• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PROFIL DESA BESILAM DAN BIOGRAFI TUAN GURU BABUSSALAM. kecamatan Padang Tualang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PROFIL DESA BESILAM DAN BIOGRAFI TUAN GURU BABUSSALAM. kecamatan Padang Tualang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PROFIL DESA BESILAM DAN BIOGRAFI TUAN GURU BABUSSALAM 2.1 Profil Desa Besilam

Kampung Islam Besilam atau juga dikenal Babussalam, terletak di kecamatan Padang Tualang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Letak kampung Besilam ini berjarak sekitar 75 kilometer dari kota Medan, ibukota propinsi Sumatera Utara. Sejarah berdirinya kampung Besilam ini sangat erat dengan keberadaan Kesultanan Langkat, di mana sang pendiri kampung Besilam ini adalah guru atau ulama agama Islam bagi kerabat kesultanan dan juga masyarakat Langkat pada waktu itu.

Kampung Basilam atau Babussalam ini didirkan oleh Syekh Abdul Wahab Rokan pada 1811-1926, seorang penganut Tarekat Naqsabandiyah yang telah memperdalam ilmu agama di tanah jarizah Arab. Sekembalinya ke tanah kelahiran Indonesia, Syehk Abdul Wahab Rokan mengajarkan ilmu Tarekat Naqsabandiyah kepada para murid dan pengikutnya. Pada saat itu Sultan Musa, sultan pertama Langkat, yang menurut kabarnya bersepupu dengan Syekh Abdul Wahab Rokan, dan memberikan beliau sebidang tanah untuk Syekh Abdul Wahab Rokan agar mendirikan sebuah perkampungan Islam, mengingat kesultanan Langkat yang beretnis Melayu memeluk agama Islam begitupun juga masyarakat Melayu pada umumnya. Karena banyak masyarakat yang menganut dan mengamalkan ajaran Syekh Abdul Wahab Rokan, maka saat itu Syekh Abdul Wahab Rokan pun dijuluki gelar oleh para pengikutnya dengan sebutan Tuan Guru Babussalam yang berarti guru keselamatan, maka kampung yang ditempati oleh Tuan Guru Babussalam dinamai dengan Babussalam atau Besilam.

(2)

Setelah wafatnya sang Tuan Guru Babussalam Syekh Abdul Wahab Rokan pada hari Jumat 27 Desember 1926, ajaran Tarikat Naqsabandiyah yang diajarkannya kepada para murid dan pengikutnya masih terus diamalkan oleh para murid yang menggantikan peran Syekh Abdul Wahab Rokan sebagai penyiar Islam di tanah Langkat. Maka setelah wafatnya Syekh Abdul Wahab Rokan, kampung Besilam memiliki Tuan Guru Babussalam atau Tuan Guru Besilam lainnya yang terus mengajarkan ajaran Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan dan mendirikan syiar Islam. Begitupun setelah Tuan Guru lainnya wafat, maka akan ditunjuk Tuan Guru lainnya sebagai pemimpin umat.

Keadaan kampung Besilam sangat tenang, berada jauh dari pusat keramaian, dan hanya dikelilingi oleh perkebunan karet dan sawit, membuat kampung ini sangat baik untuk melakukan tarekat dan mendekatkan diri kepada Allah. Sebuah pesantren pun berdiri kokoh di tengah kampung, selain itu terdapat dua buah masjid, satu masjid yang menjadi makam bagi Syekh Abdul Wahab Rokan dan satunya merupakan masjid yang digunakan oleh santri dan warga kampung untuk beribadah. Sementara masyarakat yang tinggal di wilayah Babussalam pun sehari-harinya sangat menjunjung tinggi agama dan norma Setiap tahunnya ada sebuah hajatan besar yang bernama HUL atau Hari Ulang Tahun untuk mengenang Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan.

Pada peringatan HUL ini para jemaah yang berasal di sekitar pesisir pantai timur Sumatera (propinsi Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi), bahkan para jemaah yang datang dari luar negeri juga banyak seperti dari Malaysia, Singapura, Brunei, sampai beberapa negara Asia, berdatangan ke kampung Besilam untuk turut bertarekat. Selain pada HUL tersebut setiap harinya kampung Besilam ini

(3)

selalu ramai dikunjungi oleh para pejiarah dan jemaah yang datang untuk bertemu dengan Tuan Guru Babussalam. Tidak hanya masyarakat biasa saja yang ramai berjiarah dan mendalami agama ke kampung Besilam ini, bahkan para pejabat dan tokoh masyarakat yang ingin mendapatkan keinginannya dalam hal tertentu seperti posisi publik, datang menemui Tuan Guru Babussalam untuk meminta

restu dan doa.31

2.2 SEJARAH BABUSSALAM

Secara etimologis, "besilam" berarti pintu kesejahteraan.Kampung ini pertama sekali dibangun oleh Almarhum Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tuan Guru Babussalam. Ia adalah seorang Ulama dan pemimpin Tarekat Naqsabandiyah. Di desa ini terdapat makam Syekh Abdul Wahab Rokan yang dikenal juga dengan Syekh Besilam yang merupakan murid dari Syekh Sulaiman Zuhdi di Jabal Qubais Mekkah.

Tampak sekilas, desa Besilam mirip dengan sebuah pesantren yang terpencil, teduh, asri dan damai.terlihat ada Mesjid utama dan sebuah bangunan berkubah lengkung disebelah masjid, sebuah bagunan utama dari kayu hitam yang besar dengan gaya rumah panggung serta beberapa bangunan tambahan lainnya. Selain terdapat makam dia, dikampung ini juga merupakan pusat penyebaran Tharikat Naqsybandiah Babussalam yang sekarang dipimpin oleh tuan Guru Syekh H. Abdul Hasyim Al Syarwani.atau lebih dikenal Tuan Guru Hasyim.

Nama lengkap Syeikh Abdul Wahhab bin `Abdul Manaf bin Muhammad Yasin bin Maulana Tuanku Haji Abdullah Tembusai. Lahir 19 Rabiulakhir 1230       

31 H. Ahmad Fuad Said, Sejarah Syekh Abdul Wahab Tuan Guru Babussalam, Pustaka Babussalam    

(4)

H/28 September 1811 M). Wafat di Babussalam, Langkat, pada hari Jum'at, 21 Jamadilawal 1345 H/27 Desember 1926 M.

Ayahnya bernama Abdul Manaf bin Muhammad Yasin bin Maulana Tuanku Haji Abdullah Tambusei, seorang ulama besar yang 'abid dan cukup terkemuka pada saat itu, sedangkan ibunya bernama Arbaiyah binti Datuk Dagi bin Tengku Perdana Menteri bin Sultan Ibrahim yang memiliki pertalian darah dengan Sultan Langkat. Syekh Abdul Wahab meninggal pada usia 115 tahun pada 21 Jumadil Awal 1345 H atau 27 Desember 1926 M.

Salah satu kekhasan Syekh Abdul Wahab dibanding dengan sufi-sufi lainnya adalah bahwa ia telah meninggalkan lokasi perkampungan bagi anak cucu dan murid-muridnya. Daerah yang bernama "Babussalam" atau "Besilam" ini dibangun pada 12 Syawal 1300 H (1883 M) yang merupakan wakaf muridnya sendiri Sultan Musa al-Muazzamsyah, Raja Langkat pada masa itu. Disinilah ia menetap, mengajarkan Tarekat Naqsyabandiyah sampai akhir hayatnya.

Di sela-sela kesibukannya sebagai pimpinan Tarekat Naqsyabandiyah, Syekh Abdul Wahab masih menyempatkan diri untuk menuliskan pemikiran sufistiknya, baik dalam bentuk khutbah-khutbah, wasiat, maupun syair-syair yang ditulis dalam aksara Arab Melayu. Tercatat ada dua belas khutbah yang ia tulis dan masih terus diajarkan pada jamaah di Babussalam. Sebagian khutbah-khutbah tersebut, enam buah diantaranya diberi judul dengan nama-nama bulan dalam tahun Hijriyah yakni Khutbah Muharram, Khutbah Rajab, Khutbah Sya'ban, Khutbah Ramadhan, Khutbah Syawal dan Khutbah Dzulqa'dah. Dua khutbah lain tentang dua hari raya yakni Khutbah Idul Fitri dan Khutbah Idul Adha. Sedangkan

(5)

empat khutbah lagi masing-masing berjudul Khutbah Kelebihan Jum'at, Khutbah Nabi Sulaiman, Khutbah Ular Hitam dan Khutbah Dosa Sosial.

Karya tulis Syekh Abdul Wahab dalam bentuk syair, terbagi pada tiga bagian yakni Munajat, Syair Burung Garuda dan Syair Sindiran. Syair Munajat yang berisi pujian dan doa kepada Allah, sampai hari ini masih terus dilantunkan di Madrasah Besar Babussalam oleh setiap muazzin sebelum azan dikumandangkan.

Sebagai seorang yang sangat dipuja pengikutnya, Tuan Syekh Abdul Wahab Rokan cukup dikeramatkan oleh penduduk setempat. Sejumlah cerita keramat tentang dia yang cukup populer di kalangan masyarakat Langkat, diantaranya pada suatu masa pihak Belanda merasa curiga karena ia tidak pernah kekurangan uang. Lantas mereka menuduhnya telah membuat uang palsu. Ia merasa sangat tersinggung sehingga ia meninggalkan Kampung Babussalam dan pindah ke Sumujung, Malaysia. Sebagai informasi, pada saat itulah kesempatan dia mengembangkan tarekat Naqsabandiyah di Malaysia. Selama kepergiannya itu, konon sumber-sumber minyak BPM Batavsche Petroleum Matschapij (sekarang Pertamina) di Langkat menjadi kering. Kepah dan ikan di lautan sekitar Langkat juga menghilang sehingga menimbulkan kecemasan kepada para penguasa Langkat. Akhirnya ia dijemput dan dimohon untuk menetap kembali di Babussalam. Setelah itu sumber minyak pun mengalir dan ikan-ikan bertambah banyak di lautan. Kaum buruh dan nelayan senang sekali.

Walaupun Tuan Syekh Abdul Wahab Rokan bukanlah sosok yang terkenal dalam pergerakan melawan imperialisme Belanda, tapi ia aktif dalam mengarahkan strategi perjuangan non fisik sebagai upaya melawan sistem

(6)

kolonialisme. Ia mengirim utusan ke Jakarta untuk bertemu dengan H.O.S. Tjokroaminoto dan mendirikan cabang Syarikat Islam di Babussalam di bawah pimpinan H. Idris Kelantan. Nama Tuan Syekh Abdul Wahab Rokan sendiri tercantum sebagai penasihat organisasi.

Dia juga pernah ikut terlibat langsung dalam peperangan melawan Belanda di Aceh pada tahun 1308 H. Menurut cerita dari pihak Belanda yang pada saat itu sempat mengambil fotonya, Tuan Syekh Abdul Wahab Rokan mampu terbang di angkasa, menyerang dengan gagah perkasa dan tidak dapat ditembak dengan senapan atau meriam.

Sesudah dia wafat, banyak orang yang berziarah dan bernazar ke kuburnya. Bertepatan dengan hari wafat Tuan Guru Syeikh Abdul Wahab Rokan diadakan acara haul besar peringatan wafat Tuan Guru Pertama, yakni pada tanggal 21 Jumadil Awal setiap tahunnya.

Pada saat acara inilah datang ribuan murid dan peziarah dari seluruh pelosok Asia dan Indonesia ke Besilam. Di hari pertama dan kedua haul, pada malam hari seusai salat Isya, para khalifah (sebutan pengikutnya) dan peziarah melakukan dzikir di depan makam Tuan Guru Syeikh Abdul Wahab Rokan. Peziarah datang ke sini selain untuk mengikuti acara dzikir bersama di makam Tuan Guru, juga bersilaturahmi dengan penerus Tuan Guru Besilam. Di saat ini pulalah desa Besilam yang biasanya teduh dan tenang mendadak menjadi sibuk karena datangnya ratusan bis ke sana membawa ribuan wisatawan, khalifah dan

peziarah.32

      

32http://id.wikipedia.org/wiki/Besilam,_Padang_Tualang,_Langkat diakses pada tanggal 25 juli 2014 Pukul 14.00 Wib

(7)

2.3 Tarekat Naqsyabandiyah

Tarekat Naqsyabandiyah di desa Besilam ini pada awal mulanya didirikan oleh Syekh Abdul Wahab Rokan pada tahun 1811. Beliau merupakan keturunan silsilah ke tiga puluh tiga dari pendiri utama Tarekat Naqsyabandiyah yaitu Baha al-Din Naqsyabandi yang merupakan keturunan dari Sulaiman Zuhdi seorang guru Tarekat Naqsyabandiyah yang banyak memiliki murid sebagai pengembang Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia. Secara resmi Syekh Wahab Rokan ini mendapat ijazah dan mandat dari Sulaiman Zuhdi untuk mengembangkan tarekat ini ke daerah berbasis etnis Melayu sesuai dengan etnis pendiri Tarekat Naqyabandiyah Besilam ini. Penyematan label “Babussalam” di belakang nama tarekat ini berkaitan dengan nama kampung yang didirikan oleh Syekh Wahab Rokan sendiri yang disebut dengan nama “Kampung Babussalam”, yang merupakan terinsipirasi dari nama sebuah pintu yang ada di Masjidil Haram tempat Syekh Wahab Rokan “nyantri” ketika beliau menuntut ilmu di Mekah. Penting untuk dikemukakan bahwa Rokan sendiri sesuai dengan laqab dibelakang namanya sebenarnya merupakan nama sebuah daerah yang ada di Provinsi Riau, yaitu Rokan Hulu, tetapi dalam perkembangannya Tarekat Naqsyabandiyah Besilam ini justru berpusat di daerah Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, yang juga dikenal sebagai daerah berbasis etnis Melayu karena selain di Riau dan juga sampai ke Malaysia Rokan juga lama menetap di Langkat hingga akhir hayat.

(8)

Sebagai sebuah tarekat yang memiliki ciri umum menonjol dari Tarekat Naqsyabandiyah Besilam ini adalah kemampuan dialektika politik dengan penguasa lokal, sehingga tarekat ini dapat diterima sebagai sebuah ordo resmi dalam masyarakat yang ada di Langkat dan Sumatera. Apa yang dikemukakan ini, tentu saja berkaitan dengan kemampuan pendiri Tarekat Naqsyabandiyah Besilam ini dalam “mempengaruhi” Sultan Langkat ketika itu. Bahkan, penguasa lokal itu menjadi bagian dari pengamal dan pelindung Tarekat Naqsyabandiyah Besilam itu sendiri, sehingga tidak terlalu mengherankan kalau Tarekat Naqsyabandiyah Besilam ini memiliki pengaruh yang kuat dalam masyarakat Langkat karena didukung kekuatan penguasa. Tidak hanya itu, Tarekat Naqsyabandiyah Besilam ini mendapat pengakuan khusus oleh penguasa lokal, yang dibuktikan dengan adanya penyediaan lahan sebagai pusat aktifitas tarekat yang berasal dari hadiah Sultan Langkat kepada Rokan untuk mengembangkan Tarekat Naqsyabandiyah Besilam ini.

Dalam perkembangannya, Tarekat Naqsyabandiyah Besilam ini tidak pernah berhenti dikunjungi oleh para peziarah yang terlibat dalam ordo Tarekat Naqsyabandiyah Besilam ataupun tidak baik ketika pendiri tarekat ini masih hidup ataupun setelah wafat dan dilanjutkan zuriatnya, datang untuk berkunjung dan sekaligus menyampaikan berbagai hajat keinginan. Sebab Tarekat Naqyabandiyah Besilam ini dalam pandangan masyarakat Sumatera Utara merupakan sebuah tempat karamah yang dianggap dapat mendatangkan kebaikan bagi setiap pengunjung. Untuk itu, Tarekat Naqsyabadiyah Besilam ini menjadi sangat dikenal luas di masyarakat selain sebagai ordo juga sebagai referensi keagamaan

(9)

tradisional yang berafiliasi dalam upaya menjaga dan mengembangkan tradisi yang ada di dalam masyarakat.

Posisi Tarekat Naqsyabandiyah Besilam ini mengikuti pengklasifikasian tarekat konvensional merupakan bagian dari tarekat mu‘tabarah yang memiliki silsilah yang terhubung langsung kepada Nabi Muhammad, melalui jalur Abu Bakar dan tabi‘in dan tabi‘ tabi‘in yang dikenal luas dalam khazanah tasawuf. Eksistensi Tarekat Naqsyabandiyah Beslam sebagai bagian dari tarekat mu‘tabarah ini tentu saja memiliki pengaruh tersendiri dalam upaya penyebarluasan tarekat karena biasanya tarekat yang dianggap sebagai bagian dari yang mu‘tabarah akan mendapat dukungan dari penguasa dan institusi keagamaan yang ada di masyarakat, sehingga Tarekat Naqsyabandiyah Besilam dapat berkembang secara baik sebagaimana saat ini telah menyebarluas ke berbagai daerah yang berbasis etnis Melayu, baik yang ada di dalam negeri ataupun luar negeri sebagai penegasan bahwa Tarekat Naqsyabandiyah Besilam ini memiliki pengaruh yang besar dalam masyarakat etnis Melayu. Beliau memimpin Tarekat

Naqsyabandiyah di Desa Besilam periode 1811 sampai dengan 1926.33

2.4 MEMBANGUN BABUSSALAM

Kedatangan Tuan Guru Babussalam yang pertama Syekh Abd. Wahab disambut istimewa oleh Sultan Langkat, mula-mula menempatkan Tuan Guru Syekh Abd. Wahab dan rombongan di Gebang Desa puteri. Kemudian baginda Sultan Langkat menawarkan tempat kediaman tetap ialah di Kampung Lalang yang jaraknya 1 km dari kota Tanjung Pura. Akan tetapi menurut pertimbangan       

33 H. Ahmad Fuad Said,

(10)

beliau tempat tersebut kurang sesuai, maka Tuan Guru memohon agar diberikan sebidang tanah untuk perkampungan, dimana Tuan Guru Syekh Abd. Wahab dapat beribadah dan mengajar ilmu agama dengan leluasa.

Kata-kata “ Babussalam “ berasal dari bahasa arab, terdiri dari dua buah kata, yaitu “ Bab “ artinya “ pintu “ dan “ Salam “ artinya “ keselamatan “ atau “ kesejahteraan “, semoga penduduknya memperoleh kesejahteraan dan keselamatan dunia dan akhirat. Pada saat itu Tuan Guru Syekh Abd. Wahab teringat kepada salah satu pintu Masjidil Haram, Mekah yang sering dilalui beliau. Berhubungan kegiatannya lebih banyak memimpin umat, sebagai guru agama, maka beliau lebih dikenal dengan sebutan Tuan Guru Besilam.

Babussalam dibangun oleh Tuan Guru Syekh Abd. Wahab agar masyarakat Besilam menjalankan shalat berjamaah, suluk terus menerus dan wirid-wirid lainnya, seperti membaca yasin setiap malam jum’at. Setiap pagi dan sesudah shalat zuhur Tuan Guru Syekh Abd. Wahab mengajar mengaji semua masyarakat desa Besilam, semua kegiatan itu dipusatkan di Madarasah Besar, murid-muridnya dari hari ke hari semakin bertambah dan khalifah-khalifahnya semakin banyak.

Kampung Babussalam yang kecil ini, diatur sedemikian rupa, sehingga merupakan suatu daerah yang berstatus etonomi. Ditetapkan suatu peraturan yang wajib ditaati oleh penduduk. Peraturan-peraturan itu termasuk dalam sebuah risalah “ peraturan Babussalam “. Dalam menjalankan peraturan-peraturan ini, beliau tidak pilih kasih dan tidak pandang buluh. Siapa yang melanggar peraturan, dihukum, walaupun anak kandung sendiri. Adakalanya

(11)

orang yang melanggar peraturan itu disuruh tobat didepan Madrasah besar selama beberapa jam.

Bila kesalahan itu agak berat, maka beliau mengusir orang tersebut dari Babussalam. Orang-orang yang tidak beragama islam, tidak dibenarkan tinggal menetap dikampung ini. termasuk larangan merokok didepan umum, berpangkas, berkopiah hitam atau peci, penduduk harus berkopiah putih atau bersorban. Wanita dilarang memakai perhiasan yang mencolok, penduduk tidak dibenarkan memakai tempat tidur besi dan tidak boleh mengutamakan kemewahan dunia, hingga rumah tidak boleh dibuat dari kayu keras. Hanya cukuplah lantai papan, dinding tepas, dan atap nipah. Karena menurut beliau semua harta didunia ini akan tinggal sesudah kita mati, beliau sendiri makan dalam piring kayu, atau upih

dan minum dalam tempurung.34

Setelah wafatnya sang Tuan Guru Babussalam Syekh Abdul Wahab Rokan pada hari Jumat 27 Desember 1926, ajaran Tarikat Naqsabandiyah yang diajarkannya kepada para murid dan pengikutnya masih terus diamalkan oleh para murid yang menggantikan peran Syekh Abdul Wahab Rokan sebagai penyiar Islam di tanah Langkat. Maka setelah wafatnya Syekh Abdul Wahab Rokan, kampung Besilam memiliki Tuan Guru Babussalam atau Tuan Guru Besilam lainnya yang terus mengajarkan ajaran Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan dan mendirikan syiar Islam. Begitupun setelah Tuan Guru lainnya wafat, maka akan ditunjuk Tuan Guru lainnya sebagai pemimpin umat.

      

34 H. Ahmad Fuad Said,

(12)

2.5 Biografi Tuan Guru Babussalam

Syekh Abdul Wahab Rokan Al-Khalidi Naqsyabandi, lebih dikenal dengan sebutan Tuan Guru Babussalam. Adalah seorang wali Allah, pemimpin thariqat Naqsyabandiah, ulama terkemuka dan pahlawan nasional, tergolong perintis kemerdekaan bangsa dan negara. Perjuangan menyebarkan ajaran-ajaran islam ke segenap penjuru baik di dalam maupun di luar negeri dan usaha-usahanya menegakkan kemerdekaan bangsa dan negara, tetap akan tercatat dengan tinta emas dalam lembaran sejarah.

Selama perjalanan hidupnya dihabiskan untuk menegakkan syiar agama dan kejayaan negara. Beliau telah membuka dan membangun beberapa buah desa di Sumatera Utara dan Malaysia, dengan mendirikan perguruan, asrama latihan rohani, rumah ibadat, mushalla dan langgar, balai kesehatan, asrama sosial, untuk menampung fakir miskin, yatim piatu dan janda serta gedung serba guna lainnya

untuk keperluan umum.35

Syekh Abdul Wahab dilahirkan dan dibesarkan dikalangan keluarga bangsawan yang taat beragama, berpendidikan dan sangat dihormati. Ia lahir pada tanggal 19 Rabiul Akhir 1230 H di Kampung Danau Runda, Rantau Binuang Sakti, Negeri Tinggi, Rokan Tengah, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau dan diberi nama Abu Qosim. Ayahnya bernama Abdul Manaf bin Muhammad Yasin

bin Maulana Tuanku Haji Abdullah Tambusei, seorang ulama besar yang ‘abid

dan cukup terkemuka pada saat itu. Sedangkan ibunya bernama Arbaiyah binti Datuk Dagi bin Tengku Perdana Menteri bin Sultan Ibrahim yang memiliki

(13)

pertalian darah dengan Sultan Langkat. Syekh Abdul Wahab meninggal pada usia

115 tahun pada 21 Jumadil Awal 1345 H atau 27 Desember 1926 M.36

Masa remaja Syekh Abdul Wahab, lebih banyak dipenuhi dengan mencari dan menambah ilmu pengetahuan. Pada awalnya ia belajar dengan Tuan Baqi di tanah kelahirannya Kampung Danau Runda, Kampar, Riau. Kemudian ia menamatkan pelajaran Alquran pada H.M. Sholeh, seorang ulama besar yang berasal dari Minangkabau. Setelah menamatkan pelajarannya dalam bidang al-Quran, Syekh Abdul Wahab melanjutkan studinya ke daerah Tambusei dan belajar pada Maulana Syekh Abdullah Halim serta Syekh Muhammad Shaleh Tembusei. Dari kedua Syekh inilah, ia mempelajari berbagai ilmu seperti tauhid, tafsir dan fiqh. Disamping itu ia juga mempelajari “ilmu alat” seperti nahwu, sharaf, balaghah, manthiq dan ‘arudh. Diantara Kitab yang menjadi rujukan adalah Fathul Qorib, Minhaj al–Thalibin dan Iqna’. Karena kepiawaiannya dalam menyerap serta penguasaannya dalam ilmu-ilmu yang disampaikan oleh guru-gurunya, ia kemudian diberi gelar “Faqih Muhammad”, orang yang ahli dalam

bidang ilmu fiqh.37

Syekh Abdul Wahab kemudian melanjutkan pelajarannya ke Semenanjung Melayu dan berguru pada Syekh Muhammad Yusuf Minangkabau. Ia menyerap ilmu pengetahuan dari Syekh Muhammad Yusuf selama kira-kita dua tahun, sambil tetap berdagang di Malaka. Hasrat belajarnya yang tinggi, membuat ia tidak puas hanya belajar sampai di Malaka. Ia seterusnya menempuh perjalanan panjang ke Mekah dan menimba ilmu pengetahuan selama enam tahun pada guru-guru ternama pada saat itu. Di sini pulalah ia memperdalam ilmu tasawuf dan       

36 ibid 37

(14)

tarekat pada Syekh Sulaiman Zuhdi sampai akhirnya ia memperoleh ijazah sebagai “Khalifah Besar Thariqat Naqsyabandiyah al-Khalidiyah”

Pada saat belajar di Mekah, Syekh Abdul Wahab dan murid-murid yang lain pernah diminta untuk membersihkan wc dan kamar mandi guru mereka. Saat itu, kebanyakan dari kawan-kawan seperguruannya melakukan tugas ini dengan ketidakseriusan bahkan ada yang enggan. Lain halnya dengan Syekh Abdul Wahab. Beliau melaksanakan perintah gurunya dengan sepenuh hati. Setelah semua rampung, Sang Guru lalu mengumpulkan semua murid-muridnya dan memberikan pujian kepada Syekh Abdul Wahab sambil mendoakan, mudah-mudahan tangan yang telah membersihkan kotoran ini akan dicium dan dihormati oleh termasuk para raja.

Setelah kurang lebih enam tahun di Mekah, beliau kembali ke Riau. Di sana, ia yang saat itu berusia 58, mendirikan Kampung Mesjid. Dari sana, ia mengembangkan syiar agama dan tarekat yang diamalnya, hingga Sumatra Utara dan Malaysia. Namanya pun semerbak. Raja di berbagai kerajaan di Riau dan Sumatra Utara mengundangnya. Suatu ketika, Sultan Musa Al-Muazzamsyah dari Kerajaan Langkat, gundah. Putranya sakit parah dan akhirnya wafat. Rasa kehilangan ini tak terperikan. Syekh H M Nur yang sahabat karib Wahab saat di MAkkah menjadi pemuka agama di kerajaan, menyarankan agar Sultan bersuluk di bawah bimbingan Wahab. Sultan menyetujui dan mengundang Wahab.

Beliau pun datang ke Langkat. Ia mengajarkan tarekat Naqsyahbandi dan bersuluk kepada Sultan. Setelah berulang bersuluk, Sultan Musa yang belakangan melepaskan tahtanya dan memilih menekuni agama memenuhi saran Wahab, menunaikan ibadah haji, sekaligus bersuluk kepada Sulaiman Zuhdi di Jabal

(15)

Kubis. Berkat kekariban hubungan guru-murid, Sultan Musa menyerahkan sebidang tanah di tepi Sungai Batang Serangan, sekitar 1 km dari Tanjung Pura. Sultan berharap gurunya dapat mengembangkan syiar agama dari tanah pemberiannya. Wahab menyetujui dan menamakan kampung itu Babussalam (pintu keselamatan). Maka pada 15 Syawal 1300 H, ia bersama ratusan

pengikutnya, menetap di sana.38

Babussalam berkembang menjadi kampung dengan otonomi khusus. Menjadi basis pengembangan tarekat Naqsyahbandiyah di Sumatra Utara, Wahab membentuk ‘pemerintahan’ sendiri di kampung itu. Perangkatnya antara lain dengan membuat Lembaga Permusyawaratan Rakyat (Babul Funun). Hingga kini, kampung itu terjaga sebagai pusat pengembangan tarekat Naqsyahbandiyah. Tetap mendapatkan perlakuan khusus dari Pemda setempat, aktivitas sehari-hari ditandai dengan kegiatan suluk setiap hari dipimpin khalifah. Saat ini khalifah kesepuluh Syekh H Hasyim yang memimpin.

Salah satu kekhasan Syekh Abdul Wahab dibanding dengan sufi-sufi lainnya adalah bahwa ia telah meninggalkan lokasi perkampungan bagi anak cucu dan murid-muridnya. Daerah yang bernama “Babussalam” ini di bangun pada 12 Syawal 1300 H (1883 M) yang merupakan wakaf muridnya sendiri Sultan Musa al-Muazzamsyah, Raja Langkat pada masa itu. Disinilah ia menetap, mengajarkan Tarekat Naqsyabandiyah sampai akhir hayatnya. Di sela-sela kesibukannya sebagai pimpinan Tarekat Naqsyabandiyah, Syekh Abdul Wahab masih menyempatkan diri untuk menuliskan pemikiran sufistiknya, baik dalam bentuk

      

38 ibid 

(16)

khutbah-khutbah, wasiat, maupun syair-syair yang ditulis dalam aksara Arab

Melayu.39

Tercatat ada dua belas khutbah yang ia tulis dan masih terus diajarkan pada jamaah di Babussalam. Sebagian khutbah-khutbah tersebut -enam buah diantaranya- diberi judul dengan nama-nama bulan dalam tahun Hijriyah yakni Khutbah Muharram, Khutbah Rajab, Khutbah Sya’ban, Khutbah Ramadhan, Khutbah Syawal, dan Khutbah Dzulqa’dah. Dua khutbah lain tentang dua hari raya yakni Khutbah Idul Fitri dan Khutbah Idul Adha. Sedangkan empat khutbah lagi masing-masing berjudul Khutbah Kelebihan Jumat, Khutbah Nabi Sulaiman, Khutbah Ular Hitam, dan Khutbah Dosa Sosial.

Wasiat atau yang lebih dikenal dengan nama “44 Wasiat Tuan Guru” adalah kumpulan pesan-pesan Syekh Abdul Wahab kepada seluruh jamaah tarekat, khususnya kepada anak cucu / dzuriyat-nya. Wasiat ini ditulisnya pada hari Jumat tanggal 13 Muharram 1300 H kira-kira sepuluh bulan sebelum dibangunnya Kampung Babussalam. Karya tulis Syekh Abdul Wahab dalam bentuk syair, terbagi pada tiga bagian yakni Munajat, Syair Burung Garuda dan Syair Sindiran. Syair Munajat yang berisi pujian dan doa kepada Allah, sampai hari ini masih terus dilantunkan di Madrasah Besar Babussalam oleh setiap

muazzin sebelum azan dikumandangkan.40

Dalam Munajat ini, terlihat bagaimana keindahan syair Syekh Abdul Wahab dalam menyusun secara lengkap silsilah Tarekat Naqsyabandiyah yang diterimanya secara turun temurun yang terus bersambung kepada Rasulullah Saw. Sedangkan Syair Burung Garuda berisi kumpulan petuah dan nasehat yang       

39 ibid 

(17)

diperuntukkan khusus bagi anak dan remaja. Sayangnya, sampai saat ini Syair Burung Garuda tidak diperoleh naskahnya lagi. Sementara itu, naskah asli Syair Sindiran telah diedit dan dicetak ulang dalam Aksara Melayu (Indonesia) oleh Syekh Haji Tajudin bin Syekh Muhammad Daud al-Wahab Rokan pada tahun 1986.

Selain khutbah-khutbah, wasiat maupun syair-syair, Syekh Abdul Wahab juga meninggalkan berbait-bait pantun nasehat. Pantun-pantun ini memang tidak satu baitpun tertulis namun sebagian diantaranya masih dihafal oleh sebagian kecil anak cucunya secara turun temurun. Menurut Mualim Said, -salah seorang cucu Syekh Abdul Wahab yang menetap di Babussalam saat ini- ia sendiri masih hafal beberapa bait pantun tersebut, seperti halnya dengan Syekh H. Hasyim Al-Syarwani, Tuan Guru Babussalam sekarang. Dalam karya-karya tulisnya inilah, akan terlihat pemikiran-pemikiran sufistik Syekh Abdul Wahab seperti yang akan

dijelaskan lebih lanjut.41

Setelah Tuan Guru Babussalam Syekh Abdul Wahab Rokan wafat Babussalam pada saat ini dipimpin oleh Syekh Abdul Hasyim Al Syarwani atau dikenal dengan sebutan Tuan Guru Babussalam, beliau dilahirkan pada tanggal 22-Agustus-1942 di desa Besilam. Semasa kecil Tuan Guru Babussalam sekolah disalah satu sekolah yang bernama Sd Syanawiah Qus’wali selama tiga tahun mulai dari tahun 1954 – tahun 1957, setelah tamat dari Sd pada tahun 1958 Tuan Guru Babussalam melanjutkan sekolah ke salah satu SMP di Padang Tualang, setelah itu Tuan Guru Babussalam melanjutkan sekolah dimedan pada tahun 1960. Setelah menyelesaikan sekolahnya Tuan Guru Babussalam ikut dalam sebuah       

41 ibid 

(18)

organsisasi yang pada saat itu bernama Perkapen PGRI Golkar. Setelah selesai mengikut organisasi Tuan Guru Babussalam mendalami agama islam dengan selalu belajar membaca Al Qur’an dan mengikuti suluk yang pada saat ini menjadi ajaran yang harus dilakukan setiap orang yang ingin menjadi Tuan Guru Babussalam.

Sebelum menjadi Tuan Guru Babussalam beliau adalah seorang Guru disalah satu madrasah yang berada di lingkungan Tuan Guru Babussalam. Pada Tahun 1971-1982, Tuan Guru Babussalam ikut bergabung disalah satu partai politik yaitu partai Golkar, setelah itu Tuan Guru Babussalam mendalami ajaran tarekat Naqsyabandiyah, selama mendalami ajaran tarekat Naqsyabandiyah Tuan

Guru Babussalam melakukan suluk.42

Menurut KBBI suluk merupakan suatu kegiatan yan dilakukan seseorang demi mencapai ketahap jalan ke arah kesempurnaan batin, tasawuf, tarekat dan mistik.

Syekh Abdul Hasyim Al Syarwani yang lebih dikenal dengan sebutan “Tuan Guru Babussalam” (Besilam), adalah salah seorang ulama terkemuka dan pemimpin Tarekat Naqsyabandiah Babussalam Langkat. Sebahagian besar

hidupnya dihabiskan untuk menegakkan syiar agama. Murid-murid dan

khalifah-khalifahnya hingga kini tersebar luas kesegenap penjuru baik didalam maupun di

luar negeri seperti Batu Pahat, Johor Bahru, Penang, Ipoh, Kuala Lumpur di Malaysia, dan Thailand.

Di perkampungan Babussalam saat ini terdapat dua tuan guru yang

menjabat sebagai pimpinan (mursyid). Kedua tuan guru ini memiliki tempat

(19)

persulukan yang berbeda lokasi di Babussalam. Keduanya memiliki hubungan yang erat karena masih satu garis keturunan dari Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan.

Hal ini terjadi karena adanya perselisihan antara Syekh Muhammad Daud dan Syekh Pakih Tambah tentang kepemimpinan Babussalam pada tahun 1948. Sejak saat itu di Babussalam terdapat dua tempat persulukan yang dikenal dengan Besilam Atas dan Besilam Bawah. Besilam atas atau yang menempati madrasah besar saat ini dipimpin oleh Syekh Hasyim Al Syarwani dan Besilam Bawah dipimpin oleh Syekh H Tajuddin bin Muhammad Daud.

BESILAM ATAS

Tuan Guru I : Syekh Abdul Wahab Rokan Al Kholidi Naqsyabandy Menjabat dari tahun 1300-1345 H atau 1880-1926 M

Tuan Guru II : Syekh Yahya Afandi

Menjabat dari tahun 1345-1351 H atau 1926-1932 M Tuan Guru III : Syekh Abdul Manaf

Menjabat dari tahun 1351-1354 H atau 1932-1935 M Tuan Guru IV : Syekh Abdul Jabbar

Menjabat dari tahun 1354-1360 H atau 1935-1942 M Tuan Guru V : Syekh Muhammad Daud

Menjabat 1360-1361 H atau 1942-1943 M Tuan Guru VI : Syekh Fakih Tambah

Menjabat dari tahun 1361-1392 H atau 1943-1972 M Tuan Guru VII : Syekh Abdul Mu’im

(20)

Tuan Guru VIII : Syekh Maddayan

Menjabat dari tahun 1401-1406 H atau 1981-1986 M Tuan Guru IX : Syekh Pakih Sufi

Menjabat daritahun 1406-1407 H atau 1986-1987 M Tuan Guru X : Syekh Anas Mudawar

Manjabat dari tahun 1407-1418 H atau 1987-1997 M Tuan Guru XI : Syekh Hasyim Al Syarwani

Menjabat dari tahun 1418 H atau 1997 M sampai dengan sekarang. BESILAM BAWAH

Tuan Guru I : Syekh Abdul Wahab Rokan Al Kholidi Naqsyabandy Menjabat dari tahun 1300-1345 H atau 1880-1926 M

Tuan Guru II : Syekh Muhammad Daud

Menjabat dari tahun 1366-1392 H atau 1948-1972 M Tuan Guru III : Syekh H Tajuddin

Menjabat dari tahun 1392 atau 1872 sampai sekarang.43

2.6 Kekuatan Sosial Politik Hasil Pemilu 2014

Pada April 2014 diadakan kembali Pemilu untuk memilih wakil rakyat di DPR Pusat, DPRD Propinsi, dan DPRD Kab/Kota. Jumlah partai yang ada, berkurang dari 44 partai pada Pemilu tahun 2009 menjadi 15 partai pada Pemilu 2014, yang terdiri 3 partai lokal dan 12 partai nasional. Pemilu 2014 di Kabupaten Langkat menunjukkan bahwa perolehan suara Partai Golongan Karya (Golkar) yang mendominasi hasil Pemilu tahun 2014 yang menggeser Partai Demokrat.       

(21)

Dari 15 partai peserta Pemilu 2014 ada 5 partai yang menonjol dalam perolehan suara, yaitu partai Demokrat, PDIP, Golkar, Gerindra dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura). Jumlah suara sah yang diperoleh untuk Partai peserta pemilu di Kabupaten Langkat sebanyak 498.361 suara. Untuk 5 partai terbesar sebanyak 324.256 suara dengan rincian 101.936 suara untuk Partai Golkar; 76.037 suara untuk Partai Demokrat; 54.290 suara untuk Partai PDI-P; 52.932 suara untuk Gerindra; dan 39.061 untuk Hanura dari perolehan suara.

Dari hasil Pemilu 2014 ada 50 orang wakil rakyat yang duduk sebagai anggota DPRD Kabupaten Langkat dengan rincian 11 orang dari Partai Golkar, 8 orang dari Partai Demokrat, 6 orang dari PDI-P, 5 orang dari Partai Gerindra dan Nasdem 4 kursi. Sedangkan PKS, PPP, Hanura dan PBB masing-masing 3 kursi

serta PKB dan PAN 2 kursi.44.

2.6 Penduduk

Berdasarkan angka hasil Sensus Penduduk tahun 2010, penduduk Kabupaten Langkat berjumlah 967.535 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 154,48 jiwa per Km². Sedangkan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Langkat pada tahun 2010 dibandingkan tahun 2000 adalah sebesar 0,88 persen per tahun. Untuk tahun 2014 berdasarkan hasil proyeksi penduduk Kabupaten Langkat 978.734 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak terdapatdi Kecamatan Stabat yaitu sebanyak 83.273 jiwa dengan kepadatan penduduk 765,03 jiwa per Km², sedangkan penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Pematang Jaya sebesar 13.131 jiwa. Kecamatan Binjai merupakan Kecamatan yang paling padat       

(22)

penduduknya dengan kepadatan 1.021,93 jiwa per Km² dan Kecamatan Bahorok merupakan Kecamatan dengan kepadatan penduduk terkecil yaitu sebesar 36,57 jiwa per Km². Jumlah penduduk Kabupaten Langkat per jenis kelamin lebih banyak Laki-laki dibandingkan penduduk Perempuan. Pada tahun 2014 jumlah penduduk laki-laki sebesar 492.783 jiwa, sedangkan penduduk perempuan

sebanyak 485.951 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 101,41 persen.45

Tabel 2.1

Luas Wilayah, Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Kecamatan Luas Wilayah (km2) Penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/km2) Jenis Kelamin Laki2 Perempuan Bahorok 1,101,83 40,297 36,57 20,194 20,103 Serapit 98,50 16,083 163,28 8,103 7,980 Salapian 221,73 26,195 118,14 13,168 13 027 Kutambaru 236,84 13,552 57,22 6,885 6,667 Sei Bingai 333,17 48,865 146,67 24,363 24,502 Kuala 206,23 39,577 191,91 19,717 19,860 Selesai 167,73 70,184 418,43 35,318 34,866 Binjai 42,05 42,972 1,021,93 21,800 21,172 Stabat 108,85 83,273 765,03 41,207 42,066 Wampu 194,21 41,041 211,32 20,802 20,239 Batang Serangan 899,38 35,390 39,35 18,058 17,332 Sawit Seberang 209,10 25,466 121,79 12,762 12,704 Padang 221,14 47,178 213,34 23,507 23,671       

(23)

Tualang Hinai 105,26 48,325 459,10 24,325 24,000 Secanggang 231,19 66,054 285,71 33,257 32,797 Tanjung Pura 179,61 65,175 362,87 32,873 32,302 Gebang 178,49 43,007 240,95 21,679 21,328 Babalan 76,41 57,042 746,53 29,032 28,010 Sei Lepan 280,68 47,320 168,59 24,095 23,225 Brandan Barat 89,80 22,167 246,85 11,378 10,789 Besitang 720,74 44,438 61,66 22,443 21,995 Pangkalan Susu 151,35 42,002 277,52 21,118 20,884 Pematang Jaya 209,00 13,131 62,83 6,699 6,432 Jumlah 6,263,29 978,734 156,27 492,783 485,951

Sumber /Source : BPS Kabupaten Langkat / BPS-Statistics of Langkat Regency

Referensi

Dokumen terkait

Hasil belajar Siswa pada saat menggunakan model pembelajaran konvensional, dari hasil post test yang telah diberikan kepada Siswa pada saat menggunakan model

Rat-gigitan demam (RBF) adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh bakteri moniliformis Streptobacillus yang dapat diperoleh melalui gigitan atau goresan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara riwayat kesehatan dalam kehamilan dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah di UPT Puskesmas

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar PKn melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation siswa kelas V SD Negeri Mranggen Kidul

observasi dan wawancara juga menyebutkan bahwa santri senang belajar menggunakan metode Wafa karena para santri diajar menggunakan media pembelajaran Al-Qur’an yang

KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM NUSA TENGGARA

This paper identifies relationships between air mass properties and mesoscale rainfall when moist air blows over New Zealand’s Southern Alps from the Tasman Sea. Around 50% of

[r]