• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Merokok Pada Anak Jalanan di Kota Semarang ( Studi Kasus Pada Anak Jalanan di Simpang Lima ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Merokok Pada Anak Jalanan di Kota Semarang ( Studi Kasus Pada Anak Jalanan di Simpang Lima )."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU MEROKOK PADA ANAK JALANAN

DI KOTA SEMARANG

( Studi Kasus Pada Anak Jalanan di Simpang Lima )

ARTIKEL ILMIAH

Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat dengan peminatan Promosi Kesehatan

LUTFAN ADY NUGROHO

D11.2008.00865

PROGRAM STUDI SI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

SEMARANG

(2)
(3)

Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang 2014 ABSTRAK

Lutfan Ady Nugroho

PERILAKU MEROKOK PADA ANAK JALANAN DI KOTA SEMARANG (Studi Kasus Anak Jalanan di Simpang Lima)

viii + 70 hal + 2 tabel + 2 gambar + 4 lampiran

Anak jalanan adalah seseorang yang berusia kurang dari 18 tahun yang menggunakan sebagian atau penuh waktunya tinggal di jalanan melakukan sesuatu sehingga mendapatkan uang untuk bertahan hidup. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku merokok pada anak jalanan di Kota Semarang.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif degan metode wawancara mendalam. Lokasi penelitian ini di Simpang Lima Semarang. Dalam penelitian ini person (Pengetahuan, Pengharapan, Sikap), environment (Lingkungan keluarga, Lingkungan Pergaulan), behavior (Perilaku). Peneliti menggunakan Purposive Sampling dengan kriteria anak jalanan yang berumur antara 11-15 tahun.

Dari hasil yang telah didapatkan pada wawancara, behavior (sebagian besar subyek penelitian mulai merokok dari 3 tahun yang lalu. Alasan pertama kali mereka merokok mencoba coba dan mereka menghabiskan 8 batang rokok setiap harinya), pada variabel person, sikap dan pendapat mereka terhadap orang yang merokok adalah tidak baik dikarenakan menyebabkan sesak nafas, merusak paru paru dan batuk, bagi mereka merokok berbahaya untuk kesehatan dan menyebabkan penyakit paru paru, kanker dan jantung bolong, cara mereka menghisap rokok kebanyakan mereka di hirup sampai dalam langsung dikeluarkan pelan pelan lewat hidung trus mulut, harapan anak jalanan setelah merokok kebanyakan mereka menjawab bisa menghilangkan stres dan yang mereka rasakan setelah merokok fly, badannya terasa ringan. Variabel environment menunjukkan semua anggota keluarga anak jalanan yang merokok adalah bapak dan para anggota keluarga mereka tidak memperkenalkan rokok, lingkungan mereka dijalanan sem ua mendorong mereka untuk merokok)

Berdasarkan hasil penelitian diatas maka penulis menyarankan untuk lembaga kemasyarakatan organisasi yang peduli terhadap anak jalanan bisa memberikan penyuluhan kepada para anak jalanan tentang bahaya merokok.

(4)

UNDERGRADUATE PROGRAM OF PUBLIC HEALTH FACULTY OF HEALTH SCIENCES DIAN NUSWANTORO UNIVERSITY SEMARANG 2014 ABSTRACT

Lutfan Ady Nugroho

SMOKING BEHAVIOR OF STREET CHILDREN IN SEMARANG CITY (Case Study in Simpang Lima)

viii + 70 pages + 2 tables + 2 figures + 4 appendices

Street children are person younger than 18 years who spend part or full time of their life on streets, do anything for earning money to survive. The purpose of this study was to determine the smoking behavior of street children in Semarang City.

This is qualitative research with indepth interview for obtaining data. Research location was in the center of Semarang City, Simpang Lima. Variables were person (knowledge, expectation, attitude), environment (family, peer), and behavior. Research subjects were selected by purposive sampling method with inclusion criteria: street children 11-15 years old.

Results showed that smoking behavior was started 3 years ago because of curiosity, and they spend 8 sticks cigarettes per day. Person variable (attitude) showed that street children thought smoking was not good because it caused shortness of breath, coughing and lung disease. They said smoking causes health problem, lung disease, cancer. They were inhaled smoker, inhale smoke slowly and exhale through nose and mouth slowly. Street children expectations on smoking for stress coping and they feel fly after smoking. Environment variable showed all father of street children were smoker but did not want their children to be smoker. Peer and environment of streets children encourage them to be smoker.

Researcher suggests for non-governmental organizations concern in street children to provide education to street children about the dangers of smoking behavior.

(5)

PENDAHULUAN

Persentase nasional merokok setiap hari pada penduduk umur > 10 tahun adalah 23,7%. Sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi merokok setiap hari pada penduduk umur > 10 tahun di atas prevalensi nasional, yaitu Sumatera Barat (25,7%), Riau (24,4%), Jambi (24,5%), Sumatera Selatan (25,4%), Bengkulu (29,5%), Lampung (28,8%) , Bangka Belitung (24,6%) , Jawa Barat (26,6%), Jawa Tengah (24,3%), DI Yogyakarta (23,8%), Jawa Timur (24,3%), Banten (25,8%), Nusa Tenggara Barat (25,2%), Sulawesi Utara (24,6%), Sulawesi Tengah (24,6%), Gorontalo (27,1%) dan Maluku Utara (23,9%).1

Hasil survei UPPM STIS tahun 2001 memperlihatkan betapa kebiasaan merokok merupakan hal yang wajar dilakukan anak jalanan. Kebiasaan merokok yang dilakukan oleh anak jalanan menduduki peringkat tertinggi sebesar 69,15%, diikuti oleh kebiasaan minum-minuman keras sebesar 13,48%, kebiasaan lain sebesar 12,02% dan memakai narkoba sebesar 5,35%.2

Dari Data Riskesdas 2010, di kalangan remaja 15-19 tahun sebesar 38,4 persen laki-laki dan 0,9 persen perempuan yang merokok. Sekitar dua dari lima perokok saat ini rata-rata merokok sebanyak 11-20 batang per hari. Sedangkan prevalensi yang merokok rata-rata 21-30 batang per hari dan lebih dari 30 batang per hari masing-masing sebanyak 4,7 persen dan 2,1 persen. Provinsi dengan rata-rata penduduk yang merokok 1-10 batang per hari paling tinggi dijumpai di Maluku (69,4%), disusul oleh Nusa Tenggara Timur (68,7%), Bali (67,8%), DI Yogyakarta (66,3%) dan Jawa Tengah (62,7%). Untuk data dari dinas kesehatan kota Semarang sendiri menyebutkan bahwa perokok anak atau remaja mencapai 4,0 % dan perokok dewasa mencapai 4,5 % dari jumlah penduduk kota Semarang.1

Prevalensi merokok pada anak jalanan laki-laki usia 13 sampai 15 tahun sebesar 41,3%, sedangkan angka nasional prevalensi merokok pada anak sekolah laki-laki usia yang sama hanya 24,5% sesuai dengan Global Youth Tobacco Survey 2006 versi WHO (Media Indonesia, 2008). Perilaku merokok juga merupakan salah satu tindakan berisiko yang lebih banyak dilakukan oleh anak jalanan di Kota Makassar. Survei yang dilakukan tahun 2009 menunjukkan 55,2% pern ah merokok dan 26,1% diantaranya masih merokok.3

(6)

ngamen tersebut rata rata 80.000 setiap harinya, Mereka disana biasanya membeli rokok dengan iuran bersama teman pengamen. Kalau mereka tidak mempunyai uang untuk membeli rokok terkadang mereka minta dari teman teman mereka. Untuk harga 1 pak rokok sendiri 7.500 rupiah, dari 8 anak jalanan terebut perokok aktif, mereka mengonsumsi rokok lebih dari 1 pak setiap harinya.

Sikap anak jalanan terhadap ajakan teman kelompoknya untuk merokok, Dan pengaruh lingkungan yang mempengaruhi mereka untuk merokok dan tindakan anak jalanan tersebut merokok atau tidak.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu merupakan proses berfikir yang dimulai dari data yang dikumpulkan kemudian berorientasi dengan logika induktif karena penelitian tidak memaksa diri untuk hanya membatasi penelitian pada upaya penerimaan atau penolakan dugaan melainkan mencoba memahami situasi sesuai dengan situasi tersebut menampakkan diri. Metode yang diginakan dengan wawancara mendalam.

Tujuan memakai penelitian kualitatif dalam penelitian ini adalah untuk mengembangkan konsep-konsep yang dipakai supaya dapat membantu pemahaman lebih mendalam atas fenomena sosial dan perilaku dengan tatanan alamiah dalam arti penelitian melainkan melakukan studi terhadap suatu fenomena tersebut.

HASIL PENELITIAN

Subyek penelitian diambil secara Purposive Sampling, dimana penentuan sampel pada subyek penelitian dengan tujuan tertentu saja. Yaitu untuk mencari data dan informasi sesuai tujuan peneliti yaitu anak jalanan yang berusia (10-14 tahun) yang merokok.

Wawancara terhadap anak jalanan di Simpang Lima Kota Semarang berjumlah seluruhnya 5 orang, dengan subyek penelitian yaitu dengan anak jalanan simpang lima semarang yang merokok. Subyek penelitian mau berpartisipasi dalam penelitian ini tanpa paksaan.

(7)

Dari hasil penelitian didapatkan umur subyek penelitian antara 10-14 tahun. Sebagian besar subyek penelitian mengatakan bahwa pertama kali melakukan aktifitas merokok sejak 3 tahun yang lalu dimulai dari sekarang. Sejumlah studi menegaskan bahwa kebanyakan perokok mulai antara umur 11 dan 13 tahun dengan sigaret pertama, dan 85% sampai 90% sebelum umur 18 tahun awal.5

Kegiatan keseharian yang biasanya subyek penelitian lakukan menurut pengakuan sebagian besar subyek penelitian yaitu mengamen, kumpul bersama teman-teman sebaya. Rata-rata subyek penelitian mengatakan bahwa orang tua mereka ada yang merokok, tetapi ada juga yang mengatakan orang tua mereka tidak merokok, namun saudara laki-laki mereka ada yang berstatus sebagai perokok aktif.

Tabel 1

Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Status

Semarang semarang semarang kendal Semarang

Setatus

(8)

untuk joinan. Jenis rokok biasa yang mereka konsumsi Djarum dan Gudang Garam dan biasanya mereka merokok dengan teman teman sebaya mereka.

Sikap dan pendapat anak jalanan terhadap orang yang merokok adalah tidak tahu dikarenakan menyebabkan sesak nafas,merusak paru paru dan batuk. Pendapat mereka bila ada orang yang merokok di tempat umum biasa saja tapi berbahaya bagi orang yang menghirup asapnya karena dapat menyebabkan batuk, sesak nafas, paru paru dan penyakit jantung.

Bagi mereka merokok berbahaya untuk kesehatan dan menyebabkan dampak penyakit paru paru, kanker dan jantung bolong. Cara mereka menghisap rokok kebanyakan mereka dihirup sampai dalam langsung dikeluarkan pelan pelan lewat hidung kemudian mulut.dan jenis yang mereka rokok adalah rokok filter. Pendapat mereka bagi orang perokok pasif mereka tidak tahu bahayanya.

Harapan anak jalanan setelah merokok kebanyakan mereka menjawab bisa menghilangkan stres dan yang mereka rasakan setelah merokok fly, badanya terasa ringan. Dan mendapatkan rokok dengan cara bekerja sebagai pengamen.

Semua anggota keluarga anak jalanan yang merokok adalah bapak dan para anggota keluarga mereka tidak memperkenalkan rokok kepada mereka serta semua pihak keluarga mereka tidak menyetujui mereka merokok.

Lingkungan mereka dijalanan semua mendorong mereka untuk merokok baik diberi kepada teman sebaya dengan joinan ada juga diberi sama teman yang lebih tua dari mereka. Ada tekanan yang didapat dari mereka, yaitu dibilang banci, dibilang tidak gaul, orak cah lanang dan banci aja ngrokok masak kamu tidak ngrokok.

PEMBAHASAN

Perilaku merokok adalah sikap dan kebiasaan seseorang menghisap rokok disebabkan karena alasan-alasan tertentu. Misalnya adanya pengaruh lingkungan, media, dan pengaruh psikologi.

Berdasarkan data yang diperoleh dari responden diketahui bahwa seluruh responden yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini seluruhnya berperilaku merokok sebanyak 5 orang Perilaku merokok dapat dikatakan sebagai kegiatan sewaktu menghisap tembakau yang dilakukan oleh individu. Perilaku merokok terjadi pada saat individu berusia remaja, kebiasaan merokok ini akan terus berlanjut samapai individu memasuki masa dewasa dan biasanya orang merokok untuk mengatasi masalah emosional.

(9)

menjadi kebiasaan. Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku merokok. Berdasarkan tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok. Maka dapat digolongkan atas: merokok ditempat-tempat umum/ruang publik dan merokok ditempat-tempat yang bersifat pribadi.

Berdasarkan penelitian yang mana responden merupakan anak jalanan di Simpang Lima yang kebanyakan keseharian mereka berada di jalanan sehingga kebiasaan merokok dilingkungan jalanan sudah menjadi hal biasa dijumpai .

Perokok dikatakan sangat berat adalah bila mengkonsumsi rokok 31 batang perhari, perokok berat 21-30 batang sehari, perokok sedang 11-21 perhari, perokok ringan 10 batang perhari.6

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa semua responden sebanyak 5 orang dalam sehari menghabiskan rokok 10 batang. Oleh karena itu tipe perokok pada anak jalanan di Simpang Lima dalam penelitian ini dapat dikategorikan sebagai perokok ringan.

Sebagian besar usia responden pertama kali atau mulai merokok pada usia 10 tahun yang merupakan fase yang paling rentan bagi anak untuk menerima perilaku-perilaku negatif termasuk perilaku-perilaku merokok. Hal ini disebabkan karena pada kelompok usia 12-14 tahun merupkan fase peralihan dari masa remaja awal/dini menuju masa remaja pertengahan, yang segala sesuatu hal diterima tanpa memikirkan konsekuensi atau baik buruknya segala sesuatu yang dilakukan remaja tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh soetjiningsih (2007), yang menyatakan bahwa lebih dari 80% perokok mulai sebelum umur 18 tahun serta diperkirakan sekitar 3000 remaja mulai merokok setiap hari.

Begitu banyak alasan yang disampaikan oleh remaja mengapa dia melakukan aktivitas merokok diantaranya yaitu:

1. Ikut-ikutan

Anak jalanan di Simpang Lima dalam berperilaku merokok cenderung mengikuti atau melihat teman-temannya yang merokok. Teman-teman sebaya memberi pengaruh penting dalam pembentukan perilaku pada anak jalanan . Dalam penelitian ini responden pertama kali merokok karena melihat teman-temannya merokok, selain itu desakan dari teman-taman kalu tidak merokok dianggap banci dan tidak laki laki.

2. Coba-coba

(10)

Alasan remaja merokok yaitu adanya rasa ingin tahu atau coba-coba hingga ketergantungan, adanya hasrat untuk berkelompok dengan kawan senasib dan sebaya dimana dalam hal ini remaja merokok cenderung mengikuti teman-temannya yang merokok, apabila remaja tidak merokok dianggap tidak solider dengan lingkungannya, selain itu remaja cenderung merokok karena alasan untuk menghilangkan stress atau konflik batin atau masalah yang sulit diselesaikan.7

Selain itu bila melihat usia responden pertama kali mengenal rokok masih sangat dini atau muda, dimana mereka belum memiliki rasa tanggung jawab terhadap dirinya, shingga apapun yang dilakukannya hannya mengikuti aspek emosional atau perasaannya saja tanpa harus memikirkan dampak buruk atau dampak negtif baik bagi dirinnya maupun bagi orang lain dilingkungan sekitarnya.

Sikap merupakan suatu bentuk perasaan, yaitu perasaan yang mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan yang tidak mendukung ( unfavourable) pada suatu objek (rahayuningsih,2008) sikap mempunyai objek tertentu ( orang, perilaku, konsep, situasi, benda dan sebagagainya) dan mengandung penilaian.) sikap yang di kemukakan oleh Sarlito ini hanya memfokuskan sikap sebagai penilaian terhadap objek tertentu. Misalnya sikap terhadap merokok, dalam hal ini sikap menmgandung perilaku artinya dimana seseorang bersikap menolak suatu objek ia akan cenderung untuk menghindari objek tersebut atau bahkan sebaliknya jika seorang menerima objek tersebut cenderung individu tersebut melakukanya atau mendekati objek tersebut.7

Hasil yang telah didapatkan pada wawancara, sebagian besar subyek penelitian menyikapi tentang rokok adalah baik, karena mereka menganggap bahwa dia aja juga merokok. serta dapat membuat mereka merasakan „fly‟. Teman subyek

penelitian yang mengajak merokok dan sebagian besar mendukung hal tersebut dan merasa senang bila diajak merokok.

Bagi mereka merokok berbahaya untuk kesehatan dan menyebabkan penyakit paru paru, kanker dan jantung bolong. Cara mereka menghisap rokok kebanyakan mereka dihirup sampai dalam langsung dikeluarkan pelan pelan lewat hidung trus mulut. Pendapat mereka bagi orang perokok pasif mereka tidak tahu bahanya. (Notoatmodjo, 2003) pengetahuan yang kurang baik dan sikap yang negative cenderung membuat seseorang berperilaku merokok. Menurut Notoatmodjo (1993), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Sarafino menyatakan bahwa seseorang memutuskan untuk meneruskan

(11)

1. Merasa bahwa orang tuanya tidak peduli dan mendorong mereka untuk merokok

2. Merasa ada tekanan dari teman sebaya untuk merokok, seperti “kamu akan

ditertawakan orang-orang bila tidak merokok” atau “ kamu harus merokok bila sedang berada dengan teman-teman yang merokok”

3. Memiliki sikap yang positif terhadap rokok, misalnya “merokok sangat

menyenangkan” atau merokok dapat membantu orang-orang menghilangkan rasa

bosan, stes dan kecemasan

4. Tidak percaya kalau merokok dapat membahayakan kesehatam mereka, misalnya merasa bahwa merokok hanya akan berbahaya bagi orang-orang yang lebih tua, atau merokok akan berbahaya jika telah mengkonsumsinya dalam waktu yang cukup lama.7

Harapan anak jalanan setelah merokok kebanyakan mereka menjawab bisa menghilangkan stres dan yang mereka rasakan setelah merokok fly, badanya terasa ringan.

Lingkungan sosial yang mempengaruhi merokok lingkungan social merupakan lingkungan yang mempengaruhi anak anak merokok termasuk di dalamnya yaitu lingkungan keluarga, teman atau sahabat,

Lingkungan sosial dengan berbagai ciri khususnya mengenai peran besar terhadap munculnya corak dan gambaran kepribadian besar terhadap anak remaja. Kesenjangan antara norma ukuran dalam keluarga. Menentu dari suatu kondisi yang memudahkan munculnya perilaku tanpa kendali yakni penyimpangan dari peraturan yang ada.

(12)

SIMPULAN

1. Sebagian besar anak jalanan simpang lima yang merokok berusia antara 10-13 tahun. Semua subyek penelitian rata rata putus sekolah waktu kelas 2 SD. Pendapatan mereka dijalan dengan bekerja sebagai pengamen rata rata Rp. 30.000 per hari dan lama subyek penelitian merokok selama 3 tahun yang lalu.

2. Cara subyek penelitian membveli rokok dengan cara mengamen. Dari hasil ngamen itulah mereka membveli rokok dengan iuaran bersama temen temen mereka yang ikut ngamnen. Dengan iuran 3 ribu rupiah setiap orangnya.

3. Teman subyek penelitian yang mengajak merokok, sebagian besar mendukung hal tersebut dan merasa senang bila diajak merokok.

4. Perilaku subyek penelitian merokok karena agar dianggap keren dan gaul. Dan meniru anak anak jalanan yang sudah dewasa dan ada juga yang ingin mencoba coba. Dan untuk teman sebayanya juga menawarkan rokok kepada teman yang lain. 5. Pengetahuan merokok pada anak jalanan di kota Semarang (simpang lima )

Bagi mereka merokok berbahaya untuk kesehatan dan menyebabkan penyakit paru paru, kanker dan jantung bolong. Perilaku mereka menghisap rokok kebanyakan mereka dihirup sampai dalam langsung dikeluarkan pelan pelan lewat hidung terus mulut.

6. Pengharapan merokok pada anak jalanan di kota semarang (simpang lima ).

Harapan anak jalanan setelah merokok kebanyakan mereka menjawab bisa menghilangkan stres dan yang mereka rasakan setelah merokok fly, badannya terasa ringan.

7. Pendapat anak jalanan tentang perilaku dan sikap orang tua yang memungkinkan terjadinya perilaku merokok.

Pendapat anak jalanan terhadap perilaku dan sikap teman pergaulan yang memungkinkan terjadinya perilaku merokok. Karena keseharian mereka hidup di jalanan sehingga sangat mudah sekali terpengaruh rokok ataupun yang lainnya.

SARAN

1. Lembaga Kemasyarakatan sebaiknya membentuk kelompok atau organisasi yang dapat membantu permasalahan anak jalanan atau di berikan rumah singgah untuk kegiatan anak jalanan supaya mereka mempunyai keterampilan dan diberikan pekerjaan.

2. Memberikan penyuluhan terhadap mereka.

(13)

DAFT AR PUSTAKA

1. FARIDA OKTORA METANORANI POLA PERILOAKU MEROKOK ANAK JALANAN KOTA SEMARANG (Studi di Kawasan Kota Semarang Tahun 2013). Universitas Muhammadiyah Semarang. 2013

2. Irwanto. Situasi anak Jalanan Perempuan di Semarang. Semarang: yayasan Setara. 1999

3. Nurul Azizah. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK ANAK JALANAN DI KOTA MAKASSAR TAHUN 2013. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar. 2013

4. Ferijani. Kebijakan Pemerintah Kota Semarang Dalam Melindungi Anak Jalanan dari Tindak Kekerasan Dan Upaya Peningkatan Kesejahteraannya. government Policy in Semarang to Protect the Street Children from Crime and the Effort Increasing the Prosperity. Available at: http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH2daf.dir/doc.pdf 5. RR. Ardiningtyas Pitaloka. Moral Exclusion dan Rokok. Jakarta 6 februari

2006

6. Remaja dan Rokok Zainun Mutadin, SPsi. MSi www.e_psikologi/ merokok+remaja.com

7. Monks. (2004). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Gambar

Tabel 1 Karakteristik Subyek Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Tipe tidak kontak langsung adalah tipe alat penukar kalor dimana antara kedua zat yang dipertukarkan energinya dipisahkan oleh permukaan bidang padatan seperti dinding pipa,

Tanah pada lokasi lereng sungai adalah tanah ekspansif atau tanah dengan.. kemampuan kembang susut yang tinggi ( high

Advá Mendes Silva –

Sekretaris dituntut tidak hanya untuk membantu tugas pimpinan, namun turut berpartisipasi dalam membantu kelancaran aktivitas organisasi serta meningkatkan efisiensi kerja

Penelitian ini dilakukan di tiga tempat yang berbeda, yaitu di Pura Tirta Empul (Kab. Gianyar), Pura Mas Pahit Singgi(Kota Madya Denpasar) dan Pura Petitenget

Tujuan dari penelitian ini adalah merancang dan menguji coba sebuah RPP dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada materi

Kendatipun hal ini merupakan perbuatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, tampaknya penunjukan ini bagi Abu Bakar merupakan hal yang wajar untuk dilakukan. Ada

Menurut Hellna (2013), melakukan penelitian terhadap kandungan logam kadmium dan tembaga dalam produk ikan kemasan kaleng dari tiga merek yang beredar di pasaran, diperoleh