• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi Pencampuran Produk Eksisting Pertamina Unit Pengolahan II (UP-II) Untuk Menghasilkan Produk Baru Pertadex

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Optimasi Pencampuran Produk Eksisting Pertamina Unit Pengolahan II (UP-II) Untuk Menghasilkan Produk Baru Pertadex"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abda’oe, F. 1994. “PERTAMINA Tumbuh dan Berkembang Bersama Gas Bumi Terjemahan dari Coming of Age With Natural Gas”. Dinas Hupmas PERTAMINA. Jakarta

Akamigas. 2003. “Spesifikasi Produk Migas”. Cepu: Sekolah Tinggi Energi dan Mineral.

Direktorat Jendral Minyak dan gas Bumi. 2008. “Cadangan Minyak Bumi Indonesia”. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.<URL: http://www.migas.esdm.go.id>

Don W. Green and James O.Maloney. 1997. “Perryf Chemical Engineer Hand Book”. Mc.Graw – Hill.

. Di akses tanggal 23 Mei 2015. Pukul 11.15 WIB

Ferge Raseef. 2003. “Thermal and Catalytic Processif in Petroleum Refining”. New York: Marvel Dekker.

James.G.Speight. 2002. “Chemical and Process Design Hand Book. New York: Mc.Graw – Hill.

Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2007. “Blueprint Pengelolaan Energi Indonesia”.

Khong, Cho Oon. 1986. “The Politics of Oil in Indonesia”. 1986. New York: Cambridge University.

Paul.R.Robinson. 2006. “Practical Advances in Petroleum Processing”. USA: Springer.

(2)

Rene.P.Schwarzenbach. 2003. “Environmental Organic Chemstry”. New Jersey: John Wiley and Sons. Inc.

Saragih, Juli Panglima. 2010. “Sejarah Perminyakan di Indonesia”. Jakarta: Sekretaris Jendral Dewan Perwakilan Rakyat.

Sayogyo, K. 1999. “Migas dan Usaha Migas”. Hupmas PERTAMINA. Jakarta UNDP. 2000. “World Energy Assesment”. New York: United Nations.

(3)
(4)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1. Pengujian Blending Pertadex 3.1.1. Alat-alat

1. Beaker glass 1000 mL 2. Beaker glass 100 mL 3. Spatula

4. Gelas ukur 500 mL

3.1.2. Prosedur Percobaan

1. Formula atau hydrokarbon yang akan diblending diprediksikan dengan mempelajari spesifikasi hydrokarbon tersebut untuk mendapatkan on spesifikasi produk PertaDex.

Prediksi formula : Diesel + Heavy Kero + LGO

2. Kemudian dilakukan perhitungan untuk menentukan persentase antar formula dengan perhitungan berikut: P =(�1 ��1) + ( �2 ��2) + (�3 + �3)

1 + �2 + �3 P = Parameter PertaDex

P1, P2, P3 = Parameter prediksi formula 1,2,3 V1, V2, V3 = Volume prediksi formula 1,2,3

3. Masing-masing formula diukur sesuai dengan persentase ke dalam gelas ukur 500 mL

(5)

5. Formula yang sudah dicampurkan diaduk dengan spatula selama 15 menit 6. Formula yang sudah homogen lalu di analisi sesuai dengan parameter penting

spesifikasi PertaDex.

3.2. Pengujian Density/API Gravity 3.2.1. Alat

1. Hydrometer yang digunakan sesuai dengan speseifikasi yang ada pada table dibawah ini

2. Termometer yang digunakana sesuai dengan kebutuhan, seperti pada tabel 2.

3. Hydrometer silinder, terbuat dari: metal atau plastik atau gelas yang jernih berdiameter ≥25 mm dari diameter luar hydrometer, sedangkan tinggi dari silinder harus sedemikian rupa sehingga bagian bawah dari hydrometer yang tercelup minimal 25 mm dari dasar silinder

(6)

3.2.2. Pengertian

a. Penentuan yang akurat dari density, relative density (Spec. Grav.) atau API Gravity dan produk volume atau massa atau kesemuanya dalam referensi temperature standard selama jual beli (custody transfer)

b. Metode test ini sering dipergunakan untuk menentukan density, relative density (specific gravity) atau API Gravity dari liquid jernih (transparent) dengan viscosity rendah. Metode test ini bisa juga digunakan untuk liquid yang kental (viscous) dengan mendiamkannya pada suatu waktu yang mencukupi terhadap hydrometer untuk mencapai kesetimbangan dan juga untuk ‘liquid keruh’ (opaqua liquid) dengan suatu koreksi secukupnya

c. Apabila dipergunakan untuk pengukuran ‘minyak curah’ (bulk oil), volume koreksi penyimpangan (error) diminimumkan dengan mendapatkan pembacaan hydrometer pada temperature yang dekat dengan temperature ‘minyak curah’ (bulk oil) tersebut

d. Density, relative density (specific gravity) atau API Gravity adalah faktor aturan kualitas dan jual beli crude petroleum. Hal ini bukan merupakan kepastian kualitasnya kecuali dihubungkan dengan sifatnya yang lain

e. Density merupakan indikator kualitas untuk bahan bakar automotive aviation dan marine dimana dalam hal ini mempengaruhi dalam penyimpanan, penanganan dan pembakaran pada waktu diaplikasikan

3.2.3. Prosedur Percobaan

1. Sampel dituangkan kedalam silinder, hindarkan adanya gelembung-gelembung udara, masukkan termometer terlebih dahulu kedalam silinder.

2. Silinder yang telah berisi sampel tersebut ditempatkan pada tempat yang datar dan bebas dari aliran angin serta goncangan.

(7)

3. Temperatur sampel pada saat pemeriksaan dijaga agar tidak berubah lebih besar dari 20C.

4. Hydrometer yang sesuai dimasukkan kedalam sampel tersebut secara perlahan, hydrometer harus dapat terapung bebas dan berjarak dengan dinding silinder. 5. Skala temperatur sampel dicatat dengan ketelitian 0,1 0C.

6. Skala hydrometer dicatat, apabila sudah terapung bebas dan konstan.

7. Pembacaan hydrometer adalah dengan cara menempatkan mata kita sedikit dibawah level sampel dan perlahan-lahan diangkat sampai persis pada permukaan cairan tersebut.

8. Pembacaan thermometer dikoreksi dan dicatat dengan ketelitian 0.1ºC

9. Pembacaan hydrometer dikoreksi dan dicatat dengan ketelitian 0.1 kg/m3 untuk density atau 0.0001 g/ml, kg/L untuk SG atau 0.1ºAPI

10. Pergunakan tabel 5 dan 3 untuk konversi jika mempergunakan hydrometer API 11. Pembacaan hydrometer terkoreksi dikonversi ke density atau relatif density (SG)

atau API Gravity mempergunakan table.

(8)

12. Lalu pembacaan hydrometer dikoreksi dari satu satuan ke satuan lainnya dapat mempergunakan tabel 51 ( density at 15ºC), tabel 21 (SG 60/60ºF) atau tabel 3 (APIGravity)

13. Density dikonversi dalam satuan kg/m3 ke g/ml atau kg/L dibagi dengan 103

3.3. Pengujian Distilasi 3.3.1. Alat-alat

1. Labu Distilasi 125 ml

2. Kondensor dan Bak Pendingin 3. Pemanas

4. Gelas Ukur kapasitas 100 ml 5. Penyangga Labu distilasi 6. Shield

7. Pembersih Kondensor

8. Thermometer ASTM 7C dan 8C 9. Jar Bath.

3.3.2. Prosedur Percobaan

1. Sampel ditakar sebanyak sebanyak 100 ml dengan gelas ukur kapasitas.100 ml 2. Lalu dimasukkan kedalam labu distilasi, dan pasang termometer.

3. Posisi thermometer pada labu distilasi diatur seperti gambar berikut :

(9)

4. Labu distilasi tersebut dipasang pada peralatan distilasi.

5. Kemudian alat pemanas dihidupkan dan diatur pemanasan sesuai dengan kondisi pengujian group sampel .

6. Suhu IBP dicatat dengan ketelitian 0.5 °C

7. Gelas ukur digeser hingga ujung kondensor menyentuh dinding dari gelas ukur. 8. Suhu dicatat padavolume recovery 5, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 95 % dan

FBP.

9. Lalu alat pemanas dimatikan, dan dibiarkan labu distilasi menjadi dingin

10. Sisa sampel yang ada dalam labu distilasi dituangkan kedalam gelas ukur kapasitas 10 ml.

11. Kemudian catat residu yang didapat

12. Hitung % volume loss dengan formula, % loss = 100 – ( total recovery + residu ) 13. Data-data hasil analisis dicatat ke buku primer.

3.4. Pengujian Cetane Number 3.4.1. Alat

1. Kalkulator/komputer

(10)

3.4.2. Pengertian

Untuk mengetahui perkiraan ASTM Cetane Number solar secara perhitungan dengan menggunakan rumus spesifik bila pengujian dengan mesin CFR tidak dapat dilakukan.

3.4.3. Prosedur Percobaan

1. Density dikerjakan sesuai ASTM D -1298. 2. Distilasi dikerjakan sesuai ASTM D-86.

3. Dicatat density dan mid boiling temperature dari sample yang akan diperiksa. 4. Hitung Cetane Number dengan formula sebagai berikut:

Calculated Cetane Number:

454.74 – 1641.416 D + 774.74 D2 – 0.554 B + 97.803 (log B)2

D = Density pada 15 0C, gr/ml dari ASTM D-1298 B = Mid Boiling point, 0C dari ASTM D-86.

(11)

3.5. Bagan Percobaan 3.5.1. Prosedur Blending

Perhitungan prediksi formula :

(p1 x v1) + (p2 x v2) + (p3 x v3) P =

v1 + v2 + v3

p = Parameter PertaDex

p1, p2, p3 = Parameter prediksi sampel 1,2,3 v1, v2, v3 = Volume prediksi sampel 1,2,3 Sampel produk eksisting

Diukur masing-masing sample A,B & C sesuai perbandingannya kedalam gelas ukur

Dicampurkan masing-masing sampel yang sudah di ukur kedalam beaker glass

Diaduk campuran sampel dengan spatula selama 15 menit Di analisa campuran sample sesuai dengan parameter spesifikasi PertaDex

Hasil

(12)

3.5.2. Pengujian Density/API Gravity Metode ASTM D 1298 – 99

Sampel

Dituangkan kedalam silinder, hindarkan adanya gelembung-gelembung udara, masukkan termometer terlebih dahulu kedalam silinder

Ditempatkan silinder yang telah berisi sampel pada tempat yang datar dan bebas dari aliran angin serta goncangan

Dijaga temperatur sampel pada saat pemeriksaan tidak berubah lebih besar dari 20C

Dimasukkan hydrometer kedalam sampel tersebut secara perlahan, hydrometer harus dapat terapung bebas dan berjarak dengan dinding silinder

Dicatat skala temperatur sampel dengan ketelitian 0,1 0C

Dicatat skala hydrometer, apabila sudah terapung bebas dan konstan

Dibaca hydrometer dengan cara menempatkan mata sedikit dibawah level sampel dan perlahan-lahan diangkat sampai persis pada permukaan cairan tersebut.

Hasil

(13)

3.5.3. Pengujian Distilasi Metode ASTM D 86 – 04b

Sampel

Ditakar dengan gelas ukur 100 mL sebanyak 100 mL sampel Dimasukkan kedalam labu distilasi, dan pasang termometer

Dipasang labu distilasi pada peralatan distilasi

Dihidupkan alat pemanas dan atur pemanasan sesuai dengan kondisi pengujian group sampel

Dicatat suhu IBP dengan ketelitian 0.5 °C

Digeser gelas ukur hingga ujung kondensor menyentuh dinding dari gelas ukur

Dicatat suhu pada volume recovery 5, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 95 % dan FBP

Dimatikan alat pemanas, dan biarkan labu distilasi menjadi dingin Dituangkan sisa sampel yang ada dalam labu distilasi kedalam gelas ukur kapasitas 10 mL

Dicatat residu yang didapat

Dihitung % volume loss dengan formula, % loss = 100 – (total recovery + residu)

Catat data-data hasil analisis ke buku primer

Hasil

(14)

3.5.4. Penentuan Cetane Number

Calculated Cetane Number:

454.74 – 1641.416 D + 774.74 D2 – 0.554 B + 97.803 (log B)2

D = Density pada 15 0C, gr/ml dari ASTM D-1298 B = Mid Boiling point, 0C dari ASTM D-86. Sampel

Dikerjakan Density sesuai ASTM D -1298 Dikerjakan Distilasi sesuai ASTM D-86

Dicatat density dan Mid Boiling temperature dari sample yang akan diperiksa

Dihitung Cetane Number

Hasil

(15)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Hasil Pengukuran Density Pada Sampel

Metode pengujian density ASTM D 1298 – 99 dilakukan terhadap sampel blending yaitu Light Gas Oil (Solar), Diesel dan Heavy Kero. Masing-masing sampel di uji sebanyak 3 (tiga) kali untuk kemudian dihitung nilai rata-rata nya. Hydrometer yang digunakan yaitu hydrometer density kg/m3 at 150C (range 600-1100) dan thermometer yang digunakan yaitu thermometer 0C (range -1 - +38).

Tabel 4.1. Hasil pengukuran density sampel

Density (kg/m3) I II III Rata-rata

LGO (Solar) kg/m3 834 834 833 834

Diesel kg/m3 843 842 843 843

Heavy Kero kg/m3 808 808 808 808

4.1.2. Hasil Pengukuruan Distlasi Pada Sampel

(16)

Tabel 4.2. Hasil pengukuran distilasi sampel pada volume 50%

Distilasi V50% I II III Rata-rata

LGO (Solar) 0C 254 259 255 256

Diesel 0C 307 307 304 306

Heavy Kero 0C 213 211 215 213

Tabel 4.3. Hasil pengukuran distilasi sampel pada volume 90%

Distilasi V90% I II III Rata-rata

LGO (Solar) 0C 336 339 338 338

Diesel 0C 369 369 372 370

Heavy Kero 0C 240 241 239 240

Tabel 4.4. Hasil pengukuran distilasi sampel pada volume 95%

Distilasi V95% I II III Rata-rata

LGO (Solar) 0C 351 350 350 350

Diesel 0C 383 386 387 385

Heavy Kero 0C 250 249 250 250

(17)

Tabel 4.5. Hasil pengukuran distilasi sampel pada titik didih akhir

Distilasi FBP I II III Rata-rata

LGO (Solar) 0C 360 361 364 362

Diesel 0C 399 398 397 398

Heavy Kero 0C 263 260 265 263

4.1.3. Hasil Perhitungan Cetane Number Pada Sampel

Metode perhitungan cetane number ASTM D-976 menggunakan rumus spesifik dilakukan sebagai alternatif mesin CFR yang tidak dapat di operasikan. Perhitungan cetane number dilakukan setelah mendapatkan hasil pengujian density dan distilasi. Calculated cetane number :

454,74 – 1641,416 D + 774,74 D2 – 0,554 B + 97,803 (Log B)2 D = Density pada 150C (gr/ml)

B = Mid boiling point (0C)

4.1.3.1. Perhitungan cetane numberlight gas oil (solar)

454,74 – 1641,416 D + 774,74 D2 – 0,554 B + 97,803 (Log B)2 D = 834 kg/m3 = 0.834 gr/ml

B = 2560 C

CN = 454,74 – 1641,416.(0,834) + 774,74.(0,695) – 0,554.(256) + 97,803.(5,80) = 50,08

(18)

4.1.3.2. Perhitungan cetane number diesel

454,74 – 1641,416 D + 774,74 D2 – 0,554 B + 97,803 (Log B)2 D = 843 kg/m3 = 0.843 gr/ml

B = 3060 C

CN = 454,74 – 1641,416.(0,843) + 774,74.(0,710) – 0,554.(306) + 97,803.(6,18) = 55,89

4.1.3.3. Perhitungan cetane numberheavy kero

454,74 – 1641,416 D + 774,74 D2 – 0,554 B + 97,803 (Log B)2 D = 808 kg/m3 = 0.808 gr/ml

B = 2130 C

CN = 454,74 – 1641,416.(0,808) + 774,74.(0,653) – 0,554.(213) + 97,803.(5,42) = 46,6

Tabel 4.6. Hasil perhitungan cetane number pada sampel

Sampel Cetane Number

Light Gas Oil (solar) 50,08

Diesel 55,89

Heavy Kero 46,6

(19)

4.1.4. Hasil Pengujian Sampel Blending

Setelah dilakukan pengujian terhadap masing-masing sampel sebagai formula blending, maka dapat diprediksikan persentase atau jumlah volume masing-masing formula yang akan dicampurkan untuk mendapatkan produk PertaDex sesuai spesifikasinya. Blending dilakukan terhadap formula yang telah dicampurkan dengan masing-masing volume tertentu di dalam beaker glass dan di homogenkan menggunakan spatula selama 15 menit. Kemudian terhadap hasil blending dilakukan analisa sesuai dengan parameter yang ditentukan.

4.1.4.1. Hasil pengujian density blending

Tabel 4.7. Hasil pengujian density terhadap produk blending

Density (kg/m3) I II III Rata-rata

LGO (70%) + Diesel (30%) 836 837 837 837

LGO (40%) + Diesel (50%) + Heavy Kero (10%)

834 837 836 836

LGO (30%) + Diesel (50%) + Heavy Kero (20%)

835 833 832 833

(20)

4.1.4.2. Hasil pengujian distilasi blending

Tabel 4.8. Hasil pengujian distilasi blending pada volume 50%

Distilasi Vol.50% (0C) I II III Rata-rata

LGO (70%) + Diesel (30%) 274 270 270 271

LGO (40%) + Diesel (50%) + Heavy Kero (10%)

276 278 277 277

LGO (30%) + Diesel (50%) + Heavy Kero (20%)

275 271 270 272

Tabel 4.9. Hasil pengujian distilasi blending pada volume 90%

Distilasi Vol.90% (0C) I II III Rata-rata

LGO (70%) + Diesel (30%) 348 345 347 347

LGO (40%) + Diesel (50%) + Heavy Kero (10%)

344 344 345 344

LGO (30%) + Diesel (50%) + Heavy Kero (20%)

332 335 335 334

(21)

Tabel 4.10. Hasil pengujian distilasi blending pada volume 95%

Distilasi Vol.95% (0C) I II III Rata-rata

LGO (70%) + Diesel (30%) 360 361 360 360

LGO (40%) + Diesel (50%) + Heavy Kero (10%)

357 358 356 357

LGO (30%) + Diesel (50%) + Heavy Kero (20%)

344 348 349 347

Tabel 4.11. Hasil pengujian distilasi blending pada titik didih akhir

Distilasi End Point (0C) I II III Rata-rata

LGO (70%) + Diesel (30%) 372 374 373 373

LGO (40%) + Diesel (50%) + Heavy Kero (10%)

370 370 370 370

LGO (30%) + Diesel (50%) + Heavy Kero (20%)

362 360 360 360

(22)

4.1.4.3. Perhitungan cetane numberblending 1. LGO (70%) + Diesel (30%)

D = 0,837 gr/ml ; B = 2710C

454,74 – 1641,416 D + 774,74 D2 – 0,554 B + 97,803 (Log B)2

CN = 454,74 – 1641,416.(0,837) + 774,74.(0,700) – 0,554.(271) + 97,803.(5,92) = 52,06

2. LGO (40%) + Diesel (50%) + Heavy Kero (10%) D = 0,836 gr/ml ; B = 2770C

454,74 – 1641,416 D + 774,74 D2 – 0,554 B + 97,803 (Log B)2

CN = 454,74 – 1641,416.(0,836) + 774,74.(0,699) – 0,554.(277) + 97,803.(5,96) = 53,50

3. LGO (30%) + Diesel (50%) + Heavy Kero (20%) D = 0,833 gr/ml ; B = 2720C

454,74 – 1641,416 D + 774,74 D2 – 0,554 B + 97,803 (Log B)2

CN = 454,74 – 1641,416.(0,833) + 774,74.(0,694) – 0,554.(272) + 97,803.(5,93) = 54,41

(23)

4.2. Pembahasan

Dari hasil penelitian diperoleh formula blending yang paling optimal sesuai dengan spesifikasi PertaDex (solar 51) adalah sebagai berikut:

Tabel 4.12. Rekapitulasi Data Blending

Spesifikasi PertaDex

(Solar 51)

LGO (70%) +

Diesel (30%)

LGO (40%) + Diesel

(50%) + Heavy

Kero (10%)

LGO (30%) + Diesel

(50%) + Heavy Kero

(20%)

Cetane Number Min 51 52,06 53,50 54,41

Berat Jenis pada

150C (Kg/m3)

Min. 820

Max. 860

836 836 833

Distilasi T 90 (0C) Max. 340 348 344 334

Distilasi T 95 (0C) Max. 360 360 357 347

Titik Didih Akhir

(0C)

Max. 370 373 370 360

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa campuran antara Light Gas Oil, Diesel dan Heavy Kero (30% : 50% : 20%) merupakan campuran yang paling optimal yang dapat memenuhi spesifikasi penting pada produk PertaDex. Dimana setelah dilakukan pengujian pada campuran ini diperoleh cetane number sebesar 54,41 (on spec), berat jenis pada 150C sebesar 833 kg/m3 (on spec), distilasi pada volume 90% sebesar 3340C (on spec), distilasi pada volume 95% sebesar 3470C (on spec) dan titik didih akhir sebesar 3600C (on spec). Semua parameter yang di uji memenuhi spesifikasi PertaDex yang telah di tetapkan oleh dirgen migas.

(24)

Pada campuran lainnya yaitu Light Gas Oil dan Diesel (70% : 30%) di dapat cetane number sebesar 52,06 dan berat jenis 836 kg/m3 yang memenuhi spesifikasi. Namun pada hasil distilasi volume 90%, 95% dan titik didih akhir di dapat hasil yang tidak memenuhi spesifikasi. Begitu juga dengan campuran Light gas oil, diesel dan heavy kero (40% : 50% : 10%) di dapat hasil cetane number sebesar 53,50, berat jenis sebesar 836 kg/m3 dan distilasi pada volume 95% sebesar 3570C yang memenuhi spesifikasi produk. Namun pada hasil distilasi pada volume 90% dan titik didih akhir di dapat hasil yang tidak memenuhi spesifikasi PertaDex.

Diesel memiliki cetane number yang paling tinggi bila di bandingkan dengan Light gas oil. Namun diesel memiliki hasil distilasi yang tinggi pula, dimana ini menunjukkan bahwa di dalam diesel terdapat banyak fraksi-fraksi yang lebih berat. Oleh karena itu untuk memenuhi spesifikasi diesel di campur dengan fraksi yang lebih ringan yaitu heavy kero dan light gas oil sebagai penyeimbang.

Diesel dan Light Gas Oil merupakan fraksi yang sama, tetapi diesel di dapat dari secondary process dan light gas oil di dapat dari primary process. Sementara heavy kero merupakan fraksi yang lebih ringan dan memiliki titik didih paling rendah di bandingkan keduanya.

(25)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan percobaan blending dengan menggunakan campuran dari produk-produk eksisting pertamina diperoleh data sebagai berikut:

- Blending antara light gas oil dan diesel dengan perbandingan 70% : 30% di diperoleh cetane number sebesar 52,06 (on spec), density 836 kg/m3 (on spec), distilasi pada volume 90% 3480C (off spec), distilasi pada volume 95% 3600C (off spec) dan titik didih akhir 3730C (off spec).

- Blending antara light gas oil, diesel dan heavy kero dengan perbandingan 40% : 50% : 10% diperoleh cetane number sebesar 53,50 (on spec), density 836 kg/m3 (on spec), distilasi pada volume 90% 344 (off spec), distilasi pada volume 95% 3570C (on spec) dan titik didih akhir 370 (off spec).

- Blending antara light gas oil, diesel dan heavy kero dengan perbandingan 30% : 50% : 20% diperoleh cetane number sebesar 54,41 (on spec), density 833 kg/m3 (on spec), distilasi pada volume 90% 334 (on spec), distilasi pada volume 95% 3470C (on spec) dan titik didih akhir 3600C (on spec).

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa blending antara light gas oil, diesel dan heavy kero dengan perbandingan 30% : 50% : 20% adalah formula yang paling optimal dan memenuhi spesifikasi produk PertaDex.

5.2. Saran

(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengenalan Minyak Bumi

Minyak bumi biasanya berada 3-4 km di bawah permukaan laut. Minyak bumi diperoleh dengan membuat sumur bor. Minyak mentah yang diperoleh ditampung dalam kapal tanker atau dialirkan melalui pipa ke stasiun tangki atau ke kilang minyak. Minyak mentah berbentuk cairan kental hitam dan berbau kurang sedap.

Minyak Bumi telah digunakan oleh manusia sejak zaman kuno, dan sampai saat ini masih merupakan komoditas yang penting. Minyak Bumi menjadi bahan bakar utama setelah ditemukannya mesin pembakaran dalam, semakin majunya penerbangan komersial, dan meningkatnya penggunaan plastik. Lebih dari 4000 tahun yang lalu, menurut Herodotus dan Diodorus Siculus, aspal telah digunakan sebagai konstruksi dari tembok dan menara Babylon; ada banyak lubang-lubang minyak di dekat Ardericca (dekat Babylon). Jumlah minyak yang besar ditemukan di tepi Sungai Issus, salah satu anak sungai dari Sungai Eufrat. Tablet-tablet dari Kerajaan Persia Kuno menunjukkan bahwa kebutuhan obat-obatan dan penerangan untuk kalangan menengah-atas menggunakan minyak Bumi. Pada tahun 347, minyak diproduksi dari sumur yang digali dengan bambu di China.

(27)

yang berpusat di Azerbaijan menguasai produksi minyak dunia pada akhir abad ke-19. (Khong, Cho Oon. 1986)

Tiga negara yang memproduksi minyak terbanyak adalah Arab Saudi, Rusia, dan Amerika Serikat. Sekitar 80 persen minyak dunia dihasilkan dari Timur Tengah, dengan 62,5 persennya berasal dari Arab 5: Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Irak, Qatar, dan Kuwait. Pada tahun 1950-an, biaya pengangkutan minyak menggunakan kapal tangker mencapai 33 persen dari harga minyak di teluk Persia, tetapi pada saat pengembangan supertangker pada tahun 1970-an, biaya pengangkutan menurun menjadi hanya 5 persen. (Saragih, Juli Panglima. 2010)

Penampakan fisik minyak bumi sangat beragam, tergantung dari komposisinya. Pada umumnya, minyak bumi yang baru dihasilkan dari sumur pengeboran berupa lumpur berwarna hitam atau cokelat gelap, meskipun ada juga minyak bumi yang berwarna kekuningan, kemerahan, atau kehijauan. Sumur minyak sebagian besar menghasilkan minyak mentah, terkadang ada juga kandungan gas di dalamnya Karena tekanan di permukaan Bumi lebih rendah daripada di bawah tanah, beberapa gas akan keluar dalam bentuk campuran.

Jenis hidrokarbon yang terdapat pada minyak Bumi sebagian besar terdiri dari alkana, sikloalkana, dan berbagai macam jenis hidrokarbon aromatik, ditambah dengan sebagian kecil elemen-elemen lainnya seperti nitrogen, oksigen dan sulfur, ditambah beberapa jenis logam seperti besi, nikel, tembaga, dan vanadium. Jumlah komposisi molekul sangatlah beragam dari minyak yang satu ke minyak yang lain. (Widianto, Eko. 2007)

2.2. Komponen-Komponen Pembentuk Minyak Bumi

(28)

bumi dari Rusia mengandung banyak senyawa sikloalkana seperti sikloheksana. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa dalam minyak bumi terdiri atas bermacam-macam senyawa hidrokarbon. Senyawa-senyawa hidrokarbon tersebut sebagai berikut.

2.2.1. Golongan Alkana

Golongan alkana yang banyak terdapat dalam minyak bumi adalah n-alkana dan isoalkana. alkana adalah alkana jenuh berantai lurus dan tidak bercabang, contoh n-oktana.

CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH3 (n-oktana)

Isoalkana adalah alkana jenuh yang rantai induknya mempunyai atom C tersier dan bercabang, contoh isooktana.

CH3

CH3 – C – CH2 – CH – CH3 (Isooktana) CH3 CH3

Alkana disebut juga parafin. Parafin adalah senyawa hidrokarbon tersatuasi yang mengandung rantai lurus atau bercabang yang molekulnya hanya terdiri atas atom karbon (C) dan hidrogen (H).

2.2.2. Sikloalkana

Sikloalkana adalah senyawa hidrokarbon berantai tunggal dan berbentuk cincin. Golongan sikloalkana yang terdapat dalam minyak bumi adalah siklopentana seperti metil siklopentana dan sikloheksana seperti etil sikloheksana.

CH2CH3

(Etil sikloheksana)

(29)

Sikloalkana juga dikenal dengan nama naptena. Naptena adalah senyawa hidrokarbon tersaturasi yang mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap pada karbonnya. Naptena memiliki rumus umum CnH2n dan mempunyai ciri-ciri mirip alkana tetapi mempunyai titik didih yang lebih tinggi.

2.2.3. Hidrokarbon Aromatik

Hidrokarbon aromatik adalah hidrokarbon yang tidak tersaturasi, memiliki satu atau lebih cincin planar karbon-6 atau cincin benzena. Pada struktur ini, atom hidrogen berikatan dengan atom karbon dengan rumus umum CnHn. Jika hidrokarbon aromatik dibakar, akan menimbulkan asap hitam pekat dan beberapa bersifat karsinogen (menyebabkan kanker). Senyawa hidrokarbon aromatik yang terdapat dalam minyak bumi adalah benzene.

CH2 = CH3

(Etil benzene)

2.3. Kandungan Unsur Kimia Dalam Minyak Bumi

Minyak bumi merupakan campuran rumit dari ratusan rantai hidrokarbon, yang umumnya tersusun atas 86% karbon (C) dan 15% hidrogen (H). saelain itu, juga terdapat bnahan organic dalam jumlah kecil dan mengandung oksigen (O), sulfur (S) dan nitrogen (N).

Kompos berisi gas alam, minyak bumi dan batu bara. Gas alam terdiri dari alkana suhu rendah yaitu metana, etana, propana dan butana dengan metana sebagai komponen utamanya. Selain itu alkana juga terdapat gas lain seperti karbondioksida (CO2) dan hidrogensulfida (H2S). Alkana adalah golongan senyaw yang kurang reaktif karena sukar bereaksi sehingga disebut paraffin yang artinya afinitas kecil. Reaksi penting alkana adalah pembakaran, substitusi dan perengkahan (cracking). Pembakaran sempurna menghasilkan CO2 dan H2O.

(30)

Minyak mentah mengandung sekitar 500 jenis hidrokarbon dengan jumlah atom C-1 hingga 50, karena titik didih karbon telah meningkat seiring bertambahnya jumlah atom C dalam molekulnya. Oleh karna itu pengolahan minyak bumi dilakukan melalui destilasi bertingkat, dimana minyak mentah dipisahkan kedalam kelompok kelompok (fraksi) dengan titik didih yang mirip.

Secara umum, komponen minyak bumi terdiri atas lima unsur kimia, yaitu 83-87% karbon, 10-14% hidrogen, 0,05-6% belerang, 0,05-1,5% oksigen, 0,1-2% nitrogen, dan < 0,1% unsur-unsur logam.

2.3.1. Sulfur (Belerang)

Minyak mentah mempunyai kandungan belerang yang lebih tinggi. Keberadaan belerang dalam minyak bumi sering banyak menimbulkan akibat, misalnya dalam gasoline dapat menyebabkan korosi (khususnya dalam keadaan dingin atau basah), karena terbentuknya asam yang dihasilkan dari oksida sulfur (sebagai hasil pembakaran gasoline) dan air.

2.3.2. Oksigen

Oksigen dapat terbentuk karena kontak yang cukup lama antara minyak bumi dengan atmosfer di udara. Kandungan total oksigen dalam minyak bumi adalah antara 0,05 sampai 1,5 persen dan menaik dengan naiknya titik didih fraksi. Kandungan oksigen bisa menaik apabila produk itu terlalu lama berhubungan dengan udara. Senyawa yang terbentuk dapat berupa: alkohol, keton, eter, dll, sehingga dapat menimbulkan sifat asam pada minyak bumi. Oksigen dapat meningkatkan titik didih bahan bakar.

2.3.3. Nitrogen

Umumnya kandungan nitrogen dalam minyak bumi sangat rendah, yaitu 0,1-2%. Kandungan tertinggi terdapat pada tipe asphalitik. Nitrogen mempunyai sifat racun terhadap katalis dan dapat membentuk gum (getah) pada fuel oil. Kandungan nitrogen terbanyak terdapat pada fraksi titik didih tinggi.

(31)

2.3.4. Unsur-Unsur Logam

Logam-logam seperti besi, tembaga, terutama nikel dan vanadium pada proses catalytic cracking mempengaruhi aktifitas katalis, sebab dapat menurunkan produk gasoline, menghasilkan banyak gas, dan pembentukkan coke. Pada power generator temperatur tinggi, misalnya oil-fired gas turbine, adanya konstituen logam terutama vanadium dapat membentuk kerak pada rotor turbine. Abu yang dihasilkan dari pembakaran fuel yang mengandung natrium dan terutama vanadium dapat bereaksi dengan refactory furnace (bata tahan api), menyebabkan turunnya titik lebur campuran sehingga merusakkan refractory itu.

2.4. Komposisi Molekul Hidrokarbon dalam Minyak Bumi

Golongan hidrokarbon-hidrokarbon yang utama adalah parafin, naptena, aspaltena, dan aromatik. Komposisi molekul hidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi berdasarkan beratnya adalah sebagai berikut:

No. Hidrokarbon Rata-Rata Rentang

1. Naptena 49% 30-60%

2. Parafin 30% 15-60%

3. Aromatik 15% 3-30%

4. Aspaltena 6% sisa-sisa

Berdasarkan komponen terbanyak dalam minyak bumi, minyak bumi dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu parafin, naftalena, dan campuran parafin-naftalena.

2.4.1. Minyak Bumi Golongan Parafin

Sebagian besar komponen dalam minyak bumi jenis parafin adalah senyawa hidrokarbon rantai terbuka. Minyak bumi jenis ini dimanfaatkan untuk bahan bakar karena merupakan sumber penghasil gasolin.

(32)

2.4.2. Minyak Bumi Golongan Naftalena

Komponen terbesar dalam minyak bumi jenis naftalena berupa senyawa hidrokarbon rantai siklis atau rantai tertutup. Minyak bumi jenis ini digunakan untuk pengeras jalan dan pelumas.

2.4.3. Minyak Bumi Golongan Campuran Parafin-Naftalena

Minyak bumi golongan ini komponen penyusunnya berupa senyawa hidrokarbon rantai terbuka dan rantai tertutup. (Rene.P.Schwarzenbach. 2003)

2.5. Proses Pembentukkan Minyak Bumi

Minyak bumi terbentuk dari penguraian senyawa-senyawa organik dari jasad mikroorganisme jutaan tahun yang lalu di dasar laut atau di darat. Sisa-sisa tumbuhan dan hewan tersebut tertimbun oleh endapan pasir, lumpur, dan zat-zat lain selama jutaan tahun dan mendapat tekanan serta panas bumi secara alami. Bersamaan dengan proses tersebut, bakteri pengurai merombak senyawa-senyawa kompleks dalam jasad organik menjadi senyawa-senyawa hidrokarbon. Proses penguraian ini berlangsung sangat lamban sehingga untuk membentuk minyak bumi dibutuhkan waktu yang sangat lama. Itulah sebabnya minyak bumi termasuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, sehingga dibutuhkan kebijaksanaan dalam eksplorasi dan pemakaiannya.

(33)

dalam batuan mulai mengeluarkan minyak kental yang pekat. Semakin dalam batuan terkabur di perut bumi, minyak yang dihasilkan akan semakin banyak. Pada saat batuan lumpur mendidih, minyak yang dikeluarkan berupa minyak cair yang bersifat encer, dan saat suhunya sangat tinggi akan dihasilkan gas alam. Gas alam ini sebagian besar berupa metana.

Sementara itu, saat lempeng kulit bumi bergerak, minyak yang terbentuk di berbagai tempat akan bergerak. Minyak bumi yang terbentuk akan terkumpul dalam pori-pori batu pasir atau batu kapur. Oleh karena adanya gaya kapiler dan tekanan di perut bumi lebih besar dibandingkan dengan tekanan di permukaan bumi, minyak bumi akan bergerak ke atas. Apabila gerak ke atas minyak bumi ini terhalang oleh batuan yang kedap cairan atau batuan tidak berpori, minyak akan terperangkap dalam batuan tersebut. Oleh karena itu, minyak bumi juga disebut petroleum. Petroleum berasal dari bahasa Latin, petrus artinya batu dan oleum yang artinya minyak.

Daerah di dalam lapisan tanah yang kedap air tempat terkumpulnya minyak bumi disebut cekungan atau antiklinal. Lapisan paling bawah dari cekungan ini berupa air tawar atau air asin, sedangkan lapisan di atasnya berupa minyak bumi bercampur gas alam. Gas alam berada di lapisan atas minyak bumi karena massa jenisnya lebih ringan daripada massa jenis minyak bumi. Apabila akumulasi minyak bumi di suatu cekungan cukup banyak dan secara komersial menguntungkan, minyak bumi tersebut diambil dengan cara pengeboran. Minyak bumi diambil dari sumur minyak yang ada di pertambangan-pertambangan minyak. Lokasi-lokasi sumur-sumur minyak diperoleh setelah melalui proses studi geologi analisis sedimen karakter dan struktur sumber. (Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2007)

2.6. Klasifikasi dan Spesifikasi Produk

(34)

(kualitas) yang telah dikembangkan atas dasar percobaan dan kerja sama antara produsen, pabrikasi mesin dan pemakai.

Spesifikasi adalah batas minimum atau maksimum dari sifat-sifat produk yang diperbolehkan bagi suatu produk untuk dapat dipakai sehingga tidak mengakibatkan terjadinya kerusakan, dibuat untuk tujuan melindungi alat atau mesin, keselamatan pemakai serta akrab dengan lingkungan.

Adapun metoda-metoda pengujian minyak bumi yaitu:

• ASTM (American Society for Testing and Materials);

• IP (Institute of Petroleum);

• UOP (Universal Oil Production);

• GPA (Gas ProcessorAssociation),

• SNI (Standar Nasional Indonesia), dan lain-lain.

Adapun parameter-parameter yang harus diperhatikan untuk menjadi acuan sebagai penentuan apakah suatu produk sudah memenuhi spesifikasi, yaitu

• sifat umum (General)

• sifat penguapan (Volatility)

• sifat mutu pembakaran (Ignition Quality)

• sifat kemudahan mengalir (Fluidity)

• sifat pengkaratan (Corrosivity)

• sifat kestabilan (Stability) (Akamigas. 2003)

2.7. Proses Pengolahan Minyak Bumi

Minyak mentah belum dapat digunakan sebagai bahan bakar maupun untuk keperluan lainnya, tetapi harus diolah terlebih dahulu. Minyak mentah mengandung sekitar 500 jenis hidrokarbon dengan jumlahatom C-1 sampai 50. Titik didih hidrokarbon meningkat seiring bertambahnya jumlah atom C yang berada di dalam molekulnya. Oleh karena itu, pengolahan minyak bumi dilakukan melalui destilasi bertingkat, dimana minyak mentah dipisahkan ke dalam kelompok-kelompok (fraksi) dengan titik didih yang mirip.

(35)

Secara umum teknologi proses kilang minyak bumi dikelompokkan menjadi 3 macam proses, yaitu :

1. Primary Processing

Unit-unit yang dikelompokkan ke dalam primary processing adalah unit-unit yang hanya melibatkan peristiwa fisis, yaitu distilasi. Proses distilasi adalah proses pemisahan komponen-komponen minyak bumi berdasarkan perbedaan titik didihnya. Primary processing terdiri dari Crude Distillation Unit/CDU dan Vacuum Distillation Unit/VDU.

2. Secondary Processing

Unit-unit yang dikelompokkan ke dalam secondary processing adalah unit-unit yang melibatkan reaksi kimia. Secondary processing terdiri dari Hydrotreating process, Catalytic Reforming/Platforming process, Hydrocracking process, Fluid Catalytic Cracking/Residual Catalytic Cracking/Residual Fluid Catalytic Cracking/High Olefine Fluid Catalytic Cracking, Hydrogen Production Unit/HPU, Delayed Coking Unit/DCU, dan Visbraking.

3. Recovery Processing

Unit-unit yang dikelompokkan ke dalam recovery processing adalah unit-unit yang bertujuan untuk memperoleh kembali minyak yang diproduksi atau chemical yang digunakan di unit-unit primary dan secondary processing atau untuk mengolah limbah cair atau gas sebelum dibuang ke laut atau udara luar/lingkungan sekitar. Recovery processing terdiri dari Amine unit, Sour Water Stripping Unit, dan Sulphur Recovery Unit. (James.G.Speight. 2002)

2.7.1. Destilasi

(36)

chamber (biasanya berada pada sepertiga bagian bawahkolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan tekanan dalam kolom maka dibantu pemanasan dengan steam (uap air panas dan bertekanan tinggi). Menara destilasi minyak mentah yang menguap pada proses destilasi ini naik ke bagian atas kolom dan selanjutnya terkondensasi pada suhu yang berbeda-beda. Komponen yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke bawah, sedangkan yang titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke bagian atas melalui sungkup-sungkup yangdisebut sungkup gelembung. Makin ke atas, suhu yang terdapat dalam kolom fraksionasi tersebut makin rendah, sehingga setiap kali komponen dengan titik didih lebih tinggi akan terpisah, sedangkan komponen yang titik didihnya lebih rendah naik kebagian yang lebih atas lagi. Demikian selanjutnya sehingga komponen yang mencapai puncak adalah komponen yang pada suhu kamar berupa gas. Komponen yang berupa gas ini disebut gas petroleum, kemudian dicairkan dan disebut LPG (Liquified Petroleum Gas). Fraksi minyak mentah yang tidak menguap menjadi residu. Residu minyak bumimeliputi parafin, lilin, dan aspal. Residu-residu ini memiliki rantai karbon sejumlah lebihdari 20. Fraksi minyak bumi yang dihasilkan berdasarkan rentang titik didihnya antaralain sebagai berikut : 1. GasRentang rantai karbon : C1 sampai C5 Trayek didih : 0 sampai 50°C.

2. Gasolin (Bensin)Rentang rantai karbon : C6 sampai C11 Trayek didih 50 sampai 85°C

3. Kerosin (Minyak Tanah)Rentang rantai karbon : C12 sampai C20 Trayek didih : 85 sampai 105°C

4. Solar Rentang rantai karbon : C21 sampai C30Trayek didih : 105 sampai 135°C

5. Minyak Berat Rentang ranai karbon : C31 sampai C40 Trayek didih : 135 sampai 300°C 6. ResiduRentang rantai karbon : di atas C40 Trayek didih : di atas 300°C

Fraksi-fraksi minyak bumi dari proses destilasi bertingkat belum memiliki kualitas yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga perlu pengolahan lebih lanjut yang meliputi proses cracking, reforming, polimerisasi, treating, dan blending. (Don W.1997)

Proses Pemisahan (Separation Processes) Unit operasi yang digunakan dalam penyulingan minyak biasanya sederhana tetapi dalam proses interkoneksi dan interaksinya cukup kompleks. Proses pemisahan tersebut adalah:

(37)
[image:37.612.115.281.189.368.2]

mencapai suhu yanglebih tinggi. Pada saat zat-zat hidrokarbon mulai terpisah (pada umumnya kira-kira antara suhu 375 -400°C), sehingga lebih baik jika minyak pelumas didestilasi pada dengan tekanan yang diturunkan. Pengurangan tekanan diperoleh dengan menggunakan sebuah pompa vakum (vacum pump).

Gambar.2.1. Distilasi bertingkat

b. Absorpsi. Absorpsi pada umumnya digunakan untuk memisahkan zat yang memliki titik didih tinggi dengan gas. Proses ini dilakukan terutama untuk mendapatkan fraksi-fraksi gasolin alami dan memisahkan gas-gas rekahan dalam suatu fraksi yang sangat ringan (misalnya fraksi yang terdiri dari zat hidrogen, metana, etana) dan fraksi yang lebih berat yaitu yang mempunyai komponen-komponen yang lebih tinggi.

c. Adsorpsi. Proses adsorpsi digunakan untuk memperoleh material berat dari gas. Pemakaian terpenting proses adsorpsi pada perindustrian minyak adalah :

1) Untuk mendapatkan bagian-bagian yang berisi bensin (natural gasoline) dari gas-gas bumi, pada umumnya digunakan karbon aktif.

2) Untuk menghilangkan bagian-bagian yang memberikan warna dan zat-zat lain yang tidak di kehendaki dari minyak, pada umumnya digunakan tanah liat untuk menghilangkan warna dan bauksit (biji oksida-aluminium).

(38)

d. Filtrasi. Digunakan untuk menyaring endapan lilin dari lilin yang mengandung destilate.

e. Kristalisasi Sebelum dilakukan filtrasi, lilin harus dikristalisasi terlebih dahulu untuk menyesuaikan ukuran kristal dengan cooling dan stirring. Lilin yang tidak diinginkan dipisahkan.

f. Ekstraksi. Ekstraksi ini digunakan untuk memisahkan dua zat yang tidak bercampur atau mempunyai sifat kelarutan yang berbeda. Proses ekstraksi ini menggunakan pelarut tertentu misalnya menggunakan air atau pelarut organik). Proses Konversi (Conversion Processes) hampir 70% dari minyak mentah di proses secara konversi, mekanisme reaksi yang terjadi adalah pembentukan "ion karbonium" dan "radikal bebas". Berikut ini beberapa contoh reaksi konversi dasar yang cukup penting dalam pengolahan minyak mentah. (Paul.R.Robinson. 2006)

Cracking atau Pyrolisis Cracking atau pyirolisis merupakan proses pemecahan molekul-molekul hidrokarbon yang besar menjadi molekul-molekul yang lebih kecil dengan pemanasan atau menggunakan katalis. Dengan adanya pemanasan yang cukup tinggi dan menggunakan katalis hidrokarbon alkana dengan rantai yang panjang akan pecah menjadi dua atau lebih senyawa dan salah satunya dapat berupa olefin. Reaksi cracking merupakan reaksi endotermik dan melibatkan energi yang tinggi. Proses cracking meliputi Proses cracking thermis murni; pada proses ini terjadi pemecahan molekul-molekul yang besar dari zat hidrokarbon dan dilakukan pada suhu tinggi. Proses cracking ini biasanya selain menghasilkan bensin (gasoline), akan menghasilkan molekul-molekul yang lebih kecil (gas) dan molekul-molekul yang lebih besar (memiliki titik didih yang lebihtinggi dari bensin). (Ferge Raseef. 2003)

2.8. Pengetahuan Umum Tentang Diesel Oil (Solar)

Bahan bakar diesel secara umum adalah bahan bakar yang dapat digunakan di mesin diesel. Yang paling banyak digunakan antara lain adalah minyak diesel atau minyak solar. Namun, terdapat juga alternatif lain yaitu biodiesel, biomass to liquid (BTL) diesel, ataupun gas to liquid (GTL) diesel, yang sedang dalam perkembangan. Hal ini dimaksudkan agar emisi yang dihasilkan dari proses pembakaran diesel fuel hanya mengandung sedikit kandungan sulfur.

(39)

Minyak diesel merupakan hasil penyulingan minyak yang berwarna hitam dan berbentuk cair pada temperatur rendah, dengan cetane number 40-45. Biasanya memiliki kandungan sulfur yang rendah dan dapat diterima oleh Medium Speed Diesel Engine di sektor industri. Menurut kecepatan putarannya, motor diesel dibagi menjadi 3 jenis;

1. Motor diesel putaran tinggi (>1000 rpm) 2. Motor diesel putaran sedang (300 – 1000 rpm) 3. Motor diesel putaran rendah (<300 rpm)

2.8.1. Motor Diesel Putaran tinggi (>1000 rpm)

Motor diesel putaran tinggi disebut juga High Speed Diesel (HSD) atau Automatic Diesel Oil (ADO) atau sering dikenal dengan nama Solar. Solar merupakan fraksi gasoil (C15-C20) dihasilkan dari pegolahan minyak (distilasi atmosfir, Hydrocracker) mempunyai trayek titik didih 230-3500C. Mutu bahan bakar solar ditentukan oleh beberapa macam sifat, yaitu: sifat umum, sifat penguapan, sifat pembakaran, sifat mudah alir, sifat kebersihan, sifat pengkaratan.

a. Sifat umum

Sifat umum ditentukan dengan pemeriksaan Spesifik gravity, ASTM D-1298 dan API gravity. Kegunaan spesifik gravity untuk dapt menghitung masa minyak bila volumenya telah diketahui maupun untuk mengetahui ada tidaknya kontaminasi sehingga mengubah besarnya spesifik gravity. API gravity diperoleh setelah spesifik gravity diketahui.

b. Sifat penguapan

Sifat penguapan ditentukan melalui pemeriksaan distilasi ASTM D-86 dan Flash point ASTM D-93. Pengujian distilasi adalah untuk mengetahui kecepatan penguapan yang merupakan sifat penting dari bahan bakar cair terutama dalam pembentukkan campuran bahan baker dan udara. Apabila bahan bakar terlalu mudah menguap maka campuran antara bahan bakar dengan udara menjadi tidak sempurna.

(40)

c. Sifat pembakaran

Sifat pembakaran ditunjukkan dengan pemeriksaan Angka setana (Cetane Number) ASTM D-613 atau dengan kalkulasi Indeks Setana ASTM D-976 .

d. Angka setana (Cetane Number)

Kemampuan bahan bakar menyala dengan sendirinya (autoignition) dalam ruang bakar dari motor diesel. Besarnya angka setana tergantung dari komposisi hidrokarbonnya. Angka setana yang tinggi menggambarkan autoignition yang cepat dari bahan bakar motor diesel/minyak solar. Batasan minimal cetane number adalah 48. Angka setana diukur dengan menggunakan mesin CFR F-5 ASTM D.613-65. Namun apabila angka setana tidak dapat diukur diakrenakan mesin CFR yang tidak tersedia, calculated cetane number dapat dilakukan melalui perhitungan sesuai dengan ASTM D-976 beserta data lainnya yang digunakan sebagai faktor pengali seperti mid boiling point pada distilasi ASTM D-86 dan API gravity at 600F. batasan minimal setana index yaitu 45.

(41)

Gambar 2.2. Spesifikasi Solar 48 (Solar Bersubsidi) sesuai Surat Keputusan Dirjen Migas No.002/P/DM/MIGAS/1979 Tanggal 25 Mei 1979.

[image:41.612.116.529.108.607.2]
(42)

Ganbar 2.3. Spesifikasi Solar 51 (PertaDex) sesuai dengan Surat Keputusan Dirjen Migas No.3675 K/24/DJM/2006 Tanggal 17 Maret 2006. (Direktorat Jendral Minyak dan gas Bumi. 2008)

(43)

2.9. Analisa Minyak Diesel

Pada minyak diesel, terdapat beberapa parameter yang digunakan untuk membedakan tiap jenis minyak diesel. Uji analisa untuk mengecek kualitas dan kandungan yang terdapat dalam minyak diesel mencakup antara lain:

 API Gravity / Density / Relative Density  Cetane Number/Index

 Ash Content Test  Flash Point Test  Pour Point Test  Sediment Content  Sulfur Content Analysis

 Viscosity – Kinematic pada 40 dan 100 oC  Cloud Point Test

 Color

 Copper Corrosion  Distillation Test

2.9.1. API Gravity/Density

(44)

nilai kalori minyak bumi, pada umumnya minyak bumi dengan API tinggi menghasilkan kalori yang lebih kecil daripada minyak bumi dengan API lebih rendah.

Berdasarkan derajat API, minyak mentah dibagi kedalam lima jenis minyak mentah yaitu: minyak mentah ringan, minyak mentah ringan sedang, minyak mentah berat sedang, minyak mentah berat, minyak mentah sangat berat. (UNDP. 2000)

2.9.2. Cetane Number/Index (Angka Setana)

Angka Setana atau Index Setana atau CN (Cetane Number) adalah ukuran yang menunjukkan kualitas dari bahan bakar untuk diesel. Dalam mesin diesel angka bahan bakar setana yang lebih tinggi akan memiliki periode pengapian lebih pendek daripada bahan bakar setana bernilai rendah. Singkatnya, semakin tinggi angka setana akan lebih mudah bagi bahan bakar untuk terbakar dalam kompresi. Dengan bahan bakar yang mudah terbakar maka akan mengurangi ketukan dari mesin diesel, sehingga mesin akan lebih halus. Oleh karena itu bahan bakar yang lebih tinggi setana biasanya menyebabkan mesin untuk berjalan lebih lancar dan tenang. Hal ini berbeda bila nilai setananya lebih rendah maka akan terjadi delay sehingga menambah ketukan pada proses pembakaran. (Mohon dibedakan dengan Nilai Octan pada Mesin Bensin), karena Prinsipnya sangat berbeda jauh, kalau nilai oktan pada bensin itu bahan bakar makin sulit terbakar bila di kompresi.

Nilai Setana dinyatakan dengan angka, dan biasanya mesin diesel bermain diangka CN 40-55. Seperti penjelasan diatas, Bahan bakar dengan setana yang lebih tinggi mengalami keterlambatan pengapian lebih pendek, akan memberikan lebih banyak waktu untuk proses pembakaran bahan bakar akan selesai. Oleh karena itu, mesin diesel high performance akan beroperasi lebih efektif dengan bahan bakar setana yang lebih tinggi.

2.9.3. Flash Point

(45)

campuran uap dengan udara pada temperatur tertentu dapat terbakar tanpa adanya sumber api maka kondisi ini disebut ignition mixture dan auto ignition temperature.

2.9.4. Color

Warna merupakan salah satu parameter mutu produk pertanian baik yang masih segar maupun yang terlah diolah sehingga sangat penting dalam mempelajari cara mengukur warna. Warna sering digunakan untuk mengetahui perubahan yang terjadi baik fisik maupun kimia suatu produk pertanian. Pengukuran warna secara visual atau kualitatif sangat sulit dilakukan karena indera penglihatan menusia sulit untuk membedakan perbedaan warna yang sedikit. Pengukuran warna produk pertanian dapat dilakukan dengan menggunakan.alat yang bernama colour checker. Alat ini dapat mengukur warna dengan hasil berupa angka dan dibagi menjadi Lightness, Chroma dan Hue. Hue merupakan karakteristik warna berdasar cahaya yang dipantulkan oleh objek, dalam warna dilihat dari ukurannya mengikuti tingkatan 0 sampai 359. Sebagai contoh, pada tingkat 0 adalah warna Merah, 60 adalah warna Kuning, untuk warna Hijau pada tingkatan 120, sedangkan pada 180 adalah warna Cyan. Untuk tingkat 240 merupakan warna Biru, serta 300 adalah warna Magenta. Penggunaan pengukuran menggunakan L*a*b perlu dikembangkan dan dipelajari lebih mendalam karena pengukuran ini masih terbilang baru. L (Lightness) menunjukkan tingkat terangnya suatu warna dimana 0 menunjukkan warna hitam dan 100 menunjukkan warna putih. a menunjukkan warna hijau dan merah, dimana a+ adalah merah dan a- adalah hijau. Sedangkan b menunjukkan warna biru dan kuning dimana b+ adalah kunign dan b- adalah biru. Dengan mempelajari pengukuran warna baik LCH maupun Lab diharapkan mampu menambah wawasan dan kemampuan mahasiswa dalam melakukan uji mutu menggunakan warna.

2.9.5. Distilasi

(46)

bahan bakar terlalu mudah menguap maka campuran antara bahan baker dengan udara menjadi tidak sempurna karena alas an-alasan berikut:

- penguapan yang terlalu cepat dari butir-butir cairan dari bahan baker akan menyebabkan jet dari injector mengandung udara uap hidrokarbon yang sangat tinggi, sehingga phase cairan dari bahan bakar yang disemprotkan kedalam udara di ruang pembakaran akan sangat berkurang.

-penguapan yang berlebihan di dalam jet akan mengambil panas untuk penguapan dari udara di sekelilingnya. Sebaliknya bila campuran gemuk dengan fraksi-fraksi yang tidak menguap maka campuran akan memerlukan waktu penyalaan yang terlalu lama.

2.9.6. Pour Point

Pour point adalah suhu terendah dimana minyak masih bisa mengalir apabila didinginkan pada kondisi pengujian. Pada suhu yang dingin saringan bahan bakar dapat tersumbat oleh kristal-kristal paraffin yang sangat tipis yang terpisah dari phase cairan. Pada umumnya minyak solar mempunyai titik tuang yang lebih rendah dari suhu minimum dimana motor beroperasi.

2.9.7. Ash Content

Analisa ash content dilakukan untuk mengidentifikasi adanya kandungan logam pada solar. Kadar abu itu sendiri adalah sisa-sisa minyak yang ketinggalan setelah semua bagian yang dapat terbakar dalam minyak terbakar habis, bila ash ini tertinggal didalam dinding-dinding dan permukaan ruang bakar mesin dapat menimbulkan kerusakan pada nozzle, disamping dapat menambah deposit dalam ruang bakar.

2.9.8. Viskositas

Viskositas adalah ukuran kekentalan suatu fluida yang menunjukkan besar kecilnya gesekan internal fluida. Viskositas fluida berhubungan dengan gaya gesek antar lapisan fludia ketika bergerak melewati lapisan yang lain. Viskositas juga sangat menentukan dalam pengkabutan. Apabila viskositas terlalu encer maka pengkabutan akan sukar terjadi. (Akamigas. 2003)

(47)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Kilang minyak bumi berfungsi untuk mengubah crude oil (minyak mentah) menjadi produk jadi seperti Liquid Petroleum Gas/LPG, gasoline, kerosene, diesel, fuel oil, lube base oil, dan coke. Terdapat banyak perusahaan minyak dan gas bumi yang terdapat di Negara Indonesia seperti Pertamina, Chevron, Shell, Petronas, Schlamberger, Total dan lain-lain. (Direktorat Jendral Minyak dan gas Bumi. 2008)

Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT PERMINA. Pertamina memiliki 6 (enam) unit pengolahan yang tersebar di beberapa pulau yang ada di Indonesia. Salah satunya adalah Unit Pengolahan II (UP-II) yang terletak di kota Dumai, Riau. Unit Pengolahan II adalah unit yang meng-cover sebagian besar kebutuhan bahan bakar di pulau Sumatera. Unit ini mengolah 170MBSD atau 170 ribu barel crude oil per harinya.

Unit Pengolahan ini di bangun pada tahun 1969 dan mulai dioperasikan pertama kali pada tahun 1972. Setelah dilakukan beberapa kali pengembangan pada akhirnya kilang tersebut dapat menghasilkan beberapa produk seperti LPG, Naphta (bensin), Kerosene (minyak tanah), Avtur (aviation turbin), Diesel (solar), Aspal, Lube Oil dan produk lainnya. Produk-produk tersebut nantinya akan diteruskan oleh bagian pemasaran untuk didistribusikan (Abda’oe, F.1994).

(48)

nilai jual termahal bila dibandingkan dengan produk-produk BBM non subsidi lainnya seperti Pertamax, Pertamax Plus dan Avtur. PertaDex pun diharapkan dapat menjadi produk terbaru yang memiliki margin terbesar bagi perusahaan. Untuk saat ini produk PertaDex telah diproduksi dibeberapa Unit Pengolahan PT.Pertamina seperti Unit Pengolahan Balongan dan Balikpapan. (Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral. 2009).

Cetane number digunakan sebagai suatu ukuran untuk menunjukkan kemampuan nyala dari fuel. Cetane number adalah suatu angka yang menunjukkan kemudahan penyalaan (ignition), sementara octane number yang digunakan untuk fuel pada engine gasoline atau bensin yang merupakan suatu indikator yang menunjukkan kesukaran penyalaan. Kedua angka-angka ini mempunyai hubungan yang berlawanan. Nilai setana ditentukan dengan penggunaan suatu engine CFR (engine test untuk mengukur angka setana) dan pembanding kemampuan nyala fuel yang di-test cetane numbernya ialah yang ditentukan dengan kemampuan nyala fuel dari fuel referensi yang digunakan untuk penentuan (setting) angka setana. Fuel referensi dibuat dengan pencampuran normal cetane (cetane number 100) kemampuan nyala sangat tinggi dengan alpha-methyl naphthalene (cetane number 0) yang mempunyai kemampuan penyalaan sangat rendah. Besarnya persentase volume dari normal setana yang dimasukkan didalam fuel referensi yang memberikan kemampuan nyala sama seperti fuel uji diambil sebagai cetane number. (Sayogyo, K. 1999)

Pengujian cetane number menggunakan engine agak susah dilakukan, sehingga sekarang ini cetane number hampir tidak pernah diukur. Penggantinya ASTM menggunakan derajat API atau density dan distilasi 50% dengan suatu formula perhitungan cetane number. Tidak ada kesukaran dalam praktek pengambilan cetane number dengan metode ini.

(49)

Optimasi blending dilakukan untuk menentukan campuran atau formula mana yang memiliki hasil yang sesuai dengan spesifikasi PertaDex, dimana hasil tersebut juga diharapkan tidak terlalu high quality untuk tetap menjaga margin perusahaan.

1.2. Permasalahan

Kilang di Unit Pengolahan II Dumai tidak dapat memproduksi PertaDex melalui proses pengolahan langsung.

Penyebab dominan UP-II belum memproduksi PertaDex dapat disajikan dengan table

dibawah di bawah ini.

Problem Faktor Penyebab

RU II belum

memproduksi

PertaDex

Manusia Kurang mengetahui spesifikasi PertaDex

Metode Belum mengetahui metode produksi

Peralatan Sarana fasilitas produksi belum tersedia

[image:49.612.109.533.298.454.2]

Material Bukan termasuk produk desain RU II

Tabel 1.1. Penyebab UP-II belum dapat menghasilkan PertDex

1.3. Pembatasan Masalah

1. Penelitian ini dibatasi pada penentuan dan optimasi sampel blending dari produk eksisting PT.Pertamina UP-II untuk menghasilkan PertaDex.

2. Parameter yang akan diuji terhadap sampel dan hasil blending hanya parameter penting yang dapat mewakili parameter lain yaitu Pengujian Density, Pengujian Distilasi dan Pengujian Cetane Number.

(50)

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan formula blending yang paling optimum dari produk-produk eksisting PT Pertamina UP-II sehingga menghasilkan PertaDex

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu menghasilkan produk baru PertaDex dari proses uji coba blending yang diharapkan dapat diaplikasikan di PT Pertamina UP-II

1.6. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium PT Pertamina UP-II Dumai

1.7. Metode Penelitian

1. Penelitian ini bersifat eksperimen laboratorium yaitu untuk menentukan optimasi blending dari produk eksisting PT.Pertamina UP-II sehingga menghasilkan PertaDex.

2. Pengambilan sampel dilakukan di Unit Produksi PT.Pertamina UP-II pada saat kondisi operasi sedang normal.

3. Prediksi produk eksisting yang akan dijadikan sampel blending yaitu yang spesifikasinya mendekati PertaDex, seperti : Diesel, Heavy Kero, dan Light Gas Oil.

4. Pengujian Density, Distilasi dan Cetane Number dilakukan dengan metode ASTM (American Standard Testing and Material).

(51)

OPTIMASI PENCAMPURAN PRODUK EKSISTING PERTAMINA UNIT PENGOLAHAN II (UP-II) UNTUK MENGHASILKAN PRODUK BARU

PERTADEX

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian optimasi pencampuran produk eksisting Pertamina Unit Pengolahan II (UP-II) untuk menghasilkan produk baru PertaDex. Sampel yang dicampur adalah produk-produk bahan bakar Pertamina UP-II yang merupakan hasil pengolahan langsung yaitu Minyak Gas Ringan (Light Gas Oil), Minyak Tanah (Heavy Kero) dan Diesel. Masing-masing sampel dianalisis terlebih dahulu sebelum dilakukan pencampuran. Dari hasil analisis masing-masing sample dapat diprediksi untuk persentase masing-masing sample yang akan dicampur sebagai formula sehingga menghasilkan produk PertaDex. Percobaan pencampuran dilakukan terhadap tiga formula. Formula pertama merupakan campuran antara Minyak Gas Ringan dan Diesel dengan perbandingan 70% : 30% dengan hasil uji angka setana dan densitas memenuhi spesifikasi, namun pada hasil distilasi pada volume 90%, 95% dan titik didih akhir tidak memenuhi spesifikasi. Formula kedua merupakan campuran antara Minyak Gas Ringan, Diesel dan Minyak Tanah dengan perbandingan 40% : 50% : 10% dengan hasil angka setana, densitas dan distilasi pada volume 95% memenuhi spesifikasi, namun pada distilasi volume 90% dan titik didih akhir tidak memenuhi spesifikasi. Formula ketiga merupakan campuran antara Minyak Gas Ringan (Light Gas Oil), Diesel dan Minyak Tanah (Heavy Kero) dengan perbandingan 30% : 50% : 20% dengan hasil angka setana, densitas, distilasi pada volume 90%, 95% dan titik didih akhir memenuhi spesifikasi. Dari hasil tersebut dapat ditentukan formula yang paling optimal yaitu campuran antara Minyak Gas Ringan, Diesel dan Minyak Tanah dengan perbandingan 30% : 50% : 20% yang keseluruhan hasil analisanya memenuhi spesifikasi produk PertaDex (solar 51) sesuai dengan Surat Keputusan Dirgen Migas No.3675K/24/DJM/2006 tanggal 17 Maret 2006.

(52)

BLENDING OPTIMIZATION EXISTING PRODUCTS PERTAMINA REFINERY UNIT II (RU-II) TO PRODUCE NEW PRODUCTS

PERTADEX

ABSTRACT

Research for the optimization of the existing product blending Pertamina Refinery Unit II (RU-II) has been done to produce new products Pertadex. The sample is blending fuel products Pertamina RU-II, which is the result of processing that is Light Gas Oil (solar), Heavy Kero and Diesel. Each sample was analyzed first before doing blending. From the analysis of each sample can be predicted for the percentage of each sample to be in blending as a formula to produce products Pertadex. Blending experiments done on three formulas. The first formula is a mixture of Light Gas Oil and Diesel with a ratio of 70%: 30% with test results cetane number and density meet specifications, but the volume of distilled at 90%, 95% and final boiling point not meet specifications. The second formula is a mixture of Light Gas Oil, Diesel and Heavy Kero with a ratio of 40% : 50%: 10% with the results of cetane number, density and distillation at 95% volume meets the specifications, but at 90% volume distillation and final boiling point not meet specifications. The third formula is a mixture of Light Gas Oil, Diesel and Heavy Kero with a ratio of 30%: 50%: 20% with the result cetane number, density, distillation in volume of 90%, 95% and endpoint meet specifications. From these results it can be determined that the most optimal formula is a mix between Light Gas Oil, Diesel and Heavy Kero with a ratio of 30%: 50%: 20% of the overall results of the analysis meet the product specifications Pertadex (solar 51) in accordance with the Decree Dirgen Migas NO.3675K / 24 / DJM / 2006 dated March 17th, 2006.

(53)

OPTIMASI PENCAMPURAN PRODUK EKSISTING PERTAMINA UNIT PENGOLAHAN II (UP-II) UNTUK MENGHASILKAN PRODUK BARU

PERTADEX

SKRIPSI

HAFIZI TOLANDA EL HADIDHY 100822035

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(54)

OPTIMASI PENCAMPURAN PRODUK EKSISTING PERTAMINA UNIT PENGOLAHAN II (UP-II) UNTUK MENGHASILKAN PRODUK BARU

PERTADEX

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

HAFIZI TOLANDA EL HADIDHY 100822035

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(55)

PERSETUJUAN

Judul : Optimasi Pencampuran Produk Eksisting Pertamina Unit Pengolahan II (UP-II) Untuk Menghasilkan Produk Baru Pertadex

Kategori : Skripsi

Nama : Hafizi Tolanda El Hadidhy

Nomor Induk Mahasiswa : 100822035

Program Studi : Sarjana (S1) Kimia Ekstensi

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Diluluskan di Medan, Januari 2016

Diketahui / Disetujui oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs.Chairuddin,M.Sc Prof.Dr.Zul Alfian,M.Sc NIP : 195912311987011001 NIP 195504051983031002

Diketahui / Disetujui oleh : Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr.Rumondang Bulan Nasution,MS NIP : 195408030185032001

(56)

PERNYATAAN

OPTIMASI PENCAMPURAN PRODUK EKSISTING PERTAMINA UNIT PENGOLAHAN II (UP-II) UNTUK MENGHASILKAN PRODUK BARU

PERTADEX

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing – masing disebut sumbernya.

Medan, Januari 2016

HAFIZI TOLANDA EL HADIDHY 100822035

(57)

PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas berkah rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sains. Serta shalawat dan salam saya sampaikan kepada Rasulullah Muhammad SAW semoga kelak mendapatkan syafaat dari Beliau. Amin.

Penghargaan yang tertinggi atas cinta kasih serta dukungan yang tiada terkira kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Drs.Syahrul El Hadidhy,SH,M.Si dan Ibunda Zildanty,BA serta kepada istri tercinta Lilyan Ellanda,SE atas segala doa, semangat, bimbingan, pengorbanan dan kasih sayang yang telah diberikan kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan studi ini.

Dengan segala kerendahan hati, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs.Chariddin,M.Sc selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak Prof.DR.Zul Alfian,M.Sc selaku dosen pembimbing 2 yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran hingga terselesaikannya skripsi saya ini.

2. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, MS dan Bapak Drs. Albert Pasaribu, M.Sc selaku ketua dan sekertaris Departemen Kimia FMIPA USU, serta seluruh staff pegawai Departemen Kimia.

3. Bapak/Ibu dosen Kimia FMIPA USU yang telah memberikan ilmunya kepada saya selama masa studi saya di FMIPA USU.

4. Teman – teman seperjuangan Kimia Ekstensi yang telah memberikan semangat, dukungan dan doa kepada saya.

5. Serta segala pihak yang telah membantu saya menyelesaikan skripsi ini.

Untuk semuanya semoga Allah membalasnya dengan kebaikan, kesehatan dan senantiasa diberikan rezeki yang berlimpah. Amin.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan saya baik dalam literatur maupun pengetahuan. Oleh karena itu, saya

(58)

mengharapkan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Penulis,

Hafizi Tolanda El Hadidhy

(59)

OPTIMASI PENCAMPURAN PRODUK EKSISTING PERTAMINA UNIT PENGOLAHAN II (UP-II) UNTUK MENGHASILKAN PRODUK BARU

PERTADEX

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian optimasi pencampuran produk eksisting Pertamina Unit Pengolahan II (UP-II) untuk menghasilkan produk baru PertaDex. Sampel yang dicampur adalah produk-produk bahan bakar Pertamina UP-II yang merupakan hasil pengolahan langsung yaitu Minyak Gas Ringan (Light Gas Oil), Minyak Tanah (Heavy Kero) dan Diesel. Masing-masing sampel dianalisis terlebih dahulu sebelum dilakukan pencampuran. Dari hasil analisis masing-masing sample dapat diprediksi untuk persentase masing-masing sample yang akan dicampur sebagai formula sehingga menghasilkan produk PertaDex. Percobaan pencampuran dilakukan terhadap tiga formula. Formula pertama merupakan campuran antara Minyak Gas Ringan dan Diesel dengan perbandingan 70% : 30% dengan hasil uji angka setana dan densitas memenuhi spesifikasi, namun pada hasil distilasi pada volume 90%, 95% dan titik didih akhir tidak memenuhi spesifikasi. Formula kedua merupakan campuran antara Minyak Gas Ringan, Diesel dan Minyak Tanah dengan perbandingan 40% : 50% : 10% dengan hasil angka setana, densitas dan distilasi pada volume 95% memenuhi spesifikasi, namun pada distilasi volume 90% dan titik didih akhir tidak memenuhi spesifikasi. Formula ketiga merupakan campuran antara Minyak Gas Ringan (Light Gas Oil), Diesel dan Minyak Tanah (Heavy Kero) dengan perbandingan 30% : 50% : 20% dengan hasil angka setana, densitas, distilasi pada volume 90%, 95% dan titik didih akhir memenuhi spesifikasi. Dari hasil tersebut dapat ditentukan formula yang paling optimal yaitu campuran antara Minyak Gas Ringan, Diesel dan Minyak Tanah dengan perbandingan 30% : 50% : 20% yang keseluruhan hasil analisanya memenuhi spesifikasi produk PertaDex (solar 51) sesuai dengan Surat Keputusan Dirgen Migas No.3675K/24/DJM/2006 tanggal 17 Maret 2006.

(60)

BLENDING OPTIMIZATION EXISTING PRODUCTS PERTAMINA REFINERY UNIT II (RU-II) TO PRODUCE NEW PRODUCTS

PERTADEX

ABSTRACT

Research for the optimization of the existing product blending Pertamina Refinery Unit II (RU-II) has been done to produce new products Pertadex. The sample is blending fuel products Pertamina RU-II, which is the result of processing that is Light Gas Oil (solar), Heavy Kero and Diesel. Each sample was analyzed first before doing blending. From the analysis of each sample can be predicted for the percentage of each sample to be in blending as a formula to produce products Pertadex. Blending experiments done on three formulas. The first formula is a mixture of Light Gas Oil and Diesel with a ratio of 70%: 30% with test results cetane number and density meet specifications, but the volume of distilled at 90%, 95% and final boiling point not meet specifications. The second formula is a mixture of Light Gas Oil, Diesel and Heavy Kero with a ratio of 40% : 50%: 10% with the results of cetane number, density and distillation at 95% volume meets the specifications, but at 90% volume distillation and final boiling point not meet specifications. The third formula is a mixture of Light Gas Oil, Diesel and Heavy Kero with a ratio of 30%: 50%: 20% with the result cetane number, density, distillation in volume of 90%, 95% and endpoint meet specifications. From these results it can be determined that the most optimal formula is a mix between Light Gas Oil, Diesel and Heavy Kero with a ratio of 30%: 50%: 20% of the overall results of the analysis meet the product specifications Pertadex (solar 51) in accordance with the Decree Dirgen Migas NO.3675K / 24 / DJM / 2006 dated March 17th, 2006.

(61)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak vi

Abstract vii

Daftar Isi viii

Daftar Tabel x

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 3

1.3 Pembatasan Masalah 3

1.4 Tujuan Penelitian 4

1.5 Manfaat Penelitian 4

1.6 Lokasi Penelitian 4

1.7 Metode Penelitian 5

Bab 2 Tinjauan Pustaka 5

2.1 Pengenalan Minyak Bumi 5

2.2 Komponen Pembentuk Minyak Bumi 6

2.2.1 Golongan Alkana 7

2.2.2 Sikloalkana 7

2.2.3 Hidrokarbon Aromatik 8

2.3 Kandungan Unsur Kimia Dalam Minyak Bumi 8

2.3.1 Sulfur (Belerang) 9

2.3.2 Oksigen 9

2.3.4 Unsur-Unsur Logam 10

2.4 Komposisi Molekul Hidrokarbon Dalam Minyak Bumi 10

2.4.1 Minyak Bumi Golongan Parafin 10

2.4.2 Minyak Bumi Golongan Naftalen 11

2.4.3 Minyak Bumi Golongan Campuran Parafin-Naftalen 11

(62)

2.6 Klasifikasi Dan Spesifikasi Produk 12

2.7 Proses Pengolahan Minyak Bumi 13

2.7.1 Distilasi 14

2.8 Pengetahuan Umum Tentang Diesel Oil (Solar) 17 2.8.1. Motor Diesel Putaran Tinggi (>1000rpm) 18

2.9 Analisa Minyak Diesel 22

2.9.1. API Gravi

Gambar

Tabel 4.1. Hasil pengukuran density sampel
Tabel 4.2. Hasil pengukuran distilasi sampel pada volume 50%
Tabel 4.5. Hasil pengukuran distilasi sampel pada titik didih akhir
Tabel 4.6. Hasil perhitungan cetane number pada sampel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan perjanjian internasional yang diratifi- kasi oleh Indonesia membawa pengaruh pada KUHP, khususnya dalam tindak pidana aerial hijacking yaitu terdapat

Pada aspek obyek dan daya tarik wisata Kelompok Sadar Wisata “Menjemput Impian” telah bekerjasama dengan masyarakat sekitar untuk menata dan membersihkan obyek-obyek

Prosiding ini merupakan kumpulan dari artikel ilmiah yang disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pattimura dengan Tema “Pengembangan

Bir alan dili, aynı zamanda propaganda aracı olarak kullanılan politik dilin genel belirleyenierini, özelliklerini betimledikten sonra, bunların farklı bir metin türü olan

Sehubungan dengan hal tersebut Ferrell (1999 : 406) salah satu aspek yang mempengaruhi konstruksi dalam produksi berita kriminal adalah hubungan reciprocity antara jurnalis

Kajian ini bertujuan untuk mengenalpasti tahap prestasi staf akademik yang dipengaruhi oleh persekitaran kerja kompetitif di UTM serta kesan pengurusan stres dalam

bercak coklat kemeraha n &amp; mengalam i sonasi (lingkaran ) sonasi Rebah akar tanaman baru tumbuh busuk (hawar) di dekat akar mati krn rebah Bentuk daun hawar