• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Antarpribadi Antara Anggota Couchsurfing yang Memberi Tempat Tinggal Kepada Warga Negara Asing (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Komunikasi Antar Pribadi Anggota Couchsurfing yang Memberi Tempat Tinggal Secara Gratis Kepada Warga Negara Asi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunikasi Antarpribadi Antara Anggota Couchsurfing yang Memberi Tempat Tinggal Kepada Warga Negara Asing (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Komunikasi Antar Pribadi Anggota Couchsurfing yang Memberi Tempat Tinggal Secara Gratis Kepada Warga Negara Asi"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Transkrip wawancara Khairul

Tahu couch surfing itu dari 2009 kalau ga salah, eh 2006an gitu cuma itu kemarin ga aktif karena tinggalnya masih sama orang tua trus di tahun lalu mulai gabung lagi karena kebutulan waktu tu ga sengaja sih ketemu orang di malaysia, ketemu, terus, ngomong ngomong ngomong dia bilang, eh, masuk ke cs aja karena kemarin kan udah tau cs kan itu, pulang dari sana coba iseng-iseng, trus ga lama setelah buat akun lagi ada yang request buat, ini, stay di rumah. Jadi mulai dari situ, sekitar tahun lalu sih aktifnya. Sejak 2006 ga aktif karena ketika itu juga masih sekolah juga kan dan ga mau kemana-mana juga dan ga bisa ng-host juga karena tinggal sama orang tua. Jadi trus setelah itu kemarin yaudahlah, udah tinggal sendiri juga, trus udah, udah, udah mau jalan-jalan kemana-mana, jadi mulailah.

Iya aktifnya sih gitu (dari 2015 awal). Ya.. Menurut saya sih itu yang pertama itu untuk wadah belajar sih, kayak, dan pengembangan diri, karena kalau kayak, dapat info dari sini taveling, dapat info traveling dari sini tuh bisa diakses dengan mudah sih, jadi karena kita punya teman kan dari traveling ini jadi bisa tanya-tanya, jadi itu sih, tapi kalau travelingnya sendiri sih kalau saya pribadi saya kalau misalnya kan kalau kita kan kalau ditraveling kan ada yang ngehost ada yang dihost gitu kan, saya sih kalau ditraveling saya kurang suka dihost jadi kalaupun saya traveling saya cuma tanya info-info dr cs tapi nanti di sana cuma saya cuma meet up aja jadi saya ga, kurang suka di host tapi saya suka ngehost, saya agak ga nyaman, gitu.

(3)

penggundulan hutan, gitu-gitu, jadi dia mau mempelajari itu, trus e, itu kan dia nanya2 itu ke mana aksesnya ke sana, kalau saya bilang sih karena itu malam ya, ga mungkin ke sana malam2 gitu, jadi mesti tunggu gini, udah udah pesan hotel atau belom? Belom pesan, gini2, trus dia nanya2, dari bandara kesana berapa jauh, gitu2, trus saya, saya bilang sih, saya rumah saya di binjai, kan kebetulan saya di binjai, jadi kan saya bilang kalau ke bukit lawang itu ngelewati rumah saya, gitu, jadi, pusat kota itu medan, binjai, baru ke bukit lawang, saya bilang gitu, klen bisa, kalau klen mau, kalian bisa cari hotel di binjai atau kalau ga, kalau ga mau, juga, tinggal di rumah sih bisa, karena saya tinggal sendiri, saya bilang gitu, trus dia bilang, oh, ya dengan senang hati, mungkin karena, traveling, traveling budget kali, saya juga ga ngerti kan, yaudah trus mereka stay di rumah saya.

Biasa mereka yang pesan, apa sih, kirim pesan, dia kirimnya private message sih, request. Satu atau dua itu kenal dari si yessy, trus kan, berapa, dia jadi, e, si yesi host dia, trus kami ketemu, dinner gitu kan, besok-besoknya dia mau tinggal di rumah saya, jadi, pindah. Karena kan rumahnya ga jauhan juga.

Oh, ga ada sama sekali, saya sih, welcome every one sih, asal jangan, asal junkie, saya kalau jinkies, enggak ya, junkies, atau apa itu, pokoknya yang drugs, saya, saya enggak, cuman kalo bisa sih, selama masih normal, saya, saya terima aja sih, mau gaya kek mana, tapi, tapi kalau bisa sih bersih. Enggak, saya kalau saya tau, di saat itu juga saya tau, saya langsung bilang, kalau memang mau gunai ini, e, pergi dari rumah saya, saya pasti bilang kayak gitu, saya sih ga mau ambil risiko. Gitu. Selama ini benda tajam belum pernah, tapi kalau ada saya, saya ga terima, saya yang berhubungan dengan bahaya-bahaya itu, saya ga terima, saya kalo yang, yang gay juga pernah tingga; di rumah saya, saya ga pernah, saya ga peduli kalo kayak gitu, tapi kalo yang kayak, kayak, benda-benda tajam, drug gitu, saya sih ga terima. Ga juga sih, tapi ya ngerti lah, haha. Sejauh ini sih, alhamdulilah ga pernah sama sekali,aman aja, mungkin kalo, tamunya dari inggris soalnya saya belum dari inggris, kalo dari inggris kayaknya agak susah, karena aksennya agak beda, itu aja sih yang agak2, belum pernah juga. Kalo yang cs itu, kanada, terus, spanyol, e, udah gitu, prancis, e, ceko, yang dari jerman, jerman satu. Makanya itu gampang kali, karena mereka inggrisnya juga ga jelas, jadi sama2 belajar. E, persiapannya sih, oh, saya ga pernah, jadi dia mau datang dari mana aja kita tetap gunai bahasa inggris, saya ga peduli mau datang dari mana aja, saya ga, ga ya, e, oh ini orang jerman, saya ah, belajar ah, dikit2 jerman, enggak, haha., jadi dia mau datang, datang aja gitu, datang aja, ga mau

(4)

itu udah akrab, akrab, itu, kalau itu udah akrab kali, jadi kalau yang sekitar tiga hari itu biasa2 aja, gitulah, haha.

Jam kerja, kami sih jam 9 sampai jam 4, biasanya kalau yang, yang cuma tiga hari2 itu, karena kan jadwal mereka padat, jadi kan, mereka itu udah nyusun kan, oh besok mau kesini, jadi begitu saya mau pergi kerja, mereka juga pergi. Tapi kalau yang, yang kemarin lama itu, sampai dua muinggu, dia kan bisa santai2 di rumah, gitu, saya pikir, dia di rumah aja, sama yang kerja di rumahlah. Tapi yang kerja di rumah ga bisa bahasa inggris.

(5)

dan mereka terima. Mereka sih yang, eh, ini, kan mungkin mereka baca di mana, gitu, kan. Saya mau ke sini, saya kasih taulah, mau kesini lewat sini, tapi saya ga suka, kalau mau kesana, kesana aja, oh yaudah, saya kasih tau jalannya aja, mereka pergi sendiri, makanya saya welcome aja, ga penting kali sih, mereka kan udah besar kan, jadi. Ga sih, jadi kayak, kayak kalo, kalo. Yang dari spanyol itu, itu agak-agak stinky kamarnya, saya pernah masuk kamarnya, selama dia di situ agak stinky, itu agak risih, tapi kan ditutup juga, ya, kamarmu juga, udah biarlah, dia juga yang ngerasai kan, waktu dia pergi, yang kerja di rumah saya suruh lengket dikit dia komplain, yang itu, dia, dia bulak balik dia wa saya, dia mau ke rumah saya lagi, saya, saya (beralasan) lagi traveling, males (menerimanya kembali).

Kalau saya sih, saya, selama saya masih di sini sih, saya trima aja, selama saya ga sakit, saya kalau agak2 flu, saya males nerima orang gitu, maksudnya kayak mau demam2, tiba2 ada yang ngerequest, saya ga nerima, saya mending menyendiri di rumah aja gitu.

Dan kalau hobinya, saya, saya, saya welcome sekali, maksudnya kalo, biasa mah, movie ya, sukanya tuh nonton, tuh saya, oh kita coba nonton di, kalau saya tuh, saya ajak kemana2, tapi ke mall ya, nonton, ada juga yang suka nyanyi juga, karauke, kayak gitulah, nongkrong2 gitu. Kalau nongkrong, saya recommend, oh, di sini tempatnya enak, saya ajak kemana, kalau gitu saya mau, tapi kalau haiking, tracking. Kalau saya ada waktu dan mood lagi bagus, saya kawani, kayak yang kemarin dari malaysia itu, nah itu saya kawani dia, ke istana maimun, ke pajak ikan, belanja2.

Saya suka masak, jadi mereka kadang2 saya masakin. Saya motifnya sih, kayak, karena mungkin, di rumah ada teman enak sih, jadi temen yang, yang, maksudnya, kayak mana ya, ngobrolnya ya enak aja gitu, kalau temannya dari luar, setidaknya nambah pelajar aja sih, jadi infonya banyak gitu, infonya banyak. #00:15:42-5#

(6)

Transkip wawancara Erica

Profesi guru, status lajang, agama buddha, suku tionghoa, anak pertama dari 4 bersaudara. Hobi membaca, cita2 membenahi pendidikan.

Bergabung di cs pada 2015, sudah nerima tamu sekitar 20‘an. Cs menurut aku, karena aku suka travelling dan suka belajar and then kalau kita travelling kan tidak hanya untuk berwisata tapi juga untuk belajar. Misalnya kit ke suatu daerah mana yang belajar culturenya, gaya hidup mereka, hidup masyarakatnya. Jadi menurut aku cs bukan cuman gratisan ya memang sudah pasti nginap di tempat orang tapi lebih ke kita belajar sesuatu dari orang lain. Jadi kalau kita pengen belajar autentiknya gitu kita suatu tempat pengen belajar sukunya, budayanya, yang enaknya pake cs dari pada kita baca buku.

Karena di cs kita take & give, kita bisa serve dan kita bisa host. Jadi kita tidak hanya nerima perlakuan baik dari orang tapi kita bisa kasi atau bayar balek gitu istilanya.

Saya sudah sering ya travelling sendiri, kebanyakan backpacker titik. Selain nyari yang murah, sebenarnya juga nyari apa yang tidak ada di google, tidak ada di website, tidak ada di buku. Jadi menurut aku dapat sekali. Jadi ketika aku ketemu dengan orang lokal, mereka bisa nunjukin apa yang tidak ada di buku. So kita bisa jalan-jalan ke tempat yang cuman orang lokal yang tahu kesana. Walaupun bukan tempat yang begitu turistik,tapi aku memang tidak begitu suka keramaian, kurang nyaman menurut aku. Jadi, di cs dari hostnya atau teman kita yang ketemu nanti itu mereka bisa mewujudkan apa yang tidak ada di buku karena kalau yang di buku itu mau foto doang bisa kita google terus ambil aja tapi kan kita pingin belajar culture nya, kita pengen ke tempat yang tidak ada di buku. Ohh... Ternyata ada ya tempat kek gini. Ohhh... Ternyata ada ya makanan kek gitu. Sebenarnya fitur yang paling serinh aku pake itu ngehost ya. Karena sata sudah ngehost lebih dari duapuluhan kali, cuman kalau untuk surfing saya pernah pake waktu travelling tapi cuman beberapa kali sekitar 4 kali dan meet up pernah 3 kali. Jadi semua uda pernah di test sih. Kalau dari indonesia kemarin saya meet up tapi dari ngehost kemarin kebanyakan orang jerman.

Aku ga pernah milih-milih, dulu aku pernah pas pertama kali ngehost orang, aku yang offering ngirim pesan, maksudnya aku mau ngehost. Itu cuman sekaloi terjadi. Karena dia juga pertama kali surf, aku pertama kali ngehost jadi okaylah sama-sama baru. Tapi setelah itu ada lagi yang request jadi aku cuman sekali offering orang lain tapi aku lebih nerima request sih karena prinsipnya misalnya orangnya ngerequest biasanya mereka baca profile kita, jadi kalau mereka baca otomatis berarti kita ga usa susah lagi ngejelasin karena masing-masing rumah punya aturan masing-masing dan sifat orang masing-masing.lebih enaknya kalau kamu request kamu baca profile ku. Kamu tahu sleep arrangement nya gimana kemudian nya aku orangnya gimana, cocokkah. Kamu request, aku baca lagi profilenya.

(7)

sebenarnya sudah sangat membantu untuk mencari penginapan murah dan sebagainya. Jadi aku lihat apa sih sebenarnya cs, oh ternyata ada komunitas begini begitu. Terus aku register kemudian aku isengkan ngepost tweet aku pertamanya aku ga mau di host dulu nih, pengen tau dulu. Itu di surabaya. Abis itu aku ren, aku rencana mau ke bromo dan aku di host sama satu orang yang di probolinggo, nah disitu dia muslim. Posisinya dia lagi puasa tuh, aku jalan-jalan di saat yg salah. Maksudnya dimana aku tidak puasa dan susah sekali cari makan di pulau jawa, so aku pertamanya ga pengen ngehost ya, aku cuman pengen pake aplikasinya. So habis itu aku ketemu dengan keluarga ini, aku stay sama dia dan familynya semua lah. Jadi itu rumah keluarga, bukan ngekost atau giman kan. Habis itu pas aku mau balik dari bromo, aku nyari makan kan, gak ada. Memang benar-benar ga ada yang jualan gitu. Paling cuman ada yang jualan minuman doang, pas aku pulang ternyata uda dimasakin sama mamanya. So mereka kan lagi puasa dan mereka masakin untuk orang yang tidak puasa, dan mereka bilang makan aja. Kan saya jadi segan gitu, kan kalau makan orang ini lagi puasa. Maksudnya mau makan di kamar katanya gpp uda makan disini aja. Ok aku kan nerima kebaikan orang so, nanti ketika aku balik aku harus balikin nih kebaikan oran.

Pertama kali aku datang itu kan dikasih alamat, aku nyari tuh alamatnya. Dia nya lagi ujian toefl di malang, jadi ceritanya itu dia lagi ga dirumah. Terus aku tanya, kamu balik ga hari ini. Dia bilang balik kok tapi agak malam ya mbak. Tapi gpp aku uda bilang adik sama papa mama ku. Jadi pas aku kesana mama papa nya lagi tarawih, dan si adiknya itu ga solat karena nungguin aku. Kurasa aku bikin banyak trouble di keluarga mereka tapi mereka it‘s okay. Terus habis itu aku pada prinsipnya karena aku ga enak, aku kan ada bawa oleh-oleh dari medan yang memang aku kasih untuk host aku, jadi aku kasi dulu oleh-olehnya terus ngomong sama adiknya. Kan adiknya perempuan, terus ngomong kelas berapa, dan mulai-mulai nanyalah informasi di rumahnya, uda berapa orang, terus sering ga kakanya ngehost orang ga? Nanyalah gitu nyari informasi. Adiknya bilang uda sering begini-begini diceritain mana papa mama nya rupanya lagi tahrawih, mereka juga happy dan ga merasa keberatan jadi aku enjoy aja sih waktu papa mama nya datang. Memang aku dulu pernah stay di jakarta dan salah satu tradisi mereka kayak cium tangan gitu ya so aku pratice balek untuk respect mereka.

(8)

Enggak sih, aku ga pernah mikir. Cuma aku mikir yah kalau orang bawa pisau ya wajar sih ya. Kalau orang mau tracking kan bawa pisau. Karena aku sendiri kalau aku mau tracking aku bawa pisau kecil kek, gunting, atau cutter atau apalah. Itu biasa, selama itu bukan pistol. So hal2 kecil gitu aku ga peduli sih. Itu bukan urusan aku sh kamu mau apa, yang penting aku kasi tahu kamu peraturan di rumah ini seperti apa. Kalau kamu di terima kamu stay, tapi kalau kamu ngerasa oh ga deh, aku ga bisa gini-gini ya uda cari host lain aja.

Ga pernah minta gitu, fotokopi passport juga pernah.

Kl mereka ngomong nya pake bahasa eng ga pernah kesulitan, krn ada juga bbrp tamu yg ga begitu bisa bhs eng, jerman rata2 bahasa eng nya bagus cuman ada bbrp yang masi muda2 masih kurang. Host org rusia agak susah mereka ngomong nya tapi ya bisalah ga prnh ngeblank sama sekali. Ada kemaren yg orang melbourne ngomong nya bahasa ind. Dia lg belajar, dia datang awalnya bahasa eng tp dia minta sama aku utk bhs ind supaya utk improve yda ngomong bhs ind, ya emg itu asli org aussie.

Ada sih, krn aku sering ngehost orang germany aku interest dengan bahasa jerman, jadi aku sempat bbrp kali bljr sama org jerman. Ya bahasa germany Gapernah, ga pernah ada pikiran mau memperlakukan mereka kayak di germany so ketika lo ke indonesia kamu harus menikmati culture segala macam jadi disini bukan khusus utk kamu serve org jerman, atau sebagai negara kamu , negara berbeda so inilah tradisi segala macam makanan, malah mereka lbh senang kl makanan indonesia apalagi kl ada yg banyak jg org jerman yg vegetarian.

Sebenarnya tidak sulit ya karena mereka rata2 punya rasa pingin tahu yang tinggi mereka akan tanya aku biasa sih jawab apa yg mereka tnya. Aku jarang sekali memulai percakapan kl mereka lg sibuk searching atau apalah bukan nanya atau apa sampai lg ga lakuin apa2. Aku biasa nny, bsk rncana mau kemana aku nanya tujuan datnag ini apa untuk b4ejar budayakah atau memang foto foto bangunan lama atau mau hunting makanan atau kan masing2 oirabg ada ya kl di travelling. Nah nanti opasti dia kasih tau oh aku mau ini...enak terkenal. Nanti aku akan bantu untuk komen kemana. Jadi aku akan tanya besok mau apa, sampai di rumah ku harus tau besok rencannya apa. Kebanyakan mereka gak tau, gak ada planning. Justru itulah saya kemari hahahakk pengen direkomendasi. Aku biasanya hanya terima 2-3 hari paling lama x hari. Tapi aku pernah ngehost 1 orangb jerman dari aku kenal 2 thn 5-6 hari. Biasanya aku gak nerima sampai 5 hari, bosan kan. Tapi balik lagi sama sifat orang itu. Personality mereka giman. Orangnya enak diajak ngobrol, kemudian tidak terlalu bnayk ntuntutan. Oh aku mau kesini, kesini,kesitu... Kita kan bukan orang yang gak punya kerjaan. Jadi kalau mereka orangnya fleksibel gak terlalu banyak tuntutan aku sih kl mereka mau stay seminggu kek dua minggu.

(9)

delay karena asap itu jam 10 malam baru terbang nyampai ke medan jam 11an apa jam 12. Aku bilang tapi sempit banget loh kalau sampai 5 orang. Selama mereka gak keberatan kan. Besok paginya mereka cabut. Kan mereka gak mungkin tidur di airportkan jalannya ke arah bukit lawang. Selama mereka gak keberatan ya ok lah.

Pernah barang hilang, tapi aku gak yakin kalau yang ambil itu orang yang aku host. Kamu lihat barang aku gak ayang aku letakin disini? Kmrn masih disini kan? Menurut aku ya harus nya sudah ya karena aku berusaha untuk full feel apa yang merka mau dan aku juga sering traveling dan aku tau maunya apa budgetnyak pasti kalau bisa yang gratis lah semuanya gitukan aku gak pernah bohongin guess aku kalau ke suatu ttempat masuk bayar dan harus donasi ya kamu harus lakuin itu kaya masuk ke mesjid raya kan harus donasi wajib kan hukumnya walaupun lui gak diminta tapi lu masuk dan lu nikamtin keindahan di dalam nya lohhh Pernah. Karena dia tidak begitu mnegerti bahasa eng, penyampaian aku yang kurang clear. Ada miss communication aku selalu bilang aku kerjanya itu kan pagi, aku ngajar. Jam 7 teng aku uda keluar rumah . Jam 7 kamu harus siap-siap dan ikut keluar karena aku gak ada extra key untuk tamu aku dan tidak akan pernah ada. Jadi kalau kamu mau jalan-jalan sendiri, jam keluarnya harus sama dengan aku.masalahnya tempat wisata belum ada yang buka sepagi itu. Cari tempatlah untuk kamu duduk, sarapan kek, apa kek sampai tempat wisatanya buka dan mungkin dia salah dengar dia bilang aku bangun jam 7 jadi ketika aku sudah mau keluar dia belum bangun karena aku gak manggil kan. Jadi ketika aku m,andi segala macam dia belum siap. Tidurnya kan di ruang tamu, jadi maksudnya uda keluarjadi uda duduk stand by karena biasanya kaya gitu. Jadi aku harus terima resiko, aku harus telat beranngkt kerja.

Kl kemarin aku mastiin dia sudah bangun, aku cuman mau tau dia uda bangun atau belum. Kl blm bangun ya di bangunin tp ttp intinya tiap aku bangun aku mastiin dia dulu uda bangun blom nih anak, jd trs mastiin kan antrian toilet. Toilet kan cuman ada 1 yg antri ada 5 orang jd lo harus mastiin kl kamu tidak mau terburu2 km hrs bangun harus lbh pagi, atau kl ga kamu mandi aja malem paginya kamu cuci muka keluar.

Pernah, kemarin itu trjadi nya sama org denmark. Dia tuh ce ga mandi ya dia req 3 hari tp gak mandi dan bau banget, kan kamar aku kan ac, dan ventilasi nya dgn kamar sblh itu nyambung dan yg aku makan dan apa yg aku lakukan itu terhubung ke kamar sebelah, kamu kok ga mandi ga ada org loh di kamar mandi trs dia blh dia ga perlu merasa mandi. Kurang ajar. Dia bau banget loh. Kenapa kamu kok jarang mandi, pengen tau alasan, dia blg pgn ga merasa mandi.menurut aku dia kan orgnya vegan dan dia sgt tidak suka pakee plastik, pkknya dia sgt go green lah. Mungkin dia cmn mau bantu aku utuk irit sdm ato emg org nya ga suka mandi. Cuman ada 2 kemungkinan

(10)

boleh di makan kecuali baru, bisa ditanya dulu. Pkknya stlh dia dtg kerumah aku langsung ajak keliling rumah, ini apa-ini apa, apa yg mau di pake apa yg ga bole di pake

Pengen timbal balek, belajar juga. Dengan datangnya mereka kita juga bisa belajar oh ternaya budaya mereka gini so ketika kita kesana kita uda tahu budaya mereka dan kita kek bisa ngikutin lah, bs adaptasi, ga kaget lah.

Aku ga minta mreka untuk nulis, mereka menulis berdasarkan kemauan mereka sendiri. Aku ga prnh minta mreka nulis reference utk aku.

Pernah, dia tidak bisa tidur kalau panas. Ada yang pasangan, yang ce lgsg saya keep blg barengnya ke kamar dan co nya di sediakan matras di ruang tamu. Tp aku blg ke dia bilang ga bisa tdur di ruang tamu, ya uda di kamar tapi ga se ranjang, kl mau tidur dibawah (dilantai).

Transkrip Wawancara Niza

Sejak 2 sma bergabung, 2009 ikut gath, 2010 ikut cs. Yang kenalin kakak kandung saya.

Cs ini mempelajari culture, budaya-budaya orang, bukan hanya numpang tidur saja. Saling bertukar budaya dan sharing informasi utk para traveling.

Kalau dulu si pas, kl sekarang uda enggak. Karena sekarang komunitas di medan lbh tepatnya uda pada menyimpang, lbh ke komunitas lgbt. Tapi ngehost masi ttp sampai sekarang.

Paling sering ngehost. Nge serve plg‘an sekali itu pun ke padang. Krn biasa travelling uda disediain dr perusahaan hehehe. Jadi di hotel deh. Yang kurang lbh 100 kali ngehost, cuman beberapa ngasi reference, ada beberapa lagi yang jadi saudara, dan datang kembali ke medan. Orang luar dan indonesia, jakarta sering, bandung juga. Tp kl indo dan luar negeri, lebih sering orang eropa selama ini. Niza tinggal sama keluarga, biasa aku ga lgsg terima aja, aku baca reference nya dulu, kl bagus aku terima kalau enggak ya ga aku terima jadi ga asal main terima aja, walau dia bule, ganteng tapi req nya ga sesuai ya tidak. Butuh sopan santun waktu req juga. Enggak pernah ngasi offering, biasa nya mereka yg req ke saya. Ya biasalah standart, nnya dari mana, berapa lama, apa tujuan nya ke indonesia gitu aja sih. Pokoknya pertanyaan mendasar dulu lah. Syarat yg pasti enggak berpacaran, kl misalnya couple dia harus uda menikah. Meski beda ruangan ttp enggak. Soalnya masi tinggal sama keluarga takut rumah jadi tempah zinah Paling banyak si 3 orang, tp jarang sih. Biasa 1 orang. Ada dari swiss, dia stay seminggu, sebulan, ada co ada ce juga.

(11)

org ke dia. Misalnya dia punya negatif reference ya kita tanya kenapa dia bisa dapat negatif reference, kl dia bs jelasin ya uda. Ga ada sih, cuman bahasa english aja. Sejak cs sekalian bljr bhasa eng, jadi ngomong agak lancar lah. Pernah, pas aku host orang inggris utara, jadi bahasa eng nya british yang di kurang-kurangi, water jadi wate. Later jadi la-e. Jadi aku agak sukar untuk mengerti. Untung dia bisa sedikit bahasa indo. Kl terjadi hambatan biasa pake bahasa tubuh agar saling ngerti.

Enggak pernah sih, let it go. Ga ada persiapan khusus. Itulah gunanya cs, mencari taunya setelah mereka datang, mempelajarinya yg benar2 langsung, yg benar2 fakta ke orangnya langsung. Kalau orangnya pendiam ya diamin aja lah. Paling ngobrol dan diajak ke tempat2 jalan. Kadang ada waktu aku ikut, kl ga ada waktu aku suruh adik ku kl ga aku cuman ngasi tau tmptnya terus dia pergi sendiri. Paling sering ngajarin mereka bahasa medan. Prnh juga aku ajarin ce dari prancis b.indo dalam 3 hari dia uda bisa. Trs dia kl di mobil buka jendela trs jerit ―monyet kau‖, bertukar bad word gitu deh.

Selama ini mereka pada puas sih, asal mau ninggalin rumah selalu nangis berarti mereka nyaman kan. Ada juga pernah aku usir, ce dari jerman. Mahasiswa pertukaran gitu. Pagi2 gitu dia pergi pulangnya jam 1 malam, begitu sampai hari ke 3. Terus aku usir deh. Krn aku ga suka org anggap rumah aku kek hotel. Awalnya uda di peringatin di hari pertama tp hari ke 3 masi tetap gitu lalu saya usir. Alasanya aku sering jalan-jalan sendiri, kalau misalnya aku rasa nolongin orang, habis itu kita nanti keluar jalan jalan sendiri, ngerasa di tolong juga walaupun bukan di tolong sama orang yang kita tolong itu tapi melainkan di tolong orang lain. Ga pernah ada rasa kuatir, pikir positif aja lah.

(12)

Transkrip Wawancara Era

Nama Era rahman umur 20'an, pekerjaan fashion desainer, status belum menikah, suku Mandailing, agama islam, anak 1 dari 2, hobi travelling, memanah, masak dan desain. Cita-cita menjadi bermanfaat bagi orang lain. Jadi desainer juga, banyak sih cita-citanya. Bergabung sejak 2008 atau 2009.

Di mana kita dapat bertemu dengan banyak orang dari bermacam suku bangsa, agama, bahasa dll yang disini adalah basic nya adalah pertemanan, yang disini bukan menguntungkan secara ekonomi, tapi pure karena pertemanan. Sangat membantu ya CS ini, karena kita bukan hanya saja dapat menerima tamu tapi juga kita diundang sebagai tamu kek kita berada melakukan traveling kemana pun. Bertambahnya jaringan pertemanan dimana pun, kemarin aku pernah CS itu di India, Vietnam, Malaysia, Thailand, kalau saya berkunjung sih pake CS baru beberapa ke negara sih.tp kemarin kalau di Jogja, dan bali juga pernah pake CS. Tiga-tiganya seringnya, semua saya pakai fiturnya.

Lebih dari 5 kalau ga salah, lebih dari 5 kurang dari 10 itu yang nginap. Ada juga orang asing, dan orang indonesia. Orang asingnya 7 orang. Biasa nya mereka yang ngerequest. Perbedaan sih pake bahasa english atau melayu ya untuk ASEAN. Biasalah mereka perkenalkan diri, dari mana, ke medan berapa lama, ke medan mau kemana, nanya soal transport di medan, jadi kalau ketemu ga gitu kaget. Waktu pertama kali ngerasa agak canggung juga ya, saya emang orang suka berteman tapi untuk kenal sama orang baru dan diajak nginap ya awalnya agak kesulitan tapi lama-lama menikmati.

Ga sih, sejauh ini aman-aman, kan kita juga liet koment positif-negatif-netral dari reference nya. Kalau emang positif ya kita terima, kalau negatif ya enggaklah. Ada yang minus -1 tapi kalau saya sih mikir kalau -1 ya wajar lah. Toh seorang public figur aja yang punya fans sejuta pasti bakal ada juga yg ga suka. Ya kita juga bisa liet orang karakternya seperti apa. Saya nerima host yang nginap di rumah harus perempuan, agama terserah intinya perempuan.

Ada juga datang ber3 dari inggris kemarin ada satu co, spupunya gitu. Maksimun orang 3. Ya pasti adalah yang gak bole bawa alkohol terus ga boleh merokok di dalam luar, harus ke luar. Terus ga ngebawa obat-obatan terlarang. Kalau senjata tajam untuk traveling gpp, karena saya juga bawa kalau mau travelling. Enggak nerima LBGT, uda pasti enggak. Tapi awalnya saya liet gragatnya. Kalau pun mereka gitu taopi ga macam menunjukan ya ok lah. Tapi kalau sampai kelewatan ya dengan senang hati besoknya saya usir.

(13)

Biasanya ketemunya di medan fair, kalau jemput ke bandara kejauhan saya. Soalnya rumah saya di jalan Mataram. Ya kalau ketemu ya kek ketemu teman lama, nanya gimana penerbangannya, uda kemana aja selama indo, uda makan apa aja. Mungkin karena sesuatu yang berulang (ngehost) jadi uda biasa. Paling awalnya deg-degkan, orangnya gimana ya tipenya. Tapi biasanya awalnya saya selalu minta foto dan nanya ciri-ciri dia seperti apa biar ngampang ngenalin. Setiap tamu beda, setiap orang kan adalah special. Ga ada orang yang sama. Biasa nya selalu ada joke yang baru terus (joke untuk tamu).

Biasanya, terumata orang-orang bule itu lebih mandiri. Beda kek budaya orang sensitif untuk dipertanyakan tapi saya rasa itu tergantung gimana pendekatan kita ke mereka, pendekatan kek gitu saya pribadi cuman butuh beberapa 1-2 hari saja. Yang paling berkesan mungkin, ketawa-ketawa kalau lagi bersama gitu. Paling lama 3 setengah hari, kan pulangnya siang. Selama itu pasti ada hal-hal pribadi yang di share. Tapi menurut saya terlalu sensitive ya tidak saya keluarin ke siapa pun. Karena saya suka membalikan posisi ketika saya menginap di rumah orang. Jadi timbal balek gitu. Sejauh ini nerima-nerima aja, karena sejauh ini masih bagus-bagus aja (nerima tamu nya). Hambatan ketika vocab nya pula, jadi kadang saya bilang bentar ya saya cek kamus dulu sih.

(14)
(15)

RIWAYAT HIDUP

NamaLengkap : Ditta Maharani

Tempat,Tanggal Lahi r : Samarinda, 1 Agustus 1992

Kelamin :Perempuan

Agama :Islam

Alamat : Jl. Sei Padang Dalam II nomor 33 Medan Telepon/HP : 081370261111

Email :maharani.ditta@gmail.com

SILSILAH KELUARGA

Ayah : Drs. Hanung Triwiyoso

Ibu : Nur Aida Kurniawati

Saudara Perempuan : Viothalia Stanza Saudara Laki-laki : M.Edwin Kurniawan

RIWAYAT PENDIDIKAN

1998 - 2001 : Sekolah Dasar Candi Sari 02 Semarang

2001 - 2004 : Sekolah Dasar di SD Percontohan Medan

2004 - 2007 : SMP Plus Shaffyyatul Amaliyyah

2007 – 2010 : SMA NEGERI 1 MEDAN

(16)

Dokumentasi Informan

Khairul Erica

(17)

DAFTAR REFERENSI

Andik, Purwasito. 2003. Komunikasi Multikutural. Surakarta: Universitas Muhammadiyah

Barnlund, DC. 1968. Interpersonal Communicati Survey and Studies. Boston: Houghton Miffin Co.

Budyatna, Muhammad. 2011. Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Kharisma Putra Utama

Bungin, Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi (Teori, Paradigma, dan Discourse. Teknologi Komunikasi di Masyarakat). Jakarta: Kencana Prenada Media

Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan. Publik dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana Prenama Media Group

De Vito, Joseph. 1989. The Interpersonal Communication Book. Jakarta: Professional Book

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Hidayat, D. 2012. Komunikasi Antar Pribadi dan Medianya. Jakarta: Graha Ilmu Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antarpribadi. Bandung : Citra Aditya Bakti Liliweri, Alo. 2004. Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Miller/, Gerald R. 1976. Explorations in Interpersonal Communication. Beverly Hills: Sage Publications

Nasution, S. 1993. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Penerbit Tarsito

Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University. Press

Singarimbun, Masri.1995. Metode Penelititan Survei. Jakarta: LP3S.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

(18)

Verderber, Kathleen S.; Verderber, Rudolph F.; & Berryman-Fink, Cynthia. 2007. Inter-Act : Interpersonal Communication Concept, Skills and Contexts. 11 th edition. London: Oxford University Press

Wirartha, I Made. 2006. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Andi. Offset

Sumber Lain:

Couchsurfing.com

http://id.wikipedia.org/wiki/Couchsurfing

(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode studi deskriptif kualitatif yaitu menganalisis, menggambarkan, dan meringkas berbagai kondisi, situasi dari berbagai data yang dikumpulkan berupa hasil wawacara atau pengamatan mengenai masalah yang diteliti yang terjadi di lapangan. (Winartha 2006:155)

Disebut kulitatif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif dan tidak menggunakan alat pengukuran. Sumber data yang utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata atau tindakan.

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian kualitatif menjelaskan apa yang menjadi sasaran penelitian yang secara konkret tergambar dalam fokus masalah penelitian. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah komunikasi antarpribadi pengguna situs jejaring sosial Couchsurfing.org yang tinggal di Kota Medan terhadap warga negara asing yang diberi tempat tinggal.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah angota Komunitas dan situs Couchsurfing. Adapun kriteria subjek penelitian yaitu :

1. Subjek penelitian adalah anggota aktif dari komunitas dan situs Couchsurfing, aktif membuka situs ini minimal 2 kali seminggu,

(20)

2. Subjek penelitian berdomisili di Kota Medan.

3. Subjek penelitian pernah memberikan tempat tinggal kepada warga negaraasing yang datang ke Kota Medan minimal 1 malam dan tidak memungut biaya apapun.

3.4 Unit Analisis

Unit analisis pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh tentang situasi dan sosial yang diteliti objek penelitian. Unit analisis dala penelitian ini meliputi tiga komponen menurut Spradly (dalam Sugiyono,2007:68) :

a. Place, tempat di mana interaksi berlangsung

b. Actor, pelaku atau orang; yang sesuai dengan objek penelitian

c. Activity, kegiatan yang dilakukan actor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung

Tempat penelitian ini dilakukan di Kota Medan. Pelaku atau objek penelitian ini adalah anggota komunitas Couchsurfing.

Unit analisis akan membantu untuk melakukan wawancara sebagai bahan dalam penelitian. Unit penelitian ini adalah bagaimana komunikasi antarpribadi pengguna situs jejaring sosial Couchsurfing.org yang tinggal di Kota Medan terhadap warga negara asing yang diberi tempat tinggal.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara atau upaya yang ditempuh peneliti dalam mengumpulkan data-data yang relevan dengan masalah penelitian.

3.6. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Metode wawancara mendalam

(21)

pedoman wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Bungin,2010:108). Wawancara yang akan dilakukan disini adalah wawancara terhadap anggota komunitas dan situs Couchsurfing. Semua pertanyaan akan diruntut satu per satu guna mencari tahu

informasi sebanyak-banyaknya. Sasaran wawancara adalah anggotakomunitas dan situs Couchsurfing yang berdomisili di kota Medan dan pernah memberikan tempat tinggal kepada warga negara asing.

2. Pengamatan atau Observasi

Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata dibantu oleh pancaindra lainya. Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.Suatu kegiatan pengamatan baru dikategorikan sebagai kegiatan pengumpulan data penelitian apabila memliki kriteria sebagai berikut :

a. Pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan secara serius

b. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan

c. Pengamatan dicatat secara sistematik dan dihubungkan denganproporsi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu yang hanya menarik perhatian

d. Pengamatan dapat dicek dan dikontrol mengenai keabsahannya (Bungin, 2010:115)

3. Dokumentasi

Penggunaan data dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan data-data tentang berbagai hal yang berhubungan dengan penelitian.

4. Penelitian Kepustakaan

(22)

3.7 Keabsahan Data

Penelitian kualitatif menghadapi persoalan penting mengenai pengujian keabsahan hasil penelitian. Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal (1) subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif ; (2) alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi (apapun bentuknya) mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol (dalam observasi partisipasi) ; (3) sumber data kualitatif yang kurang credible akan memperngaruhi hasil akurasi penelitian. (Bungin,2008:253)

Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Perpanjangan Keikutsertaan

Kehadiran peneliti dalam setiap tahap penelitian kualittatif membantu peneliti untuk memahami semua data yang dihimpun dalam penelitian. Peneliti kualitatif adalah orang yang langsung melakukan wawancara dan observasi dengan informan-informannya. Karena itu peneliti kualitatif adalah peneliti yang memiliki waktu yang lama bersama dengan informan dilapangan, bahkan sampai kejenuhan pengumpulan data yang tercapai (Bungin,2008:254)

b. Ketekunan Pengamatan

Untuk memperoleh derajat keabsahan yang tinggi, maka jalan penting lainnya adalah dengan meningkatkan ketekunan dalam pengamatan dilapangan. Pengamatan bukanlah suatu teknik pengumpulan data yang hanya mengandalkan kemampuan pancaindra, namun juga menggunakan semua pancaindra termasuk adalah pendengaran, perasaan, dan insting peneliti. Dengan meningkatkan ketekunan pengamatan dilapangan maka, derajat keabsahan data telah ditingkatkan pula. (Bungin,2008:256)

3.8 Teknik Analisis Data

(23)

1. Place tempat di mana interaksi dalam penelitian berlangsung. Dalam hal ini, maka place-nya adalah gathering yang diadakan oleh komunitas CouchSurfing Medan.

2. Actor, pelaku atau orang yang sesuai dengan objek penelitian tersebut. Dalam hal ini pelaku adalah para anggota yang memiliki akun di CouchSurfing dan pernah atau sedang menjadi tuan rumah bagi surfer asal manca negara sebagai salah satu fitur yang tersedia di situs traveling tersebut.

3. Activity, kegiatan yang dilakukan actor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung. Kegiatan yang ada dalam penelitian ini adalah komunikasi antarpribadi yang terjalin di antara tuan rumah dan surfer yang jelas memiliki latar belakang yang kontras.

Dalam teknik analisis data di dalam penelitian kualitatif ini menggunakan model interaktif. Didalam model ini disusun langkah-langkah yang dirumuskan oleh Nasution, S. (1993:129) meliputi :

1. Koleksi data (data colletion)

2. Penyederhanaan data (data reductional) 3. Penyajian data (data display)

4. Pengambilan serta verifikasi (conclusion; drawing verivying)

Berdasarkan pendapat tentang model analisis data dalam penelitian kualitatif di atas, maka peneliti melakukan analisis data di lapangan dengan tahapan sebagai berikut;

(24)

c. Penyajian data (data display) yaitu merupakan kegiatan penyusunan hal-hal pokok dan pola yang sudah di rangkum secara sistematis, sehingga diperoleh tema dan pola secara jelas tentang permasalahan penelitian agar mudah diambil kesimpulan.

(25)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Proses Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di saat berlangsungnya perhelatan Gathering Couchsurfing di Kafe A2 Coffee Jalan Abdullah Lubis. Gathering ini sendiri

merupakan wadah rutin yang menyatukan sesama peminat traveling yang tergabung dan menjadi member di situs Couchsurfing.com. gathering berlangsung setiap dua bulan sekali dan biasanya diikuti oleh 15 hingga 30 member. Gathering sering diikuti tidak hanya oleh member lokal asal Sumatera Utara yang menjadi tuan rumah atau penyedia jasa housing, namun juga bisa diramaikan oleh para tamu yang berasal dari banyak negara yang kebetulan masih punya masa tinggal dan tidak memiliki jadwal traveling.

Tidak ada organisasi atau perkumpulan resmi yang menaungi member CS di Medan. Perhelatan gathering seringnya diadakan lewat koordinasi yang diadakan di situs jejaring sosial Facebook. Lewat grup yang dibentuk, para member membuat wadah komunikasi di dunia maya, termasuk untuk merencanakan kegiatan rutin gathering.

Walau gathering yang diadakan merupakan kegiatan berlatar traveling, namun mata acara yang diadakan tidak melulu mengenai wisata. Tema yang diangkat lebih fleksibel dan bermacam. Misalnya saja ketika peneliti megikuti gathering perdana, tema yang dibahas mengenai take and gift, sehingga setiap

(26)

sekelompok orang yang memiliki latar belakang budaya dan kebiasan yang kontras mesti berdaptasi dengan budaya Indonesia, terkhusus budaya yang berlaku di Medan.

Tidak cuma berbagi kado dan cerita, gathering juga sering mengangkat tema yang berhubungan dengan kebiasan traveler ketika berwisata ke ragam tempat. Misalnya saja fotografi. Sulit untuk meninggalkan alat yang bisa mengabdikan momen-momen wisata di lokasi yang menarik. sehingga, beberapa member berinisiatif mengangkat tema mengenai segala hal mengenai pengambilan foto yang menarik. ilmu yang dibagikan tentu saja semakin menambah pengetahuan mendasar mengenai gadget elektronik yang satu itu yang mungkin saja sebelumnya tidak dimaksimalkan fungsinya karena ketidaktahuan. Selain itu, gathering juga tentu saja pernah mengangkat tema mendasar wisata, sehingga para anggota berinisiatif mengadakan wisata dan mengunjungi destinasi liburan di berbagi tempat di Sumatera Utara.

(27)

Informan 1

Nama : Khairul

Umur : 27 Tahun

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Etnis : Jawa

Agama : Islam

Bergabung di situs Couch Surfing : 2010

Khairul merupakan pria asal kota Binjai yang saat ini bekerja sebagai pegawai negeri Sipil di Kejaksaan Negeri Binjai. Pria humoris berpostur tambun ini cukup ramah dalam menjawab pertanyaan dan sangat informatif sehingga setiap pertanyaan tidak hanya dijawab secara terutup; ya dan tidak. Khairul yang mengaku punya hobi menonton film ini berbicara banyak soal aktifitasnya mengunakan situs CS dan bagaimana ia memanfaatkan fitur-fitur yang tersedia di situs traveling tersebut serta proses komunikasi interpersonal yang dirinya jalin dengan para tamu asal banyak negara yang pernah menginap di rumahnya.

Ia menyebut jika sudah mengenal situs CS sejak tahun 2006. Namun karena saat itu Khairul masih berstatus sebagai pelajar dan tinggal dengan orang

tua, ia belum mampu menggunakan fitur yang tersedia, terutama ―housing‖ atau

menawarkan tumpangan pada wisatawan. Ia kemudian kembali ―berpapasan‖

dengan CS saat ia bertemu seorang kenalan di Kuala Lumpur, Malaysia.

―Di tahun lalu mulai gabung lagi karena kebetulan waktu tu ga sengaja sih ketemu orang di Malaysia. Ketemu,

terus, ngomong ngomong ngomong dia bilang, ―eh, masuk ke CS aja‖. Karena kemarin kan udah tau CS kan

itu, pulang dari sana coba iseng-iseng, trus ga lama setelah buat akun lagi ada yang request buat, ini, stay di rumah. Jadi mulai dari situ, sekitar tahun lalu sih

aktifnya.‖

(28)

kemampuan mediasi dan komunikasi dengan orang asing. Selain itu, tentu saja ia mendapat banyak informasi berharga mengenai hobinya berwisata dari gathering yang sering diadakan sesama anggota situs CS.

Komunikasi perdana yang terjalin di antara dirinya dengan calon tamu di situs CS tidak disinggung secara jelas oleh Khairul, ia hanya sempat menyebut jika baginya informasi yang didapat mengenai latar belakang surfer yang me-request untuk tinggal di rumahnya sudah cukup untuk dijadikan referensi awal sehingga bisa disimpulkan jika percakapan di situs CS hanya mencakup masalah waktu kedatangan dan durasi tinggal saja.

Hal yang unik dari Khairul adalah ia hanya mau menerima wisatawan yang ingin menginap di rumahnya (housing) namun tidak pernah berpikir akan meminta (request) menginap di tempat orang lain. Ia menyebut jika rasanya tidak nyaman tinggal di tempat orang asing, walaupun, Khairul masih mau

menggunakan fitur ―meet-up‖ atau berjumpa dengan sesama traveler yang tinggal di daerah wisata yang ingin dikunjungi Khairul untuk sekadar berbagi informasi namun tidak sampai tinggal dan menetap.

Sampai setahun masa aktifnya memanfaatkan fitur CS, Khairul total sudah menerima 5 wisatawan yang menginap di rumahnya. Namun di luar CS, ia juga pernah memberi izin menginap di rumahnya bagi para pelancong yang ingin menekan biaya tempat tinggal. Khusus Couchsurfing, ia pernah dikunjungi oleh wisatawan dari negara Kanada, Spanyol, Prancis, Ceko, dan Jerman.

(29)

―tongkrongan‖ yang dianggapnya bagus. Terkadang dia juga memberi tawaran

menonton film terbaru di bioskop bagi tamu yang memiliki hobi sama seperti dirinya.

―..dan kalau hobinya, saya, saya, saya welcome sekali,

maksudnya kalo, biasa mah, movie ya, sukanya tuh nonton, tuh saya, oh kita coba nonton di, kalau saya tuh, saya ajak kemana-mana, tapi ke Mall ya, nonton, ada juga yang suka nyanyi juga, karauke, kayak gitulah, nongkrong-nongkrong gitu. Kalau nongkrong, saya recommend, oh, di sini tempatnya enak, saya ajak kemana, kalau gitu saya mau, tapi kalau haiking, tracking. Kalau saya ada waktu dan mood lagi bagus, saya kawani, kayak yang kemarin dari Malaysia itu, nah itu saya kawani dia, ke Istana Maimun, ke Pajak Ikan, belanja-belanja.‖

Hal ini terkadang menjadi hambatan tersendiri bagi Khairul. Ia mengatakan jika perbedaan minat jenis wisata mengakibatkan berkurangnya intensitas komunikasi di antara mereka.

―Kadang-kadang hobi yang beda, misalnya dia kayak, misalnya dia kayak suka yang kegiatan yang adrenalinnya tinggi, misalnya kayak hiking, apa, tracking, saya ga suka kayak gitu, saya sukanya yang nyantai, yang nongkrong-nongkrong gini, pokoknya yang ga capai-capai gitu. Ada beberapa orang yang suka capek-capek ya saya sih, tapi mungkin itu jadi buat kurang dekat, karena saya, ya kalau mau lakui, lakui aja sendiri, gitu kan, saya sih stay di rumah aja. Saya selama ini gitu, mau ngapai terserah, saya nih mau ke sini, saya kasih tau, ini gini-gini, ini aksesnya kesana gini, kalau mau pergi, pergi aja, saya sih di rumah aja, gitu, yaudah gitu, dan mereka terima. Mereka sih yang, eh, ini, kan mungkin mereka baca di mana, gitu, kan. Saya mau ke sini, saya kasih taulah, mau kesini lewat sini, tapi saya ga suka, kalau mau kesana, kesana aja, oh yaudah, saya kasih tau jalannya aja, mereka pergi sendiri, makanya saya welcome aja, ga penting kali sih, mereka kan udah besar kan.‖

(30)

Khairul malah mengatakan jika seandainya tamu yang ia dapatkan berasal dari negara Inggris, ia akan kesulitan berkomunikasi dikarenakan tidak terlalu terbiasa dengan aksen British-English, namun sampai saat ini belum ada warga Inggris yang pernah menetap di rumahnya.

―Ga (fasih berbahasa Inggris) juga sih, tapi ya ngerti lah, haha. sejauh ini sih, alhamdulilah ga pernah sama sekali, aman aja, mungkin kalo, tamunya dari Inggris soalnya saya belum dari Inggris, kalo dari Inggris kayaknya agak susah, karena aksennya agak beda, itu aja sih yang agak-agak. Belum pernah juga‖

Khairul mengaku cukup berusaha komunikatif dengan para tamunya. Namun jika antara ia dan tamunya dibandingkan, Khairullah yang lebih sering bertanya mengenai latar belakang para tamunya alih-alih ia menjelaskan secara spontan mengenai daerah Sumatera Utara. Ia menyebut jika aspek semacam budaya, aturan dan politik yang berlangsung di negara asal traveler sering ia tanyakan karena baginya itu adalah jenis informasi yang menarik. Mengetahui keunikan yang terjadi di banyak negara merupakan kenikmatan tersendiri bagi Khairul. Ia mengatakan jika durasi atau lamanya menginap seorang tamu cukup memengaruhi tingkat intimitas yang terbentuk. Khairul mengatakan jika durasi dua sampai tiga hari waktu menginap menjadikan tidak banyak hal pribadi yang dibagikan di antara dirinya dan para tamu. Mereka hanya berbicara secukupnya, jika pun mendalam, tema yang dibahas, seperti yang sudah disebut di atas, tidaklah menyentuh hal pribadi. Hanya hal-hal umum menyangkut budaya, aturan dan politik negara asal traveler. Tetapi ketika ia mendapat tamu asal Prancis yang menginap selama dua minggu, Khairul mengaku sangat merasakan intimitas di antara keduanya. Lamanya waktu yang dipakai turis asal Eropa tersebut membuat komunikasi mereka menjadi lebih mendalam. Mereka beberapa kali membahas tema-tema pribadi. Bahkan ia menyebut jika si tamu terkadang membahas hal yang sebenarnya tak perlu dibahas.

Trus kolok yang, kolok yang terakhir kayak kemarin orang Prancis itu tinggalnya agak lama gitu, dua mingguan, dia itu udah akrab, akrab, Itu, kalau itu udah akrab kali, jadi kalau yang sekitar tiga hari itu biasa-biasa aja, Gitulah, haha.

(31)

Khairul juga mengaku tidak melakukan persiapan yang berlebihan dalam menyambut kehadiran para wisatawan yang akan menginap di rumahnya. Ia tidak mau direpotkan dan ingin melakukan semuanya secara simpel dan sederhana. Walau agak terlihat cuek, namun Khairul sebenarnya cukup ramah dalam menyambut dan melayani orang asing yang berteduh di rumahnya. Selain aktif mengajak tamunya berkomunikasi, ia juga menggunakan hobi memasaknya untuk menambah kenyamanan para tamu. Orang tua Khairul juga membantu pendekatan interpersonal antara dirinya dengan tamu lewat jamuan makan rutin dan percakapan sekadarnya.

Untuk aturan tinggal, Khairul mengaku tidak terlalu ketat. Ia tidak pernah

meminta dokumen khusus yang menandakan jika tamunya berstatus ‗orang baik

-baik.‘ Ia juga mengatakan jika ia tidak bermasalah bagaimana pun jenis tampilan

individu yang akan menginap di kediamannya. Cukup berpenampilan bersih, bagi Khairul itu sudah cukup. Bagi Khairul, deksripsi yang ia pelajari dari profil calon tamu di situ Couchsurfing sudah lebih dari cukup. Namun Khairul memberi perhatian yang khusus terhadap penggunaan narkoba. Ia tidak mengijinkan

junkies‖ atau penghisap ganja tinggal di rumahnya. Seperti diketahui, di beberapa wilayah, misalnya saja di ibukota Belanda, Amsterdam, ganja merupakan produk legal yang bisa dipakai dengan syarat dan ketentuan tertentu. Namun di Indonesia, tentu saja tidak ada aturan legalitas tersebut. Kecuali untuk kepentingan medis, penggunaan narkoba, jenis apapun, mendapat larangan yang sangat keras dan otomatis siapapun yang menyalahgunakan napza akan langsung mendapat hukuman yang berat. Khairul mengaku tidak ingin mengambil risiko tersebut. Walau sampai sekarang belum pernah mendapati tamunya menggunakan narkotika, namun ia berandai-andai jika hal tersebut terjadi, ia tidak akan segan-segan mengusir tamunya.

―Saya sih, welcome every one sih, asal jangan, asal junkie, saya kalau junkies, enggak ya, junkies, atau apa itu, pokoknya yang drugs, saya, saya enggak, cuman kalo bisa sih, selama masih normal, saya, saya terima aja sih, mau gaya kek mana, tapi, tapi kalau bisa sih bersih. Enggak, saya kalau saya tau, di saat itu juga saya tau, saya langsung bilang, kalau memang mau gunai ini, e, pergi dari rumah saya, saya pasti bilang kayak gitu, saya

(32)

Khairul juga tidak mengizinkan tamunya membawa senjata tajam. Ia memang tidak secara langsung membuat aturan soal senjata tajam, namun ia tetap mewanti-wanti jika ada di antara traveler yang membawa benda berbahaya ke dalam rumahnya. Mengenai aturan lain, Khairul mengaku tidak terlalu ambil pusing, bahkan menariknya, ia pernah mendapati jika tamu yang datang ke

rumahnya memiliki orientasi seksual ―menyimpang‖. Ia menyebut jika salah

seorang traveler lelaki yang menginap di rumahnya adalah penyuka sesama jenis. Sebagai sesama lelaki, ia ternyata tidak khawatir jika orientasi seksual tersebut membahayakan tuan rumah.

Akan tetapi, walau tidak pernah mendapati tamu yang mengkonsumsi narkoba atau membawa senjata tajam, Khairul sempat beberapa kali mengalami pengalaman kurang mengenakkan dengan tamu asing yang mampir ke kediamannya. Misalnya saja ketika rumahnya kedatangan wisatawan asal Spanyol, ia mendapati jika kamar yang ditempati sang tamu berbau tidak sedap. Awalnya ia menganggap hal ini cukup mengganggu walau setelahnya ia kemudian merasa hal tersebut tidak menjadi masalah karena kamar tersebut tertutup dan segala ketidaknyaman yang disebabkan oleh tamu hanya akan dirasakan oleh si tamu itu sendiri. Tetap saja Khairul berusaha menjaga kenyaman orang Spanyol tersebut dengan meminta asisten rumah tangga membersihkan kamar itu saat pemiliknya pergi keluar, tentunya setelah lebih dulu meminta izin kepada si empunya sementara kamar itu.

(33)

negara yang bisa menyediakan tingkat kebersihan yang sama dengan negara asalnya. Walau terdengar ketus, namun ucapan Khairul tidak direspon secara negatif oleh sang tamu.

Ia menyebut jika ucapannya itu memang membuat keluhan orang Kanada soal kebersihan berhenti dan setelahnya mereka kembali bercakap secara wajar seperti tidak pernah ada konflik kecil di antara mereka berdua.

―Trus yang dari Kanada itu malah kelebihan, jadi harus bersih

segalanya, harus bersih, dan apa2 harus bersih, saya sih ga pernah komplain, cuma kalau kami makan di luar, kayak di sini, mejanya harus bersih, lengket dikit dia komplain, yang itu, dia, dia bulak balik dia WA saya, dia mau ke rumah saya lagi, saya, saya (beralasan) lagi traveling, males (menerimanya kembali)‖

Bagian paling menarik dari pengalaman Khairul berkecimpung di dunia traveling lewat situs CS adalah motifnya mau memberi tumpangan pada orang asing secara cuma-cuma. Menjadi menarik karena ia mengaku jika ia tidak pernah dan tidak ingin memakai fasilitas request housing karena merasa kurang nyaman tinggal di rumah orang asing, padahal, kebanyakan alasan mendasar member CS mau

menyediakan penginapan gratis bagi para tamu adalah ―pamrih‖ yang diterima

(34)

Informan 2

Nama : Niza

Umur : 23 Tahun

Pekerjaan : Vendor Pertamina

Etnis : Padang

Agama : Islam

Bergabung di situs Couch Surfing : 2009

Informan ke 2 bernama Niza. Gadis Padang kelahiran tahun 1993 ini sudah mengenal situs Couchsurfing.com sejak masih duduk di kelas dua SMA. Perkenalannya dengan situs CS dijembatani oleh percakapan Niza dengan Kakak kandungnya. Tahun 2009, untuk pertama kalinya ia mengikuti gathreing dan berkumpul dengan sesama member CS di Medan. Lalu di tahun 2010, untuk pertama kalinya Vendor di perusahaan Pertamina ini memutuskan membuka pintu rumahnya untuk para turis dari penjuru dunia. Di antara seluruh informan yang berhasil diwawancarai, Niza bisa dikatakan yang paling aktif memanfaatkan situs CS, terutama untuk menyediakan tempat persinggahan bagi wisatawan (housing). Total sejak bergabung dengan CS, Niza telah menjadi tempat persinggahan sekitar 100 member CS. Mulai dari wisatawan asal Jakarta, Bandung, hingga, tentu saja, traveler asal luar negeri. Ia mengaku tidak pernah memberi penawaran (offering).

Seluruh tamu mengajukan penawaran padanya untuk kemudian ia seleksi berdasarkan standar yang ia tetapkan. Dalam percakapan di situs CS dengan para calon tamu, Niza cukup detail mengenai aturan menginap bagi para tamunya. Pertama, ia mengajukan pertanyaan dasar seperti asal negara atau daerah si tamu, durasi tinggalnya di Indonesia dan apa tujuan yang ingin dilakukan. Ia juga menggunakan standar budaya ketimuran untuk menerima tamu di rumahnya. Misalnya saja, Niza tidak akan mengizinkan pasangan di luar pernikahan karena ia tak ingin rumahnya dijadikan tempat berzinah. Bahkan jika pasangan tersebut tidur di kamar yang berbeda, ia tetap tidak mengizinkan.

(35)

dengan cara yang berbeda. Ia juga memperingatkan para tamunya untuk menggunakan pakaian sopan karena ia masih tinggal bersama keluarga. Alkohol juga menjadi benda terlarang baginya. Namun untuk latar belakang identitas, seperti agama, ras dan kebangsaan, tidak ada masalah baginya.

Ia tetap menggunakan referensi dari situs CS, seperti verifikasi, komentar orang lain terhadap calon tamu, dan komunikasi tanya jawab yang dijalin lewat fasilitas messengger.

―Kalo referensi tetap diliet, apa komen orang ke dia.

Misalnya dia punya negatif reference, ya kita tanya kenapa dia bisa dapat negatif reference? Kalo dia bisa jelasin, ya

udah (akan diterima).‖

Untuk menjalin interaksi dengan para tamunya, Niza hanya menggunakan bahasa Inggris. Namun untuk pembicara asli bahasa Inggris asal daerah tertentu, Niza kadang cukup kesulitan dalam memahami. Misalnya ketika ia menerima traveler asal Inggris Utara, ia kadang tidak mampu menangkap maksud kata atau kalimat yang diucapkan karena si bule menggunakan aksen dan penggurangan

kata. Misalnya jika menyebut air yang seharusnya ―water‖, ia akan melafalkannya

sebagai ―wa-ta‖. Jika terjadi kemacatan dalam memahami makna seperti itu, maka bahasa tubuh dijadikan pilihan untuk menjembatani pengertian.

Ia menyebut jika tidak ada persiapan khusus yang ia siapkan sebelum para tamunya datang. Ia tidak mempelajari bahasa asal, budaya atau kebiasaan masing-masing dari mereka. Malah baginya, pembelajaran baru akan ia lakukan jika tamunya sudah tinggal dan menetap di rumah. Bagi Niza, itulah salah satu manfaat situs CS; pengguna dapat saling berinteraksi dan belajar banyak hal tentang latar belakang kebudayaan masing-masing secara real time.

(36)

punya waktu. Kalau kebetulan ia sedang memiliki kegiatan lain, Niza akan meminta adiknya menggantikan atau membiarkan traveler berwisata sendirian.

Ia menggap jika setiap orang asing yang memilih menginap di rumahnya memiliki ragam karakter. Untuk masalah privasi, Niza mengaku kadang cukup saling terbuka dengan wisatawan, terutama dari Eropa yang distigmakan tertutup dan terlalu menjaga privasi. Ia cukup sering mendengar tamunya berbicara mengenai hal-hal privat, walau ia tidak mau membagikan secara mendetail kepada peneliti hal privat apa yang pernah ia dapatkan. Dari ratusan traveler yang pernah ia terima, Nisa mengaku menjalin interaksi yang sangat baik dengan salah seorang wisatawan asal Polandia. Wisatawan yang tinggal di rumahnya cukup lama itu bahkan sudah dianggap sebagai saudari.

Niza juga punya cara unik untuk menjalin komunikasi yang manarik dengan para tamunya. Selain berbagi pengetahuan bahasa Indonesia, ia juga sering mengajarkan kata-kata makian khas Medan dengan traveler asal Eropa. Cara ini ia anggap mampu menghangatkan suasana dan mendekatkan dirinya dengan mereka.

―Paling sering ngajarin mereka bahasa medan. Pernah juga

aku ajarin cewe dari Prancis bahasa Indo dalam 3 hari dia udah bisa. Terus dia kalo di mobil buka jendela terus jerit

―monyet kau‖, bertukar bad word gitu deh.‖

Selain pertukaran bahasa, Niza juga mendapat ―bantuan‖ dari salah satu

saudaranya yang berprofesi sebagai entertainer. Kemampuan sang saudara dalam berkomunikasi dan kepribadian yang supel menjadikan para tamu mudah akrab dan sering menghabiskan waktu berlama-lama untuk bercakap di teras rumah hingga larut malam. Kegiatan ini menjadi rutinitas ketika para tamu datang bersamaan di saat saudara Niza tersebut juga kebetulan mampir. Bahkan beberapa

surfer yang pernah merasakan ―sesi‖ khas ini mengaku rindu dan ingin mengulang momen yang serupa.

(37)

CS, ia juga hampir seluruhnya mendapat penilaian positif dari para ―mantan‖

tamunya, sehingga kemudian ia makin sering mendapat request housing.

Namun, dari ratusan kali ia mendapatkan tamu, tentu ada pengalaman tak mengenakkan yang terjadi antara dirinya dan orang asing yang tinggal di bawah atap yang sama. Salah satu yang paling berkesan adalah ketika ia memberi tumpangan pada mahasiswi pertukaran asal Jerman. Awalnya tidak ada masalah sama sekali karena Niza telah melakukan penjajakan yang mendalam terhadap latar belakang masing-masing tamunya. Namun di malam hari pertama, ia mendapati tamu wanita asal negeri panzer itu pulang terlalu larut, hingga jam 1 pagi. Ia mengingatkan pada tamu itu agar menjaga aturan pulang dan pergi karena ia tak ingin mendapat penilaian negatif dari warga sekitar. Namun besoknya, mahasiswi itu kembali mengulangi kesalahan yang sama. hingga akhirnya di hari ketiga—ketika Niza sadar tamunya ini tidak bisa diajak kooperatif dan sopan— Niza terpaksa mengusirnya.

―Selama ini mereka pada puas sih, asal mau ninggalin rumah selalu nangis berarti mereka nyaman kan. Ada juga pernah aku usir, cewek dari jerman. Mahasiswa pertukaran gitu. Pagi2 gitu dia pergi pulangnya jam 1 malam, begitu sampai hari ke 3. Terus aku usir deh. Karena aku ga suka orang anggap rumah aku kek hotel. Awalnya udah diperingatin di hari

pertama, tapi hari ke 3 masih tetap gitu lalu saya usir.‖

(38)

Ia juga mempercayai filosofi ‗karma‘, jika seseorang berbuat baik, maka

(39)

Informan 3.

Nama : Erica Winata Tanjaya

Umur : 23 Tahun

Pekerjaan : Guru

Etnis : Tionghoa

Agama : Buddha

Bergabung di situs Couch Surfing : Mei, 2015.

Erica Winata Tanjaya menjadi informan ketiga yang berhasil diwawancarai dalam penelitian ini. Walau terhitung baru bergabung di situs Couch Surfing—tepatnya sejak Maret 2015—namun gadis kelahiran tahun 1993 ini bisa dikatakan cukup aktif beraktifitas dan memanfaatkan fitur yang disediakan oleh situs Couchsurfing.com. Di profil yang ia buat di situs itu, tercatat sudah lebih dari 15 kali Erica membuka pintu kamarnya untuk tempat peristirahatan yang nyaman bagi wisatawan dari 11 negara. Ia mengaku selama ini lebih sering mendapat permintaan housing dari surfer asal benua biru, Eropa. Sebut saja dari negara Swiss, Jerman, Denmark dan Prancis.

Erica sangat terbuka soal pengalaman yang pernah ia lalui sebagai seorang host bagi para member CS. Banyak sekali cerita menarik yang ia bagikan. Selain

ramah dan cerdas, gadis keturunan Tionghoa yang berprofesi sebagai guru ini juga sosok wanita yang blak-blakan dalam berkomunikasi sehingga lawan bicaranya bisa dengan jelas memahami pesan yang dimaksud.

Dalam percakapan awal lewat fasilitas percakapn di CS, Erica lebih banyak menyinggung soal peraturan yang ia patok bagi para calon tamu, dan untuk hal ini Erica terbilang tegas. Ia memberi daftar hal yang boleh dan terlarang dilakukan. Misalnya saja untuk aturan pergi-pulang para tamu, jam bangun hingga kebersihan.

(40)

Sirkulasi udara yang sedemikian rupa membuat bebauan yang berasal dari kamarnya terbagi dengan kamar di sebelah yang diisi oleh orang tuanya, termasuk bau menyengat yang menguar dari tubuh si surfer. Komunikasi interpersonal coba dijalin oleh Erica untuk meminta orang Denmark itu berhenti puasa mandi. Erica mencoba untuk tidak menyinggung perasaan tamunya dengan beberapa

pertanyaan, namun jawaban yang diberikan cukup singkat, ―saya merasa tidak butuh mandi.‖ Erica akhirnya mengalah dan membiarkannya tidak mandi selama

tiga hari penuh. Kejadian unik terjadi ketika wanita Denmark tersebut pergi dan menyisakan wangi tubuhnya di alat tidur Erica. Karena PRT di rumahnya menolak membersihkan seprai dan selimut berwangi tajam itu, Erica memilih menggunakan jasa laundry. Dua kali masuk ruang cuci laundry ternyata tak berdaya membuat bau tak enak tubuh orang Denmark itu hilang. Hingga akhirnya, seprai dan selimut itu pun dibuang.

Erica kembali mengalami kejadian kurang mengenakkan dengan orang Denmark. Kali ini, ia mendapati tamu yang perilakunya cukup berantakan. Selain beberapa kali tak meminta izin menggunakan barang milik tuan rumah, si tamu juga meletakkan barang pribadinya dengan sembarangan. Erica merasa sangat kesal ketika mendapati ruang tidurnya berantakan dan pakaian dalam tamunya digantung di kamar mandi yang juga dipakai oleh keluarganya. Ia kemudian mengabadikan kondisi kamar yang berantakan itu dan mengirimkannya ke sang surfer. Permintaan maaf pun diucapkan dan kamar yang berantakan dijanjikan

untuk dirapihkan kembali.

Dua kejadian ini tidak membuat ia melakukan penggeneralisasian atau membentuk stigma negatif terhadap orang dari negara tertetu. Namun semenjak itu, ia membuat aturan yang ia cantumkan di profil CS miliknya: tamu harus mau mandi dan bersih. Erica juga pernah mengalami kejadian kurang mengenakkan karena kendala perbedaan bahasa. Erica yang berprofesi sebagai guru tentu diwajibkan hadir di sekolah saat pagi hari. Sejak jam 7 pagi, ia dan keluarganya juga sudah berpencar pergi melakukan kegiatan masing-masing.

(41)

sempat terjadi kesalahan pemahaman di antara dirinya dengan tamu. Jam 7 pagi yang dijadikan patokan awal berkegiatan, diartikan lain oleh sang tamu. Kesalahan memaknai aturan jadwal membuat Erica mesti rela terlambat hadir di tempat kerjanya karena tamunya belum melakukan persiapan apa-apa.

Aturan lain yang Erica jaga adalah soal tamu yang datang berpasangan namun belum menjalin ikatan pernikahan. Ia punya cara tersendiri untuk memberitahukan hal ini kepada pasangan turis seperti ini. Tidak lewat kata-kata, ia lebih memilih meperkenalkan aturan ini secara tidak langsung. Ketika pasangan yang belum menikah menginap di rumahnya, ia akan meminta tamu yang perempuan meletakkan barang-barangnya di kamar Erica sedangkan ia akan berkata pada si laki-laki untuk menunggunya mengambilkan matras yang akan digunakan sebagai alas tidur di ruang tamu. Penyampaian seperti ini dianggapnya bisa selalu dimengerti oleh para tamu sehingga ia tidak perlu repot-repot menjelaskan secara detail budaya ketimuran yang berlaku di Indonesia.

Seperti yang sudah disinggung di bagian konteks masalah, salah satu hal negatif yang tak bisa sepenuhnya lenyap dari aktifitas CS adalah tindakan kriminal yang dilakukan tuan rumah atau para tamu. Pencurian, pemerkosaan hingga pembunuhan yang dilakukan wisatawan atau pemilik tempat tinggal sudah beberapa kali diberitakan di media massa. Sama-sama buta mengenai identitas membuat kegiatan ini tetap memiliki risiko yang besar walaupun situs CS berusaha seketat dan sedetail mungkin membuat fitur pengenalan identitas untuk setiap akun.

(42)

Sebenarnya ia berusaha berpikir positif dan tidak menaruh curiga berlebih kepada tamu yang saat itu sedang menginap di rumahnya, namun hal yang mengganjal adalah sehari sebelum benda tersebut hilang, sang turis sempat menanyakan dari mana Erica memeroleh suvenir tersebut. Insiden pencurian itu tentu tidak membuat Erica kapok berbuat baik. Bahkan saat diwawancarai, ia mengaku akan kedatangan tamu baru Couchsurfing asal Jerman.

Kemampuan bahasa Inggris Erica tergolong baik, sehingga tidak ada kendala berarti dalam hal komunikasi jika tamu yang hadir berasal dari negara penutur bahasa Inggris atau surfer yang memang memiliki kemampuan bercakap-cakap dalam Bahasa Inggris yang juga baik. Ia menggunakan bahasa Inggris sebagai jembatan pengertian antara dirinya dengan para tamu sehingga ia mengaku tidak pernah melakukan persiapan apapun menjelang kehadiran sang tamu.

Menariknya, Erica pernah menerima tamu asal Australia yang mampu berbahasa Indonesia. Bukan saja mampu, sang bule meminta mereka menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesianya. Hal ini selain mendekatkan keduanya, Erica juga mampu memberi hal yang lebih dibanding sekadar menjadi tempat persinggahan.

Ia tidak pernah mencari tahu latar belakang budaya, bahasa atau ungkapan dasar dan hal-hal yang menyangkut identitas tamunya. Ia tidak ingin memperlakukan sang tamu seperti rumah asalnya karena itu malah membatalkan tujuan mendasar wisatawan yang ingin mengenal budaya asli negara tujuan.

―Ga pernah, ga pernah ada pikiran mau memperlakukan mereka

kayak di Germany. So ketika Lo ke Indonesia kamu harus menikmati culture segala macam jadi di sini bukan khusus untuk kamu serve org Jerman, atau sebagai negara kamu, negara berbeda so inilah tradisi segala macam makanan, malah mereka lebih senang kalau makanan Indonesia apalagi kalau ada yang banyak

jug orang Jerman yang vegetarian.‖

Maka untuk itu, ia berusaha untuk memperkenalkan budaya yang dimiliki Indonesia kepada para tamu. Mulai dari objek wisata, makanan, sampai

(43)

ketika mengunjungi tempat wisata yang tidak memungut tiket masuk, Erica menjaga etika dengan meminta para surfer mengisi kotak atau wadah donasi. Ia tidak pernah menganggap jika tempat wisata adalah lokasi gratis yang bisa dimasuki sesuka hati dan dinikmati tanpa pamrih. Ia tetap memikirkan bagaimana para pengelola merawat dan menjaga kelestarian sebuah destinasi wisata sehingga tetap nyaman dikunjungi dan hal tersebut tentu tak pantas dinilai gratis.

Walaupun begitu, Erica sadar jika para tamunya kebanyakan adalah para pelancong ber-budget terbatas sehingga ia tetap berusaha membantu surfer yang menginap di rumahnya untuk menekan pengeluaran saat berpelesiran di Indonesia. Mulai dari hal-hal kecil semacam penggunaan kartu SIM yang ia minta agar tidak dibeli surfer di bandara karena harga yang dipatok akan lebih mahal dibanding di lokasi lain.

―Menurut aku ya harus nya sudah ya karena aku berusaha untuk

full-feel apa yang mereka mau dan aku juga sering traveling dan aku tau maunya apa budget-nya pasti kalau bisa yang gratislah semuanya, gitukan, aku gak pernah bohongin guess aku kalau ke suatu ttempat masuk bayar dan harus donasi ya kamu harus lakuin itu kayak masuk ke Mesjid Raya kan harus donasi wajib kan hukumnya walaupun Lu gak diminta tapi Lu masuk dan Lu

nikamtin keindahan di dalamnya loh.‖

Ia juga aktif menjalin komunikasi dengan para surfer terutama bagi mereka yang

ingin melancong sendirian di ―belantara‖ Sumatera Utara yang tentu asing bagi

mereka. Erica tak ingin tamu-tamunya menjadi korban kejahatan dan ditipu saat hendak berwisata. Misalnya ia sering mengingatkan para tamunya untuk lebih tegas meminta hak yang mereka dapat di tempat wisata. Ia mengambil contoh ketika banyak di antara tamunya yang ingin menjelajahi kediaman Tjong A Fie. Ketika membayar, seorang atau sekelompok wisatawan diberikan hak mendapat tour guide. Namun jika tidak diminta, hak ini tidak diberikan oleh pengelola

Gambar

Gambar : Konsep Johari Windows

Referensi

Dokumen terkait