• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI

MODEL KOOPERATIF TIPE

GROUP INVESTIGATION

SISWA KELAS V SD NEGERI MRANGGEN KIDUL

SEMESTER II TAHUN PELAJARAN

2015/2016

ARTIKEL

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Oleh

Chichila Hafidhotul Mila 292012269

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

6

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

SISWA KELAS V SD NEGERI MRANGGEN KIDUL SEMESTER II TAHUN PELAJARAN

2015/2016

Chichila Hafidhotul Mila1, Yosaphat Haris Nusarastriya2

Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Kristen Satya Wacana, 2016 Jl. Diponegoro No. 52-60, Salatiga, Jawa Tengah 50711

E-mail: 292012269@student.uksw.edu 1 Mahasiswa PGSD 2 Dosen Pembimbing ABSTRAK

Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah pencapaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn yang tergolong rendah. hal itu dikarenakan selamaa proses pembelajaran guru menjadi pusat pembelajaran (teacher center), dimana semua informasi bersumber dari guru sehingga membuat siswa menjadi bosan dan kurang memperhatikan pelajaran. Sehingga dilakukan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PKn menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan di SD Negeri Mranggen Kidul Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini yaitu siswa kelas V SD Negeri Mranggen Kidul dengan jumlah 25 siswa. Berdasarkan tujuan di atas, dapat dituliskan hipotesis penelitian sebagai berikut: dengan penerapan model pembelajaran group investigation, dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa keas V. Penelitian ini dilaksanakan melalui dua siklus, dimana masing-masing siklus diawali dengan tahap perencanaan, pelaksanaan dan observasi tindakan, serta refleksi. Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik tes dan teknik nontes. Teknik tes dilakukan dengan menggunakan alat ukur berupa lembar evaluasi, sedangkan teknik nontes yang dilakukan yaitu menggunakan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas V SD Negeri Mranggen Kidul Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung. Hal ini nampak dari nilai rata-rata kelas menggunakan metode konvensinal yaitu sebesar 66,2, setelah dilakukan perbaikan pembelajaran menggunakan model group investigation pada siklus I menjadi 74,4 dan pada siklus II meningkat menjadi 82,6. Berdasarkan hasil penelitian diatas model pembelajaran kooperatif tipe group investigation perlu diterapkan dalam pembelajaran di sekolah untuk memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa.

(7)

7 PENDAHULUAN

Berdasar Permendiknas No.22 Tahun 2006, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diartikan sebagai mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Dalam hal ini PKn di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

PKn adalah salah satu mata pelajaran yang sulit untuk dipahami siswa Sekolah Dasar. Berdasarkan hasil observasi di SD Negeri Mranggen Kidul diperoleh keterangan dari guru kelas V bahwa PKn terbilang mata pelajaran yang sulit bagi siswa kelas V. Hal tersebut ditunjukkan dari data hasil belajar PKn yang masih terbilang rendah. Hal ini dikarenakan siswa kurang memperhatikan pelajaran, kendati berbagai upaya telah dilakukan seperti merubah tempat duduk siswa, mengusahakan anak untuk aktif mengajukan ataupun menjawab pertanyaan, namun kondisi masih belum mengalami perubahan yang signifikan.

Sebagai tenaga pendidik, guru memiliki peran penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Salah satu peran penting dari seorang guru adalah menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses pembelajaran agar tercapai hasil belajar yang maksimal. Peningkatan hasil belajar siswa tidak boleh bersifat memaksa, guru harus menemukan suatu cara untuk membuat siswa menjadi aktif belajar, salah satunya dengan melakukan inovasi terhadap cara penyampaian pembelajaran atau disebut dengan metode pembelajaran.

Berdasarkan data observasi, kondisi pembelajaran seperti diuraikan di atas perlu diatasi dengan menyusun strategi pembelajaran yang tepat. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran PKn adalah dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation (GI), dimana proses pembelajaran menggunakan model group investigation guru lebih berperan sebagai konselor. Peran tersebut ditampilkan dalam proses pemecahan masalah, pengelolaan kelas, dan pemaknaan perseorangan. Peranan guru terkait dengan proses pemecahan masalah berkenaan dengan kemampuan meneliti apa fokus masalah. Pengelolaan ditampilkan berkenaan dengan kiat menentukan informasi yang diperlukan dan pengorganisasian kelompok untuk

(8)

8

memperoleh informasi tersebut. Pemaknaan perseorangan berkenaan dengan inferensi yang diorganisasi oleh kelompok dan bagaimana membedakan kemampuan perseorangan. Penggunaan model pembelajaran group investigation diharapkan dapat lebih menghidupkan diskusi antar siswa sehingga siswa terpacu untuk mengikuti pembelajaran dan mencari jawaban dari pertanyaan yang diberikan.

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah model pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas V SD Negeri Mranggen Kidul Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar PKn melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation siswa kelas V SD Negeri Mranggen Kidul Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.

Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini yaitu: (1) Manfaat Teoritis, Secara umum, hasil penelitan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada mata pelajaran PKn. Mengingat pentingnya peran model pembelajaran dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. Penerapan model pembelajaran group investigation dalam proses pembelajaran, diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa, karena model pembelajaran group investigation sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan keberhasilan belajar, oleh sebab itu, wajar apabila guru meningkatkan pemanfaatan model pembelajaran dalam proses belajar.

(2) Manfaat Praktis, Bagi Siswa yaitu penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar PKn dan diharapkan akan timbul rasa senang pada diri siswa dalam mengikuti pembelajaran PKn. Bagi Guru SD yaitu penelitian ini diharapkan dapat menginspirasi guru SD untuk melaksanakan pembelajaran yang lebih aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dengan metode dan model yang bervariasi, dan bagi Sekolah penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan positif dalam rangka meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan.

(9)

9 TINJAUAN PUSTAKA

Pembelajaran PKn

Menurut Trianto (2009:17) pembelajaran merupakan usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang di harapkan. Dalam hal ini, pembelajaran sebagai suatu proses interaksi yang dilakukan oleh guru dengan siswa, baik di dalam maupun di luar kelas dengan menggunakan berbagai sumber belajar sebagai bahan kajian. Sedangkan Winarno (2013:72) mengatakan bahwa pembelajaran mencakup semua kegiatan yang mungkin mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar manusia.Senada dengan pendapat sebelumnya, Rombepajung dalam (Thobroni, 2015:17) mengatakan bahwa pembelajaran adalah pemerolehan suatu mata pelajaran atau pemerolehan suatu keterampilan melalui pelajaran, pengalaman atau pelajaran. Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya untuk membelajarkan siswa melalui keseluruhan sumber belajar dimana siswa terlibat aktif dalam belajarnya agar memperoleh keterampilan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Berdasar Permendiknas No.22 Tahun 2006, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diartikan sebagai mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Winarno, 2013:18). Dalam hal ini PKn di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Jadi, pembelajaran PKn merupakan suatu upaya untuk membelajarkan siswa atau membekali peserta didik menjadi sosok warga negara yang mampu berpikir kritis dan demokratis yang dilandasi oleh nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 serta mampu mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral bangsa Indonesia.

Hasil belajar

Hasil belajar menurut Arikunto (2001) sebagai hasil yang telah dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu mengadakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan. Hasil belajar juga merupakan indikator tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai bahan pelajaran yang telah diberikan sebelumnya oleh guru (Djamarah, 2006). Sependapat dengan Oemar Hamalik (2001:30-31) yang menyatakan bahwa bukti

(10)

10

seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Selanjutnya Wardani Naniek Sulistya dkk (2012) dalam buku yang berjudul ‘Asesmen Pembelajaran SD’ menjelaskan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang ada dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas yang dilakukan dalam belajar. Hasil belajar pada dasarnya adalah perolehan skor kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar. Keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperaif tipe group investigation

dapat diukur melalui hasil belajar siswa. Besarnya hasil belajar ditentukan oleh alat ukur yang berupa tes. Hasil pengukuran berupa angka.

Model Pembelajaran

Penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation

atau pemecahan masalah model kooperatif tipe Group Investigasi merupakan model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran mulai dari merencanakan topik-topik yang akan dipelajari, bagaimana melaksanakan investigasinya, hingga melakukan presentasi kelompok dan evaluasi.

Aunurrahman (2012:152), mengungkapkan beberapa kelebihan dari model group investigation yaitu sebagai berikut : Model ini mampu menumbuhkan nkehangatan hubungan antar pribadi, kepercayaan, rasa hormat terhadap aturan dan kebijakan, kemandirian dalam belajar serta hormat terhadap harkat dan martabat orang lain. Dan yang lebih penting lagi adalah bahwa model group investigation dapat dipergunakan pada seluruh areal subyek yang mencakup semua anak pada segala ntingkatan usia dan peristiwa sebagai model inti untuk semua sekolah.

Adapun kelemahan dari model pembelajaran Group Investigation adalah : (1) Jika ada seorang siswa yang tidak aktif dalam kelompoknya maka akan menghambat dari pada tujuan pembelajaran.(2)Siswa yang tidak cocok dengan anggota kelompoknya kurang bisa bekerjasama dalam memahami materi maupun menyelesaikan tugas.(3)Ada siswa yang kurang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam belajar kelompok.

(11)

11 METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas model Spiral dari Kemmis dan McTaggart. Adapun tahapan-tahapan yang terdapat pada model penelitian Kemmis dan McTaggart ada tiga, yaitu: a. Perencanaan; b. Pelaksanaan dan observasi Tindakan; serta c. Refleksi.

Gambar 1 : Bagan Model PTK yang Dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart Sumber : Pardjono, 2007

Bagan tersebut menjelaskan langkah-langkah alur penelitian sesuai pendapat Kemmis dan Mc Taggart. Hasil refleksi menentukan langkah selanjutnya pada penelitian, ketika hasil refleksi belum sesuai yang diharapkan maka akan dilaksanakan siklus selanjutnya.

Subyek Penelitian

Peneliti berperan aktif dalam proses penelitian. Peneliti bertindak sebagai pengajar, pelaksana, perencana, pengumpul data, penganalisa, dan dan pelapor hasil penelitian.. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Mranggen Kidul. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 5 SD Negeri Mranggen Kidul yang beralamatkan di Desa Mranggen Kidul Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung dengan jumlah siswa adalah 25, yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Kegiatan penelitian ini dimulai dari pengajuan judul yang dilaksanakan pada bulan Februari 2016 sampai penyusunan laporan selesai. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada hari Rabu dan Kamis tanggal 6 dan 7 April 2016. Sedangkan siklus II pada hari Rabu dan Kamis tanggal 20 dan 21 April 2016. Objek penelitian ini adalah hasil belajar siswa sebagai varibel bebas dan penggunaan model pembelajaran Group Investigation sebagai variabel terikat.

(12)

12

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, tes, serta dokumentasi, KKM PKn pada SD Negeri Mranggen Kidul.

Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan faktor yang sangat penting dan perlu dipahami, karena sangat berpengaruh sebagai tempat berpijak dalam menentukan hipotesa dan data penelitian. Variabel penelitian didefinisikan sebagai faktor yang apabila diukur memberikan nilai yang bervariasi (Slameto, 2015:195). Variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi dua, yaitu : (1) Variabel Bebas, Menurut Sugiyono (2010:61) Variabel bebas (Independent) adalah variabel yang kedudukannya tidak tergantung oleh variabel yang lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu penerapan model pembelajaran group investigation. Dimana model pembelajan group investigation

adalah model pembelajaran dengan cara siswa belajar bekerja dalam kelompok untuk memecahkan masalah dari topik yang didapat. Model ini menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, seperti buku sumber, internet, dan lain sebagainya. (2) Variabel terikat (Dependent) adalah unsur yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah hasil belajar PKn. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah nilai siswa setelah proses pembelajaran di kelas selesai. Nilai siswa dianalisis menurut KKM. Adapun SK yang dipilih dalam penelitian ini adalah 3. Memahami kebebasan berorganisasi. Sedangkan Kompetensi Dasar (KD) pada siklus I adalah 3.1. Mendiskripsikan pengertian organisasi, sedangkan KD pada siklus II adalah 3.2. Menyebutkan contoh organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pra Siklus

Pra siklus dilakukan sebelum diadakannya siklus I dan II, tujuan dari diadakannya pra siklus ini agar mengetahui bagaimana kondisi siswa dan hasil belajar siswa sebelum diterapkan pembelajaran Group Investigation. Hasil dari pra siklus dapat dibandingkan dengan hasil dari siklus I dan II dengan tujuan agar mengetahui adanya peningkatan atau tidak. Hasil pra siklus didapatkan dari wawancara langsung kepada guru kelas 5 dan pengamatan langsung ketika melakukan observasi ke SD. Observer saat wawancara guru kelas mendapatkan data hasil belajar siswa yang mengartikan bahwa perlunya diadakan peningkatan dalam pembelajaran, diketahui bahwa dari 25 siswa hanya 8 siswa atau 32% yang memperoleh nilai di atas KKM, sedangkan 17 siswa lainnya atau 68% memperoleh nilai

(13)

13

di bawah KKM. Sementara KKM yang harus dicapai yaitu 70. Berikut ini disajikan perolehan hasil belajar PKn pra siklus pada Tabel 2.

Tabel 2

Distribusi Skor Hasil Belajar PKn

ketuntasan belajar PKn pra siklus juga disajikan dalam bentuk diagram untuk melihat perbedaan persentase siswa yang tuntas dan tidak tuntas. Ketuntasan hasil belajar siswa pada tahap pra siklus terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus.

Data pra siklus tersebut memperlihatkan bahwa perlu diadakannya siklus I yang bertujuan untuk mendapatkan hasil belajar siswa yang lebih baik atau terjadi peningkatan hasil belajar siswa.

32% 68% ≥ 70 (tuntas) < 70 (tidak tuntas) No Skor Frekuensi % 1. 35 2 8 2. 45 2 8 3. 55 2 8 4. 60 1 4 5. 65 10 40 6. 75 2 8 7. 85 4 16 8. 90 1 4 9. 95 1 4 Jumlah 25 100 % Rata-rata 66,2 Maksimum 95 Minimum 35

(14)

14 Hasil Belajar Siswa siklus I

Evaluasi dilakukan setelah dilaksanakan pertemuan I dan II pada kegiatan akhir untuk mengetahui sejauh mana kepahaman siswa tentang materi yang telah diajarkan pada kegiatan inti. Setelah diberi tindakan dengan menerapkan model Group Investigation, pada pertemuan pertama sebanyak 16 siswa (64%) tuntas, sedangkan yang belum tuntas atau mendapatkan nilai di bawah KKM (70)sebanyak 9 siswa (36%). Nilai tertinggi pada siklus I adalah 95 dan nilai terendah adalah 35 dengan rata-rata kelas sebesar 74,4. Distribusi ketuntasan hasil belajar PKn pada siklus I disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3

Distribusi Hasil Belajar PKn Siklus I

No Skor Frekuensi % 1. 50 1 4 2. 55 1 4 3. 60 1 4 4. 65 6 24 5. 70 3 12 6. 75 4 16 7. 85 5 20 8. 90 2 8 9. 95 2 8 Jumlah 25 100 % Rata-rata 74,4 Maksimum 95 Minimum 50

hetuntasan Hasil belajar siswa pada siklus I juga dapat dilihat dalam bentuk diagram untuk melihat perbedaan persentase siswa yang tuntas dan tidak tuntas. Ketuntasan hasil belajar PKn pada siklus I terlihat pada Gambar 4.

64% 36%

Tuntas ≥ 70 Tidak Tuntas < 70

(15)

15

Gambar 4. Diagram Ketuntasan Hasil Belajar PKn Siklus I.

Hasil Belajar Siswa Siklus II

Evaluasi dilakukan setelah dilaksanakan pertemuan I dan II pada kegiatan akhir untuk mengetahui sejauh mana kepahaman siswa tentang materi yang telah diajarkan pada kegiatan inti. Pembelajaran dengan menerapkan model Group Investigation yang tuntas sebanyak 23 siswa (92 %) sedangkan yang belum tuntas dalam belajarnya atau mendapatkan nilai di bawah KKM yaitu (60) sebanyak 2 siswa (8%), dengan nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 50 dengan dengan skor rata-rata sebesar 82,6. Perolehan hasil belajar PKn setelah tindakan pada siklus II disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4

Distribusi Hasil Belajar PKn Siklus II

No Skor Frekuensi % 1. 50 1 4 2. 65 1 4 3. 70 3 12 4. 75 4 16 5. 80 3 12 6. 85 3 12 7. 90 4 16 8. 95 3 12 9. 100 3 12 Jumlah 25 100 % Rata-rata 82,6 Maksimum 100 Minimum 50

Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II juga dapat dilihat dalam bentuk diagram untuk melihat perbedaan persentase siswa yang tuntas dan tidak tuntas. Ketuntasan hasil belajar PKn pada siklus II pada Gambar 5.

(16)

16

Gambar 5. Diagram Ketuntasan Hasil Belajar PKn Siklus II.

Berdasarkan hasil tersebut, maka siklus II dapat dikatakan sudah berhasil. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan penerapan model Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran menjadil lebih optimal dengan siswa menemukan sendiri masalah yang dihadapinya secara berkelompok, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.pembagian tugas kelompok yang merata serta kerjasama yang baik juga sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Gambar 6. Siswa Mengerjakan Evaluasi

Data yang diperoleh dari prasiklus, siklus I dan siklus II memperlihatkan adanya perubahan hasil belajar atau peningkatan hasil belajar pada setiap hasil evaluasi. Perubahan terjadi dikarenakan adanya perbaikan untuk siklus berikutnya. Perubahan hasil belajar pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5

Perbandingan Hasil Evaluasi Pra Siklus, Siklus I dan II

No KKM 70

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

1 Tuntas ( ≥ 70) 8 32% 16 64% 23 92% 92% 8% ≥ 70 (tuntas) < 70 (tidak tuntas)

(17)

17 2 Tidak Tuntas ( ≤ 70) 17 68% 9 36% 2 8% Jumlah 25 100% 25 25 Rata-rata 66,2 74,4 82,6 Maksimum 95 95 100 Minimum 35 50 50

Kesimpulan dari Tabel 5 adalah setiap pertemuan terdapat peningkatan hasil belajar PKn. Pada pra siklus rata-rata kelas sebesar 66,2, sedangkan pada siklus I skor rata-rata meningkat menjadi 74,4 adapun pada siklus II skor rata-rata meningkat menjadi 82,6. Perbandingan ketuntasan hasil belajar PKn tersebut dapat lebih jelas terlihat pada grafik di bawah.

Gambar 7. Grafik Perbandingan Ketuntasan Belajar PKn Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Kesimpulannya dari penggunaan model pembelajaran Group Investigation sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Pernyataan tersebut dapat diketahui setelah peneliti melakukan evaluasi. Pembelajaran pada penelitian kelas 5 SD Negeri Mranggen Kidul dilaksanakan melalui dua siklus, setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan dengan masing-masing pertemuan selama 70 menit.

PENUTUP

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SD Negeri Mranggen Kidul pada siswa kelas 5 semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar PKn.

Prasiklus Siklus I Siklus II

Frekuensi ≥ 70 (Tuntas) 8 16 23 < 70 (Tidak Tuntas) 17 9 2 0 5 10 15 20 25

(18)

18

Hal ini terlihat dari peningkatan hasil setiap siklus. Pada pra siklus rata-rata ulangan harian sebesar 66,2. Kemudian pada siklus I skor rata-rata meningkat sebesar 8,2 menjadi 74,4. Adapun pada siklus II meningkat menjadi 82,6. Hal ini terbukti dari ketuntasan belajar siswa. Pada prasiklus hanya terdapat 8 siswa atau 32% yang memperoleh ketuntasan belajar sedangkan 17 siswa lainnya belum mengalami ketuntasan belajar dengan nilai tertinggi 95 nilai terendah yaitu 35. Pada siklus I sebanyak 16 atau 64% siswa tuntas dan 9 atau 36% siswa lainnya tidak tuntas, terlihat dari nilai terendah yaitu 50 sedangkan nilai tertinggi yaitu 95. Sementara pada siklus II sebanyak 23 atau 92% memperoleh ketuntasan belajar dan hanya 2 atau 8% siswa yang tidak tuntas dengan nilai terendah yaitu 50 nilai tertinggi yaitu 100.

. Hipotesis tindakan dalam penelitian ini terbukti yaitu melalui model pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas 5 SD Negeri Mranggen Kidul pada semester 2 tahun pelajaran 2015/2016. Agar penerapan model Group Investigion dapat lebih optimal penggunaanya, peneliti memberikan saran kepada berbagai pihak yaitu bagi guru, siswa, dan sekolah agar mau memahami model tersebut dan diterapkan dalam kegiatan pembelajaran atau penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. cetakan ke-4. Bandung: Alfabeta. BSNP. 2006. KTSP. Jakarta: BSNP.

Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Pardjono, dkk. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta.

Slameto. 2015. Metodologi Penelitian dan Inovasi Pendidikan. Salatiga: Satya Wacana University Press.

Thobroni. 2015. Belajar dan Pembelaaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Trianto. 2009. Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Gambar

Gambar 1   : Bagan Model PTK yang Dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart  Sumber      :  Pardjono,  2007
Gambar 6. Siswa Mengerjakan Evaluasi
Gambar 7. Grafik Perbandingan Ketuntasan Belajar PKn   Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

campur kode adalah sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan memiliki fungsi dan otonomi, sedangkan kode yang lain yang terlibat dalam penggunaan bahasa tersebut hanyalah

PEMISAHAN DAN PEMURNIAN SENYAWA METIL PIPERAT DARI EKSTRAK METANOL TUMBUHAN CABE JAWA (Piper retrofractum Vahl. ) ASAL JAWA BARAT.. Universitas Pendidikan Indonesia

[r]

Sebagai contoh, jika suatu perusahaan pelayaran memiliki 3.000 TEUs untuk salah satu rutenya, maka dapat dilihat yang paling efisien pada rute tersebut dengan jumlah

Lokasi Tipikal Kerusakan Pile Saat Gempa Besar Terjadi (Antonio

Dengan adanya aplikasi ini bagi pemula yang menggemari bulu tangkis dapat mempelajari dengan baik dan benar, selain itu aplikasi ini juga memberikan informasi yang lengkap

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan tersebut, bersama ini kami sampaikan pengumuman nama-nama guru peserta PLPG tahap I – tahap II yang dinyatakan (a) LULUS, (b) MENGIKUTI

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis budaya sekolah memotret berbagai macam bentuk pembiasaan, model tata kelola sekolah, termasuk di dalamnya pengembangan peraturan