• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL HUJAN LIMPASAN di DAERAH PERMEABLE dan IMPERMEABLE dengan PEUBAH KEMIRINGAN LAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL HUJAN LIMPASAN di DAERAH PERMEABLE dan IMPERMEABLE dengan PEUBAH KEMIRINGAN LAHAN"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL HUJAN-LIMPASAN di DAERAH PERMEABLE dan IMPERMEABLE dengan PEUBAH KEMIRINGAN LAHAN

Rainfall-Runoff Modelling on Permeable and Impermeable Area with Slope Area Variation

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menempuh Ujian Sarjana

Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Disusun Oleh: DYAH ASTARI NIM I 0199009

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Model Hujan-Limpasan di Daerah Permeable dan Impermeable dengan Peubah Kemiringan Lahan

Rainfall-Runoff Modelling on Permeable and Impermeable Area

with Slope Area Variation

SKRIPSI

Disusun Oleh:

DYAH ASTARI NIM I 0199009

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Pendadaran

Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Rr. Rintis Hadiani, MT Ir. Agus P Saido, MSc

(3)

iii

Model Hujan-Limpasan di Daerah Permeable dan Impermeable dengan Peubah Kemiringan Lahan

Rainfall-Runoff Modelling on Permeable and Impermeable Area with Slpoe Area

Variation

SKRIPSI

Disusun oleh :

DYAH ASTARI NIM. I 0199009

Telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Pendadaran Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret pada hari Senin, 3 Mei 2004 :

1. Ir. Rr. Rintis Hadiani, MT ... NIP. 131 791 755

2. Ir. Agus Prijadi Saido, MSc ... NIP. 131 570 270

3. Ir. Agus Hari Wahyudi, MSc ... NIP. 132 842 669

4. Ir. Susilowati ... NIP. 131 476 706

Mengetahui Disahkan oleh :

a. n. Dekan Fakultas Teknik UNS Ketua Jurusan Teknik Sipil

Pembantu Dekan I Fakultas Teknik UNS

Ir. Paryanto, MS Ir. Agus Supriyadi, MT

(4)

iv

MOTTO

Sesungguhnya setelah kesukaran itu ada kemudahan (QS Insyirah : 7)

Hidup tanpa teman seperti kematian tanpa seorangpun menjadi saksi

(Peribahasa Spanyol)

Kebijakan sejati adalah ketika kau tahu bahwa kau tak tahu apa-apa (Socrates)

Aku tak pernah menyesal, karena aku tahu aku telah melakukan sebaik

mungkin, apapun hasilnya (Midori Ito)

Giving attention to someone else who need it makes your world larger (unknown)

Per sembahan

v Ibu, Bapak atas semuanya sejak ada tanda kehidupan dalam diri ini

v Adikku dan keluarga besarku atas dukungan dan dorongan semangatnya

v Temenku Sipil ’99 (maaf tak kusebut satu-satu)

(5)

v

ABSTRAK

Dyah Astari, 2004, Model Hujan Limpasan di Daerah Permeable dan Impermeable dengan Peubah Kemiringan Lahan, Skripsi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Air adalah salah satu kebutuhan paling penting bagi manusia, disamping

sebagai salah satu sumber bencana saat jumlahnya berlebih atau kurang. Hal

tersebut terkait erat dengan besarnya hujan dan limpasan yang terjadi akibat hujan

tersebut. Ketidaklinieran hubungan hujan dan limpasan membuat banyak model

dikemukakan oleh para ahli untuk memperjelas proses yang terjadi sebenarmya di

alam.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan hujan-limpasan

di daerah permeable dan impermeable dengan peubah kemiringan lahan .

Metode yang digunakan adalah metode eksperimental di laboratorium

dengan menggunakan Ground Well / Water Abstraction yang difungsikan sebagai

rainfall simulator. Kemiringan yang digunakan adalah 1:100; 1:50; 1:33.3 dan dengan intensitas hujan yang bervariasi.

Penelitian ini mengembangkan model persamaan Chezy. Hasil analisa

menunjukkan bahwa perlu ada koefisien kalibrasi pada persamaan Chezy, yaitu 800. Disamping itu dari hasil analisa dan penggambaran grafik diketahui bahwa

hubungan hujan-limpasan adalah non linier karena adanya kehilangan-kehilangan

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah swt atas segala rahmat, hidayah dan ridlo-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

teknik, secara tidak langsung merangsang mahasiswa untuk terbiasa berpikir

ilmiah dan sistematis dengan penelitian yang dilaksanakan.

Penulis mendapat bantuan dari banyak pihak selama pembuatan skripsi.

Maka dari itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Ir. Paryanto, MS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Teknik Universitas

Sebelas Maret Surkarta

2. Ir. Agus Supriyadi, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Ir. Bambang Santoso, MT, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Sipil Universitas

Sebelas Maret Surakarta

4. Ir. Rr Rintis Hadiani, MT, selaku Pembimbing I

5. Ir. Agus P Saido, Msc, selaku Pembimbing II

6. Ir. JB Sunardi Widjojo, selaku Pembimbing Akademis

7. Kelompok skripsiku (Agung, Handoko)

Penulis sadar laporan ini jauh dari sempurna, untuk itu kami

mengharapkan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Surakarta, April 2004

(7)

vii DAFTAR ISI

Halaman Judul………..i

Halaman Persetujuan ………..… ii

Halaman Pengesahan ……… iii

Halaman Motto dan Persembahan ……….iv

Abstrak ………... v

Kata Pengantar ………...vi

Daftar Isi ………... vii

Daftar Tabel ………. xiv

Daftar Gambar ………x

Daftar Notasi dan Simbol ………. xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Rumusan Masalah ……… 2

C. Batasan Masalah ……….. 3

D. Tujuan Penelitian ………. 3

E. Manfaat Penelitian ………... 4

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ……….. 5

B. Dasar Teori 1. Siklus Hidrologi ……… 6

(8)

viii

3. Hujan ……… 10

4. Infiltrasi ……….. 11

5. Model Hujan Limpasan ………13

6. Lengkung Pengosongan ……….. 15

7. Kalibrasi Model ………16

8. Koefisien Korelasi ……….. 17

9. Hidrograf ………. 18

BAB III METODE PENELITIAN A. Umum ……… 24

B. Tempat Penelitian ……….. 25

C. Peralatan dan Bahan ……….. 25

D. Langkah Penelitian ……… 26

E. Teknik Pengolahan Data ……… 28

F. Bagan Alir ……….. 34

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Analisa Data ………... 35

B. Pembahasan ………38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 40

B. Saran ………. 41

Daftar Pustaka ………. 42

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Table 2.1 Koefisien Korelasi ………. 18

Table 2.2 Koefisien Manning ……… 23

Tabel 3.1 Format Pengambilan Data Infiltrasi ………. 29

Tabel 3.2 Format Pengambilan Data Limpasan ……… 29

Tabel 3.3 Perhitungan Infiltrasi ……… 30

Tabel 3.4 Perhitungan Debit Limpasan Pemodelan ………. 31

Tabel 3.5 Uji Korelasi ………. 32

Tabel 4.1 Infiltrasi Daerah Permeable; m 1: 100; single storm; 100% tc ……. 40

Tabel 4.2 Limpasan Daerah Permeable; m 1: 100; single storm; 100% tc ….. 41

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hidrograf limpasan dan waktu ……… 19

Gambar 2.2 Sketsa kedudukan Rainfall Simulator ………..……21

Gambar 3.1 Test Penyiraman ……….. 24

Gambar 3.2 Ground Water / Well Abstraction ……….32

Gambar 3.3 Alat Ukur Limpasan ………. 32

Gambar 3.4 Piezometer ……… 33

Gambar 3.5 Bagan Alir Penelitian ……….……. 34

Gambar 4.1 Hidrograf daerah impermeable; m 1: 100; single storm; 100% tc… 45 Gambar 4.2 Hidrograf daerah impermeable; m 1:100; single storm; 70%tc…… 45

Gambar 4.3 Hidrograf daerah impermeable; m 1: 100; multiple storm; 50% tc.. 45

Gambar 4.4 Hidrograf daerah impermeable; m 1: 50; single storm; 100% tc….. 46

Gambar 4.5 Hidrograf daerah impermeable; m 1: 50; single storm; 70% tc…… 46

Gambar 4.6 Hidrograf daerah impermeable; m 1: 50; multiple storm; 50% tc… 46 Gambar 4.7 Hidrograf daerah impermeable; m 1: 33.3; single storm; 100% tc…47 Gambar 4.8 Hidrograf daerah impermeable; m 1: 33.3; single storm; 70% tc… 47 Gambar 4.9 Hidrograf daerah impermeable; m 1: 33.3; multiple storm; 50% tc. 47 Gambar 4.10Hidrograf daerah permeable; m 1: 100; single storm; 100% tc…… 48

Gambar 4.11Hidrograf daerah permeable; m 1: 100; single storm; 70% tc…….. 48

Gambar 4.12Hidrograf daerah permeable; m 1: 100; multiple storm; 50% tc….. 48

Gambar 4.13Hidrograf daerah permeable; m 1: 50; single storm; 100% tc…….. 49

(11)

xi

Gambar 4.15 Hidrograf daerah permeable; m 1: 50; multiple storm; 50% tc…... 49

Gambar 4.16 Hidrograf daerah permeable; m 1: 33.3; single storm; 100% tc…. 50

Gambar 4.17 Hidrograf daerah permeable; m 1: 33.3; single storm; 70% tc…… 50

(12)

xii

DAFTAR NOTASI

c = Kapasitor

C = Koefisien Chezy

dt = Selisih waktu

D = Kedalaman rata-rata limpasan

Da = Detensi permukaan

D2 = Kuadrat selisih Qobs dan Qsim

Dt2 = Kuadrat selisih Qobs dan Q

E = Tegangan masukan

f = Laju infiltrasi nyata

fa = Laju infilttrasi saat berhentinya hujan

fo = Laju infiltrasi awal

fc = Laju infiltrasi tetap

F = Tinggi infiltrasi

hr = Tinggi rata-rata air dalam manometer

h1,2,..20= Tinggi air dalam manometer no 1 sampai dengan 20

i = Intensitas hujan

I = Masukan

k = Konstanta geofisik

(13)

xiii n = Koefisien Manning

N = Jumlah pengamatan

O = Keluaran

P = Tinggi hujan

Pe = Hujan efektif

q = Laju limpasan

qa = Limpasan saat hujan berhenti

Q = Debit rata-rata pengamatan

Qt = Limpasan saat t

Q0 = Limpasan saat t0

Qiobs = Debit observasi pada periode i

QIsim = Debit hasil simulasi pada periode i

r = Koefisien korelasi

RO = Tinggi limpasan

R = Tahanan

S = Tampungan

So = Kemiringan lahan

V = Tegangan keluaran

(14)

*) CD Soemarto : 445

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Air adalah salah satu sumber daya yang sangat dibutuhkan manusia

sejak dulu. Keberadaannya sangat diharapkan saat musim kering tiba dan

sebaliknya menjadi sangat ditakuti ketika jumlahnya berlebih. Air mengalami

suatu daur atau proses yang disebut siklus hidrologi. Siklus ini merupakan

bentuk keseimbangan massa di muka bumi.

Salah satu fase dari siklus hidrologi adalah air jatuh ke bumi dalam

bentuk hujan dan mengalir ke laut dengan beberapa cara yaitu bergerak di

atas permukaan tanah sebagai limpasan permukaan (surface runoff), sebagai

aliran antara (interflow) dan sebagai aliran bawah permukaan (baseflow).

Limpasan (runoff) sangat dipengaruhi oleh intensitas curah hujan, luas

daerah aliran (catchment area), kemiringan daerah aliran, dan permeabilitas

tanah. Pola limpasan setiap daerah dapat menimbulkan variasi bentuk

hidrograf.

Hidrograf adalah grafik hubungan antara aliran dan waktu atau aliran

dari suatu keluaran daerah tangkapan (catchment area). Ini merupakan hal

yang terpenting dalam suatu konsep hidrologi di suatu daerah tangkapan.

Masalah yang ada sekarang adalah bagaimana hidrograf tersebut dapat

dikorelasikan dengan curah hujan yang menyebabkannya. Jumlah hujan dan

(15)

*) CD Soemarto : 445

2 pengaruhnya baru dapat dijelaskan dengan teknik semi empiris yang

menggunakan konsep hidrograf satuan (unit hydrograph) yang diuraikan

pertama kali oleh Sherman.

Analisis hidrologi masih merupakan bagian analisis yang sangat

dominan dalam pelaksanaan pekerjaan teknik sipil seperti perencanaan

bangunan-bangunan air (hydraulic structures). Masalah yang timbul tidak

sesederhana konsep dasarnya, karena banyaknya parameter dan variabel

yang belum diketahui dan bersifat spesifik. Hubungan hujan dan limpasan

bersifat kompeks dan nonlinier, karena itu diperlukan model hidrologi yang

dapat menjelaskan proses sebenarnya di alam. Model hidrologi disini bisa

berbentuk model fisik, model analog dan model matematik. Model hidrologi

terutama model hujan-limpasan berguna untuk memperkirakan parameter

hidrologi untuk tahun yang akan datang.

B. Perumusan Masalah

Model hujan-limpasan di suatu catchment area (daerah tangkapan),

antara lain dipengaruhi oleh faktor daerah tangkapan itu sendiri seperti

kemiringan lahan, luas daerah tangkapan, permeabilitas tanah, tata guna

lahan dan intensitas hujan. Rumusan masalah yang dapat diambil dari latar

belakang masalah adalah:

• Bagaimana hubungan intensitas hujan dengan limpasan pada daerah

(16)

*) CD Soemarto : 445

3 peubah kemiringan lahan tanpa dipengaruhi oleh vegetasi dan

drainase.

C. Batasan Masalah

Untuk membatasi obyek penelitian dan memberikan langkah yang

sistematis, maka penelitian dibatasi hal-hal berikut:

• Data yang digunakan adalah data primer yang diambil dari uji

laboratorium.

• Luas daerah tangkapan dan permeabilitas tanah dianggap tetap.

• Variabel yang bergerak adalah kemiringan lahan dan intensitas hujan.

• Daerah permeable dan impermeable dibedakan dengan penambahan

plastik pada daerah impermeable.

• Penelitian dicobakan dengan hujan merata (multiple storm) dan hujan

tunggal (single storm).

• Durasi hujan dipilih secara acak dan terukur yaitu 100% tc, 70% tc, dan

50%tc.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

intensitas hujan dengan limpasan pada daerah permeable dan impermeable

dengan peubah kemiringan lahan dan tidak dipengaruhi oleh vegetasi dan

(17)

*) CD Soemarto : 445

4

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

• Ikut memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu hidrologi.

• Menambah pengetahuan tentang hubungan / korelasi limpasan

dan hujan.

2. Manfaat praktis

• Hidrograf limpasan suatu daerah dapat digambarkan jika

intensitas hujan diketahui.

• Pendekatan model hujan-limpasan dapat digunakan untuk analisis

perhitungan pada daerah lain dengan karakteristik yang mendekati

kesesuaian.

• Pendekatan model hujan-limpasan yang dibuat dengan Rainfall

Simulator dapat digunakan untuk menganalisis parameter

(18)

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Siklus hidrologi adalah sirkulasi air dari laut ke atmosfer, ke dalam

tanah dan kembali ke laut lagi melalui berbagai cara seperti presipitasi,

intersepsi, limpasan, infiltrasi, perkolasi, simpanan air tanah, evaporasi, dan

transpirasi, juga cara singkat kembali ke atmosfer tanpa melalui laut.

(Varshney, 1979 : 6)

Menurut Hsu (1995), proses hujan limpasan dianggap sebagai salah

satu dari fenomena dunia yang kompleks dan nonlinier dalam bidang teknik

air. (Nazemi. et al, 2003)

Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam

proses hidrologi, karena jumlah kedalaman hujan (rainfall depth) ini yang

dialihragamkan menjadi aliran di sungai baik melalui limpasan permukaan

(surface runoff), aliran antara (interflow, subsurface flow) atau sebagai aliran

air tanah (groundwater flow). (Sri Harto Br, 1993)

Model hujan limpasan dibuat untuk menentukan perubahan volume

hujan total menjadi volume limpasan total pada suatu area.

(Nazemi. et al, 2003)

Model hidrologi secara umum dapat dibagi menjadi model fisik,

(19)

6 Analisis lanjutan dalam perencanaan dan perancangan sumber daya air

akan selalu didasarkan pada informasi hidrologi yang berupa besaran-besaran

kualitatif dan kuantitatif termasuk didalamnya variabilitas ruang dan waktu

dari masing-masing besaran tersebut. (Sri Harto Br, 1993)

B. Dasar Teori

1. Siklus Hidrologi

Siklus hidrologi diberi batasan sebagai suksesi tahapan yang dilalui

oleh air dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer. Siklus

hidrologi berguna untuk memberi konsep pengantar mengenai bagaimana air

bersirkulasi secara umum dan proses-proses yang terlibat di dalamnya.

Presipitasi dalam segala bentuk (salju, hujan batu es, hujan, dan

lain-lain) jatuh ke atas vegetasi, batuan gundul, permukaan tanah, permukaan air

dan saluran-saluran air (presipitasi saluran). Air yang jatuh pada permukaan

tanah mungkin diintersepsi yang kemudian berevaporasi mencapai

permukaan tanah selama suatu waktu atau secara langsung jatuh pada tanah

khususnya pada kasus hujan dengan intensitas tinggi dan lama. Sebagian

presipitasi berevaporasi selama perjalanannya dari atmosfer dan sebagian

pada permukaan tanah. Sebagian presipitasi membasahi permukaan tanah

berinfiltrasi ke dalam permukaan tanah dan menurun sebagai perkolasi di

bawah muka air tanah. Air ini secara perlahan berpisah melalui akuifer ke

(20)

7 muka air tanah sebagai aliran bawah permukaan. Air yang berinfiltrasi

juga memberikan kehidupan pada vegetasi sebagai lengas tanah.

Selaput air tipis yang disebut detensi permukaan, dibentuk pada

permukaan tanah, setelah bagian presipitasi yang pertama membasahi

permukaan tanah dan berinfiltrasi, Detensi permukaan akan menjadi lebih

tebal dan aliran air mulai dalam bentuk laminer yang akan berubah menjadi

turbulen dengan bertambahnya kecepatan. Aliran ini yang disebut limpasan

permukaan. Limpasan disimpan dalam bentuk cadangan depresi, selama

perjalanannya mencapai saluran sungai dan menambah debit sungai. Air

pada sungai mungkin berevaporasi secara langsung ke atmosfer atau

mengalir kembali ke laut dan selanjutnya berevaporasi, kemudian air ini

kembali ke permukaan bumi sebagai presipitasi.

2. Limpasan

a. Komponen-Komponen Limpasan

Limpasan dapat dibagi menjadi tiga komponen, yaitu:

1). Limpasan permukaan (surface runoff) adalah air yang mengalir di atas

permukaan tanah.

2). Aliran antara (interflow) adalah air yang berinfiltrasi ke permukaan tanah

dan bergerak secara lateral melalui lapisan tanah. Gerakannya lebih

lambat dibandingkan surface runoff.

3). Aliran bawah tanah (baseflow) adalah air hujan yang berperkolasi ke

(21)

8 b. Faktor yang Mempengaruhi Limpasan Permukaan

Volume limpasan sangat dipengaruhi oleh karakteristik hujan di

daerah tersebut yaitu intensitas hujan, durasi hujan dan distribusi hujan.

Disamping faktor utama tersebut, ada beberapa faktor lain yang

mempengaruhi volume limpasan antara lain:

1

1). Jenis tanah )

Kapasitas infiltrasi tergantung dari permeabilitas tanah yang menentukan

kapasitas air simpanan dan mempengaruhi kemampuan air untuk masuk

ke lapisan yang lebih dalam. Pada daerah permeable, limpasan mungkin

hanya terjadi jika intensitas hujan melampaui daya resap setempat.

Sebaliknya pada daerah yang impermeable, limpasan dapat terjadi pada

intensitas hujan yang lebih rendah atau sedang.

2

2). Vegetasi )

Pengaruh vegetasi pada suatu daerah tergantung dari tingkat kerapatan

vegetasi pada daerah tersebut. Semakin rapat vegetasi pada suatu

daerah, semakin kecil limpasan yang dihasilkan, sebaliknya semakin

gersang suatu daerah, limpasan yang dihasilkan semakin besar.

3

3). Kemiringan dan ukuran daerah tangkapan )

Kemiringan yang tajam menghasilkan limpasan yang lebih besar

dibandingkan kemiringan yang landai. (Sharma ,1987)

Pada daerah yang kecil, limpasan yang terjadi juga lebih besar

(22)

9 kecepatan aliran dan lamanya waktu yang dibutuhkan air untuk mencapai

tempat keluaran.

4

4)). Koefisien limpasan .

Disamping faktor-faktor tersebut perlu diperhatikan bahwa kondisi fisik

dari suatu daerah tangkapan tidak homogen. Setiap daerah tangkapan

mempunyai limpasan dan respon terhadap hujan yang berbeda.

Pada daerah rural dimana hanya ada sedikit bagian yang kedap air

koefisien limpasan bukan merupakan faktor konstan, sebaliknya nilainya

bersifat variabel dan tergantung pada faktor spesifik daerah dan

karakteristik hujan.

Runoff (mm) = K x Rainfall (mm) (2.1)

Pola limpasan menurut daerah dapat menimbulkan variasi dalam

bentuk hidrograf. Bila daerah yang limpasannya tinggi terletak dekat dengan

basin outlet, maka biasanya akan dihasilkan kenaikan yang cepat dan

puncak yang tajam. Sebaliknya limpasan yang lebih tinggi di bagian hulu

daerah aliran tersebut menghasilkan kenaikan yang lambat dan puncak yang

lebih rendah dan lebar (Linsley, 1989).

Besarnya limpasan dapat diperoleh dengan rumus:

(23)

10 3. Hujan

Hujan adalah salah satu bentuk presipitasi yang terpenting dalam

hidrologi. Data hujan memiliki lima unsur yang harus diperhatikan yaitu:

a. Intensitas hujan

dalam ketebalan air diatas permukaan datar.

d. Frekuensi kejadian dinyatakan dalam waktu ulang T.

e. Luas geografis curah hujan.

Hubungan intensitas, durasi dan tinggi hujan dinyatakan dalam:

=

Intensitas rata-rata :

(2.3)

t P

(24)

11 4. Infiltrasi

Infiltrasi adalah proses masuknya air ke permukaan tanah. Proses ini

merupakan bagian yang sangat penting dalam proses hidrologi maupoun

dalam proses pengalihragaman hujan menjadi aliran sungai.

Infiltrasi mempunyai arti penting terhadap:

a. Proses Limpasan

Daya infiltrasi menentukan besarnya air hujan yang dapat diserap ke

dalam tanah. Daya infiltrasi yang semakin besar menyebabkan

mengecilnya perbedaan antara curah hujan dengan daya infiltrasi. Hal

ini mengakibatkan limpasan permukaan juga makin kecil, sehingga debit

puncaknya juga semakin kecil.

b. Pengisian lengas tanah (soil moisture) dan air tanah

Pengisian kembali air tanah atau recharge, sama dengan perkolasi

dikurangi kenaikan kapiler, jika ada. Besarnya daya infiltrasi membatasi

besarnya perkolasi. Jadi daya infiltrasi menentukan besarnya recharge.

Faktor-faktor yang mempengaruhi daya infiltrasi (fp) :

1). Dalamnya genangan di atas permukaan tanah (surface detention) dan

tebal lapisan jenuh.

Laju infiltrasi dalam tanah adalah jumlah perkolasi dan air yang

memasuki tampungan (storage) diatas permukaan air tanah. Jika tanah

belum jenuh pada awal terjadinya hujan, sehingga pengisian tampungan

akan terus dan berlangsung dalam waktu yang lama. Daya infiltrasi

(25)

12 2). Kadar air dalam tanah

Jika saat permulaan hujan tanah masih sangat kering akan terjadi

tarikan kapiler searah dengan gravitasi sehingga memberikan daya

infiltrasi yang tinggi, sebaliknya jika tanah sudah lembab daya infiltrasi

akan lebih rendah.

3). Pemampatan oleh curah hujan

Gaya pukulan butir-butir air hujan terhadap permukaan tanah akan

mengurangi daya infiltrasi. Butir-butir tanah yang lebih halus di lapisan

permukaan akan terpencar dan masuk ke dalam ruang-ruang antara

sehingga terjadi efek pemampatan. Efek pemampatan pada jenis tanah

yang berbeda juga memberikan pengurangan daya infiltrasi yang berbeda

pula.

4). Tumbuh-tumbuhan

Lindungan tumbuhan yang padat cenderung menaikkan daya infiltrasi,

karena lindungan tumbuh-tumbuhan menghindarkan permukaan tanah

dari pukulan butir-butir hujan dan dengan transpirasi tumbuhan

mengambil air dari dalam tanah sehingga memberikan ruang bagi

proses infiltrasi berikutnya.

5). Lain-lain seperti rekahan-rekahan tanah akibat kekeringan, udara yang

terperangkap diantara butir-butir air tanah, kekentalan air tanah yang

(26)

13 5. Model Hujan dan Limpasan

Salah satu masalah dalam hidrologi adalah untuk mendapatkan debit

dari suatu daerah pengaliran akibat curah hujan yang diketahui. Berbagai

cara telah dikembangkan, antara lain hidrograf satuan, aliran air tanah tidak

tunak, gerakan air tanah dan analisa sistem.

Daerah pengaliran sungai adalah sistem yang mengubah curah hujan

atau input kedalam debit atau output di outlet (pelepasan). Transformasi

dari hujan menjadi limpasan terdiri atas proses-proses yang jumlahnya

hampir tak terhingga dalam alur-alur permukaan besar dan kecil. Kita dapat

menghitung aliran air mulai dari curah hujan dan menelusurinya melalui

subsystem, tetapi suatu saat sistemnya terlalu kompleks dan data mengenai

karakteristik hidroliknya tidak dapat diperoleh Ini berarti tidak ada rumus

yang diturunkan untuk aliran air sebagai fungsi hujan, karakteristik daerah

pengaliran dan kondisi permukaan, sehingga perlu adanya pendekatan

sistem. Pendekatan ini tidak bermaksud untuk menelaah terlalu dalam apa

sebenarnya yang terjadi dalam sistem tersebut (box), tetapi lebih mengarah

terhadap besarnya konversi diagram input ke diagram output.

Model hidrologi adalah sebuah sajian sederhana (simple

representation) dari sebuah sistem hidrologi yang kompleks. Konsep dasar

yang dipakai dalam setiap model hidrologi adalah daur hidrologi (hydrologic

cycle). Titik berat analisis dalam penyusunan model hidrologi adalah proses

pengalihragaman (transformation) hujan menjadi debit dalam suatu DAS.

(27)

14 Berbagai bentuk kehilangan, seperti evaporasi, intersepsi, cadangan depresi,

cadangan salju dan infiltrasi ada diantara keduanya, yang terjadi sesuai

karakteristik-karakteristik suatu daerah seperti ukuran, kemiringan, bentuk,

ketinggian, tata guna lahan geologi dan sebagainya. Plotting langsung dari

curah hujan dan limpasan untuk hujan individual biasanya tidaklah

menghasilkan korelasi yang memuaskan, karena alasan yang tersebut

sebelumnya. Model hujan – limpasan termasuk salah satu dari model

hidrologi.

Berbagai bentuk model telah dikemukakan oleh para ahli. Semua model

tersebut pada dasarnya baik, tergantung :

a. darimana dan dengan kondisi apa model tersebut dikembangkan,

b untuk tujuan apa model tersebut dikembangkan,

c. pendekatan mana (empirik, matematik, statistik) yang digunakan, dan

d. dalam batas mana model tersebut berlaku.

Secara umum model hidrologi dapat terbagi dalam tiga kategori yaitu:

a. Model fisik (physical model), dibuat sebagai model dengan skala tertentu

untuk menirukan prototipenya.

b. Model analog, disusun dengan menggunakan rangkaian resistor-kapasitor

untuk memecahkan persamaan-persamaan deferensial yang mewakili proses

hidrologi. Dasar analoginya adalah:

Hidrologi Listrik

I = O +dS/dt; S = kO E = V + Rc dV/dt; S = RcV

(28)

15

O = keluaran V = tegangan keluaran

S = tampungan R = tahanan

c = kapasitor

c. Model matematik (mathematical model), menyajikan sistem dalam rangkaian

persamaan.

Model matematik dalam hidrologi dapat dibagi 4 yaitu:

1). Deterministik konseptual

2). Deterministik empiris

3). Stokastik konseptual

4). Stokastik empiris

Masing-masing model diatas dapat dibagi menjadi 2 yaitu linier dan non linier

dalam pengertian sistem.

Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah model deterministik

non linier, karena sebagaimana diakui oleh para ahli hidrologi hubungan

curah hujan dan limpasan yang benar-benar linier tidak pernah ada. Sumber

dari non-linieritas ini terletak pada prosedur kehilangan (losses) dan

pengisian (recharge) daerah pengaliran serta dalam memperoleh curah hujan

netto yang menjadi overland flow dan meninggalkan daerah pengaliran

sebagai limpasan permukaan di pelepasannya (outlet).

6. Lengkung Pengosongan

Lengkung pengosongan adalah hidrograf yang terjadi selama waktu

tidak ada hujan, yang debitnya didapat dari aliran outflow air tanah melalui

(29)

16 Lengkung pengosongan merupakan aliran keluar air tanah. Proses ini

diuraikan dengan teori aliran air tanah tidak tunak. Jika tidak ada pengisian

(infiltrasi), permukaan air tanah yang tinggi lambat laun akan menurun.

Pada pendekatan pertama, Q dianggap merupakan fungsi eksponensial yang

menurun menurut waktu yang dirumuskan sebagai berikut:

t 0 t Q .e

Q = −α

dengan :

Qt = debit limpasan pada saat t

Q0 = debit limpasan pada saat t0

α = parameter geometrik yang besarnya tergantung karakteristik

Catchment Area

(CD Soemarto, 1995)

7. Kalibrasi Model

Model dan pendekatan apapun yang digunakan, keluaran dari suatu

model (calculated output) dari model dengan masukan yang sama dengan

masukan yang terjadi dalam proses sebenarnya harus sama. Kenyataannya

hampir tidak mungkin proses alami yang terjadi dapat disamai dengan tepat,

akan selalu terjadi penyimpangan antara keluaran terukur dan keluaran

hitungan. Patokan ketelitian harus dibuat untuk menetapkan besarnya

ketelitian sebuah model. Model dikatakan telah berfungsi dengan baik jika

kesalahan yang terjadi lebih kecil dari kesalahan maksimum yang ditetapkan.

(30)

17 besar dari patokan yang telah ditetapkan. Proses modifikasi ini disebut

proses kalibrasi.

Kalibrasi dapat dilakukan dengan empat cara yaitu :

1. Coba-ulang (trial error) dan pengaturan parameter (variabel) berdasarkan

pengamatan.

2 Pengaturan parameter secara otomatik (automatic parameter adjustment)

yang dicakup dalam program komputer dengan kontrol ketelitian yang

dikehendaki dengan cara-cara yang telah ditetapkan.

3 Kombinasi antara kedua cara tersebut.

4. Pengkajian ulang terhadap proses yang terjadi untuk dapat menetapkan

parameter / variabel yang tepat dan berpengaruh terhadap proses

tersebut.

8. Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi (r) adalah harga yang menunjukkan besarnya

keterikatan antara nilai observasi dan nilai simulasi.

Tabel 2.1 Koefisien Korelasi

r Derajat korelasi

0.7 - 1.0 Tinggi

0.4 - 0.7 Substansial

0.2 - 0.4 Rendah

< 0.2 Dapat diabaikan

(31)

18

Q = debit rata-rata hasil simulasi

9. Hidrograf

Hubungan antara hujan dan limpasan seringkali perlu dibuat dalam

proses analisa dan desain hidrologi, dengan menggunakan beberapa faktor

yang mempengaruhi limpasan sebagai parameter. Hubungan yang demikian

juga berguna untuk mengadakan ekstrapolasi dan interpolasi catatan-catatan

data mengenai limpasan dari catatan data hujan yang telah ada. Hidrograf

adalah grafik yang menunjukkan ketinggian, debit keluaran, kecepatan, dan

(32)

19 Hidrograf yang menunjukkan hubungan debit keluaran dan waktu

disebut discharge hydrograph. Hidrograf terdiri dari tiga bagian, yaitu sisi

0.00 3.00 6.00 9.00 12.00 15.00 18.00

(33)

20 Hidrograf aliran keluar dari suatu daerah yang kecil adalah jumlah

hidrograf dasar dari semua bagian daerah aliran tersebut dimodifikasi

dengan pengaruh waktu perjalanan melalui daerah aliran tersebut dan

simpanan sungainya. Kenaikan yang tajam dari hidrograf adalah akibat dari

tercapainya titik konsentrasi oleh aliran permukaan. Kepekaan DAS dapat

diukur tinggi rendahnya dengan mengetahui bentuk hidrograf.

Hubungan hujan dan limpasan pada model daerah pengaliran dapat

diketahui dari infiltrasi yang terjadi. Neraca keseimbangan air pada

penelitian ini adalah:

dengan: P = tinggi hujan (mm),

Q = tinggi limpasan (mm),

F = infiltrasi (mm).

Nilai detensi permukaan (Da) dapat dihitung dari persamaan (2.12)

atau dapat dihitung daari analisis hidrograf.

(34)

21 dengan: fa = infiltrasi saat hujan berhenti,

qa = limpasan saat hujan berhenti,

fr = infiltrasi sisa massa,

qr = limpasan sisa massa.

Nilai limpasan dapat dihitung dari detensi permukaan yang diperoleh

dengan rumus Chezy dengan menganggap kondisi aliran pada daerah

pengaliran tetap, seragam dan turbulen.

Rumus Chezy yang digunakan jika R dianggap sama dengan Da:

dengan: q = limpasan

Da = detensi permukaan dalam bentuk lapisan air (mm)

C = koefisien Chezy

So = kemiringan lahan

Gambar 2.2 Sketsa kedudukan Rainfall Simulator

(35)

22 Koefisien Chezy diperoleh dengan menggunakan rumus:

dengan: C = koefisien Chezy,

n = koefisien Manning (lihat tabel 2.2),

R = jari-jari hidrolik (mm).

Tabel 2.2 Koefisien kekasaran Manning

Wujud dasar dan dinding saluran n

Diplester semen

(Sumber : Hindarko, Drainase Perkotaan, 2000 dalam Oriza Andamari, 2003)

Aliran limpasan bervariasi dan sangat tergantung dari besaran

parameter DAS sebagaimana yang telah disebutkan diatas. Besaran tersebut

sangat berbeda untuk masing-masing bagian kecil dari DAS yang

bersangkutan. Beberapa model menggunakan prinsip simulasi deterministik,

(36)

23 limpasan dengan persamaan-persamaan semi empirik berdasarkan parameter

DAS yang bersangkutan.

Salah satu contoh model sederhana yang dikembangkan oleh Holtan

(Fleming, 1975) *) berdasarkan persamaan kontinuitas.

Pe - Q = D

Qo = aDb

dengan :

Pe = hujan efektif (dikurangi infitrasi dan tampungan cekungan

(depression storage),

Qo = aliran limpasan (m3/det),

D = kedalaman rata-rata limpasan (m),

a = tetapan sebagai fungsi parameter DAS,

b = tetapan, 1.67 untuk aliran turbulen dan 3 untuk aliran

laminar.

(2.17)

(37)

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Umum

Penelitian ini merupakan penelitian ilmiah jika ditinjau dari cara

perlakuannya. Penelitian ilmiah menghendaki adanya cara-cara atau

langkah-langkah tertentu dengan urutan yang tertentu pula. Penelitian ilmiah adalah

suatu penelitian yang bersistem dan dikontrol dengan baik serta dibangun di

atas teori tertentu. Penelitian ini tidak menghasilkan teori yang baru tetapi

menggunakan beberapa teori yang sudah ada.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen yaitu mengadakan percobaan untuk mendapatkan

variabel-variabel yang diinginkan. Eksperimen dilakukan di laboratorium dengan

menggunakan model. Prinsip model pada penelitian ini berdasarkan pada

proses penyiraman.

Gambar 3.1 Test penyiraman Q

(38)

25 Variabel-variabel pada penelitian ini terdiri dari:

1. Variabel bebas (independent variabel) yaitu variabel hujan, kemiringan

lahan, luas catchment area, kedalaman lapisan.

2. Variabel tak bebas (dependent variabel) yaitu limpasan.

B. Tempat Penelitian

Metode eksperimen di laboratorium yaitu melakukan percobaan

dengan menggunakan peralatan yang ada di Laboratorium Hidrolika Fakultas

Teknik Universitas Sebelas Maret. Data yang diambil adalah data primer

C. Peralatan dan Bahan Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ground water/well abstraction yang berfungsi sebagai Rainfall Simulator,

mempunyai dimensi 2 x 1 x 0.530 m3. (lihat Gambar 3.2)

2. Plastik untuk membedakan daerah permeable dan impermeable.

3. Pasir

4. Stopwatch

5. Penggaris

6. Gabus untuk menutup lubang yang terhubung ke piezometer.

(39)

26

D. Langkah Penelitian

Langkah penelitian dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap persiapan

dan tahap pengambilan data

1. Tahap persiapan dilakukan untuk mempersiapkan peralatan dan bahan

terdiri dari:

a. Penyiapan pasir yang sesuai dengan ukuran alatnya. Pasir yang

dipakai telah dibersihkan terlebih dahulu.

b. Menutup saluran drainase, sumur, lubang–lubang yang berhubungan

dengan piezometer.

c. Memasukkan pasir yang telah dipersiapkan ke dalam bak rainfall

simulator.

d. Mengisi tangki air.

e. Mensetting alat sampai kedudukan air pada piezometer memiliki

ketinggian yang sama. Jika tinggi air belum sama, berarti masih ada

udara / pasir pada selang yang menghubungkan tangki pasir dan

piezometer.

f. Pada percobaan simulasi hujan pada daerah impermeable digunakan

plastik yang telah dilubangi sebelumnya dan diletakkan pada

setengah dari tinggi pasir. Ukuran plastik sesuai ukuran alat.

2. Tahap pengumpulan data berupa pengukuran data input dan output dari

alat tersebut.

a. Mengatur debit pompa untuk menentukan intensitas hujan pada

(40)

27 b. Mengoperasikan hujan buatan dengan intensitas yang telah

ditentukan sebelumnya dengan membuka spray nozzle.

Menghidupkan stopwatch sejak alat mulai dioperasikan sampai saat

debit yang keluar dari outlet mencapai nilai nol / mendekati nol.

Limpasan akan mencapai nilai konstan saat waktu konsentrasi telah

tercapai. Jika keadaan tersebut telah tercapai, maka hujan buatan

dapat dihentikan dan menunjukkan telah terjadi keseimbangan antara

hujan, debit, dan kehilangan air (infiltrasi).

c. Saat hujan telah dihentikan tidak berarti debit yang keluar itu

terhenti, karena masih adanya tahanan permukaan (surface detention),

maka masih ada aliran yang keluar dari tanah tersebut. Pengukuran

dilakukan sejak dioperasikan alat sampai debit aliran yang keluar

dari bak kurang lebih sama dengan nol.

d. Selama masih ada aliran air di permukaan tanah, maka selama itu

pula masih terjadi infiltrasi.

e. Mengukur tinggi air pada piezometer

f. Melakukan percobaan point a sampai dengan e untuk durasi hujan

yang berbeda (100% tc; 70% tc; 50% tc), dimana tc adalah waktu

(41)

28

E. Teknik Pengolahan Data

Model persamaan yang digunakan pada penelitian ini adalah model

persamaan Chezy. Persamaan ini dipilih dengan menganggap aliran merupakan

aliran seragam. Pengolahan data dilakukan dengan spread-sheet MS excel.

Setelah variabel yang diperlukan diperoleh, tahap selanjutnya adalah

menghitung ketinggian rata-rata piezometer untuk memperoleh besarnya

tinggi air di permukaan.

Tinggi air di permukaan pasir merupakan nilai kumulatif dari tinggi rata-rata

setiap waktu yaitu:

h = hrt+1-hrt

dengan: h = tinggi air di permukaan (mm)

hrt+1 = tinggi rata-rata air dalam piezometer saat t+1 (mm)

hrt = tinggi rata-rata air dalam piezometer saat t

Tahap perhitungan selanjutnya adalah mencari koefisien Chezy dengan

persamaan (2.16) dan limpasan baru, dengan menganggap R (jari-jari

hidrolik) sama dengan h menggunakan persamaan Chezy (2.15).

Tahap pengolahan selanjutnya adalah melakukan kalibrasi model dengan

trial-error untuk memperoleh model yang diinginkan.

(3.1)

(42)

29 Berikut dijelaskan langkah-langkah perhitungan yang disajikan dalam

bentuk tabel:

Tabel 3.1 Format Pengambilan Data Tinggi Air di Piezometer

Tinggi air dalam piezometer (mm) Waktu

(min)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 2

0.0

0.5

Dst.

Keterangan :

Kolom 1 :Waktu (min)

Kolom 2 : Tinggi air hasil pengamatan dalam piezometer (mm) no 1,2,…20

Tabel 3.2 Format Pengambilan Data Limpasan

Waktu (min) Hujan (l/min) Limpasan (l/min)

1 2 3

0.0

0.5

dst

Keterangan :

Kolom 1 : Waktu (min)

Kolom 2 : Hujan hasil pengamatan (l/min)

(43)

30

Tabel 3.3 Perhitungan Tinggi Air di Permukaan (h)

Waktu

Kolom 2 : Tinggi air dalam piezometer (mm)

Kolom 3 : Tinggi air rata-rata dalam piezometer (mm), dihitung dengan

rumus (3.1).

Kolom 4 : Besarnya nilai h dihitung dengan rumus (3.2).

(44)

31

Tabel 3.4 Debit limpasan secara pemodelan

Waktu Hujan Limpasan h C Qhit

(min) (l/min) (mm) (l/min) (mm) (l/min)

1 2 3 4 5 6

0.0

0.5

dst

Keterangan :

Kolom 1 : Waktu (min)

Kolom 2 : Intensitas hujan hasil pengamatan (l/min) diubah menjadi mm

Kolom 3 : Limpasan hasil pengamatan (l/min)

Kolom 4 : Tinggi air permukaan hasil perhitungan sebelumnya (tabel 3.3)

Kolom 5 : Koefisien Chezy, C dihitung dengan persamaan (2.16)

C = 1/n * R 1/6

Kolom 6 : Berdasarkan rumus awal (2.15) dihitung Qhit, kemudian dilakukan

kalibrasi sampai Qhit mendekati Qterukur.

(45)

32

Tabel 3.5 Uji Korelasi

Waktu

(min)

Qterukur

(l/min)

Qhit

(l/min)

(Qterukur-Qr)2

Dt 2

(Qterukur-Qhit)2

D2

1 2 3 4 5

Keterangan :

Kolom 1 : Waktu (min)

Kolom 2 : Qterukur (l/min)

Kolom 3 : Qhit (l/min) dari perhitungan pada tabel sebelumnya

Kolom 4 : Dt2 = (Qterukur-Qr)2

Qr merupakan limpasan hitungan rata-rata dihitung dengan rumus (2.11)

Kolom 5 : D2 = (Qterukur-Qhit)2

Kemudian menghitung koefisien korelasi dengan rumus (2.8), korelasi

(46)

33 Gambar 3.5 Sketsa Ground Water/Well Abstraction

. 1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 . 8 .9 .10 .116 .17 .18 .19 .20 .11

.12 .13 .14 .15

P= 2 m

(47)

34 F. Bagan Alir

Mulai

Input data:

1. Data hujan (l/min)

2. Tinggi air pada piezometer(mm) 3. Data limpasan (l/min)

4. Kemiringan lahan

5. Dimensi daerah tangkapan p=2m, l=1m

Debit terukur Analisa Data:

1. Menghitung tinggi air di permukaan dengan pers (3.1), (3.2).

2. Menghitung koefisien Chezy dengan pers (2.16)

Menghitung debit dengan pers (2.15)

Korelasi ≥ 0.7 durasi hujan, dan kemiringan lahan

Gambar 3.6 Bagan Alir

Variasi lain ?

TIDAK

(48)

35

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Data

Percobaan dilakukan sebanyak 18 kali dengan perincian sebagai

berikut :

Tabel 4.1 Jenis Percobaan

Percobaan Jenis Lapisan Kemiringan Durasi Hujan

(49)

36 1. Tinggi Air Permukaan (h)

Tinggi air di permukaan dihitung dengan persamaan (3.2) setelah

tinggi rata-rata pada piezometer dihitung.

Contoh perhitungan:

Data pada percobaan I (daerah permeable, kemiringan 1: 100, 100% tc)

adalah:

Tinggi rata-rata piezometer saat t0 = hr1 = 65 mm

Tinggi rata-rata piezometer saat t0.5 = hr2 = 78.35 mm

maka berdasarkan rumus (3.2) diperoleh tinggi air permukaan (h) sebesar :

h = 78.35 - 65 = 13.35 mm

2. Koefisien Chezy

Koefisien Chezy dihitung berdasarkan rumus (2.16), setelah h

diketahui, dengan menganggap h sebagai jari-jari hidrolik (R).*) Hasil

perhitungan h pada perhitungan sebelumnya adalah 13.35, jadi koefisien

Chezy juga sama dengan :

3. Limpasan Hasil Perhitungan

Limpasan yang baru dihitung berdasarkan persamaan (2.15) dengan

menganggap aliran seragam, dan turbulen. Kemudian dilakukan trial and error

untuk merumuskan model hubungan antara hujan dan limpasan. Trial and error

dilakukan sampai debit hasil perhitungan mendekati debit yang terukur. Limpasan

(50)

37 korelasinya menggunakan persamaan (2.8). Perhitungan dengan bantuan

microsoft excel.

Q = A*V

Q = h* B*C*(h * So)0.5

Q= 13.35* 1000* 77.01* (13.35*0.01)0.5 = 0.26 l/min

Perhitungan selanjutnya analog pada perhitungan diatas dan contoh

perhitungan seperti pada tabel 4.1; 4.2; 4.3 dapat dilihat pada lampiran II dan

(51)

38

B. Pembahasan

Hasil perhitungan dan grafik menunjukkan bahwa ada perbedaan bentuk

hidrograf pada setiap hasil percobaan. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan

besaran parameter DAS sangat berpengaruh terhadap besarnya limpasan.

Daerah yang permeable dengan kemiringan yang landai (1:100), bentuk

hidrograf yang dihasilkan lebih tumpul dan limpasan lebih lambat terjadi

dibandingkan hidrograf pada daerah impermeable dengan kemiringan sama. Hal

ini disebabkan air tidak dapat atau sedikit sekali yang berinfiltrasi, sehingga air

lebih cepat melimpas,

Daerah dengan kemiringan curam (1:33.3) hidrograf yang dihasilkan lebih

tajam dibandingkan pada daerah yang landai (1:100). Pengaruh durasi hujan pada

bentuk hidrograf juga besar, terbukti meskipun daerahnya permeable, jika durasi

hujan 70 % dan 50% dari waktu tercapainya debit puncak, hidrograf yang

dihasilkan agak tajam.

Model yang dibuat pada penelitian ini merupakan pengembangan dari

model persamaan Chezy. Pengembangan model tersebut adalah menambahkan

koefisien kalibrasi pada persamaan tersebut, dengan trial and error

Koefisien kalibrasi yang diperoleh dari trial and error pada masing-masing

percobaan berbeda.

Hasil trial and error koefisien kalibrasi pada kondisi percobaan :

1. Permeable dan impermeable; m 1:100; adalah 0.7, tetapi angka korelasi

(52)

39 2. Permeable dan impermeable; m 1:50 adalah 0.3. Angka korelasi yang

dihasilkan dengan koefisien kalibrasi 0.3, tinggi, kecuali pada kondisi

permeable; multiple storm; 50% tc.

3. Permeable dan impermeable; m 1:33.3 adalah 0.25. Angka korelasi yang

dihasilkan juga tinggi, kecuali pada kondisi permeable; multiple storm;

(53)

40

BAB V

KESIMPULAN dan SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa :

1. Hujan efektif yang dialihragamkan menjadi aliran keluar memiliki

bentuk yang tidak linier terhadap waktu karena adanya kehilangan–

kehilangan seperti infiltrasi, dan detensi permukaan.

2. Model persamaan yang diperoleh dari penelitian ini adalah

pengembangan dari model persamaan Chezy dengan menambahkan

koefisien kalibrasi yang berbeda untuk setiap kondisi kemiringan, agar

diperoleh debit yang besarnya mendekati debit terukur. Model yang

diperoleh pada penelitian ini adalah :

Qhit (l/min)= B*h*C*(h*So)0.5*á

dengan á = 0.7 untuk kemiringan 1:100

a = 0.3 untuk kemiringan 1:50

á = 0.25 untuk kemiringan 1: 33.3

3. Limpasan pada daerah permeable dan berkemiringan landai (1:100) lebih

lambat daripada daerah impermeable dengan kemiringan yang sama.

4. Angka korelasi tertinggi, yaitu 0.98, terjadi pada kondisi daerah

(54)

41

B. Saran

1. Sebaiknya dilakukan proses kalibrasi terhadap model yang didapat agar

model tersebut dapat diaplikasikan di lapangan.

2. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh aliran

masuk (inflow), disamping hujan, terhadap limpasan.

3. Sebaiknya percobaan dilakukan dengan variasi kemiringan dan intensitas

(55)

42

DAFTAR PUSTAKA

CD Sumarto, 1987, Hidrologi Teknik, Usaha Nasional, Surabaya

Deni Nurdin, 2002, Skripsi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Linsley, R. K, Kohler, M. A, Paulhus, Joseph L. H, 1989, Hidrologi untuk

Insinyur, Erlangga, Jakarta

Linsley, Franini Joseph B, 1979, Water Resources Engineering, Mc Graw Hill

Book Company

Nazemi et al, 2003, Evolutionary Neural Network Modelling for Describing

Rainfall-Runoff Process, 225-226

Oriza Andamari, 2003, Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Seyhan, Ersin (alih bahasa Sentot Subagyo), 1990, Dasar-Dasar Hidrologi, Gajah

Mada University Press, Yogyakarta

Sharma, R. K, 1987, A Text Book of Hydrology & Water Resources, Dhanpat Rai

& Sons, India

Sri Harto Br, 1993, Analisis Hidrologi, Gramedia, Jakarta

Gambar

Tabel 2.2 Koefisien kekasaran Manning
Gambar  3.1  Test  penyiraman
Tabel  3.1  Format  Pengambilan  Data  Tinggi Air di Piezometer
Tabel 3.3 Perhitungan Tinggi Air di Permukaan (h)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa variabel yang merupakan faktor risiko dehidrasi pada petani garam yaitu penggunaan APD yang buruk (POR=2,9; 95% CI=0,1- 7,3)

Tingkat keyakinan yang dikembangkan berada pada rentang angka satu sampai enam sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Caleon &amp; Subramaniam (2010).

Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui faktor risiko yang berkaitan dengan kejadian permasalahan stunting pada balita, diantaranya pemantauan pertumbuhan yang meliputi

thesis of Mrs. Tazeen Fatma entitled “ Azadi Ke Baad Bihar Mein Khawateen Ki Afsana. Nigari: Tahqiqi Wo Tanqidi Jaiza ” is an original work and

〔最高裁民訴事例研究二九七〕 一、商法二〇三条二項所定の指定及

Terdapat penurunan TFU sebelum dan sesudah diberikan intervensi pada kelompok control dengan nilai signifikansi P= 0,000 (&lt;0,05) dan t = 57,176, dari

Dengan hasil ini dapat menjelaskan bahwa komite audit yang memiliki keahlian atau kompetensi yang memadai mampu memberikan kontribusi yang efektif pada proses

Penelitian ini akan mengkaji dan mengembangkan protokol perjanjian kunci yang telah dikembangkan oleh Yesem Kurt Peker (2014), yaitu mengatasi masalah keamanan informasi dengan