• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Orangtua Terhadap Kemampuan Perawat dalam Melakukan Komunikasi Efektif pada Anak Masa Prasekolah di Ruang Anak 3B Rumah Sakit Martha Friska Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Persepsi Orangtua Terhadap Kemampuan Perawat dalam Melakukan Komunikasi Efektif pada Anak Masa Prasekolah di Ruang Anak 3B Rumah Sakit Martha Friska Medan"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI ORANGTUA TERHADAP KEMAMPUAN

PERAWAT DALAM MELAKUKAN KOMUNIKASI EFEKTIF

PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI RUANG 3B RUMAH

SAKIT

MARTHA FRISKA MEDAN

SKRIPSI

Oleh

RUSMAULI LUMBAN GAOL 081121068

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

Judul : Persepsi Orangtua Terhadap Kemampuan Perawat dalam Melakukan Komunikasi Efektif pada Anak Masa Prasekolah di Ruang Anak 3B Rumah Sakit Martha Friska Medan.

Nama Mahasiswa : Rusmauli Lumban Gaol

NIM : 081121068

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2009/2010

Tanggal Lulus : 06 januari 2010

Pembimbing Penguji I

Reni Asmara Ariga , S.Kp, MARS Nur Asnah Sitohang, S.Kp, M.Kep

NIP. 19750220 2000 1122 001 NIP.19740505 2002122 001

Penguji II

Farida Linda Sari Siregar, M.Kep NIP.19780320 2005012 003

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah Menyetujui Skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Medan, Januari 2010

Pembantu Dekan I,

(4)

Judul : Persepsi Orangtua Terhadap Kemampuan Perawat dalam Melakukan Komunikasi Efektif pada Anak Masa Prasekolah di Ruang Anak 3B Rumah Sakit Martha Friska Medan

Nama : Rusmauli Lumban Gaol

Jurusan : Fakultas Keperawatan

Tahun Akademik : 2008/2009

Abstrak

Komunikasi adalah pertukaran informasi antara dua atau lebih manusia, atau dengan kata lain pertukaran ide dan pikiran. Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mengandung pengiriman dan penerimaan informasi yang paling cermat. Komunikasi dan perilaku yang ditunjukkan oleh perawat dapat menimbulkan trauma pada anak dan anak merasa takut dan cemas setiapkali anak masuk rumah sakit, bahkan anak sangat takut bertemu dengan orang yang tidak dikenalnya .

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi orangtua terhadap kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi pada anak usia prasekolah 3-6 tahun di Rumah Sakit Martha Friska Medan.

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 12 Nopember – 16 Desember 2009 dengan sampel 30 orang dengan metode pengambilan sampel tehnik purposive sampling sesuai dengan kriteria peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan disajikan dalam analisa statistik deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan persepsi orangtua terhadap kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi efektif pada anak usia prasekolah adalah baik sebanyak 22 orang (73.3%). Hasil penelitian ini merupakan evidence yang dapat menjadi informasi tambahan bagi ilmu keperawatan anak.

(5)

PRAKATA

Segala Puji dan syukur Penulis ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Persepsi Orangtua terhadap Kemampuan Perawat dalam melakukan Komunikasi efektif pada Anak Usia Prasekolah diruang 3B Rumah Sakit Martha Friska Medan”

Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian Sikripsi ini, sebagai berikut :

1. Dr.Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS selaku dosen pembimbing Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan dan bimbingan kepada saya dengan penuh kesabaran dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Cholina Trisa Siregar, M.Kep, Sp.KMB selaku dosen penasehat akademik saya, ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kp, M.Kep selaku penguji I, dan kepada Ibu Farida L Siregar S.Kep, M.Kep selaku penguji II yang dengan teliti memberikan masukan berharga dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Jenny M Purba, S.Kp. M.NS yang telah berperan dalam uji validitas sikripsi ini. Terimakasih atas saran dan perbaikan yang sangat berguna dalam penyempurnaan kuesioner.

5. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staf non akademik yang membantu memfasilitasi secara administratif.

(6)

7. Sriga Banjar Nahor S.Kp, M.kep selaku Kepala Bagian Keperawatan yang telah memberi izin kepada saya kuliah dan bekerja serta memberi semangat dan dukungan di Rumah Sakit Martha Friska Medan.

8. Mindo Silaen S.kep.Ns selaku Kepala ruangan ICU dan Senni Saragih AMK selaku Karu UGD yang telah membantu saya dalam penyesuaian daftar dinas dengan perkuliahan sehingga saya dapat kuliah dan bekerja serta kakak Sarma, Teresia, Resta, Ella, Katrin, dan rekan yang lain diruangan ICU dan Kak Romanti, Hotma, Roma,dan rekan yang lain belum disebutkan namanya di ruang UGD, serta kepada Ibu Roma, Dumora, Rama selaku DUTI Manager terimakasih atas semangat dan dukungan sehingga saya dapat menyelesaikan perkuliahan dan sikrpsi ini

9. Lenny k AMK selaku kepala ruangan, dan Kak Diana, serta Rekan-rekan kerja di ruangan 3B yang telah membantu saya untuk menjelaskan tentang kuesioner kepada responden.

10.Para responden yang telah bersedia berpartisipasi dan meluangkan waktu untuk pengisian kuesioner.

11.Rekan-rekan mahasiswa S1 Fakultas keperawatan Jalur B alumni 2008 Universitas Sumatera Utara khususnya Kak Asina Samosir, Friska SiTanggang, Zr Bendicta, Ferdina, Fitri, Melda, Dea, Septi, dan Bang Adillah yang telah memberikan semangat dan masukan dalam penyusunan skripsi ini. 12.Teristimewa kepada kedua orangtuaku Bapak A Lumban Gaol (75 tahun), Ibu

(7)

13.Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu peneliti baik dalam penyelesaian sikripsi ini maupun dalam penyelesaian perkuliahan di Fakultas Keperawatan USU.

Semoga Tuhan yang Maha Kuasa dan penuh kasih melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis.Harapan penulis semoga sikripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan anak.

(8)

DAFTAR ISI

3. Pertanyaan Penelitian……… 5

4. Manfaat Penelitian……… 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Persepsi………... 7

1.1.Defenisi Persepsi……… 7

1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi...…………...…... 7

2.Orangtua...………... 8

2.1.Defenisi Orangtua. ………... 8

3.Komunikasi Efektif……….. 10

3.1. Defenisi Komunikasi …...………. 10

3.2. Defenisi Komunikasi Efektif……….,.………... 10

3.3. Bentuk-bentuk Komunikasi Efektif ……...………... 10

3.3.1. Komunikasi Verbal... 10

3.3.2. Komunikasi Non verbal... 11

3.3.3. Kommunikasi Abstrak... 12

3.4.Pedoman komunikasi... 12

3.5.Syarat komunikasi... 14

4.Komunikasi pada anak usia prasekolah (usia 2-6 tahun)………... 15

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual.………... 19

2. Defenisi Operasional………... 20

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN 1 Desain Penelitian………. 21

2. Populasi dan Sampel Penelitian ………..………... ... 21

3. Lokasi Penelitian………... 22

4.Waktu Penelitian……….………... 23

5. Pertimbangan Etik……….. ……… 23

6. Instrumen Penelitian……….. 23

7. Uji Validitas……….... 25

8. Uji Reliabilitas……… 25

(9)

BAB 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Hasil Penelitian……… 28 1.1 Data Demografi………. 28 1.2 Persepsi Orangtua terhadap kemampuan perawat dalam melakukan

komunikasi efektif pada anak prasekolah……… 30 2. Pembahasan……….…. 30

BAB 6. Kesimpulan dan Saran

1.Kesimpulan………. 34 2.Saran………... 34

DAFTAR PUSTAKA Lampiran

1. Lembar Persetujuan Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Jadwal Proses Penelitian 4. Perkiraan Biaya Penelitian 5. Surat pernytaan Uji Validitas 6. Daftar Bukti Bimbingan

7. Surat pernyataan Ijin Penelitian Dari Fakultas keperawatan USU 8. Surat Ijin Penelitian Rumah Sakit Martha Friska

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Operasional... 20

Tabel 2. Distribusi frekwensi dan presentase karateristik data demografi

Responden RSMF Medan ... 29

Tabel 3. Distribusi frekwensi berdasarkan Persepsi orangtua terhadap

kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi efektif

pada anak usia prasekolah... 30

Tabel 4. Distribusi frekwensi dan presentase persepsi responden tentang

(11)

Judul : Persepsi Orangtua Terhadap Kemampuan Perawat dalam Melakukan Komunikasi Efektif pada Anak Masa Prasekolah di Ruang Anak 3B Rumah Sakit Martha Friska Medan

Nama : Rusmauli Lumban Gaol

Jurusan : Fakultas Keperawatan

Tahun Akademik : 2008/2009

Abstrak

Komunikasi adalah pertukaran informasi antara dua atau lebih manusia, atau dengan kata lain pertukaran ide dan pikiran. Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mengandung pengiriman dan penerimaan informasi yang paling cermat. Komunikasi dan perilaku yang ditunjukkan oleh perawat dapat menimbulkan trauma pada anak dan anak merasa takut dan cemas setiapkali anak masuk rumah sakit, bahkan anak sangat takut bertemu dengan orang yang tidak dikenalnya .

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi orangtua terhadap kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi pada anak usia prasekolah 3-6 tahun di Rumah Sakit Martha Friska Medan.

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 12 Nopember – 16 Desember 2009 dengan sampel 30 orang dengan metode pengambilan sampel tehnik purposive sampling sesuai dengan kriteria peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan disajikan dalam analisa statistik deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan persepsi orangtua terhadap kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi efektif pada anak usia prasekolah adalah baik sebanyak 22 orang (73.3%). Hasil penelitian ini merupakan evidence yang dapat menjadi informasi tambahan bagi ilmu keperawatan anak.

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan yang mempunyai fungsi utama yaitu menyediakan dan menyelenggarakan upaya kesehatan keberhasilan dalam memberikan pelayanan dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah pelayanan keperawatan yang memberikan pelayanan secara terus menerus selama 24 jam. Pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dapat menjadi salah satu indikator mutu pelayanan kesehatan serta berperan dalam menentukan kepuasan pasien sebagai tolak ukur pelayanan (Anjaswarni, 2002).

Selama ini pelayanan keperawatan yang diberikan rata–rata masih belum bersifat profesional, dimana asuhan keperawatan yang diberikan rata–rata masih belum terpilah–pilah dan lebih berorientasi pada tugas dari pada kebutuhan pasien. Hal ini sering kali menimbulkan ketidakpuasaan pasien keluarga maupun masyarakat terhadap pelayanan keperawatan ( Sumarini, 1999 dalam Simatupang, 2001). Seorang perawat dalam memberikan pelayanan perawatan harus mampu memfalitasi keluarga dalam berbagai bentuk pelayanan kesehatan baik berupa pemberian tindakan keperawatan langsung maupun pemberian informasi kesehatan (Hidayat, 2005).

(13)

sampai dengan empat puluh persen pasien tidak puas berkomunikasi dengan dokter dan perawat. Aspek yang paling membuat ketidakpuasan adalah jumlah dan jenis informasi yang diterima (Candra, 2009).

Dalam penelitian Anderson (1986) mendapatkan bahwa jumlah informasi yang diberikan oleh dokter kepada pasien rata–rata 18 jenis informasi untuk diingat, ternyata hanya mampu mengingat 31%. Lebih dari 60% yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter dan perawat salah mengerti tentang instruksi yang diberikan kepada mereka. Hal ini yang disebabkan oleh kegagalan perawat profesional kesehatan dalam memberikan informasi yang lengkap, penggunaan istilah–istilah medis (sulit untuk dimengerti) dan banyak isntruksi yang harus dingat oleh pasien. Menurut Ley yang dikutip oleh Bart Smet membahas tentang tiga puluh lima tipe-tipe pasien yang berbeda menunjukkan 8-82% pasien yang tidak puas yaitu pasien tidak puas dengan aspek komunikasi dari pertemuan klinis dan nampaknya memberi informasi saja tidaklah cukup. Mereka harus diberitahu dalam cara sehingga dapat mengerti dan mengingatnya. Karena kurangnya umpan balik dalam bentuk pertanyaan dan komentar dari pasien sehingga sukar bagi para perawat untuk memperbaiki komunikasi.

(14)

nonverbal perawat dalam komunikasi teraupeutik apabila dilaksanakan tidak sesuai dengan spirit dalam komunikasi tersebut maka yang dihasilkan adalah respon ketidakpuasan dari pasien. Seorang pasien yang tidak puas pada gilirannya akan menghasilkan sikap/perilaku tidak patuh prosedur medis misalnya menolak pasang infus, menolak minum obat, menolak untuk dikompres panas/dingin, dan lain–lain, akhirnya pasien akan meninggalkan rumah sakit dan mencari jasa pelayanan bermutu di tempat lain .

Masa prasekolah atau masa kanak–kanak awal adalah periode pada saat anak berusia 3-6 tahun. Pada masa ini anak mulai mandiri dan mengembangkan ketrampilan dirinya untuk berinteraksi dengan orang lain (Wong, 2008). Masa kanak–kanak merupakan masa yang terpajang dalam rentang kehidupan saat dimana individu relatif tidak berdaya dan tergantung pada orang lain. Masa kanak-kanak harus dibagi menjadi dua periode yang berbeda yaitu masa awal dan akhir kanak-kanak. Periode awal berlangsung dari umur tiga sampai enam tahun dan periode akhir enam sampai tiba saatnya anak matang secara seksual (Tamsuri, 2006).

(15)

bila berhadapan dengan orang yang tidak dikenalnya pada situasi ini anak akan sensitif terhadap berbagai bentuk perilaku orang yang tidak dikenalnya, baik komunikasi verbal maupun nonverbal. Jadi seorang perawat yang merawat menangani pasien anak harus memiliki kemampuan melakukan pendekatan dan komunikasi kepada anak karena hal ini yang membedakannnya dengan asuhan keperawatan yang dilakukan kepada pasien dewasa. Pasien dewasa mudah untuk diajak berkerjasama dalam pelayanan keperawatan yang dijalankan, sedangkan anak–anak, sesuai dengan karakteristik perkembangannya pada saat berhubungan dengan anak maupun oarangtuanya dan tujuan asuhan keperawatan yang dijalankan dapat tercapai dengan baik (Tamsuri, 2006).

Berdasarkan pengalaman peneliti, peneliti juga pernah mengalami komunikasi yang tidak efektif dengan pasien di rumah sakit sehingga hubungan antara perawat dangan pasien tidak baik. Oleh karena itu juga peneliti ingin mengetahui bagaimana persepsi orangtua terhadap kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi efektif pada anak masa prasekolah (3-6 Tahun) yang dirawat diruang Anak 3B Rumah Sakit Martha Friska Medan.

2. Tujuan

2.1 Tujuan umum.

(16)

2.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi persepsi orangtua terhadap bentuk komunikasi perawat pada anak usia prasekolah

2. Mengidentifikasi persepsi orangtua terhadap bentuk komunikasi verbal perawat pada anak usia prasekolah

3. Mengidentifikasi persepsi orangtua terhadap bentuk komunikasi abstrak perawat pada anak usia prasekolah.

3. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana persepsi orangtua terhadap kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi efektif pada masa prasekolah di Rumah Sakit Martha Friska Medan.

4.Maanfaat Penelitian.

4.1. Bagi praktek keperawatan

Sebagai informasi yang penting dan tambahan pengetahuan bagi perawat dalam memahami dan melakukan komunikasi efektif pada anak masa prasekolah sehingga dapat memberikan motivasi kapada anak

4.2. Bagi pendidikan keperawatan

(17)

4.3. Bagi peneliti keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi atau sumber data bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai persepsi orangtua terhadap kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi efektif pada anak masa prasekolah (3-6 Tahun) .

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1 Persepsi

1.1 Defenisi

Persepsi adalah pandangan maupun kemampuan individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan stimulus lingkungan yang dialaminya (Suliswati, 2005). Persepsi merupakan pantulan ”perasaan jiwa” seseorang terhadap suatu stimulus tertentu yang terjadi dilingkungannya, baik yang ada dalam diri individu yang bersangkutan maupun diluar dirinya atau dihadapannya (Potter & Perry, 1987 dalam Arwani, 2004). Menurut Siagian (1995) persepsi merupakan apa yang ingin dilihat oleh seseorang yang belum tentu sama dengan fakta yang sebenarnya, dan inilah yang menyebabkan timbulnya interpretasi berbeda tentang apa yang dilihat dan dialami oleh dua orang yang mengalami hal yang sama.

1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Menurut Siagian (1995), ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu diri orang yang bersangkutan, sasaran, persepsi, dan faktor situasi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang.

1.2.1. Diri orang yang bersangkutan sendiri

(19)

1.2.2 Sasaran persepsi

Sasaran mungkin berupa orang, benda atau peristiwa, dimana sifat-sifat dan sasaran persepsi dapat mempengaruhi persepsi orang yang melihatnya. Hal-hal lain yang ikut menentukan persepsi seseorang adalah gereakan, suara, ukuran, tindak tanduk dan cirri-ciri lain dari sasaran persepsi.

1.2.3 Faktor situasi

Faktor ketiga yang turut berperan dalam membentuk persepsi seseorang adalah factor situasi. Dalam hal ini tinjauan persepsi terus secara kontektur artinya perlu diperhatikan dalam situasi yang mencari suatu persepsi itu timbul.

2. Orang tua

2.1. Defenisi Orang tua

(20)

kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul. Menurut (Bailon dan Maglaya, 1998 dalam Supartini 2004), mengemukakan keluarga sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam perannya. Jadi keberadaan keluarga ditengah-tengah anak sangat penting, baik dalam perawatan anak kala sehat maupun selama anak dalam perawatan di Rumah Sakit keluarga adalah pemberi perawatan terbaik bagi anak.

Orang tua tidak dapat dipisahkan dari ikatan keluarga yang mempunyai peran dan fungsi yang penting dalam pendidikan anak. Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam kondisi dan situasi tertentu (Effendy, 1998).

(21)

3. Komunikasi efektif

3.1. Defenisi komunikasi

Komunikasi berasal dari kata “to Commune” yang berarti “menjadikan milik bersama”. Berikut beberapa pengertian komunikasi. Komunikasi adalah pertukaran informasi antara dua atau lebih manusia, atau dengan kata lain pertukaran ide dan pikiran (Kozier & Erb, 1995). Komunikasi proses pengoperan lambang yang memiliki arti di antara individu. Komunikasi adalah proses ketika seorang individu (komunikator) mengoper perangsang (biasanya lambang bahasa) untuk mengubah tingkah laku individu yang lain (komunikan).

3.2 Defenisi komunikasi efektif

(22)

3.3. Bentuk – Bentuk Komunikasi Efektif.

3.3.1 Komunikasi verbal

Bahasa dapat membantu kita untuk memiliki kemampuan memahami dan menggunakan symbol, khususnya symbol verbal dalam pemikiran dan berkomunikasi. Secara etimologis, kata verbal berasal dari verb (bahasa Latin) yang berarti word (kata). Word merupakan terjemahan dari bahasa Yunani, rhema, yang berarti ‘sesuatu’ yang digunakan untuk menggambarkan tindakan, eksistensi, kejadian, atau peristiwa, atau ‘sesuatu’ yang digunakan sebagai pembantu atau penghubung sebuah predikat. Kata ‘verbal’ sendiri berasal dari bahasa Latin, verbalis, verbum yang sering pula dimaksudkan dengan ‘berarti’ atau ‘bermakna melalui kata-kata’, atau yang berkaitan dengan ‘kata’ yang digunakan untuk menerangkan fakta, ide, atau tindakan yang lebih sering berbentuk percakapan lisan daripada tulisan. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa komunikasi verbal adalah bahasa kata – kata dengan aturan tata bahasa, baik secara lisan maupun secara tertulis. Dan hanya manusia yang dapat melambangkan keadaan dunia malalui bahasa (Irapurwitasari, 2009)

(23)

menggunakan bahasa pengalihan untuk melindungi diri dari kenyataan atau situasi yang menyakitkan dengan mengalihkan topik pembicaraan (Wong, 2008).

3.3.2. Komunikasi Non verbal

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi dengan menggunakan bahasa

tubuh, gerakan , ekpresi wajah, postur tubuh, dan reaksi.Selain kata yang diucapkan, pesan juga disampaikan secara nonverbal atau paralanguage. Anak yang masih kecil sangat mampu memahami paralanguage sebelum mereka memahami makna kata-kata. Sebagian orang tidak berupaya secara sadar untuk mengontrol paralanguage mereka maka ini merupakan petunjuk yang sangat berharga terhadap perasaan dan perhatian seseorang (Wong, 2008). Komunikasi

nonverbal adalah proses

(24)

3.3.3. Komunikasi Abstrak

Komunikasi abstrak dapat berbentuk permainan, ekspresi artistik, symbol, foto, dan pilihan pakaian (Wong, 2008).

3.4. Pedoman komunikasi.

Ketika perawat berbicara dengan anak – anak, mereka berfokus pada individu untuk menentukan orang seperti apa mereka, model penyelesaian masalah yang digunakan, bantuan dan cara mereka bereaksi terhadap konseling. Pengembangan ketrampilan komunikasi dapat difasilitasi dengan mengikuti beberapa prinsip pedoman salah satunya menetapkan suatu ruang lingkup untuk komunikasi. Menurut Wong (2008) prinsip ini harus memperhatikan hal-hal berikut:

a. Perkenalan yang tepat

Memperkenalkan diri dan menanyakan nama setiap anggota keluarga yang hadir merupakan langkah awal yang penting dalam komunikasi. Pada permulaan komunikasi, libatkan anak dalam interaksi dengan menanyakan nama, usia, dan informasi lain mengenai mereka pada orangtua.

b. Peran klasifikasi dan penjelasan

(25)

c. Pendekatan Awal

Untuk membuat individu merasa nyaman dan mengembangkan hubungan saling percaya, awali komunikasi dengan percakapan yang umum. Berikan kesempatan pada orang tua dan anak untuk mengekspresikan perhatian utama dalam suasana yang akrab dan santai. Pendekatan awal juga menunjukkan keresponsifan informan terhadap pertanyaan.

d. Menjamin Privasi dan Kerahasiaan.

Lingkungan fisik harus semaksimal mungkin menunjang privasi, dengan meminimalkan kebisingan atau aktivitas lain. Kerahasiaan juga merupakan komponen penting dalam komunikasi. Pastikan untuk menginformasikan keluarga tentang batasan yang berhubungan dengan kerahasiaan .

3.5. Syarat Komunikasi

Untuk membuat komunikasi efektif menurut Tamsuri (2006) diperlukan beberapa syarat yang selanjutnya dikenal dengan Tujuh C. dalam komunikasi (The seven C.’s of Communication), yaitu :

a. Credibility (kredibilitas)

Adalah pengakuan komunikan terhadap keberadaan komunikator posisi dan kedudukan dalam strata sosiokultural tertentu memengaruhi pengakuan dan kredibilitas seseorang.

(26)

Adalah situasi dan kondisi relevan dengan keadaan si penerima pesan dan dapat meliputi konsentrasi dan perhatian (atensi) individu yang terlibat dalam komunikasi maupun situasi / kondisi lingkungan.

c. Content (isi)

Adalah merupakan materi yang akan disampaikan sebagai pesan oleh komunikator, yang berpengaruh bagi penerima pesan.

d. Clarity (kejelasan)

Adalah pesan yang disampaikan oleh komunikator diterima dan dimengerti oleh penerima.

e. Continuity dan consistency (kontinuitas dan konsistensi)

Adalah pesan yang disampaikan konsisten dan berkesinambungan dan tidak menyimpang dari topik dan tujuan komunikasi yang telah ditetapkan

f. Capability of audience (kemampuan komunikan).

Materi ( isi pesan) dan tehnik penyampaian pesan disesuaikan dengan kemampuan penerimaan sasaran,sedangkan pesan itu sendiri mudah diterima.

4. Komunikasi pada Anak Masa Prasekolah (Usia 3-6 tahun)

(27)

keperawatan, terutama anak prasekolah. Penelitian menunjukkan bahwa perilaku dan ucapan yang ditunjukkan perawat dapat menimbulkan trauma pada anak ( Supartini, 2004) untuk itu penting sekali perawat menggunakan pendekatan yang tepat melalui komunikasi yang dijalankannya pada anak sesuai dengan tahapan usia anak misalnya Pendekatan pada orangtua terlebih dahulu,baru mulai kontak dengan anak.

Masa prasekolah atau sering disebut masa kanak-kanak awal adalah periode pada saat anak berusia 3-6 tahun. Pada masa ini, anak mulai mandiri dan mengembangkan keterampilan dirinya untuk berinteraksi dengan orang lain (Wong, 2008).

Masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan saat dimana individu relatif tidak ber daya dan tergantung pada orang lain.Ciri awal masa kanak-kanak sering tercermin dalam sebutan yang biasanya diberikan oleh para orangtua. Pendidik dan ahli psikologi. Sebagian besar orangtua menganggap awal masa kanak-kanak sebagai usia yang mengundang masalah atau usia sulit. Masa kanak-kanak lebih menyulitkan dari pada masalah perawatan fisik masa bayi.

(28)

sebagian besar waktu juga bermain dengan mainannya. Dan para pendidik menyebut tahun-tahun awal masa kanak sebagai usia prasekolah. Anak yang mengikuti taman Indira atau taman kanak-kanak juga dinamakan anak-anak prasekolah dan bukan anak sekolah. Dirumah, dipusat-pusat perawatan, taman Indira atau taman. Awal masa kanak-kanak merupakan masa persiapan. Sedangkan sebutan yang digunakan para ahli psikologi ialah masa kelompok masa dimana anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri pada waktu mereka masuk kelas satu (Hurlcock, 1980).

Pada masa prasekolah, anak masih bersifat egosentris. Mereka memandang sesuatu hanya dalam hubungannya dengan diri mereka dan dari sudut pandang mereka sehingga komunikasi yang dilakukan hendaknya difokuskan pada diri mereka. Misalnya anda dapat membicarakan aktivitas bermainnya, kemampuan makan mereka, dan sebagainya. Pada masa ini, anak ingin ditanyai tentang hal-hal yang telah didapat mereka lakukan.

(29)

Untuk itu dalam menerapkan komunikasi hendaknya ajarkan kata-kata yang sederhana, kalimat pendek, pengulangan kata yang familier dan memberi keterangan dengan penjelasan Dalam mengembangkan komunikasi pada anak, perlu diperhatikan bahwa anak tidak hanya memperhatikan pesan yang diucapkan saja, tetapi juga memperhatikan situasi non verbal yang disampaikan. Ada beberapa teknik komunikasi yang efektif menurut Tamsuri (2006).

Beberapa tehnik komuniksi efektif yaitu :

a. Yakinkan apa yang akan dikomunikasikan dan bagaimana mengkomunikasikannya. Hal ini berkaiatan dengan kejelasan pesan yang ingin disampaikan.

b. Gunakan bahasa yang jelas dan dapat dimengerti komunikan. Seringkali perawat menemui pasien yang tidak dapat berbahasa indonesia, sedangkan perawat itu sendiri tidak dapat berbahasa seperti bahasa pasien .Dalam kondisi seperti ini, orang ketiga diperlukan untuk menjabatani proses komunikasi tersebut.

c. Gunakan media komunikasi yang tepat dan adekuat. Media tertentu tepat untuk komunikasi tertentu. Perawat yang sedang memberi penyuluhan pada satu orang pasien tidak perlu menggunakan flip chart, tetapi cukup dengan brosur atau leaflet. Sebaliknya dalam satu kegiatan penyuluhan pada 25 orang tidak cukup hanya dengan brosur saja,tetapi diperlukan media yang tepat seperti flip chart atau film.

(30)

lebih baik lagi apabila disertai dengan udara yang nyaman dan tidak terlalu panas.

e. Dengarkan dengan penuh perhatian terhadap apa yang sedang diutarakan komunikan karena apa yang diutarakan komunikan adalah umpan balik terhadap pesan yang diberikan komunikator.

f. Hindarkan komunikasi yang tidak disengaja. Setiap proses komunikasi yang dijalankan hendaknya mempunyai tujuan yang jelas dan dilakukan dengan berencana.

g. Ingat bahwa komunikasi adalah proses dua arah, yaitu harus terjadi umpan balik antara komunikator dan komunikan.

(31)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual dalam penelitian ini menggambarkan tentang persepsi orangtua terhadap kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi efektif pada anak masa prasekolah (3-6 Tahun) di Rumah Sakit Umum Martha Friska.

Adapun kerangka konseptual pada penelitian ini sebagai berikut :

Keterangan :

: Diteliti : Tidak diteliti : Berhubungan Persepsi Orangtua Komunikasi efektif meliputi :

- Komunikasi verbal - Komunikasi nonverbal - Komunikasi abstrak

Faktor Yang Mempengaruhi 1. Pekerjaan

2. Pendidikan

(32)

2. Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Persepsi bahasa dan ekspresi

Penyampaianpesan dengan menggunaka bahasa tubuh.

Penyampaian pesa dalam berbentu permainan, simbol, fot dan pilihan pakaian

(33)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis deskriptif. Desain ini digunakan untuk mengidentifikasi persepsi orang tua terhadap kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi efektif pada anak Masa Prasekolah (3-6 Tahun) di Rumah Sakit Martha Friska Medan.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

2.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah orang tua yang mempunyai anak

Masa Prasekolah (3-6 Tahun) yang dirawat di Ruang Anak 3B Rumah Sakit Martha Friska Medan 2009. Berdasarkan data dari Ruang Anak Rumah Sakit Martha Friska Medan, mulai Januari-Maret 2009 jumlah pasien anak yang dirawat adalah 120 orang.

2.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan wakil dari populasi (Machfoed, 2005). Setiadi(2007) mengatakan jika jumlah lebih kecil dari 10.000, sampel dapat diambil dengan menggunakan rumus populasi :

N n =

(34)

120 n =

1 + 120(0,05²)

120 n =

1 + 0,3 n = 92

Keterangan : N : Jumlah populasi n : Jumlah Sampel

d : Tingkat Kepercayaan (Notoadmodjo, 2005)

Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian 92 orang namun

karena keterbatasan waktu peneliti maka jumlah sampel adalah 30 orang. Adapun metode pengambilan sampel ini adalah purposive sampling yaitu setiap responden yang memenuhi kriteria sampel dimasukkan dalam penelitian ini dalam yang telah ditentukan

( Nursalam, 2001). Adapun kriteria sampel adalah :

1. Ayah atau Ibu yang menjaga anak yang dirawat di ruang anak dengan usia masa prasekolah (3-6 Tahun)

2. Bisa membaca dan menulis dan berbahasa indonesia

3. Bersedia untuk menjadi responden dan memungkinkan untuk mengisi kuesioner ini .

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di ruang rawat inap anak 3B Rumah Sakit Martha

(35)

penelitian tersebut merupakan tempat peneliti kerja. Di samping itu, penelitian akan lebih mudah mendapatkan informasi yang berhubungan dengan penelitian. Rumah Sakit itu juga memenuhi responden yang dibutuhkan penelitian dan belum pernah dilakukan penelitian.

4. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan mulai dari 12 Nopember-12 Desember 2009

5. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah proposal disetujui oleh institusi pendidikan,

kemudian proposal penelitian juga harus disetujui dan memperoleh izin pengumpulan data yang didapat dari direktur rumah sakit martha friska Medan. Dalam penelitian ini peneliti juga melakukan pertimbangan etik yaitu peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu serta menjelaskan tentang tujuan, manfaat dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko fisik maupun psikis. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan kerahasian informasi yang diberikan kepada penelitian dan kerahasiaan informasi yang diberikan kepada penelitian yang dijamin oleh peneliti (Nursalam, 2001).

(36)

6. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan bagian dari penelitian yang terdiri dari dua kuesioner yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner persepsi. Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner. Kuesioner ini dapat dibagi 2 bagian, yaitu pembagian pertama tentang Kuesioner data demografi yang berisi : usia orang tua yang memenuhi anak usia 3-6 tahun, usia anak, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, suku agama, penghasilan. Sedangkan bagian yang kedua berisi pernyataan tentang persepsi orangtua terhadap kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi efektif pada anak masa prasekolah ( 3-6 Tahun) dengan menggunakan skala Likert dengan cara menetapkan bobot jawaban, terhadap tiap-tiap item (Marlis,1995). Kuesioner yang dibuat terdiri dari 20 pernyataan dengan menggunakan skala Likert yaitu Kuesioner komunikasi Verbal terdiri dari 7 pernyataan (nomor 1-7 dengan nomor 1, 2, 3, 4, 5, pernyataan positif dan nomor 6 ,7, pernyataan negatif ), 7 pernyataan komunikasi nonverbal (nomor 8 -14 dengan nomor 8,9,10,11 pernyataan negatif dan nomor, 12, 13, 14, pernyataan positif ), 4 pernyataan komunikasi Abstrak (nomor 15-20 dengan nomor 15, 16, 17, 18, pernyataan positif dan nomor 19, 20 pernyataan negatif ). Bagian kedua ini berbentuk pernyataan dengan menggunakan skala Likert dan pilihan jawaban dengan rentang skala 1-3 yaitu baik (skore 3), cukup (skore 2), kurang (skore 1) total skore 1-80 . Bedasarkan rumus statistik menurut Sudjana (1992) adalah :

Rentang P =

(37)

Dimana P merupakan panjang kelas dengan nilai tinggi dikurang nilai terendah sehingga didapat nilai rentang kelas dan banyak kelas adalah 3 kelas. Dari hasil perhitungan, maka rentang persepsi orangtua terhadap kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi efektif pada anak usia prasekolah menurut (Nursalam, 2005) untuk kategori : Baik (41-60), Cukup (21-40), Kurang (1-20).

7. Uji validitas

Uji validitas adalah suatu instrumen akan dikatakan valid bila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk mengevaluasi keadekuatan validitas kuesioner persepsi orang tua terhadap kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi efektif pada anak masa prasekolah peneliti menggunakan tehnik content validity yang membuktikan instrumen lebih sahih yang akan dilakukan oleh orang yang ahli di bidang komunikasi teraupeutik dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yaitu Ibu Jenny M Purba, SKp, MNS dengan content validity index (cvi) adalah

8. Uji Reliabilitas

(38)

reabilitas 10 orang di ruang rawat inap 3C di Martha Friska pada saat 28 Oktober 2009 sampai 10 november 2009. Uji formula cronbach alpha harus > 0,7 agar dianggap realibel maka kuesioner ini layak digunakan (polit, 1995). Hasil uji reliabilitas diperoleh hasil 0,772.

9. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langka-langkah

sebagai berikut :

a. Setelah mendapat rekomendasi dari bagian pendidikan Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara, kemudian mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada direktur Rumah sakit Martha Friska Medan.

b. Melaksanakan penelitian setelah mendapat izin dari direktur Rumah Sakit Martha Friska Medan.

c. Menjelaskan tujuan penelitian kepada responden dan meminta kesediaannya untuk menjadi responden penelitian.

d. Bila responden bersedia untuk menjadi responden penelitian, kemudian peneliti mengajukan surat persetujuan responden untuk ditandatangani.Bila responden tidak bersedia menandatangani, responden dapat memberi persetujuan secara lisan.

(39)

f. Mengingatkan responden untuk mengisi kuesioner sesuai dengan apa yang dilhat dan dilakukan oleh responden dan harus diisi diri sendiri dan peneliti tetap mendamping responden selama pengisian kuesioner.

g. Setelah diisi, peneliti mengumpulkan kuesioner kembali dan memeriksa kelengkapan dari kuesioner tersebut. Jadi seluruh data terkumpul lebih dari 2 minggu mulai dari 28 oktober 2009 sampai dengan 10 november 2009 pada orangtua anak yang dirawat inap di ruang 3C Rumah sakit Martha Friska Medan.

10. Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul dan melalui beberapa tahap dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi, kemudian data yang sesuai diberikan kode (Coding) untuk memudahkan peneliti dalam tabulasi dan analisa data. Selanjutnya memasukkan (entry) data ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi dengan menggunakan deskriptif statistik.

(40)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai Persepsi Orangtua Terhadap kemampuan Perawat dalam melakukan Komunikasi efektif pada Anak Usia Prasekolah di Ruang 3B Rumah Sakit Martha Friska Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12 November 2009 sampai dengan 16 Desember 2009 di Rumah Sakit Marta Friska Medan. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 30 orang yaitu orangtua dari anak yang dirawat. Penyajian hasil analisa data penelitian ini meliputi data demografi dan persepsi orangtua terhadap kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi efektif pada anak usia prasekolah di Rumah Sakit Martha Friska Medan.

1.1 Data demografi

Dalam penelitian ini seluruh responden adalah Orangtua pasien yang menjaga pasien saat dirawat di Rumah Sakit Martha Friska Medan. Deskripsi krakteristik mencakup usia orangtua, Pendidikan orangtua, Pekerjaan orangtua, Agama, Suku, Penghasilan, dapat dilihat pada tabel 5.1.1

(41)

berdasarkan Agama mayoritas responden beragama islam yaitu 20 orang (66.7 %), Suku mayoritas responden suku Batak dan Jawa (36.7%). Sedangkan pekerjaan responden mayoritas Pegawai Swasta yaitu 15 orang (50.0%), sedangkan penghasilan kepala keluarga berada pada interval Rp 1.200.000 – Rp 1.500.000 yaitu 11 0rang (36,7%). Untuk lebih kelengkapannya dapat dilihat pada tabel.1.1

Tabel 1.1 Distribusi frekuensi karakteristik data demografi berdasarkan persepsi orangtua terhadap kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi efektif pada anak usia prasekolah di RSMF Medan (N=30)

NO Karateristik Frekuensi Persentase

(%) 3 Pendidikan orangtua

SD 4 Pekerjaan Orangtua

(42)

6 Penghasilan

Rp 900.000-1.200.000 Rp 1.200.000-1.500.000

1.2. Persepsi Orangtua terhadap perawat dalam melakukan komunikasi

efektif pada anak prasekolah.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa persepsi orangtua terhadap kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi efektif pada anak usia prasekolah di Rumah Sakit Martha Friska Medan dilihat dari jawaban responden terhadap kuesioner yang terdiri komunikasi verbal, non verbal, dan abstrak.

Berdasarkan jawaban yang yang diberikan responden , diperoleh bahwa kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi pada anak usia prasekolah dipersepsikan bagus oleh responden. Bila dilihat untuk setiap komponen komunikasi perawat diperoleh bahwa seluruh komponen lebih banyak ditanggapi baik.

Dari jawaban responden tentang persepsi orangtua terhadap kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi efektif pada anak usia prasekolah dibedakan menjadi 3 kategori yaitu kategori baik, cukup, dan kurang baik

(43)

Tabel 1.2 Distribusi frekuensi dan persentase persepsi orangtua terhadap kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi efektif pada anak usia prasekolah (n = 30)

No Persepsi orangtua terhadap kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi efektif pada anak usia praekolah

Frekuensi Persentase

1 Baik 22 73.3 %

2 Cukup 8 26.7 %

3 Kurang Baik 0 0 %

Total 30 100

Hasil pada tabel menunujukkan bahwa persepsi untuk keseluruhan komponen kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi pada anak termasuk kategori baik.

Tabel 1.3 Distribusi frekuensi dan persentase responden tentang komunikasi perawat (n=30)

No Sub Variabel Kategori Persepsi

Baik Cukup Kurang

Desain dekriptif digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi orangtua terhadap komunikasi perawat dalam melakukan komunikasi efektif pada anak usia prasekolah. Berdasarkan hasil yang telah di peroleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan peneliti tentang persepsi orangtua terhadap komunikasi perawat terhadap anak usia prasekolah.

(44)

komunikasi pada anak usia prasekolah adalah baik terbukti 22 orang (73,3%) dapat melakukan komunikasi verbal, komunikasi non verbal dan komunikasi abstrak pada anak saat melakukan asuhan keperawatan, sedangkan sebanyak 8 orang (26.7%) persepsi orangtua perawat dapat melakukan komunikasi efektif adalah cukup.

Dalam penelitian ini mayoritas 22 orang (73.3%) perawat menggunakan komunikasi efektif baik itu komunikasi verbal, atau non verbal serta komunikasi abstrak dalam melakukan asuhan keperawatan.Dalam asuhan keperawatan perawat harus dapat berinteraksi dengan pasien, Namun penjelasan suatu tindakan asuhan keperawatan dengan istilah kedokteran tidak baik haruslah bahasa yang dapat dimengerti oleh anak sehingga anak dapat mengerti.

Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mengandung pengiriman dan penerimaan informasi yang paling cermat. Pengertian pesan yang mendalam oleh kedua belah pihak perawat dan pasien dan pengambilan tindakan yang tepat terhadap penyelesaian pertukaran informasi (Moekitat, 1993). Syarat komunikasi yang baik menurut Purwanto (1994) adalah: menggunakan bahasa yang baik agar artinya jelas, lengkap agar pesan yang disampaikan dipahami kemungkinan secara menyeluruh, atur arus informasi sehingga antara pengiriman dan penerimaan, ada umpan balik seimbang, dengarkan secara aktif, tahan emosi.

(45)

komunikasi yang dilakukan hendaknya difokuskan pada diri mereka. Misalnya anda dapat membicarakan aktivitas bermainnya, kemampuan makan mereka, dan sebagainya. Pada masa ini, anak ingin ditanyai tentang hal-hal yang telah didapat mereka lakukan dan memberi pujian (Hurlcock, 1980).

Dalam penelitian ini mayoritas 25 perawat (83.3%) perawat berkomunikasi dengan anak tampa ada kontak mata, 24 perawat (80.0%) perawat tidak berhadapan dengan anak saat melakukan komunikasi, 26 perawat (86.7%) perawat melipat tangan saat melakukan komunikasi pada anak, 20 perawat (66.7%) perawat bersikap melipat kaki pada saat melakukan komunikasi pada anak.

(46)

keperawatan, terutama anak prasekolah. Penelitian menunjukkan bahwa perilaku dan ucapan yang ditunjukkan perawat dapat menimbulkan trauma pada anak ( Supartini, 2004).

Untuk itu penting sekali perawat menggunakan pendekatan yang tepat melalui komunikasi yang dijalankannya pada anak sesuai dengan tahapan usia anak misalnya Pendekatan pada orangtua terlebih dahulu, baru mulai kontak dengan anak. Banyak faktor penyebab ketidakpuasan pasien di rumah sakit salah satunya adalah faktor komunikasi antara perawat dengan dokter. Tingkat kepuasan pasien sangat tergantung pada bagaimana faktor tersebut diatas dapat memenuhi harapan–harapan. Sebagai contoh faktor komunikasi verbal dan nonverbal perawat dalam komunikasi teraupeutik apabila dilaksanakan tidak sesuai dengan spirit dalam komunikasi tersebut maka yang dihasilkan adalah respon

(47)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian dalam bentuk kesimpulan dan saran.

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa persepsi orangtua terhadap kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi efektif terhadap anak usia prasekolah terdapat 22 responden (73.3%) mengatakan perawat memiliki kemampuan dalam melakukan komunikasi efektif pada anak adalah baik sedangkan 8 responden (26.7%) mengatakan terdapat perawat memiliki kemampuan dalam melakukan komunikasi efektif adalah cukup. Komunikasi verbal, non verbal, dan abstrak mayoritas dapat dilakukan perawat 3B, namun perlu ditingkatkan karena tingkat kepuasan dari pasien dapat didukung dari komunikasi perawat.

(48)

dengan karakteristik perkembangannya, sering kali sulit diajak bekerja sama dalam asuhan keperawatan, terutama anak prasekolah.

2. Saran – saran

a. Saran terhadap penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan ataupun tambahan bagi penelitian selanjutnya dengan topik dan hendaknya di ruang lingkup yang sama dengan penelitian ini. Peneliti juga menyarankan agar pada penelitian selanjutnya hendaknya menggunakan metode observasi lagsung tentang kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi pada anak usia pra sekolah dan menambah jumlah responden .

b. Saran pendidikan keperawatan

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian,Suatu pendekatan praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta

…………, (1998).Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktek. Jakarta. Penerbit Rineka Cipta

Arwani (2004). Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC

Damandiri. (2009). Pengertian Orangtua.Diambil pada tanggal 22 juni2009 dari

Departement Kesehatan Repoblik Indonesia. (1992). Undang – Undang Repoblik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Jakarta

Effendy. (1998). Dasar-dasar Kesehatan Masyarakat. Cetakan Pertama. Jakarta: EGC

Hurlock (2002). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. ...(1998). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga

Hidayat (2005), Pengantar ilmu keperawatan Anak. Salemba Medika Karyoso (1994). Pengantar komunikasi Bagi Siswa perawat. Jakarta: EGC

Mardalis (1995). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Edisi III. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Nursalam (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo, S (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsio Dasar. Jakarta :Rineka Cipta

...(2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Potter & Perry (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, proses & praktek. Edisi 4. Vol 1. Jakarta: EGC

(50)

Rahmad (2004). Psikologi Komunikasi: Edisi Revisi. PT Remaja Rosdakarya: Bandung

Sudjana. (1992). Metode Statistika. Edisi ke 5. Bandung: Tarsito. Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC Suryani (2006). Komunikasi Teraupeutik: Teori & praktek. Jakarta: EGC Supartini (2004). Buku Ajar: Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC Sunaryo (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Tamsuri (2006).Buku Saku: Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC Walgito (2004). Pengantar Psikologi Umum. Jogjakarta: Andi Yogyakarta.

(51)

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Nama saya Rusmauli Lumban Gaol, saya adalah Mahasiswa jalur B Fakultas Keperawatan Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang Persepsi Orangtua terhadap kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi efektif pada Anak usia Prasekolah di Ruang anak 3B Rumah Sakit Martha Friska Medan.

Orangtua diharapkan kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, dimana jawaban yang diberikan tidak akan mempengaruhi Orangtua jika orangtua bersedia, maka saya akan memberikan lembar kuesioner untuk diisi.

Partisipasi Orangtua dalam penelitian ini bersifat sukarela, peneliti akan menjamin identitas dan kerahasiaan jawaban dari orangtua berikan. Orangtua bebas menanyakan tentang penelitian ini.

Terima kasih atas perhatian dan kesediaan para orangtua sekalian dalam penelitian ini.

Medan, November 2009

Peneliti, Responden

(52)

Lampiran 2

PERSEPSI ORANGTUA TERHADAP KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN KOMUNIKASI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DIRUANG 3B RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA

MEDAN

Kode : Tanggal : A. DATA DEMOGRAFI

Petunjuk Pengisian :

a. Semua pertanyaan harus diberi jawaban

b. Istilah pertanyaan dengan memberi tanda chek list ()

(53)

5 KUESIONER PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP KOMUNIKASI PERAWAT PADA ANAK USIA PRASEKOLAH Lampiran 2

a. semua pertanyaan harus anda beri jawaban Petunjuk Pengisian :

b. Isilah pertanyaan dengan memberi tanda chek list () pada jawaban c. Bila ada yang kurang dipahami, dapat ditanyakan kepada peneliti

Keterangan

Perawat selalu berinteraksi dengan anak saat melakukan tindakan keperawatan

Perawat menggunakan istilah kedokteran saat memberikan penjelasan tentang penyakit

Perawat selalu menjadi pendengar yang baik pada saat anak menceritakan keluhan tentang penyakitnya

Komunikasi perawat mudah dipahami dan dimengerti oleh anak Perawat terlebih dahulu menjelaskan tujuan tindakan/sebelum melakukan tindakan dengan bahasa yang jelas dan dimengerti oleh anak dan keluarga

Perawat menggunakan intonasi tinggi pada saat berbicara dengan anak

(54)

8

Perawat tidak mempertahankan kontak mata dengan anak pada saat berkomunikasi

Perawat tidak berhadapan dengan anak pada saat berkomunikasi pada anak

Perawat melipat tangan saat berbicara dengan anak

Perawat bersikap melipat kaki pada saat berbicara pada anak Perawat bersikap membungkuk kearah anak saat berkomunikasi Perawat bersikap terbuka pada anak dengan tidak melipat kaki dan tangan pada saat melakukan komunikasi pada anak

Perawat bersikap hormat dengan menggunakan senyuman pada saat melakukan komunikasi pada anak

Komunikasi Abstrak

Perawat menggunakan gambar/ foto untuk menjelaskan kepada anak tentang tindakan keperawatan yang akan dilakukan .

Perawat menunujukkan gambar – gambar alat medis kepada anak saat melakukan asuhan keperawatan

Perawat melakukan asuhan keperawatan kepada anak sambil bermain

Pesan yang disampaikan oleh perawat selalu dapat dipahami dan diterima oleh anak

Perawat melakukan asuhan keperawatan kepada anak dengan menggunakan pakaian bersih dan seragam

(55)

Reliability

Tabel oleh data karateristik demografi

(56)
(57)

penghasilan

Frequency Tabel hasil olah data kuesioner

(58)
(59)
(60)
(61)
(62)

SURAT KETERANGAN UJI VALIDITAS

Judul :Persepsi Orangtua terhadap kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi efektif pada anak usia prasekolah di Ruang Anak 3B Rumah Sakit Martha Friska Medan Nama Mahasiswa : Rusmauli Lumban Gaol

NIM : 0811210068

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2008

Telah memenuhi syarat dan telah melakukan validitas instrumen kuesioner sejumlah 20 butir pernyataan, pengujian instrumen kuesioner oleh Ibu Jenny M Purba, SKp, MNS.

Medan, November 2009

Gambar

Tabel 1.1 Distribusi frekuensi karakteristik data demografi berdasarkan  persepsi orangtua terhadap kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi efektif pada anak usia prasekolah di RSMF  Medan (N=30)
Tabel 1.2 Distribusi frekuensi dan persentase  persepsi orangtua terhadap kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi efektif pada anak  usia prasekolah (n = 30)

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Kurt Lewin. Penelitian ini terdiri dari prasiklus, siklus I dan siklus II.

kerja dari kantor pusat bank umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah,

Dalam rangka pelaksanaan pelelangan paket pekerjaan pada Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Deputi IGD 1 Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2017 berikut kami

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan estimasi karbon tersimpan pada tegakan mangrove Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur adalah

Seleksi cabang Tilawah Al Qur’an dilaksanakan pada malam hari untuk golongan dewasa, pagi dan siang hari untuk golongan anak-anak/remaja. Mimbar Tilawah yaitu tempat

Preform Sintering Fiber Drawing Soot deposition.

Alur inti dari cerita ini merupakan sebuah kehidupan yang harus dijalani oleh seorang keturunan kiai dan pendiri pondok pesantren ysng harus dengan sabar dalam menjalani

Tahap selanjutnya pada penelitian ini yaitu pembentukan natrium silikat (Na 2 SiO 3 ), dimana untuk memperoleh larutan natrium silikat serbuk kaca dan NaOH yang telah