• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi anoa (Bubalus depressicornis dan Bubalus quarlesi) sebagai alternatif satwa budidaya dalam mengatasi kepunahannya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Potensi anoa (Bubalus depressicornis dan Bubalus quarlesi) sebagai alternatif satwa budidaya dalam mengatasi kepunahannya"

Copied!
276
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)
(142)
(143)
(144)

Oleh

:

(145)

Dan jilgathh, ketika Tuhenmu berkata

pad8 malaikat

sesungguhnya A ku akan rnenjadikan

seorang khaljFah

di muka bumi (QS. A/-Baqarah : 30)

Diserfasi ini

kupersembahkan kepada istniku

(Pumama wati)

iercinia

den anak-

anakku

(Adi

Sastra

dan Nur Intan)

tersayang

sebagai penebus lam

disaaf-saat

kalian

merasa

dikesampingkan

setama

papa dalam pendidikan

dan penuJisan

disertasi

jni.

Dan orang-orang yang berka

fa

:

'Ya

Tuhen Kami Anugemhkanlah kepada kemi Isfsi-isfri kami

dan

keturunan k m i sebagai

penyenang

hati (kam,;E,

dan

jadikanlah kami

imam bagi

orang-orang

yang bertaqwa
(146)

ABSTRACT

KAH ARUDIN KASI M, The Anoas; Buha/us depressicornis and Rubulus quurlesi as Alternatives for Domesticated Animals in Preventing Their Extinction. Under the direction of H. R. EDDIE GURNADI, H. ASIKIN NATASASMITA, D.T.H.

SIHOMBING, WASMEN MANALU and H. SURYAHADI.

Anoa is one of the wild animals endemic to Sula\vesi island of Indonesia. The anoa is protected by law ("Undang-undang No. 5, 1990") and has been classified as an endemic-wild-animal extinction (endangered species). A research had been conducted on this animal, since the second half of 1999 to 2001. The objective of the research is to study and gain knowledge on the animal's characteristics. The studied characteristics are; behavior and adaptation, muscle tissue of the carcass, reproductive cycle, digestive tract, as well as the anoa's feeding and handling methods. Further 0bjectiw.e is to find out a solution on the problem of protecting thls endangered species. It was suggested that domestication might be one of the problem solving.

The study was mainly undertaken at three different places, are: at Palu, Central Sulawvesi (two years): the 'TMS Ragnan', and the 'TSI Cisarua' Bogor, approximately one month at each of the last hvo sites. There were total 22 animals were observed with distribution as follow.

a. Central Sulawvesi; 10 animals, consisted of 5 beasts of R. depressicornis and 5

beasts of B. quurlesi.

b. 'TMS Ragunan'; 6 animals (1 female of B. quarlesi, and 5 beasts of B.

depressicornis which were 2 males and 3 females); and

c. 'TSI Cisarua'; 6 beasts of B. depressicornis, which consisted of 5 femeles and 1 male.

The results of the stud? indicated that:

1) Each of the two species (R. deprec trcor17r.v and R. yuarle~i) has specific characteristics that distinguish one from the another, such as body performance and animal behavior.

2). Both species (B. depressrcorni.~ and B. qtturlesi) have been able to adapt to the

\ arious kinds of feedstuffs, as well as to survive in a new living environment (ex

rlrzr t. indicating that there is a chance for domestication.

3). High production forage grasses, such as Bruciziar~u n~tlricu, Penni.setunt ,nurpur~'u171, and Punrcunr ~rtun-rrttwn are fairly palatable to the anoa; as well as concentrate, and agricultural residues, such as 'kangkung' and cassava leaves, banana and banana's skin. sueet potatoes and cassava.

(147)

5). The physical fighting of the same or different sexes caused anoa become more soliter.

6). Anoa (Huhulus sp.) has been suggested to have specific performance on 'muscle group index'; (MGI). This indicated that both species have different activities in their different habitats, including foraging habitat of the animals and topography of their living habitat.

(148)

ARSTRAK

KAH ARUDIN KASI M, Potensi Anoa (Huhalus depressicornis dan Rubalus quarlesi) Sebagai A1 ternatif Satwa Budidaya dalam Mengatasi Kepunahannya. Di bawah bimbingan H. R. EDDIE GURNADI, H. ASIKIN NATASASMITA, D.T.H. SIHOMBING, WASMEN MANALU dan H. SURYAHADI.

Anoa adalah salah satu satwa liar endemik di Sulawesi (Indonesia) dan dilindungi

oleh Undang-undang No. 5 Tahun 1990, dan masuk kategori satwa liar yang rawan dan

terancam punah (eitdui~gered). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari

sedikit tentang tingkah laku dan adaptasinya, baik terhadap karakteristik anoa dan pola

penanganan,

-

pemberian pakan dan tingkah lakunya, siklus reproduksi dan bihaviornya

serta gambaran organ pencernaan, reproduksi

serta

gambaran perototan pada karkas anoa.

Sehingga di dalam mengatasi kepunahannya diharapkan di dala~n penelitian ini

dite~nukan solusi pemecahannya, lninilnal sebagai satwa budidaya. Untuk tujuan tersebut,

telah dilakukan penelitian se-iak akhir 1999 sainpai 2001. Lokasi penelitian, masing-

masing di Palu (Sulatvesi Tengah) setanla kurang lebih dua (2) tahun dan di TMS

Rapnan dan di TSI Cisarua Bogor, masing-masing selama kurang lebih satu bulan. Anoa

yang dilibatkan & dalam pengamatan ini, adalah sebanyak 22 ekor, masing-masing 10

ekor anoa yang ada di Sulawesi (Palu dan sekitarnya), 6 ekor anoa di W S Ragunan dan 6

ekor lagi anoa yang ada di TSI Cisarua Bogor. Di Palu Sula\vesi Tengah, spesies anoa

yang dilibatkan terdiri atas 5 ekor Bubuius depressicornis dan 5 ekor Bubuius quarlesi,

sementara dl TMS Raguanan dan satu ekor betina Bubaitij quurlc.sr dan 5 ekor Bubuiqs

depres.\iconii.s ( 2 ekor jantan ban 3 ekor betina). dan di TSI Cisaria Bogor terdiri atas 5

ekor beti na .<itou &pi-essicoi-nis dan 1 ekor jantan L4izoa depressicorizu. Hasil penelitian

menunjukkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: I). Kedua spesies anoa (Bubulus

depressicoritis dan Bubulus quctrlesi) memiliki karakteristik dan kecirikhasan tersendiri,

seperti performans dan tingkah laku yang khas, 2). Kedua spesies anoa (RuBuiu.\

ilt?pre.,.tr~orr~r\ &in Bubulus ytrur/c..\~j telah matnpu beradaptasi, baih dart segi adaptasinya

terhadap psrilaku kehidupan maupun terhadapenis bahan lnakanan yang ada pada kondisi

ex .~;tzl, sehingga

--

~~~e~~iun&iriE:an

-

dl-~adikati sat\\-a budidapa, 3). Jenis bahan makanan yang

cukup dissnangi dan mempunyai produksi tinggi antara lain adalah jenis ruinput

~ ) ~ U C / I I L ~ ~ ! L I I ? I L I ~ I C U . rumput Ga_iah. rumput Bengala, sedangkan dari limbah pertanian

(149)

pohon, serta konsentrat, 4). Perilaku kawin pada anoa, harus melalui pertarungan adu

fisik, baik antara jantan dengan betina maupun sesama jantan di dalam perebutan anoa

betina, 5). Pertarungan adu fisi k, bai k karena perbedaan jenis kelamin maupun antar jenis

kelamin yang sama menjadikan anoa lebih banyak bersifat "soliter", 6). Anoa (Hubalus

sp.) memiliki penampilan pada indeks KUDB yang khas dan menunjukkan kedua spesies

anoa di lingkungan habitatnva meinpunyai aktivitas yang berbeda, baik dalam mencari

kebutuhan makan maupun karena kondisi topografi pada kedua habitat, 7). Penainpilan

indeks KUDB anou (Bubulus depressicornis dan Bubulus quurlesi) adalah khas

(150)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang be judul:

POTENSI ANOA

(Bu balus depressicornis

da

n

Bu balus quarlesi)

SEBAGAI ALTERNATIF SATWA BUDIDAYA DALAM MENGATASI

KEPUNAHANNYA

Adalah benar merupakan hasii karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh

orang lain. Semua sumber dan informasi yang dizunakan telah dinyatakan secara jelas dan

dapat diperiksa kebenarannya

(151)

POTENSI ANOA

(Bu

balus depressicornis

da

n

Bu

balus quarlesi)

SEBAGAI ALTERNATIF

SATWA BUDIDAYA DALAM MENGATASI

KEPUNAHANNYA

Oleh

:

KAHARUDmT

KASIM

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

DOKTOR

pada

Program Studi Ilmu Ternak

PROGRA\I

PASCASARJANA

INSTITUT

PEKTANIAN

BOCOR

(152)

Judul Disertasi : Potensi Anoa (Bubalus depressicornis darr Bubalus quarlesi) Sebagai Alternatif Satwa Budidaya Dalam Mengatasi Kepunahannya Nama : Kaharudin Kasim

NRP : 965035

Program Studi : llmu Ternak

Menyetujui,

I. Komisi Pembimbing

p r o f i r . H.

R Eddie Gurnadi

Ketua

/ Prof. Dr. H. Asikin Natasasmita, MSc Prof. Dr. D.T.H. Sihombing, &lSc

Anggota Anggota

n

Dr. Ir. H. Suryahadi, DEA Anggota

2. Ketua Program Studi llmu

~ r b f .

Dr. Ir. Wasmen Manaiu

.

Anggota

Tern rogram Pascasarjana

(153)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palu (Desa Sabang) pada tanggal 27 Juli 1954 sebagai

anak ke delapan (8) dari pasangan Kasim (Lakaseiig) dan Manpa. Pendidikan sarjana

muda Peternakan (B.Sc.) ditempuh di Fakultas Peternakan, Universitas Tadulako

Cabang UNHAS di Palu pada taliun 1978, kelnudian penulis melanjutkan pendidikan

(S-1 ) ke Universitas Hasanuddin pada Fakultas yang sama dan lulus pada tahun 1984.

Pada tahun 1987, penulis diterima di Program Studi Illnu Ternak pada Program

Pascasajana (S-2) di IPB dan lulus pada tahun 199 1. Kesempatan untuk melanjutkan

ke Program Doktor (S-3) pada Program Pascasarjana IPB pada Program Studi Ilmu

Ternak didapatkan pada tahun 1996. Dana ADB Untad di Palu.

Penulis bekerja sebagai Tenaga edukatif (Dosen di Fakultas Pertanian, Jurusan

Peternakan pada Universitas Tadulako sejak tahun 1985. Penulis tnengajar pada

matakuliali Rtlminansia Besar dan Kecil serta ~Matakuliah Lingkungan dan Satwa

Harapan.

Selana inen@uti progratn pendidikan di S-3, penulis telah ~nenulis kzuya

ilrniah (hasil penelitian) dengan judul:

1. Estimasi kepunahan anoa (Bubalus Sp.), melalui inventarisasi tanduk has2

pemotongan, di Wilayah Kecamatan Darnpelas, Kabupaten Donggala (2000).

2. Inventarisasi titik-titik rawan konservasi dan evaluasi pemotongan anoa (Bubalus

~ p ) . di Wilayah Kecamatan Tawaeli, Kabupaten Donggala (2000).

3. Kotnposisi tubuh dan karkas rusa liar (Cervzrs l~morei?.srs maca~.saaricu~.), di ,

Sula\\es~ Tengah serta kemun&nan pembudidayaannya (1999) yang dibiayai

DIAT~ rnelalui program BBI.

4. Penampilan komponen tubuh anoa (Btibalus sp.) dan kemunglclfian untuk

dikernbangkan sebagai temak potong. Laporan Penelitian LP Untad (1998).

5 . Potensi dan prosfek pengembangan anoa (Bubalus sp.) di Sulawesi Tengah.

Kaq a Iliniah pada Seminar -4noa di Universitas Tadulako (1999).

(154)

PRAKATA

Alharndu Lillahi Rabbi1 Alamin, atas segaia rahmat dan karunia yang Engkau

berikan ya Allall, sehingga kalya ilmiah "Disertasi" ini berl~asil diselesaikan dan

mengantarkan penulis tneraih gelar Doktor. Tetna yang diangkat dalarn penelitian ini adalah "anoa endetnik dan endangered" atau dengan judul Potensi Anoa (Bubalus

depresacorn~s dun Buba1tr.s quarles~) Sebagai Alternatif Satwa Budidaya Dalam

Mengatasi Kepinahannya. Penelitian ini dilaksanakan sejak Januari 1999 dilakukan

di Propinsi Sulaavesi Tengah, Taman Marga Satwa Ragunan di Jakarta dan Taman

Safati Indonesia di Cisarua Bogor.

T e ~ n a kasih dari lubuk hati yang dalam penulis ucapkan kepada Bapak Prof.

Dr. H. R. Eddie Gurnadi, sebagai ketua Komisi Pembimbing, Bapak Prof Dr. H.

Asikin Satasasmita, M.Sc., Bapak Prof. B.T.H. Sil~oinbing, M.Sc., kepada Bapak Dr.

Ir. H. Suryahadi, DEA serta kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Wasmen Manalu, masing-

masing selaku Anggota Pembimbing dalam program S-3, utamanya di dalarn

penyelesaan penulisan Disertasi ini. Beliau-beliau telah banyak mernberikan petunjuk

dan saran. baik selama kuliah maupun di dalam penyelesaian studi ini.

Terima kasih juga penulis s a m p a i i kepada Rektor Universitas Tadulako,

Dekan Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Rektor hstitut Pertanian Bogor,

Direktur Program Pascasajana IPB, dan Ketua Program Studi Ilmu Ternak PPS-IPB,

yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk m e n m t i pendidikan

pascasarjana di IPB. Kepada Bapak Ir. Galib Ishak, MSc. selaku ketua pengelola dari ,

ADB !an2 bextindak sebagal sponsor di d a l a ~ Program Doktor ini, dan kepada Ketua Yayasan Superseinar, kani ucapkal teriina kasih atas bantuan dana pendidikan dan

ponelitian yang diberikan. Kepada Bapak Prof. Drs. H. Aminuddin Ponulele, MS.

(Gubernur Sulteng dan Mantan Rektor Untad) yang telah inemberikan dorongan moril

maupun materil kepada penulis di dalan penyelesaian progan doktor. Demikian juga

ucapan terima kasih kepada Bapak Prof Dr. Dondin S a p t i se!aku Ketua Pusat Studi

Sah-a Wnata Lembaga Penelitian I PB, yatig telah ~nembantu perizinan untuk dapat

mel&ikan penelitiat~ di TSI Cisarua Bogor, sekaliguas kepada Bapak Pimpinan YSI

dm Staf serta Bapak Pimp~~latl dan staf Tanan Jlarga Satwa (TMS) Ragunm yang

to!& bmyak membantu di dalam pen~umpulan data penelitim. Juga kani ucapkan

banyak terlma kzsilz kepada setnua pihak yaiq teldl metnbantu penulls hingga dapat

tnenyelesaikan penelitian dan palulisan disertas~ 1111.

(155)

Kepada Papa (almarhutn) dan Mama (almarlluma) tersayang, yang telrth

membesarkan dan mendidik penulis, sehingga penulis dapat mengikuti pendidikan

sanpai pada jenjang program doktor. serta kepada setnua kakak dan adik yang telah banyak berkorban tnailpun berdoa untuk kesuksesan penulis da1a1-n meraih gelar

doktor. Kepada istri Purnamawati yang tercinta, ananda .4di Sastra dan Ntu Intan yang

tersayang, Papa persembahkan disertasi ini sebagai penebus derita di saat-saat kdian

merasa dikesampingkan seiama Papa dalam pendidikan program doktor.

Semoga amal jariah yang t e l d ~ ditujukan kepada kami akan berubah wujud

menjadi ibadah kepada Allah SWT, amin.

Bogor, 20 Juni 2002

(156)

DAFTAR

IS1

Halainan

...

DAFTARTABEL ... : ... xlll

...

DAFTAR GAMBARIILLUSTRASI xv

...

DAFTAR LAM PIRAN xvi

PENDAHULCJAN ... 1 1 . Latar Belakang ... 1

...

.

2 P m u s a n Masalah

. .

...

.

3 Kerangka Pemktran

... .

4 Tuj uan dan Kegunaan Penelitian

TINJAII.4 S PUSTAKA ...

1 . Deskripsi Anoa ... ...

. .

1 1 Silsilah dan Penanaan .4n oa (Rttbalus sp)

...

1.2. Karak3eristik Penampilan Anoa

...

.

I 3. Penyebaran Populasi Anoa di Sulawesi

1.4. Populasi Anoa di Habitatnya ...

...

2 . Pertumbuhan Komposisi Tubuh Hewan atau Ternak

...

3 . Hubun-m antara Perhunbul~an dan Nutrisi Pakan

...

4 . Komponen Tubuh (Organ) dan Perototan pada Karkas

...

1.1. Organ Pencemaan pada Ruminansia 24

...

1.2. Organ Reproduksi pada Ru~ninansia 273

...

1 . 7 . Perototan pada Karkas 37

...

5 . Psrlindungan dan Penangkaran Jenis-jenis Satwa 40

...

.

1 U - a h ~ dan Tempat Penelitian 42

. .

2 . \ lerodolo@ Pe~iehhan ... 42

...

2.1. llateri, Bahan dan Peralatan Penelitian 42

1 1 . . ...

.

-

.- >laode Penel~ttan 44

...

2.3. Parameter Penga~natan di Lapangan 44

...

2.3.1. Karakteristik dan Penampilan Tingkah Laku Anoa 44 ...

(157)

... 2.3.3. Pola, Adaptasi dan Tingkah Laku Makan pada Anoa

...

2.3.4. Distribusi Perototan (KUDB) pada Karkas Anoa

...

3 . . Analisis Data

...

HASIL DAN PEMBAHASAN

...

1 . Karakteristik dan Tingkah Laku Anoa

...

1.1. Karakteristik dan Ukuran Dimensi Tubuh

...

1.2. Perilaku Kehidupan Anoa

...

.

.

2 Penampilan Reproduksi dan Kelakuan Kelamin pada Anoa

...

2.1. Kondisi Urnurn pada Pengamatan Siklus Reproduksi

... 2.2 Siklus Reproduksi dan Gambaran Organ Reproduksi pada Anoa

...

2.3. Kelakuan Kela~nin (anoa jantan dan betina)

... .

3 Pola Makan dan Adaptasi Anoa pada Sistem Penangkaranl Budidaya

...

3.1. Kondisi Umum Penangkaran

...

3.2. Pola Makan dan Gambaran Relatif Organ Pencemaan Anoa

...

2.3. .Ada ptasi Anoa terhadap Pakan pada Kondisi Penangkaran

...

1.4. Tingkah Laku Makan pada Anoa

... .

4 Dismbusi KUDB Karkas Anoa dibandingkan dengan hewan lainnya

...

4.1. Indeks dan Distribusi KUDB pada Anoa

...

4.2. lndeks KUDB atitara ,4 noa (Bubalus sp) dengan hewan lainnya

...

4.2.1. Indeks KUDB antara Bubalus depressicornis dengan kerbau

...

4.2.2. Indeks KUDB antara B~lbalm ylrarlrsi dengan lierbau

...

4.2.3. Indeks KUDB antara Bubalus quarlesi dengan banteng

...

4.2.4. Indeks KLmB antara Bubalus depressicomis dengan banteng

...

4.2.5. Indeks KUDB antara Bttbalus depressicornis dengan sapi

...

4.2.6. Indeks KUDB antara Bubalus quarlesi dengan sapi

... KESI>fPt-L-kV DAS S-ARAN

...

1 . Kesimpulan

? . ...

-

Saran

... DAFT.L\R PUSTAKA

LAMPIRIS ...

(158)

DAFTAR TABEL

Halaman

Hubungan silsilah dari Sub-famili Hovinae atau kumpulan Rovidue ... 5

Posisi taksonomi anoa dan kerbau dibandingkan dengan lainnya ... 6

...

.

Ukuran-ukuran dimensi tubuh anoa ( H . quurlesi dan B depressicornis) 1 1 ... Data biologis beberapa jenis ternak dan anoa 18

Vegetasi utalna sumber nutrisi satwa anoa di kawasan hutan lindung Karnbuno

...

Katena, di Luwu. Sulawesi Selatan 21

...

Jenis pakan dan nutrisi pakan anoa di dataran rendah 21

Jenis bahan makanan yang dimakan anoa (B . quarlesi) pada kondisi

...

penangkaran 22

...

Jenis atau spesies tanaman yang diberikan serta j umlah pemberiannya 23

Ukuran dimensi organ reproduksi pada ruminansia jantan ... 29

... Ukuran diinensi organ reproduksi pada ruininansia betina 32

...

Siklus reproduksi pada beberapa jenis hewan ruminansia 35

Indek KUDB Bos taurus ( 100) relatif terhadap beberapa bangsa hekm

...

(kerbay banteng. rusa, bison dan domba) 38

...

Nama-nama otot pada karkas lzindquarter dan karkas forequarter 53

Ukuran tilik anoa (Bubalus depressicornis dan Bubalus quarlesi) ... 57

Jumlah individu jantan dan betina pada pengamatan tingkah laku reproduksi ...

aima pada tiga lokasi penangkaran 63

... Ah.i\.itas biologi reproduksi at.. siklus kelarnin pada anoa 64

...

Ukuran organ reproduksi pada anoa (Buhuitt.~ sp) 65

...

Gejala-gejala berahi pada anoa betina 66

Jumlah individu, jenis kelamin dan spesies anoa yang berhasil digunakan pada ...

pengdmatan pakan dan tingkah lakunya 73

Ukuran relatif organ pencemaan (B . ~leprr.~srcornrs dan B . quurlesr) ... 77 Jenis rumput dan rumput potongan yang dapat dirnakan anoa pada kondisi

...

penangkaran 79

denis daun-daunan yang dapat di~nakan anoa di penangkaran es siru ... 81

denis buah dan kulit buah. umbi-umbian serta konsentrat yang dimakan anoa

. .

. . .

pada kondrsi penangkaran C.Y .\ r l 82

Bahan pakan anoa yang ineinpunyai nilai kuantitatif dan kualitatif pada

. .

kondisi penangkaran e.x slrzr . . . 84

I

(159)

25 . lndeks dan penyebaran kelompok bobot urat daging (KUDB) pada anoa

(Huhulu.~ clepres.sicorni.s dan Htihulus qziarlesi) ... 88

26 . Indeks relatif KUDB pada Huhulus depres.sicorn~s terhadap KUDB pada .

kerbau ... 90

27 . Indeks relatif KUDB H ~ b ~ l t l . ~ y tturlesi terhadap KUDB pada kerbau ... 92

28 . Indeks relatif KUDB pada Ruhulus q uurlesi terhadap KUDB banteng ... 93

... 29 . Indeks KUDB pada anoa (Huhulu.~ depressicornis) terhadap KUDB banteng 94

...

.

30 Indeks KUDB antara Bos Tuurus (bull) dengan Bubalus depressicornis 95

(160)

DAFTAR ILUSTRASYGAMBAR

Halaman Bagan alir unsur penentu kebijakan peiestarian dan peningkatan produktivitas .

anoa di Sulawesi dalam mencegah kepunahannya ... 4

Penampiian Anoa Dataran Rendah (Huhalzrs clepre~~sicorrzis) ... 7 Penampilan Anoa Dataran Tinggi (Huha1u.s quurlesi) ... 8

...

Peta katvasan konservasi. flom dan.fuunu di Sulawesi Tengah 13 ...

Peta penyebaran populasi anoa di Suiawesi 15

...

Tipe dan kapasitas saluran pencemaan pada ruminansia (sapi) 25

...

Anatomi organ reproduksi pada ruminansia jantan 28

...

Anatomi organ reproduksi ruminansia betina 31

Alur distribusi hormon reproduksi pada temak ruminansia ... 33 ...

Penyebaran kelompok urat daging baku (KUDB) pada hewan 40

...

Pengukuran dimensi tubuh dilakukan inenurut petunjuk Santoso (1 995) 45 ...

Pengarnatan tingkah laku bioiogi reproduksi 46

...

Poia atau tingkah iaku makan pada sekeiompok anoa 49 ...

Belahan seperdua bagian karkas 50

... Metode penguraian dan nama serta letak perototan pada karkas 51

... Pengeiompokan otot berdasarkan KUDB pada kerbau 52

...

Penampilan anoa jantan (Bubulus quurlesi) 54

... Penampiian anoa jantan (Bubaius depres.~icori~rs j $ 5

...

Tanduk BzrbuZzis q zruriesl dan ljzthuizrs deprc.zszcornrs 56

...

Anoa sedang menceiupkan dirinya ke dalam hxbangan air 60

...

Sifat ganas sesama anoa di penangkaran 63

...

Ahi\-itas percumbuan dan katiin pada anoa di penangkaran 69

...

Pertarungan antara anoa jantan dan betina yang sedang berahi 70

23 . Kapasitas reiatif organ pncernaan anoa de\vasa ... 76

...

(161)

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang.

Anoa yang ditemukan di Sulawesi inerupakan hewan endeinik Sulawesi dan

masuk dalain kategori satwa yang dilindungi. Selain endemik, hewan ini juga dinyatakan

sedang inenuju kepunahan (endangered), yaitu pada Undang-undang No.7 tahun 1999

(Noerdjito dan Maryanto, 2001). Populasi anoa ini diketahui terdiri atas dua jenis

(spesies), yaitu Anoa Dataran Tinggi fBubalzt.s quurle.~i Owens, 19 10) dan Anoa Dataran

Rendah fHrtbu1tr.v depressicorni.~, Hamilton-Smith, 1 827).

Penelitian tentang keberadaan populasi anoa di Sulawesi Tengah, belum banyak

dilakukan. Sementara penelitian anoa di daerah-daerah lain seperti di Sulawesi Utara?

Sulawvesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, hingga saat ini baru satnpai pada pengamatan

dasar tentang konservasi populasi dan habitatnya. Penelitian tentang jumlah populasi,

kapasitas tampung dan kerapatan populasi anoa di dalam suatu habitat (wilayah areal) juga

masih sangat minim, sehingga prediksi jurnlah populasi anoa perwilayah belurn banyak

diketahui. Ssinsntara ketenaran flavor daging anoa di kalangan masyarakat yang ada di

wvilayah pedesaan di Sulawesi Tengah khususnya, tidak diragukan lagi. Demikian pula

tanduk anoa sebagai pajangan atau ~nitos untuk pengobatan hainpir semua lnasyarakat di

pedesaaan teiah mengetahuinya, sehingga tanduk anoa ini mudah ditemukan di setiap

ruinah rak~.at - \rang

-

ada di pedesaan. Hal ini pula me~nberikan petunjuk bahiva anoa,

hampir setiap saat, setiap hari atau setiap bulan tertangkap dan dipotong untuk konsumsi

da?ingn!.a. Begitu pula perburuan. penangkapan dan petnotongan anoa dari habitatnya

juga terjadi. kstika ada anggota kzluarga Inelahirkan dan untuk doa keselamatan anak

yang baru dilahirkan dicarikan suinber daging dari anoa atau satwva lain seperti russ.

(162)

Metode penyelamatan populasi anoa seperti dalam bentuk suaka margasatwa (SM)

dan sejenisnya, juga dianggap belum memadai dan perlu diupayakan sistem penangkaran

khusus, sehingga sifat-sifat keseharian, tingkah laku dan biologi reproduksi serta pola

perkembangbiakannya dapat dipelajari. Hasil pengamatan ini dapat menjadi bahan rujukan

dalam penanganan di luar habitatnya (ex .vitu) atau dengan sistem budidaya. Pola

penanganan anoa untuk tujuan budidaya diharapkan dapat menjadi acuan untuk

penyelamatan populasi anoa secara meluas di Sulawesi.

2. Perumusan Masalah

Penanganan anoa secara sistem budidaya (ex situ) belum dilakukan, kecuali

dilakukan sebazai s a t m kesayangan atau pajangan. Di dalam pelestarian anoa di

Sula~vesi, adalah dengan mengupayakan metode pengembangan melalui budidaya hasil

penangkaran di luar habitatnya (ex situ) merupakan suatu yang perlu diteliti kemungkinan-

kemungkinannya, sebagaimana telah banyak dimulai dan dilakukan oleh w r g a

masyarakat. Faktor-faktor seperti masalah pakan dan reproduksi merupakan kajian yang

cukup psnting untuk diperhatikan di dalam kelangsungan budidaya satwa tersebut,

sebagai upa!.a mencari solusi pola penanganan di dalain tata laksana pemeliharaan anoa.

Penam pi Ian kzmampuan reproduksi yang dimaksudkan meliputi; aspek si klus berahi,

lama berahi dan gejala-gejala saat berahi serta aspek penampilan reproduksi laimya,

demikian pula sifat-sifat khas, pada perilaku reproduksin!.a, ~nenjadi faktor penting untuk

diainati dan diketahui. Demikian pula adaptasi terhadap konsumsi pakan, jenis bahan

pakan !-ang dapat dimakan ((7ulirruhlc.), sehingga anoa dapat beradaptasi lebih baik pada

kondisi budida!.a i e . ~ situ), demikian pula yang menjadi penting lagi adalah pengamatan

dasar tentang struktur;'sistem anato~ni saluran pzncernaan dan siste~n saluran reproduksi

(163)

(jantan dan betina), serta gambaran umum penampilan kelompok urat daging baku

(KUDB) yang mempunyai hubungan dengan aktivitas dan tingkah laku anoa di

habitatnya. Karena banyaknya perrnasalahan dan kajian-kajian dasar tentang anoa, namun

yang terpenting dari semua itu, adalah bagaimana anoa dapat dijadikan sebagai satwa

budidaya di dalaln mencegah kepunahannya.

3. Kerangka Pemikiran

Hasrl penelitian tentang anoa, baru terbatas pada hal-ha1 konsewasi habitat dan

belum banyak menyentuh potensi hewannya secara individual. Untuk menjadikan anoa

sebagai sahva budidaya, diperlukan ketersediaan informasi biologi dasar yang

menyangkut pengetahuan tentang sistein saluran reproduksi dan saluran pencernaan serta

perilaku spesifik yang ada hubungannya dengan tingkah laku reproduksi dan pola makan,

sekaligus jenis-jenis bahan pakan yang disukai oleh anoa, bark pada kawasan habitatnya

maupun di luar kawasan habitatnya, jika anoa hams didomestikasi menjadi sahva

budidaya. Faktor-faktor tersebut sangat membantu dalam menentukan pengaturan

perkembanybiakan, pengaturan tata laksana pemeliharaan dan pemberian pakan, sehingga

diharapkan optimalisasi reproduksi dan produksi dapat diwujudkan. Secara ringkas, kaitan

unsur-unsur penentu produktivitas disajikan pada bagan alir (Gambar 1 ).

4. Tujuan dan Kegurraan Penelitian

Psnslitian ini bertujuan untuk ineinpelajari dan mengetahui data dasar atau

garnbaran penampilan anoa pada kondisi penangkaran atau budidaya (cs srtzi), sehingga

diharapkan hasil penelitian dapat ~nernberilian masulian ataupun solusi di dalaln

Fenanyanan anoa, pada kondisi atau lingkungan penangkaran ataupun budidaya. Untuli

itut penelitian ini ~nencoba menemukan data dasar !.an2 rnzliputi karakteristik anoa, siklus

(164)

reproduksi dan tingkah laku kawin, pola makan, adaptasi serta tingkah lakunya, dan

gambaran dasar penampiian kelompok urat daging baku (KUDB) pada karkas menurut

fungsinya. Sehingga gambaran umum aktivitas dan pola serta tingkah laku anoa di

habitatnya sudah dapat diketahui sedini mungkin.

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan di dalarn

mengarnbil kebijakan pelestarian anoa, di luar habitat aslinya (ex situ) atau pada sistem

penangkaran maupun pada sistem budidaya.

REPRODL-KSi DAY

REPRODUKSI

Gambar 1 . Bagan alir unsur penentu kebijakan, pelestarian dan peningkatkan produktivitas anoa

di Sulawwsi

(165)

TINJGUAN PUSTAKA

1. Deskripsi Anoa

1.1. Silsilah dan Penamaan Anoa (Bubulus sp.)

Anoa (Hubalus clepressicori71.v dan Huhrtlzcs yuurle.si), atau nama lokal untuk

daerah di Sulawesi Tengah adalah "nua" (bahasa Kaili). Anoa ini adalah salah satu di

antara 79 (62%) dari fauna yang tergolong ke &lam hewan marnrnalia, sekaligus

merupakan hewan endemik Sulawv-esi. Grzimek (1972) menyatakan bahwa anoa (Subalus

sp.) adalah salah satu margasatwa dan fosilnya hanya ditemukan di Sulawesi. Slijper

( 1954) menyatakan hewan berkuku genap dalam ha1 ini termasuk anoa, dapat diturunkan

dari Eorrugu.c pada zaman I ? Z I C I C Z ~ ? ~ I dan dari Hon~ocou'ontrdue pada zaman mioceerz,

sehingga sejarah keturunannya adalah dari genus Bubulus (Tabel 1).

Tabel 1. Hubungan pohon evolusi dari Sub-famili Bovinae atau kumpulan Bovidae

j Suh-Fad\- Genus Sub-Genus W ~ l d spesies Domesliliasi & Liar

I I

+

Bos d Punah + Bus taurus (bangsa sapi)

Bos indicus (bangsa sapi)

C

Bos /Rihos) Bos (Bibos) Banteng. Bangsa sapi Bali

Ro.s (Hihm) Hihosfronmlrs (nlithan)

+ Bibos G I I I ~ I I . Y Gcii~r

Bos .sm~~rli

I

4

Poephagus Ro.s Pa~yhag~ns

(yak liar)

Sub famili Bi so)l -+ .---) B I S O / I - ~ ~ S O ~ I

Bovinae Bisorl bot~arrzrs

Bilhcrlr~s

-

3. t ~ r t ~ i fKerbntf

dcrttwrrrr Asia) liar H. tlrl,'re.s.si~or~ris

(Anoa)

Yak domestik

Blson AmenIia I I

Bison Eropah I

Bzlbalzrs Brrbalzrs (Semua jerus

/

herbau sungar dan lumpur)

B.d (Iepre~srcort~r\ (a dataran I

rendah) dan B d quarlesi

,

(anoa pegundngan)

Tamaraw di Pulau Philiprna

L)

.XI

IIcerlo

(herban 4fr1La) S!nCerus caffcr nanus (herbau Congo) (taiyung perlgharapan)

Sumber: Williamson dan Pa\.ne ( 1 9 6 ) dan Reksohadiprodjo (1984).

(166)

Bila ditelusuri lebih cennat tentang postur tubuh anoa ini, maka banyak

mempunyai persamaan dengan ternak kerbau seperti tubuh yang kompak serta postur

kepala dan muka. Bahkan di daerah-daerah tertentu, anoa ini juga sering disebut "kerbau

cebol" (Pilgrim, 1939), demikian juga Groves (1969) menyatakan bahwa anoa mempunyai

persamaan dengan leluhur Vi/lafrunciu, genus Hettzihos dan bahkan dengan Proamphibos

pada zaman Plrocene.

Taksonomi dan klasifikasi hewan mammalia, termasuk kerbau dan anoa ini, yang

secara rinci telah direkomendasikan oleh Fahimuddin (1973), bahwa anoa masuk ke dalam

Bos Bubaiu.~, sebagaimana disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Posisi taksonomi anoa dan kerbau dibandingkan dengan hewan lainnya (Fahimuddin, 1973).

i Klasifikasi I Keterangan

0rd0 i LIngzrkrtu

I

M ~ M / ~ U herkuku

Sub-order

I

Artiodactjdes I

/

a. ~ u i n a

1

Famili Suidae

1 b. Tragulzna I Chevrotains

! c. Dlopoda

i

Camels (onta)

I d. Pecora

1

True rumhans

,

Famili I a. Cen-idae 1 ~ t t e r

I h. G~rq,ffide Giraffes

c. Antrlocopr~~lor Prongbuck

1

I d Bn\*ldnt. Ruminants (sapi, doinba kerbau), dan & 1

/

Sub-fami 1s Bov~rzcle Cattle (sapi) I

j

Genus Ros !

I

1

Sub-genera : (Sub group)

1 a Tarrrit~e - Sub-~oup

-

Bos raurus (sapi Eropah)

i - BO.F rndrcus (sapi berpunuk)

b R~ho~./tre - Sub-group - H ~ Y ga11r1t.5

I

I

- Bc)x.fiot~tcr/rs (gayal) I

I

-

Bo.5 sotzda~cr,~ (banteng) I

c Bl~olltltle -Sub-group

-

BOA przrrretis (yak) 1

-

Hos bot~at~rr.s (bison Eropah)

, - Bo\ hrso11 (bison Amenka)

d. Lrprobo\-o~e (extinct) Fosil lsapi bertanduk panjang)

I I

e Hrrbir/rire - Sub-group

-

Ho\ /Hr~ha/ns) b~rrhirhs (kerbau) I I

- No\ iH1lb~71n sj nrnrdorrii~r r (tarnaralt )

!

-

BOA (Hubatus) clepre.~, rcow?rs (anoa) i 1

- Ho\ iHirbaiirs) caf'fcr (kerbau cafe)

1

(167)

1.2. Karakteristik Penampilan Anoa

Anoa yang ditemukan di dataran rendah (Bubalus depressicornis), umumnya

[image:167.598.51.512.27.777.2]

berwarna hitam dan mempunyai postur tubuh yang besar (Gambar 2).

Gambar 2. Penampilan Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis).

Sedangkan anoa yang ditemukan di hutan-hutan dataran tinggi (Bubalus quarlesi),

mempunyai penampilan agak kecil dan umumnya berwarna kuning kehitarnan atau pacia*

anak benvama krem, dan bulu badan halus menyerupai wol (Gambar 3).

Kasim (1998) melaporkan bahwa saat ini anoa, baik untuk Anoa Dataran Rendah

(Bubalus depressicornis) maupun Anoa Dataran Tinggi (Bubalus quarlesi), sudah tidak

memiliki habitat yang khas lagi. Kadang kala Anoa Dataran Rendah (Bubalus quarlesi)

dapat ditemukan di dataran tinggi dan sebaliknya Anoa Dataran Tinggi (Bubalus

depresszcor~zls~ juga dapat dijumpai di daerah-daerah dataran rendah. Pendapar senada

j uga dikemdakan oleh Groves ( 1969) dan Whitten er ul. (1 987).

(168)
[image:168.603.52.554.30.781.2]

-

Gambar 3. Penampilan Anoa Dataran Tinggi (Bubalus quarlesi)

Uni Internasional untuk Pelestarian Alam dan Surnberdaya Alam (International

Union for the Conservation of Nature and

Natural

Resource) di Cambridge, Inggns di

dalam bukunya "Red Data Book" menyatakan bahwa anoa di Sulawesi, adalah salah satu

di antara 16 jenis satwa liar yang rawan, terancam punah, langka dan menghadapi bahaya

kepunahan (Whitten et al., 1987). Hasil pemantauan di Sulawesi Utara pada akhir abad

ke- 19, menunjukkan bahwa Bubalus depressicornis masih mempunyai daerah penyebaran

yang luas dari ujung Utara Sulawesi. Bahkan setengah abad lalu Bubalus depressicornis

masih mudah dijumpai di dalam hutan di daerah Bolaan Mongondo dan Gorontalo.

Kemudian semenjak itu terjadi penurunan yang sangat drastis. Selain karena kerusakan

habitat anoa, keadaan itu juga akibat peningkatan pembukaan hutan-hutan tempat hidup

(habitat) satwa endemik ini (Whitten et a!., 1987).

(169)

Di daerah Sulawesi Tengah, populasi anoa ini juga sudah mulai menurun, karena

habitat anoa mulai terdesak, banyak anoa yang terperangkap oleh jerat, dan dipotong

sebagai hewan penghasil (sumber) daging oleh masyarakat di daerah-daerah pedesaan

(Kasim, 1998). Faktor lain yang turut mempercepat penurunan populasi anoa, adalah

adanya kegiatan perburuan liar oleh masyarakat, di samping seinakin sempitnya habitat

dan adanya peningkatan kegiatan eksploitasi hutan, konversi hutan menjadi lahan

pertanian, penempatan transmigran, pembukaan hutan

untuk

kegiatan perkebunan oleh

masyarakat setempat. Di gunung Roroka Timbu di bagian Timur Laut Tarnan Nasional

Lore Lindu sampai akhir tahun tujuh puluhan masih banyak dijumpai jejak anoa dalam

bentuk feses ataupun jejak (bekas tapak kaki). Akan tetapi kemudian pada kunjungan

berikutn>a sedikit sekali dijuinpai tanda-tanda keberadaan anoa, sementara jerat dan

perangkap yang dipasang banyak ditemukan jejaknya (Whitten et a/., 1987).

Menurut Hooijer (1 946), kemudian Whitten et a/. (1 987), anoa biasanya hldup

sendiri-sendiri, tetapi pernah juga ditemukan dalam kawanan (5 ekor) di hutan Gucung

Nokilalaki. Penamaan anoa (Bubalus sp.) di Sulawvesi, bergantung pada daerahnya, seperti

pada prnberian nama anoa di bagian Utara Sulawesi (Gorontalo) disebut unuung.

buizdugo fzctti dan ada pula menyebut buluturzi. Di daerah Sulawvesi Selatan disebut

dungko. lai?gkau dan ada menyebut soko, seciangkan di Sulawesi Tengah, urnumnya

dikenal unou (DPPA, 1978: dan Whitten et crl. (1987). Penemuan Kasim (1998)

melaporkan bahwva nama lain anoa di Sulawesi Tengah adalah "bakulu ", (untuk orang

Eugis). --bc~tilzr" (untuk orang Dampelas), sementara orang Kaili menyebutnya dengan

naina . . I I Z I U " . dan orang Kulawvi menyebutnya dengan "luplr" dan dl daerah Buol

menyebut -'h trkl!\*u".

(170)

Bentuk tubuh anoa mirip ternak kerbau atau biasa disebut kerbau cehol. Pada anoa

(Hubulus depressicornis) memiliki tinggi pundak antara 80-100 cm, sedangkan anoa

(Huhu1u.v quurlesr) antara 60-75 cm (DPPA, 1976). Deskripsi ini, sama dengan lapora::

Groves (1969) yang mciqztakar; bahxa anoa dataran rendah relatif lebih besar

dibandingkan dengan anoa yang ditemukan pada dataran tinggi. Hal ini juga dilaporkan

ole h (Noak, 1 99 1 ) bahwa bobot badan Bubalus depressrcornrs mencapai 300 kg sementara bobot badan untuk Rubalus quurlesi hanya mencapai 150 kg. Lanjut Groves (1969)

menyatakan bahwa Bubalus depressicornis mempunyai ekor lebih panjang, kaki putih dan

tanduk yang besar, sedangkan anoa gunung (Bubulus quarlesi) relatif lebih kecil,

mempunyal ekor yang lebih pendek serta tanduk berbentuk kerucut dan rata. Sementara

bentuk kepala menyerupai kepala sapi (Bos), kaki dan kuku menyerupai banteng (Bos

sonduicus). Pa& kaki bagan depan (metacarpal) benvama putih atau mirip sapi Bali,

namun mempunyai garis hitam ke ba~vah. Tanduk anoa umumnya mengarah ke belakang

menyerupai penampang yang bagian dasamya tidak bulat seperti pada tanduk sapi,

melainkan menyerupai bangun seti-tiga seperti pada tanduk kerbau (Walker, 1968).

Penampilan anoa (Huballis depressicornw) pada usia dewasa mempunyai wama

bulu badan cokelat hitam sampai hitam, tetapi jarang, sedangkan bulu pada anak berwarna

cokelat dan keadaannya lebat, sementara bulu parla bagian kaki benvarna putih sampai

putih kekuning-kuningan. Pada anoa (Bubulus qzmrlesi), bulu pada usia dewasa berwama

cokelat ma sampai hitam dan kadang-kadang memiliki bulu badan yang tebal sampai usia

dewasa. Deskripsi tentang postur tubuh anoa (Buhuizrs quuriesi) secara rinci dilaporkan

oleh Kasim ( 1998) untuk anoa jantan dengan uinur antara satu sampai dua tahun, rataan

bobot badan 27 kg, tinggi pundak 57 cm, panjang badan 60 cm, lingkar dada 67 cm,

(171)

lingkar paha 18 cm dan lingkar lengan 15 cm. Sementara ukuran-ukuran tubuh anoa

(Bubulus quurlesi dan Hubulu,~ depressicornis) menurut hasil penelitian terdahulu

[image:171.601.45.542.27.762.2]

(Groves, 1 969) disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Ukuran-ukuran dimensi tubuh anoa (Hubulus quurlesi dan Hubulus depres.sicornis).

Keterangan : dpt = dari panjang tubuh

I No.

1.

1 2.

1

3. j 4.

1.3. Penyebaran Populasi Anoa di Sulawesi

Berdasarkan pada penemuan Grzimek (1972) dinyatakan bahwa fosil anoa hanya

ditemukan di pulau Sulawesi. Walaupun di luar pulau Sulawesi seperti di pulau Mindoro Bagian tubuh

Tinggi pundak (cm)

Tin@ punggung (cm)

Philipina: ditemukan spesiesnya yang disebut Tamaraw (Ruhulus mindorensis) dan di

Afrika disebut kerbau caffe (Htrbultcs cufer).

Anoa ; Anoa

(H. quurlesl)

/

(R. depressicornls)

I

Pustaka

75

I

80 - 100 Groves, 1969

I 76

-

98 Syam, 1977

I

Panjang tanduk betina (cmf

/

relatif sama

/

18 - 26

Panjang ekor (% dpt)

1

I 14,6-17,8 i 19,8 - 25,8

Di Sulawvesi Utara, menurut Whitten et ul. (1987) pada akhir abad Ice 19, anoa Syam, 1977

I

(Bubalzcs depressicorizis) masih mempunyai daerah penyebaran yang luas, ke uj ung Utara Panjang badan (cm)

I

1

12*- 153 I 170 - 188 Panjang tanduk jantan (cm)

1

15 - 20 27 - 37

Sula\vesi. Bahkan setengah abad lalu masih mudah di-jumpai di dalam hutan Bolaan Groves, 1969

Mangondo dan Gorontalo. Kemudian semenjak itu perubahan te jadi sangat drastis dengan

peningkatan psmbukaan usaha-usaha perhutanan, yang merupakan tempat hidup sativa

endemik ini. Whitten et a/. (1987) menyatakan bahwa anoa di daerah Sula\vesi Utara;

meliputi \\-ilayah Gorontalo, Minahasa, Likupang, Lempias, daerah Limpe, kemudian di

(172)

areal hutan Langowan dan Pangku masih banyak ditemukan. Demikian pula menurut

Mohr (1 92 1) serta Mustari (1 995) melaporkan bahwa anoa dataran rendah (Hubulus

depressrcortzrs) banyak ditemukan di daerah-daerah Minahasa (di lereng Gunung Klabat).

Hasii penelitian Gunawan (1996) di Sulawesi Ulara, menyavakan bahwa penyebaran

populasi anoa dari spesies RUBUIW depressicorrtw, ~neliputi Talnan Nasiot~al Dulnoga

Bone, ivlinahasa, Manado, Gorontalo dan Bolaan Mangondo; sedangkan spesies anoa

(Bubaius quariesij juga ditemukan di daerah Manado, Taman Nasional Bone dan di

daerah Gorontalo.

Di Sulawesi Tengah, u t u k anoa dataran tinggi (Bubalus quar/e.\r), banyak

ditemukan di daerah Tomini, Malinang dan Randangan. Demikian pula di daerah Lindu,

Besoa, Bada, Topebatu (Posoj, di daerah Toli-toli dan Buoi serta wiiayah Ba~~ggai &[I

Tobungku, masih banyak ditemukan. Sementara di daerah pantai barat Sulawesi Tengh

(Kabupaten Donggala) anoa ini inasih ditemukai & b ~ b e i ~ p ieiiipiii icficiiiii sepiti & daerah-daerah aliran sungai (DAS) (Kasim, 1998). Hal ini senada dengan pernyataan Arnir

&an Wind (197%) yang j u g menyatakan bahwa anoa, urnumnya hidup rii i~uiar~ ya118 i ~ b a i cii dekar aiiran sungai, danau, raws-rawa, suinber air panas yang lnengandung mineral dan

di scprijii~~g piniai. Seillttr~iiira hasil peneiiiiar~ Eismark dan Guilawan j 1866 j rnelaporlial~

bahwa anoa mempunyai habitat yang spesifik dengan komponen dan sebslran iohsi yang

Japai ~licrlunjang kebutu'nan pakan dan perilakunya dari pada Iokasi yang terbuka seperti

padang rumput, jarang dihuni. Habitat anoa di Sulawesi Tengah rersebar di daeran

n . vvlis_ra:;l <la:uiidb), T\ili-i\ili diiii Buol, Tii~irai-I Nasiona'l Lure Lindil, Cagai Aiam Lore

Kaia~ilallii &ail TvIorowaii, nalnun beiuln ada peneiitian yang mencoba mengidentifihasi

spesies anoa ?an2 ada di tiap-tiap kawasanl'habitat (Kasim, 2000a).

(173)

Usaha-usaha dalarn penyelamatan kepunahan satwa, di daerah Sulawesi Tengah,

pemerintah telah banyak mengalokasikan hutan sebagai daerah penyangga untuk

perkembangbiakan satwa liar, terrnasuk usaha pelestarian populasi anoa. Hingga tahun

1998 pemerintlh telah mengeluarkan Surat Keputusan (SK), yaitu 10 lokasi Suaka

Margasahva (SM), 8 lokasi Cagar Alam (CA) dan 10 lokasi dalam bentuk Taman

[image:173.598.53.553.24.718.2]

(BKSDA, 1995), seperti pada Gambar 4.

Gambar 4. Peta kawasan konsewasi-flora dan fauna di Sulawesi Tengah

(174)

Namun deniikian realisasi pelaksanaannya beqjalan lanibat, karena hanya bertumpu

pada upaya pcrlindungan habitat asli (in situ) yang tingkat kcberhasilannya masih bclum

ielas. IIasil penelitian Andi Nuilaela (2001) di 'CZ'ilayah Kecamatan Palolo, dan yang

ienijasuk kc dalizii-I kawiisan Taiiiai-I ?u'asioiial Lore Liiidii, diiemukaii hasil piiaiigkapan

dan pernotongan anoa pada tahun 2000 adalah 5 ekor, pa& t ~ h u n 1999,28 ekor Oan tahun

I n n o 1- t -...- 1:. ---.- 1--- 1 0 7

711u ,,c uawa:i U L C L I I I L I ~ Q I I ckoi. Oleh seSa5 itii, iiiasih p r l u Ciupayaksa tcrobosaii

iaiii yang menjamin pelestarian anoa tersebui. IIasil penelitian Kasim (2000a.) di luar

kawasan huian Taman Nasional Lore Lindu (TNLlj, penangkapan, pemburuan &n

pernotongan anoa hampir tidak a& bedanya, s e ~ r t i yang di!akiwI

di

katvmn hutm

di

vYilayah Kccamatan Tawacli, jumlah pcnangkapan dsn pcrnotongsa mcncapai 120 ckor.

Semenara Xasil peneliiian

di

wilayah Kecamatari Dampelas, penangkap clan peniotongan 'tebih besar la@, yaiiu mencapai 631 ekor (Kasim, 200Gb). Jadi &pat

disimpulkan di sini b h w a di dalam kawasan konsemasi maiipun di lw, perburuan tetap

ada dan tztap tc jadi pzmotongsii snoa tzrscbut.

3 i herah Sulawesi Selatan, anoa ditemukan di pinggiran danau h.%am, Towtiti

dan Lalarigat-0. Selain iiii, Mustail ( 1995) nieiiemukaii anoa di kawasan Luw-i, hlamiiljii

k n Endrekang. Anoa di kawasan hutan hfajene, \,lratampone cian di Guiiung Latimojong

dilapikan olch Whitten et a!. ( 1957).

Seixentara di Sulaivesi Tenggara, anoa dijumpai pa& wilayah Siiaka IcIargasatwa

Tanjung Ailiokiigo daii Tanjiiiip Baiikolo, di Tanian Nasional Rawa A o p N'aiumohai

dzn j ilga tsidapat ddi Kabupaten Kolaka.

Di S ~ l a w s i Tziiggara, anoa banyak Citcmukan di kawasaii Tamaii Nasiona! Rai-a

(175)

dan di hutan Lalembo (Gunawan, 1995). Keberadaan anoa di Pulau Buton Utara (Sulawesi

Tenggara) dilaporkan oleh Santoso ( 1990).

Penyebaran anoa di Sulawesi, menurut Mohr (1921) dan Groves (1969) secara

rinci disajikan pada ilustrasi/Gambar 5 (A dan B).

[image:175.592.48.542.25.772.2]

I

j

Gambar 5. Peta penyebaran populasi anoa di Sulawesi

(176)

1.4. Populasi Anoa di Habitatnya

Sebelum membahas tentang pola penyebaran populasi anoa, yang penting

dipahami adalah definisi tentang populasi. Menurut Odum (1 97 1) populasi adalah

kumpulan mahluk hidup yang berspesies sama atau ~nemiliki kesamaan genetik clan secara

bersama-sama mendiami suatu tempat tertentu dan dalam waktu yang sama pula.

Sementara dalam bidang pengelolaan satwa liar, Alikodra (1990) menyatakan bahwa

populasi adalah kelompok organisme yang terdiri atas individu-individu satu spesies yang

mampu menghasilkan keturunan pang sama dengan tetuanya. Populasi satwa liar,

berfluktuasi dan waktu ke waktu mengikuti keadaan lingkungannya. Fluktuasi populasi

satwa liar ini dipengaruhi oleh beberapa parameter seperti angka kelahiran, angka

kematian, kepadatan populasi, struktur umur dan struktur kelamin. Bila demikian maka

ada tiga kemunglunan, yaitu; 1). jika angka kelahiran lebih besar dari angka kematian,

populasi akan berkembang, 2). jika angka kelahiran sama dengan angka kematian,

populasi ahin stabil, dan 3). jika angka kematian lebih besar dari angka kelahiran,

populasi akan menurun (Alikodra, 1990).

Gambaran umum jumlah dan kepadatan anoa pada suatu habitat ~uaka'

-Margasah\-a (MS) telah dilaporkan oleh Mustan (1996) bahwa di Sulawesi Tenggara,

dengan luas areal 500 ha ditemukan hanya 8 ekor anoa yang dicatat berdasarkan metode

konsentrasi, 11 dan 12 ekor anoa ditemukan berdasarkan metode jalur dan 10 ekor anoa

diteinukan berdasarkan metode jejak kaki, sementara ratio antara anoa jantan dengan anoa

induk adalah 1 vs 1, perbandingan anak, setengah dewasa dan dewasa adalah 2 vs 1 vs 5

dengan kepadatan populasi 1,6 ekor anoa/kmS. Sementara di Sulawesi Utara, di Cagar

Alam Gunung Tangkoko Batuangus, Syam ( 1978 ) melaporkan bah\va jumlah anoa yang

(177)

ditemukan hanya berkisar antara 38-62 ekor pada iuas pengamatan lebih kurang 3.000 ha.

Kemudian di Sulawesi Selatan, Tikupadang et 01. (1994) mengamati anoa, pada wilayah

Kali Katumpa, di pegunungan Karuru dan Maliwungi, dengan luas areal pengamatan 240

ha, menjumpai anoa (Bubalus quurlesi), sebanyak 81 ekor, dengan komposisi 27 ekor

jantan, 42 ekor betina dan 12 ekor anak dilakukan berdasarkan jejak kaki. Sementara di

Sulawesi Tenggara, Gunawan (1995) mengamati populasi anoa dengan luas pengamatan

50 ha, masing-masing di hutan Lahalo, Laea, Mando-mando, Lanowulu dan di hutan

Lalembo ('Taman Nasional Kawa Aopa Watumohai), menyatakan bahwa kerapatan anoa

rnencapai 6,6 ekor/km2 dengan taksiran populasi dapat mencapai 68 ekor. Di Sulawesi

Selatan, di hutan Kambuno Katena, Kabupaten Luwu, jumlah anoa yang dijumpai antara

38-92 ekor, namun luas areal pengamatan mencapai 5000 ha.

Walaupun demikian, kondisi anoa sebagai satwa endemik di Sulawesi, secara

menyeluruh sudah dikategorikan terancarn punah (endangered) atau dalam kategori

"menqu kepunahn" (IUCN dan NIX. 1972). Menanggapi hal ini, Kasim (1999)

menyatakan bahwa faktor-faktor yang turut mempercepat kepunahan anoa di Sulawesi,

karena penlngkatan areallhabltat anoa yang beralih fungsi sepertl pembukaan hutan untdk

perkebunan, Hak Pengusana Hutan (iiPHj, sementara perburuan oieh masyarakat di

pedesaan masih tetap berlangsung.

2. Pertumbuhan Komponen Tubuh Aewan atau Ternak

Pertumbuhan merupakan dasar yang esensiai cialam semua proses kehidupan cian

sangat erat kaitannya dengan produksi, terutama j ika di hubungkan dengan produksi

pertanlan pada umumnya dan produksi peternakan secara khusus.

-.

(178)

Pada anoa (Hubalus sp), karena masih berstatus hewan liar dan dilindungi oleh

undang-undang, sehingga pendataan tentang proses produktivitasnya (biologi d m

reproduksinya) belurn banyak diketahui sebagaimana pada ternak lainnya seperti pada

sapi, kerbau, kambing dan domba (Tabel 4).

Tabel 4. Data-data biologis beberapa jenis ternak dan anoa

I

1. ~ o b o t Wir (kg) 2. Bobot CEeWasa (kg)

i

4.

1

Produksi. ekonomis (th)

1

5.

1

Lama bunting (hr)

1

6. Umur dewsa (th)

1

7.

/

Sikhs kelamin 8. , Siklus estrus (hr)

I 9.

:

Periode estrus (jam)

'

10.

1

Perkaminan (waktu) 1 1. I Owlllasi (estrus)

12. implantadfdsasi

13. JumlaMcelahiran

16.

1

Volume darah (mVkg) 17.

1

Kolesteroi (mg/lOOml)

1

1 8 1 Putins susu (buah) i 19 Plasenta

20. Uterus.

-

komua

- p*iag

(cm)

; 2 1. Rumus gigi

22-50 300-600 mak.0,889

*

15 275-283

r 2

poiiestrus 17-20

6-30 estrus 10-15 " 25-35 1 (2b) 38-39 40-58 52-63 80- 170 4 sem~plasenta 3 25-40 0033 4033 2h'=60 Anoa 7 25-40 300-700 mak. 1,163~ 15-20 3 16-320 i 3 poliestrus

2 1 24-30 estrus 15-20 "

-

1 (2jr) 37-38,7 35-70 50-55

-

semlplasa~ta 2 27-36

0033

4033 2 x 4 8

I -4 20-80

-

6-8 144-157 2-3 poliestrus 2 1

1-2 hr

estrus

-

-

1-4 38-40 70-80 5 7-89 55-210 2 semiplasenta 2 10-12 idem 25=60 Kerbau 4 Sapi 3 No. 1

I 1-5

I 20-100

I

-

8-9 152 * 2

poliestrus

14-19 1-2 hr estrus 18-40 "

9-1 la

1-3 39-40 70-80 59-74 50-140 2 semiplasenta 2 10-12 idem 2N=54 Keterangan 2

-

150-300'

-

-

275-3 15

*

2 IS

-

18-24 '

-

estrus

-

-

-

-

-

-

-

4"

-

2C'

-

idem 2N=44, 45,46 Kambing 5

j 23. Lama hidup (th)

1

20-30

1

20-10 8-18 10-20

1

15-20

Keteranean- &pet& dan Smith dan Soesanto (1988). a = Isliandar dan Santoso (1983). b = Ganlober et aI. (1995):

c = Kastm- 1998. d = Kastm (2000). e = \\'allier (1968). f = Will~amson dan Pape (1978)

Domba 6

Adan\-a perbedaan produktivitas pada masing-masing bangsa ternak, menurut

Soeparno (1992) genetik seekor hewvaiv'temak akan menentukan batas tertinggi

pertumbuhan. termasuk pertumbuhan jaringan, komposisi tubuh dan kerkas. Sementara

faktor lingkungan seperti nutrisi mzrnpunyai hubungan langsung dengan Iaju pertumbuhan

(179)

dan komposisi tubuh sclama pcrtumbuhan. Hal ini tentunya menarik untuk dikaji dan

dipeiajari, pada anoa ini, selain karena "endemic" juga populasinya termasuk dalam

kategori "menulu kepurtahan" atau status terancam punah (endangered) sejak tahun 1932

(IUCN dan NR. 1972).

3. Hubungan antara Pertumbuhan dan Nutrisi Pakan

Desknpsi urnum mengenadtentang ruang domisili anoa di alam atau pada

lingkungan habitatnya, merupakan satah satu bagian terpenting untuk diketahui. Hal ini

berhubunga

Gambar

Gambar 2. Penampilan Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis).
Gambar 3. Penampilan Anoa Dataran Tinggi (Bubalus quarlesi)
Tabel 3. Ukuran-ukuran dimensi tubuh anoa (Hubulus quurlesi dan Hubulus
Gambar 4. Peta kawasan konsewasi-flora dan fauna di Sulawesi Tengah
+7

Referensi

Dokumen terkait

tersebut diketahui bahwa hanya profesionalisme dan kompleksitas secara parsial berpengaruh terhadap audit judgment auditor internal pada Satuan Pengawas Internal

Terlihat bahwa sebagian besar ibu hamil memiliki status tidak bekerja (sebagai ibu rumahtangga saja), tidak tamat SMP, berdomisili di kawasan Jawa-Bali dan di

Hasil penelitian diperoleh bahwa umur ibu merupakan faktor risiko hipertensi dengan nilai OR = 2,566, status bekerja ibu merupakan faktor risiko hipertensi dengan nilai OR =

Rencana keperawatan pada anak dengan anemia aplastik menurut Taylor (2010) untuk diagnosa keperawatan pertama dan diagnosa kedua dan keenam menurut Betz and Swoden

Mata kuliah ini memberikan bekal kepada kita untuk dapat memberikan pengetahuan dan meningkatkan kesadaran anak didik kita, bahwa dunia yang luas ini perlu dipahami,

Bahwa hak atas kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan dan hak atas perlakuan yang adil tersebut telah dilanggar dengan berlakunya ketentuan tentang pemilihan pimpinan

Beberapa karakteristik yang harus dipenuhi suatu material yang digunakan sebagai katoda antara lain material tersebut terdiri dari ion yang mudah melakukan reaksi