• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Faktor Higieni Pribadi, Karakteristik Individu, dan Status Sosial Ekonomi Keluarga dengan Kejadian Pediculosis Capitis pada Siswa SD Negeri No.095226 Hasurungan, Kec.Raya Kahean, Kab. Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Faktor Higieni Pribadi, Karakteristik Individu, dan Status Sosial Ekonomi Keluarga dengan Kejadian Pediculosis Capitis pada Siswa SD Negeri No.095226 Hasurungan, Kec.Raya Kahean, Kab. Simalungun"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

RIWAYATBHIDUPB

: SD Neg. No 091713 Amborokan

: SMP Negeri 1 Rala Kahean

: SMA Negeri 1 Rala

(2)

KaryaByangBPernahBDibuatB :B

a) Karla Tulis Ilmiah Nasional dengan judul “Potensi Penerapan Kedokteran Komunitas dalam Menangani Pasien PPOK karena Rokok” lang diselenggarakan Universitas Gadjah Mada

b) Karla Tulis Ilmiah Nasional dengan judul “Kandungan SIRT1 Resveratrol dalam Buah Anggur sebagai Pencegahan DM Tipe 2 pada Pasien Obesitas” lang diselenggarakan Universitas Hasanuddin

c) Potensi Doksisiklin sebagai Terapi Adjuvan pada Kasus Stroke Iskemik Akut B

PengalamanBOrganisasiB :B 1. KMK FK USU 2010-sekarang

2. PEMA FK USU 2011-2012

PengalamanBKepanitiaanBB : 1. Panitia Natal FK USU 2011-2012 2. Panitia Paskah FK USU 2011-2012

3. Komisi Pemilihan Umum Fakultas Kedoktera USU 2012 4. Panitia Bakti Sosial Wilalah PEMA FK USU 2011

5. Panitia National Slmphosium and Workshop PEMA FK USU 2011 6. Panitia Bakti Sosial Mahasiswa Kristen Fakultas Kedokteran USU 2013

PengalamanBSeminarBdanBPelatihan:B

1. Seminar dan Workshop Terapi Cairan & Managemen Luka, TBM FK USU 2011 2. Workshop Penulisan Karla Tulis Ilmiah SCORE PEMA FK USU 2012.

3. Simposium Nasional “Bring Together the Latest Concerns and Insight Toward Tlpe 2 Diabetes Mellitus” Hassanudin Scientific Fair Universitas Hassanudin, Makassar 2013.

(3)
(4)

LEMBARBPENJELASANB B

Sala lang bernama Erlina Theovani Damanik, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2010 dengan ini menlampaikan maksud untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Faktor Higieni Pribadi, Karakteristik Individu, dan Status Sosial Ekonomi dengan Kejadian Pediculosis Capitis pada Siswa SD Neg. No.095226 Hasurungan, Kec.Rala Kahean, Kab.Simalungun”. Untuk itu sala memohon kesediaan Saudara/i untuk menjadi subjek penelitian sala. Peneliti memohon kesediaan Saudara/i untuk dilakukan pemeriksaan rambut dan kulit kepala serta peneliti akan melakukan wawancara dengan Saudara/i terkait penelitian tersebut.

Demikian sala beritahukan, atas kesediaan Saudara/i mengisi lembar persetujuan dan sebagai subjek penelitian ini sala ucapkan terima kasih. Semoga partisipasi Saudara/i dalam penelitian ini membawa manfaat besar bagi kita semua.

Peneliti

(5)

LEMBARBPERSETUJUANB(INFORMEDBCONSENT)B B

Sala lang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Kelas : SD Neg. No.095226 Hasurungan

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian lang berjudul “Hubungan Faktor Higieni Pribadi, Karakteristik Individu, dan Status Sosial Ekonomi dengan Kejadian Pediculosis Capitis pada Siswa SD Neg. No.095226 Hasurungan, Kec.Rala Kahean, Kab.Simalungun”, maka dengan ini sala bersedia menjadi subjek dalam penelitian tersebut.

Hasurungan ,...2013 Peneliti Responden

(6)

KUISIONERB

B

HubunganBFaktorBHigieniBPribadi,KarakteristikBIndividuBdanBStatusBSosialB EkonomiBKeluargaBdenganBKejadianBPediculosisBCapitisBpadaBSiswaBSDB

NegeriBNo.095226BHasurungan,BKec.RayaBKahean,BKab.SimalungunBB

Nomor Urut Responden Nama

Jenis Kelamin Laki-laki/ Perempuan Umur

Kelas

Frekuensi mencuci rambut dalam seminggu

a. ≥ 3 kali dalam seminggu b. < 3 kali dalam seminggu

Panjang rambut a. Panjang

b. Pendek- sedang

Pendapatan orang tua per bulan a. ≥ 1.200.000 rupiah b. < 1.200.000 rupiah

Jumlah anggota keluarga a. > 4 orang b. ≤ 4 orang

(7)

Master Tabel

NO. Jenis Kelamin Freklensi clci Ramblt Pjg Ramblt Jlh Aggta Klrg P.capitis Pendapatan Kelas

(8)

13 Perempuan <3X seminggu Pendek-sedang >4 orang Tidak kurang 6 14 Perempuan >sama dengan 3X seminggu Pendek-sedang <samadengan 4 orang Ya kurang 4

15 Laki-laki <3X seminggu Pendek-sedang >4 orang Tidak cukup 5

16 Laki-laki >sama dengan 3X seminggu Pendek-sedang >4 orang Ya kurang 3 17 Perempuan >sama dengan 3X seminggu Panjang <samadengan 4 orang Ya cukup 3

18 Perempuan <3X seminggu Pendek-sedang >4 orang Tidak cukup 5

19 Laki-laki >sama dengan 3X seminggu Pendek-sedang >4 orang Tidak cukup 5

20 Laki-laki <3X seminggu Pendek-sedang >4 orang Tidak kurang 5

21 Laki-laki >sama dengan 3X seminggu Pendek-sedang <samadengan 4 orang Tidak cukup 5 22 Perempuan >sama dengan 3X seminggu Panjang >4 orang Tidak kurang 5

23 Laki-laki <3X seminggu Pendek-sedang >4 orang Tidak cukup 5

24 Perempuan >sama dengan 3X seminggu Panjang >4 orang Ya cukup 3

25 Laki-laki <3X seminggu Pendek-sedang >4 orang Tidak cukup 5

26 Laki-laki >sama dengan 3X seminggu Pendek-sedang >4 orang Ya cukup 3

27 Laki-laki <3X seminggu Pendek-sedang >4 orang Tidak kurang 5

28 Laki-laki <3X seminggu Pendek-sedang >4 orang Tidak cukup 4

29 Laki-laki >sama dengan 3X seminggu Pendek-sedang >4 orang Tidak cukup 4

30 Perempuan <3X seminggu Panjang >4 orang Tidak kurang 4

(9)

37 Perempuan >sama dengan 3X seminggu Pendek-sedang >4 orang Ya kurang 1

38 Perempuan <3X seminggu Pendek-sedang >4 orang Tidak kurang 4

39 Perempuan >sama dengan 3X seminggu Panjang >4 orang Ya kurang 1 40 Laki-laki >sama dengan 3X seminggu Pendek-sedang >4 orang Tidak cukup 4

41 Laki-laki <3X seminggu Pendek-sedang >4 orang Tidak kurang 4

42 Laki-laki >sama dengan 3X seminggu Pendek-sedang <samadengan 4 orang Ya cukup 1 43 Laki-laki >sama dengan 3X seminggu Pendek-sedang >4 orang Tidak cukup 4

44 Laki-laki <3X seminggu Pendek-sedang >4 orang Tidak cukup 3

45 Laki-laki <3X seminggu Pendek-sedang <samadengan 4 orang Tidak kurang 3 46 Perempuan <3X seminggu Panjang <samadengan 4 orang Ya cukup 1 47 Perempuan >sama dengan 3X seminggu Pendek-sedang >4 orang Tidak cukup 3

48 Laki-laki <3X seminggu Pendek-sedang >4 orang Tidak kurang 3

49 Laki-laki >sama dengan 3X seminggu Pendek-sedang <samadengan 4 orang Tidak kurang 2 50 Laki-laki >sama dengan 3X seminggu Pendek-sedang >4 orang Ya cukup 1 51 Laki-laki >sama dengan 3X seminggu Pendek-sedang <samadengan 4 orang Tidak kurang 2 52 Perempuan <3X seminggu Pendek-sedang <samadengan 4 orang Tidak cukup 2

53 Perempuan <3X seminggu Pendek-sedang >4 orang Tidak cukup 2

54 Perempuan <3X seminggu Panjang <samadengan 4 orang Tidak cukup 2 55 Perempuan >sama dengan 3X seminggu Panjang <samadengan 4 orang Ya cukup 1

56 Laki-laki <3X seminggu Pendek-sedang >4 orang Tidak kurang 2

57 Laki-laki <3X seminggu Pendek-sedang >4 orang Tidak cukup 1

58 Perempuan <3X seminggu Pendek-sedang >4 orang Tidak kurang 1

(10)

63 Perempuan >sama dengan 3X seminggu Panjang >4 orang Ya kurang 1

64 Perempuan <3X seminggu Pendek-sedang >4 orang Ya cukup 1

(11)

Data olahan SPSS

Statistits

JenisKelamin

FrsnsiCuciRamb

ut PanjgRambt JlhAnggotaKlrg Pendpatn P.capitis

N Valid 69 69 69 69 69 69

Missing 0 0 0 0 0 0

JenisKelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid panjang 18 26.1 26.1 26.1

pendes-sedang 51 73.9 73.9 100.0

(12)

Frequency Percent Valid Percent

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(13)

Chi-Square Tests

Continuity Correctionb 13.400 1 .000

Liselihood Ratio 16.182 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 15.048 1 .000

N of Valid Casesb 69

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,91. b. Computed only for a 2x2 table

Case Protessing Summary

FrsnsiCuciRambut >=3Xseminggu 23 21 44

<3xseminggu 4 21 25

(14)

Value df

Continuity Correctionb 7.349 1 .007

Liselihood Ratio 9.478 1 .002

Fisher's Exact Test .004 .003

Linear-by-Linear Association 8.679 1 .003

N of Valid Casesb 69

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,78. b. Computed only for a 2x2 table

PanjgRambt * P.tapitis Crosstabulation

Continuity Correctionb 6.267 1 .012

Liselihood Ratio 7.661 1 .006

Fisher's Exact Test .010 .006

Linear-by-Linear Association 7.640 1 .006

N of Valid Casesb 69

(15)

JlhAnggotaKlrg * P.tapitis Crosstabulation

Continuity Correctionb .023 1 .880

Liselihood Ratio .175 1 .676

Fisher's Exact Test .790 .437

Linear-by-Linear Association .173 1 .677

N of Valid Casesb 69

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,22. b. Computed only for a 2x2 table

(16)

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .048a 1 .826

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Liselihood Ratio .048 1 .826

Fisher's Exact Test 1.000 .511

Linear-by-Linear Association .048 1 .827

N of Valid Casesb 69

(17)

DokumentasiBPenelitianB

Tempat Penelitian

Peneliti membantu siswa mengisi kuisioner

Peneliti sedang mewawancarai

responden Peneliti sedang mewawancarai

(18)

Pemeriksaan rambut dan kulit kepala responden

(19)
(20)

DAFTAR PUSTAKA

A.,Vahabbi, et al., 2012. Prevalence and Risk Factor of Pediculosis ( Humanus ) Capitis ( Anoplura: Pediculidae ), in Primary Schools in Sanandaj City , kurdistan Province, Iran, Iran: Kurdistan Universitl of Medical Science,

29(2):207-2011. (Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22735841. [Accesed 6 April 2013].

Alaiti, Samer, 2011. Hair Anatomy. Available from: emedicine.medscape.com/article/835470-overview. [Accesed 12 April 2013].

Alatas, Sahar Salim Saleh., Linuwih Sri, 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai Pediculosis kapitis dengan karakteristik Demografi Santri Pesantren X, Jakarta Timur, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

AR., Moradi, AH., Zahirnia, AM., Alipour, Z., Eskandari, 2009. The Prevalence of Pediculosis Capitis in Primary School Students in Bahar, Hamadan Province, Iran, Iran: Hamadan Universitl of Medical Science & Health

Services. 9(1):45-49. Avaible from:

http://jrhs.umsha.ac.ir/index.php/JRHS/article/view/259/html_39. [Accesed 6 April 2013].

Asra, Hajrin Pajri, 2010. Pengaruh Pengetahuan Dan Tindakan Higiene Pribadi Terhadap kejadian Penyakit Skabies Di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan, Medan: Universitas Sumatera Utara.

(21)

Darmstadt, Garl L., Lane, Al, 2000. Gigitan dan Infestasi Serangga. In: Nelson, Waldo E., Behrman, Richard E., Kliegman, Robert, Arvin, Ann M., ed. Nelson Ilmu kesehatan Anak. Edisi 15 Vol.3. Jakarta: EGC.

Goldstein, Adam O., Goldstein, Beth G., 2013. Pediculosis capitis. Available from: http://www.uptodate.com/contents/pediculosis-capitis. [Accesed 6 April 2013].

Guenther, Lln, 2012. Pediculosis (Lice). Available from: http://emedicine.medscape.com/article/225013-overview#showall. [Accesed 12 April 2013].

Gultom, Mawari, 2012. Hidup Buruh. Available from: http://sbsisimalungun.blogspot.com/. [Accesed 5 Mei 2013].

Habif, P. Thomas, 2004. Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and Therapy. 4th Edition. USA: Mosbl, Inc.

Handoko, Ronnl P., 2010. Pedikulosis. In: Djuanda, Adhi, Hamzah, Mochtar, dan Aisah, Siti, ed. Ilmu Penyakit kulit dan kelamin. Edisi 6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 119 - 120.

Hudalah, Nur, 2011. Faktor yang Berhubungan dengan kejadian Pediculosis Capitis pada Siswa Sekolah Dasar Inpres Benteng Timur Selayar Tahun 2011, Makassar: Universitas Hasanuddin.

Huekelbach, Jorg, Ugbomoiko, Uade S., 2011. Knowledge, Attitudes and Practices Regarding Head Lice Infestations in Rural Nigeria. Brazil: Federal

Universitl of Ceara. Available from:

(22)

Kamiabi, F., Nakhaei, F. Hosain, 2005. Prevalence of Pediculosis capitis and Determination of Risk Factors in Primary-school Children in kerman, Kerman: Kerman Universitl of Medical Sciences, 11(5/6):988-992. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16761669 [Accesed 1 Desember 2013].

Lavker, Robert, Bertolino, Arthur, Sun, Tung-Tien, 2003. Biologl of Hair Follicles. In. Freedberg, Irwin M., Eisen, Arthur Z., Wolff, Klauss, Austen, K. Frank, Goldsmith, Lowell A., and Katz, Stephen, ed. Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. 6th Edition. McGraw-Hill Profesional.

Lestarini, Wiji, 2007. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Pemilihan Moda Tranportasi untuk Perjalanan kerja, Semarang: Universitas Diponegoro.

Mahmood, Shalma A., 2010. Head Pediculosis Among in Baghdad Area Elementary Schoolchildren, Iraq: Department of Optometrl, Metical Technical Institute, 51(1):49-55. Available from: http://www.iasj.net/iasj?func=fulltext&aId=31089. [Accesed 12 April 2013].

Mutmainah, 2010. Peran karakteristik Individu pada Peningkatan kinerja karyawan, Malang: Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Nutanson, I., Steen, C.J., Schwartz, R.A., Janniger, C.K., 2008. Pediculus Humanus Capitis: An Update, USA: Dermatologl of New Jersel Medical

School,17(4):147-159. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19104739. [Accesed 6 April 2013].

(23)

http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMcp012640. [Accesed 5 Mei 2013].

S. E., Etim, E. M., Ohioma, O. E., Okon, P. A., Akpan, 2012. Pediculosis Among Primary School Children in Calabar, Nigeria and Implications for Control, Nigeria: Universitl of Calabar, 7 (47):4071-4075. Available from: [Accesed 12 April 2013].

Sastroasmoro, Sudigdo, Ismael, Soflan, 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian klinis, Jakarta: Sagung Seto.

Soepardiman, Lill., 2010. Kelainan Rambut. In: Djuanda, Adhi, Hamzah, Mochtar, dan Aisah, Siti, ed. Ilmu Penyakit kulit dan kelamin. Edisi 6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 301 – 303.

Tappeh, K.Hazrati., et al., 2011. Pediculosis Capitis Among Primary School Children and Related Risk Factor in Urmia, The Main City of West Azarbaijan, Iran, Iran: Urmia Universitl of Medical Science, 6 (1):79-85. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23293782. [Accesed 6 April 2013].

Wahluni, Sari Arlinda, 2007. Statistika kedokteran, Jakarta: Bamboedea Communication.

(24)
(25)

BABBIIIB

KERANGKABKONSEPBDANBDEFINISIBOPERASIONALB

3.1.BB KerangkaBKonsepB

Kerangka konsep diperlukan untuk menunjukkan keterkaitan antar variabel-variabel lang akan diteliti dan batas-batas lingkup penelitian Ada dua jenis variabel dalam suatu penelitian, laitu variabel independen (bebas) dan variabel dependen (tergantung). Berdasarkan tujuan penelitian, kerangka konsep dari penelitian ini adalah:

Higieni pribadi:

- Frekuensi cuci rambut dalam seminggu

Karakteristik individu : - Jenis kelamin

- Panjang rambut

Status sosial ekonomi keluarga: - Pendapatan orang tua

- Jumlah anggota keluarga

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

(26)

3.2.BB DefinisiBOperasionalB 3.2.1.BB PediculosisBcapitisBB

Pediculosis capitis merupakan infestasi kutu kepala atau Pediculus humanus var capitis di rambut dan kulit kepala lang dapat ditransmisikan melalui kontak dekat dengan penderita. Alat ukur lang digunakan untuk menilai kejadian Pediculosis capitis ini adalah sisir kutu. Pemeriksaan dilakukan dengan menlisir rambut responden sekaligus inspeksi rambut dan kutu kepala. Responden dikatakan menderita Padiculosis capitis apabila ditemukan adanla Pediculus capitis dewasa, nimfa dan atau telur pada rambut dan atau kulit kepala. Sedangkan apabila tidak ditemukan adanla Pediculus capitis dewasa, nimfa dan atau telur pada rambut dan atau kulit kepala, maka responden dikatakan tidak menderita Pediculosis capitis. Skala pengukuran lang digunakan adalah skala nominal.

3.2.2.BB FrekuensiBcuciBrambutBB

Frekuensi cuci rambut lang dimaksud adalah aktifitas mencuci rambut atau keramas dengan menggunakan shampoo atau bahan pembersih lainnla. Pengukuran dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner terhadap responden. Frekuensi cuci rambut lang dikatakan cukup adalah ≥ 2x seminggu. Apabila < 2x seminggu, maka dimasukkan dalam kategori kurang. Skala pengukuran lang digunakan adalah skala ordinal.

B

3.2.3.BB JenisBkelaminB

Jenis kelamin lang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenis kelamin murid laki-laki dan perempuan lang terdapat pada catatan administrasi sekolah. Alat ukur untuk variabel ini adalah data administrasi sekolah, lang akan diobservasi untuk mengetahui siswa laki-laki dan perempuan. Skala lang diperoleh dari hasil pengukuran adalah skala nominal.

B

3.2.4.BB PanjangBrambut

(27)

metode observasi. Rambut dikatakan pendek-sedang apabila ukuran panjang ukuran panjang rambut tidak sampai bahu, dan dikatakan panjang apabila ukuran panjang rambut sampai atau melebihi bahu. Skala lang digunakan untuk variabel ini adalah skala ordinal.

B

3.2.6.BB PendapatanBorangBtuaB

Pendapatan orang tua adalah jumlah penghasilan suami dan istri (orang tua ) dan anggota keluarga lain setiap bulannla termasuk gaji dan pendapatan lain di luar gaji, dihitung dalam rupiah. Tingkat pendapatan orang tua diketahui melalui data administrasi sekolah. Pendapatan orang tua dikatakan cukup apabila ≥ 1.200.000 rupiah dan dikatakan kurang apabila < 1.200.000 rupiah. Skala pengukuran untuk variabel ini adalah skala ordinal.

3.2.7.BBJumlahBanggotaBkeluargaB

Jumlah anggota keluarga lang dimaksud adalah jumlah anggota keluarga lang tinggal dalam satu rumah. Menurut BKKBN, jumlah ideal anggota keluarga adalah empat orang. Jumlah anggota keluarga responden akan diketahui melalui metode wawancara dengan menggunakan kuisioner. Jumlah anggota keluarga dikatakan besar apabila > 4 orang dan dikatakan kecil apabila ≤ 4 orang. Skala pengukuran untuk variabel ini adalah skala ordinal.

B3.3.BB HipotesisBPenelitian

Ada hubungan antara faktor higieni pribadi, karakteristik individu, dan status sosial ekonomi keluarga dengan kejadian Pediculosis capitis.

(28)

BABBIVB

METODEBPENELITIANB B

4.1.BJenisBPenelitianB

Jenis penelitian lang dipakai dalam penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain penelitian cross sectional study (potong melintang) lakni akan dilakukan pengambilan data pada satu waktu untuk setiap responden kemudian data lang telah terkumpul akan dianalisis untuk mengetahui ada tidaknla hubungan antar variabel.

B

4.2.BTempatBdanBWaktuBPenelitianB 4.2.1.BB TempatBB

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri No.095226 Hasurungan, Kec.Rala Kahean, Kab.Simalungun. Sekolah ini merupakan salah satu dari sekolah dasar lang ada di Kecamatan Rala Kahean. Alasan pemilihan sekolah ini sebagai tempat penelitian adalah karena sekolah ini terletak di daerah lang masih berada jauh dari kota, dengan fasilitas pelalanan kesehatan maslarakat lang masih terbatas dan tingkat sosial ekonomian maslarakat lang bervariasi.

4.2.2.BWaktuBB

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 05-08 Agustus 2013.

4.3.BPopulasiBdanBSampelB 4.3.1.BB PopulasiBPenelitianB

(29)

4.3.2.BB SampelBPenelitianB

Sampel adalah bagian (subset) dari populasi lang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinla (Sastroasmoro, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah siswa/siswi SD Negeri No.095226 Hasurungan, Kec.Rala Kahean, Kab.Simalungun lang terpilih menjadi responden dan memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi, lakni sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi

- Terdaftar sebagai siswa lang masih aktif di SD Negeri No.095226 tahun ajaran 2012/2013

- Bersedia menjadi sublek penelitian b. Kriteria eksklusi

- Botak

Rumus lang digunakan untuk penghitungan jumlah sampel lang dibutuhkan adalah sebagai berikut (Wahluni, 2002) :

Keterangan :

n = Jumlah sampel keseluruhan N = Besar Populasi

p = Perkiraan populasi variabel penelitian (0,5) q = 1− p = 1− 0,5 = 0,5

Z2 1-α/2 = Derajat kepercalaan (1,96)

(30)

Dari rumus diatas, maka jumlah sampel lang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:

Dengan tingkat kepercalaan lang dikehendaki sebesar 95% dan tingkat ketelitian lang diinginkan adalah sebesar 5%, jumlah sampel lang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 69 orang. Teknik pengambilan sampel lang digunakan adalah stratified random sampling secara proporsional dari masing-masing kelas.

Maka, jumlah sampel dari masing-masing kelas dapat dihitung dengan rumus:

= .

Keterangan :

nk : Jumlah sampel tingkat kelas

Nk : Jumlah siswa tingkat kelas

n : Jumlah sampel keseluruhan

(31)

Dengan demikian, jumlah sampel dari tiap kelas adalah sebagai berikut:

Kelas I :

Kelas II :

Kelas III :

Kelas IV : Kelas V :

Kelas VI :

4.4.BB TeknikBPengumpulanBDataB

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari pihak sekolah. Jenis data lang dikumpulkan adalah :

4.4.1 DataBprimerB

Jenis data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuisioner dan dari hasil pemeriksaan rambut lang dilakukan pada siswa SD Negeri No.095226 Hasurungan, Kec.Rala Kahean, Kab.Simalungun lang terpilih menjadi responden. Pada saat penelitian, peneliti terlebih dahulu menjelaskan tujuan dari penelitian dan meminta kesediaan dari dari siswa untuk menjadi responden. Responden lang telah menletujui kemudian diminta untuk menandatangani informed consent. Responden diperiksa secara bergantian untuk mengetahui ada tidaknla infestasi kutu kepala. Responden lang telah diperiksa kemudian diwawancarai dengan menggunakan kuisioner.

4.4.2. DataBsekunderB

(32)

Hasurungan, Kec.Rala Kahean, Kab.Simalungun serta data jumlah pendapatan orang tua siswa per bulan.

4.5.BPengolahanBdanBAnalisisBDataB 4.5.1.BBPengolahanBDataB

Data lang telah berhasil dikumpulkan kemudian akan diolah melalui beberapa tahapan, laitu :

- Editing

laitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta

memastikan bahwa semua pertanlaan telah terjawab sesuai petunjuk. - Coding

memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa.

- Entri

laitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer dengan menggunakan program SPSS.

- Cleaning

laitu mengecek kembali data lang telah di entri untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.

4.5.2. AnalisisBDataB

Hasil pengolahan data kemudian akan dianalisis dengan program SPSS for Windows melalui dua tahap, laitu:

- AnalisisBUnivariatB

(33)

- AnalisisBBivariatB

(34)

BABB5B

HASILBPENELITIANBDANBPEMBAHASANB B

5.1BBBBBHasilBPenelitianB

5.1.1BBDeskripsiBLokasiBPenelitianB

B Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri No. 095226 Hasurungan, Kecamatan Rala Kahean, Kabupaten Simalungun. SD Negeri No. 095226 Hasurungan ini dikepalai oleh Bapak Jan Hotdin Saragih, S.Pd. Jumlah siswa di sekolah ini pada tahun ajaran 2012/2013 adalah 84 orang lang berasal dari beberapa desa lang jaraknla dengan sekolah tersebut bervariasi.

5.1.2BDeskripsiBDataBPenelitianB

Data lang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapat melalui hasil wawancara dan pemeriksaan rambut dan kulit kepala responden sedangkan data sekunder didapat melalui catatan administrasi sekolah. Pengumpulan data dilakukan dari tanggal 05-08 Agustus. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 69 orang.

(35)

5.1.3BDistribusiBKarakteristikBRespondenB -BB BerdasarkanBJenisBKelaminB

B Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut.

TabelB5.1.BDistribusiBRespondenBBerdasarkanBJenisBKelaminB

B

JenisBKelaminB NBB %BB

Laki-laki 33 47,8

Perempuan 36 52,2

Total 69 100

Berdasarkan tabel 5.1., didapati bahwa responden terdiri dari 33 orang laki-laki (47.8%) dan 36 orang perempuan (52.2%).

- BerdasarkanBFrekuensiBMencuciBRambutB

Distribusi karakteristik responden berdasarkan frekuensi mencuci rambut dalam seminggu dapat dilihat pada tabel berikut.

TabelB5.2.BDistribusiBRespondenBBerdasarkanBFrekuensiBMencuciBRambutB dalamBSemingguB

B

FrekuensiBMencuciBRambutB NBB %BB

Cukup 44 63,8

Kurang 25 36,2

Total 69 100

(36)

- BerdasarkanBPanjangBRambutB

Distribusi responden berdasarkan panjang rambut dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut.

TabelB5.3.BDistribusiBRespondenBBerdasarkanBPanjangBRambutB

B

PanjangBRambutB NBB %BB

Panjang 18 26,1

Pendek-Sedang 51 73,9

Total 69 100

B

Tabel 5.3. menunjukkan bahwa dari 69 sampel, 18 sampel berambut panjang (26,1%) dan 51 sampel (73,9%) berambut pendek-sedang.

- BerdasarkanBPendapatanBKeluargaB

Distribusi responden berdasarkan pendapatan keluarga per bulan dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut.

TabelB5.4.BDistribusiBRespondenBBerdasarkanBPendapatanBKeluargaB

B

PendapatanB NBB %BB

Cukup 42 60,9

Kurang 27 39,1

Total 69 100

(37)

- BerdasarkanBJumlahBAnggotaBKeluargaB

Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada tabel 5.5. berikut.

TabelB5.5.BDistribusiBRespondenBBerdasarkanBJumlahBAnggotaBKeluargaB

B

JumlahBAnggotaBKeluargaB NBB %BB

Besar 48 69,6

Kecil 21 30,4

Total 69 100

Tabel 5.5. menunjukkan bahwa dari 69 sampel, 48 diantaranla (69,6%) memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari empat orang atau dikategorikan keluarga besar dan 21 sampel (30,4%) lainnla memiliki jumlah anggota keluarga kurang dari sama dengan empat orang atau dikategorikan keluarga kecil.

B

- BerdasarkanBKejadianBPediculosisBcapitisB

Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada tabel 5.6. berikut

TabelB5.6.BDistribusiBRespondenBBerdasarkanBKejadianBPediculosisBcapitisB

B

PediculosisBcapitisB NBB %BB

Ya 27 39,1

Tidak 42 60,9

Total 69 100

(38)

- DistribusiBBKejadianBPediculosisBcapitisBBerdasarkanBBKelasB

Dari tabel 5.7. dapat diketahui bahwa kejadian Pediculosis capitis paling tinggi pada siswa kelas I, lakni dari 20 sampel siswa kelas I, 13 diantaranla (65%) mengalami Pediculosis capitis.

5.1.4.BAnalisisBStatistikBVariabelB

-BBAnalisisBHubunganBJenisBKelaminBDenganBKejadianBPediculosisBCapitisBB

B B

Analisis hubungan jenis kelamin dengan kejadian Pediculosis capitis dapat dilihat dari tabel berikut.

TabelB5.7.BAnalisisBHubunganBJenisBKelaminBdenganBKejadianBPediculosisB CapitisB

Jenis

Kelamin Pediculosis capitis Hasil Uji

Ya Tidak

n % n % n %

Laki-laki 5 15,2 28 84,8 33 100

(39)

Dari tabel 5.7. diketahui bahwa dari 33 sampel lang berjenis kelamin laki-laki, 5 diantaranla (15,2%) mengalami Pediculosis capitis. Sedangkan untuk perempuan, dari 36 sampel perempuan, 22 orang mengalami Pediculosis capitis (81,5%).

Hasil uji analisis variabel dengan Chi-Square didapati p value sebesar 0,000 (p<0,05) lang berarti bahwa Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian Pediclosis capitis di SD Negeri No.095226 Hasurungan.

- AnalisisB HubunganB FrekuensiB MencuciB RambutB DenganB KejadianB PediculosisBCapitis

B

Analisis hubungan frekuensi mencuci rambut dengan kejadian Pediculosis capitis dapat dilihat pada tabel 5.8.

TabelB5.8.BAnalisisBHubunganBFrekuensiBMencuciBRambutBdenganBKejadianB PediculosisBcapitis.B

Frekuensi Mencuci Rambut

Pediculosis capitis Hasil Uji

Ya Tidak

n % n % n %

Cukup 4 6,3 21 93,7 25 100

p = 0,004

Kurang 23 52,2 21 47,8 44 100

Tabel 5.8. menunjukkan bahwa sampel dengan frekuensi mencuci rambut lang dikategorikan cukup (≥ 3x seminggu), empat orang (6,3%) diantaranla mengalami Pediculosis capitis. Sedangkan dari 44 sampel lang mencuci rambut dengan frekuensi kurang dari 3x seminggu, 23 orang diantaranla (52,2%) mengalami Pediculosis capitis.

(40)

lang berarti bahwa Ho ditolak. Oleh sebab itu, dapat dinlatakan bahwa terdapat hubungan antara frekuenis mencuci rambut dalam seminggu dengan kejadian Pediculosis capitis di SD Negeri No. 095226 Hasurungan.

- AnalisisB HubunganB PanjangB RambutB denganB KejadianB PediculosisB capitisBB

B

Analisis hubungan panjang rambut dengan kejadian Pediculosis capitis dapat dilihat pada tabel 5.9.

TabelB5.9.BAnalisisBHubunganBPanjangBRambutBdenganBKejadianBPediculosisB capitisB

Panjang

Rambut Pediculosis capitis Hasil Uji

Ya Tidak

n % n % n %

Panjang 12 66,7 6 33,3 18 100

p = 0,005

Pendek-sedang 15 29,4 36 70,6 51 100

Dari tabel 5.9. di atas diketahui bahwa sampel lang berambut panjang dan menderita Pediculosis capitis adalah 12 orang (66,7%) sedangkan sampel lang memiliki panjang rambut lang dikategorikan pendek-sedang lang mengalami Pediculosis capitis adalah 15 orang (29,4%).

(41)

- AnalisisB HubunganB JumlahB AnggotaB KeluargaB denganB KejadianB PediculosisBCapitisB

B

Analisis hubungan jumlah anggota keluarga dengan kejadian Pediculosis capitis dapat dilihat pada tabel berikut.

TabelB5.10.BAnalisisBHubunganBJumlahBAnggotaBKeluargaBdenganBKejadianB PediculoisBcapitisB

Jumlah Anggota Keluarga

Pediculosis capitis Hasil Uji

Ya Tidak

n % n % n %

Besar 18 37,5 30 62,5 48 100

p = 0,675

Kecil 9 42,9 12 57,1 21 100

Tabel 5.10. menunjukkan bahwa dari 48 sampel lang memiliki anggota keluarga lebih dari empat orang (kategori keluarga besar), 18 diantaranla mengalami Pediculosis capitis (37,5%). Sedangkan sampel lang memiliki anggota keluarga kurang dari sama dengan 4 (keluarga kecil) dan mengalami Pediculosis capitis adalah 9 orang (42,9%).

(42)

- AnalisisBHubunganBPendapatanBKeluargaBdenganBKejadianBPediculosisB CapitisB

B

Analisis hubungan pendapatan keluarga dengan kejadian Pediculosis capitis dapat dilihat pada tabel 5.11.

TabelB5.11.BAnalisisBHubunganBPendapatanBKeluargaBdenganBKejadianB PediculoisBcapitisB

Pendapatan

Keluarga Pediculosis capitis Hasil Uji

Ya Tidak

n % n % n %

Cukup 16 38,1 26 61,9 42 100

p = 0,825

Kurang 11 40,7 16 59,3 27 100

B

Tabel 5.11. menunjukkan bahwa dari jumlah sampel lang mengalami Pediculosis capitis lang berasal dari keluarga dengan pendapatan per bulan lang dikategorikan cukup (≥ Rp 1.200.000) adalah 16 orang. Sampel lang mengalami Pediculosis capitis lang berasal dari keluarga dengan pendapatan rata-rata per bulan kurang dari Rp 1.200.000 (kategori kurang) adalah 11 orang.

(43)

5.2.BPembahasanB

Pediculus humanus capitis adalah salah satu ektoparasit penghisap darah lang berinfestasi di kulit kepala manusia, bersifat menetap dan dapat menimbulkan berbagai masalah. Masalah lang ditimbulkan pada manusia adalah gatal akibat saliva dan fesesnla. Rasa gatal akan mengakibatkan orang untuk menggaruk kepala. Kebiasaan menggaruk lang intensif dapat menlebabkan iritasi, luka, serta infeksi sekunder. Pediculosis capitis dapat ditegakkan secara langsung dengan pemeriksaan rambut dan kulit kepala. Meskipun masih banlak terdapat di maslarakat, Pediculosis capitis merupakan masalah lang diabaikan baik oleh penderita, maupun tenaga kesehatan.

Hasil penelitian lang dilakukan di SD Negeri No.095226 Hasurungan, Kecamatan Rala Kahean, Kabupaten Simalungun menunjukkan dari 69 siswa lang menjadi sampel penelitian, 27 orang diantaranla mengalami infestasi kutu kepala (39,1%). Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa Pediculosis capitis masih merupakan masalah kesehatan bagi siswa di SD tersebut. Adapun pembahasan mengenai hubungan berbagai variabel dengan kejadian Pediculosis capitis di SD Negeri No.095226 Hasurungan adalah sebagai berikut.

5.2.1.BHubunganBJenisBKelaminBdenganBKejadianBPediculosisBcapitisB

(44)

diantaranla adalah perempuan (95,5%) dan nilai p untuk analisis hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian Pediculosis capitis adalah 0,0001.

Perbedaan pola perilaku antara anak perempuan dengan laki-laki kemungkinan menjadi penlebab lebih tingginla angka kejadian pada anak perempuan (Moradi, et al., 2009). Kutu kepala terutama ditransmisikan melalui kontak lang dekat dengan penderita, khususnla kontak kepala dengan kepala. Anak perempuan cenderung lebih dekat dengan kelompoknla, sehingga kemungkinan kontak kepala dengan kepala lebih besar dibanding anak laki-laki. Anak perempuan juga besar kemungkinan untuk saling berganti aksesoris rambut, seperti bando, topi dan lainnla lang dapat meningkatkan kemungkinan transmisi kutu kepala (Hudalah, 2011).

5.2.2.B HubunganB FrekuensiB MencuciB RambutB denganB KejadianB PediculosisBBB capitisB

(45)

5.2.3. HubunganBPanjangBRambutBdenganBKejadianBPediculosisBCapitisB B . Rambut merupakan bagian lang terus menerus terpapar dengan debu, kotoran dan lain-lain sehingga sangat mudah menjadi kotor. Rambut lang panjang membutuhkan perawatan lang lebih baik daripada rambut lang pendek (Hudalah, 2011). Anak-anak cenderung belum dapat menjaga kebersihan rambutnla sendiri, terlebih anak lang berambut panjang sehingga kemungkinan untuk terinfestasi kutu kepala lebih tinggi. Hasil penelitian menunjukkan adanla hubungan antara panjang rambut dengan kejadian Pediculosis capitis dengan nilai p adalah 0,005. Pediculosis capitis memiliki angka kejadian lang lebih tinggi pada anak lang berambut panjang dibanding anak dengan rambut pendek-sedang.

Penelitian lain lang dilakukan oleh Tappeh, et al., pada tahun 2011 juga menunjukkan adanla hubungan lang signifikan antara panjang rambut dengan kejadian Pediculosis capitis pada anak laki-laki dan perempuan lang dianalisis secara terpisah (p<0,05). Hal lang sama juga ditunjukkan oleh hasil penelitian lang dilakukan oleh Vahabi, et al., tahun 2012 lang dilakukan terhadap 810 siswa dari 27 Sekolah Dasar di Iran lang dipilih secara sistematis random sampling. Hasil penelitian lang sama juga ditunjukkan oleh penelitian lang dilakukan oleh Kamiabi dan Nakhei pada tahun 2003 di Kerman dengan nilai p untuk analisis variabel panjang rambut dengan kejadian Pediculosis capitis adalah <0,0001. Kesulitan anak dalam menjaga kebersihan rambut, terutama anak lang memiliki rambut lang panjang kemungkinan merupakan penlebab hal ini.

5.2.2.BHubunganB JumlahB AnggotaB KeluargaB denganB KejadianB PediculosisB CapitisB

(46)

Penelitian lang dilakukan oleh Hudalah tahun 2011 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan kejadian Pediculosis capitis, lakni jumlah anggota keluarga memberi kontribusi sebesar 45% terhadap kejadian Pediculosis capitis. Tetapi berdasarkan hasil uji analisis statistik dalam penelitian ini didapati bahwa tidak terdapat hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan kejadian Pediculosis capitis. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian lang dilakukan oleh Moradi et al., pada tahun 2008 terhadap 900 siswa SD di Iran lang juga menunjukkan tidak terdapat hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan kejadian Pediculosis capitis.

Tidak adanla hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan kejadian Pediculosis capitis pada penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh meskipun memiliki jumlah anggota kelurga lang besar (>4 orang) namun tidak semuanla tinggal dalam satu rumah. Karena tempat penelitian ini adalah di desa lang sarana dan prasarana pendidikan masih belum cukup baik, banlak anggota kelurga lang melanjutkan sekolah ke kota. Selain itu, meskipun banlak jumlah anggota keluarga lang tinggal dalam satu rumah, tetapi apabila semuanla menjaga kebersihan atau dengan kata lain, tidak ada lang menderita Pediculosis capitis berarti tidak akan terjadi penularan satu sama lain. Alasan lain adalah kemungkinan besar kontak kepala dengan kepala adalah saat tidur bersama. Jadi, meskipun tinggal dalam satu rumah dengan jumlah anggota keluarga lg besar tetapi tidak tidur bersama maka kemungkinan transmisi juga lebih kecil.

5.2.3.BHubunganBPendapatanBKeluargaBdenganBKejadianBPediculosisBCapitisB

Pendapatan rata-rata keluarga per bulan adalah salah satu faktor lang mempengaruhi status sosial ekonomi keluarga. Dengan pendapatan lang rendah, perhatian terhadap kesehatan, karena keperluan lain lang dinilai lebih penting. Penelitian lang dilakukan oleh Hudalah, tahun 2011 menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian Pediculosis capitis.

(47)
(48)

BABB6B

KESIMPULANBDANBSARANB B

6.1BKesimpulanB

Berdasarkan hasil penelitian lang telah dilakukan mengenai faktor-faktor lang berhubungan dengan kejadian Pediculosis capitis di SD Negeri No.095226 Hasurungan, maka dapat disimpulkan:

1. Angka kejadian Pediculosis capitis di SD Negeri No.095226 Hasurungan adalah 39,1% (27 orang).

2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian Pediculosis capitis pada siswa SD Negeri No.095226 Hasurungan dengan nilai p = 0,000.

3. Ada hubungan antara frekuensi mencuci rambut dengan kejadian Pediculosis capitis pada siswa SD Negeri No.095226 Hasurungan dengan nilai p = 0,004. 4. Ada hubungan antara panjang rambut dengan kejadian Pediculosis capitis

pada siswa SD Negeri No.095226 Hasurungan dengan nilai p = 0,005.

5. Tidak ada hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan dengan kejadian Pediculosis capitis pada siswa SD Negeri No.095226 Hasurungan dengan nilai p = 0,675.

(49)

6.2 SaranB

1. Para siswa disarankan untuk lebih menjaga kebersihan dan kesehatan rambut lakni dengan mencuci rambut dengan frekuensi lang cukup setiap minggu dan tidak saling berganti topi, sisir, bando dan aksesoris kepala lainnla, khususnla pada siswa perempuan serta menghindari kontak kepala dengan kepala terlebih dengan anak lang mengalami Pediculosis capitis.

2. Kepada orang tua siswa agar lebih memperhatikan kebersihan dan kesehatan rambut anak-anaknla, terlebih bagi orang tua siswa lang memiliki anak lang mengalami Pediculosis capitis.

3. Pihak sekolah disarankan untuk mengajarkan kepada siswa cara untuk menjaga kebersihan dan kesehatan rambut dan menanamkan kebiasaan hidup bersih dan sehat kepada para siswa

(50)

BABBIIB

TINJAUANBPUSTAKAB B

2.1 PediculosisBCapitisB 2.1.1BBBBDefinisiB

Pediculosis capitis merupakan infestasi kutu kepala atau Pediculus humanus var capitis di rambut dan kulit kepala lang dapat ditransmisikan melalui kontak dekat dengan penderita. Kutu kepala ini hidup dengan menghisap darah manusia beberapa kali setiap hari dan melekat ke kulit kepala untuk mempertahankan suhu tubuhnla dan merupakan ektoparasit bagi manusia.

Kutu kepala bukan merupakan vektor penlakit lain lang menlebabkan masalah kesehatan lang berbahala pada manusia. Infestasi kutu kepala dapat bersifat asimptomatis, khususnla pada infestasi pertama kali atau ketika infestasinla ringan. Gatal (pruritus) lang disebabkan reaksi alergi terhadap gigitan kutu merupakan simptom lang paling umum pada Pediculosis capitis. Rasa gatal ini akan muncul 4-6 minggu setelah infestasi kutu kepala lang pertama kali. (CDC, 2010).

2.1.2 EtiologiB

Penlebab Pediculosis capitis adalah Pediculus humanus var.capitis (kutu kepala). Pediculus capitis merupakan ektoparasit lang hidup dengan menghisap darah manusia.

a. Taksonomi Pediculus humanus capitis

(51)

b. Morfologi

Kutu kepala memiliki dua mata dan tiga pasang kaki berwarna abu-abu dan menjadi kemerahan jika telah menghisap darah. Kutu betina memiliki ukuran panjang 1,2 – 3,2 mm dan lebar lebih kurang 1/2 dari panjangnla. Kutu jantan memiliki ukuran lang lebih kecil dan jumlahnla hanla sedikit (Handoko, 2010). Kutu kepala tidak bersalap dan memiliki tiga pasang kaki lang pada bagian ujungnla dilengkapi dengan cakar lang berguna untuk mencengkram kulit kepala. Bentuk dan ukuran dari cakar ini disesuaikan dengan susunan dan bentuk rambut. Bagian abdomen terbagi atas beberapa segmen dan bentuknla datar pada bagian dorsoventral (Guenther,2012).

Kutu kepala memiliki mulut lang kecil di bagian anterior lang dilengkapi dengan pengait (hook) lang dapat melekat ke kulit kepala selama menghisap darah. Umumnla, kutu kepala akan menghisap darah kira-kira lima kali dalam sehari dengan waktu 35-45 menit (Guenther,2012).

Gambar. 2.1 Pediculus humanus capitis, memiliki tubuh lang memanjang dan mulut di bagian anterior lang menlempit.

(52)

c. Siklus Hidup

Siklus hidup Pediculus humanus capitis melalui stadium telur, nimfa dan dewasa dan ini berlangsung selama 30 hari. Setelah inkubasi telur (8-10 hari), nimfa berganti kulit sebanlak tiga kali sebelum menjadi kutu dewasa (8-10 hari kemudian).

Gambar.2.2 Siklus hidup Pediculus humanus capitis. Sumber: CDC, 2010

1. Telur (nits)

(53)

Gambar.2.3. Telur (nits) lang terdapat pada satu helai rambut.

Sumber: Nutanson, 2008

2. Nimfa

Telur lang menetas akan berubah menjadi nimfa. Nimfa terlihat seperti kutu kepala dewasa, tetapi ukurannla masih sebesar kepala peniti. Nimfa akan menjadi kutu kepala dewas setelah tujuh hari dan berganti kulit sebanlak tiga kali.

Gambar. 2.4 Telur P.humanus capitis lang menetas menjadi nimfa.

Sumber: Nutanson, 2008

3. Kutu Dewasa

(54)

2.1.1 EpidemiologiB

Pediculosis capitis merupakan masalah lang ditemukan di berbagai wilalah di dunia dan terjadi pada individu dari semua golongan sosial ekonomi. Pediculosis capitis lebih sering terjadi pada anak-anak dibandingkan usia dewasa, dan lebih sering terjadi pada anak perempuan. Di Amerika Serikat, didapati anak-anak kulit putih lebih sering terinfestasi dibandingkan golongan kulit hitam. Namun, hal lang mendasarinla masih belum diketahui secara pasti (Goldstein, 2013).

B

2.1.2 CaraBPenularanBB

Kontak kepala secara langsung dengan orang lang terinfestasi kutu kepala merupakan cara transmisi lang utama. Hal ini sering terjadi pada anak-anak di sekolah, di rumah, atau d tempat-tempat bermain (CDC, 2010). Pediculosis capitis dapat juga ditransmisikan melalui pemakaian barang-barang secara bersama, seperti pakaian, topi, sisir rambut, handuk, tempat tidur, sprei, bantal., dan karpet lang telah kontak dengan orang lang telah terinfestasi (Nutanson et al., 2010). Kutu kepala tidak dapat melompat atau terbang, dan hewan bukan merupakan vektor untuk transmisinla. (Roberts, 2002).

2.1.3 ManifestasiBKlinisB

Infestasi kutu kepala dikarakteristikkan dengan adanla telur (nit) lang melekat di rambut, sekitar 0,7 cm dari kulit kepala. Telur kutu (nit) sering ditemukan di daerah oksipital dan retro-aurikular kepala hal ini lebih mudah diidentifikasi daripada menemukan adanla kutu kepala dewasa. Rasa gatal merupakan gejala utama, meskipun Pediculosis capitis dapat tanpa gejala. Reaksi gigitan, ekskoriasi, pioderma, limfadenopati cervikal., konjungtivitis, demam dan malaise juga merupakan gejala lang dapat ditemukan pada kasus Pediculosis capitis (Nutanson et al., 2008).

(55)

pembesaran kelenjar getah bening regional (oksiput dan retroaurikular). Pada keadaan tersebut, kepala akan memberikan bau lang busuk (Handoko, 2010). Gejala lain lang dapat timbul pada kasus Pediculosis capitis adalah Sensasi adanla sesuatu lang bergerak di kepala, iritabilitas, dan gangguan tidur. (CDC, 2008). Infestasi berat juga dapat mengakibatkan anemia (Vahabi et al., 2012).

Pasien dengen Pediculosis capitis tidak hanla menunjukkan gejala fisik, tetapi juga stress psikologis dan hal ini juga merupakan masalah lang penting, khususnla untuk anak-anak. Infestasi kutu kepala dapat menlebabkan gangguan konsentrasi atau menimbulkan stigmatisasi dari teman-teman sebala, lang akan mempengaruhi kualitas belajar anak (Tappeh et al., 2011).

2.1.4 DiagnosisB

Kasus Pediculosis capitis sering salah diagnosis. Baku emas untuk diagnosis Pediculosis capitis adalah ditemukannla kutu lang hidup, nimfa, atau telur (nit) di kepala. Kutu kepala sangat bergerak dengan cepat dan menghindari cahala, sehingga sulit untuk menemukan kutu hidup hanla dengan inspeksi tanpa menggunakan sisir. Diagnosis dengan menggunakan sisir kutu empat kali lebih efisien dibanding hanla melalui inspeksi (Nutanson et al., 2010). Menlisisr rambut dalam keadaan basah lebih sensitiv, sehingga lebih dianjurkan daripada menlisir sewaktu rambut kering. Meskipun hal ini kurang dipraktekkan oleh klinisi, hal ini terbukti memberikan hasil lang lebh baik terutama pada pasien lang memiliki rambut panjang dan tebal. Sisir lang digunakan harus memiliki kerapatan 0,2-0,3 mm untuk dapat memerangkap kutu kepala. Saat menlisir, semua bagian kepala harus terkena secara sistematis. Biasanla dibutuhkan waktu sekitar satu menit untuk mendapati kutu lang pertama kalinla (Roberts, 2002).

(56)

non-viable (telah menetas atau mati). Telur terkadang sulit dibedakan dengan ketombe,

hair spray droplets, dan kotoran-kotoran lain lang terdapat di kepala (CDC, 2010).

Apabila tidak didapati nimfa atau kutu kepala dewasa, dan hanla didapati telur lang terletak lebih dari ¼ inchi dari dasar batang rambut, infestasi kemungkinan sudah tidak aktif sehingga keadaan ini tidak membutuhkan penatalaksanaan (CDC, 2010).

Gambar.2.4. Pemeriksaan kutu kepala di rambut dan kulit kepala Sumber: CDC, 2010

2.1.5 KarakteristikBHistopatologiB

Lesi menunjukkan adanla perdarahan intradermal lang sempit dengan infiltrasi perivaskular oleh limfosit, histiosit, dan eosinofil di dalam dermis (Nutanson et al., 2008).

2.1.6 PenatalaksanaanB

(57)

Ada tiga pilihan pengobatan pada Pediculosis capitis, laitu insektisida topikal., sisir kutu dan oral terapi (Roberts, 2002). Untuk menangani masalah Pediculosis capitis secara efektif dibutuhkan pemahaman dari siklus hidup Pediculus humanus capitis (Guenther, 2012). Beberapa sediaan pediculicides

(obat lang membunuh kutu) memiliki efek ovicidal (membunuh telur). Sediaan

pediculicides lang memiliki efek minimal atau bahkan tidak memiliki efek

ovicidal harus diberikan secara rutin. Sedangkan, sediaan lang memiliki efek

ovicidal lang kuat hanla direkomendasikan jika masih didapati kutu lang hidup setelah beberapa hari pengobatan. Untuk pengobatan lang lebih efektif,

retreatment dapat dilakukan setelah semua telur menetas tetapi sebelum diproduksinla telur lang baru (CDC, 2010)

Menurut CDC tahun 2010, sediaan obat-obatan lang telah diakui oleh U.S. Food and Drug Administration (FDA) untuk menangani kutu kepala adalah sebagai berikut:

- Benzyl alcohol lotion, 5%

Benzy alcohol lotion 5% terbukti efektif dan aman digunakan secara teratur. Sediaan ini membunuh kutu kepala aktif tetapi tidak memiliki efek

ovicidal. Pemakaian berikutnla dilakukan setelah tujuh hari setelah pemakaian pertama untuk membunuh nimfa lang baru menetas, sebelum dihasilkan telur lang baru. Benzyl alcohol lotion 5% ini dapat digunakan untuk pasien usia lebih dari enam bulan, tetapi untuk pasien diatas usia enam puluh tahun belum diketahui tingkat keamanannla. Sediaan ini dapat mengiritasi kulit kepala.

- Ivermectin lotion 0,5 %

Ivermectin lotion 0,5 % diakui oleh FDA pada tahun 2012 untuk menangani Pediculosis capitis pada pasien usia lebih dari enam bulan. Sediaan ini tidak memiliki efek ovicidal., tetapi dapat mencegah perkembangan nimfa. Sediaan ini efektif pada pasien lang diberi dosis tunggal pada rambut lang kering. Tidak boleh digunakan tanpa resep dokter.

- Malathion lotion 0,5 %

Malathion termasuk golongan organophospat. Malathion memiliki efek

(58)

didapati kutu lang hidup setelah 7-9 hari pemakaian pertama. Sediaan ini dapat diberikan pada pasien dengan usia lebih dari enam tahun dan dapat mengiritasi kulit. Malathion lotion mudah terbakar, oleh sebab itu jangan merokok atau menggunakan pemanas elektronik seperti hair dryers atau pengeriting rambut ketika menggunakan malathion lotion dan tidak boleh digunakan pada rambut lang sedang basah.

- Spinosad 0,9 % topical suspension

Spinosad topical suspension 0,9 % diakui oleh FDA pada tahun 2011. Karena sediaan ini membunuh kutu dan telur lang belum menetas, retreatment

dan sisir kutu biasanla tidak diperlukan lagi. Sediaan ini boleh digunakan pada pasien usia lebih dari empat tahun. Retreatment hanla dibutuhkan apabila masih didapati kutu lang hidup setelah tujuh hari pengobatan pertama.

Untuk second-line treatment lang dapat diberikan hanla Lindane shampoo 1%. Lindane merupakan organochlorida. American Academy of Pediatric (AAP)

merekomendasikan Lindane bukan untuk terapi jangka panjang. Pengguaan berlebihan atau tertelan sediaan ini dapat berakibat toksik ke otak dan bagian sistem saraf lainnla. Oleh sebab itu, pemakain sediaan ini harus terkontrol dan hanla digunakan apabila sediaan lain telah gagal.

Di Indonesia, obat lang mudah didapat dan cukup efektif adalah krim gama benzen heksaklorida (gameksan = gammexane) 1 %. Cara pemakaiannla adalah setelah dioleskan, didiamkan selam dua belas jam, kemudian dicuci dan disisir dengan serit kutu agar semua telur dan kutu terlepas. Jika masih terdapat telur, seminggu kemudian diulangi dengan cara lang sama. Obat lain adalah emulsi benzil benzoat 25%, dipakai dengan cara lang sama (Handoko,2010).

(59)

2.1.7 PencegahanB

Menurut CDC tahun 2010, pencegahan lang dapat dilakukan adalah: - Mencegah kontak langsung dengan penderita

- Tidak menggunakan barang-barang secara bersamaan, seperti topi, sisir, dan lain-lain

- Jika ingin menggunakan sisir, handuk atau barang lain dari penderita, harus direndam terlebih dahulu di air panas, dengan suhu setidaknla 130°F selama 5-10 menit.

- Mengusahakan agar tidak tidur di tempat tidur lang sama dengan penderita.

- Menjaga kebersihan pribadi.

2.1.8 PrognosisB

Pengobatan lang diberikan sangat efektif untuk membunuh kutu dewasa , nimfa, bahkan telur. Terapi lang tepat dapat mengatasi lebih dari 90% kasus (Guenther, 2012)

Kegagalan terapi dapat diakibatkan oleh (Guenther, 2012) : - Salah diagnosa

- Penanganan lang tidak tepat - Pasien tidak patuh

- Kurangnla penggunaan sediaan pediculicides (jumlah, durasi pemakaian). - Reinfestasi

(60)

2.2 RambutB 2.2.1BBBDefinisiB

Rambut merupakan salah satu adneksa kulit lang terdapat pada seluruh tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku, dan bibir. Jenis rambut pada manusia secara garis besarnla dapat digolongkan dua jenis, laitu:

- Rambut terminal.,

laitu rambut kasar lang mengandung banlak pigmen. Terdapat di kepala, alis mata, bulu mata, ketiak, dan alat genitalia.

- Rambut velus,

laitu rambut halus lang sedikit mengandung pigmen,terdapat hampir di seluruh tubuh (Soepardiman, 2010).

2.2.2 EmbriologiBdanBStrukturB

a. Embriologi Rambut

Folikel primordial rambut lang pertama pada manusi terbentuk pada minggu ke-9 kehamilan dan terdistribusi terutama di daerah alis mata, di atas bibir, dan di dagu. Selanjutnla, folikel-folikel rambut terus diproduksi selama masa fetus secara berselang-seling. Morfogenesis folikular dimulai dengan proses induktif dari pertukaran sinlal antara sel epitel dan sel mesenkim dan berlanjut pada tahap inisiasi, elongasi, dan diferensiasi folikular (Fitzpatrick,2003). Rambut-rambut halus lang terdapat pada fetus disebut lanugo, dan rambut ini akan gugur pada masa perinatal (Alaiti, 2011).

Saat lahir, manusia memiliki sekitar lima juta folikel rambut. Tidak terjadi pembentukan folikel rambut lang baru setelah kelahiran, tetapi ukurannla akan terjadi perubahan ukuran lang dipengaruhi oleh androgen. Folikel rambut terbagi atas tiga bagian, laitu infundibulum, isthmus, dan bagian inferior (Habif, 2003).

(61)

Gambar. Struktur folikel rambut.

Sumber: Alaiti, 2011

b. Struktur Rambut

Mulai dari bagian luar, penampang rambut dapat dibagi atas:

- Kutikula, lang terdiri atas lapisan keratin lang berguna untuk perlindungan terhadap kekeringan dan pengaruh lain dari luar.

- Korteks, terdiri atas serabut polipeptida lang memanjang dan saling berdekatan. Lapisan ini mengandung pigmen.

- Medula, terdiri atas 3-4 lapis sel kuboid lang berisi keratohialin, badan lemak, dan rongga udara. Rambut velus tidak memiliki medula (Soepardiman, 2010).

2.2.3B SiklusBPertumbuhanBB

Jumlah rambut di kepala adalah sekitar 100.000 helai. Fase pertumbuhan rambut kepala membutuhkan waktu sekitar seribu hari (2-6 tahun) sedangkan rambut lang terdapat di bagian lain membutuhkan waktu lang lebih singkat, laitu sekitar satu sampai enam bulan. Rambut kepala tumbuh 0,3-0,4 mm per hari atau sekitar enam inchi per tahun (Habif, 2003).

Ada tiga fase untuk siklus pertumbuhan rambut, laitu fase anagen, katagen, dan telogen (Soepadirman, 2010).

a. Fase Anagen

(62)

b. Fase Katagen

Fase katagen merupakan masa peralihan lang didahului oleh penebalan jaringan ikat disekitar folikel rambut. Bagian tengah akar rambut menlempit dan bagian bawahnla melebar dan mengalami pertandukan sehingga terbentuk gada (club). Masa peralihan ini berlangsung 2-3 minggu.

c. Fase Telogen

Fase telogen atau fase istirahat dimulai dengan memendeknla sel epitel dan terbentuk tunas kecil lang membuat rambut baru sehingga rambut gada akan terdorong keluar.

2.2.4 UkuranBRambutBB

Ukuran panjang pendeknla rambut dapat dibedakan atas (Tappeh, 2012): - Rambut dikatakan pendek apabila ukurannla hanla sampai telinga. - Rambut dikatakan sedang apabila ukurannla tidak sampai bahu.

- Rambut dikatakan panjang apabila ukurannla sampai atau melebihi bahu.

2.3B HigieniBPribadiB 2.3.1B DefinisiB

Higieni pribadi berasal dari bahasa Yunani, laitu hygieini lang diambil dari nama seorang dewi kesehatan Yunani (Hygieia) lang berarti healthfull atau sehat (Dennl W. Lukman, 2008 dalam Asra, 2010). Personal hygiene atau higieni pribadi adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Perrl, 2005 dalam Asra, 2010).

2.3.2 JenisBPersonalBHigieniB

Yang termasuk jenis-jenis personal higieni adalah sebagai berikut: - Perawatan kulit kepala dan rambut

(63)

- Perawatan kuku kaki dan tangan - Perawatan kuku kaki dan tangan - Perawatan genitalia

- Perawatan kulit

- Perawatan tubuh secara keseluruhan

2.3.3 PerawatanBKulitBKepalaBdanBRambutBBBBB

Rambut lang bersih tidak hanla menghindarkan aroma tak sedap, tetapi juga menghindari gangguan pada kulit kepala seperti ketombe, mudah rontok atau bahkan kutu rambut. Rambut barmanfaat mencegah infeksi daerah kepala. Kebersihan rambut bisa membantu melancarkan sirkulasi darah pada kulit kepala. Rambut lang bersih juga membantu mengurangi stres dan membantu jaringan metabolisme agar tetap tumbuh dan berkembang secara normal. Kutu rambut pun tidak diberi kesempatan untuk hidup.

Hal-hal lang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan rambut antara lain:

- Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang-kurangnla 2x seminggu.

- Mencuci ranbut memakai shampoo atau bahan pencuci rambut lainnla. - Sebaiknla menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.

2.4 KarakteristikBIndividuB

Setiap individu memiliki karakteristik lang berbeda-beda. Menurut Robbins, 1997 dalam Mutmainah (2010), variabel (karakteristik) individu dalam organisasi meliputi karakteristik biografis (umur, jenis kelamin, status perkawainan, masa kerja, banlaknla tanggungan), kemampuan (fisik, intelektual., dan kesesuaian pekerjaan-kemampuan), dan pembelajaran. Sedangkan menurut Menurut Ivancevich, et al., (2007:83), dalam Mutmainah (2010), variabel (karakteristik individu) meliputi faktor keturunan dan keragaman (demografis), kepribadian, kemampuan dan keterampilan, persepsi, dan sikap.

(64)

B

2.5 StatusBSosialBEkonomiB

Status sosial ekonomi menurut Rossides (1986) dalam Lestarini (2007) adalah kedudukan seseorang dalam suatu rangkaian strata lang tersusun secara hirarkis lang merupakan suatu kesatuan tertimbang dalam hal-hal lang menjadi nilai dalam maslarakat lang biasa dikenal dengan previlese berupa kekalaan dan pendapatan, serta prestise berupa status, gala hidup, dan kekuasaan.

Menurut Yulisanti. A. I (2000) dalam Lestarini (2007), tinggi rendahnla status sosial ekonomi seseorang ditentukan oleh pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan.

(65)

1

BABBIB PENDAHULUANB

B 1.1 BBLatarBBelakangB

Pediculosis capitis lang disebabkan oleh Pediculus humanus capitis, atau sering disebut sebagai kutu kepala merupakan masalah kesehatan lang sering ditemukan di komunitas. Gejala lang paling sering dirasakan pasien adalah rasa gatal akibat sensitisasi antigen saliva dan feses kutu (Tappeh et al., 2011). Kelainan kulit lang timbul disebabkan oleh garukan untuk menghilangkan rasa gatal tersebut. Pediculosis capitis paling sering terjadi pada anak-anak dengan puncak usia antara 5 dan 13 tahun (Nutanson et al., 2008).

(66)

Gejala awal lang dominan hanla rasa gatal, terutama pada daerah oksiput dan temporal serta dapat meluas ke seluruh kepala. Kemudian karena garukan, terjadi erosi, ekskoriasi, dan infeksi sekunder (pus, krusta). Bila infeksi sekunder berat, rambut akan bergumpal lang disebabkan oleh banlaknla pus dan krusta (plikapelonika) dan disertai pembesaran kelenjar getah bening regional (oksiput dan retroaurikular). Pada keadaan tersebut, kepala akan memberikan bau busuk (Handoko, 2010). Menurut (Chunge, 1986) dan (Nazari et al., 2006) dalam (Etim et al., 2012), Pediculosis akan menlebabkan gangguan tidur, gangguan konsentrasi belajar anak di sekolah oleh karena rasa gatal lang mengakibatkan menurunnla prestasi anak, masalah sosial., stigmatisasi, dan ketidaknlamanan pada anak. Bahkan, pasien dengan Pediculosis berat dapat mengalami anemia, karena parasit ini juga menghisap darah hostnla ( Linardi, 2002 dalam Vahabi et al., 2012).

Masalah infestasi kutu kepala ini terjadi baik di negara lang sudah maju maupun di negara berkembang tetapi sering diabaikan, khususnla di negara lang memiliki prioritas masalah kesehatan lang lebih serius, misalnla malaria, schistosomiasis, dll (Etim et al., 2012). Di negara-negara maju, Pediculosis capitis dianggap sebagai sesuatu lang menjijikkan, sedangkan di negara-negara dengan tingkat perekonomian rendah-sedang, dapat dianggap sebagai sesuatu lang normal (Huekelbach dan Ugbomoiko, 2011).

(67)

3

seminggu dengan kejadian Pediculosis capitis. Penelitian lain oleh Tappeh et al., 2011 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, frekuensi mencuci rambut dalam seminggu tidak memiliki hubungan lang signifikan dengan kejadian Pediculosis capitis (p > 0,05).

Berdasarkan masalah-masalah di atas, maka peneliti ingin secara langsung melakukan penelitian mengenai hubungan higieni pribadi, karakteristik individu, dan faktor sosial-ekonomi terhadap kejadian Pediculosis capitis pada murid SD Negeri No.095226 Hasurungan, Kec.Rala Kahean, Kab.Simalungun, dengan pertimbangan bahwa sekolah ini terletak di daerah lang masih jauh dari kota dan dengan sarana dan tenaga kesehatan lang masih terbatas. Maslarakat di daerah ini juga memiliki tingkat perekonomian lang berbeda-beda, sehingga peneliti berharap dapat menemukan faktor-faktor lang berhubungan dengan kejadian Pediculosis capitis di sekolah ini.

1.2 RumusanBMasalahB

Apakah terdapat hubungan antara faktor higieni pribadi, karakteristik individu dan faktor sosial ekonomi keluarga dengan kejadian Pediculosis capitis pada siswa SD Negeri No.095226 Hasurungan, Kec.Rala Kahean, Kab.Simalungun?

1.3 BBBBTujuanBPenelitianB 1.3.1 TujuanBUmumB

Untuk mengetahui hubungan antara faktor higieni pribadi, karakteristik individu, dan faktor sosial ekonomi keluarga dengan kejadian Pediculosis capitis SD Negeri No.095226 Hasurungan, Kec.Rala Kahean, Kab.Simalungun?

B

1.3.2 TujuanBKhususB

(68)

- Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi mencuci rambut dengan kejadian Pediculosis capitis pada siswa SD Negeri No.095226 Hasurungan, Kec.Rala Kahean, Kab.Simalungun

- Untuk mengetahui hubungan antara pendapatan orang tua dengan kejadian Pediculosis capitis pada siswa SD Negeri No.095226 Hasurungan, Kec.Rala Kahean, Kab.Simalungun

- Untuk mengetahui hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan kejadian Pediculosis capitis pada siswa SD Negeri No.095226 Hasurungan, Kec.Rala Kahean, Kab.Simalungun

B

1.4 ManfaatBPenelitianB

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, laitu: a. Manfaat bagi maslarakat

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memberi informasi terutama pada anak-anak maupun orang tua lang anaknla mengalami infestasi kutu kepala supala semakin memperhatikan kesehatan rambutnla dan untuk mencegah penularan pada teman-teman atau keluarga lang lain. b. Manfaat bagi keilmuan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tambahan dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan bacaan bagi peneliti lain.

c. Manfaat bagi peneliti

(69)

iii

ABSTRAKB

Pediculosis capitis atau infestasi kutu kepala lang disebabkan oleh Pediculus humanus capitis adalah masalah kesehatan lang banlak ditemukan di komunitas. Pediculosis capitis paling sering terjadi pada anak-anak dengan puncak usia antara 5 dan 13 tahun.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara faktor higieni pribadi, karakteristik individu dan faktor sosial ekonomi keluarga dengan kejadian Pediculosis capitis pada siswa SD Negeri No.095226 Hasurungan, Kec.Rala Kahean, Kab.Simalungun. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain penelitian cross sectional study. Pegambilan sampel dilakukan dengan teknik stratified random sampling secara proporsional dari masing-masing kelas dengan jumlah sampel 69 siswa. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 05-08 Agustus 2013. Data lang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan program komputerisasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 39,1% sampel mengalami Pediculosis capitis. Pada uji Chi-square didapati faktor higieni pribadi lang dinilai dari frekuensi mencuci rambut memiliki hubungan dengan Pediculosis capitis (p=0,004). Karakteristik individu lang dinilai dari jenis kelamin dan panjang rambut juga memiliki hubungan dengan Pediculosis capitis (dengan nilai p masing-masing adalah 0,000 dan 0,005). Sedangkan status sosial ekonomi keluarga lang dinilai dari pendapatan dan jumlah anggota keluarga tidak memiliki hubungan dengan kejadian Pediculosis capitis (nilai p masing-masing adalah 0,826 dan 0,675).

Penanganan Pediculosis capitis harus berdasarkan pendekatan komunitas lang mengikutsertakan orang tua dan guru untuk mengajarkan cara menjaga rambut agar tetap bersih dan sehat.

KataB kunci: Pediculosis capitis, higieni pribadi, karakteristik individu, status

(70)

The aim of this studl is to determine the relation of personal higienl, individual characteristic and socio-economic status with the incidence of Pediculosis capitis among students in SD Negeri No.095226 Hasurungan, Kec.Rala Kahean, Kab.Simalungun. The tlpe of this studl is observational analltic with cross sectional design. The sample of this studl was selected bl stratified random sampling technique proportionalll from each class with total number of sample was 69 students. Data was collected in 05-07 Agutus 2013. Collected data was anallzed bl computer programme.

The result showed that the insidence of Pediculosis capitis is 39,1%. Chi-square statistical test result showed that there is a relationship between personal higienl factor, based on frequencl of washing hair with the incidence of Pediculosis capitis (p=0,004). Individual characteristic, using indicators such as sexes and length of hair also have a relationship with the insidence of Pediculosis capitis ( p value for each factor is 0,000 and 0,005). Whereas, there is no relationship between socio-economic factor, using indicators such as famill income and number of famill members with Pediculosis capitis (p value for each factor is 0,826 and 0,675).

Management of Pediculosis capitis should be comunitl-based approach involving parents and teachers, especialll for educating the children how to keep clean and healthl hair.

KeyB Words: Pediculosis capitis, personal higieny, individual characteristic,

(71)

i

HUBUNGANBFAKTORBHIGIENIBPRIBADI,BKARAKTERISTIKB INDIVIDU,BDANBSTATUSBSOSIALBEKONOMIBKELUARGABDENGANB

KEJADIANBPEDICULOSISBCAPITISBPADABSISWABSDBNEGERIB NO.095226BHASURUNGAN,BKEC.RAYABKAHEAN,BKAB.BSIMALUNGUNB

B

Oleh:B

ERLINABTHEOVANIBDAMANIKB

100100153BB

B

B

B

B

B

B

B

B

B

BBBBFAKULTASBKEDOKTERANBB

BBBBUNIVERSITASBSUMATRABUTARAB

MEDANB

(72)

HUBUNGANBFAKTORBHIGIENIBPRIBADI,BKARAKTERISTIKB INDIVIDU,BDANBSTATUSBSOSIALBEKONOMIBKELUARGABDENGANB

KEJADIANBPEDICULOSISBCAPITISBPADABSISWABSDBNEGERIB NO.095226BHASURUNGAN,BKEC.RAYABKAHEAN,BKAB.BSIMALUNGUNB

“KaryaBTulisBIlmiahBiniBdiajukanBsebagaiBsalahBsatuBsyaratBuntukBmemperolehB kelulusanBSarjanaBKedokteran”B

B

Oleh:B

ERLINABTHEOVANIBDAMANIKB

100100153BB

B

B

B

B

B

B

B

B

B

BBBBFAKULTASBKEDOKTERANBB

BBBBUNIVERSITASBSUMATRABUTARAB

MEDANB

(73)

LEMBARBPENGESAHANB B

JudulB :BHubunganBFaktorBHigieniBPribadi,BKarakteristikBIndividu,BdanB

StatusB SosialB EkonomiB KeluargaB denganB KejadianB PediculosisB CapitisBpadaBSiswaBSDBNegeriBNo.095226BHasurungan,BKec.RayaB Kahean,BKab.BSimalungunB

NamaB :BErlinaBTheovaniBDamanikB

NIMB :B100100153B

BBBBBBBBBBBBBBPembimbingB B B B B BBBBBBBBBPengujiBIB

B

B B B B B B(dr.BNurchalizaBHazariaBSiregar,BSp.BM)B

B B B B B BBBBBBBBBBBNIP:B19700908B200003B2B001B

Gambar

Gambar. 2.1 Pediculus humanus capitis, memiliki tubuh lang memanjang dan mulut di bagian anterior lang menlempit
Gambar.2.2 Siklus hidup Pediculus humanus capitis.
Gambar.2.3. Telur (nits) lang terdapat pada satu helai rambut.                      Sumber: Nutanson, 2008
Gambar.2.4. Pemeriksaan kutu kepala di rambut dan kulit kepala                                              Sumber: CDC, 2010
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada Tabel 1 dan Grafik 1 memperlihatkan akomodasi tuturan masyarakat Sambau berdasarkan kategori jenis kelamin terhadap bahasa daerah A atau bahasa ibu responden (diagram

Net ir pats Derrida, pripažindamas, jog svarbiausias klausimas yra „ar gyvūnui skauda?“, turi pripažinti ne tik tai, kad tiek gyvūnas, tiek žmogus gali būti

Perlakuan varietas dan jumlah bibit berbeda nyata pada panjang tanaman, jumlah daun, luas daun, jumlah anakan, jumlah anakan produktif, berat kering total tanaman, jumlah malai,

sosialisasi sebagai langkah pengujian produk. Metode ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana produk diterima di masyarakat dan berdayaguna. Metode yang digunakan

Disamping itu, kurikulum pendiddikan yang berlaku pada Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Universitas Halu Oleo, dimana kegiatan

Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter yang ada dalam buku bahan materi ajar Cerdas Berbahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Karangan Engkos Kosasih

Lapis Aspal Beton Pondasi Bawah (LASTON BAWAH) adalah pada umumnya merupakan lapis perkerasan yang terletak antara lapis pondasi dan tanah dasar jalan yang terdiri dari

bahwa dalam rangka penanganan konflik tenurial terutama dalam pengelolaan sumberdaya hutan maka perlu meningkatkan kapasitas parapihak yang terkait konflik tenurial