• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kebisingan dengan Gejala Stres Kerja di Bagian Power House di PT. Humbahas Bumi Energi Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Kebisingan dengan Gejala Stres Kerja di Bagian Power House di PT. Humbahas Bumi Energi Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2015"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KEBISINGAN DENGAN GEJALA STRES KERJA DI BAGIAN POWER HOUSE DI PT. HUMBAHAS BUMI ENERGI

KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015 SKRIPSI

OLEH:

RAPIKA D. LUMBAN GAOL 111000157

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

2

HUBUNGAN KEBISINGAN DENGAN GEJALA STRES KERJA DI BAGIAN POWER HOUSE DI PT. HUMBAHAS BUMI ENERGI

KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:

RAPIKA D. LUMBAN GAOL 111000157

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ HUBUNGAN KEBISINGAN DENGAN GEJALA STRES KERJA DI BAGIAN POWER HOUSE DI PT. HUMBAHAS BUMI ENERGI

KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015” ini beserta

seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemungkinan ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap karya saya ini.

Medan, Oktober 2015

(5)

ii Abstrak

Lingkungan kerja merupakan salah satu sumber utama bahaya potensial kesehatan kerja. Kebisingan adalah salah satu dari faktor yang terdapat dalam lingkungan kerja. Kebisingan dapat menimbulkan dampak, salah satunya bisa menimbulkan stres terhadap seseorang yang terpapar kebisingan.

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian adalah 12 tenaga kerja yang bekerja di bagian Power House PT. Humbahas Bumi Energi yang diperoleh dengan teknik total sampling. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik Korelasi Spearman dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16.0.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata kebisingan di bagian Power House PT. Humbahas Bumi Energi sebesar 95 dBA (melebihi nilai ambang batas 85 dBA). Hasil penilaian gejala stres kerja menunjukkan bahwa 3 tenaga kerja (25%) mengalami tingkat gejala stres ringan, 7 tenaga kerja (58,3%) mengalami tingkat gejala stres sedang dan 2 tenaga kerja (16,7%) mengalami tingkat gejala stres berat. Hasil uji statistik Korelasi Spearman diperoleh nilai signifikasi (2-sided) adalah 0,001 (p ≤ 0,05) yang berarti bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara kebisingan dengan gejala stres kerja pada tenaga kerja di bagian Power House PT. Humbahas Bumi Energi, dengan nilai r sebesar 0,851 dan sumbangan antar variabel sebesar 72,42 persen.

Kesimpulan dari penelitian ini ada hubungan yang sangat signifikan antara kebisingan dengan gejalastres kerja pada tenaga kerja di bagian Power House PT. Humbahas Bumi Energi. Kebisingan yang melebihi Nilai Ambang Batas dikurangi dengan memasang peredam berupa bantalan karet pada mesin atau dengan melapisi dinding, paflon dan lantai dengan bahan yang menyerap suara.

(6)

iii

Abstract

Work environment is one of the main sources of potential health hazard. Noise is one of the factors found in work environment. It can cause someone who is exposed to noise to be in the state of stress.

The research was an analytical survey with cross sectional method. The population was 12 employees who worked in the Power House division of PT. Humbahas Bumi Energi, using total sampling technique. The data were processed and analyzed by using Spearman Correlation test with an SPSS version 16.0 analytic test in the Power House of PT. Humbahas Bumi Energi at the r value = 0,851 and contribution among the variables was 72,42%.

The conclusion of the research was that there was significant correlation between noise exposure and work stress symptom in the employees in the Power House division of PT. Humbahas Bumi Energi. The noise which was above the thanthreshold was reduced by installing silencer like elastic bolster on the machine or lining the wall, ceiling and the floor with noise absorbing device.

(7)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas rahmat dan kasihNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “Hubungan

Kebisingan dengan Gejala Stres Kerja di Bagian Power House di PT. Humbahas Bumi Energi Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2015”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan skripsi sejak awal hingga akhir selesainya skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara serta dosen penguji I yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. 3. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes selaku dosen Pembimbing I yang telah banyak

(8)

v

4. Ibu Eka Lestari Mahyuni,SKM, M. Kes selaku dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan waktu dan pikiran dalam membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Ibu Arfah Mardiana Lubis,S.Psi, M.Psi selaku dosen Penguji II yang telah

banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Manager Pusat PT. Humbahas Bumi Energi Medan dan Manager PT.

Humbahas Bumi Energi Kabupaten Humbang Hasundutan beserta staf yang telah memberikan izin penelitian dan telah membantu penulis menyelesaikan penelitian.

7. Seluruh dosen dan staf pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Kesehatan Masyarakat. Adi L.Gaol serta Clara Nathania Manalu, Carissa D.Hasiholan L.Gaol serta sanak keluarga yang telah banyak memberikan dukungan.

10. Teman-teman terkasih Nurhayati Simatupang, Santi Vivi Simamora,

(9)

11. Teman- teman satu perjuangan selama kuliah Erniwati Silalahi, Irma Vonny Siboro, Trivo S. Rajagukguk, SKM, Ayu Handayani Pardede, Evita Hutagalung.

12. Teruntuk Daniel Radcliffe terkasih yang menjadi penyemangat penulis.

Penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, September 2015

Penulis

(10)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN... i

ABSTRAK ... ii

2.1.5 Pengendalian Kebisingan ... 13

2.2 Stres Kerja ... 15

2.3 Hubungan Kebisingan dengan Stres Kerja ... 23

2.4 Kerangka Konsep ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 26

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

3.3 Populasi dan Sampel ... 26

3.3.1 Populasi ... 26

3.3.2 Sampel ... 26

(11)

3.5 Alat dan Aspek Pengukuran Penelitian ... 27

4.1.1 Hasil Pengukuran Kebisingan di Bagian Power House ... 34

4.1.2 Hasil PengukuranTingkat Gejala Stres KerjaTenaga Kerja ... 35

4.1.3 Tabel Frekuensi antara Kebisingan dengan Tingkat Gejala Stres Kerja... 36

4.1.3 Uji Hubungan Kebisingan dengan Gejala Stres Kerja ... 37

BAB V PEMBAHASAN ... 38

5.1 Kebisingan di Bagian Power House ... 38

5.2 Tingkat Gejala Stres Kerja di Bagian Power House ... 40

5.3 Hubungan Kebisingan dengan Gejala Stres Kerja ... 42

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 44

6.1 Kesimpulan ... 44

6.2 Saran ... 45

(12)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Denah Titik Pengukuran Kebisingan Lampiran 3. Master Data

Lampiran 4. Hasil Uji SPSS Hubungan Kebisingan dengan Gejala Stres Kerja

Lampiran 5. Dokumentasi

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian

Lampiran 7. Surat Permohonan Izin Penelitian

(13)

x

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rapika D. Lumban Gaol

Tempat/Tanggal Lahir : Doloksanggul/ 05 Juni 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin

Anak ke : 5 dari 8 bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Jamin Ginting Gg. Dipanegara No 33

Riwayat Pendidikan

1. 1999 – 2005 : SD Negeri No.173394 Doloksanggul 2. 2005 – 2008 : SMP Negeri 2 Doloksanggul

3. 2008-2011 : SMA Negeri 1 Doloksanggul

(14)

ii Abstrak

Lingkungan kerja merupakan salah satu sumber utama bahaya potensial kesehatan kerja. Kebisingan adalah salah satu dari faktor yang terdapat dalam lingkungan kerja. Kebisingan dapat menimbulkan dampak, salah satunya bisa menimbulkan stres terhadap seseorang yang terpapar kebisingan.

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian adalah 12 tenaga kerja yang bekerja di bagian Power House PT. Humbahas Bumi Energi yang diperoleh dengan teknik total sampling. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik Korelasi Spearman dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16.0.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata kebisingan di bagian Power House PT. Humbahas Bumi Energi sebesar 95 dBA (melebihi nilai ambang batas 85 dBA). Hasil penilaian gejala stres kerja menunjukkan bahwa 3 tenaga kerja (25%) mengalami tingkat gejala stres ringan, 7 tenaga kerja (58,3%) mengalami tingkat gejala stres sedang dan 2 tenaga kerja (16,7%) mengalami tingkat gejala stres berat. Hasil uji statistik Korelasi Spearman diperoleh nilai signifikasi (2-sided) adalah 0,001 (p ≤ 0,05) yang berarti bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara kebisingan dengan gejala stres kerja pada tenaga kerja di bagian Power House PT. Humbahas Bumi Energi, dengan nilai r sebesar 0,851 dan sumbangan antar variabel sebesar 72,42 persen.

Kesimpulan dari penelitian ini ada hubungan yang sangat signifikan antara kebisingan dengan gejalastres kerja pada tenaga kerja di bagian Power House PT. Humbahas Bumi Energi. Kebisingan yang melebihi Nilai Ambang Batas dikurangi dengan memasang peredam berupa bantalan karet pada mesin atau dengan melapisi dinding, paflon dan lantai dengan bahan yang menyerap suara.

(15)

iii

Abstract

Work environment is one of the main sources of potential health hazard. Noise is one of the factors found in work environment. It can cause someone who is exposed to noise to be in the state of stress.

The research was an analytical survey with cross sectional method. The population was 12 employees who worked in the Power House division of PT. Humbahas Bumi Energi, using total sampling technique. The data were processed and analyzed by using Spearman Correlation test with an SPSS version 16.0 analytic test in the Power House of PT. Humbahas Bumi Energi at the r value = 0,851 and contribution among the variables was 72,42%.

The conclusion of the research was that there was significant correlation between noise exposure and work stress symptom in the employees in the Power House division of PT. Humbahas Bumi Energi. The noise which was above the thanthreshold was reduced by installing silencer like elastic bolster on the machine or lining the wall, ceiling and the floor with noise absorbing device.

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak dasar (asasi) manusia dan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan bagi masyarakat pekerja terbukti memiliki korelasi langsung dan nyata terhadap kesejahteraan tenaga kerja. Tenaga Kerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan pekerja yang terganggu kesehatannya. Kesehatan kerja merupakan spesialisasi dalam ilmu kesehatan beserta praktiknya yang bertujuan agar masyarakat atau pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi tingginya, baik fisik maupun mental, sosial dengan usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor pekerjaan dan lingkungan serta terhadap penyakit umum(Budiono, dkk., 2003).

Menurut Tarwaka, (2004) industrialisasi akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi, namun penggunaan bahan peralatan yang beraneka ragam dan kompleks tersebut sering tidak diikuti oleh kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM). Keterbatasan manusia sering menjadi faktor penentu terjadinya musibah seperti kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan timbulnya penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat, bahan, dan proses yang terjadi di tempat kerja.

(17)

Semua faktor tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap suasana kerja dan pengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per. 13/MEN/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Bertitik tolak dari hal tersebut, lingkungan kerja merupakan salah satu sumber utama bahaya potensial kesehatan kerja.

Salah satu dari faktor yang terdapat dalam lingkungan kerja adalah kebisingan. Kebisingan di tempat kerja seringkali merupakan problem tersendiri bagi tenaga kerja, umumnya berasal dari mesin kerja. Banyak tenaga kerja yang telah terbiasa dengan kebisingan tersebut, meskipun tidak mengeluh gangguan kesehatan tetap terjadi, sedangkan efek kebisingan terhadap kesehatan tergantung pada intensitasnya. Pekerjaan yang menimbulkan bising dengan intensitas tinggi umumnya terdapat di pabrik tekstil, genarator pabrik yang digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik, pekerjaan pemotongan plat baja, pekerjaan bubut, gurinda, pengamplasan bahan logam dan sebagainya (Budiono, dkk, 2003).

(18)

3

Pada manusia kebisingan dapat menimbulkan gangguan pada sistem pendengaran dan pencernaan, stres, sakit kepala, peningkatan tekanan darah serta dapat menurunkan prestasi kerja.Adapun gejala stres meliputi tanda seperti sakit kepala, urat bahu dan leher terasa tegang, gangguan pencernaan, nyeri punggung dan leher, keluar keringat berlebihan, merasa lelah, sulit tidur, cemasa dan tegang saat menghadapi masalah, sulit berkonsentrasi, mudah marah dan tersinggung (Rini, 2002).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mirza Hardiyatun Nadhiroh (2011) di bagian weaving PT. Triangga Dewi Surakarta ada hubungan antara kebisingan dengan stress kerja. Hasil uji statistik Korelasi Pearson Product Moment diperoleh nilai signifikasi (2-sided) adalah 0,000 (p ≤ 0,01).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Aripta Pradana (2013) didapatkan bahwa ada hubungan antara kebisingan dengan stres kerja dengan p value (0,000) < α (0,05.

(19)

bendungan atau dam air dimana perputaran turbin yang langsung berhubungan dengan genarator akan menghasilkan energi listrik.Terakhir adalah tahap transmisi dimana pada proses ini listrik yang dihasilkan di Power House akan dialirkan ke bagian ini untuk selanjutnya dijual ataupun disimpan.

Proses kerja di PT. Humbahas Bumi Energi di bagian Power House memiliki tingkat kebisingan yang paling tinggi dibandingkan dengan bagian lainnya, karena di bagian power house menggunakan mesin-mesin yaitu turbin dan generator sebagai mesin utama untuk mengubah energi air menajadi energi listrik. Kebisingan di bagian Power House ini menyebabkan terjadinya gangguan komunikasi antar tenaga kerja, ditambah dengantenaga kerjayang tidak memakai alat pelindung diri.Tenaga kerja di bagian Power House memiliki 3 shift kerja, dimana setiap shift kerja tenaga kerja bekerja selama 8 jam perhari.Para tenaga kerja di bagian Power House memeriksa angka jatuh air dari dam di monitor turbin dan generator untuk mengetahui baik tidaknya jatuh air dalam menentukan besarnya listrik yang akan dihasilkan.

(20)

5

Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai Hubungan Kebisingan dengan Stres Kerja di Bagian Power House PT. Humbahas Bumi Energi Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2015.

1.2Perumusan Masalah

Belum diketahui adakah hubungan antara kebisingan dengan gejala stres kerja tenaga kerja pada bagian Power House di PT. Humbahas Bumi Energi Tahun 2015.

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini untuk mengetahui hubungan kebisingan dengan tingkat gejala stres kerja pada tenaga kerjadi bagian Power House di PT. Humbahas Bumi Energi di Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.Untuk mengetahui intensitas kebisingan di bagian Power House di PT. Humbahas Bumi Energi Tahun 2015.

(21)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sumber informasi bagi pihak manejemen mengenai kondisi umum tenaga kerja dan masalah kesehatan yang dialami oleh tenaga kerja bagian Power House di PT. Humbahas Bumi Energi di Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2015.

2. Masukan kepada pihak manajemen mengenai alternatif yang dapat dipergunakan untuk mengatasi dampak atau bahaya yang ditimbulkan oleh kebisingan di bagian Power House di PT. Humbahas Bumi Energi di Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2015.

(22)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebisingan

2.1.1 Pengertian Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia (Sasongko, 2000). Kebisingan adalah semua bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan.

Kebisingan merupakan salah satu faktor fisik lingkungan kerja yang dapat menimbulkan dampak pada gangguan pendengaran (audiotory) dan extra audiotory seperti stres kerja/psikologik, hipertensi, kelelahan kerja dan perasaan tidak senang (annoyance) (Tana, 2002).

(23)

intensitas, frekuensi, durasi dan pola waktu. Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan serta dapat menimbulkan ketulian.

Suara di tempat kerja berubah menjadi salah satu bahaya kerja (occupational hazard) saat keberadaannya dirasakan mengganggu atau tidak diinginkan (Tigor, 2009), secara :

1) Fisik (menyakitkan telinga pekerja).

2) Psikis (mengganggu konsentrasi dan kelancaran komunikasi). 2.1.2 Jenis-jenis Kebisingan

Jenis kebisingan yang sering ditemukan menurut Suma’mur (2014) adalah:

1) Kebisingan menetap berkelanjutan tanpa putus-putus dengan spektrum frekuensi yang lebar (steady state, wide band noise), misalnya bising mesin, kipas angin, dapur pijar dan lain-lain.

2) Kebisingan menetap berkelanjutan dengan spektrum frekuensi tipis (steady state, narrow band noise), misalnya bising gergaji sirkuler, katup gas dan lain-lain.

3) Kebisingan terputus-putus (intermittent), misalnya lalu lintas, suara kapal terbang di bandara.

4) Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise), seperti bising pukulan palu, tembakan bedil atau meriam dan ledakan.

(24)

9

Sedangkan menurut Anizar (2009) kebisingan dapat dikelaskan kepada beberapa jenis yaitu :

1) Bising secara terus-menerus adalah bising yang mempunyai perbedaan tingkat intensitas bunyi diantara maksimum dan minimum yang kurang dari 3dB(A). Contohnya adalah bunyi yang dihasilkan oleh mesin penenun tekstil.

2) Bising fluktuasi adalah bunyi bising yang mempunyai perbedaan tingkat diantara intensitas yang tinggi dengan yang rendah lebih dari 3dB(A).

3) Bising impuls adalah bunyi bising yang mempunyai intensitas yang sangat tinggi dalam waktu yang singkat seperti tembakan senjata api, lagan besi dan sebagainya.

4) Bising bersela adalah bunyi yang terjadi di dalam jangka waktu tertentu serta berulang, contohnya bising ketika memotong besi akan berhenti apabila gergaji itu dihentikan.

2.1.3 Nilai Ambang Batas Kebisingan

(25)

ketetapan tersebut, maka harus dilakukan pengurangan waktu pemaparan seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Waktu Pemaparan Kebisingan Per Hari Kerja Berdasarkan Intensitas Kebisingan yang diterima Tenaga Kerja.

Batas waktu pemaparan Per hari kerja Intensitas kebisingan dalam dB(A) 8 jam

Kebisingan dapat menyebabkan berbagai pengaruh terhadap tenaga kerja, seperti pengaruh fisiologis, pengaruh psikologis berupa gangguan (mengganggu atau annoying), pengaruh pada komunikasi dan pengaruh yang paling serius adalah gangguan terjadinya ketulian (Soeripto, 2008).

(26)

11

1) Mengurangi kenyamanan dalam bekerja. Batas waktu pemaparan per hari kerja Intensitas kebisingan dalam dB(A)

2) Mengganggu percakapan atau komunikasi antar pekerja 3) Mengurangi konsentrasi

4) Menurunkan daya dengar 5) Tuli akibat kebisingan

Menurut Buchari (2007) bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian, atau ada yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan auditori, misalnya gangguan terhadap pendengaran dan gangguan nonauditori seperti komunikasi terganggu, ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performance kerja, kelelahan dan stres kerja. Lebih rinci lagi, maka dapatlah digambarkan pengaruh bising terhadap kesehatan tenaga kerja, sebagai berikut :

1) Gangguan Fisiologis

Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, basal metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama dibagian kaki, dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

2) Gangguan Psikologis

(27)

3) Gangguan Komunikasi

Gangguan komunikasi ini dapat menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan terutama bagi pekerja yang belum berpengalaman. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya keselamatan dan kesehatan tenaga kerja karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktivitas kerja.

4) Gangguan Keseimbangan

Gangguan keseimbangan ini menyebabkan gangguan fisiologis, seperti : kepala pusing, mual dan lain-lain.

5) Gangguan terhadap pendengaran

(28)

13

Tabel 2. Jenis-jenis dari Akibat-akibat Kebisingan

Jenis-jenis dari akibat-akibat kebisingan

Tipe Uraian

Akibat-akibat badaniah

Kehilangan pendengaran Perubahan ambang batas sementara akibat kebisingan.

Akibat-akibat fisiologi Rasa tidak nyaman atau stress meningkat, tekanandarah meningkat, sakit kepala, bunyi dering.

Akibat Psikologis Gangguan emosional Kejengkelan, kebingungan Gangguan gaya hidup Gangguan tidur atau istirahat,

hilang konsentrasi waktu bekerja, membaca, dsb.

Gangguan pendengaran Merintangi kemampuan mendengarkan TV, radio, percakapan, telepon, dsb.

Sumber : Buchari (2007)

2.1.5 Pengendalian Kebisingan

Dalam hal pengendalian suara yang menjadi bagian utamanya adalah sumber, penghubung dan penerima. Secara skematik adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1. Skema sistem suara

(29)

Sumber (source) adalah tempat dimana suara tersebut dihasilkan dan penghubung (path) adalah jalur suara di udara sehingga suara dapat sampai ke penerima (receivers) atau telinga (Anizar, 2009).

Menurut Tarwaka (2004) sebelum dilakukan langkah pengendalian kebisingan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat rencana pengendalian yang didasarkan pada hasil penilaian kebisingan dan dampak yang ditimbulkan. Rencana pengendalian dapat disusun berdasarkanjenis-jenis dari akibat-akibat kebisingan yang dilakukan dengan pendekatan melalui perspektif manajemen resiko kebisingan. Langkah manajemen risiko kebisingan tersebut adalah :

1) Mengidentifikasi sumber-sumber kebisingan yang ada di tempat kerja yang berpotensi menimbulkan penyakit atau cidera akibat kerja.

2) Menilai risiko kebisingan yang berakibat serius terhadap penyakit dan cidera akibat kerja.

3) Mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk mengendalikan atau meminimalisasi risiko kebisingan.

Kebisingan dapat dikendalikan dengan berbagai cara (Chandra, 2007), antara lain :

1) Pengurangan sumber kebisingan

(30)

15

2) Penempatan penghalang pada transmisi suara

Isolasi antara ruangan kerja dengan ruangan mesin merupakan upaya yang cepat dan baik untuk mengurangi kebisingan. Agar efektif, harus disusun rencana yang sebaik mungkin dan bahan-bahan yang dipakai untuk penutup harus dibuat cukup berat dan dilapisi oleh bahan yang dapat menyerap suara agar tidak menimbulkan getaran yang kuat.

3) Perlindungan dengan sumbat atau tutup telinga

Tutup telinga biasanya lebih efektif dari penyumbat telinga. Alat seperti ini harus diseleksi agar terpilih yang paling tepat. Alat semacam ini dapat mengurangi intensitas kebisingan sampai sekitar 20-25 dB. Selain itu sebagai akibat penggunaan alat tersebut, upaya perbaikan komunikasi harus dilakukan. Masalah utama pemakaian alat pelindung pendengaran adalah kedisiplinan pekerja didalam menggunakannya. Masalah ini dapat diatasi dengan menyelenggarakan pendidikan tenaga kerja tentang kegunaan alat itu. 2. 2 Stres Kerja

2.2.1 Pengertian

Beberapa pengertian stres dapat dimaknai dari beberapa sudut pandang keilmuan. Levi dalam Tarwaka (2010) mendefinisikan stres sebagai berikut :

1) Dalam bahasa teknik. Stres dapat diartikan sebagai kekuatan dari bagian-bagian tubuh.

(31)

3) Secara umum. Stres dapat diartikan sebagai tekanan psikologis yang dapat menimbulkan penyakit baik fisik maupun penyakit jiwa.

Sebelum terjadi stres, perlu terdapat stressor (pemicu stress) yang cukup bermakna dan spesifik untuk setiap individu. Stressor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau menanggulangi stressor yang timbul (Roestam, 2003). Stres kerja dapat diartikan sebagai sumber atau stressor kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis dan perilaku.

Lingkungan pekerjaan berpotensi sebagai stressor kerja. Stressor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang dipersepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulkan stres kerja. Stres akibat kerja adalah stress yang terjadi karena suatu ketidakmampuan pekerja dalam menghadapi tuntutan tugas yang mengakibatkan ketidaknyamanan dalam kerja. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, semua dampak dari stres kerja tersebut akan mengakibatkan menurunnya performansi, efisiensi dan produktivitas kerja tenaga kerja yang bersangkutan (Tarwaka, 2004).

2.2.2 Jenis-jenis Stres

Menurut Quick dan Quick dalam Waluyo (2009), mengkategorikan jenis stres menjadi dua yaitu :

1) Eustress

(32)

17

dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.

2) Distress

Yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.

2.2.3Gejala-gejala Stres Kerja

Menurut Sunyoto (2001) gejala-gejala stres di tempat kerja sebagai berikut:

1) Tanda-tanda suasana hati (mood)

Berupa menjadi overexcited, cemas, merasa tidak pasti, sulit tidur malam hari, menjadi mudah bingung dan lupa, menjadi sangat tidak enak dan gelisah, menjadi gugup, Ditandai perubahan sikap seperti keras kepala, mudah marah, tidak puas terhadap apa yang dicapai, bingung, gelisah, sedih, jengkel, salah paham, tak berdaya, hilang semangat, menggagap ketika bicara.

2) Tanda-tanda otot kerangka (musculoskeletal)

(33)

tenaga, pusing, gangguan pencernaan, mulut dan kerongkongan kering, tangan dan kaki dingin berkeringat, otot sekitar leher tegang .

3) Tanda-tanda organ-organ dalam badan (viseral)

Berupa perut terganggu, merasa jantung berdebar, banyak keringat, tangan berkeringat, merasa kepala ringan atau akan pingsan, mengalami kedinginan, wajah menjadi panas, mulut menjadi kering, mendengar bunyi berdering dalam kuping, napas tersengal-sengal.

2.2.4Faktor Penyebab Stres Kerja

Menurut Patton dalam Tarwaka (2010) bahwa perbedaan reaksi antara individu tersebut sering disebabkan karena faktorpsikologis dan sosial yang dapat merubah dampak stressor bagi individu.

Faktor-faktor tersebut antara lain :

1) Kondisi individu, seperti umur, jenis kelamin, temperamental, genetik, integensia, pendidikan, kebudayaan dan lain-lain.

2) Ciri kepribadian, seperti introvert atau ekstrovert, tingkat emosional, kepasrahan, kepercayaan diri dan lain-lain.

(34)

19

faktor penyebab stres kerja. Bising merupakan gelombang suara yang dirasakan sebagai gangguan, karena sifatnya yang mengganggu secara psikologik bising adalah penimbul stres (stresor). Tidak adanya kendali pada kebisingan akan menimbulkan stres jika berlangsung lama.

4) Strategi untuk menghadapi setiap stres yang muncul.

Faktor yang mempengaruhi stres kerja pada individu, antara lain : 1) Usia

Kebanyakan kinerja fisik mencapai puncak dalam usia pertengahan 20-an dan kemudian menurun dengan bertambahnya usia. Peran faktor umur memberikan respon terhadap situasi yang potensial menimbulkan stress kerja. Penelitian pada kelompok usia lebih dari 40 tahun dan dibawah 40 tahun, dengan indikator adrenalin dan tekanan darah, mendapatkan hasil bahwa kelompok umur > 40 tahun lebih rentan dalam menghadapi stres kerja (Roestam, 2003).

2) Masa kerja

Masa kerja dapat diartikan sebagai jangka waktu seseorang bekerja, dihitung dari mulai bekerja sampai sekarang dia masih bekerja. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut.

3) Pendidikan

(35)

tinggi daya inisiatifnya dan makin mudah pula untuk menemukan cara-cara yang efisien guna menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Dampak lain pendidikan adalah bahwa pendidikan dapat bertindak sebagai suatu penunjang dalam mengontrol diri. Tiap-tiap individu melalui pelajaran dalam berbagai aspek kehidupan dapat mempertahankan kesehatan fisik dan mentalnya (Setyawati, 2010).

4) Riwayat penyakit

Penyakit akan menyebabkan hipo atau hipertensi suatu organ, akibatnya akan merangsang syaraf tertentu. Dengan perangsangan yang terjadi akan menyebabkan pusat syaraf otak akan terganggu atau terpengaruh yang dapat menurunkan kondisi fisik seseorang (Suma’mur, 2014).

5) Kepribadian

Faktor kepribadian seseorang (ekstrovert atau introvert) sangat berpengaruh terhadap stressor yang diterima. Konflik yang diterima oleh dua orang dapat mengakibatkan reaksi yang berbeda satu dengan yang lainnya (Tarwaka, 2010).

6) Hubungan sosial

(36)

21

2.2.6 Pengaruh Stres Kerja

Pengaruh stres terhadap pekerja bermacam-macam tergantung pada tingkat prediktabilitas dan tingkat kontabilitasnya. Stres dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan pekerja, gangguan di tempat kerja, masyarakat dan keluarganya (Setyawati, 2010).

Stres kerja dapat menimbulkan reaksi pada tubuh manusia. Reaksi tubuh karena stres akibat kerja yang merupakan masalah kesehatan (Roestam, 2003), diantaranya adalah :

1) Penyakit psikis yang diinduksi oleh stres kerja

Misalnya jantung koroner, hipertensi, tukak lambung dan gangguan psikomatik lain. Kondisi lain yang juga mungkin terjadi adalah keletihan, sering pilek, gangguan tidur, nafas pendek, sakit kepala, migren, kaki tangan dingin, nyeri kuduk serta pundak, gangguan menstruasi, gangguan pencernaan, muntah, alergi dan serangan asma.

2) Kecelakaan kerja

Berbagai data dapat dinyatakan bahwa kecelakaan kerja terjadi 90% karena tindakan yang kurang berhati-hati.

3) Absen kerja

(37)

4) Lesu kerja

Terjadi apabila tenaga kerja kehabisan motivasi dalam upaya mencari suatu kinerja yang tinggi.

5) Gangguan jiwa

Berupa suatu continnum, mulai gejala subjektif yang mempunyai efek ringan sehari-hari hingga gangguan jiwa mengganggu fungsi pekerjaan.

2.2.7 Pengendalian Stres Akibat Kerja

Cartwright, et. al. dalam Tarwaka (2010) memberikan cara-cara untuk mengurangi stres kerja secara lebih spesifik yaitu melalui :

1) Redesain tugas-tugas pekerjaan, 2) Redesain lingkungan kerja,

3) Menerapkan waktu kerja yang fleksibel, 4) Menerapkan manajemen partisipatoris,

5) Melibatkan karyawan dalam pengembangan karier, 6) Menganalisis peraturan kerja dan menetapkan tujuan, 7) Mendukung aktivitas sosial,

8) Membangun kerja tim yang kompak.

9) Menetapkan kebijakan ketenagakerjaan yang adil dan lain-lain.

Selain cara-cara tersebut diatas, menurut Tarwaka (2010) ada beberapa langkah yang harus dilakukan untuk mengurangi terjadinya stres di tempat kerja adalah sebagai berikut :

(38)

23

2) Memposisikan pekerja pada posisi yang sebenarnya (the right man on the right place).

3) Mengembangkan struktur organisasi sesuai dengan kultur dan tradisi masyarakat pekerjanya.

4) Menjamin perasaan aman setiap pekerja. 2.3 Hubungan Kebisingan dengan Stres Kerja

Ada beberapa faktor intrinsik dalam pekerjaan dimana sangat potensial menjadi penyebab terjadinya stres dan dapat mengakibatkan keadaan yang buruk pada mental. Faktor tersebut meliputi keadaan fisik lingkungan kerja yang tidak nyaman (bising, berdebu, bau, suhu panas, lembab dan lain-lain), stasiun kerja yang tidak ergonomis, kerja shift, jam kerja yang panjang, perjalanan ke dan dari tempat kerja yang semakin macet, pekerjaan berisiko tinggi dan berbahaya, pemakaian teknologi baru, pembebanan berlebih, adaptasi pada jenis pekerjaan baru dan lain-lain (Tarwaka, 2010).

Kebisingan dapat menyebabkan dua jenis gangguan pada manusia (Tigor, 2009), yaitu :

a. Dampak auditorial

Dampak auditorial akibat kebisingan adalah terjadinya gangguan pendengaran yang bersifat sementara yang dapat disembuhkan hingga terjadi ketulian permanen.

b. Dampak nonauditorial

(39)

1) Sistem keseimbangan 2) Cardiovascular

Tekanan darah menjadi naik, denyut jantung meningkat, serta adrenalin meningkat.

3) Kualitas tidur

Tingkat gangguan tidur sangat bervariasi pada setiap orang, misalnya sering terbangun tanpa sebab yang tidak jelas, tidak tenang atau sering berpindah-pindah posisi tidur, perubahan pada gerakan mata.

4) Kondisi kejiwaan pekerja (stres kerja).

(40)

25

2.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan antara konsep atau variabel yang akan diamati dan diukur melalui penelitian yang dillakukan. Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan.

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Keterangan Gambar :

Variabel dependen kebisingan yaitu angka yang ditunjukkan pada monitor (angka stabil) yang diukur dengan sound level meter. Sedangkan variabel independen gejala stres kerja dikategorikan dengan tingkat rendah, sedang, dan tinggi yang diukur melalui kuesioner HRS-A dengan pemberian skor terhadap gejala kecemasan yaitu 0 untuk tidak ada gejala, 1 gejala ringan, 2 gejala sedang, 3 gejala berat, dan 4 gejala berat sekali. Jumlah skor dikategorikan menjadi 3 yaitu: <17 ringan, 18-24 sedang, dan 25-30 berat. Kedua variabel diteliti untuk melihat adanya hubungan antara variabel dependen kebisingan dengan variabel independen stres kerja.

Variabel Bebas Kebisingan

Variabel terikat Gejala Stres Kerja

(41)

26 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survei analitik dengan jenis desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian cross sectional yaitu suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor risiko (independen) dengan faktor efek (dependen), dimana melakukan observasi atau pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang sama (Riyanto, 2011).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di bagian Power House diPT. Humbahas Bumi Energi di Desa Sosorgonting Kabupaten Humbang Hasundutan mulai dari 01 Mei s/d 12 Juni tahun 2015.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah seluruh pekerja bagian Power House PT. Humbahas Bumi Energi di Desa Sosorgonting Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2015 sebanyak 12 orang.

3.3.2 Sampel

(42)

27

3.4 Defenisi Operasional Variabel Penelitian a. Variabel bebas

Adalah variabel yang menyebabkan adanya perubahan variabel terikat. Variable bebas di pada penelitian ini adalah kebisingan yang ditimbulkan oleh 2 mesin Turbin dan 2 mesin Generator di bagian Power House PT. Humbahas Bumi Energi. Jarak antara mesin Turbin dan mesin Generator sejauh 2 meter. Pada penelitian ini yang diukur adalah intensitas kebisingan di tempat kerja tersebut.

b. Variabel terikat

Adalah variabel yang dipenagaruhi atau yang menajdi akibat dari variabel bebas. Variabel terikat di dalam penelitian ini adalah stres kerja sebagai reaksi/respons tubuh berupa respon fisiologis, psikologis maupun perilaku terhadap stressor yang dialami variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Pada penelitian ini yang diukur adalah stres kerja pekerja bagian Power House PT. Humbahas Bumi Energi dengan menggunakan kuesioner HRS-A.

3.5 Alat dan Aspek Pengukuran Penelitian 3.5.1. Kebisingan

Adalah kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin turbin dan mesin generator di bagian Power House PT. Humbahas Bumi Energi di Kabupaten Humbang Hasundutan. Pada penelitian ini yang diukur adalah intensitas kebisingan di tempat kerja tersebut.

(43)

Satuan : dB(A)

Pengukuran kebisingan dilakukan dengan menggunakan Sound Level Meter.

Teknik pengukurannya adalah:

a. Pengukuran kebisingan dilakukan di berbagai titik pengukuran dengan Grid yaitu membuat contoh data kebisingan pada lokasi yang di inginkan. Titik–titik sampling harus dibuat dengan jarak interval yang sama diseluruh lokasi. Jadi dalam pengukuran lokasi dibagi menjadi beberpa kotak yang berukuran dan jarak yang sama, misalnya : 10 x 10 m. Kotak tersebut ditandai dengan baris dan kolom untuk memudahkan identitas

b. Memutar switch ke A.

c. Memutar FILTER-CAL-INT ke arah INT.

d. Memutar level switch sesuai dengan tingkat kebisingan yang terukur.

e. Menggunakan meter dynamic characteristic selector switch “FAST” karena jenis kebisingannya continue.

f. Memilih selector rangeintensitas kebisingan.

g. Jarak sound level meter dengan sumber bising adalah sesuai dengan posisi tenaga kerja selama kerja yaitu minimal 1,2 meter dari atas lantai.

(44)

29

i. Membaca angka skala setelah panah penunjuk dalam keadaan stabil.

Gambar 3.1. Sound Level Meter

Hasil pengukuran adalah angka yang ditunjukkan pada monitor (angka stabil). Mencatat hasil pengukuran dan menghitung rata-rata kebisingan saat (leq) (Koesyanto dan Pawenang, 2005). Catat hasil pengukuran dan hitung rata-rata kebisingan konstant ekivalen (Lek). Dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

Lek : Rata-rata Kebisingan Konstant Ekivalen L1, L2, L3, : Intensitas bising yang diukur

(45)

3.5.2. Stres Kerja

Adalah reaksi/respons tubuh berupa respon fisiologis, psikologis maupun perilaku terhadap stressor yang dialami yang tertuang dalam kuesioner HRS-A (terjemahan dari kuesioner Hamilton Rating ScaleAnxiety).

Alat ukur : Kuesioner HRSA (terjemahan dari kuesioner Hamilton Rating Scale Anxiety ).

Pengukuran stress kerja dilakukan menggunakan kuesioner HRS-A (Hamilton Rating Scale Anxiety). Kuesioner HRS-A adalah salah satu kuesioner yang dikembangkan untuk mengukur tingkat keparahan gejala kecemasan baik dalam kegiatan klinis maupun penelitian. Dalam penelitian ini kuesioner HRSA digunakan untuk mengetahui lebih jelas seberapa besar gejala-gejala kecemasan yang dialami pekerja selama bekerja. Kuesioner HRSA terdiri dari 14 kelompok gejala untuk mengukur kecemasan fisik (agitasi mental dan distress psikologi) dan kecemasan somatik (keluhan fisik). Kuesioner HRS-A berisi 14 kelompok gejala yang masing-masing gejala diberi penilaian antara 0 - 4, dengan penilaian sebagai berikut :

a. Nilai 0 : tidak ada gejala atau keluhan. b. Nilai 1 : gejala ringan

c. Nilai 2 : gejala sedang. d. Nilai 3 : gejala berat. e. Nilai 4 : gejala berat sekali.

(46)

31

perasaan depresi, gejala somatik otot, gejala somatik indra, gejala kardiovaskuler dan pembuluh darah, gejala pernafasan, gejala pencernaan, gejala urogenital, gejala autonom, sikap dan tingkah laku. Dan diketegorikan menjadi 3 kriteria sesuai dengan jumlah total skor yaitu : ringan (<17), sedang (18-24) dan berat (25-30). (Hawari, 2008)

3.6 Teknik Analisa Data

Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik korelasi Spearman(program komputer SPSS versi 16.0). Data dalam penelitian ini merupakan data Nonparametrik sehingga tidak diperlukan uji normalitas.

Adapun langkah-langkah dalam menganalisa data stress kerja yaitu sebagai berikut:

3.6.1 Entry Data

Sebelum diolah data tersebut perlu diedit terlebih dahulu. Data atau keterangan yang telah dikumpulkan dalam bentuk daftar pertanyaan atau kepada interview perlu dibaca sekali lagi dan diperbaiki jika dirasakan masih ada kesalahan dan keraguan data.

3.6.2 Coding

(47)

3.6.3 Scoring

Scoring yaitu pemberian skor atau nilai pada setiap jawaban yang diberikan oleh responden.

3.6.4 Editing

(48)

33 BAB IV

HASIL 4.1. Gambaran Umum Perusahaan

PT. Humbahas Bumi Energi adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pembangkit listrik tenaga air milik swasta yang bekerjasama dengan pemerintah kabupaten Humbang Hasundutan.PT. Humbahas Bumi Energi berdiri sejak tahun 2010, dengan potensi energi sebesar 5 MW. PT. Humbahas Bumi Energi terletak di desa Sosorgonting Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan dengan luas 13 Ha.

PT. Humbahas Bumi Energi mempekerjakan sebanyak 48tenaga kerja, yang dibagi berdasarkan tahapan proses produksi listrik. Sebanyak 9tenaga kerja di bagian tahap pembendungan untuk mengontrol dan mengatur air di dam. Sebanyak 12 tenaga kerja di bagian tahap Power House yaitu tahap dimana air yang sudah diatur tinggi jatuhnya diproses energi kinetiknya untuk mendapatkan energi listrik dengan menggunakan mesin-mesin yaitu mesin turbin dan generator. Sebanyak 9 pekerja di bagian transmisi yaitu tahap dimana listrik yang dihasilkan dari tahap Power House akan disimpan ataupun dialirkan. Sebanyak 18 tenaga kerja di kantor untuk bagian administrasi. Tenaga kerja di PT. Humbahas Bumi Energi mayoritas laki-laki yaitu sebanyak 43 tenaga kerja, sedangkan perempuan hanya5 tenaga kerja.

(49)

Power House PT. Humbahas Bumi Energi bekerja selama 8 jam/hari dengan waktu

istirahat 1 jam. Selama jam kerja tersebut, tenaga kerja di tempat kerja terpapar kebisingan yang dihasilkan oleh mesin turbin dan mesin generator.

Beberapa tenaga kerja di bagian Power House mengeluh mengalami gejala pusing, mual, cepat lelah, kurang konsentrasi dan susah tidur dimana gejala tersebut merupakan gejala-gejala terjadinya stres kerja. Gejala tersebut dirasa lebih berat terutama di awal mulai bekerja.

4.1.1. Hasil Pengukuran Kebisingan di Bagian Power House

Pengukuran intensitas kebisingan dilakukan di bagian Power HousePT. Humbahas Bumi Energi pada 12 titik dimana tenaga kerja berada di titik-titik tersebut selama bekerja. Titik-titik pengukuran tersebut diambil dengan menggunakan metode Grid,yaitu penentuan titik pengukuran kebisingan dari satu titik dengan titik lain jarak dan ukuranya harus sama. Berdasarkan hasil pengukuran intensitas kebisingan besarnya rata-rata intensitas kebisingan digambarkan pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Kebisingan di Bagian Power House No Letak Titik Pengukuran Hasil Pengukuran dB(A) Baku Mutu

(50)

35

Berdasarkan tabel 4.1, intensitas kebisingan tertinggi di bagian Power House PT. Humbahas Bumi Energi adalah 98,3 dB(A) yang berasal dari mesin generator di titik 1. Intensitas kebisingan terendah di bagian Power House PT. Humbahas Bumi Energi adalah 87,3 dB(A) yang berasal dari bagian control panel di titik 12. Rata-rata intensitas kebisingan di bagian Power House PT. Humbahas Bumi Energi adalah 95 dB(A), dimana intensitas kebisingan ini telah melebihi Nilai Ambang Batas.

4.1.2. Hasil Pengukuran Tingkat Gejala Stres Kerja Tenaga Kerja

Hasil penilaian stres kerja pada 12 tenaga kerja sebagai sampel di bagian Power House PT. Humbahas Bumi Energi yaitu tenaga kerja mengalami stres kerja ringan, sedang dan berat.

Distribusi responden berdasarkan penilaian stres kerja pada tenaga kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Tingkat Gejala Stres Kerja Tenaga Kerja di Power House

(51)

Berdasarkan hasil yang sudah diperoleh, terdapat 2 orang tenaga kerja yang mengalami tingkat gejala stres kerja ringan di tingkat kebisingan 87,3 dBa dan 1 orang tenaga kerja di tingkat kebisingan 92,6 dBa, sebanyak 3 orang tenaga kerjamengalami tingkat gejala stres kerja sedang dan 1 orang tenaga kerja mengalami tingkat gejala stres berat di tingkat kebisingan 97,1 dBa dan 1 tenaga kerja di tingkat kebisingan 92,6 dBa, 3 tenaga kerja di tingkat kebisingan 95,3 dBa, dan 1 orang tenaga kerja mengalami tingkat gejala stres kerja berat di tingkat kebisingan 98,3 dBa.

4.1.4. Hubungan Kebisingan dengan Gejala Stres Kerja

Uji Hubungan Kebisingan dengan Stres Kerja dilakukan dengan uji statistik korelasi Spearmandengan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.3 Hasil Uji Hubungan Kebisingan dengan Gejala Stres kerja

No Variabel Siginifikan Korelasi Keterangan

1 Kebisingan 0,001 0,851 Ada Hubungan

2 Gejala Stres Kerja 0,001 0,851 Ada Hubungan

Sumber : Data Hasil Uji Penelitian.

(52)

37

Untuk menyatakan besarnya sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat dapat diketahui dengan menggunakan rumus koefisien determinan sebagai berikut:

R2 = r2 x 100% R2 = (0,851)2 x 100% R2= 72,42%

(53)

38 BAB V PEMBAHASAN 5.1. Kebisingan di Bagian Power House

Rata-rata kebisingan di bagian Power Housedalam penelitian ini mencapai 95 dB(A) yang diperoleh dari 12 titik dimana tenaga kerja berada di titik-titik tersebut selama bekerja. Kebisingan di bagian Power Housedihasilkan oleh mesin turbin dan mesin generator yang tidak berhenti beroperasi selama 24 jam. Bising ini dapat dikategorikan ke dalam jenis kebisingan menetap berkelanjutan tanpa putus-putus (Suma’mur, 2014).

(54)

39

Sedangkan pada kenyataannya tenaga kerja di bagian Power Housebekerja sampai 8 jam. Tenaga kerja dapat bekerja di bagian Power Housetersebut selama 8 jam waktu pemajanan tetapi wajib menggunakan alat pelindung telinga. Alat pelindung telinga ini berfungsi untuk menurunkan tingkat kebisingan yang mencapai alat pendengar. Alat pelindung telinga dapat berupa ear plug(sumbat telinga) yang mampu menurunkan intensitas kebisingan 25 – 30 dB(A) maupun ear muff (tutup telinga) yang dapat menurunkan intensitas kebisingan 30 – 40 dB(A) (Anizar,2009).

(55)

5.2. Gejala Stres Kerja di Bagian Power House

(56)

41

5.3. Hubungan Kebisingan dengan Gejala Stres Kerja

Hasil uji statistik korelasi spearman menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara paparan kebisingan dengan stres kerja, dengan nilai signifikansi (p) = 0,001 atau p ≤ 0,05.

Hasil uji statistik korelasi spearman juga menunjukkan nilai korelasi (r) = 0,851. Nilai r tersebut digunakan untuk mengetahui besar sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menggunakan rumus koefisien determinan. Untuk mengetahui besarnya sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat diketahui dengan menggunakan rumus koefisien determinandengan perhitungannya menunjukkan bahwa sumbangan paparan kebisingan terhadap stres kerja adalah 72,42% dan sisanya dipengaruhi oleh beberapa faktor individu lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini, antara lain :

1. Pendidikan

(57)

2. Kepribadian

Faktor kepribadian seseorang (ekstrovert atau introvert) sangat berpengaruh terhadap stressor yang diterima. Konflik yang diterima oleh dua orang dapat mengakibatkan reaksi yang berbeda satu dengan yang lainnya (Tarwaka, 2010).

3. Hubungan Sosial

(58)

43 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Intensitas kebisingan rata-rata di bagian Power HousePT. Humbahas Bumi Energi adalah 95 dB(A) dengan intensitas kebisingan tertinggi adalah 98,3 dB(A) dan intensitas kebisingan terendah adalah 87,3 dB(A).

2. Gejala Stres kerja pada 12 tenaga kerja di bagian Power HousePT. Humbahas terdapat 3 tenaga kerja mengalami stres kerja ringan, 7 orang tenaga kerja mengalami stres kerja sedang dan 2 orang tenaga kerja mengalami stres kerja berat.

(59)

6.2. Saran

1. Bagi Perusahaan dan Tenaga Kerja

a. Kebisingan yang melebihi Nilai Ambang Batas dikurangi dengan memasang peredam berupa bantalan karet pada mesin atau dengan melapisi dinding, paflon dan lantai dengan bahan yang menyerap suara.

b. Perusahaan melakukan upaya-upaya untuk mengurangi tingkat stres pada tenaga kerja dengan melaksanakan kegiatan olahraga, kegiatan liburan dsb. c. Perusahaan memberikan penyuluhan secara berkala kepada tenaga kerja

tentang akibat dari faktor bahaya fisik seperti kebisingan dan cara pengendaliannya.

(60)

45

DAFTAR PUSTAKA

Budiono, A.M.S 2009.Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Badan Penerbit UNDIP: Semarang.

Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri.Graha Ilmu: Yogyakarta.

Pradana, A. 2013.Hubungan Antara Kebisingan dengan Stress Kerja pada Pekerja Bagian Gravity PT. Dua Kelinci, UNNES : Semarang.

(diakses 17 Januari 2015)

Buchari. 2007. Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1435/1/07002749.pdf. (diakses 6Januari 2015).

Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan.Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta.

Hawari, D. 2008. Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Gaya Baru : Jakarta.

Heryati, E. 2008. Psikologi Faal.

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/197710132 005012-EUIS_HERYATI/DIKTAT_KULIAHx.pdf.( diakses13 Januari 2015).

Anonimeus https://multimeter-digital.com/pengukuran-standar-batas-tingkat-kebisingan-zona-kebisingan.html ( diakses 25 Februari 2015 )

Herry, K. 2005, Panduan Praktikum Laboratorium Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Semarang: UPT UNNES.

Rini, J.F. 2002, Stres Kerja, Jurnal.,Jakarta: Team e-psikologi.com. (diakses 13 Januari 2015)

Riyanto,A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medika: Yogyakarta

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No.13. 2011. Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja. Jakarta.

Nadhiroh, M.H. 2011, Hubungan Paparan Kebisingan dengan Stress Kerja pada Tenaga Kerja di Bagian Weaving PT. Triangga Dewi

(61)

Roestam, A.W. 2003. Pelatihan Aplikasi Ergonomi untuk Produktivitas. Jakarta: Ilmu Kedokteran Komunitas. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

Sasongko, D.P. 2000. Kebisingan Lingkungan. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.

Soeripto. 2008. Higene Industri.Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Suma’mur, P.K.2014. Higiene perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES), Haji Masagung, Jakarta.

Sunyoto, A. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Setyawati, L. 2010. Selintas Tentang Kelelahan Kerja.Yogyakarta: Amara Books. Tana. 2002. Pengertian Bising dan Bahaya Kebisingan di Tempat Kerja.

http://cerminduniakedokteran.com/2002/intisari/bising.htm. (diakses 6 Januari 2015).

Tarwaka,dkk. 2004, Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, Surakarta: UNIBA PRESS.

(62)

11

LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONER

DATA UMUM RESPONDEN NOMOR PIN :

1. Jenis Kelamin : 2. Usia :

Hamilton Rating Scale for Anxiety ( HRS-A)

(63)

Mudah menangis

Gemetar

Gelisah

3. Ketakutan 0 1 2 3 4

Pada gelap

Pada orang asing

Ditinggal sendiri

Pada binatang besar

Pada keramaian atau lalu lintas

Pada kerumunan orang banyak

4. Gangguan tidur 0 1 2 3 4

Sukar masuk tidur

Terbangun malam hari

Tidur tidak nyenyak

Bangun dengan lesu

Banyak mimpi

Mimpi buruk

(64)

13

5. Gangguan kecerdasan 0 1 2 3 4

Sukar konsentrasi

Daya ingat menurun

Daya ingat buruk

6 Perasaan depresi ( murung) 0 1 2 3 4

Hilangnya minat

Berkurang kesenangan pada hobi

sedih

Bangun dini hari

Perasaan berubah-ubah sepanjang hari

7 Gejala somatik/ fisik ( otot) 0 1 2 3 4

Sakit dan nyeri di otot-otot

Kaku

Kedutan otot

Gigi gemeletuk

Suara tidak stabil

8 Gejala somatik/fisik ( sensorik) 0 1 2 3 4

Tinitus ( telinga berdenging)

Penglihatan kabur

(65)

Perasaan ditusuk-tusuk

9 Gejala kardiovaskuler 0 1 2 3 4

Takikardia

Berdebar-debar

Nyeri di dada

Denyut nadi mengeras

Rasa lesu/lemas seperti mau pingsan

Detak jantung menghilang ( berhenti sekejap)

10 Gejala respiratori (pernapasan) 0 1 2 3 4

Rasa tertekan atau sempit di dada

Rasa tercekik

Sering menarik nafas

Nafas pendek/ sesak

11 Gejala gastrointestinal (pencernaan) 0 1 2 3 4

Sulit menelan

Perut melilit

Gangguan pencernaan

(66)

15

Perasaan terbakar di perut

Rasa penuh atau kembung

Mual

Muntah

Buang air besar lembek

Sukar buang air besar (konstipasi)

Kehilangan berat badan

12 Gejala urogenital ( perkemihan dan kelamin) 0 1 2 3 4

Sering buang air kecil

Tidak dapat menahan air seni

Menjadi dingin (frigid)

Ejakulasi dini

Ereksi melemah

Ereksi hilang

13 Gejala autonom 0 1 2 3 4

Mulut kering

Muka merah

Mudah berkeringat dan kepala pusing

(67)

Bulu-bulu berdiri

14 Tingkah laku ( sikap ) pada wawancara 0 1 2 3 4

Gelisah

Tidak tenang

Jari gemetar

Kerut kening

Muka tegang

Otot tegang/ mengeras

Nafas pendek dan cepat

Muka merah

Cara Penilaian Kuesioner

a. skor <17 : gejala ringan b. skor 18-24 : gejala sedang c. skor 25-30 :gejala berat

(68)

17

Pengukuran kebisingan dilakukan di berbagai titik pengukuran dengan metode Grid yaitupengukuran lokasi dibagi menjadi beberapa kotak yang berukuran dan jarak yang sama, yaitu : 2 m x 3 m. Kotak tersebut ditandai dengan baris atau kolom untuk memudahkan identitas. Luas daerah tempat kerja Power House 7 m x 10 m, maka ditetapkan titik pengukuran kebisingan di 12 titik pengukuran kebisingan.

Keterangan :

Titik Pengukuran Kebisingan. PINTU UTAMA

TURBIN Control Panel

GENERATOR

Control Panel

GENERATOR TURBIN Control Panel

Control Panel

CONTROLING

(69)

daniel 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 11

andre 3 2 1 1 2 2 0 2 1 0 0 0 1 1 16

eddy 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 0 0 1 1 16

iwan 1 4 4 4 2 0 0 2 1 1 0 1 0 1 21

matius 2 1 1 3 2 1 2 0 2 2 2 2 1 1 22

ray 3 6 1 4 1 0 2 1 0 1 1 1 0 1 22

evan 1 2 1 6 2 3 3 1 0 1 0 1 2 0 23

rudolf 2 1 0 5 1 1 1 1 0 0 2 2 3 2 21

lasroni 3 4 1 4 2 4 1 1 1 1 1 0 0 1 24

freddi 2 3 1 2 1 3 1 2 2 1 2 0 1 2 23

david 1 3 1 6 0 0 4 1 1 1 2 2 2 2 26

frengki 2 3 4 3 1 2 4 0 0 1 0 1 2 2 25

Keterangan :

(70)

11

FREQUENCIES VARIABLES=kebisingan frekuensi /PERCENTILES=100.0

/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet0]

Statistics

kebisingan frekuensi

N Valid 12 12

Missing 0 0

Percentiles 100 98.300 1.00

Frequency Table

kebisingan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 87.3 2 16.7 16.7 16.7

92.6 2 16.7 16.7 33.3

95.3 4 33.3 33.3 66.7

97.1 3 25.0 25.0 91.7

(71)

kebisingan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 87.3 2 16.7 16.7 16.7

92.6 2 16.7 16.7 33.3

95.3 4 33.3 33.3 66.7

97.1 3 25.0 25.0 91.7

98.3 1 8.3 8.3 100.0

Total 12 100.0 100.0

frekuensi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

(72)

13

FREQUENCIES VARIABLES=stres frekuensi /PERCENTILES=100.0

/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet0]

Statistics

stres frekuensi

N Valid 12 12

Missing 0 0

Percentiles 100 25.00 1.00

Frequency Table

stres

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid rendah 3 25.0 25.0 25.0

sedang 7 58.3 58.3 83.3

berat 2 16.7 16.7 100.0

(73)

frekuensi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 12 100.0 100.0 100.0

RECODE stres (16 thru 17=1) (18 thru 24=2) (25 thru 30=3) INTO str es.

(74)

15

NONPAR CORR

/VARIABLES=kebisingan stres /PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.

Nonparametric Correlations

Correlations

kebisingan stres

Spearman's rho kebisingan Correlation Coefficient 1.000 .851**

Sig. (2-tailed) . .000

N 12 12

stres Correlation Coefficient .851** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 12 12

(75)

Lampiran 5 Lampiran 1.1

Gambar mesin Turbin Lampiran 1.

(76)

17

Lampiran 1.3

Gambar pengukuran kebisingan di titik area mesin generator 1

Lampiran 1.4

(77)

Lampiran 1.5

Gambar pengukuran kebisingan di titik area control panel 1

Lampiran 1.6

(78)
(79)
(80)
(81)
(82)

Gambar

Tabel 1. Waktu Pemaparan Kebisingan Per Hari Kerja Berdasarkan Intensitas Kebisingan yang diterima Tenaga Kerja
Gambar 2.1. Skema sistem suara
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
Gambar 3.1. Sound Level Meter
+7

Referensi

Dokumen terkait