PENGARUH PEMBENGKOKAN TULANGAN BAJA
SERTAPENAMBAHANSERATBENDRAT
TERHADAP KAPASITAS PENAMPANG DAN DAKTILITAS
BALOK BETON BERTULANG
Tesis
untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-2
Program Studi Teknik Sipil
Jurusan Ilmu-Ilmu Teknik .
diajukan oleh
Muhammad Aswin
10489/1-1/933/98
p
e
rpust
a
セ
B
a
N
p
GL
USU
No.
Abc.
IJ27rJ-DO
n
3-1'1
o.
1'."
0"'1
I>
tfr
2
tI
c1lJ.J.,"]
lP
Sumber
I(a
L-
.
Di
ne
rik
sa
L
2/; -
.l -
.2.60 L
- r
pr
og
セ
p
a
s
ca
s
a
}u
ann
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2000
INTISARI
Pelaksanaan di lapangan pada umumnya sering dijumpai penggunaan
kembali tulangan baja yang telah dibengkokkan. Masalah ini sulit dihindari karena
dimungkinkan banyak terjadi penyimpangan selama proses pengangkutan sampai
dengan perangkaian. Untuk itu perlu diadakan penelitian mengenai pengaruh
penggunaan tulangan baja yang sudah dibengkokkan tersebut terhadap kapasitas
penampang
dan
perilaku
struktural
elemen-elemen
struktur
beton
yang
menggunakannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas penampang
balok berdasarkan analisis model matematik (dari usulan Suhendro (1992) dan SK
SNI T-15-1991-03) maupun berdasarkan pengujian lentur balok, untuk balok beton
normal dan balok beton serat bendrat akibat penggunaan tulangan baja yang sudah
dibengkokkan,
serta
untuk
mengetahui
perilaku
lendutan
(daktilitas)
balok
berdasarkan basil uji lentur.
Pelaksanaan penelitian dilakukan melalui beberapa tabap. Data yang
diambil dibagi atas dua kebutuhan yaitu untuk analisis penampang model matematik
dan data yang berdasarkan uji lentur balok. Uji lentur balok menggunakan beban
terpusat yang terbagi
menjadi dua titik di atas balok dengan pembebanan seeara
bertabap. Terdapat lima tipe balok dalam penelitian ini, yang masing-masing tipe ada
tiga balok dengan jenis yang sarna. Balok tipe satu yaitu balok beton normal yang
menggunakan tulangan baja normal, balok tipe dua yaitu balok beton normal yang
menggunakan tulangan baja dengan sudut pembengkokan 90°, balok tipe tiga yaitu
balok beton normal yang menggunakan tulangan baja dengan sudut pembengkokan
] 80°, balok tipe empat yaitu balok beton serat bendrat yang menggunakantulangan
baja dengan sudut pembengkokan 90°, dan balok
tipe
lima yaitu balok beton serat
o
bendrat yang menggunakan tulangan baja dengan sudut pembengkokan I 80 .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tulangan baja
yang sudah
mengalami pembengkokan memiliki kenaikan tegangan leleh dan tegangan ultimit
tetapi mengalami penurunan daktilitas dibandingkan terhadap tulangan baja normal.
Berdasarkan hasil analisis, terjadi peningkatan kapasitas beban ultimit rata-rata untuk
balok tipe dua, tipe tiga, tipe empat dan tipe lima terhadap tipe satu seeara
berturut-turut memberikan nilai sebesar 1,97 %; 7,18 %; 52,09 %; 58,06 %. Untuk uji lentur
balok, peningkatan kapasitas beban ultimit rata-rata untuk balok tipe dua, tipe tiga,
tipe empat dan tipe lima terhadap tipe satu secara berturut-turut memberikan nilai
sebesar 11,76 %; 17,69 %; 21,91 %; dan 29,49 %. Faktor daktilitas rata-rata yang
tertinggi
terjadi pada balok tipe satu (sebesar 4,0611). Balok beton normal
mengalami penurunan daktilitas setelah menggunakan tulangan baja yang sudah
dibengkokkan. Untuk balok tipe dua dan tiga memiliki faktor daktilitas yang kecil,
secara berturut-turut mempunyai faktor daktilitas rata-rata sebesar 2,9945 dan 2,2939.
Pada balok tipe dua, setelah ditambah serat bendrat (dengan
volume fraction 2 %)
diperoleh faktor daktilitas rata-rata yang lebih besaryaitu menjadi 3,8106 (merupakan
faktor daktilitas rata-rata balok tipe empat), sedangkan pada balok tipe tiga, setelah
ditambah serat bendrat (dengan
volume fraction 2 %) diperoleh faktor daktilitas
rata-rata yang lebih besar juga yaitu menjadi 3,2761 (merupakan faktor daktilitas rata-rata-rata-rata
balok tipe lima).
XVlll
ABSTRACT
In general, the bent steel reinforcement
resulted from deviation during the
transportation and assembly is frequently reused. This problem might occur on field and
difficult to be prevented. Therefore, a research concerning influence ofreusing ofthe bent
steel reinforcement on flexural strength and ductility of reinforced concrete beam is very
important to be run. The objectif of this study is to identify flexural strength based on
mathematics model analysis (suggested
by
Suhendro (1992) andSK SNI T-I5-1991-03)
as well as flexural testing of normal and bendrat fibre concrete, included ductility of
reinforced concrete beam.
The research was performed in several stages. The data taken were divided into
two categories, those were for mathematics model analysis and data based on flexure
testing. For flexure testing, reinforced concrete beam subjected of two points loading.
There were five types of beam in this research, each of which consists of three similar
kind beams. The first type was a normal concrete beam using normal steel reinforcement
and second type was a normal concrete beam using the bent steel reinforcement of 90
0angle, as well as third type was a normal concrete beam using the bent steel
reinforcement of 180
0angle. While for fourth type was a bendrat fibre concrete beam
using the bent steel reinforcement 90
0angle
and
fifth type was a bendrat fibre concrete
beam using the bent steel reinforcement 180
0angle.
The steel reinforcement bending has higher yield and ultimate stress than the
normal steel reinforcement but has lower ductility. According to the results, there were
increasing of average of ultimate flexural strength of second, third, fourth and fifth type
against first type, ie 1.97%; 7.18%; 52.09% and 58.06% respectively. Based on the
flexure testing, the average increasing ofultimate flexural strength of second, third, fourth
and fifth type against first type were 11.76%; 17.69%; 21.91% and 29.49% respectively.
The average highest ductility value oeeured on first type beam (4.0611). Normal concrete
beam showed decreasing of ductility after using the bent steel reinforcement. For second
and third type have low ductility values, ie 2.9945 and 2.2939 respectively. For second
type beam, when added
by
bendrat fibre (volume fraction of 2%) had higher average
ductility value of3.8106 (type 4). While for third type beam, when added by bendrat fibre
(volume fraction of2%) also had higher average ductility value of3.2761 (type 5).
XIX