• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Model Kooperatif Tipe TPS dalam Pembelajaran Tari Bedana di SMA N 12 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Model Kooperatif Tipe TPS dalam Pembelajaran Tari Bedana di SMA N 12 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TPS

DALAM PEMBELAJARAN TARI BEDANA

DI SMA N 12 BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(Skripsi)

Oleh :

EKA PUTRIKA MUTIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

Penerapan Model Kooperatif Tipe TPS dalam Pembelajaran

Tari Bedana di SMA N 12 Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2013/2014

Oleh

Eka Putrika Mutia

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bagaimanakah penerapan model kooperatif tipe TPS dan bagaimanakah hasil pembelajaran tari Bedana pada kegiatan Ekstrakurikuler di SMA N 12 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teori yang di gunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TPS, pembelajaran, tari

Bedana, Ekstrakurikuler, dan evaluasi belajar. Sumber data dalam penelitian ini adalah 12 siswa yang mengikuti Ekstrakurikuler tari. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, tes praktik dan non tes sebagai instrumen panduan yaitu pengamatan penerapan model kooperatif tipe TPS, pengamatan proses belajar siswa, pengamatan aktivitas siswa dan tes praktik untuk melihat hasil belajar siswa.

Prosedur pelaksanaan model kooperatif tipe TPS diawali dengan komponen

Think, siswa diharuskan untuk berkonsentrasi dan berfikir sendiri. Pair, siswa bertukar pikiran dengan pasangannya. Share, satu pasang siswa

mendemonstrasikan di depan kelas dan pasangan lain memberi pendapat. Berdasarkan analisis kualitatif pada lembar pengamatan pencapaian proses pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe TPS dapat diketahui bahwa pada komponen Think, siswa mendapat nilai rata-rata 85 tergolong kriteria baik sekali. Pair, mendapat nilai rata-rata 80 tergolong kriteria baik sekali dan Share,

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ... 9

2.1.1 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Think Pair Share) TPS ... 10

2.1.2 Prosedur Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Think Pair Share) TPS ... 11

2.3.2 Pengertian Kemampuan Gerak Tari Bedana ... 31

2.4 Ekstrakurikuler ... 32

2.4.1 Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler ... 32

2.4.2 Tujuan dan Ruang Lingkup Kegiatan Ekstrakurikuler ... 32

(7)

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 54

4.1.1 Identitas Sekolah ... 54

4.1.2 Data Sekolah ... 55

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 57

4.2.1 Laporan Hasil Penelitian Pendahuluan ... 57

4.2.2 Pertemuan Pertama ... 59

4.2.3 Pertemuan Kedua ... 73

4.2.4 Pertemuan Ketiga ... 86

4.2.5 Pertemuan Keempat ... 100

4.2.5.1 Pembahasan Instrumen Nontes ( Rata-rata Proses Pembelajaran Menggunakan Model Kooperatif Tipe TPS) ... 116

4.2.6 Pertemuan Kelima ... 117

4.2.6.1 Pembahasan Instrumen Nontes ( Rata-rata Aktivitas Siswa) ... 122

4.2.7 Pertemuan Keenam ... 123

4.2.7.1 Pembahasan Instrumen Tes Praktik 1 dan 2 (Rata-rata Tes Praktik 1 dan 2 Berdasarkan Kode Sampel) ... 127

4.3 Pembahasan ... 129

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 135

5.2 Saran ... 136

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Penyelenggaraan pendidikan mencakup tingkat SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi.

Peningkatan mutu pendidikan merupakan prioritas bagi pemerintah, seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang berjalan saat ini. Pendidikan di Indonesia pun harus berkembang seiring dengan perkembangan zaman.

Pendidikan tentu selalu berkaitan dengan belajar dan pembelajaran baik disekolah maupun pada kegiatan di luar sekolah.

(9)

adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru (Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 10). Sedangkan pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang-ulang. Pembelajaran memiliki makna subjek belajar harus dibelajarkan bukan diajarkan. Subjek belajar yang dimaksud adalah siswa atau disebut juga pembelajar yang menjadi pusat kegiatan belajar. Siswa sebagai subjek belajar dituntut untuk aktif mencari, menemukan, menganalisis, merumuskan, memecahkan masalah, dan menyimpulkan suatu masalah (Kimle dan Garmezy dalam Thobroni dan Mustofa, 2011: 18). Guru dalam menjalankan proses belajar mengajar tentu harus

menggunakan model, strategi, metode atau tehnik pembelajaran.

(10)

Model pembelajaran TPS (Think Pair Share) dikembangkan pertama kali oleh Frank Lyman dari Universitas of Maryland. Pertama–tama, siswa diminta untuk duduk berpasangan. Kemudian, guru mengajukan satu pertanyaan/masalah kepada mereka. Setiap siswa diminta untuk berfikir sendiri-sendiri terlebih dahulu tentang jawaban atas pertanyaan itu, kemudian mendiskusikan hasil pemikirannya dengan pasangan disebelahnya untuk memperoleh satu konsensus yang sekiranya dapat mewakili jawaban mereka berdua. Setelah itu guru meminta setiap pasangan untuk menshare, menjelaskan, atau menjabarkan hasil konsensus atau jawaban yang telah mereka sepakati pada siswa-siswa lain di ruang kelas (Huda,

2013:132). Model pembelajaran ini merupakan model yang sederhana, namun sangat bermanfaat, dapat diterapkan pada mata pelajaran yang bersifat praktik, misalnya seni budaya yang mencakup seni tari.

Seni tari merupakan gerak tubuh manusia yang terangkai yang berirama sebagai ungkapan jiwa atau ekspresi manusia yang di dalamnya terdapat unsur keindahan gerak, ketepatan irama dan ekspresi (Mustika, 2012:22). Tari adalah bagian dari kebudayaan, tari merupakan subjek yang memiliki kekuatan yang serupa dalam perubahan seperti pada aspek kebudayaan yang lain. Seni tari sebagai ekspresi manusia yang bersifat estetis merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia dalam masyarakat yang penuh makna (meaning). Keindahan tari tidak hanya keselarasan gerakan–gerakan badan dalam ruang dengan diiringi musik tertentu, tetapi seluruh ekspresi itu harus mengandung tujuan yang akan

(11)

Bedana merupakan tarian khas daerah Lampung yang menggambarkan pergaulan remaja Lampung.

Tari Bedana merupakan tari tradisional yang hidup dan berkembang pada masyarakat suku Lampung, baik Lampung pepadun maupun Lampung saibatin. Tari Bedana merupakan pencerminan tata kehidupan masyarakat yang harus dipelihara, dibina, dan dikembangkan sebagai simbol adat istiadat, agama, dan etika bermasyarakat. Pada awalnya tari Bedana dibawa oleh kaum pedagang atau para pemuka agama Islam dari Gujarat maupun dari Timur Tengah yang berfungsi untuk syiar agama Islam (Firmansyah, Hasan, dan Kamsadi, 1996:3). Seiring perkembangan zaman tarian ini berubah fungsi sebagai tarian pergaulan muda-mudi Lampung. Tari Bedana juga banyak dipelajari di sekolah-sekolah yang terdapat di daerah Lampung.

SMA N 12 Bandar Lampung merupakan salah satu sekolah yang menerapkan pembelajaran tari sebagai pembelajaran Ekstrakurikuler di sekolah. Kegiatan

Ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan di luar struktur program dilaksanakan di luar jam pelajaran biasa agar memperkaya dan memperluas wawasan

pengetahuan dan kemampuan siswa. Kegiatan Ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran yang diminati oleh

sekelompok siswa, misalnya, olah raga, kesenian, berbagai macam keterampilan dan kepramukaan diselenggarakan di sekolah di luar jam pelajaran biasa

(Suryosubroto, 2009: 292). Penelitian ini difokuskan pada kegiatan

Ekstrakurikuler tari di SMA N 12 Bandar Lampung karena pada kegiatan

(12)

keterampilan menari di SMA Negeri 12 Bandar Lampung masih rendah, hal tersebut dikarenakan tarian yang diajarkan adalah tari tradisional yang cenderung lembut dan monotonsementara metode pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi dan masih berpusat pada guru, hal tersebut juga menyebabkan kurangnya kemandirian dan kepercayaan diri siswa dalam mencari solusi saat mengalami kesulitan belajar.

Pembelajaran seni tari pada kegiatan Ekstrakurikuler SMA Negeri 12 Bandar Lampung belum pernah mempelajari tari Bedana, tarian yang merupakan gambaran pergaulan remaja itu sendiri dan ragam geraknya bisa dikatakan tidak sulit untuk dipelajari seharusnya tarian ini sudah diperkenalkan sebelum siswa diberi materi tari kreasi.

Pembelajaraan tari yang sudah ada seperti tari Sigeh Penguten yang telah mereka pelajari sebelumnya dianggap kurang diminati oleh siswa jika dibandingkan dengan tari kreasi yang sebelumnya juga pernah diajarkan oleh pelatih guna mengikuti perlombaan, oleh karena itu metode pembelajaran yang diterapkan pada kegiatan Ekstrakurikuler sangat berpengaruh pada minat siswa untuk mempelajari tarian yang sudah ada seperti tari Sigeh Penguten atau tari Bedana

yang akan dipelajari oleh siswa setelah materi Sigeh Penguten selesai. Tarian tradisional daerah Lampung harus tetap dipelajari agar ciri khas dan seni budaya daerah Lampung tetap terjaga dan tidak punah.

(13)

digunakan untuk membantu proses pembelajaran menjadi maksimal agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, dibutuhkan penelitian yang berjudul

“Penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dalam pembelajaran

tari Bedana di SMA N 12 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka didapat rumusan masalah, yaitu:

1.2.1 Bagaimanakah penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dalam pembelajaran tari Bedana pada kegiatan Ektrakurikuler di SMA N 12 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014?

1.2.2 Bagaimanakah hasil pembelajaran tari Bedana dengan menggunakan model kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dalam pembelajaran tari

Bedana pada kegiatan Ektrakurikuler di SMA N 12 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian pada penelitian ini yaitu:

(14)

1.3.2 Mendeskripsikan hasil pembelajaran tari Bedana dengan menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) di SMA N 12 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritik maupun praktik, yaitu sebagai berikut:

1.4.1 Hasil penelitian ini bisa dijadikan model penanganan masalah pembelajaran yang sifatnya keterampilan yang memerlukan banyak latihan.

1.4.2 Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat merangsang kemandirian dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

1.4.3 Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pembelajaran kooperatif yang lebih banyak menuntut

partisipasi dari siswa, menciptakan suasana senang dalam

pembelajaran, meningkatkan kreativitas siswa dan bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pengajaran seni tari.

1.4.4 Bagi Kepala Sekolah, sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan mengenai penerapan pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar seni tari.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

(15)

1.5.1 Objek Penelitian

Objek Penelitian ini adalah penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dalam pembelajaran tari Bedana pada kegiatan Ekstrakurikuler

di SMA N 12 Bandar Lampung. 1.5.2 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X, XI, XII yang mengikuti

Ekstrakurikuler tari di SMA N 12 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 berjumlah 12 siswa.

1.5.3 Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah SMA N 12 Bandar Lampung. 1.5.4 Waktu Penelitian

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Dalam pembelajaran ini tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa (Rusman, 2011: 202).

Pembelajaran Kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada

perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok belajar yang di dalamnya setiap siswa bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain (Huda, 2013: 29).

(17)

pertanyaan itu, kemudian mendiskusikan hasil pemikirannya dengan pasangan disebelahnya untuk memperoleh satu konsensus yang sekiranya dapat mewakili jawaban mereka berdua. Setelah itu guru meminta setiap pasangan untuk menshare, menjelaskan, atau menjabarkan hasil konsensus atau jawaban yang telah mereka sepakati pada siswa-siswa lain di ruang kelas (Huda, 2013:132).

Tujuan model kooperatif tipe Think Pair Share yaitu mencakup komponen “Think”(berfikir) mengharuskan siswa untuk berhenti dan menata fikiran

mereka. Komponen “Pair” (pasangan) dan “Share” (berbagi) mendorong siswa untuk membandingkan dan membedakan pemahaman mereka dengan orang lain, dan untuk melatih terlebih dahulu tanggapan mereka dalam situasi dengan resiko rendah sebelum mengutarakannya ke hadapan umum bersama seluruh kelas. Kesempatan untuk melatih komentar terlebih dahulu seperti ini bersama teman yang menjadi pasangan cenderung dapat meningkatkan kualiatas kontribusi siswa dan biasanya akan meningkatkan kesediaan dan kesiapan untuk berbicara dalam kelompok yang lebih besar (Barkey, Cross, dan Major, 2012:155). Think Pair Share bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas (Huda, 2013: 136).

2.1.1 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

(Think Pair Share) TPS

(18)

1. Memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain;

2. Mengoptimalkan partisipasi siswa;

3. Memberikan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk menunjukan partisipasi mereka kepada orang lain. 4. Bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas

b) Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah kerja kelompok membutuhkan waktu yang tidak sedikit atau dengan kata lain waktunya kurang efektif.

2.1.2 Prosedur Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Think

Pair Share) TPS

Prosedur penerapan model pembelajaran kooperatif tipe (Think Pair Share) TPS (Huda, 2013: 136) Yaitu:

a) Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok terdiri dari empat atau lebih anggota/siswa namun tetap pada jumlah genap; b) Guru memberi tugas pada setiap kelompok;

c) Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu;

d) Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara berpasangan. Setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya;

(19)

2.2 Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid (Sagala, 2011: 61).

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik (guru) dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran (Sagala, 2011: 62).

2.2.1 Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa lama dan pandangan ilmu jiwa modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama aktivitas didominasi oleh guru , sedangkan pandangan ilmu jiwa modern aktivitas didominasi oleh siswa, kemudian untuk aktivitas belajar dapat digolongkan dalam beberapa klasifikasi antara lain: visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor

activities, mental activitiesdan emotional activities (Sadirman, 2011: 101). Dalam penelitian ini jenis aktivitas yang dilakukan siswa dalam proses

(20)

2.2.2 Belajar Gerak

Belajar merupakan kegiatan orang sehari-hari. Kegiatan belajar tersebut dapat dihayati (dialami) oleh orang yang sedang belajar. Di samping itu, kegiatan belajar juga dapat diamati oleh orang lain. Kegiatan belajar yang berupa perilaku kompleks tersebut telah lama menjadi objek penelitian ilmuan (Dimyati dan Mudjiono, 2006:37).

Gerak dalam tari adalah bahasa yang dibentuk menjadi pola-pola gerak dari seorang penari. Prinsip yang sangat penting dalam bentuk gerak mengandung pengertian menjadi satu yang utuh. Kesatuan aspek-aspek gerak, ruang, dan waktu yang hadir dalam tari (Hadi, 2007: 25).

Pembelajaran gerak tari seorang siswa tidak boleh lepas dari pengawasan dan bimbingan seorang guru agar mencapai hasil belajar yang optimal. Siswa dapat mempraktikan gerak atau menari dengan tepat sesuai dengan tugas yang

disampaikan melalui media berupa kertas, siswa melakukan gerak itu sendiri lalu didiskusikan dengan pasangan, guru mengarahkan gerak dengan tepat dan dengan teknik yang benar sehingga pembelajaran gerak akan memperoleh hasil yang baik.

2.3 Tari Bedana

(21)

Tari Bedana adalah tari tradisional yang hidup dan berkembang di daerah Lampung yang merupakan pencerminan tata kehidupan masyarakat yang harus dipelihara, dibina, dan dikembangkan. Tari Bedana merupakan tari tradisional kerakyatan daerah Lampung sebagai perwujudan simbolis adat istiadat, agama, etika yang telah menyatu dalam kehidupan masyarakat. Diperkirakan pada awalnya tari Bedana ditarikan oleh pria yang dibawa oleh kaum pedagang atau para pemuka agama Islam dari Gujarat maupun dari Timur Tengah yang berfungsi untuk syiar agama Islam (Firmansyah, Hasan, dan Kamsadi, 1996:3).

Tari Bedana yang pada awalnya sebagai sarana syiar agama islam mengalami pergeseran fungsi menjadi tari pergaulan sebagai sarana hiburan. Perkembangan zaman juga memengaruhi penari Bedana, kaum wanita sudah mulai menarikan tari Bedana bahkan sekarang sudah ditarikan dengan berpasangan antara pria dengan wanita.

Tari Bedana hidup dan berkembang di daerah Lampung seiring dengan masuknya agama Islam, tidak mengherankan jika di daerah lain di Indonesia ada yang memiliki kesamaan baik ragam maupun geraknya, serta memiliki fungsi yang sama sebagai tari pergaulan. Di daerah Sumatra bagian timur termasuk

(22)

Gerak dasar tari Bedana dimulai dengan salam diakhiri pula dengan salam yang mana setiap gerakan dilakukan dengan sopan dan santun disertai dengan

kelembutan yang diibaratkan ketika kaki melangkah tidak membuat kusut tikar atau karpet yang dipakai sebagai alas mereka menari. Makna filosofis yang terkandung dari gerak tari Bedana melambangkan sebagai bentuk dari kepedulian dengan lingkungan, hal ini dapat dilihat dari gerak pembuka.

Penari mengawali dengan tahtim kemudian memberi salam dan melangkah maju dan mundur. Langkah dan gerak tari berikutnya memasuki penyampaian misi dari tari yaitu ajaran dan nasehat kehidupan yang berasal dari agama Islam. Sedangkan keseluruhan gerak melambangkan falsafah tentang kehidupan. Penari Bedana

dapat pria, wanita saja atau berpasangan dengan jumlah yang tidak terikat. Gerak tari Bedana harus disertakan dengan ekspresi, agar dapat mengekspresikan dengan baik penari mampu mengenali dan menghayati unsur-unsur geraknya.

2.3.1 Ragam Gerak Tari Bedana

Berikut ini ragam gerak tari Bedana dan deskripsi gerak tari Bedana. Tabel 2.1

Ragam Gerak Tari Bedana

No Nama

Gerak Foto Deskripsi Gerak

1 Tahtim

1 2 3 4

(23)

5 6 7 8

2.Kaki kiri melangkah ke depan, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan menghadap ke depan dengan ekspresi senyum.

3.Kaki kanan

melangkah ke depan dengan sedikit mendak (merendah), tangan kanan

memutar ke depan, pandangan

mengarah ke depan dan tersenyum.

4.Mundur kaki kiri, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki),dan membalik-kan badan ke kiri dan tersenyum.

5.Langkah kaki kanan dengan sedikit mendak (merendah), tangan kanan

memutar ke depan, pandangan

mengarah ke depan dan tersenyum.

(24)

badan menghadap ke depan dengan ekspresi senyum.

7.Maju kaki kiri badan merendah kaki kanan jinjit, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan menghadap ke depan dengan ekspresi senyum.

8.Menarik kaki kanan ke sebelah kiri diteruskan dengan berjinjit (perem- puan), tangan dengan sikap

sembah, sikap badan menghadap ke

1.Langkah kaki kanan ke depan, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan menghadap ke depan dengan ekspresi senyum. 2.Langkah kaki kiri,

(25)

3.Ayunkan kaki kanan ke samping kanan dengan sikap kaki jinjit, sikap tangan disikukan ke arah kanan sejajar bahu, badan tegak

pandangan ke kanan dan tersenyum.

4. Sikap kaki kanan ditekuk ke depan disikukan rata-rata air, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan tegak dan tersenyum. 3 Khesek

Injing

1 2 3 4

1. Langkah kaki kanan ke depan, langkah kaki kanan ke depan, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan menghadap ke depan dengan ekspresi senyum. 2. Langkah kaki kiri,

(26)

3. Sikap kaki kanan jinjit dan diletakkan di samping kaki kiri, sikap tangan

kimbang, sikap badan tegak dan pandangan

mengarah ke bawah atau menunduk dan tersenyum.

4. Sikap kaki kanan dibuka ke samping kanan, tangan kanan menyiku sejajar

1.Langkah kaki kanan, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan menghadap ke depan dengan ekspresi senyum. 2.Langkah kaki kiri ke

arah diagonal kanan, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan menghadap ke depan mengikuti arah kaki dengan ekspresi senyum.

(27)

5 6 7 8

badan menghadap ke depan mengikuti arah kaki dengan ekspresi senyum. 4.Angkat kaki kiri lalu

diayunkan ke atas, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan menghadap ke depan mengikuti arah kaki dengan ekspresi senyum. 5.Langkah kaki kiri,

tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan menghadap ke depan mengikuti arah kaki dengan ekspresi senyum. 6.Langkah kaki kanan

ke arah diagonal kiri, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan menghadap ke depan mengikuti arah kaki dengan ekspresi senyum. 7.Mundur kaki kiri,

(28)

ke depan mengikuti arah kaki dengan ekspresi senyum. 8.Angkat kaki kanan

lalu diayunkan ke atas, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan menghadap ke depan mengikuti arah kaki dengan ekspresi senyum.

5 Ayun

Gantung

1 2 3 4

1. Langkah kaki kanan, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan menghadap ke depan dengan ekspresi senyum. 2.Langkah kaki kiri ke

arah diagonal kanan, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan menghadap ke depan mengikuti arah kaki dengan ekspresi senyum. 3.Mundur kaki kanan,

(29)

5 6 7 8

ekspresi senyum. 4.Angkat kaki kiri lalu

diayunkan ke atas rata-rata air, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan menghadap ke depan mengikuti arah kaki dengan ekspresi senyum.

5.Kaki diayunkan ke bawah, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan menghadap ke depan mengikuti arah kaki dengan ekspresi senyum.

6.Kaki diayunkan ke atas, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan menghadap ke depan mengikuti arah kaki dengan ekspresi senyum.

(30)

arah kaki dengan ekspresi senyum. 8.Kaki diayunkan ke

atas, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan menghadap ke depan mengikuti arah kaki dengan ekspresi senyum.

melangkah ke arah kanan, tangan

berbentuk ‘L’ ke

arah kanan dengan telapak tangan mengarah ke atas dengan jari dibuka hingga ke atas bahu, sikap badan

mengikuti arah kaki dan tersenyum. 2. Kaki kiri melangkah

mengikuti di

belakang kaki kanan lalu berjinjit, tangan

berbentuk ‘L’ ke

arah kanan hingga di bawah bahu dengan telapak tangan mengarah ke atas dengan jari jempol dan tengah bertemu, sikap badan

mengikuti arah kaki dan tersenyum.

3. Kaki kanan

melangkah ke arah kanan, tangan

berbentuk ‘L’ ke

(31)

5 6 7 8

posisi di atas bahu dengan telapak tangan mengarah kebawah dan jari tengan dan jempol bertemu , sikap badan mengikuti arah kaki dan tersenyum.

4. Kaki kiri melangkah mengikuti di

samping kaki kanan lalu berjinjit, tangan

berbentuk ‘L’ ke

arah kanan hingga sejajar bahu dengan telapak tangan mengarah ke depan dan mengarah ke kanan, sikap badan mengikuti arah kaki dan tersenyum.

5. Kaki kiri melangkah ke arah kiri, tangan

berbentuk ‘L’ ke

arah kiri dengan telapak tangan mengarah ke atas dengan jari dibuka hingga ke atas bahu, sikap badan

mengikuti arah kaki dan tersenyum. 6. Kaki kanan

melangkah mengikuti di belakang kaki kiri lalu berjinjit, tangan

berbentuk ‘L’ ke

(32)

sikap badan

mengikuti arah kaki dan tersenyum.

7. Kaki kiri melangkah ke arah kiri, tangan

berbentuk ‘L’ ke

arah kiri dengan posisi di atas bahu dengan telapak tangan mengarah kebawah dan jari tengan dan jempol bertemu , sikap badan mengikuti samping kaki kiri lalu berjinjit, tangan

berbentuk ‘L’ ke

arah kiri hingga sejajar bahu dengan telapak tangan mengarah ke depan dan mengarah ke kanan, sikap badan mengikuti arah kaki dan tersenyum. tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan mengikuti arah kaki dengan ekspresi senyum. 2. Langkah kaki kanan,

(33)

5 6 7 8

dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan mengikuti arah kaki dengan ekspresi senyum. 3. Langkah kaki kiri,

tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan mengikuti arah kaki dengan ekspresi senyum.

4. Langkah kaki kanan membuka ke arah kanan, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan mengikuti arah kaki dengan ekspresi senyum.

5. Mundur kaki kiri, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan mengikuti arah kaki dengan ekspresi senyum.

(34)

arah kaki dengan ekspresi senyum. 7. Langkah kaki kiri,

tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan mengikuti arah kaki dengan ekspresi senyum.

8. Kaki kanan merapat kaki kiri kemudian berjinjit. tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan ke depan dengan ekspresi senyum.

8 Belitut

1 2 3 4

1. Langkah kaki kiri menyilang kaki kanan ke samping kanan, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan mengikuti arah kaki dengan ekspresi senyum. 2. Kaki kanan

(35)

5 6 7 8

ekspresi senyum. 3. Langkah kaki kiri

menyilang kaki kanan ke samping kanan, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan mengikuti arah kaki dengan ekspresi senyum.

4. Kaki kanan membuka ke samping kanan, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan mengikuti arah kaki dengan ekspresi senyum. 5. Langkah kaki kiri ke

arah kiri, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan mengikuti arah kaki dengan ekspresi senyum.

(36)

7. Langkah kaki kanan, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan mengikuti arah kaki dengan ekspresi senyum.

8. Jinjit kaki kiri di samping kaki kanan, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan mendak (merendah)

mengikuti arah kaki dengan ekspresi senyum. Kemudian diikuti gerakan ke samping kiri.

9 Jimpang

1 2 3 4

1. Langkah kaki kanan ke arah diagonal kanan, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan mengikuti arah kaki dengan ekspresi senyum. 2. Langkah kaki kiri,

(37)

5 6 7 8

3. Mundur kaki kanan, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan mengikuti arah kaki dengan ekspresi senyum.

4. Langkah kaki kiri, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan mengikuti arah kaki dengan ekspresi senyum.

5. Langkah kaki kanan berputar ke arah kiri belakang, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan mengikuti arah kaki dengan ekspresi senyum.

6. Langkah kaki kiri menghadap ke belakang, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan mengikuti arah kaki dengan ekspresi senyum.

(38)

dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan mengikuti arah kaki dengan ekspresi senyum.

8. Angkat kaki kiri merapat kaki kanan dengan kaki kiri berjinjit. tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan ke arah depan dengan ekspresi senyum.

(Dokumentasi, Devielia: November 2013)

2.3.2 Pengertian Kemampuan Gerak Tari Bedana

Kemampuan adalah kecakapan atau potensi seorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang. Kemampuan gerak tari

Bedana dalam penelitian ini adalah hasil proses belajar tari Bedana. Penilaian hasil belajar bertujuan melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Penilaian hasil belajar pada Ekstrakurikuler

(39)

2.4 Ekstrakurikuler

2.4.1 Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan di luar struktur program dilaksanakan di luar jam pelajaran biasa agar memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan siswa. Kegiatan Ekstrakurikuler

dimaksudkan untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran yang diminati oleh sekelompok siswa, misalnya, olah raga, kesenian, berbagai macam

keterampilan dan kepramukaan diselenggarakan di sekolah di luar jam pelajaran biasa (Suryosubroto, 2009: 286).

2.4.2 Tujuan dan Ruang Lingkup Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan Ekstrakurikuler yang merupakan seperangkat pengalaman belajar memiliki nilai-nilai manfaat bagi pembentukan kepribadian siswa. Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan Ekstrakurikuler di sekolah (Suryosubroto, 2009: 287) adalah:

1. Kegiatan Ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan siswa beraspek kognitif, afektif dan psikomotor;

2. Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif;

3. Dapat mengetahui, mengenal serta membedakan antara hubungan satu pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.

(40)

2.4.3 Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler

Jenis-jenis kegiatan Ekstrakurikuler dapat dibagi menjadi dua jenis (Suryosubroto, 2009: 290), yaitu

1. Kegiatan Ekstrakurikuler yang bersifat atau berkelanjutan, yaitu jenis

kegiatan Ekstrakurikuler yang dilaksanakan secara terus menerus selama satu periode tertentu. Untuk menyelesaikan satu program kegiatan Ekstrakurikuler

ini biasanya diperlukan waktu yang lama.

2. Kegiatan Ekstrakurikuler yang bersifat periodik atau sesaat, yaitu kegiatan

Ekstrakurikuler yang dilaksanakan waktu-waktu tertentu saja.

2.4.4 Prinsip-prinsip program Ekstrakurikuler

Prinsip-prinsip program Ekstrakurikuler (Suryosubroto, 2009: 291) adalah 1. Semua murid, guru dan personel administrasi hendaknya ikut serta dalam

usaha meningkatkan program;

2. Kerjasama dalam tim adalah fundamental;

3. Pembatasan-pembatasan untuk partisipasi hendaknya dihindarkan; 4. Prosesnya adalah lebih penting dari pada hasil

5. Program hendaknya cukup konprehensif dan seimbang dapat memenuhi kebutuhan dan minat siswa;

6. Program hendaknya memperhitungkan kebutuhan khusus sekolah; 7. Prograam harus dinilai berdasarkan sumbangannya pada nilai-nilai

(41)

8. Kegitan ini hendaknya menyediakan sumber-sumber motivasi yang kaya bagi pengajaran kelas, sebaliknya pengajaran kelas hendaknya juga menyediakan sumber motivasi yang kaya bagi kegiatan murid;

9. Kegiatan Ekstrakurikuler ini hendaknya dipandang sebagai integral dari keseluruhan program pendidikan di sekolah, tidak sekedar tambahan atau sebagai kegiatan yang berdiri sendiri.

2.4.5 Langkah-langkah Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler

Langkah-langkah Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler (Suryosubroto, 2009: 292) adalah

1. Kegiatan Ekstrakurikuler yang diberikan kepada siswa secara perseorangan atau kelompok ditetapkan oleh sekolah berdasarkan minat siswa, tersedianya fasilitas yang diperlukan serta adanya guru atau petugas untuk itu, bilamana kegiatan trsebut memerlukannya;

2. Kegiatan yang direncanakan untuk diberikan kepada siswa hendaknya diperhatikan keselamatannya dan kemampuan siswa serta kondisi sosial budaya setempat.

2.5 Evaluasi Belajar

(42)

evaluasi menempati kedudukan penting dalam rancangan kurikulum dan rancangan pengajaran. Evaluasi juga dimaksudkan untuk mengamati peranan guru, strategi pengajaran khusus, materi kurikulum dan prinsip-prinsip belajar untuk diterapkan dalam pengajaran. Tujuan evaluasi untuk memperbaiki pengajaran dan penguasaan tujuan tertentu dalam kelas. Fungsi evaluasi adalah mengumpulkan informasi akurat tentang input dan output pembelajaran

disamping proses pembelajaran itu sendiri, dengan evaluasi dapat diketahui sejauh mana siswa mengalami kemajuan dalam proses belajar setelah mengalami

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Berdasarkan judul penelitian yaitu penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada pembelajaran tari Bedana di SMA N 12 Bandar Lampung maka metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teori belajar adalah deskriptif karena tujuan utamanya menjelaskan proses belajar (Mustofa dan Thobroni, 2011: 59). Dipilihnya metode deskriptif kualitatif karena peneliti kualitatif bersifat holistik dan lebih menekankan pada proses, maka penelitian kualitatif dalam melihat hubungan antar variabel pada obyek yang diteliti lebih bersifat interaktif yaitu saling mempengaruhi (reciprocal/interaksi) (Sugiyono, 2012: 11).

Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui dan mendeskripsikan penggunaan model kooperatif tipe TPS dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tari Bedana

pada kegiatan Ekstrakurikuler tari SMA Negeri 12 Bandar Lampung.

3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini berupa data-data yang berasal dari informan, yaitu guru seni budaya selaku pembina bidang Ekstrakurikuler tari, pelatih

(44)

tentang proses pembelajaran tari Bedana dengan menggunakan model kooperatif tipe TPS.

3.3 Teknik pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2012: 224).

Dalam penelitian ini ada lima teknik pengumpulan data yaitu, observasi, catatan lapangan, dokumentasi, tes praktik dan non tes. Langkah-langkah pengumpulan data tersebut antara lain:

3.3.1 Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan posikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan (Sugiyono, 2012: 145).

Observasi pada penelitian ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut malakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Melalui observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak (Sugiono, 2012: 145). Penelitian observasi partisipan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi dengan cara menerapkan model kooperatif tipe TPS dalam pembelajaran tari Bedana pada kegiatan Ekstrakurikuler di SMA N 12 Bandar Lampung.

(45)

3.3.2 Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil (Sugiyono,

2012:137).

Wawancara dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dari informan yaitu pembina dan pelatih kegiatan Ekstrakurikuler tari.

3.3.3 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan berupa tulisan, gambar, atau film. Dalam penelitian ini dokumen yang dikumpulkan yakni berupa tulisan, gambar dan video. Setelah mendapatkan hasil penelitian dari observasi akan lebih akurat dengan didukung dengan catatan-catatan atau data mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada pembelajaran tari Bedana di SMA Negeri 12 Bandar Lampung. Dokumentasi dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tambahan, berupa laporan maupun gambar.

3.3.4 Tes Praktik (Perbuatan)

Konsep tujuan pembelajaran yang menitik beratkan pada tingkah laku siswa (perbuatan) sebagai out put siswa yang dapat diamati (Sagala, 2011: 25). Jenis tes yang digunakan yaitu tes kemampuan mendemonstrasikan tari Bedana

dengan menggunakan model kooperatif tipe TPS.

(46)

menyatakan gerak tari Bedana yang dilakukan siswa sebagai hasil belajar individu di dalam kelompok, digunakan instrumen yang berupa lembar pengamatan tes praktik, seperti dibawah ini.

Tabel 3.1

Lembar Pengamatan Tes Praktik (Individu) 1

No Aspek Ragam Gerak Tari Bedana Skor gerak tari Bedana

dengan 4 ketentuan gerak dengan gerak tari Bedana

dengan 1

kesalahan dari 4 ketentuan gerak gerak tari Bedana

dengan 2

kesalahan dari 4 ketentuan gerak gerak tari Bedana

(47)

dengan 3

kesalahan dari 4 ketentuan gerak yang telah ditentukan (kaki, tangan, sikap badan dan ekspresi) e. Siswa tidak

mampu memeragakan gerak tari Bedana

dengan 4 ketentuan gerak dengan benar (kaki, tangan, sikap badan dan ekspresi)

1 1 1 1 1 1 1 1 1

Keterangan :

r1 = Tahtim r6 = Ayun

r2 = khesek Gantung r7 = Ayun Gantung

r3 = Khesek Injing r8 = Gelek

r4 = Khumbak Muloh r9 = Jimpang

r5 = Belitut

Setelah skor didapat maka dilakukan perhitungan akumulasi 9 ragam gerak untuk siswa berdasarkan aspek bentuk gerak yang akan dijadikan indikator dengan pemberian skor yang sudah ditentukan pada tabel lembar pengamatan tes praktik 1 yang memiliki skor maksimal 45. Selanjutnya, setelah skor siswa diperoleh maka diolah menjadi nilai dengan rumus berikut.

Nilai siswa

(48)

Contoh siswa dengan kode WW memperoleh skor dari tes praktik 1 yaitu akumulasi dari 9 ragam gerak adalah 40. Untuk menghitung nilai skor yang diperoleh berdasarkan rumus perhitungan tes.

Nilai siswa

Tabel 3.2

Lembar Pengamatan Tes Praktik (Indivudu) 2

No. Aspek Deskriptor Skor Kriteria

1. Hafalan Urutan gerak

a) Siswa mampu memeragakan 9 ragam gerak tari Bedana dari awal sampai akhir tanpa kesalahan

b)

5 Baik sekali

c) Siswa mampu memperagakan 8 ragam gerak tari Bedana akan tetapi masih mengalami

kesalahan 1-2 kali pada sembilan ragam gerak

d)

4 Baik

e) Siswa mampu memperagakan 7 ragam gerak tari Bedana akan tetapi masih mengalami

kesalahan 3-4 kali pada sembilan ragam gerak

f)

3 Cukup

g) Siswa mampu memperagakan 6 ragam gerak tari Bedana akan tetapi masih mengalami

kesalahan 5-6 kali pada sembilan ragam gerak

h)

2 Kurang

i) Siswa tidak hafal kurang dari 6 ragam gerak tari Bedana

sehingga siswa terlihat tidak tertib gerak dan tidak beraturan j)

1 Gagal

2. Ketepatan

gerak dan musik

a) Siswa mampu memeragakan 9 ragam gerak tari Bedana dengan tepat hitungan gerak dan musik b)

5

Baik sekali

c) Siswa mampu memeragakan 8 ragam gerak tari Bedana 1-2 kali

(49)

terlambat atau mendahului musik dan tidak sesuai dengan tempo, irama serta hitungan setiap urutan gerak.

d)

e) Siswa mampu memeragakan 7 ragam gerak tari Bedana 3-4 kali terlambat atau mendahului musik dan tidak sesuai dengan tempo, irama serta hitungan setiap urutan gerak.

f)

3 Cukup

g) Siswa mampu memeragakan 6 ragam gerak tari Bedana 5-6 kali terlambat atau mendahului musik dan tidak sesuai dengan tempo, irama serta hitungan setiap urutan gerak.

h)

2 Kurang

i) Siswa mampu memeragakan kurang dari 6 ragam gerak tari

Bedana lebih dari 6 kali terlambat atau mendahului musik dan tidak sesuai dengan tempo, irama serta hitungan setiap urutan gerak.

j)

1 Gagal

Total Skor Maksimum 10

Setelah skor didapat maka dilakukan perhitungan untuk siswa berdasarkan dua aspek yang akan dijadikan indikator penilaian yaitu hafalan ragam gerak dan ketepatan gerak dengan musik pada saat menari dengan pemberian skor yang sudah ditentukan pada tabel lembar pengamatan tes praktik 2 yang memiliki skor maksimal 10. Selanjutnya, setelah skor siswa diperoleh maka diolah menjadi nilai dengan rumus berikut.

Nilai siswa

(50)

Contoh siswa dengan kode WW memperoleh skor dari tes praktik yaitu 9. Untuk menghitung nilai skor yang diperoleh berdasarkan rumus perhitungan tes.

Nilai siswa

Hasil belajar gerak tari Bedana dapat diukur dengan lembar pengamatan tes praktik 1 dan 2 dengan total skor seluruhnya berjumlah 55 sehingga hasil belajar siswa dapat dilihat menggunakan patokan dengan perhitungan persentase untuk skala lima, sebagai berikut.

Tabel 3.3

Penentuan Patokan Nilai dengan Skala Lima

Interval Nilai Tingkat kemampuan Keterangan

80-100 Baik sekali

66-79 Baik

56-65 Cukup

40-55 Kurang

30-39 Gagal

(Arikunto, 2008:246).

Setelah skor didapat maka dilakukan perhitungan untuk siswa berdasarkan tiga aspek yang akan dijadikan indikator penilaian yaitu bentuk gerak dari 9 ragam gerak, hafalan ragam gerak dan ketepatan gerak dengan musik pada saat menari dengan pemberian skor yang sudah ditentukan pada tabel lembar pengamatan tes praktik yang memiliki skor maksimal 55. Selanjutnya, setelah skor siswa

diperoleh maka diolah menjadi nilai dengan rumus berikut.

Nilai siswa

Contoh siswa dengan kode WW memperoleh skor dari tes praktik yaitu 50. Untuk menghitung nilai skor yang diperoleh berdasarkan rumus perhitungan tes.

Nilai siswa

(51)

Dengan demikian, jika disandingkan dengan tolok ukur patokan dengan perhitungan persentase untuk skala lima maka WW mendapat persentase baik sekali.

3.3.5 Nontes

Teknik nontes digunakan untuk memperoleh data penelitian tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran tari Bedana di dalam kelompoknya, pengamatan proses pembelajaran menggunakan model pembelajarankooperatif tipe TPS dan aktivitas guru dalam mengajar dikelas dengan penerapan model kooperatif tipe TPS yang diamati pada lembar pengamatan aktivitas siswa, instruman

pengamatan proses pembelajaran menggunakan model pembelajarankooperatif tipe TPS dan aktivitas guru, sebagai berikut.

Tabel 3.4

Lembar Penilaian Aktivitas Siswa

No Aspek Diskriptor Skor Kriteria

1 Visual Activities

a) Seluruh siswa memerhatikan guru saat guru memberikan instruksi dan

menjelaskan tugas pada awal pembelajaran tari Bedana

5 Baik Sekali

b) Dari 12 siswa terdapat 1-3 siswa yang tidak memerhatikan guru saat guru memberikan instruksi dan menjelaskan tugas pada awal pembelajaran tari

Bedana

4 Baik

c) Dari 12 siswa terdapat 4-6 siswa yang tidak memerhatikan guru saat guru memberikan instruksi dan menjelaskan tugas pada awal pembelajaran tari

Bedana d)

3 Cukup

e) Dari 12 siswa terdapat 7-9 siswa yang tidak memerhatikan guru saat guru memberikan instruksi dan menjelaskan

(52)

tugas pada awal pembelajaran tari

Bedana f)

g) Seluruh siswa tidak memerhatikan guru saat guru memberikan instruksi dan menjelaskan tugas pada awal pembelajaran tari Bedana

h)

1 Gagal

2 Motor Activities

a) Seluruh siswa memeragakan gerak tari

Bedana dengan masing-masing pasangannya.

b)

5 Baik Sekali

c) Dari 6 pasangan siswa terdapat 5 pasangan yang memeragakan geraktari

Bedana

d)

4 Baik

e) Dari 6 pasangan siswa terdapat 4 pasangan yang memeragakan geraktari

Bedana

f)

3 Cukup

g) Dari 6 pasangan siswa terdapat 3 pasangan yang memeragakan geraktari

Bedana 2 Kurang

h) Dari 6 pasangan siswa terdapat kurang dari 3 pasangan yang memeragakan

geraktari Bedana 1 Gagal

3 Oral Activities

a) Seluruh pasangan siswa yang

memerhatikan, memberi pendapat saat melihat temannya mendemonstrasikan ragam gerak tari Bedana di depan kelas b)

5 Baik Sekali

c) Dari 5 pasangan siswa yang

memerhatikan terdapat 4 pasangan yang memberi pendapat saat melihat

temannya mendemonstrasikan ragam gerak tari Bedana di depan kelas d)

4 Baik

e) Dari 5 pasangan siswa yang

memerhatikan terdapat 3 pasangan yang memberi pendapat saat melihat

temannya mendemonstrasikan ragam gerak tari Bedana di depan kelas f)

3 Cukup

g) Dari 5 pasangan siswa yang

memerhatikan terdapat 2 pasangan yang memberi pendapat saat melihat

(53)

temannya mendemonstrasikan ragam gerak tari Bedana di depan kelas h)

i) Kurang dari 2 pasangan siswa yang memberi pendapat saat melihat temannya mendemonstrasikan ragam gerak tari Bedana di depan kelas j)

1 Gagal

Total Skor Maksimum 15

Setelah skor aktivitas siswa didapat, maka dilakukan perhitungan untuk

mengetahui nilai aktivitas berdasarkan tiga aspek yang akan dijadikan indikator penilaian aktivitas siswa yaitu visual activities, oral activities, dan motor activities

pada saat proses pembelajaran di kelas dengan pemberian skor yang sudah ditentukan pada tabel yaitu lembar penilaian aktivitas siswa yang memiliki skor maksimum 15. Selanjutnya, setelah skor aktivitas siswa diperoleh maka diolah menjadi nilai dengan rumus berikut.

Nilai siswa

Lembar pengamatan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS seperti yang akan dijabarkan dibawah ini digunakan untuk mengecek dan melihat keefektifan penerapan model kooperatif tipe TPS pada pembelajaran tari Bedana.

Tabel 3.5

Instrumen Pengamatan Proses Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

No Aspek Keterangan Skor Kriteria

1 Komponen

Think

a. Seluruh siswa mampu berkonsentrasi dan menata fikiran sendiri dalam

memahami panduan yang telah diberikan untuk melakukan

(54)

gerak tari Bedana secara individu

b. Dari 12 siswa terdapat 1-3 siswa yang tidak mampu berkonsentrasi dan menata fikiran sendiri dalam

memahami panduan yang telah diberikan untuk melakukan gerak tari Bedana secara individu

c. Dari 12 siswa terdapat 4-6 siswa yang tidak mampu berkonsentrasi dan menata fikiran sendiri dalam

memahami panduan yang telah diberikan untuk melakukan gerak tari Bedana secara individu

d. Dari 12 siswa terdapat 7-9 siswa yang tidak mampu berkonsentrasi dan menata fikiran sendiri dalam

memahami panduan yang telah diberikan untuk melakukan gerak tari Bedana secara individu

e. Seluruh siswa tidak mampu berkonsentrasi dan menata fikiran sendiri dalam

memahami panduan yang telah diberikan untuk melakukan gerak tari Bedana secara individu

a. Seluruh pasangan mampu memberikan masukan pada temannya dalam memeragakan gerak tari Bedana.

b. Dari 6 pasangan terdapat 5 pasangan mampu memberikan masukan pada pasangannya dalam memeragakan gerak tari

(55)

c. Dari 6 pasangan terdapat 4 pasangan mampu memberikan masukan pada pasangannya dalam memeragakan gerak tari

Bedana.

d. Dari 6 pasangan terdapat 3 pasangan mampu memberikan masukan pada pasangannya dalam memeragakan gerak tari

Bedana.

e. Dari 6 pasangan kurang dari 3 pasangan mampu memberikan masukan pada pasangannya dalam memeragakan gerak tari

Bedana.

a. Seluruh pasangan mampu mendemonstrasikan gerak tari

Bedana di depan kelas dan terdapat 5 pasangan lain yang memberi masukan.

b. Dari 6 pasangan terdapat 5 pasangan yang mampu

mendemonstrasikan gerak tari

Bedana di depan kelas dan terdapat 4 pasangan lain yang memberi masukan.

c. Dari 6 pasangan terdapat 4 pasangan yang mampu

mendemonstrasikan gerak tari

Bedana di depan kelas dan terdapat 3 pasangan lain yang memberi masukan.

d. Dari 6 pasangan terdapat 3 pasangan yang mampu

mendemonstrasikan gerak tari

Bedana di depan kelas dan terdapat 2 pasangan lain yang memberi masukan.

(56)

kelas dan kurang dari 2 pasangan lain yang memberi masukan.

Lembar pengamatan aktivitas guru digunakan untuk mengecek dan melihat kegiatan guru di dalam kelas. Guru berperan aktif dalam penggunaan model kooperatif tipe TPS pada pembelajaran tari Bedana.

Tabel 3.6

Lembar Pengamatan Aktivitas Guru

No Aspek yang dinilai P1 P2 P3 P4 P5 P6 1. Memeriksa kesiapan siswa 2. Melakukan kegiatan apersepsi KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN Penguasaan materi pelajaran

3. Menunjukkan penguasaan materi pelajaran

4. Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain

5. Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai dengan hierarki belajar 6. Mengaitkan materi dengan realitas

kehidupan

Pendekatan/ strategi pembelajaran 7. Memberi tugas (panduan) pada siswa

secara jelas

8. Memantau keaktifan siswa saat berfikir secara individu

9. Memantau keaktifan siswa saat saling memberi masukan pada pasangan 10. Memantau gerak yang dibagikan siswa

di depan kelas secara berpasangan setelah mereka memikirkan sendiri dan saling bertukar pendapat dengan pasangannya

11. Memantau siswa lain yang memberi tanggapan terhadap siswa yang membagikan gerak tari Bedana secara berpasangan di depan kelas

(57)

C.

D.

E.

F.

G.

Pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran

13. Menggunakan media secara efektif dan efisien

14. Menghasilkan pesan yang menarik 15. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan

media

Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa

16. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran

17. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa

18. Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar Penilaian proses dan hasil belajar

19. Memantau kemajuan belajar selama proses

20. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) Penggunaan bahasa

21. Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar

22. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai

Penutup

23. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa 24. Melaksanakan tindak lanjut dengan

memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian

remidi/pengayaan (Kunandar, 2011: 97)

Keterangan :

(58)

Instrumen ini digunakan untuk mengamati aktivitas guru pada saat sebelum dan sesudah pembelajaran berlangsung tiap pertemuan. Apabila telah dilakukan maka kolom-kolom ini akan diberi chek list sebagai penanda.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Hal ini dikarenakan pada observasi, wawancara, dokumentasi, catatan harian, tes praktik dan nontes dilakukan oleh peneliti itu sendiri.

1. Panduan Observasi

Lembar pengamatan (observasi) digunakan peneliti pada saat pengamatan, tentang apa saja yang dilihat dan diamati secara langsung.

2. Panduan Dokumentasi

Panduan dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa foto-foto dan video yang menggunakan alat bantu kamera foto.

3. Lembar Pengamatan Tes Praktik

Lembar pengamatan tes praktik digunakan untuk memperoleh data terhadap hasil belajar tari Bedana dengan menggunakan model kooperatif tipe TPS. Lembar tes praktik yang digunakan instrumen yang berupa aspek-aspek penilaian yang sudah ditentukan.

4. Nontes

(59)

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Tafsiran atau interprestasi artinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau katagori. Data pada awal penelitian dan berlanjut terus sepanjang penelitian. Data-data yang terkumpul pada penelitian ini selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil analisis disusun untuk mendeskripsikan penerapan model kooperatif tipe TPS dan hasil belajar pada pembelajaran tari Bedana siswa kelas

Ekstrakurikuler tari, SMA Negeri 12 Bandar Lampung. Langkah-langkah dalam analisis data antara lain:

1) Menerapkan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada pembelajaran tari Bedana dalam kegiatan Ekstrakurikuler di SMA N 12 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014;

2) Mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran tari Bedana

dengan menggunakan model kooperatif tipe TPS;

3) Menganalisis hasil tes tari Bedana dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS yang dianalisis menggunakan lembar pengamatan tes praktik 1 dan 2 dengan baik dan benar;

4) Memberi nilai hasil tes praktik siswa, dengan mrnggunakan rumus presentasi sebagai berikut.

Nilai siswa

(60)

Tabel 3.3

Penentuan Patokan Nilai dengan Skala Lima Interval Nilai Tingkat

kemampuan Keterangan

80-100 Baik sekali

66-79 Baik

56-65 Cukup

40-55 Kurang

30-39 Gagal

(Arikunto, 2008:246).

6) Mereduksi data dengan cara mengumpulkan, merangkum, dan dipilih hal-hal yang pokok yang sesuai untuk dianalisis;

(61)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis deskriptif kualitatif data pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa.

1. Proses penerapan model kooperatif tipe TPS pada pembelajaran tari

Bedana dalam kegiatan Ekstrakurikuler tari dapat memermudah siswa dalam memahami ragam gerak tari melalui 3 komponen yang terdapat pada model pembelajaran ini, 3 komponen tersebut yaitu:

a. Komponen Think, pada tahap ini siswa mendapat nilai rata-rata 85 dengan kriteria baik sekali. Siswa dapat menerjemahkan tulisan ke dalam gerak secara individu sesuai dengan panduan (tugas) yang diberikan guru yang berisi tentang panduan ragam gerak tari

Bedana dari hitungan 1-8.

b. Komponen Pair, pada tahap ini siswa mendapat nilai rata-rata 80 dengan kriteria baik sekali.Siswa dapat bertukar pikiran dan saling memberi masukan dengan pasangannya tentang gerak tari Bedana

yang dipelajari.

(62)

pendapat tentang gerak tari Bedana dengan teman lainnya selain pasangannya.

Siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran karena siswa dituntut untuk dapat berpikir dan mengemukakan pendapat serta dapat meringankan tugas guru karena guru hanya bersifat mengarahkan pada gerak yang baik dan benar.

2. Hasil pembelajaran tari Bedana menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat menghasilkan kualitas gerak psikomotor dengan kriteria baik sekali dengan jumlah nilai rata-rata 82, ditinjau dari pengamatan siswa per aspek yaitu 1) bentuk gerak dengan nilai rata-rata 83 tergolong kriteria baik sekali, 2) aspek hafalan ragam gerak dengan nilai rata-rata 73 tergolong kriteria baik, 3) aspek ketepatan gerak dengan musik dengan nilai rata-rata 77 tergolong kriteria baik. Sedangkan ditinjau dari aktivitas siswa yang dibagi menjadi 3 aspek yaitu 1) Visual Activities dengan nilai rata-rata 88 tergolong kriteria baik sekali. 2) Moral Activities dengan nilai rata-rata 80 tergolong kriteria baik sekali, 3) Oral Activities dengan nilai rata-rata 96 tergolong kriteria baik sekali. Aktivitas siswa mendapat nilai rata-rata 88 dengan kriteria baik sekali.

5.2 Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka dapat disarankan sebagai berikut. 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan dapat

(63)

Ekstrakurikuler tari yang juga merupakan guru seni budaya tentang model pembelajaran tari yang tepat dalam proses pembelajaran seni tari.

2. Pembelajaran gerak tari Bedana dapat menambah referensi pada bidang seni budaya karena dengan adanya pembelajaran ini dapat berperan serta dalam pelestarian budaya yaitu yang berkaitan dengan bentuk gerak tari Lampung.

3. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan dan kecintaan siswa mengenai bentuk gerak tari Lampung yang dalam penelitian ini adalah ragam gerak tari Bedana.

4. Bagi peneliti yang akan menggunakan model kooperatif tipe TPS dalam pembelajaran tari, hendaknya lebih meningkatkan bentuk gerak tari Bedana secara berpasangan dengan pola lantai dan memilih

pasangan atau kelompok terlebih dahulu diawal pembelajaran karena dalam penelitian ini tidak dibagi kelompok disebabkan hanya terdapat 12 siswa yang menjadi sampel.

(64)

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Barkey, E. Elizabert dkk. 2012. Collaborativen Learning Techniques. Bandung: Nusa Media.

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Faisal, Sanapiah dan Abdillah Hanafi. Pendidikan Non Formal. Usaha Nasional: Surabaya.

Firmansyah, Junaidi dkk. 1996. Mengenal tari bedana. Bandar Lampung: Gunung Pesagi.

Hadi, Sumandiyo. 2007. Kajian Tari Teks dan Konteks. Jogjakarta: Pustaka Book Publisher.

Hamalik, Oemar. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Huda, Miftahul. 2013. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mustika, I Wayan. 2012. Tari Muli Siger. Lampung: Anugrah Utama Raharja. Mustofa, Arif dan Muhammad Thobirin. 2011. Balajar dan Pembelajaran.

Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

Rusman, 2013. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo.

Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Jakarta: Raja

Gravindo Persada.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

(65)

LAMPIRAN I

RENCANA KEGIATAN HARIAN (RKH)

Pertemuan Pertama

Nama Sekolah : SMA N 12 Bandar Lampung

Jenis Kegiatan : Ekstrakurikuler Tari (Pengembangan Diri)

Alokasi Waktu :

2 x 45 menit

Standar Kompetensi :

Mengapresiasi Karya Seni Tari

Indikator :

a. Mengidentifikasi gerak tari Bedana b. Mempelajari gerak tari Bedana

c. Memeragakan gerak tari Bedana secara individu d. Memeragakan gerak tari Bedana secara berpasangan e. Mengemukakan pendapat terhadap gerakan pasangannya f. Mengemukakan pendapat terhadap pasangan lain

g. Mendemonstrasikan gerak tari bedana secara berpasangan

Tujuan Pembelajaran :

a. Siswa dapat mengetahui gerak tari Bedana secara individu b. Siswa dapat mengetahui gerak tari Bedana secara berpasangan c. Siswa mampu menghafal dan memeragakan gerak tari Bedana secara

Individu dan Berpasangan

d. Siswa dapat lebih percaya diri dalam mengemukakan pendapat

(66)

Materi Pembelajaran :

Gerak Khesek Gantung dan Khesek Injing

Metode Pembelajaran :

Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran :

1. Kegiatan Awal (5 menit) a. Mengucap Salam

b. Memberi tahu tujuan penelitian c. Melakukan Pemanasan

2. Kegiatan inti (80 menit)

a. Guru memberikan lembar panduan kepada seluruh siswa (5 menit) b. Guru menugaskan siswa untuk mengidentifikasi terlebih dahulu lembar

panduan yang telah diberikan (2 menit)

c. Guru mempersilakan siswa untuk memeragakan perintah yang ada pada lembar panduan (10 menit)

d. Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan temannya dan saling bertukar pendapat tentang gerakan yang telah ditangkap oleh masing-masing siswa (15 menit)

e. Guru menugaskan siswa untuk mendemonstrasikan gerak yang telah dianalisis sendiri dan didiskusikan dengan teman sebelumnya (36 menit) f. Guru memberi arahan siswa untuk menyesuaikan gerak dengan musik (6

menit)

g. Guru membenahi gerakan siswa yang kurang benar (6 menit)

3. Kegiatan akhir (5 menit)

(67)

Alat/ Bahan/ Sumber Belajar :

a. Laptop dan Sound System

b. Kertas panduan yang diambil dari Buku Firmansyah, dkk adalah sebagai berikut :

No. Nama Gerak Deskripsi Gerak

1 Khesek Gantung 1.Langkah kaki kanan ke depan, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), Sikap badan menghadap ke depan dengan ekspresi senyum.

2.Langkah kaki kiri, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), Sikap badan menghadap ke depan dengan ekspresi senyum.

3.Ayunkan kaki kanan ke samping kanan dengan sikap kaki jinjit, sikap tangan disikukan ke arah kanan sejajar bahu, badan tegak pandangan ke kanan dan tersenyum.

4. Sikap kaki kanan ditekuk ke depan disikukan rata-rata air, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), sikap badan tegak dan tersenyum.

2 Khesek Injing 1. Langkah kaki kanan ke depan, langkah kaki kanan ke depan, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), Sikap badan menghadap ke depan dengan ekspresi senyum.

2. Langkah kaki kiri, langkah kaki kanan ke depan, tangan dengan sikap kimbang (mengepal dan lemah gemulai sesuai dengan langkah kaki), Sikap badan menghadap ke depan dengan ekspresi senyum. 3. Sikap kaki kanan jinjit dan diletakkan di samping

kaki kiri, sikap tangan kimbang, sikap badan tegak dan pandangan mengarah ke bawah atau menunduk dan tersenyum.

(68)

Penilaian :

a. Teknik : Tes Praktik b. Bentuk Instrumen : Praktik

Format Penilaian :

No Ragam Gerak Skor

1 Khesek Gantung

(69)

RENCANA KEGIATAN HARIAN (RKH)

Pertemuan Kedua

Nama Sekolah : SMA N 12 Bandar Lampung

Jenis Kegiatan : Ekstrakurikuler Tari (Pengembangan Diri)

Alokasi Waktu :

2 x 45 menit

Standar Kompetensi :

Mengapresiasi Karya Seni Tari

Indikator :

a. Mengidentifikasi gerak tari Bedana b. Mempelajari gerak tari Bedana

c. Memeragakan gerak tari Bedana secara individu d. Memeragakan gerak tari Bedana secara berpasangan e. Mengemukakan pendapat terhadap gerakan pasangannya f. Mengemukakan pendapat terhadap pasangan lain

g. Mendemonstrasikan gerak tari bedana secara berpasangan

Tujuan Pembelajaran :

a. Siswa dapat mengetahui gerak tari Bedana secara individu b. Siswa dapat mengetahui gerak tari Bedana secara berpasangan c. Siswa mampu menghafal dan memeragakan gerak tari Bedana secara

Individu dan Berpasangan

d. Siswa dapat lebih percaya diri dalam mengemukakan pendapat

Gambar

Tabel 2.1 Ragam Gerak Tari Bedana
Tabel 3.1 Lembar Pengamatan Tes Praktik (Individu) 1
Tabel 3.2
Tabel 3.3 Penentuan Patokan Nilai dengan Skala Lima
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa karakteristik morfologi warna miselium dan keberadaan clamp connection dipengaruhi oleh jenis fungi, sementara bentuk percabangan

Penyelenggaraan kendali mutu BPJS berlandaskan pada Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2004 tentang sistem jaminan social nasional pada pasal 24 alenia (3)

Jatimulyo untuk memetakan nasabah-nasabah yang ada agar pelayanan yang diberikan pihak bank sesuai dengan perilaku yang ditunjukan oleh masing-masing nasabah baik

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI ( Team Assisted Individualization ) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA.. BAHRUL DIAN WULANINGAYU

Peraturan Menteri Agama Nomor 68 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Rektor dan Ketua pada Perguruan Tinggi Keagamaan yang diselenggarakan oleh Pemerintah

Salah satu program yang dilaksanakan oleh Yayasan Artha Graha Peduli dalam Mempertahankan citra perusahaan dengan mengadakan program pasar murah yaitu pembagian

Keadilan lingkungan bukanlah sebuah konsep yang memiliki berbagai deinisi. Collin melihat keadilan lingkungan terutama dalam kaitannya dengan distribusi hak dan manfaat

Adanya perbedaan yang terjadi antar karyawan didalam suatu perusahaan, komunikaasi yang di lakukan daru pimpinan kebawahan menjadi sangat penting dimana dalam tujuan