• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru Dalam Menunjang Profesionalisme Guru IPS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru Dalam Menunjang Profesionalisme Guru IPS"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)

Jawa Barat)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh

APRIAN SYARIF HIDAYAT 1111015000084

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

Kasus pada Guru IPS SMP Se- Kecamatan Sawangan Jawa Barat).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jalannya program pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG), seberapa besar profesionalisme guru IPS, dan apakah ada pengaruh antara pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) dengan profesionalisme guru IPS. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2015 di SMP se-Kecamatan Sawangan Depok Jawa Barat.

Metode yang diguakan adalah metode kuantitatif. Tekhnik pengambilan sampel yaitu dengan metode sampel jenuh. Instrumen penelitian menggunakan angket dengan bentuk pilihan ganda. Teknik korelasi yang digunakan adalah product moment.

Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini bahwa terjadi hubungan antara pendidikan dan latihan profesi guru dengan profesionalisme guru IPS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai r hitung sebesar 0,707 dan termasuk dalam kategori sedang. Dari hasil pengujian diperoleh F sebesar 11.116 dengan tingkat signifikansi (sig) sama dengan atau lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh antara Pendidikan dan Latihan Profesi Guru dengan profesionalisme guru IPS, dengan R square sebesar 49.9%.

Dengan demikian terdapat hubungan yang kuat antara pendidikan dan latihan profesi guru dengan profesionalisme guru IPS di SMP se-Kecamatan Sawangan Depok Jawa Barat.

(6)

Junior High School at Sawangan District, West Java).

The study is aimed to determine the sustainability of Professional Teacher Education and Training (PTET) Program, the measurement of teachers’ professionalism, the correlation of Professional Teacher Education and Training (PTET) toward social science teachers’ professionalism. The study was conducted on February – May 2015 in Junior High School throughout the district of Sawangan – Depok, West Java.

The method used in the study is quantitative method. The sampling technique method was saturated sample method. Questionnaire in multiple choice form is used as the research instrument. Product moment is the correlation technique used in the study.

The research finding is there is a correlation between Professional Teacher Education and Training Program and Social Science teachers’ professionalism. The research finding shows that the value of r is 0,707 and it is included in moderate category. The value of F gained 11.116 from the test result with the significance level = 0,05 or < 0,05. On the other word, there is a correlation between Professional Teacher Education and Training Program and Social

Science teachers’ professionalism with the value of R square 49.9%. So, there is a correlation between Professional Teacher Education and Training Program and

(7)

i Assalaamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur pada Allah SWT karena berkat

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Dalam

Menunjang Profesionalisme Guru IPS”.

Shalawat beriring salam untuk tuntunan dan suri tauladan Rasulullah Shallallahu„alaihiwasallam beserta keluarga dan sahabat beliau yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai Islam yang sampai saat ini dapat dinikmati oleh seluruh manusia di penjuru dunia.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan S1 (S.Pd) pada Program Studi Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis meyakini dalam penilitian ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan mulai dari penyusunan proposal skripsi hingga penulisan laporan skripsi ini.

(8)

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, rektor Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

4. Dr. Abdul Rozak, M.Si dan Neng Sri Nuraeni, M.Pd selaku pembimbing penyusunan skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya dan motivasinya untuk peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan sumbangsihnya berupa ilmu dan pengalaman.

6. Seluruh staff dan pegawai Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Seluruh Sekolah Menengah Pertama Kecamatan Sawangan Kota Depok Jawa Barat yang telah memberikan izin dan informasi yang berguna bagi penulis.

8. Teristimewa kepada Orang Tua penulis, Madanih dan Rosiah yang selalu mendoakan, memberikan motivasi, kasih sayang, pengorbanan baik dari segi moril, materil kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Kakak-kakak penulis, Hikma warda dan Hidayat serta keponakan satu-satunya Rafaifa Asyillah yang memberikan dorongan dan semangat kepada penulis.

10.Teman-teman seperjuangan Pendidikan IPS angkatan 2011, terutama Sigit “Kubal” Dawson, Asif “Jamet” Putra, Imam “ Jubleg” Munandar, dan Muslih “Acih” Udin yang telah menemani dan memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

(9)

12.Semua pihak yang telah membantu penulis baik moril maupun materil yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat terbukan terhadap kritik dsan saran yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.

Demikian semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan kebijakannya. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan mempunyai nilai yang berguna bagi pembacanya.

Jakarta, Oktober 2015

(10)

iv

Daftar Tabel ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR A. Kajian Teori 1. Hakikat Pendidikan dan Latihan Profesi Guru... 9

a. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan ... 9

b. Tujuan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru ... 16

c. Penyelenggaraan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru 16 d. Materi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru... 19

2. Pengertian Profesionalisme Guru ... 21

a. Kompetensi Pedagogis ... 24

b. Kompetensi Profesional ... 30

c. Kompetensi Kepribadian ... 32

d. Kompetensi Sosial ... 33

3. Ciri-Ciri Guru Profesional... 35

4. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial ... 37

B. Penelitian Yang Relevan ... 38

(11)

D. Pengajuan Hipotesis ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44

B. Metode Penelitian... 44

C. Populasi dan Sampel ... 45

D. Tekhnik Pengolahan Data ... 45

1. Survei/Angket ... 45

2. Studi Dokumentasi ... 46

E. Instrument Penelitian ... 1. Definisi Konseptual ... 46

2. Definisi Operasional... 46

a. Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru ... 46

b. Profesionalisme Guru IPS ... 47

3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 47

F. Tekhnik Analsis Data ... 51

1. Tahap Pra Lapangan ... 51

2. Tahap Editing dan Scoring ... 51

3. Tahap Analisis Data ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 54

1. Deskripsi Objek Penelitian ... 54

a. Deskripsi Kota Depok ... 54

b. Deskripsi Kecamatan Sawangan ... 56

c. Profil SMP Se-Kecamatan Sawangan ... 58

2. Karakteristik Responden ... 71

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .. 71

(12)

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Latar Belakang

Pendidikan ... 73

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Mengajar 73

3. Deskripsi Variabel Penelitian a. Variabel Pendidikan dan Latihan Profesi Guru ... 74

b. Variabel Profesionalisme Guru IPS... 78

4. Uji Persyaratan Analisis ... 81

a. Uji Normalitas ... 81

1) Variabel PLPG... 81

2) Variabel Profesionalisme Guru IPS... 82

b. Uji Validitas... 83

c. Analisis Reliabilitas Tes ... 87

B. Pengajuan Hipotesis dan Pembahasan ... 88

1. Pengujian Hipotesis ... 88

2. Pembahasan ... 90

a. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru ... 91

b. Profesionalisme guru IPS ... 91

c. Pengeruh PLPG Terhadap Profesionalisme Guru IPS . 91 BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 93

B. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 95

(13)

vii

Tabel 2.2 Rambu-Rambu Struktur Kurikulum Pendidikan Dan Latihan

Profesi Guru (PLPG) Smp/Smp-Lb ... 17

Tabel 2.3 Dimensi IPS Dalam Kehidupan Manusia ... 38

Tabel 2.4 Kerangka Berfikir ... 40

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Penilitian Pengaruh PLPG Dalam Menunjang Profesionalisme Guru IPS ... 48

Tabel 3.2 Skor Jawaban Angket... 52

Tabel 3.3 Nilai Proporsi Dalam Persen ... 53

Tabel 4.1 Data Sekolah Smp Se-Kecamatan Sawangan ... 58

Tabel 4.2 Karakteristik Guru berdasarkan Jenis Kelamin ... 71

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 72

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan ... 73

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Mengajar... 73

Tabel 4.6 Skor Variabel PLPG ... 75

Tabel 4.7 Kategori Pendidikan Dan Pelatihan Profesi Guru... 77

Tabel 4.8 Skor Variabel Profesionalisme Guru IPS ... 79

Tabel 4.9 Kategori Profesionalisme Guru IPS ... 80

Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Variabel PLPG ... 82

(14)

Tabel 4.12 Validitas Variabel Pendidikan dan Latihan Profesi Guru ... 83

Tabel 4.13 Validitas Variabel Profesionalisme Guru ... 85

Tabel 4.14 Realibilitas PLPG ... 87

Tabel 4.15 Realibilitas Profesionalisme Guru IPS ... 88

Tabel 4.16 Variables Entered/Removed ... 88

Tabel 4.17 ANOVA ... 89

TABEL 4.18 Coefficients ... 89

Tabel 4.19 Model Summary ... 90

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian. Sebab orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional yang harus mengusai seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan.

Guru diakui sebagai sebuah profesi di dalam pendidikan Indonesia ketika setelah dikeluarkannya Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Undang-Undang Guru dan Dosen. Bukan hanya itu Peraturan Pemerintah (PP) No 74 tahun 2008 tentang Guru dan Peraturan Mentri pendidikan nasional No 18 Tahun 2007 tentang sertifikasi guru dalam jabatan memerlukan adanya penyelenggaraan sertifikasi profesi melaui penilaian portofolio atau melalui pendidikan profesi yang diadakan oleh LPTK yang telah di tetapkan pemerintah.1

Salah satu komponen pendidikan yang sangat penting dalam rangka pelaksanaan rencana strategis tersebut adalah guru. Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat menentukan dalam membentuk wajah pendidikan di Indonesia.2

Tuntutan yang besar tersebut sepenuhnya sesuai dengan kondisi tenaga pendidik yang ada. Kualifikasi akademik dan kompetensi guru masih jauh dari standar dengan apa yang diharapkan. Tidak hanya akademik, kualifikasi kompetensi guru juga belum seperti yang diharapkan.

1

Republik Indonesia, UU RI No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

2

(16)

Era globalisasi sekarang ini, pendidikan menjadi faktor utama dan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dalam pendidikan yang ada sekarang ini, guru merupakan pelaku utama dan memegang peran yang sangat strategis dalam dunia pendidikan. Guru mempunyai tanggung jawab sebagai agen perubahan prilaku, sosial, pola pikir dan sikap untuk merubah manusia menuju kehidupan yang lebih baik.

Dalam memenuhi tugas dan tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang guru, mereka dituntut mempunyai kompetensi dan keterampilan yang baik. Yang dimaksud dengan kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh PNS, berupa pengentahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya.3

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.4

Dipertegas kembali melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, guru harus memiliki kompetensi yang meliputi kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik dan kompetensi profesionalisme.5

Namun, kenyataannya di lapangan guru seringkali ditemukan tidak memiliki penuh kompetensi yang seharusnya dimiliki untuk menjalankan tugas-tugasnya dalam pendidikan. Sehingga pembelajaran kurang efektif dan tidak jarang tujuan dari pembelajaran tidak tercapai. Ini menyebabkan mutu pendidikan menjadi sangat rendah.

3

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah RI No 100 Tahun 2000 Tentang Pengangkatan Pegawai Negri Sipil Dalam Jabatan Struktural, Penjelasan Pasal 5e

4

Republik Indonesia, UU RI No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, Pasal 1

5

(17)

Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia merupakan bayangan dari rendahnya kualitas sistem pendidikan nasional. Banyak faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan di Indonesia.

Rendahnya kesejahteraan guru menjadi alasan yang paling mendasar dari rendahnya mutu pendidikan nasional. Bukan rahasia lagi gaji seorang guru hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga tidak ada tambahan dana untuk melanjutkan pendidikan.

Selain kesejahteraan guru yang rendah, kualitas tenaga pendidik juga menjadi sorotan utama. Rendahnya profesionalitas kompetensi guru secara umum semakin membuat laju perkembangan pendidikan belum mencapai tujuannya.

Jika guru mutu rendah, maka mereka akan sulit berkompetensi dengan guru yang lebih bermutu. Di tingkat taman kanak-kanak berdasarkan data pendidikan nasional Depdiknas 2007/2008, sekitar 88 persen tak layak menjadi guru karena tingkat pendidikannya yang tidak layak. Di tingkat SMP sekitar 29,33 persen dan di SMA sekitar 15,25 persen.6

Kurang adanya keinginan dan kemauan dari tenaga pendidik untuk mengembangkan diri dalam segi pengetahuan dan kompetensi telah berdampak langsung terhadap mutu pendidikan yang semakin tertinggal jauh dari negara-negara lain.

Berdasarkan data Dit en PMPTK bahwa, “ hingga 2007 tercatat baru 16,57% guru SD berkualifikasi S-1 dan guru SMP sebanyak 61,31%. Di jenjang menengah, guru SMA yang berkualifikasi akademik S-1 sebanyak 83,34% dan SMK sebanyak 77,53%.7

Dengan kualifikasi tersebut maka tujuan pendidikan nasional akan sangat sulit tercapai, karena masih banyak guru yang belum memiliki kualifikasi akademik yang diharapkan.

6

Jejen Musfah. Penigkatan Kompetensi Guru. (Jakarta:PRENADA MEDIA GROUP, 2011), h. 5.

7

(18)

Pendidikan yang baik akan tercapai apabila para guru memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menjalankan fungsi dan tugasnya. Guru harus diberi pelatihan – pelatihan dan kursus untuk mengembangkan dan memperluas wawasan, pengetahuan dan keterampilannya.

Selain itu, untuk mencapai mutu pendidikan yang di inginkan banyak cara yang harus dilakukan. Salah satunya dengan cara memberikan program-program pendidikan seperti pelatihan, seminar dan kursus yang akan sangat membantu guru mengembangkan kompetensi guru itu sendiri. Dengan pendidikan yang di ikuti, guru dapat mengembangkan dan memperluas wawasan dan pengetahuannya sehingga guru dapat menjalankan tugasnya secara profesional.

Definisi guru profesional menurut UU RI No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.8.

Dengan kata lain guru profesional adalah orang yang terlatih, terdidik dan bertanggung jawab serta memiliki pengalaman di dunia pendidikan. Sehingga guru dapat mengerjakan tugas sebagaimana mestinya.

Guru sebagai aktor utama dalam pendidikan haruslah mempunyai pengalaman di bidanganya, karena tuntutan tugas untuk guru tidaklah mudah. Untuk memenuhi tuntutan sebagai guru yang profesional, guru harus memiliki kualifikasi sebagai pendidik dengan cara mengikuti pelatihan dari institusi formal.

8

(19)

Salah satu cara meningkatkan kompetensi guru yaitu melalui Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG). PLPG adalah cara untuk mengembangkan sumber daya guru terutama untuk mengembangkan segi pengetahuan serta keterampilan guru agar sesuai dengan tuntutan lembaga pendidikan yang ada. PLPG diharapkan mampu mencetak guru-guru yang profesional dan kompeten di bidangnya.

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) adalah serangkaian dari sertifikasi guru dalam jabatan setelah melalui proses penilaian portofolio dan tidak lolos dalam penilaian tersebut, maka seorang guru peserta sertifikasi yang tidak lolos penilaian portofolio harus mengikuti Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (PLPG).9

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, pelaksanaan sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilakukan dengan dua cara yaitu uji kompetensi melalui penilaian portofolio dan pemberian sertifikasi pendidik secara langsung bagi guru yang memenuhi persyaratan.10

Peserta sertifikasi melalui penilaian portofolio yang belum mencapai skor minimal kelulusan, diharuskan untuk melengkapi portofolio atau mengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) yang diakhiri dengan ujian. Artinya pendidikan dan pelatihan profesi guru diperuntukan bagi mereka yang tidak lulus sertifikasi melalui portofolio.

Tujuan diadakannya pendidikan dan pelatihan profesi guru adalah untuk meningkatkan kompetensi, profesionalisme, memantapkan penguasaan dan kemampuan guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 dan menentukan kelulusan guru peserta sertifikasi. 11

9

R, Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, Depok, 07 Februari 2015.

10

Republik Indonesia, PP RI nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru

11

(20)

Dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan utama dari PLPG adalah meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru peserta sertifikasi yang belum mencapai batas minimal skor kelulusan pada penilaian portofolio serta menentukan kelulusan peserta sertifikasi guru melalui uji tulis dan uji kinerja di akhir PLPG.

Sesuai dengan UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan kepada peserta didik dan warga masyarakat sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi.12

Pengakuan profesional bagi tenaga pendidik khususnya guru dapat dibuktikan melalui setifikasi pendidik berupa sertifikat pendidik. Sertifikat pendidik di dapatkan melalui pendidikan dan pelatihan profesi bagi guru prajabatan. Sedangkan guru dalam jabatan diperoleh melalui penilaian portofolio atau pemberian sertifikat langsung.

Adapun latar belakang penelitian ini adalah karena rendahnya kualitas guru di depok. seperti yang dikatakan oleh sekretaris Komisi D DPRD Kota Depok Agnes Marlyn Pantow menilai kualitas guru di Kota Depok, Jawa Barat, rendah. Akibatnya, mutu pendidikan di Kota Depok sulit untuk ditingkatkan.13

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, penulis tertarik melakukan penelitian dan menulisnya dalam bentuk skripsi

yang berjudul: “PENGARUH PENDIDIKAN DAN LATIHAN

PROFESI GURU (PLPG) DALAM MENUNJANG

PROFESIONALISME GURU IPS”

12

Republik Indonesia, UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 61

13

(21)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan oleh penulis diatas, maka masalah yang di identifikasi adalah sebagai berikut: 1. Program PLPG berjalan kurang efektif.

2. Kompetensi profesionalisme guru IPS masih rendah.

3. Program PLPG masih kurang membantu dalam menumbuhkan profesionalisme guru IPS.

4. Kurangnya pengaruh Pendidikan dan Latihan Profesi Guru dalam menunjang profesionalisme guru IPS.

5. Banyak Faktor yang mempengaruhi rendahnya profesionalisme guru IPS.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini terarah dan tidak ada keraguan dalam penafsiran, maka peneliti menjadikan fokus penelitian menjadi ruang lingkup penelitian adalah Pengaruh PLPG dalam menunjang profesionalisme guru IPS (Studi pada Guru IPS SMP se-Kecamatan Sawangan Depok Jawa Barat).

D. Perumusan Masalah

Didasarkan pada identifikasi dan pembatasan masalah yang telah di kemukakan, maka rumusan masalah yang diajukan untuk penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Pengaruh PLPG dalam menunjang profesionalisme guru IPS (Studi pada Guru IPS SMP se-Kecamatan Sawangan Depok Jawa Barat)?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui jalannya program pendidikan dan latihan profesi guru. 2. Mengetahui profesionalisme guru IPS yang telah mengikuti PLPG. 3. Mengetahui pengaruh Pendidikan dan Latihan Profesi Guru dalam

(22)

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk para guru bahwa mengembangkan profesionalisme guru adalah suatu kebutuhan dan juga keharusan.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah

Penelitian ini berguna untuk mengetahui tingkat profesionalisme guru IPS yang telah mengikuti PLPG.

b. Bagi Peneliti

Untuk memberikan wawasan pengetahuan bagaimana pengaruh Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) dalam menunjang profesionalisme guru IPS.

c. Bagi LPTK

(23)

9

A. Kajian Teori

1. Hakikat Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) a. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan

Menurut UU RI No 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.1

Dalam banyak kajian tentang pendidikan sering kita dengar tentang pendidikan seumur hidup atau lifelong education. Pendidikan seumur hidup adalah prinsip pendidikan yang menyatakan bahwa pendidikan seumur hidup sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan perstrukturan pengalaman pendidikan.2

Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatakan pengetahuan, keterampilan individu. Pendidikan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Kegiatan pendidikan juga membutuhkan waktu yang panjang, karena tidak mudah untuk mengembangkan kemampuan tersebut. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui cara pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.3

1

Republik Indonesia, UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1

2

Rulam Ahmadi, Pengantar Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), h. 127

3

(24)

Pendidikan merupakan hal yang wajib dipenuhi oleh setiap individu. Karena hanya pendidikan lah individu ataupun kelompok dapat berkembang kearah yang benar. Tentunya dengan pendidikan yang baik pula arah yang dituju akan tercapai.

Menurut Noor Syam pendidikan adalah sebagai aktifitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan membina potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani) dan jasmani (panca indra dan keterampilan).4

Menurut La Belle pendidikan dipandang sebagai difusi sikap, informasi, dan keterampilan belajar yang diperoleh dari partisipasi sederhana dalam program-program berbasis masyarakat, merupakan sebuah komponen fundamental dalam usaha perubahan sosial mikro.5

Sementara pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara merupakan proses pembudayaan yakni suatu usaha memberikan nilai-nilai luhur kepada generasi baru dalam masyarakat yang tidak hanya bersifat pemeliharaan tetapi juga dengan maksud memajukan serta memperkembangkan kebudayaan menuju ke arah keluhuran hidup kemanusiaan.6

Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.7

Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.8

4

Rulam Ahmadi, Pengantar Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), h. 37.

5

Ibid., h. 34

6

http://langkahkebebasan.blogspot.com/p/edukasi.html diakses 14 oktober 2014, jam 14.00 WIB

7Nana Syaodih Sukmadinata,”

Landasan Psikologi Proses Pendidikan”, cet-4, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), h.3

8 Muhibbin Syah,”Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru”,

(25)

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah kegiatan yang harus di ikuti oleh setiap individu manusia atau kelompok untuk membina dan mengembangkan keterampilan, pengetahuan dan tata prilaku dengan maksud memajukan dan Mengembangkan kebudayaan manusia ke arah yang diharapkan.

Setiap pendidikan pasti mempunyai tujuan. Tujuan ini biasanya menyangkut kepentingan peserta didik sendiri, kepentingan masyarakat dan tuntutan lapangan kerja.

Tujuan pendidikan menurut UNESCO, pada 2015 ada enam tujuan pendidikan yang disepakati secara internasional untuk memenuhi kebutuhan belajar semua anak, ramaja, dan orang dewasa.

1) Tujuan pertama: memperluas dan meningkatkan perawatan dan pendidikan anak usia dini yang komprehensif, terutama bagi anak-anak yang paling rentan dan kurang beruntung.

2) Tujuan kedua: memastikan bahwa menjelang tahun 2015, semua anak khususnya anak perempuan, anak-anak dalam keadaan sulit dan mereka yang termasuk etnis minoritas, memilik akses ke pendidikan dasar lengkap, gratis, dan wajib dengan kualitas yang baik. 3) Tujuan ketiga: memastikan kebutuhan belajar semua

anak muda dan orang dewasa terpenuhi melalui akses yang adil terhadap pembelajran yang tepat dan program keterampilan hidup.

4) Tujuan keempat: mencapai 50 persen perbaikan dalam tingkat keaksaraan dewasa menjelang tahun 2015 tertama bagi perempuan, dan akses yang adil pada pendidikan dasar dan berkelanjutan bagi semua orang dewasa.

(26)

6) Tujuan keenam: meningkatkan semua aspek kualitas pendidikan dan memastikan keunggulan semua sehingga hasil pembelajaran yang diakui dan terukur dicapai oleh semua, terutama dalam keaksaraan, berhitung, dan keterampilan hidup yang penting.9

Upaya untuk mencapai maksud dan tujuan dari pendidikan tersebut, mutu guru haruslah di tingkatkan. Harus diadakan supervisi pendidikan dengan cara pemberian layanan bantuan profesional kepada guru untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas pengelolaan proses pembelajaran.

Salah satu upaya yang di gunakan adalah melalui sertifikasi guru. Dengan adanya sertifikasi guru diharapkan mutu guru dan layanan pendidikan semakin maksimal.

Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional.10

Program sertifikasi guru pada dasarnya memberikan harapan yang tinggi untuk peningkatan mutu pendidikan nasional, bahwa para guru yang benar-benar memenuhi persyaratan akan dapat lulus sertifikasi. Mereka yang lulus dikategorikan sebagai pendidik profesional, sehingga diharapkan mutu pendidikan di Indonesia meningkat karena memiliki tenaga pendidik yang kompeten.

Sertifikasi ini dilakukan oleh LPTK Rayon. Jika ada peserta sertifikasi yang belum lulus direkomendasikan untuk melakukan kegiatan mandiri untuk memenuhi kekurang persyaratan, atau mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG).

Pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) ini sangatlah penting untuk membangun sumber daya manusia yang berkecimpung di dunia pendidikan. Selain itu akan sangat berguna untuk menghasilkan tenaga pendidik yang profesional di bidangnya.

9

Rulam Ahmadi, Pengantar Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), h. 42.

10

(27)

Salah satu syarat di profesi guru dalam undang-undang guru dan dosen adalah memiliki kualifikasi akademik yang relevan dengan mata pelajaran yang di ajarkannya. Dengan demikian diharapkan tidak akan ada lintas disiplin ilmu dalam mengajar.

Tabel 2.1

Perbadingan Antara Pendidikan dan Pelatihan11

Aspek Pendidikan Pelatihan

Pengembangan kemampuan

Menyeluruh Khusus

Jangka waktu

pelakasanaan

Long term Short term

Materi yang diberikan Lebih umum Lebih khusus Penekanan metode

belajar

Conventional Inconventional

Penghargaan akhir proses

Gelar Sertifikat

Area Kemampuan Kognitif, afektif Psikomotor

Kesimpulan yang dapat diambil dari tabel diatas adalah pelatihan yang merupakan bagian dari suatu pendidikan juga, tetapi memiliki pengertian yang berbeda. Walaupun berbeda dalam pengertian, pendidikan dan pelatihan tetap memiliki tujuan yang sama.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia pelatihan mempunyai kata dasar latih yang artinya ajar. Sedangkan pelatihan adalah adalah proses, cara perbuatan melatih; kegiatan atau pekerjaan melatih.12

11Lamria Rouli Marbun, “

gambaran Sistem Literatur Pendidikan dan Pelatihan,” Skripsi FKM Universitas Indonesia, 2009

12

(28)

Menurut Siagian bahwa perbedaan antara pengembangan dan pelatihan pada intinya yaitu pelatihan yang dimaksudkan untuk membantu kemampuan para pekerja dalam melaksanakan tugas sekarang atau dengan kata lain, pelatihan adalah suatu bentuk investasi jangka pendek, pengembangan lebih berorientasi pada produktifitas para pekerja dimasa depan atau pengembangan suatu investasi SDM jangka panjang.13

Dapat ditarik kesimpulan bahwa pelatihan adalah salah satu proses dari pendidikan itu sendiri, karena dalam pelatihan terdiri dari proses pemberian ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk bekerja dan membangun Sumber daya manusia ke arah yang diharapkan.

Selain itu pelatihan juga diharapkan dapat memperbaiki sikap dan mempersiapkan tenaga kerja untuk jabatan yang lebih tinggi. Karena jabatan yang tinggi memerlukan tanggung jawab yang lebih tinggi pula.

Secara umum pendidikan dan pelatihan mempunyai tujuan antara lain adalah:

1) Meningkatkan semangat kerja. 2) Pembinaan budi pekerti.

3) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME.

4) Meningkatkan taraf hidup. 5) Meningkatkan kecerdasan. 6) Meningkatkan keterampilan.

7) Meningkatkan derajad dan kesejahteraan. 8) Meningkatkan lapangan kerja.

9) Meratakan pembangunan dan pendapatan.14

Dapat tarik kesimpulan bahwa pendidikan dan pelatihan adalah cara untuk membangun sumber daya manusia yang terlatih agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan kecakapan untuk memenuhi kebutuhannya dalam bekerja.

13Siagian, “Filsafat Administrasi”

. (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 82 14

(29)

Menurut Wahjosumidjo, arti pendidikan dan pelatihan dapat dirumuskan suatu program kesempatan belajar yang direncanakan untuk menghasilkan anggota, staff demi memperbaiki penampilan seseorang yang telah mendapatkan tugas menduduki jabatan15

Sedangkan manfaat pendidikan dan pelatihan menurut Sondang P. Siagian bagi organisasi, diantaranya:

1) Peningkatan produktivitas organisasi secara keseluruhan. 2) Terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan

bawahan.

3) Terjadi proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat

4) Timbul dorongan pada diri pekerja untuk terus meningkatkan kemampuan kerjanya.

5) Peningkatan kemampuan pegawai untuk mengatasi stress, frustasi dan konflik.

6) Meningkatkan kepuasan kerja.

7) Semakin besar pengakuan atas kemampuan seorang.

8) Mengurangi ketakutan menghadapi tugas-tugas baru dimasa depan.16

Pendidikan dan pelatihan bagi guru sekiranya dilakukan secara terus menerus. Ini dikarenakan guru sebagai ujung tombak pendidikan harus memiliki kompetensi yang maksimal, sehingga proses pembelajaran di sekolah berjalan dengan semestinya yang di harapkan.

Pendidikan bagi guru sangatlah dibutuhkan, guru sebagai salah satu Agent of Change dalam pendidikan. Pendidikan dan pelatihan tidak hanya berguna bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang banyak.

Disinilah peran PLPG dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan guru dalam menunjang kewajibannya. Selain itu PLPG juga akan menciptakan tenaga didik yang selain berwawasan dan pengetahuan luas juga akan menghasilkan tenaga pendidik yang berketerampilan dan profesional dalam mengemban tugasnya.

15

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan

Permasalahannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), Cet. Ke-3, h. 381

16

(30)

b. Tujuan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) bertujuan untuk meningkatkan kompetensi, profesionalisme, memantapkan penguasaan dan kemampuan guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013, dan menentukan kelulusan guru peserta sertifikasi.17

Pelaksanaan kegiatan berskala nasional seperti sertifikasi guru ini tentunya mempunya tujuan. Adapun tujuan tersebut adalah:

1) Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

2) Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan. 3) Meningkatkan martabat guru.

4) Meningkatkan profesionalisme guru.18

Dapat disimpulkan bahwa tujuan di adakannya Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kerja. Selain itu untuk mengembangkan kompetensi baik di bidang wawasan, keahlian, kecakapan dan sikap. Karena seorang guru harus memenuhi semua aspek tersebut, dan bukan hanya sebagian saja.

c. Penyelenggaraan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Berdasarkan peraturan penyelenggaraan pendidikan dan latihan profesi guru harus dilakukan sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku, agar berjalan sesuai dengan yang di harapkan.

Penyelenggaraan PLPG dilakukan berdasarkan proses baku sebagai berikut.

1) PLPG dilaksanakan oleh LPTK penyelenggara sertifikasi guru dalam jabatan yang telah ditetapkan Pemerintah dan didukung oleh Perguruan Tinggi yang memiliki program studi relevan dengan bidang studi/mata pelajaran guru peserta PLPG.

2) PLPG diselenggarakan selama minimal 10 hari dan bobot 90 Jam Pertemuan (JP), dengan alokasi 22 JP teori dan 68 JP praktik. Satu JP setara dengan 50 menit.

17

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Indonesia, Sertifikasi Guru Dalam Jabatan buku 4. 2014, h.4

18

(31)

3) Penentuan tempat pelaksanaan PLPG harus memperhatikan kelayakan (representatif dan kondusif) untuk proses pembelajaran.

4) Rombongan belajar (rombel) PLPG diupayakan satu bidang keahlian/mata pelajaran.

5) Satu rombel maksimal 36 orang peserta, dan satu kelompok peer teaching/peer counseling/peer supervising maksimal 12 orang peserta. Dalam kondisi tertentu jumlah peserta satu rombel atau kelompok peer teaching/peer counseling/peer supervising dapat disesuaikan.

6) Satu kelompok peer teaching/peer counseling/peer supervising difasilitasi oleh satu orang instruktur yang memiliki NIA yang relevan termasuk pada saat ujian. 7) PLPG diawali pretest secara tertulis (1 JP) untuk

mengukur kompetensi pedagogik dan profesional awal peserta.

8) Pembelajaran dalam PLPG dilakukan dalam bentuk workshop yang didahului dengan penyampaian materi penunjang workshop dengan menggunakan multi media dan multi metode yang berbasis pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM). 9) PLPG diakhiri uji kompetensi dengan mengacu pada

rambu-rambu pelaksanaan PLPG. Uji kompetensi meliputi uji tulis dan uji kinerja (ujian praktik).19

Tabel 2.2

RAMBU-RAMBU STRUKTUR KURIKULUM PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG)

SMP/SMP-LB Standar Kompetensi Lulusan:

1. Memahami karakteristik peserta didik dan mampu merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran yang mendidik.

2. Memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, dan berakhlak mulia.

3. Menguasai keilmuan, kajian kritis dan pendalaman isi dalam konteks kurikulum sekolah.

4. Mampu berkomunikasi dan bergaul dengan peserta didik, kolega dan masyarakat.20

19

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Indonesia, Sertifikasi Guru Dalam Jabatan, buku 4. 2014, h.40

20

(32)

No Materi Teori Praktik Keterangan

A UMUM

1 Pretest 1

2 Pengembangan profesionalitas

guru 3

Pembinaan guru profesional berbasis karakter meliputi antara lain: (1) citra diri positif, (2) etika, (3) etos kerja, (4) komitmen, dan (5) empati.

B POKOK

1

Pendalaman materi mata pelajaran yang belum dikuasai oleh sebagian

besar guru 6

2

Model-model pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, asemen, dan pemanfaatan media di sesuaikan dengan karakteristik

perkembangan peserta didik yang mengacu pada Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk meningkatkan pengetahuan, teknologi, dan seni termasuk keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia.

6

3 Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

dan penulisan karya ilmiah lainnya 2

Pendalaman materi PTK

C WORKSHOP

1 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan penulisan karya ilmiah lainny

6

2 Pengembangan dan pengemasan

perangkat pembelajaran 32

(33)

D PRAKTIK PEMBELAJRAN

 Pembinaan dan pengembangan kompetensi kepribadian dan sosial guru terintegrasi dalam kegiatan PLPG

 *) Sudah terintegrasi di D

 Ujian akhir harus dapat memastikan bahwa peserta telah memenuhi standar kompetensi sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

PLPG diharapkan tidak hanya mengham-hamburkan dana yang telah di anggarkan. Program PLPG sangat diharapkan menjadi suatu program yang memberikan nilai tambah untuk para guru dan organisasi.

d. Materi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Dalam pendidikan haruslah ada materi yang diberikan, baik berupa standar isi materi, bentuk materi, dan penulis materi. Materi berguna untuk membantu mencapai tujuan yang ingin dicapai.

(34)

1) Pedagogik. 2) Profesional. 3) Kepribadian. 4) Sosial.

Standardisasi kompetensi dirinci dalam materi PLPG ditentukan oleh LPTK penyelenggara sertifikasi dengan mengacu pada rambu-rambu yang ditetapkan oleh Dirjen Dikti/Ketua Konsorsium Sertifikasi Guru dan hasil need assesment. Materi PLPG dapat berupa buku, diktat, atau modul. Oleh karena pembelajaran dalam PLPG lebih menekankan workshop, sebaiknya bahan ajar dikemas bentuk modul.21

Dalam modul PLPG terdiri dari bab 1 sampai bab 5. Dimana rinciannya adalah sebagai berikut:

1) Bab 1 pendahuluan: deskripsi, prasyarat, petunjuk menggunakan modul, tujuan akhir.

2) Bab 2 kebijakan pengembangan profesi guru : tujuan antara, uraian materi, hakikat guru profesional, guru sebagai profesi, kompetensi guru, tanggung jawab keprofesionalan, kewajiban guru profesional, pengembangan profesional guru, citra diri positif, etika, kode etik guru, etos kerja, komitmen, empati.

3) Bab 3 model dan perangkat pembelajaran: konsep model pembelajaran, klasifikasi model pembelajaran, model pembelajaran ekspositori, model pembelajaran inkuiri, model pembelajaran berbasis masalah, model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran aktif kreatif efektif dan menyenangkan, identifikasi kesulitan belajar, cara mengatasi kesulitan belajar, merencanakan program pembelajaran, contoh penerapan pakem dalam pembelajaran ips, lesson study, pengembangan silabus dan rpp, teori dan desain pengembangan pembelajaran, prosedur pengembangan silabus, alokasi waktu, menentukan sumber belajar, menentukan karakter yang diharapkan.

21

(35)

4) Bab 4 penelitian tindakan kelas: materi penelitian tindakan kelas, prinsip penelitian tindakan kelas, a) karakteristik penelitian tindakan kelas, cara memulai ptk, menemukan akar masalah, menyususun hipotesis tindakan, menuliskan judul penelitian, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi, pergantian siklus, insrumen penelitian, triangulasi. contoh ptk dapat dilihat di dalam lampiran.

5) Bab 5 ilmu pengetahuan sosial sekolah menengah pertama: pada bab ini terdiri dari materi pembelajar ips smp. mulai dari materi, cara pembelajaran, soal dan kunci jawaban.22

2. Pengertian Profesionalisme Guru

Guru dalam kamu besar bahasa Indonesia memiliki arti orang yang pekerjaannya (mata Pencahariannya, profesinya) mengajar.23

Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (pasal 1 ayat 1) dikatakan guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.24

Sedangkan menurut Mulyasa, istilah guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi para peserta didik dan lingkungannya, karena itulah guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.25

Dijelaskan juga dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 telah ditetapkan standar kompetensi pedagogik guru. Standar kompetensi pedagogik guru merupakan kemampuan minimal yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan adanya kualifikasi dan kompetensi tersebut diharapkan seorang guru menjadi tenaga pendidik dan pengajar yang professional, sehinggga tujuan dari pendidikan nasional dapat tercapai dengan baik.

22

Konsorsium Sertifikasi Guru, PLPG Sertifikasi Guru 2013 Rayon 9 Universitas Negeri Jakarta, 2013

23

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. 4, cet-1, (Jakarta: Gramedia Pusta Utama, 2008), h. 469

24

Undang-Undang Guru dan Dosen, UU RI No 14 Tahun 2005…h.2

25

(36)

Guru Ilmu Pengetahuan Sosial pada jenjang SMP/MTs haruslah memiliki kompetensi sebagai berikut:

a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir mata pelajaran IPS baik dalam lingkup lokal, nasional, maupun global.

b. Membedakan struktur keilmuan IPS dengan Ilmu-ilmu Sosial. c. Menguasai konsep dan pola pikir keilmuan dalam bidang IPS. d. Menunjukkan manfaat mata pelajaran IPS.26

Dapat di ketahui dari kesimpulan diatas bahwa peran guru dalam proses kemajuan pendidikan sangatlah penting. Guru merupakan salah satu faktor utama bagi terciptanya generasi penerus bangsa yang berkualitas, tidak hanya dari sisi intelektulitas saja melainkan juga dari tata cara berperilaku dalam masyarakat.

Profesi adalah sebuah pekerjaan yang digeluti dengan penuh pengabdian dan dedikasi serta dilandasi oleh keahlian atau keterampilan tertentu.27

Dalam kamus besar bahasa Indonesia profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan, keahlian (keterampilan, kejujuran, dsb) tertentu.28

Kata profesionalisme dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional.29

Profesionalisme dapat diartikan sebagai ”komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya itu”.30

26

Republik Indonesia, Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru, No. 16 Th. 2007

27

Marselus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru. (Jakarta: Indeks, 2011), h. 6

28

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. 4, cet-1, (Jakarta: Gramedia Pusta Utama, 2008), h. 1104

29

Ibid.,, h.1104

30

(37)

Dr. Sikun Pribadi mendefinisikan Profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.31

Dapat diartikan profesi adalah suatu jabatan yang menuntut keterampilan dan keahlian dari pelakunya, dan keahlian dan keterampilan tersebut hanya bisa di dapatkan melalui pendidikan dan pelatihan.

Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan maksimal. Dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya.32

Profesionalisme guru adalah sikap profesional yang berarti melakukan sesuatu sebagai pekerjaan, sebagai profesi dan bukan sebagai pengisi waktu luang atau sebagai hobby belaka, seorang profesional mempunyai keahlian dengan pengetahuan yang dimiliki dalam melayani pekerjaanya.33

Dapat kita tarik kesimpulan bahwa guru yang profesional adalah guru yang melaksankan tugas dengan sebaik baiknya untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah dengan kompetensi-kompetensi yang telah di miliki.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata kompetensi adalah (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu Hal.34

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), cet 24, h.15

33 Widyaka, dkk., “Evaluasi Program Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Sekolah

Menengah PErtama Negri di DInas Pendidikan Kabupaten Kubu Raya”, jurnal tesis pada Program Magister Ilmu Sosial Universitas Tanjungpura Pontianak, Pontianak, 2013, h. 7

34

(38)

Pengertian lain kompetensi juga dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya.35

Dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi adalah kemampuan seorang guru dalam menjalankan profesinya yaitu sebagai pengajar.

Menurut Undang-undang No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan bahwa guru profesional haruslah memiliki kualifikasi akademi minimal S1 atau D-IV dan memiliki empat standar kommpetensi. 36

a. Kompetensi Pedagogis

Peraturan menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi dan kompetensi guru yang terkait dengan pedagogis adalah:37

1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, kultural, emosional, dan intelektual.

Indikator yang muncul dalam penguasaan karakteristik peserta didik diantaranya:

a) Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta didik di kelasnya.

b) Guru memastikan bahwa semua peserta didik mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.

c) Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar yang sama pada semua peserta didik dengan kelainan fisik dan kemampuan belajar yang berbeda.

d) Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya.

e) Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan peserta didik.

35

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), cet 24, h.4.

36

Republik Indonesia, UU RI No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, Pasal 9

37

(39)

f) Guru memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu agar dapat mengikuti aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut tidak termarginalkan (tersisihkan, diolok-olok, minder, dsb).38

2) Menguasai teori-teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

Indikator yang muncul dalam penguasaan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik diantaranya:

a) Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai materi pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui pengaturan proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi.

b) Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran tertentu dan menyesuaikan aktivitas pembelajaran berikutnya berdasarkan tingkat pemahaman tersebut.

c) Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas yang dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan rencana, terkait keberhasilan pembelajaran.

d) Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotiviasi kemauan belajar peserta didik.

e) Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun proses belajar peserta didik.

f) Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang memahami materi pembelajaran yang diajarkan dan menggunakannya untuk memperbaiki rancangan pembelajaran berikutnya.39

3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu.

Indikator yang muncul dalam pengembangan kurikulum diantaranya:

a) Guru dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kurikulum.

38

Kementerian Pendidikan Nasional direktorat Jenderal Peningkatan Mutu, Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru(Pk Guru), 2010. H, 44

39

(40)

b) Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan silabus untuk membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan. c) Guru mengikuti urutan materi pembelajaran dengan

memperhatikan tujuan pembelajaran.

d) Guru memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, tepat dan mutakhir, sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik, dapat dilaksanakan di kelas dan sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik.40

4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.

Indikator yang muncul dalam menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik diantaranya:

a) Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah disusun secara lengkap dan pelaksanaan aktivitas tersebut mengindikasikan bahwa guru mengerti tentang tujuannya.

b) Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, bukan untuk menguji sehingga membuat peserta didik merasa tertekan. c) Guru mengkomunikasikan informasi baru (misalnya materi

tambahan) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik.

d) Guru menyikapi kesalahan yang dilakukan peserta didik sebagai tahapan proses pembelajaran, bukan semata-mata kesalahan yang harus dikoreksi. Misalnya: dengan mengetahui terlebih dahulu peserta didik lain yang setuju/tidak setuju dengan jawaban tersebut, sebelum memberikan penjelasan tentang jawaban yg benar.

e) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai isi kurikulum dan mengkaitkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik.

f) Guru melakukan aktivitas pembelajaran secara bervariasi dengan waktu yang cukup untuk kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar dan mempertahankan perhatian peserta didik.

g) Guru mengelola kelas dengan efektif tanpa mendominasi atau sibuk dengan kegiatannya sendiri agar semua waktu peserta dapat termanfaatkan secara produktif.

h) Guru mampu menyesuaikan aktivitas pembelajaran yang dirancang dengan kondisi kelas.

40

(41)

i) Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, mempraktekkan dan berinteraksi dengan peserta didik lain.

j) Guru mengatur pelaksanaan aktivitas pembelajaran secara sistematis untuk membantu proses belajar peserta didik. Sebagai contoh: guru menambah informasi baru setelah mengevaluasi pemahaman peserta didik terhadap materi sebelumnya.

k) Guru menggunakan alat bantu mengajar, dan/atau audio-visual (termasuk TIK) untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.41

5) Memanfaaatkan tekhnologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.

Indikator yang muncul dalam memanfaaatkan tekhnologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran adalah:

a) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran yang diampu.42

6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik dan mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Indikator yang muncul dalam memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik dan mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya adalah:

a) Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta didik mencapai prestasi secara optimal. b) Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk

mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya.43

7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.

Indikator yang muncul dalam berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik adalah:

41

Ibid., 47

42

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, No. 16 Th. 2007

43

(42)

a) Guru menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman dan menjaga partisipasi peserta didik, termasuk memberikan pertanyaan terbuka yang menuntut peserta didik untuk menjawab dengan ide dan pengetahuan mereka.

b) Guru memberikan perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan dan tanggapan peserta didik, tanpa menginterupsi, kecuali jika diperlukan untuk membantu atau mengklarifikasi pertanyaan/tanggapan tersebut.

c) Guru menanggapi pertanyaan peserta didik secara tepat, benar, dan mutakhir, sesuai tujuan pembelajaran dan isi kurikulum, tanpa mempermalukannya.

d) Guru menyajikan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kerja sama yang baik antarpeserta didik. e) Guru mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap

semua jawaban peserta didik baik yang benar maupun yang dianggap salah untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik.

f) Guru memberikan perhatian terhadap pertanyaan peserta didik.44

8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses hasil belajar. Indikator yang muncul dalam menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses hasil belajar adalah:

a) Guru menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu seperti yang tertulis dalam RPP.

b) Guru melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan jenis penilaian, selain penilaian formal yang dilaksanakan sekolah, dan mengumumkan hasil serta implikasinya kepada peserta didik, tentang tingkat pemahaman terhadap materi pembelajaran yang telah dan akan dipelajari.

c) Guru menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi topik/kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan kelemahan masing-masing peserta didik untuk keperluan remedial dan pengayaan.

44

(43)

d) Guru memanfaatkan masukan dari peserta didik dan merefleksikannya untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya, dan dapat membuktikannya melalui catatan, jurnal pembelajaran, rancangan pembelajaran, materi tambahan, dan sebagainya.

e) Guru memanfatkan hasil penilaian sebagai bahan penyusunan rancangan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.45

9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.

Indikator yang muncul dalam memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran adalah:

a) Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar.

b) Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan.

c) Mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada pemangku kepentingan.

d) Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.46

10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Indikator yang muncul dalam melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran adalah:

a) Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.

b) Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu.

c) Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu.47

45

Ibid., 50

46

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, No. 16 Th. 2007

47

(44)

b. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional telah diamantkan oleh PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional. Secara lebih spesifik menurut Permendiknas No. 16/2007, standar kompetensi di jelaskan dalam lima kompetensi inti. Adalah:48

1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

Indikator yang muncul dalam menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu adalah:

a) Guru melakukan pemetaan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk mata pelajaran yang diampunya, untuk mengidentifikasi materi pembelajaran yang dianggap sulit, melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, dan memperkirakan alokasi waktu yang diperlukan.

b) Guru menyertakan informasi yang tepat dan mutakhir di dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.

c) Guru menyusun materi, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang berisi informasi yang tepat, mutakhir, dan yang membantu peserta didik untuk memahami konsep materi pembelajaran.49

2) Menguasai standar kompetensi, dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu.

Indikator yang muncul dalam menguasai standar kompetensi, dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu adalah:

a) Memahami standar kompetensi mata pelajaran yang diampu.

b) Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.

48

Marselus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru. (Jakarta: Indeks, 2011), h. 43

49

(45)

c) Memahami tujuan pembelajaran yang diampu.50

3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

Indikator yang muncul dalam mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif adalah:

a) Memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

b) Mengolah materi pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.51

4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

Indikator yang muncul dalam mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif adalah:

a) Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus.

b) Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan.

c) Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan.

d) Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.52

5) Memanfaatkan tekhnologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Indikator yang muncul dalam memanfaatkan tekhnologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri adalah:

a) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi.

b) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri.53

50

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, No. 16 Th. 2007

(46)

c. Kompetensi Kepribadian

Tugas seorang guru bukan hanya memberikan ilmu bagi siswanya, tetapi juga menjadi teladan dan contoh moral yang ada di masyarakat. Selain itu menjadi seorang guru haruslah memiliki kepribadian yang jujur, berprilaku baik sehingga menjadi teladan bagi para murid-muridnya.

Menurut Permendiknas No 16/2007, kemampuan dalam standar kompetensi kepribadian mencakup lima kompetesni utama yakni:54

1) Bertindak sesuai norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.

Indikator yang muncul dalam bertindak sesuai norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia adalah:

a) Menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender. b) Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum

dan sosial yang berlaku dalam masyarakat, dan kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.55

2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi pesertaa didik dan masyarakat.

Indikator yang muncul dalam menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi pesertaa didik dan masyarakat adalah:

a) Berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi.

b) Berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia.

c) Berperilaku yang dapat diteladan oleh peserta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya.56

3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan wibawa.

Indikator yang muncul dalam menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan wibawa adalah:

a) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil.

54

Marselus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru. (Jakarta: Indeks, 2011), h. 51

55

Republik Indonesia, op. cit., No. 16 Th. 2007

56

(47)

b) Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.57

4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.

Indikator yang muncul dalam menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri adalah:

a) Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi. b) Bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri. c) Bekerja mandiri secara profesional.58

5) menjungjung tinggi kode etik profesi guru.

Indikator yang muncul dalam menjungjung tinggi kode etik profesi guru adalah:

a) Memahami kode etik profesi guru. b) Menerapkan kode etik profesi guru.

c) Berperilaku sesuai dengan kode etik profesi guru.59

d. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk berkomunikasi dengan baik dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali dari peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Menurut Permendiknas No 16/2007, kemampuan dalam standar kommpetensi sosial mencakup empat kompetensi utama adalah:60

1) Bersikap inklusif dan bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial.

Indikator yang muncul dalam bersikap inklusif dan bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial adalah:

(48)

a) Bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta didik, teman sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran.

b) Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawat, orang tua peserta didik dan lingkungan sekolah karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi.61

2) Berkomunikasi secara effektif, empatik, dan santun degan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

Indikator yang muncul dalam berkomunikasi secara effektif, empatik, dan santun degan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat adalah:

a) Berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah lainnya secara santun, empatik dan efektif.

b) Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan masyarakat secara santun, empatik, dan efektif tentang program pembelajaran dan kemajuan peserta didik.

c) Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik.62

3) Beradaptasi di tempat tugas di seluruh wilayah republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial dan buadaya. Indikator yang muncul dalam beradaptasi di tempat tugas di seluruh Indonesia yang memiliki keragaman sosial dan buadaya adalah:

a) Beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka meningkatkan efektivitas sebagai pendidik.

b) Melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang bersangkutan.63

4) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

61

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, No. 16 Th. 2007

62

Ibid.

63

Gambar

Tabel 4.14 Realibilitas PLPG ..........................................................................
Tabel 2.1
Tabel 2.2 RAMBU-RAMBU STRUKTUR KURIKULUM
Dimensi IPS Dalam Kehidupan ManusiaTabel 2.3 70
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada percobaan untuk mengetahui kondisi opti- mum yang diperlukan bagi proses kristalisasi, di- peroleh hasil bahwa kondisi pH reaktor sangat ber- pengaruh

Sedangkan pada phase kedua, yaitu pada zaman Majapahit, sinkretisme antara kedua agama tersebut menunjukkan tingkat penyatuan yang semakin kuat karena beberapa alasan seperti

Penelitian dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap pembuatan minuman sari buah sirsak sesuai dengan Standart Operasional Procedur (SOP) yang ada di unit usaha ABEC

Sinergi Program Bank Wakaf mikro dengan Qardhul Hasan adalah utang yang dapat diberikan baik dalam bentuk uang atau dalam bentuk barang yang dipinjam, seperti mobil,

 Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena

010.900-13.00000001, berarti penyerahan yang terutang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan PPNnya dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) Penjual yang melakukan

BMG : Badan Meteorologi dan Geofisika BPEN : Badan Pengembangan Ekspor Nasional BPOM : Badan Pengawasan Obat dan Makanan BPPT : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPS :

Berdasarkan hasil yang diperoleh, workbook kontekstual yang berkaitan langsung dengan tema 7 yaitu sumber energi dapat diterapkan pada pembelajaran matematika di kelas