• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi Pencampuran Produk Eksisting Pertamina Unit Pengolahan II (UP-II) Untuk Menghasilkan Produk Baru Pertadex

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Optimasi Pencampuran Produk Eksisting Pertamina Unit Pengolahan II (UP-II) Untuk Menghasilkan Produk Baru Pertadex"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Kilang minyak bumi berfungsi untuk mengubah crude oil (minyak mentah) menjadi produk jadi seperti Liquid Petroleum Gas/LPG, gasoline, kerosene, diesel, fuel oil, lube base oil, dan coke. Terdapat banyak perusahaan minyak dan gas bumi yang terdapat di Negara Indonesia seperti Pertamina, Chevron, Shell, Petronas, Schlamberger, Total dan lain-lain. (Direktorat Jendral Minyak dan gas Bumi. 2008)

Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT PERMINA. Pertamina memiliki 6 (enam) unit pengolahan yang tersebar di beberapa pulau yang ada di Indonesia. Salah satunya adalah Unit Pengolahan II (UP-II) yang terletak di kota Dumai, Riau. Unit Pengolahan II adalah unit yang meng-cover sebagian besar kebutuhan bahan bakar di pulau Sumatera. Unit ini mengolah 170MBSD atau 170 ribu barel crude oil per harinya.

Unit Pengolahan ini di bangun pada tahun 1969 dan mulai dioperasikan pertama kali pada tahun 1972. Setelah dilakukan beberapa kali pengembangan pada akhirnya kilang tersebut dapat menghasilkan beberapa produk seperti LPG, Naphta (bensin), Kerosene (minyak tanah), Avtur (aviation turbin), Diesel (solar), Aspal, Lube Oil dan produk lainnya. Produk-produk tersebut nantinya akan diteruskan oleh bagian pemasaran untuk didistribusikan (Abda’oe, F.1994).

PertaDex atau Solar 51 adalah bahan bakar solar berkualitas tinggi dengan Cetane Number 51 (min) dan merupakan produk BBM non subsidi yang memiliki

(2)

nilai jual termahal bila dibandingkan dengan produk-produk BBM non subsidi lainnya seperti Pertamax, Pertamax Plus dan Avtur. PertaDex pun diharapkan dapat menjadi produk terbaru yang memiliki margin terbesar bagi perusahaan. Untuk saat ini produk PertaDex telah diproduksi dibeberapa Unit Pengolahan PT.Pertamina seperti Unit Pengolahan Balongan dan Balikpapan. (Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral. 2009).

Cetane number digunakan sebagai suatu ukuran untuk menunjukkan kemampuan nyala dari fuel. Cetane number adalah suatu angka yang menunjukkan kemudahan penyalaan (ignition), sementara octane number yang digunakan untuk fuel pada engine gasoline atau bensin yang merupakan suatu indikator yang menunjukkan kesukaran penyalaan. Kedua angka-angka ini mempunyai hubungan yang berlawanan. Nilai setana ditentukan dengan penggunaan suatu engine CFR (engine test untuk mengukur angka setana) dan pembanding kemampuan nyala fuel yang di-test cetane numbernya ialah yang ditentukan dengan kemampuan nyala fuel dari fuel referensi yang digunakan untuk penentuan (setting) angka setana. Fuel referensi dibuat dengan pencampuran normal cetane (cetane number 100) kemampuan nyala sangat tinggi dengan alpha-methyl naphthalene (cetane number 0) yang mempunyai kemampuan penyalaan sangat rendah. Besarnya persentase volume dari normal setana yang dimasukkan didalam fuel referensi yang memberikan kemampuan nyala sama seperti fuel uji diambil sebagai cetane number. (Sayogyo, K. 1999)

Pengujian cetane number menggunakan engine agak susah dilakukan, sehingga sekarang ini cetane number hampir tidak pernah diukur. Penggantinya ASTM menggunakan derajat API atau density dan distilasi 50% dengan suatu formula perhitungan cetane number. Tidak ada kesukaran dalam praktek pengambilan cetane number dengan metode ini.

2

(3)

Optimasi blending dilakukan untuk menentukan campuran atau formula mana yang memiliki hasil yang sesuai dengan spesifikasi PertaDex, dimana hasil tersebut juga diharapkan tidak terlalu high quality untuk tetap menjaga margin perusahaan.

1.2. Permasalahan

Kilang di Unit Pengolahan II Dumai tidak dapat memproduksi PertaDex melalui proses pengolahan langsung.

Penyebab dominan UP-II belum memproduksi PertaDex dapat disajikan dengan table

dibawah di bawah ini.

Problem Faktor Penyebab

RU II belum

memproduksi

PertaDex

Manusia Kurang mengetahui spesifikasi PertaDex

Metode Belum mengetahui metode produksi

Peralatan Sarana fasilitas produksi belum tersedia

Material Bukan termasuk produk desain RU II

Tabel 1.1. Penyebab UP-II belum dapat menghasilkan PertDex

1.3. Pembatasan Masalah

1. Penelitian ini dibatasi pada penentuan dan optimasi sampel blending dari produk eksisting PT.Pertamina UP-II untuk menghasilkan PertaDex.

2. Parameter yang akan diuji terhadap sampel dan hasil blending hanya parameter penting yang dapat mewakili parameter lain yaitu Pengujian Density, Pengujian Distilasi dan Pengujian Cetane Number.

3

(4)

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan formula blending yang paling optimum dari produk-produk eksisting PT Pertamina UP-II sehingga menghasilkan PertaDex

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu menghasilkan produk baru PertaDex dari proses uji coba blending yang diharapkan dapat diaplikasikan di PT Pertamina UP-II

1.6. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium PT Pertamina UP-II Dumai

1.7. Metode Penelitian

1. Penelitian ini bersifat eksperimen laboratorium yaitu untuk menentukan optimasi blending dari produk eksisting PT.Pertamina UP-II sehingga menghasilkan PertaDex.

2. Pengambilan sampel dilakukan di Unit Produksi PT.Pertamina UP-II pada saat kondisi operasi sedang normal.

3. Prediksi produk eksisting yang akan dijadikan sampel blending yaitu yang spesifikasinya mendekati PertaDex, seperti : Diesel, Heavy Kero, dan Light Gas Oil.

4. Pengujian Density, Distilasi dan Cetane Number dilakukan dengan metode ASTM (American Standard Testing and Material).

4

Gambar

Tabel 1.1. Penyebab UP-II belum dapat menghasilkan PertDex

Referensi

Dokumen terkait

19841126 201101 1 012 Dengan ini diberitahukan bahwa setelah diadakan evaluasi dan penilaian usulan administrasi, usulan teknis dan usulan biaya menurut ketentuan-ketentuan yang

citra biner selanjutnya diolah untuk menentukan posisi koodinat titik x1y1 dengan cara melacak piksel yang bernilai 1 dimulai dari koordinat (0,0) yang letaknya pada

Menimbang, bahwa para saksi telah memberikan keterangan sebagaimana telah diuraikan dalam bagian duduknya perkara, hal mana keterangan diberikan

Sejauh mana tahap-tahap arti itu dapat kita maklumi sambil membaca sebuah karya sastra tergantung pada mutu karya sastra yang bersangkutan dan kemampuan pembaca dalam bergaul

Menimbang : bahwa untuk menindaklanjuti ketentuan Pasal 9 Peraturan Bupati Bantul Nomor 19 Tahun 2013 tentang Pedoman Pengembangan Kabupaten Layak Anak Tingkat Kabupaten,

[r]

[r]

Various problems have occurred because of uncontrollable transformation of the architecture of Depok City, such as uncontrollable changing of land use, the increase of the intensity