• Tidak ada hasil yang ditemukan

Detection of Chilling Injury in Mango Fruits cv Gedong Gincu by Using Near Infrared Spectroscopy

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Detection of Chilling Injury in Mango Fruits cv Gedong Gincu by Using Near Infrared Spectroscopy"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

DETEKSI CHILLING INJURY PADA BUAH MANGGA

GEDONG GINCU DENGAN MENGGUNAKAN

NEAR INFRARED SPECTROSCOPY (NIRS)

PUTRI WULANDARI ZAINAL

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Deteksi Gejala Chilling Injury

pada Buah Mangga Gedong Gincu dengan Menggunakan Near Infrared

Spectroscopy (NIRS) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing

dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun

tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Maret 2012

Putri Wulandari Zainal

(3)

PUTRI WULANDARI ZAINAL. Detection of Chilling Injury in Mango Fruits cv. Gedong Gincu by Using Near Infrared Spectroscopy. Under supervision of USMAN AHMAD and Y. ARIS PURWANTO.

Low temperature storage is a common method to extend postharvest life of fruits. However, for sensitive fruits such as mango low temperature storage may cause chilling injury. Chilling injury is one of serious problem for mango stored under low temperature. The symptoms of chilling injury during storage associated with the change in pH due to ion leakage. Chilling injury can be detected during storage destructively, but it will require time and a lot of samples. Alternatively, the detection can be performed non-destructively by using near infrared (NIR-Spectroscopy). The purpose of this research is to build the NIR calibration models for predicting ion leakage relating to change in pH and the detection of chilling injury symptoms can be done through ion leakage existence. Reflectant NIR measurements conducted on mango fruit stored at a temperature of 8 °C and 13 °C. Determination of chilling injury symptoms was predicted based on change in pH and the rate of ion leakage forming. The analysis showed that NIR spectroscopy was able to predict the change in pH during storage of mango fruit at a temperature of 8 °C based on reflectance and PLS method. Moreover ion leakage could also be predicted properly through the pH of the NIR predictions. The developed method could detect the chilling injury on mangoes after three days storage at a temperature of 8 °C.

(4)

dengan Menggunakan Near Infrared Spectroscopy. Dibimbing oleh USMAN AHMAD dan Y. ARIS PURWANTO.

Manggga gedong gincu sangat disukai oleh konsumen baik dari pasar

lokal maupun pasar internasional. Oleh karena itu, untuk dapat mempertahankan

mutu mangga gedong gincu hingga sampai ke tangan konsumen maka harus di

simpan pada suhu dingin. Akan tetapi, mangga gedong gincu saat disimpan pada

suhu rendah dalam jangka waktu yang lama memiliki permasalah yaitu adanya

kemungkinan untuk terkena chilling injury. Mangga gedong gincu merupakan

salah satu buah-buahan tropis yang sensitif terhadap suhu dingin. Chilling injury

merupakan jenis kerusakan yang terjadi pada saat penyimpanan buah-buahan

tropis dan subtropis yang sensitif terhadap suhu dingin yang melebihi suhu

optimal penyimpanan dingin.

Chilling injury ini kadang-kadang sulit untuk dihindarkan karena chilling

injury identik dengan suhu dingin dan produk hortikultura membutuhkan

penyimpanan suhu dingin untuk dapat mempertahankan mutu dan kesegaran

produk. Gejala chilling injury dapat diamati melalui bagian internal dan bagian

eksternal. Gejala bagian internal yang dapat diidentifikasi seperti adanya respirasi

yang abnormal, kegagalan matang, perubahan permeabilitas membran sehingga

menyebabkan terjadinya kenaikan jumlah ion yang keluar (ion leakage),

perubahan pH yang abnormal. Gejala bagian ekternal seperti pitting,

bercak-bercak coklat yang lama kelamaan akan berubah menjadi browning. Jika

identifikasi dilakukan melalui bagian eksternal maka chilling injury telah terjadi

dan kerusakan pada jaringan buah telah bersifat permanen, sedangkan jika

identifikasi dilakukan pada bagian internal maka dapat diketahui indikasi gejala

chilling injury dimana jaringan buah belum rusak secara permanen . Dengan

mengetahui indikasi gejala chiling injury maka dapat dilakukan pemulihan

jaringan seperti pengembalian penyimpanan buah pada suhu yang optimum. Oleh

(5)

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengembangkan model kalibrasi NIR

untuk memprediksi ion leakage yang berhubungan dengan pH dengan metode

PLS, (2) deteksi gejala chilling injury yang berhubungan dengan perubahan ion

leakage dan pH selama penyimpanan dengan NIR spectroscopy. Penelitian ini

terdiri dari dua tahap. Penelitian tahap pertama bertujuan untuk mendapatkan

model kalibrasi terbaik dan persamaan regresi sedangkan penelitian tahap kedua

dilakukan untuk memvalidasi model yang telah dibangun pada penelitian tahap

pertama. Buah disimpan pada dua tingkatan suhu yaitu suhu 8 °C dan 13 °C

selama 22 hari. Total sampel yang digunakan berjumlah 126 buah dimana untuk

pengambilan data reflektan pada penelitian tahap I sebanyak 53 buah dan

penelitian tahap II sebanyak 10 buah untuk masing-masing tingkatan suhu.

Pengambilan data reflektan dilakukan pada tiga titik untuk satu buah mangga dan

dilakukan tiga ulangan. Pengamatan dan pengambilan data reflektan dilakukan

pada hari ke-0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa NIR spectroscopy dapat dengan baik

menduga terjadinya gejala chilling injury pada buah mangga gedong yang

disimpan pada suhu 8 °C. Hal ini dapat dilihat dari hasil kalibrasi menggunakan

model PLS yang menghasilkan nilai korelasi (r) 0.8176 dan R² 0.6684, RMSEP

6.9870%, RMSEC 2.3836%, selisih RMSE 4.6035% dan CV 2.1616%. Dari nilai

tersebut dapat dikatakan model yang dihasilkan memiliki akurasi dan kestabilan

model yang cukup baik karena memiliki korelasi yang mendekati 1, nilai error

yang rendah serta cv < 5%. Deteksi chilling injury ini didasarkan pada perubahan

pH selama penyimpanan.

Perubahan pH selama penyimpanan dapat diprediksi dengan baik oleh NIR

spectroscopy dimana secara destruktif pH memiliki perubahan yang tidak terlalu

tinggi yaitu pH 3-3.35 dan pH prediksi NIR 2.9-3.3. Penurunan keasaman tinggi

pada pematangan buah mangga disertai pergeseran pH dari 2.0 ke 5.5. Akan tetapi

pada pengamatan destruktif ataupun menggunakan NIR spectroscopy

(6)

pH memiliki korelasi terhadap terjadinya ion leakage (kebocoran ion) pada

penyimpanan buah mangga selama penyimpanan. Adapun prediksi terjadinya ion

leakage menggunakan persamaan y = 0.148x – 0.243 dimana y merupakan laju

perubahan ion leakage dan x merupakan pH prediksi NIR. Persamaan ini dapat

digunakan karena memiliki nilai Pvalue < 5 %. Dari persamaan ini maka ion

leakage dapat diprediksi dengan menggunakan pH prediksi NIR selama

penyimpanan. Berdasarkan deteksi NIR, terjadinya ion leakage diprediksi pada

hari ke-3, sedangkan berdasarkan pengukuran secara destruktif awal terjadinya

gejala chilling injury pada hari ke-4, dimana pada hari ke-4 ini memiliki nilai laju

perubahan ion leakage yang tertinggi. Semakin besar nilai laju perubahan ion

leakage, maka menandakan semakin besar membran sel yang pecah.

Berdasarkan pengamatan secara destruktif bahwa terjadi penurunan mutu

yang lebih cepat pada penyimpanan suhu 13 °C dari pada suhu 8 °C, seperti

persentase TPT yang lebih tinggi, kekerasan yang menurun cepat, warna yang

berubah menjadi kuning, dan pH yang berubah dari 3 pada awal penyimpanan

menjadi 4.7. Untuk penyimpanan suhu 8 °C memiliki nilai perubahan TPT yang

cenderung rendah, pH yang cenderung 3 sampai akhir penyimpanan, kekerasan

yang menjadi bertambah keras, warna yang tetap hijau dan gelap. Hal ini

menunjukkan mangga telah mengalami ciri-ciri gejala chilling injury dimana

metabolisme tidak berjalan dengan semestinya selama 22 hari penyimpanan

sehingga terjadi kegagalan matang. Kegagalan matang ini dapat dilihat dari

kondisi buah mangga yang tidak mengalami proses pematangan seperti warna

yang hijau dan keras. Pengamatan kegagalan matang ini dilakukan setelah 22 hari

dimana buah mangga dikeluarkan dari suhu penyimpanan 8 °C selama 2 hari.

Kerusakan fisiologis secara visual baru mulai tampak pada hari ke-10 untuk

penyimpanan suhu 8 °C dan hari ke-18 pada suhu 13 °C berupa bintik-bintik

hitam yang lama kelamaan membesar.

(7)

® Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atas seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis

(8)

NEAR INFRARED SPECTROSCOPY (NIRS)

PUTRI WULANDARI ZAINAL

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gear Magister Sains pada

Program Studi Teknologi Pascapanen

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)
(10)

Judul Tesis : Deteksi Chilling Injury pada Buah Mangga Gedong Gincu dengan Menggunakan Near Infrared Spectroscopy (NIRS) Nama : Putri Wulandari Zainal

NIM : F153100111

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Usman Ahmad, M.Agr Ketua

Dr. Ir. Y. Aris Purwanto, M.Sc Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Teknologi Pascapanen

Dr. Ir. Sutrisno, M.Agr

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya

sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam

penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2011 ini evaluasi kerusakan

dingin secara non-destruktif, dengan judul Deteksi Chilling Injury pada Buah

Mangga Gedong Gincu dengan Menggunakan Near Infrared Spectroscopy

(NIRS).

Pada kesempatan ini, dengan rasa hormat penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada Dr. Ir. Usman Ahmad, M.Agr dan Dr. Ir. Y. Aris

Purwanto, M.Sc selaku komisi pembimbing yang telah memberikan ilmu, arahan,

dan saran kepada penulis, serta Dr.Ir. Emmy Darmawati, M.Si selaku penguji luar

komisi pembimbing dan Dr. Ir. Sutrisno, M.Agr selaku ketua program studi yang

telah memberikan saran dan arahan untuk perbaikan tesis ini. Selain itu, penulis

juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sulyaden yang telah membantu

penulis selama melakukan penelitian di Lab. TPPHP, Fajri Eko Munanda atas

bantuan dan kerjasamanya selama melakukan penelitian, Tajul Iflah, Cicih

Sugianti, Elmi Kamsiati, Sandra Leony, Susi Lesmayanti, Hasriani, dan

Syahirman Hakim atas bantuan, kerjasama, dan semangatnya, Ibuk Leady yang

memberikan masukan dan semangat, serta rekan-rekan seperjuangan di TMP

2010.

Secara khusus, penulis menyampaikan penghormatan dan ucapan terima

kasih kepada kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Zainal Azwar (alm) dan

Ibunda Sri Hasnah Syam, abang-abangku, Hendri Wandria Zainal, Henry

Rayendra Zainal, Andika Putra Zainal, Bayu Indra Zainal, dan kakakku Dewi

Shinta Zainal atas segala kasih sayang, do’a, motivasi, nasehat, bantuan dan

pengertianya kepada penulis untuk menggapai cita-cita.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, Maret 2012

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang, Sumatera Barat pada tanggal 7 Oktober 1987

sebagai anak ke enam dari enam bersaudara, dari pasangan Zainal Azwar dan Sri

Hasnah Syam. Penulis lulus dari SMU Adabiah Padang pada tahun 2005 lalu

melanjutkan pendidikan S1 tahun 2005 di Jurusan Teknik Pertanian Fakultas

Teknologi Pertanian Universitas Andalas (UNAND) melalui jalur SPMB dan

selesai tahun 2009. Pada tahun 2010, penulis melanjutkan pendidikan S2 pada

Departemen Teknik mesin dan Biosistem Mayor Teknologi Pascapanen di Institut

(13)

DAFTAR ISI

Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA ... 6

Mangga ... 6

Kandungan Buah Mangga ... 8

Fisiologi Pascapanen Buah mangga ... 9

Perubahan Sifat Fisikokimia selama Penyimpanan ... 10

Penyimpanan Dingin ... 11

Kerusakan Dingin (Chilling Injury) ... 12

Ion Leakage dan pH ... 13

Near Infrared (NIR) ... 16

Partial Least Square (PLS) ... 20

Analisis Regresi ... 23

Aplikasi Near Infrared untuk Penentuan Mutu Buah secara Non Destruktif ... 24

Pola Gelombang Spektra NIR pada Buah Mangga Gedong Selama Penyimpanan... 38

Perubahan Parameter Mutu Buah Mangga Selama Penyimpanan ... 43

Perubahan Parameter Chilling Injury Selama Penyimpanan ... 51

Kalibrasi dan Validasi Spektra NIR terhadap pH Buah Mangga Menggunakan Metode PLS ... 57

Prediksi Ion Leakage pada Buah Mangga ... 60

Deteksi Chilling Injury pada Buah Mangga Menggunakan NIR Spectroscopy ... 64

KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

(14)

Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Produksi mangga Indonesia tahun 2001 sampai 2009 ... 1

2 Ukuran berat mangga berdasarkan kultivar ... 8

3 Spesifikasi persyarat mutu ... 8

4 Slope perubahan ion leakage pada penyimpanan suhu 8 oC ... 56

6 Jumlah data reflektan NIR untuk kalibrasi dan validasi menggunakan metode PLS ... 58

7 Evaluasi hasil kalibrasi dan validasi NIR... 60

8 Prediksi ion leakage berdasarkan reflektan NIR ... 64

9 Prediksi ion leakage berdasarkan absorban NIR ... 64

10 Kondisi buah mangga pada hari ke-4 yang disimpan pada suhu 8°C ... 65

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Mangga Gedong Gincu. ... 7

2 Diagram struktur buah mangga. ... 14

3 Diagram skematik pergerakan (a) larutan menembus membran, (b) gelembung udara menembus membran. ... 15

4 Spektrum gelombang elektromagnetik. ... 16

5 Tipe penyerapan NIR pada berbagai lokasi komposisi. ... 18

6 Diagram representasi dari specular (a) regular reflectance, (b) body reflectance, dan (c) absorban Near Infrared dari Sampel. ... 19

7 Deskripsi dari prosedur PLS (Pandey, 2010). ... 21

8 Diagram prosedur penelitian tahap pertama. ... 29

9 Pengambilan spektra NIR pada buah mangga gedong. ... 30

10 Prinsip fungsional dari NIRFlex fiber optik solids (Flawi, 2009). ... 31

11 Proses kalibrasi dan validasi. ... 34

12 Diagram penelitian tahap kedua. ... 37

13 Pola spektrum reflektan NIR buah mangga pada penyimpanan (a) suhu 8oC, dan (b) suhu 13 oC. ... 39

14 Pola spektrum absorban NIR buah mangga pada penyimpanan (a) suhu 8oC, dan (b) suhu 13 oC. ... 40

15 Pola spektrum reflektan NIR setelah normalisasi pada buah mangga penyimpanan (a) suhu 8oC, dan (b) suhu 13 oC. ... 42

16 Pola spektrum absorban NIR setelah normalisasi pada buah mangga penyimpanan (a) suhu 8 oC, dan (b) suhu 13 oC. ... 43

17 Perubahan nilai L* selama penyimpanan suhu 8°C dan suhu 13° C. ... 45

18 Perubahan nilai a* selama penyimpanan suhu 8°C dan suhu 13° C. ... 46

19 Perubahan nilai b* selama penyimpanan suhu 8°C dan suhu 13° C. ... 46

20 Persentase perubahan susut bobot selama penyimpan suhu 8° C dan 13 °C. .. 48

21 Perubahan kekerasan buah mangga selama penyimpanan. ... 49

22 Perubahan total padatan terarut selama penyimpanan. ... 51

23 Perubahan pH selama penyimpanan buah mangga. ... 52

24 Grafik perubahan ion leakage pada penyimpanan buah mangga hari ke-1 suhu 8 oC dan 13 oC ... 55

(17)

26 Grafik perubahan ion leakage pada penyimpanan buah mangga hari ke-4 suhu 8 oC dan 13 oC ... 56

27 Kondisi buah monitoring pada penyimpanan suhu 8 oC sebagai gejala chilling injury (a) hari ke-10 bercak-bercak hitam, dan (b) hari ke-16 browning. ... 57

29 Hasil kalibrasi dan validasi metoda PLS menggunakan (a) data reflektan, dan (b) data absorban. ... 59

30 Persamaan regresi antara pH dengan slope ion leakage pada penyimpanan buah mangga suhu 8°C... 62

31 Perubahan pH Prediksi berdasarkan data reflektan, absorban dan data

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Sampel buah mangga yang digunakan pada penelitian... 75

2 Perangkat NIRFlex N-500 Fiber Optic Solid yang digunakan pada penelitian 75 3 Pengukuran reflektan NIR... 75

4 Pengukuran parameter mutu (a) pengukuran kekerasan, (b) pengukuran TPT, (c) pengukuran susut bobot, dan (d) pengukuran warna ... 76

5 Pengukuran ion leakage (a) sampel yang digunakan untuk pengukuran ion leakage dan (b) pengukuran ion leakage menggunakan Electrical Conductivity ... 77

6 Contoh sampel untuk pengukuran pH ... 77

7 Perubahan warna mangga yang disimpan pada suhu 8 °C ... 78

8 Perubahan warna mangga yang disimpan pada suhu 13 °C ... 79

9 Data rata-rata perubahan warna kulit buah mangga selama penyimpanan ... 80

10 Data rata-rata perubahan pH selama penyimpanan ... 80

11 Data rata-rata susut bobot. kekerasan. dan TPT buah mangga selama penyimpanan ... 81

12 Data perubahan slope ion lekage selama penyimpanan buah mangga ... 81

13 Perubahan ion leakage setiap ulangan buah mangga suhu 8°C pada penyimpanan hari ke-1 ... 82

14 Perubahan ion leakage setiap ulangan buah mangga suhu 8°C pada penyimpanan hari ke-2 ... 82

15 Perubahan ion leakage setiap ulangan buah mangga suhu 8°C pada penyimpanan hari ke-4 ... 83

16 Perubahan ion leakage setiap ulangan buah mangga suhu 8°C pada penyimpanan hari ke-6 ... 83

17 Perubahan ion leakage setiap ulangan buah mangga suhu 8°C pada penyimpanan hari ke-8 ... 84

18 Perubahan ion leakage setiap ulangan buah mangga suhu 13°C pada penyimpanan hari ke-1 ... 84

19 Perubahan ion leakage setiap ulangan buah mangga suhu 13°C pada penyimpanan hari ke-2 ... 85

(19)

21 Perubahan ion leakage setiap ulangan buah mangga suhu 13°C pada

penyimpanan hari ke-6 ... 86

22 Perubahan ion leakage setiap ulangan buah mangga suhu 13°C pada

penyimpanan hari ke-8 ... 86

23 Hasil kalibrasi dan validasi menggunakan data reflektan NIR dengan metode PLS pada buah mangga yang disimpan suhu 8°C ... 87

24 Hasil kalibrasi dan validasi menggunakan data reflektan NIR dengan metode PLS pada buah mangga yang disimpan suhu 13°C ... 90

25 Hasil kalibrasi dan validasi menggunakan data absorban NIR dengan metode PLS pada buah mangga yang disimpan suhu 8°C ... 93

26 Hasil kalibrasi dan validasi menggunakan data absorban NIR dengan metode PLS pada buah mangga yang disimpan suhu 13°C ... 96

27 Data pH dan slope ion leakage prediksi menggunakan reflektan NIR selama penyimpanan buah mangga ... 99

28 Data pH dan slope ion leakage prediksi menggunakan absorban NIR selama penyimpanan buah mangga ... 100

(20)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mangga merupakan buah-buahan eksotik yang diimpor oleh semua pasar

utama dunia. Dewasa ini produksi mangga memiliki potensi pasar yang baik dan

merupakan komoditas unggulan yang prospektif sehingga dari tahun ke tahun

produksinya terus meningkat. Menurut BPS, dari tahun 2001 sampai 2009

produksi mangga di Indonesia mengalami peningkatan (Tabel 1).

Tabel 1 Produksi mangga Indonesia tahun 2001 sampai 2009

Tahun Produksi (Ton)

Buah mangga gedong gincu merupakan salah satu jenis buah mangga yang

banyak diminati baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Menurut

Supriatna (2005), mangga gedong gincu mempunyai peluang pasar ekspor cukup

besar dikarenakan buahnya mempunyai aroma sangat tajam, warna buah merah

menyala, dan mengandung banyak serat. Karakteristik ini sangat sesuai dengan

permintaan negara importir. Dengan adanya prospek pemasaran mangga gedong

gincu yang baik maka diperlukan perbaikan-perbaikan mulai dari aspek produksi,

panen, ketersediaan buah, teknik penanganan pascapenan, sistem produksi, dan

pengendalian mutu agar produk yang dihasilkan mempunyai kualitas yang sesuai

dengan permintaan pasar.

Berbagai macam teknologi telah diupayakan untuk dapat menjaga kualitas

yang sesuai dengan permintaan pasar. Salah satu cara tersebut adalah

(21)

satu faktor utama untuk dapat mempertahankan mutu dan memperpanjang umur

simpan karena buah setelah panen masih mengalami proses kehidupan. Menurut

Winarno (2002), buah-buahan setelah panen dikatakan masih hidup karena masih

melakukan pernafasan dalam suatu seri reaksi yang sangat kompleks. Laju

respirasi dapat dikendalikan oleh suhu. Pada setiap kenaikan suhu 10oC, laju

respirasi meningkat dua atau tiga kali. Namun, penyimpanan dingin untuk

mempertahankan mutu dan memperpanjang umur simpan juga memiliki kendala.

Mangga juga merupakan salah satu buah tropis yang memiliki sifat

sensitif terhadap suhu yang terlalu rendah. Ketika mangga disimpan pada suhu

rendah dalam jangka waktu tertentu, ada resiko terjadinya perubahan fisik karena

kerusakan dingin. Resiko kerusakan dingin ini sering disebut sebagai chilling

injury yang dapat menurunkan mutu buah mangga yang disimpan. Menurut Skog

(1998), chilling injury merupakan gangguan utama pada tanaman tropis dan

subtropis, meskipun gangguan fisiologi ini akan muncul pada saat produk

disimpan pada suhu rendah. Temperatur kritis untuk kerusakan suhu rendah

berbeda-beda tergantung pada komoditas, tetapi umumnya pada buah mangga

terjadi ketika suhu penyimpanan sekitar 10oC-13oC.

Menurut Utama (2009), chilling injury dan kerusakannya tidak hanya

terjadi selama penyimpanan. Chilling injury juga dapat dijumpai pada saat cold

chain, selama penanganan atau transit, atau selama distribusi wholesale, di tempat

retail, dan di rumah tangga. Contohnya penempatan pisang dalam lemari

pendingin di rumah merupakan hal yang umum menyebabkan kerusakan dingin.

Menurut Winarno (2002), gejala chilling sering muncul beberapa hari setelah

berada di suhu yang lebih hangat dalam bentuk legokan (pitting) atau kulit produk

memar, terjadi internal discoloration atau gagal matang. Perkembangan gejala

chilling injury sangat dipengaruhi oleh temperatur dan waktu, dimana semakin

rendah temperatur gejala akan semakin parah dan semakin lama terpapar suhu

rendah gejala juga akan semakin parah. Efek dalam jangka pendek dari chilling

mungkin akan bertumpuk (cumulative) di dalam komoditas. Deteksi dan diagnosis

dari chilling injury sering sulit, pada saat produk baru dikeluarkan dari temperatur

dingin, dimana gejala kerusakan akan muncul saat produk terpapar pada suhu

(22)

Gejala juga tidak dapat terlihat secara eksternal (Skog, 1998). Gejala chilling

injury pada bagian internal dapat dideteksi melalui perubahan pH yang tidak

normal, kebocoran ion, dan pengukuran respirasi.

Jika identifikasi dilakukan melalui bagian eksternal maka chilling injury

telah terjadi dan kerusakan pada jaringan buah telah bersifat permanen, sedangkan

jika identifikasi dilakukan pada bagian internal maka dapat diketahui indikasi

gejala chilling injury dimana jaringan buah belum rusak secara permanen. Dengan

mengetahui indikasi gejala chiling injury maka dapat dilakukan pemulihan

jaringan seperti pengembalian penyimpanan buah pada suhu yang optimum. Oleh

karena itu, diperlukannya metode deteksi secara destruktif untuk dapat mendeteksi

bagian internal buah mangga sehingga dapat diketahui indikasi gejala chilling

injury tanpa merusak.

Mutu buah di Indonesia biasanya masih dideteksi/didiagnosis secara

manual dengan menggunakan tanda-tanda visual sehingga mutu bagian dalam

dari buah tidak dapat dideteksi dengan baik. Metode yang digunakan untuk

mendeteksi bagian dalam, biasanya dengan menggunakan metode destruktif yang

dapat merusak buah-buahan secara keseluruhan. Untuk itu telah dikembangkan

beberapa metode uji secara tidak merusak untuk produk hortikultura antara lain:

metode image processing, metode NIR (Near Infra Red), metode gelombang sinar

X, metode NMR (Nuclear Magnetic Resonance) dan metode gelombang

ultrasonik.

NIR (Near Infrared) merupakan salah satu metode deteksi kerusakan

secara non-destrukif yang pada saat ini mulai berkembang. Near infrared

digunakan pada bidang pertanian pertama kali oleh Norris pada tahun 1964 untuk

mengukur kelembaban analisis dan mulai berkembang pada tahun 1987 yang

dilakukan oleh Grant untuk analisis cepat terutama untuk kelembaban, protein,

dan kandungan lemak dari berbagai produk pertanian dan makanan (Nicolai et al,

2007). Menurut Victor (1996), Near Infrared digunakan untuk pengelompokkan

buah apel varietas manalagi berdasarkan kememaran dengan cara

membandingkan nilai pantulan buah apel yang tidak memar dengan memar.

(23)

fisiologi mangga yang berhubungan degan indeks kualitas dengan Near Infrared

Spectroscopy bahwa indeks yang dideteksi meliputi pelunakan daging, total

padatan terlarut dan keasaman. Menurut Osborne et al (1993), keuntungan utama

dari penggunaan NIR adalah analisis sederhana dan sangat cepat (antara 15 – 90

detik) dan dapat dilakukan secara online. Selain itu pengukuran juga dapat diukur

secara bersamaan.

Dengan adanya gejala yang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk

dapat terlihat secara ekternal dan adanya kerusakan/kerusakan mutu yang

diakibatkan oleh kerusakan dingin (chilling injury) maka diperlukan salah satu

teknologi untuk deteksi dan diagnosa kerusakan dingin secara tidak merusak

(non-destructive). Oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai pengembangan

sistem pengukuran Near Infrared Spectroscopy untuk deteksi kerusakan dingin

(chilling injury) buah mangga secara non-destruktif.

Perumusan Masalah

Chilling injury merupakan permasalahan pada penyimpanan dingin untuk

buah mangga. Gejala dari chilling injury dapat dilihat dari bagian internal buah

seperti laju repirasi, pH, dan kebocoran ion (ion leakage). Perubahan laju

respirasi, pH yang tidak normal , dan kebocoran ion selama penyimpanan dingin

tidak dapat diketahui secara tidak merusak (destructive). Deteksi chilling injury

jika dilakukan pada bagian eksternal buah maka buah telah mengalami rusak

secara permanen sehingga jaringan buah tidak dapat diperbaiki, akan tetapi jika

deteksi dilakukan pada bagian internal maka jaringan buah tidak rusak secara

permanen sehingga dengan adanya pendeteksian bagian internal ini dapat

digunakan untuk pencegahan terjadinya chilling injury, seperti pengembalian buah

yang disimpan pada suhu optimum. Pendeteksian bagian internal dapat dideteksi

dengan menggunakan metode nondestruktif NIR spectroscopy. Metode NIR

spectroscopy dapat digunakan untuk mendeteksi chilling injury yang berhubungan

dengan parameter seperti kadar air, protein, lemak, kandungan asam (pH), TPT,

(24)

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan sistem deteksi chilling

injury buah mangga gedong gincu secara non-destruktif dengan metode Near

Infrared (NIR), dengan tujuan khusus :

a. Mempelajari spektrum reflektan dan absorban NIR spectroscopy dalam

hubungannya dengan ion leakage melalui perubahan pH untuk mendeteksi

gejala chilling injury pada buah mangga gedong gincu selama

penyimpanan dingin.

b. Mengembangkan model kalibrasi NIR untuk memprediksi ion leakage

berdasarkan pH dengan metode PLS.

Berdasarkan tujuan di atas, maka dari penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat dan informasi sebagai berikut :

a. Memberikan data dasar perubahan karakteristik Near Infrared (NIR)

berdasarkan perubahan pH yang berhubungan dengan ion leakage dan

rusak tidaknya buah mangga sehingga dapat mendeteksi terjadinya gejala

chilling injury.

b. Membantu dalam pengembangan sortasi buah secara tidak merusak.

c. Dapat mendeteksi lebih awal gejala chilling injury tanpa merusak buah

mangga. Sehingga dengan adanya deteksi awal terhadap gejala chilling

(25)

TINJAUAN PUSTAKA

Mangga

Mangga merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari negara India.

Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara termasuk Malaysia

dan Indonesia. Berdasarkan klasifikasinya buah mangga termasuk dalam

(Pracaya, 1998):

Kingdom : Plantae

Filum : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Sapindales

Famili : Anacardiaceae

Genus : Mangifera

Spesies : M. indica

Mangga termasuk golongan buah sejati tunggal, yakni buah yang hanya

terjadi dari satu bunga dan satu bakal buah. Jenis mangga ini mempunyai satu

ruang dengan satu biji (Broto, 2003). Buah mangga juga termasuk kelompok buah

batu yang berdaging. Panjang buah sekitar 2.5 cm sampai 30 cm. Bentuk buah

ada yang bulat, bulat telur atau memanjanag dan ada juga yang berbentuk pipih.

Masing-masing varietas mangga dapat dibedakan berdasarkan ukuran, warna

daging, rasa, aroma, karakter, dan bentuk buah. Di Indonesia ada beberapa jenis

dan varietas mangga komersial yang sudah terkenal dengan mutu yang bagus

antara lain : Golek, Arumanis, Manalagi, Gedong, Madu, Lalijiwo, Keweni,

Pakel, dan Kemang (Pracaya, 2001). Menurut Quane (2011), pada saaat sekarang

ini, hanya lima varietas yang diekspor yaitu Arumanis, Gedong, Manalagi,

Dermayu dan dalam jumlah lebih sedikit: Cengkir.

Mangga gedong gincu merupakan salah satu kultivar mangga yang harga

buahnya paling tinggi dibandingkan dengan mangga lainnya di Indonesia

(Gambar 1). Buah mangga ini mempunyai ukuran, bentuk, warna, rasa, dan bau

(26)

cerebon, Majalengka dan Indramayu. Bentuk agak bulat dengan pangkal buah

agak datar dan sedikit berlekuk, pucuk buah tak berparuh. Tangkai buah kuta,

terletak ditengah. Bobot 200-300 gram perbuah, berukuran 8 cm x 7 cm x 6 cm.

Buah yang masak berkulit merah jingga pada pangkalnya, merah kekuningan pada

pucuknya. Permukaan kulit halus, berbintik putih kehijauan dan berlilin. Daging

buah tebal, berserat halus, manis, berair banyak, beraroma halus dan kasar.

Karena kulit buahnya tebal, buah dapat disimpan beberapa hari dan tahan

angkutan. (Pracaya, 2001). Warna daging sama dengan warna kulit. Bijinya agak

besar dan sebagian dari daging cenderung melekat pada biji serta produksi

100-150 kg/pohon. Permintaan akan mangga gedong tinggi dan di banyak pasar di

Indonesia harganya pun tinggi (Quane, 2011).

Gambar 1 Mangga Gedong Gincu.

Berdasarkan SNI 01-364-2009, untuk semua kelas buah, ketentuan

minimum mutu yang harus dipenuhi adalah utuh, padat (firm), penampilan segar,

layak dikonsumsi, bersih, bebas dari benda-benda asing yang tampak, bebas

memar, bebas hama dan penyakit, bebas kerusakan akibat temperatur rendah atau

tinggi, bebas dari kelembaban eksternal yang abnormal (kecuali pengembunan

sesaat setelah pemindahan dari tempat penyimpanan dingin), bebas dari aroma

dan rasa asing, memiliki kematangan yang cukup. Untuk ketentuan mengenai

ukuran mangga dapat dilihat pada Tabel 2 dan spesifikasi persyaratan mutu pada

(27)

Tabel 2 Ukuran berat mangga berdasarkan kultivar

Keasaman Sifat Varietas Seragam Seragam

Tingkat ketuaan Tua tapi tidak terlalu matang

Tua tapi tidak terlalu matang

Kekerasan Keras Cukup Keras

ukuran Seragam Kurang Seragam

Kerusakan % (jml/jml maksimum) 5 10

Kotoran Bebas Bebas

Busuk, % (jml/jml maksimum) 1 1

Sumber : SNI 01-3164-1992

Kandungan Buah Mangga

Mangga merupakan buah yang disukai hampir segala bangsa, karena lezat.

Sebagai buah konsumsi, mangga terdiri atas tiga lapisan yaitu kulit, daging, dan

biji. Kulit buah sekitar 11-18%, daging buah 60-75%, dan biji 14-22%.

Komponen daging buah yang paling banyak adalah air dan karbohidrat. Selain itu

juga mengandung protein, lemak, macam-macam asam, vitamin, mineral, tannin,

zat warna, dan zat yang mudah menguap. Zat menguap itu beraroma harum khas

mangga (Pracaya, 2001).

Karbohidrat buah mangga terdiri dari gula sederhana, tepung, dan selulosa.

Gula sederhana yaitu sukrosa, glukosa, dan fruktosa. Gula tersebut memberikan

rasa manis dan tenaga yang dapat segera digunakan oleh tubuh. Rasa sepat buah

mangga disebabkan oleh tannin, rasa asam disebabkan oleh asam sitrat. Protein

(28)

perubahan kimia dan metabolisme. Buah mangga banyak mengandung vitamin A

dan C (Pracaya, 2001).

Fisiologi Pascapanen Buah mangga

Tahap-tahap proses pertumbuhan buah dimulai dari pembelahan sel,

pembesaran sel, pendewasaan sel (maturation), pematangan (ripening),

“senescene” dan pembusukkan (deterioration). Mangga termasuk buah klimaterik.

Pola pernafasan buah klimaterik menunjukkan peningkatan CO2 selama

pematangan.. Menurut Winarno (2002), klimaterik adalah suatu periode mendadak

yang unik bagi buah-buahan tertentu, dimana secara biologis diawali dengan

proses pembuatan etilen. Proses ini ditandai dengan adanya perubahan dari proses

pertumbuhan menjadi “senescene”, adanya peningkatan pernafasan dan mulainya

proses pematangan.

Produksi etilen dalam buah berfungsi sebagai pemicu dan

mengkoordinasikan perubahan selama pematangan. Perubahan ini meliputi

perubahan warna pada kulit dan daging, pelunakan daging, dan perkembangan

rasa manis dan aroma (Brecht et al., 2009). Mattoo et al. (1969) telah

menunjukkan bahwa etilen (C2H4) meningkatkan enzim-enzim katalase,

perioksidase, dan amylase dalam irisan mangga sebelum puncak kemasakannya.

Selama pemacuan, mereka juga mengamati bahwa zat-zat serupa protein yang

mengahambat pemasakan, dalam irisan-irisan itu hilang dalam waktu 45 jam.

Menurut Winarno (2002), pembentukan etilen pada jaringan tanaman dapat

distimulasikan oleh kerusakan-kerusakan mekanis dan infeksi. Karena itu, adanya

kerusakan mekanis buah dapat mempercepat pematangan.

Selain adanya produksi etilen pada proses fisiologi, laju pernafasan atau

respirasi juga dapat mempengaruhi fisiologi pascapanen buah mangga. Laju

repirasi ini dapat dijadikan sebagai petunjuk yang baik untuk daya simpan buah

sesudah dipanen. Menurut Pantastico (1989), Intesitas respirasi dianggap sebagai

ukuran laju jalannya metabolisme dan oleh karena itu sering dianggap sebagai

petunjuk mengenai potensi daya simpan buah. Laju respirasi yang tinggi biasanya

disertasi oleh umur simpan yang pendek. Adapun faktor-faktor yang dapat

(29)

internal meliputi susunan kimiawi jaringan, ukuran produk, pelapis alami, jenis

jaringan sedangkan faktor eksternal meliputi oksigen yang tersedia,

karbondioksida, pemberian etilen, kerusakan buah serta zat-zat pengatur tumbuh.

Perubahan Sifat Fisikokimia selama Penyimpanan

Selama penyimpanan buah mengalami perubahan, dimana buah

mengalami pematangan dan penuaan. Saat pematangan, buah mengalami

perubahan dalam warna, tekstur, dan bau, yang menunjukkan bahwa terjadinya

perubahan-perubahan dalam susunannya. Perubahan-perubahan tersebut terjadi

karena diakibatkan adanya perubahan sifat fisikokimia dalam jaringan

buah-buahan.

Perubahan fisik dan kimia pada pematangan antara lain adalah (i) tugor

sel, perubahan tugor sel disebabkan karena komposisi dinding sel berubah, yang

menyebabkan “firmness” dari buah menjadi lunak, (ii) dinding sel, beberapa buah

mengalami keempukan setelah panen karena selulosa meningkat dan

hemisellulosa serta pektin menurun, (iii) perubahan karbohidrat, dimana terjadi

sintesa pati dan perubahan kandungan gula yang menyebabkan buah menjadi

manis, (iv) warna, adanya degradasi khlorofil dan pembentukan antosianin atau

karotenoid, (v) kehilangan asam sitrat (Winarno, 2002). Menurut (Brecht et al.,

2009), asam sitrat adalah asam organik utama pada buah mangga selain itu juga

terdapat asam malat dan suksinat dalam jumlah sedikit. Asam sitrat akan

meningkat selama perkembangan buah mangga dan menurun pada saat

penyimpanan.

Menurut Muchtadi et al (2010), pelunakan buah dapat disebabkan oleh

terjadinya pemecahan protopektin menjadi pektin, maupun karena terjadinya

hidrolisis pati atau lemak dan mungkin juga lignin. Flavor juga mengalami

perubahan selama pematangan. Menurut Pantastico (1989), flavor adalah sesuatu

yang halus dan rumit yang ditangkap indera, yang merupakan kombinasi rasa

(manis, asam, sepat), bau (zat-zat atsiri), dan terasanya pada lidah (meleleh,

pedas). Pematangan biasanya meningkatkan jumlah gula-gula sederhana yang

memberikan rasa manis, penurunan asam organik dan senyawa fenolik yang

(30)

flavor khas pada buah. Perubahan sifat fisikokimia selama pematangan

merupakan indeks mutu dari buah-buahan pada saat disimpan.

Kematian (decay) pada saat penyimpanan diakibatkan oleh penyakit

ataupun pembusukan. Pematangan mengakibatkan hilangnya keasaman dan pati,

peningkatan dan kemudian penurunan kadar gula, dan perubahan pektin serta

melibatkan produksi zat-zat volatil seperti ester, asetaldehida, etil alcohol, dan

etilen (Jackson & Looney, 1999).

Penyimpanan Dingin

Mangga termasuk buah yang mudah busuk. Salah satu cara untuk

mempertahankan kesegaran mangga dalam jangka waktu pendek adalah dengan

penyimpanan di tempat dingin. Penyimpanan dingin merupakan salah satu

perlakuan atau metode yang bertujuan untuk memperpanjang umur simpan

buah-buahan setelah panen. Umur simpan mangga dapat diperpanjang dengan adanya

perlakuan atau metode penyimpanan yang tepat dan baik. Kondisi lingkungan

yang optimal selama penyimpanan mangga adalah kondisi yang optimum dimana

memungkinkan bagi mangga selama penyimpanan untuk tidak mengalami

perubahan warna, cita rasa, dan bentuk.

Menurut Muchtadi et al. (2010), penanganan pascapenan berupa

penyimanan dingin bertujuan untuk dapat mengurangi (i) kegiatan respirasi,

kegiatan metabolik lainnya, (ii) kehilangan air dan pelayuan, (iii) proses penuaan

karena adanya proses pematangan, pelunakan dan perubahan-perubahan warna

serta struktur (iv) kerusakan karena aktifitas mikroba (bakteri, kapang, dan

khamir), dan (v) proses pertumbuhan yang tidak dikehendaki. Kondisi

penyimpanan dingin dapat bermanfaat baik bagi produk karena dapat

memperlambat proses metabolisme saat pematangan, akan tetapi juga dapat

menyebabkan cedera jaringan pada beberapa jenis produk seperti buah-buahan

tropika yang cenderung sensitif terhadap penyimpanan dingin. Penyimpanan

dingin menpunyai pengaruh terhadap bahan yang didinginkan seperti : kehilangan

berat, kerusakan dingin, kegagalan untuk matang, dan kebusukan. Menurut Taub

(31)

penyimpanan dingin antara lain : reaksi browning, kerusakan lemak, perubahan

tekstur, perubahan warna, reaksi staling, perubahan vitamin.

Kerusakan Dingin (Chilling Injury)

Kerusakan dingin merupakan kerusakan yang terjadi pada produk yang

disimpan pada suhu yang lebih rendah dari pada suhu optimum produk tersebut.

Menurut Winarno (2002), chilling merupakan pendinginan di atas suhu

pembekuan kristal es dalam produk. Beberapa produk hortikultura mengalami

chilling injury di atas suhu pembekuan air sehingga chilling injury merupakan

jenis kerusakan yang terjadi karena suatu produk hortikultura terekspos pada suhu

rendah tetapi bukan pada suhu pembekuan.

Chilling injury adalah masalah utama pada penyimpanan dingin bagi

komoditas tropis. Penyimpanan produk dibawah suhu kritis dapat menyebabkan

terjadinya gangguan fisiologis yang parah. Suhu kritis untuk chilling injury

bervariasi sesuai dengan sifat komoditas, tetapi umumnya terjadi ketika produk

disimpan pada suhu dibawah 10oC – 13oC (Tasneem, 2004). Menurut Utama

(2009), untuk buah mangga, penyimpanan ≤ 13oC akan menyebabkan kerusakan

dingin. Menurut Pracaya (2007), beberapa jenis mangga akan rusak jika disimpan

pada suhu dibawah 9 oC.

Menurut Skog (2011), penyebab utama kerusakan dingin adalah adanya

cedera atau kerusakan pada membran sel. Kerusakan ini dipengaruhi oleh waktu

pemaparan temperatur pada komoditas yang disimpan. Jika di bawah temperatur

kritis dalam jangka waktu yang pendek maka tanaman dapat memperbaiki

kerusakan. Akan tetapi, jika pemaparan suhu rendah dengan jangka waktu yang

panjang akan mengakibatkan kerusakan permanen. Deteksi dan diagnosis cedera

ini sering kali mengalami kesulitan karena gejala ini akan terlihat jelas dengan

visual manusia jika produk yang disimpan dipaparkan kembali pada suhu yang

terlalu tinggi, sehingga gejala akan terlihat dari luar dengan jangka waktu yang

cukup lama.

Menurut Muchtadi et al. (2010), kerusakan dingin ini memiliki ciri-ciri

seperti adanya lekukan, cacat, bercak-bercak kecoklatan pada permukaan,

(32)

dikeluarkan dari ruang penyimpanan. Mekanisme terjadinya kerusakan dingin ini

antara lain : (i) terjadinya respirasi abnormal, (ii) perubahan lemak dan asam

lemak dalam dinding sel, (iii) perubahan permeabilitas membran sel, (iv)

perubahan dalam reaksi kinetik dan termodinamika, (v) ketimpangan distribusi

senyawa kimia dalam jaringan, dan (vi) terjadinya penimbunan metabolisme

beracun. Menurut Taub dan Singh (1998), gejala umum dari chilling injury adalah

runtuhnya sel-sel dibawah permukaan kulit yang menyebabkan pitting,

pencoklatan enzimatik dan timbulnya seperti genangan air (waterlogging).

Kerusakan dingin ini, biasanya terjadi pada suhu 10 – 15 oC untuk buah tropis.

Imobilasi lipid akan mempengaruhi sifat membran dan juga akan dapat

menimbulkan senyawa beracun seperti etanol dan acetaldehyde yang dapat

menumpuk selama penyimpanan suhu rendah dan menyebabkan gangguan sel.

Ion Leakage dan pH

Organ-organ dalam buah-buahan dapat dibagi menjadi tiga sistem antara

lain (i) sistem jaringan kulit yang terdiri dari sel—sel epidermal, membran

kutikula, stomata, da lentisel, (ii) sistem dasar yang terdiri dari parenkim,

kolenkim, sklerenkim, dan (iii) sistem berkas pengangkut. Struktur buah mangga

dapat dilihat pada Gambar 2 (Muchtadi et al., 2010).

Senyawa utama penyusun membran adalah protein dan lipida. Komponen

membran lainnya adalah Ca+2 dimana tanpa ion ini membran akan kehilangan

kemampuannya sehingga akan menjadi bocor. Fungsi membran adalah untuk

mengatur lalu lintas molekul air dan ion atau senyawa yang terlarut dalam air

untuk keluar masuk sel atau organel-organel sel (Gambar 3). Lipid tersusun oleh

atom-atom karbon, hidrogen, dan oksigen (Lakitan, 1993). Menurut Winarno

(1997) protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C,

H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat. Gugus asam amino

dan karboksil sangat dipengaruhi oleh pH. Gugus asam amino bersifat asam dan

gugus karboksil bersifat basa.

Perubahan pH dapat disebabkan oleh lama penyimpanan dan adanya

mikroorganisme. Konsentrasi ion hidrogen yang aktif dinyatakan dengan pH dan

(33)

(Saeni, 1989). Menurut Lakitan (1993), pH medium dapat mempengaruhi aktifitas

enzim dan aktifitas enzim akan menurun pada pH yang lebih tinggi atau lebih

rendah. Enzim memiliki peran dalam pembentukan dan perombakan

makromolekul didalam membran sel.

Menurut Azevedo et al (2008), aktifitas ATPase yang berhubungan

dengan pH dalam penyimpanan buah pepaya dapat dijadikan sebagai penanda

biokimia untuk buah klimaterik. Hal ini disebabkan karena pematangan

pascapanen pepaya ditandai dengan emisi etilen, perubahan warna kulit,

kekerasan, dan keasaman titratabel (titratable acidity). Puncak produksi etilen

klimaterik terjadi pada 2 hari setelah panen bersamaan dengan terjadinya

penurunan tajam dalam hidrolisis ATP dan transien alkalisasi dari cairan apoplas.

Efek seperti ini terjadi konsisten dengan membran sel degenerisasi progresif yang

terjadi bersamaan dengan pelunakan buah dan penurunan integritas membran sel

sebagai nyata terjadinya kebocoran elektrolit.

(34)

(a) (b)

Gambar 3 Diagram skematik pergerakan (a) larutan menembus membran, (b) gelembung udara menembus membran.

Menurut Saeni (1989), pada makhluk hidup dalam tubuhnya mengandung

larutan elektrolit seperti KCL, NaCl, MgSO4 yang terionisasi menjadi ion-ion bila

larut dalam air. Menurut Paull (1981), perubahan keadaan fisik membran pada

suhu dingin dianggap bertanggung jawab atas kebocoran peningkatan sel elektrolit

dari jaringan yang sensitif temperatur dingin. Kebocoran ion (ion leakage) pada

jaringan yang sensitif temperatur dingin ini disebabkan oleh konsentrasi kalsium.

Menurut Antunes and Sfakiotaksi (2008), paparan suhu penyimpanan yang rendah

menyebabkan perubahan kebocoran elektrolit dan komposisi asam lemak.

Kebocoran elektrolit dan asam lemak terjadi selama hari pertama disebabkan oleh

respon jaringan untuk adaptasi terhadap kondisi penyimpanan baru yang

mengakibatkan stress. Permeabilitas membran buah kiwi dinyatakan oleh

perubahan elektrolit yang miningkat selama penyimpanan.

Sifat termal juga memiliki hubungan dengan kebocoran dimana adanya

hubungan positif antara peningkatan sifat termal dengan kebocoran elektrolit pada

buah mangga suhu 5oC (Suwapanich dan Haewsungcharoen, 2007). Liberman et

al. (1958) dalam Pantastico et al. (1986) melaporkan bahwa kebocoran

elektrolit-elektrolit dari jaringan akar kentang yang telah didinginkan memiliki kebocoran

yang lebih besar lima kali dibandingan dengan jaringan yang tidak didinginkan.

Salveit (2005) menyatakan bahwa kebocoran ion (ion leakage) meningkat setelah

4 hari penyimpanan buah tomat pada suhu 12.5oC. Selain itu Salveit (2002) juga

menyatakan bahwa paparan suhu non-pembekuan (non-freezing) dibawah 10oC

(35)

buah tomat. Pada penyimpanan dingin, kebocoran ion tidak langsung muncul atau

meningkat pada saat hari pertama terpapar oleh suhu dingin melainkan kebocoran

ion akan meningkat setelah beberapa hari terpapar oleh suhu dingin. Kebocoran

ion ini juga ditandai oleh perubahan yang signifikan dalam aktifitas enzim dan

permeabilitas enzim.

Near Infrared (NIR)

Gelombang merupakan suatu gejala terjadinya penjalaran suatu gangguan

melewati suatu medium dimana setelah gangguan ini lewat keadaan medium akan

kembali kekeadaan semula seperti sebelum gangguan itu datang. Secara umum

gelombang dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu gelombang mekanik

yang memerlukan suatu medium untuk menjalar dan gelombang elektromagnetik

yang tidak memerlukan medium untuk menjalar (Trisnobudi, 2006). Spektrum

gelombang elektromagnetik dapat dilihat pada Gambar 4. Contoh dari gelombang

mekanik antara lain : gelombang tali, gelombang permukaan air, gelombang

seisemik, gelombang tegangan, dan gelombang akustik (Gelombang infrasonik,

gelombang suara, gelombang ultrasonik). Sedangkan contoh dari gelombang

elektromagnetik antara lain : cahaya tampak, sinar infra merah, sinar ultra violet,

gelombang radio AM, gelombang radio FM, gelombang televisi VHF, gelombang

televisi UHF, dan sinar-X.

(36)

Karakteristik inframerah adalah tidak dapat dilihat oleh manusia, tidak

dapat menembus materi yang tidak tembus pandang, dapat ditimbulkan oleh

komponen yang menghasilkan panas dan panjang gelombang pada inframerah

memiliki hubungan yang berlawanan atau berbanding terbalik dengan suhu. ketika

suhu mengalami kenaikan, maka panjang gelombang mengalami penurunan.

Inframerah terbagi atas tiga yaitu inframerah jarak dekat, inframerah jarak

menengah, dan inframerah jarak jauh (Nur, 1989).

Near Infrared Spectroscopy

Menurut Creswell et al. (2005), spectroscopy adalah ilmu yang

mempelajari antaraksi cahaya atau elektromagnetik yang dapat dianggap

menyerupai gelombang. Spektrometer merupakan instrument yang digunakan

untuk mengaktifkan energi gelombang elektromagnetik tertentu. Spektrometer

memiliki detektor yang sesuai dengan daerah gelombang elektromagnetik yang

berfungsi untuk menangkap kembali tingkat absorbsi energi oleh sampel.

Menurut Carl (2009), NIR merupakan bagian dari kelompok inframerah

yang memiliki panjang gelombang 800 nm sampai 2500 nm (0.75 – 1.5 µm).

Aplikasinya digunakan untuk telekomunikasi serat optik, untuk spektroskopi

astronomi, dan pemantulan jarak jauh, sedangkan Near Infrared Spectroscopy

(NIRS) merupakan metode spektroskopis yang menggunakan daerah NIR dari

spektrum elektromagnetik. Menurut Osborne (1993), NIR-spetroscopy didasarkan

pada absorbsi radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang antara

780-2,500 nm yang terletak diantara gelombang cahaya tampak (visible light) dan

cahaya inframerah (infrared).

Spektrum NIR pada makanan terdiri atas luasan gelombang yang timbul

dari tumpang tindih penyerapan yang sesuai dengan kombinasi getaran yang

melibatkan C-H, O-H dan O-H yang merupakan struktur kimia. Konsentrasi unsur

seperti air, protein, lemak, dan karbohidrat secara prinsip dapat ditentukan dengan

menggunakan penyerapan spektroskopi. Tipe penyerapan NIR pada berbagai

(37)

Gambar 5 Tipe penyerapan NIR pada berbagai lokasi komposisi.

Near infrared yang mengenai bahan memiliki energi yang kecil dan hanya

menembus sekitar satu millimeter permukaan bahan, tergantung dari komposisi

bahan tersebut. Jika cahaya mengalami penyebaran, spektrum tersebut tetap

mengandung informasi contoh penyerapan permukaan bahan tetapi terjadi distorsi

pada puncak gelombang. Variasi pada ukuran dan suhu partikel sampel

mempengaruhi penyebaran radiasi near infrared pada saat melewati sampel.

Partikel berukuran besar tidak dapat menyebarkan radiasi near infrared sebanyak

partikel kecil. Makin banyak radiasi yang diserap maka akan dapat memberikan

nilai absorban yang tinggi dan memberikan efek yang besar pada panjang

gelombang yang diserap menjadi lebih kuat. Ketika radiasi near infrared

mengenai sampel padat maka sebagian radiasi akan dipantulkan (specular

reflectance) dari permukaan sampel (Gambar 6). Jika radiasi memasuki sampel

yang memiliki ketebalan sekitar 2 mm maka akan dapat diserap. Radiasi yang

tidak terserap dapat ditransmisikan melalui sampel atau dipantulkan (Dryden

(38)

Gambar 6 Diagram representasi dari specular (a) regular reflectance, (b) body reflectance, dan (c) absorban Near Infrared dari Sampel.

Creswell et al. (2005) mengungkapkan bahwa radiasi elektromagnetik

dapat diekspresikan dalam beberapa hal seperti frekuensi (v, sec-1) , panjang

gelombang (λ, µm atau nm) , dan jumlah atau bilangan gelombang (ῡ). Frekuensi

dinyatakan dalam satuan perdetik yang menunjukkan jumlah gelombang secara

lengkap yang terjadi dalam satu unit waktu. Panjang gelombang merupakan jarak

antara titik ekuivalen pada gelombang secara berturut-turut dan jumlah gelombang

adalah banyaknya gelombang dalam tiap satu cm (cm-1). C merupakan kecepatan

cahaya yaitu 2,998 x 1010 cm/sec.

λ v = c ……….……….(1)

ῡ = ………...(2)

Intensitas penyerapan dapat dinyatakan sebagai transmitan dengan

persamaan sebagai berikut :

= ………(3)

Dimana nilai I adalah intensitas energi yang keluar dari sampel, dan Io

adalah energi yang mengenai sampel. Hukum Beer-Lambert menyatakan tentang

penyerapan radiasi di dalam sampel. Hukum Beer-Lambert ini dapat dilihat dalam

Persamaan 4 dan 5. Dimana nilai A merupakan absorban, k adalah konstanta

proporsi, c adalah konsentrasi penyerapan molekul, dan l adalah jarak antara

(39)

= = = ……….(4)

= = ...……….(5)

Menurut Osborne (1993), pada saat sinar radiasi mengenai

partikel-partikel sampel maka radiasi dapat dipantulkan, diserap atau diteruskan. Nilai

yang terukur berupa nilai pancaran pantulan (diffuse reflectance) yang secara

empirik berkaitan dengan konsentrasi penyerapan molekul (c). Dalam NIR

spectroscopy, reflektan (R) dianalogikan dengan transmitan, sehingga:

= ……….(6)

Partial Least Square (PLS)

Menurut Pandey (2010), ada beberapa teknik multivariat yang berbeda

untuk menganalisis data spektrum NIR seperti Principal Component Analysis

(PCA), Principal Component Regression (PCR), Partial Least Square (PLS) dan

Multiple Linier Regression (MLR). PCA, PCR, PLS juga dikenal sebagai “model

bilinier”. Menurut Susilowati (2007), analisis data NIR dimanfaatkan tanpa

mempelajari hubungannya dengan sifat bahan yang diukur. Kegiatan mempelajari

hubungan tersebut pada umumnya dilakukan dengan beberapa metode yaitu

Stepwise Multiple Linier Regression, Principal Component Regerssion, dan

Partial Least Square. Menurut Burns and Ciurczak (2006), teknik pemodelan

matematika multivariat seperti PCR, PLS digunakan untuk kalibrasi matematika

pada spektrum NIR.

Principal components analysis (PCA) secara umum dikenal sebagai teknik

interprestasi multivariat, dimana “the loading” dipilih untuk menjelaskan secara

maksimal keragaman di dalam variabel. Komponen utama bertujuan untuk

menjelaskan sebanyak mungkin keragaman data dengan kombinasi linier yang

ditemukan yang saling bebas satu sama lain dan di dalam arah keragaman paling

besar. Tiap-tiap komponen utama merupakan kombinasi linier dari semua

variabel. Principal Component Regression (PCR) merupakan teknik analisis

(40)

teknik PCA dilanjutkan dengan teknik analisis regresi antara komponen utama

yang baru terhadap respon (Hanis, 2008).

Partial least square (PLS) adalah sebuah metode reduksi dimensi data,

dimana sejenis dengan PCA yaitu untuk mencari faktor-faktor yang paling relevan

dalam memprediksi dan menginterpretasi data. Regeresi PLS meningkatkan

kemampuan modelnya dari PCA dengan menggunakan variabel respon secara

aktif dalam dekomposisi bilinier prediktor. PCA terfokus pada keragaman di

dalam prediktor sedangkan PLS fokus pada kovarians diantara respon dan

prediktor-prediktor. Dengan jalan menyeimbangkan informasi antara prediktor

dan respon, PLS mereduksi dampak dari banyaknya prediktor yang tidak relevan

dengan keragaman data. Estimasi kesalahan prediktor ditingkatkan dengan cara

validasi silang (Hanis, 2008). Menurut Miller and Miller (2005), PLS

menggunakan variabel kombinasi linier dari variabel prediktor dibandingkan

variabel asli (Gambar 7).

Gambar 7 Deskripsi dari prosedur PLS (Pandey, 2010).

Langkah awal dari metode PLS adalah pemusatan data matriks X dengan

vektor c, dimana dapat dilihat pada Persamaan 7 dan 8 :

= − 1 ………...…………(7)

= − 1 ……….(8)

Untuk masing-masing faktor baru yaitu a = 1, 2, …., A dimana a

merupakan faktor yang baru terbentuk dan A merupakan faktor ke-n yang

terbentuk, melalui langkah 1 sampai 4 yaitu :

1. Residual data destruktif (v) digunakan untuk menghitung loading vektor NIR

(41)

= + ……….……….(9) Kemudian hasilnya akan dinormalisasi dengan menggunakan Persamaan 10:

ŵ = ′ ………..(10)

2. Menghitung faktor-faktor regresi (ta) dengan kuadrat terkecil dari nilai ŵa

yang dapat dilihat pada Persamaan 11:

U = #$ŵ$+ ………(11)

3. Menghitung loading vektor data destruktif dengan menggunakan Persamaan

12:

% − 1 & = '+ ( ………..………(12) 4. Persiapan residual baru dengan menggunakan Persamaan 13 dan 14:

= − 1 − ' ………(13)

= − 1 − ) ………(14)

Selanjutnya setelah langkah 1 sampai 4 dilakukan maka akan kembali

kelangkah 1 jika a < A.

Penggunaan metode PLS sebagai metode olah data spektra NIR telah

banyak digunakan pada saat ini. Slaughter dan Crisosto (1998) memprediksi

kualitas internal kiwi menggunakan NIR spectroscopy. Panjang gelombang

700-1100 nm untuk memprediksi total padatan terlarut, kandungan fruktosa,

kandungan gula, dan berat kering dari buah kiwi dan menggunakan metode PLS

untuk kalibrasi dan validasi. Hasil kalibrasi untuk prediksi TPT dengan nilai r =

0.99 dan SEC 0.72°Brix, kandungan fruktosa r = 0.9. SEC = 1.96%, kandungan

glukosa r = 0.97, SEC = 1.68%, berat kering (dry weight) r = 0.97%, SEC =

0.61%. Liu et al (2010) menggunakan NIR dengan teknik PLS dalam

memprediksi total padatan terlarut pada buah jeruk utuh. Dimana panjang

gelombang reflektan yang digunakan sekitar 350-1800 nm. Hasil kalibrasi

menggunakan PLS mendapatkan nilai r = 0.9, RMSEP = 0.71 °Brix.

Valente et al (2009), menggunakan model regresi PLS untuk memprediksi

kekerasan pada buah mangga dimana hasil kalibrasi terbaik dari kekerasan buah

mangga menggunakan NIR adalah mendapatkan nilai R² = 0.82, RMSEP = 3.28,

bias = -0.16. Rindang (2011), menentukan gejala chilling injury pada buah

(42)

sebagai model kalibrasi. Adapun hasil kalibrasi dari metode PLS mendapatkan

nilai r = 0.6116, R² = 0.3740, RMSEC = 0.1456, RMSEP = 0.1632, dan CV =

4.4282%.

Analisis Regresi

Menurut Miller and Miller (2005), analisis regresi biasanya digunakan

untuk metode kalibrasi. Mosteller dan Tukey dalam Aunuddin (2005)

memberikan dua pengertian tentang pemodelan regresi antara lain: (i) regresi

merupakan tempat kedudukan nilai tengah (rataan, median atau rataan geometrik)

dari peubah Y untuk berbagai nilai atau selang nilai peubah X serta kurva dapat

berbentuk fungsi linier, kuadratik, atau logaritmik, dan (ii) regresi merupakan

usaha yang mengepas suatu fungsi atau kurva terhadap pencaran titik-titik pada

sistem sumbu X-Y.

Gomez and Gomez (2007), menyatakan bahwa prosedur regresi dan

korelasi dapat digolongkan menurut banyaknya peubah yang terlibat dan bentuk

hubungan fungsi antara peubah tidak bebas dan peubah bebasnya. Sidik regresi

dan korelasi dapat digolongkan ke dalam empat macam yaitu regresi linier dan

korelasi sederhana, regresi linier berganda dan korelasi, regresi tidak linier

sederhana dan korelasi, regresi tidak linier berganda dan korelasi. Menurut Hasan

(2003), hubungan antara variabel dapat berupa hubungan linier ataupun hubungan

tidak linier. Untuk dua variabel, hubungan liniearnya dapat dinyatakan dalam

bentuk persamaaan liniear yang dapat dilihat pada Persamaan (15):

* = + + ………(15)

Jika lebih dari satu peubah bebas maka persamaan fungsi linier sederhana

dapat diperluas menjadi bentuk fungsi linier berganda yang dapat dilihat pada

Persamaan 16 (Gomez and Gomez , 2007):

, = - + . + ./ /+ … … … . . + .2 2+∈ ………..(16)

α adalah intersep ( yaitu nilai Y apabila semua nilai X adalah 0). βi (I =

1,….k), adalah koefisien regresi sebagian berhubungan dengan peubah bebas Xi,

yang menunjukkan besarnya perubahan dalam Y untuk setiap perubahan satuan Xi

(43)

(k+1) parameter (yaitu α, β1 ,β2 ,…….βk) yang harus diduga. Dalam persamaan

regresi juga terdapat istilah ɛ yaitu error atau residual.

Aplikasi Near Infrared untuk Penentuan Mutu Buah secara Non-Destruktif

Penemuan energi Near Infrared dianggap berasal dari Herschel pada abad

kesembilan dan pada tahun 1950, aplikasi pertama kali dilakukan dibidang

industri. Pada tahun 1980-an penerapan NIRS lebih difokuskan pada analisis

kimia. Pertengahan 1980 diperkenalkan cahaya serat optik dan awal 1990-an

adanya perkembangan detektor monokromator dimana NIRS menjadi lebih kuat

sebagai alat penelitian ilmiah. Metode optik dapat digunakan dalam sejumlah

bidang ilmu termasuk fisika, fisiologi, obat-obatan, dan makanan. Aplikasi Near

Infrared (NIR) dibidang pertanian dilakukan sejak tahun 1964 dan terus

berkembang sampai saat ini. Pada awal 1970an di Jepang melakukan metode

NIRS untuk menentukan kandungan protein gandum (Pandey, 2010).

Bellon et al (1992) mengatakan bahwa teknologi NIR dikembangkan

untuk sortasi otomatis pada buah-buahan untuk masa mendatang. Dalam

penelitiannya pengembangan alat ini didasarkan pada pengukuran kualitas yaitu

dari aspek rasa (kandungan gula). Jadi pengelompokkan buah-buahan yang layak

jual dan tidak didasarkan dari segi kandungan gula buah tersebut. Bellon et al

(1994) menggunakan NIR dalam aplikasi makanan dan pertanian. Aplikasi

digunakan untuk kuantifikasi gula dalam campuran cairan yaitu untuk mendeteksi

fruktosa dan glukosa dalam proses fermentasi.

Rosita (2001) menggunakan NIR untuk memprediksi mutu buah duku dari

aspek kadar gula. Prediksi kadar gula dilakukan dengan menggunakan data

absorbansi dan panjang gelombang yang digunakan antara 910-1100 nm.

Susilowati (2007) melaporkan bahwa NIR mampu menduga total padatan terlarut

selama penyimpanan dan pemeraman melalui data absorbansi NIR. Panjang

gelombang yang digunakan 900-1400 nm sedangkan untuk kekerasan tidak dapat

menggunakan panjang gelombang tersebut. Hubungan antara data absorban NIR

dengan total padatan terlarut dan kekerasan pada pengamatan tersebut dipelajari

dengan kalibrasi menggunakan metode SMLR, PCR, dan PLS. Liu et al (2008)

(44)

total padatan terlarut yang dijadikan parameter dalam pengukuran. Panjang

gelombang yang digunakan sekitar 350-800 nm. Begitu juga dengan Ventura et al

(1998) menggunakan NIRS (Near Infrared Spectroscopy) untuk penentuan

padatan terlarut pada buah apel dan Peirs et al (2003) melanjutkan dengan

pengukuran total padatan terlarut buah apel yang dipengaruhi oleh perubahan

suhu yang fluaktif dengan metode reflektansi NIR.

Schmiloitch et al (2000) menggevaluasi sifat-sifat fisiologi buah mangga

dengan menggunkan NIR spectrometry dengan reflektensi sekitar 1200-2400 nm.

Sifat fisiologis yang diukur termasuk pelunakan daging, total padatan terlarut, dan

keasaman buah mangga, dan Saranwong et al (2004) juga menggunakan NIR

spectroscopy untuk memprediksi kualitas mangga siap makan berdasarkan tingkat

kematangan dari kualitas panen. Bahan kering (dry matter) dan pati dijadikan

acuan dalam pengukuran. Valente et al (2009) mencoba untuk memperkirakan

firmness buah mangga dengan menggabungkan metode NIR spektroskopi

absorban dengan teknik akustik. Spektrum absorbansi atau reflektansi NIR yang

digunakan sekitar 400-1050 nm.

Wang et al (2011) melaporkan bahwa NIR dapat mengevaluasi mutu buah

jujubes berdasarkan parameter kandungan padatan terlarut dan infestasi serangga

dalam buah tersebut. Dijk et al (2006), menggunakan NIR untuk memprediksi

kekerasan (firmness) buah tomat yang bergantung kepada temperatur dan

kehilangan kelembaban selama penyimpanan. Model kinetik dalam pengamatan

ini menjelaskan tentang perubahan kekerasan dan hilangnya kelembaban pada

waktu penyimpanan dengan kondisi eksternal yang konstan. Makino et al (2010),

mengestimasi tingkat penyerapan oksigen buah tomat menggunakan spektra

absorbansi NIR dengan model jaringan saraf tiruan. Dalam estimasi penyerapan

oksigen ini mengunaan panjang gelombang 645 – 979 nm. Huang et al (2011)

mengevaluasi kemungkinan menggunakan Vis-NIR spektroskopi untuk penentuan

total padatan terlarut dan pH dalam buah murbei yang memiliki permukaan

bergelombang. Spektrum Vis-NIR yang digunakan antara 325 dan 1075 nm.

Hasil pengamatannya menunjukkan bahwa kualitas internal padatan terlarut dan

Gambar

Gambar 2 Diagram struktur buah mangga.
Gambar 4 Spektrum gelombang elektromagnetik.
Gambar 5 Tipe penyerapan NIR pada berbagai lokasi komposisi.
Gambar 6 Diagram representasi dari specular (a) regular reflectance, (b) body reflectance, dan (c) absorban Near Infrared dari Sampel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya ilmiah ini telah diperiksa/divalidasi dan hasilnya telah memenuhi kaidah i1miah, norma akademik dan norma hukum sesuai

Prediksi perubahan mutu buah mangga Gedong Gincu selama penyimpanan dingin dapat dilakukan dengan mengetahui perubahan kandungan kimia mangga, diantaranya kandungan keasaman,

Model kalibrasi dan uji validasi untuk penentuan KPT buah jeruk dibangun dengan menggunakan metode Partial Least Squares (PLS) regression untuk tiga jenis spektra yaitu