• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

1. Saran dalam kaitan penelitian

Para anggota situs CS Medan bisa membentuk semacam kelompok resmi yang memiliki dasar keorganisasian yang lebih jelas agar kegiatan yang dilaksanakan bisa lebih terarah dan dapat mewadahi anggota CS yang selama ini tidak mampu atau tidak mengetahui mengenai gathering yang sudah beberapa kali diadakan.

2. Saran dalam kaitan akademis.

Saran dalam kaitan akademis agar mahasiswa komunikasi lebih meirik fenomena interaksi antar individu dari latar belakang kebangsaan dan kewarganegaraan yang berbeda. Tidak hanya dalam aspek pariwisata, namun juga interaksi di bidang pendidikan, perkembangan teknologi komunikasi dan lingkup lain di mana interaksi tersebut dapat terjalin.

3. Saran dalam kaitan praktis.

Tampaknya, popularitas situs CS masih belum setinggi situs jejaring sosial lain. Bukan hanya karena situs ini memiliki lingkup interaksi yang khusus (diperuntukkan bagi traveler) namun juga belum diketahui oleh banyak penikmat wisata di kota Medan. Dari pengamatan peneliti, anggota yang aktif menawarkan rumah tinggal (housing) jumlahnya sangat sedikit sedangkan data menunjukkan jika statistik wisatawan mancanegara yang menjadikan wilayah Sumatera Utara sebagai destinasi berwisata cukuplah tinggi. Dapat dilihat dari jumlah tamu yang banyak yang telah diterima oleh keempat informan menunjukkan jika tujuan housing para surfer yang menuju Sumut hanya berkisar pada orang yang itu-itu saja sehingga anggota CS Medan lewat gathering yang akan diadakan dapat membicarakan publikasi yang lebih luas mengenai situs CS dan manfaatnya bagi penikmat wisata.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Paradigma Kajian

Dalam suatu penelitian teori memiliki peran sebagai pendorong pemecahan masalah. Setiap penelitian sosial memerlukan teori, karna salah satu unsur yang paling besar peranannya dalam penelitian adalah teori (Singarimbun, 1995:37). Berdasarkan alasan tersebut, peneliti menggunakan teori-teori yang relevan dengan topik permasalahan yang akan diteliti, yakni sebagai berikut

2.2 Kajian Pustaka

2.2.1 Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antar pribadi lebih menekankan pada hubungan antar pribadi dari dua pihak yang melakukan komunikasi. Kegagalan komunikasi terjadi, apabila isi pesan yang disampaikan tidak dipahami. Ketidakpahaman ini membuat hubungan anatr komunikator dan komunikan mmenjadi tidak kondusif. Komunikasi antar pribadi yang efektif meliputi banyak unsur seperti, adanya pesan yang jelas, tersedianya media, pemahaman terhadap isyarat dan yang lain. Tetapi diantara unsur-unsur tersebut yang paling menentukan keberhasilan komunikasi antar pribadi adalah ―hubungan‖. Lebih jauh dikatakan, banyak penyebab dan ritangan komunikasi. Rintangan itu bisa berakibat kecil saja apabila terdapat hubungan yang baik antara komunikan dan komunikator. Sebaliknya,pesan yang jelas, tegas dan cermat tidak dapat menghindari kegagalan, jika terjadi hubungan yang kurang baik antara dua pihak yang berkomunikasi. Menurut Barnlud (1968), komunikasi antarpribadi merupakan pertemuan antara dua orang atau empat orang yang terjadi spontan dan tidak terstruktur (dalam Hidayat, 2012:14). Sedangkan menurut Kathleen S.Verderber el al (2007),

komunikasi antarpribadi merupakan proses melalui mana orang menciptakan dan mengelola hubungan mereka, melaksanakan tanggung jawab secara timbal balik dalam menciptakan maksa (Budyatna,2011:14). Dalam buku Komunikasi Antarpribadi Liliweri (1991:13) mengutip pendapat Joseph A. Devito mengenai ciri komunikasi antarpribadi yang efektif, yaitu;

a.Keterbukaan

Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi. Kualitas keterbukaan mengacu pada tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Aspek pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada komunikannya. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri dan mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut dan wajar. Aspek kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan komunikan yang menjemukan. Bila ingin komunikan bereaksi terhadap apa yang komunikator ucapkan, komunikator dapat memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain. Dan aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran di mana komunikator mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang diungkapkannya adalah miliknya dan ia bertanggung jawab atasnya.

b. Empati (empathy)

Empati adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Orang yang berempati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang sehingga dapat mengkomunikasikan empati, baik secara verbal maupun non-verbal.

c. Dukungan (supportiveness)

Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif. Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan di mana terdapat sikap mendukung.

d. Rasa Positif (positiveness)

Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorongorang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.

e. Kesetaraan (equality)

Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara.Artinya, ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Kesetaraan meminta kita untuk memberikan penghargaan positif tak bersyarat kepada individu lain.

Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial di mana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Proses saling mempengaruhi ini merupakan suatu proses bersifat psikologis dan karenanya juga merupakan permulaan dari ikatan psikologis antarmanusia yang memiliki suatu pribadi. Ada tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua orang merupakan komunikasi antarpribadi. Sifat-sifat komunikasi antarpribadi itu adalah (Liliweri, 1991:30-31) :

1. Komunikasi antarpribadi melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan nonverbal 2. Komunikasi antarpribadi melibatkan pernyataan atau ungkapan yang spontan 3. Komunikasi antarpribadi tidaklah statis melainkan dinamis

4. Komunikasi antarpribadi melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi dan koherensi (pernyataan yang satu harus berkaitan dengan yang lain sebelumnya).

5. Komunikasi antarpribadi dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik

6. Komunikasi antarpribadi merupakan suatu kegiatan dan tindakan 7. Komunikasi antarpribadi melibatkan di dalamnya bidang persuasif

Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajat keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara peserta komunikasi. Miller (1976) dalam Explorations in Interpersonal Communication, menyatakan bahwa ”Memahami proses

komunikasi interpersonal menuntut hubungan simbiosis antara komunikasi dan perkembangan relasional, dan pada gilirannya (secara serentak), perkembangan relasional mempengaruhi sifat komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat

dalam hubungan tersebut.”

Tujuan Komunikasi Antarpersonal

Tujuan komunikasi interpersonal sebagaimana dikemukakan DeVito (1992: 13-14) yaitu:

1. Untuk mempelajari secara lebih baik dunia luar, seperti berbagai objek, peristiwa dan orang lain. Meskipun informasi tentang dunia luar itu kita kenal umumnya melalui mass-media, tetapi hal itu pada akhirnya seringkali didiskusikan, dipelajari, diinternalisasi melalui komunikasi interpersonal. Nilai-nilai, sistem kepercayaan, dan sikap-sikap nampaknya lebih banyak dipengaruhi oleh pertemuan interpersonal daripada dipengaruhi media bahkan sekolah. Oleh karena itu komunikasi interpersonal sebenarnya memberi peluang kepada kita untuk belajar tentang diri kita sendiri. Sangat mungkin hal itu menarik perhatian atau mengejutkan dan bahkan amat berguna karena yang dibicarakan perasaan kita, pemikiran kita dan perilaku kita sendiri.

2. Selanjutnya, melalui komunikasi interpersonal kita mengevaluasi keadaan diri kita untuk kemudian kita membandingkannya dengan kondisi sosial orang lain. Cara seperti ini menghasilkan self-concept yang makin berkembang dan

mendorong perluasan pengetahuan dan keterampilan yang pada akhirnya melakukan perubahan/inovasi.

3. Untuk memelihara hubungan dan mengembangkan kedekatan atau keakraban. Melalui komunikasi interpersonalkita berkeinginan untuk menjalin rasa cinta dan kasih sayang. Di samping cara demikian mengurangi rasa kesepian atau rasa depresi, komunikasi interpersonal bertujuan membagi dan meningkatkan rasa bahagia yang pada akhirnya mengembangkan perasaan positif tentang diri kita sendiri. Kita diajari tidak boleh iri, dengki, dendam, saling fitnah dan saling bunuh; kita semua akan mati dan dikuburkan orang lain.

4. Untuk mempengaruhi sikap-sikap dan perilaku orang lain. Dalam kehidupan bermasyarakat, kita sering mengajak dan membujuk seseorang untuk menetapkan cara-cara tertentu yang lebih menguntungkan, untuk mendengarkan musik atau isi suatu rekaman, untuk mengambil kursus tertentu, untuk menggunakan obat atau ramuan tertentu, untuk bersama-sama terlibat dalam kegiatan dan sebagainya. Upaya mempengaruhi pihak lain menjadi demikian penting bagi pengawas/penilik kependidikan yang memang tugasnya melakukan pembinaan.

5. Untuk menghibur diri atau bermain. Kita bisa mendengarkan pelawak, pembicaraan, dan musik. Kita juga bisa menghibur orang lain, mengutarakan lelucon menceriterakan kisah-kisah yang menarik. Tujuan demikian menjadi penting manakala orang-orang sudah demikian serius dan beranjak stres dalam melaksanakan pekerjaan.

Masalah Hubungan Antarpersonal

Hasil Penelitian. Masalah kesamaan dan ketidak-samaan seringkali menjadi sorotan dalam komunikasi interpersonal, sehingga penelitian yang dilakukan sering menekankan pada analisa hubungan di antara pihak yang berkomunikasi. Tidak semua hubungan dalam komunikasi interpersonal harus diarahkan agar menjadi akrab dan keputusan rasional dapat dibuat. Perspektif hasil penelitian Delia (1980) sebagaimana dikutip Stewart dan Sylvia (2000: 202-203) memperlihatkan bahwa:

1. Bentuk suatu hubungan seringkali tidak sebagai sesuatu yang dibutuhkan untuk kebaikan hubungan itu. Hubungan muncul bukan karena keinginan terjalinnya

hubungan tetapi lebih disebabkan oleh sesuatu yang tumbuh dalam pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan bersama, misalnya Anda diminta untuk mengerjakan sebagain dari kegiatan suatu proyek.

2. Tuntutan keadaan seringkali mengatur dugaan dan persepsi, membentuk harapan mengenai suatu hubungan dan membentuk cara pengungkapannya, misalnya Anda tertarik dengan sebuah sepatu untuk kemudian Anda memiliki harapan untuk membelinya dan menjelaskan bagaimana Anda menawar harganya supaya lebih murah dibeli Anda.

3. Banyak hubungan yang berlangsung lama dibatasi oleh suatu konteks khusus atau rentang konteks dan tidak mengakibatkan peningkatan keakraban, misalnya dua orang mitra kerja berhubungan baik namun tidak pernah berkomunikasi secara interpersonal di luar jam kerja.

4. Meskipun derajat kepuasan yang diperoleh (Anda) dari hubungan dan cara hubungan itu berkembang akan didasarkan atas penilaian implisit tentang orang (lain) itu, penilaian berubah mengikuti konteks dan sifat hubungan itu. Artinya, beberapa kualitas dan penilaian adalah penting dalam suatu hubungan, tetapi beberapa sifat dan penialaian lainnya yang amat berbeda adalah penting pula untuk jenis hubungan yang lain.

Tahapan Hubungan Antarpersonal

Hubungan interpersonal berlangsung dalam beberapa tahap, mulai tahap interaksi awal sampai tahap pemutusan ( dissolution ). Seorang kawan yang akrab tidak begitu saja terjadi setelah adanya pertemuan, untuk menumbuhkan keakraban dilakukan secara bertahap. Terdapat lima tahapan yang dikemukakan DeVito (1986b) dimana tahapan ini dapat menjadi dasar dalam menjalin hubungan. Kelima tahap itu adalah kontak, keterlibatan, keakraban, perusakan dan pemutusan.

1. Kontak.

Tahap pertama kita membuat kontak, ada beberapa macam persepsi alat indra, Anda melihat, mendengar dan membaui seseorang. Beberapa peneliti, dalam tahap ini selama empat menit pertama (interaksi awal), Anda akan memutuskan

apakah ingin melanjutkan hubungan ini atau tidak. Pada tahap ini penampilan fisik begitu penting, karena dimensi fisik begitu terbuka untuk diamati secara mudah. Namun demikian, kualitas-kualitas lain, seperti bersahabat, kehangatan, keterbukaan, dan dinamisme juga terungkap dalam tahap ini. Jika Anda menyukai orang tersebut maka akan berlanjut ketahap kedua.

2. Keterlibatan.

Pada tahap ini Anda mengikat diri Anda lebih jauh. Anda mengikatkan diri untuk lebih mengenal orang lain. Anda mungkin membina hubungan primer, sehingga orang lain itu menjadi sahabat baik atau kekasih Anda. Komitmen ini dapat menjadi berbagai bentuk, perkawinan, membantu orang itu atau mengungkapkan rahasia besar Anda.

3. Keakraban

Tahap ini hanya disediakan untuk sedikit orang paling banyak empat orang, karena jarang sekali orang memiliki lebih dari empat orang sahabat.

4. Perusakan.

Dalam tahap berikutnya merupakan penurunan hubungan, ketika ikatan diantara kedua pihak melemah. Pada tahap perusakan, Anda mulai merasa bahwa hubungan ini mungkin tidaklah seperti yang Anda pikirkan sebelumnya. Anda berdua menjadi semakin jauh, makin sedikit waktu senggang yang Anda lalui bersama dan apabila Anda berdua bertemu Anda saling berdiam diri tidak lagi banyak mengungkapkan diri. Jika tahap perusakan ini berlanjut Anda memasuki tahap pemutusan

5. Pemutusan

Tahap pemutusan adalah pemutusan ikatan yang mempertalikan kedua pihak. Jika bentuk ikatan itu adalah perkawinan pemutusan hubungan dilambangkan dengan perceraian, walaupun pemutusan hubungan aktual dapat berupa hidup terpisah. Dalam bentuk materi inilah tahap ketika harta kekayaan dibagi dan pasangan suami istri saling berebut hak pemeliharaan anak.

2.2.2 Komunikasi Antarbudaya

Terdapat beberapa pengertian komunikasi antarbudaya yang telah diuraikan oleh beberapa ahli, diantaranya Fred. E Jandt yang mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai interaksi tatap muka diantara orang yang berbeda-beda budaya. Komunikasi antarbudaya merupakan bagian dari komunikasi multikultural. Colliers dan Thomas mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai komunikasi yang terjadi diantara orang yang memiliki perbedaan budaya. Stephen Dahl sendiri mengartikan komunikasi secara spesifik, yaitu komunikasi yang terjadi didalam masyarakat yang berasal dari dua ataupun lebih kebangsaan yang berbeda, seperti perbedaan rasial dan latar belakang etnik. Definisi lain tentang komunikasi antarbudaya dikemukakan oleh Stuward L.Tubbs. Beliau mendefinisikan komunikasi antarbudaya sebagai komuikasi yang terjadi diantara dua anggota yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda baik secara rasial, etnik maupun sosial-ekonomi. Dari definisi yang telah diuraikan oleh beberapa ahli, maka dikemukakan kesimpulan definisi komunikasi antarbudaya, yaitu suatu tindak komunikasi di mana para partisipan berbeda latar belakang budayanya (Purwasito,2003:122-124).

2.2.2.1. Unsur – Unsur Proses Komunikasi AntarBudaya

Unsur pertama dalam proses komunikasi antarbudaya adalah komunikator. Komunikator dalam komunikasi antarbudaya merupakan pihak yang mengawalai proses pengiriman pesan terhadap komunikan. Baik komunikator maupun komunikan ditentukan oleh faktor-faktor makro seperti penggunaan bahasa minoritas dan pengelolaan etnis, pandangan tentang pentingnya sebuah percakapan dalam konteks budaya, orientasi terhadap konsep individualitas dan kolektivitas dari suatu masyarakat, orientasi terhadap ruang dan waktu. Sedangkan faktor mikronya adalah komunikasi antarbudaya, kebiasaan percakapan dalam bentuk dialek dan aksen, dan nilai serta sikap yang menjadi identitas sebuah etnik (Liliweri,2004:25-26)

Unsur kedua dalam proses komunikasi antarbudaya adalah komunikan. Komunikan merupakan penerima pesan yang disampaikan oleh komunikator. Dalam komunikasi antarbudaya, komunikan merupakan seorag yang berbeda latar belakang denga komunikator. Tujuan komunikasi yang diharapkan ketika

komunikan menerima pesan dari komunikator adalah memperhatikan dan menerima secara menyeluruh. Ketika komunikan memeperhatikan dan memahami isi pesan, tergantung oleh tiga bentuk pemahaman, yaitu kognitif,afektif dan overt action. Kognitif yaitu penerimaan pesan oleh komunikan sebagai sesuatu yang benar, kemudian afektif merupakan kepercayaan komunikan bahwa pesan tidak hanya benar namun baik dan disukai, sedangkan overt action merupakan tindakan nyata, yaitu kepercayaan terhadap pesan yang benar dan baik sehingga mendorong suatu tindakan yang tepat (Liliweri,2004:26-27)

Unsur yang ketiga adalah pesan atau simbol. Pesan berisi pikiran, ide atau gagasan, dan perasaan yang berbentuk simbol. Simbol merupakan sesuatu yang digunakan untuk mewakili maksud tertentu seperti kata-kata verbal dan simbol non verbal. Pesan memiliki dua aspek utama, yaitu content (isi)dan treatment (perlakuan).Pilihan terhadap isi dan perlakuan terhadap pesan tergantung dari keterampilan komunikasi, sikap, tingkat pengetahuan, posisi dalam sistem sosial dan kebudayaan (Liliweri,2004:27-28)

Unsur keempat yaitu media. Dalam proses komunikasi antarbudaya, media merupakan saluran yang dilalui oleh pesan atau simbol. Terdapat dua tipe saluran yang disepakati para ilmuan sosial, yaitu sory channel, yakni saluran yang memindahkan pesan sehingga akan ditangkap oleh lima indera manusia. Lima saluran dalam channel ini yaitu cahaya, bunyi, tangan, hidung dan lidah.Saluran kedua yaitu institutionalized chanel, yaitu saluran yang sudah sangat dikenal manusia seperti percakapan tatap muka, material percetakan dan media elektronik. Para ilmuan sosial menyimpulkan bahwa komunikan akan lebih menyukai pesan yang disampaikan melalui kombinasi dua atau lebuh saluran sensoris (Liliweri, 2004:28-29).

Unsur proses komunikasi antarbudaya yang kelima adalah efek atau umpan balik. Tujuan manusia berkomunikasi adalah agar tujuan dan fungsi komunikasi dapat tercapai. Tujuan dan fungsi komunikasi antarbudaya, antara lain memberikan informasi, menerangkan tentang sesuatu, memberikan hiburan dan mengubah sikap atau perilaku komunikan. Didalam proses tersebut, diharapkan adanya reaksi atau tanggapan dari komunikan dan hal inilah yang disebut umpan balik. Tanpa adanya umpan balik terhadap pesan-pesan dalam proses komunikasi

antarbudaya, maka komunikator dan komunikan sulit untuk memahami pikiran dan ide atau gagasan yang terkandung didalam pesan yang disampaikan. Unsur keenam dalam proses komunikasi antarbudaya adalah suasana. Suasana merupakan salah satu dari 3 faktor penting (waktu, tempat dan suasana) didalam komuikasi antarbudaya (Liliweri, 2004,29-30)

Unsur ketujuh dalam proses komunikasi antarbudaya adalah gangguan. Gangguan didalam komunikasi antarbudaya merupakan segala sesuatu yang menghambat laju pesan yang ditukar antara komunikator dan komunikan dan dapat juga mengurangi makna pesan antarbudaya. Gangguan tersebut menghambat penerimaan pesan dan sumber pesan. Gangguan yang berasal dari komunikator bersumber akibat perbedaab status sosial dan budaya, latar belakang pendidikan dan keterampilan berkomunikasi. Gangguan yang berasal dari pesan disebabka oleh perbedaan pemberian makna pesan yang disampaikan secara verbal dan perbedaan tafsir atas pesan nonverbal. Sedangkan gangguan yang berasal dari media, yaitu karena kesalahan pemilihan media yang tidak sesuai dengan konteks komunikasi sehingga kurang mendukung komunikasi antarbudaya. De Vito (1997) menggolongkan tiga macam gangguan, yaitu fisik, psikologis dan semantik. Gangguan fisik berupa interfensi dengan transmisi fisik isyarat atau pesan lain, gangguan psikologis berupa interfensi kognitif atau mental, sedangkan gangguan semantik berupa pembicara dan pendengar memiliki arti yang berlainan (Liliweri, 2004:30-31).

2.2.3 Teori Self-Disclosure

Self disclosure theory atau juga yang bisa disebut teori pengembangan diri adalah proses sharing atau berbagi informasi dengan orang lain. Informasinya menyangkut pengalaman pribadi, perasaan, rencana masa depan, impian, dan lain-lain. Dalam melakukan proses self-disclosure atau penyingkapan diri seseorang haruslah memahami waktu, tempat, dan tingkat keakraban. Kunci dari suksesnya self-disclosure atau penyingkapan diri itu sendiri adalah kepercayaan

Merupakan sebuah proses berbagi informasi dengan orang lain, informasinya menyangkut masalah pribadi.

b. Bergantung pada kepercayaan.

Self-disclosure atau penyingkapan diri sangat esensial atau mendasar dalam proses terapi kelompok.

Self disclosure atau penyingkapan diri merupakan sebuah proses membeberkan informasi tentang diri sendiri kepada orang lain. Penyingkapan diri merupakan suatu usaha untuk membiarkan keontentikan memasuki hubungan sosial kita, dan hal ini berkaitan dengan kesehatan mental dan pengembangan konsep diri. Salah satu model inovatif untuk memahami tingkat-tingkat kesadaran dan penyingkapan diri dalam komunikasi adalah Jendela Johari (Johari Window).

Gambar : Konsep Johari Windows

Sumber : Jalaludin Rakhmat,2004 : 108

2.2.4 Teori pengurangan ketidakpastian

Uncertainty reduction theory atau teori pengurangan ketidakpastian, terkadang juga disebut initial interaction theory. Teori ini diciptakan oleh Charles Berger dan Richard Calabrese pada tahun 1975. Tujuannya adalah untuk menjelaskan bagaimana komunikasi digunakan untuk mengurangi ketidakpastian antara orang asing yang terikat dalam percakapan mereka bersama.

Teori ini menjelaskan, interaksi dilakukan manusia berguna untuk mengurangi ketidakpastian atau meningkatkan prediktabilitas perilaku

masing-masing dalam interaksi yang akan mereka kembangkan. Artinya, teori ini menjelaskan keingintahuan kita atas ketidaktahuan kita. Menggali pengetahuan berupa memahami itulah yang merupakan perhatian utama kita.

2.2.4.1 Asumsi Teori Pengurangan Ketidakpastian Asumsi-asumsi yang membingkai teori ini:

a. Orang mengalami ketidakpastian dalam latar interpersonal

b. Ketidakpastian adalah keadaan yang tidak mengenakkan, menimbulkan stres secara kognitif

c. Ketika orang asing bertemu, perhatian utama mereka adalah untuk mengurangi ketidakpastian mereka atau meningkatkan prediktabilitas d. Komunikasi interpersonal adalah sebuah proses perkembangan yang

terjadi melalui tahapan-tahapan

e. Komunikasi interpersonal adalah alat yang utama untuk mengurangi ketidakpastian

f. Kuantitas dan sifat informasi yang dibagi oleh orang akan berubah seiring berjalannya waktu

g. Sangat mungkin untuk menduga perilaku orang dengan menggunakan cara seperti hukum

Pertama, di dalam sejumlah latar interpersonal, orang merasakan ketidakpastian. Karena terdapat harapan berbeda-beda mengenai kejadian interpersonal, maka masuk akal untuk menyimpulkan bahwa orang merasakan ketidakpastian atau bahkan cemas untuk bertemu orang lain. Asumsi kedua, berada dalam ketidakpastian membutuhkan energi emosional dan psikologis yang tidak sedikit. Orang yang memasuki lingkungan baru seringkali mengalami stres jenis ini. Asumsi ketiga menyatakan bahwa ketika orang asing bertemu, ada dua hal penting : mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan prediktabilitas. Seperti yang pernah dijelaskan sebelumnya, pencarian informasi biasanya dilakukan dengan mengajukan pertanyaan dengan tujuan untuk memperoleh prediktabilitas.

Lalu, asumsi keempat, komunikasi interpersonal adalah proses yang melibatkan tahapan-tahapan perkembangan. Fase awal, tahapan awal dari sebuah

interaksi di antara orang asing. Fase personal, tahapan ketika orang mulai berkomunikasi secara lebih spontan dan personal. Fase akhir, tahapan apakah orang akan meneruskan hubungannya atau menghentikannya. Asumsi kelima,

Dokumen terkait