LAMPIRAN 1. Bagan pembuatan sediaan krim
- asam stearat - Nipagin
- setil alkoho - Natrium edetat
- gliseril monostearat - propilen glikol - Vaselin - trietanolamin
- BHT - aquadest
- dimasukkan ke dalam cawan
penguap
- dilebur di atas penangas air pada suhu 70°C - dilarutkan dalam air panas yg telah ditakar pada suhu 70°C
- digerus konstan di dalam lumpang panas - ditambahkan 3 tetes pewangi
- ditimbang masing-masing konsentrasi
-dimasukkan bahan dasar krim ke dalam lumpang -ditambahkan sari tomat yang telah ditimbang sedikit
demi sedikit hingga homogen Sari tomat
Krim sari tomat
Fase air Fase minyak
Fase minyak + Fase air
Lampiran 3. Gambar buah tomat, tomat setelah di potong, tomat di juice dan sari tomat yang telah di freeze drying
Buah tomat
Lampiran 3. (Lanjutan)
Tomat di juice
Lampiran 4. Gambar alat-alat penelitian
Keterangan: A: Juicer yang berisi sampel (Miyako), B: Skin analyzer (Aramo), A
B
Lampiran 5. Gambar sediaan setelah dimasukkan kedalam wadah dan gambar sediaan setelah penyimpanan hari ke–90
a. Gambar sediaan setelah dimasukkan kedalam wadah
Keterangan : Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel). Formula B : krim sari tomat 5%
Lampiran 5. (Lanjutan)
b. Gambar sediaan setelah penyimpanan hari ke - 90
Keterangan : Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel). Formula B : krim sari tomat 5%
Lampiran 6. Gambar hasil uji homogenitas dan tipe emulsi a. Uji homogenitas
b. Tipe emulsi
Keterangan : Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel). Formula B : krim sari tomat 5%
Formula C : krim sari tomat 7,5% Formula D : krim sari tomat 10% Formula E : krim sari tomat 12%
FA FB FC FD FE FF
FF FE
FD FC
Lampiran 7. Salah satu contoh hasil uji efektivitas anti-aging pada sukarelawan a.. Hasil pengukuran kadar air (Moisture)
- Kondisi awal
- Pemulihan minggu pertama (Minggu1)
- Pemulihan minggu kedua (Minggu 2)
- Pemulihan minggu ketiga (Minggu 3)
Lampiran 7. (Lanjutan)
a. Hasil pengukuran kehalusan dan besar pori (Evenness/pore) - Kondisi awal
Lampiran 7. (Lanjutan)
- Pemulihan minggu kedua (Minggu 2)
Lampiran 7. (Lanjutan)
- Pemulihan minggu ke empat (Minggu 4)
Lampiran 7. (Lanjutan)
b. Hasil pengukuran banyak noda (spot) - Kondisi awal
- Pemulihan minggu pertama (Minggu1)
Lampiran 7. (Lanjutan)
- Pemulihan minggu pertama (Minggu2)
Lampiran 7. (Lanjutan)
Lampiran 8. Hasil variansi (ANAVA) dan Tukey untuk pemulihan kulit sukarelawan selama 4 minggu
a. Kadar air (Moisture)
ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
minggu0 Between Groups 2.000 5 .400 .400 .840
Within Groups 12.000 12 1.000
Total 14.000 17
minggu1 Between Groups 12.944 5 2.589 1.664 .217
Within Groups 18.667 12 1.556
Total 31.611 17
minggu2 Between Groups 42.944 5 8.589 8.137 .001
Within Groups 12.667 12 1.056
Total 55.611 17
minggu3 Between Groups 57.778 5 11.556 13.867 .000
Within Groups 10.000 12 .833
Total 67.778 17
minggu4 Between Groups 125.611 5 25.122 26.600 .000
Within Groups 11.333 12 .944
minggu0
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
minggu1
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
minggu2
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
minggu3
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
minggu4
TukeyHSDa
Formula N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Blanko 3 29.33
KST 5% 3 30.00
KST 7,5% 3 33.33
KST 10% 3 33.67
KST 12% 3 35.33 35.33
OLAY 3 36.67
Sig. .954 .192 .567
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Lampiran 8. (Lanjutan) b. Kehalusan (Evenness)
ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
minggu0 Between Groups 4.667 5 .933 1.200 .366
Within Groups 9.333 12 .778
Total 14.000 17
minggu1 Between Groups 9.333 5 1.867 1.768 .194
Within Groups 12.667 12 1.056
Total 22.000 17
minggu2 Between Groups 37.111 5 7.422 8.907 .001
Within Groups 10.000 12 .833
Total 47.111 17
minggu3 Between Groups 78.278 5 15.656 10.437 .000
Within Groups 18.000 12 1.500
Total 96.278 17
minggu4 Between Groups 98.278 5 19.656 27.215 .000
Within Groups 8.667 12 .722
minggu0
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
minggu1
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
minggu2
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
minggu3
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
minggu4
TukeyHSDa
Formula N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
OLAY 3 28.00
KST 12% 3 29.00 29.00
KST 10% 3 30.00 30.00
KST 7,5% 3 31.00 31.00
KST 5% 3 32.67
Blanko 3 35.00
Sig. .110 .110 .229 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Lampiran 8. (Lanjutan) c. pori (pore)
ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
minggu0 Between Groups 47.611 5 9.522 1.843 .179
Within Groups 62.000 12 5.167
Total 109.611 17
minggu1 Between Groups 104.500 5 20.900 3.215 .045
Within Groups 78.000 12 6.500
Total 182.500 17
minggu2 Between Groups 277.111 5 55.422 9.152 .001
Within Groups 72.667 12 6.056
Total 349.778 17
minggu3 Between Groups 445.778 5 89.156 15.284 .000
Within Groups 70.000 12 5.833
Total 515.778 17
minggu4 Between Groups 625.833 5 125.167 15.538 .000
Within Groups 96.667 12 8.056
minggu0
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
minggu1
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
minggu2
Tukey HSDa
Formula N
Subset foralpha = 0.05
1
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
minggu3
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
minggu4
Tukey HSDa
Formula N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
OLAY 3 15.67
KST 12% 3 22.33 22.33
KST 10% 3 24.00 24.00
KST 7,5% 3 26.00 26.00 26.00
KST 5% 3 31.67 31.67
Blanko 3 33.33
Sig. .111 .624 .054 .069
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Lampiran 8. (Lanjutan) d. Noda (spot)
ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
minggu0 Between Groups 10.500 5 2.100 .900 .512
Within Groups 28.000 12 2.333
Total 38.500 17
minggu1 Between Groups 37.833 5 7.567 2.619 .080
Within Groups 34.667 12 2.889
Total 72.500 17
minggu2 Between Groups 81.333 5 16.267 5.976 .005
Within Groups 32.667 12 2.722
Total 114.000 17
minggu3 Between Groups 203.111 5 40.622 12.607 .000
Within Groups 38.667 12 3.222
Total 241.778 17
minggu4 Between Groups 379.167 5 75.833 16.446 .000
Within Groups 55.333 12 4.611
minggu0
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
minggu1
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
minggu2
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
minggu3
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
minggu4
TukeyHSDa
Formula N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
OLAY 3 19.33
KST 12% 3 21.33
KST 10% 3 23.00 23.00
KST 7,5% 3 27.33 27.33
KST 5% 3 30.33
Blanko 3 31.67
Sig. .352 .207 .207
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT SERTA DALAM PENELITIAN
Nama lengkap :………..
Usia :……….
Jenis kelamin :……….
Alamat :……….
Bersedia menjadi sukarelawan untuk test anti-aging ?………….
Telah mendapat penjelasan secukupnya bahwa tangan saya akan digunakan sebagai daerah yang akan dianalisis. Setelah mendapat penjelasan secukupnya tentang manfaat penelitian ini maka saya menyatakan SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian DARA YUNITA dengan judul “FORMULASI SEDIAAN KRIM SARI TOMAT (Solanum lycopersicum L.) DAN UJI EFEK ANTI-AGING
” sebagai usaha untuk mengetahui apakah sediaan krim yang dihasilkan mampu memberikan efek anti penuaan dini. Saya menyatakan sukarela dan bersedia untuk mengikuti prosedur penelitian yang telah ditetapkan.
Persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. (2000). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan Kesembilan. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Halaman 132.
Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta: UI Press. Halaman 387 - 388.
Ansel, H.C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaam Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta: Universitas Indonesia. Halaman 357-389.
Achroni, K. (2012). Semua Rahasia Kulit Cantik dan Sehat Ada Disini. Jogjakarta: Javalitera. Halaman 75-85, 141, 143-144.
Ardhie, M.A. (2011). Radikal Bebas dan Peran Antioksidan dalam Mencegah Penuaan. MEDICINUS. 24(1): 1, 7, 9.
Aramo. (2012). Skin and Hair Diagnosis System. Sungnam: Aram Huvis Korea Ltd. Halaman 1-10.
Barel, A.O., Paye, M., dan Howard I.M. (2009). Handbook of Cosmetic Science and Technology. Edisi Ketiga. New York: Informa Healthcare. Halaman 514.
Bernardinus, T., dan Wahyu Wiryanta. Bertanam Tomat. (2002). Jakarta: Agromedia. Pustaka. Halaman 6.
Bogadenta, A. (2012). Antisipasi Gejala Penuaan Dini dengan Kesaktian Ramuan Herbal. Yogyakarta: Buku Biru. Halaman 25–27.
Dalimartha, S. (2007) Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid Ketiga. Jakarta: Trubus Agriwidya. Halaman 175-177.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 8, 33.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 1110-1224.
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 29, 103, 356 - 357.
Jusuf, K.N. (2005). Kulit Menua. Majalah Kedokteran Nusantara. 38(2): 184.
Kailaku, SI., Dewandari, KT., dan Sunarmani. (2007). Potensi Likopen Dalam Tomat Untuk Kesehatan. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian Vol. 3.
Lingga, L. (2012). The Healing Power of Antioxidant. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Halaman 66.
Lachman, L., Liberman, A.H., dan Kanig, J.L. (1994). Teori dan Pratek Farmasi Industri II. Penerjemah: Siti Suyatmi, Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press. Halaman 1093, 1117.
Maulida,D., Zulkarnaen, N. (2010). Ekstraksi Antioksidan (likopen) Dari Buah Tomat Dengan Menggunakan Solven Campuran. Semarang: Skripsi Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Edisi Pertama. Amsterdam: Elsevier Science. Halaman 38-46.
Muliyawan, D., dan Suriana, N. (2013). A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Halaman 138.
Noormindhawati, L. (2013). Jurus Ampuh Melawan Penuaan Dini. Jakarta: Kompas Gramedia. Halaman 2, 11, 24, 84.
Oddos, T., Romain, S., James., L., Vaerie, B., dan Christiane, B. (2012). A Placebo-Controlled Study Demonstrates The Long-Lasting Anti-aging Benefits of a Cream Containing Retinol, Dihydroxyl Methyl Chromone (DMC) and Hyluronic Acid. Journal of Cosmetics, Dermatological Sciences and Applications. 2:51 – 59.
Prianto, J. (2014). Cantik: Panduan Lengkap Merawat Kulit Wajah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Halaman 145 - 148.
Putro, D.S. (1997). Agar Awet Muda. Malang: Universitas Negeri Malang Press. Halaman 16, 21.
Rawlins, E.A. (2003). Bentley’s Textbook of Pharmaceutics. 18th Edition. London: Bailierre Tindall. Halaman 262-264.
Rohmatussolihat. (2009). Antioksidan Penyelamat Sel-Sel Tubuh Manusia. Bio Trends. 4(1): 5.
Sumaryati, E. (2012). Senam Kecantikan dan Anti Penuaan. Yogyakarta: Citra Media. Halaman 34-36.
Swastika, NSP., Mufrod., dan Purwanto. (2013). Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak Sari Tomat (Solanum Lycopersicum L). Yogyakarta : Jurnal Universitas Gadjah Mada Vol. 18(3).
Swastika, A. (2014). Khasiat Buah Dan Sayur Tumpas Segala Penyakit. Yoogyakarta: Shira Media. Halaman 70.
Tranggono, R.L., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Halaman 12, 21.
Vinski, D. (2012). Perfect Beauty-Anti Aging. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Halaman 69.
Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas Indonesia. Halaman 4.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas
laboratorium, lumpang porselen, stamfer, cawan porselen, objek gelas, sudip, batang
pengaduk, spatula, pot plastik, pipet tetes, penangas air, neraca analitis (Dickson),
pH meter (Hanna Instrumen), freezee dryer, juicer (Miyako), moisture checker
(Aramo Huvis), skin analyzer (Aramo-SG).
3.1.2 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi propilen glikol,
natrium edetat, TEA, vaselin, setil alkohol, asam stearat, gliseril monostearat, butil
hidroksi toluen, nipagin, parfum, metilen blue, aquadest, sari tomat, larutan dapar
pH asam (4,01) dan larutan dapar pH netral (7,01).
3.2 Pengumpulan dan pengolahan sampel 3.2.1 Pengumpulan bahan
Pengambilan buah tomat (Solanum lycopersicum L.) dilakukan secara
purposif yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan
adalah tomat yang dibeli di Pajak Sore, Padang Bulan, Medan.
3.2.2 Identifikasi tumbuhan
3.3 Sukarelawan
Pemilihan sukarelawan dilakukan di Fakultas Farmasi USU berdasarkan
kriteria antara lain wanita berusia sekitar 20-30 tahun, tidak memiliki riwayat
alergi pada kulit dan telah dikondisikan tidak menggunakan krim lain selama 4
minggu untuk terapi anti-aging. Sukarelawan bersedia mengikuti penelitian sampai
selesai dan bersedia dilakukan uji iritasi dan uji efektivitas sediaan krim sebagai
anti-aging selama penelitian berlangsung. Sukarelawan bersedia menandatangani
surat pernyataan yang menyatakan ”setuju untuk ikut serta dalam penelitian”.
Contoh surat pernyataan dapat dilihat pada Lampiran 9, Halaman 72. Adapun
parameter pengujiannya adalah kadar air (moisture), kehalusan (evenness), besar
pori (pore) dan banyak noda (spot).
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Pembuatan Sari Buah Tomat
Tomat segar berwarna merah seberat 3 kg dibersihkan dengan cara
mencucinya dengan air bersih, ditiriskan kemudian tomat dipotong-potong menjadi
bagian yang lebih kecil dan dihaluskan dengan juicer hingga diperoleh sari sebanyak
2 L. Sari tomat lalu dikeringkan dengan freezee dryer selama 48 jam pada suhu -40o
dengan tekanan 2 atm. Gambar tomat, tomat setelah di potong-potong dapat dilihat
pada Lampiran 3, Halaman 43. Gambar juicer dapat dilihat pada lampiran 3,
halaman 45.
3.4.2 Formula dasar krim
R/ Propilen glikol 7,0
Oktilmetoksianamat 5,0 Etil poliakrilat 1,0
Formula krim yang digunakan dimodifikasi dengan mengeluarkan
bahan-bahan yang berfungsi sebagai sunblock dan emolien yaitu titanium dioksida,
oxibenzon, oktilmetoksinamat, etil poliakrilat, dan squalen. Formulasi dasar krim
sebagai berikut:
Konsentrasi sari tomat yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim anti –
aging dengan variasi konsentrasi 5%, 7,5%, 10% dan 12%. Formulasi blanko
Tabel 3.1 Komposisi bahan dalam krim
Komposisi
Formula
FA FB FC FD FE Sari tomat (g) - 5 7,5 10 12 Basis Krim (G) ad 100 100 100 100 100 Oleum jasmine (tetes) 3 3 3 3 3
Keterangan : F: Formula, FA : blanko (tanpa sari tomat), FB : sari tomat 5%, FC : sari tomat 7,5%, FD : sari tomat 10%, FE : sari tomat 12%,
3.4.4 Pembuatan sediaan krim
Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Bahan yang terdapat dalam
formula dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu fase minyak dan fase air. Fase
minyak terdiri dari vaselin, asam stearat, gliseril monostearat, dan setil alkohol
dilebur di atas penangas air dengan suhu 700 -750C setelah melebur ditambahkan
butil hidroksi toluen (massa 1). Fase air yang terdiri dari nipagin, propilen glikol,
TEA, natrium edetat dilarutkan di dalam air panas yang telah ditakar pada suhu 700C
(massa II). Dimasukkan massa 1 ke dalam lumpang panas yang telah dikeringkan
dengan tissue kemudian ditambahkan secara perlahan-lahan massa II digerus
konstan sampai terbentuk massa krim. Setelah terbentuk massa krim, ditambahkan
sari tomat sedikit demi sedikit, digerus sampai terbentuk krim yang homogen.
Ditambahkan 3 tetes parfum, dihomogenkan sampai terbentuk massa krim.
Pembuatan dilakukan dengan cara yang sama untuk semua formula dengan
konsentrasi sari tomat yang berbeda.
lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak
terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM., 1979).
3.5.2 Penentuan tipe emulsi sediaan krim
Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan sejumlah tertentu sediaan
diletakkan di atas objek gelas, ditambahkan 1 tetes metil biru, diaduk dengan batang
pengaduk. Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi m/a,
tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipe emulsi a/m (Ditjen
POM., 1985).
3.5.3 Penentuan pH Sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Alat
terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH
7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH
tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan aquades, lalu dikeringkan dengan
tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan
dilarutkan dengan air suling hingga 100 ml aquades. Kemudiaan elektroda
dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan nilai pH sampai
konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).
3.5.4 Pengamatan stabilitas sediaan krim
Masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam pot plastik, selanjutnya
dilakukan pengamatan berupa pecah atau tidaknya emulsi, perubahan warna dan
perubahan bau pada saat sediaan telah selesai dibuat serta dalam penyimpanan
diamati yaitu eritema dan edema dengan sistim skor. Eritema: tidak eritema 0,
sangat sedikit eritema 1, sedikit eritema 2, eritema sedang 3, eritema sangat parah 4.
Edema: tidak edema 0, sangat sedikit edema 1, sedikit edema 2, edema sedang 3,
edema sangat parah 4 (Barel, dkk., 2009).
3.7 Pengujian Efektivitas Anti-Aging Terhadap Sukarelawan
Pengujian aktivitas anti-aging dilakukan terhadap 18 orang sukarelawan
wanita yang dibagi menjadi 6 kelompok dengan mengoleskan masing-masing krim
dua kali sehari yaitu pada pagi dan malam selama 4 minggu pada kulit punggung
tangan dan dilakukan pengukuran parameter meliputi kadar air, kehalusan kulit,
besar pori, dan banyaknya noda menggunakan skin analyzer (Aramo-SG) pada
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pembuatan Sari Tomat
Filtrat yang diperoleh sebanyak 2 L, kemudian dikeringkan dengan freeze dryer dan diperoleh sari tomat yang berupa serbuk kering seberat 30 gram. Gambar
sari tomat kering dapat dilihat pada Lampiran 3, Halaman 44.
4.2 Hasil Pemeriksaan Terhadap Sediaan Krim 4.2.1 Pemeriksaan homogenitas sediaan
Berdasarkan hasil pengamatan homogenitas krim yang dilakukan, pada
sediaan krim tidak terdapat butiran kasar pada gelas objek, maka semua sediaan
krim dikatakan homogen. Perlakuan yang sama juga dilakukan pada sediaan
pembanding yakni olay dan blanko, hasil yang diperoleh menunjukkan tidak adanya
butiran kasar pada gelas objek. Gambar uji homogenitas dapat dilihat pada Lampiran
6 Halaman 48.
4.2.2 Hasil penentuan tipe emulsi sediaan krim
Dari hasil uji tipe emulsi semua sediaan krim menunjukkan bahwa warna biru
metil dapat homogen atau tersebar merata di dalam krim sehingga dapat dibuktikan
bahwa sediaan krim yang dibuat mempunyai tipe emulsi minyak dalam air (m/a)
(Ditjen POM., 1985). Tipe emulsi ini memiliki keuntungan yaitu lebih mudah
menyebar di permukaan kulit, tidak lengket dan mudah dihilangkan dengan adanya
Tabel 4.1 Data penentuan tipe emulsi sediaan krim menggunakan biru metil
No Formula Kelarutan Biru Metil pada Sediaan
Ya Tidak
4.2.3 Hasil pengukuran pH sediaan
Hasil pengukuran pH sediaan krim sari tomat dilakukan dengan menggunakan
pH meter.
Tabel 4.2 Data pengukuran pH sediaan krim
Formula Nilai pH Rata-rata Pada Hari Ke
0 7 14 21 28 90 tomat 7,5%, FD: krim sari tomat 10%, FE: krim sari tomat 12%, dan FF: Olay®
Tabel 4.2 di atas, memperlihatkan bahwa semakin banyak konsentrasi sari
tomat yang ditambahkan ke dalam sediaan krim maka pH semakin menurun atau
semakin asam. Hal ini dapat disebabkan karena banyaknya kandungan asam yang
terdapat di dalam sari tomat. Penurunan pH ini masih dalam pH fisiologis kulit yaitu
konsentrasi dan blanko memiliki perbedaan kecerahan warna dari masing-masing
sediaan, data organoleptis dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan data hasil pengamatan
stabilitas selama 90 hari dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 4.3 Data organoleptis sediaan krim yang dibuat
Formula Penampilan
Warna Bau Konsistensi
FA Putih Jasmine semi padat
FB Putih kekuningan Jasmine semi padat FC Putih kekuningan Jasmine semi padat
FD Jingga Jasmine semi padat
FE Jingga Jasmine semi padat
Keterangan: FA: dasar krim (blanko), FB: krim sari tomat 5%, FC: krim sari tomat 7,5%, FD: krim sari tomat 10%, dan FE: krim sari tomat 12%
Tabel 4.4 Data hasil pengamatan terhadap kestabilan sediaan krim pada saat sediaan selesai dibuat, 7, 14, 21, 28 dan 90 hari
No Formula Pengamatan setelah
Selesai
Keterangan: FA: dasar krim (blanko), FB: krim sari tomat 5%, FC: krim sari tomat 7,5%, FD: krim sari tomat 10%, FE: krim sari tomat 12%, dan FF: olay, X: perubahan warna, Y: perubahan bau, Z: pecahnya emulsi, dan - : tidak terjadi
Menurut Ansel (2005), rusak atau tidaknya suatu sediaan yang mengandung
bahan yang mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan
Tingginya kandungan air juga menyebabkan mikroba cepat berkembang, sehingga
kebutuhan konsentrasi pengawet pada fase air harus cukup untuk menghambat
pertumbuhan mikroba, dan sebagian pengawet juga dimasukkan dalam fase minyak.
Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa masing-masing
formula yang telah diamati selama 90 hari memberikan hasil yang baik yaitu tidak
terjadi perubahan warna, bau dan pecahnya emulsi selama 90 hari penyimpanan,
dengan demikian krim sari tomat memenuhi persyaratan kestabilan. Gambar sediaan
krim yang telah dibuat disimpan selama 90 hari di dalam suhu kamar dapat dilihat
pada Lampiran 5 Halaman 47.
4.3 Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
Hasil pengamatan uji iritasi terhadap kulit sukarelawan dapat dilihat pada
Tabel 4.5 di bawah ini.
Tabel 4.5 Hasil uji iritasi terhadap sukarelawan
No Reaksi iritasi Sukarelawan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Eritema 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Edema 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Keterangan: sistim skor Federal hazardous Substance Act (Barel, dkk., 2009).
Eritema Edema
tidak eritema 0 tidak edema 0 sangat sedikit eritema 1 sangat sedikit edema 1 sedikit eritema 2 sedikit edema 2 eritema sedang 3 edema sedang 3 eritema sangat parah 4 edema sangat parah 4
Hasil uji iritasi di atas menunjukkan bahwa semua sukarelawan memberikan
4.4 Hasil Pengujian Efektivitas Anti-aging Terhadap Sukarelawan
Pengujian efektivitas anti-aging menggunakan skin analyzer Aramo,
parameter uji meliputi pengukuran kadar air (moisture), kehalusan kulit (evenness),
besar pori (pore), dan banyaknya noda (spot). Pengukuran efektivitas anti-aging
dimulai dengan mengukur kondisi awal kulit sukarelawan bertujuan untuk melihat
seberapa besar pengaruh krim sari tomat dalam memulihkan kulit yang mengalami
penuaan dini. Data yang diperoleh pada setiap parameter anti-aging dianalisa secara
statistik dengan metode ANAVA lalu dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey HSD
untuk melihat perbedaan nyata dari setiap perlakuan pada sukarelawan. Pengujian
Post Hoc Tukey HSD dilakukan untuk melihat kelompok formula mana yang
memiliki efek sama atau berbeda dan efek yang terkecil sampai terbesar antara satu
dengan yang lainnya. Pengujian ini dilakukan terhadap semua perlakuan dari
minggu ke-1 sampai minggu ke-4. Contoh hasil uji efektivitas anti-aging pada
sukarelawan dapat dilihat pada Lampiran 7 Halaman 49.
4.4.1 Kadar air (Moisture)
Dari hasil pengukuran dapat dilihat bahwa, kondisi awal kadar air pada kulit
semua kelompok sukarelawan terjadi dehidrasi dan setelah pemakaian krim selama
empat minggu kondisi kulit semua kelompok sukarelawan menjadi normal. Buah
tomat yang mengandung vitamin A dan karoten memiliki keunggulan dalam produk
kosmetik, antara lain dapat mudah diserap oleh kulit dan mampu meningkatkan
kandungan air pada kulit (Tranggono dan Latifah, 2007). Oleh karena itu, semakin
banyak kandungan sari tomat yang terdapat di dalam sediaan krim maka semakin
Tabel 4.6 Data hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit sukarelawan
Krim Sukarelawan
Persentase kadar air (%)
Sebelum Pemulihan (minggu)
I II III IV
Keterangan : FA: dasar krim (blanko), FB: krim sari tomat 5%, FC: krim sari tomat 7,5%, FD: krim sari tomat 10%, FE: krim sari tomat 12%, dan FF: Olay®
Gambar 4.1 Grafik hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit sukarelawan kelompok blanko, krim sari tomat 5; 7,5; 10; 12% dan Olay® (krim di pasaran) selama 4 minggu.
Hasil yang telah diperoleh pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.1, menunjukkan
bahwa kondisi awal kulit semua kelompok sukarelawan adalah dehidrasi (0 - 29).
Hasil analisa statistik dari data yang diperoleh pada Tabel 4.6 sebelum perawatan
tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p ≥ 0,05) antara kelompok sediaan krim
sari tomat dan krim di pasaran dengan blanko. Perawatan minggu ke-1 tidak terdapat
perbedaan yang signifikan (p ≥ 0,05) antara kelompok sediaan krim sari tomat, krim
di pasaran dengan blanko. Minggu ke-2 terdapat perbedaan yang signifikan (p ≤
0,05) antara kelompok sediaan krim sari tomat, krim di pasaran dengan blanko.
Minggu ke-3 dan ke-4 terdapat perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) terlihat pada
0 5 10 15 20 25 30 35 40
0 1 2 3 4
Kadar air ( Moisture )
blanko kst 5% kst 7,5% kst 10% kst 12% krim dipasaran
kulit terlihat pada krim di pasaran dan krim sari tomat 12% (28,66 menjadi 35,33),
sedangkan krim yang menghasilkan efek terkecil dan masih dalam rentang dehidrasi
terlihat pada krim blanko (28,00 menjadi 29,33). Hal ini menunjukkan bahwa krim
sari tomat 12% yang paling baik dalam meningkatkan kadar air kulit. Hasil analisa
secara statistik dapat dilihat pada Lampiran 8 Halaman 56.
4.4.2 Kehalusan (Evenness)
Kehalusan kulit bagian punggung tangan sukarelawan diukur menggunakan
perangkat skin analyzer lensa perbesaran 60x (normal lens) dengan sensor biru.
Hasil pengukuran kehalusan kulit dapat dilihat pada Tabel 4.7 Halaman 30 dan
Gambar 4.2 Halaman 31 memperlihatkan bahwa kondisi awal kulit semua kelompok
sukarelawan adalah normal (32 - 51) dan setelah perawatan selama 4 minggu
menjadi lebih halus. Kulit kasar merupakan tanda umum yang dialami saat kulit
mengalami penuaan dini, ketika kulit terlalu sering terpapar oleh sinar matahari
kolagen dan elastin yang berada di dalam lapisan kulit akan rusak sehingga sel-sel
mati yang bertumpuk pada stratum korneum menyebabkan permukaan kulit menjadi
kurang halus, akibatnya kulit tampak lebih kasar (Bodagenta, 2012).
Hasil analisa statistik pada uji anova menunjukkan bahwa sebelum dan setelah
perawatan di minggu ke-1 tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p ≥ 0,05) antara
kelompok sediaan krim sari tomat, krim di pasaran dengan blanko. Pada perawatan
minggu ke-2, ke-3, dan ke-4 terdapat perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) terlihat
pada kelompok sediaan krim sari tomat, krim di pasaran dengan krim blanko. Hasil
Tabel 4.7 Hasil pengukuran kehalusan (evenness) pada kulit sukarelawan
Keterangan : FA: dasar krim (blanko), FB: krim sari tomat 5%, FC: krim sari tomat 7,5%, FD: krim sari tomat 10%, FE: krim sari tomat 12%, dan FF: krim di pasaran
Gambar 4.2 Grafik hasil pengukuran kehalusan (evenness) pada kulit sukarelawan kelompok blanko, krim sari tomat 5; 7,5; 10; 12% dan krim di pasaran selama 4 minggu.
Hasil yang telah diperoleh pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.2, menunjukkan
bahwa kondisi awal kulit semua kelompok sukarelawan sebelum perawatan adalah
normal (32 - 51) dan setelah perawatan selama 4 minggu menjadi lebih halus.
Sediaan krim yang menghasilkan efek terbesar dalam meningkatkan kehalusan kulit
terlihat pada krim di pasaran (35,66 menjadi 28,00) dan krim sari tomat 12% (34,66
menjadi 29,00). Hal ini disebabkan oleh tomat yang mengandung protein dan
merupakan sumber asam amino bagi tubuh mampu untuk membangun dan
mengganti sel-sel yang rusak. Oleh karena itu semakin banyak kandungan sari tomat
di dalam sediaan krim maka semakin besar peranannya dalam melembabkan kulit
0 5 10 15 20 25 30 35 40
0 1 2 3 4
Kehalusan (Evenness)
blanko kst 5% kst 7,5% kst 10% kst 12% olay
4.4.3 Pori (Pore)
Tabel 4.8 Hasil pengukuran besar pori (pore) pada kulit sukarelawan
Krim Sukarelawan
Ukuran pori
Sebelum Pemulihan (minggu)
I II III IV
Keterangan : FA: dasar krim (blanko), FB: krim sari tomat 5%, FC: krim sari tomat 7,5%, FD: krim sari tomat 10%, FE: krim sari tomat 12%, dan FF: olay®
Besar pori pada kulit sukarelawan yang diukur menggunakan perangkat skin
analyzer yang sama dengan pengukuran kehalusan yakni lensa perbesaran 60x
(normal lens) sensor biru, pada waktu melakukan analisa kehalusan kulit, secara
otomatis analisa besar pori ikut terbaca (Aramo, 2012).
Gambar 4.3 Grafik hasil pengukuran pori (pore) pada sukarelawan kelompok blanko, krim dipasaran dan krim sari tomat 5; 7,5; 10; dan 12% selama 4 minggu.
Berdasarkan Tabel 4.8 dan Gambar 4.3 di atas dapat dilihat bahwa kelompok
krim anti-aging dari sari tomat konsentrasi 10%; 12% dan krim anti-aging di
pasaran menunjukkan penurunan ukuran pori yang lebih besar selama perawatan
dibandingkan dengan kelompok krim anti-aging sari tomat dengan konsentrasi 5%;
7,5% dan krim blanko karena mampu mengecilkan ukuran pori setelah perawatan
walaupun belum termasuk ke dalam rentang pori-pori kecil.
0 5 10 15 20 25 30 35 40
0 1 2 3 4
Pori (Pore)
blanko kst 5% kst 7,5% kst 10% kst 12% olay
sebagai pro-vitamin A dapat melepaskan sel kulit mati dan merangsang
pembentukan sel baru serta dapat menangkap radikal bebas yang merusak kulit,
sehingga dapat mengecilkan pori-pori kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).
4.4.4 Noda (Spot)
Tabel 4.9 Hasil pengukuran noda (spot) pada kulit sukarelawan
Krim Sukarelawan
Total noda
Sebelum Pemulihan (minggu)
Gambar 4.4 Grafik hasil pengukuran banyak noda (spot) pada sukarelawan kelompok blanko, krim di pasaran dan krim sari tomat 5; 7,5; 10; dan 12% selama 4 minggu.
Noda pada kulit sukarelawan diukur menggunakan perangkat skin analyzer
lensa perbesaran 60x (polarizing lens) sensor jingga. Tabel 4.9 dan Gambar 4.4
memperlihatkan bahwa kondisi awal kulit semua kelompok sukarelawan memiliki
beberapa noda di kulit (20 - 39). Hasil analisa statistik dari data yang telah diperoleh
pada Halaman 70 menunjukkan bahwa sebelum perawatan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan (p ≥ 0,05) antara kelompok sediaan. Namun setelah perawatan
sediaan mampu mengurangi jumlah noda walaupun belum termasuk ke dalam
rentang noda sedikit.
Krim yang dapat memberikan efek terbesar dalam mengurangi noda kulit
0 5 10 15 20 25 30 35
0 1 2 3 4
Noda (Spot)
blanko kst 5% kst 7,5% kst 10% kst 12% olay
penggelapan kulit dari paparan sinar matahari. Menurut Rohmatussolihat (2009),
karoten adalah sumber utama pembentuk vitamin A yang berperan dalam
melindungi kulit dari paparan sinar matahari. Semakin lama kulit terpapar sinar
matahari, maka pembentukan melanin kulit semakin aktif sehingga dapat
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
a. Sari buah tomat dapat diformulasikan ke dalam bentuk sediaan krim dengan
tipe emulsi m/a. Krim dengan konsentrasi 5%, 7,5%, 10% dan 12% stabil
dalam penyimpanan selama 90 hari pada suhu kamar. Sediaan krim yang
dihasilkan semuanya homogen dan tidak menimbulkan iritasi pada kulit
b. Penambahan sari tomat ke dalam sediaan krim mampu memberikan efek
anti-aging. Semakin tinggi konsentrasi sari tomat yang ditambahkan pada
sediaan krim, maka semakin tinggi kemampuan sediaan krim tersebut untuk
memberikan efek sebagai anti- aging. Hasil analisa statistik krim sari tomat
dengan blanko memiliki perbedaan yang signifikant (p ≤ 0,05), dimana krim
sari tomat mampu memberikan efek sebagai anti- aging dengan kadar air
pada kulit yang meningkat, kulit semakin halus, pori-pori kulit mengecil dan
noda semakin sedikit. Krim sari tomat dengan konsentrasi 12% dibandingkan
dengan sediaan krim di pasaran (Olay®) sudah hampir menyamai
kemampuan efektivitas anti-aging.
5.2 Saran
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk meningkatkan konsentrasi sari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tomat
Buah tomat (Solanum lycopersicum L.) berasal dari Amerika bagian selatan
dan tengah. Tomat ditanam sebagai tanaman buah di ladang, pekarangan, atau
ditemukan liar pada ketinggian 1–1600 m di atas permukaan laut. Tanaman ini tidak
tahan hujan, sinar matahari terik, serta menghendaki tanah yang gembur dan subur
(Dalimartha, 2007). Tanaman tomat tergolong tanaman semusim (annual). Artinya,
tanaman berumur pendek yang hanya satu kali berproduksi dan setelah itu mati
(Firmanto, 2011).
2.1.1 Sistematika tumbuhan
Menurut hasil determinasi dari Herbarium Medanense, tomat diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum lycopersicum L.
2.1.2 Nama daerah
2.1.3 Morfologi tanaman
Tomat (Solanum lycopersicum L.) merupakan jenis tanaman perdu atau semak
dengan panjang mencapai ± dua meter (Firmanto, 2011). Daun majemuk menyirip,
letak berseling, bentuknya bundar telur sampai memanjang, ujung runcing, pangkal
membulat, helaian daun yang besar tepinya berlekuk, helaian yang lebih kecil
tepinya bergerigi, panjang 10 - 40 cm, warnanya hijau muda. Bunga majemuk,
berkumpul dalam rangkaian berupa tandan, bertangkai, mahkota berbentuk bintang,
warnanya kuning. Buahnya buah buni, berdaging, kulitnya tipis licin mengkilap,
beragam dalam bentuk maupun ukurannya, warnanya kuning atau merah. Bijinya
banyak, pipih, warnanya kuning kecoklatan (Maulida dan Zulkarnaen, 2010). Tomat
dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Buah Tomat
2.1.4 Kandungan dan manfaat tomat
Tomat mengandung antioksidan seperti karotenoid, flavonoid, asam fenolik,
asam askorbat dan vitamin A, C dan E serta lemak dan kalori dalam jumlah rendah,
bebas kolesterol, dan merupakan sumber serat dan protein yang baik. Satu buah
tomat ukuran sedang mengandung hampir setengah batas jumlah kebutuhan harian
Tabel 2.1 Kandungan nutrisi tomat per 180 gram
(Maulida dan Zulkarnaen, 2010).
Menurut Swastika (2014) Tomat mengandung vitamin B3 yang sangat
berguna untuk menghaluskan kulit. Tomat mampu melancarkan peredaran darah
sehingga kulit mendapat suplai makanan yang cukup. Kemudian, zat tomatin pada
tomat mampu mencegah jerawat karena bersifat anti radang dan antibakteri.
Likopen atau yang sering disebut sebagai α-carotene adalah suatu
karotenoid pigmen merah terang yang banyak ditemukan dalam buah tomat dan
buah-buahan lain yang berwarna merah. Likopen bersifat hidrofobik kuat dan
lebih mudah larut dalam kloroform, benzena, heksana, dan pelarut organik lainnya
Tabel 2.2 Kandungan likopen dalam buah segar dan produk olahannya
Bahan Kandungan Likopen
(mg/100g)
2.2.1 Pengertian kulit
Kulit adalah bagian paling luar dari tubuh dan merupakan organ yang terluas,
yaitu antara 1,5 - 2,0 m2 dengan berat kurang lebih 20 kg, sedangkan bagian kulit
yang kelihatan dari luar yang disebut epidermis beratnya 0,05 - 0,5 kg (Putro, 1997).
Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cerminan kesehatan
dan kehidupan (Achroni, 2012).
2.2.2 Fungsi Kulit
Kulit sebagai organ tubuh yang paling penting mempunyai beberapa fungsi
diantaranya sebagai berikut:
a. Fungsi perlindungan atau proteksi, yaitu kulit berfungsi melindung bagian dalam
tubuh dari kontak langsung lingkungan luar, misalnya paparan bahan-bahan
kimia, paparan sinar matahari, polusi, bakteri dan jamur, serta kerusakan akibat
gesekan, tekanan dan tarikan.
e. Sebagai indra peraba yang memungkinkan otak merasakan sejumlah rasa, seperti
panas, dingin, sakit dan beragam tekstur.
f. Tempat pembuatan vitamin D dengan bantuan sinar matahari.
g. Mencegah terjadinya kehilangan cairan tubuh yang esensial (Achroni, 2012).
2.2.3 Struktur kulit
Secara anatomi kulit dibagi dalam tiga lapisan jaringan: epidermis, dermis,
dan lapisan lemak di bawah kulit (hipodermis) (Lachman, dkk., 1994).
A. Lapisan Epidermis
Lapisan ini terletak paling atas, tahan akan air, tipis dan sebagian besar
terdiri dari sel-sel mati. Lapisan epidermis merupakan lapisan yang paling luar. Dari
sudut kosmetik, epidermis merupakan kulit yang menarik karena kosmetik dipakai
pada lapisan ini. Walaupun ada beberapa kosmetik yang digunakan hingga sampai
ke lapisan dermis, namun tujuan utamanya adalah epidermis (Wirakusumah, 2008).
Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling
tebal berukuran 1 mm, misalnya pada telapak kaki dan telapak tangan, dan lapisan
yang tipis berukuran 0,1 mm terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, (Tranggono dan
Latifah, 2007). Menurut Wasitaatmadja (1997), lapisan ini terdiri dari 5 lapisan sel
yaitu:
1. Lapisan tanduk (stratum korneum)
Adalah lapisan yang paling luar dan terdiri dari beberapa sel gepeng yang
mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).
2. Lapisan rintangan (stratum lusidum)
3. Lapisan butir (stratum granulosum)
Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar
dan terdapat inti diantaranya.
4. Lapisan tajuk (stratum spinosum)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya
berbeda-beda karena adanya proses mitosis.
5. Lapisan tunas (stratum basale)
Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun vertikal pada pembatasan
demo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade). Lapisan tunas juga termasuk
sel-sel yang disebut melanocytes, yaitu sel-sel-sel-sel yang memproduksi pigmen melanin.
B. Lapisan dermis
Merupakan lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada
epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa dengan elemen-elemen
selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian:
Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke dalam epidermis, berisi ujung serabut
saraf dan pembuluh darah.
1. Pars retikulare, yaitu bagian bawahnya yang menonjol ke arah subkutan, bagian
ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen elastis dan
retikulin.
C. Lapisan lemak di bawah kulit (hipodermis)
Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar, berisi
sel-sel lemak didalamnya. Fungsi dari lapisan hipodermis yaitu membantu
2.2.4 Jenis-jenis kulit
Menurut Noormindhawati (2013), ditinjau dari sudut pandang perawatan kulit
terbagi atas lima bagian:
a. Kulit normal : memiliki pH normal ; kadar air dan kadar minyak seimbang
tekstur kulit kenyal, halus dan lembut; pori-pori kulit kecil.
b. Kulit berminyak : kadar minyak berlebihan, bahkan bisa mencapai 60%;
tampak mengkilap; memiliki pori pori besar; cenderung mudah berjerawat.
c. Kulit kering : Kulit kasar dan kusam, mudah bersisik.
d. Kulit kombinasi : merupakan kombinasi antara kulit wajah kering dan
berminyak, pada area T cenderung berminyak, sedangkan area pipi berkulit
kering
e. Kulit sensitif: mudah iritasi, kulit wajah lebih tipis, sangat sensitif.
2.3 Penuaan Dini
Penuaan merupakan proses fisiologi yang tak terhindarkan yang pasti dialami
oleh setiap manusia. Proses ini bersifat irreversibel yang meliputi seluruh organ
tubuh termasuk kulit. Kulit merupakan salah satu jaringan yang secara langsung
akan memperlihatkan proses penuaan (Putro, 1997). Penuaan bisa terjadi saat
memasuki umur 20-30 tahun (Noormindhawati, 2013). Penuaan ini tidak dapat
dihindari, namun dengan merawat kulit sebelum terjadi penuaan dapat
memperlambat timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit (Rosi, 2012).
Penuaan pada kulit dapat terjadi melalui proses intrinsik dan proses
ekstrinsik. Proses instrisik adalah proses penuaan yang terjadi akibat faktor dari
minuman beralkohol, obat-obatan dan nutrisi yang tidak seimbang dan
lain-lainnya (Ardhie, 2011). Kelembaban udara yang rendah, musim dingin, udara
pegunungan dan arus angin akan mempercepat penguapan air dari kulit, akibatnya
kelembaban kulit juga menurun dan akhirnya kulit menjadi kering (Putro, 1997).
Kelembaban udara yang rendah ini dapat mempercepat proses menua pada kulit
(Jusuf, 2005).
Sinar matahari merupakan faktor ekstrinsik utama yang dapat
menyebabkan terbentuknya radikal bebas yang berujung pada penuaan kulit
(photoaging) (Ardhie, 2011). Photoaging biasanya akan tampak pada bagian tubuh
yang terpapar langsung sinar matahari seperti wajah, leher, dada atau lengan dalam
bentuk kelainan klinis seperti timbulnya hiperpigmentasi (bercak coklat kehitaman)
atau hipopigmentasi (bercak keputihan). Banyak teori yang mengemukakan
mengapa manusia mengalami penuaan. Ada teori Replikasi DNA, Teori Ikatan
Silang, Teori Pakai dan Rusak, Teori Hormonal dan Teori Radikal Bebas. Teori
Radikal Bebas merupakan salah satu teori yang sangat terkenal yang di
kemukan oleh Dr. Denham Harman pada tahun 1954. Radikal bebas adalah
suatu elektron dalam tubuh yang tidak memiliki pasangan, sehingga akan berusah
mencari pasangan supaya dapat berikatan dan stabil. Sifat radikal bebas akan
terus berusaha menyerang sel tubuh yang sudah stabil untuk mendapatkan
pasangannya, sehingga sel-sel akan cepat rusak dan menua, dan bahkan juga dapat
mempercepat timbulnya kanker. Pada kulit, radikal bebas yang diproduksi
berlebih akan merusak kolagen pada membran sel kulit, sehingga kulit menjadi
pembentukan tekstur dan elastisitas kulit menyebabkan pembentukan keriput yang
lebih cepat dari semestinya.
2.4 Anti-Aging Atau Anti Penuaan
Anti-aging atau anti penuaan adalah segala bentuk sediaan atau produk yang
dapat memperlambat atau mencegah proses penuaan (Prianto, 2014). Dalam hal ini,
proses penuaan yang gejalanya terlihat jelas pada kulit seperti timbulnya keriput,
kelembutan kulit berkurang, menurunnya elastisitas kulit, tektur kulit menjadi kasar,
hiperpigmentasi, serta kulit berwarna gelap (Jaelani, 2009). Paparan sinar matahari
akan mengaktifkan melanosit dan meningkatkan produksi melanin, kemudian
disebarkan ke lapisan atas epidermis melalui dendrit-dendrit pada melanosit.
Gangguan sinar ultraviolet diatasi oleh sel melanin yang menyerap sekitar 5-10%
sinar tersebut (Wasitaatmadja, 1997). Beragam cara diupayakan untuk mencegah
atau pun memperbaiki dampak penuaan. Penggunaan antioksidan merupakan salah
satu upaya yang sering dilakukan untuk mencegah penuaan atau setidaknya
menua secara sehat (Ardhie, 2011). Kosmetika anti-aging pada umumnya berupa
bahan aktif yang mengandung antioksidan untuk melindungi kulit dari efek radikal
bebas. Antioksidan adalah bahan kimia yang dapat memberikan sebutir elektron
yang sangat diperlukan oleh radikal bebas agar tidak menjadi berbahaya (Putro,
1997).
Antioksidan adalah senyawa penting yang sangat bermanfaat bagi kesehatan
kulit. Zat ini berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang dapat merusak jaringan
Kulit secara alamiah menggunakan antioksidan untuk melindungi dari efek
kerusakan oleh sinar matahari. Sistim perlindungan ini terdiri dari antioksidan
endogen yaitu enzim-enzim berbagai senyawa yang disintesis oleh tubuh dan
antioksidan eksogen yang diperoleh dari bahan makanan seperti karotenoid,
flavonoid, asam fenolik, asam askorbat dan vitamin (Kailaku, dkk., 2007).
Menurut Muliyawan dan Suriana (2013), produk anti-aging memiliki tujuan
untuk membantu tubuh agar tetap sehat dan awet muda bahkan bisa terlihat jauh
lebih mudah dari usia sesungguhnya. Produk ini digunakan untuk menghambat
proses penuaan pada kulit (degeneratif), sehingga mampu menghambat timbulnya
tanda-tanda penuaan pada kulit.
2.5 Krim
Menurut Farmakope Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar
yang sesuai (Ditjen POM., 1995). Krim dapat diformulasikan dalam 2 tipe yaitu tipe
m/a emulsi minyak dalam air dan tipe a/m atau air dalam minyak. Kedua fase yang
berbeda dalam krim distabilkan dengan penambahan surfaktan (Ansel, 1989). Istilah
krim secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang
mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau
minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang
terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak
atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih
cairan lainnya. Jika konsistensinya lebih kental biasanya disebut krim (Ditjen
POM.,1985).
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur,
biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir
kecil dalam cairan lain. Dispersi ini tidak stabil, butir- butir ini bergabung dan
membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Emulsi dapat distabilkan
dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok (Anief, 2000).
Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar
memperoleh emulsi yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan membentuk film
(lapisan) di sekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar
mencegah terjadinya koalesen atau terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah.
Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe m/a dimana tetes minyak
terdispersi dalam fase air dan tipe a/m dimana fase terdisper adalah air dan fase
pendisper adalah minyak (Anief, 2005).
2.6 Skin Analyzer
Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk
mendiagnosis keadaan pada kulit. Skin analyzer mempunyai sistem terintegrasi
untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas,
melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit.
Tambahan rangkaian sensor kamera yang terpasang pada skin analyzer
menampilkan hasil dengan cepat dan akurat (Aramo, 2012).
dengan alat ini. Tabel 2.3 menunjukkan parameter hasil pengukuran dengan
menggunakan skin analyzer.
Tabel 2.3 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer
Pengukuran Parameter Moisture
(kadar air)
Dehidrasi Normal Hidrasi
0 – 29 30 – 50 51- 100
Evenness (Kehalusan)
Halus Normal Kasar
0 – 31 32 – 51 52 – 100
Pore (Pori)
Kecil Besar Sangat besar
0 – 19 20 – 39 40 – 100
Spot (Noda)
Sedikit noda Beberapa noda Banyak noda
0 – 19 20 – 39 40 – 100
Wrinkle (Keriput)
Tidak berkeriput Berkeriput Banyak keriput
0 – 19 20 – 52 53 – 100
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan intensitas sinar matahari
yang tinggi. Menurut survei penyebab utama penuaan dini yang dialami orang
Indonesia adalah aktivitas berlebihan di bawah sinar matahari (Bogadenta, 2012).
Secara klinis, penuaan kulit terutama kulit wajah ditandai dengan beberapa
tanda termasuk keriput, bintik-bintik coklat dan hilangnya kekencangannya (Oddos,
et al., 2012). Hal ini dapat terjadi melalui proses instrinsik dan proses ekstrinsik.
Proses instrinsik adalah proses menua yang terjadi akibat faktor dari dalam tubuh
dan proses ekstrinsik adalah proses menua yang disebabkan oleh akibat faktor dari
luar tubuh. Bermacam-macam teori proses menua telah dikemukakan namun sampai
saat ini teori radikal bebas lebih banyak dianut dan dipercaya sebagai mekanisme
proses menua (Jusuf, 2005).
Paparan sinar UV merupakan salah satu penyebab terbentuknya radikal bebas
yang berujung pada penuaan kulit, untuk menetralkan radikal bebas tubuh akan
membentuk antioksidan, tetapi jumlahnya tidak cukup menetralkan. Oleh karena itu,
sediaan anti-aging atau anti penuaan dianggap penting untuk perawatan kulit
(Vinski, 2012).
Kulit merupakan lapisan terluar tubuh manusia yang bersentuhan langsung
dengan lingkungan diluar tubuh. Dengan melakukan segala upaya untuk membuat
memperlambat proses penuaan dapat dikategorikan sebagai anti-penuaan
(anti-aging) (Prianto, 2014).
Krim anti-aging dirancang secara khusus untuk mencegah atau memperlambat
terjadinya penuaan dini dengan cara menyamarkan noda atau flek hitam di wajah
dan menghilangkan kerutan. Terapi anti-aging akan lebih baik dilakukan sedini
mungkin di saat seluruh fungsi sel-sel tubuh masih sehat dan berfungsi dengan baik
(Fauzi dan Nurmalina, 2012).
Tomat merupakan sumber vitamin A, B, C dan E, mineral, serat, senyawa
fenolik, dan karatenoid (Bernardinus dan Wahyu., 2002). Kandungan pigmen alami
berupa karotenoid antara lain betakaroten, likopen. Karotenoid adalah sumber utama
pembentukan vitamin A untuk melindungi kulit dari bahaya sinar matahari
(Rohmatussolihat, 2009), dan berdasarkan uji laboratorium terbukti bahwa likopen
memiliki efektivitas antioksidan dua kali lebih efektif dibanding beta-karoten dan
sepuluh kali lebih efektif dibanding vitamin E (Lingga, 2012). Daya antioksidan
yang kuat dalam tomat dapat membuat kesehatan fisik tetap terjaga dan juga
membuat tubuh tetap awet muda (Swastika, dkk., 2013).
Bagi masyarakat Indonesia tomat sudah tidak asing lagi, namun kurangnya
informasi terhadap tomat menyebabkan masyarakat memandangnya hanya sebagai
buah atau sayur yang dijual begitu saja tanpa ada produk turunan dari buah tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik melakukan
formulasi sediaan krim sari buah tomat dengan tipe emulsi m/a serta menguji efek
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian
adalah :
a. Apakah sari buah tomat (Solanum lycopersicum L.) dapat diformulasikan ke
dalam sediaan krim anti-aging dengan tipe emulsi m/a ?
b. Apakah penggunaan sediaan krim sari tomat mampu memberikan efek
anti-aging pada kulit menjadi lebih baik selama empat minggu perawatan?
1.3 Hipotesa
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini
adalah:
a. Sari buah tomat (Solanum lycopersicum L.) dapat diformulasikan ke dalam
sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.
b. Penggunaan sediaan krim anti-aging yang mengandung sari tomat mampu
memberikan efek anti-aging pada kulit menjadi lebih baik selama empat
minggu perawatan.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui apakah sari buah tomat dapat di formulasi dalam sediaan
krim tipe m/a sebagai anti-aging.
b. Untuk mengetahui apakah penggunaan sediaan krim anti-aging yang
mengandung sari tomat mampu memberikan efek anti-aging pada kulit
menjadi lebih baik selama empat minggu perawatan.
FORMULASI SEDIAAN KRIM SARI TOMAT (Solanum lycopersicum L.) DAN UJI EFEK ANTI–AGING
ABSTRAK
Latar Belakang: Proses menua merupakan suatu proses fisiologis yang dapat terjadi pada semua organ tubuh termasuk kulit. Tomat merupakan sumber vitamin A, B, C dan E, mineral, serat, senyawa fenolik, dan karotenoid yang memiliki kemampuan sebagai antioksidan sehingga memungkinkan bermanfaat dalam memperlambat proses penuaan. Namun kurangnya informasi terhadap tomat menyebabkan masyarakat Indonesia memandangnya hanya sebagai buah yang dijual begitu saja tanpa ada produk olahan dalam bidang kosmetik dari buah tersebut. Tujuan: Penelitian ini bertujuan membuat sediaan krim tipe m/a dan menguji efektivitas anti-aging pada kulit.
Metode: Tomat di jus dengan menggunakan juicer. Sari tomat dikeringkan dengan
menggunakan freeze dryer pada suhu -40°C dan tekanan 2 atm. Formula sediaan
krim anti-aging terdiri dari propilen glikol, natrium edetat, TEA, vaselin, setil alkohol, asam stearat, gliseril monostearat, butil hidroksi toluen, nipagin, parfum, aquadest, sari tomat dengan konsentrasi yang digunakan adalah 5%, 7,5%, 10%, dan 12%. Kemudian sediaan yang dibuat dibandingkan dengan blanko (dasar krim) dan olay (krim dipasaran). Pengujian krim meliputi uji homogenitas, tipe emulsi, iritasi kulit, pH, stabilitas penyimpanan dalam suhu kamar selama 90 hari dan uji efek anti-aging menggunakan skin analyzer dan moisture checker selama empat minggu. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi krim sari tomat 5, 7,5, 10, dan 12% dapat diformulasi menjadi sediaan krim dengan tipe emulsi m/a. Uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim yang dihasilkan adalah homogen. pH sediaan berkisar 5,4 - 5,9 dan stabil selama penyimpanan 90 hari. Hasil analisa statistik krim sari tomat dengan blanko memiliki perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05), dimana krim sari tomat mampu memberikan efek sebagai anti-aging dengan kadar air kulit yang meningkat, kulit semakin halus, pori-pori kulit mengecil dan noda berkurang. Efektivitas paling baik sebagai anti-aging adalah krim sari tomat 12% yang mampu meningkatkan kadar air dari kering menjadi normal (28,66 menjadi 35,33); mengurangi kekasaran kulit dari normal menjadi halus (34,66 menjadi 29,33); mengecilkan pori-pori dari sedang menjadi kecil (32,33 menjadi 22,33); dan mengurangi noda dari beberapa noda menjadi sedikit noda (31,66 menjadi 22,00).
Kesimpulan: Sari tomat dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan krim dengan tipe emulsi minyak dalam air dan sari tomat dapat memberikan aktivitas anti-aging.
FORMULATION TOMATO JUICE (Solanum lycopersicum L.) CREAM AND EVALUATION OF ANTI–AGING EFFECTS
ABSTRACT
Background: Aging is a natural process in all of the body organ including the skin. Tomato is a source of vitamin A, B, C and E, minerals, fiber, phenolic compounds, and carotene which have the ability as an antioxidant therefore it is probably use full for slowing down the aging process. But the lack of information of the tomato caused Indonesian society looked just as fruit without any field products in prossed cosmetic from the fruit.
Purpose: This research was to make the cream preparations of type o/w and to determined the effectivity of anti-aging cream on skin.
Methods: Tomato juice was obtained by using a juicer. Tomato juice was dried using freeze dryer at -40°C temperature and 2 atm pressure. Formulation of anti-aging cream preparation consist of propylene glycol, natrium edetate, TEA, vaseline, cetyl alcohol, stearate acid, glyceryl monostearate, butylated hydroxytoluene, nipagin, parfum, aquadest, and concentrations of tomato juice were used are 5%, 7.5%, 10%, 12% and then they were compared with blank product and a product which contains olay. Some test inspection including were performed on the product were physical quality homogenity test, the type of emulsion, skin irritation, pH, storage stability at room temperature for 90 days were conducted and was tested the effect of anti-aging using a skin analyzer and moisture checker for four weeks. Results: The concentration of tomato juice 5%, 7.5%, 10%, and 12% showed that the type of emulsion was o/w. Result from homogenity test showed that creams were homogens. The pH of product which contains tomato juice were 5.4 – 5.9; and did not cause skin irritation and it wasstable during storage at room temperature for 90 days. Statistical analysis showed that a tomato juice cream and blank cream had a significant difference on anti-aging effectiveness (p ≤ 0.05), where the cream with tomato juice could be able to provide an anti-aging effects on skin moisture, more delicate skin, smaller pores and blemishe was reduced. The most effective as an anti-aging cream was 12% tomato juice, which was able to increase the moisture of dehydration into normal (28.66 into 35.33); normal evenness into smooth (34.66 into 29.00); moderate pore into small (32.33 into 22.33); and much spot into little spot (31.66 into 22.00).
Conclusion: Tomato juice can be formulated into cream preparation with oil in water emulsion type and tomato juice gives anti-aging activity.
Keywords: Formulation, tomato juice, cream, anti-aging.
FORMULASI SEDIAAN KRIM SARI TOMAT
(Solanum lycopersicum L. ) DAN UJI EFEK ANTI-AGING
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas SumateraUtara
OLEH:
DARA YUNITA
NIM 101501008
FORMULASI SEDIAAN KRIM SARI TOMAT
(Solanum lycopersicum L. ) DAN UJI EFEK ANTI-AGING
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syat untuk memperoleh
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
tas Farmasi
OLEH:
DARA YUNITA
NIM 101501008
PENGESAHAN SKRIPSI
FORMULASI SEDIAAN KRIM SARI TOMAT
(Solanum lycopersicum L.) DAN UJI EFEK ANTI-AGING
OLEH: DARA YUNITA
NIM 101501008
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal: 4 Maret 2016
Disetujui Oleh:
Pembimbing I, Panitia Penguji:
Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan ridhaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penulisan skripsi dengan judul “Formulasi Sediaan Krim Sari Tomat (Solanum
lycopersicum L.) Dan Uji Efek Anti – Aging” sebagai salah satu syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara. Selama menyelesaikan penelitian dan skripsi ini penulis telah banyak
mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil.
Pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., dan Bapak
Drs. Surjanto, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan, dan bantuan selama masa penelitian hingga
selesainya penyusunan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang
tulus dan ikhlas kepada Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Pejabat Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas sehingga
penulis dapat menyelesaikan pendidikan. Penulis juga menyampaikan ucapan terima
kasih kepada Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., Dra. Lely Sari Lubis, M.Si.,
Apt., dan Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt,. selaku dosen penguji yang telah
memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Serta kepada Bapak
Hari Ronaldo Tanjung, S.Si, MSc., Apt., selaku dosen penasehat akademik yang
selalu membimbing selama masa pendidikan. Bapak dan Ibu staff pengajar Fakultas
penelitian.
Penulis juga tiada lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus
tiada terhingga khusus kepada kedua orangtua, Ayahanda Arnis dan Ibunda
Rahmawati serta adik – adikku tersayang atas do’a, dukungan, motivasi dan
perhatian yang tiada hentinya kepada penulis. Ucapan terima kasih kepada teman -
teman farmasi stambuk 2010 yang memberikan saran, arahan dan masukan kepada
penulis dalam penyelesaian skripsi ini serta kepada teman-teman di Laboratorium
Kosmetologi Fakultas Farmasi yang selalu memberikan dorongan dan motivasi
selama penulis melakukan penelitian.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda dan pahala yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan
kritik dan saran yang dapat menyempurnakan skripsi ini.
Medan, Maret 2016
Yang Membuat pernyataan
Dara Yunita
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Dara Yunita
Nomor Induk Mahasiswa : 101501008
Program Studi : S-1 Reguler
Judul Skripsi : Formulasi Sediaan Krim Sari Tomat
(Solanum lycopersicum L.) Dan Uji Efek Anti–Aging
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dan hasil
pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan orang lain untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena
kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya didalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam
skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia
menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.
Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat
digunakan jika diperlukan sebagai mana mestinya.
Medan, Maret 2016
Yang Membuat pernyataan
Dara Yunita