• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisi Dosis Radiasi Untuk Aplikasi Ruangan ICU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisi Dosis Radiasi Untuk Aplikasi Ruangan ICU"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DOSIS RADIASI PADA MASYARAKAT UMUM

UNTUK APLIKASI PADA RUANGAN ICU (INTENSIVE

CARE UNIT) RUMAH SAKIT ROYAL PRIMA MEDAN

SKRIPSI

RAHMAT HIDAYATULLAH

NIM : 130821003

DEPERTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKADAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Analisi Dosis Radiasi Untuk Aplikasi Ruangan ICU

Nama : Rahmat Hidayatullah

Nim : 130821003

Program Studi : Sarjana (S1) Fisika Medis

Depertemen :Fisika

Fakultas :Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Diluluskan di Medan, Maret 2015

Dosen pembimbing I Dosen

Pembimbing II

(Drs. Herlig,M.S) (Josepa ND Simanjuntak,

M.si)

Ketua Depertemen Fisika FMIPA

NIP.1955103198003100 (Dr. Marhaposan Situmorang)

Pembimbing II

(SUBAGYO) Dosen pembimbing I

(3)

LEMBARAN PENGESAHAN

JUDUL

ANALISIS DOSIS RADIASI PADA MASYARAKAT UMUM

UNTUK APLIKASI PADA RUANGAN ICU (INTENSIVE CARE

UNIT)

Disetujui Oleh :

Pembimbing I

NIP. 196505171993031009 Drs. H. Syahrul Humaidi, MSC

Disahkan Oleh:

Ketua Departemen Fisika FMIPA USU

(4)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan anugerahnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.Skripsi ini disusun sebagai syarat penilaian pada semester IV diprogram studi jurusan Fisika Medik Depertemen fisika,Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuaan Alam Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Sutarman,M.Sc,selaku Dekan FMIPA USU Medan.

2. BapakDR.Marhaposan Situmorang,selaku Ketua Depertemen fisika Universitas Suumatera Utara (USU) Medan.

3. Bapak Drs.H.Syahrul Humaidi MSC, selaku pembimbing pertama pada penyelesaian skripsi ini, yang telah memberikan panduan dan bimbingan untuk menyempurnakan skripsi ini.

4. Bapak Subgyo selaku pembimbing kedua penyelesaian skripsi,yangtelahmemberikanpanduandanbimbinganuntukmenyempurnaka n skripsi ini.

5. Bapak Drs.Aditia Warman,M.Si selaku tim penguji dalam menyelesaikan skripsi ini serta saran dan panduan yang telah diberikan kepada saya. 6. Bapak Tua Raja, S.Si. M.Si selaku tim penguji dalam menyelesaikan

skripsi saya serta saran dan panduan yang telah diberikan kepada saya 7. Kepada Bapak saya Misnadi dan Mamak saya, Syamsini yang telah

memberikan doa dan dukungan yang terbaik buat saya.

8. Seluruh Staff Dosen Depertemen Fisika FMIPA USU beserta pegawai. 9. Seluruh Staff Unit Radiologi Di Rumah Sakit Madani Medan yang telah

memberikan saran dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Seluruh Teman-teman saya maupun kakak dan abang saya satu jurusan Fisika Medik yang telah memberikan saya motivasi dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

(5)

ii

12.Seluruh teman-teman saya satu kost yang ikut serta membantu dalam menyusun skripsi ini.

13.Semua yang belum tersebutkan, yang memberikan bantuan dan dorongan yang diperlukan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangatlah diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya. Akhirnya hanya pada Tuhan Yang Maha Esa kita kembalikan segala harapan kita dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.

Terima kasih

Medan, Maret 2015

Penulis

(6)

iii

ABSTRAK

Pada penulisan Skripsi ini telah dibahas masalah yang berjudul “Analisa

Pembobotan Sagital Short Time Inversion Recovery (STIR) Dan Parameter Axial Multi Block Pada Pemeriksaan Lumbal” analisa ini bertujuan untuk mengetahui dari fungsi serta peranan parameter atau sequence yang digunakan dalam pembuatan gambar serta kontras gambar yang dihasilkan, diamana salah satu parameter atau sequence yang sering digunakan dalam pencitraan organ tulang belakang ialah Short Time Inversion Recovery (STIR) Serta Parameter Axial Multi Block, dimana parameter STIR merupakan cabang dari parameter Inverse Recovery (IR) mempunyai peran untuk menekan sinyal dari jaringan adiposa atau jaringan yang mengandung lemak dengan pengiriman pulsa RF 137,732 MHz sehingga membuat sudut sebesar 180º setelah itu di iringi waktu invers yang pendek maka nilai lemak mencapai nol maka sinyal tersebut akan ditahan dengan pengiriman pulsa RF sebesar 68,866 MHz sehingga membentuk

sudut 90º yang bergerak pada bidang magnetisasi transversal sehingga kontras

yang dihasilkan pada jaringan adiposa ialah kontras gelap sedangkan jaringan yang lainya akan lebih terang dari pada jaringan adiposa.

Pada Parameter Axial Multi Block dimana menggunakan beberapa block atau area scan, sehingga waktu pemeriksaan dapat optimalkan, karena pada setiap pemeriksaan MRI membutuhkan waktu lebih kurang 45-60 menit dimana setiap parameter membutuhkan waktu lebih kurang 7 menit. Karena pada pemeriksaan MRI, subjek diwajibkan untuk tidak melakukan pergerakan, maka dari itu menggunkan parameter Axial Multi Block sangatlah membantu untuk mengoptimalkan waktu pemeriksaan.

Kata Kunci : Inverse Recovery (IR), Short Time Inversion Recovery (STIR), Axial Multi Block, �1 Recoveri (Longitudinal Relaxation), 2

(7)

iv

Daftar Gambar ... vii

Daftar Tabel ... viii

BAB I PENDAHULUAN

1.6 Sistematika Penulisan ... ...3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produksi Sinar-X ... 5

2.2 Komponen X-ray Device ... 7

2.2.1 Generator...……… ... ….8

2.2.2 Sistem Kontrol ... 9

2.2.3 Tabung Sinar-X (X-Ray Tube)... 11

2.3 Efek Sinar-X Terhadap Manusia ... 13

2.3.1 Efek Deterministik...………... ….13

2.3.2 Efek Stokastik ... 13

2.4 Besaran dan Satuan Dasar Dalam Dosimetri ... 14

2.4.1 Dosis Serap...……… ... ….14

2.4.2 Dosis Ekuivalen ... 14

2.4.3 Dosis Efektif ... 15

(8)

v

2.5 Proteksi Radiasi ... 16

2.5.1 Azas Proteksi Radiasi ... 16

2.5.2 Proteksi Ruangan Pesawat ... 17

2.6 Intensive Care Unit ( ICU ) ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian... 19

3.2 Alat Penelitian ... 19

3.3 Prosedur Penelitian... ... ...20

3.4 Diagram Alir Penelitian... ... ...20

3.5 Analisis Data Pengukuran... ... ...21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil... ... ...22

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 26

5.2 Saran ... 26

(9)

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Blok Diagram Sinar-X 7 Gambar 2.2. Generator Pesawat Sinar-X 8 Gambar 2.3. Blok diagram fungsi Control Panel Pesawat Sinar-X 9 Gambar 2.4. Tabung sinar-X 11

Gambar 4.1 Proses pengaturan jarak dan peletakan alat surveimeter 22

Gambar 4.2 proses penginputan factor ekposi 23

Gambar 4.3 Titik pengukuran pada ruangan ICU 24

(10)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Hasil pengukuran uji kebocoran tabung sinar x 22 Tabel 4.2 Hasil pengukuran surveymeter di beberapa titik pengukuran

(11)

iii

ABSTRAK

Pada penulisan Skripsi ini telah dibahas masalah yang berjudul “Analisa

Pembobotan Sagital Short Time Inversion Recovery (STIR) Dan Parameter Axial Multi Block Pada Pemeriksaan Lumbal” analisa ini bertujuan untuk mengetahui dari fungsi serta peranan parameter atau sequence yang digunakan dalam pembuatan gambar serta kontras gambar yang dihasilkan, diamana salah satu parameter atau sequence yang sering digunakan dalam pencitraan organ tulang belakang ialah Short Time Inversion Recovery (STIR) Serta Parameter Axial Multi Block, dimana parameter STIR merupakan cabang dari parameter Inverse Recovery (IR) mempunyai peran untuk menekan sinyal dari jaringan adiposa atau jaringan yang mengandung lemak dengan pengiriman pulsa RF 137,732 MHz sehingga membuat sudut sebesar 180º setelah itu di iringi waktu invers yang pendek maka nilai lemak mencapai nol maka sinyal tersebut akan ditahan dengan pengiriman pulsa RF sebesar 68,866 MHz sehingga membentuk

sudut 90º yang bergerak pada bidang magnetisasi transversal sehingga kontras

yang dihasilkan pada jaringan adiposa ialah kontras gelap sedangkan jaringan yang lainya akan lebih terang dari pada jaringan adiposa.

Pada Parameter Axial Multi Block dimana menggunakan beberapa block atau area scan, sehingga waktu pemeriksaan dapat optimalkan, karena pada setiap pemeriksaan MRI membutuhkan waktu lebih kurang 45-60 menit dimana setiap parameter membutuhkan waktu lebih kurang 7 menit. Karena pada pemeriksaan MRI, subjek diwajibkan untuk tidak melakukan pergerakan, maka dari itu menggunkan parameter Axial Multi Block sangatlah membantu untuk mengoptimalkan waktu pemeriksaan.

Kata Kunci : Inverse Recovery (IR), Short Time Inversion Recovery (STIR), Axial Multi Block, �1 Recoveri (Longitudinal Relaxation), 2

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan radiasi pengion, termasuk sinar-X pada bidang kedokteran baik untuk terapi maupun diagnostik sudah umum dilakukan. Sejak ditemukannya sinar-X oleh Wilhem Condrad Roentgen pada tahun 1895 dan kemudian diproduksinya peralatan radiografi pertama untuk penggunaan diagnostik klinis,

prinsip dasar dari radiografi tidak mengalami perubahan sama sekali, yaitu memproduksi suatu gambar pada film reseptor dengan sumber radiasi dari suatu berkas sinar-X yang mengalami absorbsi dan attenuasi ketika melalui berbagai organ atau bagian pada tubuh.

Perkembangan teknologi radiologi telah memberikan banyak sumbangan tidak hanya dalam perluasan wawasan ilmu dan kemampuan diagnostik radiologi, akan tetapi juga dalam proteksi radiasi pada pasien-pasien yang mengharuskan pemberian radiasi kepada pasien serendah mungkin sesuai dengan kebutuhan klinis merupakan aspek penting dalam pelayanan diagnostik radiologi yang perlu mendapat perhatian secara kontinu.

Karena selama radiasi sinar-X menembus bahan/materi terjadi tumbukan foton dengan atom-atom bahan yang akan menimbulkan ionisasi didalam bahan tersebut, oleh karena sinar-X merupakan radiasi pengion, kejadian inilah yang memungkinkan timbulnya efek radiasi terhadap tubuh, baik yang bersifat non stokastik , stokastik maupun efek genetik.

Penggunaan radiasi sinar-X untuk keperluan medis termasuk fotografi, sering pula dilakukan diruangan ICU yang pada ruangan tersebut terdapat banyak pasien lain, petugas ICU, dan petugas radiologi sendiri, yang ruangan tersebut tanpa dilengkapi dengan proteksi radiasi.

(13)

2

Ketaatan terhadap Prosedur kerja dengan radiasi, Standar pelayanan radiografi, Standar Prosedur pemeriksaan radiografi semua perangkat tersebut untuk meminimalkan tingkat paparan radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi, pasien maupun lingkungan dimana pesawat radiasi pengion dioperasikan.

Salah satu cara untuk mengetahui paparan radiasi sinar-X ketika penyinaran terjadi pada pasien dan daerah sekitar ICU adalah dengan menggunakan surveymeter yang diletakkan dengan variasi jarak yang berbeda dan sumber X-Ray tetap.Hal inilah yang menjadi dasar penelitian ini dilakukan, berdasarkan hubungan penyinaran dengan jarak antar pasien terhadap sumber radiasi sinar-X.

Dengan dilandasi pada latar belakang di atas penulis memandang perlu melakukan suatu usaha dalam melakukan penelitian Analisis dosis radiasi untuk aplikasi ruangan ICU yang dilakukan di RS ROYAL PRIMA Medan dalam bentuk laporan tugas akhir.

1.2. Perumusan Masalah

Pada analisis dosis radiasi untuk masyarakat umum sebagai aplikasi ruangan ICU yang perlu diperhatikan adalah bagaimana pengaruh penyinaran terhadap batas ambang normal.

1.3. Batasan Masalah

Untuk mampu menghasilkan penelitian yang baik, maka ruang lingkup pembahasan penelitian harus dibatasi pada :

a) Analisis dosis radiasi sinar-X terhadap masyrakat umum dalam bentuk simulasi, dengan variasi jarak dan faktor eksposi terhadap sumber radiasi.

(14)

3

1.4 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dosis radiasi pada masyrakat umum untuk aplikasi ruangan ICU.

1.5 Manfaat

Ada pun manfaat dari penyusunan tugas akhir ini adalah :

a) dapat memberi manfaat pada radiografer dalam menentukan jarak sumber radiasi yang efektif pada saat melakukan eksposi.

b) Sebagai Bahan masukan dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya .

c) Untuk Menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca tentang analisis dosis radiasi pada masyrakat umum untuk aplikasi ruang ICU.

d) Sebagai bahan referensi bagi para ahli serta mahasiswa lainnya yang ingin mengembangkannya dalam pembahasan pada topik yang sama.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang disampaikan dalam tugas akhir ini, penulis membagi atas beberapa BAB yang terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada Bab ini dibahas mengenai latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat dilakukan penulisan ini.

BAB II :TINJAUAN PUSTAKA

(15)

4

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang diagram alir penelitian, prosedur pelaksanaan penelitian, peralatan yang digunakan dan lain lain yang dianggap penting.

BAB IV : ANALISA DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang data-data yang diperoleh selama penelitian serta pembahasan mengenai hasil penelitian analisis dosis radiasi untuk aplikasi ruangan ICU di RS ROYAL PRIMA Medan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

(16)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Produksi Sinar-X

Pada aplikasinya, penciptaan sinar-X tak lagi mengandalkan mekanisme tabung crookes, melainkan dengan menggunakan pesawat sinar-X modern. Pesawat sinar-X modern pada dasarnya membangkitkan sinar-X dengan membombardir target logam dengan elektron berkecepatan tinggi.

Elektron yang berkecepatan tinggi tentunya memiliki energi yang tinggi, dan karenanya mampu menembus elektron-elektron orbital luar pada materi target hingga menumbuk elektron orbital pada kulit k (terdekat dengan inti).

Elektron yang tertumbuk akan terpental dari orbitnya, meninggalkan hole pada tempatnya semula. Hole yang ditinggalkannya itu akan diisi oleh elektron dari kulit luar dan proses itu melibatkan pelepasan foton (cahaya elektromagnetik) dari elektron pengisi tersebut.

Foton yang keluar itulah yang kemudian disebut sinar-X, dan keseluruhan proses terbentuknya sinar-X melalui mekanisme tersebut disebut mekanisme sinar-X karakteristik.

Adapun mekanisme lain yang mungkin terjadi adalah emisi foton yang dialami oleh elektron cepat yang dibelokkan oleh inti atom target atas konsekuensi dari interaksi coulomb antara inti atom target dengan elektron cepat. Proses pembelokkan ini melibatkan perlambatan dan karenanya memerlukan emisi energi berupa foton.

Tabung yang digunakan adalah tabung vakum yang di dalamnya terdapat 2 elektroda yaitu anoda dan katoda. Katoda / filamen tabung Roentgen dihubungkan ke transformator filamen. Transformator filamen ini akan memberi supply sehingga mengakibatkan terjadinya pemanasan pada filamen tabung Roentgen, sehingga terjadi thermionic emission, dimana elektron-elektron akan membebaskan diri dari ikatan atomnya, sehingga terjadi elektron bebas dan terbentuklah awan elektron.

(17)

6

garis-garis gaya magnet (GGM) yang akan berubah-ubah bergantung dari besarnya arus yang mengalir.

Akibat dari perubahan garig-garis gaya magnet ini akan menyebabkan timbulnya gaya gerak listrik (GGL) pada kumparan sekunder, yang besarnya tergantung dari setiap perubahan fluks pada setiap perubahan waktu (E = - d Φ / dt). Dari proses ini didapatkanlah tegangan tinggi yang akan disuplay ke elektroda tabung Roentgen.

Elektron-elektron bebas yang ada disekitar katoda akan ditarik menuju anoda, akibatnya terjadilah suatu loop (rangkaian tertutup) maka akan terjadi arus elektron yang berlawanan dengan arus listrik yang kemudian disebut arus tabung. Pada saat yang bersamaan, elektron-elektron yang ditarik ke anoda tersebut akan menabrak anoda dan ditahan.

Jika tabrakan elektron tersebut tepat di inti atom disebut peristiwa breamstrahlung dan apabila menabraknya dielektron dikulit K, disebut K karakteristik. Akibat tabrakan ini maka terjadi hole-hole karena elektron-elektron yang ditabrak tersebut terpental. Hole-hole ini akan diisi oleh elektron-elektron lain.

(18)

7

Gambar 2.1 Blok Diagram Sinar-X.

2.3 Komponen X-ray Device

Pesawat sinar-X atau pesawat Rontgen adalah suatu alat yang digunakan untuk melakukan diagnosa medis dengan menggunakan sinar-X. Sinar-X yang dipancarkan dari tabung diarahkan pada bagian tubuh yang akan didiagnose. Berkas sinar-X tersebut akan menembus bagian tubuh dan akan ditangkap oleh film, sehingga akan terbentuk gambar dari bagian tubuh yang disinari.

Sebelum pengoperasian pesawat sinar-X perlu dilakukan setting parameter untuk mendapatkan sinar-X yang dikehendaki. Parameter-parameter tersebut adalah tegangan tinggi (kV), arus tabung (mA) dan waktu paparan (s).

(19)

8

Pesawat sinarX diagnostik yang lengkap terdiri dari sekurang-kurangnya generator tegangan tinggi, panel kontrol, tabung sinar-X, alat pembatas berkas, dan peralatan penunjang lainnya.

2.3.1 Generator

Pesawat sinar-X mempunyai sejumlah komponen yang menata kembali, mengendalikan, dan dapat menyimpan energi listrik sebelum digunakan ke tabung sinar-X. Komponen-komponen tersebut secara kolektif dinyatakan sebagai catu daya atau pembangkit (generator).

Gambar 2.2 Generator Pesawat Sinar-X

(20)

9

Fungsi yang lebih rinci dari generator sebagaimana pada Gambar 2.2, adalah :

1. Menaikkan tegangan listrik (menghasilkan kV);

2. Mengkonversi arus listrik bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC) 3. Mengubah bentuk gelombang (filter);

4. Menyimpan energi (untuk pesawat sinar-X ); 5. Mengendalikan tegangan tabung (kilovoltage-kV); 6. Mengendalikan aru s tabung (milliampere-mA); dan 7. Mengendalikan waktu paparan (exposure time).

2.3.2 Sistem Kontrol

Sistem kontrol berfungsi mengatur dan mengendalikan operasi pesawat sinar-X dalam menghasilkan kuantitas dan kualitas sinar-X. Kuantitas dan kualitas sinar-X tergantung pada pengaturan parameter tegangan, arus dan waktu pencitraan.

Kuantitas dan kualitas sinar-X tergantung dari elektron yang dihasilkan filamen dan energi sinar-X yang dihasilkan dari pengaturan tegangan tinggi.Sebelum pesawat sinar-X dioperasikan maka perlu diatur parameter parameternya antara lain tegangan tabung melalui kVp selector, arus tabung melalui mA control dan waktu eksposi. melalui timer. Besaran hasil pengaturan akan ditampilkan di display pada panel kontrol.

(21)

10

Panel kontrol dilengkapi dengan alat yang menunjukkan parameter penyinaran dan kondisi yang meliputi tegangan tabung, arus tabung, waktu penyinaran, penyinaran integral dalam miliamper detik (mAs), pemilihan teknik, persesuaian mekanisme bucky, dan indikator input listrik.

Sistem pengatur (Control Panel) berguna untuk mengatur catu tegangan, arus dan waktu pencitraan, dimana catu tegangan diatur dengan pengatur tegangan (kV selektor), arus tabung diatur dengan pengatur arus tabung (mAs kontrol) dan waktu paparan diatur dengan pengatur waktu eksposi. (timer).

1. Pengatur Tegangan (KV selektor)

Pengaturan tegangan melalui sebuah trafo variabel atau auto transformator. Keluaran trafo variabel berupa tegangan rendah antara 120 Volt sampai 240 volt. Tegangan hasil seting ini masuk kedalam lilitan primer trafo HV dan keluarannya dari HV berupa tegangan tinggi yang siap dimasukkan kedalam tabung.

Hasil seting tegangan akan tampil pada display. Nilai tegangan hasil seting yang ditampilkan pada display merupakan tegangan kerja tabung untuk menghasilkan sinar-X.

2. Pengatur Arus Tabung (mA kontrol)

Arus yang masuk ke tabung akan memanaskan filamen sehingga menghasilkan elektron cepat (elektron yang bergerak dari katoda ke anoda). Besar kecil arus yang masuk harus diatur untuk menentukan intensitas sinar-X yang dikeluarkan oleh tabung. Arus hasil seting itu akan menghidupkan filamen dalam tabung yang selanjutnya akanmenghasilkan elektron.Nilai arus hasil seting yang ditampilkan pada display merupakan besaran arus tabung untuk menghasilkan sinar-X.

3. Pengatur waktu paparan (timer)

(22)

11

tingkat presisinya rendah. Hal ini akan mempengaruhi hasil sinar-X yang dikeluarkan tabung.

Panel kontrol harus sesuai dengan penyinaran sinar-X secara otomatis, sesudah beberapa waktu tertentu atau secara otomatis pada keadaan apapun, dengan menggerakkan kembali panel kontrolnya. Apabila pengatur waktu yang secara mekanis tersedia, penyinaran yang diulang tidak dimungkinkan tanpa pengaturan kembali waktu penyinaran.

Pengatur waktu (timer) harus mampu menghasilkan kembali waktu penyinaran yang singkat secara tepat dengan selang waktu maksimum yang tidak lebih dari 5 detik. Alat penyinaran harus dibuat sebaik mungkin, sehingga penyinaran tambahan tidak terjadi.

2.3.3 Tabung Sinar-X (X-Ray Tube)

Tabung sinar-X adalah ruang hampa yang terbuat dari kaca tahan panas yang merupakan tempat sinar-X diproduksi. Tabung sinar-X adalah komponen yang utama yang terdapat pada pesawat sinar-X.

(23)

12

Tabung terdiri dari 2 (dua) komponen, yaitu: (1) wadah tabung (tube

casing /housing); dan (2) tabung bagian dalam (tube insert). Pada Gambar II.4,

diperlihatkan model sebuah tabung sinar X dan bagian-bagiannya. (Bushong, 1997).

1. Wadah Tabung (Tube Casing /Housing)

Dinding bagian paling luar tabung disebut rumah tabung terbuat dari metal, sedangkan bagian dalamnya terbuat dari lapisan timbal (Pb). Fungsi dinding ini agar dapat menekan radiasi yang tidak dibutuhkan. Pada sisi kiri dan kanan tube housing dihubungkan dengan soket kabel tegangan tinggi (40-150 kV) yang menghubungkan generator tegangan tinggi dengan tabung sinar-X.Pada tube housing juga dibuatkan jendela housing atau port output sebagai tempat sinar-X keluar.

Fungsi X-ray tube housing, antara lain :

a) Berfungsi sebagai isolasi dan proteksi tube insert dari gangguan tekanan dari luar.

b) X-ray tube housing di dalamnya berisi oli transformer yang berfungsi untuk pendingin panas akibat tumbukan elektron dengan target dan pemisah komponen yang lain dalam tube insert.

c) X-ray tube housing dilapisi lead shielding yang berfungsi untuk attenuasi radiasi agar tidak keluar dari tabung sinar-X. Tingkat kebocoran tabung yang diperkenankan adalah 100 mR/jam. Pada jarak pengukuran 1 mm diukur pada kondisi faktor eksposi yang paling tinggi berkisar 125-150 kV.

2. Tabung Sinar-X bagian dalam (X-Ray Tube Insert)

Komponen-komponen utama tabung sinar-X bagian dalam (X-Ray Tube Insert) sebagaimana yang tampak pada gambar 2.4, meliputi:

a. Katoda

(24)

13

Bagian yang mengubah energi kinetik elektron yang berasal dari katoda adalah sekeping logam wolfram yang ditanam pada permukaan anoda.

b. Anoda

Anoda atau elektroda positif biasa juga disebut sebagai target jadi anoda disini berfungsi sebagai tempat tumbukan elektron. Anoda merupakan sasaran (target) yang akan ditembaki oleh elektron yang dilengkapi dengan focus (focal spot).

2.4 Efek Sinar-X Terhadap Manusia

2.4.1 Efek Deterministik

Efek Deterministik ( efek non stokastik) Efek ini terjadi karena adanya proses kematian sel akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi pada seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang diterima di atas dosis ambang dan umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar radiasi.

Tingkat keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima lebih besar dari dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih rendah dan mendekati dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan demikian adalah nol. Sedangkan diatas dosis ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi 100%.

2.4.2 Efek Stokastik

Efek stokastik dosis radiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan untuk menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik pada tingkat molekul maupun sel. Dengan demikian radiasi dapat pula tidak membunuh sel tetapi mengubah sel-sel yang mengalami modifikasi atau sel yang berubah ini mempunyai peluang untuk lolos dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha untuk menghilangkan sel seperti ini.

(25)

14

paparan, semakin besar peluang terjadinya efek stokastik, sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan oleh jumlah dosis yang diterima.

Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel yang baru tersebut akan mewariskan kepada turunannya sehingga timbul efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker.

Paparan radiasi dosis rendah dapat meningkatkan resiko kanker dan efek pewarisan yang secara statistik dapat dideteksi pada suatu populasi, namun tidak secara serta merta terkait dengan paparan individu.

Respon dari berbagai jaringan dan organ tubuh terhadap radiasi pengion sangat bervariasi. Selain bergantung pada sifat fisik radiasi juga bergantung pada karakteristik biologi dari sel penyusun jaringan/organ tubuh.

2.5 Besaran dan Satuan Dasar Dalam Dosimetri 2.5.1 Dosis Serap

Dosis serap sebagai jumlah energi yang diserahkan oleh radiasi atau banyaknya energi yang diserap oleh bahan persatuan massa bahan itu. Jadi dosis serap merupakan ukuran banyaknya energi yang diberikan oleh radiasi pengion kepada medium.

Untuk keperluan proteksi radiasi digunakan untuk menyatakan dosis rata-rata pada suatu jaringan. Satuan yang digunakan satuan baru, yaitu gray (Gy) dimana:

1 gray (Gy) = 1 joule/g

Dengan demikian dapat diperoleh hubungan: 1 gray = 100 Rad Besaran dosis serap ini berlaku semua jenis bahan yang dikenainya.

2.5.2 Dosis Ekuivalen

(26)

15

kemampuan radiasi dalam membentuk pasangan ion persatuan panjang lintasan, semakin banyak pasangan ion yang dapat dibentuk persatuan panjang lintasan, semakin besar pula nilai bobot radiasi itu.

Dosis ekuivalen dalam organ T yang menerima penyinaran radiasi R (HT.R) ditentukan melalui persamaan :

HT.R = WR . DT.R

Dengan DT.R adalah dosis serap yang dirata-ratakan untuk daerah organ atau jaringan T yang menerima radiasi R, sedang WR adalah faktor bobot dari radiasi R. Satuan untuk dosis ekuivalen adalah rem, kemudian diganti menjadi sievert (Sv), dimana 1 Sv = 100 rem.

2.5.3 Dosis Efektif

Hubungan antara peluang timbulnya efek biologi tertentu akaibat penerimaan dosis ekuivalen pada suatu jaringan juga bergantung pada organ atau jaringan yang tersinari. Untuk menunjukkan keefektifan radiasi dalam menimbulkan efek tertentu pada suatu organ diperlukan besaran baru yang disebut besaran dosis efektif. Besaran ini merupakan penurunan dari besaran dosis ekuivalen yang dibobot. Dosis efektif dalam organ T, HE yang menerima penyinaran radiasi dengan dosis ekuivalen HT ditentukan melalui persamaan :

HE = WT . HT

(27)

16

2.5.4 Paparan

Paparan pada mulanya merupakan besaran untuk menyatakan intensitas sinar-X yang dapat menghasilkan ionisasi di udara dalam jumlah tertentu. Berdasarkan defenisi tersebut, maka paparan (X) dapat dirumuskan dengan:

X = dQ / dm

Dengan dQ adalah jumlah muatan elektron yang timbul sebagai akibat interaksi anrata foton dengan atom-atom udara dalam volume udara bermassa dm. Besaran paparan ini mempunyai satuan Coulomb per kilogram-udara (C/kg) dan diberi nama khusus roentgen, disingkat R.

2.6 Proteksi Radiasi

Tujuan dari keselamatan radiasi ini adalah mencegah terjadinya efek deterministik yang membahayakan dan mengurangi terjadinya efek stokastik serendah mungkin.

2.6.1 Azas Proteksi Radiasi

Untuk mencapai tujuan proteksi radiasi, yaitu terciptanya keselamatan dan kesehatan bagi pekerja, masyarakat dan lingkungan, maka dalam falsafah proteksi radiasi diperkenalkan tiga azas proteksi radiasi yaitu:

1. Azas jastifikasi atau pembenaran.

Azas ini menghendaki agar setiap kegiatan yang dapat mengakibatkan paparan radiasi hanya boleh dilaksanakan setelah dilakukan pengkajian yang cukup mendalam dan diketahui bahwa manfaat dari kegiatan tersebut cukup besar dibandingkan dengan kerugian yang dapat ditimbulkan.

2. Azas optimasi. Azas ini menghendaki agar paparan radiasi yang berasal dari suatu kegiatan harus ditekan serendah mungkin dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial. Azas ini juga dikenal dengan sebutan ALARA atau As Low As Reasonably Achieveble.

(28)

17

tidak boleh melebihi nilai batas dosis yang telah ditetapkan oleh instansi yang berwenang.

2.6.3 Proteksi Ruangan Pesawat

Pada ruang pesawat Sinar-X sebaiknya dilengkapi dengan proteksi ruangan radiasi yang sesuai dengan syarat internasional. Usaha untuk menjaga atau proteksi ruangan antara lain:

1. Tempat dan lokasi ruangan harus memenuhi syarat internasional, diharapkan sinar radiasi tidak menembus ruangan ini, dengan demikian ruangan radiasi tersebut sebaiknya soliter atau dikelilingi oleh halaman atau jalan bebas dan jangan berada ditingkat atas agar radiasi cepat hilang ke tanah.

2. Bila terdapat koridor atau sisi ruang radiasi, maka harus ditulis “dilarang berdiri atau duduk dikoridor ini” agar tidak terkena radiasi sekunder.

3. Dinding di dalam ruang radiasi harus dilapisi lembaran atau lempengan timah hitam setebal minimal 2 mm, dengan harapan agar radiasi primer dan sekunder dapat diserap sehingga andaikan tertembus sinar radiasi, sinar-X lemah atau kurang berbahaya. Lapisan lempeng timah ini pada bahan dinding bangunan, antara lain:

a. Bila dinding terbuat dari tembok biasa maka digunakan lapisan lempeng timah hitam setebal 2 mm.

b. Bila dinding dibuat dari silit concerte 3 inchi, maka tidak perlu lapisan lempeng timah hitam.

c. Bila dinding dibuat dari baja setebal 1/16 inchi maka tidak perlu lapisan lempeng timah hitam.

d. Bila dinding terbuat dari tembaga setebal 1 inchi maka tidak perlu lapisan lempeng timah hitam.

e. Desain atau bagan antar ruang dengan ruang radiasi dari pintu ruang radiasi dibuat sedemikian rupa agar bebas dari sinar luar.

f. Penempatan pesawat Roentgen diatur sedemikian rupa agar arah sinar ke tempat yang aman yaitu ke halaman yang bebas penghuni.

(29)

18

radiasi,dinding sekat ini dilapisi lempengan timah hitam setebal 2 mm, untuk menyerap sinar primer dan sekunder pada setiap eksposi.

h. Menggunakan kaca pelindung untuk membuat sebagian dinding tembus pandang, hal ini agar pada waktu melihat aplikasi radiografi tidak perlu keluar dari ruang operator, jadi lebih efektif dan efisien. Kaca pelindung ini dapat di tempatkan pada:

i. Protective barrier/partition protection

j. Celah dinding antar ruangan yang bersebelahan dengan ruang radiasi. ⁷

2.7 Intensive Care Unit ( ICU )

Intensive Care Unit ( ICU ) adalah pelayanan rumah sakit yang diperuntukkan dan ditentukan oleh kebutuhan pasien yang sangat kritis. Tujuan dari pelayanan ICU adalah memberikan pelayanan medik yang berkelanjutan. SK BAPPETEN No.1-P/K.A. BAPPETEN/IV-1999 untuk keselamatan kerja operasional radiologi diagnostik. Jarak titik aman Hand Swich ( titik sumber) sejauh 3 (tiga) meter dengan ketentuan nilai batas dosis (NBD) untuk pekerja

(30)

19

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian analisis dosis radiasi pada masyrakat umum untuk aplikasi ICU ini dilaksanakan pada :

1. Waktu Analisis dosis radiasi pada masyrakat umum aplikasi ruangan ICU dilaksanakan sejak tanggal pengesahan usulan oleh pengelola program studi sampai dinyatakan selesai, Diperkirakan paling lama enam bulan.

2. Penelitian dilakukan ruangan ICU dilaksanakan di RS Royal Prima Medan.

3.2. Alat Penelitian a. Pesawat sinar-X

Merek : GE (General Electric) Model : TMX+

Kapasitas : Tegangan tabung : 125 kV Arus tabung : 300 mA Data tabung : Nomor seri : 13LG16

b. Surveymeter

Merek : SE International Inc.USA

c. Meteran

(31)

20

3.3 Prosedur Penelitian

Setelah mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan maka tahap pertama sebelum melakukan penelitian pada ruangan ICU yaitu dengan mengukur kebocoran tabung sinar x dengan menggunakan alat surveimeter, setelah itu masuk kepada tahap yang kedua denagn melakukan pengukuran dosis yang diterima masyarakat terhadap ruangan ICU.

3.4 Diagram Alir Penelitian

Gambar 3.1 Diagram Alir penelitian Mulai

Input factor ekposi

1. Mengukur kebocoran tabung 2. Mengukur dosis yang diterima

masyarakat pada ruangan ICU

Hasil pengukuran dosis yang diterima masyarakat pada area

sekitar ruangan ICU

(32)

21

3.5 Analisis Data Pengukuran

(33)

22

BAB IV

Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil

Berdasarkan hasil pengukuran dengan surveymeter pada titik-titik yang telah ditentukan diperoleh data-data dosis radiasi seperti pada tabel , untuk pengukuran saat ada tindakan penyinaran. Sebelum melakukan pengukuran terhadap dosis radiasi pada ruangan ICU tahap pertama melakukan uji kebocoran tabung pesawat x ray dengan data yang didapat sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil pengukuran uji kebocoran tabung sinar x

Factor Ekposi (kv, mAs)

Jarak (FFD) Hasil pengukuran (msv)

Kv: 68, mAs: 0,8 160 cm 0,020

(34)

23

Gambar 4.2 proses penginputan factor ekposi

(35)

24

2

3

1

4

15 m

15 m

8,5 m 8,5 m

Gambar 4.3 Titik pengukuran pada ruangan ICU Ket No. 1 pintu masuk ruangan ICU

No. 2 dinding kiri No. 3 dinding belakang No. 4 dinding kanan

Gambar 4.4 Proses peletakan alat survey meter

(36)

25

Tabel 4.2 Hasil pengukuran surveymeter di beberapa titik pengukuran pada saat penyinaran

Titik Pengukuran

Factor Ekposi (kv, mAs)

Jarak (cm) Hasil pengukuran (msv) Depan (1) Kv: 63, mAs: 0,8 150 cm 0,022 Samping (2) Kv: 63, mAs: 0,8 150 cm 0,020 Samping (4) Kv: 63, mAs: 0,8 150 cm 0,021 Belakang (3) Kv: 63, mAs: 0,8 150 cm 0,020

Setelah didapat hasil pengukuran maka hasil yang didapat masuk dalam kategori dibawah batas ambang karena, merujuk dari Nilai Batas Dosis (NBD) yang ditetapkan dalam PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR pasal 46 ayat 1 “Pembatas Dosis

untuk anggota masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf

b ditetapkan tidak melebihi 0,3 mSv (tiga persepuluh miliSievert)

(37)

26 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Analisa terhadap dosis pada masyarakat umum dimaksudkan untuk memastikan bahwa ruangan yang digunakan dalam prosedur radiologi diagnostik berfungsi dengan benar sehingga masyarakat umum tidak mendapat paparan yang tidak diperlukan, paparan radiasi pada ruangan ICU Rumah Sakit Royal Prima Medan dimana data yang didapat seperti table dibawah ini:

Titik Pengukuran

Factor Ekposi (kv, mAs)

Jarak (cm) Hasil pengukuran (msv) Depan (1) Kv: 63, mAs: 0,8 150 cm 0,022 Samping (2) Kv: 63, mAs: 0,8 150 cm 0,020 Samping (4) Kv: 63, mAs: 0,8 150 cm 0,021 Belakang (3) Kv: 63, mAs: 0,8 150 cm 0,020

Merujuk dari Nilai Batas Dosis (NBD) yang ditetapkan dalam PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR pasal 46 ayat 1 “Pembatas Dosis untuk anggota masyarakat sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 42 huruf b ditetapkan tidak melebihi 0,3 mSv (tiga

persepuluh miliSievert) pertahun”.

Dan dapat disimpulkan bahwa paparan radiasi pada ruangan ICU Rumah Sakit Royal Prima Medan masih berada dibawah ambang batas yang telah ditentukan. Serta ruangan ICU Rumah Sakit Royal Prima Medan layak digunakan untuk melakukan pemeriksaan penunjang radiodiagnostik.

5.2 Saran

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Lukman, D. (1991). Dasar-Dasar Radiologi dalam Ilmu Kedokteran Gigi: Widya Medika, Jakarta. Hilliday, david. Resnick, Robert. (1990), Fisika Modern, Erlangga, Jakarta.

Chember, Herman, Introduction to Health Physics, Pergamon Press, New York (1987).

International Atomic Energy Agency, Absorbed Dose Determination in Photon and Electron Beams – an International Code of Practice, Technical Reports Series No. 277, IAEA, Vienna (1987).

Gautreau, R. And Savin, W., Fisika Modern (terjemahan oleh Hans. J. Wopspakirk), Penerbit Erlangga, Jakarta (1995).

Halliday, David., Resnick, Robert, (1990), “Fisika Modern”, Erlangga, Jakarta.

Anonim. 2003. Dasar proteksi radiasi. Jakarta

Zubaidah, A. 2005. Efek Paparan Radiasi pada Manusia. Artikel. Jakarta : Badan Tenaka Nuklir.

Krane, Kenneth. Fisika Modern (terjemahan oleh Hans. J. Wopspakirk dan Sofia Niksolihin), Penerbit Universitas Indonesia, Salemba 4, Jakarta 10430 (1992).

Akhadi, Mukhlis. Drs. 2000. Dasar-Dasar Proteksi Radiasi. Jakarta: PT. Renika Cipta.

Gambar

Gambar 2.1 Blok Diagram Sinar-X.
Gambar 2.2 Generator Pesawat Sinar-X
Gambar II.3 Blok diagram fungsi Control Panel Pesawat Sinar-X
Gambar 2.4 Tabung sinar-X
+6

Referensi

Dokumen terkait

Gambar IV.3.1 Kontur Hubungan Nilai Hasil Pengukuran Paparan Radiasi Variasi Jarak dengan Faktor Eksposi 50

Dengan ini saya menyatakan bahwa isi intelektual Skripsi saya yang berjudul “ PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA

mSv. Menurut standar IAEA [10] dosis yang diterima saat pemeriksaan kesehatan dengan sinar x ditampilkan pada Tabel 4. Untuk kepentingan proteksi radiasi data

Penyerapan sinar-X oleh suatu bahan juga tergantung pada susunan obyek yang dilaluinya, sedangkan susunan obyek tergantung pada nomor atom unsur, misalnya nomor atom alumunium

TL adalah pancaran sinar tampak dari bahan zat padat yang menyerap energi radiasi, sedangkan (PTTL) adalah suatu proses transfer elektron dari perangkap (trap) yang dalam ke

KALIBRASI DOSIMETER FILM UNTUK PEMANTAUAN DOSIS RADIASI DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN.. Nama Mahasiswa :

Radiasi yang dihasilkan dengan pengaturan tegangan yang cukup tinggi maka akan dihasilkan sinar-X dengan daya tembus yang besar dan panjang gelombang yang pendek [1]..

Dengan ini saya menyatakan bahwa isi intelektual Skripsi saya yang berjudul “PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA