ANALIS
FAKU
SIS DOSI
ULTAS MA U
IS DAN V
HARTA N
JURU ATEMATI UNIVERSI
VARIASI
RUANG
D I S U S U N
OLEH A ULINA B
NIM : 1108
USAN FISIK IKA DAN I ITAS SUM MEDA 2013
I EXPOSE
G ICU
H :
BR BANGU 821028
KA MEDIK ILMU PEN MATERA U
AN 3
E UNTUK
UN
K
NGETAHU UTARA
K APLIK
UAN ALAM
KASI
PERNYATAAN
ANALISIS DOSIS DAN VARIASI EXPOSE UNTUK APLIKASI RUANG ICU
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sebenarnya.
Medan, Juni 2013
Harta Ulina Br Bangun
NIM : 110821028
Judul : ANALISIS DOSIS DAN VARIASI EXPOSE UNTUK APLIKASI
RUANG ICU
Nama : Harta Ulina Br Bangun
NIM : 110821028
Telah layak mengikuti ujian skripsi pada program studi fisika FMIPA Universitas
Sumatera Utara
Medan, Juni 2013
Disahkan Oleh
Pembimbing Ketua Departemen Fisika FMIPA
Drs. Herli Ginting M.S DR. Marhapoosan Situmorang
NIP : 195505191986011001 NIP : 195510301980031003
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat anugerah-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan. Skripsi ini disusun sebagai syarat penilaian pada semester IV di
Program Studi Fisika Medik Jurusan Fisika Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini diucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada :
1. Bapak Drs. Herli Ginting, M.S, selaku pembimbing pada penyelesaian skripsi
ini, yang telah memberikan panduan dan bimbingan untuk menyempurnakan
sripsi ini.
2. Bapak DR. Marhaposan Situmorang, selaku Ketua Departemen Fisika
Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
3. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc, selaku dekan FMIPA, USU Medan.
4. Seluruh staff dosen pada Departemen Fisika FMIPA USU beserta pegawai di
FMIPA USU.
5. Seluruh staff radiodiagnostik, perawat ICU RSUP. H. Adam Malik Medan,
staff BPFK medan dan rekan – rekan mahasiswa di Universitas Sumatera
Utara yang telah membantu saya dalam penelitian.
6. Kepada Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah memberi
kesempatan untuk penulis melakukankan penelitian.
7. Terkhusus buat suami dan ketiga anakku / putra putriku yang telah
memberikan warna kehidupan dan menjadi motivator kepada penulis dalam
penulisan skripsi ini.
Tentunya masih banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moril
maupun materil, untuk itu saya ucapkan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangatah diharapkan demi
penyempurnaan selanjutnya. Akhirnya hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa kita
pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.
Medan, Juni 2013
INTISARI
Telah dilakukan penelitian tentang analisis dosis radiasi untuk aplikasi
ruang ICU dalam bentuk simulasi. Penelitian ini penulis mengukur paparan dan
dosis radiasi secara langsung dengan variasi jarak 1 meter, 2 meter, 3 meter dan
variasi faktor eksposi 50 kV, 60 kV, 70 kV dan dengan mA yang berbeda dari 4
(empat) sisi tabung sinar-X serta menggunakan alat ukur surveymeter, dengan
tujuan menentukan jarak dosis radiasi titik aman pasien ICU yang lain terhadap
paparan radiasi dan penentuan posisi yang aman bagi operator radiologi pada saat
melakukan ekspos. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang sangat kuat
antara nilai mA dan kuat arus serta jarak terhadap nilai dosis radiasi dan paparan
radiasi secara langsung. Yang artinya semakin besar nilai mA dan kuat arus maka
semakin besar nilai dosis dan paparan radiasi semakin besar. Perubahan parameter
kuat arus dan nilai mA selain berpengaruh terhadap kualitas gambar juga
berpengaruh terhadap nilai dosis radiasi yang diterima pasien dan paparan radiasi
di sekitar ICU.
Kata Kunci : Pesawat Sinar-X, Surveymeter, Faktor Eksposi, Jarak, Arah
ABSTRACT
Research has been done regarding radiation doses analysis to be applied in the ICU room in form of simulation.. In this research the writer measures direct radiation from distances ranging from 1 meter, 2 meters, and 3 meters, and a variety of exposure factors from 50 kV, 60 kV, and 70 kV and distances of different mA from four sides of an Xray tube as well as using surverymeter tools, with the goal of determining the safe distance for other ICU patients to radiation exposure and determining the safe position for the radiology operator when exposing radiation. The results showed a very strong relationship between the value of mA and strong currents as well as the distance to the value of radiation dose and radiation exposure directly. Which means that the greater the value of mA and strong currents, will made the greater value of the dose and the greater radiation exposure.Parameter changes of strong currents and mA value addition affects the quality of the image also affects to the value of radiation dose received by the patient's and exposure radiation around the ICU
Key Words: X-Ray , Surveymeter, Exposure factor, Distance, direction.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
PERNYATAAN... ii
PERSETUJUAN... iii
INTISARI... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR TABEL... xi
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang... 1
I.2 Rumusan Masalah... 2
I.3 Batasan Masalah... 2
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Sejarah Sinar-X... 4
II.2 Produksi Sinar-X... 5
II.3 Pesawat Sinar-X ... 7
II.3.1 Generator... 8
II.3.2 Sistem Kontrol ... 9
II.3.3 Tabung Sinar-X (X-Ray Tube)... 11
II.4 Interaksi Sinar-X Dengan Materi... 14
II.5 Efek Sinar-X Terhadap Manusia... 16
II.5.1 Efek Deterministik... 16
II.5.2 Efek Stokastik... 17
II.6 Besaran dan Satuan Dasar Dalam Dosimetri... 18
II.6.1 Dosis Serap... 18
II.6.3 Dosis Efektif... 19
II.6.4 Paparan... 19
II.7 Proteksi Radiasi... 19
II.7.1 Proteksi Terhadap Sumber Eksternal... 20
II.7.2 Azas Proteksi Radiasi... 21
II.7.3 Proteksi Ruangan Pesawat... 21
II.8 Intensive Care Unit ( ICU )... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Waktu dan Tempat Penelitian... 24
III.2. Alat Penelitian... 24
III.3. Prosedur Penelitian... 25
III.4. Analisis Data Pengukuran... 25
III.5 Bagan Alur Penelitian... 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV. 1 Hasil Pengukuran... 27
IV.1.1 Hasil/Data Pengukuran Paparan Radiasi... 27
IV.2 Pembahasan... 28
IV.3 Kontur... 33
IV.3.2 Gambar kontur faktor eksposi 60 kV... 33
IV.3.3 Gambar kontur faktor eksposi 70 kV... 34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan... 36
V.2 Saran... 36
DAFTAR PUSTAKA... 37
BAB I
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar II.1 Blok Diagram Sinar-X... 7
Gambar II.2 Generator Pesawat Sinar-X... 8
Gambar II.3 Blok diagram fungsi Control Panel Pesawat Sinar-X... 9
Gambar II.4 Tabung sinar-X... 11
Gambar II.5 Efek Foto listrik... 14
Gambar II.6 Hamburan Compton... 15
Gambar II.7 Efek Produksi Pasangan... 16
Gambar III.1 Bagan Alur Penelitian... 26
Gambar IV.2.1 Kurva 50 kV, 60 kV, 70 kV dengan Arah Kanan dan Arah Kiri ... 29
Gambar IV.2.2 Kurva 50 kV, 60 kV, 70 kV dengan arah depan dan belakang... 31
Gambar IV.3.1 Kontur Hubungan Nilai Hasil Pengukuran Paparan Radiasi Variasi Jarak dengan Faktor Eksposi 50 kV... 33
Gambar IV.3.2 Kontur Hubungan Nilai Hasil Pengukuran paparan Radiasi Variasi Jarak dengan Faktor Eksposi 60 kV... 33
Gambar IV.3.3 Kontur Hubungan Nilai Hasil Pengukuran Paparan Radiasi dengan Variasi Jarak dan Faktor Eksposi 70 kV... 34
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel IV.1 Hasil Pengukuran Paparan Radiasi dengann Menggunakan Berbagai
Setting kV dan Jarak Arah Kanan dan Arah Kiri... 27
Tabel IV.2 Hasil Pengukuran Paparan Radiasi dengan Menggunakan Berbagai
Setting kV dan Jarak Arah Depan dan Arah Belakang... 28
INTISARI
Telah dilakukan penelitian tentang analisis dosis radiasi untuk aplikasi
ruang ICU dalam bentuk simulasi. Penelitian ini penulis mengukur paparan dan
dosis radiasi secara langsung dengan variasi jarak 1 meter, 2 meter, 3 meter dan
variasi faktor eksposi 50 kV, 60 kV, 70 kV dan dengan mA yang berbeda dari 4
(empat) sisi tabung sinar-X serta menggunakan alat ukur surveymeter, dengan
tujuan menentukan jarak dosis radiasi titik aman pasien ICU yang lain terhadap
paparan radiasi dan penentuan posisi yang aman bagi operator radiologi pada saat
melakukan ekspos. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang sangat kuat
antara nilai mA dan kuat arus serta jarak terhadap nilai dosis radiasi dan paparan
radiasi secara langsung. Yang artinya semakin besar nilai mA dan kuat arus maka
semakin besar nilai dosis dan paparan radiasi semakin besar. Perubahan parameter
kuat arus dan nilai mA selain berpengaruh terhadap kualitas gambar juga
berpengaruh terhadap nilai dosis radiasi yang diterima pasien dan paparan radiasi
di sekitar ICU.
Kata Kunci : Pesawat Sinar-X, Surveymeter, Faktor Eksposi, Jarak, Arah
ABSTRACT
Research has been done regarding radiation doses analysis to be applied in the ICU room in form of simulation.. In this research the writer measures direct radiation from distances ranging from 1 meter, 2 meters, and 3 meters, and a variety of exposure factors from 50 kV, 60 kV, and 70 kV and distances of different mA from four sides of an Xray tube as well as using surverymeter tools, with the goal of determining the safe distance for other ICU patients to radiation exposure and determining the safe position for the radiology operator when exposing radiation. The results showed a very strong relationship between the value of mA and strong currents as well as the distance to the value of radiation dose and radiation exposure directly. Which means that the greater the value of mA and strong currents, will made the greater value of the dose and the greater radiation exposure.Parameter changes of strong currents and mA value addition affects the quality of the image also affects to the value of radiation dose received by the patient's and exposure radiation around the ICU
Key Words: X-Ray , Surveymeter, Exposure factor, Distance, direction.
PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang
Penggunaan radiasi pengion, termasuk sinar-X pada bidang kedokteran baik
untuk terapi maupun diagnostic sudah umum dilakukan. Sejak ditemukannya sinar
X oleh Wilhem Condrad Roentgen pada tahun 1895 dan kemudian diproduksinya
peralatan radiografi pertama untuk penggunaan diagnostic klinis, prinsip dasar
dari radiografi tidak mengalami perubahan sama sekali, yaitu memproduksi suatu
gambar pada film reseptor dengan sumber radiasi dari suatu berkas sinar-X yang
mengalami absorbs dan attenuasi ketika melalui berbagai organ atau bagian pada
tubuh.
Perkembangan teknologi radiologi telah memberikan banyak sumbangan
tidak hanya dalam perluasan wawasan ilmu dan kemampuan diagnostic radiologi,
akan tetapi juga dalam proteksi radiasi pada pasien-pasien yang mengharuskan
pemberian radiasi kepada pasien serendah mungkin sesuai dengan kebutuhan
klinis merupakan aspek penting dalam pelayanan diagnostik radiologi yang perlu
mendapat perhatian secara kontinu. Karena selama radiasi sinar X menembus
bahan/materi terjadi tumbukan foton dengan atom-atom bahan yang kan
menimbulkan ionisasi didalam bahan tersebut, oleh karena sinar-X merupakan
radiasi pengion, kejadian inilah yang memungkinkan timbulnya efek radiasi
terhadap tubuh, baik yang besifat non stokastik, stokastik maupun efek genetik.
Penggunaan radiasi sinar-X untuk keperluan medis termasuk fotografi,
sering pula dilakukan diruangan ICU yang pada ruangan tersebut terdapat banyak
pasien lain, petugas ICU, dan petugas radiologi sendiri, yang ruangan tersebut
tanpa dilengkapi dengan proteksi radiasi.
Dengan demikian diperlukan upaya yang terus menerus untuk melakuan
kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja dalam medan radiasi pengion melalui
tindakan proteksi radiasi, baik berupa kegiatan survey radiasi, personal
dengan radiasi, standar prosedur pemeriksaan radiografi semua perangkat
tersebut untuk meminimalkannya tingkat papan radiasi yang diterima oleh pekerja
radiasi, pasien maupun lingkungan dimana pesawat radiasi pengion dioprasikan.
Salah satu cara untuk mengetahui paparan radiasi sinar-X ketika penyinaran
terjadi pada pasien dan daerah sekitar ICU adalah dengan menggunakan
surveymeter yang diletakkan dengan variasi jarak yang berbeda dan sumber
X-Ray tetap. Hal inilah yang menjadi dasar penelitian ini dilakukan, berdasarkan
hubungan penyinaran dengan jarak antara pasien terhadap sumber radiasi sinar-X .
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan, secara umum dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana radiasi sinar-X menembus bahan/materi terjadi tumbukan
foton dengan atom-atom bahan yang akan menimbulkan ionisasi di dalam
bahan oleh karena sinar X merupakan radiasi pengion.
2. Bagaimana upaya yang di lakukan untuk keselamatan dan kesehatan kerja
dalam medan radiasi pengion melalui tindakan proteksi radiasi.
3. Bagai mana cara mengetahui paparan radiasi sinar-X ketika penyinaran
terjadi pada pasien dan daerah sekitar ruang ICU.
1.3 Batasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penyusunan skripsi ini hanya mencakup
masalah-masalah sebagai berikut :
1. Ruang lingkup penelitian di batasi pada analisis dosis radiasi sinar-X
terhadap pasien ICU dalam bentuk simulasi.
2. Variasi jarak dan faktor eksposi terhadap sumber radiasi
3. Metode analisis yang digunakan melihat hubungan besarnya paparan
radiasi terhadap jarak dan faktor eksposi yang ditentukan.
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun beberapa tujuan yang di harapkan dapat dicapai yaitu:
2. Menentukan dosis radiasi dengan variasi faktor eksposi
3. Menentukan jarak titik aman sumber radiasi terhadap petugas radiasi dan
pasien ICU
4. Membuat kontur penyebaran dosis radiasi.
Dan dengan demikian diharapkan dapat memberi manfaat pada radiografer
dalam menentukan jarak sumber radiasi yang efektif untuk pasien ICU pada saat
melakukan eksposi.
II.I Sejar
si yang bera
mg dialiri l
nemuan bar
kannya dal
nlah sinar y
namakan si
ari tangan
akkan dibaw
ntgen dalam
r Roentgen
k sampai d
ifat Roentg
dan mempu
nakan sema
r ini mengh
-foto pertam
dalam kotak
ahun setelah
asal dari Kri
listrik, ia se
ru sehingg
lam mingg
yang disebut
inar tersebu
entgen.
ntgen ini m
gan hasil pe
elumnya ti
sial. Salah
istrinya ya
wah tangan
m penyelidik
yaitu sifat
i-ketahuiny
gen dalam
unyai daya t
akin tinggi,
hitamkan s
ukan sinar
sinar katod
istal barium
egera meny
ga dengan
gu-minggu
utnya sinar b
ut sinar Ro
merupakan s
enemuan itu
idak perna
satu visuali
ang dibuat
istrinya dan
kan selanju
t-sifat fisika
ya, yaitu sif
garis luru
roentgen p
da, saat itu
m platinosian
yadari bahw
gigih ia te
berikutnya
baru atau si
oentgen seb
suatu revolu
u dapat dip
ah dapat
isasi hasil p
dengan me
n disinari de
utnya segera
a dan kimia
fat biologi y
us, tidak d
g semakin k
diantara sif
. Selain fot
uat oleh R
uah pistol da
an sinar X,
a di univer
pada tahun
ia melihat
nida dalam
wa fenomena
erus mener
a. Tidak l
inar X. Baru
bagai pengh
usi dalam d
periksa bagi
dicapai de
penemuan R
empergunak
engan sinar
a menemuka
anya, namu
yang dapat
dipengaruhi
kuat apabila
fat-sifat lain
to tangan i
oentgen ial
a ini merup
rus melanj
lama kem
ru kemudian
hormatan ke
dunia kedok
ian-bagian t
engan cara
Roentgen a
kan kertas p
r baru terseb
an hampir s
un ada satu
merusak s
i oleh lapa
a tegangan l
nnya ialah b
prancis pada tahun 1896 menemukan unsur uranium yang mempunyai sifat yang
hampir sama. Penemuannya diumumkan dalam kongres itu juga. Tidak lama
kemudian, Marie dan pierre curie menemukan unsur thorium pada awal tahun
1896, sedangkan pada akhir tahun yang sama pasangan suami istri tersebut
menemukan unsur ketiga yang dinamakan polonium, sebagai penghormatan
kepada Negara-negara asal mereka Polandia, tidak lama sesudah itu mereka
menemukan unsur radium yang memancarkan radiasi kira-kira 2 juta kali lebih
banyak daripada uranium. II.2 Produksi Sinar-X
Pada aplikasinya, penciptaan sinar-X tak lagi mengandalkan mekanisme
tabung crookes, melainkan dengan menggunakan pesawat sinar-X modern.
Pesawat sinar-X modern pada dasarnya membangkitkan sinar-X dengan
membombardir target logam dengan elektron berkecepatan tinggi. Elektron yang
berkecepatan tinggi tentunya memiliki energi yang tinggi, dan karenanya mampu
menembus elektron-elektron orbital luar pada materi target hingga menumbuk
elektron orbital pada kulit k (terdekat dengan inti).
Elektron yang tertumbuk akan terpental dari orbitnya, meninggalkan hole
pada tempatnya semula. Hole yang ditinggalkannya itu akan diisi oleh elektron
dari kulit luar dan proses itu melibatkan pelepasan foton (cahaya elektromagnetik)
dari elektron pengisi tersebut. Foton yang keluar itulah yang kemudian disebut
sinar-X, dan keseluruhan proses terbentuknya sinar-X melalui mekanisme tersebut
disebut mekanisme sinar-X karakteristik. ²³
Adapun mekanisme lain yang mungkin terjadi adalah emisi foton yang
dialami oleh elektron cepat yang dibelokkan oleh inti atom target atas
konsekuensi dari interaksi coulomb antara inti atom target dengan elektron cepat.
Proses pembelokkan ini melibatkan perlambatan dan karenanya memerlukan
emisi energi berupa foton.
Tabung yang digunakan adalah tabung vakum yang di dalamnya terdapat 2
elektroda yaitu anoda dan katoda. Katoda / filamen tabung Roentgen dihubungkan
ke transformator filamen. Transformator filamen ini akan memberi supply
sehingga
skan diri d
lah awan ele
oda dan kat
kV. Primer
s gaya m
arus yang m
yebabkan ti
eristiwa bre
K karakte
dari ikatan
ektron.
toda dihubu
HTT diber
magnet (GG
mengalir. A
imbulnya ga
antung dari
dt). Dari pro
a tabung Ro
on bebas y
adilah suatu
wanan denga
amaan, elekt
n ditahan. J
eamstrahlun eristik. Aki ng ditabrak
in. Perpind
Akibat dari p
aya gerak li
setiap per
oses ini did
entgen.
yang ada d
u loop (rang
an arus listr
ktron-elektro
Jika tabraka
ng dan apab ibat tabraka
k tersebut te
dahan elek
yang
ik dengan p
atau sinar R
II.1 Blok D doc/1431827
n, dimana sehingga t
ngan transfo
n AC (bolak
akan beru
perubahan g
istrik (GGL
rubahan flu
dapatkanlah
disekitar ka
gkaian tertu
rik yang kem
on yang dita
an elektron
bila menabr
Roentgen. 4
Diagram Sin
ubah-ubah b
garig-garis
L) pada kum
uks pada s
tegangan t
atoda akan
utup) maka
mudian dise
arik ke ano
tersebut te
raknya diele
ka terjadi h
ole-hole ini
aka akan te
bergantung
gaya magn
mparan seku
setiap perub
tinggi yang
n ditarik m
akan terjad
ebut arus tab
oda tersebut
epat di inti
ektron diku
hole-hole k
i akan diisi
II.3 Pesaw
an dari tabu
ersebut aka
n sistem sin
kurangnya
berkas, dan
nerator
awat sinar-X
alikan, dan d
Komponen-k
, arus tabun
X terdiri d
ah seperang
angkan subs
nar-X. Pesa
generator t
n peralatan p
X mempun
kan pada bag
bus bagian
mbar dari b
-X perlu
dikehendaki.
ng (mA) dan
dari sistem
gkat kompo ic Quality.
tgen adalah
n menggun
gian tubuh y
tubuh dan
bagian tub
dilakukan
. Paramete
n waktu pap
dan subsist
onen untuk
arti setiap k
-X diagnost
nggi, panel
ainnya.
lah kompon
rgi listrik se
ecara kolekt
ar-X (Sumb 1989. Hal.
h suatu ala
nakan
sinar-yang akan d
n akan dita
buh yang
kombinasi d
tik yang le
kontrol, ta
at yang dig
r-X. Sinar-X
didiagnose.
angkap ole
disinari. S
parameter
r tersebut
X atau kom
kan radiasi
dari dua ata
engkap terd
abung
sinar-menata kem
unakan ke ta
kan sebagai
nalysis of
Fungsi u
utama dari
alikan 3 (tig
econd (s).
ng lebih rin
kkan tegang
onversi arus
bah bentuk
mpan energi
ndalikan teg
ndalikan aru
ndalikan wa
tem Kontr
em kontrol
menghasilka
ung pada p
dan kualita
i sinar-X ya
elum pesa
rnya antara l
rol dan wa
nci dari gene
an listrik (m
s listrik bola
gelombang
i (untuk pes
gangan tabu
ang dihasilk
wat
sinar-lain teganga
aktu ekspos y pada pane
diagram fu alysis of Ra
r adalah u
ung (kilovol
milliampere
n (exposure
mengatur da
s dan kualit
parameter
tergantung
kan dari pen
-X diopera
an tabung m
si. melalui
tas sinar-X.
tegangan,
dari elektr
ngaturan te
asikan mak
melalui kVp timer. Bes
rol Panel Pe Quality. 19
njadikan op
ai berikut:
da Gambar I
arus searah
dalikan oper
Kuantitas d
arus dan w
on yang d
egangan tin
ka perlu
selector, ar saran hasil
esawat Sina 989. Hal. 10
operator
(1) kV, (2)
II.2, adalah
h (DC);
rasi pesawat
dan kualitas
waktu penc
dihasilkan f
nggi.
diatur par
rus tabung m
Panel kontrol dilengkapi dengan alat yang menunjukkan parameter
penyinaran dan kondisi yang meliputi tegangan tabung, arus tabung, waktu
penyinaran, penyinaran integral dalam miliAmper detik (mAs), pemilihan teknik,
persesuaian mekanisme bucky, dan indikator input listrik.
Sistem pengatur (Control Panel) berguna untuk mengatur catu tegangan, arus dan waktu pencitraan, dimana catu tegangan diatur dengan pengatur tegangan (kV
selektor), arus tabung diatur dengan pengatur arus tabung (mAs kontrol) dan waktu
paparan diatur dengan pengatur waktu eksposi. (timer).
1. Pengatur Tegangan (KV selektor)
Pengaturan tegangan melalui sebuah trafo variabel atau auto transformator.
Keluaran trafo variabel berupa tegangan rendah antara 120 Volt sampai 240 volt.
Tegangan hasil seting ini masuk kedalam lilitan primer trafo HV dan keluarannya
dari HV berupa tegangan tinggi yang siap dimasukkan kedalam tabung. Hasil seting
tegangan akan tampil pada display. Nilai tegangan hasil seting yang ditampilkan
pada display merupakan tegangan kerja tabung untuk menghasilkan sinar-X.
2. Pengatur Arus Tabung (mA kontrol)
Arus yang masuk ke tabung akan memanaskan filamen sehingga
menghasilkan elektron cepat (elektron yang bergerak dari katoda ke anoda). Besar
kecil arus yang masuk harus diatur untuk menentukan intensitas sinar-X yang
dikeluarkan oleh tabung.(2) Arus hasil seting itu akan menghidupkan filamen dalam
tabung yang selanjutnya akan menghasilkan elektron.(2) Nilai arus hasil seting yang
ditampilkan pada display merupakan besaran arus tabung untuk menghasilkan sinar-X.
3.Pengatur waktu paparan (timer)
kurang ka
presisinya r
an tabung.
el kontrol
eberapa wa
ng terdapat p
G ( sumber:
erdiri dari
; dan (2) tab mbar II.4,
ya gesekan
rendah. Ha
harus sesu
aktu tertentu
bali panel k
nyinaran ya
yinaran. Pen
nyinaran ya
dak lebih d
enyinaran ta
r-X (X-Ray
X adalah rua
sinar-X dip
u atau secar
kontrolnya.
ang diulang
ngatur wak
ang singka
dari 5 detik
ambahan tid
y Tube)
ang hampa
produksi. T
wat sinar-X.
4 Tabung s
a otomatis p
. Apabila p
g tidak dim
ktu (timer)
at secara t
k. Alat pen
dak terjadi.
yang terbua
pengatur w
mungkinkan
harus mam
tepat deng
nyinaran ha
at dari kaca
ar-X adalah
wadah tab
abung sinar
ja timer, se asil sinar-X
X secara ot
aan apapun,
waktu yang
n tanpa pen
mpu mengh
gan selang
arus dibuat
a tahan pana
bagiannya. (Bushong, 1997).
1. Wadah Tabung (Tube Casing /Housing)
Dinding bagian paling luar tabung disebut rumah tabung terbuat dari
metal, sedangkan bagian dalamnya terbuat dari lapisan timbal (Pb). Fungsi dinding
ini agar dapat menekan radiasi yang tidak dibutuhkan. Pada sisi kiri dan kanan tube housing dihubungkan dengan soket kabel tegangan tinggi (40-150 kV) yang menghubungkan generator tegangan tinggi dengan tabung sinar-X. Pada tube housing juga dibuatkan jendela housing atau port output sebagai tempat sinar-X keluar. (4) Fungsi X-ray tube housing, antara lain :
Berfungsi sebagai isolasi dan proteksi tube insert dari gangguan tekanan dari luar.
b. X-ray tube housing di dalamnya berisi oli transformer yang berfungsi untuk
pendingin panas akibat tumbukan elektron dengan target dan pemisah komponen
yang lain dalam tube insert.
c. X-ray tube housing dilapisi lead shielding yang berfungsi untuk attenuasi
radiasi agar tidak keluar dari tabung sinar-X. Tingkat kebocoran tabung yang
diperkenankan adalah 100 mR/jam. Pada jarak pengukuran 1 mm diukur pada
kondisi faktor eksposi yang paling tinggi berkisar 125-150 kV.
2.Tabung Sinar-X bagian dalam (X-Ray Tube Insert)
Komponen-komponen utama tabung sinar-X bagian dalam (X-Ray Tube Insert) sebagaimana yang tampak pada gambar II.4, meliputi:
a. Katoda
Katoda terbuat dari nikel murni dimana celah antara 2 batang katoda
disisipi kawat pijar (filamen) yang menjadi sumber elektron pada tabung sinar-X.
Filamen terbuat dari kawat wolfram (tungsten) digulung dalam bentuk spiral.
Bagian yang mengubah energi kinetik elektron yang berasal dari katoda adalah
sekeping logam wolfram yang ditanam pada permukaan anoda.
b.Anoda
berfungsi sebagai tempat tumbukan elektron. Anoda merupakan sasaran (target)
yang akan ditembaki oleh elektron yang dilengkapi dengan focus (focal spot).
c.Foccusing cup
Focusing cup ini sebenarnya terdapat pada katoda yang berfungsi sebagai alat untuk mengarahkan elektron secara konvergen ke target agar elektron tidak
terpancar ke mana-mana. Ukuran focus pada anoda ada dua, yaitu fokus besar
(large focus) dan fokus kecil (small focus) bergantung pada pemilihan nilai arus tabung yang digunakan. (6)
d.Rotor atau stator
Rotor atau stator ini terdapat pada bagian anoda yang berfungsi sebagai alat untuk memutar anoda. Rotor atau stator ini hanya terdapat pada tabung sinar-X yang
menggunakan anoda putar. Keuntungan dengan anoda putar antara lain
pendinginannya lebih sempurna, target elektron dapat berganti-ganti. 5
e.Glass metal envelope (vacuum tube)
Glass metal envelope atau vacuum tube terbuat dari kaca pyrex, merupakan tabung yang gunanya membungkus komponen-komponen penghasil sinar-X agar menjadi
vacum atau kata lainnya menjadikannya ruangan hampa udara.
f.Oil
Oil ini adalah komponen yang cukup penting ditabung sinar-X karena saat elektron-elektron menabrak target pada anoda, energi kinetik elekron yang berubah menjadi
sinar-X hanyalah = 1% selebihnyaberubah menjadi panas mencapai 20000 °C, jadi
disinilah peran oil sebagai pendingin tabung sinar-X.
g.Window
Window atau jendela adalah tempat keluarx sinar-X. Window terletak di bagian bawah tabung. Tabung bagian bawah di buat lebih tipis dari tabung bagian atas hal
ini di karenakan agar sinar-X dapat keluar.
Ada 3 pro
ses utama y
otolistrik
k foto listrik
terlepas dar
disebut fo
nergi rendah
( s
listrik ini u
r, seperti pa
ton datang
nergi kinetik
⁻³4 J.s, energ
yang dapat t
k energi fo
ri ikatannya
toelektron.
h yaitu anta
Gambar I k elektron. D
gi ambang ( ian besar b
Dimana ene
(W0). ¹¹
bila sinarnya
p oleh atom
om. Elektron
au timah hit
W0 + EK
a melewati s
m materi, y
n yang dilep
k terutama
5 MeV. ¹
e elektron f
k (Ek), kons
suatu bahan
yaitu oleh e
paskan mat
fotolistrik d
stanta Planc
b. Hambu
Pada
untuk men
akan terpa
yang rend
elektron b
dengan en
dah dari pad
bebas atau t
nergi radiasi
ton datang
nergi kinetik
da energi s
terikat lema
i yang lebih
Gambar ( s
ran Compto
ik elektron
a akan keh k elektron. D
gi ambang (
energi rad
on dari atom
red Radiatio
semula. Ham
ah pada lap
h tinggi yaitu
r II.6 Ham
gian besar b
Dimana ene
(0). ¹¹
diasi hanya
m (foto elek
on” atau ham mburan Co
pisan kulit y
u berkisar a
mburan Com t-ed.org )
foton datan
hamburan y
nerginya m
on dari λ fo
λ ....
cos ϕ) ...
c ( 1 – cos ϕ
berpindah k
ergi kinetik
a sebagian
ktron) seda
mburan rad
ompton terja yang terluar
antara 200-1
mpton
g yang dise
yang beren
ke elektron
k (Ek), konst
saja yang
angkan sisa
diasi dengan
adi pada el
ar pada peny
1000 KeV. ¹
erap atom
nergi lebih r
ses ionisasi
r menjadi λ
...(II.5)
...(II.6)
...(I
n fotolistrik
tanta Planck
c.Efek Pr
Produksi
karena ma
foton sem
gantinya t
positron y
pasangan h
assa diam
macam ini m
timbul seba
sel akibat p
fek ini dapa
okal. Efek
dan umumn
n efek deter
s ambang y
tuk ini akan
wanan, pros
at terjadi seb
determinis
nya timbul
rministik ak
yang bervar
ati dosis am
alah nol. S
%.
at terjadi p
tau positron
nti atom be
ang elektron
n bergabung
ses ini diseb
fek Produk id.wikiped
Manusia
non stokast
diasi yang
bagai akiba
stik timbul
l beberapa
kan mening
riasi bergan
mbang, kem
Sedangkan d
pada energi
n ekuivalen
erat, foton
n dan posit
g kembali m
but annihila
ksi Pasanga dia.org)
ik) Efek ini
mengubah
at dari papar
bila dosis
saat setela
gkat bila do
ntung pada
mungkinan
ran radiasi p
yang diter
ah terpapar
sis yang di
jenis efek.
terjadinya
s ambang, p
ang > 1,02
0,51MeV. A
enyap dan s
udian elektr
pasang energ
rena adanya
ngan yang
pada seluruh
rima di ata
r radiasi. T
II.5.2 Efek Stokastik
Efek stokastik dosis radiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan
untuk menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik pada tingkat molekul
maupun sel. Dengan demikian radiasi dapat pula tidak membunuh sel tetapi
mengubah sel-sel yang mengalami modifikasi atau sel yang berubah ini mempunyai
peluang untuk lolos dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha untuk
menghilangkan sel seperti ini. Semua akibat proses modifikasi atau transformasi sel
ini disebut efek stokastik yang terjadi secara acak. Efek stokastik terjadi tanpa ada
dosis ambang dan baru akan muncul setelah masa laten yang sama. Semakin besar
dosis paparan, semakin besar peluang terjadinya efek stokastik, sedangkan tingkat
keparahannya tidak ditentukan oleh jumlah dosis yang diterima.
Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel
yang baru tersebut akan mewariskan kepada turunannya sehingga timbul efek
genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel tersebut
dalam jangka waktu yang relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan
yang bersifat toksik lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas
atau kanker. Paparan radiasi dosis rendah dapat meningkatkan resiko kanker dan
efek pewarisan yang secara statistik dapat dideteksi pada suatu populasi, namun
tidak secara serta merta terkait dengan paparan individu.
Respon dari berbagai jaringan dan organ tubuh terhadap radiasi pengion
sangat bervariasi. Selain bergantung pada sifat fisik radiasi juga bergantung pada
karakteristik biologi dari sel penyusun jaringan/organ tubuh.
II.6 Besaran dan Satuan Dasar Dalam Dosimetri
II.6.1 Dosis Serap
Dosis serap sebagai jumlah energi yang diserahkan oleh radiasi atau
banyaknya energi yang diserap oleh bahan persatuan massa bahan itu. Jadi dosis
kepada medium. Untuk keperluan proteksi radiasi digunakan untuk menyatakan
dosis rata-rata pada suatu jaringan. Satuan yang digunakan satuan baru, yaitu gray
(Gy) dimana:
1 gray (Gy) = 1 joule/g
Dengan demikian dapat diperoleh hubungan: 1 gray = 100 Rad
Besaran dosis serap ini berlaku semua jenis bahan yang dikenainya. ⁹
II.6.2 Dosis Ekuivalen
Dosis ekuivalen pada prinsipnya adalah dosis serap yang diberi bobot, yaitu
dikalikan dengan faktor bobotnya. Faktor bobot radiasi ini dikaitkan dengan
kemampuan radiasi dalam membentuk pasangan ion persatuan panjang lintasan,
semakin banyak pasangan ion yang dapat dibentuk persatuan panjang lintasan,
semakin besar pula nilai bobot radiasi
itu. Dosis ekuivalen dalam organ T yang menerima penyinaran radiasi R
(HT.R) ditentukan melalui persamaan: 10
HT.R = WR . DT.R
Dengan DT.R adalah dosis serap yang dirata-ratakan untuk daerah organ atau
jaringan T yang menerima radiasi R, sedang WR adalah faktor bobot dari radiasi R.
Satuan untuk dosis ekuivalen adalah rem, kemudian diganti menjadi sievert (Sv),
dimana 1 Sv = 100 rem.
II.6.3 Dosis Efektif
Hubungan antara peluang timbulnya efek biologi tertentu akaibat penerimaan
dosis ekuivalen pada suatu jaringan juga bergantung pada organ atau jaringan yang
tersinari. Untuk menunjukkan keefektifan radiasi dalam menimbulkan efek tertentu
pada suatu organ diperlukan besaran baru yang disebut besaran dosis efektif.
Besaran ini merupakan penurunan dari besaran dosis ekuivalen yang dibobot. Dosis
ekuivalen HTditentukan melalui persamaan: 10
HE = WT . HT
ICRP melalui publikasi ICRP Nomor 60 Tahun 1990 menetapkan nilai WT
yang dikembangkan dengan menggunakan “manusia acuan” dengan jumlah yang
sama untuk setiap jenis kelamin dan mencakup rentang umur yang cukup lebar.
II.6.4 Paparan
Paparan pada mulanya merupakan besaran untuk menyatakan intensitas
sinar-X yang dapat menghasilkan ionisasi di udara dalam jumlah tertentu. Berdasarkan
defenisi tersebut, maka paparan (X) dapat dirumuskan dengan: ¹¹
X = dQ / dm
Dengan dQ adalah jumlah muatan elektron yang timbul sebagai akibat
interaksi anrata foton dengan atom-atom udara dalam volume udara bermassa dm.
Besaran paparan ini mempunyai satuan Coulomb per kilogram-udara (C/kg) dan
diberi nama khusus roentgen, disingkat R. ¹¹
II.7 Proteksi Radiasi
Tujuan dari kesselamatan radiasi ini adalah mencegah terjadinya efek
deterministik yang membahayakan dan mengurangi terjadinya efek stokastik
serendah munkin.
II.7.1 Proteksi Terhadap Sumber Eksternal
Bahaya radiasi dari sumber-sumber eksternal ini dapat dikendalikan dengan
tiga prinsip dasar proteksi radiasi, yaitu:
a.Pengaturan waktu
Pekerja radiasi yang berada di dalam medan radiasi akan menerima dosis radiasi
yang besarnya sebanding dengan lamanya pekerja tersebut berada di dalam medan
radiasi. Semakin lama seseorangberada di tempat itu, akan semakin besar dosis
oleh peke
Sifat dari
melemahk
erja selama
T
diasi. Laju
Atau :
D = laju do
R = jarak an
naan prisai
an waktu da
i bawah ni
astifikasi a
berada di
kumulasi ya
erap dalam m
a seseorang
n erat denga
g terbalik d
dosis pada s
osis serap pa
ntara titik de
radiasi
an jarak ke
lai batas do
sumber ber
risai radias
as radiasi. ¹¹
i Radiasi
ai tujuan p
rja, masyara
berada di d
an fluks rad
dengan kua
suatu titik d
ada suatu tit
engan sumb
erja tidak m
osis yang t
raktivitas ti
si ini harus
¹ ¹²
proteksi rad
akat dan lin
proteksi radi
naran. Azas
dan radiasi
ma pekerja
asi
dalam medan
diasi. Fluks
adrat jarak a
dapat dirum
tik
ber radiasi
mampu men
telah diteta
nggi ini ju
s mampu m
diasi, yaitu
ngkungan, m
iasi yaitu: ¹³
s ini meng
dapat diru
n radiasi
radiasi pada
antara titik
uskan deng
nekan pene
pkan. Oleh
ga diperluk
menyerap e
terciptanya
maka dalam
³
hendaki ag
umuskan se
a suatu titik
tersebut de
gan: ¹¹
erimaan dos
h sebab itu,
kan perisai
energi radia
a keselamat
m falsafah p
yang dapat mengakibatkan paparan radiasi hanya boleh dilaksanakan setelah
dilakukan pengkajian yang cukup mendalam dan diketahui bahwa manfaat dari
kegiatan tersebut cukup besar dibandingkan dengan kerugian yang dapat
ditimbulkan.
2. Azas optimasi. Azas ini menghendaki agar paparan radiasi yang berasal dari
suatu kegiatan harus ditekan serendah mungkin dengan mempertimbangkan faktor
ekonomi dan sosial. Azas ini juga dikenal dengan sebutan ALARA atau As Low As
Reasonably Achieveble.
3. Azas Pembatasan Dosis Perorangan. Azas ini menghendaki agar dosis
proteksiradiasi yang diterima oleh seseorang dalam menjalankan suatu kegiatan
tidak boleh melebihi nilai batas dosis yang telah ditetapkan oleh instansi yang
berwenang.
I.7.3Proteksi Ruangan Pesawat
Pada ruang pesawat Sinar-X sebaiknya dilengkapi dengan proteksi ruangan
radiasi yang sesuai dengan syarat internasional. Usaha untuk menjaga atau proteksi
ruangan antara lain:
1. Tempat dan lokasi ruangan harus memenuhi syarat internasional, diharapkan
sinar radiasi tidak menembus ruangan ini, dengan demikian ruangan radiasi tersebut
sebaiknya soliter atau dikelilingi oleh halaman atau jalan bebas dan jangan berada
ditingkat atas agar radiasi cepat hilang ke tanah.
2. Bila terdapat koridor atau sisi ruang radiasi, maka harus ditulis “dilarang berdiri
atau duduk dikoridor ini” agar tidak terkena radiasi sekunder.
3. Dinding di dalam ruang radiasi harus dilapisi lembaran atau lempengan timah
hitam setebal minimal 2 mm, dengan harapan agar radiasi primer dan sekunder
dapat diserap sehingga andaikan tertembus sinar radiasi, sinar-X lemah atau kurang
berbahaya. Lapisan lempeng timah ini pada bahan dinding bangunan, antara lain:
a.Bila dinding terbuat dari tembok biasa maka digunakan lapisan
b. Bila din
n atau baga
demikian rup
patan pesaw
n yaitu ke h
unakan prot
eser-geser a
si lempenga
pada setiap
unakan kac
gar pada wa
jadi lebih ef
ve barrier/p
inding antar
nsive Care nsive Care
ukan oleh k
emberikan p
BAPPETEN
k. Jarak titik
nilai batas
at umum 0,5
at dari silit
at dari baja s
buat dari te
m.
n antar rua
pa agar beb
wat Roentge
halaman yan
tective barr
atau dipinda
n timah hita
eksposi.
a pelindung
aktu meliha
fektif dan ef
partition pro
r ruangan ya
Unit ( ICU Unit ( ICU kebutuhan p
pelayanan m
N/IV-1999
k aman Han
dosis (NB
5 µSv/jam.
concerte 3
setebal 1/16
embaga set
ang dengan
bas dari sina
en diatur sed
ng bebas pen
rier atau sek
ah-pindahk
am setebal
g untuk mem
at aplikasi
fisien. Kaca
otection
ang bersebe
U )
) adalah pe
pasien yang
medik yang
untuk kes
nd Swich ( ti
BD) untuk p
inchi, maka
6 inchi mak
tebal 1 inc
n ruang rad
ar luar.
demikian ru
nghuni.
kat radiasi. S
kan di dalam
2 mm, untu
mbuat sebag
radiografi t
a pelindung
elahan deng
a tidak perl
ka tidak perl
hi maka ti
diasi dari p
upa agar ara
Sekat ini be
m ruang rad
uk menyera
gian dinding
tidak perlu
ini dapat di
gan ruang ra
mah sakit y
is. Tujuan d
utan.8 SK B
kerja oper
) sejauh 3 (t
esar 10 µSv
lu lapisan le
lu lapisan le
idak perlu
pintu ruang
ah sinar ke
erupa dindin
diasi,dindin
ap sinar prim
g tembus pa
keluar dar
(tiga) meter
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Feberuari – Juni 2013, bertempat di RSU. Haji Adam Malik pada ruangan ICU.
III.2. Alat Penelitian
a.Pesawat sinar-X
Merek : Acoma
Model : DRX-90
Arus tabung : 250 mA
Waktu eksposi : 5 second
Data tabung : Nomor seri : 85 K 0099
Focus : 1,0/2,0 mm
Buatan : Jepang
b.Surveymeter
Merek : FH 40 G-L
c.Meteran
III.3. Prosedur Penelitian
Penyinaran dilakukan untuk setiap jarak yang berbeda mulai dari jarak
sumber radiasi terhadap pasien utama dengan penggunaan FFD standard yaitu 120
cm, selanjutnya mengukur penyinaran dengan variasi jarak 1 meter sampai 3 meter
dari sisi kanan, kiri dan sisi depan, belakang pesawat sinar-X dengan menggunakan
alat ukur surveymeter. dengan variasi faktor eksposi yaitu 50 kV, 60 kV, 70 kV.
Pengukuran dilakukan sebanyak 5 (lima) kali untuk setiap penentuan jarak . hal ini
dimaksudkan agar data yang diperoleh lebih akurat. Setelah pengukuran tersebut
dapat ditentukan jarak aman dalam melakukan eksposi diruangan ICU.
III.4. Analisis Data Pengukuran
1. Pengambilan data Pengukuran Data pengukuran nilai dosis radiasi diambil
pengambil
mengguna
penggunaa
2. Membu
sumber ra
3. Membu
III.5 Ba
lan data
akan varia
an mA, dan
uat kurva h
diasi.
uat kontur p
agan Alur
dilakukan
asi faktor ek
n s konstan.
hubungan b
enyebaran d
Penelitian
Gambar I
sebanyak
ksposi dan
besarnya do
dosis radias
III.1 Bagan
5 (lima)
n variasi ja
osis radiasi
si.
n Alur Pene
kali peng
arak yang b
i terhadap
elitian
gukuran de
berbeda, de
penentuan engan
engan
IV. 1 H
jarak peng
Ada
Mobile deng dapat digu
onal maupun
gukuran dil
n 3,23 meter
an mA =
an dengan
gukuran di
apun hasil p
dengan me
ersamaan ar
tabung sinar
Hasil/Data P
dasarkan h
yang telah d
adiasi pada t
.1 Hasil Pen Settin
r serta varia
100, s = 0
r-x yang diu
Pengukura
asil penguk
di kalikan
tabel IV.1 (l
ngukuran P
aan dengan
ngan meng
asi faktor e
0,08. FFD
gan penyina
banyak 5 (li
ini meliputi
lampiran 1)
Paparan R Jarak Ara
IV
MBAHASA
n dalam pen
an Jepang, u
ksaan gener
bahan kont
gunakan v
eksposi 50 k
120 denga
aran foto tho
ima) kali.
i hasil peng
alat ukur su
tabung sin
am bentuk t
n Radiasi
unit model
ral radiogr
ras.
variasi jarak
kV, 60 kV,
an luas lap
orax. Setiap
asi alat mak
nya.
gan Mengg an Arah K
ni adalah P
DRX-90, p
raphy, baik
k 1,56 mete
dan 70 kV
pangan pen
p settingan
aran radiasi
yang di le
arah depan
a dan kontur
Tabel
l IV.2 Hasil rbagai Sett
bahasan
i hasil pen
egak lurus s
0 kV sebesa
r eksposi 5
6 meter ke j
rak 2,33 seb
el IV.I fakt
ri jarak 1,5
3,23 meter
ri jarak 1,5
arak 3,23 m ting kV dan
gukuran ra
2,33 meter s
%.
depan menu
meter sebesa
ah belakang
besar 28,05
or eksposi 6
6 meter ke
sebesar 56
6 meter ke
meter sebesa
ah depan m
2,33 meter s
%. Arah bel
33 sebesar
ran Papara n Jarak Ar
ata-rata radi
tuk faktor e
S dan faktor
kanan menu
an Radiasi rah Depan
iasi primer
eksposi 50
r eksposi 70
unjukkan pe
ar 73,66%.
kkan penuru
37 %, dari j
penurunan p
dari jarak 2
kan penurun
ak 2,33 ke j
h kanan men
meter sebe
ah kiri men
meter sebe
an penuruna
44 %, dari j
nunjukkan p
ari jarak 2,3
dengan Me dan Arah B
yang lang
kV sebesar
0 kV sebesar
enurunan pa
Dari jarak 2
unan paparan
arak 2,33 m
paparan radi
2,33 meter k
nan paparan
arak 3,23 se
nunjukkan p
esar 53,56 %
nunjukkan p
esar 50,34
an paparan
arak 2,33 m
penurunan p
33 ke jarak
enggunaka Belakang
gsung dari
r 10240 µS
r 12980 µS
aparan radi
2,33 meter
an radiasi da
meter ke jar
iasi dari jar
ke jarak 3,2
n radiasi da
ebesar 51,6
penurunan p
%. Dari jar
penurunan p
%, dari jar
radiasi da
meter ke jar
Tabe
ini di seba
Berd
Settingan
meter arah
radiasinya
el IV.I fakt
ri jarak 1,5
3,23 meter
ri jarak 1,5
arak 3,23 m
abkan oleh a
G
dasarkan ga
50 kV ara
h kanan pap
a 159,8 µSv
or eksposi 7
6 meter ke
r sebesar 6,
56 meter ke
meter sebesa
ah depan m
2,33 meter s
%. Arah bel
33 sebesar
an radiasi sa
alat ukur rad
Gambar IV. dengan A
ambar IV.2.
ah kanan da
paran radias
v sehingga p
70 kV arah
jarak 2,33
,34 %. Ara
e jarak 2,33
ar 38,86 %.
diasi yang s
.2.1 Kurva Arah Kana
1 kurva den
an arah kir
sinya 140,2
paparan radi
h kanan men
meter sebe
ah kiri men
meter sebe
an penuruna
09 %, dari j
nunjukkan p
ari jarak 2,3
riasi di setia
sangat sensi
50 kV, 60 k an dan Ara
ngan faktor
ri menunjuk
2 µSv, arah
iasi terlihat
nunjukkan p
esar 54,12 %
unjukkan p
esar 50,81
an paparan
arak 2,33 m
penurunan p
33 ke jarak
ap jarak dan
itif.
kV, 70 kV h Kiri
eksposi 50
kkan bahw
kiri jarak 1
lebih tingg
penurunan p
%. Dari jar
penurunan p
%, dari jar
radiasi da
meter ke jar
paparan radi
3,23 sebesa
n faktor eksp
kV, 60 kV
wa pada jara
1,56 meter p
sinar-X. Jarak 2,33 meter arah kanan paparan radiasinya 36,92 µSv Sedangkan
untuk. Jarak 2,33 meter arah kiri paparan radiasinya 44,14 µSv, paparan radiasi arah
kiri lebih besar,dan jarak 3,23 meter arah kanan paparan radiasinya 16,83 µSv,
jarak 3,23 meter arah kiri paparan radiasinya 20,8 µSv. Terlihat bahwa arah kiri
paparan radiasinya lebih besar dibandingkan arah kanan, hal ini di sebabkan oleh
pengaruh antara titik sumber terhadap jarak dengan dinding, dan ketebalan dinding.
Settingan 60 kV arah kanan dan arah kiri menunjukkan bahwa pada jarak 1,56
meter arah kanan paparan radiasinya 193,6 µSv, arah kiri jarak 1,56 meter paparan
radiasinya 290 µSv sehingga paparan radiasi terlihat lebih tinggi arah kiri pesawat
sinar-X. Jarak 2,33 meter arah kanan paparan radiasinya 89,9 µSv Sedangkan untuk
Jarak 2,33 meter arah kiri paparan radiasinya 144 µSv, paparan radiasi arah kiri
lebih besar dan jarak 3,23 meter arah kanan paparan radiasinya 39,22 µSv, jarak
3,23 meter arah kiri paparan radiasinya 91,38 µSv. Terlihat bahwa arah kiri paparan
radiasinya lebih besar dibandingkan arah kanan, hal ini di sebabkan oleh pengaruh
antara titik sumber dengan jarak terhadap dinding, dan ketebalan dinding.
Settingan 70 kV arah kanan dan arah kiri menunjukkan bahwa pada jarak 1,56
meter arah kanan paparan radiasinya 402,4 µSv, arah kiri jarak 1,56 meter paparan
radiasinya 573 µSv sehingga paparan radiasi terlihat lebih tinggi arah kiri pesawat
sinar-X. Jarak 2,33 meter arah kanan paparan radiasinya 184,6 µSv Sedangkan
untuk Jarak 2,33 meter arah kiri paparan radiasinya 282 µSv, paparan radiasi arah
kiri lebih besar dan jarak 3,23 meter arah kanan paparan radiasinya 172,88 µSv,
jarak 3,23 meter arah kiri paparan radiasinya 172,4 µSv. Terlihat bahwa arah kiri
paparan radiasinya lebih besar dibandingkan arah kanan, hal ini di sebabkan oleh
pengaruh antara titik sumber dengan jarak terhadap dinding, dan ketebalan dinding.
Berdasarkan kurva IV.2.1 tampak hubungan antara faktor eksposi dengan
jarak terhadap sumber radiasi, semakin rendah faktor eksposi maka paparan radiasi
semakin kecil, semakin jauh jauh jarak dari sumber radiasi maka semakin rendah
paparan radiasinya. Dari hasil pengukuran arah kanan, arah kiri pesawat sinar-X
dengan variasi faktor eksposi 50kV, 60kv, 70kV berdasarkan SK BAPPETEN tahun
jarak 3,23
v, jarak 3,23
h belakang
adiasinya le
antara titik
ingan 60 k
adiasinya 46
adiasinya 68
k 2,33 meter
an paparan
adiasinya 23
er paparan r
67,2 µSv, j
3 meter arah
paparan ra
ebih besar d
sumber, jar
kV menunj
68,2 µSv Se
88,6 µSv, j
r arah belak
radiasinya
30 µSv. Ter
arah depan
n dinding, da
.2.2 Kurva ah Depan d
.2 kurva den
ettingan 50
asinya 230,
radiasinya 2
jarak 2,33
h depan pap
adiasinya 83
dibandingk
rak dengan d
ukkan bah
edangkan un
jarak 2,33 m
kang papara
meter arah
paran radiasi
3,56 µSv. T
kan arah dep
dinding, dan
hwa pada ja
ntuk arah be
meter arah d
an radiasiny
v dan jara
a arah belak
di sebabkan
n dinding.
kV, 70 kV Belakang
r eksposi 50
jukkan bahw
dangkan un
jarak 2,33
belakang p
inya 16,83 µ
Terlihat bah
pan, hal ini
n ketebalan
wa pada jar
ntuk arah be
3 meter arah
paparan rad
µSv dan jar
hwa arah be
i di sebabk
n dinding.
meter arah
da jarak 1,5
aran radiasin
v, jarak 3,2
eter arah be
Setti
terbesar b
kiri, dan
Berdasark
terhadap s
semakin k
adiasinya 8
paran radia
a 438,2 µSv
k 3,23 met
ah belakang
adiasinya le
antara titik
i setiap arah
berada pada
paparan ra
kan gambar
sumber rad
kecil, semak
adiasinya.
ntur
r IV.3.1Ko Variasi
mbar IV.3.1
aran radiasi
kV menunju
860,8 µSv S
asinya 1420
v, jarak 2,3
ter arah dep
g paparan ra
ebih besar d
sumber, jar
h pengukur
a sisi belaka
adiasi teren
IV.2.2 tam
diasi, semak
kin jauh jau
ontur Hubu i Jarak den
kontur fakt
tertinggi
ukkan bahw
Sedangkan
0 µSv, ja
33 meter ar
pan papara
adiasinya 3
dibandingka
rak dengan d
ran yang te
ang pesawa
ndah berad
mpak hubung
kin rendah
uh jarak dar
ungan Nila ngan Fakto
tor eksposi
terletak di
wa pada jar
untuk arah
arak 2,33 m
rah belakang
n radiasiny
74 µSv. Te
an arah depa
dinding, dan
lah dilakuk
at sinar-X, k
a pada ara
gan antara f
faktor eks
ri sumber ra
i Hasil Pen or Eksposi 5
50 kV men
tengah titik
rak 1,56 m
h belakang
meter arah
g paparan r
ya 279 µSv
erlihat bahw
an, hal ini d
n ketebalan
kan nampak
kemudian a
ah kanan p
faktor ekspo
posi maka
adiasi maka
ngukuran P 50 kV
nunjukkan b
k focus den
meter arah d
pada jarak
h depan pa
radiasinya
v dan jarak
wa arah bela
di sebabkan
n dinding.
k paparan ra
arah depan,
pesawat sin
osi dengan
paparan ra
a semakin re
Paparan Ra
bahwa daera
arah depan
n, arah bela
mpai 3,23 me
ambar kont
IV.3.2Ko Var
mbar IV.3.2
aerah yang
lai paparan
n, arah kiri
da jarak 1,5
ambar kon
r IV.3.3Ko deng
akang gamb
eter gamba
tur faktor e
ntur Hubu
56 meter sa
ntur faktor
ontur Hubu gan Variasi
bar kontur p
ar kontur pa
eksposi 60
ungan Nilai k dengan Fa
kkan kontu
ran radiasi
v, ditandai d
an, arah bela
ampai 3,23
eksposi 70
ungan Nila i Jarak dan
paparan rad
aparan radia
kV
i Hasil Peng aktor Eksp
ur faktor e
tertinggi t
dengan skal
akang gamb
meter ga
kV
ai Hasil Pen n Faktor Ek
iasinya sam
si kecil.
gukuranPa osi 60 kV
ksposi 60
terletak di
la yang terle
bar kontur p
ambar kontu
ngukuran P ksposi 70 k
ma, pada jar
aparan Ra
kV menun
tengah titik
etak di teng
paparan rad
ur paparan
Gambar IV.3.3 menunjukkan kontur faktor eksposi 70 kV menunjukkan
bahwa daerah yang nilai paparan radiasi tertinggi terletak di tengah titik focus
dengan nilai paparan 12980 µSv, ditandai dengan skala yang terletak di tengah, dari
arah kanan, arah kiri, arah depan, arah belakang gambar kontur paparan radiasinya
sama, pada jarak 1,56 meter sampai 3,23 meter gambar kontur paparan radiasi
kecil.
Berdasarkan hasil pengukuran tampak hubungan antara faktor eksposi dengan
jarak terhadap sumber radiasi, semakin rendah faktor eksposi maka semakin rendah
paparan radiasi, semakin jauh jarak dari sumber radiasi semakin rendah paparan
radiasinya. SK BAPPETEN No.1-P/K.A. BAPPETEN/IV-1999 untuk keselamatan
kerja operasional radiologi diagnostik. Jarak titik aman Hand Swich ( titik sumber)
sejauh 3 (tiga) meter dengan ketentuan nilai batas dosis (NBD) untuk pekerja
sebesar 10 µSv/jam, NBD untuk masyarakat umum 0,5 µSv/jam.
Jadi berdasarkan hasil pengukuran paparan radiasi yang telah dilakukan
menunjukkan untuk jarak 3,23 meter faktor eksposi 50 kV nilai batas dosisnya
tidak aman, baik untuk operator maupun masyarakat umum. Dari hasil pengukuran
paparan radiasi yang telah di lakukan terlihat adanya perbedaan nilai paparan, hal
ini di sebabkan dengan berbagai faktor diantaranya, nilai proteksi radiasi, ketidak
sejajaran berkas, ketepatan titik fokus, kebocoran tabung, oleh sebab itu sebaiknya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
1. Dengan penggunaan faktor eksposi dan jarak yang sama, paparan radiasi dari
arah kiri lebih besar dibanding arah kanan, sedangkan arah belakang paparan
radiasi lebih besar di banding arah depan tabung sinar-X, sedangkan dari semua
sisi pesawat sinar-X paparan radiasi yang paling besar yaitu sisi belakang tabung
pesawat.
2.Semakin jauh jarak dari sumber radiasi maka paparan radiasi semakin kecil dan
semakin tinggi faktor eksposi maka semakin besar jumlah paparan radiasi.
3. Jarak titik aman untuk pasien ICU yang dekat dengan pasien yang difoto
sebaiknya lebih dari 3 (tiga) meter dengan peggunaan kV rendah, sebaiknya
setiap pesawat sinar-x yang akan di gunakan dilakukan uji kesesuaian.
4.Telah di buat kontur paparan radiasi dalam berbagai faktor eksposi.
V.2 Saran
1. Sebaiknya di ruang ICU disediakan perisai radiasi mobile untuk pasien sesuai
standar yang telah ditetapkan.
2.Setiap pesawat sinar-X perlu di lakukan uji kesesuaian.
3.Sebaiknya meminimalisir pemeriksaan radiologi di ruang ICU.
4.Sebaiknya menghindari pemeriksaan radiologi di ruangan yang tidak memiliki
proteksi radiasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Akhadi, Mukhlis. Drs. 2000. Dasar-Dasar Proteksi Radiasi. Jakarta: PT.Renika Cipta.
2. Alamsyah, Reno.2004. Jaminan Mutu untuk Keselamatan pada Fasilitas Sumber Radiasi. Jakarta: Requalifikasi PPR Bidang Industri.
3. Anonim. 2003. Dasar proteksi radiasi. Jakarta: Pusdiklat
4. Bidang Fisika Dasar, (2006), “Fisika Dasar ” Universitas Hasanuddin Makassar.
5. Chember, Herman, Introduction to Health Physics, Pergamon Press, New York (1987).
6. Gautreau, R. And Savin, W., Fisika Modern (terjemahan oleh Hans. J. Wopspakirk), Penerbit Erlangga, Jakarta (1995).
7. Halliday, David., Resnick, Robert, (1990), “Fisika Modern”, Erlangga, Jakarta.
8. International Atomic Energy Agency, Absorbed Dose Determination in Photon and Electron Beams – an International Code of Practice, Technical Reports Series No. 277, IAEA, Vienna (1987).
9. Krane, Kenneth. Fisika Modern (terjemahan oleh Hans. J. Wopspakirk dan Sofia Niksolihin), Penerbit Uninersitas Indonesia, Salemba 4, Jakarta 10430 (1992).
10. Lukman, D. (1991). Dasar-Dasar Radiologi dalam Ilmu Kedokteran Gigi: Widya Medika, Jakarta.