• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kegiatan Rohani Islam (Rohis) terhadap Sikap Beragama Siswa Kelas IX SMP Negeri 14 Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kegiatan Rohani Islam (Rohis) terhadap Sikap Beragama Siswa Kelas IX SMP Negeri 14 Tangerang Selatan"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

SMP NEGERI 14 TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Disusun Oleh:

LINA ANDRIYANI

NIM: 109011000089

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Lina Andriyani (NIM. 109011000089), Pengaruh Kegiatan Rohani Islam terhadap Sikap Beragama Siswa Kelas IX SMP Negeri 14 Tangerang Selatan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan kegiatan Rohis dengan sikap beragama siswa kelas IX SMP Negeri 14 Tangerang Selatan. Subjek penelitian ini adalah Pembina dan seluruh anggota Rohis kelas IX-1, IX-2 dan IX-3 SMP Negeri 14 Tangerang Selatan. Objek penelitian ini adalah kegiatan Rohis meliputi: kegiatan ibadah harian, Baca Qur’an, kerjasama dan lain sebagainya.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kuantitatif dengan desain korelasional. Dalam menentukan sampel penulis menggunakan teknik purposive sampling dengan menggunakan rumus slovin. Untuk mengumpulkan data penulis menggunakan teknik observasi, wawancara dan angket dengan model skala likert yang kemudian diolah menggunakan SPSS.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan Rohis yang selama ini berjalan membawa pengaruh yang sangat kuat bagi sikap beragama siswa SMP Negeri 14 Tangerang Selatan yaitu sebasar 0.949% atau 95%.

(7)

Lina Andriyani (NIM. 109011000089), Pengaruh Kegiatan Rohani Islam terhadap Sikap Beragama Siswa Kelas IX SMP Negeri 14 Tangerang Selatan.

The purpose of this study was to determine how Rohis activities and whether there is influence between Rohis activities with the rest of religious attitudes in SMP Negeri 14 South Tangerang.

This research subject is the constructor and all members of the class Rohis IX-1, IX-2, and IX-3 SMP Negeri 14 South Tangerang. Object of this study is Rohis activities include; activities of daily worship, read the Quran, cooperation and so forth.

In this study authors use the methode with the correlational design. As for the author in determining the sample using purposive sampling technique using the formula slovin. As for the authors collected data using observation, interviews and questionaires with likert scale models were then processed using SPSS.

This study was shown that the activities that had been running Rohis brings a very strong influence on attitudes of religious students of SMP Negeri 14 South Tangerang is equal to 0.956% or 95%.

(8)

 







Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT., Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kegiatan Rohani Islam (Rohis) Terhadap Sikap Beragama Siswa Kelas IX SMP Negeri 14 Tangerang Selatan” dengan baik dan lancar. Shalawat dan Salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW tercinta beserta keluarga, sahabat, dan pengikut sampai akhir zaman.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun berkat kerja keras, doa, dan kesungguhan hati serta dukungan dari berbagai pihak untuk menyelesaikan skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. H. Abdul Madjid Khon, MAg., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, dan Marhamah Shaleh, Lc, MA. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, beserta segenap dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah beliau berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

(9)

beliau pimpin.

6. Seluruh dewan guru SMP Negeri 14 Tangerang Selatan khususnya Ibu Endang Purnama Sari, S. Ag, selaku guru Pendidikan Agama Islam sekaligus pembina Rohis yang telah membantu penulis melaksanakan penelitian ini. 7. Siswa-siswi kelas IX SMP Negeri 14 Tangerang Selatan yang telah bersedia

sebagai subjek dalam Penelitian ini.

8. Kedua orang tua yaitu Bpk. H. Murdani dan Ibu Encum Sulaimah, yang selalu penulis banggakan yang telah memberikan dukungan secara moril dan materil. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan cinta yang mereka berikan kepada penulis.

9. Kakak-kakakku Amelia dan Zulkifli serta adikku tercinta Ahmad Fachrizal, terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini.

10.Sahabat-sahabat yang saya cintai yaitu Lukman, Wulandari, Diyah Iis, teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2009, kelas PAI C, Sayyidah dan teman-teman Lembaga Tahfizh dan Ta’lim Al-Qur’an (LTTQ) Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas kebersamaan, dukungan, bantuan, dan motivasinya.

11.Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan perhatian yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Tiada daya dan upaya melainkan milik Allah semata, tiada gading yang tak retak, begitu pula tiada hal di dunia yang sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Harapan penulis semoga karya ilmiah dapat bermanfaat bagi pembaca dan terutama bagi penulis.

Jakarta, 27 Juni 2016

(10)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iii

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Sikap Beragama ... 9

1. Pengertian Sikap Beragama ... 9

2. Ruang Lingkup Sikap Beragama ... 13

3. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap Beragama Siswa ... 15

a. Faktor Internal ... 15

(11)

2. Fungsi dan Tujuan Rohani Islam ... 20

3. Komitmen Berorganisasi ... 21

4. Kegiatan Rohani Islam ... 22

C. Penelitian Yang Relevan ... 24

D. Kerangka Berpikir ... 25

E. Hipotesis ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

B. Metode Penelitian ... 27

C. Populasi dan Sampel ... 27

D. Teknik Pegumpulan Data ... 28

E. Uji Coba Instrumen ... 29

F. Teknik Pengolahan Hasil Penelitian ... 33

G. Teknik Analisis Data penelitian ... 33

1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 33

a. Uji Validitas ... 33

b. Uji Reliabilitas ... 34

2. Karakteristik Variabel ... 34

3. Uji Asumsi Klasik ... 35

a. Uji Normalitas ... 35

b. Uji Multikolonieritas ... 35

c. Heteroskedastisitas ... 36

4. Uji Hipotesis ... 36

a. Uji Koefisien Determinasi ... 36

b. Uji t ... 37

c. Uji f ... 37

(12)

b. Variabel Dependen ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sekolah ... 40

1. Sejarah Rohis... 40

2. Kurikulum Rohis di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan ... 44

3. Keadaan Guru & Karyawan, Sarana & Prasarana ... 46

B. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 47

C. Statistik Deskriptif... 53

D. Uji Asumsi Klasik ... 60

1. Uji Normalitas Data ... 60

2. Uji Multikolinearitas ... 61

3. Uji Heteroskedastisitas ... 62

E. Analisis Korelasi Rank Spearman ... 62

F. Uji GoodnessOf Fit ... 65

1. Koefisien Determinasi ... 65

2. Uji Statistik T ... 66

3. Uji Statistik F ... 66

4. Analisis Korelasional ... 67

5. Pembahasan Hasil Penenlitian ... 70

6. Uji Hipotesis ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 74

B. Saran ... 75

(13)

TABEL 3.1 : Jumlah Siswa SMP Negeri 14 Tangerang Selatan ... 27

TABEL 3.2 : Instrumen Penelitian... 30

TABEL 4.1 : Keadaan Guru & Karyawan ... 45

TABEL 4.2 : Jumlah Siswa ... 45

TABEL 4.3 : Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Rohis... 47

TABEL 4.3 : Hasil Pengujuian Validitas dan Reliabilitas Sikap Beragama.... 50

TABEL 4.5 : Statistik Deskriptif Rohis ... 54

TABEL 4.6 : Frekuensi Rohis ... 55

TABEL 4.8 : Statistik Deskriptif Sikap Beragama ... 58

TABEL 4.9 : Distribusi Frekuensi Sikap Beragama ... 58

TABEL 4.11 : Hasil Uji Normalitas ... 61

TABEL 4.12 : Hasil Uji Multikolinearitas ... 62

TABEL 4.13 : Uji Glesjer ... 63

TABEL 4.14 : Interval Korelasi ... 63

TABEL 4.15 : Koefisien Korelasi ... 64

TABEL 4.16 : Koefisien Determinasi ... 66

TABEL 4.17 : Uji Statistik T ... 66

TABEL 4.18 : Uji Statistik F ... 67

(14)
[image:14.595.105.520.149.545.2]

GRAFIK 4.7 Frekuensi Rohis ... 56

GRAFIK 4.10 Frekuensi Sikap Beragama ... 60

(15)

A.

Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan oleh Allah sebagai khalifah di muka bumi sekaligus untuk mengabdi kepada-Nya. Manusia merupakan ciptaan Allah yang paling sempurna diantara makhluk yang lain. Karena manusia memiliki unsur atau komponen yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Namun, dalam fase pertumbuhan dan perkembangannya, manusia pasti melewati beberapa tahapan, dari masa bayi, anak-anak, remaja dan orang tua.

Masa remaja seringkali dihubungkan dengan hal mengenai penyimpangan dan ketidakwajaran hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori perkembangan yang membahas ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja karena perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan.

Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja yang disertai oleh berkembangnya kapasitas intelektual, stres dan harapan-harapan baru yang dialami remaja membuat mereka mudah mengalami gangguan baik berupa gangguan pikiran, perasaan maupun gangguan perilaku. Sehingga kemudian, tidak jarang remaja mengambil resiko dengan melakukan sesuatu yang berupa kenakalan remaja.

Remaja masa kini dihadapkan pada lingkungan dimana segala sesuatu berubah sangat cepat. Mereka dibanjiri oleh informasi yang banyak dan cepat untuk diserap dan dimengerti. Semuanya terus bertumpuk hingga mencapai apa yang disebut information overload. Akibatnya timbul perasaan terasing, keputusasaan, problem identitas dan masalah-masalah yang berhubungan dengan benturan budaya.1

(16)

Di berbagai kota maupun daerah, sudah menjadi pengetahuan umum bahwa ulah remaja khususnya pelajar dewasa ini mencemaskan masyarakat, mereka tidak lagi membolos sekolah, merokok, minum-minuman keras, atau menggoda lawan jenisnya, tetapi tak jarang mereka terlibat dalam aksi tawuran layaknya preman, terjerumus dalam kehidupan seksual pranikah, dan berbagai bentuk perilaku menyimpang lainnya. Kemerosotan moral ini tidak hanya mempengaruhi orang dewasa saja akan tetapi juga siswa menengah pertama yang menjadi generasi harapan untuk meneruskan cita-cita bangsa Indonesia.

Merosotnya moral dan pergeseran nilai-nilai agama yang terlihat dalam perilaku sehari-hari pelajar saat ini disebabkan antara lain, kurangnya pengetahuan dan penghayatan mereka pada agama yang mereka dapatkan di sekolah serta ketidakseimbangan pendidikan jasmani dan rohani yang bertumpu pada pembinaan mental dan akhlak.

Oleh karena itu di sinilah diharapkan peran lembaga pendidikan untuk dapat mengoptimalisasikan lagi dalam hal membina serta memperbaiki akhlak para pelajar. Agar generasi muda saat ini dapat menjadi generasi muda yang mampu membangun masa depan yang lebih baik sesuai dengan tujuan nasional itu sendiri yaitu bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia yang berbudi luhur memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Pendidikan merupakan proses pembinaan yang dilakukan secara terus menerus kepada anak dalam upaya membentuk manusia yang bertaqwa, berakhlaq mulia, bertanggung jawab, dan berlaku jujur. Untuk mencapai tujuan tersebut tentu tidak cukup dengan pendidikan formal saja melainkan diperlukan juga bimbingan yang terarah di luar jam sekolah untuk menunjang dan menambah pengetahuan yang didapat di sekolah.

(17)

proses pendewasaan dan kemajuan mereka di masa depan. Tidak sedikit para aktivis ekskul yang menunjukkan kepiawaiannya dalam berbagai hal. Kegiatan semacam ini mampu meredam gejolak kenakalan para pelajar, karena diasumsikan bahwa kenakalan para pelajar salah satu penyebabnya adalah mereka merasa kurang senang dengan keadaan di lingkungan keluarga, sehingga waktu luang mereka digunakan pada hal-hal yang tidak bermanfaat. Sebaliknya dengan aktif mengikuti kegiatan ekskul, diharapkan mereka akan merasa senang untuk bersosialisasi dengan teman-teman seperjuangannya, dan menganggap bahwa sekolah sebagai sumber inspirasi untuk memenuhi kebutuhan dan sekaligus sebagai penyalur minat dan bakat mereka, dan bukan sekedar pengisi waktu luang. Selain itu, siswa juga dididik dan dibina dengan ilmu Agama yang berdasarkan Al-Qur’an dengan melakukan kegiatan-kegiatan peningkatan bacaan Al-Qur’an, peringatan hari besar Islam, pesantren kilat dan kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat memotivasi siswa untuk dapat mengamalkan ajaran agama Islam dengan sebaik-baiknya. Serta agar iman mereka tidak mudah goyah dan hancur. Hal ini sesuai dengan firman Allah:

















Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian

mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta

dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang

benar. (QS. Al-Hujurat : 15)

Pendidikan dapat dilalui dengan berbagai cara yaitu melalui proses pendidikan formal, informal, dan nonformal baik pendidikan umum dan pendidikan agama. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Zakiyah Darajat bahwa

(18)

keluarga sebagai jalur pendidikan informal, sekolah sebagai jalur pendidikan formal, dan masyarakat sebagai pendidikan nonformal”.2

Peranan sekolah dalam rangka mengantarkan siswa-siswinya untuk peningkatan perilaku beragama, salah satu usaha yang dilakukan adalah memberikan suatu wadah Kerohanian Islam (Rohis) agar siswa dapat termotivasi untuk bertingkah laku yang baik terhadap dirinya sendiri, terhadap pencipta-Nya (Allah SWT), dan terhadap sesamanya.

Selain keterlibatan pihak sekolah, Pemerintahpun dalam hal ini Kementrian Agama tidak tinggal diam, secara konsisten terus-menerus menggencarkan upaya internalisasi nilai-nilai Islam rahmatan lil „alamin melalui kegiatan Rohis di sekolah. Salah satu kegiatan pembinaan Rohis yang dilakukan Kemenag adalah menggelar Perkemahan Rohis Tingkat Nasional Tahun 2014. Kegiatan yang melibatkan 2.000 siswa tingkat SMA dan SMK seluruh Indonesia yang telah diselenggarakan pada 12-15 Nopember 2014 di Cibubur yang dibuka oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.” Kata Direktur Pendidikan Agama Islam. Amin Haidari kepada pers di Jakarta.3

Selain itu, pada tahun 2016 tepatnya di bulan Mei Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama mengadakan perkemahan Rohis se-Indonesia. Perkemahan Rohis menjadi salah satu wadah penangkal terhadap berbagai peristiwa negatif yang menimpa remaja seperti pergaulan bebas dan pemakaian obat-obatan terlarang. Pada kegiatan ini para siswa akan saling berinteraksi, saling belajar mengenai nilai-nilai agama dengan pembimbing yang kompeten.

Menurut Komaruddin selaku Dirjen Pendidikan Islam Kemenag, keadaan siswa-siswi ini berada pada usia yang sangat rentan terhadap berbagai pengaruh arus globalisasi dan perkembangan media sosial. Mereka dengan mudah mencari sumber pengetahuan melalui internet. Karenanya, perlu ada pendampingan, sehingga tidak ada penyimpangan seperti yang diberitakan selama ini. “Ada isu

2

Zakiyah Darajat, Kesehatan mental, (Jakarta : PT Gunung Agung, 2001), h. 121.

3Kemenag.go.id/indeks.”Kemenag Tangkal Radikalisme Melalui Kegiatan Rohis”

(19)

negatif, Rohis dianggap menjadi bagian dari penyebaran paham-paham radikal,

bahkan terorisme. Ini jangan sampai terjadi,”katanya.4

Kegiatan ekstrakurikuler seperti halnya Rohis dapat mengajarkan siswa tentang pendidikan keorganisasian, kerjasama, sosialisasi, serta tanggung jawab yang perlu ditanamkan dalam diri siswa sehingga mereka tidak hanya mendapatkan ilmu secara teoritis saja melainkan lebih kepada hal-hal yang bersifat praktis, yang tentu saja dibutuhkan siswa ketika mereka berada di dalam lingkungan masyarakat.

Jadi, jelas bahwa sekolah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman dan penghayatan nilai-nilai Agama yang positif kepada siswanya yaitu salah satu jalan yang ditempuh adalah dengan mengikuti kegiatan Rohis. Diharapkan dengan adanya kegiatan Rohis tersebut siswa mempunyai sikap beragama yang baik. Pengaruh Kegiatan Rohani Islam (Rohis) di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 14 Tangerang Selatan dalam meningkatkan sikap beragama sangat penting, sehingga pada tahun ini Rohis diwajibkan oleh pihak sekolah. Tentunya perlu bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan aspek afektif dan psikomotor siswa.

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan guru Agama Islam SMP Negeri 14 Tangerang Selatan bahwa, awal berdirinya sekolah sekitar tahun 2010 mayoritas siswa-siswinya berasal dari masyarakat sekitar sekolah. Yang mana keadaan masyarakat di lingkungan sekitar sekolah sesungguhnya berada di lingkungan yang negatif. Mayoritas masyarakatnya 70% perilaku beragamanya menyimpang, seperti; mereka terbiasa minum-minuman keras, para pelajarnya pun sering kali terlibat dalam aksi tawuran dengan sekolah lain yang belokasi tidak jauh dari sekolah. Namun, setelah 3 tahun terakhir kebiasaan tersebut hilang, para siswa yang mendaftar di sekolah tersebut tidak hanya yang berasal dari masyarakat sekitar, bahkan sampai ada yang berasal dari tamatan sekolah unggulan.

4

(20)

Selain itu, bila dilihat dari perilaku para pelajar putri, mereka yang mengenakan kerudung lebih banyak. Dari kualitas alumninya, tingkat ibadah mereka lebih kuat dan perilakunya pun lebih terlihat. Aksi tawuran pun lama kelamaan hilang. Semua itu tentu tidak lepas dari adanya pengaruh guru dan Rohis, tak jarang kegiatan yang diadakan oleh Rohis pun banyak membantu pelajaran agama khususnya BTQ (Baca Tulis Al-Qur’an) di sekolah.5

Lokasi SMP Negeri I4 Tangerang Selatan berada di tengah kota. Hal ini secara tidak langsung sebenarnya akan dapat mempengaruhi jiwa mereka, karena agama sebagai pengontrol dan penengah antara pendidikan dan fenomena. Melalui kegiatan Rohani Islam, jiwa siswa dapat terbina dengan baik dan setelah pembinaan itu berhasil akan terbentuk perilaku yang baik. Seperti yang dikatakan Zakiyah Darajat:

Agama memberikan bimbingan hidup dari yang sekecil-kecilnya sampai kepada yang sebesar-besarnya mulai dari hidup pribadi, keluarga, masyarakat dan hubungan dengan Allah, bahkan dengan alam semesta dan makhluk hidup lain. Jika bimbingan-bimbingan tersebut dijalankan betul-betul akan terjaminlah kebahagiaan dan ketentraman batin dalam hidup ini tiada saling sengketa, adu domba, tiada kecurigaan dalam pergaulan. Hidup aman, damai dan sayang menyayangi antar satu sama lain.6

Dari apa yang dikatakan oleh Zakiyah Darajat, dapat disimpulkan bahwa dengan agama, mental atau jiwa mendapatkan ketenangan. Segala kejahatan nafsu akan terkontrol sehingga akan muncul perilaku yang baik. Karena bagaimanapun agama merupakan bibit terbaik yang diperlukan dalam pembinaan kepribadiannya. Selain itu pendidikan yang ditekankan pada tujuan untuk mencerdaskan bangsa serta menjunjung tinggi derajat dan martabat manusia dan bangsa, yang dalam pandangan Al-Qur’an dikenal dengan khoirul ummah. Karena itu pendidikan mempunyai tantangan yang cukup berat serta harus memiliki nilai tambah agar dapat memberikan kesejahteraan lahir dan batin. Selain itu juga harus dapat memberikan perilaku yang membangun yaitu manusia yang kreatif, produktif dan dinamis, efektif dan efisien. Namun pendidikan juga

5

Hasil Wawancara Peneliti dengan Guru PAI SMPN 14 Tangerang Selatan, pada hari Selasa 07 Agustus 2015. Di ruang Guru SMPN 14 Tangsel.

6

(21)

dapat mengembangkan sikap kearifan, yaitu sikap yang mampu memahami makna kehidupan bersama untuk membangun masyarakat, bangsa dan negara.

Berbagai penjelasan dan fenomena telah dituangkan penulis, ketertarikan penulis terpanggil untuk mengembangkan pemikiran tentang kegiatan ekstrakurikuler Rohis dengan judul “Pengaruh Kegiatan Rohani Islam (Rohis) Terhadap Sikap Beragama Siswa Kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 14 Tangerang Selatan”.

Dalam hal ini penulis ingin meneliti pengaruh kegiatan Rohis terhadap sikap beragama siswa kelas IX SMP Negeri 14 Tangerang Selatan, yang merupakan lembaga pendidikan yang representatif untuk dijadikan penelitian, sehingga dapat dijadikan suatu contoh bagi lembaga lainnya. Ini dipandang sangat penting bagi penulis, karena pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang selama ini berlangsung dirasa masih minim dalam pembentukan sikap (afektif) siswa.

B.

Identifikasi Masalah

Dari berbagai realita yang ada dan berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka diperoleh beberapa masalah yang teridentifikasi sebagai berikut: 1. Kurangnya kuantitas guru Rohis sehingga kurang efektif kegiatan Rohis. 2. Minimnya waktu pembelajaran Agama Islam dalam upaya membentuk

sikap beragama siswa.

C.

Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:

1. Siswa yang dimaksud dalam skripsi ini adalah siswa kelas IX-1, IX-2 dan IX-3 SMP Negeri 14 Tangerang Selatan.

2. Sikap beragama yang dimaksud adalah kegiatan beragama yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya: sholat wajib,

sholat sunnah, sholat berjamaah di masjid, membaca ayat al Qur’an,

(22)

D.

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka pokok permasalahan penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh yang signifikan antara Kegiatan Rohis terhadap sikap

beragama siswa kelas IX di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan?”

E.

Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kegiatan Rohis di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan.

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara kegiatan Rohis dengan sikap beragama siswa kelas IX di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan.

F.

Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian selanjutnya.

2. Sebagai pertimbangan bagi Pembina Rohis untuk lebih memberikan perhatian pada kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Rohis, agar dapat menghasilkan pembinaan akhlak yang baik.

(23)

A.

Sikap Beragama

1. Pengertian Sikap Beragama

Mengawali pembahasan mengenai sikap beragama, maka terlebih dahulu akan dikemukakan definisi mengenai sikap. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sikap didefinisikan sebagai: ”perilaku atau gerak-gerik yang berdasarkan pada pendirian (pendapat atau keyakinan)”.1

Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, dijelaskan pengertian sikap

sebagai berikut, “Sikap adalah faktor yang dapat mendorong/menimbulkan

tingkah laku tertentu. Sikap senantiasa ada dalam diri manusia namun tidak selalu aktif setiap saat. Sikap merupakan kecenderungan untuk beraksi secara positif untuk (menerima) ataupun negatif (menolak) terhadap objek berdasarkan

penilaian diri”. 2

Menurut M. Alisuf Sabri, sikap (attitude) adalah kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh.3 Pengertian ini serupa dengan definisi yang dikemukakan oleh Sarlito

Wirawan Sarwono, bahwa sikap adalah “Kesiapan pada seseorang untuk

bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu”4

Adapun menurut Akhyas Azhari, sikap adalah suatu perbuatan atau tingkah laku sebagai reaksi atau respon terhadap suatu rangsangan yang disertai dengan pendirian orang lain. Dalam hal ini sebagian psikolog mengemukakan bahwa sikap diawali dengan perasaan (emosi) baru kemudian menunjukkan reaksi

1

Tim Penyusun, Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1999), h. 838.

2

Tim Penyusun Ensiklopedia Nasional Indonesia, Ensiklopedi Nasional Indonesia,

(Jakarta : PT. Citra Adipustaka, 1991), h. 31-32.

3

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. 2, h. 83.

4

(24)

(respon) atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai sebuah reaksi, sikap selalu berhubungan dengan dua relatif, senang atau tidak senang melaksanakan.5

Menurut Ma’rat sebagaimana dikutip oleh Jalaludin, meskipun belum lengkap Allport telah menghimpun sebanyak 13 pengertian mengenai sikap. Dari 13 itu dirangkum menjadi 11 rumusan mengenai sikap. Rumusan umum tersebut adalah bahwa:6

Pertama, Sikap merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui

pengalaman dan sikap interaksi dengan lingkungan (attitudes are learned).

Kedua, Sikap selalu berhubungan dengan objek seperti manusia, wawasan,

peristiwa ataupun ide (attitudes are referent). Ketiga, Sikap diperoleh dalam berinteraksi dengan manusia lain baik di rumah, tempat ibadat ataupun tempat lainnya melalui nasihat, teladan atau percakapan (attitudes are social learnings).7

Keempat, Sikap sebagai wujud dari kesiapan untuk bertindak dengan

cara-cara tertentu terhadap objek (attitudes are readiness to respond). Kelima, sikap adalah perasaan dan afektif, seperti yang tampak dalam menentukan pilihan apakah positif, negatif atau ragu (attitudes are affective). Keenam, Sikap memiliki intensitas terhadap objek tertentu yakni kuat atau lemah (attitudes are very intensive).8

Ketujuh, Sikap bergantung pada situasi dan waktu, sehingga dalam situasi

dan saat tertentu mungkin sesuai, sedangkan di saat dan situasi yang berbeda belum tentu cocok (attitudes have a timedimension).Kedelapan, Sikap merupakan penafsiran dan tingkah laku yang mungkin menjadi indikator yang sempurna atau bahkan tidak memadai (attitudes are inferred).9

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku (merespon) secara tertentu. Sikap timbul karena ada stimulus. Terbentukannya suatu sikap itu banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan

5

Akhyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Teraju, 2004), c.1, hal. 162.

6

Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2010), c. 10, h. 259.

7Ibid,

h. 260

8ibid. 9Ibid.

(25)

kebudayaan misalnya: keluarga, norma, golongan agama dan adat istiadat. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan yang besar dalam membentuk sikap putra - putrinya. Sebab keluargalah sebagai kelompok primer bagi anak merupakan pengaruh yang paling dominan. Sikap seseorang tak selalu tetap, ia dapat berkembang manakala mendapat pengaruh, baik dari dalam maupun dari luar yang bersifat positif dan mengesankan.

Menurut Saifudin Azwar komponen-komponen sikap terbagi 3, yaitu:

a. Kognitif

Kognitif terbentuk dari pengetahuan dan informasi yang diterima yang selanjutnya diproses menghasilkan suatu keputusan untuk bertindak.

b. Afektif

Menyangkut masalah emosional subyektif sosial terhadap suatu obyek. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap suatu obyek.

c. Konatif

Menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya.10 Selanjutnya pengertian tentang beragama. Sebelum dikemukakan tentang definisi beragama, terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian Agama yang merupakan kata dasar dari beragama. Kata beragama ditinjau dari aspek bahasa

berasal dari kata “Agama” yang berarti suatu ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia serta manusia dengan Tuhan-Nya.11

Sedangkan dalam Ensiklopedi Hukum Islam Agama adalah aturan atau tata cara hidup manusia yang dipercayainya bersumber dari Yang Maha Kuasa untuk kebahagiaan dunia dan di akhirat.12

10

Saifudin Azwar, Sikap Manusia, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005), h. 201.

11

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, …..h 12.

12

(26)

Sedangkan Agama dalam Kamus Besar Bahasa Arab berarti “Diin” yang

berarti tunduk, patuh, balasan dan beragama.13

Sedangkan menurut Quraisy Shihab bahwa Agama adalah “hubungan antara makhluk dengan khaliknya, hubungan ini terwujud dalam sikap batinnya serta tampak pada ibadah yang dilakukannya, dan tercermin pula dalam sikap kesehariannya.14

Menurut istilah, Agama adalah suatu peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal memegang peraturan Tuhan itu dengan kehendaknya sendiri, untuk mencapai kebaikan hidup di dunia dan kebahagian di akhirat.15

Harun Nasution berpendapat sebagaimana yang di kutip oleh Jalaluddin pengertian Agama berdasarkan asal kata yaitu al- Din, religi (relegere, religare)

dan Agama. Al-Din berarti undang-undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa

Arab, kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang balasan, kebiasaan. Sedangkan dari kata religi (latin) atau relegere berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian religare berarti mengikat. Adapun kata Agama terdiri dari a= tidak; gam= pergi) mengandung arti tidak pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun-temurun. 16

Lebih lanjut lagi Harun Nasution mendefinisikan agama sebagai berikut: 1) pengkuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi. 2) adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia. 3) percaya kepada kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu. 4) suatu sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan gaib. 5) pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan takut terhadap kekuatan misterius yang ada di alam sekitar. 6) ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul.17

13

Mahmud Yunus, Kamus Besar Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1989), hal. 132

14

Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur’an”, (Bandung : Mizan anggota IKAPI, 1993), h. 210.

15

Abuddin Nata, Al Qur’an dan Hadits, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), cet.7, hal. 9.

16

Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. 2010), h.12.

17Ibid,

(27)

Dari berbagai definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa Agama adalah keyakinan atau kepercayaan terhadap sesuatu yang ghaib yang mengatur kehidupan rohani manusia. Sehingga menimbulkan cara hidup tertentu sesuai dengan aturan Tuhan.

Selanjutnya bila kata Agama mendapat awalan ber- menjadi “beragama” yang berarti beribadat, taat kepada Agama. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, kata “beragama” diartikan sebagai, “Menganut atau memeluk Agama ; beribadah atau taat kepada Agama atau lebih jelasnya lagi kata beragama diartikan sebagai memeluk atau taat menjalankan ajaran-ajaran yang dianut”.18

Dari uraian-uraian di atas, mengenai sikap beragama, adapun pengertian sikap beragama dengan sendirinya adalah keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorong untuk bertingkah laku berkaitan dengan Agama. Agama menyangkut kehidupan batin manusia oleh karena itu kesadaran beragama dan pengalaman beragama seseorang lebih menggambarkan sisi batin dalam kehidupan yang ada kaitannya dengan sesuatu yang sakral dan gaib. Dari kesadaran Agama dan pengalaman Agama maka kemudian muncul sikap beragama yang ditampilkan seseorang.19

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sikap beragama adalah tingkah laku yang taat kepada Agama atau perbuatan yang mencerminkan ketaatan dalam menjalankan ajaran Agama yang didasarkan oleh pengetahuan dan perasaan terhadap agama dengan harapan mendapat ridha Allah SWT.

2. Ruang Lingkup Sikap Beragama

Dari segi konteks beragama dalam Agama Islam menurut Yusuf Al-Qardhowy memiliki dimensi-dimensi atau pokok-pokok Islam yang secara garis besar dibagi 3 yaitu, aqidah, ibadah atau praktek agama atau syariah, dan akhlak.

18

Tim Penyusun, Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia ….h.

211

19

(28)

a. Aqidah

Akidah secara etimologi yaitu kepercayaan. Sedangkan secara terminologi disamakan dengan keimanan, yang menunjukkan kepada seberapa tingkat keyakinan seseorang terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya yang bersifat fundamental dan dogmatis. Ruang lingkup aqidahlah yang paling mendasar sebagai pondasi atas sikap beragama, aqidah juga merupakan alasan utama seseorang yang dapat berperilaku sebagai hamba yang percaya kepada atas kekuasaan Tuhannya. Aqidah berkaitan dengan iman dan taqwa, hal inilah yang melahirkan keyakinan-keyakinan yang ada pada setiap dirinya merupakan pemberian dari Tuhan.20

b. Ibadah atau praktik ibadah (syariah)

Ibadah atau praktik ibadah syariah merupakan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung seorang muslim dengan Kholiknya dan sesama manusia, yang menunjukkan seberapa patuh tingkat ketaatan seorang muslim yang dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual keagamaan yang diperintahkan dan dianjurkan, baik yang menyangkut ibadah (ritual) dalam arti khusus maupun dalam arti yang luas yang merupakan media komunikasi langsung dan integral serta sarana komunikasi antara Khalik dan makhluknya. Ibadah juga merupakan perwujudan dari sikap beragama seseorang dalam kehidupan.21

c. Akhlak

Ruang lingkup akhlak berkaitan dengan perilaku dirinya sebagai muslim yang taat, dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari yang semuanya itu sesuai dengan ajaran agama Islam. Hal ini disebabkan ia memiliki kesadaran yang terdapat pada jiwanya tentang ajaran agama yang sesungguhnya, juga setiap ajaran agamanya itu telah meresap sebenar-benarnya dalam hatinya. Sehingga lahirlah sikap yang mulia dan dalam

20

Yusuf Al-Qardhawi, “Pengantar Kajian Islam, Penerjemah Setiawan Budi Utomo, (Jakarta : Pustaka Al-Kausar, 1997), h. 55.

21Ibid.

(29)

perilaku sehari-harinya dapat mencerminkan sikap beragama seperti, mudah menolong, jujur, bersedekah dan lain sebagainya.22

3. Faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap Beragama Siswa

Manusia adalah makhluk beragama (homo religius), akan tetapi untuk menjadikan manusia yang memiliki sikap atau rasa beragama, maka potensi tersebut memerlukan bimbingan dan pengembangan dari lingkungannya. Pembentukan dan perubahan sikap beragama tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan melalui proses tertentu melalui kontak sosial dan interaksi antara individu dengan individu lainnya. Oleh karena itu, pada perkembangan selanjutnya pembentukan sikap beragama dipengaruhi oleh berbagai faktor, dalam hal ini penulis mengkaji beberapa faktor yang mempengaruhi sikap beragama seseorang, yakni faktor Internal (dari dalam) dan faktor Eksternal (dari luar).23

a. Faktor Internal

1) Faktor Hereditas

Sikap Keagamaan memang bukan secara langsung sebagai faktor bawaan yang diwariskan secara turun-temurun, melainkan terbentuk dari berbagai unsur lainya yang mencakup kognitif, afektif, dan konatif.24

2) Tingkat Usia

Dalam The Development of Religious on Children, Ernest Harms mengungkapkan bahwa perkembangan agama pada anak-anak ditentukan oleh tingkat usia mereka. Perkembangan tersebut dipengaruhi pula oleh perkembangan berbagai aspek kejiwaan, termasuk perkembangan berpikir. Ternyata anak yang menginjak usia berpikir kritis lebih kritis pula dalam memahami ajaran agama. Selanjutnya, pada usia remaja saat mereka

22

Yusuf Al-Qardhawi, “Pengantar Kajian Islam, Penerjemah Setiawan Budi Utomo, (Jakarta : Pustaka Al-Kausar, 1997), h. 55.

23

Jalaludin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1990), h. 241

24

(30)

menginjak usia kematangan seksual, pengaruh itu pun menyertai perkembangan sikap beragama mereka.25

3) Kepribadian

Kepribadian menurut pandangan psikologi terdiri atas dua unsur, yaitu unsur hereditas dan pengaruh lingkungan. Hubungan antara kedua unsur tersebut yang membentuk kepribadian. Adanya kedua unsur ini yang membentuk kepribadian menyebabkan munculnya konsep tipologi dan karakter. Tipologi lebih menekankan pada unsur bawaan, sedangkan karakter lebih ditekankan oleh adanya pengaruh lingkungan.26

4) Kondisi Kejiwaan

Kondisi kejiwaan terkait dengan kepribadian sebagai faktor intern.27

b. Faktor Eksternal

1) Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan satuan sosial yang paling sederhana dalam kehidupan manusia. Anggotanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Bagi anak-anak, keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenalnya. Dengan demikian, kehidupan keluarga menjadi fase sosialisasi awal bagi pembentukan jiwa beragama.28

2) Lingkungan Institusional

Lingkungan institusional yang ikut mempengaruhi perkembangan jiwa beragama dapat berupa institusi formal seperti sekolah ataupun non formal seperti berbagai perkumpulan dan organisasi.29

Sekolah sebagai institusi pendidikan formal ikut memberi pengaruh dalam membantu perkembangan kepribadian anak. Menurut Singgih D. Gunarsa, pengaruh itu dapat dibagi tiga kelompok, yaitu:

25Ibid,

h. 79.

26Ibid

, h. 80.

27Ibid,

h. 81.

28Ibid

, h. 82.

29Ibid,

(31)

a) kurikulum dan siswa, b) hubungan guru dan siswa dan c) hubungan antar siswa.30

3) Lingkungan Masyarakat

Berbeda dengan situasi di rumah dan sekolah, umumnya pergaulan di masyarakat kurang menekankan pada disiplin atau aturan yang harus dipatuhi secara kuat. Lingkungan masyarakat bukan merupakan lingkungan yang mengandung unsur tanggung jawab, melainkan hanya merupakan unsur pengaruh belaka, tetapi norma dan tata nilai yang ada terkadang lebih mengikat sifatnya. Bahkan terkadang pengaruhnya lebih besar dalam perkembangan sikap beragama, baik dalam bentuk positif maupun negatif. Misalnya, lingkungan masyarakat yang memiliki tradisi beragama yang kuat akan berpengaruh positif bagi perkembangan sikap beragama anak, sebab kehidupan beragama terkondisi dalam tatanan nilai dan institusi keagamaan. Keadaan ini akan berpengaruh dalam pembentukan sikap beragama.31

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa dalam masa pertumbuhan terbentuknya sikap beragama siswa dapat dipengaruhi oleh dua faktor di antaranya: 1) Faktor internal, terdiri dari; faktor hereditas (karakteristik individu yang diwariskan oleh orang tua melalui gen). Tingkat usia (pada usia ini anak lebih mudah untuk menerima sugesti). Kepribadian (dipengaruhi oleh bawaan dan lingkungan). Kondisi kejiwaan (konflik akan mempengaruhi keadaan jiwa). 2) Faktor Eksternal, terdiri dari; lingkungan keluarga (modal awal seorang anak sebelum terjun di masyarakat pengaruh ini datang dari anggota keluarga).

Lingkungan institusional (melalui sekolah ataupun organisasi akan mempengaruhi

perkembangan kepribadian anak). Lingkungan masyarakat (terkadang lebih kuat pengaruhnya baik pengaruh positif maupun negatif).

30Ibid.

31

(32)

B.

Pengertian Rohani Islam (Rohis)

1. Rohani Islam (Rohis)

Rohis terdiri dari dua suku kata yaitu Rohani dan Islam. Rohani dalam

bahasa Arab berarti “Ruh”, sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti rohani adalah roh yang bertalian dengan yang tidak berbadan jasmani.32 Sedangkan Islam berarti agama yang diajarkan Nabi Muhammad SAW yang berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan ke dunia dalam bentuk wahyu Allah.33

Definisi lain menjelaskan bahwa Islam adalah berserah diri kepada Tuhan, dimana penganutnya harus menunjukkannya dengan menyembah-Nya, mentaati perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya.34

Rohis merupakan ekstrakurikuler, yaitu organisasi independen yang dibentuk khusus di bawah Dewan Keluarga Masjid (DKM) sekolah dan lembaga sekolah di atasnya. Rohani Islam atau Rohis merupakan sebuah organisasi untuk memperkuat keislaman, yang bertanggung jawab terhadap kegiatan pemberdayaan diri bagi siswa. Selain itu, Rohis memiliki tugas yang lebih signifikan terhadap pengembangan rohani.

Adapun pengertian lain tentang Rohis yaitu suatu organisasi sekolah yang berhubungan dengan pelayanan rohani siswa. Rohis dibentuk agar siswa tidak hanya mendapatkan pendidikan duniawi tetapi juga pendidikan agama sebagai bekal mereka dalam berkehidupan yang sesuai dengan syariat.35

Rohis merupakan lembaga atau perkumpulan para siswa di sekolah untuk

memperkuat dan memperdalam agama Islam. Rohis menjadi organisasi ekstrekurikuler sekolah selain sebagai forum pertemuan, Rohis menjadi wahana pengajaran, dakwah, dan berbagai pengetahuan Islam.36 Salah satu contoh pergerakan yang dilakukan Rohis adalah menyeru kepada kebaikan dan mencegah

32

Tim redaksi KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1989), Cet III, hal. 960.

33

Tim redaksi KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), cet. III, hal. 444.

34

http://wikipedia.org/Islam, diakses pada 01 April 2015.

35

http://id.wikipedia.org/wiki/rohis, diakses pada 01 April 2015.

36

(33)

kepada kemungkaran sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Ali Imron ayat 110.





















Artinya: ”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan

beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih

baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan

mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali Imron : 110)

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Rohani Islam atau Rohis adalah bagian dari organisasi yang ada di sekolah yang berfungsi untuk membina manusia untuk berkembang menjadi menusia yang memiliki jiwa spiritualitas dan menjadi manusia yang taat dan patuh terhadap perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.

Kegiatan Rohis ini adalah upaya pemantapan dan pengayaan nilai-nilai dan norma serta pengembangan kepribadian, bakat dan minat peserta didik pendidikan agama yang dilaksanakan di luar jam intrakurikuler dalam bentuk tatap muka atau non tatap muka.37

Struktur organisasi dalam Rohis layaknya OSIS, di dalamnya terdapat ketua, wakil, sekretaris, bendahara dan divisi-divisi yang bertugas di bidangnya masing-masing.

Dari pemaparan di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa Rohis adalah sebuah organisasi di sekolah yang bergerak dalam bidang keagamaan serta pengembangan diri. Keberadaan di sekolah diharapkan mampu menunjang

37

(34)

pelajaran Agama yang selama ini dinilai masih kurang hanya dua jam pelajaran.

Motto Rohis yaitu amar ma’ruf nahi munkar.

2. Fungsi dan Tujuan Rohani slam

Fungsi Rohis yang sebenarnya adalah forum, mentoring, dakwah dan berbagi. Selain itu kegiatan Rohis berfungsi untuk mempererat tali silaturahmi sesama siswa dan sebagai wadah untuk memperdalam ajaran-ajaran Islam, agar dapat menjadi siswa yang berakhlaq mulia dan berguna bagi orang tua, Bangsa dan Negara. Mengingat masa remaja adalah masa transisi yang penuh gejolak, maka dari itu diperlukan suatu wadah yang dapat membina mental serta spiritual dan meningkatkan prestasi belajar agama mereka.38

Rohis mempunyai fungsi dasar yang sama dan utama yaitu pembinaan akhlak dan kualitas agama yang lurus dan baik. Rohis umumnya memiliki kegiatan terpisah antara anggota pria (ikhwan) dan wanita (akhwat).

Tujuan Rohani Islam di sekolah sangat penting karena memberi arah aktivitas yang dilakukan. Tujuan Rohis tidak hanya berorientasi duniawi saja, tetapi juga ukhrawi. Pernyataan tujuan dinafasi nilai-nilai Islami yaitu terbinanya pelajar yang beriman, berilmu dan beramal shalih dalam rangka mengabdi kepada Allah Swt untuk memperoleh keridhoannya.

Menurut Koesmarwanti dan Nugroho Widiantoro, bahwa Rohis bertujuan untuk mewujudkan barisan remaja pelajar yang mendukung dan mempelopori tegaknya nilai-nilai kebenaran, dan mampu menghadapi tantangan masa depan. Kegiatan Rohis mewujudkan generasi muda yang kuat, bertaqwa, sekaligus cerdas, memiliki kesamaan cara pandang, visi, akidah, sehingga memiliki peribadatan yang sama, tujuan yang sama, serta harmoni dalam gerak langkahnya menyerupai barisan yang kokoh. Barisan ini harus pandai memadukan aspek iman dan takwa (imtak) serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Kecerdasan, kemampuan intelektual, giat belajar dan berlatih, serta kedisiplinan

38

Afdiah Fidianti, “Peran Kegiatan Sie Rohani Islam (Rohis) dalam Upaya Meningkatkan

(35)

adalah bekal dasar agar dapat menjadi manusia yang kompetitif dalam menghadapi masa depan di era globalisasi.39

Selain itu tujuan Kerohani Islam juga untuk meningkatkan kesadaran dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memperbaiki akhlaq dan budi pekerti yang luhur, memahami hakekat hukum Islam, dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan sesama muslim, serta menumbuhkan kader-kader (pemimpin-pemimpin Islam) agar mampu terjun dalam pembangunan Bangsa dan Negara dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. 40

Berdasarkan pemaparan di atas diperoleh kesimpulan bahwa fungsi Rohis yaitu untuk meningkatkan kesadaran beragama, serta upaya sekolah untuk membentengi siswa-siswinya agar dapat mengontrol dirinya sehingga tidak terjerumus kepada perilaku-perilaku penyimpangan.

3. Komitmen Berorganisasi

Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa Rohis merupakan sebuah organisasi yang independen. Berbicara tentang Rohis sama halnya dengan berbicara tentang sebuah Organisasi. Dalam berorganisasi tentu di dalamnya tidak lepas dari adanya sebuah komitmen. Komitmen adalah suatu keadaan dimana seseorang memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi tersebut. Komitmen terhadap organisasi artinya lebih dari keanggotaan formal, karena meliputi sikap menyukai organisasi dan kepentingan organisasi dalam pencapaian tujuan.41

Dalam komitmen organisasi tercakup unsur loyalitas terhadap organisasi. Rendahnya komitmen mencerminkan kurangnya tanggung jawab seseorang dalam menjalankan tugasnya, mempersoalkan komitmen sama halnya dengan mempersoalkan tanggung jawab.42

39

Ibid.

40

Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 1999), h. 257

41

Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi Jilid 1, (New Jersey : PT. Pranhallindo, 2001), h. 140

(36)

Keberhasilan suatu organisasi dapat dilihat melalui 2 aspek, yaitu keberhasilan organisasi dan pemeliharaan organisasi.

a. Keberhasilan organisasi, meliputi berbagai variabel seperti dana, program-program yang inovatif, dan sebagainya.

b. Pemeliharaan organisasi, mencakup perasaan puas dengan para anggota, motivasi dan semangat bekerja.43

Dalam kehidupan sehari-hari, organisasi menjadi sebuah kebutuhan nyata bagi manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat berdiri sendiri. Berikut ini adalah beberapa alasan pentingnnya berorganisasi, diantaranya:

1) Melatih untuk bersosialisasi. Organisasi membuat kita akan terlatih untuk berinteraksi dengan berbagai macam orang.

2) Merangsang kreativitas. Manfaat berorganisasi yang paling terasa adalah terlatih untuk menjadi pribadi yang kreatif, selalu memiliki ide-ide, dan terangsang untuk berpikir di luar kerangka yang baku.

3) Mengajarkan kerja keras, tanggung jawab, pantang menyerah dan tidak suka berpangku tangan.

4) Mengasah jiwa sosial, dan lain sebagainya.44

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sebuah organisasi dapat terlaksana dengan baik, apabila di dalamnya terdapat sebuah komitmen. Dalam hal ini, organisasi Rohis dapat berjalan dengan baik di sekolah tentu tidak lepas adanya komitmen dari para pengurus dan anggotanya. Penunjang keberhasilan sebuah organisasi disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya: adanya sumber dana serta program-program inovatif. Dalam hal ini inovasi sangat dibutuhkan agar organisasi lebih hidup lagi.

4. Kegiatan Rohani Islam (Rohis)

Ada beberapa kegiatan Rohis yang menjadi kegiatan harian, mingguan, hari besar Islam, libur semester, dan bulan suci Ramadhan. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:45

43

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2007). Cet. 1, h. 70.

44

(37)

a. Kegiatan Harian

1) Melaksanakan shalat zuhur berjamaah

2) Mendiskusikan masalah-masalah keagamaan

3) Meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam segala bidang.46

b. Kegiatan Mingguan

1) Melaksanakan shalat jum’at berjamaah 2) Mengumpulkan infaq sebagai sumber dana 3) MAI (Mentoring Agama Islam)

4) Buka Puasa Sunnah Berjama’ah 5) Membuat Mading Islami.47

c. Kegiatan Hari-hari Besar Islam

1) Merayakan hari-hari besar Islam seperti : 1 Muharram, Maulid Nabi

Muhammad saw, Isra Mi’raj, Shalat Idul Fitri dan Idul Adha.

2) Membuat edaran peringatan hari besar Islam.48

d. Kegiatan Libur Semester

1) Mengadakan tafakur alam.

2) Mengadakan bakti social kemasyarakatan di bawah bimbingan guru-guru dan Pembina OSIS.

3) Mengadakan lomba keterampilan agama.

4) Bakar Ayam, mulai dari proses menyembelih hingga makan bersama. 5) Pengkaderan Rohis.49

e. Kegiatan Bulan Suci Ramadhan

1) Mengadakan pesantren kilat.

2) Mengadakan tadarus al-Qur’an di sekolah atau masjid. 3) Mengadakan buka puasa bersama.

4) Mengadakan zakat fitrah.50

45

Program kerja Rohis SMP Negeri 14 Tangerang Selatan.

46Ibid

.

47Ibid

.

48Ibid.

49Ibid.

(38)

Karena pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan dinilai belum cukup. Maka kegiatan Rohis sangat dibutuhkan dalam rangka membina ketaqwaan dan kepribadian siswa, serta meningkatkan sikap beragama siswa.51

C.

Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Penelitian yang dilakukan Hermawan, mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang berjudul “Kegiatan Kerohanian Islam dan

Hubungannya dalam Pembinaan Akhlak Siswa di MTs Negeri Parung.”

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh ekskul Rohis cukup memberikan pengaruh positif yang sedang, terhadap akhlak siswa MTs Negeri Parung, dari kemerosotan akhlak yang ada di MTs Negeri Parung ini disebabkan oleh faktor dari luar sekolah, seperti faktor keluarga, pergaulan dan perkembangan teknologi. Akan tetapi pihak sekolah selalu mengontrol siswanya untuk menghindari hal-hal yang negatif.52

2. Penelitian yang dilakukan oleh Marhasan, mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Agama Islam

terhadap Sikap Sosial Keagamaan Siswa di Sekolah Kelas VIII SLTPN 253

Cipedak, Jakarta Selatan”. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh

Pendidikan Agama Islam terhadap sikap sosial keagamaan siswa di sekolah. Kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian menjelaskan adanya pengaruh positif antara Pendidikan Agama Islam dengan pembentukan

51Ibid. 52

(39)

sikap sosial keagamaan siswa. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan korelasi antara variabel X dan Y sebesar 0,499.53

D.

Kerangka Berfikir

Kegiatan ekskul sebagai media pembinaan dan pengembangan kemampuan, minat dan bakat para siswa mengandung seperangkat nilai-nilai yang cukup urgen bagi proses pendewasaan dan kemajuan siswa di masa depan. Tidak sedikit para aktivis ekskul yang menunjukkan kepiawaiannya dalam berbagai hal. Kegiatan semacam ini mampu meredam gejolak kenakalan para pelajar.

Keberadaan Rohis tentu membawa pengaruh bagi perkembangan akhlaq siswa di sekolah. Guru merasa terbantu dalam upaya menanamkan nilai-nilai islami dalam kehidupan sehari-hari. Melalui kegiatan Rohis, siswa diajarkan bagaimana ia bersikap baik terhadap dirinya, Tuhan serta orang lain.

Kegiatan ekstrakurikuler seperti halnya Rohis dapat mengajarkan siswa tentang pendidikan keorganisasian, kerjasama, sosialisasi, serta tanggung jawab yang perlu ditanamkan dalam diri siswa sehingga mereka tidak hanya mendapatkan ilmu secara teoritis saja melainkan lebih kepada hal-hal yang bersifat praktis, yang tentu saja dibutuhkan siswa ketika mereka berada di dalam lingkungan masyarakat.

Selain memperbaiki akhlaq dan budi pekerti yang luhur, memahami hakekat hukum Islam, dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan sesama muslim, serta menumbuhkan kader-kader (pemimpin-pemimpin Islam) agar mampu terjun dalam pembangunan Bangsa dan Negara dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan tersebut tentu tidak cukup dengan pendidikan formal saja melainkan diperlukan juga bimbingan yang terarah di luar jam sekolah untuk menunjang dan menambah pengetahuan yang didapat di sekolah. Maka dari itu di sini peran Rohis sangat dibutuhkan.

53 Marhasan, “Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap Sikap Sosial Keagamaan

Siswa di Sekolah Kelas VII SLTPN 253 Cipedak Jakarta Selatan”, Skripsi S1Fakultas Ilmu

(40)

E.

Hipotesis

Agar hipotesis tersebut dapat diuji maka peneliti merumuskannya ke dalam bentuk hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ho : Tidak adanya (tidak terdapat) pengaruh yang signifikan antara kegiatan Rohis dengan sikap beragama siswa.

Ha : Adanya (terdapat) pengaruh yang signifikan antara kegiatan Rohis dengan sikap beragama siswa.

(41)

A.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan yang beralamat di Jl. AMD 15/16 Pondok Kacang Barat, Kec. Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-September 2015.

B.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi antara dua variabel, yaitu kegiatan Rohis dan sikap beragama siswa. Kegiatan Rohis dijadikan sebagai variabel bebas dalam penelitian ini, sedangkan variabel terikatnya adalah sikap beragama. Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan adalah metode penelitian kuantitatif dengan desain korelasional.

C.

Populasi dan Sampel

[image:41.595.102.513.658.716.2]

Kata populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan unsur atau elemen yang memenuhi kriteria sebagai objek yang akan diteliti dalam sebuah penelitian. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Negeri 14 Tangerang Selatan tahun pelajaran 2014/2015. Dalam pengambilan sampel penulis menggunakan teknik purposive sampling.

Tabel 3.1

Jumlah Siswa SMP Negeri 14 Tangerang Selatan 3 tahun terakhir

Tahun Pelajaran

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah

Jumlah Rombel Jumlah Rombel Jumlah Rombel Jumlah Rombel

(42)

2013/2014 344 8 320 8 305 8 969 24

2014/2015 370 9 345 8 300 8 1015 25

Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel kelas IX sebanyak 3 rombel, yaitu kelas IX-1, IX-2 dan IX-3 jumlah siswa sebanyak 92 orang. Untuk menentukan ukuran sampel yang dijadikan objek penelitian penulis menggunakan rumus slovin1 sebagai berikut :

Keterangan : S = ukuran sampel N = ukuran populasi

d = taraf signifikansi, yang dikehendaki (5%)

Pengoperasian rumus Slovin tersebut adalah sebagai berikut :

n =

=

Berdasarkan hasil pengoperasian rumus Slovin tersebut, maka ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 75 sampel. Hal yang menjadi pertimbangan penulis memilih siswa kelas IX-1, IX-2 dan IX-3 karena kelas tersebut memenuhi syarat untuk menjadi objek penelitian. Selanjutnya pertimbangan waktu, biaya, dan keefektifan menjadi alasan penulis memilih kelas tersebut.

D.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data sebagai kelengkapan dari penelitian baik berupa informasi, maupun data pendukung lainnya dengan menggunakan beberapa metode sebagai berikut:

1

(43)

1. Observasi

Observasi yaitu upaya pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang fenomena-fenomena yang diteliti, dalam hal ini adalah Kegiatan Rohis dan Sikap beragama siswa.2 Dalam hal ini peneliti mengamati kegiatan yang diadakan oleh Rohis serta sikap beragama siswa khususnya kelas kelas IX-1, IX-2 dan IX-3 SMP Negeri 14 Tangerang Selatan pada saat mentoring dan lain sebagainya.

2. Wawancara

Penelitian ini juga menggunakan metode wawancara sebagai sumber data sekunder atau pendukung. Metode wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi dari pihak sekolah dalam hal ini pembina rohis mengenai awal berdirinya Rohis hingga berkembangnya Rohis seperti saat ini. Adapun yang menjadi narasumber dalam wawancara ini adalah Pembina Rohis SMP Negeri 14 Tangerang Selatan yaitu Ibu Endang Purnamasari, S. Ag.

3. Angket

Angket merupakan suatu alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Dalam memperoleh data, penulis secara acak memberikan angket kepada sampel penelitian. Dengan angket yang disebarkan tersebut, akan memudahkan penulis mendapatkan data yang representatif sehubungan dengan masalah yang diteliti.

E.

Uji Coba Instrumen

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu dilakukan tes uji coba kepada responden di luar kelas eksperimen dan kelas

2

(44)

kontrol sebanyak 10 orang responden. Dalam hal ini penulis menyebarkan angket sebanyak 70 item untuk varibel X dan 70 item untuk variabel Y.

Instrumen yang digunakan berupa kuesioner (angket). Angket yang digunakan dalam pengambilan data yaitu angket Pengaruh Kegiatan Rohis terhadap Sikap beragama Siswa kelas IX SMP Negeri 14 Tangerang Selatan.

Tabel berikut memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai penyebaran butir-butir item dari tiap-tiap variabel penelitian.

Tabel 3. 2 Instrumen Penelitian

Variabel Indikator No Item Jumlah

Item

Total

Kegiatan Rohis (Y)

1. Sikap Siswa 2. Kegiatan Rohis

3. Pembina Rohis

4. Fasilitas

5. Dukungan Keluarga 6. Dukungan Sekolah

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14,

15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 48, 68, 69, 70 41, 42, 43, 44, 45, 46,

47, 49, 50 51, 52, 53, 54, 55, 56

57, 58, 59, 60 61, 62, 63, 64, 65, 66,

67

7 37

9

6 4 7

70

Sikap Beragama

(X)

1. Aqidah

2. Ibadah

71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92,

93, 94, 95

10

15

[image:44.595.111.540.207.726.2]
(45)

3. Akhlaq terhadap Allah

4. Akhlak terhadap diri

5. Akhlaq terhadap orang tua

6. Akhlaq terhadap Guru

7. Akhlak terhadap teman

96, 97, 98, 124, 125, 126

103, 104, 110, 131, 132, 133

106, 119, 120, 127, 128

105, 107, 108, 113, 114, 115, 116, 117, 134, 135, 136, 137 99, 100, 101, 102, 109,

111, 112, 118, 121, 122, 123, 129, 130,

138, 139, 140

6

6

5

12

16

Selanjutnya untuk mengetahui sah atau tidaknya kuesioner yang akan disebarkan terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

1. Uji Validitas

Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan atau pernyataan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut.3

Dalam melakukan uji validitas, jumlah responden untuk uji coba sejumlah 10 orang. Dalam uji coba ini responden diminta untuk menyatakan setuju atau tidak setuju dengan setiap pernyataan. Jumlah pernyataan untuk variabel X (Sikap beragama) sebanyak 70 item dan variabel Y (Rohis) sebanyak 70 item. Instrumen penelitian dapat dinyatakan valid dengan melihat korelasi antara skor masing-masing item dalam kuesioner dengan total skor yang ingin diukur. Jika skor tabel lebih

3

(46)

besar dari taraf signifikan r (rhitung > rtabel), maka instrumen dapat

dinyatakan valid.

Berdasarkan hasil uji coba instrumen yang dilakukan, nilai rtabel

dengan N=75 dan  = 5% sebesar 0,2272. Maka rhitung > 0,2272 dapat

dinyatakan valid. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka ada 6 item nomor yang dinyatakan tidak valid yaitu nomer 7, 12, 18, 36, 42, dan 51. Sedangkan 64 item lainnya dinyatakan valid pada instrumen variabel Y (lihat lampiran 3.3). Pada instrumen variabel X terdapat 4 item yang dinyatakan tidak valid yaitu nomer 2, 29, 37, dan 59 sedangkan 66 item lainnya dinyatakan valid (lihat Lampiran 3.4).

2. Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban sesorang terhadap pernyataan adalah konsisten dari waktu ke waktu. Hasil uji reliabilitas dengan bantuan SPSS akan menghasilkan Cronbach Alpha lebih dari 0,70.4 Adapun angka

Cronbach’s Alpha dapat dihitung dengan rumus:

R = a = R = N

Ket a = koefisien reliabilitas Cronbach’s Alpha S2 = Varians skor keseluruhan

Si2 = Varians masing-masing item

N = jumlah item dalam tes

Reliability Statistics (Rohis)

Cronbach's

Alpha N of Items

.752 70

S

Gambar

GRAFIK 4.7  Frekuensi Rohis ........................................................................
Tabel 3.1
Tabel berikut memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai
  No Tabel 4.1 Keterangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diisi nomor Dokumen CK-1/Kode Kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang telah diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan p e rundang-undangan di

Aplikasi rekombinan hormon pertumbuhan ikan kerapu kertang (r El GH) pada post-larva udang vaname fase PL-2 melalui perendaman dosis 15 mg/L dengan lama waktu

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pertumbuhan dan produksi jagung manis untuk parameter jumlah daun, diameter tongkol, dan berat tongkol pada perlakuan

tourism promotion are those which attempt to match the pull factors of the destination with the push factors in the client (matching supply.  and demand, including  target

Keputusan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Blora Nomor : 900/203.A/2012 tentang Penunjukan Pejabat Pengadaan Langsung Bidang Bina Marga Pada Dinas Pekerjaan

dengan judul : “ Pengaruh Efisiensi, Efektivitas, Kemandirian Keuangan Daerah, Dan Kapasitas Pelayanan Pemerintah Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah (Studi

Menurut Endang (2009:03) “Pengefektipan pola pembelajaran siswa dengan menerapkan jam tambahan bagi semua siswa disekolah untuk menambah porsi belajar dalam

Bagaimana konflik batin tokoh utama dalam novel Hati Sinden karya Dwi. Rahayuningsih ditinjau dari segi