Oleh
:
Dan jilgathh, ketika Tuhenmu berkata
pad8 malaikatsesungguhnya A ku akan rnenjadikan
seorang khaljFah
di muka bumi (QS. A/-Baqarah : 30)Diserfasi ini
kupersembahkan kepada istniku
(Pumama wati)iercinia
den anak-anakku
(AdiSastra
dan Nur Intan)tersayang
sebagai penebus lamdisaaf-saat
kalian
merasa
dikesampingkansetama
papa dalam pendidikandan penuJisan
disertasi
jni.
Dan orang-orang yang berka
fa
:
'Ya
Tuhen Kami Anugemhkanlah kepada kemi Isfsi-isfri kamidan
keturunan k m i sebagaipenyenang
hati (kam,;E,dan
jadikanlah kami
imam bagi
orang-orang
yang bertaqwaABSTRACT
KAH ARUDIN KASI M, The Anoas; Buha/us depressicornis and Rubulus quurlesi as Alternatives for Domesticated Animals in Preventing Their Extinction. Under the direction of H. R. EDDIE GURNADI, H. ASIKIN NATASASMITA, D.T.H.
SIHOMBING, WASMEN MANALU and H. SURYAHADI.
Anoa is one of the wild animals endemic to Sula\vesi island of Indonesia. The anoa is protected by law ("Undang-undang No. 5, 1990") and has been classified as an endemic-wild-animal extinction (endangered species). A research had been conducted on this animal, since the second half of 1999 to 2001. The objective of the research is to study and gain knowledge on the animal's characteristics. The studied characteristics are; behavior and adaptation, muscle tissue of the carcass, reproductive cycle, digestive tract, as well as the anoa's feeding and handling methods. Further 0bjectiw.e is to find out a solution on the problem of protecting thls endangered species. It was suggested that domestication might be one of the problem solving.
The study was mainly undertaken at three different places, are: at Palu, Central Sulawvesi (two years): the 'TMS Ragnan', and the 'TSI Cisarua' Bogor, approximately one month at each of the last hvo sites. There were total 22 animals were observed with distribution as follow.
a. Central Sulawvesi; 10 animals, consisted of 5 beasts of R. depressicornis and 5
beasts of B. quurlesi.
b. 'TMS Ragunan'; 6 animals (1 female of B. quarlesi, and 5 beasts of B.
depressicornis which were 2 males and 3 females); and
c. 'TSI Cisarua'; 6 beasts of B. depressicornis, which consisted of 5 femeles and 1 male.
The results of the stud? indicated that:
1) Each of the two species (R. deprec trcor17r.v and R. yuarle~i) has specific characteristics that distinguish one from the another, such as body performance and animal behavior.
2). Both species (B. depressrcorni.~ and B. qtturlesi) have been able to adapt to the
\ arious kinds of feedstuffs, as well as to survive in a new living environment (ex
rlrzr t. indicating that there is a chance for domestication.
3). High production forage grasses, such as Bruciziar~u n~tlricu, Penni.setunt ,nurpur~'u171, and Punrcunr ~rtun-rrttwn are fairly palatable to the anoa; as well as concentrate, and agricultural residues, such as 'kangkung' and cassava leaves, banana and banana's skin. sueet potatoes and cassava.
5). The physical fighting of the same or different sexes caused anoa become more soliter.
6). Anoa (Huhulus sp.) has been suggested to have specific performance on 'muscle group index'; (MGI). This indicated that both species have different activities in their different habitats, including foraging habitat of the animals and topography of their living habitat.
ARSTRAK
KAH ARUDIN KASI M, Potensi Anoa (Huhalus depressicornis dan Rubalus quarlesi) Sebagai A1 ternatif Satwa Budidaya dalam Mengatasi Kepunahannya. Di bawah bimbingan H. R. EDDIE GURNADI, H. ASIKIN NATASASMITA, D.T.H. SIHOMBING, WASMEN MANALU dan H. SURYAHADI.
Anoa adalah salah satu satwa liar endemik di Sulawesi (Indonesia) dan dilindungi
oleh Undang-undang No. 5 Tahun 1990, dan masuk kategori satwa liar yang rawan dan
terancam punah (eitdui~gered). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari
sedikit tentang tingkah laku dan adaptasinya, baik terhadap karakteristik anoa dan pola
penanganan,
-
pemberian pakan dan tingkah lakunya, siklus reproduksi dan bihaviornyaserta gambaran organ pencernaan, reproduksi
serta
gambaran perototan pada karkas anoa.Sehingga di dalam mengatasi kepunahannya diharapkan di dala~n penelitian ini
dite~nukan solusi pemecahannya, lninilnal sebagai satwa budidaya. Untuk tujuan tersebut,
telah dilakukan penelitian se-iak akhir 1999 sainpai 2001. Lokasi penelitian, masing-
masing di Palu (Sulatvesi Tengah) setanla kurang lebih dua (2) tahun dan di TMS
Rapnan dan di TSI Cisarua Bogor, masing-masing selama kurang lebih satu bulan. Anoa
yang dilibatkan & dalam pengamatan ini, adalah sebanyak 22 ekor, masing-masing 10
ekor anoa yang ada di Sulawesi (Palu dan sekitarnya), 6 ekor anoa di W S Ragunan dan 6
ekor lagi anoa yang ada di TSI Cisarua Bogor. Di Palu Sula\vesi Tengah, spesies anoa
yang dilibatkan terdiri atas 5 ekor Bubuius depressicornis dan 5 ekor Bubuius quarlesi,
sementara dl TMS Raguanan dan satu ekor betina Bubaitij quurlc.sr dan 5 ekor Bubuiqs
depres.\iconii.s ( 2 ekor jantan ban 3 ekor betina). dan di TSI Cisaria Bogor terdiri atas 5
ekor beti na .<itou &pi-essicoi-nis dan 1 ekor jantan L4izoa depressicorizu. Hasil penelitian
menunjukkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: I). Kedua spesies anoa (Bubulus
depressicoritis dan Bubulus quctrlesi) memiliki karakteristik dan kecirikhasan tersendiri,
seperti performans dan tingkah laku yang khas, 2). Kedua spesies anoa (RuBuiu.\
ilt?pre.,.tr~orr~r\ &in Bubulus ytrur/c..\~j telah matnpu beradaptasi, baih dart segi adaptasinya
terhadap psrilaku kehidupan maupun terhadapenis bahan lnakanan yang ada pada kondisi
ex .~;tzl, sehingga
--
~~~e~~iun&iriE:an-
dl-~adikati sat\\-a budidapa, 3). Jenis bahan makanan yangcukup dissnangi dan mempunyai produksi tinggi antara lain adalah jenis ruinput
~ ) ~ U C / I I L ~ ~ ! L I I ? I L I ~ I C U . rumput Ga_iah. rumput Bengala, sedangkan dari limbah pertanian
pohon, serta konsentrat, 4). Perilaku kawin pada anoa, harus melalui pertarungan adu
fisik, baik antara jantan dengan betina maupun sesama jantan di dalam perebutan anoa
betina, 5). Pertarungan adu fisi k, bai k karena perbedaan jenis kelamin maupun antar jenis
kelamin yang sama menjadikan anoa lebih banyak bersifat "soliter", 6). Anoa (Hubalus
sp.) memiliki penampilan pada indeks KUDB yang khas dan menunjukkan kedua spesies
anoa di lingkungan habitatnva meinpunyai aktivitas yang berbeda, baik dalam mencari
kebutuhan makan maupun karena kondisi topografi pada kedua habitat, 7). Penainpilan
indeks KUDB anou (Bubulus depressicornis dan Bubulus quurlesi) adalah khas
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang be judul:
POTENSI ANOA
(Bu balus depressicornis
da
n
Bu balus quarlesi)
SEBAGAI ALTERNATIF SATWA BUDIDAYA DALAM MENGATASI
KEPUNAHANNYA
Adalah benar merupakan hasii karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh
orang lain. Semua sumber dan informasi yang dizunakan telah dinyatakan secara jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya
POTENSI ANOA
(Bu
balus depressicornis
da
n
Bu
balus quarlesi)
SEBAGAI ALTERNATIF
SATWA BUDIDAYA DALAM MENGATASI
KEPUNAHANNYA
Oleh
:KAHARUDmT
KASIM
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
DOKTOR
pada
Program Studi Ilmu Ternak
PROGRA\I
PASCASARJANA
INSTITUT
PEKTANIAN
BOCOR
Judul Disertasi : Potensi Anoa (Bubalus depressicornis darr Bubalus quarlesi) Sebagai Alternatif Satwa Budidaya Dalam Mengatasi Kepunahannya Nama : Kaharudin Kasim
NRP : 965035
Program Studi : llmu Ternak
Menyetujui,
I. Komisi Pembimbing
p r o f i r . H.
R Eddie Gurnadi
Ketua/ Prof. Dr. H. Asikin Natasasmita, MSc Prof. Dr. D.T.H. Sihombing, &lSc
Anggota Anggota
n
Dr. Ir. H. Suryahadi, DEA Anggota
2. Ketua Program Studi llmu
~ r b f .
Dr. Ir. Wasmen Manaiu.
Anggota
Tern rogram Pascasarjana
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palu (Desa Sabang) pada tanggal 27 Juli 1954 sebagai
anak ke delapan (8) dari pasangan Kasim (Lakaseiig) dan Manpa. Pendidikan sarjana
muda Peternakan (B.Sc.) ditempuh di Fakultas Peternakan, Universitas Tadulako
Cabang UNHAS di Palu pada taliun 1978, kelnudian penulis melanjutkan pendidikan
(S-1 ) ke Universitas Hasanuddin pada Fakultas yang sama dan lulus pada tahun 1984.
Pada tahun 1987, penulis diterima di Program Studi Illnu Ternak pada Program
Pascasajana (S-2) di IPB dan lulus pada tahun 199 1. Kesempatan untuk melanjutkan
ke Program Doktor (S-3) pada Program Pascasarjana IPB pada Program Studi Ilmu
Ternak didapatkan pada tahun 1996. Dana ADB Untad di Palu.
Penulis bekerja sebagai Tenaga edukatif (Dosen di Fakultas Pertanian, Jurusan
Peternakan pada Universitas Tadulako sejak tahun 1985. Penulis tnengajar pada
matakuliali Rtlminansia Besar dan Kecil serta ~Matakuliah Lingkungan dan Satwa
Harapan.
Selana inen@uti progratn pendidikan di S-3, penulis telah ~nenulis kzuya
ilrniah (hasil penelitian) dengan judul:
1. Estimasi kepunahan anoa (Bubalus Sp.), melalui inventarisasi tanduk has2
pemotongan, di Wilayah Kecamatan Darnpelas, Kabupaten Donggala (2000).
2. Inventarisasi titik-titik rawan konservasi dan evaluasi pemotongan anoa (Bubalus
~ p ) . di Wilayah Kecamatan Tawaeli, Kabupaten Donggala (2000).
3. Kotnposisi tubuh dan karkas rusa liar (Cervzrs l~morei?.srs maca~.saaricu~.), di ,
Sula\\es~ Tengah serta kemun&nan pembudidayaannya (1999) yang dibiayai
DIAT~ rnelalui program BBI.
4. Penampilan komponen tubuh anoa (Btibalus sp.) dan kemunglclfian untuk
dikernbangkan sebagai temak potong. Laporan Penelitian LP Untad (1998).
5 . Potensi dan prosfek pengembangan anoa (Bubalus sp.) di Sulawesi Tengah.
Kaq a Iliniah pada Seminar -4noa di Universitas Tadulako (1999).
PRAKATA
Alharndu Lillahi Rabbi1 Alamin, atas segaia rahmat dan karunia yang Engkau
berikan ya Allall, sehingga kalya ilmiah "Disertasi" ini berl~asil diselesaikan dan
mengantarkan penulis tneraih gelar Doktor. Tetna yang diangkat dalarn penelitian ini adalah "anoa endetnik dan endangered" atau dengan judul Potensi Anoa (Bubalus
depresacorn~s dun Buba1tr.s quarles~) Sebagai Alternatif Satwa Budidaya Dalam
Mengatasi Kepinahannya. Penelitian ini dilaksanakan sejak Januari 1999 dilakukan
di Propinsi Sulaavesi Tengah, Taman Marga Satwa Ragunan di Jakarta dan Taman
Safati Indonesia di Cisarua Bogor.
T e ~ n a kasih dari lubuk hati yang dalam penulis ucapkan kepada Bapak Prof.
Dr. H. R. Eddie Gurnadi, sebagai ketua Komisi Pembimbing, Bapak Prof Dr. H.
Asikin Satasasmita, M.Sc., Bapak Prof. B.T.H. Sil~oinbing, M.Sc., kepada Bapak Dr.
Ir. H. Suryahadi, DEA serta kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Wasmen Manalu, masing-
masing selaku Anggota Pembimbing dalam program S-3, utamanya di dalarn
penyelesaan penulisan Disertasi ini. Beliau-beliau telah banyak mernberikan petunjuk
dan saran. baik selama kuliah maupun di dalam penyelesaian studi ini.
Terima kasih juga penulis s a m p a i i kepada Rektor Universitas Tadulako,
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Rektor hstitut Pertanian Bogor,
Direktur Program Pascasajana IPB, dan Ketua Program Studi Ilmu Ternak PPS-IPB,
yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk m e n m t i pendidikan
pascasarjana di IPB. Kepada Bapak Ir. Galib Ishak, MSc. selaku ketua pengelola dari ,
ADB !an2 bextindak sebagal sponsor di d a l a ~ Program Doktor ini, dan kepada Ketua Yayasan Superseinar, kani ucapkal teriina kasih atas bantuan dana pendidikan dan
ponelitian yang diberikan. Kepada Bapak Prof. Drs. H. Aminuddin Ponulele, MS.
(Gubernur Sulteng dan Mantan Rektor Untad) yang telah inemberikan dorongan moril
maupun materil kepada penulis di dalan penyelesaian progan doktor. Demikian juga
ucapan terima kasih kepada Bapak Prof Dr. Dondin S a p t i se!aku Ketua Pusat Studi
Sah-a Wnata Lembaga Penelitian I PB, yatig telah ~nembantu perizinan untuk dapat
mel&ikan penelitiat~ di TSI Cisarua Bogor, sekaliguas kepada Bapak Pimpinan YSI
dm Staf serta Bapak Pimp~~latl dan staf Tanan Jlarga Satwa (TMS) Ragunm yang
to!& bmyak membantu di dalam pen~umpulan data penelitim. Juga kani ucapkan
banyak terlma kzsilz kepada setnua pihak yaiq teldl metnbantu penulls hingga dapat
tnenyelesaikan penelitian dan palulisan disertas~ 1111.
Kepada Papa (almarhutn) dan Mama (almarlluma) tersayang, yang telrth
membesarkan dan mendidik penulis, sehingga penulis dapat mengikuti pendidikan
sanpai pada jenjang program doktor. serta kepada setnua kakak dan adik yang telah banyak berkorban tnailpun berdoa untuk kesuksesan penulis da1a1-n meraih gelar
doktor. Kepada istri Purnamawati yang tercinta, ananda .4di Sastra dan Ntu Intan yang
tersayang, Papa persembahkan disertasi ini sebagai penebus derita di saat-saat kdian
merasa dikesampingkan seiama Papa dalam pendidikan program doktor.
Semoga amal jariah yang t e l d ~ ditujukan kepada kami akan berubah wujud
menjadi ibadah kepada Allah SWT, amin.
Bogor, 20 Juni 2002
DAFTAR
IS1
Halainan
...
DAFTARTABEL ... : ... xlll
...
DAFTAR GAMBARIILLUSTRASI xv
...
DAFTAR LAM PIRAN xvi
PENDAHULCJAN ... 1 1 . Latar Belakang ... 1
...
.
2 P m u s a n Masalah
. .
...
.
3 Kerangka Pemktran
... .
4 Tuj uan dan Kegunaan Penelitian
TINJAII.4 S PUSTAKA ...
1 . Deskripsi Anoa ... ...
. .
1 1 Silsilah dan Penanaan .4n oa (Rttbalus sp)
...
1.2. Karak3eristik Penampilan Anoa
...
.
I 3. Penyebaran Populasi Anoa di Sulawesi
1.4. Populasi Anoa di Habitatnya ...
...
2 . Pertumbuhan Komposisi Tubuh Hewan atau Ternak
...
3 . Hubun-m antara Perhunbul~an dan Nutrisi Pakan
...
4 . Komponen Tubuh (Organ) dan Perototan pada Karkas
...
1.1. Organ Pencemaan pada Ruminansia 24
...
1.2. Organ Reproduksi pada Ru~ninansia 273
...
1 . 7 . Perototan pada Karkas 37
...
5 . Psrlindungan dan Penangkaran Jenis-jenis Satwa 40
...
.
1 U - a h ~ dan Tempat Penelitian 42
. .
2 . \ lerodolo@ Pe~iehhan ... 42
...
2.1. llateri, Bahan dan Peralatan Penelitian 42
1 1 . . ...
.
-
.- >laode Penel~ttan 44...
2.3. Parameter Penga~natan di Lapangan 44
...
2.3.1. Karakteristik dan Penampilan Tingkah Laku Anoa 44 ...
... 2.3.3. Pola, Adaptasi dan Tingkah Laku Makan pada Anoa
...
2.3.4. Distribusi Perototan (KUDB) pada Karkas Anoa
...
3 . . Analisis Data
...
HASIL DAN PEMBAHASAN
...
1 . Karakteristik dan Tingkah Laku Anoa
...
1.1. Karakteristik dan Ukuran Dimensi Tubuh
...
1.2. Perilaku Kehidupan Anoa
...
..
2 Penampilan Reproduksi dan Kelakuan Kelamin pada Anoa
...
2.1. Kondisi Urnurn pada Pengamatan Siklus Reproduksi
... 2.2 Siklus Reproduksi dan Gambaran Organ Reproduksi pada Anoa
...
2.3. Kelakuan Kela~nin (anoa jantan dan betina)
... .
3 Pola Makan dan Adaptasi Anoa pada Sistem Penangkaranl Budidaya
...
3.1. Kondisi Umum Penangkaran
...
3.2. Pola Makan dan Gambaran Relatif Organ Pencemaan Anoa
...
2.3. .Ada ptasi Anoa terhadap Pakan pada Kondisi Penangkaran
...
1.4. Tingkah Laku Makan pada Anoa
... .
4 Dismbusi KUDB Karkas Anoa dibandingkan dengan hewan lainnya
...
4.1. Indeks dan Distribusi KUDB pada Anoa
...
4.2. lndeks KUDB atitara ,4 noa (Bubalus sp) dengan hewan lainnya
...
4.2.1. Indeks KUDB antara Bubalus depressicornis dengan kerbau
...
4.2.2. Indeks KUDB antara B~lbalm ylrarlrsi dengan lierbau
...
4.2.3. Indeks KUDB antara Bubalus quarlesi dengan banteng
...
4.2.4. Indeks KLmB antara Bubalus depressicomis dengan banteng
...
4.2.5. Indeks KUDB antara Bttbalus depressicornis dengan sapi
...
4.2.6. Indeks KUDB antara Bubalus quarlesi dengan sapi
... KESI>fPt-L-kV DAS S-ARAN
...
1 . Kesimpulan
? . ...
-
Saran... DAFT.L\R PUSTAKA
LAMPIRIS ...
DAFTAR TABEL
Halaman
Hubungan silsilah dari Sub-famili Hovinae atau kumpulan Rovidue ... 5
Posisi taksonomi anoa dan kerbau dibandingkan dengan lainnya ... 6
...
.
Ukuran-ukuran dimensi tubuh anoa ( H . quurlesi dan B depressicornis) 1 1 ... Data biologis beberapa jenis ternak dan anoa 18
Vegetasi utalna sumber nutrisi satwa anoa di kawasan hutan lindung Karnbuno
...
Katena, di Luwu. Sulawesi Selatan 21
...
Jenis pakan dan nutrisi pakan anoa di dataran rendah 21
Jenis bahan makanan yang dimakan anoa (B . quarlesi) pada kondisi
...
penangkaran 22
...
Jenis atau spesies tanaman yang diberikan serta j umlah pemberiannya 23
Ukuran dimensi organ reproduksi pada ruminansia jantan ... 29
... Ukuran diinensi organ reproduksi pada ruininansia betina 32
...
Siklus reproduksi pada beberapa jenis hewan ruminansia 35
Indek KUDB Bos taurus ( 100) relatif terhadap beberapa bangsa hekm
...
(kerbay banteng. rusa, bison dan domba) 38
...
Nama-nama otot pada karkas lzindquarter dan karkas forequarter 53
Ukuran tilik anoa (Bubalus depressicornis dan Bubalus quarlesi) ... 57
Jumlah individu jantan dan betina pada pengamatan tingkah laku reproduksi ...
aima pada tiga lokasi penangkaran 63
... Ah.i\.itas biologi reproduksi at.. siklus kelarnin pada anoa 64
...
Ukuran organ reproduksi pada anoa (Buhuitt.~ sp) 65
...
Gejala-gejala berahi pada anoa betina 66
Jumlah individu, jenis kelamin dan spesies anoa yang berhasil digunakan pada ...
pengdmatan pakan dan tingkah lakunya 73
Ukuran relatif organ pencemaan (B . ~leprr.~srcornrs dan B . quurlesr) ... 77 Jenis rumput dan rumput potongan yang dapat dirnakan anoa pada kondisi
...
penangkaran 79
denis daun-daunan yang dapat di~nakan anoa di penangkaran es siru ... 81
denis buah dan kulit buah. umbi-umbian serta konsentrat yang dimakan anoa
. .
. . .
pada kondrsi penangkaran C.Y .\ r l 82
Bahan pakan anoa yang ineinpunyai nilai kuantitatif dan kualitatif pada
. .
kondisi penangkaran e.x slrzr . . . 84
I
25 . lndeks dan penyebaran kelompok bobot urat daging (KUDB) pada anoa
(Huhulu.~ clepres.sicorni.s dan Htihulus qziarlesi) ... 88
26 . Indeks relatif KUDB pada Huhulus depres.sicorn~s terhadap KUDB pada .
kerbau ... 90
27 . Indeks relatif KUDB H ~ b ~ l t l . ~ y tturlesi terhadap KUDB pada kerbau ... 92
28 . Indeks relatif KUDB pada Ruhulus q uurlesi terhadap KUDB banteng ... 93
... 29 . Indeks KUDB pada anoa (Huhulu.~ depressicornis) terhadap KUDB banteng 94
...
.
30 Indeks KUDB antara Bos Tuurus (bull) dengan Bubalus depressicornis 95
DAFTAR ILUSTRASYGAMBAR
Halaman Bagan alir unsur penentu kebijakan peiestarian dan peningkatan produktivitas .
anoa di Sulawesi dalam mencegah kepunahannya ... 4
Penampiian Anoa Dataran Rendah (Huhalzrs clepre~~sicorrzis) ... 7 Penampilan Anoa Dataran Tinggi (Huha1u.s quurlesi) ... 8
...
Peta katvasan konservasi. flom dan.fuunu di Sulawesi Tengah 13 ...
Peta penyebaran populasi anoa di Suiawesi 15
...
Tipe dan kapasitas saluran pencemaan pada ruminansia (sapi) 25
...
Anatomi organ reproduksi pada ruminansia jantan 28
...
Anatomi organ reproduksi ruminansia betina 31
Alur distribusi hormon reproduksi pada temak ruminansia ... 33 ...
Penyebaran kelompok urat daging baku (KUDB) pada hewan 40
...
Pengukuran dimensi tubuh dilakukan inenurut petunjuk Santoso (1 995) 45 ...
Pengarnatan tingkah laku bioiogi reproduksi 46
...
Poia atau tingkah iaku makan pada sekeiompok anoa 49 ...
Belahan seperdua bagian karkas 50
... Metode penguraian dan nama serta letak perototan pada karkas 51
... Pengeiompokan otot berdasarkan KUDB pada kerbau 52
...
Penampilan anoa jantan (Bubulus quurlesi) 54
... Penampiian anoa jantan (Bubaius depres.~icori~rs j $ 5
...
Tanduk BzrbuZzis q zruriesl dan ljzthuizrs deprc.zszcornrs 56
...
Anoa sedang menceiupkan dirinya ke dalam hxbangan air 60
...
Sifat ganas sesama anoa di penangkaran 63
...
Ahi\-itas percumbuan dan katiin pada anoa di penangkaran 69
...
Pertarungan antara anoa jantan dan betina yang sedang berahi 70
23 . Kapasitas reiatif organ pncernaan anoa de\vasa ... 76
...
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.
Anoa yang ditemukan di Sulawesi inerupakan hewan endeinik Sulawesi dan
masuk dalain kategori satwa yang dilindungi. Selain endemik, hewan ini juga dinyatakan
sedang inenuju kepunahan (endangered), yaitu pada Undang-undang No.7 tahun 1999
(Noerdjito dan Maryanto, 2001). Populasi anoa ini diketahui terdiri atas dua jenis
(spesies), yaitu Anoa Dataran Tinggi fBubalzt.s quurle.~i Owens, 19 10) dan Anoa Dataran
Rendah fHrtbu1tr.v depressicorni.~, Hamilton-Smith, 1 827).
Penelitian tentang keberadaan populasi anoa di Sulawesi Tengah, belum banyak
dilakukan. Sementara penelitian anoa di daerah-daerah lain seperti di Sulawesi Utara?
Sulawvesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, hingga saat ini baru satnpai pada pengamatan
dasar tentang konservasi populasi dan habitatnya. Penelitian tentang jumlah populasi,
kapasitas tampung dan kerapatan populasi anoa di dalam suatu habitat (wilayah areal) juga
masih sangat minim, sehingga prediksi jurnlah populasi anoa perwilayah belurn banyak
diketahui. Ssinsntara ketenaran flavor daging anoa di kalangan masyarakat yang ada di
wvilayah pedesaan di Sulawesi Tengah khususnya, tidak diragukan lagi. Demikian pula
tanduk anoa sebagai pajangan atau ~nitos untuk pengobatan hainpir semua lnasyarakat di
pedesaaan teiah mengetahuinya, sehingga tanduk anoa ini mudah ditemukan di setiap
ruinah rak~.at - \rang
-
ada di pedesaan. Hal ini pula me~nberikan petunjuk bahiva anoa,hampir setiap saat, setiap hari atau setiap bulan tertangkap dan dipotong untuk konsumsi
da?ingn!.a. Begitu pula perburuan. penangkapan dan petnotongan anoa dari habitatnya
juga terjadi. kstika ada anggota kzluarga Inelahirkan dan untuk doa keselamatan anak
yang baru dilahirkan dicarikan suinber daging dari anoa atau satwva lain seperti russ.
Metode penyelamatan populasi anoa seperti dalam bentuk suaka margasatwa (SM)
dan sejenisnya, juga dianggap belum memadai dan perlu diupayakan sistem penangkaran
khusus, sehingga sifat-sifat keseharian, tingkah laku dan biologi reproduksi serta pola
perkembangbiakannya dapat dipelajari. Hasil pengamatan ini dapat menjadi bahan rujukan
dalam penanganan di luar habitatnya (ex .vitu) atau dengan sistem budidaya. Pola
penanganan anoa untuk tujuan budidaya diharapkan dapat menjadi acuan untuk
penyelamatan populasi anoa secara meluas di Sulawesi.
2. Perumusan Masalah
Penanganan anoa secara sistem budidaya (ex situ) belum dilakukan, kecuali
dilakukan sebazai s a t m kesayangan atau pajangan. Di dalam pelestarian anoa di
Sula~vesi, adalah dengan mengupayakan metode pengembangan melalui budidaya hasil
penangkaran di luar habitatnya (ex situ) merupakan suatu yang perlu diteliti kemungkinan-
kemungkinannya, sebagaimana telah banyak dimulai dan dilakukan oleh w r g a
masyarakat. Faktor-faktor seperti masalah pakan dan reproduksi merupakan kajian yang
cukup psnting untuk diperhatikan di dalam kelangsungan budidaya satwa tersebut,
sebagai upa!.a mencari solusi pola penanganan di dalain tata laksana pemeliharaan anoa.
Penam pi Ian kzmampuan reproduksi yang dimaksudkan meliputi; aspek si klus berahi,
lama berahi dan gejala-gejala saat berahi serta aspek penampilan reproduksi laimya,
demikian pula sifat-sifat khas, pada perilaku reproduksin!.a, ~nenjadi faktor penting untuk
diainati dan diketahui. Demikian pula adaptasi terhadap konsumsi pakan, jenis bahan
pakan !-ang dapat dimakan ((7ulirruhlc.), sehingga anoa dapat beradaptasi lebih baik pada
kondisi budida!.a i e . ~ situ), demikian pula yang menjadi penting lagi adalah pengamatan
dasar tentang struktur;'sistem anato~ni saluran pzncernaan dan siste~n saluran reproduksi
(jantan dan betina), serta gambaran umum penampilan kelompok urat daging baku
(KUDB) yang mempunyai hubungan dengan aktivitas dan tingkah laku anoa di
habitatnya. Karena banyaknya perrnasalahan dan kajian-kajian dasar tentang anoa, namun
yang terpenting dari semua itu, adalah bagaimana anoa dapat dijadikan sebagai satwa
budidaya di dalaln mencegah kepunahannya.
3. Kerangka Pemikiran
Hasrl penelitian tentang anoa, baru terbatas pada hal-ha1 konsewasi habitat dan
belum banyak menyentuh potensi hewannya secara individual. Untuk menjadikan anoa
sebagai sahva budidaya, diperlukan ketersediaan informasi biologi dasar yang
menyangkut pengetahuan tentang sistein saluran reproduksi dan saluran pencernaan serta
perilaku spesifik yang ada hubungannya dengan tingkah laku reproduksi dan pola makan,
sekaligus jenis-jenis bahan pakan yang disukai oleh anoa, bark pada kawasan habitatnya
maupun di luar kawasan habitatnya, jika anoa hams didomestikasi menjadi sahva
budidaya. Faktor-faktor tersebut sangat membantu dalam menentukan pengaturan
perkembanybiakan, pengaturan tata laksana pemeliharaan dan pemberian pakan, sehingga
diharapkan optimalisasi reproduksi dan produksi dapat diwujudkan. Secara ringkas, kaitan
unsur-unsur penentu produktivitas disajikan pada bagan alir (Gambar 1 ).
4. Tujuan dan Kegurraan Penelitian
Psnslitian ini bertujuan untuk ineinpelajari dan mengetahui data dasar atau
garnbaran penampilan anoa pada kondisi penangkaran atau budidaya (cs srtzi), sehingga
diharapkan hasil penelitian dapat ~nernberilian masulian ataupun solusi di dalaln
Fenanyanan anoa, pada kondisi atau lingkungan penangkaran ataupun budidaya. Untuli
itut penelitian ini ~nencoba menemukan data dasar !.an2 rnzliputi karakteristik anoa, siklus
reproduksi dan tingkah laku kawin, pola makan, adaptasi serta tingkah lakunya, dan
gambaran dasar penampiian kelompok urat daging baku (KUDB) pada karkas menurut
fungsinya. Sehingga gambaran umum aktivitas dan pola serta tingkah laku anoa di
habitatnya sudah dapat diketahui sedini mungkin.
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan di dalarn
mengarnbil kebijakan pelestarian anoa, di luar habitat aslinya (ex situ) atau pada sistem
penangkaran maupun pada sistem budidaya.
REPRODL-KSi DAY
REPRODUKSI
Gambar 1 . Bagan alir unsur penentu kebijakan, pelestarian dan peningkatkan produktivitas anoa
di Sulawwsi
TINJGUAN PUSTAKA
1. Deskripsi Anoa
1.1. Silsilah dan Penamaan Anoa (Bubulus sp.)
Anoa (Hubalus clepressicori71.v dan Huhrtlzcs yuurle.si), atau nama lokal untuk
daerah di Sulawesi Tengah adalah "nua" (bahasa Kaili). Anoa ini adalah salah satu di
antara 79 (62%) dari fauna yang tergolong ke &lam hewan marnrnalia, sekaligus
merupakan hewan endemik Sulawv-esi. Grzimek (1972) menyatakan bahwa anoa (Subalus
sp.) adalah salah satu margasatwa dan fosilnya hanya ditemukan di Sulawesi. Slijper
( 1954) menyatakan hewan berkuku genap dalam ha1 ini termasuk anoa, dapat diturunkan
dari Eorrugu.c pada zaman I ? Z I C I C Z ~ ? ~ I dan dari Hon~ocou'ontrdue pada zaman mioceerz,
sehingga sejarah keturunannya adalah dari genus Bubulus (Tabel 1).
Tabel 1. Hubungan pohon evolusi dari Sub-famili Bovinae atau kumpulan Bovidae
j Suh-Fad\- Genus Sub-Genus W ~ l d spesies Domesliliasi & Liar
I I
+
Bos d Punah + Bus taurus (bangsa sapi)Bos indicus (bangsa sapi)
C
Bos /Rihos) Bos (Bibos) Banteng. Bangsa sapi BaliRo.s (Hihm) Hihosfronmlrs (nlithan)
+ Bibos G I I I ~ I I . Y Gcii~r
Bos .sm~~rli
I
4
Poephagus Ro.s Pa~yhag~ns(yak liar)
Sub famili Bi so)l -+ .---) B I S O / I - ~ ~ S O ~ I
Bovinae Bisorl bot~arrzrs
Bilhcrlr~s
-
3. t ~ r t ~ i fKerbntfdcrttwrrrr Asia) liar H. tlrl,'re.s.si~or~ris
(Anoa)
Yak domestik
Blson AmenIia I I
Bison Eropah I
Bzlbalzrs Brrbalzrs (Semua jerus
/
herbau sungar dan lumpur)
B.d (Iepre~srcort~r\ (a dataran I
rendah) dan B d quarlesi
,
(anoa pegundngan)Tamaraw di Pulau Philiprna
L)
.XI
IIcerlo(herban 4fr1La) S!nCerus caffcr nanus (herbau Congo) (taiyung perlgharapan)
Sumber: Williamson dan Pa\.ne ( 1 9 6 ) dan Reksohadiprodjo (1984).
Bila ditelusuri lebih cennat tentang postur tubuh anoa ini, maka banyak
mempunyai persamaan dengan ternak kerbau seperti tubuh yang kompak serta postur
kepala dan muka. Bahkan di daerah-daerah tertentu, anoa ini juga sering disebut "kerbau
cebol" (Pilgrim, 1939), demikian juga Groves (1969) menyatakan bahwa anoa mempunyai
persamaan dengan leluhur Vi/lafrunciu, genus Hettzihos dan bahkan dengan Proamphibos
pada zaman Plrocene.
Taksonomi dan klasifikasi hewan mammalia, termasuk kerbau dan anoa ini, yang
secara rinci telah direkomendasikan oleh Fahimuddin (1973), bahwa anoa masuk ke dalam
Bos Bubaiu.~, sebagaimana disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Posisi taksonomi anoa dan kerbau dibandingkan dengan hewan lainnya (Fahimuddin, 1973).
i Klasifikasi I Keterangan
0rd0 i LIngzrkrtu
I
M ~ M / ~ U herkukuSub-order
I
Artiodactjdes I/
a. ~ u i n a1
Famili Suidae1 b. Tragulzna I Chevrotains
! c. Dlopoda
i
Camels (onta)I d. Pecora
1
True rumhans,
Famili I a. Cen-idae 1 ~ t t e rI h. G~rq,ffide Giraffes
c. Antrlocopr~~lor Prongbuck
1
I d Bn\*ldnt. Ruminants (sapi, doinba kerbau), dan & 1
/
Sub-fami 1s Bov~rzcle Cattle (sapi) Ij
Genus Ros !I
1
Sub-genera : (Sub group)1 a Tarrrit~e - Sub-~oup
-
Bos raurus (sapi Eropah)i - BO.F rndrcus (sapi berpunuk)
b R~ho~./tre - Sub-group - H ~ Y ga11r1t.5
I
I- Bc)x.fiot~tcr/rs (gayal) I
I
-
Bo.5 sotzda~cr,~ (banteng) Ic Bl~olltltle -Sub-group
-
BOA przrrretis (yak) 1-
Hos bot~at~rr.s (bison Eropah), - Bo\ hrso11 (bison Amenka)
d. Lrprobo\-o~e (extinct) Fosil lsapi bertanduk panjang)
I I
e Hrrbir/rire - Sub-group
-
Ho\ /Hr~ha/ns) b~rrhirhs (kerbau) I I- No\ iH1lb~71n sj nrnrdorrii~r r (tarnaralt )
!
-
BOA (Hubatus) clepre.~, rcow?rs (anoa) i 1- Ho\ iHirbaiirs) caf'fcr (kerbau cafe)
1
1.2. Karakteristik Penampilan Anoa
Anoa yang ditemukan di dataran rendah (Bubalus depressicornis), umumnya
[image:167.598.51.512.27.777.2]berwarna hitam dan mempunyai postur tubuh yang besar (Gambar 2).
Gambar 2. Penampilan Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis).
Sedangkan anoa yang ditemukan di hutan-hutan dataran tinggi (Bubalus quarlesi),
mempunyai penampilan agak kecil dan umumnya berwarna kuning kehitarnan atau pacia*
anak benvama krem, dan bulu badan halus menyerupai wol (Gambar 3).
Kasim (1998) melaporkan bahwa saat ini anoa, baik untuk Anoa Dataran Rendah
(Bubalus depressicornis) maupun Anoa Dataran Tinggi (Bubalus quarlesi), sudah tidak
memiliki habitat yang khas lagi. Kadang kala Anoa Dataran Rendah (Bubalus quarlesi)
dapat ditemukan di dataran tinggi dan sebaliknya Anoa Dataran Tinggi (Bubalus
depresszcor~zls~ juga dapat dijumpai di daerah-daerah dataran rendah. Pendapar senada
j uga dikemdakan oleh Groves ( 1969) dan Whitten er ul. (1 987).
-
Gambar 3. Penampilan Anoa Dataran Tinggi (Bubalus quarlesi)
Uni Internasional untuk Pelestarian Alam dan Surnberdaya Alam (International
Union for the Conservation of Nature and
Natural
Resource) di Cambridge, Inggns didalam bukunya "Red Data Book" menyatakan bahwa anoa di Sulawesi, adalah salah satu
di antara 16 jenis satwa liar yang rawan, terancam punah, langka dan menghadapi bahaya
kepunahan (Whitten et al., 1987). Hasil pemantauan di Sulawesi Utara pada akhir abad
ke- 19, menunjukkan bahwa Bubalus depressicornis masih mempunyai daerah penyebaran
yang luas dari ujung Utara Sulawesi. Bahkan setengah abad lalu Bubalus depressicornis
masih mudah dijumpai di dalam hutan di daerah Bolaan Mongondo dan Gorontalo.
Kemudian semenjak itu terjadi penurunan yang sangat drastis. Selain karena kerusakan
habitat anoa, keadaan itu juga akibat peningkatan pembukaan hutan-hutan tempat hidup
(habitat) satwa endemik ini (Whitten et a!., 1987).
Di daerah Sulawesi Tengah, populasi anoa ini juga sudah mulai menurun, karena
habitat anoa mulai terdesak, banyak anoa yang terperangkap oleh jerat, dan dipotong
sebagai hewan penghasil (sumber) daging oleh masyarakat di daerah-daerah pedesaan
(Kasim, 1998). Faktor lain yang turut mempercepat penurunan populasi anoa, adalah
adanya kegiatan perburuan liar oleh masyarakat, di samping seinakin sempitnya habitat
dan adanya peningkatan kegiatan eksploitasi hutan, konversi hutan menjadi lahan
pertanian, penempatan transmigran, pembukaan hutan
untuk
kegiatan perkebunan olehmasyarakat setempat. Di gunung Roroka Timbu di bagian Timur Laut Tarnan Nasional
Lore Lindu sampai akhir tahun tujuh puluhan masih banyak dijumpai jejak anoa dalam
bentuk feses ataupun jejak (bekas tapak kaki). Akan tetapi kemudian pada kunjungan
berikutn>a sedikit sekali dijuinpai tanda-tanda keberadaan anoa, sementara jerat dan
perangkap yang dipasang banyak ditemukan jejaknya (Whitten et a/., 1987).
Menurut Hooijer (1 946), kemudian Whitten et a/. (1 987), anoa biasanya hldup
sendiri-sendiri, tetapi pernah juga ditemukan dalam kawanan (5 ekor) di hutan Gucung
Nokilalaki. Penamaan anoa (Bubalus sp.) di Sulawvesi, bergantung pada daerahnya, seperti
pada prnberian nama anoa di bagian Utara Sulawesi (Gorontalo) disebut unuung.
buizdugo fzctti dan ada pula menyebut buluturzi. Di daerah Sulawvesi Selatan disebut
dungko. lai?gkau dan ada menyebut soko, seciangkan di Sulawesi Tengah, urnumnya
dikenal unou (DPPA, 1978: dan Whitten et crl. (1987). Penemuan Kasim (1998)
melaporkan bahwva nama lain anoa di Sulawesi Tengah adalah "bakulu ", (untuk orang
Eugis). --bc~tilzr" (untuk orang Dampelas), sementara orang Kaili menyebutnya dengan
naina . . I I Z I U " . dan orang Kulawvi menyebutnya dengan "luplr" dan dl daerah Buol
menyebut -'h trkl!\*u".
Bentuk tubuh anoa mirip ternak kerbau atau biasa disebut kerbau cehol. Pada anoa
(Hubulus depressicornis) memiliki tinggi pundak antara 80-100 cm, sedangkan anoa
(Huhu1u.v quurlesr) antara 60-75 cm (DPPA, 1976). Deskripsi ini, sama dengan lapora::
Groves (1969) yang mciqztakar; bahxa anoa dataran rendah relatif lebih besar
dibandingkan dengan anoa yang ditemukan pada dataran tinggi. Hal ini juga dilaporkan
ole h (Noak, 1 99 1 ) bahwa bobot badan Bubalus depressrcornrs mencapai 300 kg sementara bobot badan untuk Rubalus quurlesi hanya mencapai 150 kg. Lanjut Groves (1969)
menyatakan bahwa Bubalus depressicornis mempunyai ekor lebih panjang, kaki putih dan
tanduk yang besar, sedangkan anoa gunung (Bubulus quarlesi) relatif lebih kecil,
mempunyal ekor yang lebih pendek serta tanduk berbentuk kerucut dan rata. Sementara
bentuk kepala menyerupai kepala sapi (Bos), kaki dan kuku menyerupai banteng (Bos
sonduicus). Pa& kaki bagan depan (metacarpal) benvama putih atau mirip sapi Bali,
namun mempunyai garis hitam ke ba~vah. Tanduk anoa umumnya mengarah ke belakang
menyerupai penampang yang bagian dasamya tidak bulat seperti pada tanduk sapi,
melainkan menyerupai bangun seti-tiga seperti pada tanduk kerbau (Walker, 1968).
Penampilan anoa (Huballis depressicornw) pada usia dewasa mempunyai wama
bulu badan cokelat hitam sampai hitam, tetapi jarang, sedangkan bulu pada anak berwarna
cokelat dan keadaannya lebat, sementara bulu parla bagian kaki benvarna putih sampai
putih kekuning-kuningan. Pada anoa (Bubulus qzmrlesi), bulu pada usia dewasa berwama
cokelat ma sampai hitam dan kadang-kadang memiliki bulu badan yang tebal sampai usia
dewasa. Deskripsi tentang postur tubuh anoa (Buhuizrs quuriesi) secara rinci dilaporkan
oleh Kasim ( 1998) untuk anoa jantan dengan uinur antara satu sampai dua tahun, rataan
bobot badan 27 kg, tinggi pundak 57 cm, panjang badan 60 cm, lingkar dada 67 cm,
lingkar paha 18 cm dan lingkar lengan 15 cm. Sementara ukuran-ukuran tubuh anoa
(Bubulus quurlesi dan Hubulu,~ depressicornis) menurut hasil penelitian terdahulu
[image:171.601.45.542.27.762.2](Groves, 1 969) disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Ukuran-ukuran dimensi tubuh anoa (Hubulus quurlesi dan Hubulus depres.sicornis).
Keterangan : dpt = dari panjang tubuh
I No.
1.
1 2.
1
3. j 4.1.3. Penyebaran Populasi Anoa di Sulawesi
Berdasarkan pada penemuan Grzimek (1972) dinyatakan bahwa fosil anoa hanya
ditemukan di pulau Sulawesi. Walaupun di luar pulau Sulawesi seperti di pulau Mindoro Bagian tubuh
Tinggi pundak (cm)
Tin@ punggung (cm)
Philipina: ditemukan spesiesnya yang disebut Tamaraw (Ruhulus mindorensis) dan di
Afrika disebut kerbau caffe (Htrbultcs cufer).
Anoa ; Anoa
(H. quurlesl)
/
(R. depressicornls)I
Pustaka75
I
80 - 100 Groves, 1969
I 76
-
98 Syam, 1977I
Panjang tanduk betina (cmf
/
relatif sama/
18 - 26Panjang ekor (% dpt)
1
I 14,6-17,8 i 19,8 - 25,8Di Sulawvesi Utara, menurut Whitten et ul. (1987) pada akhir abad Ice 19, anoa Syam, 1977
I
(Bubalzcs depressicorizis) masih mempunyai daerah penyebaran yang luas, ke uj ung Utara Panjang badan (cm)
I
1
12*- 153 I 170 - 188 Panjang tanduk jantan (cm)1
15 - 20 27 - 37Sula\vesi. Bahkan setengah abad lalu masih mudah di-jumpai di dalam hutan Bolaan Groves, 1969
Mangondo dan Gorontalo. Kemudian semenjak itu perubahan te jadi sangat drastis dengan
peningkatan psmbukaan usaha-usaha perhutanan, yang merupakan tempat hidup sativa
endemik ini. Whitten et a/. (1987) menyatakan bahwa anoa di daerah Sula\vesi Utara;
meliputi \\-ilayah Gorontalo, Minahasa, Likupang, Lempias, daerah Limpe, kemudian di
areal hutan Langowan dan Pangku masih banyak ditemukan. Demikian pula menurut
Mohr (1 92 1) serta Mustari (1 995) melaporkan bahwa anoa dataran rendah (Hubulus
depressrcortzrs) banyak ditemukan di daerah-daerah Minahasa (di lereng Gunung Klabat).
Hasii penelitian Gunawan (1996) di Sulawesi Ulara, menyavakan bahwa penyebaran
populasi anoa dari spesies RUBUIW depressicorrtw, ~neliputi Talnan Nasiot~al Dulnoga
Bone, ivlinahasa, Manado, Gorontalo dan Bolaan Mangondo; sedangkan spesies anoa
(Bubaius quariesij juga ditemukan di daerah Manado, Taman Nasional Bone dan di
daerah Gorontalo.
Di Sulawesi Tengah, u t u k anoa dataran tinggi (Bubalus quar/e.\r), banyak
ditemukan di daerah Tomini, Malinang dan Randangan. Demikian pula di daerah Lindu,
Besoa, Bada, Topebatu (Posoj, di daerah Toli-toli dan Buoi serta wiiayah Ba~~ggai &[I
Tobungku, masih banyak ditemukan. Sementara di daerah pantai barat Sulawesi Tengh
(Kabupaten Donggala) anoa ini inasih ditemukai & b ~ b e i ~ p ieiiipiii icficiiiii sepiti & daerah-daerah aliran sungai (DAS) (Kasim, 1998). Hal ini senada dengan pernyataan Arnir
&an Wind (197%) yang j u g menyatakan bahwa anoa, urnumnya hidup rii i~uiar~ ya118 i ~ b a i cii dekar aiiran sungai, danau, raws-rawa, suinber air panas yang lnengandung mineral dan
di scprijii~~g piniai. Seillttr~iiira hasil peneiiiiar~ Eismark dan Guilawan j 1866 j rnelaporlial~
bahwa anoa mempunyai habitat yang spesifik dengan komponen dan sebslran iohsi yang
Japai ~licrlunjang kebutu'nan pakan dan perilakunya dari pada Iokasi yang terbuka seperti
padang rumput, jarang dihuni. Habitat anoa di Sulawesi Tengah rersebar di daeran
n . vvlis_ra:;l <la:uiidb), T\ili-i\ili diiii Buol, Tii~irai-I Nasiona'l Lure Lindil, Cagai Aiam Lore
Kaia~ilallii &ail TvIorowaii, nalnun beiuln ada peneiitian yang mencoba mengidentifihasi
spesies anoa ?an2 ada di tiap-tiap kawasanl'habitat (Kasim, 2000a).
Usaha-usaha dalarn penyelamatan kepunahan satwa, di daerah Sulawesi Tengah,
pemerintah telah banyak mengalokasikan hutan sebagai daerah penyangga untuk
perkembangbiakan satwa liar, terrnasuk usaha pelestarian populasi anoa. Hingga tahun
1998 pemerintlh telah mengeluarkan Surat Keputusan (SK), yaitu 10 lokasi Suaka
Margasahva (SM), 8 lokasi Cagar Alam (CA) dan 10 lokasi dalam bentuk Taman
[image:173.598.53.553.24.718.2](BKSDA, 1995), seperti pada Gambar 4.
Gambar 4. Peta kawasan konsewasi-flora dan fauna di Sulawesi Tengah
Namun deniikian realisasi pelaksanaannya beqjalan lanibat, karena hanya bertumpu
pada upaya pcrlindungan habitat asli (in situ) yang tingkat kcberhasilannya masih bclum
ielas. IIasil penelitian Andi Nuilaela (2001) di 'CZ'ilayah Kecamatan Palolo, dan yang
ienijasuk kc dalizii-I kawiisan Taiiiai-I ?u'asioiial Lore Liiidii, diiemukaii hasil piiaiigkapan
dan pernotongan anoa pada tahun 2000 adalah 5 ekor, pa& t ~ h u n 1999,28 ekor Oan tahun
I n n o 1- t -...- 1:. ---.- 1--- 1 0 7
711u ,,c uawa:i U L C L I I I L I ~ Q I I ckoi. Oleh seSa5 itii, iiiasih p r l u Ciupayaksa tcrobosaii
iaiii yang menjamin pelestarian anoa tersebui. IIasil penelitian Kasim (2000a.) di luar
kawasan huian Taman Nasional Lore Lindu (TNLlj, penangkapan, pemburuan &n
pernotongan anoa hampir tidak a& bedanya, s e ~ r t i yang di!akiwI
di
katvmn hutmdi
vYilayah Kccamatan Tawacli, jumlah pcnangkapan dsn pcrnotongsa mcncapai 120 ckor.
Semenara Xasil peneliiian
di
wilayah Kecamatari Dampelas, penangkap clan peniotongan 'tebih besar la@, yaiiu mencapai 631 ekor (Kasim, 200Gb). Jadi &patdisimpulkan di sini b h w a di dalam kawasan konsemasi maiipun di lw, perburuan tetap
ada dan tztap tc jadi pzmotongsii snoa tzrscbut.
3 i herah Sulawesi Selatan, anoa ditemukan di pinggiran danau h.%am, Towtiti
dan Lalarigat-0. Selain iiii, Mustail ( 1995) nieiiemukaii anoa di kawasan Luw-i, hlamiiljii
k n Endrekang. Anoa di kawasan hutan hfajene, \,lratampone cian di Guiiung Latimojong
dilapikan olch Whitten et a!. ( 1957).
Seixentara di Sulaivesi Tenggara, anoa dijumpai pa& wilayah Siiaka IcIargasatwa
Tanjung Ailiokiigo daii Tanjiiiip Baiikolo, di Tanian Nasional Rawa A o p N'aiumohai
dzn j ilga tsidapat ddi Kabupaten Kolaka.
Di S ~ l a w s i Tziiggara, anoa banyak Citcmukan di kawasaii Tamaii Nasiona! Rai-a
dan di hutan Lalembo (Gunawan, 1995). Keberadaan anoa di Pulau Buton Utara (Sulawesi
Tenggara) dilaporkan oleh Santoso ( 1990).
Penyebaran anoa di Sulawesi, menurut Mohr (1921) dan Groves (1969) secara
rinci disajikan pada ilustrasi/Gambar 5 (A dan B).
[image:175.592.48.542.25.772.2]I
jGambar 5. Peta penyebaran populasi anoa di Sulawesi
1.4. Populasi Anoa di Habitatnya
Sebelum membahas tentang pola penyebaran populasi anoa, yang penting
dipahami adalah definisi tentang populasi. Menurut Odum (1 97 1) populasi adalah
kumpulan mahluk hidup yang berspesies sama atau ~nemiliki kesamaan genetik clan secara
bersama-sama mendiami suatu tempat tertentu dan dalam waktu yang sama pula.
Sementara dalam bidang pengelolaan satwa liar, Alikodra (1990) menyatakan bahwa
populasi adalah kelompok organisme yang terdiri atas individu-individu satu spesies yang
mampu menghasilkan keturunan pang sama dengan tetuanya. Populasi satwa liar,
berfluktuasi dan waktu ke waktu mengikuti keadaan lingkungannya. Fluktuasi populasi
satwa liar ini dipengaruhi oleh beberapa parameter seperti angka kelahiran, angka
kematian, kepadatan populasi, struktur umur dan struktur kelamin. Bila demikian maka
ada tiga kemunglunan, yaitu; 1). jika angka kelahiran lebih besar dari angka kematian,
populasi akan berkembang, 2). jika angka kelahiran sama dengan angka kematian,
populasi ahin stabil, dan 3). jika angka kematian lebih besar dari angka kelahiran,
populasi akan menurun (Alikodra, 1990).
Gambaran umum jumlah dan kepadatan anoa pada suatu habitat ~uaka'
-Margasah\-a (MS) telah dilaporkan oleh Mustan (1996) bahwa di Sulawesi Tenggara,
dengan luas areal 500 ha ditemukan hanya 8 ekor anoa yang dicatat berdasarkan metode
konsentrasi, 11 dan 12 ekor anoa ditemukan berdasarkan metode jalur dan 10 ekor anoa
diteinukan berdasarkan metode jejak kaki, sementara ratio antara anoa jantan dengan anoa
induk adalah 1 vs 1, perbandingan anak, setengah dewasa dan dewasa adalah 2 vs 1 vs 5
dengan kepadatan populasi 1,6 ekor anoa/kmS. Sementara di Sulawesi Utara, di Cagar
Alam Gunung Tangkoko Batuangus, Syam ( 1978 ) melaporkan bah\va jumlah anoa yang
ditemukan hanya berkisar antara 38-62 ekor pada iuas pengamatan lebih kurang 3.000 ha.
Kemudian di Sulawesi Selatan, Tikupadang et 01. (1994) mengamati anoa, pada wilayah
Kali Katumpa, di pegunungan Karuru dan Maliwungi, dengan luas areal pengamatan 240
ha, menjumpai anoa (Bubalus quurlesi), sebanyak 81 ekor, dengan komposisi 27 ekor
jantan, 42 ekor betina dan 12 ekor anak dilakukan berdasarkan jejak kaki. Sementara di
Sulawesi Tenggara, Gunawan (1995) mengamati populasi anoa dengan luas pengamatan
50 ha, masing-masing di hutan Lahalo, Laea, Mando-mando, Lanowulu dan di hutan
Lalembo ('Taman Nasional Kawa Aopa Watumohai), menyatakan bahwa kerapatan anoa
rnencapai 6,6 ekor/km2 dengan taksiran populasi dapat mencapai 68 ekor. Di Sulawesi
Selatan, di hutan Kambuno Katena, Kabupaten Luwu, jumlah anoa yang dijumpai antara
38-92 ekor, namun luas areal pengamatan mencapai 5000 ha.
Walaupun demikian, kondisi anoa sebagai satwa endemik di Sulawesi, secara
menyeluruh sudah dikategorikan terancarn punah (endangered) atau dalam kategori
"menqu kepunahn" (IUCN dan NIX. 1972). Menanggapi hal ini, Kasim (1999)
menyatakan bahwa faktor-faktor yang turut mempercepat kepunahan anoa di Sulawesi,
karena penlngkatan areallhabltat anoa yang beralih fungsi sepertl pembukaan hutan untdk
perkebunan, Hak Pengusana Hutan (iiPHj, sementara perburuan oieh masyarakat di
pedesaan masih tetap berlangsung.
2. Pertumbuhan Komponen Tubuh Aewan atau Ternak
Pertumbuhan merupakan dasar yang esensiai cialam semua proses kehidupan cian
sangat erat kaitannya dengan produksi, terutama j ika di hubungkan dengan produksi
pertanlan pada umumnya dan produksi peternakan secara khusus.
-.
Pada anoa (Hubalus sp), karena masih berstatus hewan liar dan dilindungi oleh
undang-undang, sehingga pendataan tentang proses produktivitasnya (biologi d m
reproduksinya) belurn banyak diketahui sebagaimana pada ternak lainnya seperti pada
sapi, kerbau, kambing dan domba (Tabel 4).
Tabel 4. Data-data biologis beberapa jenis ternak dan anoa
I
1. ~ o b o t Wir (kg) 2. Bobot CEeWasa (kg)i
4.1
Produksi. ekonomis (th)1
5.1
Lama bunting (hr)1
6. Umur dewsa (th)1
7./
Sikhs kelamin 8. , Siklus estrus (hr)I 9.
:
Periode estrus (jam)'
10.1
Perkaminan (waktu) 1 1. I Owlllasi (estrus)12. implantadfdsasi
13. JumlaMcelahiran
16.
1
Volume darah (mVkg) 17.1
Kolesteroi (mg/lOOml)1
1 8 1 Putins susu (buah) i 19 Plasenta20. Uterus.
-
komua- p*iag
(cm); 2 1. Rumus gigi
22-50 300-600 mak.0,889
*
15 275-283r 2
poiiestrus 17-20
6-30 estrus 10-15 " 25-35 1 (2b) 38-39 40-58 52-63 80- 170 4 sem~plasenta 3 25-40 0033 4033 2h'=60 Anoa 7 25-40 300-700 mak. 1,163~ 15-20 3 16-320 i 3 poliestrus
2 1 24-30 estrus 15-20 "
-
1 (2jr) 37-38,7 35-70 50-55-
semlplasa~ta 2 27-360033
4033 2 x 4 8I -4 20-80
-
6-8 144-157 2-3 poliestrus 2 11-2 hr
estrus
-
-
1-4 38-40 70-80 5 7-89 55-210 2 semiplasenta 2 10-12 idem 25=60 Kerbau 4 Sapi 3 No. 1I 1-5
I 20-100
I
-
8-9 152 * 2poliestrus
14-19 1-2 hr estrus 18-40 "
9-1 la
1-3 39-40 70-80 59-74 50-140 2 semiplasenta 2 10-12 idem 2N=54 Keterangan 2
-
150-300'-
-
275-3 15*
2 IS-
18-24 '
-
estrus-
-
-
-
-
-
-
4"-
2C'-
idem 2N=44, 45,46 Kambing 5j 23. Lama hidup (th)
1
20-301
20-10 8-18 10-201
15-20Keteranean- &pet& dan Smith dan Soesanto (1988). a = Isliandar dan Santoso (1983). b = Ganlober et aI. (1995):
c = Kastm- 1998. d = Kastm (2000). e = \\'allier (1968). f = Will~amson dan Pape (1978)
Domba 6
Adan\-a perbedaan produktivitas pada masing-masing bangsa ternak, menurut
Soeparno (1992) genetik seekor hewvaiv'temak akan menentukan batas tertinggi
pertumbuhan. termasuk pertumbuhan jaringan, komposisi tubuh dan kerkas. Sementara
faktor lingkungan seperti nutrisi mzrnpunyai hubungan langsung dengan Iaju pertumbuhan
dan komposisi tubuh sclama pcrtumbuhan. Hal ini tentunya menarik untuk dikaji dan
dipeiajari, pada anoa ini, selain karena "endemic" juga populasinya termasuk dalam
kategori "menulu kepurtahan" atau status terancam punah (endangered) sejak tahun 1932
(IUCN dan NR. 1972).
3. Hubungan antara Pertumbuhan dan Nutrisi Pakan
Desknpsi urnum mengenadtentang ruang domisili anoa di alam atau pada
lingkungan habitatnya, merupakan satah satu bagian terpenting untuk diketahui. Hal ini
berhubunga