• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi Sediaan Krim Sari Tomat (Solanum Lycopersicum L.) Dan Uji Efek Anti-Aging

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Formulasi Sediaan Krim Sari Tomat (Solanum Lycopersicum L.) Dan Uji Efek Anti-Aging"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1. Bagan pembuatan sediaan krim

- asam stearat - Nipagin

- setil alkoho - Natrium edetat

- gliseril monostearat - propilen glikol - Vaselin - trietanolamin

- BHT - aquadest

- dimasukkan ke dalam cawan

penguap

- dilebur di atas penangas air pada suhu 70°C - dilarutkan dalam air panas yg telah ditakar pada suhu 70°C

- digerus konstan di dalam lumpang panas - ditambahkan 3 tetes pewangi

- ditimbang masing-masing konsentrasi

-dimasukkan bahan dasar krim ke dalam lumpang -ditambahkan sari tomat yang telah ditimbang sedikit

demi sedikit hingga homogen Sari tomat

Krim sari tomat

Fase air Fase minyak

Fase minyak + Fase air

(2)
(3)

Lampiran 3. Gambar buah tomat, tomat setelah di potong, tomat di juice dan sari tomat yang telah di freeze drying

Buah tomat

(4)

Lampiran 3. (Lanjutan)

Tomat di juice

(5)

Lampiran 4. Gambar alat-alat penelitian

Keterangan: A: Juicer yang berisi sampel (Miyako), B: Skin analyzer (Aramo), A

B

(6)

Lampiran 5. Gambar sediaan setelah dimasukkan kedalam wadah dan gambar sediaan setelah penyimpanan hari ke–90

a. Gambar sediaan setelah dimasukkan kedalam wadah

Keterangan : Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel). Formula B : krim sari tomat 5%

(7)

Lampiran 5. (Lanjutan)

b. Gambar sediaan setelah penyimpanan hari ke - 90

Keterangan : Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel). Formula B : krim sari tomat 5%

(8)

Lampiran 6. Gambar hasil uji homogenitas dan tipe emulsi a. Uji homogenitas

b. Tipe emulsi

Keterangan : Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel). Formula B : krim sari tomat 5%

Formula C : krim sari tomat 7,5% Formula D : krim sari tomat 10% Formula E : krim sari tomat 12%

FA FB FC FD FE FF

FF FE

FD FC

(9)

Lampiran 7. Salah satu contoh hasil uji efektivitas anti-aging pada sukarelawan a.. Hasil pengukuran kadar air (Moisture)

- Kondisi awal

- Pemulihan minggu pertama (Minggu1)

- Pemulihan minggu kedua (Minggu 2)

- Pemulihan minggu ketiga (Minggu 3)

(10)

Lampiran 7. (Lanjutan)

a. Hasil pengukuran kehalusan dan besar pori (Evenness/pore) - Kondisi awal

(11)

Lampiran 7. (Lanjutan)

- Pemulihan minggu kedua (Minggu 2)

(12)

Lampiran 7. (Lanjutan)

- Pemulihan minggu ke empat (Minggu 4)

(13)

Lampiran 7. (Lanjutan)

b. Hasil pengukuran banyak noda (spot) - Kondisi awal

- Pemulihan minggu pertama (Minggu1)

(14)

Lampiran 7. (Lanjutan)

- Pemulihan minggu pertama (Minggu2)

(15)

Lampiran 7. (Lanjutan)

(16)

Lampiran 8. Hasil variansi (ANAVA) dan Tukey untuk pemulihan kulit sukarelawan selama 4 minggu

a. Kadar air (Moisture)

ANOVA

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

minggu0 Between Groups 2.000 5 .400 .400 .840

Within Groups 12.000 12 1.000

Total 14.000 17

minggu1 Between Groups 12.944 5 2.589 1.664 .217

Within Groups 18.667 12 1.556

Total 31.611 17

minggu2 Between Groups 42.944 5 8.589 8.137 .001

Within Groups 12.667 12 1.056

Total 55.611 17

minggu3 Between Groups 57.778 5 11.556 13.867 .000

Within Groups 10.000 12 .833

Total 67.778 17

minggu4 Between Groups 125.611 5 25.122 26.600 .000

Within Groups 11.333 12 .944

(17)

minggu0

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

minggu1

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

(18)

minggu2

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

minggu3

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(19)

minggu4

TukeyHSDa

Formula N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

Blanko 3 29.33

KST 5% 3 30.00

KST 7,5% 3 33.33

KST 10% 3 33.67

KST 12% 3 35.33 35.33

OLAY 3 36.67

Sig. .954 .192 .567

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(20)

Lampiran 8. (Lanjutan) b. Kehalusan (Evenness)

ANOVA

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

minggu0 Between Groups 4.667 5 .933 1.200 .366

Within Groups 9.333 12 .778

Total 14.000 17

minggu1 Between Groups 9.333 5 1.867 1.768 .194

Within Groups 12.667 12 1.056

Total 22.000 17

minggu2 Between Groups 37.111 5 7.422 8.907 .001

Within Groups 10.000 12 .833

Total 47.111 17

minggu3 Between Groups 78.278 5 15.656 10.437 .000

Within Groups 18.000 12 1.500

Total 96.278 17

minggu4 Between Groups 98.278 5 19.656 27.215 .000

Within Groups 8.667 12 .722

(21)

minggu0

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

minggu1

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

(22)

minggu2

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

minggu3

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(23)

minggu4

TukeyHSDa

Formula N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

OLAY 3 28.00

KST 12% 3 29.00 29.00

KST 10% 3 30.00 30.00

KST 7,5% 3 31.00 31.00

KST 5% 3 32.67

Blanko 3 35.00

Sig. .110 .110 .229 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(24)

Lampiran 8. (Lanjutan) c. pori (pore)

ANOVA

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

minggu0 Between Groups 47.611 5 9.522 1.843 .179

Within Groups 62.000 12 5.167

Total 109.611 17

minggu1 Between Groups 104.500 5 20.900 3.215 .045

Within Groups 78.000 12 6.500

Total 182.500 17

minggu2 Between Groups 277.111 5 55.422 9.152 .001

Within Groups 72.667 12 6.056

Total 349.778 17

minggu3 Between Groups 445.778 5 89.156 15.284 .000

Within Groups 70.000 12 5.833

Total 515.778 17

minggu4 Between Groups 625.833 5 125.167 15.538 .000

Within Groups 96.667 12 8.056

(25)

minggu0

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

minggu1

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(26)

minggu2

Tukey HSDa

Formula N

Subset foralpha = 0.05

1

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

minggu3

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(27)

minggu4

Tukey HSDa

Formula N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

OLAY 3 15.67

KST 12% 3 22.33 22.33

KST 10% 3 24.00 24.00

KST 7,5% 3 26.00 26.00 26.00

KST 5% 3 31.67 31.67

Blanko 3 33.33

Sig. .111 .624 .054 .069

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(28)

Lampiran 8. (Lanjutan) d. Noda (spot)

ANOVA

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

minggu0 Between Groups 10.500 5 2.100 .900 .512

Within Groups 28.000 12 2.333

Total 38.500 17

minggu1 Between Groups 37.833 5 7.567 2.619 .080

Within Groups 34.667 12 2.889

Total 72.500 17

minggu2 Between Groups 81.333 5 16.267 5.976 .005

Within Groups 32.667 12 2.722

Total 114.000 17

minggu3 Between Groups 203.111 5 40.622 12.607 .000

Within Groups 38.667 12 3.222

Total 241.778 17

minggu4 Between Groups 379.167 5 75.833 16.446 .000

Within Groups 55.333 12 4.611

(29)

minggu0

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

minggu1

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

(30)

minggu2

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

minggu3

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(31)

minggu4

TukeyHSDa

Formula N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

OLAY 3 19.33

KST 12% 3 21.33

KST 10% 3 23.00 23.00

KST 7,5% 3 27.33 27.33

KST 5% 3 30.33

Blanko 3 31.67

Sig. .352 .207 .207

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(32)

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT SERTA DALAM PENELITIAN

Nama lengkap :………..

Usia :……….

Jenis kelamin :……….

Alamat :……….

Bersedia menjadi sukarelawan untuk test anti-aging ?………….

Telah mendapat penjelasan secukupnya bahwa tangan saya akan digunakan sebagai daerah yang akan dianalisis. Setelah mendapat penjelasan secukupnya tentang manfaat penelitian ini maka saya menyatakan SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian DARA YUNITA dengan judul “FORMULASI SEDIAAN KRIM SARI TOMAT (Solanum lycopersicum L.) DAN UJI EFEK ANTI-AGING

” sebagai usaha untuk mengetahui apakah sediaan krim yang dihasilkan mampu memberikan efek anti penuaan dini. Saya menyatakan sukarela dan bersedia untuk mengikuti prosedur penelitian yang telah ditetapkan.

Persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. (2000). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan Kesembilan. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Halaman 132.

Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta: UI Press. Halaman 387 - 388.

Ansel, H.C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaam Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta: Universitas Indonesia. Halaman 357-389.

Achroni, K. (2012). Semua Rahasia Kulit Cantik dan Sehat Ada Disini. Jogjakarta: Javalitera. Halaman 75-85, 141, 143-144.

Ardhie, M.A. (2011). Radikal Bebas dan Peran Antioksidan dalam Mencegah Penuaan. MEDICINUS. 24(1): 1, 7, 9.

Aramo. (2012). Skin and Hair Diagnosis System. Sungnam: Aram Huvis Korea Ltd. Halaman 1-10.

Barel, A.O., Paye, M., dan Howard I.M. (2009). Handbook of Cosmetic Science and Technology. Edisi Ketiga. New York: Informa Healthcare. Halaman 514.

Bernardinus, T., dan Wahyu Wiryanta. Bertanam Tomat. (2002). Jakarta: Agromedia. Pustaka. Halaman 6.

Bogadenta, A. (2012). Antisipasi Gejala Penuaan Dini dengan Kesaktian Ramuan Herbal. Yogyakarta: Buku Biru. Halaman 25–27.

Dalimartha, S. (2007) Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid Ketiga. Jakarta: Trubus Agriwidya. Halaman 175-177.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 8, 33.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 1110-1224.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 29, 103, 356 - 357.

(34)

Jusuf, K.N. (2005). Kulit Menua. Majalah Kedokteran Nusantara. 38(2): 184.

Kailaku, SI., Dewandari, KT., dan Sunarmani. (2007). Potensi Likopen Dalam Tomat Untuk Kesehatan. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian Vol. 3.

Lingga, L. (2012). The Healing Power of Antioxidant. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Halaman 66.

Lachman, L., Liberman, A.H., dan Kanig, J.L. (1994). Teori dan Pratek Farmasi Industri II. Penerjemah: Siti Suyatmi, Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press. Halaman 1093, 1117.

Maulida,D., Zulkarnaen, N. (2010). Ekstraksi Antioksidan (likopen) Dari Buah Tomat Dengan Menggunakan Solven Campuran. Semarang: Skripsi Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.

Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Edisi Pertama. Amsterdam: Elsevier Science. Halaman 38-46.

Muliyawan, D., dan Suriana, N. (2013). A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Halaman 138.

Noormindhawati, L. (2013). Jurus Ampuh Melawan Penuaan Dini. Jakarta: Kompas Gramedia. Halaman 2, 11, 24, 84.

Oddos, T., Romain, S., James., L., Vaerie, B., dan Christiane, B. (2012). A Placebo-Controlled Study Demonstrates The Long-Lasting Anti-aging Benefits of a Cream Containing Retinol, Dihydroxyl Methyl Chromone (DMC) and Hyluronic Acid. Journal of Cosmetics, Dermatological Sciences and Applications. 2:51 – 59.

Prianto, J. (2014). Cantik: Panduan Lengkap Merawat Kulit Wajah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Halaman 145 - 148.

Putro, D.S. (1997). Agar Awet Muda. Malang: Universitas Negeri Malang Press. Halaman 16, 21.

Rawlins, E.A. (2003). Bentley’s Textbook of Pharmaceutics. 18th Edition. London: Bailierre Tindall. Halaman 262-264.

Rohmatussolihat. (2009). Antioksidan Penyelamat Sel-Sel Tubuh Manusia. Bio Trends. 4(1): 5.

(35)

Sumaryati, E. (2012). Senam Kecantikan dan Anti Penuaan. Yogyakarta: Citra Media. Halaman 34-36.

Swastika, NSP., Mufrod., dan Purwanto. (2013). Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak Sari Tomat (Solanum Lycopersicum L). Yogyakarta : Jurnal Universitas Gadjah Mada Vol. 18(3).

Swastika, A. (2014). Khasiat Buah Dan Sayur Tumpas Segala Penyakit. Yoogyakarta: Shira Media. Halaman 70.

Tranggono, R.L., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Halaman 12, 21.

Vinski, D. (2012). Perfect Beauty-Anti Aging. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Halaman 69.

Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas Indonesia. Halaman 4.

(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas

laboratorium, lumpang porselen, stamfer, cawan porselen, objek gelas, sudip, batang

pengaduk, spatula, pot plastik, pipet tetes, penangas air, neraca analitis (Dickson),

pH meter (Hanna Instrumen), freezee dryer, juicer (Miyako), moisture checker

(Aramo Huvis), skin analyzer (Aramo-SG).

3.1.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi propilen glikol,

natrium edetat, TEA, vaselin, setil alkohol, asam stearat, gliseril monostearat, butil

hidroksi toluen, nipagin, parfum, metilen blue, aquadest, sari tomat, larutan dapar

pH asam (4,01) dan larutan dapar pH netral (7,01).

3.2 Pengumpulan dan pengolahan sampel 3.2.1 Pengumpulan bahan

Pengambilan buah tomat (Solanum lycopersicum L.) dilakukan secara

purposif yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan

adalah tomat yang dibeli di Pajak Sore, Padang Bulan, Medan.

3.2.2 Identifikasi tumbuhan

(37)

3.3 Sukarelawan

Pemilihan sukarelawan dilakukan di Fakultas Farmasi USU berdasarkan

kriteria antara lain wanita berusia sekitar 20-30 tahun, tidak memiliki riwayat

alergi pada kulit dan telah dikondisikan tidak menggunakan krim lain selama 4

minggu untuk terapi anti-aging. Sukarelawan bersedia mengikuti penelitian sampai

selesai dan bersedia dilakukan uji iritasi dan uji efektivitas sediaan krim sebagai

anti-aging selama penelitian berlangsung. Sukarelawan bersedia menandatangani

surat pernyataan yang menyatakan ”setuju untuk ikut serta dalam penelitian”.

Contoh surat pernyataan dapat dilihat pada Lampiran 9, Halaman 72. Adapun

parameter pengujiannya adalah kadar air (moisture), kehalusan (evenness), besar

pori (pore) dan banyak noda (spot).

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Pembuatan Sari Buah Tomat

Tomat segar berwarna merah seberat 3 kg dibersihkan dengan cara

mencucinya dengan air bersih, ditiriskan kemudian tomat dipotong-potong menjadi

bagian yang lebih kecil dan dihaluskan dengan juicer hingga diperoleh sari sebanyak

2 L. Sari tomat lalu dikeringkan dengan freezee dryer selama 48 jam pada suhu -40o

dengan tekanan 2 atm. Gambar tomat, tomat setelah di potong-potong dapat dilihat

pada Lampiran 3, Halaman 43. Gambar juicer dapat dilihat pada lampiran 3,

halaman 45.

3.4.2 Formula dasar krim

(38)

R/ Propilen glikol 7,0

Oktilmetoksianamat 5,0 Etil poliakrilat 1,0

Formula krim yang digunakan dimodifikasi dengan mengeluarkan

bahan-bahan yang berfungsi sebagai sunblock dan emolien yaitu titanium dioksida,

oxibenzon, oktilmetoksinamat, etil poliakrilat, dan squalen. Formulasi dasar krim

sebagai berikut:

Konsentrasi sari tomat yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim anti –

aging dengan variasi konsentrasi 5%, 7,5%, 10% dan 12%. Formulasi blanko

(39)

Tabel 3.1 Komposisi bahan dalam krim

Komposisi

Formula

FA FB FC FD FE Sari tomat (g) - 5 7,5 10 12 Basis Krim (G) ad 100 100 100 100 100 Oleum jasmine (tetes) 3 3 3 3 3

Keterangan : F: Formula, FA : blanko (tanpa sari tomat), FB : sari tomat 5%, FC : sari tomat 7,5%, FD : sari tomat 10%, FE : sari tomat 12%,

3.4.4 Pembuatan sediaan krim

Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Bahan yang terdapat dalam

formula dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu fase minyak dan fase air. Fase

minyak terdiri dari vaselin, asam stearat, gliseril monostearat, dan setil alkohol

dilebur di atas penangas air dengan suhu 700 -750C setelah melebur ditambahkan

butil hidroksi toluen (massa 1). Fase air yang terdiri dari nipagin, propilen glikol,

TEA, natrium edetat dilarutkan di dalam air panas yang telah ditakar pada suhu 700C

(massa II). Dimasukkan massa 1 ke dalam lumpang panas yang telah dikeringkan

dengan tissue kemudian ditambahkan secara perlahan-lahan massa II digerus

konstan sampai terbentuk massa krim. Setelah terbentuk massa krim, ditambahkan

sari tomat sedikit demi sedikit, digerus sampai terbentuk krim yang homogen.

Ditambahkan 3 tetes parfum, dihomogenkan sampai terbentuk massa krim.

Pembuatan dilakukan dengan cara yang sama untuk semua formula dengan

konsentrasi sari tomat yang berbeda.

(40)

lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak

terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM., 1979).

3.5.2 Penentuan tipe emulsi sediaan krim

Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan sejumlah tertentu sediaan

diletakkan di atas objek gelas, ditambahkan 1 tetes metil biru, diaduk dengan batang

pengaduk. Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi m/a,

tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipe emulsi a/m (Ditjen

POM., 1985).

3.5.3 Penentuan pH Sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Alat

terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH

7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH

tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan aquades, lalu dikeringkan dengan

tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan

dilarutkan dengan air suling hingga 100 ml aquades. Kemudiaan elektroda

dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan nilai pH sampai

konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).

3.5.4 Pengamatan stabilitas sediaan krim

Masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam pot plastik, selanjutnya

dilakukan pengamatan berupa pecah atau tidaknya emulsi, perubahan warna dan

perubahan bau pada saat sediaan telah selesai dibuat serta dalam penyimpanan

(41)

diamati yaitu eritema dan edema dengan sistim skor. Eritema: tidak eritema 0,

sangat sedikit eritema 1, sedikit eritema 2, eritema sedang 3, eritema sangat parah 4.

Edema: tidak edema 0, sangat sedikit edema 1, sedikit edema 2, edema sedang 3,

edema sangat parah 4 (Barel, dkk., 2009).

3.7 Pengujian Efektivitas Anti-Aging Terhadap Sukarelawan

Pengujian aktivitas anti-aging dilakukan terhadap 18 orang sukarelawan

wanita yang dibagi menjadi 6 kelompok dengan mengoleskan masing-masing krim

dua kali sehari yaitu pada pagi dan malam selama 4 minggu pada kulit punggung

tangan dan dilakukan pengukuran parameter meliputi kadar air, kehalusan kulit,

besar pori, dan banyaknya noda menggunakan skin analyzer (Aramo-SG) pada

(42)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pembuatan Sari Tomat

Filtrat yang diperoleh sebanyak 2 L, kemudian dikeringkan dengan freeze dryer dan diperoleh sari tomat yang berupa serbuk kering seberat 30 gram. Gambar

sari tomat kering dapat dilihat pada Lampiran 3, Halaman 44.

4.2 Hasil Pemeriksaan Terhadap Sediaan Krim 4.2.1 Pemeriksaan homogenitas sediaan

Berdasarkan hasil pengamatan homogenitas krim yang dilakukan, pada

sediaan krim tidak terdapat butiran kasar pada gelas objek, maka semua sediaan

krim dikatakan homogen. Perlakuan yang sama juga dilakukan pada sediaan

pembanding yakni olay dan blanko, hasil yang diperoleh menunjukkan tidak adanya

butiran kasar pada gelas objek. Gambar uji homogenitas dapat dilihat pada Lampiran

6 Halaman 48.

4.2.2 Hasil penentuan tipe emulsi sediaan krim

Dari hasil uji tipe emulsi semua sediaan krim menunjukkan bahwa warna biru

metil dapat homogen atau tersebar merata di dalam krim sehingga dapat dibuktikan

bahwa sediaan krim yang dibuat mempunyai tipe emulsi minyak dalam air (m/a)

(Ditjen POM., 1985). Tipe emulsi ini memiliki keuntungan yaitu lebih mudah

menyebar di permukaan kulit, tidak lengket dan mudah dihilangkan dengan adanya

(43)

Tabel 4.1 Data penentuan tipe emulsi sediaan krim menggunakan biru metil

No Formula Kelarutan Biru Metil pada Sediaan

Ya Tidak

4.2.3 Hasil pengukuran pH sediaan

Hasil pengukuran pH sediaan krim sari tomat dilakukan dengan menggunakan

pH meter.

Tabel 4.2 Data pengukuran pH sediaan krim

Formula Nilai pH Rata-rata Pada Hari Ke

0 7 14 21 28 90 tomat 7,5%, FD: krim sari tomat 10%, FE: krim sari tomat 12%, dan FF: Olay®

Tabel 4.2 di atas, memperlihatkan bahwa semakin banyak konsentrasi sari

tomat yang ditambahkan ke dalam sediaan krim maka pH semakin menurun atau

semakin asam. Hal ini dapat disebabkan karena banyaknya kandungan asam yang

terdapat di dalam sari tomat. Penurunan pH ini masih dalam pH fisiologis kulit yaitu

(44)

konsentrasi dan blanko memiliki perbedaan kecerahan warna dari masing-masing

sediaan, data organoleptis dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan data hasil pengamatan

stabilitas selama 90 hari dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini.

Tabel 4.3 Data organoleptis sediaan krim yang dibuat

Formula Penampilan

Warna Bau Konsistensi

FA Putih Jasmine semi padat

FB Putih kekuningan Jasmine semi padat FC Putih kekuningan Jasmine semi padat

FD Jingga Jasmine semi padat

FE Jingga Jasmine semi padat

Keterangan: FA: dasar krim (blanko), FB: krim sari tomat 5%, FC: krim sari tomat 7,5%, FD: krim sari tomat 10%, dan FE: krim sari tomat 12%

Tabel 4.4 Data hasil pengamatan terhadap kestabilan sediaan krim pada saat sediaan selesai dibuat, 7, 14, 21, 28 dan 90 hari

No Formula Pengamatan setelah

Selesai

Keterangan: FA: dasar krim (blanko), FB: krim sari tomat 5%, FC: krim sari tomat 7,5%, FD: krim sari tomat 10%, FE: krim sari tomat 12%, dan FF: olay, X: perubahan warna, Y: perubahan bau, Z: pecahnya emulsi, dan - : tidak terjadi

Menurut Ansel (2005), rusak atau tidaknya suatu sediaan yang mengandung

bahan yang mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan

(45)

Tingginya kandungan air juga menyebabkan mikroba cepat berkembang, sehingga

kebutuhan konsentrasi pengawet pada fase air harus cukup untuk menghambat

pertumbuhan mikroba, dan sebagian pengawet juga dimasukkan dalam fase minyak.

Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa masing-masing

formula yang telah diamati selama 90 hari memberikan hasil yang baik yaitu tidak

terjadi perubahan warna, bau dan pecahnya emulsi selama 90 hari penyimpanan,

dengan demikian krim sari tomat memenuhi persyaratan kestabilan. Gambar sediaan

krim yang telah dibuat disimpan selama 90 hari di dalam suhu kamar dapat dilihat

pada Lampiran 5 Halaman 47.

4.3 Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

Hasil pengamatan uji iritasi terhadap kulit sukarelawan dapat dilihat pada

Tabel 4.5 di bawah ini.

Tabel 4.5 Hasil uji iritasi terhadap sukarelawan

No Reaksi iritasi Sukarelawan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Eritema 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Edema 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan: sistim skor Federal hazardous Substance Act (Barel, dkk., 2009).

Eritema Edema

tidak eritema 0 tidak edema 0 sangat sedikit eritema 1 sangat sedikit edema 1 sedikit eritema 2 sedikit edema 2 eritema sedang 3 edema sedang 3 eritema sangat parah 4 edema sangat parah 4

Hasil uji iritasi di atas menunjukkan bahwa semua sukarelawan memberikan

(46)

4.4 Hasil Pengujian Efektivitas Anti-aging Terhadap Sukarelawan

Pengujian efektivitas anti-aging menggunakan skin analyzer Aramo,

parameter uji meliputi pengukuran kadar air (moisture), kehalusan kulit (evenness),

besar pori (pore), dan banyaknya noda (spot). Pengukuran efektivitas anti-aging

dimulai dengan mengukur kondisi awal kulit sukarelawan bertujuan untuk melihat

seberapa besar pengaruh krim sari tomat dalam memulihkan kulit yang mengalami

penuaan dini. Data yang diperoleh pada setiap parameter anti-aging dianalisa secara

statistik dengan metode ANAVA lalu dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey HSD

untuk melihat perbedaan nyata dari setiap perlakuan pada sukarelawan. Pengujian

Post Hoc Tukey HSD dilakukan untuk melihat kelompok formula mana yang

memiliki efek sama atau berbeda dan efek yang terkecil sampai terbesar antara satu

dengan yang lainnya. Pengujian ini dilakukan terhadap semua perlakuan dari

minggu ke-1 sampai minggu ke-4. Contoh hasil uji efektivitas anti-aging pada

sukarelawan dapat dilihat pada Lampiran 7 Halaman 49.

4.4.1 Kadar air (Moisture)

Dari hasil pengukuran dapat dilihat bahwa, kondisi awal kadar air pada kulit

semua kelompok sukarelawan terjadi dehidrasi dan setelah pemakaian krim selama

empat minggu kondisi kulit semua kelompok sukarelawan menjadi normal. Buah

tomat yang mengandung vitamin A dan karoten memiliki keunggulan dalam produk

kosmetik, antara lain dapat mudah diserap oleh kulit dan mampu meningkatkan

kandungan air pada kulit (Tranggono dan Latifah, 2007). Oleh karena itu, semakin

banyak kandungan sari tomat yang terdapat di dalam sediaan krim maka semakin

(47)

Tabel 4.6 Data hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit sukarelawan

Krim Sukarelawan

Persentase kadar air (%)

Sebelum Pemulihan (minggu)

I II III IV

Keterangan : FA: dasar krim (blanko), FB: krim sari tomat 5%, FC: krim sari tomat 7,5%, FD: krim sari tomat 10%, FE: krim sari tomat 12%, dan FF: Olay®

(48)

Gambar 4.1 Grafik hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit sukarelawan kelompok blanko, krim sari tomat 5; 7,5; 10; 12% dan Olay® (krim di pasaran) selama 4 minggu.

Hasil yang telah diperoleh pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.1, menunjukkan

bahwa kondisi awal kulit semua kelompok sukarelawan adalah dehidrasi (0 - 29).

Hasil analisa statistik dari data yang diperoleh pada Tabel 4.6 sebelum perawatan

tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p ≥ 0,05) antara kelompok sediaan krim

sari tomat dan krim di pasaran dengan blanko. Perawatan minggu ke-1 tidak terdapat

perbedaan yang signifikan (p ≥ 0,05) antara kelompok sediaan krim sari tomat, krim

di pasaran dengan blanko. Minggu ke-2 terdapat perbedaan yang signifikan (p ≤

0,05) antara kelompok sediaan krim sari tomat, krim di pasaran dengan blanko.

Minggu ke-3 dan ke-4 terdapat perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) terlihat pada

0 5 10 15 20 25 30 35 40

0 1 2 3 4

Kadar air ( Moisture )

blanko kst 5% kst 7,5% kst 10% kst 12% krim dipasaran

(49)

kulit terlihat pada krim di pasaran dan krim sari tomat 12% (28,66 menjadi 35,33),

sedangkan krim yang menghasilkan efek terkecil dan masih dalam rentang dehidrasi

terlihat pada krim blanko (28,00 menjadi 29,33). Hal ini menunjukkan bahwa krim

sari tomat 12% yang paling baik dalam meningkatkan kadar air kulit. Hasil analisa

secara statistik dapat dilihat pada Lampiran 8 Halaman 56.

4.4.2 Kehalusan (Evenness)

Kehalusan kulit bagian punggung tangan sukarelawan diukur menggunakan

perangkat skin analyzer lensa perbesaran 60x (normal lens) dengan sensor biru.

Hasil pengukuran kehalusan kulit dapat dilihat pada Tabel 4.7 Halaman 30 dan

Gambar 4.2 Halaman 31 memperlihatkan bahwa kondisi awal kulit semua kelompok

sukarelawan adalah normal (32 - 51) dan setelah perawatan selama 4 minggu

menjadi lebih halus. Kulit kasar merupakan tanda umum yang dialami saat kulit

mengalami penuaan dini, ketika kulit terlalu sering terpapar oleh sinar matahari

kolagen dan elastin yang berada di dalam lapisan kulit akan rusak sehingga sel-sel

mati yang bertumpuk pada stratum korneum menyebabkan permukaan kulit menjadi

kurang halus, akibatnya kulit tampak lebih kasar (Bodagenta, 2012).

Hasil analisa statistik pada uji anova menunjukkan bahwa sebelum dan setelah

perawatan di minggu ke-1 tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p ≥ 0,05) antara

kelompok sediaan krim sari tomat, krim di pasaran dengan blanko. Pada perawatan

minggu ke-2, ke-3, dan ke-4 terdapat perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) terlihat

pada kelompok sediaan krim sari tomat, krim di pasaran dengan krim blanko. Hasil

(50)

Tabel 4.7 Hasil pengukuran kehalusan (evenness) pada kulit sukarelawan

Keterangan : FA: dasar krim (blanko), FB: krim sari tomat 5%, FC: krim sari tomat 7,5%, FD: krim sari tomat 10%, FE: krim sari tomat 12%, dan FF: krim di pasaran

(51)

Gambar 4.2 Grafik hasil pengukuran kehalusan (evenness) pada kulit sukarelawan kelompok blanko, krim sari tomat 5; 7,5; 10; 12% dan krim di pasaran selama 4 minggu.

Hasil yang telah diperoleh pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.2, menunjukkan

bahwa kondisi awal kulit semua kelompok sukarelawan sebelum perawatan adalah

normal (32 - 51) dan setelah perawatan selama 4 minggu menjadi lebih halus.

Sediaan krim yang menghasilkan efek terbesar dalam meningkatkan kehalusan kulit

terlihat pada krim di pasaran (35,66 menjadi 28,00) dan krim sari tomat 12% (34,66

menjadi 29,00). Hal ini disebabkan oleh tomat yang mengandung protein dan

merupakan sumber asam amino bagi tubuh mampu untuk membangun dan

mengganti sel-sel yang rusak. Oleh karena itu semakin banyak kandungan sari tomat

di dalam sediaan krim maka semakin besar peranannya dalam melembabkan kulit

0 5 10 15 20 25 30 35 40

0 1 2 3 4

Kehalusan (Evenness)

blanko kst 5% kst 7,5% kst 10% kst 12% olay

(52)

4.4.3 Pori (Pore)

Tabel 4.8 Hasil pengukuran besar pori (pore) pada kulit sukarelawan

Krim Sukarelawan

Ukuran pori

Sebelum Pemulihan (minggu)

I II III IV

Keterangan : FA: dasar krim (blanko), FB: krim sari tomat 5%, FC: krim sari tomat 7,5%, FD: krim sari tomat 10%, FE: krim sari tomat 12%, dan FF: olay®

(53)

Besar pori pada kulit sukarelawan yang diukur menggunakan perangkat skin

analyzer yang sama dengan pengukuran kehalusan yakni lensa perbesaran 60x

(normal lens) sensor biru, pada waktu melakukan analisa kehalusan kulit, secara

otomatis analisa besar pori ikut terbaca (Aramo, 2012).

Gambar 4.3 Grafik hasil pengukuran pori (pore) pada sukarelawan kelompok blanko, krim dipasaran dan krim sari tomat 5; 7,5; 10; dan 12% selama 4 minggu.

Berdasarkan Tabel 4.8 dan Gambar 4.3 di atas dapat dilihat bahwa kelompok

krim anti-aging dari sari tomat konsentrasi 10%; 12% dan krim anti-aging di

pasaran menunjukkan penurunan ukuran pori yang lebih besar selama perawatan

dibandingkan dengan kelompok krim anti-aging sari tomat dengan konsentrasi 5%;

7,5% dan krim blanko karena mampu mengecilkan ukuran pori setelah perawatan

walaupun belum termasuk ke dalam rentang pori-pori kecil.

0 5 10 15 20 25 30 35 40

0 1 2 3 4

Pori (Pore)

blanko kst 5% kst 7,5% kst 10% kst 12% olay

(54)

sebagai pro-vitamin A dapat melepaskan sel kulit mati dan merangsang

pembentukan sel baru serta dapat menangkap radikal bebas yang merusak kulit,

sehingga dapat mengecilkan pori-pori kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).

4.4.4  Noda (Spot)

Tabel 4.9 Hasil pengukuran noda (spot) pada kulit sukarelawan

Krim Sukarelawan

Total noda

Sebelum Pemulihan (minggu)

(55)

Gambar 4.4 Grafik hasil pengukuran banyak noda (spot) pada sukarelawan kelompok blanko, krim di pasaran dan krim sari tomat 5; 7,5; 10; dan 12% selama 4 minggu.

Noda pada kulit sukarelawan diukur menggunakan perangkat skin analyzer

lensa perbesaran 60x (polarizing lens) sensor jingga. Tabel 4.9 dan Gambar 4.4

memperlihatkan bahwa kondisi awal kulit semua kelompok sukarelawan memiliki

beberapa noda di kulit (20 - 39). Hasil analisa statistik dari data yang telah diperoleh

pada Halaman 70 menunjukkan bahwa sebelum perawatan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan (p ≥ 0,05) antara kelompok sediaan. Namun setelah perawatan

sediaan mampu mengurangi jumlah noda walaupun belum termasuk ke dalam

rentang noda sedikit.

Krim yang dapat memberikan efek terbesar dalam mengurangi noda kulit

0 5 10 15 20 25 30 35

0 1 2 3 4

Noda (Spot)

blanko kst 5% kst 7,5% kst 10% kst 12% olay

(56)

penggelapan kulit dari paparan sinar matahari. Menurut Rohmatussolihat (2009),

karoten adalah sumber utama pembentuk vitamin A yang berperan dalam

melindungi kulit dari paparan sinar matahari. Semakin lama kulit terpapar sinar

matahari, maka pembentukan melanin kulit semakin aktif sehingga dapat

(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

a. Sari buah tomat dapat diformulasikan ke dalam bentuk sediaan krim dengan

tipe emulsi m/a. Krim dengan konsentrasi 5%, 7,5%, 10% dan 12% stabil

dalam penyimpanan selama 90 hari pada suhu kamar. Sediaan krim yang

dihasilkan semuanya homogen dan tidak menimbulkan iritasi pada kulit

b. Penambahan sari tomat ke dalam sediaan krim mampu memberikan efek

anti-aging. Semakin tinggi konsentrasi sari tomat yang ditambahkan pada

sediaan krim, maka semakin tinggi kemampuan sediaan krim tersebut untuk

memberikan efek sebagai anti- aging. Hasil analisa statistik krim sari tomat

dengan blanko memiliki perbedaan yang signifikant (p ≤ 0,05), dimana krim

sari tomat mampu memberikan efek sebagai anti- aging dengan kadar air

pada kulit yang meningkat, kulit semakin halus, pori-pori kulit mengecil dan

noda semakin sedikit. Krim sari tomat dengan konsentrasi 12% dibandingkan

dengan sediaan krim di pasaran (Olay®) sudah hampir menyamai

kemampuan efektivitas anti-aging.

5.2 Saran

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk meningkatkan konsentrasi sari

(58)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tomat

Buah tomat (Solanum lycopersicum L.) berasal dari Amerika bagian selatan

dan tengah. Tomat ditanam sebagai tanaman buah di ladang, pekarangan, atau

ditemukan liar pada ketinggian 1–1600 m di atas permukaan laut. Tanaman ini tidak

tahan hujan, sinar matahari terik, serta menghendaki tanah yang gembur dan subur

(Dalimartha, 2007). Tanaman tomat tergolong tanaman semusim (annual). Artinya,

tanaman berumur pendek yang hanya satu kali berproduksi dan setelah itu mati

(Firmanto, 2011).

2.1.1 Sistematika tumbuhan

Menurut hasil determinasi dari Herbarium Medanense, tomat diklasifikasikan

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Solanum

Spesies : Solanum lycopersicum L.

2.1.2 Nama daerah

(59)

2.1.3 Morfologi tanaman

Tomat (Solanum lycopersicum L.) merupakan jenis tanaman perdu atau semak

dengan panjang mencapai ± dua meter (Firmanto, 2011). Daun majemuk menyirip,

letak berseling, bentuknya bundar telur sampai memanjang, ujung runcing, pangkal

membulat, helaian daun yang besar tepinya berlekuk, helaian yang lebih kecil

tepinya bergerigi, panjang 10 - 40 cm, warnanya hijau muda. Bunga majemuk,

berkumpul dalam rangkaian berupa tandan, bertangkai, mahkota berbentuk bintang,

warnanya kuning. Buahnya buah buni, berdaging, kulitnya tipis licin mengkilap,

beragam dalam bentuk maupun ukurannya, warnanya kuning atau merah. Bijinya

banyak, pipih, warnanya kuning kecoklatan (Maulida dan Zulkarnaen, 2010). Tomat

dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Buah Tomat

2.1.4 Kandungan dan manfaat tomat

Tomat mengandung antioksidan seperti karotenoid, flavonoid, asam fenolik,

asam askorbat dan vitamin A, C dan E serta lemak dan kalori dalam jumlah rendah,

bebas kolesterol, dan merupakan sumber serat dan protein yang baik. Satu buah

tomat ukuran sedang mengandung hampir setengah batas jumlah kebutuhan harian

(60)

Tabel 2.1 Kandungan nutrisi tomat per 180 gram

(Maulida dan Zulkarnaen, 2010).

Menurut Swastika (2014) Tomat mengandung vitamin B3 yang sangat

berguna untuk menghaluskan kulit. Tomat mampu melancarkan peredaran darah

sehingga kulit mendapat suplai makanan yang cukup. Kemudian, zat tomatin pada

tomat mampu mencegah jerawat karena bersifat anti radang dan antibakteri.

Likopen atau yang sering disebut sebagai α-carotene adalah suatu

karotenoid pigmen merah terang yang banyak ditemukan dalam buah tomat dan

buah-buahan lain yang berwarna merah. Likopen bersifat hidrofobik kuat dan

lebih mudah larut dalam kloroform, benzena, heksana, dan pelarut organik lainnya

(61)

Tabel 2.2 Kandungan likopen dalam buah segar dan produk olahannya

Bahan Kandungan Likopen

(mg/100g)

2.2.1 Pengertian kulit

Kulit adalah bagian paling luar dari tubuh dan merupakan organ yang terluas,

yaitu antara 1,5 - 2,0 m2 dengan berat kurang lebih 20 kg, sedangkan bagian kulit

yang kelihatan dari luar yang disebut epidermis beratnya 0,05 - 0,5 kg (Putro, 1997).

Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cerminan kesehatan

dan kehidupan (Achroni, 2012).

2.2.2 Fungsi Kulit

Kulit sebagai organ tubuh yang paling penting mempunyai beberapa fungsi

diantaranya sebagai berikut:

a. Fungsi perlindungan atau proteksi, yaitu kulit berfungsi melindung bagian dalam

tubuh dari kontak langsung lingkungan luar, misalnya paparan bahan-bahan

kimia, paparan sinar matahari, polusi, bakteri dan jamur, serta kerusakan akibat

gesekan, tekanan dan tarikan.

(62)

e. Sebagai indra peraba yang memungkinkan otak merasakan sejumlah rasa, seperti

panas, dingin, sakit dan beragam tekstur.

f. Tempat pembuatan vitamin D dengan bantuan sinar matahari.

g. Mencegah terjadinya kehilangan cairan tubuh yang esensial (Achroni, 2012).

2.2.3 Struktur kulit

Secara anatomi kulit dibagi dalam tiga lapisan jaringan: epidermis, dermis,

dan lapisan lemak di bawah kulit (hipodermis) (Lachman, dkk., 1994).

A. Lapisan Epidermis

Lapisan ini terletak paling atas, tahan akan air, tipis dan sebagian besar

terdiri dari sel-sel mati. Lapisan epidermis merupakan lapisan yang paling luar. Dari

sudut kosmetik, epidermis merupakan kulit yang menarik karena kosmetik dipakai

pada lapisan ini. Walaupun ada beberapa kosmetik yang digunakan hingga sampai

ke lapisan dermis, namun tujuan utamanya adalah epidermis (Wirakusumah, 2008).

Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling

tebal berukuran 1 mm, misalnya pada telapak kaki dan telapak tangan, dan lapisan

yang tipis berukuran 0,1 mm terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, (Tranggono dan

Latifah, 2007). Menurut Wasitaatmadja (1997), lapisan ini terdiri dari 5 lapisan sel

yaitu:

1. Lapisan tanduk (stratum korneum)

Adalah lapisan yang paling luar dan terdiri dari beberapa sel gepeng yang

mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).

2. Lapisan rintangan (stratum lusidum)

(63)

3. Lapisan butir (stratum granulosum)

Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar

dan terdapat inti diantaranya.

4. Lapisan tajuk (stratum spinosum)

Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya

berbeda-beda karena adanya proses mitosis.

5. Lapisan tunas (stratum basale)

Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun vertikal pada pembatasan

demo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade). Lapisan tunas juga termasuk

sel-sel yang disebut melanocytes, yaitu sel-sel-sel-sel yang memproduksi pigmen melanin.

B. Lapisan dermis

Merupakan lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada

epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa dengan elemen-elemen

selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian:

Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke dalam epidermis, berisi ujung serabut

saraf dan pembuluh darah.

1. Pars retikulare, yaitu bagian bawahnya yang menonjol ke arah subkutan, bagian

ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen elastis dan

retikulin.

C. Lapisan lemak di bawah kulit (hipodermis)

Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar, berisi

sel-sel lemak didalamnya. Fungsi dari lapisan hipodermis yaitu membantu

(64)

2.2.4 Jenis-jenis kulit

Menurut Noormindhawati (2013), ditinjau dari sudut pandang perawatan kulit

terbagi atas lima bagian:

a. Kulit normal : memiliki pH normal ; kadar air dan kadar minyak seimbang

tekstur kulit kenyal, halus dan lembut; pori-pori kulit kecil.

b. Kulit berminyak : kadar minyak berlebihan, bahkan bisa mencapai 60%;

tampak mengkilap; memiliki pori pori besar; cenderung mudah berjerawat.

c. Kulit kering : Kulit kasar dan kusam, mudah bersisik.

d. Kulit kombinasi : merupakan kombinasi antara kulit wajah kering dan

berminyak, pada area T cenderung berminyak, sedangkan area pipi berkulit

kering

e. Kulit sensitif: mudah iritasi, kulit wajah lebih tipis, sangat sensitif.

2.3 Penuaan Dini

Penuaan merupakan proses fisiologi yang tak terhindarkan yang pasti dialami

oleh setiap manusia. Proses ini bersifat irreversibel yang meliputi seluruh organ

tubuh termasuk kulit. Kulit merupakan salah satu jaringan yang secara langsung

akan memperlihatkan proses penuaan (Putro, 1997). Penuaan bisa terjadi saat

memasuki umur 20-30 tahun (Noormindhawati, 2013). Penuaan ini tidak dapat

dihindari, namun dengan merawat kulit sebelum terjadi penuaan dapat

memperlambat timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit (Rosi, 2012).

Penuaan pada kulit dapat terjadi melalui proses intrinsik dan proses

ekstrinsik. Proses instrisik adalah proses penuaan yang terjadi akibat faktor dari

(65)

minuman beralkohol, obat-obatan dan nutrisi yang tidak seimbang dan

lain-lainnya (Ardhie, 2011). Kelembaban udara yang rendah, musim dingin, udara

pegunungan dan arus angin akan mempercepat penguapan air dari kulit, akibatnya

kelembaban kulit juga menurun dan akhirnya kulit menjadi kering (Putro, 1997).

Kelembaban udara yang rendah ini dapat mempercepat proses menua pada kulit

(Jusuf, 2005).

Sinar matahari merupakan faktor ekstrinsik utama yang dapat

menyebabkan terbentuknya radikal bebas yang berujung pada penuaan kulit

(photoaging) (Ardhie, 2011). Photoaging biasanya akan tampak pada bagian tubuh

yang terpapar langsung sinar matahari seperti wajah, leher, dada atau lengan dalam

bentuk kelainan klinis seperti timbulnya hiperpigmentasi (bercak coklat kehitaman)

atau hipopigmentasi (bercak keputihan). Banyak teori yang mengemukakan

mengapa manusia mengalami penuaan. Ada teori Replikasi DNA, Teori Ikatan

Silang, Teori Pakai dan Rusak, Teori Hormonal dan Teori Radikal Bebas. Teori

Radikal Bebas merupakan salah satu teori yang sangat terkenal yang di

kemukan oleh Dr. Denham Harman pada tahun 1954. Radikal bebas adalah

suatu elektron dalam tubuh yang tidak memiliki pasangan, sehingga akan berusah

mencari pasangan supaya dapat berikatan dan stabil. Sifat radikal bebas akan

terus berusaha menyerang sel tubuh yang sudah stabil untuk mendapatkan

pasangannya, sehingga sel-sel akan cepat rusak dan menua, dan bahkan juga dapat

mempercepat timbulnya kanker. Pada kulit, radikal bebas yang diproduksi

berlebih akan merusak kolagen pada membran sel kulit, sehingga kulit menjadi

(66)

pembentukan tekstur dan elastisitas kulit menyebabkan pembentukan keriput yang

lebih cepat dari semestinya.

2.4 Anti-Aging Atau Anti Penuaan

Anti-aging atau anti penuaan adalah segala bentuk sediaan atau produk yang

dapat memperlambat atau mencegah proses penuaan (Prianto, 2014). Dalam hal ini,

proses penuaan yang gejalanya terlihat jelas pada kulit seperti timbulnya keriput,

kelembutan kulit berkurang, menurunnya elastisitas kulit, tektur kulit menjadi kasar,

hiperpigmentasi, serta kulit berwarna gelap (Jaelani, 2009). Paparan sinar matahari

akan mengaktifkan melanosit dan meningkatkan produksi melanin, kemudian

disebarkan ke lapisan atas epidermis melalui dendrit-dendrit pada melanosit.

Gangguan sinar ultraviolet diatasi oleh sel melanin yang menyerap sekitar 5-10%

sinar tersebut (Wasitaatmadja, 1997). Beragam cara diupayakan untuk mencegah

atau pun memperbaiki dampak penuaan. Penggunaan antioksidan merupakan salah

satu upaya yang sering dilakukan untuk mencegah penuaan atau setidaknya

menua secara sehat (Ardhie, 2011). Kosmetika anti-aging pada umumnya berupa

bahan aktif yang mengandung antioksidan untuk melindungi kulit dari efek radikal

bebas. Antioksidan adalah bahan kimia yang dapat memberikan sebutir elektron

yang sangat diperlukan oleh radikal bebas agar tidak menjadi berbahaya (Putro,

1997).

Antioksidan adalah senyawa penting yang sangat bermanfaat bagi kesehatan

kulit. Zat ini berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang dapat merusak jaringan

(67)

Kulit secara alamiah menggunakan antioksidan untuk melindungi dari efek

kerusakan oleh sinar matahari. Sistim perlindungan ini terdiri dari antioksidan

endogen yaitu enzim-enzim berbagai senyawa yang disintesis oleh tubuh dan

antioksidan eksogen yang diperoleh dari bahan makanan seperti karotenoid,

flavonoid, asam fenolik, asam askorbat dan vitamin (Kailaku, dkk., 2007).

Menurut Muliyawan dan Suriana (2013), produk anti-aging memiliki tujuan

untuk membantu tubuh agar tetap sehat dan awet muda bahkan bisa terlihat jauh

lebih mudah dari usia sesungguhnya. Produk ini digunakan untuk menghambat

proses penuaan pada kulit (degeneratif), sehingga mampu menghambat timbulnya

tanda-tanda penuaan pada kulit.

2.5 Krim

Menurut Farmakope Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat

mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar

yang sesuai (Ditjen POM., 1995). Krim dapat diformulasikan dalam 2 tipe yaitu tipe

m/a emulsi minyak dalam air dan tipe a/m atau air dalam minyak. Kedua fase yang

berbeda dalam krim distabilkan dengan penambahan surfaktan (Ansel, 1989). Istilah

krim secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang

mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau

minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang

terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak

atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih

(68)

cairan lainnya. Jika konsistensinya lebih kental biasanya disebut krim (Ditjen

POM.,1985).

Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur,

biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir

kecil dalam cairan lain. Dispersi ini tidak stabil, butir- butir ini bergabung dan

membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Emulsi dapat distabilkan

dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok (Anief, 2000).

Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar

memperoleh emulsi yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan membentuk film

(lapisan) di sekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar

mencegah terjadinya koalesen atau terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah.

Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe m/a dimana tetes minyak

terdispersi dalam fase air dan tipe a/m dimana fase terdisper adalah air dan fase

pendisper adalah minyak (Anief, 2005).

2.6 Skin Analyzer

Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk

mendiagnosis keadaan pada kulit. Skin analyzer mempunyai sistem terintegrasi

untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas,

melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit.

Tambahan rangkaian sensor kamera yang terpasang pada skin analyzer

menampilkan hasil dengan cepat dan akurat (Aramo, 2012).

(69)

dengan alat ini. Tabel 2.3 menunjukkan parameter hasil pengukuran dengan

menggunakan skin analyzer.

Tabel 2.3 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer

Pengukuran Parameter Moisture

(kadar air)

Dehidrasi Normal Hidrasi

0 – 29 30 – 50 51- 100

Evenness (Kehalusan)

Halus Normal Kasar

0 – 31 32 – 51 52 – 100

Pore (Pori)

Kecil Besar Sangat besar

0 – 19 20 – 39 40 – 100

Spot (Noda)

Sedikit noda Beberapa noda Banyak noda

0 – 19 20 – 39 40 – 100

Wrinkle (Keriput)

Tidak berkeriput Berkeriput Banyak keriput

0 – 19 20 – 52 53 – 100

(70)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan intensitas sinar matahari

yang tinggi. Menurut survei penyebab utama penuaan dini yang dialami orang

Indonesia adalah aktivitas berlebihan di bawah sinar matahari (Bogadenta, 2012).

Secara klinis, penuaan kulit terutama kulit wajah ditandai dengan beberapa

tanda termasuk keriput, bintik-bintik coklat dan hilangnya kekencangannya (Oddos,

et al., 2012). Hal ini dapat terjadi melalui proses instrinsik dan proses ekstrinsik.

Proses instrinsik adalah proses menua yang terjadi akibat faktor dari dalam tubuh

dan proses ekstrinsik adalah proses menua yang disebabkan oleh akibat faktor dari

luar tubuh. Bermacam-macam teori proses menua telah dikemukakan namun sampai

saat ini teori radikal bebas lebih banyak dianut dan dipercaya sebagai mekanisme

proses menua (Jusuf, 2005).

Paparan sinar UV merupakan salah satu penyebab terbentuknya radikal bebas

yang berujung pada penuaan kulit, untuk menetralkan radikal bebas tubuh akan

membentuk antioksidan, tetapi jumlahnya tidak cukup menetralkan. Oleh karena itu,

sediaan anti-aging atau anti penuaan dianggap penting untuk perawatan kulit

(Vinski, 2012).

Kulit merupakan lapisan terluar tubuh manusia yang bersentuhan langsung

dengan lingkungan diluar tubuh. Dengan melakukan segala upaya untuk membuat

(71)

memperlambat proses penuaan dapat dikategorikan sebagai anti-penuaan

(anti-aging) (Prianto, 2014).

Krim anti-aging dirancang secara khusus untuk mencegah atau memperlambat

terjadinya penuaan dini dengan cara menyamarkan noda atau flek hitam di wajah

dan menghilangkan kerutan. Terapi anti-aging akan lebih baik dilakukan sedini

mungkin di saat seluruh fungsi sel-sel tubuh masih sehat dan berfungsi dengan baik

(Fauzi dan Nurmalina, 2012).

Tomat merupakan sumber vitamin A, B, C dan E, mineral, serat, senyawa

fenolik, dan karatenoid (Bernardinus dan Wahyu., 2002). Kandungan pigmen alami

berupa karotenoid antara lain betakaroten, likopen. Karotenoid adalah sumber utama

pembentukan vitamin A untuk melindungi kulit dari bahaya sinar matahari

(Rohmatussolihat, 2009), dan berdasarkan uji laboratorium terbukti bahwa likopen

memiliki efektivitas antioksidan dua kali lebih efektif dibanding beta-karoten dan

sepuluh kali lebih efektif dibanding vitamin E (Lingga, 2012). Daya antioksidan

yang kuat dalam tomat dapat membuat kesehatan fisik tetap terjaga dan juga

membuat tubuh tetap awet muda (Swastika, dkk., 2013).

Bagi masyarakat Indonesia tomat sudah tidak asing lagi, namun kurangnya

informasi terhadap tomat menyebabkan masyarakat memandangnya hanya sebagai

buah atau sayur yang dijual begitu saja tanpa ada produk turunan dari buah tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik melakukan

formulasi sediaan krim sari buah tomat dengan tipe emulsi m/a serta menguji efek

(72)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian

adalah :

a. Apakah sari buah tomat (Solanum lycopersicum L.) dapat diformulasikan ke

dalam sediaan krim anti-aging dengan tipe emulsi m/a ?

b. Apakah penggunaan sediaan krim sari tomat mampu memberikan efek

anti-aging pada kulit menjadi lebih baik selama empat minggu perawatan?

1.3 Hipotesa

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini

adalah:

a. Sari buah tomat (Solanum lycopersicum L.) dapat diformulasikan ke dalam

sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.

b. Penggunaan sediaan krim anti-aging yang mengandung sari tomat mampu

memberikan efek anti-aging pada kulit menjadi lebih baik selama empat

minggu perawatan.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui apakah sari buah tomat dapat di formulasi dalam sediaan

krim tipe m/a sebagai anti-aging.

b. Untuk mengetahui apakah penggunaan sediaan krim anti-aging yang

mengandung sari tomat mampu memberikan efek anti-aging pada kulit

menjadi lebih baik selama empat minggu perawatan.

(73)

FORMULASI SEDIAAN KRIM SARI TOMAT (Solanum lycopersicum L.) DAN UJI EFEK ANTI–AGING

ABSTRAK

Latar Belakang: Proses menua merupakan suatu proses fisiologis yang dapat terjadi pada semua organ tubuh termasuk kulit. Tomat merupakan sumber vitamin A, B, C dan E, mineral, serat, senyawa fenolik, dan karotenoid yang memiliki kemampuan sebagai antioksidan sehingga memungkinkan bermanfaat dalam memperlambat proses penuaan. Namun kurangnya informasi terhadap tomat menyebabkan masyarakat Indonesia memandangnya hanya sebagai buah yang dijual begitu saja tanpa ada produk olahan dalam bidang kosmetik dari buah tersebut. Tujuan: Penelitian ini bertujuan membuat sediaan krim tipe m/a dan menguji efektivitas anti-aging pada kulit.

Metode: Tomat di jus dengan menggunakan juicer. Sari tomat dikeringkan dengan

menggunakan freeze dryer pada suhu -40°C dan tekanan 2 atm. Formula sediaan

krim anti-aging terdiri dari propilen glikol, natrium edetat, TEA, vaselin, setil alkohol, asam stearat, gliseril monostearat, butil hidroksi toluen, nipagin, parfum, aquadest, sari tomat dengan konsentrasi yang digunakan adalah 5%, 7,5%, 10%, dan 12%. Kemudian sediaan yang dibuat dibandingkan dengan blanko (dasar krim) dan olay (krim dipasaran). Pengujian krim meliputi uji homogenitas, tipe emulsi, iritasi kulit, pH, stabilitas penyimpanan dalam suhu kamar selama 90 hari dan uji efek anti-aging menggunakan skin analyzer dan moisture checker selama empat minggu. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi krim sari tomat 5, 7,5, 10, dan 12% dapat diformulasi menjadi sediaan krim dengan tipe emulsi m/a. Uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim yang dihasilkan adalah homogen. pH sediaan berkisar 5,4 - 5,9 dan stabil selama penyimpanan 90 hari. Hasil analisa statistik krim sari tomat dengan blanko memiliki perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05), dimana krim sari tomat mampu memberikan efek sebagai anti-aging dengan kadar air kulit yang meningkat, kulit semakin halus, pori-pori kulit mengecil dan noda berkurang. Efektivitas paling baik sebagai anti-aging adalah krim sari tomat 12% yang mampu meningkatkan kadar air dari kering menjadi normal (28,66 menjadi 35,33); mengurangi kekasaran kulit dari normal menjadi halus (34,66 menjadi 29,33); mengecilkan pori-pori dari sedang menjadi kecil (32,33 menjadi 22,33); dan mengurangi noda dari beberapa noda menjadi sedikit noda (31,66 menjadi 22,00).

Kesimpulan: Sari tomat dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan krim dengan tipe emulsi minyak dalam air dan sari tomat dapat memberikan aktivitas anti-aging.

(74)

FORMULATION TOMATO JUICE (Solanum lycopersicum L.) CREAM AND EVALUATION OF ANTI–AGING EFFECTS

ABSTRACT

Background: Aging is a natural process in all of the body organ including the skin. Tomato is a source of vitamin A, B, C and E, minerals, fiber, phenolic compounds, and carotene which have the ability as an antioxidant therefore it is probably use full for slowing down the aging process. But the lack of information of the tomato caused Indonesian society looked just as fruit without any field products in prossed cosmetic from the fruit.

Purpose: This research was to make the cream preparations of type o/w and to determined the effectivity of anti-aging cream on skin.

Methods: Tomato juice was obtained by using a juicer. Tomato juice was dried using freeze dryer at -40°C temperature and 2 atm pressure. Formulation of anti-aging cream preparation consist of propylene glycol, natrium edetate, TEA, vaseline, cetyl alcohol, stearate acid, glyceryl monostearate, butylated hydroxytoluene, nipagin, parfum, aquadest, and concentrations of tomato juice were used are 5%, 7.5%, 10%, 12% and then they were compared with blank product and a product which contains olay. Some test inspection including were performed on the product were physical quality homogenity test, the type of emulsion, skin irritation, pH, storage stability at room temperature for 90 days were conducted and was tested the effect of anti-aging using a skin analyzer and moisture checker for four weeks. Results: The concentration of tomato juice 5%, 7.5%, 10%, and 12% showed that the type of emulsion was o/w. Result from homogenity test showed that creams were homogens. The pH of product which contains tomato juice were 5.4 – 5.9; and did not cause skin irritation and it wasstable during storage at room temperature for 90 days. Statistical analysis showed that a tomato juice cream and blank cream had a significant difference on anti-aging effectiveness (p ≤ 0.05), where the cream with tomato juice could be able to provide an anti-aging effects on skin moisture, more delicate skin, smaller pores and blemishe was reduced. The most effective as an anti-aging cream was 12% tomato juice, which was able to increase the moisture of dehydration into normal (28.66 into 35.33); normal evenness into smooth (34.66 into 29.00); moderate pore into small (32.33 into 22.33); and much spot into little spot (31.66 into 22.00).

Conclusion: Tomato juice can be formulated into cream preparation with oil in water emulsion type and tomato juice gives anti-aging activity.

Keywords: Formulation, tomato juice, cream, anti-aging.

(75)

FORMULASI SEDIAAN KRIM SARI TOMAT

(Solanum lycopersicum L. ) DAN UJI EFEK ANTI-AGING

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas SumateraUtara

OLEH:

DARA YUNITA

NIM 101501008

(76)

FORMULASI SEDIAAN KRIM SARI TOMAT

(Solanum lycopersicum L. ) DAN UJI EFEK ANTI-AGING

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syat untuk memperoleh

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

tas Farmasi

OLEH:

DARA YUNITA

NIM 101501008

(77)

PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI SEDIAAN KRIM SARI TOMAT

(Solanum lycopersicum L.) DAN UJI EFEK ANTI-AGING

OLEH: DARA YUNITA

NIM 101501008

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 4 Maret 2016

Disetujui Oleh:

Pembimbing I, Panitia Penguji:

Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt.

(78)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, hidayah dan ridhaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

penulisan skripsi dengan judul “Formulasi Sediaan Krim Sari Tomat (Solanum

lycopersicum L.) Dan Uji Efek Anti – Aging” sebagai salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara. Selama menyelesaikan penelitian dan skripsi ini penulis telah banyak

mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil.

Pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan rasa hormat dan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., dan Bapak

Drs. Surjanto, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah banyak

memberikan bimbingan, arahan, dan bantuan selama masa penelitian hingga

selesainya penyusunan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang

tulus dan ikhlas kepada Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Pejabat Dekan Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas sehingga

penulis dapat menyelesaikan pendidikan. Penulis juga menyampaikan ucapan terima

kasih kepada Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., Dra. Lely Sari Lubis, M.Si.,

Apt., dan Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt,. selaku dosen penguji yang telah

memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Serta kepada Bapak

Hari Ronaldo Tanjung, S.Si, MSc., Apt., selaku dosen penasehat akademik yang

selalu membimbing selama masa pendidikan. Bapak dan Ibu staff pengajar Fakultas

(79)

penelitian.

Penulis juga tiada lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus

tiada terhingga khusus kepada kedua orangtua, Ayahanda Arnis dan Ibunda

Rahmawati serta adik – adikku tersayang atas do’a, dukungan, motivasi dan

perhatian yang tiada hentinya kepada penulis. Ucapan terima kasih kepada teman -

teman farmasi stambuk 2010 yang memberikan saran, arahan dan masukan kepada

penulis dalam penyelesaian skripsi ini serta kepada teman-teman di Laboratorium

Kosmetologi Fakultas Farmasi yang selalu memberikan dorongan dan motivasi

selama penulis melakukan penelitian.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda dan pahala yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian

skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih memiliki banyak

kekurangan. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan

kritik dan saran yang dapat menyempurnakan skripsi ini.

Medan, Maret 2016

Yang Membuat pernyataan 

Dara Yunita

(80)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Dara Yunita

Nomor Induk Mahasiswa : 101501008

Program Studi : S-1 Reguler

Judul Skripsi : Formulasi Sediaan Krim Sari Tomat

(Solanum lycopersicum L.) Dan Uji Efek AntiAging

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dan hasil

pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan orang lain untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena

kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya didalam daftar pustaka. 

Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam

skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia

menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.  

Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat

digunakan jika diperlukan sebagai mana mestinya.

Medan, Maret 2016

Yang Membuat pernyataan 

Dara Yunita

Gambar

Gambar buah tomat, tomat setelah di potong, tomattomat yang  telah di  freeze  drying
Tabel 3.1 Komposisi bahan dalam krim
Tabel 4.2 Data pengukuran pH sediaan krim
Tabel 4.3 Data organoleptis sediaan krim yang dibuat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Advá Mendes Silva

disingkat Kepala UPTD adalah Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan Bangunan pada Dinas Pekerjaan.. Umum

Based on analysis of erroneous observations it can be concluded that the lack of tie points on images taken in the poor weather conditions was caused by

We find that the Government classified mostly monuments or buildings built by Chinese migrants to witness the existence of Chinese culture, and tried to reaffirm the

Perancangan WLAN tidak berbeda dengan LAN konvensional, salah satu perbedaan yang mencolok adalah jika pada WLAN terdapat pemasangan AP (Access Point) yaitu sebuah perangkat

bahwa berdasarkan ketentuan pasal 39 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan

Pada suatu jaringan yang dibangun dengan protokol TCP/IP (misal : Internet), untuk setiap station dialokasikan suatu pengenal unik berupa alamat sebesar 4 byte, yang disebut sebagai

[r]