PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA M ENGGUNAK AN PEND EK ATAN INK UIR I
DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DI KELAS X MAN 1 STABAT T.A 2016/2017
Oleh: Sri Oktapiani NIM. 4122111017
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan untuk Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
RIWAYAT HIDUP
iii
PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN INKUIRI DENGAN
PEN DEK ATA N K ONSTRUK TIV ISM E DI KELAS X MAN 1 STABAT T.A 2016/2017
Sri Oktapiani (NIM : 4122111017) ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kemampuan berpikir logis siswa menggunakan pendekatan inkuiri lebih baik daripada pendekatan konstruktivisme. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu. Populasi yang digunakan yaitu semua siswa kelas X Semester I MAN 1 Stabat yang terdiri dari 7 kelas dengan jumlah siswa 252 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified random sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir logis siswa adalah tes kemampuan berpikir logis berjumlah 5 butir soal yang telah divalidasi dalam bentuk uraian. Hasil penelitian dioeroleh kelas eksperimen A dengan pendekatan inkuiri dengan nilai rata-rata sebesar 23,75 dan kelas eksperimen B dengan pendekatan konstruktivisme dengan nilai rata-rata kelas eksperimen B sebesar 18,89. Hasil uji t pihak kanan dengan dk = 70 dan α = 0,05, diperoleh thitung = 1,719 dan ttabel = 1,668 sehingga thitung > ttabel yaitu 1,719 > 1,668 maka Ha diterima, dengan demikian diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan berpikir logis siswa menggunakan pendekatan inkuiri lebih baik daripada pendekatan konstruktivisme di kelas X MAN 1 Stabat T.A 2016/2017.
iv
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah menitipkan setitik ilmu serta melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Perbedaan Kemampuan Berpikir Logis Siswa Menggunakan Pendekatan Inkuiri dengan Pendekatan Konstruktivisme di Kelas X MAN 1 Stabat T.A 2016/2017”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dra. Katrina Samosir, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini, Drs. Yasifati Hia, M.Si, Prof. Dr. P. Siagian, M.Pd, Dra. Mariani, M.Pd, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Bapak Dr. E. Elvis Napitupulu, MS, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama perkuliahan.
v
Teristimewa rasa terima kasih penulis sampaikan kepada Ayahanda tercinta Dinding Mala Pandra dan Ibunda tercinta Sujiana orangtua penulis yang telah mengasuh, membimbing, mendoakan, senantiasa memberi kasih sayang, semangat serta dukungan moral dan materi yang tak ternilai harganya hingga skripsi ini selesai. Semoga Allah memberikan kebaikan dunia dan akirat kepada Ayahanda dan Ibunda, Aamiin. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada adik-adikku tersayang Ade Riska Mardiana, Muhammad Ragil Laksmana dan Muhammad Rasya yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan doa. Terima kasih untuk sahabat seperjuangan yang selalu membantu dan memberi motivasi Sri Hartika, Irma Yuna, Silvia Adriani, Riski Hikmi, Marfu’ah, Isnayanti, Sri Marhaini, Bimbi Nullah. Terimakasih kepada sahabat surga lingkaran cinta Shohibul Fillah. Terima kasih untuk keluarga asrama Al- Fatah, keluarga sekontrakan, untuk sahabat cendekia LP2IM Unimed dan MITI Indonesia. Terima kasih juga untuk teman-teman PPLT SMK Negeri Tanjung Pura, khususnya kepada Widia Irmidiani, Nurul dan Putri. Tak lupa terima kasih spesial kepada teman-teman seperjuangan Mat Dik B 2012 Khairul, Prasetio, Rahmat, Siti, Mimi, Kanura serta teman-teman lain yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu namanya yang telah membantu, membangkitkan semangat dan memotivasi untuk sukses bersama.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan kita.
Medan, September 2016 Penulis,
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayah Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Tabel viii
Daftar Gambar x
Daftar Lampiran xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 8
1.3 Batasan Masalah 8
1.4 Rumusan Masalah 9
1.5 Tujuan Penelitian 9
1.6 Manfaat Penelitian 9
1.7 Definisi Operasional 10
BAB II KANJIAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis 11
2.1.1 Pengertian Belajar 11
2.1.2 Pembelajaran Matematika 11
2.1.3 Hakikat Berpikir Logis 13
2.1.4 Kemampuan Berpikir Logis 15
2.1.5 Pembelajaran Pendekatan Inkuiri 17
2.1.5.1Pendekatan Inkuiri 17
2.1.5.2Prinsip Pembelajaran Pendekatan Inkuiri 19 2.1.5.3Langkah Pelaksanaan Pendekatan Inkuiri 20 2.1.5.4Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Inkuiri 22 2.1.6 Pembelajaran Pendekatan Konstruktivisme 23 2.1.6.1Pendekatan Konstruktivisme 23 2.1.6.2Prinsip Pembelajaran Pendekatan Konstruktivisme 25 2.1.6.3Langkah Pelaksanaan Pendekatan Konstruktivisme 27 2.1.6.4Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Konstruktivisme 29 2.1.7 Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) 29
2.1.7.1Bentuk Umum SPLDV 29
2.1.7.2Menentukan Himpunan Penyelesaian SPLDV 30
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan 35
2.3 Teori Belajar yang Mendukung 36
2.4 Kerangka Konseptual 37
vii
BAB III METODE PENELITIAN
2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 40
3.1.1 Lokasi Penelitian 40
3.1.2 Waktu Penelitian 40
2.1 Populasi dan Sampel Penelitian 40
3.2.1 Populasi Penelitian 40
3.2.2 Sampel Penelitian 40
4.1 Variabel Penelitian 41
3.3.1 Variabel Bebas 41
3.3.2 Variabel Terikat 41
3.4 Jenis dan Desain Penelitian 41
3.5 Pengontrolan Perlakuan 42
3.6 Prosedur Penelitian 44
3.7 Instrumen Penelitian 47
3.7.1 Tes Kemampuan Berpikir Logis 47
3.7.2 Validitas Butir Soal Uraian 48
3.7.3 Reliabilitas Butir Soal Uraian 49
3.7.4 Daya Pembeda Soal 51
3.7.5 Tingkat Kesukaran Tes 52
3.8 Teknik Analisis Data 54
3.8.1 Menghitung Rata – rata Skor 54
3.8.2 Menghitung Standar Deviasi 54
3.8.3 Uji Normalitas 54
3.8.4 Uji Homogenitas 55
3.8.5 Uji Hipotesis 56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 58
4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian 58
4.2 Analisis Data Hasil Penelitian 61
4.2.1 Uji Normalitas Data 61
4.2.2 Uji Homogenitas 62
4.2.3 Uji Hipotesis 62
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 67
5.2 Saran 67
viii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran Pendekatan Inkuiri 21 Tabel 2.2 Tahapan Pembelajaran Pendekatan Konstruktivisme 28
Tabel 3.1 Desain Penelitian 42
Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Korelasi Validitas 48 Tabel 3.3 Validitas Butir Tes Berpikir Logis I 49 Tabel 3.4 Validitas Butir Tes Berpikir Logis II 49 Tabel 3.5 Kriteria Pengukuran Reliabilitas Tes 50
Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Beda 51
Tabel 3.7 Daya Pembeda Tes Berpikir Logis I 52 Tabel 3.8 Daya Pembeda Tes Berpikir Logis II 52 Tabel 3.9 Tingkat Kesukaran Tes Berpikir Logis I 53 Tabel 3.10 Tingkat Kesukaran Tes Berpikir Logis II 53 Tabel 4.1 Data Tes Berpikir Logis I Kelas Eksperimen A dan
Kelas Eksperimen B 59
Tabel 4.2 Data Tes Berpikir Logis II Kelas Eksperimen A dan
Kelas Eksperimen B 60
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian 46
Gambar 4.1 Diagram Tes Berpikir Logis I dan II Kelas Eksperimen A
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : RPP I (Kelas Eksperimen A) 72
Lampiran 2 : RPP II (Kelas Eksperime A) 89
Lampiran 3 : RPP I (Kelas Eksperimen B) 109
Lampiran 4 : RPP II (Kelas Eksperimen B) 124
Lampiran 5 : Lembar Aktivitas Siswa (LAS) I 141
Lampiran 6 : Lembar Aktivitas Siswa (LAS) II 148
Lampiran 7 : Alternatif Penyelesaian (LAS) I 155
Lampiran 8 : Alternatif Penyelesaian (LAS) II 163
Lampiran 9 : Kisi-Kisi Tes Kemampan Berpikir Logis I 172
Lampiran 10 : Tes Kemampuan Berpikir Logis I 173
Lampiran 11 : Alternatif Penyelesaian Tes Kemampan Berpikir Logis I 175
Lampiran 12 : Pedoman Penskoran Tes Kemampan Berpikir Logis I 180
Lampiran 13 : Lembar Validasi Tes Kemampuan Berpikir Logis I 181
Lampiran 14 : Kisi-Kisi Tes Kemampan Berpikir Logis II 184
Lampiran 15 : Tes Kemampuan Berpikir Logis II 185
Lampiran 16 : Alternatif Penyelesaian Tes Kemampan Berpikir Logis II 187
Lampiran 17 : Pedoman Penskoran Tes Kemampan Berpikir Logis II 192
Lampiran 18 : Lembar Validasi Tes Kemampuan Berpikir Logis II 193
Lampiran 19 : Perhitungan Validitas 196
Lampiran 20 : Perhitungan Reliabilitas 200
Lampiran 21 : Tabel Persiapan Perhitungan Daya Beda dan Indeks Kesukaran Soal 203
Lampiran 22 : Perhitungan Daya Beda dan Indeks Kesukaran Soal 205
Lampiran 23 : Data Tes Kemampuan Berpikir Logis I Kelas Eksperimen A 208
xii
Tes Berpikir Logis II Kelas Eksperimen A 211 Lampiran 27 : Data Tes Kemampuan Berpikir Logis I Kelas Eksperimen B 212 Lampiran 28 : Perhitungan Rata-rata, Varians, dan Standart Deviasi
Tes Berpikir Logis I Kelas Eksperimen B 213 Lampiran 29 : Data Tes Kemampuan Berpikir Logis II Kelas Eksperimen B 214 Lampiran 30 : Perhitungan Rata-rata, Varians, dan Standart Deviasi
Tes Berpikir Logis II Kelas Eksperimen B 215 Lampiran 31 : Data Selisih Tes Berpikir Logis I dan II Kelas Eksperimen A
dan Kelas Eksperimen B 216 Lampiran 32 : Perhitungan Rata-rata, Varians, dan Standart Deviasi Selisih
Tes Berpikir Logis I dan II Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B 219 Lampiran 33 : Perhitungan Uji Normalitas 221 Lampiran 34 : Perhitungan Uji Homogenitas 225 Lampiran 35 : PerhitunganUji Hipotesis 228 Lampiran 36 : Tabel Harga Kritis dari r product momen 230 Lampiran 37 : Tabel Nilai Kritis untuk Uji Liliefors 231 Lampiran 38 : Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z 232 Lampiran 39 : Tabel Distribusi Nilai t 233 Lampiran 40 : Tabel Distribusi Nilai F 234
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan
mudah dari berbagai sumber dan tempat di dunia. Dengan demikian siswa perlu
memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengolah informasi untuk
bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Kemampuan ini membutuhkan kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis,
kreatif dan kemampuan bekerjasama yang efektif. Cara berpikir seperti ini dapat
dikembangkan melalui belajar matematika karena matematika memiliki struktur
dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan
siswa terampil berpikir rasional (Depdiknas, 2003:5).
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia. Oleh karena itu, matematika menjadi perhatian utama dari berbagai kalangan. Hal ini disadari bahwa betapa pentingnya peranan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Abdurrahman (2012:253) mengemukakan:
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena : (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran ruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Untuk itu matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang sangat penting diajarkan kepada siswa karena matematika akan menuntun seseorang untuk berpikir logis dan teliti yang bermanfaat dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
2
Menyadari pentingnya matematika, maka belajar matematika seharusnya menjadi kebutuhan dan kegiatan yang menyenangkan. Namun, faktanya tujuan pembelajaran matematika belum memenuhi harapan dikarenakan mutu pendidikan dan hasil belajar matematika siswa pada setiap jenjang pendidikan masih rendah. Berdasarkan data Trends In International Mathematics And Science Study (TIMSS) menurut Prof. Ahmad Fauzy dalam (http://nasional.sindonews.com/read/804091/15/pembelajaran-matematika-di-indonesia-masuk-peringkat-rendah-1384111047) menyatakan:
Pembelajaran matematika di Indonesia berada di peringkat bawah. Hal tersebut dikarenakan metode pembelajaran kelas-kelas di Indonesia monoton dan membuat bosan. Selain Indeks Pengembangan Manusia Indonesia yang berada di 121 pada tahun 2012, skor rata-rata prestasi matematika di Indonesia berdasarkan TIMSS tahun 2011 menduduki diperingkat 38 dari 42 negara. Bahkan Indonesia jauh teringgal dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya seperti Singapura, Thailand dan Malaysia.
Berhubungan dengan hal tersebut, Setiawati (2014:4) menjelaskan peran dan tanggungjawab institusi pendidikan saat ini belum optimal. Pendapat ini didukung dengan temuan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mc. Gregor di Amerika. Dia menemukan dua pertiga warga Amerika yang berusia antara 16 tahun sampai 25 tahun tidak dibekali dengan kemampuan – kemampuan yang berguna untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan. Kemampuan – kemampuan tersebut diantaranya adalah kemampuan berpikir kreatif, logis dan melakukan pemecahan masalah (Mc. Gregor, 2007)
Kondisi pembelajaran matematika di Indonesia tidak jauh berbeda dengan kondisi yang ditemukan oleh Mc. Gregor. Pada umumnya pembelajaran matematika di Indonesia belum dapat mengembangkan kemampuan berpikir, seperti kemampuan berpikir kreatif dan berpikir logis. Hal ini disebabkan pembelajaran matematika di Indonesia masih menggunakan pendekatan algoritmik (algorithmic approach).
3
cenderung pada soal rutin, dengan demikian pembelajaran jenis ini hanya dapat mencapai kemampuan berpikir matematis tingkat rendah. (Setiawati, 2014:5)
Permasalahan lain bahwa dalam proses belajar mengajar dewasa ini adalah kecenderungan umum bahwa para siswa hanya terbiasa menggunakan sebagian kecil saja dari potensi atau kemampuan berpikirnya dan masih rendahnya daya serap siswa. Hal ini diungkapkan oleh Sanjaya (2011: ):
“Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, oleh karena itu anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi yang diingatnya untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari”.
Disisi lain, banyak siswa yang menganggap matematika sulit dipelajari disebabkan sifat absrak yang terdapat pada matematika, karena selama ini siswa hanya cenderung diajar untuk menghafal konsep atau prinsip matematika, tanpa disertai pemahaman yang baik. Akibatnya siswa tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis matematisnya.
Hal yang sama diungkapkan oleh Abdurrahman (2012:252) bahwa dari berbagai bidang studi yang dipelajari di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih lagi bagi siswa yang berkesulitan belajar. Dari pernyataan tersebut mengisyaratkan adanya permasalahan yang sangat mendasar dalam pembelajaran matematika di kelas saat ini.
4
Berpikir logis merupakan proses mencapai kesimpulan menggunakan penalaran secara konsisten, berpikir sebab akibat, berpikir menurut pola tertentu atau aturan inferensi logis atau prinsip-prinsip logika untuk memperoleh kesimpulan. Aktivitas bernalar atau berpikir logis harus dilakukan siswa, jika mereka tidak melakukan aktivitas berrpikir ketika belajar, maka yang mereka peroleh hanya sekedar hafalan dan tidak memahami konsep dari materi yang dipelajari. TIMSS menilai bahwa penalaran merupakan hal yang penting sebagai bagian dari ranah kognitif sehingga menjadikannya satu komponen penilaian dan evaluasinya. Untuk itu diperlukan penalaran khususnya berpikir logis yang membiasakan siswa untuk tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi. Sehingga dengan berpikir logis diharapkan siswa tidak hanya mengacu pada pencapaian kemampuan ingatan belaka, melainkan mengacu kepada pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis bahkan kemampuan evaluasi untuk membentuk kecakapan. (Napitupulu, 2008)
Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan berpikir logis siswa masih rendah. Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan di MAN 1 Stabat. Rendahnya kemampuan berpikir logis siswa dapat dilihat dengan rendahnya hasil yang dicapai siswa dan kurangnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan prinsip – prinsip logika dan penarikan kesimpulan. Siswa juga kurang mampu menyelesaikan permasalahan jika diberikan soal – soal yang berbeda dengan contoh yang ada. Siswa yang mengetahui konsep – konsep dasar dasar tidak mampu menyelesaikan persoalan berbeda. Hal tersebut yang mendasari peneliti melakukan penelitian ini.
5
mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa. Dalam proses
kegiatan belajar mengajar kebanyakan guru masih menggunakan pendekatan pembelajaran tradisional, sementara siswa mencatatnya pada buku catatan. Pembelajaran lebih menekankan pada latihan mengerjakan soal dengan menghafal dan mengulang prosedur, menggunakan rumus atau algoritma tertentu, tidak mendukung pada keterampilan berpikir tingkat tinggi dan kreativitas siswa dalam memecahkan masalah, sehingga banyak siswa yang merasa jenuh dengan pembelajaran matematika. Menurut Abdurrahman (2012:20 ) bahwa :
Yang menjadi faktor penyebab rendahnya atau kurangnya pemahaman peserta didik terhadap konsep matematika, salah satu diantaranya adalah metode pembelajaran yang digunakan oleh pengajar, misalnya dalam pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan tradisional yang menempatkan peserta didik dalam proses belajar mengajar sebagai pendengar.
Pemilihan pendekatan pembelajaran yang bervariasi akan membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka pembelajaran harus diusahakan seefisien dan seefektif mungkin. Seperti yang diungkapkan Slameto (2010:65) bahwa “Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula.”
Dipihak lain, pembelajaran matematika dikelas masih didominasi oleh guru (teacher-centred) dan kurangnya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini, siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana belajar, berfikir, dan memotivasi diri sendiri (self motivation), padahal aspek- aspek tersebut merupakan kunci keberhasilan dalam suatu pembelajaran.
Sejalan dengan itu, Trianto (2011:1) menyatakan bahwa:
6
Dari semua penjelasan di atas dapat dinyatakan bahwa aktifitas pembelajaran di kelas yang selama ini dilakukan oleh guru tidak lain merupakan penyampaian informasi dengan lebih mengaktifkan guru sedangkan siswa pasif mendengarkan dan menyalin sesekali, guru bertanya dan siswa menjawab sesekali, guru memberi contoh soal dilanjutkan dengan memberi soal latihan yang sifatnya rutin dan kurang melatih daya nalar kemudian guru memberikan penilaian. Terjadilah proses penghafalan konsep atau prosedur, pemahaman konsep matematika rendah dan tidak dapat menggunakannya jika diberikan permasalahan yang agak kompleks siswa menjadi bosan yang harus mengikuti aturan atau prosedur yang berlaku dan jadilah pembelajaran mekanistik akibatnya pembelajaran bermakna yang diharapkan tidak terjadi. Tidak heran apabila belajar dengan cara menghafal tersebut membuat tingkat kemampuan kognitif anak yang terbentuk batasan tingkat yang rendah. Kecenderungan anak terperangkap dalam pemikiran menghafal karena iklim yang terjadi dalam proses pembelajaran di sekolah.
Dengan memperhatikan permasalahan yang ada dalam pembelajaran matematika tersebut dapat dinyatakan bahwa berpikir logis siswa masih rendah. Untuk mengatasi permasalahan ini perlu dicari suatu pendekatan yang dapat mendukung proses pembelajaran matematika yang menyenangkan dan mempermudah pemahaman siswa dalam belajar matematika.
Berdasarkan keterangan dari salah seorang guru Matematika di MAN 1 Stabat bahwa sudah pernah diterapkan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran matematika hanya saja pelaksanaannya masih kurang maksimal dan siswa masih cenderung pasif. Namun, untuk pembelajaran matematika berbasis penemuan dan eksperimen belum pernah diterapkan, penerapannya masih sebatas pembelajaran kimia dan fisika.
Maka, berdasarkan keterangan tersebut pendekatan pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif dalam meningkatkan kemampuan berpikir logis siswa adalah pendekatan inkuiri dan konstruktivisme.
7
jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumus masalah atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumus masalah dengan menggunakan kemampuan berfikir kritis dan logis.
Dalam pembelajaran matematika, pendekatan inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Seperti yang diungkapkan Trianto (2011:166) bahwa:
Inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Dengan menerapkan pendekatan inkuiri diharapkan siswa aktif dan kreatif menemukan sendiri. Siswa mampu merekonstruksi pengetahuan matematika berdasarkan pengalaman sendiri. Disamping itu, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan ide-idenya dan belajar sesuai dengan gaya belajar mereka sendiri dan menjadikan pembelajaran matematika lebih menyenangkan.
Sedangkan pendekatan pembelajaran konstruktivisme dapat menjadi salah satu alternatif bagi siswa dalam mempelajari matematika sebagaimana diungkapkan Sanjaya (2006:264) konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme siswa diarahkan untuk membangun sendiri pengetahuannya, sedangkan bagi guru dapat membantu dan mengarahkan dalam memberikan materi pelajaran berupa konsep, prinsip atau teori supaya lebih mudah dipahami siswa.
8
pemecahan masalah, dan dapat mencapai kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi. (Setiawati, 2014:5)
Baik inkuiri maupun konstruktivisme menuntut keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam penerapannya, pembelajaran tidak hanya berpusat kepada guru, melainkan juga berpusat pada siswa. Oleh sebab itu penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri dan konstruktivisme diharapkan mampu mengubah pembelajaran menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, dan inovatif.
Dari uraian diatas, penulis ingin mengetahui apakah kemampuan berpikir logis siswa menggunakan pendekatan inkuiri lebih baik daripada pendekatan konstruktivisme, maka peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul: “Perbedaan Kemampuan Berpikir Logis Siswa Menggunakan Pendekatan Inkuiri Dengan Pendekatan Konstruktivisme Di Kelas X MAN 1 Stabat T.A 2016/2017”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah yaitu :
1. Kemampuan berpikir logis siswa masih rendah.
2. Siswa kurang dimotivasi untuk mengembangkan kemampuan berpikir.
3. Pengajaran masih kurang bervariasi yang terpusat pada guru (teacher centered) dan bukan terpusat pada siswa (student centered).
4. Siswa menganggap matematika pelajaran yang sulit dan membosankan. 5. Belum diterapkannya pendekatan inkuiri dalam pembelajaran.
1.3 Batasan Masalah
9
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah kemampuan berpikir logis siswa menggunakan pendekatan inkuiri lebih baik daripada pendekatan konstruktivisme di kelas X MAN 1 Stabat Tahun Ajaran 2016/2017?
2. Apa perbedaan kemampuan berpikir logis siswa menggunakan pendekatan inkuiri dengan pendekatan konstruktivisme di kelas X MAN 1 Stabat Tahun Ajaran 2016/2017?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas maka tujuan peneliti sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kemampuan berpikir logis siswa menggunakan pendekatan inkuiri lebih baik daripada pendekatan konstruktivisme di kelas X MAN 1 Stabat Tahun Ajaran 2016/2017
2. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir logis siswa menggunakan pendekatan inkuiri dengan pendekatan konstruktivisme di kelas X MAN 1 Stabat Tahun Ajaran 2016/2017.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi guru : sebagai bahan masukan untuk menerapkan system pembelajaran yang dapat memperbaiki kemampuan berpikir siswa.
2. Bagi siswa : agar siswa lebih termotivasi untuk membangun pengetahuannya secara kreatif dan berpikir logis menggunakan ide – idenya dalam menerapkan ilmunya di dunia pendidikan.
3. Bagi peneliti, sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dalam pembelajaran sebagai calon guru.
10
1.7 Definisi Operasional
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda dalam memahami setiap variabel yang ada pada penelitian ini, maka perlu diberi definisi operasional untuk mengklarifikasi hal tersebut. Adapun definisi operasional dari penelitian adalah :
1. Berpikir Logis
Mendapatkan pengetahuan atau pengertian-pengertian dengan menggunakan teknik berpikir seperti yang ditetapkan dalam aturan logika formal.
2. Pendekatan Inkuiri
Suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis kritis dan logis sehingga dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan ketrampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku.
3. Pendekatan Konstruktivisme
69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Kemampuan berpikir logis siswa menggunakan pendektan inkuiri lebih baik daripada menggunakan pendekatan konstruktivisme. Hal ini berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai thitung = 1,719 dan ttabel = 1,668 dengan dk = 70 dan taraf signifikan α = 0,05 sehingga terlihat �ℎ����� >������ yaitu 1,719 >1,668 yang berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.
2. Perbedaan kemampuan berpikir logis siswa menggunakan pendekatan inkuiri dengan pendekatan konstruktivisme paling mendasar adalah pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri memberikan peluang lebih besar kepada siswa secara aktif terlibat dalam berpikir logis melalui penyelidikan langsung sehingga cara berpikir siswa lebih terstruktur dan sistematis dibandingkan dengan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme.
5.2. Saran
Setelah siswa kelas X MAN 1 Stabat diberi pengajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri dan pendekatan konstruktivisme, dari hasil pengolahan data hasil tes berpikir logis siswa maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi guru matematika di dalam proses belajar mengajar, sebaiknya guru dapat menggunakan pendekatan inkuiri maupun pendekatan konstruktivisme sebagai alternatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir logis siswa
68
2. Bagi guru matematika yang ingin menerapkan pendekatan inkuiri dan konstruktivisme sebaiknya lebih memperhatika alokasi waktu yang ada agar seluruh tahapan pembelajaran dapat dikerjakan dengan baik sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir logis siswa lebih optimal.
3. Bagi sekolah sebaiknya kepala sekolah menyarankan agar guru matematika menggunakan pendekatan inkuiri maupun pendekatan konstruktivisme untuk mengajarkan materi pelajaran kepada siswa agar kemampuan berpikir logis siswa semakin dapat ditingkatkan
69
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., (2012), Pendidikan Bagi Anak Yang Berkesulitan Belajar, Rikena Cipta, Jakarta.
Arikunto, S., (2014), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI, Rineka Cipta, Jakarta
Aunurrahman, (2009), Belajar dan Pembelajaran, Alfabeta, Bandung.
Departemen Pendidikan Nasional, (2003), Kurukulum 2004, Standar Kompetensi, Mata Pelajaran Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, Depdiknas, Jakarta.
Dwi,A.S, dkk, (2013), Penggunaan Metode Inkuiri Dalam Peningkatan Hasil Belajar Matematika Di Kelas V Sekolah Dasar, http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdkebumen/article/view/415 (diakses pada 11 tanggal Februari 2016)
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2012), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Kependidikan, FMIPA Unimed
Halimatussa’diah, (2006), Pengaruh Strategi Pembelajaran Dan Kemampuan Berpikir Logis Terhadap Sikap Ilmiah Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan, Thesis, Universitas Negeri Medan.
Hendrian, H., (2014), Penilaian Pembelajaran Matematika, Reflika Aditama, Cimahi
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, (2013), Matematika Buku Siswa, Kemendikbud, Jakarta
Kunandar, (2011), Guru Profesional, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
McGregor, D, (2007), Developing Thinking Learning, Open University Press, Poland.
Mistiati, (2013), Peningkatan Aktivitas Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Inkuiri Di Kelas V Sekolah Dasar Negeri N0 20 Mempawah Hilir, http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/ article/view /2566 (diakses pada tanggal 11 Februari 2016).
Mucklis, (2007), Mengajar Matematika dengan Metode Pendekatan konstruktivisme,http://guru-beasiswa-blogspot-com/2007/12/mengajar-matematika-html,(diakses pada tanggal 28 Januari 2016)
Napitupulu, E., (2008) Jurnal Pendidikan Matematika Paradigma, Vol 1 No. 1 Edisi Juni 2008.
70
Pannen, P. dkk, (2001), Konstruktivisme dalam Pembelajaran, PAU-PPAI Universitas Terbuka., Jakarta.
Rochmad, (2008), Penggunaan Pola Pikir Induktif- Deduktif dalam Pembelajaran Matematika Beracuan Konstruktivime, http://rochmad-
unnes.blogspot.com/2008/01/penggunaan-pola-pikir-induktif-deduktif.html. (diakses pada tanggal 28 Januari 2016).
Rusman, (2011), Model - Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Raja Grafindo Persada, Bandung.
Sanjaya, W., (2006), Strategi Pembelajaran, Penerbit : Prenada Media Group, Jakarta.
Sanjaya, W., (2011), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standard Proses Pendidikan, Penerbit Kencana, Jakarta.
Saragih, S., (2007), Menumbuhkembangkan Berpikikir Logis dan Sikap Positif Terhadap Matematika Melalui Pendekatan Matematika Realistik, http://zainurie.files.wordpress.com/2007/11/j61-091.pdf. (diakses pada tanggal 11 Februari 2016).
Setiawati, Euis., (2014), Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis, Kreatif, dan Habits of Mind Matematika Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (Eksperimen terhadap Siswa Madrasah Aliyah), Perpustakaan.upi.edu, Universitas Pendidikan Indonesia.
Shadiqq, F., (2004), Penalaran, Pemecahan Masalah dan Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika, Makalah disajikan dalam diklat Pengembangan Matematika SMP Jenjang , PPPG Matematika Yogyakarta. 10- 23 Oktober 2004
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor – faktor yang Mempengaruhi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Sudjana, (2005), Metode Statistika, Trasito, Bandung.
Sujanto, (2001), Berfikir Secara Sistematis Menggunakan Pembelajaran Efektif, https://www.google.com/search?q=sujanto+pembelajaran+efektif+sis tematis&ie.doc.ac.id, (diakses pada tanggal 16 Februari 2016).
Sujono,(2011),https://www.google.com/search?q=sujono+kemampuan+berfikir+ siswa+smp+karya+baru&ie=utf-co.doc, (diakses pada tanggal 16 Februari 2016).
71
Suryabrata,(2002),https://www.google.com/search?q=suryabrata+berfikir+denga n+cara+pemulihan+sekolah+menengah+atas&ie=utf-8&oe=utf 8&aq=t&rls=org, (diakses pada tanggal 16 Februari 2016).