FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLA PELAKSANAAN
PENYALURAN KREDIT KETAHANAN PANGAN DI PEDESAAN
:Kasus 2 Desa di Kabupaten Karawang
Oleh
:
MACHYUDIN AGUNG HARAHAP
KMP. 99533
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
MACHYUDIN AGUNG HARAHAP. Faktor yang Mempengaruhi Pola
Pelaksanaan Penyaluran Kredit Ketahanan Pangan di Pedesaan : Kasus 2 Desa di Kabupaten Karawang. Dibimbing oleh MUSA HUBEIS sebagai ketua; KRISHNARINI MATINDAS dan FARDA ROHADJI sebagai anggota.
Penelitian deskriptif korelasional dilaksanakan untuk mengkaji enam faktor, berikut : (1) karakteristik petani, (2) struktur sosial, (3) kebutuhan saluran informasi, (4) keeratan individu dari jaringan komunikasi, (5) kekompakan individu dari jaringan komunikasi, dan (6) hubungan karakteristik petani, struktur sosial, kebutuhan saluran informasi, jaringan komunikasi dan pola pelaksanaan kredit ketahanan pangan. Digunakan penarikan contoh purposif untuk menentukan 1 Kecamatan dan penarikan contoh acak sederhana dalam menentukan 2 desa, serta penarikan contoh purposif untuk menentukan 56 responden. Kategori dari peubah bebas adalah termasuk karakteristik petani, struktur sosial, kebutuhan saluran informasi (keterdedahan media) dan jaringan komunikasi ini. Peubah terikat adalah pola pelaksanaan kredit ketahanan pangan, dan analisa dilakukan dengan uji kategori khi-kuadrat (x2).
Dari hubungan antara karakter individu dan individu dalam mengadopsi kredit ketahanan pangan di Desa Dayeuh Luhur, diperoleh bahwa : lama bertani (x2) = 4,71, struktur sosial tidak terdapat adanya hubungan, kebutuhan saluran informasi terdiri dari: membaca majalah (x2) = 7,91; menonton TV (x2) = 4,08, dan mendengar radio (x2) = 7,91. Korelasi antara karakter individu dan individu
dalam mengadopsi kredit ketahanan pangan di Desa Lemah Karya adalah : tingkat pendidikan (x2) = 8,35 dan menonton TV (x2) = 6.64. Hubungan antara keeratan individu di Desa Dayeuh Luhur (x2) = 533, dan Lemah Karya (x2) = 0,31, kekompakan individu di Desa Dayeuh Luhur (x2) = 8,67 dan Lemah Karya (x2) =
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLA PELAKSANAAN
PENYALURAN KREDIT KETAHANAN PANGAN : Kasus 2
Desa di Kabupaten Karawang
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah di publikasikan
.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLA PELAKSANAAN
PENYALURAN KREDIT KETAHANAN PANGAN DI PEDESAAN
:Kasus 2 Desa di Kabupaten Karawang
MACHYUDIN AGUNG HARAHAP
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sain pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Faktor yang Mempengaruhi Pola Pelaksanaan Penyaluran Kredit Ketahanan Pangan : Kasus 2 Desa di Kabupaten Karawang
Nama : Machyudin Agung Harahap
NRP : 99533
Program Studi : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Musa Hubeis. MS. Dipl.
In?.
DEA KetuaD
%W
Kri hnarini atindas. AnggotaMengetahui,
Dra. ~ a r i . ~ ~ h ; d j i. MS.
2. Ketua Program Studi Komunikasi 3 .Direktur Program Pascasarjana
0
1 JUL 2002RIWAYAT HIDUP
Penulis di lahirkan di Jakarta pada tanggal 1 Mei 1974 sebagai anak ke enam dari tujuh bersaudara dari pasangan H. Maragindo Harahap dan Hj. Syarifah.
Penulis menamatkan pendidikan Sekolah Dasar tahun 1986 di SDN Anyelir
02 Depok, dari SMPN 98 Jakarta lulus tahun 1989 dan dari SMAN 97 Jakarta lulus di tahun 1992. Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Jurnalistik, Fakultas Komunikasi IISIP Jakarta, lulus pada tahun 1997 dan tahun 1999 diterima di Program Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan pada Program Pascasarjana IPB.
Menjadi staf pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bengkulu, pada tahun 1999 sampai dengan sekarang dan sejak tahun 1995-1996
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan bimbingannya, sehingga penulisan tesis berjudul Faktor yang Mempengaruhi Pola Pelaksanaan Penyaluran Kredit Ketahanan Pangan di Pedesaan: Kasus 2 Desa di
Kabupaten Karawang dapat diselesaikan.
Banyak hikmah bermakna dan sebagai suatu pelajaran maupun pengalaman berharga yang dapat penulis peroleh selama penelitian hingga terselesaikannya tesis ini . Tiada kata yang dapat disampaikan, kecuali ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Musa Hubeis sebagai Ketua Komisi Pembimbing, Ibu Dra. Krishnarini Matindas, MS dan Dra. Farida Rohadji, MS sebagai Anggota Komisi Pembimbing.
2. Prof. Dr. Zulkifli Husein, SE, MSc sebagai Rektor Universitas Bengkulu.
3. Drs. Suwarno Utomo, MS sebagai Dekan FISIPOL Universitas Bengkulu. 4. Hj. Dr. Ir. Aida Vitayala S. Hubeis sebagai Ketua Program Studi Komunikasi
Pembangunan Pertanian dan Pedesaan dan seluruh staf pengajar Magister Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan.
5. Mohammad Zulkarnain, SP, Ir. Khaji Anti dan Rio Fernando, SE yang
menjadi selama ini menjadi teman berdiskusi.
7. Eva Yulia Rakhma, SP, kehadiranmu sebagai cahaya yang telah memberikan motivasi, menghibur dan membantu penulis disaat akhir masa studi, mudah- mudah kau dapat menjadi teman hidupku.
Semoga segala bantuan dan perhatian yang telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis mendapat balasan dan amal yang baik dari Allah SWT. Akhirnya, penulis menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna, dan untuk itu penulis berharap, kiranya tesis ini dapat dimanfaatkan bagi pembaca yang berkepentingan.
Bogor, 13 Mei 2002
DAFTAR IS1
Halaman
. .
ABSTRAK...
11...
SURAT PERNYATAAN
...
111RI WAYAT HIDUP
...
iv KATA PENGANTAR...
vi DAFTAR IS1...
vii DAFTAR TABEL...
ix DAFTAR GAMBAR...
xDAFTAR LAMPIRAN
...
xiI
.
PENDAHULUAN...
1 A.
Latar Belakang...
1 B.
Tujuan Penelitian...
5I1
.
TINJAUAN PUSTAKA...
6 A.
Komunikasi...
6...
B
.
Struktur Sosial 7C
.
Kebutuhan Saluran Informasi...
10 D.
Jaringan Komunikasi...
13E
.
Adopsi Inovasi. Khalayak Aktif dan Pasif...
15 F.
Program Kredit Ketahanan Pangan...
17III.METODOLOG1 PENELITIAN
A
.
Kerangka Pemikiran...
23B
.
Tempat dan Waktu Penelitian...
26 C.
Pengumpulan Data...
26 D.
Analisis Data dan Reliabilitas Instrumen...
29 E.
Definisi Operasional...
31...
1V.HASIL DAN PEMBAHASANA
.
Karakteristik Petani...
B.
Struktur Sosial...
...
C
.
Kebutuhan Saluran InformasiD
.
Jaringan Komunikasi Interpersonal...
E.
Hubungan Karakteristik Petani dengan Pola Pelaksanaan KKP...
...
F
.
Hubungan Struktur Sosial dengan Pola Pelaksanaan KKPG
.
Hubungan Kebutuhan Saluran Informasi dengan Pola Pelaksanaan KKP...
...
H
.
Hubungan Jaringan Komunikasi dengan Pola Pelaksanaan KKP I.
Hubungan Antar Peubah Bebas (Karakteristik Petani, Struktur Sosial.V
.
KESIMPULAN DAN SARAN...
91 A.
Kesimpulan...
91B
.
Saran...
92...
DAFTAR PUSTAKA 93
DAFTAR GAMBAR
Gambar Teks Halaman
1
.
Faktor yang Mempengaruhi Pola Pelaksanaan Penyaluran KKPdi Pedesaan
...
25 2.
Matriks Komunikasi Interpersonal Tentang Pelaksnaan KKP di DesaDayeuh Luhur
...
543
.
Sosiogram Jaringan Komunikasi di Desa Dayeuh Luhur...
55 4.
Matriks Komunikasi Interpersonal Tentang Pelaksanaan KKP di DesaLemah Karya
...
58DAFTAR TABEL
Tabel Teks Halaman
1. Distribusi Keikutsertaan dalam kredit Pertanian
...
35 2. Distribusi Karekteristik Petani pada Desa Lemah Karya dan DayeuhLuhur
...
36 3. Distribusi Struktur Sosial pada Desa Lemah Karya dan DayeuhLuhur
...
4 14. Distribusi Kebutuhan saluran Inforrnasi pada Desa Lemah Karya dan
Dayeuh Luhur
...
49 5 . Peran Petani, Klik, Koneksi Individu dan Integrasi (Kekompakan)dalam Pelaksanaan KKP di Desa Dayeuh Luhur..
...
576. Peran Petani, Klik, Koneksi Individu dan Integrasi (Kekompakan)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Teks Halarnan
1
.
Faktor yang Mempengaruhi Pola Pelaksanaan Penyaluran KKPdi Pedesaan
...
25 2.
Matriks Komunikasi Interpersonal Tentang Pelaksnaan KKP di DesaDayeuh Luhur
...
543
.
Sosiogram Jaringan Komunikasi di Desa Dayeuh Luhur...
55 4.
Matriks Komunikasi Interpersonal Tentang Pelaksanaan KKP di DesaLemah Karya
...
58DAFTAR LAMPIRAN
Larnpiran T e b Halarnan
1
.
Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas...
...
2
.
Hubungan Karakteristik Petani dengan Pola Pelaksanaan KKP3
.
Hubungan Struktur Sosial dengan Pola Pelaksanaan KKP...
4.
Hubungan Kebutuhan Saluran Informasi dengan Pola Pelaksanaan KKP..
5.
Hubungan Jaringan Komunikasi dengan Pola Pelaksanaan KKP...
6.
Hubungan Karakteristik Petani dengan Struktur Sosial...
7
.
Hubungan Karakteristik Petani dengan Kebutuhan Saluran Informasi...
8
.
Hubungan Struktur Sosial dengan Kebutuhan Saluran Informasi...
9.
Hubungan Jaringan Komunikasi dengan Kebutuhan Saluran Informasi....
...
10
.
Daftar Pertanyaan...
1 1
.
Surat Ijin Penelitian...
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan pada hakekatnya adalah upaya untuk mencapai taraf hidup
yang lebih berkualitas sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku. Menurut Soemardjan (1993), pembangunan merupakan suatu proses perubahan disegala
bidang yang dilakukan dengan sengaja berdasarkan suatu rencana. Perubahan ini lazimnya dikehendaki oleh pemerintah dan masyarakat. Pelaksanaan pembangunan telah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat guna meningkatkan taraf hidup. Sebagai ilustrasi, untuk sektor pertanian,
misalnya telah tersedia jaringan irigasi yang rnemadai, teknologi pertanian, lembaga perkreditan, prasarana jalan dan pasar yang telah banyak dimanfaatkan para petani.
Salah satu upaya mendorong peningkatan pertumbuhan masyarakat petani ialah melalui strategi komunikasi yang membawa nilai-nilai baru positif, dan
melalui mekanisme-mekanisme yang berlaku, sehingga dapat menerima dan menyesuaikan diri dengan nilai-nilai baru tersebut. Dalam ha1 ini, dapat dikatakan bahwa setiap masyarakat memiliki cara komunikasi tertentu, seperti diketahui, struktur masyarakat desa sangat beragam, baik desa maju maupun desa belum maju, sehingga jaringan komunikasinya juga berbeda. Oleh karena itu, jaringan
kemudian membentuk struktur jaringan komunikasi yang berbeda. Di sisi lain, pada sebagian besar masyarakat petani di pedesaan masih merniliki pola komunikasi yang bersifat personal antar anggotanya. Dalam penerapannya, konsep komunikasi penunjang pembangunan dilaksanakan di tingkat khusus, lokal dan atau rnikro, Dalam pendekatan ini, media komunikasi yang digunakan
disesuaikan dengan budaya setempat, serta arus inforrnasi yang berjalan secara interaktif dan partisipatif (Jayawira, 1978). Oleh karena itu, kebijaksanaan komunikasi di Indonesia diarahkan untuk marnpu menciptakan iklim yang mampu
mendorong terjadinya interaksi secara terbuka, dinamis dan bertanggungjawab antar sesama warga masyarakat dengan pemerintah, dalam memperoleh informasi pembangunan beserta hasil-hasilnya.
Menurut Soemardjan (1993), lebih dari 57% masyarakat Indonesia berdiam di daerah pedesaan. Sebagaimana diketahui potensi masyarakat desa lebih lemah dibandingkan masyarakat kota yang mempunyai segala kemampuan untuk membangun, baik kemampuan sosial, maupun kemampuan ekonomi. Sebagai ilustrasi, di bidang ekonomi kemampuan swasta lebih besar daripada pemerintah, sedangkan di desa karena inisiatif masyarakat relatif rendah, maka
sedang mengalami masa transisi memperlihatkan adanya perubahan dari sistem masyarakat tertutup ke masyarakat terbuka (Kappi, 1988).
Dalam ha1 ini, Kabupaten Karawang adalah salah satu Daerah Tingkat I1 di Propinsi Jawa Barat yang termasuk melaksanakan program KKP. Program KKP
telah dilaksanakan mulai tanggal 12 Desember 2000, dimana para petani dari 20 Kecamatan di wilayah Kabupaten Karawang diberikan kesempatan untuk memperoleh kredit yang dialokasikan oleh pemerintah sebesar Rp. 15,2 milyar.
Luas lahan pertanian Kabupaten Karawang ,175.327 Ha, dimana tanaman yang paling banyak dikembangkan oleh para petani adalah jenis padi. Kecamatan Tempuran adalah Kecamatan di Kabupaten Karawang yang memiliki jumlah kelompok tani sebanyak 192 kelompok. Dipilihnya Kecamatan Tempuran sebagai tempat penelitian, karena Kecamatan ini sebagai pemasok beras potensial dan selain itu memiliki desa yang cukup beragam, dimana Desa Dayeuh Luhur mewakili desa maju, sedangkan Desa Lemah Karya mewakili desa tidak maju. Desa Dayeuh Luhur memiliki luas areal persawahan 450 Ha dan Desa Lemah Karya luas areal persawahan 480 Ha (Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, 2000). Kedua desa ini diambil sebagai wilayah pengambilan populasi penelitian diharapkan dapat menggambarkan jaringan komunikasi, dimana arus informasi
Dari data terakhir BRI Kabupaten Karawang, 33 petani di Desa Dayeu Luhur yang telah mengikuti program KKP, terrnasuk ke dalam 7 kelompok tani, dengan luas lahan 168 Ha dan jumlah kredit sebesar Rp. 386.500.000,-. Sedangkan di Desa Lemah Karya 23 petani dengan jumlah luas lahan 62 Ha, ikut dalam program KKP dengan jumlah kredit Rp. 142.600.000,-. (Penyaluran KKP di Kabupaten Karawang oleh BRI, 13 Maret 200 1).
Berdasarkan karakteristik petani, struktur sosial, kebutuhan saluran infomasi dan jaringan komunikasi di kedua desa di Kabupaten Karawang maka
dilakukan penelitian untuk menjawab beberapa persoalan yang mempengaruhi pola pelaksanaan penyaluran Kredit Ketahanan Pangan di dua desa yang berbeda keragamannya.
1. Bagaimana karakteristik petani padi di Desa Dayeuh Luhur dan Desa Lemah
Karya ?
2. Bagaimana struktur sosial petani padi di Desa Dayeuh Luhur dan Desa Lemah Karya?
3. Bagaimana kebutuhan saluran informasi petani padi di Desa Dayeuh Luhur dan Desa Lemah Karya ?
4. Bagaimana keeratan (koneksi) jaringan komunikasi di Desa Dayeuh Luhur dan Desa Lemah Karya ?
5. Bagaimana kekompakan (integrasi) jaringan komunikasi di Desa Dayeuh Luhur dan Desa Lemah Karya ?
6. Bagaimana hubungan karakteristik, struktur sosial, kebutuhan saluran informasi dan jaringan komunikasi dengan pola pelaksanaan penyaluran KKP
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan program KKP di Kabupaten Karawang, yaitu :
1. Menjajaki karakteristik petani padi di Desa Dayeuh Luhur dan Lemah Karya, Kabupaten Karawang.
2. Menjajaki struktur sosial petani padi di Desa Dayeuh Luhur dan Desa Lemah
Karya
3. Menjajaki kebutuhan saluran informasi petani padi di Desa Dayeuh Luhur dan Desa Lemah Karya
4. Menjajaki keeratan jaringan komunikasi petani padi di Desa Dayeuh Luhur dan Desa Lemah Karya
5. Menjajaki kekompakan jaringan komunikasi petani padi di Desa Dayeuh Luhur dan Desa Lemah Karya.
6. Menjajaki hubungan karakteristik, struktur sosial, kebutuhan informasi dan jaringan komunikasi dengan pola pelaksanaan KKP di Desa Dayeuh Luhur
11. TINJAUAN PUSTAKA
A. Komunikasi
Menurut Rogers and Kincaid (1981), komunikasi adalah proses dimana para partisipan membuat dan berbagi informasi satu sama lain, dalam upaya mencapai saling pengertian. Bila ditinjau dari komunikasi interpersonal, tujuan komunikasi adalah berhubungan dengan to communicate with, daripada sekedar mempengaruhi atau diartikan sebagai proses kebersamaan atau berbagi informasi
melalui saling pengertian. Seiler dalam Muhammad (1988), mendefinisikan bahwa komunikasi sebagai proses menggunakan simbol verbal dan non verbal yang dikirimkan, diterima dan diberi arti oleh pihak-pihak yang terkait dengan proses tersebut. Effendi (1 993) mendefinisikan bahwa komunikasi sebagai suatu penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain, dalam upaya memberikan atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik langsung atau secara lisan maupun tidak langsung melalui media.
Wilson (1989), mengatakan komunikasi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai proses pertukaran informasi, ide antara individu dengan individu lain, atau juga dapat didefinisikan sebagai usaha mencapai pemahaman
Gibb, et. al. (1992) menjabarkan konsep yang penting dalam proses komunikasi, yaitu (1) harus diawali dengan pengiriman informasi yang tepat, (2) penerima harus mengerti informasi dan (3) penerima harus menerima informasi yang dikirirnkan kepadanya. Jika ketiga proses tersebut berjalan, maka proses yang ke (4) adalah tindakan. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa proses komunikasi terjadi karena adanya dua atau lebih individu, bahkan yang jumlahnya lebih besar pada suatu kegiatan komunikasi, sehingga dikatakan bukan sekedar proses aksi reaksi, tetapi merupakan proses transaksional atau saling bertukar informasi antara dua individu atau lebih, dimana proses komunikasi yang terjadi selalu berorientasi kepada khalayak melalui pola komunikasi.
B. Struktur Sosial
Struktur Sosial menurut Johnson dalam Lawang (1986) adalah konsep
abstrak yang tidak dapat diarnati, pengamatan hanya dapat dilakukan terhadap individu atau perilakunya. Titik berat perhatiannya bukan pada individu atau interaksi antara individu, melainkan pada pola-pola tindakan dan jaringan-jaringan
interaksi yang disimpulkan dari pengamatan terhadap keteraturan dan keseragaman (pola-pola tindakan) dalam waktu dan ruang. Satuan-satuan yang menjadi penting dalam kenyataan di masyarakat adalah posisi-posisi sosial dan peran sosial mereka. Oleh karena itu, penekanannya dapat dilihat dalam bentuk
struktur sosial kecil ataupun besar. Besar ataupun kecilnya struktur sosial masyarakat sangat dipengaruhi besar ataupun sedikitnya jumlah anggota masyarakatnya.
sebagai suatu rencana atau sistem. Struktur sosial suatu masyarakat meliputi berbagai kelompok yang terjadi dari orang banyak dan meliputi pula lembaga- lembaga di mana orang banyak tadi ikut ambil bagian. Dalam struktur sosial tidak terlepas dengan fimgsi sosial. Sajogyo (1985) mengatakan bahwa fimgsi sosial adalah cara bagaimana sebenarnya berbagai hubungan sosial (orang banyak) itu bekerja, mengatur hidup orang seorang d m sifat masyarakat itu. Dalam struktur sosial sangat jelas dibatasi adanya peran sosial yang mengatur hubungan antar anggota masyarakatnya. Dalam ha1 ini, Harper (1989) menyatakan bahwa struktur sosial merupakan sebuah jaringan kerja hubungan sosial yang berkesinambungan dan di dalamnya terjadi interaksi dari suatu yang rutin dan selalu terjadi. Dalam level abstrak yang selalu berkembang, struktur sosial dapat dipahami sebagai keseimbangan berbagai peran sosial, kelompok, organisasi, institusi dan kelompok masyarakat.
Perspektif Comte dalam Johnson (1 986) mengatakan bahwa struktur sosial mencerrninkan pengetahuan (epistimologi) yang dominan, dengan begitu kemampuan intelektual dan pengetahuan akan turnbuh dan bertambah. Oleh
karena itu, sebagian ahli sosial berasumsi bahwa struktur sosial berkaitan dengan tipe kebudayaan yang berupa seperangkat simbol untuk berkomunikasi. Sedangkan Doorn dalam Sajogyo (1985), mengatakan bahwa struktur sosial suatu grup atau suatu masyarakat dapat digambarkan dengan dua alternatif. Alternatif pertama, sebagai jaring-jaring sejumlah relasi sosial dan hubungan sosial di dalam suatu pola atau kombinasi yang agak mantap unsur-unsurnya,
relasi dan hubungan sosial itu. Alternatif ke dua adalah struktur sosial dapat pula dilihat sebagai kombinasi atau susunan sejumlah posisi sosial yang berhubungan
dan saling mengisi. Pengertian posisi sosial menggambarkan titik-titik pusat atau pertemuan sejumlah relasi dan hubungan sosial yang berpusat atau bertemu pada diri pelaku tertentu yang berintegrasi atau berkomunikasi.
Durkheim dalarn Johnson (1986) berpandangan bahwa struktur sosial berisi pembagian kerja untuk meningkatkan pertumbuhan dari solidaritas mekanis ke solidaritas organik. Sebagai ilustrasi, solidaritas mekanis dicirikan sebagai masyarakat desa dengan pembagian kerja rendah, kesadaran kolektif kuat, hukum represif yang dominan, individualitas yang rendah, konsensus terhadap pola-pola norrnatif, keterlibatan komunitas dalam menghukum orang yang menyimpang, saling ketergantungan yang relatif rendah, bersifat primitif atau pedesaan Solidaritas organik melekat pada masyarakat kota, yang antara lain dicirikan
pembagian kerja yang tinggi, kesadaran kolektif lemah, hukum restitutif yang dominan, individualitas tinggi, konsensus pada nilai-nilai abstrak dan umurn badan-badan kontrol sosial yang menghukum orang yang menyimpang, saling ketergantungan yang tinggi dan bersifat industrial perkotaan. Secara singkat, Suparlan (1 994) menyatakan bahwa masyarakat perkotaan bercirikan kebudayaan
industri, sedangkan masyarakat pedesaan bercirikan kebudayaan agraris. Namun
menurutnya, kota dan desa atau masyarakat perkotaan dan pedesaan, walaupun saling berbeda, berada dalam suatu hubungan timbal balik yang saling menghidupi satu sama lainnya.
media massa. Struktur sosial yang dimaksud adalah berisi kurnpulan aturan-aturan dan berupa model pengetahuan yang terdapat dalam suatu kebudayaan yang digunakan oleh manusia untuk memahami dan menginterpretasi interaksi sosial yang sedang dihadapi dan menjadi pedoman untuk mewujudkan interaksi sosial. Struktur sosial merupakan sebuah jaringan komunikasi yang keberadaannya terdiri dari hubungan sosial. Dalam ha1 ini, Cook (1 982) menyatakan bahwa posisi kekuatan seseorang di dalam suatu masyarakat dapat mempengaruhi perubahan struktur jaringan.
Aktivitas masyarakat, dalam ha1 ini para petani sebagai anggota suatu jaringan sosial dipengaruhi oleh hubungan sosial yang sudah terbentuk di masyarakat. Nilai-nilai sosial atau kebiasaan hidup sehari-hari mempengaruhi hubungan komunikasi diantara para petani sebagai individu atau dengan kelompok tani.
C. Kebutuhan Saluran Informasi
Dalam perkembangan dunia yang semakin global, informasi yang diterima oleh masyarakat semakin beragam. Menurut Soemardjan (1993), banyaknya
Menurut Pace dalam Mulyana (1998), informasi adalah suatu istilah untuk merujuk kepada apa yang kita sebut pertunjukkan pesan dan sering digunakan untuk merujuk kepada nilai keuntungan dan kerugian, evaluasi kinerja dan pendapat pribadi yang dinyatakan dalam surat dan memo, laporan teknis dan data. Soemardjan (1993) juga menyatakan bahwa informasi adalah segala hasil pemikiran manusia yang dapat ditulis dalarn kata-kata, angka atau simbol lainnya. Informasi dapat dibedakan menjadi informasi konsumtif yang dapat dinikrnati oleh pihak yang menerimanya, sehubungan dengan sifat-sifat yang terkandung di dalamnya, dan informasi modal yang diperlukan dalam proses produksi. Menurut Rogers (1976), informasi adalah suatu perubahan dalam beberapa pilihan yang
memungkinkan cenderung terjadi pada suatu keadaan.
Darjat (1999) mengatakan bahwa informasi adalah suatu atau kesatuan pernyataan, fakta, konsep atau ide, yang berhubungan erat dengan pengetahuan, yang mana apabila infomasi tersebut diasimilasikan, dikorelasikan dan dimengerti akan menjadi suatu pengetahuan. Dalam ha1 ini, informasi berupa pengetahuan baru, teori, prinsip, ide teknologi baru, desain baru, produk baru, proses, prototipe, penyempurnaan, metoda, dll. Sedangkan Jarrnie (1994) menyatakan bahwa
informasi dalam bidang pertanian merupakan salah satu surnber daya yang dibutuhkan untuk memberi dukungan bagi pengambil keputusan untuk menentukan diversifikasi usaha tani sesuai keunggulan komparatif berorientasi agribisnis dan agroindustri guna memperoleh pendapatan riil lebih tinggi.
pedesaan. Dari hasil pengamatan di beberapa desa di Kabupaten Karawang, bahwa pengguna KUT lebih banyak dimanfaatkan oleh petani yang memiliki atau dekat dengan sumber informasi.
Selain media tatap muka atau face to face communication, media massa juga berperan dalam menyampaikan informasi tentang kredit. Menwut Rogers (1983), media massa dapat menjangkau khalayak yang lebih luas, menambah pengetahuannya, menyebarkan informasi, dan ada juga beberapa media massa yang dapat mengubah sikap sasaran atau pembacanya. Menurut Wright (1988), media massa kadangkala berfungsi lebih baik daripada komunikasi interpersonal sebagai sumber pertama kesadaran akan adanya suatu gagasan baru, teknik baru
atau inovasi-inovasi lainnya, atau media massa dan media tatap muka saling melengkapi. Sebagai ilustrasi, Rogers dalam Sihabudin (1999) mengatakan bahwa keterlibatan komunikasi pertanian dalam menyampaikan pesan melalui media massa langsung kepada pemuka pendapat (opinion leader), selanjutnya kepada kelompok dan akhirnya kepada individu dengan tatap muka atau melalui dua tahap dalam penyampaiannya.
Dari gejala yang dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa petani dan
kelompok tani berkemungkinan aktif menyelenggarakan seleksi informasi yang diterimanya, baik melalui media massa ataupun media tatap muka, petani yang aktif kemudian melaksanakan program KKP, mendiamkan atau meneruskan informasinya kepada petani dan kelompok tani lain melalui jaringan sosial yang ada di masyarakat. Jaringan sosial masyarakat mempengaruhi struktur jaringan
tidak melaksanakan program KKP, karena tidak mengerti atau memahami dengan jelas.
D. Jaringan Komunikasi
Rogers and Kincaid (1981), mendefinisikan bahwa jaringan komunikasi
sebagai interconected individuals yang dihubungkan melalui pola arus komunikasi tertentu. Dalam konteks ini, istilah jaringan komunikasi digunakan sebagai interpersonal network yang terdiri dari individu dengan individu
(communication relationship), individu dengan kelompok (communication
network) clan media dengan individu atau kelompok (communication and media).
Dalam ha1 h i , Infate (1993) menyebutnya sebagai konteks komunikasi interpersonal dan media massa.
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai jaringan komunikasilinformasi diantaranya Departemen Penerangan yang bekerjasama dengan PT. Inscore ( 1 97711 978), Adikarya ( 1 978) dan Setiawan ( 1 989).
Beberapa temuannya, antara lain mengemukakan bahwa jaringan komunikasi sosial berbeda-beda dalam berbagai aspek. Dilihat dari bentuk, luas dan ciri-ciri suatu jaringan tidak bisa dipukul rata. Struktur masyarakat desa besar pengaruhnya terhadap jaringan komunikasi. Dalam ha1 ini, pimpinan desa berperan sebagai gate-keeper informasi, terutama yang mempdyai nilai ekonomi
Katz dalam Yum (1983) mendefmisikan bahwa jaringan komunikasi sebagai sekelompok orang yang melakukan pembicaraan dengan individu- individu lainnya dan melakukan kontak hubungan yang merupakan sebuah hubungan atau pertalian komunikasi. Sedangkan Mitchel (1969) mengatakan bahwa jaringan komunikasi merupakan satu perangkat pertalian interaksi diantara orang-orang tertentu yang terlibat, dengan tambahan bahwa karakteristik pertalian itu merupakan suatu keseluruhan yang bisa dipergunakan untuk menafsirkan perilaku sosial orang yang terlibat tersebut.
Jahi (1988) menyatakan bahwa istilah jaringan sosial komunikasi menunjukkan lingkaran pergaulan langsung seseorang pada suatu topik tertentu. Jaringan sosial ini mempengaruhi individu-individu anggotanya, sehingga
mempercepat proses penyebaran dan pengadopsian topik tersebut yang bisa saja merupakan pesan-pesan pembangunan. Oleh karena itu, jaringan komunikasi petani, pada saatnya akan membentuk suatu pola komunikasi, dari suatu proses komunikasi yang terjadi, baik dari dalam maupun dari luar yang mempengaruhi
terjadinya proses. Dalam ha1 ini dapat dikatakan bahwa jaringan komunikasi merupakan keterkaitan antar individu yang diikat oleh pola arus informasi (Rogers, 1981). Dari sebuah studi yang dilakukan oleh Smitha and Leavitt dalam
Gibb (1992) dihasilkan pola-pola komunikasi dan untuk menjelaskan pola-pola
komunikasi tersebut, digunakan analisis matematika untuk pola yang berhubungan dengan suatu indeks penyebaran, indeks pemusatan dan indeks periferalitas. Courtwright, et. a1 (1989) dalam Mulyana (1998) meneliti pola-pola komunikasi dalam sistem organik dan mekanistik. Dalam ha1 ini, kesimpulan yang
dengan pengendalian menyebar) bersifat konsultatif dan dalam sistem mekanistik (ditandai dengan pengendalian secara hierarki menyerupai komando. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dengan mengetahui jaringan komunikasi, bermanfaat untuk mengefektifkan arah dan sasaran penyampaian pesan atau informasi-informasi pembangunan pada sasaran.
E. Adopsi Inovasi, Khalayak Aktif dan Pasif
Program perkreditan dalam bidang pertanian di Indonesia selalu
mengalami inovasi, dahulu sebelum dilaksanakannya program KKP, juga pernah dilaksanakan program perkreditan seperti KIK, KMKP dan KUT yang diperuntukkan untuk meningkatkan permodalan para petani. Menurut Mubyarto (1988) terdapat kaitan antara tingkat pendidikan petani dengan jenis kredit yang
dimanfaatkan, antara lain IUK dan KMKP lebih banyak dimanfaatkan oleh petani yang berpendidikan akademi atau universitas. Pada kredit Bimas, petani yang terbanyak meminjam adalah yang berpendidikan SMP. Maka dari itu, penyebaran
informasi tentang KKP melalui media massa dan komunikasi transaksional, pada hakekatnya memiliki isi informasi "baru" bagi petani yang berposisi sebagai komunikan, yang umumnya belum memahami dengan baik tentang program KKl'.
Menurut Rogers (1969), suatu inovasi dapat berupa gagasan, cara atau barang yang dianggap baru oleh seseorang atau unit adopsi lain (individu lain yang mengadopsi). Maksud dari sifat "baru" ditentukan oleh individu yang
1971). Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa suatu inovasi belum tentu akan selalu diadopsi oleh para pengadopsi secara langsung, ini tergantung dari adanya ketidakpastian yang dimunculkan dari inovasi tersebut termasuk keuntungan dan kerugiannya. Dalam kondisi apapun sangat jarang sekali ditemukan seorang pengadopsi langsung menerima suatu keputusan untuk menggunakan sepenuhnya suatu inovasi, setidaknya dibutuhkan proses waktu untuk melaksanakan ha1 tersebut. Kemudian Rogers and Shoemaker (1971) menjelaskan lima tahapan proses adopsi : (1) kesadaran, (2) menaruh minat, (3) menilai, (4) mencoba menerima dan (5) melaksanakan. Bila dikaitkan dengan program KKP dikedua
desa dapat dikatakan bahwa petani di Desa Lemah Karya dan Dayeuh Luhur
sudah dalam tahapan melaksanakan inovasi tentang KKP. Tucker dalam Mulyana (1998) menyatakan bahwa proses adalah suatu interaksi berkesinambungan dari sejumlah faktor, dimana setiap faktor mempengaruhi faktor lainnya. Dalam ha1 ini, pendekatan proses memandang peristiwa-peristiwa dan hubungan-hubungan
secara dinamik, selalu berubah dan berkesinambungan. Untuk itu, komunikasi tidah hanya terdiri dari tindakan-tindakan atau faktor-faktor mutlak dengan batasan yang ketat. Ide-ide tentang pendekatan proses adalah antitesis dari ide
tentang kestatistikan, permanensi dan hubungan sebab akibat secara sederhana. Sebagai ilustrasi, Rogers (1983) menyatakan tahapan umum yang dilalui dalam proses pengambilan keputusan inovasi meliputi : (a) tahap pengenalan, (b) tahap persuasi, (c) tahap pengambilan keputusan, (d) tahap implementasi, dan (e) tahap konfirmasi.
keragu-raguan dan ketidakpastian. Dalam ha1 ini, sering diperoleh melalui teman- teman, kerabat dekat atau media massa yang berkaitan tentang inovasi yang dibutuhkan. Dalam konteks petani atau kelompok tani bertukar informasi dengan petani dan kelompok tani lain, melalui suatu proses yang didasari pada prinsip saling ketergantungan untuk mengurangi keragu-raguan atau bahkan ketidakpastian, sehingga petani tersebut bersedia mengadopsi suatu inovasi.
Khalayak aktif dalam adopsi suatu inovasi, sesuai yang dikemukakan oleh
Rogers (1983) adalah orang-orang yang mengadopsi suatu inovasi pada tahap lebih awal yang terdiri dari innovator (innovators), adopter terdahulu (early
adopter) clan mayoritas terdahulu (early majority), dimana kesemuanya cenderung lebih berpendidikan, mengelola unit pertanian yang lebih luas (usaha tani yang lebih luas), dan sering kali usaha taninya itu lebih khusus daripada yang dikelola oleh pengadopsi yang lebih lamban. Hal lainnya mereka yang memiliki status sosial yang lebih tinggi dan mau menggunakan kredit lebih banyak. Tentu ha1 ini
membantah gambaran selama ini, dimana pengadopsi yang cepat ternyata mungkin saja berusia muda atau tua. Sedangkan Khalayak yang pasif dalam adopsi suatu inovasi. Menurut Rogers (1983), ha1 tersebut merupakan orang-orang yang melakukan adopsi pada tahap kemudian, yang terdiri dari mayoritas berikutnya (late majority) dan orang-orang yang terlambat atau tradisonal
(laggards), dimana memiliki status sosial di bawah, sedikit memanfaatkan media
massa, keahlian (spesialisasi) yang kecil dan pendapatan yang relatif rendah.
F. Program Kredit Ketahanan Pangan
Program pemerintah guna meningkatkan kemampuan kesejahteraan
yang sebelumnya dikenal sebagai program Kredit Usaha Tani (KUT). KKP
adalah kredit investasi dan atau modal kerja yang diberikan oleh Bank Pelaksana kepada petani, peternak, nelayan dan petani ikan, kelompok (tani, peternak,
nelayan dan petani ikan) dalam rangka pembiayaan intensifikasi padi, jagung, kedelai, ubi kayu, dan ubi jalar, pengembangan budi daya tanarnan tebu, peternakan sapi potong, ayam buras dan itik, usaha penangkapan dan budi daya ikan, serta kepada koperasi dalam rangka pengadaan pangan berupa gabah, jagung
dan kedelai. Pelaksanaan KKP sesuai SK. Menteri Keuangan. No. 3451 KMK. 171 2000, tertanggal22 Agustus 2000 dan SK perubahannya No. 41 7lKMK. 1712000 tanggal 5 Oktober 2000 tentang KKP dan azas-azas perkreditan yang sehat. Pelaksanaan KKP bertujuan untuk peningkatan ketahanan pangan nasional dan peningkatan pendapatan petani, peternak, nelayan dan petani ikan melalui
penyediaan kredit investasi dan atau modal kerja dengan tingkat bunga yang terjangkau dengan suku bunga sebesar 12% per tahun.
Proses penyaluran KUT adalah pola chanelling, dimana Kantor
Departemen Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah (Kandepkop PKM) berperan sebagai pemutus kredit. Sedangkan KKP menggunakan pola executing
yang pelaksanaannya baru dimulai pada musim tanam Oktober 2000 - Maret 2001, dimana Kandepkop PKM hanya sebagai perantara, dan sebagai pemutus
kredit adalah bank-bank pelaksana yang ditunjuk oleh pemerintah. Bank
pelaksana tersebut nantinya akan bertanggungjawab atas pengembalian kredit (Bisnis Indonesia, 2000). Perubahan teknis pelaksanaan penyaluran kredit itu didasari oleh terjadinya penyimpangan KUT di lapangan. Oleh karena itu, KKP
bentuk penyimpangan, karena bank-bank pelaksana diharuskan lebih selektif terhadap para calon penerima kredit. Salah satu contoh bentuk penyimpangan adalah pelaksanaan KUT yang macet di Propinsi Jawa Barat, yaitu dari dana KUT sebesar Rp 2 trilliun yang digulirkan telah mengalami kemacetan sebanyak 1,98 trilliun atau hanya Rp 2 milyar saja yang baru dikembalikan ke pemerintah sampai dengan Juni 2000, selebihnya masih berada di masyarakat (Pelita, 2000). Padahal waktu pengembaliannya sudah diberikan perpanjangan, dimana batas pengembalian KUT sebenarnya jatuh tempo per Maret 2000. Gejala yang serupa terjadi di beberapa daerah, seperti Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sumatera Selatan, Jawa Tengah.
Sebagai ilustrasi, laporan hasil audit kinerja KUT Tahun Penyediaan (TP) 199811999 dan 199912000 yang dilakukan oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) menemukan bahwa penyelenggaraan Program KUT TP
199811 999 dan 199912000 tidak berhasil memfasilitasi modal usaha tani dalam rangka melaksanakan teknologi terapan yang dianjurkan. Jumlah realisasi dana KUT per 31 Maret 2000 berdasarkan data dari Departemen Koperasi dan PKM adalah sebesar Rp. 8,233 milyar untuk TP 199811999 dan Rp. 650 milyar untuk
TP
199912000. Nilai Indikator Utama Kinerja (Key Performance Indicators/KPi)a. ketepatan waktu yang hanya memperoleh nilai pencapaian 16,50%, menunjukkan bahwa Program KUT tidak berhasil dilakukan secara tepat waktu (melewati jadwal taman).
b. Kualitas pelaksanaan program KUT secara keseluruhan hanya
memperoleh nilai pencapaian indikator 40,66%. Hal ini menunjukkan bahwa Program KUT tidak berhasil untuk memenuhi kualitas pelaksanaannya dalam bentuk penyampaian kepada target Program KUT (tidak mempunyai executing agents, dan lambatnya proses kredit di
chanelling agents, serta hanya mampu memfasilitasi kebutuhan modal
usaha tani kepada 32,71% dari total petani yang mengolah areal intensifikasi). Selain itu, program KUT tidak berhasil memberikan dukungan terhadap penerapan teknologi anjuran, yang tercerrnin dari sering tidak sesuainya nilai kebutuhan indikatif sebagai dasar alokasi
kredit dengan kebutuhan nyata modal usaha taninya.
c. Indikator Ketepatan Pelaksanaan KUT menunjukkan nilai pencapaian
77,66% untuk ketepatan penyaluran (KUT yang tepat waktu) dan 94,52% untuk ketepatan penggunaan (KUT yang tepat waktu dan tepat salur). Hal ini menunjukkan bahwa kinerja suatu tahapan Program KUT relatif baik, apabila kegiatan sebelurnnya telah dijalankan dengan benar. Namun
demikian, pelaksanaan KUT tidak berhasil dalam memenuhi ketepatan pengembalian, karena hanya memperoleh nilai pencapaian 2 1,8 1 %.
pelaksanaannya disamaratakan, padahal karekteristik petani, struktur sosial dan tingkat kebutuhan masyarakat sangat berbeda. Hal yang serupa diduga akan ditemui pada pelaksanaan KKP, karena struktur masyarakat dan kebutuhan informasi masyarakat sangat berbeda. Disamping itu perlu dilihat apakah pola executing yang akan diterapkan pada pelaksanaan KKP menjadi lebih efektif ataukah malah menambah persoalan baru, yang justru dapat menjadi kendala proses peningkatan dan pengembangan pertanian di Indonesia.
Prosedur penyaluran KKP adalah sebagai berikut:
1. Permohonan KKP dapat diajukan oleh petani, peternak, nelayan dan petani
ikan kepada Bank Pelaksana melalui kelompok (tani, peternak, nelayan dan petani ikan) dan atau koperasi dalam bentuk RDKK yang disusun dengan
memperhatikan pedoman indikatif kebutuhan dana KKP dan pedoman lainnya yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan dan Perkebunan, Menteri Eksplorasi Laut dan Perikanan dan Menteri Negara Koperasi dan Pengusaha Kecil Menegah, serta Bank pelaksana dan telah
disetujui oleh PPL dan atau Kantor Dinas terkait setempat.
2. Dalam ha1 permohonan KKP tersebut pada butir (1) diajukan melalui
koperasi, maka permohonan KKP disarnpaikan oleh koperasi kepada Bank
Pelaksana dalam bentuk rekapitulasi RDKK yang disertai RDKK masing- masing kelompok (tani, peternak, nelayan dan petani ikan).
4. Persetujuan pemberian KKP diputuskan oleh Bank Pelaksana atas dasar
pertimbangan kelayakan sesuai dengan azas-azas perkreditan yang sehat.
PPL dan atau Dinas terkait setempat ikut membantu mengawasi pelaksanaan
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini ingin mengetahui faktor yang mempengaruhi pola pelaksanaan dalam penyaluran KKP di pedesaan. Penelitian ini melibatkan
karakteristik petani, struktur sosial, kebutuhan saluran informasi dan jaringan komunikasi yang merupakan peubah bebas. Sedangkan penyaluran
KKP
adalah pelaksanaan KKP di pedesaan yang merupakan peubah terikat.Peubah bebas penelitian ini ingin mengetahui data non jaringan dan data jaringan. Untuk data non jaringan terdiri dari karakteristik petani yaitu umur, tingkat pendidikan, penguasaan bahasa, lama bertani daan pendapatan petani. Selanjutnya adalah struktur sosial yang terdiri dari status petani dalam kelompok
tani, keaktifan dalam kelompok tani dan pertemuan kelompok tani. Kebutuhan saluran informasi yang terdiri dari pergi ke kota, mencari informasi melalui media, membaca surat kabar, membaca majalah, menonton TV dan mendengar radio. Untuk data jaringan komunikasi yang ingin diamati adalah indeks keeratan
(koneksi) dan indeks kekompakan (integrasi). Pada data jaringan komunikasi akan dapat dilihat bagaimana individu yang terlibat saling berbagi informasi mengenai KKP. Bagaimana keeratan mereka dalam berbagi informasi mengenai
KKP dan bagaimana kekompakan mereka dalam berbagi informasi tentang KKP,
jaringan komunikasi tersebut juga dapat diamati jumlah klik yang mungkin
terjadi.
Peubah terikat penelitian ini adalah pola pelaksanaan KKP dalam ha1 ini
adalah petani yang menerima penyaluraan kredit dan melaksanakan sejak
KUT
kemudian melanjutkan dengan KKP, atau hanya menerima penyaluran kredit dan melaksanakan KKP saja. Hubungan yang juga ingin diketahui adalah hubunganantara peubah bebas yaitu karakteristik petani dengan struktur sosial, kebutuhan saluran informasi dengan struktur sosial, karakteristik petani dengan kebutuhan saluran informasi serta kebutuhan saluran informasi dengan jaringan komunikasi.
Peubah bebas (X) Karakteristik Petani Umur Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan Penguasaan Bahasa Pengalaman Bertani Pendapatan Petani Luas Lahan Pertanian
Status Lahan Pertanian
[image:177.549.75.489.73.529.2]Peubah terikat (Y)
Gambar 1. Faktor yang mempengaruhi pola pelaksanaan dalam penyaluran KKP
di Pedesaan
-
---D.
Berdasarkan kerangka pemikiran yang dihubungkan dapat disusun
hipotesis penelitian berikut :
1. Ada hubungan antara karakteristik petani padi dengan pola pelaksanaan KKP di Desa Dayeuh Luhur dan Lemah Karya ?
2. Ada hubungan antara struktur sosial petani padi dengan pola pelaksanaan
KKP di Desa Dayeuh Luhur dan Lemah Karya ?
Pola pelaksanaan
Struktur Sosial KKP
Peran Sosial b .KUT&KKP
Kelompok OKKP
Organisasi Institusi
-
Kebutuhan Saluran Informasi Media Tatap Muka Media Massa (cetak dan elektronik)Jaringan Komunikasi Koneksi
3. Ada hubungan antara kebutuhan saluran informasi petani padi dengan pola pelaksanaan KKP di Desa Dayeuh Luhur dan Desa Lemah Karya ?
4. Ada hubungan antara keeratan jaringan komunikasi dengan pola pelaksanaan
KKP di Desa Dayeuh Luhur dan Desa Lemah Karya ?
5, Ada hubungan antara integrasi jaringan komunikasi dengan pola pelaksanaan
KKP di Desa Dayeuh Luhur dan Desa Lemah Karya?
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat atau lokasi penelitian adalah para petani padi di Desa Dayeuh Luhur dan Desa Lemah Karya, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang yang
telah mengikuti program KKP. Dasar pernilihan para petani tersebut adalah bahwa Kabupaten Karawang merupakan sebagai salah satu lumbung padi untuk propinsi Jawa Barat, dengan luas lahan pertanian 175. 327 Ha.
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2001, yang merupakan tahap musim tanam ke dua dari pelaksanaan program KKP.
C. Pengumpulan Data
Metode Penelitian bersifat deskriptif korelasional (Surakhrnad, 1990), yaitu yang menjelaskan hubungan subyek dengan obyek penelitian melalui
tahapan pengambaran, pengidentifikasian karakteristik petani, struktur sosial masyarakat secara rinci dan kebutuhan informasi berdasarkan keaktifan atau kurang aktifnya masyarakat dalam mencari dan menyeleksi informasi tentang
KKP dan melaksanakan program KKP.
sebanyak 23 petani. Contoh dari populasi penelitian ini adalah petani tanaman pangan. Petani tanaman pangan merupakan anggota sistem atau kelompok. Contoh yang diambil berasal dari dua desa yang mengikuti program KKP, unit analisis untuk jaringan komunikasi adalah dyad.
Tahap yang digunakan dalam pengambilan contoh dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: (1) penentuan kecamatan secara purposive sampling, dimana terpilih satu Kecamatan yakni Kecamatan Tempuran yang dianggap lokasinya
agak jauh dengan perkotaan (2) dari kecamatan terpilih ditentukan desanya
melalui penarikan contoh secara purposive (3) untuk menentukan contoh juga secara sampling purposive dengan klasifikasi khusus yaitu semua petani tanaman pangan yang melaksanakan KKP, hal semacaam ini dalam jaringan komunikasi di kenal sebagai sample intact system (Rogers & Kincaid, 198 1).
Berdasarkan penarikan contoh yang telah dilakukan, maka tahaap
selanjutnya dilakukan pengumpulan data. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara berikut :
1. Menggunakan kuesioner yang telah diuji reliabilitasnya
2. Wawancara untuk menggali informasi yang belum terungkap dalam menjawab persoalan penelitian.
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini, meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian di lapangan yang menyangkut aspek-aspek yang dapat menggambarkan peubah bebas (X) yang terdiri dari data non jaringan dan data jaringan. Data non jaringan : Yaitu karakteristik petani, struktur sosial dan kebutuhan saluran
1. Karakteristik : Umur Jenis kelarnin Tingkat pendidikan Penguasaan bahasa Pengalaman bertani Pendapatan petani
Luas lahan pertanian
Status lahan pertanian
2. Struktur Sosial :
Peran sosial dari petani
Kelompok yang ada
Organisasi yang ada
Institusi yang ada
3. Kebutuhan Infomasi ialah informasi mengenai program KKP yang dibutuhkan oleh penerima dalam hal ini petani di dua desa (Desa Dayeuh Luhur dan Desa
Lemah Karya), informasi mengenai KKP disebarluaskan melalui dua jenis
media:
Media tatap muka, ialah media yang dalam menyampaikan pesan atau
informasi secara langsung melalui tatap muka. Media ini berupa tatap muka
antara sesama petani, petani dalam kelompok, petani atau kelompok tani
dengan penyuluh atau sebaliknya.
Media Massa ialah media yang dalam penyebaan informasinya bisa
1. Media cetak ialah media yang dalam penyampaian pesannnya dalam bentuk barang cetakan, seperti Surat Kabar, Majalah, Buletin, Brosur,
Poster dan Pamlet.
2. Media Elektronik ialah media yang dalam penyampaian pesannya menggunakan atau dibantu alat-alat elektronik, seperti televisi, radio, dan film.
4. Data Jaringan komunikasi :
Diperoleh dari individu yang terlibat dalam berbagi inforrnasi tentaang KKP
(who to whom). Data yang diperoleh dan diamati terdiri dari indeks koneksikeeratan dan indeks integrasifkekompakan.
5. Peubah terikat (Y) adalah pola pelaksanaan KKP :
Beberapa hal dalam pelaksanaan KKP, dilihat dari melaksanakan program
KKP saja atau sebelum melaksanakan KKP juga melaksanakan KUT.
Data sekunder diperoleh dari studi literatur yang berkaitan dengan materi
penelitian dan landasan teori yang sesuai
.
D. Analisis Data dan Reliabilitas Instrumen
Data yang telah terkumpul diolah secara deskriptif dan untuk analisis
hubungan dilakukan dengan uji khi kuadrat (
x2).
Analisis data yang digunakandalam penulisan ini, secara rinci di bagi menjadi dua, yaitu analisis data jaringan
dan analisis data non-jaringan. Untuk meongetahui tingkat keterhubungan atau luas jaringan komunikasi, digunakan rumus dari Rogers and Kincaid (1981), yaitu :
-
N(N - I)
penyebut adalah
L
N = adalah jumlah individu dalam sistem atau klik.
Untuk mengetahui perbedaan jaringan komunikasi, digunakan rumus
analisis Khi kuadrat. Rumus X2 (Singarimbun dan Effendi, 1989) sebagai berikut :
fo = fiekwensi awal
ft
= fiekwensi akhirAnalisis data non-jaringan komunikasi, menggunakan rumus khi kuadrat
yang dibantu program "SPSS
PC+",
yang diperuntukan untuk mengetahui hubungan perubahan struktur sosial dan peubah jaringan komunikasi, sertapeubah kebutuhan informasi dengan peubah jaringan komunikasi.
Untuk melihat validitas instrumen, dilakukan pengujiannya berdasarkan d&ar pertanyaan berikut:
menyesuaikan isi pertanyaan dengan situasi dan kondisi responden
mempertimbangkan teori dan empiris dari para ahli dan studi pustaka
memperhatikan nasehat para ahli, termasuk dosen pembimbing
Untuk menentukan reliabilitas instrumen, diawali dengan uji coba instrumen
kepada responden yang memiliki ciri-ciri relatif sama dengan ciri-ciri dari subyek penelitiaan di dua desa (Desa Dayeuh Luhur dan Desa Lemah Karya). Untuk itu, pada tahap uji coba diawali kepada 10 orang petani di Desa Pasir Jengkol,
Kabupaten Karawang sesuai dengan masing-masing kategorinya.
nilai tersebut dapat dikatakan bahwa kuesioner yang digunakan dapat dikatakan
andal (Lampiran 1).
E. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini ada beberapa definisi yang akan dijelaskan sebagai operasional dari peubah-peubah yang perlu dijabarkan, yaitu :
1. karakteristik petani, yaitu ciri-ciri yang melekat dalam diri petani, seperti :
a. Umur ialah usia petani yang dihitung sejak tahun kelahiran sampai dengan
usia terakhir pada saat penelitian dilakukan, dengan skala pengukuran
adalah rasio.
b. Jenis kelarnin adalah laki-laki dan perempuan, dengan skala pengukuran nominal.
c. Tingkat Pendidikan, yaitu pendidikan formal yang telah diikuti oleh petani.
Dalam hal ini, diukur dengan jenjang pendidikan tertinggi yang pernah ditempuh petani, melalui skala pengukuran ordinal.
d. Pengalaman bertani, yaitu lamanya petani dalam melakukan kegiatan
bertani padi, dengan skala rasio.
e. Pendapatan petani, yaitu jumlah penghasilan petani selama satu bulan, baik
yang diperoleh dari pekerjaan tetap dan sampingan di luar kegiatan bertani yang diukur dengan skala interval.
f. Luas lahan pertanian, yaitu diukur dari luas lahan pertanian yang digarap oleh petani, dalam satuan m2 yang diukur dengan skala interval.
g. Status lahan pertanian, yaitu dilihat dari status pernilikan lahan pertanian
2. Struktur sosial ialah keseimbangan berbagai peran sosial, kelompok, organisasi dan institusi. Struktur sosial dapat diuraikan atas hal berikut :
a. Peran sosial ialah merupakan seperangkat patokan atau yang membatasi apa perilaku yang mesti dilakukan oleh seseorang yang menduduki suatu posisi. Dalarn hal ini, peran sosial yang dilakukan oleh petani di masyarakat di luar
aktivitas bertani diukur dengan skala nominal.
b. Kelompok tani ialah serangkaian individu atau petani yang mempunyai persamaan-persamaan yang saling berdekatan dan yang terlibat dalam suatu tugas bersama. Dalam hal ini, anggota-anggota kelompok tani merasa saling
tergantung dalam mencapai tujuan bersama diukur dengan skala nominal. c. Organisasi ialah sistem hubungan terstuktur yang mengkoordinasikan usaha
suatu kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi disini adalah organisasi di desa yang diikuti oleh petani, diukur dengan skala nominal
.
d. Institusi atau lembaga ialah badan resmi yang dibentuk sebagai wadah untukmembantu kegiatan pembangunan di pedesaan, seperti LKMD dan LMD,
diukur dengan skala ordinal.
3. Kebutuhan saluran infomasi ialah informasi mengenai program KKP yang dibutuhkan oleh penerima, Dalam hal ini, petani di dua desa @esa Dayeuh
Luhur dan Desa Lemah Karya), informasi mengenai KKP disebarluaskan melalui dua jenis media:
b. Media Massa ialah media yang dalam penyebaran informasinya yang menjangkau khalayak luas, maka media massa dibagi menjadi dua :
1. Media cetak ialah media yang dalam penyampaian pesannnya dalam bentuk barang cetakan, seperti Surat Kabar, Majalah, Buletin, Brosur, Poster dan Pamlet, diukur dengan skala ordinal.
2. Media Elektronik ialah media yang dalam penyampaian pesannya menggunakan atau dibantu alat-alat elektronik, seperti televisi, radio, dan film, diukur dengan skala ordinal.
4. Jaringan Komunikasi :
a. Pilihan hubungan komunikasi adalah sedikit banyaknya pilihan yang ditunjuk oleh individu dalam jaringan komunikasi sebagai pasangan komunikasinya.
b. Frekuensi komunikasi adalah sering atau tidaknya individu berhubungan dengan individu lain dalam jaringan komunikasi.
c. Arah hubungan adalah kedudukan individu memilih individu lainnya
sebagai pasangan komunikasi dalam jaringan komunikasi.
d. Keanggotaan jaringan komunikasi adalah keterlibatan individu memilih individu lain dalam jaringan komunikasi sebagai pasangan komunikasinya.
e. Kepemukaan/ketokohan pendapat adalah kedudukan individu dalam
jaringan komunikasinya, yang ditunjukkan dengan jumlah individu lain yang memilihnya sebagai pasangan komunikasi.
f Jaringan komunikasi personal adalah keterhubungan individu dalam
hubungan yang dimiliki individu, baik mengarah pada dirinya maupun mengarah pada individu lain yang juga sebagai pasangan komunikasinya.
g. Penghubung antar klik adalah bagian dari suatu sistem jaringan komunikasi yang anggota-anggotanya relatif lebih sering berhubungan satu sama lain dengan anggota lainnya.
h. Keeratan komunikasi adalah sedikit banyaknya anggota jaringan komunikasi yang berhubungan satu sama lain. Sedikit atau banyaknya
anggota jaringan komunikasi yang berhubungan juga secara langsung menunjukkan sempit atau luasnya jaringan komunikasi.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASANPada hasil dan pambahasan ini, dijelaskan deskripsi dari: karakteristik
petani, struktur sosial, kebutuhan saluran informasi, jaringan komunikasi, koneksi individual, serta hubungan antara karakteristik petani, struktur sosial, kebutuhan
saluran informasi, jaringan komunikasi dengan pelaksanaan KKP di Desa Dayeuh Luhur dan Desa