kadar kolesterol daging itik petelur umur 32 minggu.

Kolesterol Kuning Telur

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru berpengaruh sangat nyata (P<0.01) menurunkan kolesterol telur (Tabel 4). Rataan perlakuan T11M2 nyata (P<0.01) lebih rendah dibandingkan denga perlakuan T0M2 dan T5.5M2, akan tetapi tidak nyata (P>0.01) dengan perlakuan T0M0, T5.5M0 dan T11M0. Penggunaan 11% tepung daun Indigofera zollingeriana atau konsumsi beta karoten sebesar 0.58 mg kg-1 (Sumiatidan Hermana 2015) dan 2% minyak lemuru (T11M2) menghasilkan kadar kolesterol terendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya yakni 7.66 mg g-1.

Suplementasi tepung daun Indigofera zollingeriana dapat bekerja secara sinergis dengan minyak lemuru. Tingginya persentase penggunaan tepung daun

18

Indigofera zollingeriana hingga 11% menggantikan protein bungkil kedelai dapat meningkatkan kandungan beta karotene di dalam ransum yang akan berpengaruh terhadap tingginya antioksidan dalam telur untuk menurunkan jumlah radikal bebas yang terdapat didalamnya. Karotenoid memberikan pertahanan antioksidan pada lipid (Surai et al. 2016). Terlebih lagi, minyak lemuru kaya akan asam lemak omega 3 yang sebagian besar memiliki ikatan ganda sehingga mudah mengalami degradsi oksidatif (Shahidi and Zhang 2010). Menurut Sudibya dan Hadi (2013) fungsi asam lemak omega-3 dalam menurunkan kadar kolesterol melalui dua cara yakni merangsang ekskresi kolesterol melalui empedu dari hati ke dalam usus dan merangsang katabolisme kolesterol oleh HDL ke hati kembali menjadi asam empedu dan tidak diregenerasi lagi namun dikeluarkan bersama ekskreta. EPA dan DHA pada asam lemak omega-3 mampu menurunkan kadar kolesterol yang merupakan hasil samping hidrolisis asam lemak. Kolesterol merupakan prekursor hormon steroid yang akan memicu hormon estrogen untuk mensintesis vitelogenin (Levi et al. 2009). Vitelogenin merupakan bahan pembentuk kuning telur yang mengandung kolesterol , protein dan lipid. Kebutuhan kolesterol, lemak untuk dimetabolisme dan produksi vitelogenin akan menyebabkan perubahan pada metabolisme lipid sehingga akan mempengaruhi profil lipida darah.

Rataan kolesterol telur dan kolesterol daging dengan kolestesterol total itik petelur disajikan dalam bentuk grafik garis (Gambar 9).

Gambar 9. Rataan kolesterol telur ( ● ) dan kolesterol daging ( ■ )dengan kolestesterol total itik petelur selama penelitian 20-32 minggu

Hasil penelitian ini relatif sama dengan hasil penelitian Darmawan (2013) yaitu 7.29 mg g-1 sampai 9.65 mg g-1 pada itik petelur dan lebih rendah dari penelitian yang dilakuan oleh Ruan et al. (2015) yakni 26.0 mg g-1 sampai 30.7 mg g-1. Hasil ini serupa dengan hasil penelitian Palupi et al. (2014) menunjukkan bahwa penggunaan 15.6% tepung daun Indigofera zollingeriana dalam ransum mampu menurunkan kadar kolesterol pada telur ayam. Penurunan kolesterol disebabkan beta karotene merupakan antioksidan alami yang baik (Schreiber et al. 2013) yang berfungsi meningkatkan stabilitas oksidatif dengan menekan

y = -0.0236x + 11.96 R² = 0.352 y = -0.0018x + 0.4091 R² = 0.1733 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 K a da r k o le st e r o l te lur da n da g ing (m g g -1)

terjadinya peroksidasi lipid (Laudadio et al. 2014). Lebih lanjut Trujillo et al. (2016) menambahkan bahwa oksidasi lipid dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain suhu, pH, paparan sinar UV dan rasio antioksidan dan pro-oksidan.

Uji korelasi kolesterol total dan kolesterol telur (Gambar 9) menunjukkan respon negatif linier dengan persamaan garis Y= -0.0236x+11.96 dengan nilai koefisien determinasi (R2)=0.352 sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar kolesterol total maka akan berkorelasi negatif dalam menurunkan kadar kadar kolesterol telur itik petelur umur 20-32 minggu.

Kolesterol Daging

Rataan kadar kolesterol pada daging itik petelur berkisar antara 0.11-0.24 mg g-1. Perlakuan tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru mengahasilkan daging dengan kadar kolesterol yang rendah yang dapat menurunkan 57.1% (T5.5M0), 60.7% (T0M0) dan 50% (T5.5M2) dari 0.28 mg g

-1

(T0M0). Berdasarkan Tabel 3.2, substitusi bungkil kedelai dengan tepung daun Indigofera zollingeriana dan penggunaan minyak lemuru dalam ransum itik petelur berpengaruh nyata (P<0.05) dalam menurunkan kadar kolesterol daging itik.

Senyawa antioksidan yang berasal dari beta-karoten pada tepung daun Indigofera zollingeriana berpotensi sebagai antioksidan yang mampu meningkatkan sekresi asam empedu (Carvajall-Zarrabal et al. 2005). Produksi asam empedu memerlukan kolesterol sebagai bahan bakunya sehingga dengan meningkatnya sekresi asam empedu, kadar kolesterol total dalam darah akan menurun (Asmariani 2012). Menurut Subhan et al. (2015) asam lemak tak jenuh omega 3 pada minyak lemuru berperan dalam merangsang oksidasi kolesterol menjadi asam empedu dan merangsang ekskresi kolesterol melalui usus. Penurunan kadar kolesterol darah akan berpengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol pada daging itik petelur. Subhan et al. (2015) menambahkan bahwa kolesterol tubuh akan diekskresikan melalui dua saluran utama: dengan mengubah kolesterol menjadi asam empedu dan melalui kabolisme kolesterol menjadi hormon steroid atau bentuk sterol netral seperti kolestanon dan koprosterol.

Rataan hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Ismoyowati et al. (2012), bahwa rataan kandungan kolesterol daging itik Magelang 1.03 mg g-1. Santoso et al. (2010) menambahkan bahwa asam lemak tak jenuh dari minyak lemuru berperan penting dalam penurunan kandungan kolesterol pada daging ayam broiler. Kadar kolesterol dalam daging unggas merupakan salah satu karakteristik kualitatif yang paling penting bagi konsumen dan konsentrasinya dapat dimodifikasi secara efisien melalui pakan (Dhama et al. 2015). Beta-karotene merupakan komponen bioaktif yang penting sebagai prekursor vitamin A dan retinoid yang menggambarkan molekul penting pada nutrisi ternak (Schweigert et al. 2002). Tingginya konsentrasi beta-karotene dapat meningkatkan stabilitas oksidatif dan menyediakan sumber beta-karotene yang aman untuk gizi dan kesehatan manusia (Laudadio et al. 2014). Suplementasi tepung daun Indigofera zollingeriana yang mengandung beta-karotene sebagai antioksidan dalam ransum berpotensi untuk membatasi pembentukan produk oksidasi lipid terutama pada pada daging yang diperkaya omega 3.

20

Uji korelasi kolesterol total dan kolesterol daging (Gambar 9) menunjukkan respon negatif linier dengan persamaan garis Y= -0.00018x+0.4091 dengan nilai koefisien determinasi (R2)=0.1733 sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar kolesterol total maka akan berkorelasi negatif dalam menurunkan kadar kadar kolesterol daging itik petelur umur 20-32 minggu.

Pengaruh Perlakuan terhadap Lemak Telur, Daging dan Hati Itik Petelur

Hasil analisis kadar lemak pada telur, daging dan hati pada itik petelur umur 32 minggu pada penelitian disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengaruh tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru terhadap kadar lemak telur, daging dan hati itik petelur umur 20-32 minggu

Parameter Minyak Lemuru

Tepung daun Indigofera zollingeriana

Rata-rata T0 T5.5 T11 Lemak Hati M0 2.40±1.51 8.80±0.62 5.60±1.06 (%) M2 8.89±2.12 2.11±0.55 5.50±1.34 Rata-rata 5.64±1.82 5.46±0.59 Lemak Telur M0 32.79±1.74 31.64±1.57 32.47±2.56 32.30±1.96 (%) M2 28.46±2.72 31.01±1.06 29.97±2.38 29.81±2.05 Rata-rata 30.62±2.23 31.33±1.31 31.22±2.47 Lemak Daging M0 5.99±1.00 4.94±1.94 5.46±1.47 (%) M2 4.54±0.82 7.23±1.96 6.34±1.39 Rata-rata 5.27±0.91 6.09±1.95

Keterangan: T0M0 = Ransum kontrol (tanpa T dan M); T5.5M0 = Ransum mengandung (5.5% T dan 0% M); T11M0 = Ransum mengandung (11% T dan 0% M); T0M2 = Ransum mengandung (0% T dan 2% M); T5.5M2 = Ransum mengandung (5.5% T dan 2% M); T11M2 = Ransum mengandung (11% T dan 2% M)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi yang signifikan antara suplementasi tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru dalam ransum itik petelur pada kadar lemak telur, daging dan hati itik petelur umur 32 minggu.

Lemak Hati

Berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun Indigofera zollingeriana dan minyak lemuru dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap penurunan persentase lemak hati itik petelur. Rataan persentase lemak hati itik petelur pada penelitian ini berkisar antara 2.11% sampai 8.89% (Tabel 5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa itik dengan pemberian ransum yang mengandung 5.5% tepung daun Indigofera zollingeriana dan 2% minyak lemuru (T5.5M2) memiliki tingkat persentase lemak terendah dibandingkan perlakuan lainnya tanpa pemberian tepung daun Indigofera zollingeriana atau minyak lemuru maupun tanpa keduanya.

Pada itik petelur, hati bertanggung jawab untuk sebagian besar sintesis lipid (kolesterol dan trigliserida) yang diangkut oleh lipoprotein ke folikel ovarium dan terlibat dalam produksi kuning telur (Kuksis 1992). Menurut Lu et al. (2014), hati

telah memenuhi berbagai fungsi di dalam tubuh dan merupakan tempat utama dalam metabolisme lemak. Asetil CoA Carboksilase (ACC) adalah enzim yang membatasi selama terjadinya proses sintesis asam lemak (Leaver et al. 2008). Akumulasi lemak di hati dapat menjadi toksik (Scorletti dan Byrne 2013).

Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa asam lemak pakan dapat mempengaruhi metabolisme lemak pada ternak (Gonzalez-Duran et al. 2008). Deposisi lipid di hati merupakan proses yang kompleks, termasuk sekresi hepatik, oksidasi, transport dan absorbsi dari lipid (Lu et al. 2013). Asam lemak omega 3 dan antioksidan dapat berinteraksi dengan baik. Antioksidan dapat menurunkan stres oksidatif yang diakibatkan oleh asam lemak omega 3. Suplementasi asam lemak omega 3 dan antioksidan dapat bekerja lebih baik dibandingkan hanya suplementasi salah satu. Hasil penelitian Faradillah (2015) menunjukkan bahwa pemberian tepung pucuk Indigofera zollingeriana berpengaruh negatif terhadap hispatologi hati puyuh yang menyebabkan ternak mengalami nekrosis yang disebabkan oleh stres panas. Fungsi hati salah satunya sebagai metabolisme lemak

Dokumen terkait