• Tidak ada hasil yang ditemukan

WISATA RELIGI HAUL TUAN GURU BESILAM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "WISATA RELIGI HAUL TUAN GURU BESILAM."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

WISATA RELIGI

HAUL TUAN GURU BESILAM

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperolah Gelar Magister Sains pada

Program Studi Antropologi Sosial

Oleh : SUFRIYANSYAH

NIM. 8136151007

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

iv ABSTRAK

SUFRIYANSYAH. Wisata Religi Haul Tuan Guru Besilam. Prodi Antropologi Sosial. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2016.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memperoleh data, fakta dan gambaran yang utuh mengenai wisata religi haul (hul) Tuan Guru Besilam. Sebagai salah satu destinasi wisata religi, desa Besilam selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan dan pengunjung baik pada hari-hari biasa dan terutama pada saat upacara haul. Para wisatawan haul datang dari berbagai daerah Sumatera Utara dan propinsi lain serta pengunjung dari luar negeri seperti dari Malaysia dan Singapura. Pada saat upacara haul, wisatawan yang hadir bisa mencapai belasan ribu dengan maksud dan tujuan tertentu seperti ingin berziarah ke makam Syekh Abdul Wahab Rokan, meminta doa dan berkah (tabbaruk) kepada Tuan Guru Besilam serta mengunjungi anggota keluarganya.

Adapun metode dalam penelitian ini mengacu kepada metode etnografi Spradley dimana data-data dan fakta yang ditemukan dianalisis dengan pendekatan interpretatif simbolik Clifford Geertz. Pendekatan interpretatif simbolik adalah suatu pendekatan yang berusaha melihat kenyataan dari sudut pandang pelaku, dengan memahami simbol dan makna-makna tertentu yang disematkan orang-orang ke dalam objek, perilaku, dan emosi dan kemudian menginterpretasikannya dalam bahasa yang dapat dipahami publik. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara pengamatan terlibat, wawancara mendalam dan metode-metode visual.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa upacara haul Tuan Guru Besilam adalah bentuk upacara untuk mengenang kembali ketokohan dan menapaktilas perjuangan Syekh Abdul Wahab dalam mengembangkan ajaran agama Islam khususnya dalam pengembangan tarekat Naqsyabandiah. Wisatawan dan pengunjung yang menghadiri upacara haul memiliki motif dan tujuan yang berbeda-beda, seperti adanya keyakinan dengan berziarah dan berdoa di makam Syekh Abdul Wahab, mengambil berkah (tabarruk) kepada mursyid/pemimpin tarekat naqsyabandiyah maka akan dapat meningkatkan spiritualitas, kesembuhan penyakit, menambah rezeki serta terwujudnya berbagai keinginan.

Upacara haul Tuan Guru Besilam selain sebagai salah satu destinasi wisata religi di kabupaten Langkat juga sebagai pusat perkembangan tarekat Naqsyabandiah. Melihat kepada banyaknya motivasi para wisatawan yang hadir pada saat haul untuk penyembuhan penyakit, baik penyakit fisik maupun mental, membuat desa Besilam memiliki potensi sebagai objek wisata kesehatan dan penyembuhan penyakit, dimana salah satu caranya dapat dilakukan melalui media tarekat atau suluk.

(6)

v ABSTRACT

SUFRIYANSYAH. Wisata Religi Haul Tuan Guru Besilam. Prodi Antropologi Sosial. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2016.

This study is a qualitative research that aims to obtain data, facts and a complete description about religious tourism haul (hul) Tuan Guru Besilam. As a religious tourism destination, Besilam village always visited by tourists and visitors, both on weekdays and especially during the haul ceremony. The haul visitors come from different regions of North Sumatra and other provinces and also visitors from abroad such as Malaysia and Singapore. At the time of haul ceremony, visitors can reach tens of thousands of people with a specific purpose such as want a pilgrimage to the tomb of Sheikh Abdul Wahab, asking for prayers and blessings (tabbaruk) to Tuan Guru Besilam and visiting family members.

The method in this study refers to Spradley’s ethnographic method in which data and facts found were analyzed with interpretative symbolic approach Clifford Geertz. Interpretive Symbolic approach is an approach that tries to see reality from the native point of view, to understand the symbols and meanings of certain embedded into the object, behavior and emotions and then interpret it in a public language. Data collection techniques in this study were obtained by means of participant observation, in-depth interviews and visual methods .

This study concluded that the haul Tuan Guru Besilam ceremony is a form of ceremony to commemorate the return personal and struggle of Sheikh Abdul Wahab in developing the teachings of Islam, especially in the development of tarekat Naqsyabandiah. Tourists and visitors who attended the haul had the motive and purpose are different, such as the belief by a pilgrimage and pray at the tomb of Sheikh Abdul Wahab, take a blessing (tabarruk) to mursyid/ leader of tarekat naqshbandiyah it will be able to increase spirituality, healing diseases, adding sustenance as well as the realization of various desires.

The ceremony of Haul Tuan Guru Besilam apart as one of the religious tourism destinations in kabupaten Langkat, also as the development center of the tarekat Naqsyabandiah. Looking at the amount of the motivation from tourists present at the time of haul for the healing of diseases, both physical and mental illness, making the Besilam village has potential as a tourism of health and healing diseases, in which one of the ways to do through the mysticism media or suluk.

(7)

vi KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya. Selawat dan salam semoga tersampaikan kepada Nabi Muhammad Saw. beserta keluarga dan sahabatnya.

Dalam rangka melengkapi tugas dan syarat untuk memperoleh gelar Master Sains (M.Si) pada Program Studi Antropologi Sosial di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, penulis telah menyusun tesis berjudul: “WISATA RELIGI HAUL TUAN GURU BESILAM”.

Selama menjalani proses perkuliahan dan penulisan tesis ini, penulis banyak mendapatkan hambatan dan rintangan. Namun berkat bantuan berbagai pihak hambatan dan kesulitan itu dapat diatasi. Oleh sebab itu, penulis merasa wajib menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ayahanda H. Ahmad. D (Allah yarham) yang sudah 10 tahun meninggalkan keluarga tercinta, semoga Allah selalu merahmati dan memberikan ampunan kepada beliau di “alam sana”.

2. Ibunda Hj. Maisarah yang selalu membantu, mendukung dan menasehati penulis, tidak hanya saat studi, tapi selama perjalanan hidup selalu memberikan yang terbaik. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan, melapangkan rezeki dan memanjangkan umur ibunda.

(8)

vii 4. Pembimbing I Dr. Hidayat, M.Si dan Pembimbing II Dr. Phil. Ichwan Azhari, MS, yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan, kritik, masukan dan diskusi yang mencerahkan sehingga tesis ini akhirnya dapat selesai.

5. Para dosen penguji Dr. Denny Setiawan, Dr. Pujiati, M.Soc, (Alm) Prof. Dr. Nur Ahmad Fadhil Lubis, MA, dan terutama kepada Prof. Usman Pelly, Ph.D yang banyak memberikan ilmu dan inspirasi bagi peneliti.

6. Istriku Masyita Fachri, S.Pd yang senantiasa mendukung dan menemani penulis dalam kondisi susah maupun senang. Tanpa bantuan dan dukungan adinda maka sulit bagi penulis untuk dapat menyelesaikan tesis ini.

7. Seluruh anggota keluarga besar: babah, mamak, kakak, abang, adik dan ipar, penulis ucapkan terima kasih banyak atas bantuan dan dukungannya.

8. Teman-teman sekelas Ansos: Fajri Lailatul Jumat, Achdial Farhan Abus, Jupalman Welly Simbolon, Neila Susanti dan terutama kepada “adik senior” Muhammad Zusanri Batu-Bara dan Elva Yeni Br. Ginting yang telah banyak memberi arahan dan saran dalam proses penyelesaian tesis.

9. Terakhir, kepada buah hati penulis: Faqih Ahmadeansyah, Syahla Sumayya dan Syahira Nahda. Semoga tesis Abah yang kedua ini jadi inspirasi buat ananda semua dalam menimba ilmu dan pendidikan di masa depan.

Penulis meyakini bahwa tesis ini banyak terdapat kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga tesis ini bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Amin

Medan, 11 April 2016 Penulis,

(9)

x

2.5. Wisata Religi Dalam Pendekatan Interpretatif Simbolik ... 41

(10)

xi

3.6. Lokasi Penelitian ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

4.1. Hasil Penelitian ... 61

4.1.1. Deskripsi Wilayah Penelitian ... 61

1). Gambaran desa Besilam ... 61

2). Syekh Abdul Wahab Rokan pendiri desa Besilam ... 66

3). Hubungan Syekh Abdul Wahab dengan Sultan Langkat.. .... 82

4). Istilah Tuan Guru Besilam ... 86

5). Karomah Syekh Abdul Wahab Rokan ... 91

4.1.2. Latar belakang dan bentuk upacara haul.. ... 96

1). Latar belakang upacara haul ... 96

2). Bentuk upacara haul ... 99

4.1.3. Latar sosial budaya dan aktivitas wisatawan haul ... 115

1). Latar sosial budaya wisatawan ... 115

2). Aktivitas-aktivitas wisatawan ... 123

4.1.4. Faktor-faktor pendorong dan daya tarik wisatawan mendatangi haul Tuan Guru Besilam ... 135

1). Faktor pendorong ... 136

2). Faktor daya tarik ... 143

4.1.5. Makna wisata religi Besilam bagi wisatawan dan masyarakat .... 147

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 156

5.1. Kesimpulan ... 156

5.2. Saran ... 160

DAFTAR PUSTAKA ... 162

(11)

viii

DAFTAR TABEL

No. Judul Tabel Hal.

1. Tabel Asal Daerah Wisatawan Haul Tahun 2015 114

(12)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Gambar Hal.

1. Gapura Desa Besilam 62

2. Foto Syekh Abdul Wahab Rokan Al-Khalidi Naqsyabandi 68

3. Bangunan Makam Syekh Abdul Wahab Rokan 94

4. Makam Syekh Abdul Wahab Rokan (Tampak dari dalam) 95

5. Tempat menginap wisatawan haul di bawah madrasah besar 104

6. Suasana malam hari di kawasan pasar Haul 106

7. Para jemaah sedang mengikuti acara ratib 111

8. Pengunjung haul sedang melaksanakan ziarah 125

9. Penjaga makam sedang melayani peziarah 127

10. Bangunan tempat bersuluk laki-laki yang masih dalam perehaban 132

11. Ruangan tempat bersuluk laki-laki (tampak dari dalam) 133

(13)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Wisata religi bukan merupakan hal baru dalam dunia pariwisata. Pada

awalnya kegiatan wisata dimulai dari pergerakan manusia yang melakukan ziarah

dan perjalanan agama. Dahulu faktor agama dan kepercayaan yang mendominasi

orang untuk melakukan perjalanan jauh selama berhari-hari dan bahkan

berbulan-bulan meninggalkan kampungnya, untuk mengikuti upacara Olympus, ziarah ke

Roma, Yerusalem, dan ke tanah suci Mekah.

Sebagai fenomena modern, tonggak-tonggak bersejarah dalam pariwisata

dapat ditelusuri dari perjalanan Marcopolo yang menjelajahi Eropa, sampai ke

Tiongkok, untuk kemudian kembali ke Venesia. Kemudian kemudian disusul oleh

Pangeran Henry, Cristopher Colombus, dan Vasco da Gama pada akhir abad 15.

Namun sebagai kegiatan ekonomi, pariwisata baru berkembang pada awal abad

19, dan sebagai industri internasional pariwisata dimulai tahun 1869 (Pitana &

Gayatri, 2005:40). Fenomena sekarang ini menunjukkan semakin banyak manusia

berkeinginan untuk melaksanakan perjalanan dari tempat tinggalnya ke daerah

lain. Perasaan ingin tahu tentang adat istiadat dan kebiasaan orang lain merupakan

dorongan kuat orang melakukan perjalanan jauh (Spilane, 2000:16).

Kedekatan antara pariwisata dengan ziarah ke tempat-tempat suci agama

(pilgrimage) sebagaimana dikemukakan Eric Cohen (1984) bahwa pariwisata

merupakan suatu bentuk variasi modern dari sebuah ziarah tradisional(Tourism as

a modern variety of a traditional pilgrimage). Graburn (1989) memandang

(14)

2

pariwisata identik dengan kegiatan ziarah. Bahkan, MacCannell (1989) lebih

mempetegas bahwa “atraksi wisata yang dinikmati wisatawan adalah

simbol-simbol keagamaan pada masyarakat primitif (Pitana & Gayatri, 2005:4).

Era postmodern yang sangat terkait dengan globalisasi telah membawa

dampak terhadap pergeseran kehidupan masyarakat, terutama tampak pada

meningkatnya kompleksitas dan gaya hidup, perubahan pola tindakan, hedonisme

dan materialisme. Hal ini tidak terlepas dari semakin ketatnya persaingan pada

berbagai bidang sehingga membuat spiritualitas manusia semakin kering. Gejala

seperti ini disebut oleh pemikir ilmu sosial, psikologi dan agama sebagai bentuk

“keterasingan” (alienation). Keterasingan, perasaaan tidak berdaya, tidak

bermakna dan terpencil muncul dalam diri manusia modern ketika ia menyaksikan

dirinya seperti terpenjara dalam dunia buatannya sendiri. Seorang ahli psikologi,

Erich Fromm, menjelaskan bahwa manusia modern telah membangun dunianya

sendiri sebagai sebuah mesin yang menakjubkan dan kemudian mesin itu

menguasainya. Dengan demikian manusia tidak lagi merasakan dirinya sebagai

pembawa aktif dari kekuatan dan kekayaannya, serta menjadi sebuah robot dan

komoditi yang harus dilemparkan ke pasar. Sementara itu, Kuntowijoyo (1999:82)

secara tegas menyatakan bahwa dunia modern telah membuat manusia kehilangan

rasa kemuliaannya, yang bahkan manusia primitif pun memilikinya.

Dalam situasi “keterasingan” tersebut, manusia perlu melepaskan diri

sejenak dari aktifitas dan rutinitas kehidupannya. Salah satu bentuk pelepasan diri

tersebut adalah dengan melakukan aktivitas wisata dan melakukan kegiatan yang

berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan spiritual. Mereka berusaha mencari

(15)

3

dengan ungkapan MacCannell (1976) bahwa wisatawan selalu ingin mencari

sesuatu yang “otentik” karena mereka terasing dari kebudayaan mereka sendiri

yang dangkal (Causey, 2006:49,60). Salah satu aktivitas yang dapat menjawab

kebutuhan manusia modern saat ini yaitu dengan aktivitas wisata religi. Selain

karena motivasi keagamaan dan pemenuhan spiritualitas, wisata religi ini banyak

dihubungkan dengan keingingan wisatawan untuk memperoleh restu, kekuatan

batin, keteguhan iman, dan tidak jarang untuk memperoleh berkah dan kekayaan

yang melimpah.

Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi wisata religi yang

besar. Hal ini disebabkan Indonesia dikenal sebagai negara multi agama dan

kepercayaan. Banyak bangunan atau tempat bersejarah yang memiliki arti khusus

bagi umat beragama. Selain itu, besarnya jumlah umat beragama di Indonesia

merupakan sebuah potensi bagi perkembangan wisata religi. Salah satu faktor

penyebab berkembangnya wisata religi khususnya wisata ziarah adalah

penghormatan yang tinggi terhadap leluhur dan tokoh-tokoh besar. Sikap hormat

terhadap leluhur dan tokoh-tokoh yang telah berjasa di suatu masyarakat, dalam

perkembangan selanjutnya melahirkan rasa hormat terhadap keberadaan

makam/kuburan mereka. Di balik tradisi ziarah, muncul nuansa spiritual yang

tetap menghubungkan antara peziarah dengan tokoh yang diziarahi. Oleh karena

banyaknya pengunjung yang datang untuk berziarah, lambat-laun makam tersebut

menjadi suatu daerah tujuan wisata. Berdasarkan fenomena tersebut, mengunjungi

atau ziarah makam merupakan salah satu tujuan dari wisata religi.

Salah satu tujuan wisata religi yang banyak dikunjungi masyarakat di

(16)

4

obyek wisata religius yang berada di kecamatan Padang Tualang, kabupaten

Langkat, Sumatera Utara. Lokasi ini sekitar 66 km dari kota Medan atau 6 km dari

kota Tanjung Pura. Desa ini dibangun oleh Syekh Abdul Wahab Rokan atau

dikenal dengan nama Tuan Guru Besilam pertama (selanjutnya dalam penelitian

ini disingkat dengan TGBP). Ia seorang ulama dan pembawa ajaran tarekat

Naqsyabandiah di wilayah Langkat dan Sumatera Utara. Sebelum terkenal dengan

nama Besilam, dahulu desa ini bernama desa/kampung “Babussalam” yang

artinya pintu keselamatan (Said, 1976:54).

Desa Besilam hampir setiap hari dikunjungi oleh berbagai warga yang

berasal dari wilayah Langkat dan Sumatera Utara serta dari propinsi luar seperti

Aceh, Riau, Sumatera Barat dan Sumatera Selatan. Para pengunjung yang datang

ke Besilam cukup banyak terutama pada saat haul atau hul, yaitu upacara

memperingati tanggal kematian/wafat Syekh Abdul Wahab Rokan/TGBP.

Peringatan tersebut dilaksanakan setiap tahun berdasarkan perhitungan kalender

Islam (hijriah) yaitu setiap tanggal 21 Jumadil Awal. Jumlah wisatawan dan

pengunjung yang hadir pada setiap peringatan haul Tuan guru Besilam rata-rata

berjumlah belasan ribu sampai puluhan ribu orang. Pada saat haul Tuan Guru

Besilam ke-90 tahun 2014, tercatat 18.000 wisatawan dan pengunjung datang dari

berbagai daerah dan mancanegara mengikuti kegiatan tersebut

(www.republika.co.id).

Pada umumnya para wisatawan dan pengunjung datang untuk mengikuti

upacara haul, berziarah ke makam Syekh Abdul Wahab dan bersilaturahmi di

antara sesama anggota tarekat. Pada hari-hari biasa, desa Besilam tidak pernah

(17)

5

sampai kepada meminta doa dan berkah Tuan Guru (mursyid) Besilam atau

ahli-ahli tarekat (khalifah) yang berkaitan dengan masalah-masalah kehidupan;

kesehatan, ekonomi, karir, sampai kepada urusan politik seperti pileg, pilkada dan

pilpres. Sebagai salah satu pusat pengembangan tarekat naqsyabandiyah, para

wisatawan tarekat sering datang ke Besilam untuk melakukan suluk (salah satu

amalan dalam tarekat). Mereka tinggal selama beberapa hari di Besilam,

tergantung kondisi dan niat dari salik itu sendiri. Ada yang melakukan suluk

selama 10 hari, 20 hari, dan paling lama 40 hari (Said, 2005:79). Dalam kegiatan

suluk, ada berbagai ritual dan pantangan yang harus dilakukan dan dijaga agar

kesempurnaan ibadah dapat dicapai.

Oleh sebab itu, setiap tradisi dan ritual tentunya memiliki makna, nilai dan

unsur-unsur indigenous yang terkandung di dalamnya, termasuk juga upacara

haul/hul merupakan tradisi yang telah lama berkembang di desa Besilam.

Keberadaan desa Besilam dengan berbagai fenomena budaya dan sistem sosialnya

cukup menarik untuk diteliti. Ketertarikan peneliti terutama tertuju pada kuatnya

pengaruh dan kharisma Syekh Abdul Wahab sehingga pada saat peringatan hari

wafatnya (haul), puluhan ribu orang datang untuk mengikuti acara tersebut.

Selanjutnya, bagaimana prosesi upacara haul tersebut dan aktivitas apa saja yang

dilakukan wisatawan dan pengunjung selama di Besilam juga menjadi bagian

yang ingin diteliti dalam penelitian ini. Atas dasar latar belakang masalah yang

telah diuraikan di atas, maka peneliti menetapkan fokus penelitian pada tesis ini

(18)

6

1.2. Rumusan Masalah

Seperti yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, maka

selanjutnya dirumuskan pokok-pokok masalah yang akan dicari jawabannya.

Adapun rumusan-rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana latar belakang dan bentuk upacara haul Tuan Guru Besilam?

2. Bagaimana latar belakang sosial budaya dan aktivitas wisatawan haul?

3. Faktor-faktor apa saja yang mendorong dan menjadi daya tarik wisatawan/

pengunjung datang ke Besilam?

4. Bagaimana makna wisata religi Besilam bagi wisatawan/pengunjung dan

masyarakat?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara teknis berkaitan dengan masalah-masalah

yang telah dirumuskan sebelumnya. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui latar belakang dan bentuk upacara haul Tuan Guru

Besilam.

2. Untuk menganalisis latar belakang sosial budaya dan aktivitas wisatawan

haul.

3. Untuk menganalisis faktor-faktor pendorong dan daya tarik wisatawan

mengunjungi haul Besilam.

4. Untuk menganalisis makna wisata religi Besilam bagi wisatawan atau

(19)

7

1.4. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan

sebagai berikut:

1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menemukan data-data, fakta

dan makna yang bersumber dari lapangan berkaitan dengan upacara

peringatan haul Tuan Guru Besilam.

2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan

rekomendasi kepada pihak-pihak yang ingin mengembangkan wisata religi

Desa Besilam.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan

dalam memperkaya kajian-kajian ilmu yang telah ada sebelumnya

(20)

156

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan

pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Latar belakang upacara haul/hul merupakan inisiatif anak keturunan

(zuriat) Syekh Abdul Wahab untuk mengenang kembali ketokohan dan

menapaktilasi perjuangan Syekh Abdul Wahab dalam mengembangkan

ajaran agama Islam khususnya dalam ajaran tarekat Naqsyabandiah.

Adapun bentuk upacara haul Tuan dilaksanakan selama tiga hari tiga

malam berturut-turut. Rangkaian kegiatannya diawali dengan ritual

pembacaan wirid dan zikir yang disebut ratib yang dilaksanakan selama

tiga malam berturut-turut yaitu sejak malam ke 19, 20 dan 21 jumadil

awal. Sementara itu pada siang hari pada tanggal 19 jumadil awal

dilaksanakan acara pembukaan haul secara resmi, pada hari kedua

dilaksanakan pagelaran seni membaca Al-Qur’an (Haflah Al-Qur’an) dari

pagi sampai sore hari dan pada hari terakhir tanggal 21 jumadil awal (biasa

disebut puncak peringatan haul) awal diadakan acara penutupan haul yang

dihadiri oleh pejabat pemerintahan dan tokoh-tokoh masyarakat Sumatera

Utara dan Kabupaten Langkat.

2. Wisatawan dan pengunjung haul memiliki latar belakang sosial dan

budaya yang berbeda-beda dengan profesi seperti petani, pedagang,

wiraswasta, pegawai negeri, ibu rumah tangga sampai tidak memiliki

(21)

157

pekerjaan tetap dan pengangguran. Mereka datang dari berbagai daerah di

Sumatera Utara. Selain itu, tidak sedikit pengunjung yang berasal dari luar

propinsi dan negara lain seperti dari Aceh, Riau, Sumatera Barat, Malaysia

dan Thailand. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan selama haul yaitu

berziarah ke makam Tuan Guru Syekh Abdul Wahab, bertemu Tuan Guru

Besilam, mengunjungi keluarga dan kerabat, mengerjakan suluk dan zikir

(ratib).

3. Faktor-faktor yang mendorong wisatawan dan pengunjung datang ke

Besilam yaitu adanya keyakinan dengan menghadiri perayaan haul; ziarah

dan berdoa di makam Syekh Abdul Wahab, mengambil berkah (tabarruk)

dan meminta doa kepada Tuan Guru Besilam akan dapat mengatasi

masalah dan keinginan pengunjung, seperti perbaikan dan peningkatan

spiritual, kesembuhan penyakit yang sedang diderita, menambah rezeki

dan kesejahteraan serta terkabulnya berbagai doa. Selain itu, terdapat

motivasi peningkatan spiritualitas dengan mengikuti ritual tarekat (suluk)

serta motivasi non-religius seperti refresing, wisata belanja dan berdagang.

Sedangkan faktor yang menjadi daya tarik kedatangan wisatawan adalah

nama besar dan karomah Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan serta

terkabulnya berbagai doa dan keinginan setelah mengikuti upacara haul

Tuan Guru Besilam.

4. Wisata religi haul Tuan Guru Besilam memiliki makna dan fungsi yang

berbeda baik bagi wisatawan dan pengunjung, keturunan Syekh Abdul

Wahab maupun bagi masyarakat setempat. Bagi wisatawan dan

(22)

158

untuk meneladani sosok Syekh Abdul Wahab sebagai figur yang berperan

besar dalam pengembangan agama Islam khususnya dalam bidang tarekat.

Selain itu, wisatawan dan pengunjung memandang Syekh Abdul Wahab

sebagai sosok yang memiliki spiritualitas tinggi sehingga memunculkan

dimensi mistik yang disebut karomah/keramat atau berkah dimana

karomah dan berkah itu masih tetap ada walaupun Syekh Abdul Wahab

sudah meninggal dan menyebar pada makamnya maupun desa Besilam.

Peninggalan karomah/berkah Syekh Abdul Wahab inilah yang ingin

diambil dan dicari oleh wisatawan dan pengunjung yang menghadiri haul

setiap tahunnya untuk dibawa pulang ke daerah masing-masing. Makna

dan fungsi haul bagi keturunan Syekh Abdul Wahab adalah untuk

meneruskan perjuangan, ajaran dan tradisi yang telah diajarkan tarekat

naqsyabandiyah Besilam sekaligus mengukuhkan nama besar Syekh

Abdul Wahab. Namun pada dimensi non-religius, wisata religi haul

membawa keuntungan ekonomi yang cukup besar bagi keturunan Syekh

Abdul Wahab Rokan khususnya bagi keturunan yang menjadi penerus

jabatan Tuan Guru atau mursyid tarekat naqsyabandiyah Besilam.

Sedangkan bagi masyarakat setempat wisata religi Besilam memberikan

kebanggaan tersendiri khususnya bagi masyarakat Besilam. Melalui

peringatan haul Tuan Guru Besilam, nama desa Besilam menjadi harum

sebagai kampung religius.

5. Kesimpulan teoritis dari hasil penelitian bahwa wisata religi haul Tuan

Guru Besilam dilihat dari perspektif interpretatif simbolik merupakan

(23)

159

religi, sosial-budaya dan ekonomi. Dimensi religi haul ditunjukkan dalam

ritual zikir-zikir, pembacaan ayat suci Al-Qur’an, ziarah kubur dan

berbagai bentuk kegiatan tarekat. Pada dimensi sosial-budaya haul

berfungsi memperkuat solidaritas, jalinan kekerabatan dan kohesi sosial

anggota tarekat, simpatisan dan seluruh keturunan keluarga besar Syekh

Abdul Wahab yang tersebar di berbagai daerah. Haul Tuan Guru Besilam

adalah momen berkumpulnya keluarga besar Syekh Abdul Wahab dan

seluruh murid-murid serta pengikut tarekat Naqsyabandiah. Pada dimensi

budaya, terdapat proses enkulturasi ajaran tarekat dalam rangkaian acara

perayaan haul sehingga menjadi daya-tarik bagi pengunjung untuk masuk

ke dalam tarekat Naqsyabandiyah. Selanjutnya, dimensi ekonomi sangat

mempengaruhi eksistensi haul Tuan Guru Besilam setiap tahunnya.

Kedatangan ribuah jemaah, wisatawan dan pengunjung pada saat haul

menjadi komoditas ekonomi yang cukup besar bagi keluarga penerus Tuan

Guru atau mursyid tarekat Naqsyabandiah. Pada 3 hari pelaksanaan haul

ribuan jemaah antri untuk berjumpa dengan Tuan Guru minta didoakan

atas berbagai permasalahan dan mereka selalu memberikan sedekah

kepada Tuan Guru. Keluarga mursyid tidak sendirian dalam menikmati

keuntungan itu, karena keturunan-keturunan Syekh Abdul Wahab yang

lain dan bahkan hampir seluruh warga desa Besilam ikut mendapatkan

limpahan rezeki dari kedatangan wisatawan; sedekah-sedekah yang

diberikan kepada para khalifah penjaga dan pengurus makam Syekh Abdul

Wahab, lahan-lahan parkir yang disewa, home-stay-home-stay musiman,

(24)

160

menampakkan nikmat yang sangat nyata berupa kebahagiaan dan

mengalirnya pundi-pundi uang.

5.2. Saran

Sesuai dengan uraian kesimpulan, maka dikemukakan beberapa saran antara

lain:

1. Melalui momentum upacara peringatan haul, wisatawan dan pengunjung

hendaknya dapat meneladani dan menggali lebih dalam sisi-sisi historis

Syekh Abdul Wahab Rokan tidak hanya dalam bidang agama, tapi juga

perjuangannya dalam bidang ekonomi, sosial dan perjuangannya dalam

melawan penjajahan Belanda. Penggalian dimensi historis Syekh Abdul

Wahab secara mendalam akan dapat mengurangi kepercayaan terhadap

mitos-mitos yang terkait dengan Syekh Abdul Wahab.

2. Agar panitia besar haul dapat bekerja lebih maksimal mengingat

permasalahan-permasalahan selalu muncul dalam setiap pelaksanaan

haul seperti hilangnya uang dan barang pengunjung, pengadaan

penginapan yang layak bagi wisatawan, memperbanyak jumlah MCK,

penertiban calo home-stay (rumah/kamar penginapan), kutipan-kutipan

dan parkir liar, penambahan pusat informasi, kesehatan dan sarana air

bersih.

3. Kepada pihak keluarga Tuan Guru Besilam agar dapat mengembangkan

upacara peringatan haul secara lebih bermakna dan berkualitas dimana

pada waktu siang hari masih banyak waktu kosong tanpa ada kegiatan

(25)

161

bekerjasama dengan berbagai pihak khususnya pemerintah desa sampai

tingkat daerah dalam pengelolaan haul Tuan Guru Besilam yang lebih

terbuka dan professional.

4. Melihat banyaknya wisatawan yang datang ke Besilam disebabkan ingin

memperoleh kesembuhan penyakit, maka wisata religi Besilam selain

memiliki potensi wisata religi juga memiliki potensi wisata kesehatan

dan penyembuhan penyakit. Dengan demikian, Tuan Guru Besilam dan

pihak-pihak terkait perlu untuk mengembangkan dan menjadikan desa

Besilam sebagai salah satu alternatif destinasi wisata kesehatan yang

salah satunya dapat dilakukan melalui media tarekat atau suluk.

5. Kepada akademisi dan peneliti agar dapat memberikan saran dan

masukan konstruktif bagi kesempurnaan penelitian ini dan bagi peneliti

yang memiliki ketertarikan dengan topik yang sama agar dapat

menjadikan penelitian ini sebagai modal awal bagi penelitian yang lebih

(26)

162

DAFTAR PUSTAKA

Aceh, Abubakar. Pengantar Sejarah Sufi & Tasawuf. Cet. 7, Solo: Ramadhani

Bruinessen, Martin Van. 1996. Tarekat Naqsabandiyah Di Indonesia, cet. 4, Mizan: Bandung.

Bruinessen, Martin Van. & Salvatore, Armando. Sufism, „Popular‟ Islam and the Encounter with Modernity. dalam Islam and Modernity, Key Issues and Debates. Muhammad Khalid Masud (ed.). Edinburgh University Press Ltd 22 George Square, Edinburgh, 2009

Bungin, Burhan. (ed.) 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Burn, Peter M. 1999. An Introduction to Tourism and Anthropology. London: Routledge 11 New Fetter Lane.

Causey, Andrew. 2006. Danau Toba: Pertemuan Wisatawan dengan Batak Toba

di Pasar Suvenir. Medan: Bina Media Perintis.

Chambert-Loir, Henri. & Guillot, Claude. Ziarah dan Wali Dunia Islam. 2007. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.

Ermayanti. 2004. Antropologi Pariwisata. Jurnal Antropologi, 7 (7)

Endraswara, Suwardi. 2006. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Fadeli, Soeleiman. 2007. Antologi NU: Sejarah-Istilah-Amaliyah-Uswah.

Surabaya: Khalista

Featherstone, Mike. 2001. Postmodernisme dan Budaya Konsumen (penerjemah:

Misbah Zulfa Elizabeth). Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar.

Geertz, Clifford. 2013. Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyayi Dalam

Kebudayaan Jawa. Jakarta: Komunitas Bambu.

Geertz, Clifford. 1982. Islam Yang Saya Amati; Perkembangan di Maroko dan Indonesia. Yayasan Imu Ilmu Sosial.

Geertz, Clifford. 1992. Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation of Cultures. New York: Basic Book, Inc.

Ghazali, Adeng Muchtar. 2011. Antropologi Agama. Bandung: Alfabeta.

(27)

163

Hadi, Y. Sumandiyo. 2006. Seni dalam Ritual Agama. Yogyakarta: Buku Pustaka.

Husin, Djohar Arifin. Sejarah Kesultanan Langkat. Medan: Tp, 2103.

Johnson, Doyle Paul. 1994. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Edisi ketiga, Cet. ke-3, Jakarta: Balai Pustaka.

Karyono, A. Hari. 1997. Kepariwisataan. Jakarta: Gramedia

Keller, Carl A. dalam Katz, Steven T. (ed.), 1978. Mysticism and Philosophical Analysis, New York, Oxford University Press, 1978

Koentjaraningrat & Emmerson, Donald K. 1982. Aspek Manusia Dalam

Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Koentjaraningrat, 1987. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, Cet. 13, Jakarta: Gramedia.

Kuntowijoyo, Budaya & Masyarakat, Cet. 2, Yogyakarta: Tiara Wacana

Lauer, Robert H. 1993. Perspekif Tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Liliweri, Alo. 2005. Prasangka dan Konflik: Komunikasi Lintas Budaya

Masyarakat Multikultural. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta.

Mufid, Ahmad Syafi’i. 2006. Tangklukan, Abangan dan Tarekat: Kebangkitan Agama di Jawa. Jakarta: Yayasan Obor.

Munawwir Abdul Fattah, Tradisi Orang-Orang NU, Yogyakarta: Pustaka

Pesantren, 2006

Muzakir, Akademika, Vol. 20, No. 01 Januari – Juni 2015

Nasution, Harun. 1995. Falsafat & Mistisisme Dalam Islam, cet. 9, Jakarta: Bulan Bintang

Nasution, Harun. 1985. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya. Cet. Ke 5, Jakarta: UI Press.

Nasution, Wiwin Syahputra. 2012. Munajat Dalam Tarekat Naqsyabandiah

(28)

164

Nurdiyansah, 2014. Peluang dan Tantangan Pariwisata Indonesia. Bandung: Alfabeta

O’Dea, Thomas F. 1995. Sosiologi Agama: Suatu Pengenalan Awal. Terjemahan : Yasogama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Pendit, Nyoman S. 1986. Ilmu Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramita.

Picard, Michel. 2006. Bali: Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata. Terjemahan oleh Jean Couteau dan Warih Wisatsana. 2006. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia

Piliang, Yasraf Amir. 2004. Dunia Yang Dilipat Tamasya Melampaui Batas-batas Kebudayaan. Bandung : Jalasutra.

Pitana, IG dan Gayatri, PG. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi Offest.

PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. 2003. Ensiklopedia Islam, Cet. ke-11, Jilid dua. Jakarta.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan – Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. 2006. “Penelitian Pengembangan Wisata Religi”. Laporan Akhir. Jakarta.

Rasjidi, H.M. 1967. Islam dan Kebatinan. Jakarta: Bulan Bintang

Rero, Laurensius Sandro. 2011. Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Spiritual Di Kota Larantuka Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tesis Universitas Udayana, Denpasar.

Ritzer, George. 2010. Sosiologi ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Said, Ahmad Fuad. 2005. Hakikat Tarikat Naqsabandiah, Pustaka Al Husna Baru, Jakarta

Said, Ahmad Fuad. 1976. Syeikh Abdul Wahab Rokan, Tuan Guru Babussalam,

Pustaka Babussalam, Cetakan III, Medan

Saifuddin, Achmad Fedyani. 2005. Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma, Jakarta: Kencana.

Sari, Dyah Ivana. 2010. Objek Wisata Religi Makam Sunan Muria. Skripsi, Universitas Sebelas Maret Surakarta

(29)

165

Sedarmayanti, 2014. Membangun dan Mengembangkan Kebudayaan dan Industri

Pariwisata. Bandung: Refika Aditama.

Spillane, James J. 1994. Pariwisata Indonesia: Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius dan Lembaga Studi Realino.

Spradley, James P. 2006. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wicara.

Swenson, Donald S. 1999. Society, Spirituality, and The Sacred: A Social Scientific Introduction Canada: Broadview Press.

Supariadi. 2008. “Pengembangan Wisata Budaya Berbasis Wisata Ziarah di Kabupaten Klaten”.Cakra Wisata vol. 9 jilid 2. Surakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pariwisata LPPM UNS.

Wahab, Salah. 1976. Pemasaran Pariwisata. Terjemahan oleh Frans Gromang. 1992. Jakarta: Pradnya Paramita.

Wijayasa, I Wayan., dkk. Pengembangan Paket Wisata Bahari dan Budaya di Kawasan Timur Pulau Bali sebagai Produk Inovatif Usaha Perjalanan Wisata. Dalam Analisis Pariwisata, Vol. 8, No. 2, 2008. Fakultas Pariwisata Universitas Udayana, Denpasar.

Yoeti, A Oka. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa

Sumber Referensi Internet

http://id.wikipedia.org/wiki/Tasawuf, diakses pada tanggal 12 Desember 2014

http://langkatkab.bps.go.id, diakses pada 05 Januari 2016

www.republika.co.id, diakses pada tanggal 15 Desember 2015

Gambar

Tabel Asal Daerah Wisatawan Haul Tahun 2015

Referensi

Dokumen terkait

disclosure yang peneliti sebarkan telah mengalami uji coba (try out) dan telah disebarkan ulang dengan memperbaiki kata-kata maupun kalimat pada aitem tidak baik,

Dari rangkaian pengujian driver motor DC pada mikrokontroler tegangan 4 volt dan tegangan untuk Relay sebesar 11,9 volt , dan sebagai listing program sederhana

Perbedaan pengaruh metode inokulasi BDB terhadap kemampuan antagonis bakteri endofit terjadi karena metode inokulasi BDB pada tanaman pisang mempengaruhi fase patogenesis

observasi dan wawancara juga menyebutkan bahwa santri senang belajar menggunakan metode Wafa karena para santri diajar menggunakan media pembelajaran Al-Qur’an yang

Data hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa untuk jenis kemampuan pemahaman konsep matematik siswa terdapat perbedaan antara kelas eksperimen yang

Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Denpasar yang bertujuan untuk menguji pengaruh gaya kepemimpinan transformasional, komunikasi,

Dengan observasi ini semakin menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SD Islam Az-Zahrah sebagai tempat penelitian yang berkaitan dengan kinerja

Kedua, berdasarkan lama pemakaian dapat diketahui bahwa responden yang mengalami amenorhea sekunder lebih banyak terjadi pada responden yang menggunakan KB suntik