• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Suplementasi Mineral Zn dan Vitamin E terhadap Performa ayam Kampung (Gallus domesticus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Suplementasi Mineral Zn dan Vitamin E terhadap Performa ayam Kampung (Gallus domesticus)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH SUPLEMENTASI MINERAL ZN DAN VITAMIN

E TERHADAP PERFORMA AYAM KAMPUNG (

Gallus

domesticus

)

BELLA JUNI ARTHA SARI SIRAIT

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Suplementasi Mineral Zn dan Vitamin E terhadap Performa ayam Kampung (Gallus domesticus) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2014

Bella Juni Artha sari Sirait

(4)
(5)

ABSTRAK

BELLA JUNI ARTHA SARI SIRAIT. Pengaruh Suplementasi mineral Zn dan Vitamin E terhadap Performa Ayam Kampung (Gallus domesticus). Dibimbing oleh RITA MUTIA dan SUMIATI.

Mineral Zn dan vitamin E berperan aktif dalam metabolisme dan melindungi sel darah yang berfungsi untuk transportasi zat gizi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji suplementasi mineral Zn dan vit E pada ransum terhadap performa ayam kampung (Gallus domesticus) dan panjang shank. Penelitian ini menggunakan ayam kampung 160 ekor yang dipelihara dari umur 8 sampai 13 minggu. Data dinalisis menggunakan ANOVA dengan Rancangan Acak Lengkap, terdiri atas 4 perlakuan dan 4 ulangan. Ransum perlakuan yang diberikan adalah: R1 (ransum kontrol, tanpa penambahan mineral Zn dan Vitamin E), R2 (R1 + mineral Zn 200ppm ), R3 (R1 + vitamin E 200IU), dan R4 (R1 + mineral Zn 200ppm dan vitamin E 200IU) . Peubah yang diamati pada penelitian ini yaitu konsumsi ransum, bobot badan akhir, pertambahan bobot badan, konversi ransum, mortalitas, dan panjang shank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan mineral Zn dan vitamin E tidak mempengaruhi performa ayam kampung. Tidak ada mortalitas akibat perlakuan selama penelitian ini. Kandungan mineral Zn dan Vitamin E dalam ransum kontrol sudah memenuhi kebutuhan ayam kampung.

Kata Kunci: ayam kampung, mineral Zn, performa, vitamin E.

ABSTRACT

BELLA JUNI ARTHA SARI SIRAIT. The Effect of Mineral Zn and Vitamin E Suplementation to the Performances of Kampong Chicken. Supervised by RITA MUTIA and SUMIATI.

Zink and vitamin E plays an active role in the metabolism and protect blood cells whose function is to transport nutrients. The objective of this study was to evaluase the effect of Zn and vitamin E suplementation on performances of kampong chicken (Gallus domesticus) and the length of the shank. One hundred and sixty kampong chickens were used in this experiment and reared from 8 up to 10 weeks of age. The data analyzed with a Completely Randomized Design using 5 treatment diets and 4 replications, with 10 birds in each replicate. The experimental diets were : R1 ( control diet, without mineral Zn and vitamin E), R2 ( R1 + Zn 200ppm ), R3 ( R1+ vitamin E 200IU ), and R4 ( R1 + Zn 200ppm and vitamin E 200IU ). Parameter observed were feed intake, the final body weight, body weight gain, feed conversion, mortality, lenght of the shank.The results showed that Zn and vitamin E suplementation did not affect the performances of kampung chicken. There was no mortality due to treatments during the study. Mineral Zn and Vitamin E in the diets were already meet the requirement of kampong chicken

(6)
(7)

3

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

PENGARUH SUPLEMENTASI MINERAL ZN DAN VITAMIN

E TERHADAP PERFORMA AYAM KAMPUNG (

Gallus

domesticus

)

BELLA JUNI ARTHA SARI SIRAIT

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

5

Judul Skripsi :Pengaruh Suplementasi Mineral Zn dan Vitamin E terhadap Performa ayam Kampung (Gallus domesticus)

Nama : Bella Juni Artha Sari Sirait NIM : D24090016

Disetujui oleh

Dr Ir Rita Mutia, MAgr Pembimbing I

Dr Ir Sumiati, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHKS, MSi Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Allah Maha Kuasa yang bertahta di Surga atas segala berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh suplementasi Mineral

Zn dan Vitamin E terhadap Performa ayam Kampung (Gallus domesticus)”. Suplementasi vitamin dan mineral sangat penting untuk kebutuhan nutrien ternak. Suplementasi mineral Zn dan Vitamin E yang mampu membantu metabolisme ternak dalam lingkungan yang ekstrim. Harapannya suplementasi mineral Zn dan Vitamin E berpengaruh terhadap performa Ayam Kampung yang lebih baik.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Rita Mutia, M.Agr dan Dr. Ir. Sumiati, M.Sc sebagai komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan sejak awal hingga selesainya skripsi ini. Disamping itu ungkapan trimakasih juga disampaikan kepada bapak, ibu serta keluarga, atas doa dan kasih sayangnya.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

METODOLOGI PENELITIAN ... 2

Bahan 2

Ternak 2

Ransum 2

Alat 3

Kandang dan Peralatan 3

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 3

Prosedur Percobaan ... 3

Pemeliharaan 3

Rancangan Analisis Data ... 3

Rancangan Percobaan ... 3

Peubah... 4

Perlakuan ... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4

Suhu Kandang 4

Performa Ayam Kampung ... 4

Panjang Shank ... 7

SIMPULAN DAN SARAN ... 8

Simpulan ... 8

Saran ... 8

DAFTAR PUSTAKA 8

LAMPIRAN 10

RIWAYAT HIDUP 13

(14)

DAFTAR TABEL

1. Hasil analisis kandungan nutrien pakan komersial 2 2. Hasil Analisa Kandungan Vitamin E Pada Pakan 2 3. Rataan konsumsi ransum, bobot badan akhir, pertambahan bobot

badan,konversi ransum ayam kampung selama 5 minggu penelitian 5 4. Rataan panjang shank ayam kampung selama 5 minggu penelitian 7

DAFTAR GAMBAR

1. Grafik pola konsumsi ayam kampung 5

2. Grafik pola pertambahan bobot ayam kampung 6

DAFTAR LAMPIRAN

1. ANOVA konsumsi ransum ayam kampung (umur 7-12 minggu) 10 2. Uji lanjut Duncan konsumsi ransum ayam kampung 10 3. ANOVA bobot badan awal ayam kampung (umur7-12minggu) 10 4. Uji lanjut Duncan bobot badan awal ayam kampung 10 5. ANOVA bobot badan akhir ayam kampung (umur7-12minggu) 10 6. Uji lanjut Duncam bobot badan akhir ayam kampung 11 7. ANOVA pertambahan bobot badan ayam kampung

(umur 7-12 minggu) 11

8. Uji lanjut Duncan pertambahan bobot badan ayam kampung 11 9. ANOVA konversi ransum ayam kampung (umur 7-12 minggu) 11 10.Uji lanjut Duncan konversi ransum ayam kampung 11 11.ANOVA panjang shank ayam kampung (umur 7-12 minggu) 12 12.Uji lanjut Duncan panjang shank ayam kampung 12

(15)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Ayam kampung (Gallus domesticus) merupakan unggas yang sangat populer dikalangan masyarakat pedesaan di Indonesia. Ayam kampung di Indonesia mempunyai jarak genetik yang sangat erat dengan ayam hutan merah Sumatera (Gallus gallus gallus) dan ayam hutan hijau jawa (Gallus javanicus) (Mansjoer 1985). Populasi ayam Kampung pada 3 tahun terakhir mengalami peningkatan dari tahun 2010- 2012 yakni 257.54, 264.34, 285.2 juta ekor (Ditjennak 2012). Ayam kampung merupakan ternak penghasil daging yang cukup potensial, namun pengembangannya belum optimal seperti ayam broiler. Sistem pemeliharaan ayam kampung biasanya menggunakan sistem ektensif sehingga menyebabkan perkembangan dan kesehatan ayam sulit dikontrol. Cekaman panas merupakan kondisi dimana kesehatan ternak terganggu yang disebabkan oleh adanya lingkungan yang terjadi secara terus menerus pada hewan dan mengganggu proses homeostasis (Leeson dan Summers 2001). Suhu rata-rata didaerah tropis adalah 29.8-36.9oC pada siang hari dan 12.4-24.2 oC pada malam hari (BPS 2001). Menurut Kusnadi (2006), cekaman panas pada ayam dapat menurunkan konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, efisiensi penggunaan ransum, dan meningkatkan angka kematian.

Mineral Zn adalah salah satu mineral mikro mineral (trace mineral) esensial yang telah dikenal lebih dari 50 tahun. Sebagai mineral mikro, Zn hanya diperlukan dalam jumlah mikrogram atau mikromiligram per hari dan ditemukan dalam jaringan tubuh dalam konsentrasi yang rendah (Perry et al. 2004). Zn juga merupakan mineral yang diperlukan pada seluruh fase perkembangan unggas. Zink merupakan komponen penting dari sistem biologi antioksidan dan dibutuhkan untuk memaksimalkan performa, pertumbuhan, dan modulasi dari sistem imun, berdasarkan fungsi zink yang merupakan kofaktor dari beberapa macam enzim (Powell 2000).

Vitamin E merupakan komponen antioksidan utama dalam sistem biologis dan berperan penting dalam pengaturan metabolisme, melindungi struktur seluler dan menjaga stabilitas membran biologi dari kerusakan dan juga merupakan bagian penting dari reaksi reduksi oksidasi sel. Menurut Hughes (2003), vitamin E sebagai antioksidan intraseluler yang kuat, berperan menjaga integritas membran sel, dan melindungi limfosit dan monosit dari gangguan radikal bebas yang dapat mengganggu proses metabolisme, termasuk penyerapan mineral Zn, yang sangat dibutuhkan untuk berfungsinya banyak enzim yang berperan dalam metabolisme. Sahin et al. (2006) menyatakan kombinasi mineral Zn dan Vit E mempunyai efek sinergis dalam fungsinya sebagai antioksidan sehingga dapat lebih efektif dalam mengurangi formasi radikal bebas dan kerusakan seluler.

Tujuan

(16)

2

METODE PENELITIAN

Bahan

Ternak

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam kampung yang berumur 7 minggu sebanyak 160 ekor dengan bobot badan rata-rata 585.58±10.62 gr ekor-1 yang dialokasikan ke dalam 4 perlakuan dengan 4 ulangan secara acak, dan setiap ulangan terdiri atas 10 ekor ayam. Ayam kampung diperoleh dari hibah Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI) yang diberikan kepada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor

Ransum

Ransum yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan komersial ayam broiler BR21E dari PT. Shinta Feed. Sumber vitamin E yang digunakan dalam penelitian ini adalah vitamin E 50 (kandungan vitamin E 50%) dan sumber mineral Zink organik dari Zn optimin 15 (kandungan zink 15%) produksi PT. Trouw Nutrition Indonesia berbentuk bubuk. Kandungan nutrien ransum kontrol disajikan pada Tabel 1 dan kandungan vitamin E dan Zn dalam ransum disajikan pada Tabel 2.

Tabel 1 Kandungan nutrien ransum kontrol

Kandungan nutrien Kandungan dalam pakan

Bahan Kering (%) 1) 87.85

Hasil Analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan , Departemen ilmu Nutrisi dan Teknologi pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (2013); 2) Hasil analisis Laboratorium Pengujian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen pertanian (2013); 3)Lab Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (2013)

(17)

3

Alat

Kandang dan peralatan

Kandang yang digunakan pada penelitian ini berukuran 4 x 4 m sebanyak 2 kandang dan masing-masing dibagi menjadi 8 sekat dengan ukuran 1m x 1m. Pada bagian pinggir kandang menggunakan bilah kayu dan bagian dalamnya menggunakan kawat kecil. Kandang diisi sekam sebagai alas dan dilengkapi dengan tempat air minum dan tempat pakan yang digantung sejajar dengan menggunakan tali . Kandang juga dilengkapi lampu untuk menerangi kandang saat malam hari dan tirai sebagai penutup kandang.

Alat yang digunakan adalah thermometer untuk mengukur suhu kandang, timbangan digital 5kg untuk menimbang pakan dan ayam. Plastik bening untuk membungkus pakan, alat tulis yang digunakan untuk menulis data.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium lapangan nutrisi unggas, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan selama 5 minggu yaitu pada tanggal 21 Januari 2013 sampai dengan 25 Februari 2013.

Prosedur Percobaan

Pemeliharaan

Sebelum mulai pemeliharaan, kandang yang sudah disekat diacak, kemudian dimasukkan 10 ekor ayam dengan membedakan jenis kelaminnya yakni 5 ekor jantan dan 5 ekor betina. Pada saat penimbangan ayam diberi vitamin (Vita Stress) yang dilarutkan ke dalam air minum dengan dosis 1 g dalam 2 l air untuk mengurangi stress. Ransum dan air minum diberikan ad libitum. Pemeliharaan ayam dilakukan dari umur 7 minggu sampai 12 minggu. Setiap minggu dilakukan penimbangan ayam dan sisa pakan.

Rancangan Analisis Data

Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan 4 perlakuan dengan empat kali ulangan. Masing-masing ulangan terdiri atas 10 ekor ayam. Model matematik yang digunakan adalah:

Yij = µ + τi + ε ij

Keterangan :

Yij : Respon percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ : Rataan umum

τi : Efek perlakuan ke-i

εij : Error perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

(18)

4

Perlakuan

Perlakuan yang digunakan dalam penelitian adalah: R1 = ransum kontrol

R2 = R1 + mineral Zn 200ppm R3 = R1 + Vit. E 200 IU

R4 = R1 + Vit. E 200 IU + mineral Zn 200 ppm Peubah yang diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi ransum, bobot badan akhir, pertambahan bobot badan, konversi ransum, mortalitas, panjang shank. Konsumsi ransum (gram ekor-1) per minggu diperoleh dari jumlah ransum yang diberikan selama satu minggu dikurangi sisa ransum selama satu minggu penelitian. Bobot badan akhir (gram ekor-1) diperoleh dengan melakukan penimbangan per ekor pada semua ayam yang digunakan dalam penelitian. Pertambahan bobot badan (gram ekor-1) adalah bobot badan minggu terakhir penelitian dikurangi dengan bobot badan awal penelitian. Konversi ransum diperoleh dari konsumsi ransum selama penelitian dibagi dengan pertambahan bobot badan selama penelitian. Mortalitas (%) adalah jumlah ayam yang mati pada periode tertentu dibagi dengan jumlah ayam diawal penelitian dikali 100%. Panjang tarsometatarsus (mm) dilakukan pengukuran sepanjang tulang

tarsometatarsus (shank).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Suhu Kandang

Hasil pengukuran suhu kandang selama penelitian, diperoleh rataan suhu yakni pada pagi hari (pukul 05.00 WIB) 24 oC, siang hari (pukul 13.00 WIB) 30

o

C dan pada sore hari (pukul 16.00 WIB) 26oC. Suhu kandang selama pemeliharan relatif lebih tinggi dbandingkan suhu nyaman unggas, namun ayam buras masih toleran sehingga tidak berpengaruh negatif pada produktivitas ayam kampung (Sumanto et al. 1990).

Performa Ayam Kampung

(19)

5

Tabel 3 Rataan konsumsi ransum, bobot badan akhir, pertambahan bobot badan, konversi ransum ayam kampung selama 5 minggu penelitian

Peubah R1 R2 R3 R4

Bobot badan awal

(g ekor-1) 582.25±9.88 587.42±10.75 575.67±19.93 584.70±9.09 Konsumsi

Ransum

(g ekor-1) 2472.80±122.29a 2324.64±78.75c 2450.75±110.84ab 2354.05±103.50bc Bobot badan 200 IU Vitamin E); superskrip dengan huruf kecil pada baris menunjukkan pengaruh berbeda nyata (P<0.05)

Konsumsi ransum yang rendah yakni pada R4 mampu menghasilkan bobot badan akhir yang lebih tinggi dibandingkan kontrol. Jumlah ransum yang dikonsumsi mempunyai hubungan yang erat dengan pertumbuhan, tetapi ayam yang mengkonsumsi lebih banyak belum tentu memperlihatkan pertumbuhan yang baik.

Grafik 1 menunjukkan bahwa konsumsi umur 8 minggu hingga umur 11minggu(ayam umur 11 minggu) mengalami kenaikan dan mengalami penurunan pada ayam umur 12 minggu. North dan Bell (1990) menyatakan bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh galur, tipe ayam, makanan dan program pemeliharaan serta kondisi lingkungan. Menurut Cresswell dan Gunawan (1982) konsumsi rata-rata ayam kampung sebesar 88 gram/hari.

Gambar 1 Grafik pola konsumsi pakan Ayam Kampung umur 8-12 minggu Berdasarkan hasil analilis ragam yang dapat dilihat pada Tabel 3 bahwa perlakuan tidak mempengaruhi pertambahan bobot badan. Hal ini dapat dilihat

(20)

6

bahwa masing-masing perlakuan memiliki pertambahan bobot badan yang tidak jauh berbeda. Pertambahan bobot badan sangat bergantung pada pertumbuhan yang berhubungan dengan mutu pakan, keseimbangan zat nutrisi, suhu lingkungan, tipe dan strain ayam serta sistem perkandangan dan pengendalian penyakit. Berdasarkan data pada Tabel 3 pertumbuhan ayam kampung pada penelitian ini cukup baik yang diikuti dengan pertambahan bobot badan yang tinggi selama 5 minggu (Grafik 2). Pertambahan bobot badan yang tinggi terlihat pada perlakuan R4 (penambahan mineral Zn dan Vit E ). Tillman et al. (1991) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan (PBB) diartikan sebagai kemampuan mengubah zat-zat nutrisi yang ada dalam pakan menjadi daging. Pertambahan bobot badan menunjukkan bahwa pakan yang dikonsumsi oleh ayam cukup efisien dan banyak digunakan untuk pertumbuhan. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu lingkungan, ransum, penyakit (Mansjoer 1985). Suhu nyaman ayam kampung antara 19-27o celcius.

Gambar 2 Grafik pola pertambahan bobot badan ayam Kampung umur 8-12 minggu

Berdasarkan hasil analisis ragam pada Tabel.2 menunjukkan bahwa perlakuan tidak mempengaruhi (P>0.05) bobot badan akhir ayam kampung. Hal ini karena kebutuhan mineral Zn dan vit E pada ransum telah mencukupi sehingga adanya suplementasi tidak mempengaruhi bobot badan akhir ayam. Rataan bobot akhir ayam kampung umur 13 minggu berkisar 1244.77-1276.22 g/ekor. Menurut Gunawan dan Sartika (2000), rataan bobot badan dan pertambahan bobot badan ayam kampung umur 12 minggu berturut-turut sebesar 923.57 dan 898.10 g/ekor. Perbedaan ini karena pada penelitian ini menggunakan pakan broiler sehingga menghasilkan bobot badan akhir yang cukup tinggi.

(21)

7

dengan perlakuan lain. Pertambahan bobot badan R4 2.64% lebih tinggi dibandingkan R1. Perlakuan R4 dengan konversi ransum yang lebih rendah 7.33% dibanding kontrol mampu menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi sehingga penggunaan R4 lebih efisien. Konversi ransum merupakan perbandingan antara konsumsi ransum dengan pertambahan bobot badan. Konversi ransum dapat digunakan sebagai indikator pertama baik dan buruk ransum yang digunakan (Rasyaf 1999).

Pada penelitian ini tidak ada ayam kampung yang mati karena perlakuan, yang berarti ransum kontrol maupun perlakuan tidak mengganggu metabolisme ayam kampung. Mortalitas atau kematian merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan efisiensi produksi suatu usaha peternakan. Subiharta et al. (1995) menyatakan bahwa ayam buras yang mendapat ransum dengan kandungan nutrisi lebih baik dan lengkap mempunyai daya tahan terhadap penyakit infeksi atau yang lainnya lebih baik dibanding dengan ayam yang mendapat ransum kualitas rendah. Tidak adanya mortalitas menunjukkan bahwa pemberian Zn 200ppm dan vit E 200IU masih bisa diterima tubuh ayam kampung.

Panjang shank

Shank atau tulang tarsometatarsus terbentuk melalui penggabungan ruas paling bawah dari tulang tarsal dan tulang metatarsal jari II, III dan IV (Mclelland 1990). Tulang tarsometatarsus atau shank sebagian besar ditutupi sisik dengan warna yang bervariasi (North dan Bell 1990).

Tabel 4 Rataan panjang shank ayam kampung selama 5 minggu penelitian

R1 (ransum kontrol), R2 (R1 + 200ppm Zn), R3 (R1 + 200 IU Vitamin E), R4 (R1 + 200ppm Zn + 200 IU Vitamin E).

Panjang shank ayam kampung selama 5 minggu penelitian berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap panjang shank. Pada Tabel 4 rataan panjang shank untuk ayam kampung jantan menunjukkan hasil yang tidak berbeda jauh, sama halnya rataan panjang shank ayam kampung betina menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Rataan panjang shank ayam kampung jantan lebih panjang dibandingkan panjang shank ayam kampung betina masing-masing sebesar 89.84 mm dan 79.28 mm (Tabel 4). Moniharapon (1997) menyatakan bahwa panjang shank ayam kampung yang dipelihara secara intensif pada jantan umur 12 minggu mencapai 5.64cm dan betina 4.76cm. Nishida et al. (1980) menyatakan bahwa pada ayam kampung jantan dan betina, ukuran panjang tulang tarsometatarsus masing-masing sebesar 105.45 mm dan 89.5 mm.

Panjang shank mempunyai korelasi yang positif dengan bobot badan (Ibiary dan Jull 1948) dan menurut Collins et al. (1964), ukuran panjang shank penting dalam hubungannya dengan bobot badan. Hasil rataan panjang shank selama 5 minggu penelitian menunjukkan korelasi positif karena panjang shank R2 dengan rataan 90.76 mm memiliki rataan bobot badan lebih tinggi 1470.25 gram ekor-1

R1 R2 R3 R4 Rataan (mm)

(22)

8

dibandingkan kontrol yakni rataan panjang shank 89.25 mm dengan rataan bobot badan 1422.62 gram ekor-1.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penambahan mineral Zn dan Vitamin E tidak mempengaruhi performa ayam kampung. Penambahan mineral Zn 200ppm dan vitamin E 200IU meningkatkan pertambahan bobot badan dan mengurangi konsumsi ransum sehingga menghasilkan efisiensi penggunaan pakan. Penambahan mineral Zn 200ppm dan vitamin E 200IU tidak mempengaruhi panjang shank ayam kampung.

Saran

Perlu dilakukan lagi penelitian lebih lanjut dengan menggunakan DOC dan menggunakan ransum sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Bell JA, Griinari JM, Kennely JJ. 2006. Effect of Safflower Oil, Flaxseed Oil, Monensin, and Vitamin E on Concentration of Conjugated Linoleac Acid in Bovine Milk Fat.Journal Dairy Science 79(9):1-8.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2001. Statistik Indonesia 2001. [Internet]. 2013. [Diunduh tahun 2013 Januari 20]. Bogor. Tersedia pada http:www.bps.go.id/.

Collins WW, Nordskog MAW, Skoglund WC. 1964. Repeatability of body measurement in broiler type chicken. Poultry Science 43: 759.

Cresswell DC, Gunawan B. 1982. Pertumbuhan badan dan Produksi telur dari strain ayam Kampung pada system pemeliharaan intensif. Di dalam:

Proceeding Seminar Penelitian Peternak. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak.

[DITJENNAK] Direktorat Jenderal Peternakan. 2012. Buku Statistik Peternakan. Jakarta (ID): Departemen Pertanian.

Hardjosworo PS. 1995. Peluang Pemanfaatan potensi genetik dan prospek pengembangan unggas lokal. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional sains dan Teknologi Peternakan. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Departemen Pertanian.

Hughes DA.2003.Antioxidant Vitamins and Immune Function. Di dalam: Calder PC Editor. Nutrition and Immune Function.New York (USA): CABI publishing.

Ibiary HE, Jull MA. 1948. Criteria and genetics variation of live body conformation in turkeys. Poultry Science 27:40.

(23)

9

Kusnadi E. 2008. Perubahan malonaldehida hati, bobot relatif bursa fabricius dan rasio heterofil/limfosit (H/L) ayam broiler yang diberi cekaman panas. Padang (ID): Universitas Andalas Padang Kampus Limau Manis Leeson S, JD Summers. 2001. Nutrition of the Chicken 4th Ed. Ontarion,

Canada (CA) : University Books, Guelph.

Mansjoer SS.1985.Pengkajian sifat-sifat produksi ayam kampung serta persilangannya dengan ayam Rhode Island Red [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

McLelland J, King AS. 1975. Outlines of Avian Anatomy. London (UK): Bailliere Tindall.

Moniharapon M. 1997. Studi sifat-sifat biologis ayam Kampung dan ayam Gemba di Maluku sampai dewasa kelamin [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nickel R, Schummer A, Seiferle E, Siller WG, Wright PAL. 1977. Anatomy of the Domestic Birds. Berlin-hanburg (GER): Verlag Paul Parey.

Nishida T, Nozawa K, Kondo K, Mansjoer SS, Martojo H. 1980. Morphological and Genetical Studies on the Indonesian Native Fowl. The Origin and Phylogeny of Indonesian Native Livestock. Jakarta (ID) : The Research Group of Overseas scientific Survey. Hal:47-70

North MO, Bell DD. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Ed. New York (USA): Van Nostrand Reinhold Publishing.

Perry TW, Arthur EC and Robert SL. 2004. Feeds & Feeding. 6th Ed. Prentice Hall.New Jersey (USA): Upper Saddle River.

Powell SR. 2000. The antioxidant properties of zinc. J Nutr. 130, pp. 47s-1454S. Rasyaf M. 1999. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan ke-14 . Jakarta (ID): Penebar

Swadaya.

Sahin K, Onderci M, Sahin N, Gulcu F, Yildiz N, Avci M, Kucuk O. 2006. Responses of quail to dietary vitamin E and zinc picolinate at different environmental temperatures. Anim Feed Sci and Tech. 129:39-48.

Sartika T, Gunawan B. 2000. Seleks Generasi kedua (G2) untuk mengurangi sifat mengeram. Laporan Penelitian Tahun 2000. Bogor (ID) : Balai Penelitian Ternak Ciawi.

Scott RL, Austic RE. 1976. Influence of Potassium on Lysine Catabolism in the Chicks. Manhattan (USA): Poultry Science Association.

Steel RGD, dan Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Sumantri B, penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka.

Subiharta , Yuwono DM, Muryanto. 1995. Pengaruh lama pemanasan dan kepadatan kandang terhadap penampilan ayam lokal umur 1-5 minggu. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan, 25-26 Januari. Bogor (ID) : Balitnak.

Sumanto, Juarini E, Iskandar S, Wibowo B, santoso. 1990. Pengaruh perbaikan dan tata laksana terhadap penampilan usaha ternak ayam buras di Desa Pangradin. JI Pet.4(3):322-328

Surai PF. 2003. Natural Antioxidants In Avian Nutrition and Reproduction. Nottingham (UK): Nottingham University Press.

(24)

10

LAMPIRAN

Lampiran 1 ANOVA konsumsi ransum ayam kampung (umur7-12minggu) Jumlah Perlakuan 7868436.250 3 2622812.083 5.188 .016

Galat 6066647.500 12 505553.958

Total 1.394E7 15

Lampiran 2 Uji lanjut DUNCAN konsumsi ransum Perlakuan

Lampiran 3 ANOVA bobot badan awal ayam kampung (umur7-12minggu) Jumlah

Lampiran 4 Uji lanjut DUNCAN bobot badan awal ayam kampung

Perlakuan N

(25)

11

Lampiran 6 Uji lanjut DUNCAN bobot badan akhir ayam kampung

Perlakuan N

Lampiran 7 ANOVA pertambahan bobot badan ayam kampung (umur 7-12 minggu)

Lampiran 8 Uji lanjut DUNCAN pertambahan bobot badan

Perlakuan N

Lampiran 9 ANOVA konversi ransum ayam kampung (umur7-12minggu) Jumlah

Lampiran 10 Uji lanjut DUNCAN konversi ransum ayam kampung

(26)

12

Lampiran 11 ANOVA panjang shank ayam kampung (umur 7-12minggu) Jumlah

kuadrat

Derajat bebas

Kuadrat tengah

Fhit Signifikansi

Perlakuan 7.113 3 2.371 .389 .763

Galat 73.201 12 6.100

Total 80.314 15

Lampiran 12 Uji lanjut DUNCAN panjang shank ayam kampung

Perlakuan N

subset for alpha = 0.05 1

4 4 83.5500

1 4 84.1875

3 4 85.0650

2 4 85.1775

(27)

13

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pematangsiantar, Sumatera Utara pada tanggal 4 Juni 1991. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Saut Halomoan Sirait, S.Pd dan Ibu Judia Endarina Tarigan, S.Pd. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 097522 Perumnas batu 6 pada tahun 1997-2003. Pendidikan dilanjutkan di SMP Budi Mulia Pematangsiantar hingga tahun 2006 dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2009 di SMA Negeri 3 Pematangsiantar, Sumatera Utara.

Penulis diterima di IPB pada tahun 2009 melalui jalur

Undangan (USMI). Selama kuliah, penulis pernah menjadi pengurus persekutuan asrama bidang pelayanan komisi persekutuan di UKM PMK IPB (2010-2012). Penulis juga Pernah menjadi anggota divisi Dana Usaha di HIMASITER pada tahun 2011-2012. Penulis juga pernah mengikuti magang yang diadakan HIMASITER di lab PBMT pada tahun 2011, dan magang di PT. Sierad Produce, Tbk pada tahun 2012. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Agama Kristen Protestan pada tahun ajaran 2010/2011 dan 2011/2012 dan menjadi koordinator asisten praktikum mata kuliah Agama Kristen Protestan pada tahun 2012/2013.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Rita Mutia, M.Agr dan Dr. Ir. Sumiati, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi serta pembimbing akademik atas bimbingan yang diberikan. Ungkapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Sri Suharti, S.Pt, M.Si selaku pembahas seminar hasil penelitian penulis pada tanggal 23 Juli 2013.

Gambar

Tabel 3 Rataan konsumsi ransum, bobot badan akhir, pertambahan bobot badan, konversi ransum ayam kampung selama 5 minggu penelitian

Referensi

Dokumen terkait

3. Apakah tempat usaha dekat dengan akses bahan baku?.. Peralatan apa saja yang digunakan untuk kegiatan produksi? 3. Adakah peralatan yang cukup penting namun belum dimiliki?..

Dimulai dari tahun 2009, sebagai negara yang ikut menandatangani Konvensi Stockholm tahun 2001, Indonesia kembali ikutserta meratifikasi Konvensi Stockholm pada tahun

Berdasarkan uraian pembahasan, maka ditarik beberapa kesimpulan bahwa: pertama, Penegakan hukum pidana terhadap tindak pidana money politic dalam Pemilihan Umum Calon

1) Komitmen Afektif ( affective commitment ), yaitu komitmen sebagai keterikatan afektif atau psikologis karyawan terhadap pekerjaannya. Komitmen afektif berkaitan erat

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa apa dan mana serta bentuk tuturannya jika terdapat dalam kalimat deklaratif bukan merupakan interogativa Kehadiran

Pengaturan makanan atlet yang berorientasi gizi seimbang penting dilakukan, mengingat pentingnya peranan masing-masing zat gizi bagi tubuh secara keseluruhan, terutama untuk

AKUMULASI LOGAM BERAT (Pb DAN Cu) PADA KERANG KEPAH (Polymesoda erosa) DI SUNGAI BATU

SBI adalah satuan pendidikan yang diselenggarakan dengan menggunakan Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan standar salah satu negara anggota OECD