• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Ergonomi Desain Ulang Kursi Kerja Karyawan Bagian Stamping di PT. SC Johnson Manufacturing Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Ergonomi Desain Ulang Kursi Kerja Karyawan Bagian Stamping di PT. SC Johnson Manufacturing Medan"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ERGONOMI DESAIN ULANG KURSI KERJA

KARYAWAN BAGIAN STAMPING DI

PT. SC JOHNSON MANUFACTURING MEDAN

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

Deasy M. Pardede

NIM. 080403089

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Dengan segenap kerendahan hati, penulis memanjatkan puji, syukur,

hormat dan penyembahan hanya kepada Allah Yang Maha Tinggi, Sang Alpha

dan Omega, yang telah mengaruniakan harta yang tidak dapat dinilai oleh apapun,

yaitu kehidupan kekal bagiku dan pengenalan yang lebih dalam akan Dia. Secara

khusus saat ini, Dia ijinkanku untuk menyelesaikan Tugas Sarjana.

Tugas Sarjana ini berjudul “Analisis Ergonomi Desain Ulang Kursi Kerja Karyawan Bagian Stamping di PT. SC Johnson Manufacturing Medan. Tugas Sarjana ini bertujuan sebagai syarat penyelesaian studi di Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik USU.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna, dibutuhkan

penelitian lanjutan untuk dapat semakin menyempurnakannya. Dengan demikian,

diharapkan untuk mahasiswa yang mengambil konsep penelitian yang sama dapat

lebih mengembangkan penelitiannya. Semoga Tugas Sarjana ini bermanfaat bagi

semua pihak yang membutuhkan.

Medan, Juni 2013

(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini, penulis mengucapkan terimakasih

kepada pihak-pihak yang disebutkan di bawah ini :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, M.SIE, selaku Dosen Pembimbing

I atas bimbingan dan masukan yang diberikan dalam penyelesaian Tugas

Sarjana ini.

2. Ibu Dr. Eng. Ir. Listiani Nurul Huda, MT, selaku Dosen Pembimbing II atas

bimbingan, masukan, arahan, waktu, konsep pikir dan motivasi-motivasi yang

sangat membangun dalam penyusunan Tugas Sarjana ini.

3. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri

Universitas Sumatera Utara dan Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT, selaku

Sekretaris Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Zulfikri, selaku Manajer SHE PT.SC Johnson Manufacturing Medan

yang telah memberikan izin melakukan penelitian ini.

5. Keluarga terkasih (orangtua, kakak, abang dan adik) yang tidak pernah

putusnya memberikan dukungan doa, dana dan semangat kepada penulis

dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

6. Adik-adik yang sangat kukasihi dalam Kelompok kecil SG-Aqua La Vida

(Astri, Evan, Febriro, Fitri, Herry, Mutiara, dan Henry) dan SG-Lighthouse

(Abram, Ami, Arry, Dewi, Miska, dan Sarah) atas doa dan senyuman

(5)

7. Sahabat satu rekan kerja, Tumpal Tampubolon yang telah banyak memberi

dukungan waktu, pikiran, doa dan semangat kepada penulis.

8. Para sahabatku terkasih dalam KTB Solagratia dan or’Hagoyyim (Dedy, Fitri,

dan Kristoffel) yang selalu peduli, memberi masukan, motivasi, peneguhan,

terlebih doa-doa yang senantiasa dipanjatkan.

9. Para sahabatku D*** Teknik (Enita, Evi, Melanie, dan Nova) untuk

dukungan doa, semangat dan motivasi yang membangun.

10. Sahabatku terkasih, Debbie dan Dewi Resna yang telah menerimaku di

kostnya dalam pengerjaan Tugas Sarjana.

11. Patimah Harahap, rekan satu tim dalam pengerjaan Tugas Sarjana, atas waktu

dan pikiran yang diberikan untuk kami berdiskusi.

12. Semua teman angkatan 2008 di Departemen Teknik Industri USU yang telah

memberikan banyak masukan kepada penulis.

13. Bang Nurmansyah, Bang Mijo, Kak Dina, Kak Ani, dan Bang Ridho atas

bantuan dan tenaga yang telah diberikan dalam memperlancar penyelesaian

Tugas Sarjana ini.

Biarlah kiranya kasih Tuhan tetap menyertai.

Medan, Juni 2013

(6)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I PENDAHULUAN ... I-1

1.1. Latar Belakang ... I-1

1.2. Rumusan Masalah ... I-3

1.3. Tujuan Penelitian ... I-4

1.4. Asumsi dan Batasan Masalah ... I-4

1.5. Manfaat Penelitian ... I-5

1.6. Sistematika Laporan ... I-5

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan... II-1

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-3

2.3. Lokasi Perusahaan ... II-4

(7)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.5. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-4

2.6. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-7

2.7. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-10

2.7.1. Jumlah Tenaga Kerja ... II-10

2.7.2. Jam Kerja ... II-11

2.8. Sistem Pengupahan ... II-13

2.9. Proses Produksi ... II-14

2.9.1. Standar Mutu Bahan/Produk ... II-15

2.9.2. Bahan yang Digunakan ... II-15

2.9.2.1. Bahan Baku ... II-15

2.9.2.2. Bahan Penolong ... II-16

2.9.2.3. Bahan Tambahan ... II-17

2.9.3. Uraian Proses Produksi ... II-18

2.10. Mesin dan Peralatan ... II-21

2.10.1. Mesin Produksi ... II-21

2.10.2. Peralatan (Equipment) ... II-22

2.10.3. Utilitas ... II-22

2.10.4. Safety & Fire Protection ... II-23

2.10.5. Waste Treatment ... II-24

(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

III LANDASAN TEORI ... III-1

3.1. Ergonomi ... III-1

3.1.1. Aplikasi Ergonomi ... III-2

3.1.2. Ergonomi dalam Special Workplace ... III-2

3.2. Keluhan Muskuloskeletal ... III-6

3.3. Rapid Entire Body Assessment (REBA) ... III-7

3.4. Konsep Desain dan Desain Ulang ... III-14

3.5. Perancangan Produk secara Ergonomi ... III-14

3.5.1. Antropometri ... III-14

3.5.2. Tiga Prinsip Dalam Penggunaan Data Antropometri ... III-15

3.5.3. Langkah-langkah Penggunaan Antropometri

dalam Perancangan Ulang ... III-17

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1. Jenis Penelitian ... IV-1

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1

4.3. Pengumpulan Data ... IV-1

4.4. Instrumen Penelitian ... IV-2

4.5. Metode Pengumpulan Data ... IV-2

4.6. Kerangka Konseptual ... IV-3

(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.8. Metode Analisis Pemecahan Masalah ... IV-4

4.9. Metode Kesimpulan dan Saran ... IV-5

4.10. Pelaksanaan Penelitian ... IV-5

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

5.1. Rekapitulasi Standar Nordic Quistionaire (SNQ) ... V-1

5.2. Data Kenyamanan yang Dirasakan Karyawan ... V-6

5.3. Data Dimensi Kursi Aktual dan Dimensi Tubuh

Karyawan ... V-7

5.4. Gambaran Umum di Stasiun Stamping ... V-12

5.5. Pengolahan Data ... V-14

5.5.1. Tabulasi Data Standar Nordic Quistionaire ... V-11

5.5.2. Postur Kerja Aktual Karyawan ... V-16

5.5.3. Uji Keseragaman Data Dimensi Tubuh Karyawan ... V-26

5.5.4. Uji Kecukupan Data ... V-28

5.5.5. Uji Distribusi Normal ... V-29

5.5.6. Penetapan Data Antropometri ... V-30

5.5.7. Dimensi Tubuh yang Ekstrim Rata-rata dan

Adjustable ... V-31

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1. Analisis Postur Kerja ... VI-1

(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN 6.3. Analisis Kenyamanan yang Dirasakan Karyawan ... VI-2

6.4. Perancangan Kursi Usulan ... VI-2

6.5. Analisis Kursi Rancangan Ulang ... VI-5

6.6. Analisis Posisi Kursi terhadap Areal Kerja (Loyang Oven) ... VI-6

6.7. Simulasi Rancangan Kursi Usulan ... VI-13

6.8. Analisis Postur Kerja Karyawan dengan

Menggunakan Kursi Usulan ... VI-8

6.9. Analisis Perbandingan Postur Kerja Aktual dengan

Postur Kerja dengan Menggunakan Kursi Rancang Ulang... VI-14

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1. Kesimpulan ... VII-1

7.2. Saran ... VII-2

(11)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Rekapitulasi Jumlah Tenaga Kerja Tetap ... II-11

2.2. Jadwal Kerja Aktif Karyawan Kantor ... II-11

2.3. Jadwal Kerja Aktif Karyawan Pabrik Shift Pertama ... II-12

2.4. Jadwal Kerja Aktif Karyawan Pabrik Shift Kedua ... II-12

2.5. Jadwal Kerja Aktif Karyawan Pabrik Shift Ketiga ... II-12

2.6. Data Spesifikasi Mesin Produksi ... II-21

3.1. Penilaian Batang Tubuh (Trunk) ... III-8

3.2. Penilaian Leher (Neck) ... III-9

3.3. Penilaian Kaki (Legs) ... III-9

3.4. Penilaian Beban (Load) ... III-10

3.5. Penilaian Lengan Atas (Upper Arm) ... III-10

3.6. Skor Lengan Bawah ... III-11

3.7. Skor Pergelangan Tangan ... III-11

3.8. Coupling ... III-12

3.9. Nilai Grup A ... III-12

3.10. Nilai Grup B ... III-12

3.11. Nilai Akhir ... III-13

3.12. Skor Aktivitas ... III-13

3.13. Nilai Tingkat Tindakan REBA ... III-13

(12)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN 5.2. Data Persepsi Kenyamanan Karyawan terhadap Kursi

Aktual yang Digunakan ... V-6

5.3. Dimensi Kursi Aktual ... V-7

5.4. Dimensi Tubuh Karyawan Penyortir ... V-8

5.5. Tabulasi Data Standar Nordic Quitionaire ... V-14

5.6. Perubahan Sudut Lengan terhadap Batang Tubuh

saat Menginspeksi Anti Nyamuk Cacat ... V-19

5.7. Penilaian Batang Tubuh (Trunk) ... V-21

5.8. Penilaian Leher (Neck) ... V-22

5.9. Penilaian Kaki (Legs) ... V-22

5.10. Penilaian Beban (Load) ... V-22

5.11. Penilaian Lengan Atas (Upper Arm) ... V-23

5.12. Skor Lengan Bawah ... V-23

5.13. Skor Pergelangan Tangan ... V-24

5.14. Coupling ... V-24

5.15. Nilai Grup A ... V-24

5.16. Nilai Grup B ... V-25

5.17. Nilai Akhir ... V-25

5.18. Skor Aktivitas ... V-25

(13)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN 5.20. Uji Keseragaman Data Lebar Bahu ... V-27

5.21. Hasil Uji Keseragaman Data untuk Semua Dimensi Tubuh ... V-28

5.22. Hasil Uji Kecukupan Data Dimensi Tubuh Karyawan ... V-29

5.23. Rekapitulasi Uji Distribusi Normal Dimensi Tubuh Karyawan ... V-30

5.24. Nilai Data Berdasarkan Persentil yang Digunakan ... V-31

6.1. Penilaian Batang Tubuh (Trunk) ... VI-9

6.2. Penilaian Leher (Neck) ... VI-10

6.3. Penilaian Kaki (Legs) ... VI-10

6.4. Penilaian Beban (Load) ... VI-10

6.5. Penilaian Lengan Atas (Upper Arm) ... VI-11

6.6. Skor Lengan Bawah ... VI-11

6.7. Skor Pergelangan Tangan ... VI-12

6.8. Coupling ... VI-12

6.9. Nilai Grup A ... VI-12

6.10. Nilai Grup B ... VI-13

6.11. Nilai Akhir ... VI-13

6.12. Skor Aktivitas ... VI-13

6.13. Nilai Tindakan tingkat REBA ... VI-14

(14)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT. SC Johnson Manufacturing Medan ... II-6

3.1. Posisi Operator Bekerja Berdiri ... III-4

3.2. Postur Batang Tubuh (Trunk) ... III-8

3.3. Postur Tubuh Bagian Leher (Neck) ... III-9

3.4. Postur Tubuh Bagian Kaki (Legs) ... III-9

3.5. Ukuran Beban (Load) ... III-10

3.6. Postur Tubuh Bagian Lengan Atas (Upper Arm) ... III-10

3.7. Postur Lengan Bawah ... III-11

3.8. Postur Pergelangan Tangan ... III-11

3.4. Postur Tubuh Bagian Kaki (Legs) ... III-9

3.5. Ukuran Beban (Load) ... III-10

4.1. Kerangka Konseptual ... IV-3

4.2. Blok Diagram Metodologi Penelitian ... IV-5

4.3. Blok Diagram Pengolahan Data ... IV-6

4.4. Bar Chart Pengumpulan Data ... IV-7

5.1. Kursi Karyawan Penyortir ... V-7

5.2. Stasiun Stamping ... V-12

5.3. Flow Chart Kegiatan Penyortir……… V-13

5.4. Persentase Jumlah Karyawan yang Mengalami Keluhan ... V-16 5.5. Postur Kerja Aktual Karyawan (a) Tampak Depan,

(15)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN 5.6. (a) Pandangan Atas Penyortir saat Menginspeksi

dan (b) Kemungkinan Jangkauan Penyortir

terhadap Anti Nyamuk Cacat di Loyang Oven ... V-18

5.7. Postur Batang Tubuh (Trunk)... V-21

5.8. Postur Tubuh Bagian Leher (Neck)……… V-21

5.9. Postur Tubuh Bagian Kaki (Legs) ... V-22 5.10. Ukuran Beban (Load) ... V-22

5.11. Postur Tubuh Bagian Lengan Atas (Upper Arm) ... V-23

5.12. Postur Lengan Bawah ... V-23

5.13. Postur Pergelangan Tangan ……… V-23

5.14. Batas Kontrol Lebar Bahu ... V-28 5.15. Uji Kenormalan Data Dimensi Tubuh Lebar Bahu... V-30

6.1. Rancangan Kursi Usulan (a) Sandaran Kursi (b) Sandaran

Kaki (footrest), (c) Lebar Kursi dan (d) Tinggi Kursi Adjustable .... VI-3

6.2. Kursi Adjustable (a) Kursi Tampak Depan (b) Kursi

Tampak Samping (c) Kursi Tampak Aksonometri ... VI-4

6.3. Kursi dengan Tinggi Normal (a) Tampak Samping Kiri,

(b) Tampak Depan, dan (c) Tampak Belakang ... VI-7

6.4. Postur Kerja Menggunakan Kursi Adjustable

(a) Tampak Depan, (b) Tampak Samping Kiri,

(16)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN 6.5. Postur Batang Tubuh (Trunk) ... VI-9

6.6. Postur Tubuh Bagian Leher (Neck) ... VI-9

6.7. Postur Tubuh Bagian Kaki (Legs) ... VI-10

6.8. Ukuran Beban (Load) ... VI-10

6.9. Postur Tubuh Bagian Lengan Atas (Upper Arm) ... VI-11

6.10. Postur Lengan Bawah ... VI-11

6.11. Postur Pergelangan Tangan ... VI-11

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

L.1. Kuisioner SNQ ... L-1

L.2. Surat Permohonan Tugas Sarjana ... L-2

L.3. Surat Keputusan ... L-7

L.4. Surat Penjajakan ... L-8

L.5. Surat Balasan Pabrik ... L-9

(18)

Analisis Ergonomi Desain Ulang Kursi Kerja Karyawan Penyortir Bagian Stamping di PT. SC Johnson Manufacturing Medan

Abstrak : Kursi merupakan salah satu fasilitas kerja yang sangat penting untuk karyawan yang bekerja duduk, terkhusus untuk pekerjaan yang memerlukan ketelitian yang tinggi. Kursi yang digunakan harus ergonomis. Salah satu dampak kursi yang tidak ergonomis adalah dapat menciptakan postur kerja yang berisiko dan berdampak pada tulang belakang. Jika dibiarkan terus menerus akan mengakibatkan musculoskeletal disorders yang merugikan baik karyawan maupun perusahaan. Kerugian yang dirasakan perusahaan dapat berbentuk naiknya anggaran yang harus dikeluarkan untuk mengolah kembali anti nyamuk cacat dan biaya pengobatan terhadap musculoskeletal disorders karyawan.

Kondisi kursi yang tidak ergonomis ditemui di PT. SC Johnson Manufacturing Medan (PT. SCJMM) yang bergerak di bidang produksi anti nyamuk bakar. Perusahaan ini memiliki salah satu stasiun kerja yaitu stamping. Salah satu kegiatan yang dilakukan di bagian ini adalah menginspeksi anti nyamuk cacat yang ditanggungjawabi oleh karyawan penyortir. Penyortir menggunakan kursi ketika menginspeksi. Kursi tersebut tidak ergonomis ditinjau dari dimensi tinggi kursi terhadap areal kerjanya dan ada tidaknya backrest. Dengan demikian, perlu dilakukan desain ulang terhadap kursi untuk meminimalisir risiko akibat ketidakergonomisan kursi. Standar nordic quitionaire (SNQ) yang digunakan sebagai tools awal identifikasi masalah menunjukkan bahwa karyawan merasakan sakit pada beberapa bagian tubuh seperti pinggang, bokong dan pantat.

Pendekatan antropometri digunakan untuk mendesain ulang kursi penyortir. Sebelum desain ulang, dilakukan analisis terhadap kuisioner SNQ, dimensi kursi aktual dan postur kerja aktual karyawan. Kursi hasil desain ulang memiliki dimensi tinggi kursi yang adjustable dan backrest.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa postur kerja aktual memiliki level 6 yang mengindikasikan perlu perbaikan terhadap kursi sebelum mengakibatkan musculoskeletal disorders pada karyawan. Postur kerja karyawan dengan menggunakan kursi hasil desain ulang disimulasikan dan mendapatkan level 3. Artinya, terjadi pengurangan risiko terhadap karyawan sebagai akibat desain ulang terhadap kursi.

(19)

Analisis Ergonomi Desain Ulang Kursi Kerja Karyawan Penyortir Bagian Stamping di PT. SC Johnson Manufacturing Medan

Abstrak : Kursi merupakan salah satu fasilitas kerja yang sangat penting untuk karyawan yang bekerja duduk, terkhusus untuk pekerjaan yang memerlukan ketelitian yang tinggi. Kursi yang digunakan harus ergonomis. Salah satu dampak kursi yang tidak ergonomis adalah dapat menciptakan postur kerja yang berisiko dan berdampak pada tulang belakang. Jika dibiarkan terus menerus akan mengakibatkan musculoskeletal disorders yang merugikan baik karyawan maupun perusahaan. Kerugian yang dirasakan perusahaan dapat berbentuk naiknya anggaran yang harus dikeluarkan untuk mengolah kembali anti nyamuk cacat dan biaya pengobatan terhadap musculoskeletal disorders karyawan.

Kondisi kursi yang tidak ergonomis ditemui di PT. SC Johnson Manufacturing Medan (PT. SCJMM) yang bergerak di bidang produksi anti nyamuk bakar. Perusahaan ini memiliki salah satu stasiun kerja yaitu stamping. Salah satu kegiatan yang dilakukan di bagian ini adalah menginspeksi anti nyamuk cacat yang ditanggungjawabi oleh karyawan penyortir. Penyortir menggunakan kursi ketika menginspeksi. Kursi tersebut tidak ergonomis ditinjau dari dimensi tinggi kursi terhadap areal kerjanya dan ada tidaknya backrest. Dengan demikian, perlu dilakukan desain ulang terhadap kursi untuk meminimalisir risiko akibat ketidakergonomisan kursi. Standar nordic quitionaire (SNQ) yang digunakan sebagai tools awal identifikasi masalah menunjukkan bahwa karyawan merasakan sakit pada beberapa bagian tubuh seperti pinggang, bokong dan pantat.

Pendekatan antropometri digunakan untuk mendesain ulang kursi penyortir. Sebelum desain ulang, dilakukan analisis terhadap kuisioner SNQ, dimensi kursi aktual dan postur kerja aktual karyawan. Kursi hasil desain ulang memiliki dimensi tinggi kursi yang adjustable dan backrest.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa postur kerja aktual memiliki level 6 yang mengindikasikan perlu perbaikan terhadap kursi sebelum mengakibatkan musculoskeletal disorders pada karyawan. Postur kerja karyawan dengan menggunakan kursi hasil desain ulang disimulasikan dan mendapatkan level 3. Artinya, terjadi pengurangan risiko terhadap karyawan sebagai akibat desain ulang terhadap kursi.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kursi merupakan salah satu fasilitas kerja yang sangat penting untuk

karyawan yang bekerja duduk, terkhusus untuk pekerjaan yang memerlukan

ketelitian yang tinggi. Kursi yang digunakan harus ergonomis. Kursi yang tidak

ergonomis dapat menciptakan postur kerja yang berisiko dan berdampak pada

tulang belakang (Benjamin W. Niebel, 2003). Serge Simoneau, dkk (1996)

mengatakan bahwa postur kerja yang buruk membutuhkan usaha yang lebih besar

dan dapat menghasilkan masalah muskuloskeletal meskipun pengulangannya

sangat rendah.

Chin-Chiuan Lin (2011) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi

kenyamanan duduk operator excavator. Tinggi kursi, kedalaman kursi, alas kursi,

stabilitas kursi, dan kursi yang adjustable sangat mempengaruhi kenyamanan

operator dalam pengoperasian excavator. Onawumi, A. Samuel. dan Lucas, E.

Babajide (2012) dalam penelitiannya terhadap supir taxi di Nigeria menyebutkan

bahwa ketidakergonomisan kursi taxi yang berkelanjutan mengakibatkan

berkurangnya produktivitas dan servis transportasi di negara tersebut. Oleh karena

itu, dilakukan analisis ergonomi untuk merancang ulang kursi taxi di Nigeria.

Dimensi tubuh yang digunakan adalah tinggi duduk tegak, tinggi bahu duduk,

tinggi siku duduk, tinggi mata duduk, lebar bahu, pantat ke lutut, tinggi lutut,

(21)

Permasalahan kursi kerja yang tidak ergonomis ditemukan di salah satu

perusahaan swasta yaitu PT. SC Johnson Manufacturing Medan (PT. SCJMM).

Perusahaan ini bergerak di bidang pembuatan anti nyamuk bakar Baygon.

Perusahaan tersebut memiliki beberapa stasiun kerja salah satunya stamping.

Kegiatan yang dilakukan di bagian ini adalah pencetakan dan inspeksi anti

nyamuk cacat sebelum masuk ke oven. Anti nyamuk yang telah dicetak secara

otomatis masuk ke dalam loyang pengeringan dan dialirkan secara vertikal

(membentuk sudut 60° terhadap oven) ke dalam oven dengan menggunakan

conveyor. Stasiun ini memiliki 15 line kerja dimana setiap dua line kerja terdapat

1 operator dan masing-masing line terdapat dua helper. Salah satu helper

ditugaskan sebagai penyortir (penginspeksi) anti nyamuk cacat sebelum masuk ke

oven.

Adapun tinggi meja oven dari lantai adalah 100 cm. Penyortir mulai

menginspeksi anti nyamuk cacat di loyang pertama dan kedua pada saat conveyor

mulai bergerak naik menuju oven. Jarak antara loyang adalah 15 cm. Jadi, total

tinggi yang harus dicapai penyortir untuk dapat menginspeksi anti nyamuk adalah

115 cm. Menurut standar NIOSH, tinggi tersebut sudah memiliki risiko yang

tinggi untuk pekerja duduk. Tinggi kursi aktual adalah 78,5 cm dan berdasarkan

penelitian pendahuluan menunjukkan bahwasanya tinggi kursi tersebut membuat

karyawan cukup kesulitan menginspeksi anti nyamuk cacat yang posisinya

semakin jauh dari pusat tubuhnya yaitu anti nyamuk yang semakin mendekati

ujung oven. Panjang gancu yang digunakan berkisar 70 cm dan panjang loyang

(22)

menggunakan kursi aktual, lengan karyawan terangkat lebih besar dari 90° dengan

jangkauan maksimal. Kondisi tersebut memiliki risiko yang sangat tinggi

(Occupational Health and Safety Program, 2006).

Di sisi lain, oven merupakan fixed facility sehingga tidak memungkinkan

untuk dimodifikasi sesuai kebutuhan. Maka, kursi yang harus disesuaikan dengan

oven, salah satunya tinggi kursi. Ketika duduk, pelvis berotasi ke belakang,

meningkatkan tekanan pada bagian lumbar spinal (Benjamin W. Niebel, 2003)

dan semakin memperbesar perubahan sudut tubuh (Gempur Santoso, 2004).

Kondisi aktual juga menunjukkan bahwasanya kursi yang tidak memiliki backrest

mengakibatkan sudut tubuh penyortir membungkuk mendekati sudut 60°. Kondisi

tersebut jika dibiarkan terus menerus, akan menciptakan keluhan musculoskeletal

pada karyawan dan merugikan bagi karyawan karena dapat meningkatkan

pengeluaran perusahaan terhadap biaya pengobatan. Oleh karena itu, backrest

sangat dibutuhkan dalam rancangan kursi (Benjamin W. Niebel dan Andris

Freivalds). Kedua kondisi di atas menunjukkan kursi yang digunakan di pabrik

saat ini perlu untuk dirancang ulang dan menganalisisnya secara ergonomi agar

penyortir dapat bekerja lebih baik dan nyaman yang pada akhirnya diharapkan

mampu mengurangi musculoskeletal disorders.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah terdapatnya kursi

(23)

dengan tinggi areal kerja dan tidak memiliki backrest sehingga berpotensi

menimbulkan musculoskeletal disorders pada penyortir.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah :

1. Menganalisis postur kerja aktual akibat penggunaan kursi yang tidak

ergonomis.

2. Merancang ulang kursi yang ada agar lebih ergonomis.

3. Menganalisis kursi hasil desain ulang secara ergonomi agar dapat karyawan

dapat menggunakannya dengan nyaman dan tidak menimbulkan

musculoskeletal disorders.

1.4. Asumsi dan Batasan Masalah

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian adalah :

1. Proses produksi berlangsung dengan normal.

2. Tidak ada pergantian karyawan selama penelitian.

3. Karyawan bekerja secara normal.

4. Alat ukur yang digunakan dalam kondisi baik dan sesuai dengan standar.

Batasan masalah yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan hanya pada kursi karyawan penyortir.

2. Penelitian dilakukan hanya pada dampak musculoskeletal disorders terhadap

karyawan.

3. Konsep desain ulang menggunakan prinsip antropometri.

(24)

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan, hasil dari penelitian dapat digunakan oleh perusahaan

sebagai usulan rancangan kursi ergonomis bagi karyawan penyortir.

2. Bagi mahasiswa, penelitian ini bermanfaat agar mahasiswa dapat menerapkan

prinsip-prinsip ergonomi yang telah dipelajari dalam merancang fasilitas kerja

yang ergonomis.

3. Bagi Departemen Teknik Industri, dapat menambah jumlah dan

mempengaruhi hasil karya mahasiswa yang dapat menjadi literatur dan

referensi penelitian bagi peneliti-peneliti selanjutnya, khususnya dalam bidang

Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja di Departemen Teknik Industri.

1.6. Sistematika Laporan

Sistematika penulisan laporan tugas akhir adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I diuraikan latar belakang penelitian tentang dampak yang

ditimbulkan oleh kursi kerja yang tidak ergonomis, pengaruhnya

terhadap kenyamanan pekerja, rumusan masalah, tujuan penelitian,

asumsi dan batasan masalah penelitian, manfaat penelitian untuk

perusahaan, mahasiswa serta Departemen Teknik Industri, dan

(25)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Pada bab II berisikan sejarah industri (perusahaan), ruang lingkup

bidang usaha, tenaga kerja, proses produksi, bahan baku, penolong

serta bahan tambahan, mesin dan fasilitas produksi dan beberapa hal

yang mendukung informasi mengenai perusahaan di PT. SC Johnson

Manufacturing Medan.

BAB III LANDASAN TEORI

Pada bab III diuraikan teori-teori yang berkaitan dengan pokok

permasalahan yang dikaji dalam tugas akhir ini, rumus, metode dan

pendekatan yang digunakan sebagai dasar pemecahan masalah.

Landasan teori mencakup teori-teori yang mendukung permasalahan,

teori mengenai ergonomi, musculoskeletal disorders (MSDs), postur

kerja.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab IV diuraikan jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian,

kerangka konseptual, tahapan penelitian, variabel penelitian, metode

dan instrumen penelitian, langkah-langkah pengumpulan dan

pengolahan data, arahan analisis dan pemecahan masalah, serta

kesimpulan dan saran.

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab V berisi pengumpulan data pendahuluan, berupa pengumpulan

(26)

menggunakan kursi. Mengidentifikasi data hasil pengamatan dan

pengukuran dimensi tubuh karyawan.

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Pada bab VI diuraikan mengenai analisis kondisi kursi yang tidak

ergonomis dengan kaitannya terhadap postur kerja, juga diuraikan

evaluasi dari hasil penelitian yang dilakukan, yaitu usulan rancangan

kursi ergonomis.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Bab VII berisi kesimpulan dari masalah yang dibahas dalam

penelitian dan menjawab tujuan tentang risiko dan pengendaliannya.

Sedangkan saran yang diberikan berisi tentang usulan rancangan

kursi ergonomis pada bagian stamping PT. SC Johnson

(27)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. SC Johnson Manufacturing Medan sebelumnya bernama PT. Inti

Kimiatama Perkasa. Berdiri sejak 10 November 1997 dengan nama perusahaan

PT. Inti Kimiatama Perkasa, awalnya perusahaan ini berkantor di Jl. Iskandar

Muda, Medan. Perusahaan ini bekerjasama dengan perusahaan lain untuk

melakukan aktivitas produksi bermerek Baygon dan Mostfly melalui kerjasama

dengan salah satu perusahaan yang juga menghasilkan anti nyamuk bakar yaitu

PT. Singapore Lion. PT. Inti Kimiatama Perkasa merupakan salah satu anak

perusahaan Bayer Company sehingga produk yang dihasilkan dibawah

pengawasan Bayer Co. Selain itu, produk Mostfly yang juga dibeli perusahaan ini

dari PT. Singapore Lion memiliki lisensi bayer Co.

Permintaan pasar yang semakin meningkat terhadap anti nyamuk bakar

Baygon, mengakibatkan PT. Inti Kimiatama Perkasa melakukan kerjasama dalam

memproduksi anti nyamuk bakar. Kerjasama dilakukan dengan PT. Primdoni

yang terletak di Kawasan Industri Mabar untuk beberapa merek yang berbeda.

Hasil produksi dari PT. Primdoni disimpan di gudang yang terletak di kawasan

Tanjung Morawa sebelum akhirnya didistribusikan.

Aktivitas produksi dari PT. Primdoni yang semakin menurun membuat

PT. Inti Kimiatama Perkasa membeli gudang milik PT. Primdoni. PT. Inti

(28)

tersebut. Pada akhir tahun 2000, PT. Primdoni mengalami kebangkrutan dan

seluruh aset perusahaan berupa mesin dan peralatan produksi akhirnya dijual

kepada PT. Inti Kimiatama Perkasa. Kantor PT. Inti Kimiatama Perkasa yang

berada di Jl. Iskandar Muda dipindahkan ke lokasi baru di Kawasan Industri

Medan Star, Tanjung Morawa, Medan.

Berdasarkan surat keputusan Departemen Kesehatan RI No. 30701300185

PKD dan No. Pendaftaran RI 1294/I-2002/T PT. Inti Kimiatama Perkasa resmi

memproduksi anti nyamuk bakar Baygon dan Mostfly dibawah pengawasan

Bayer Company, Jerman. Sistem kerjasama dengan perusahaan lain tetap

dilakukan jika permintaan pasar meningkat melebihi kapasitas perusahaan ini.

Ada beberapa anak perusahaan Bayer Company, yaitu perusahaan yang

ada di Pulo Gadung PT. Johnson Home Higiene Product (JHHP) yang

memproduksi anti nyamuk Baygon cair dan Bayfresh. PT. Walet Kencana Perkasa

yang berkedudukan di Surabaya memproduksi Bayclean, Autan dan Baygon

bakar. PT. Inti Kimiatama Perkasa yang berkedudukan di Medan hanya

memproduksi anti nyamuk bakar Baygon dan Mostfly. Sistem distribusi yang

dilakukan adalah distribusi tunggal untuk semua produk Bayer Company di

Indonesia. Perusahaan yang menjadi distributor tunggal adalah PT. Ultramos Jaya.

Bayer Company memposisikan diri di bidang farmasi dan insektisida yang bersifat

Costumer Care.

Masa peralihan pun terjadi pada akhir tahun 2002 dari Bayer Company ke

SC Johnson pada PT. Inti Kimiatama Perkasa. PT. Inti Kimiatama Perkasa mulai

(29)

mendekatkan diri pada sistem CC (Costumer Care). Hampir 70 negara dikuasai

oleh SC. Johnson baik di benua Amerika maupun Eropa. SC. Johnson sedang

meningkatkan market share-nya di Asia termasuk Indonesia. Ada berbagai jenis

produk Costumer Care telah diproduksi oleh SC. Johnson dan permintaan

terhadap produk Costumer Care milik SC. Johnson sangat tinggi. Hal ini terbukti

dengan banyaknya produk SC. Johnson di pasar.

Selama enam bulan, PT. Inti Kimiatama Perkasa mengalami masa transisi

oleh SC. Johnson sebelum akhirnya benar-benar dikendalikan oleh SC. Johnson.

Pada pertengahan Juni 2003 PT. Inti Kimiatama Perkasa resmi dipegang oleh SC.

Johnson. Pada tanggal 5 maret 2010 PT. Inti Kimiatama Perkasa berganti nama

menjadi PT. SC Johnson Manufacturing Medan (PT SCJMM). Ini dilakukan

melalui akte notaris berdasarkan persetujuan dari dewan direksi komisaris

pemegang saham.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT SCJMM merupakan industri yang bergerak pada pembuatan anti

nyamuk. Perusahaan ini hanya memproduksi anti nyamuk bakar yang bermerek

Baygon, Fuyi, dan Raid dimana ketiganya berada dibawah lisensi SC. Johnson.

2.3. Lokasi Perusahaan

PT SCJMM berlokasi di Kompleks Kawasan Industri Medan Star, Jl.

Pelita Raya 1 Km 19,2 Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Provinsi

(30)

Adapun batas-batas lokasi perusahaan ini:

Sebelah Utara : PT. Scorpion

Sebelah Timur : PT. Smart Glove

Sebelah Selatan : PT. Group Tempo

Sebelah Barat : Ruko

2.4. Daerah Pemasaran

Daerah pemasaran PT SCJMM yang utama adalah ekspor dan domestik.

Hampir 80% produk obat nyamuk bakar diekspor dan sisanya untuk memenuhi

kebutuhan dalam negeri. Kebutuhan dalam negeri yang dipenuhi biasanya untuk

daerah pulau Sumatera dengan merek Baygon.

2.5. Struktur Organisasi Perusahaan

Dalam kegiatan operasionalnya, PT SCJMM dikepalai oleh seorang Plant

Manager yang membawahi beberapa departemen. Dalam melaksanakan kegiatan

perusahaan, setiap departemen memiliki tugas dan tanggung jawab

masing-masing. Dengan demikian ada suatu kejelasan arah dan koordinasi untuk

mencapai tujuan perusahaan. Plant Manager dalam melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya dibantu oleh enam manager, yaitu production manager,

quality control manager, maintenance manager, logistic manager, human

resource manager, safety health environment manager,

Selain keenam manager tersebut, plant manager juga dibantu oleh

(31)

cost analyst dan Executive Assistant. Masing-masing bagian tersebut merupakan

nondepartemen yang tidak dikepalai oleh seorang manager, tetapi

pertanggungjawabannya langsung kepada plant manager. Secara umum, plant

manager akan bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan di PT SCJMM,

dan semua kegiatan tersebut akan dipertanggungjawabkan kepada Director

Manager yang ada di Jakarta. Adapun gambar struktur organisasi ini digambarkan

(32)

Director

Plant Manager

Executive Asistant

HRD Manager Maintenance Mgr Genser & SHE Mgr

Logistic Mgr Q.C / Lab. Mgr

Production Mgr Cost Analyst Purchasing

IT / BPT

Lean Architec

Plant Data Coord

Supplai Planner / PPIC Shift Leader Line Leader Operator Helper QC Supervisor & ISO Coord

Analyst

Incoming Supervisor

Analyst

G.C. Analyst

FG & PM Supervisor

FG & PM Staff

RM Supervisor RM Staff Stock Planner Stock Controller HRD Coordinator

Payroll & Admin

Plant Engineer

Mechanic Supervisor

Mechanic Staff

Parts Stock Keeper

SHE

GS & Utilities Spv

Security Driver Social Building Policlinic Cashier Keterangan

FG & PM : Finish Good & Packing Material RM : Raw Material

Spv : Supervisor

SHE : Safety Health & Environment

IT / BPT : Information Technology / Business Process & Technology Genser : General Service

Q.C : Quality Control Lab. : Laboratorium

[image:32.842.122.738.102.428.2]

STRUKTUR ORGANISASI PT. SC JOHNSON MANUFACTURING MEDAN

(33)

2.6. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Organisasi yang baik adalah organisasi yang jelas dan teratur sehingga

dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya setiap pemangku jabatan

memiliki ganbaran dan batasan tugas dan tanggung jawab. Adapun uraian tugas

dan tanggung jawab di PT SCJMM adalah sebagai berikut:

1. Plant Manager

Bertugas untuk memimpin dan mengendalikan semua kegiatan produksi yaitu

merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan dan mengendalikan seluruh

sumber daya tersedia sehingga target perusahaan tercapai.

2. Executive Asistant

Bertugas untuk membantu Plant Manager dalam menyusun agenda kegiatan

Plant Manager, mengadministrasikan setiap rapat-rapat, menyiapkan

berkas-berkas atau membantu apa yang dibutuhkan oleh Plant Manager sehingga

pekerjaan Plant Manager berjalan dengan lancar.

3. Cost Analisyst

Bertugas untuk melakukan analisa seluruh variable biaya, memberikan

masukan terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan dengan tujuan akhir adalah

penghematan biaya tercapai dan biaya produksi dapat dikendalikan dengan

baik.

4. Human Resource Manager

Bertugas untuk menyediakan sumber daya manusia yang tepat sesuai

kebutuhan perusahaan, mengelola sistem penilaian kinerja karyawan,

(34)

pelatihan yang tepat. Bagian ini juga mengelola hubungan dengan serikat

pekerja dan pemerintah yang terkait. Tugas administrasi yaitu mengeluarkan

surat pengangkatan dan pemberhentian, mengatur absensi, cuti karyawan,

administrasi lembur karyawan, serta mengatur semua keluar masuknya surat

perusahaan dan lain-lain. Bagian Human Resource Development (HRD)

langsung berhubungan dengan HRD kantor pusat di Jakarta.

5. Production Manager

Bertugas untuk merencanakan produksi serta mengkoordinasikan dan

mengawasi jalannya produksi sesuai dengan jadwal produksi yang telah

ditetapkan.

6. Maintenance Manager

Bertugas untuk memimpin, merencanakan serta mengkoordinasikan kegiatan

pelaksanaan pemeliharaan/perawatan, perbaikan mesin dan mengatur semua

kebutuhan peralatan termasuk spare part mesin yang dibutuhkan dalam proses

produksi sehingga tidak mengganggu jalanya proses produksi.

7. Quality Control Manager

Bertugas untuk merencanakan, memimpin dan mengkoordinasikan standar

kualitas produk yang dihasilkan, menentukan produk yang sesuai dengan

spesifikasi yang telah ditentukan, bertanggung jawab atas analisa dan

keputusan untuk menerima atau menolak produk. Dalam menjalankan

bertugas untuk, quality control manager dibantu oleh supervisor dan analyzer

yang bertugas untuk di laboratorium untuk melaksanakan pengujian yang

(35)

8. Logistic Manager

Bertugas untuk melaksanakan pengawasan terhadap persediaan bahan baku

maupun produk jadi, merencanakan persediaan terhadap bahan baku,

menerima dan menyimpan bahan baku, dan mengatur keluarnya barang jadi

yang ada di gudang, serta mengawasi dan mengatur keberadaan bahan-bahan

yang ada di gudang.

9. SHE & General Service Manager

Bertugas untuk merencanakan dan melaksanakan program keselamatan dan

kesehatan kerja (Safety Health and Environment) dalam rangka melindungi

setiap karyawan dan siapa saja yang terlibat langsung pada kegiatan

perusahaan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dengan visi zero

accident. Menjadikan proses produksi aman bagi lingkungan dengan visi go

green. Merencanakan penyediaan transportasi karyawan, kantin karyawan,

poliklinik di lokasi pabrik, kebersihan taman dan gedung serta keamanan asset

perusahaan.

10.Plant Data Coordinator

Bertugas untuk mengontrol dan mengkoordinir data-data yang berkaitan

dengan operasional produksi pabrik dan data entry system SAP.

11.Bussiness Process & Technology Specialist (BPT / IT Specialist)

Bertugas untuk menyediakan sistem teknologi informasi diperusahaan sesuai

(36)

12.Purchasing Supervisor

Bertugas untuk melakukan pembelian barang dan jasa yang sesuai dengan

kebutuhan operasional perusahaan, mulai dari bahan baku, spareparts mesin,

ATK, dan jasa-jasa dari pihak ketiga.

2.7. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.7.1. Jumlah Tenaga Kerja

Sesuai dengan kegiatan operasional perusahaan dan peraturan yang

berlaku, terdapat dua kelompok karyawan di PT. SC Johson Manufacturing

Medan yaitu karyawan tetap dan karyawan kontrak. Karyawan tetap adalah

karyawan yang diangkat oleh perusahaan, sehingga mereka menerima gaji

bulanan dan fasilitas-fasilitas lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku,

sedangkan karyawan kontrak yaitu karyawan yang memakai sistem kontrak baik

langsung maupun melalui jasa penyediaan tenaga kerja.

Secara keseluruhan jumlah tenaga kerja tetap di PT. SC Johnson

Manufacturing dapat dilihat pada Tabel 2.1. berikut ini, sedangkan untuk jumlah

keseluruhan jika digabungkan dengan jumlah karyawan kontrak hampir mencapai

(37)

Tabel 2.1. Rekapitulasi Jumlah Tenaga Kerja Tetap

NO Departemen Jumlah

1 Engineering and Maintenance 52

2 Production 271

3 Logistic 12

4 Quality Control and Analyst 22

5 Safety Health and Environment 5

6 Plant Management 6

7 General Service 11

8 HRD 2

9 TDS 1

10 Planning 1

11 Product Costing 1

12 Lean Project 4

Total 388

2.7.2. Jam Kerja

Ketentuan jam kerja pada PT. SCJMM terbagi atas:

a. Karyawan Bagian Kantor

Hari kerja karyawan bagian kantor adalah hari Senin sampai Jumat yang

[image:37.595.156.491.135.442.2]

terdiri dari satu shift kerja. Jadwal jam kerja dapat dilihat dalam Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Jadwal Kerja Aktif Karyawan Kantor

Jadwal Keterangan

Pukul 08.00 – 12.00 Kerja aktif

Pukul 12.00 – 13.00 Istirahat

(38)

b. Karyawan Bagian Pabrik

Hari kerja karyawan pabrik adalah hari Senin sampai Minggu yang terdiri dari

tiga shift kerja. Jadwal shift kerja pertama dapat dilihat dalam Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Jadwal Kerja Aktif Karyawan Pabrik Shift Pertama

Jadwal Keterangan

Pukul 07.00 – 11.00 Kerja aktif

Pukul 11.00 – 12.00 Istirahat

Pukul 12.00 – 15.00 Kerja aktif

Jadwal kerja karyawan pabrik shift kedua dapat dilihat dalam Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Jadwal Kerja Aktif Karyawan Pabrik Shift Kedua

Jadwal Keterangan

Pukul 15.00 – 19.00 Kerja aktif

Pukul 19.00 – 20.00 Istirahat

Pukul 20.00 – 23.00 Kerja aktif

Jadwal kerja karyawan pabrik shift ketiga dapat dilihat dalam Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Jadwal Kerja Aktif Karyawan Pabrik Shift Ketiga

Jadwal Keterangan

Pukul 23.00 – 03.00 Kerja aktif

Pukul 1903.00 – 04.00 Istirahat

Pukul 04.00 – 07.00 Kerja aktif

Perusahaan juga menerapkan hak cuti bagi karyawan agar terdapat

(39)

karyawan. Adapun hak cuti yang diberikan kepada karyawan adalah sebagai

berikut :

a. Karyawan dengan masa kerja lebih dari 1 tahun dan diatas 3 tahun

Bagi karyawan dengan masa kerja lebih dari 1 tahun diberikan izin sebanyak

12 hari, sedangkan masa kerja diatas 3 tahun diberikan hak cuti 18 hari kerja.

Khusus bagi karyawan yang bekerja shift mendapat tambahan 2 hari hak cuti.

b. Karyawan dengan masa kerja kurang dari 1 tahun

Bagi karyawan dengan masa kerja kurang dari 1 tahun, maka diberikan hak

cutinya secara prorate.

2.8. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya

Sistem pengupahan yang diberlakukan pada PT. SCJMM didasarkan pada

prinsip 3 P, yaitu pay for performance, pay for position dan pay for person.

Sistem pengupahan ini diharapkan akan memotivasi karyawan untuk selalu

meningkatkan keahlian dibidangnya dan kinerjanya setiap saat, karena perusahaan

akan memberikan kompensasi yang lebih baik bagi karyawan yang berkinerja

lebih baik.

Fasilitas-fasilitas yang diberikan perusahaan kepada karyawan atau

pegawai adalah sebagai berikut:

a. Upah lembur, yaitu upah yang diberikan untuk karyawan yang bekerja

melebihi jam kerja perusahaan yang telah ditentukan. Upah lembur per jam

diberikan minimal sebesar 2 kali upah pokok per jam.

(40)

c. Tunjangan Hari Raya (THR), yaitu tambahan minimal satu bulan gaji

karyawan yang mempunyai masa kerja lebih dari satu tahun.

d. Program Jamsostek : Jaminan Hari Tua, Jaminan Kecelakaan Kerja dan

Jaminan Kematian.

e. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Mandiri, yaitu diselenggarakan sendiri oleh

perusahaan melalui kerja sama dengan provider rumah sakit.

f. Dana Pensiun.

g. Pembagian keuntungan (profit sharing) dibagikan berdasarkan keuntungan

diperoleh sebanyak 2 kali setiap tahun.

h. Koperasi karyawan

i. Fasilitas sosial lainnya : family gathering day, peringatan hari besar

keagamaan, dan olah raga.

2.9. Proses Produksi

Proses produksi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dari untuk

mengubah atau memberikan nilai tambah pada suatu barang atau jasa dengan

berbagai perlakuan seperti penggunaan sumber daya (bahan baku, mesin-mesin,

peralatan, energi, dan lain-lain). Adapun tentang spesifikasi mesin yang

digunakan dalam proses produksi dapat dilihat dalam Tabel 2.6.

2.9.1. Standar Mutu Bahan/ Produk

Bahan baku utama yang digunakan dalam bentuk tepung harus halus

(41)

cairan dinilai berdasarkan spesifikasi tertulis dengan aktual. Untuk bahan

penolong seperti pembungkus plastik dan karton diuji sesuai spesifikasi atau tidak

dengan acceptance sampling. Untuk produk jadi, ada tiga jenis yang diproduksi

yakni standar, lavender, dan DBD. Ketiga jenis ini berlaku untuk merek Fuyi,

Raid dan Baygon. Ukuran anti nyamuk bakar ada jumbo (28,5 gr - 32,5 gr) dan

standard (23,5 gr -26,5 gr). Standar kadar air harus ≤10% dan secara umum kadar

aktif Transfultrin 0,03%.

2.9.2. Bahan yang Digunakan

Terdapat tiga jenis bahan yang digunakan dalam proses produksi yaitu :

bahan baku, penolong dan tambahan. Berikut dijelaskan bahn-bahan yang

digunakan dalam proses produksi perusahaan :

2.9.2.1.Bahan Baku

Merupakan bahan utama yang digunakan untuk menghasilkan produk jadi

anti nyamuk bakar. Bahan baku yang digunakan antara lain :

1. Tepung Batok (Coconut Powder)

Terbuat dari batok kelapa. Fungsinya adalah sebagai media rambat bara api

dan memperlicin permukaan double anti nyamuk bakar.

2. Tepung Kayu (Wood Powder)

Terbuat dari hasil penggilingan kayu jati. Fungsinya adalah mempercepat

(42)

3. Tepung Lengket (Glue Powder)

Terbuat dari penggilingan kayu medang. Berfungsi sebagai pelengket adonan

anti nyamuk.

4. Ampas Tepung Kanji (Starch Powder/ tepung onggok)

Terbuat dari ubi kayu jenis kanji. Berfungsi sebagai media perekat dan

mengikat adonan-adonan lainnya.

2.9.2.2.Bahan Penolong

Bahan penolong merupakan bahan yang digunakan untuk memperlancar

proses produksi. Bahan penolong yang digunakan dalam proses pembuatan anti

nyamuk bakar adalah air. Adapun yang menjadi fungsi air dalam proses produksi

anti nyamuk antara lain :

1. Mencampur bahan-bahan kimia dalam proses formulasi.

2. Memasak tepung onggok.

3. Media yang digunakan di bagian extruder untuk lembaran adonan.

4. Media yang digunakan untuk memanaskan double anti nyamuk bakar di

dalam oven.

2.9.2.3.Bahan Tambahan

Merupakan bahan yang digunakan dalam proses produksi untuk

(43)

Berikut bahan tambahan yang digunakan :

1. Transfutrin

Transfutrin digunakan dalam bentuk premix yang merupakan zat racun.

Terdapat dua jenis transfutrin yang digunakan yaitu dialatrin dan someone.

Pada obat nyamuk bakar, ini menjadi komponen penting untuk mengusir dan

membunuh serangga. Kadar transfutrin secara rata-rata pada obat nyamuk

bakar berkisar ±0,03%.

2. Sodium Benzoat (NaC6H5)

Sodium Benzoat merupakan zat pengawet pada anti nyamuk bakar, yang

bertujuan agar anti nyamuk dapat bertahan lama dan terhindar dari jamur.

3. Pewarna

Pewarna yang digunakan adalah Malachet yang juga dapat digunakan sebagai

pewarna pakaian.

4. Parfum

Parfum digunakan untuk memberikan bau khas dari anti nyamuk bakar dan

bahan yang digunakan adalah redmix.

5. Potasium Nitrat

Merupakan salah satu bahan campuran dalam anti nyamuk bakar yang

berpengaruh pada daya api.

6. Plastik Film (Plastik Pembungkus)

Merupakan bahan yang berfungsi sebagai plastik pembungkus 1 set anti

(44)

7. Holder

Merupakan bahan yang berfungsi sebagai penyangga anti nyamuk oleh

konsumen. Ini terbuat dari lempengan logam yang tipis.

8. Folding Box (Doos)

Merupakan bahan kotak yang berfungsi untuk mengepak double anti nyamuk

bakar yang sudah dibungkus dengan plastik film.

9. Master Box (Karton)

Merupakan kotak besar untuk membungkus doos anti nyamuk yang sudah

dikemas. Selain untuk membungkus juga untuk menjaga agar produk tidak

rusak sekalipun terbentur. Folding box yang digunakan tiga layer dan lima

layer.

10. Seal Tape

Merupakan bahan yang berfungsi sebagai perekat pada karton/ master box.

2.9.3. Uraian Proses Produksi

Berikut uraian proses produksi yang dilakukan untuk menghasilkan anti

nyamuk bakar :

1. Bagian formulasi dan mixing

Di bagian formulasi, bahan-bahan kimia yang dibutuhkan dicampur untuk

menghasilkan anti nyamuk bakar tergantung dengan jenis anti nyamuk yang

ingin diproduksi. Satu kali formulasi digunakan untuk kebutuhan 18 batch.

Hasil pencampuran kemudian dicampurkan kembali dengan beberapa tepung

(45)

2. Bagian Stamping

Di bagian stamping, adonan dicetak menggunakan crusher machine sesuai

dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Karyawan penyortir yang bertugas

untuk di bagian ini bertanggungjawab untuk menginspeksi produk yang

dihasilkan dan memastikan tidak ada produk cacat yang masuk ke oven.

Produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi akan langsung diolah ulang

dengan memasukkannya kembali ke crusher machine.

Selanjutnya dilakukan penimbangan berat anti nyamuk bakar dimana

toleransi berat antara 41-43 gram untuk ukuran standar dan 52-54 gram untuk

ukuran jumbo, dengan kadar air ±45. Lalu, anti nyamuk bakar dibawa ke

oven untuk melalui tahapan selanjutnya.

3. Bagian Drying

Hasil cetakan dari bagian stamping kemudian dikeringkan dalam oven di

bagian drying. Tujuannya adalah untuk mengurangi kadar air dalam anti

nyamuk bakar sampai 6%-9% dengan temperatur 80฀C - 85฀C.

Anti nyamuk yang sudah dikeringkan kemudian diuji kualitasnya berupa

warna, bentuk, dimensi, kadar air, ketebalan, kelenturan dan kekerasan.

4. Departemen Finishing

Bagian finishing terbagi atas dua bagian yaitu bagian wrapping dan bagian

packaging.

a. Bagian wrapping

Di bagian ini, anti nyamuk yang sudah jadi dikemas dalam sebuah kotak

(46)

b. Bagian Packaging

Anti nyamuk bakar yang sudah dibungkus, dikemas secara manual ke

dalam kotak-kotak kemasan yang disebut folding box. Kemudian dimuat

(47)

2.10. Mesin dan Peralatan 2.10.1. Mesin Produksi

Dalam menjalankan proses produksinya, perusahaan menggunakan beberapa mesin. Tabel 2.6. menampilkan mesin-mesin

[image:47.842.79.807.249.511.2]

yang digunakan beserta spesifikasinya.

Tabel 2.6. Data Spesifikasi Mesin Produksi

No. Nama Mesin Fungsi Daya Tampung Jumlah Power

1 Mixer Onggok Memasak tepung onggok ± 180 Kg 3 unit 30 HP /50,60Hz /380V /3 Phase/ 1500 rpm

2 Mixer Tepung Mengaduk/ mencampur seluruh bahan baku

dan tambahan ± 980 Kg 3 unit 40 HP/50,60 Hz/ 380 V/ 3 Phase/ 1500 rpm

3 Mixer Kimia Mengaduk/ mencampur seluruh bahan

kimia ± 180 Liter 2 unit 7,5 HP/50,60 Hz/ 380 V/ 3 Phase/ 1500 rpm

4 Mesin Crusher Menghancurkan adonan untuk dapat masuk

ke conveyor ± 200 Kg 15 unit 3 HP/50,60 Hz/ 380 V/ 3 Phase/ 1500 rpm

5 Mesin Extruder Membentuk adonan menjadi lembaran atau

lempengan 30 Kg/ menit 15 unit 20 HP/50,60 Hz/ 380 V/ 3 Phase/ 1460 rpm

6 Mesin Mulio Mencetak lempengan menjadi Double Anti

nyamuk bakar (DC) 9660 DC/ jam 7 unit

rasio 1:60/ 5,5 HP/4 pole/ 50,60 Hz/ 380 V/ 3 Phase

7 Mesin coil Master

Mencetak lempengan menjadi Double coil

Anti nyamuk bakar (DC) 182 DC/ menit 8 unit

50-60 CFM @ 6-10 bar/5,5 HP/ 50,60 Hz/ 380 V/ 3 Phase

8 Mesin Oven Memanaskan Double coil Anti nyamuk

bakar untuk menurunkan kadar Air 9660 DC/ jam 15 unit -

(48)

2.10.2. Peralatan (Equipment)

Adapun peralatan yang digunakan oleh perusahaan dalam proses produksinya

antara lain sebagai berikut :

1. Trolley

Digunakan untuk mengangkut bahan adonan dari bagian mixing ke bagian stamping.

2. Hand pallet

Digunakan untuk memindahkan bahan baku dari gudang bahan baku ke produksi

dan untuk memindahkan produk jadi dari bagian produksi ke gudang produk jadi.

3. Forklift

Digunakan untuk mengangkut produk-produk jadi.

2.10.3.Utilitas

Untuk memaksimalkan proses produksi maka dibutuhkan utilitas perusahaan.

Berikut utilitas yang digunakan perusahaan :

1. Arus listrik

Sumber arus listrik utama yang digunakan di perusahaan adalah PLN (Perusahaan

Listrik Negara) dengan kapasitas terpasang 240 KVA. Untuk antisipasi terjadinya

mati listrik maka digunakan pula generator pembangkit listrik tenaga diesel

sebanyak dua unit dengan kapasitas 700 KVA dan 175 KVA.

2. Boiler

Digunakan untuk menghasilkan uap panas bagi oven pengering produk anti

nyamuk di bagian drying. Terdapat dua boiler di perusahaan ini. Satu diantaranya

(49)

sawit sedangkan boiler lain berjenis boiler diesel dengan kapasitas 213,792

liter/jam berfungsi sebagai antisipasi jika boiler utama rusak.

2.10.4.Safety &Fire Protection

Dalam operasinya, perusahaan sangat mengutamakan kesehatan dan

keselamatan kerja. Perusahaan menyediakan beberapa fasilitas safety salah satunya alat

pelindung diri (APD) baik untuk karyawan maupun kepada tamu yang berkunjung.

Beberapa jenis APD yang digunakan di dalam perusahaan antara lain : masker, ear plug,

sepatu boot, kacamata dan lain-lain. Peralatan APD wajib digunakan pada saat kita

berada di lantai produksi pabrik. Di sisi lain, jika terjadi bencana seperti gempa bumi

dan lain-lain, semua karyawan diarahkan untuk berkumpul di titik aman yaitu lapangan

sepak bola.

Fire production merupakan tindakan pencegahan dan penanggulangan yang

dilakukan perusahaan terhadap bencana kebakaran. Sistem fire protection di perusahaan

ini menggunakan racun api yang ditempatkan di semua titik perusahaan yang rawan

kebakaran.

2.10.5.Waste Treatment

Sistem pengolahan limbah di PT SCJMM adalah limbah produksi yang berasal

dari pencucian peralatan produksi dan lantai pabrik dialirkan ke dalam sebuah bak yang

didalamnya berisi tawas. Tawas berfungsi untuk mengendapkan kotoran-kotoran dalam

limbah yang berbentuk padatan ringan. Setelah itu, dilanjutkan dengan mengalirkan

(50)

sampai sisa kotoran padatan diendapkan. Kemudian diberikan oksigen dan pada

akhirnya dialirkan ke perairan umum.

2.11. Teknologi

Teknologi yang digunakan dalam PT. SCJMM masih semi otomatis.

Indikatornya adalah masih ada beberapa mesin yang dioperasikan secara manual oleh

(51)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Ergonomi1

Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ergon yang artinya kerja dan nomos

yang artinya hukum alam. Menurut Sutalaksana (1979), ergonomi adalah suatu cabang

ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat,

kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga

orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang

diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif,aman, sehat, nyaman dan efisien.

Pendekatan ergonomi menghasilkan adaptasi stasiun kerja atau lingkungan kerja

terhadap manusia. Setiap hari, banyak pekerjaan yang berbahaya pada kesehatan. Di

negara-negara barat, musculoskeletal disorders dan kondisi psikologis yang tidak baik

merupakan faktor yang menyebabkan ketidakhadiran. Salah satu penyebab kondisi ini

adalah desain peralatan kurang ergonomis, sistem teknis dan tugas. Dalam hal ini,

ergonomis dapat membantu mengurangi masalah yang ada dengan memperbaiki kondisi

kerja.

Sejumlah faktor yang memainkan peranan penting dalam ergonomi adalah

postur tubuh dan pergerakan (duduk, berdiri, mengangkat, menarik, mendorong), faktor

lingkungan kerja (kebisingan, getaran, iluminasi, iklim kerja, dan substansi kimia),

(52)

3.1.1. Aplikasi Ergonomi

Ergonomi dapat diterapkan pada berbagai bidang kehidupan sehari-hari,

contohnya adalah sebagai berikut :

1. Merancang peralatan yang dapat memudahkan penggunanya dalam bekerja.

2. Merancang tempat kerja yang sesuai dengan karakteristik orang yang bekerja di

tempat dimana dia bekerja.

3. Penentuan batas beban yang diangkat secara manual oleh manusia, jam istirahat

pekerja dan shift kerja.

4. Merancang produk-produk konsumptif seperti pakaian, kursi dan lain-lain.

5. Perancangan lingkungan kerja.

6. Pengaturan sikap kerja.

3.1.2. Ergonomi dalam Special Workplace2

Special workplace adalah tempat kerja yang digunakan untuk kondisi-kondisi

tertentu namun menuntut perhatian yang lebih khusus karena pekerjaan operator yang

lebih bervariasi dan menuntut K3. Oleh karena itu, special worklpace perlu dirancang

dengan prinsip-prinsip ergonomi agar operator dapat bekerja dengan efektif, aman,

sehat, nyaman, dan efisien. Poin yang perlu diingat tentang desain stasiun kerja :

a. Stasiun kerja adalah tempat seorang pekerja melakukan pekerjaan.

b. Stasiun kerja penting dirancang dengan baik untuk mencegah penyakit yang

berhubungan dengan kondisi kerja yang buruk, serta untuk memastikan kerja

(53)

c. Stasiun kerja dirancang dengan baik, harus memungkinkan pekerja untuk

mempertahankan postur tubuh yang benar dan nyaman.

d. Sejumlah faktor ergonomi untuk dipertimbangkan ketika merancang sebuah stasiun

kerja, termasuk tinggi kepala, tinggi bahu, jangkauan lengan, tinggi siku, tinggi

tangan, panjang kaki, dan tangan dan ukuran tubuh.

e. Bila berpikir bagaimana memperbaiki stasiun kerja, perlu diingat aturan ini : jika

terasa tidak nyaman, mungkin ada sesuatu yang salah dengan desain, bukan

pekerja.

Prinsip-prinsip umum special workplace :

a. Operator Berdiri

Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat memungkinkan terjadi

penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki. Hal ini akan bertambah bila

bentuk dan ukuran sepatu tidak sesuai. Seperti petugas pembersih, dokter gigi, penjaga

tiket, tukang cukur pasti memerlukan sepatu ketika bekerja. Apabila sepatu tidak sesuai,

maka pada jari kaki, mata kaki, dan bagian sekitar telapak kaki akan sangat mungkin

akan sobek (bengkak). Oleh karena itu perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk sepatu

kerja secara ergonomis. Sepatu yang baik adalah sepatu yang dapat menahan kaki

(tubuh), bukan kaki direpotkan untuk menahan sepatu. Desain sepatu untuk kerja

berdiri, ukuran sepatu harus lebih longgar dari ukuran telapak kaki, apabila bagian

sepatu di kaki terjadi penahanan yang kuat pada tali sendi (ligaments) pergelangan kaki,

dan hal itu terjadi pada jangka waktu yang lama, maka otot rangka (muscles) akan

(54)

Beberapa penelitian yang lalu telah berusaha untuk mengurangi kelelahan pada

tenaga kerja posisi berdiri, seperti Granjen (1998) dikutip Sanders et al. (1993)

merokemendasikan bahwa “untuk jenis pekerjaan teliti (precision) letak tinggi meja

diatur 10 cm diatas siku, untuk jenis pekerjaan ringan (light) letak tinggi meja diatur

sejajar dengan tinggi siku, dan untuk jenis pekerjaan berat (heavy) letak tinggi meja

diatur sejajar dengan tinggi siku. Begitu pula Suma’mur (1994) menyebutkan bahwa

ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mendapatkan posisi berdiri “tinggi

[image:54.595.122.491.345.546.2]

kerja sebaiknya 5-10 cm di bawah siku, arah penglihatan 23-37 derajat ke bawah”.

Gambar 3.1. Posisi Operator Bekerja Berdiri

Sumber : Canadian Centre for Occupational Health and Safety

b. OperatorDuduk

Hal yang perlu diingat tentang desain kursi operator duduk :

a. Jika pekerjaan tidak memerlukan banyak kekuatan fisik

b. Dalam ruang terbatas, maka pekerjaan tersebut harus dilakukan dalam posisi duduk. Pekerjaan

teliti

Pekerjaan ringan

(55)

c. Duduk seharian, bagaimanapun tidak baik untuk tubuh. Oleh karena itu, harus ada

beberapa variasi dalam tugas-tugas pekerjaan yang dilakukan.

d. Sebuah kursi yang baik sangat penting untuk operator yang bekerja dalam posisi

duduk.

Pekerjaan duduk harus dirancang sehingga operator tidak harus meregang atau tidak

perlu memutar untuk mencapai area kerja.

Jika pekerjaan tidak memerlukan banyak kekuatan fisik dan dapat dilakukan dalam

ruang terbatas, maka pekerjaan tersebut harus dilakukan dalam posisi duduk.

Berikut ini adalah beberapa panduan ergonomis untuk bekerja duduk:

a. Pekerja harus mampu menjangkau seluruh area kerja tanpa peregangan atau

memutar.

b. Posisi duduk yang baik berarti bahwa individu yang duduk lurus di depan dan dekat

dengan pekerjaan.

c. Meja kerja dan kursi harus dirancang sehingga permukaan tempat kerja kira-kira

pada tingkat yang sama dengan siku.

d. Bagian belakang harus lurus dan bahu rileks.

e. Jika memungkinkan, harus ada beberapa bentuk dukungan disesuaikan untuk lengan

bawah siku atau tangan.

c. Operator Duduk-Berdiri

Prinsip untuk operator dengan posisi duduk-berdiri adalah :

(56)

2. Pengaturan tampilan visual ketika operator duduk dan berdiri sebaiknya memiliki

tingkat keakuratan yang sama.

3. Jika saat operator berdiri dan duduk harus menggunakan alat kendali yang sama

maka tempatkan alat tersebut dalam posisi yang meminimisasi gangguan dari

operator sendiri.

4. Sediakan penahan kaki saat operator duduk.

3.2. Keluhan Muskuloskeletal3

Merupakan keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh

seseorang mulai dari sangat ringan sampai sangat sakit. Keluhan hingga mengakibatkan

kerusakan disebut dengan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cidera sistem

muskuloskeletal (Grandjean, 1993; Lemasters, 1996). Musculoskeletal disorders yang

terjadi merupakan proses, akibatnya tidak langsung kelihatan (Serge Simoneau,

dkk.1996). Kerusakan yang diakibatkan sangat berbahaya dan merugikan baik

perusahaan maupun karyawan yang mengalaminya. Hal ini dapat diakibatkan oleh

beberapa faktor :

1. Peregangan Otot yang Berlebihan

Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan pada pekerja

dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas

mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Peregangan otot

yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan yang diperlukan melampaui

(57)

2. Aktivitas Berulang

Aktivitas otot berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus-menerus

seperti pekerjaan mencangkul, angkat-angkut dan lain-lain. Keluhan otot terjadi

karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa

memperoleh kesempatan untuk relaksasi.

3. Sikap Kerja Tidak Alamiah

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi

bagian-bagian tubuh bergerak menjahi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan

terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya.

Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi

pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja ini pada umumnya terjadi

karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja yang tidak sesuai

dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.

3.3. Rapid Entire Body Assessment (REBA)

REBA merupakan suatu metode penilaian postur untuk menilai faktor resiko

gangguan tubuh keseluruhan.

Untuk masing-masing tugas, dilakukan penilaian pada masing-masing grup yang

terdiri atas dua grup, yaitu:

1. Grup A, terdiri atas:

a.Batang tubuh (trunk)

b.Leher (neck)

(58)

2. Grup B, terdiri atas:

a. Lengan atas (upper arm)

b. Lengan bawah (lower arm)

c. Pergelangan tangan (wrist)

Berikut ini adalah faktor-faktor yang dinilai pada metode REBA:

1. Grup A, terdiri dari :

a. Batang tubuh (trunk)

Gambar 3.2. Postur Batang Tubuh (Trunk) Tabel 3.1. Penilaian Batang Tubuh (Trunk)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal 1

+1 jika batang tubuh berputar/bengkok/bungkuk 0 - 200 (ke depan dan belakang) 2

<-200 atau 20 - 600 3

>600 4

[image:58.595.82.486.177.696.2]

b. Leher (neck)

(59)
[image:59.595.85.488.101.693.2]

Tabel 3.2. Penilaian Leher (Neck)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

0 - 200 1

+1 jika leher berputar/bengkok >200- ekstensi 2

c. Kaki (legs)

Gambar 3.4. Postur Tubuh Bagian Kaki (Legs) Tabel 3.3. Penilaian Kaki (Legs)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal/seimbang

(berjalan/duduk) 1 +1 jika lutut antara 30-600 +2 jika lutut >600 Bertumpu pada satu kaki lurus 2

d. Beban (load)

1 2 3

Gambar 3.5. Ukuran Beban (Load) Tabel 3.4. Penilaian Beban (Load)

Pergerakan Skor Skor Pergerakan

<5 kg 0

+1 jika kekuatan cepat

5 - 10 kg 1

(60)

2. Grup B, terdiri dari:

a. Lengan atas (upper arm)

Gambar 3.6. Postur Tubuh Bagian Lengan Atas (Upper Arm) Tabel 3.5. Penilaian Lengan Atas (Upper Arm)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

200 (ke depan dan belakang) 1

+1 jika bahu naik

+1 jika lengan berputar/bengkok -1 miring, menyangga berat

lengan >200 (ke belakang) atau 20 - 450 2

45 - 900 3

>900 4

[image:60.595.100.468.337.721.2]

b. Lengan bawah (lower arm)

Gambar 3.7. Postur Lengan Bawah Tabel 3.6. Skor Lengan Bawah

Pergerakan Skor

60 - 1000 1

(61)
[image:61.595.84.499.109.482.2]

c. Pergelangan tangan (wrist)

Gambar 3.8. Postur Pergelangan Tangan Tabel 3.7. Skor Pergelangan Tangan

Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-150 (ke atas dan bawah) 1 +1 jika pergelangan tangan putaran menjauhi sisi tengah >150 (ke atas dan bawah) 2

d. Coupling

Tabel 3.8. Coupling

Coupling Skor Keterangan

Baik 0 Kekuatan pegangan baik

Sedang 1 Pegangan bagus tapi tidak ideal atau kopling cocok dengan bagian tubuh

Kurang baik 2 Pegangan tangan tidak sesuai walaupun mungkin

[image:61.595.132.464.491.718.2]

Tidak dapat diterima 3 Kaku, pegangan tangan tidak nyaman, tidak ada pegangan atau kopling tidak sesuai dengan bagian tubuh

Tabel 3.9. Nilai Grup A

Neck Leg Trunk

1 2 3 4 5

1

1 1 2 2 3 4

2 2 3 4 5 6

3 3 4 5 6 7

4 4 5 6 7 8

2

1 1 3 4 5 6

2 2 4 5 6 7

3 3 5 6 7 8

4 4 6 7 8 9

3

1 3 4 5 6 7

2 3 5 6 7 8

3 5 6 7 8 9

(62)

Tabel 3.10. Nilai Grup B Lower

Arm Wrist

Upper Arm

1 2 3 4 5 6

1

1 1 1 3 4 6 7

2 2 2 4 5 7 8

3 2 3 5 5 8 8

2

1 1 2 4 5 7 8

2 2 3 5 6 8 9

3 3 4 5 7 8 9

Tabel 3.11. Nilai Akhir

Nilai Grup B Nilai Grup A

1 2 3

Gambar

Gambar 2.1. Bagan Struktur Organisasi PT. SC Johnson Manufacturing Medan
Tabel 2.2. Jadwal Kerja Aktif Karyawan Kantor
Tabel 2.6. Data Spesifikasi Mesin Produksi
Gambar 3.1. Posisi Operator Bekerja Berdiri
+7

Referensi

Dokumen terkait