• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pemenuhan Hak Narapidana Untuk Mendapatkan Pelayanan Kesehatan dan Makanan Yang Layak Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Kota Banjarmasin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pemenuhan Hak Narapidana Untuk Mendapatkan Pelayanan Kesehatan dan Makanan Yang Layak Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Kota Banjarmasin"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

1

Hukum pidana merupakan hukum yang menjadi senjata terakhir dalam

membentuk norma yang hidup di masyarakat. Sebagai ultimum remedium,

hukum pidana memegang peran krusial dalam menjaga tata kehidupan

masyarakat. Hak-hak narapidana sebagai warga negara Indonesia yang hilang

kemerdekaannya karena melakukan tindak pidana, haruslah dilakukan sesuai

dengan hak asasi manusia. Sering dijumpai dalam Lembaga Pemasyarakatan

bahwa hak-hak narapidana belum diberikan sesuai dengan hak mereka sebagai

warga negara. Hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kurang

dipahaminya peraturan mengenai hak-hak narapidana yang tertuang dalam

Undang-Undang oleh petugas Lembaga Pemasyarakatan atau bahkan oleh

narapidana sendiri. Sebagai negara hukum hak-hak narapidana harus

dilindungi oleh hukum dan penegak hukum khususnya para staf di Lembaga

Pemasyarakatan, sehingga merupakan sesuatu yang perlu bagi negara hukum

untuk menghargai hak-hak asasi narapidana sebagai warga masyarakat yang

harus diayomi walaupun telah melanggar hukum.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan “Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana

hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS)”. “Lembaga

Pemasyarakatan adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan anak didik pemasyarakatan.” Pada hakekatnya, penerapan hukum pidana berupa hukuman badan merampas sebagian dari hak asasi manusia, yakni hak atas kemerdekaan.

Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat

(2)

merupakan anugrah-Nya yang wajib di hormati, dijunjung tinggi dan

dilindungi oleh negara, hukum, pemerintahan, dan setiap orang demi

kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia1.

Apabila seseorang telah kehilangan kemerdekaannya dalam artian

narapidana juga memiliki hak asasinya sebagai narapidana. Peraturan

perundang-undangan telah jelas mengatur mengenai hak yang di dapatkan

seorang narapidana yang terdapat dalam pasal 14 ayat (1) Undang-undang

Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan :

(1) Narapidana berhak :

a) Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya b) Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani c) Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d) Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak e) Menyampaikan keluhan

f) Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang

g) Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang di lakukan

h) Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum , atau orang tertentu lainnya

i) Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi)

j) Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga

k) Mendapatkan pembebasan bersyarat l) Mendapatkan cuti menjelang bebas

m) Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Tujuan dari pemidanaan itu sendiri sebenarnya adalah untuk

memperbaiki kerusakan individual dan sosial yang di akibatkan oleh tindak

pidana. Hal ini terdiri atas seperangkat tujuan pemidanaan yang harus

dipenuhi, dengan catatan tujuan yang merupakan titik berat harus bersifat

(3)

kasuistis. Perangkat yang tujuan pemidanaan yang dimaksud terdiri atas

pencegahan (umum dan khusus), perlindungan masyarakat, memelihara

solidaritas masyarakat dan pengimbalan/perimbangan2.

Pidana penjara atau hukuman badan merupakan bentuk penerapan

hukum pidana yang menjadi senjata terakhir atau ultimum remedium dalam upaya memperbaiki tatanan hidup di masyarakat karena tindak pidana

tersebut. Menurut pakar hukum pidana Mulder bahwa “politik hukum pidana

harus selalu memperhatikan masalah pembaharuan juga dalam masalah

perampasan kemerdekaan.”3

Penerapan hukum pidana yang berdampak pada perampasan

kemerdekaan seseorang sebenarnya bersifat sementara dalam artian pidana

tersebut bertujuan untuk merehabilitasi pelaku tindak pidana agar nantinya

setelah kembali ke masyarakat dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan lagi

tidak mengulangi tindak pidana yang dilakukannya. Undang-undang nomor 12

Tahun 1995 tentang pemasyarakatan adalah sebagai wujud suatu system

permasyarakatan yang merupakan tatanan pembinaan bagi warga binaan

pemasyarakatan.

Pembinaan ini tentunya ditujukan agar mereka mampu memperbaiki

diri dan tidak mengulangi tindak pidana yang pernah dilakukannya. Kegiatan

di dalam Lembaga Pemasyrakatan bukan sekedar untuk menghukum atau

menjaga narapidana tetapi mencakup proses pembinaan agar warga binaan

2

Petrus Irwan,dkk. 1995.Lembaga Pemasyarakatan Dalam Prespektif Sistem Peradilan Pidana. Jakarta. Penerbit Pustaka Sinar Harapan. Hal 12.

(4)

menyadari kesalahan dan memperbaiki diri serta tidak mengulangi tindak

pidana yang pernah dilakukan.

Namun demikian, dewasa ini Lembaga Pemasyarakatan belum

sepenuhnya memperhatikan hak-hak mendasar dari narapidana yang berada

dalam binaannya. Hak mendasar tersebut ditetapkan dalam suatu peraturan

perundang-undangan yang berlaku dalam hal ini pasal 14 huruf (d)

Undang-undang No. 12 tahun 1995 yang antara lain menetapkan hak narapidana untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak. Ditemukan faktor

penyebab dalam pemberian hak-hak narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

yaitu karena keterbatasan fasilitas dan sarana yang ada di Lembaga

pemasyarakatan tersebut, sehingga pelayanan kesehatan dan makanan tidak

dapat terlaksana secara optimal4.

Rendahnya pelayanan kesehatan, sanitasi buruk, makanan tidak layak

dan pelayanan kesehatan yang tidak memadai menjadi indicator pemicu yang

melingkupinya. Hal ini tidak sesuai dengan PP Nomor 32 Tahun 1999 tentang

syarat dan tata cara pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan. Untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang memenuhi syarat sesuai

dengan aturan pelaksanaanya, maka perlu diadakan pengawasan terhadap

kebersihan dan sanitasi makanan serta pemerikasan rutin terhadap kesehatan

narapidana maupun sarana dan prasarana kesehatan bagi narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan.

(5)

Dalam kenyataannya, pemberlakuan hak narapidana tersebut tidak

diterapkan seutuhnya di beberapa lembaga pemasyarakatan dimana hal ini

tidak sesuai dengan amanat undang-undang nomor 12 tahun 1995 tentang

pemasyarakatan. Dengan tidak diketahuinya hak tersebut oleh sebagian besar

narapidana, penerapan yang tidak sesuai tersebut seolah telah menjadi sesuatu

yang diterima. Narapidana pada akhirnya menjalankan rutinitas dan standar

pelayanan kesehatan dan makanan yang diterapkan oleh pihak Lembaga

Pemasyarakatan tanpa adanya perbaikan karena ketidaktahuan tersebut. Hal

minimnya sosialisasi pembinaan mengenai tata cara dan pelaksanaan hak-hak

narapidana menimbulkan ketidaktahuan dan kerancuan mengenai apakah

sebenarnya yang menjadi hak narapidana berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Kebanyakan Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia tidak memiliki

sarana dan prasana yang memadai untuk pelayanan kesehatan. Berjubelnya

penghuni Rumah Tahanan (rutan) Kelas I Surabaya di Medaeng, Sidoarjo,

hingga melebihi kapasitas normal, mengancam kesehatan para

tahanan-narapidana di sana. Overkapasitas menjadi salah satu penyebab terganggunya

kesehatan tahanan-napi. Belum lagi minimnya fasilitas pelayanan kesehatan di

sana, tahanan-napi Rutan Medaeng seperti’dilarang sakit’5.

Data dihimpun menyebutkan, Juni ini, dua warga binaan Rutan

Medaeng meninggal dunia setelah sakit. Faktornya adalah overkapasitas,

buruknya sanitasi, makanan, serta kurang olahraga. ”Rutan Medaeng sekarang

(6)

dihuni 1.688 orang, padahal kapasitasnya untuk 504 orang,” ungkapnya.

Dokter yang biasa diminta menjadi saksi ahli di sidang perkara narkoba itu

menjelaskan, setiap hari ada sekitar 40 tahanan-napi yang memeriksakan

kesehatannya ke poliklinik. Belum lagi pelayanan kesehatan untuk penyakit

berisiko tinggi, seperti HIV/AIDS. Hingga Mei lalu, kata Arivin, ada empat

penghuni Rutan Medaeng yang dirawat karena HIV/AIDS. Pelayanan

kesehatan di Rutan Medaeng semakin tak maksimal karena tahun ini tidak ada

anggaran kesehatan dari pemerintah6.

Begitu juga halnya di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Kota

Banjarmasin dimana kapasitas Lembaga Pemasyarakatan tersebut hanya dapat

menampung 366 orang namun faktanya Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA

Kota Banjarmasin menampung sekitar 2396 orang melebihi dari kapasitas

Lembaga Pemasyarakatan tersebut. Bukan hanya berjejal, napi juga tak bisa

mendapatkan hak untuk makanan layak. Pasalnya, per warga binaan cuma

dijatah Rp7.100 untuk memenuhi kebutuhan makan sebanyak tiga kali sehari,

pagi, siang dan malam.

Menurut mantan napi, Anton Medan yang berkunjung ke LP Klas IIA

Kota Banjarmasin, Jumat (25/4) lalu, idealnya, per napi per harinya mendapat

jatah makan diatas Rp14.000 hingga Rp20.000. Sebab bagaimana pun napi

juga punya hak dan tidak boleh didiskriminasikan7.

6 Nur Faishal, Medaeng Overkapasitas, Sebulan Dua Tahanan-Napi Meninggal. http://www.bangsaonline.com/. Diakses tanggal 24 November 2014

7 LP Klas IIA Kota Banjarmasin Over Kapasitas,http:// beritabanjarmasin.wordpress.com,

(7)

Kondisi ini menyebabkan sebagian besar narapidana hanya bisa

menerima apa yang mereka dapat dari lembaga pemasyarakatan bahkan tidak

sedikit narapidana yang harus mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan

dalam standar yang jauh di bawah hak mendasar yang ia miliki berdasarkan

peraturan perundang-undangan seharusnya para narapidana mendapatkan

pelayanan kesehatan yang layak dari Lembaga Pemasyarakatan apabila harus

mendapatkan perawatan yang intensif maka Dokter Lembaga Pemasyarakatan

memberikan rekomendasi kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan agar

pelayanan kesehatan dilakukan di rumah sakit pemerintah diluar Lembaga

Pemasyarakatan8. Selain itu, narapidana mendapatkan makanan dalam jumlah

kalori sekurang-kurangnya 2250 kalori untuk setiap orang perhari9.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengkaji hal tersebut

ke dalam sebuah karya ilmiah yakni skripsi yang berjudul “ Analisis

Pemenuhan Hak Narapidana Untuk Mendapatkan Pelayanan Kesehatan dan

Makanan Yang Layak di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Kota

Banjarmasin.“

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat ditarik

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana implementasi pemenuhan hak narapidana untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan dan makanan yang layak di Lembaga

8 Penjelasan Pasal 14 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999

(8)

Permasyarakatan Klas IIA Kota Banjarmasin sesuai dengan pasal 14 huruf

(d) Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan ?

2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala di Lembaga Pemasyarakatan

Klas IIA Kota Banjarmasin untuk memenuhi hak pelayanan kesehatan dan

makanan yang layak bagi narapidana ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah yang ada, maka yang menjadi tujuan

dalam usulan pembuatan skripsi ini, adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui implementasi pemenuhan hak mendapatkan pelayanan

kesehatan dan makanan yang layak bagi narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIA Kota Banjarmasin sesuai dengan pasal 14 huruf

(d) Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala di

Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Kota Banjarmasin untuk memenuhi

hak pelayanan kesehatan dan makanan yang layak bagi narapidana.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk

kepentingan-kepentingan sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a) Hasil penelitian ini dapat berguna bagi pengembangan dan penelitian

lebih lanjut terhadap hak narapidana khususnya hak untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak bagi

(9)

b) Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan sebuah koreksi untuk

penerapaan,prosedur,dan tata cara mengenai hak mendapatkan

pelayanan kesehatan dan makanan yang layak bagi narapidana oleh

LAPAS.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Penulis

Sebagai wawasan dan pengetahuan maupun wacana keilmuan tentang

pentingnya pelayanan kesehatan dan makanan yang layak terhadap

narapidana. Selain itu juga,sebagai salah satu syarat untuk

menyandang gelar kesarjanaan S1 (Strata Satu) di Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Malang.

b) Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat memberikan informasi serta penambahan

pengetahuan bagi masyarakat mengenai hak narapidana untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak selama

berada di LAPAS.

c) Bagi Petugas LAPAS dan Praktisi Hukum

Sebagai penjaga sekaligus pembina narapidana, memberikan

pelayanan yang baik, khususnya dalam memberikan fasilitas kesehatan

dan makanan yang layak serta bekal terhadap narapidana untuk

kembali dalam ruang lingkup masyarakat dengan tidak melakukan atau

(10)

Indonesia khususnya kalangan Lembaga Pemasyarakatan agar dapat

menjadi referensi dalam tugas penegakan hukum.

d) Bagi Akademisi

Penelitian ini dapat memberikan informasi dan ilmu pengetahuan serta

menjadi sumber referensi dan bahan kajian yang khususnya berkaitan

dengan pemenuhan hak narapidana untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan dan makanan yang layak.

e) Bagi Narapidana

Dengan adanya pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

tersebut,sebagai sarana untuk meningkatkan diri dan sarana rehabilitasi

agar para narapidana dapat hidup normal,sehat fisik,jasmani dan rohani

dan tentunya tidak mengulangi perbuatan yang sama, tempat untuk

untuk meningkatkan potensi diri dan kesadaran diri dalam menjalani

hukumannya di LAPAS.

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi petugas LAPAS dan

narapidana mengenai syarat dan tata cara pelaksanaan hak narapidana,

khususnya dalam pemenuhan hak narapidana untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan dan makanan yang layak selama berada di LAPAS.

F. Metode Penelitian

Untuk memperoleh data – data valid yang berhubungan dengan

(11)

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode

pendekatan yuridis sosiologis (socio legal research) yang merupakan penelitian hokum yang menggunakan data sekunder sebagai data awalnya,

yang kemudian dilanjutkan dengan data primer atau data lapangan.

2. Penentuan Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di LAPAS Klas IIA Kota Banjarmasin dalam

kurun waktu 1 bulan yaitu bulan Desember 2014. Alasan penulis memilih

lokasi penelitian di LAPAS Klas IIA Kota Banjarmasin adalah karena

merupakan satu-satunya LAPAS yang terdapat di Kota Banjarmasin dan

kapasitas LAPAS Teluk Dalam yang sudah melibihi batas (overload) sehingga terdapat kemungkinan potensi tidak terpenuhinya hak – hak

narapidana khususnya hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan

makanan yang layak. Oleh karena itu penulis memilih LAPAS Klas IIA

Kota Banjarmasin sebagai lokasi penelitian.

3. Sumber Data

Data yang digunakan adalah data primer dan di dukung oleh data

sekunder serta data tersier.

a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung

dari lokasi penelitian yaitu Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Kota

Banjarmasin, penelitian dilakukan dengan cara melakukan wawancara

(12)

menanyakan mengenai pelaksanaan pemenuhan hak narapidana untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak di

Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Kota Banjarmasin secara umum,

wawancara kepada dr.Yayuk selaku Dokter Lembaga Pemasyarakatan

Klas IIA Kota Banjarmasin untuk menanyakan pelayanan kesehatan

secara spesifik dan wawancara dengan Ibu Arni Ayu selaku Pengawas

Bagian Dapur untuk menanyakan pelayanan makanan secara spesifik

untuk keperluan penelitian berupa wawacara, studi dokumen serta

peraturan perundang-undangan, seperti Undang-undang Nomor 12

Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, Peraturan Pemerintah Nomor 32

Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga

Binaan Pemasyarakatan, Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999

Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan

Pemasyarakatan, Keputusan Menteri Kehakiman Nomor

M.02-PK.04.10 Tahun 1990 Tentang Pola Pembinaan Tahanan, Aturan

Standar Minimum Penanganan Tahanan (Standart Minimum Rules/SMR), dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan topic atau permasalahan yang diteliti oleh penulis.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari kajian kepustakaan

dan Undang-undang seperti Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995

Tentang Pemasyarakatan, Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999

(13)

Pemasyarakatan, Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 Tentang

Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan,

Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.02-PK.04.10 Tahun 1990

Tentang Pola Pembinaan Tahanan, Aturan Standar Minimum

Penanganan Tahanan (Standart Minimum Rules/SMR). c. Data tersier

Jenis data yang diperoleh dari Ensiklopedia, Jurnal Hukum, Kamus

Hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang terkait dengan

masalah yang dibahas oleh penulis.

4. Metode Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1) Metode observasi : Observasi ini dilakukan dengan cara melakukan

pengamatan langsung di lokasi penelitian terhadap objek yang menjadi

sorotan penelitian yaitu Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Kota

Banjarmasin. Mengenai Sarana dan Prasarana untuk pemenuhan hak

pelayanan kesehatan dan makanan seperti , poliklinik, rumah sakit

Lapas, peralatan farmasi, apotek, penanganan kesehatan narapidana,

kebersihan dapur, kebersihan sel, proses pengolahan bahan mentah

hingga penyajian makanan, hingga kegiatan narapidana selama berada

di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Kota Banjarmasin.

(14)

dengan pihak yang di anggap mengetahui banyak tentang tujuan

penelitian :

a) Wawancara dengan narapidana sebanyak 10 orang tentang

pemenuhan hak pelayanan kesehatan dan makanan yang layak.

(1) Mas Ade

(2) Mas Walid

(3) Mas Zaenal

(4) Mas Siman

(5) Mas Fery

(6) Mba Elin

(7) Mba Nurul

(8) Ibu Mashito

(9) Mba Dea

(10) Mba Dewi

b) Wawancara dengan petugas Lapas sebanyak 6 orang

(1) Bpk. Jispan Simanjutak selaku Kepala urusan Registrasi Umum

(KaurUmum) tentang gambaran umum sejarah berdirinya serta

visi dan misi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Kota

Banjarmasin.

(2) Bpk. Jatmiko selaku Kepala Subtansi Seksi Registrasi (Kasubsi

Registrasi ) tentang data penghuni Lembaga Pemasyarakatan

(15)

(3) Bpk. Sumarlan selaku Bendahara tentang anggaran pemasukan

dan pengeluaran Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Kota

Banjarmasin.

(4) Bpk. Tamberin selaku Kepala Subtansi Seksi Pembinaan

Pengawasan Makanan dan Kesehatan ( Kasubsi Binaswat )

tentang kegiatan pembinaan untuk narapidana, menu

pemberian dan pengawasan makanan untuk narapidana , dan

pengawasan kesehatan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

Klas IIA Kota Banjarmasin.

(5) Ibu Olivia selaku Perawat tentang lingkungan poliklinik,

pengadaan obat-obatan, sampai dengan penanganan narapidana

yang sakit di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Kota

Banjarmasin.

(6) Ibu dr.Yayuk selaku Dokter tentang pemeriksaan narapidana

yang sakit hingga meninggal , pengajuan surat rujukan ke

Rumah Sakit diluar Lapas maupun Rumah Sakit di dalam

Lapas, serta pengecekan kesehatan bagi narapidana dan

tahanan yang baru masuk Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA

Kota Banjarmasin.

(7) Ibu Arni Ayu selaku Pengawas Bagian Dapur tentang

lingkungan dapur, peralatan dapur, proses pengolahan bahan

mentah hingga proses pemberian makanan kepada narapidana

(16)

3) Studi Dokumentasi

Selain menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode

observasi dan wawancara (interview) penulis juga menggunakan metode studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data sekunder

dengan cara mempelajari data dari dokumen-dokumen yang diberikan

Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Kota Banjarmasin terkait

permasalahan yang di teliti oleh penulis. Peninjauan kepustakaan

mengenai pelayanan kesehatan dan makanan dari buku-buku ilmiah

seperti karangan Prof. Dr. Dwija Prayitno, SH., MH., Sp.N. mengenai

Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, Petrus Irwan

Panjaitan, S.H., M.H. dan Pandapotan Simorangkir, S.H. mengenai

Lembaga Pemasyarakatan Dalam Prespektif Sistem Peradilan Pidana,

Masruchin Ruba’I, S.H mengenai Hukum Pidana Indonesia, Drs.

P.A.F Lamintang, S.H mengenai Hukum Penitnsier Indonesia dan

Barda Nawawi Arief, S.H mengenai Bunga Rampai Hukum Pidana

Indonesia. Peraturan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang

Pemasyarakatan, Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 Tentang

Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan,

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata

Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. Juga

menggunakan sumber-sumber yang tertulis baik tercetak maupun

elektronik yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan

(17)

5. Analisis Data

Untuk menganalisa data hasil penelitian penulis menggunakan metode

deskriptif analitis yaitu metode untuk memperoleh gambaran singkat

mengenai suatu permasalahan yang ada dilokasi yang telah dinyatakan

oleh responden secara tertulis maupun lisan dan juga perilaku yang

nyata tentang Pemenuhan Hak Narapidana Untuk Mendapatkan

Pelayanan Kesehatan dan Makanan Yang Layak Di Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIA Kota Banjarmasin.

G. Rencana Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang isi penulisan tugas

akhir ini, maka sistematika penulisan hukum di bagi 4 (empat) bab, dan

masing-masing terdiri atas sub-sub bab. Adapun bab-bab tersebut sebagai

berikut :

BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini penulis memaparkan mengenai latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Dalam bab ini penulis menguraikan pendekatan secara teoritis mengenai

kerangka dasar dan permasalahan yang di angkat, serta fakta-fakta dan dasar

hukum. Penulis menyajikan teori-teori yang bersumber dari undang-undang

maupun literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang akan di teliti yaitu

(18)

makanan yang layak di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Kota Banjarmasin

yang telah di tentukan oleh peraturan perundang-undangan.

BAB III : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam bab ini penulis menyajikan analisa-analisa yang berkaitan dengan

permasalahan yang berdasarkan hasil penelitian sekaligus pembahasan disertai

dengan analisa deskriptif analitis terhadap pemenuhan hak narapidana untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak di Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIA Kota Banjarmasin dikaitkan dengan undang-undang

pemasyarakatan yang ada.

BAB IV : Penutup

Dalam bab ini penulis menyajikan tentang kesimpulan dan saran-saran yang

berkaitan dengan permasalahan yang telah di paparkan dari hasil penelitian di

(19)

PENULISAN HUKUM

Oleh:

MUHAMMAD LUTHFI FATHILLAH S 201010110311015

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM

(20)

IIA Banjarmasin

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang Ilmu Hukum

Oleh :

MUHAMMAD LUTHFI FATHILLAH S 201010110311015

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM

(21)
(22)
(23)

hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“ANALISIS PEMENUHAN HAK NARAPIDANA UNTUK

MENDAPATKAN PELAYANAN KESEHATAN DAN MAKANAN YANG LAYAK DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA KOTA

BANJARMASIN.”

Penulisan ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh dalam

menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Satu (S-1) Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Malang. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil

tanpa adanya dukungan dan dorongan motivasi dari berbgai pihak. Oleh karena itu

izinkan penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Keluarga Besar saya. Bapak Tercinta Acep Supriadi, Ibunda Tercinta Nunung

Nurbaeti, Kakak Tercinta Rivan Fakhri Ramadhan, Adek Tercinta Fawwaz

Ramadhan dan Kekasih Tercinta Fara Claudia Amanda.

2. Bapak Dekan, Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Hukum UMM terutama

Bapak Moh. Najih., S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing Pertama, dan

Bapak Wasis Suprayitno., S.H., M.Si selaku Dosen Pembimbing Pendamping,

atas waktu, kesabaran serta saran-sarannya dalam menyusun skripsi ini.

3. Bapak Edy Teguh Widodo., Bc.IP., S.Pd. MM selaku Kepala Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIA Kota Banjarmasin, Bapak Drs.Tamberin, selaku

(24)

selama proses pelaksanaan observasi dalam penulisan skripsi ini

4. Keluarga Besar Focus UMM yang sudah memberikan saya pengalaman,

pelajaran, arti kehidupan buat saya, dan ilmu baru yang saya dapatkan serta

menjadikan saya keluarga baru di dalamnya.

5. Sahabat-sahabat saya F.H Angkatan 2010 yang selalu saling mengisi,

memotivasi dan memberikan dukungan ditengah kesibukan menjadi

mahasiswa tingkat akhir dan Sahabat-sahabat saya seperjuangan UMM

Angkatan 2010 serta Sahabat-sahabat tempat tinggal saya yang sudah saya

anggap menjadi saudara saya Keluarga Besar Bumi Asik.

6. Pihak-pihak lain yang terlibat dan telah membantu dalam penulisan skripsi ini

yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis memohon maaf sebesar-besarnya jika dalam pembuatan

skripsi ini penulis melakukan kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak

sengaja. Semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi para pembaca.

Malang, 4 Februari 2015

Penulis,

(25)

Surat Pernyataan Penulisan Hukum Bukan Plagiat ... iv

Ungkapan Pribadi dan Motto ... v

Abstraksi ... vi

Abstract ... vii

Kata Pengantar ... viii

Dafatar Isi ... x

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Permasalahan ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

1. Manfaat Teoritis ... 8

2. Manfaat Praktis ... 9

E. Kegunaan Penelitian... 10

F. Metode Penelitian... 10

1. Metode Pendekatan ... 11

2. Penentuan Lokasi ... 11

3. Sumber Data ... 11

4. Metode Pengumpulan Data ... 13

5. Analisa Data ... 17

G. Rencana Sistematika Penulisan ... 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Tujuan Pemidanaan... 19

B. Tinjauan Tentang Pembinaan ... 26

C. Tinjauan Tentang Hak Narapidana ... 29

D. Tinjauan Tentang Aturan Standar Minimum (SMR) ... 38

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran umum Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Kota Banjarmasin... 44

1. Sejarah Berdirinya ... 44

2. Struktur Organisasi... 46

3. Data Narapidana dan Tahanan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Kota Banjarmasin ... 47

4. Sarana dan Prasarana... 48

(26)

Klas IIA Kota Banjarmasin Untuk Memenuhi Hak Pelayanan Kesehatan dan Makanan Yang Layak Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan ... 80

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... 92 B. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA

(27)

Tabel 1 : Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin Halaman ... 47

Tabel 2 : Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan ... 47

Tabel 3 : Jumlah Penghuni Berdasarkan Golongan Pada Lapas Klas IIA Kota Banjarmasin ... 48

Tabel 4 : Jadwal Kegiatan Personal Warga Binaan Pemasyarakatan ... 50

Tabel 5 : Penyakit Yang Diderita WBP Dan Tahanan………. 59

Tabel 6 : Data WBP Yang Meninggal Dunia Selama Tahun 2014 ... 61

Tabel 7 : Pelayanan Kesehatan Yang Sudah Sesuai Dan Belum Sesuai ... 67

Tabel 8 : Daftar Menu Harian WBP ... 71

(28)

Gambar 1 : Tabung Oksigen dan Bed ... 56

Gambar 2 : Steteskop ... 56

Gambar 3 : Alat THT ... 56

Gambar 4 :Alat Bedah ... 57

Gambar 5 : Kasa... 57

Gambar 6 : Alat Tensi ... 57

Gambar 7 : Ruang Apotek ... 57

Gambar 8 : Obat-Obatan ... 57

Gambar 9 : Daftar Menu Harian WBP ... 69

Gambar 10 : Proses Pencucian Beras ...74

Gambar 11 : Proses Pencucian Sayuran ...74

Gambar 12 : Proses Pembuatan Sayuran ... 75

Gambar 13 : Proses Pembuatan Tempe Bumbu ... 75

Gambar 14 : Proses Pembuatan Urap ... 75

Gambar 15 : Contoh Beras ... 76

Gambar 16 : Alat Penanak Nasi ... 76

Gambar 17 : Contoh Nasi ... 76

Gambar 18 : Contoh Makan Pagi ... 77

(29)

Lampiran 3 Surat Ijin Observasi / Mencari Data

Lampiran 4 Surat Keterangan Kementrian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Kantor Wilayah Kalimantan Selatan

(30)

Presindo. Jakarta.

Barda Nawawi Arief. 2008. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Kencana Prenada Grup. Jakarta.

Dwija Prayitno. 2006. Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara Di Indonesia. PT Refika Aditama. Bandung.

Lamintang. 2010. Hukum Penitensir Indonesia. . Sinar Grafika. Jakarta. Petrus Irwan. 1995. Lembaga Pemasyarakatan Dalam Prespektif Sistem

Peradilan Pidana. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Masruchin Ruba’i. 2014. Hukum Pidana Di Indonesia. Bayu Media Publishing.

Malang.

Internet :

Nur Faishal. Medaeng Over Kapasitas, Sebulan Dua Tahanan – Narapidana meninggal . http://bangsaonline.com, diakses tanggal 24 November 2014 LP Teluk Dalam Over Kapasitas. http://beritabanjarmasin.wordpress.com, di

akses tanggal 30 November 2014

Perundang-undangan :

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.

Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.

(31)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa pembinaan perilaku Narapidana di lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Pekalongan sudah berhasil karena berdasarkan data yang ada, menujukan

selama menjalani masa pidana di Lembaga Pemasyarakatan klas IIA Yogyakarta,. sesuai dengan problematika hukum yang akan diteliti oleh penulis.

Para petugas pembina narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan Yogyakarta telah memberikan pembinaan dan pelayanan yang profesional bagi para

Pelaksanaan pembinaan oleh Warga Binaan yang berada dalam Lapas Narkotika Klas IIA Yogyakarta, yang keseluruhannya merupakan terpidana tindak pidana akan penyalahgunaan

Kasubsi Bimkemaswat Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai, pada tanggal 31 Juli 2017.. memberikan gambaran bahwa kejahatan tersebut hanya terhenti sesaat dan akan muncul

Pedoman Perawatan Kesehatan Warga Binaan Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara, 2004, Departemen Hukum dan HAM RI, Direktorat Jendral

Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan hak cuti mengunjungi keluarga bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Makassar yaitu kurangnya pemahaman narapidana

Dalam pelaksanaan pembinaan berbasis Pesantren, Warga Binaan Pemasyarakatan juga harus memenuhi persyaratan yang dibuat oleh Lapas Kelas IIA Padang antara lain