• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KOMPARASI LEMBAGA PENYIDIK PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM SISTEM HUKUM PIDANA INDONESIA DENGAN SISTEM HUKUM PIDANA HONGKONG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI KOMPARASI LEMBAGA PENYIDIK PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM SISTEM HUKUM PIDANA INDONESIA DENGAN SISTEM HUKUM PIDANA HONGKONG"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga penyidik pemberantasan tindak pidana korupsi merupakan lembaga yang menangani kasus tindak pidana korupsi di Indonesia maupun di Negara-negara lain. Pemberantasan korupsi di Indonesia telah berjalan cukup lama. Berbagai upaya dilakukan terhadap para pejabat publik atau penyelenggara Negara yang terbukti melakukan korupsi. Segala cara dilakukan untuk mewujudkan Negara yang bersih serta bebas dari korupsi. Seperti halnya korupsi bagi Hongkong yang harus diberantas sampai ke akar-akarnya.

(2)

“penyidik adalah penyidik pada Komisi Pemberantasan Korupsi yang diangkat dan diberhentikan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi”.

Kewenangan penyidik dalam pasal 7 ayat (1) KUHAP yaitu:

a. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana;

b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;

c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;

d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan; e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

f. Mengambil sidik jari dan memotret seorang;

g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

i. Mengadakan penghentian penyidikan;

j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia berdasarkan Pasal 14 ayat (1) huruf g Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu: “…melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya”. Dalam pasal 30 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia, di bidang pidana kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu bersadarkan undang-undang. Berdasarkan pasal 6 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, KPK memiliki tugas:

a. koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi;

(3)

c. melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi;

d. melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan e. melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.

Berdasarkan Pasal 12, dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan dan penuntutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf c, KPK berwenang:

a. melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan;

b. memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang seseorang bepergian ke luar negeri;

c. meminta keterangan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya tentang keadaan keuangan tersangka atau terdakwa yang sedang diperiksa;

d. memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya untuk memblokir rekening yang diduga hasil dari korupsi milik tersangka, terdakwa, atau pihak lain yang terkait;

e. memerintahkan kepada pimpinan atau atasan tersangka untuk memberhentikan sementara tersangka dari jabatannya;

f. meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka atau terdakwa kepada instansi yang terkait;

g. menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksi perdagangan, dan perjanjian lainnya atau pencabutan sementara perizinan, lisensi serta konsesi yang dilakukan atau dimiliki oleh tersangka atau terdakwa yang diduga berdasarkan bukti awal yang cukup ada hubungannya dengan tindak pidana korupsi yang sedang diperiksa;

h. meminta bantuan Interpol Indonesia atau instansi penegak hukum negara lain untuk melakukan pencarian, penangkapan, dan penyitaan barang bukti di luar negeri;

i. meminta bantuan kepolisian atau instansi lain yang terkait untuk melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan dalam perkara tindak pidana korupsi yang sedang ditangani.

(4)

1) Operation Department (Departemen Operasi);

2) Corruption Prevention Department (Departemen Prevensi Korupsi);

3) Community Relation Department (Departemen Hubungan Masyarakat);

4) Administration Branch (Cabang Administrasi).

Adapun tugas Commissioner diatur dalam Pasal 12 Ordinance, yang meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) menerima dan mempertimbangkan pengaduan terjadinya praktik korupsi dan menyelidiki setiap pengaduan yang dianggap layak. 2) Penyidikan:

a. Setiap pelanggaran yang dituduhkan atau dicurigai berdasarkan ICAC Ordinance;

b. Setiap pelanggaran yang dituduhkan atau berdasarkan Prevention of Bribery Ordinance;

c. Setiap pelanggaran yang dituduhkan atau dicurigai berdasarkan Corrupt and Illegal Practices Ordinance;

d. Setiap pelanggaran yang dituduhkan atau dicurigai berdasarkan pemerasan yang dilakukan oleh Hongkong SAR atau melalui penyalahgunaan jabatannya;

e. Setiap kolusi yang dituduhkan atau dicurigai berdasarkan Prevention of Bribery Ordinance;

f. Setiap kolusi yang dituduhkan atau dicurigai berdasarkan (oleh dua orang atau lebih termasuk pegawai-pegawai pemerintah Hongkong SAR) untuk melakukan pemerasan oleh atau melalui penyalahgunaan jabatan pegawai pemerintah yang bersangkutan. 3) Menyelidiki setiap perbuatan pegawai pemerintah menurut pendapat

Commissioner, berkaitan atau mendorong praktik korupsi dan melaporkannya kepada Chief Executive.

4) Memeriksa praktik dan prosedur masing-masing departemen dari pemerintah dan badan umum, guna mempermudah pengungkap praktik korupsi serta menjamin revisi metode kerja dan prosedur yang menurut pendapat Commissioner dapat mendorong praktik korupsi.

5) Menginstruksikan, menasihati, dan membantu setiap orang atas permintaannya, mengenai bagaimana cara praktik korupsi dapat ditiadakan oleh orang yang bersangkutan.

(5)

dengan pelaksanaan yang efektif dari tugas masing-masing departemen atau badan umum bersangkutan yang dianggap perlu oleh Commissioner, guna mengurangi kemungkinan terjadinya praktik korupsi.

7) Mendidik publik untuk melawan seluruh aspek jahat korupsi.

8) Mengumpulkan dan memupuk dukungan publik dalam memerangi korupsi.

Walaupun pemberantasan korupsi semakin ditingkatkan, namun korupsi masih meraja lela di masayarakat. Secara organisasi dan hukum masih terdapat beberapa kelemahan mengenai pemberantasan tindak pidana korupsi, salah satunya yaitu pemberantasan korupsi dilaksanakan oleh beberapa instansi. Sekarang ini pemberantasan korupsi dilakukan oleh Kejaksaan, Kepolisian dan KPK. Alasan dibentuknya KPK sesuai UU No 30 Tahun 2002 karena Lembaga Pemerintah yang menangani perkara tindak pidana korupsi belum berfungsi secara efektif dan efisien. Oleh karena itu Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi perlu ditingkatkan secara profesional, intensif dan berkesinambungan.

Ketiga badan tersebut Undang-Undang pembentukannya berbeda, dalam penegakan hukum mengacu pada KUHAP dan hukum acara yang diatur dalam Undang-undang Khusus ( Undang-Undang pembentukannnya) masing-masing. Dahulu sebelum adanya KPK, antara Kejaksaan dan Kepolisian pernah terjadi perbedaan pendapat dalam penanganan kasus Bank. Tugas yang sama dalam satu organisasi atau negara , ditangani 3 instansi. Pembagiannya antara lain dibedakan jumlah korupsi yang ditangani, kalau KPK Rp. 1 Milyar ke atas.

(6)

secara terpadu dan terkoordinir. Kejaksaan, Kepolisian dan KPK dilebur menjadi satu badan di mana sebagai acuan adalah korupsi di Indonesia segera dapat diberantas, jadi bukan kepentingan masing-masing instansi. Kalau perlu khusus untuk badan ini tidak berlaku undang-undang tidak berlaku surut.

Penelitian terdahulu dengan fokus “Komparasi Lembaga Penyidik Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dalam Sistem Hukum Pidana Indonesia dan Hongkong”, pernah dilakukan sebelumnya oleh Mega Anjarsari telah meneliti “Studi Komparasi Hukum Pengaturan Asas Mekanisme Pengambilalihan Perkara

(Takeover Mechanism Principles) dalam Penyidikan Perkara Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan Hongkong Independent Commission Against Corruption”, dengan fokus kajian pada lembaga penyidik dalam sistem hukum pidana Indonesia dan Hongkong. Adapun persamaan dalam penelitian ini adalah penelitian yang sama-sama membahas tentang perbandingan hukum pengaturan penyidikan perkara korupsi di Indonesia dan Hongkong, sedangkan perbedaannya terletak pada bahan kajian. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mega Anjarsari lebih menitikberatkan pada Hukum Pengaturan Asas Mekanisme Pengambilalihan Perkara (Takeover Mechanism Principles) dalam Penyidikan Perkara Korupsi, sedangkan penelitian ini lebih menekankan pada lembaga penyidik perkara korupsi.

(7)

Hongkong untuk melihat perbedaan maupun persamaan yang dimiliki sehingga dapat mengetahui apa yang perlu diperbaiki terhadap kewenangan penyidikan tindak pidana korupsi di Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai lembaga penyidik perkara korupsi yang ada di Indonesia dan di Hongkong, sehingga penulis ingin mengangkat tema skripsi yang berjudul: “STUDI KOMPARASI LEMBAGA PENYIDIK PEMBERANTASAN

TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM SISTEM HUKUM PIDANA INDONESIA DENGAN SISTEM HUKUM PIDANA HONGKONG”

B. Rumusan Masalah

Agar permasalahan yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan penulisan penelitian hukum mencapai tujuan yang diinginkan maka perlu disusun perumusan masalah yang didasarkan pada uraian latar belakang di atas. Adapun perumusan masalah dalam penelitian hukum ini adalah:

1. Bagaimanakah lembaga penyidik pemberantasan tindak pidana korupsi dalam sistem hukum pidana Indonesia?

2. Bagaimanakah lembaga penyidik pemberantasan tindak pidana korupsi dalam sistem hukum pidana Hongkong?

(8)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pada hakekatnya mengungkapkan apa yang hendak dicapai oleh peneliti, yang mana tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui lembaga penyidik pemberantasan tindak pidana korupsi dalam sistem hukum pidana Indonesia.

2. Untuk mengetahui lembaga penyidik pemberantasan tindak pidana korupsi dalam sistem hukum pidana Hongkong.

3. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan lembaga penyidik pemberantasan tindak pidana korupsi dalam sistem hukum pidana Indonesia dengan sistem hukum pidana Hongkong.

D. Kegunaan Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan manfaat pada pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan hukum acara pidana pada khususnya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu tambahan referensi, masukan data ataupun literatur bagi penulisan hukum selanjutnya yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

(9)

2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis

Bagi penulis secara pribadi untuk menambah wawasan dan sebagai prasyarat untuk memenuhi tugas akhir kesarjanaan Strata Satu (SI) di Universitas Muhammadiyah Malang.

b. Bagi Penegak Hukum

Sebagai bahan pertimbangan dan rekomendasi bagi pemerintah dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Bagi Masyarakat

Untuk menambah wawasan kepada masyarakat tentang perbandingan penyidikan perkara korupsi dalam sistem hukum pidana Indonesia dengan sistem hukum pidana Hongkong.

E. Metode Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Penelitian hukum dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori ataupun konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.1

“Dua syarat utama yang harus dipenuhi sebelum mengadakan penelitian dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan adalah peneliti harus terlebih dahulu memahami konsep dasar ilmunya dan metodologi penelitian disiplin

1

Peter Mahmud Marzuki, 2011. Penelitian hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hal.

(10)

ilmunya.”2“Di dalam penelitian hukum, konsep ilmu hukum dan metodologi yang digunakan di dalam suatu penelitian memainkan peran yang sangat signifikan agar ilmu hukum beserta temuan-temuannya tidak terjebak dalam kemiskinan relevansi dan aktualitasnya.”3

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian hukum normatif (Normatif Legal Reseacrh):

1. Metode Pendekatan: “Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum kepustakaan. Penelitian hukum normatif didefinisikan sebagai penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan. Disebut juga penelitian hukum doktrinal yaitu penelitian hukum yang mempergunakan data sekunder.”4 hukum positif atau hukum perundang-undangan, diantaranya:

2

Johnny Ibrahim, 2008. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif Edisi Revisi. Malang:

Bayu Media Publishing. Hal. 26. 3Ibid.

hal. 28. 4

Elvira Dewi Ginting, 2010. Analisis Hukum Mengenai Reorganisasi Perusahaan Dalam Hukum

(11)

- Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP);

- Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;

- Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;

- Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;

- Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia;

- Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia;

- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;

- Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi;

- Hongkong Independent Commission Against Corruption

(ICAC Hongkong).

(12)

c. Bahan Hukum Tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Peneliti menggunakan Penelitian Terdahulu, kamus hukum, buku literature, hasil karya dari kalangan hukum, media elektronik, dan media cetak sebagai bahan hukum tersier. d. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum: Kegiatan pengumpulan data

dalam penelitian ini adalah dengan cara pengumpulan (dokumentasi) data sekunder berupa peraturan perundangan, artikel maupun dokumen lain yang dibutuhkan untuk kemudian dikategorisasi menurut pengelompokan yang tepat. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Studi Kepustakaan, yaitu berupa pengumpulan data bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yang telah ditentukan yang terkait dengan permasalahan penelitian.

e. Teknik Analisa Bahan Hukum: teknik analisa bahan hukum dalam penulisan hukum yang normatif adalah analisa perbandingan (comparative analysis).

F. Sistematika Penelitian Hukum

(13)

dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian ini. Adapun sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menguraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan metode penelitian, dan sistematika penelitian hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis menguraikan mengenai teori yang menjadi landasan atau memberikan penjelasan secara teoritik berdasarkan literatur-literatur yang berkaitan dengan penulisan hukum ini. Kerangka teori tersebut meliputi tinjauan tentang Perbandingan Hukum, tinjauan tentang lembaga penyidik pemberantasan tindak pidana korupsi, tinjauan tentang sistem hukum pidana Indonesia, dan tinjauan tentang sistem hukum pidana Hongkong.

BAB III : PEMBAHASAN

(14)

BAB IV : PENUTUP

(15)

STUDI KOMPARASI LEMBAGA PENYIDIK PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM SISTEM HUKUM PIDANA

INDONESIA DENGAN SISTEM HUKUM PIDANA HONGKONG

Disusundandiajukanuntukmemenuhisalahsatusyarat

memperolehgelarkesarjanaan

dalambidangilmuhukum

Oleh:

MARIS KHOIRINA Nim: 08400243

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM

(16)
(17)
(18)
(19)

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu

menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak

mengetahui. (QS.Al Baqarah:216)

Bacalah Al Qur’an, Sesungguhnya

ia akan datang

di hari Kiamat menjadi penolong bagi pembacanya.

(HR. Muslim)

Persembahan:

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Orang tua tercinta, H. Sukarno, SH. Dan Hj. Robingah, BA.

Adikku, Adinda Tsaniyah Salsabila.

(20)

Assalamu’alaikumWr.Wb.

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis mampu mempersembahkan karya tulis yang berjudul “STUDI KOMPARASI LEMBAGA PENYIDIK PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM SISTEM HUKUM PIDANA INDONESIA DENGAN SISTEM HUKUM PIDANA HONGKONG”. Tugas akhir ini disusun dalam rangka guna mencapai gelar sarjana dalam bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

Kajian ini mencoba membahas tentang korupsi, sebuah kasus yang sudah menjadi suatu kejahatan luar biasa (extraordinary crime) di Indonesia maupun di Negara-negara lain, sehingga dalam upaya pemberantasannya harus dengan cara-cara yang luar biasa. Oleh karena itu dengan fenomena yang ada, penulis menjadi tertarik untuk mengkajinya lebih lanjut.

Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis sadar dengan segala keterbatasan dalam ilmu pengetahuan. Tanpa dukungan para pihak, maka karya tulis ini tidak akan terselesaikan. Sehingga tidaklah berlebihan kiranya penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Orang Tua penulis Ayahanda H. Sukarno, SH. Dan Ibunda Hj. Robingah, BA. Serta adik tercinta Adinda Tsaniyah Salsabila yang telah memberikan dukungan dan bantuan moril dan materiil serta do’a yang tiada henti untuk kesuksesan penulis;

2. Bapak Prof. Dr. Muhadjir Effendi, M.A.P selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang;

3. Bapak Dr. Sulardi, SH., M.Si selaku Dekan Fakultas Hukum;

(21)

arahan serta bimbingannya selama ini;

6. Bapak Sidik Sunaryo, SH., M.Si., M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang telah menuangkan pemikirannya dengan segala kesabaran dalam membimbing penulis;

7. Fakultas Hukum beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menambah pengetahuan dan membantu hingga terselesaikannya tugas akhir ini;

8. Teman-teman semua yang tak dapat penulis sebut satu persatu, “terima kasih atas dukungan dan do’a kalian. Semoga segalanya dapat tercapai”.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penulisan tugas akhir ini tak luput dari kesalahan dan kekurangan. Sehingga kritik dan saran yang membangun tetap penulis harap kan untuk perbaikan dalam penulisan-penulisan yang lebih lanjut. Semoga karya ini dapat memberikan manfaat. Amiinn.

Alhamdulillahrirobbil’alamin

Wassalamu’alaikumWr.Wb.

Malang, 29 Januari2015

(22)

Lembar Cover/Sampul Dalam ……… i

Lembar Pengesahan ……… ii

Surat Pernyataan Penulisan Hukum Bukan Hasil Plagiat ……….. iv

Ungkapan Pribadi/Motto ……… v

Abstraksi ………. vi

Abstract ……… vii

Kata Pengantar ……… viii

Daftar Isi ………. x

DaftarLampiran ………. xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….. 1

B. Rumusan Masalah ……… 7

C. Tujuan Penelitian ………. 8

D. Kegunaan Penelitian ………. 8

E. Metode Penelitian ………. 9

F. Sistematika Penelitian Hukum ………. 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perbandingan Hukum ………. 15

B. Tinjauan Tentang Lembaga Penyidik Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ………..…….. 17

a. Pengertian Penyidik dan Penyidikan ………. 17

b. Pejabat Penyidik ………. 18

c. Wewenang Penyidik ……….….. 22

C. Tinjauan Tentang Sistem Hukum Pidana Indonesia ……….. 24

(23)

A. Lembaga Penyidik Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Dalam Sistem Hukum Pidana Indonesia...…………...…... 36

B. Lembaga Penyidik Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dalam Sistem Hukum Pidana Hongkong .………... 50

C. Perbedaan dan Persamaan Lembaga Penyidik Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dalam Sistem Hukum Pidana Indonesia dengan Sistem Hukum Pidana Hongkong……... 59

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ………... 74

B. Saran ………... 79

Daftar Pustaka ……… 80

Indeks ………. 83

(24)

1. SuratTugasNomor: E.6.e/014/FH-UMJM/I/2015 2. KartuKendaliBimbinganTugasAkhir

3. Undang-UndangPerublik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 tentangKomisiPemberantasanTindakPidanaKorupsi

4. Chapter 201 Prevention Of Bribery Ordinance

(25)

Buku:

Adam Chazawi. 2011. Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia.

Malang: Bayu Media Publishing.

Andi Hamzah. 2012. Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Barda Nawawi Arief. 2011. Perbandingan Hukum Pidana Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Elvira Dewi Ginting. 2010. Analisis Hukum Mengenai Reorganisasi Perusahaan Dalam Hukum Kepailitan. Medan: USU Press.

Elwi Danil. 2012. Korupsi: Konsep Tindak Pidana, dan Pemberantasannya.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ermansjah Djaja. 2008. Memberantas Korupsi bersama KPK (Kajian Yuridis Normatif UU Nomor 31 Tahun 1999 juncto UU Nomor 20 Tahun 2001 versi UU Nomor 30 Tahun 2002). Jakarta: Sinar Grafika.

Evi Hartanti. 2009. Tindak Pidana Korupsi Edisi Kedua. Jakarta: Sinar Grafika. Fakultas Hukum. 2007. Pedoman Penulisan Hukum. Malang: UMM Malang. HMA Kuffal. 2010. Penerapan KUHAP Dalam Praktik Hukum Edisi Revisi.

Malang: UMM Press.

IGM Nurdjana.2010. Sistem Hukum Pidanadan Bahaya Laten Korupsi “Perspektif Tegaknya Keadilan Melawan Mafia Hukum”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Johnny Ibrahim, 2008. Teoridan Metodologi Penelitian Hukum Normatif Edisi Revisi. Malang: Bayu Media Publishing.

M. Yahya Harahap. 2002. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Edisi Kedua. Jakarta: SinarGrafika.

Peter Mahmud Marzuki. 2005. Penelitian hukum. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Romli Atmasasmita. 2000. Perbandingan Hukum Pidana. Bandung: Mandar Maju.

(26)

Skripsi:

Mega Anjarsari. 2010. Studi Komparasi Hukum Pengaturan Asas Mekanisme Pengambilalihan Perkara (Takeover Mechanism Principles) Dalam Penyidikan Perkara Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dengan Hongkong Independent Commission Against Corruption. Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

SuratKabar:

Tri Agung Kristanto dan IrwanSuhanda (ed.). 2009. Jangan Bunuh KPK Perlawanan Terhadap Usaha Pemberantasan Korupsi. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Undang-undang:

Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang perubahanatas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia.

Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi.

Independent Commission Against Corruption Hongkong (ICAC Hongkong). Internet:

Paku Utama. Reformasi Pemberantasan Korupsi.http://www.kabarindonesia.com. diakses pada tanggal 9 Desember 2012.

Ulul Albab, MS. 2009. ”Model Hongkong SAR” .www.unitomo.ac.id. Diakses pada tanggal 9 Desember 2012.

http://en.wikipedia.org/wiki/Independent_Commission_Against_Corruption_(Hon g_Kong)diakses pada tanggal 20 September 2012.

(27)

diakses pada tanggal 23 September 2012.

http://www.cicakbekasi.wordpress.com/kpk/visi-misi-kpk/ diakses pada tanggal 16 Nopember 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Pokok masalah penelitian ini adalah strategi bimbingan penyuluhan Islam (BPI) dalam menangani masalah sosial di Desa Doridungga Kecamatan Donggo Kabupaten Bima. Pokok

[r]

Dalam penulisan ilmiah ini penulis akan menjelaskan tentang pembuatan sebuah animasi tiga dimensi yang mengangkat sebuah materi yaitu mengenai planet bumi. Animasi

Website ini berfungsi untuk memberikan informasi yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran dan kegiatan lain serta situasi dan kondisi di sekolah tersebut kepada para orang

Jika dikaitkan dengan dakwah , berarti kegiatan dakwah yang dilakukan komunitas Remaja Ukhuwah Nurul Yaqin mengalami perkembangan sesuai dengan dinamika yang

ROE merupakan salah satu rasio profitabilitas yang menjadi daya tarik tersendiri bagi investor karena ROE menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

Dari pengertian ini kita dapat mngetahui bahwa pembelajaran berbasis masalah ini difokuskan untuk perkembangan belajar siswa, bukan untuk membantu guru mengumpulkan informasi

Interpretasi dari hasil geolistrik adalah lapisan Pasir pantai Basah dengan nilai resistivitas 1.06 - 6.61 Ωm, lapisan Pasir Pantai Kering dengan nilai resistivitas 16.5 - 41.2