Oleh:
SALMI HAYATI 107046100477
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
P R O G R A M S T U D I M U A M A L A T
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya penulisan skripsi ini bukan hasil
karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Agustus 2011
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Rabbi al-‘Alamîn, penulis ucapkan rasa syukur yang tak
terkira kepada Allah SWT, yang telah menerangi, menuntun, dan membukakan hati
serta pikiran dalam menyelesaikan setiap tahapan proses penyusunan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah keharibaan Nabi Besar
Muhammad SAW. Semoga kita mendapatkan syafa’at-nya kelak. Amin.
Selama masa perkuliahan hingga tahap akhir dari penyusunan skripsi ini,
banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis. Oleh
karena itu, dalam tulisan ini penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih dan
penghargaan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM., selaku Dekan
Fakultas Syari’ah dan Hukum.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag dan Bapak Mu’min Rauf, MA., selaku Ketua dan
Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syari’ah dan Hukum.
3. Bapak Dr. Djawahir Hejazziey, SH, MA dan Ibu Dr. Nurhasanah, S.ag, M.Ag,
selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu
untuk membimbing dan memberi arahan hingga selesainya skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum yang telah memberikan
ilmunya serta tenaganya untuk membimbing kami agar menjadi manusia yang
iv
5. Pimpinan dan segenap staff Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini.
6. PT. Bank Syariah Mandiri Bintaro yang telah banyak membantu dan bekerja
sama dengan penulis khusus nya buat Bang Fadhli, Bang Panji, Bang Bisri.
7. Ayahanda H. Alizar dan Ibunda tercinta Hj. Farida sebagi tonggak semangat
penulis, beliau tak kenal lelah terus memberikan doa, dukungan, bimbingan
serta motivasinya hingga penulis berhasil menyelesaikan studi di bangku
perkuliahan ini dari awal hingga akhir dan tepat pada waktunya.
8. Buat adik-adik yang penulis sayangi yakni: Hazli, Sitoh, Mita, Tila. Serta
keluarga besar yang selalu memberikan dukungan dan motivasi hingga
selesainya studi dan skripsi ini.
9. Buat Abang Masyhud yang selalu setia menemani, menyayangi dan
memotivasi penulis dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.
10.Temen-temen seperjuangan yang selalu memotivasi: Rara, Yanti, Anisa, Naj,
Nurul, Tini serta temen-temen Angkatan X1 Ponpes Darel Hikmah.
11.Buat teman-teman PsD 2007, IKAPDH, SEMARI, PMKJ, HIQMAH yang tak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga segala kebaikan dan sumbangsihnya dicatat oleh Allah SWT
sebagai amal kebaikan dan diterima pahala di sisi-Nya. Amin.
Jakarta, 15 Agustus 2011M
16 Ramadhan 1432H
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6
D. Review Studi Terdahulu ... 8
E. Metodologi Penelitian ... 10
F. Tekhnik Penulisan ... 12
G. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II KELAYAKAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH A. Teori Kelayakan Pembiayaan ... 15
1. Definisi Kelayakan Pembiayaan ... 15
2. Tujuan dan Prinsip Analisis Kelayakan Pembiayaan ... 17
3. Aspek-Aspek dalam Penilaian Kelayakan Pembiayaan ... 19
4. Jenis Analisis Kelayakan Pembiayaan ... 26
B. Mudharabah ... 28
vi
2. Landasan Hukum Mudharabah... 34
3. Rukun dan Syarat Mudharabah ... 36
4. Jenis Pembiayaan Mudharabah ... 39
5. Syarat-syarat Keuntungan, Resiko dan Hal-hal yang Membatalkan Mudharabah ... 41
BAB III PROFIL UMUM BANK SYARIAH MANDIRI BINTARO A. Sejarah Berdirinya Bank Syariah Mandiri Bintaro ... 44
B. Visi, Misi, dan Motto Bank Syariah Mandiri Bintaro ... 47
C. Bentuk-bentuk Produk Bank Syariah Mandiri Bintaro ... 49
D. Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri Bintaro ... 56
E. Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah Mandiri Bintaro Tahun 2008-2010 ... 59
BAB IV PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM BINTARO A. Prosedur Pembiayaan Mudharabah Di BSM Bintaro ... 63
B. Penerapan Pemberian Pembiayaan Pada Nasabah BSM Bintaro ... 80
C. Bentuk Pengawasan BSM Bintaro Terhadap Nasabah Penerima Pembiayaan Mudharabah ... 92
1. Faktor-faktor pendukung dan penghalang dalam penyaluran pembiayaan oleh BSM Bintaro ... 98
2. Pemanfaatan Pembiayaan Mudharabah ... 99
vii
b. Bank Syariah Mandiri Bintaro ... 100
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 101
B. Saran-saran ... 102
DAFTAR PUSTAKA ...
viii
Gambar 2.1 Skema Al-Mudharabah ... 30
Gambar 2.2 Skema Direct Financing ... 31
Gambar 2.3 Skema Direct Financing-Indirect Financing ... 33
Gambar 3.1 Skema Organisasi Bank Syariah Mandiri Bintaro ... 58
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam dunia modern saat ini, kehidupan ekonomi tidak begitu saja dapat
dilepaskan dari kehidupan, terlepas dari peran penting sektor jasa keuangan pada
umumnya dan perbankan pada khususnya. Karena melalui media inilah dana atau
potensi investasi yang ada pada masyarakat dapat diberdayakan dan disalurkan
dalam berbagai kegiatan produktif, sehingga angan-angan kita untuk mewujudkan
perekonomian yang sehat dapat terwujud.
Begitu juga dalam hal dunia usaha, sebuah bank bagi masyarakat
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan. Bank sudah mengalami
perkembangan yang pesat dan menggembirakan. Indikator perkembangan ini
dapat dilihat dengan makin meluasnya jaringan kantor cabang perbankan syariah
baik yang merupakan jaringan kantor cabang yang sepenuhnya merupakan bank
umum syariah maupun dari kantor unit usaha syariah dari bank umum
konvensional.
Pesatnya perkembangan lembaga keuangan syariah ini terutama di dunia
perbankan diantaranya terdapat produk-produk syariah yang ditawarkan tidak
kalah menariknya dengan produk-produk perbankan konvensional. Perbankan
mempunyai kegiatan yang mempertemukan pihak yang membutuhkan dana
2
Melalui kegiatan perkreditan, bank berusaha memenuhi kebutuhan
masyarakat bagi kelancaran usahanya, sedangkan dengan kegiatan penyimpanan
dana, bank berusaha menawarkan kepada masyarakat akan keamanan dananya
dengan jasa lain yang akan diperoleh.
Oleh karena itu, bank sebagai lembaga intermediary (menyediakan tempat
untuk menitipkan uang dengan aman atau safe keeping function), dan
menyediakan alat pembayaran baik itu barang maupun jasa.1 Produk-produk yang dikeluarkan oleh bank syariah berupa Bagi Hasil (Profit-Sharing), Sewa
(Operational Lease and Financial Lease), dan Jasa (Fee-Based Service).
Namun ada hal yang tidak adil dan kurang setara antara nasabah penabung
dan peminjam. Disatu sisi penabung diberikan reward atau penghargaan, baik
dalam bentuk bunga simpanan maupun hadiah dengan segala bentuk dan nilainya.
Seperti kita ketahui bersama bahwa tumbuh dan berkembangnya sebuah usaha
dalam bidang perbankan tidak terlepas dari peran serta nasabah, baik sebagai
penabung maupun peminjam. Sebuah bank dikatakan sehat atau untung tidak
terlepas dari nasabah (peminjam).
Keterkaitan antara bank, peminjam dan penabung merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Disamping modal pokok yang
harus dimiliki oleh sebuah bank, kebutuhan akan tambahan dana dari nasabah
penabung juga sangat diperlukan. Namun apalah artinya modal cukup dan
1
3
managemen yang baik bilamana sebuah bank tidak mampu menggulirkan dana
yang ada kepada nasabah peminjam.
Selain untuk mengembangkan modalnya tersebut, bank memberikan
pinjaman kepada nasabah yang lebih membutuhkan. Pemberian fasilitas
pembiayaan oleh bank kepada nasabahnya akan dimulai dengan diajukannya
permohonan aplikasi oleh nasabah. Aplikasi yang diajukan nasabah harus
dilengkapi dengan data yang dikehendaki bank. Selanjutnya berdasarkan data
tersebut bank akan menganalisis sesuai ketentuan dan prosedur untuk sampai
pada keputusan, disetujui atau tidak permohonan pembiayaan yang akan
dilakukan.
Contohnya untuk pendirian usaha atau mendirikan rumah, dan keperluan
yang lain sebagainya. Tentunya sebelum memberikan pinjaman, bank tidak akan
memberikan pinjaman dengan mudah terhadap sembarang orang, bank akan
melihat nasabah tersebut layak atau tidak layaknya diberikan pinjaman
berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan oleh bank yang bersangkutan.
Karena bank tentunya tidak akan mau rugi dan berharap pinjamannya
tersebut akan bertambah dengan hasil yang didapatkan oleh peminjam
berdasarkan kesepakatan yang telah ditetapkan oleh pihak bank dengan nasabah
peminjam. Begitu juga dalam hal kerugian, jika kerugian disebabkan oleh
nasabah itu sendiri maka nasabah tersebut yang harus bertanggung jawab dalam
mengganti segala kerugiannya dan jika kerugian terjadi bukan karena kesalahan
4
Untuk itu, agar bank tidak mengalami kerugian yang besar, sebelum memberikan
pinjaman bank akan melihat terlebih dahulu atau menguji berdasarkan kelayakan
nasabah tersebut bisa diberi pinjaman atau tidak.
Menurut Ibu Elvy yang merupakan salah satu staf bank yang langsung
terjun kelapangan, menurutnya “berbagai macam cara dan penyimpangan yang
dilakukan oleh calon nasabah peminjam untuk mendapat pinjaman dari bank,
dikarenakan prosedur di bank yang sangat rumit dan bank akan benar-benar
mengecek kelapangan hal-hal mengenai calon nasabah peminjam tersebut”.
Misalnya, seorang calon nasabah peminjam yang melakukan permintaan
pinjaman pada suatu bank. Kemudian akan mengisi form sebagai bentuk data
dirinya, setelah itu bank tidak akan langsung memberikan pinjaman secara tunai,
tentunya bank akan melakukan survey langsung berdasarkan data diri dari calon
nasabah peminjam tersebut. Apakah data yang diberikan benar-benar valid atau
tidak.
Terbukti ada satu nasabah yang berbohong dengan data yang
diberikannya, contohya besar penghasilan selama sebulan, bank akan mencoba
untuk menghubungi pihak perusahaan atau tempatnya bekerja, apakah benar gaji
sebulan sebanyak itu dan apa kedudukan dia di tempat ia bekerja. Padahal, dia
sama sekali tidak bekerja disitu, karena sebelumnya ia sudah bekerjasama dengan
pihak tempatnya bekerja tersebut.
Oleh karena itu, tentunya bank akan menjumpai sesekali pinjaman yang
5
persetujuan permohonan pembiayaan. Bank akan menjumpai pinjaman yang
mungkin membawa resiko yang jauh lebih besar dari pada lazimnya dihadapi, hal
itu mungkin terjadi akibat kelemahan dalam memperhatikan pertimbangan dalam
memberikan pinjaman atau disebabkan oleh keadaan perekonomian yang
memburuk.
Disebabkan pula oleh karena salah urus (mismanagement) dalam
perusahaan atau pemberian gambaran yang salah (misrepresentation) oleh
nasabah, atau akibat dari sesuatu hal yang tidak dapat dicegah oleh manusia,
misalnya nasabah yang bersangkutan meninggal. Pinjaman-pinjaman tersebut
biasanya disebut problem loan atau pinjaman yang membawa bermasalah dengan
kata lain kredit macet.
Terlepas dari faktor kelalaian bank sendiri ataupun kesengajaan yang
mungkin dilakukan mudharib. Penyebab umum terjadinya kredit bermasalah
adalah faktor ketidak pastian (uncertainty) mengenai mungkin apa yang akan
terjadi di masa mendatang.
Sebagai contoh, berubahnya peraturan yang ditetapkan pemerintah,
terjadinya resesi ekonomi, munculnya tekhnologi yang lebih maju sehingga
tekhnologi yang digunakan mudharib menjadi using dan bencana alam.
Faktor-faktor di atas merupakan Faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol dan diramal secara
pasti pada waktu pemberian pembiayaan.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis menganggap begitu penting
6
mempersempit pembahasan yang akan dituangkan dalam skripsi ini dengan judul
“KELAYAKAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK SYARIAH
MANDIRI BINTARO”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masih banyak
permasalahan yang harus diuji kembali secara luas. Masalah yang akan dibahas
dalam skripsi ini adalah dilihat dari manajemen Bank Syariah Mandiri Bintaro
dalam memberikan pembiayaan mudharabah kepada nasabah, dan perkembangan
pembiayaan mudharabah dari tahun 2008 hingga 2010.
Selanjutnya untuk mempermudah pembahasan, maka penulis memberikan
rumusan yang dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Bagaimana prosedur kelayakan yang harus dipenuhi nasabah untuk
memperoleh pembiayaan mudharabah di Bank Syariah Mandiri Bintaro?
2. Bagaimana penerapan pemberian pembiayaan mudharabah kepada nasabah di
Bank Syariah Mandiri Bintaro?
3. Apa bentuk pengawasan yang dilakukan Bank Syariah Mandiri Bintaro
setelah memberikan pinjaman pada nasabah pembiayaan mudharabah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
7
a. Untuk memperoleh penjelasan tentang prosedur yang harus dilakukan
untuk menjadi nasabah pembiayaan mudharabah pada Bank Syariah
Mandiri Bintaro
b. Untuk mengetahui penerapan pemberian pinjaman pada nasabah
pembiayaan mudharabah yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri
Bintaro.
c. Untuk mengetahui sampai dimana pengawasan BSM Bintaro terhadap
pembiayaan yang diberikan kepada nasabah.
2. Manfaat
a. Bagi Objek Penelitian (Bank Syariah Mandiri Bintaro)
Agar dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan, dan sebagai rujukan
bagi Bank Syariah Mandiri Bintaro mengenai saran-saran dan
temuan-temuan terutama yang berkaitan dengan aktifitas pemberian pinjaman
kepada nasabah.
b. Bagi Pembaca
Dapat memberikan alternatif pilihan bagi masyarakat dalam menentukan
rujukan yang akan dijadikan referensi.
c. Bagi Dunia Pustaka
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan
yang berguna dalam memperkarya dan menjadi sumber inspirasi dalam
8
D. Review Studi Terdahulu
1. Siti Nurul Mariana (2009), Mahasiswa SI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dalam penelitiannya tentang “Konsep Kelayakan Nasabah dalam Pengajuan
Pembiayaan KPR Syariah Bersubsidi Pada BTN Syariah”.
Masalah yang diteliti oleh Siti adalah tentang bagaimana konsep
pembiayaan KPR syariah bersubsidi pada BTN Syariah, perkembangan
pembiayaan KPR syariah bersubsidi, dan apakah pembiayaan KPR Syariah
yang dipraktekkan di BTN Syariah telah sesuai dengan prinsip syariah.
Pendekatan yang digunakan adalah empiris, sedangkan sumber yang
digunakan adalah peraturan Menpera tentang pembiayaan KPR Syariah
bersubsidi, jurnal KPR Syariah, buku dll.
Menyimpulkan bahwa yang berhak mendapatkan pembiayaan KPR
syariah bersubsidi ini terbagi dalam beberapa kelompok yakni Kelompok
pertama yang berpenghasilan +1.700.000-2.500.000. Kelompok ke dua yang
berpenghasilan +1000.000-1.700.000, dan Kelompok ketiga yang
berpenghasilan 1000.000. Perkembangan pembiayaan KPR Syariah pada bank
BTN Syariah mengalami perkembangan yang sangat cepat, dari awal tahun
2005 yang mengajukan pembiayaan KPR syariah bersubsidi di BTN syariah
baru 5 nasabah, dan sampai tahun 2009 jumlah keseluruhan sudah ada 5000
nasabah serta beberapa syarat dalam permohononan KPR.
Perbedaannya dengan yang penulis tulis yaitu tempat penelitiannya
9
diteliti berkenaan tentang kelayakan pengajuan KPR dengan pembiayaan
murabahah sedangkan penulis meneliti berkenaan dengan kelayakan
pembiayaan mudharabah.
2. Faridha Fani (2008), Mahasiswa SI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam
penelitiannya tentang “Analisis Kelayakan Pembiayaan Mudharabah Pada
BMT Tanjung Sejahtera dan BMT Al-Kaustar”
Masalah yang diteliti tentang proses analisis kelayakan pembiayaan
mudharabah di BMT, dan kendala yang dihadapi oleh account officer dalam
menangani pembiayaan mudharabah di BMT. Untuk pendekatan yang
digunakan adalah secara empiris. Sumber datanya berasal dari observasi
partisipasi.
Menyimpulkan bahwa proses analisis kelayakan pembiayaan oleh
account officer baik di BMT Tanjung Sejahtera maupun BMT Al-Kautsar
bersifat analisis kualitatif dan sudah memenuhi standar dalam kehati-hatian
pemberian pembiayaan dengan memperhatikan aspek 5C. Prosedur pengajuan
pembiyaan termasuk mudah walaupun sudah berdasarkan ketetapan yang
ditentukan dan disertai dengan analisis terlebih dahulu sebelum direalisasikan
pembiayaannya.
jadi, bedanya dengan yang penuis tulis adalah terletak pada tempat
penelitiannnya di BSM Mandiri, dan juga fokusnya pada proses pembiayaan
10
E. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif yaitu
penelitian yang menggambarkan data dan informasi di lapangan berdasarkan fakta
yang diperoleh di lapangan secara mendalam.2 Dalam metode ini penelitian yang dimaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau
kejadian.3 Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan empiris, yaitu pendekatan dimana subjek penelitian melakukan pengamatan langsung di
lapangan.
2. Sumber Data
Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Data primer
Yaitu penulis wawancara langsung kepada pihak BSM Bintaro seperti
bagian marketing, account officer, kepada nasabah pembiayaan mudharabah
yang langsung melakukan peminjaman terhadap BSM Bintaro. Data ini juga
bersumber pada regulasi bank, data yang berbentuk softcopy dan hardcopy
dari BSM Bintaro.
b. Data sekunder
2
Suharsimi, Management penelitian (Jakarta: PT Rineka cipta, 1993), h.309
3
11
Dalam hal ini berasal dari sumber data pendukung dan pelengkap dari data
penelitian berupa buku, majalah, jurnal tentang pemberian pinjaman kepada
nasabah dan lain-lain.
3. Tekhnik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara merupakan sutu proses interaksi dan komunikasi.4 Tujuan wawancara adalah untuk memperoleh informasi yang valid dan akurat dari
pihak-pihak yang dijadikan informan. Dalam wawancara ini menggunakan
alat wawancara berupa panduan wawancara (interview guide) kemudian
mencatat jawaban dari informan serta menggunakan tape recorder, tempat
wawancara tersebut di BSM Bintaro dengan durasi ½ jam hingga 1jam
dan penelitian ini berlangsung dari bulan Maret-Agustus.
b. Studi Pustaka
Studi kepustakaan berarti melakukan penelusuran kepustakaan dan
menelaahnya. Sumbernya berupa buku-buku yang ada di UIN Jakarta,
majalah, Koran, internet, dokumen dari BSM Bintaro yaitu persyaratan
permohonan pembiayaan, SP3, data nasabah pembiayaan mudharabah dari
tahun 2008-2010, formulir pengajuan pembiayaan BSM Bintaro dll.
c. Dokumentasi
4
12
Pengumpulan data-data sekunder mengenai lahan penelitian yang
didapatkan dari berbagai tertulis seperti: arsip, dokumen resmi, dan
sejenisnya yang diharapkan dapat mendukung analisis penelitian.
4. Tekhnis Analisis Data
Data dari hasil penelitian yang telah dikumpulkan sepenuhnya
dianalisis secara kualitatif. Analisis data yang dilakukan setiap saat
pengumpulan data di lapangan secara berkesinambungan, diawali dengan
proses klasifikasi data agar dapat tercapai konsistensi di lapangan dengan
langkah-langkah abstraksi-abstraksi teoritis terhadap informasi lapangan,
dengan mempertimbangkan hasil pernyataan yang sangat memungkinkan
dianggap mendasar dan universal.5
F. Tekhnik Penulisan
Adapun tekhnik dari penulisan ini penulis merujuk pada buku pedoman
penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press Tahun 2007.
G. Sistematika Penulisan
Agar lebih terarah dalam pembahasan skrispsi ini, penulis membuat
sistematika penulisan sesuai dengan masing-maing bab. Penulis membaginya
menjadi lima bab, masing-masing terbagi dalam beberapa sub bab yang
5
13
merupakan penjelasan dari bab tersebut. Adapun sistematika penulisan sebagai
berikut:
BAB I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, review studi terdahulu, metodologi penelitian, tekhnik
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II Mencakup kerangka teoritis, bab ini merupakan uraian teori tentang
kelayakan pembiayaan, mudharabah, pengertian kelayakan pembiayaan,
tujuan dan prinsip pembiayaan, jenis analisis kelayakan pembiayaan,
dan penilaian kelayakan pembiayaan, akad mudharabah, landasan
hukum mudharabah, rukun dan syarat mudharabah, jenis pembiayaan
mudharabah.
BAB III Dalam bab ini dikemukakan tentang kondisi objektif BSM Bintaro yang
meliputi: Sejarah berdirinya BSM Bintaro, Visi Misi dan Motto BSM
Bintaro, Struktur Organisasi, Bentuk-bentuk produk dari BSM Bintaro,
dan perkembangan pembiayaan mudharabah di BSM Bintaro tahun
2008-2010
BAB IV Pembiayaan mudharabah di BSM Bintaro yang terdiri dari: prosedur
pembiayaan yang diberlakukan BSM, dan syarat-syarat kelayakan
calon nasabah peminjam/pemohon BSM. Penerapan dan pengawasan
bank syariah terhadap nasabah yang diberikan pembiayaan,
14
yang didapat BSM dan nasabah yang diberikan pembiayaan
Mudaharabah.
BAB V Penutup
Bab ini penulis menyimpulkan pembahasan dan memberikan saran serta
BAB II
KELAYAKAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH
A. Teori Kelayakan Pembiayaan
1. Definisi Kelayakan Pembiayaan
Dalam kehidupan sehari-hari pengertian pembiayaan yang dikenal oleh
masyarakat adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
lembaga keuangan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Pembiayaan selalu berkaitan dengan aktivitas bisnis.
Kelayakan pembiayaan adalah suatu kegiatan penelitian secara
mendalam terhadap suatu kegiatan, bisnis atau usaha yang akan dijalankan,
untuk mengetahui layak atau tidak layaknya suatu usaha tersebut dijalankan dan
menentukan seberapa besar keuntungan dan kerugian yang akan timbul dari
usaha tersebut1.
Pembiayaan yang akan diberikan kepada suatu usaha merupakan sumber
pendapatan besar dalam operasional lembaga keuangan. Namun selain
mendatangkan keuntungan, pembiayaan juga mengandung tingkat resiko yang
bervariasi dan dapat mengganggu likuiditas keuangan tersebut.
1
Dalam Undang-undang RI No.10/1998 tentang perbankan Bab I pasal I
butir 12, dijelaskan definisi pembiayaan pada bank syariah yaitu: “Pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil”.2
Istilah pembiayaan pada intinya berarti I Belive, I Trust, ‘saya percaya’
atau ‘saya menaruh kepercayaan’. Perkataan pembiayaan yang artinya
kepercayaan (Trust), berarti lembaga pembiayaan selaku shahibul mal menaruh
kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan yang diberikan. Dana
tersebut harus digunakan dengan benar, adil dan harus disertai dengan ikatan
dan syarat-syarat yang jelas dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.3 Pembiayaan atau financing yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu
pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan,
baik yang dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain pembiayaan
adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan.4
2
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002), cet. Ke 6, h.92
3
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal. Islamic Financial Management (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 3.
4
Lembaga keuangan seperti bank, baik bank konvensional maupun
syariah, dan lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) telah dikenal masyarakat
memiliki fungsi sebagai perantara antara pihak surplus fund dan deficit fund.
Dana yang telah dihimpun oleh lembaga keuangan tersebut harus diputar ke
sektor yang potensial untuk dapat mengahasilkan keuntungan baik bagi pihak
yang terkait.
Penyaluran dana pihak ketiga harus dilakukan secara terencana dan
memperhatikan aspek kehati-hatian, sebab kegiatan usaha yang dilakukan
seseorang tentunya mengandung resiko kerugian, untuk itu diperlukan suatu
proses penelitian untuk mengetahui tingkat resiko yang terjadi.
2. Tujuan dan Prinsip Analisis Kelayakan Pembiayaan
Analisis kelayakan pembiayaan yang dilakukan sebelum mengambil
keputusan pembiayaan memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Menghindari resiko kerugian
Kerugian yang akan terjadi dimasa depan merupakan suatu ketidakpastian,
ada kerugian yang dapat diramalkan dan ada pula kerugian yang terjadi di
luar perkiraan pengusaha. Analisis kerugian dilakukan untuk
meminimalisasi resiko yang terjadi.
2. Memudahkan perencanaan
Informasi yang didapat dari hasil analisis kelayakan pembiayaan digunakan
3. Memudahkan pengawasan
Pengawasan dilakukan terhadap pelaksanaan usaha agar tidak keluar dari
rencana yang ditetapkan. Pengawasan dilakukan terhadap kegiatan usaha
secara menyeluruh dan dapat difokuskan kepada beberapa sektor yang
dianggap kritis.
4. Memudahkan pengendalian
Apabila dalam proses pengawasan ditemukan penyimpangan, maka harus
segera dikendalikan agar tujuan usaha untuk mendapatkan keuntungan
dapat tercapai5.
Hasil studi kelayakan bisnis pada prinsipnya bisa digunakan antara lain:
1) Untuk merintis usaha baru, misalnya untuk membuka toko, membangun
pabrik, mendirikan perusahaan jasa, membuka usaha dagang, dan lainnya.
2) Untuk mengembangkan usaha yang sudah ada, misalnya untuk menambah
kapasitas pabrik, untuk memperluas skala usaha, untuk mengganti
peralatan/mesin, untuk menambah mesin baru, untuk memperluas cakupan
usaha, dan sebagainya.
3) Untuk memilih jenis usaha atau investasi/proyek yang paling
menguntungkan, misalnya pilihan usaha dagang, pilihan usaha barang atau
jasa, pabrikasi atau perakitan, proyek A atau proyek B, dan lain
sebagainya.
5
3. Aspek-Aspek dalam Penilaian Kelayakan Pembiayaan
Sebelum melakukan analisis kelayakan pembiayaan ada beberapa
pedoman-pedoman yang harus diperhatikan dalam melakukan analisis
kelayakan usaha. Secara umum ada beberapa aspek yang sering dilakukan
yaitu dengan analisis 5C, analisis 7P dan studi kelayakan.6 Prinsip analisis berdasarkan 5C, antara lain:
a) Character
Adalah sifat atau karakter dari pihak pengelola usaha. Analisis seringkali
dilakukan dengan metode wawancara langsung kepada mudharib dan
orang-orang disekitar lingkungannya.
b) Capacity
Adalah kemampuan mudharib dalam menjalankan usaha dan
mengembalikan modal yang diberikan shahibul mal.
c) Capital
Adalah modal yang diperlukan untuk menjalankan usaha tersebut.
Terdiri dari tangible asset seperti dana dan material pendukung usaha.
Tapi terdapat intangible asset yang penting untuk dimiliki pengusaha
yaitu manajemen, keahlian, dan sistem tekhnologi.
d) Collateral
6
Adalah jaminan yang diberikan mudharib kepada shahibul maal.
Jaminan tersebut biasanya senilai atau lebih besar dari modal usaha.
e) Condition
Adalah keadaan usaha mudharib yang dilihat dari pangsa pasar, trend,
prospek usaha, bahkan kondisi politik dan ekonomi7. Sedangkan penilaian dengan 7P adalah sebagai berikut:
1. Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya
sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap,
emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu
masalah.
2. Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau
golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.
Sehingga nasabah dapat digolongkan ke dalam golongan tertentu dan
akan mendapat fasilitas kredit yang berbeda pula dari bank.
3. Perpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,
termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan
kredit dapat bermacam-macam, apakah untuk tujuan konsumtif,
produktif, atau untuk tujuan perdagangan.
7
4. Prospect
Yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang apakah
menguntungkan atau tidak. Hal ini sangat penting untuk diingat karena
jika suatu fasilitas kredit dibiayai tanpa adanya prospek, bukan hanya
bank yang akan rugi tetapi juga nasabah.
5. Payment
Merupakan ukuran dari nasabah mengembalikan kredit yang telah
diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit
yang diperolehnya.
6. Profitability
Yaitu untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam
mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan
tetap sama atau semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit
yang akan diberikan oleh bank.
7. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh
bank namun melalui suatu perlindungan. Perlindungan bisa didapat
berupa jaminan barang atau jaminan asuransi8.
Tahap-tahap dalam pembuatan dan penilaian studi kelayakan
hendaknya dilakukan secara benar dan lengkap. Setiap tahapan memiliki
8
berbagai aspek yang harus diteliti, diukur, dan dinilai sesuai dengan
ketentuan.
Secara umum prioritas ada 7 Aspek (7A) yang perlu dilakukan dalam
studi kelayakan adalah sebagai berikut:
1. Aspek Hukum
Dalam aspek ini yang akan dibahas adalah masalah kelengkapan
dan keabsahan dokumen perusahaan, mulai dari badan usaha sampai
izin-izin yang dimiliki. Kelengkapan dan keabsahan dokumen sangatlah
penting, karena hal ini merupakan dasar hukum yang harus dipegang
apabila dikemudian hari timbul masalah. Keabsahan dokumen diperoleh
dari pihak yang mengeluarkan dokumen.
2. Aspek Pasar
Setiap usaha yang dijalankan harus memiliki pasar yang jelas.
Faktor ada tidaknya konsumen yang akan membeli dan besarnya pasar
yang ada perlu diketahui terlebih dahulu. Yakni mencakup: produk yang
akan dipasarkan, peluang pasar, permintaan dan penawaran, harga, pasar
sasaran, strategi pesaing. dll
3. Aspek Keuangan/ Financial
Dalam aspek ini hal-hal yang perlu digambarkan adalah jumlah
investasi, biaya-biaya, dan pendapatan yang akan diperoleh. Ada
beberapa metode yang biasa dipertimbangkan dalam penilaian suatu
a. Metode Payback Periode (PP)
Adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali
pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas.
b. Internal Rate of Return (IRR)
Metode ini digunakan untuk mengetahui equivalent rate yang dihasilkan
dari suatu investasi.
c. Metode Net Present Value (NPV)
Metode ini digunakan untuk mengetahui nilai sekarang (present value)
dari aliran kas yang dihasilkan dari suatu investasi, berdasarkan tingkat
keuntungan (equivalent rate) yang diharapkan oleh bank.
d. Metode Average Rate of Return (ARR)
Metode ini mengukur berapa tingkat keuntungan rata-rata yag diperoleh
dari suatu investasi.
e. Metode Provitability Index (PI)
Metode ini berpijak pada model PV yaitu dengan memperhatikan nilai
index dari perbandingan antara PV cash inflow dengan cash outflow.9 4. Aspek Teknis
Pada aspek teknis atau operasi maksudnya disinilah adalah apakah
dari segi pembangunan proyek dan segi implementasi rutin bisnis secara
teknis dapat dilaksanakan terutama masalah operasionalisasinya yang
9
meliputi perencanaan, organisasi, staffing, koordinasi, pengarahan dan
pengawasan terhadap operasi perusahaan.10 Yang akan digambarkan secara lengkap adalah mengenai lokasi usaha, desain, teknologi yang
akan digunakan.11
5. Aspek Manajemen/ Organisasi
Tujuan aspek ini adalah untuk mengetahui apakah pembangunan
dan implementasi usaha dapat direncanakan, dilaksanakan, dan
dikendalikan. Dalam aspek manajemen dan organisasi yang perlu diteliti
dan dinilai adalah izin/ akta yang dimiliki, pemilik usaha, pengelola
usaha, struktur organisasi yang ada sekarang, dan rencana kerja.
6. Aspek Ekonomi Sosial
Gambaran dalam aspek ekonomi adalah untuk melihat seberapa
besar pengaruh yang ditimbulkan jika proyek tersebut dijalankan.
Pengaruh tersebut terutama terhadap ekonomi secara luas serta dampak
sosialnya terhadap masyarakat secara keseluruhan. Dampak ekonomi
menggambarkan jumlah tenaga kerja yang tertampung, peningkatan
pendapatan masyarakat. Sedangkan dampak sosial yang muncul akibat
adanya usaha berupa tersedianya usaha berupa sarana dan prasarana,
antara lain: pembanguanan jalan, jembatan, penerangan, telpon, air
minum dll.
10
Husein Umar. Studi Kelayakan Bisnis (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009), h.88.
11
[image:34.612.150.535.53.429.2]7. Aspek Dampak Lingkungan
Pada aspek lingkungan merupakan analisis yang paling
dibutuhkan pada saat ini, karena setiap proyek yang dijalankan akan
memiliki dampak yang sangat besar terhadap lingkungan sekitarnya,
antara lain: terhadap tanah, air, udara, kesehatan manusia.
Lembaga keuangan syariah memiliki beberapa pendekatan yang
digunakan dalam melakukan analisis kelayakan pembiayaan, antara lain:
a) Pendekatan jaminan, artinya account officer memperhatikan
kuantitas dan kualitas jaminan yang dimiliki oleh mudharib.
b) Pendekatan karakter, artinya analisis kelayakan pembiayaan
dilakukan untuk mengetahui sifat dan karakter mudharib dengan
cara mencermati dengan sungguh-sungguh serta melakukan
wawancara dengan orang di lingkungannya.
c) Pendekatan studi kelayakan usaha, artinya account officer
mempertimbangkan usaha mudharib dan prospeknya dimasa yang
akan datang.
d) Pendekatan fungsi LKS, artinya upaya pengaturan terhadap
likuiditas dana yang dimiliki dengan pembiayaan yang dilakukan.12
12
4. Jenis Analisis Kelayakan Pembiayaan
Analisis pembiayaan dilakukan terhadap dua macam data dan
informasi antara lain:
1. Analisis Kuantitatif
Analisis Kuantitatif adalah proses analisis terhadap kondisi suatu
usaha berdasarkan data atau informasi yang berbentuk angka. Proses
analisis dilakukan terhadap beberapa dokumen keuangan seperti laporan
keuangan, cash flow, neraca, laba/rugi, dll. Dalam melakukan analisis
kuantitatif terdapat beberapa metode penghitungan analisis rasio antara
lain:
a) Ratio Likuiditas yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Terdapat
dua cara perhitungan untuk mengetahui rasio likuiditas anatara lain:
b) Ratio Leverage yaitu Rasio yang menunjukkan sejauh mana
perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio ini juga yang menunjukkan
indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman.
c) Rasio Aktivitas yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan dan
efektivitas manajemen dalam mengelola sumber-sumber yang
dimiliki. Perhitungan rasio ini dilakukan untuk mengetahui
perputaran aktiva yang dapat menghasilkan penjualan.
d) Rasio Rentabilitas yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan
e) Rasio Coverage yaitu rasio yang menunjukkan kemapuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban kreditnya.13
2. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif adalah analisis terhadap suatu usaha
berdasarkan kondisi non numeric. Hasil analisis kualitatif memberi
gambaran yang utuh mengenai debitur dan pengaruhnya terhadap resiko
kredit yang diberikan kepada kreditur. Proses analisis kualitatif
menggunakan dua variable besar yaitu variable internal dan variable
eksternal.
a) Variabe internal adalah faktor-faktor yang berada di dalam kendali
suatu usaha. Peneliti harus memperhatikan beberapa faktor dalam
variable internal, antara lain:
1. Manajemen
2. Organisasi
3. Perusahaan
4. Produksi
5. Pemasaran
6. Sumber Daya Manusia
7. Sistem Informasi
8. Tekhnologi
13
[image:37.612.146.540.52.715.2]b) Variabel Eksternal adalah faktor-faktor yang berada di luar kendali
suatu usaha tetapi dapat mempengaruhi kegiatan operasionalnya.
Beberapa variable eksternal yang sering muncul adalah:
1. Bencana Alam
2. Trend Masyarakat
3. Kondisi Keamanan
4. Kebijakan Pemerintah14
B. Mudharabah
1. Pengertian Mudharabah
Berdasarkan undang-undang perbankan nomor 10 tahun 1998 Bab 1
pasal 1 ayat 12, kredit adalah penyediaan uang atau tagih yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi hutangnya pada saat jangka waktu tertentu dengan tambahan
pemberian bunga. pengertian tersebut berlaku bagi bank konvesional dengan
pendapatan sistem bunga.
Dalam dunia perbankan syariah sistem bunga diganti dengan sistem bagi
hasil, dengan demikian pengertian pembiayaan dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan dan kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya pada
14
saat jangka waktu tertentu dengan adanya imbalan berdasarkan bagi hasil yang
telah disepakati.
Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan.15
Pengertian memukul atau berjalan ini dianologikan seperti proses seseorang yang
memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Mudharabah atau Qiradh
berasal dari kata Al-Qardhu yang berarti Al Qatht’u, artinya pemilik memotong
sebagian hartanya untuk diperdagangkan yang mendapatkan keuntungan, atau
berasal dari kata Al Muqaradhah yang berarti Al Musawamah (persamaan),
karena modal dari si pemilik modal dan bekerja sama dalam pembagian
keuntungan atau karena modal dari si pemilik modal dan pekerja hanya dituntut
untuk bekerja saja maka ia sama seperti mengambil upah (ijarah), maka si
pekerja mempunyai hak untuk mendapatkan bagian dari keuntungan.16
Secara Terminologi akad Mudharabah adalah akad kerjasama antara dua
pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola dengan pembagian keuntungan
usaha menurut kesepakatan bersama yang telah dituangkan dalam kontrak,
apabila terjadi kerugian ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu
bukan akibat dari kelalaian pengelola. Seandainya kerugian itu berakibat karena
15
Syafi’ Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek (Jakarta: Gema Insani Press, 2007), h. 95.
16
kecurangan atau kelalaian pengelola maka yang bertanggung jawab atas kerugian
tersebut adalah pihak pengelola.
Oleh karena itu penulis menyimpulkan bahwa mudharabah adalah akad
kerjasama usaha antara pemilik dana dan pengelola dana untuk melakukan
kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil menurut kesepakatan
kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si
pemilik dana kecuali disebabkan oleh misconduct, negligence atau violation oleh
pengelola dana. Untuk lebih jelas perhatikan skema berikut: Gambar 2.1Skema
Al-Mudharabah:
Perjanjian Bagi Hasil
Keahlian
Modal 100%
(Keuntungan – y)% Nisbah: y%
Pengembalian Modal Keuntungan
Pada praktiknya, mudharabah dibagi menjadi dua. Yang pertama adalah
Mudharabah Tradisional/Klasik, akad mudharabah ini sudah dikenal oleh umat
Muslim sejak zaman nabi. Bahkan telah dipraktikkan oleh bangsa Arab sebelum
turunnya Islam. Ketika Nabi Muhammad Saw berprofesi sebagai pedagang, ia
melakukakan akad mudharabah dengan Khadijah. Dengan demikian, ditinjau
Nasabah (Mudharib)
Bank (Shahibul Maal)
Proyek /Usaha
Pembagian Keuntungan
dari segi hukum Islam, maka praktik mudharabah ini dibolehkan baik menurut
Alquran, Sunnah, maupun Ijma’.
Dalam praktik mudharabah Tradisional/Klasik antara Khadijah dengan
nabi, saat itu khadijah mempercayakan barang dagangannya untuk dijual oleh
Nabi ke luar negeri. Dalam kasus ini, Khadijah berperan sebagai pemilik modal
(shabibul al-mal) sedangkan nabi berperan sebagai pelaksana usaha (mudharib).
Nah, bentuk kontrak antara dua pihak dimana satu pihak berperan sebagai
pemilik modal dan mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola oleh
pihak kedua, yakni si pelaksana usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan untung
disebut akad mudharabah. Atau singkatnya, akad mudharabah adalah
persetujuan kongsi antara harta dari salah satu pihak dengan kerja pihak lain.17 Perhatikan gambar berikut: Gambar 2.2 Skema Direct Financing
Mudharib Shahibul al-Mal
(Modal 0% Kerja !00%) (Modal 100%
Sejauh ini, skema mudharabah berlaku antara dua pihak saja secara
langsung, yakni shahib al-mal berhubungan langsung dengan mudharib. Skema
ini adalah skema standar yang dapat dijumpai dalam kitab-kitab klasik fikih
Islam. Dan inilah sesungguhnya praktik mudharabah yang dilakukan oleh Nabi
dan para sahabat serta umat muslim sesudahnya.
17
Dalam kasus ini, yang terjadi adalah investasi langsung (direct
financing) antara shahib al-mal (sebagai surplus unit) dan mudharib (sebagai
deficit unit). Dalam direct financing seperti ini, peran bank sebagai lembaga
perantara (intermediary) tidak ada.
Mudharabah klasik seperti ini memiliki ciri-ciri khusus, yakni bahwa
biasanya hubungan antara shahib al-mal dan mudharib merupakan hubungan
personal dan langsung serta dilandasi oleh rasa saling percaya (amanah). Shahib
al-mal hanya mau menyerahkan modalnya kepada orang yang ia kenal dengan
baik, baik profesionalitas maupun karakternya.
Modus mudharabah seperti itu tidak efisien lagi dan kecil
kemungkinannya untuk dapat diterapkan oleh bank, karena beberapa hal:
(1) Sistem kerja pada bank adalah investasi berkelompok, di mana mereka tidak
saling mengenal. Jadi kecil sekali kemungkinannya terjadi hubungan yang
langsung dan personal.
(2) Banyak investasi sekarang ini membutuhkan dana dalam jumlah besar,
sehingga diperlukan puluhan bahkan ratus ribuan shahib almal untuk
sama-sama menjadi penyandang dana untuk satu proyek tertentu.
(3) Lemahnya disiplin terhadap ajaran Islam menyebabkan sulitnya bank
memperoleh jaminan keamanan atas modal yang disalurkannya.
Untuk mengatasi hal tersebut, khususnya masalah pertama dan kedua,
maka ulama kontemporer melakukan inovasi baru atas skema mudharabah,
$$
Bagi Hasil
M udharib Shahibul Al-M al
M udharib Bank Syariah Shahibul Al-M al
diperankan oleh bank syariah sebagai lembaga perantara yang mempertemukan
shahib al-mal dengan mudharib. Jadi, terjadi evolusi dari konsep direct
[image:43.612.131.536.133.475.2]financing menjadi indirect financing. Berikut Skemanya:
Gambar 2.3 Skema Direct Financing-Indirect Financing
(Pelaksana Usaha) (Intermediasi Keuangan) (Pemilik Dana)
Bagi Hasil Bagi Hasil
Selanjutnya penerapan mudharabah yang kedua adalah Penerapan
mudharabah di perbankan syariah. Dalam skema Indirect Financing di atas,
bank menerima dana dari shahib al-mal dalam bentuk dana pihak ketiga (DP-3)
sebagai sumber dananya. Dana-dana ini dapat berbentuk tabungan atau simpanan
deposito mudharabah dengan jangka waktu yang bervariasi. Selanjutnya,
dana-dana yang sudah terkumpul ini disalurkan kembali oleh bank ke dalam bentuk
dari penyaluran pembiayaan inilah yang akan dibagi hasilnya antara bank dengan
pemilik DP-3.18
2. Landasan Hukum
Mengenai ketetapan diperbolehkannya pembiayaan mudharabah
terdapat didalam sumber-sumber hukum Islam, yakni:
1. Alquran … ۷ … ) ﻞﻣﺰﻤﻟا / ۷۳ : ۲۰ ( Artinya:
”... dan dari orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian
karunia Allah SWT...” (QS. Al-Muzzammil/73:20)
… … /ةﺮﻘﺒﻟا) ٢ : ٢٨٣ ( Artinya:
”... Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya….” (QS.Al-Baqarah/2:283)
/ﺔﻌﻤﺠﻟا) ٦٢ : ١٠ ( 18
Artinya:
Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi
dan carilah karunia Allah SWT.” (QS.Al-Jumu’ah/62:10
2. Hadits
Pembiayaan mudharabah telah dipratekkan sejak zaman rasulullah
SAW, hal tersebut diperkuat dengan hadits yang dijadikan sebagai
landasan hukum pembiayaan mudharabah. Adapun beberapa hadits antara
lain:
ْﻦَﻋ
ِﺢﻟﺎَﺻ
ِﻦْﺑ
ٍﺐْﯿَﮭُﺻ
ْﻦَﻋ
ِﮫْﯿِﺑَأ
ﻗﺎ
ل
ُلْﻮُﺳَر
ِﷲا
ﱠﻰﻠَﺻ
ُﷲا
ِﮫْﯿَﻠَﻋ
َﻢﱠﻠَﺳَو
َﻼَﺛ
ٌث
ﱠﻦِﮭْﯿِﻓ
ُﺔَﻛَﺮَﺒْﻟا
ُﻊْﯿَﺒْﻟا
َﻰﻟِإ
ٍﻞَﺟَا
ﺎَﻘُﻤْﻟاَو
ُﺔَﺿَر
ُطََﻼْﺧَاَو
ﱢﺮُﺒْﻟا
ﺑ
ِﺮْﯿِﻌﱠﺸﻟاِﺎ
ِﺖْﯿَﺒْﻠِﻟ
َﻻ
ِﻊْﯿَﺒْﻠِﻟ
)
ﮫﺟﺎﻣ ﻦﺑا هاور
( 19Artinya:
Dari Shalih bin Suaib r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung
untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR.Ibnu Majah no. 2280,
kitab at-Tijarah)
َر
َو
ى
ْﺑا
ُﻦ
َﻋ
ﱠﺒﺎ
ٍِس
َر
ِﺿ
َﻲ
ا
ُﷲ
َﻋ
ْﻨُﮭ
َﻤﺎ
َاﱠﻧ
ُﮫ
َََﻗَﺎ
َل
:
َ
َن
َﺳ
ﱢﯿُﺪ
َﻧﺎ
ْﻟا
َﻌﱠﺒ
ﺎ
ُس
َﻋ
ْﺒِﺪ
ْﻟا
ُﻤ
َﻄ
ﱢﻠ
ِﺐ
ِاَذ
َدا
َﻓ
َﻊ
ْﻟا
َﻤﺎ
َل
ُﻣ
َﻀ
ﺎ
َر
ﱠﺑًﺔ
ِا
ْﺷ
َﺘ
َﺮ
َط
َﻋ
َﻰﻠ
َﺻ
ِﺣﺎ
ِﺒِﮫ
َأ
ْن
َﻻ
َﯾ
ْﺴ
ُﻠ
َﻚ
ِﺑِﮫ
َﺑ
ْﺤ
ًﺮ
ا
َو
َﻻ
َﯾْﻨ
ِﺰ
ُل
ِﺑِﮫ
َو
ِدا
ًﯾﺎ
َو
َﻻ
َﯾ
ْﺸ
َﺘ
ِﺮ
ْى
ِﺑِﮫ
َد
ﱠﺑا
ًﺔ
َذ
َتا
َﻛَﺒ
ِﺪ
َر
ْﻃ
َﺒٍﺔ
َﻓِﺎ
ْن
َﻓ
َﻌ
َﻞ
َذِﻟ
َﻚ
َﺿ
َﻤ
َﻦ
َﻓَﺒ
َﻠَﻎ
ُﺷ
ْﺮ
َﻃ
ُﮫ
َر
ُﺳ
ْﻮ
ُل
ِﷲا
َﺻ
ﱠﻰﻠ
ُﷲ ا
َﻋ
َﻠْﯿ
ِﮫ
َو
َﺳ
ﱠﻠَﻢ
َﺄﻓ
َﺟ
َزﺎ
ُه
(ناﺮﺒﻃ هاور)
19Artinya:
“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bin sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikan syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah saw. dan
Rasulullah pun membolehkannya. (HR.Thabrani dari Ibnu Abbas)
3. Ijma
Imam Zailani telah menyatakan bahwa para sahabat telah
berkonsensus terhadap legitimasi pengolahan harta yatim secara
mudharabah. Kesepakatan para sahabat ini sejalan dengan spirit hadits
yang dikutip Abu Ubaid.
4. Fatwa DSN No.07/DSN-MUI/IV/2000
Tentang pembiayaan mudharabah. Dalam fatwa tersebut
disebutkan bahwa pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang
disalurkan oleh LKS kepada pihak lain untuk suatu usaha yang
produktif.20
3. Rukun dan Syarat Pembiayaan Mudharabah
Rukun adalah segala sesuatu yang harus disertakan untuk menentukan
sah atau tidaknya suatu kegiatan. Berikut ini adalah rukun pembiyaan
mudharabah dan syarat-syarat yang berkaitan dengan rukun mudharabah
tersebut:
20
1. Penyedia dana (shahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus cakap
hukum.
2. Pernyataan ijab qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk
menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad)
dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan
tujuan kontrak (akad).
b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.
c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi atau dengan
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
3. Modal adalah sejumlah uang yang diberikan oleh penyedia dana kepada
mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai berikut:
a. Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.
b. Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal
diberikan dalam bentuk aset, maka aset tersebut harus dinilai pada
waktu akad.
c. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus diserahkan kepada
mudharib, baik secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan
kesepakatan dalam kontrak (akad).
4. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan
a. Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan
hanya untuk satu pihak.
b. Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui
dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam
bentuk persentasi (nisbah) dari keuntungan sesuai kesepakatan. Jika
terjadi perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan.
c. Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah
dan pengelola dana tidak boleh menanggung kerugian apapun
kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian atau
pelanggaran kesepakatan.
5. Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib) sebagai pertimbangan bahwa
modal yang disediakan oleh penyedia dana, dengan memperhatikan
hal-hal berikut:
a. Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib tanpa campur tangan
penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan
pengawasan.
b. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola
sedemikian rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan
c. Penyedia dana tidak menyalahi hukum syariah Islam dalam
tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah dan harus
mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam aktivitas itu.21
4. Jenis-Jenis Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan mudharabah terbagi menjadi dua jenis berdasarkan
tujuan alokasi pembiayaan kepada nasabah. adappun kedua jenis pembiayaan
mudharabah tersebut adalah:
1. Mudharabah Muthlaqah
Pengelola dana memiliki kewenangan untuk melakukan apa saja dalam
pelaksanan bisnis bagi keberhasilan tujuan mudharabah itu. Namun,
apabila ternyata pengelola dana melakukan kelalaian atau kecurangan,
maka pengelola dana harus bertanggung jawab atas
konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkannya. Sedangkan apabila terjadi kerugian
atas usaha itu, yang bukan karena kelalaian dan kecurangan pengelola
dana maka kerugian itu akan ditanggung oleh pemilik dana.
2. Mudharabah Muqayyadah
Pemilik dananya memberikan batasan kepada pengelola dana mengenai
lokasi, cara, dan atau objek investasi/sektor usaha. Contoh: tidak
mencampurkan dana pemilik dana dengan dana lainnya, tidak
21
menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa
penjamin, atau mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi
sendiri tanpa melalui pihak ketiga.22
Berdasarkan percobaan Dr.Sami Mahmud mengenai mudharabah,
beliau membatasi kriteria mudharabah menjadi 3 macam yaitu:
1. Kelompok penanam modal yaitu mereka yang menyetor harta dengan
bentuk personal “ pemilik-pemilik modal” berdasarkan asas arahannya
unutuk memperkerjakan secara mudharabah.
2. Kelompok kelompok mudharib yaitu mereka yang mengambil harta
dari kalangan personal agar bekerja setiap orang dari mereka
berdasarkan kesepakatan tertentu.
3. Mudharib Musytrak yaitu mereka yang profesinya sebagai penengah
antara dua kelompok tadi untuk merealisasikan kesepakatan dan aturan
dalam harta dan pemberian harta dari kelompok kedua yang bekerja
dengan system mudharabah yang diakad beserta setiap mereka.23
Dari kedua jenis pembiayaan mudharabah tersebut dapat disimpulkan
bahwa, yang termasuk ke dalam penerapan pembiayaan di perbankan syariah
sesuai dengan pemikiran dari Dr.Sami Hamud adalah ada beberapa orang
yang terkait dengan pembiayaan ini yaitu: Ada yang menjadi deposan-DP3
(Shahibul Mal), kemudian Bank yang bertindak sebagai Mudharib
22 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h.108.
23
Musytarik, dan Perusahaan (Mudharib). Bank bertindak sebagai Mudharib
Musytarik disini adalah karena bank tidak mempunyai dana sendiri untuk
diberikan kepada perusahaan (Mudharib), tetapi juga memperoleh dana dari
Deposan. Jadi yang menjadi praktek di Perbankan Syariah adalah
Mudharabah Muthlaqah. 24
5. Syarat-syarat Keuntungan, Resiko dan Hal-hal yang membatalkan
Mudharabah
Adapun syarat-syarat keuntungan mudharabah yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Keuntungan yang jelas
Keuntungan tersebut harus jelas pembagiannya/persentasinya. Essensi
dari akad tersebut adalah meraih/mendapatkan keuntungan. Adapun jika
tidak diketahui persentase keuntungan maka akad tersebut tidak sah,
sedangkan keuntungan dibagi sama rata sesuai dengan tujuan dari
syarikat.
Apabila ada syarat yang menyebabkan persentase keuntungan tidak
diketahui maka akad mudharabah fasid (rusak) karena berlawanan dengan
tujuan dari sebuah akad yaitu memperoleh keuntungan. Sebaliknya apabila
syarat yang dikemukakan tidak menyebabkan keuntungan tersebut tidak
diketahui (majhul) maka akad terselenggara sah.
24
2. Keuntungan berbentuk nisbah
Hendaknya keuntungan merupakan bagian yang tidak dapat dibagi
atau dengan ukuran persentase atau bagian dari keuntungan seperti mereka
sepakat untuk sepertiga, seperempat, atau setengah. Mudharabah dengan
pembatasan keuntungan seperti kegunaan/manfaat barang yang diberikan
kepada penitip. Karena mudharabah menuntut diadakannya keuntungan
yang bersifat umum dengan tanpa pembatasan dalam persentase misalnya
7% atau yang lainnya.25
Ada beberapa hal yang menyebabkan Mudharabah menjadi batal
dalam keadaan berikut:
1. Pembatalan dan larangan menggunakan modal atau pencopotan.
Mudharabah menjadi batal dengan pembatalan, larangan menggunakan
modal atau pencopotan jika terdapat syarat pembatalan atau larangannya,
yaitu pekerja mengetahui pembatalan dan pelarangan tersebut dan modal
itu berbentuk tunai atau tidak tunai waktu terjadinya pembatalan dan
pelarangan tersebut.
2. Meninggal salah seorang dari keduanya.
3. Salah seorang dari keduanya menjadi gila.
4. Pemilik modal menjadi murtad.
5. Hancurnya harta mudharabah ditangan pekerja.26
25
Wahbah Zuhaili, Al Mu’amalat Al Maliyah Al Mu’ashirah, h. 110
26
Risiko yang terdapat dalam mudharabah, terutama pada penerapannya
dalam pembiayaan relatif tinggi, diantaranya:
1) Side Treaming: nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut
dalam kontrak.
2) Lalai dan kesalahan yang disengaja.
3) Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur.27
27
BAB III
PROFIL UMUM BANK SYARIAH MANDIRI BINTARO
A. Sejarah Berdirinya Bank Syariah Mandiri Bintaro
Hadir dengan Cita-Cita Membangun Negeri. Nilai-nilai perusahaan yang
menjunjung tinggi kemanusiaan dan integritas telah tertanam kuat pada segenap
insan Bank Syariah Mandiri (BSM) sejak awal pendiriannya. Kehadiran BSM
sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca
krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. 1
Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997 yang
disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah
menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi
kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut,
industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional
mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan
merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki
oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT
Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi
1
tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta
mengundang investor asing.
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger)
empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo)
menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli
1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT
Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan
konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan
syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas
diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum
untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa
pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan
konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah.
Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan
sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank
nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris:
Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.2
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan
oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No.1/24/ KEP.BI/1999,
25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior
Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama
menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal
tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin
tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang
mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi
kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani
inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam
kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun
Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.
BSM Cabang Bintaro bermula dari Kantor Kas sejak Mei tahun 2003,
yang mana pada waktu itu dipimpin oleh Ibu Rossy Mernia Adam, akan tetapi
masih di bawah BSM Cabang Pondok Indah. Kemudian pada bulan Maret 2007
berganti dari Kantor kas menjadi Kantor Cabang Pembantu dan masih di bawah
naungan BSM Cabang Pondok Indah, yang pada saat itu di bawah pimpinan oleh
Bapak Dadang Muhammad Bachtiar.
2
Dan pada akhir bulan April 2010 barulah ada peralihan dari Kantor
Cabang Pembantu menjadi Kantor Cabang, sehingga pada bulan Mei 2010
barulah diresmikan menjadi Kantor Cabang yang saat ini menjadi Kantor Cabang
Bintaro.3
B. Visi, Misi dan Motto Bank Syariah Mandiri Bintaro
Bank Syariah Mandiri memerlukan values untuk menyelaraskan gerak dan
langkah insan Bank Syariah Mandiri sehingga seluruh jajaran organisasi secara
konsisten akan bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah diyakini untuk
mewuju