• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Dakwah Ustadz Ahmad Jazuli Di Yayasan Pondok Pesantren Yatim Al-Hanif Ciputat Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Metode Dakwah Ustadz Ahmad Jazuli Di Yayasan Pondok Pesantren Yatim Al-Hanif Ciputat Tangerang Selatan"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

DI YAYASAN PONDOK PESANTREN YATIM

AL-HANIF CIPUTAT TANGERANG SELATAN

Oleh :

Gin Gin Ginanjar

NIM : 108051000093

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

mememuhi salah satu persyaratan memeroleh gelar Sarjana di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan ini telah saya cantumkan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat,7 April 2014

(5)

i

Gin Gin Ginanjar

Metode Dakwah Ustadz Ahmad Jazuli di Yayasan Pondok Pesantren Yatim Al-Hanif Ciputat Tangerang Selatan

Dakwah Islamiyah merupakan aktualisasi iman yang dimanifestokan dalam suatu kegiatan manusia yang mengarah kepada nilai-nilai Islam. Allah SWT menyerukan supaya diantara kita ada yang berjuang untuk menyampaikan kebenaran islam, baik kepada sesama muslim, maupun mereka yang belum kembali kejalan fitrah. Pada hakikatnya dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman keagamaan dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi menuju saran yang lebih luas.

Dari konteks di atas, penulis membuat petanyaan : Bagaimana Metode Dakwah yang dilakukan Ustadz Ahmad Jazuli di Yayasan Pondok Pesantren Al-Hanif Ciputat Tangerang Selatan? Apa Hambatan dalam Metode Dakwah Ustadz Ahmad Jazuli serta bagaimana solusinya?

Untuk menjawab pertanyaan yang diajukan sebelumnya, maka dilakukan penelitian dengan metode deskriptif-kualitatif. Dimana data-data yang diperoleh berasal dari referensi bacaan, observasi, wawancara, dan analisis data. Peneliti terjun langsung kelapangan untuk mengobservasi dan mewawancarai Ustadz Ahmad Jazuli beserta pengurus dari Yayasan Pondok Pesantren Yatim Al-Hanif Ustadz Aliludin dan Ustadz Abdul Ghofur.SPd.i dan menganalisis hasil observasi. Penelitian ini berlangsung selama empat bulan.

Ustadz Ahmad Jazuli adalah da’i yang sangat peduli terhadap anak-anak yatim. Beliau juga cukup berpengaruh di masyarakat Ciputat Tangerang Selatan. Metode yang digunakan oleh Ustadz Ahmad Jazuli dalam berdakwah di kalangan santri dan jamaah nya yaitu cenderung dengan menggunakan: Dakwah Bil-Lisan dan Dakwah Bil Hal, yaitu ceramah, metode Tanya jawab, metode demonstrasi praktek, dan menggunakan metode halaqoh atau membaca kitab bersama, dan bidang keagamaan dan pendidikan, bidang sosial kemasyarakatan, bidang ekonomi dan bidang perdagangan.

Penulis menganalisis Dakwah Ustadz Ahmad Jazuli di Yayasan Pondok Pesantren Yatim Al-Hanif melaui pengamatan dan penelitian ini kesimpulannya bahwa dengan ilmu dan pemahaman tentang Islam yang tinggi, dan selalu memberikan contoh dengan bersedekah dan ibadah yang rajin, metode dakwah

beliau sangat tepat baik dikalangan para santri maupun dikalangan Majelis Ta’lim,

dan beliau mempunyai metode yang unik yaitu selalu memeberikan hadiah

kecil-kecilan kepada mad’u nya yang rajin contohnya gayung ember dan sebagainya agar para mad’u tertarik mengikuti dakwahnya secara berkelanjutan, dan bagi

(6)

ii

Segala puja dan puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT

karena segala karunia dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan, penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul : “Metode Dakwah Ustadz Ahmad Jazuli di

Yayasan Pondok Pesantren Al-Hanif Ciputat Tangerang Selatan”. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang

telah membawa cahaya kehidupan bagi umatnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa dukungan

dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Sudah

sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah

memberikan bantuan atas terselesaikannya skripsi ini. Maka penulis

menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. H. Arif Subhan, MA,

Dr.Suparto, M. Ed, MA, selaku Wakil Dekan I, Drs. Jumroni, selaku Wakil

Dekan II, Drs. Wahidin, selaku Wakil Dekan III.

2. Rachmat Baihaky,MA selaku ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Hj. Umi Musyarofah, M.A, selaku sekretaris Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam yang sekaligus menjadi pembimbing saya, terima kasih atas

bimbingan, arahan serta dorongan dalam penyelesaian skripsi ini serta

bersedia meluangkan waktu untuk mendengarkan persoalan yang dihadapi

penulis.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang selama ini

telah memberikan ilmunya denga tulus dan ikhlas sehingga penulis mengerti

akan makna hidup dan memberikan bekal kehidupan untuk penulis

mengarungi hidup kelak, semoga ilmu yang telah diberikan bagi penulis dan

masyarakat luas.

5. Staf Perpustakaan dan Staf Tata Usaha di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, yang telah membantu penulis mendapatkan referensi dan

(7)

iii

memberikan kemudahan bagi penulis untuk mendapatkan referensi dan

buku-buku selama penulis kuliah dan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Ustadz Ahmad Jazuli dan segenap pengurus, santri dan keluarga besar

Yayasan Pondok Pesantren Yatim Al-Hanif, yang sudi meluangkan waktunya

untuk menerima penulis dalam memberikan data dan informasi tentang

metode dakwah Ustadz Ahmad Jazuli dan memberikan data tentang seluk

beluk Yayasan Pondok Pesantren Yatim Al-Hanif.

8. Yang tercinta kedua orang tua saya Bapak R.E.Taufik Rahman dan Ibu Adah

Sa’adah yang sangat berperan penting dalam mendidik penulis, terima kasih untuk semangat nya setiap saat, rasanya tidak pernah cukup untuk berterima

kasih, serta kakak-kakak saya semua, yaitu Yosep Yusdiana, Ivan Sofyan,

Dede Aif Musoffa, Indra Fauzan kehangatan cinta dan dorongan yang

diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT

selalu melindungi dan mendampingi serta memberkahi mereka.

9. Sekar Ayu Lestari, terima kasih karena selalu memberikan semangat dan

dorongan yang nyata dan selalu mendorong penulis untuk tetap semangat

dalam mengerjakan skripsi ini.

10.Semua teman-teman KPI angkatan 2008 yang saya tidak dapat sebutkan

satu-satu.

11.Dan semua pihak yang telah memberikan bantuan sehingga penulisan ini

dapat terselesaikan dengan baik.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada setiap

pembacanya dan dengan segala kerendahan hati berbagai kritik dan saran yang

membangun sangat diharapkan penulis agar dapat menyusun sebuah tulisan ilmiah

yang baik di masa depan.

Jakarta, 7 April 201

(8)

iv

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Metode Dakwah ... 11

1. Pengertian Metode ... 11

2. Pengertian Dakwah ... 13

3. Pengertian Metode Dakwah ... 16

4. Macam-Macam Metode Dakwah ... 18

5. Bentuk-Bentuk Dakwah ……….. 24

B. Tujuan Dakwah dan Landasan Dakwah ... 26

C. Pengertian Ustadz ... 28

BAB III PROFIL USTADZ AHMAD JAZULI DAN YAYASAN PONDOK PESANTREN YATIM AL-HANIF CIPUTAT A. Biografi Ustadz Ahmad Jazuli ... 30

B. Yayasan Pondok Pesantren Al-Hanif Ciputat ... 36

C. Struktur Organisasi Kepengurusan Yayasan Pondok Pesantren Yatim Al-Hanif Ciputat Tangerang Selatan ... 44

BAB IV METODE DAKWAH USTAD AHMAD JAZULI A. Metode Dakwah Ustadz Ahmad Jazuli ... 45

(9)

v

3. Metode Al-Mujadalah Billati Hiya Ahsan ... 51

B. Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi Serta Penanggulangannya 64

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 69

(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara hakikat dakwah Islamiah merupakan aktualisasi iman yang

dimanifestokan dalam suatu kegiatan manusia beriman dalam bidang

kemasyarakatan yang dilandaskan secara tertentu, demi terwujudnya ajaran

Islam dalam segala segi kehidupan, kegiatan tersebut sering di sampaikan

secara individu maupun kelompok melalui berbagai metode dan sarana yang

bertujuan memberi perubahan dalam segi kehidupan.1

Dakwah merupakan suatu aktivitas yang mulia. Ia menjadi kewajiban

bagi setiap Islam. Dengan tujuan untuk memberikan informasi tentang Islam

dan mengajak orang lain agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang

mencerminkan nilai-nilai Islam.2Dakwah pada hakekatnya merupakan upaya

untuk mempengaruhi kepribadian baik secara individu maupun kolektif.

Dakwah pun dapat dilakukan dengan bil-insani yang lebih banyak

memfokuskan pada penekanan informatif persuasif dan dakwah bilhal yang

lebih menekankan pada hal-hal yang bersifat praktis yang mampu merangsang

agar mad’u nya lebih cepat melakukan perubahan kegiatan sehari-hari.3Maka Mubaligh dinyatakan sebagai sumber dan inspirasi perubahan.4

1

Toto Jumantoro, Psikologi Dakwah Dengan Aspek-Aspek Kejiwaan yang Qur’ani, (Wonosobo: Jakarta, 2001), h. xiii

2

Salmah Ismah, Strategi Dakwah di Era Millenium, Jurnal Kajian Dakwah dan Budaya, (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2004), vol.5, h.3

3

Djamal Abidin ASS, Komunikasi dan Bahasa Dakwah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), cet. Ke-1, h.1

4

(11)

Islam merupakan agama dakwah, baik dalam teori maupun praktek hal

ini telah ada dalam kehidupan Nabi Muhammad saw, Nabi sendiri bertindak

selaku pimpinan dakwah Islam dalam waktu yang lama yang telah berhasil

menarik banyak penganut dari kaum kafir.5

Setiap muslim berkewajiban menegakan agama Allah. Dalam hal ini,

bisa dilakukan oleh seorang da’i melalui metode dakwah. Metode dakwah Islam disini adalah metode dalam arti yang luas, mencakup strategi, taktik dan

teknik dakwah.6 Metode dakwah Islam menurut Al-Qur’an terdiri atas surat An Nahl : 125































































“Serulah (manusia) ke jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu, Dialah Yang Mahatahu tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah Yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Setiap muslim juga berkewajiban menjalankan amar maruf nahi

munkar serta mengajak manusia kejalan yang benar yaitu jalan yang diridhoi

Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam kitab suci Al-Qur’an, surat Ali Imran (3) 104 :













































5

Thomas W. Arnold, The Preaching of Islam (Jakarta: Widjaja, 1981), h.4

6

(12)

“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuuh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”

Untuk itulah saya tertarik untuk meneliti seorang da’i yang berkompeten dalam dakwah Islam. Dengan ini saya meneliti mengenai

Metode Dakwah Ustadz Ahmad Jazuli di Yayasan Pondok Pesantren Yatim

Al-Hanif Ciputat Tangerang Selatan.

Seperti yang diketahui, dakwah perbuatan adalah dakwah yang

berperilaku sopan sesuai dengan ajaran Islam, memelihara lingkungan,

mencari nafkah dengan tekun, ulet, sabar, semangat, kerja keras, menolong

sesama manusia lain.7Ustadz Ahmad Jazuli adalah seorang da’i yang dikenal di masyarakat, khusunya di masyarakat Ciputat Tangerang Selatan dalam

dakwahnya termasuk dalam dakwah perbuatan. Beliau mampu memberikan

suatu ajaran berupa pendidikan yang baik terhadap para santri di Yayasan

Pondok Pesantren Yatim Al-Hanif dan juga masyarakat dengan cara ataupun

metode yang beliau miliki, seperti ceramah agama di mimbar, pengajian di

Majlis-Majlis Taklim dan diskusi mengenai agama yang beliau lakukan.

Ustadz Ahmad Jazuli juga mempunyai keistimewaan ketika sedang

memberikan ceramahnya yakni dengan cara melihat terlebih dahulu siapa

mad’u yang dituju dan dakwah beliau juga akan disesuaikan dengan mad’u

nya tu sendiri.

Selain melalui ceramahnya, Ustadz Ahmad Jazuli merupakan seorang

da’i yang memahami betul situasi yang dibutuhkan ditengah-tengah masyarakat. Ia berkecimpung dalam urusan masyarakat terutama dalam

7

(13)

mengelola zakat, infaq, dan sadaqah serta memiliki pesantren yakni Yayasan

Pondok Pesantren Yayasan Al-Hanif di Serua, Ciputat.

Menurut Ustadz Ahmad Jazuli, kita sebagai manusia yang diberikan

pengetahuan lebih terutama dalam agama tentunya harus dapat

mengaplikasikan nya kepada masyarakat. Beliau mempunyai tujuan dalam

berdakwah yakni merangkul anak-anak yatim dan membawa kepada ajaran

agama Allah SWT dan mampu membawa kepada keimanan dan ketakwaan

kepada Allah SWT. Konsep tentang orang yang beriman dan bertakwa kepada

Allah SWT dalam Alqur’an dan Hadist sangat akurat untuk dimanifestasikan dalam kehidupan yang riil di masyarakat.

Ustadz Ahmad Jazuli juga mempunyai gaya atau metode dakwah yang

unik, dimana para mad’u yang rajin datang di pengajian rutin ia akan

diberikan hadiah kecil-kecilan berupa ember gayung dan lain-lain, dan bagi

jamaah yang rajin juga setidaknya ada dua orang selama dua bulan sekali

untuk diberangkatkan umroh secara gratis, upaya ini adalah metode dakwah

beliau agar para jamaah mau datang dan mendengarkan ceramah beliau.

Menurut Ustadz Ahmad Jazuli, dakwah dibutuhkan oleh orang yang

mampu berbuat dan bertanggung jawab karena dakwah merupakan proses

menuju perubahan yang lebih baik, dan dibutuhkan kesabaran dan perjuangan.

Dalam upaya meninjau bagaimana format metode dakwah, terhadap

seorang da’i dalam menyampaikan pesan kepada mad’u nya, maka penulis tertarik untuk mengkajinya dalam bentuk skripsi yang berjudul “Metode

(14)

jauh mengenai dakwah yang dilakukan beliau di lingkungan Yayasan Pondok

Pesantren Yatim Al-Hanif Ciputat Tangerang Selatan.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pada uraian latar belakang di atas dapat dipahami bahwa batasan hanya

pada metode dakwah Ustadz Ahmad Jazuli di Yayasan Pondok Pesantren

Al-Hanif Ciputat Tangerang Selatan saja.

Berdasarkan pembatasan di atas, maka permasalahan yang akan diteliti

sebagai berikut :

1. Bagaimana metode dakwah yang di terapkan Ustadz Ahmad Jazuli di

Yayasan Pondok Pesantren Al-Hanif Ciputat Tangerang Selatan?

2. Bagaimana hambatan yang dihadapi dalam metode dakwah ustadz Ahmad

Jazuli serta cara penanggulangannya.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana metode dakwah yang diterapkan Ustadz

Ahmad Jazuli di Pondok Pesantren Al-Hanif Ciputat Tangerang

Selatan.

b. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi serta cara

penanggulangannya.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat akademi :

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmu

(15)

Penyiaran mengenai bagaimana metode dakwah Ustadz Ahmad Jazuli

di Pondok Pesantren Al-Hanif Ciputat Tangerang Selatan.

b. Manfaat praktis :

Penelitian ini diharapan dapat menambah informasi dan wawasan bagi

peneliti, pembaca, masyarakat mengenai metode dakwah Ustadz

Ahmad Jazulidi lapangan serta dakwah yang di sampaikannya yang

mudah di mengerti danditerima dimasyarakat.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Pada penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan

penelitian kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang atau perilaku yang dapat

diamati.Menurut Bogdan dan Tayllor, metode kualitatif adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.8

2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penulis melakukan penelitian ini pada bulan Oktober 2013-

Februari 2014, sedangkan tempat penelitian ini adalah Yayasan Pondok

Pesantren Al-Hanif Ciputat Tangerang Selatan.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah Ustadz Ahmad Jazuli, sedangkan

yang menjadi objek dari penelitian ini adalah Metode Dakwah Ustadz

8

(16)

Ahmad Jazuli di Yayasan Pondok Pesantren Yatim Al-Hanif Ciputat

Tangerang Selatan.

4. Teknik Pengumpulan Sumber Data

Untuk mengumpulkan data-data penelitian dilakukan melalui :

a. Observasi

Dalam penelitian lapangan ini penulis mengamati langsung,

yakni mengadakan peninjauan secara langsung dalam objek guna

memperoleh data yang kongkrit tentang hal-hal yang menjadi subjek

penelitian pada Metode Dakwah Ustadz Ahmad jazuli di Yayasan

Pondok Pesantren Yatim Al-Hanif dan mengadakan wawancara (tanya

jawab) dengan pihak yang berwenang dan permasalahan yang dibahas,

juga melakukan pencatatan dan pengumpulan data yang diberikan oleh

Yayasan Pondok Pesantren Al-Hanif.

b. Wawancara

Dalam hal ini wawancara digunakan untuk mencari informasi

tentang metode dakwah Ustadz Ahmad Jazuli. Teknik yang digunakan

adalah wawancara bebas terpimpin yaitu penulis mengajukan

pertanyaan yang telah disiapkan kemudian langsung dijawab oleh

informan dengan bebas terbuka. Wawancara cara ini ditujukan kepada

sebagai narasumber dan juga pada para santri yang sering melihat

dakwah beliau.

Adapun narasumber yang peneliti wawancarai yaitu:

1). Ustadz Ahmad Jazuli Pimpinan Yayasan Pondok Pesantren Yatim

(17)

2). Ustadz Aliludin sebagai pengurus Yayasan Pondok Pesantren Yatim

Al-Hanif

3). Iis Solehah Santri Yayasan Pondok Pesantren Yatim Al-Hanif

c. Dokumentasi

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dokumentasi sebagai

suatu alat bukti bahwa penelitian ini benar-benar dilaksanakan pada

suatu lembaga dalam hal ini Metode Dakwah Ustadz Ahmad Jazuli di

Yayasan Pondok Pesantren Yatim Al-Hanif Ciputat, Tangerang Selatan.

5. Pengolahan Data

Setelah data diperoleh, langkah selanjutnya adalah pengolahan data

dengan proses editing yaitu mempelajari kembali berkas-berkas data yang

telah terkumpul, sehingga keseluruhan berkas itu dapat diketahui dan

dinyatakan baik serta dapat disiapkan untuk proses selanjutnya.

Teknik yang dilakukan dari hasil pencatatan data adalah sebagai

berikut :

a. Data dan informasi yang didapat melalui observasi yakni mengamati

objek penelitian secara langsung menggunakan seluruh alat indera

kemudia penulis mengumpulkan data secara akurat, dengan mencatat

fenomena (kejadian) dan perilaku yang terlibat dalam objek.

b. Data dan informasi yang diperoleh melalui wawancara yakni peneliti

menyalin hasil wawancara ke dalam catatan lapangan kemudian

memberikan tanggapan kepada bagian-bagian penting.

c. Data yang didapatkan melalui dokumentasi, yakni digunakan sebagai

bahan dan kerangka analisis dalam menimbang dan menguraikan hasil

(18)

6. Pedoman Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) Cetakan

ke-1, yang diterbitkan CeQDa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.

E. Tinjauan Pustaka

Penulisan ini terilhami dari beberapa penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya, seperti berikut ini :

1. Metode Dakwah Ali Bin Abi Thalib, yang membahas mengenai metode

dakwah Ali Bin Abi Thalib, mengenai penerapan analisis metode dakwah

Ali Bin Abi Thalib. Penyusun Samsuri, Lulusan 2010, UIN Syarif

Hidayatullah.

2. Metode Dakwah Yusuf Mansur, yang membahas mengenai metode

dakwah Yusuf Mansyur mengenai konsep sedekah, Wisata hati, dan

mengenai penerapan metode dakwah Yusuf Mansyur. Penyusun Agus

Salim Wahid Lulusan 2007. UIN Syarif Hidayatullah.

Secara umum, pokok pembahasan dalam penelitian ini adalah sama

yaitu metode dakwah seorang tokoh. Namun perbedaan dan yang menjadi

kelebihan dari penelitian ini yaitu terletak pada objek penelitian, yakni seorang

da’i pada masyarakat luas yakni Ustadz Ahmad Jazuli.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terbagi menjadi lima bab, dengan sistematika penyusunnnya

sebagai berikut :

BabI:Pendahuluan

Meliputi Latar Belakang, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan

(19)

Bab II : Tinjauan Teoritis

Merupakan tinjauan teoritis yang didalamnya meliputi, Pengertian Metode,

yang meliputi Pengertian, Hakekat Dakwah, Macam-macam Dakwah, dan

Tujuan dan Landasan Dakwah.

Bab III :Metode Penelitian

Pembahasan Mengenai Riwayat Hidup UstadzAhmad Jazuli, Perjuangan

Dakwah Ustadz Ahmad Jazuli, Kegiatan Dakwah Ustadz Ahmad Jazuli,

aktivitas dakwah ustadz Ahmad Jazuli, Latar Belakang dan Sejarah berdirinya

Yayasan Pondok Pesantren Yatim Al-Hanif Ciputat Tangerang Selatan serta

visi misi dan tujuan berdirinya serta Struktur Pengurus Yayasan Pondok

Pesantren Yatim Al-Hanif Ciputat Tangerang Selatan.

BAB IV :Pembahasan

Dalam bab ini akan menganalisis tentang metode dakwah yang akan ditrapkan

Ustadz Ahmad Jazuli, serta hambatan metode dakwah dan cara

penanggulangannya.

BAB V : Penutup

Merupakan babpenutup yang berisi kesimpulan dan saran dari penulis

(20)

11

KAJIAN TEORITIS

A. Metode Dakwah

1. Pengertian Metode

Dari segi bahasa, metode berasal dari dua perkataan yaitu “meta

(melalui) dan “hogos” (jalan cara).1

Kata metode berasal dari bahasa latin,

methodus yang berarti cara. Dalam bahasa Yunani, methodus cara atau

jalan. Kata metode telah jadi bahasa Indonesia yang memiliki pengertian

“suatu cara yang bias ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas

untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata

pikiran manusia”. Sumber yang lain juga menyabutkan metode berasal dar

bahasa jerman “methodica”, artinya ajaran tentang metode.

Pengertian yang lain menyebutkan metode adalah “cara yang

teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai

sesuai dengan yang dikehendaki cara kerja yang bersistem untuk

memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang

dikehendaki atau ditentukan.”2

Dalam pengajaran agama Islam, maka pembahasan selalu berkaitan

dengan hakikat penyampaian materi kepada peserta didik agar dapat

diterima dan dicerna dengan baik. Dengan demkian metode adalah suatu

cara atau jalan untkuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan sehingga

tujuan tersebut dapat diperoleh dengan semaksimal mungkin.

1

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya : Al-Ikhlas, 1993), h. 99

2

(21)

Dalam pengertian harfiahnya, “metode adalah jalan jalan yang

harus dilakukan untuk mencapai suatu tujuan.Akan tetapi pengertian hakiki dari metode adalah segala sarana yang digunakan untuk tujuan yang diinginkan baik saran tersebut secara fisik maupun non fisik. Sedangkan menurut Arif burhan, metode adalah menunjukan pada proses, prinsip serta prosedur yang dgunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawaban atas masalah tersebut”.3

Dari beberapa pengertian metode di atas, dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara yang dipakai secara bertahap

dan sistematis agar mempermudah seseorang untuk mencapai seseuatu

yang ia inginkan.

Karena jika metode tidak dilakukan dengan tahap demi tahap,

maka besar kemungkinanan hasil yang diraih dengan cara yang tidak

bertahap tersebut tidak akan maksimal, dan memuaskan, hendak metode

yang benar-benar terkonsep secara matang sebaiknya dilaksanakan secara

bertahap sesuai prosedur.

a. Macam-Macam Metode Umum

1) Metode Historis

Metode historis disebut juga metode dokumenter, karena

penelitian yang dilakukan adalah pada dokumen yang telah silam.

Metode historis yang sebagaimana juga metode lainnya bermula

dari menemukan masalah dan berakhir dengan generalisasi. Oleh

karena itu pula metode historis memerlukakn hipotesis dengan

teknik analisis documenter dan teknk analisis statistic, memerlukan

bermacam-macam rumus statistic dan analisis (Rakhmat, 1984:

331).

3

(22)

2) Metode deskriptif

Metode deskriptif digunakan untuk menghimpun data

aktual. Terdapat dua pengertian, yang pertama mengartikannya

sebagai kegiatan mengumpulkan data dengan melukiskannya

sebagaimana adanya, tidak di iringi dengan ulasan atau pandangan

atau analisis dari penulis. Deskripsi semacam ini berguna untuk

mencari masalah sebagaimana halnya penelitian pendahuluan atau

eksplorasi.

3) Metode eksperimen

Metode ekperimen adalah cara melakukan penelitian

dengan percobaan, yaitu melakukan manipulasi variable-variable

eksperimental; mencari hubungan beberapa variabel, atau satu

variabel dengan variabel lain.

4) Metode survei

Metode survei bertujuan mengumpulkan data sederhana

dalam rangka menguji survei juga bisa melangkah lebih jauh, yaitu

mempelajari fenomena, menerangkan dan menjelaskannya, baik

untuk keperluan praktis maupun untuk keperluan teoritis.

2. Pengertian Dakwah

Secara sistematik dakwah berasal dari bahasa arab yaitu da’a-yad’u

yang artinya mengajak, mengundang, atau memanggil. Kemudian menjadi

kata da’watun yang artinya panggilan, undangan, atau ajakan. Secara

(23)

tujuannya agar orang tersebut melaksanakan ajaran agama tersebut dengan

sepenuh hati.4

Berdakwah bagi setiap muslim merupakan tugas mulia. Berdakwah

merupakan seruan Rasulullah SAW yang pertama, setiap muslim

mempunyai tugas dan kewajiban untuk berdakwah atau menjadi

pendakwah. Artinya setiap muslim bertugas dan berkewajiban menjadi

pengajak, penyeru, atau pemanggilan kepada umat untuk melaksanakan

amar ma’ruf dan nahi-munkar. Materi dakwah tidak lain adalah Al-Islam

yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist sebagai sumber yang meliputi aqidah, syariah, akhlak dan tafsir.

Sedangkan dakwah menurut istilah mempunyai bermacam-macam

pengertian, Tarmizi Taher mengartikan dakwah sebagai upaya untuk

mengajak seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) agar memeluk

dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan menurut Dr. Anwar Harjono dalam bukunya yang

berjudul dakwah dan masalah sosial kemasyarakatan mengatakan “dakwah

berarti mengajak manusia untuk senantiasa berbuat baik dalam hal ini mentaati nilai-nilai yang sudah disepakati bersama dan sebaiknya mencegah manusia dari perbuatan munkar dalam hal ini melanggar nlai-nilai bersama tersebut”.5

Menurut M. Nasarudin Latif dalam bukunya teori dan praktek

Dakwah Islamiyah menyatakan bahwa :

“berarti sikap usaha atau aktivitas baik lisan maupun tulisan yang bersikap menyeru, memanggil manusia untuk mentaati Allah SWT. Sesuai dengan garis-garis aqidah dan syariat serta akhlak Islamiyah”.6

4

Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1997), h. 5

5

Anwar Harjono, Dakwah dan Masalah Sosial Kemasyarakatan, Jakarta : Media Dakwah, 1985 h.3

6

(24)

Arifin HM, dalam bukunya psikologi dan beberapa Aspek

kehidupan, Dakwah adalah : “kegiatan, ajaran baik tulisan, lisan dan tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha

mempengaruhi manusia baik individual, ataupun kelompok, supaya dalam

dirinya ada suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan, serta

pengalaman agama sebagai mana pesan yang disampaikan padanya tanpa

ada unsur paksaan.7

Memang tugas Dakwah ini tidak dapat dijalankan oleh setiap orang

yang sedang berada dipihak atas saja maupun dipihak bawah saja,

melainkan kedua belah pihak tersebut mempunyai kewajiban yang sama.8

Dakwah Islamiyah adalah satu kewajiban yang terpikul disetiap

pundak umat muslim dalam posisi, propesi dimanapun mereka berada baik

secara perorangan atau secara kelompok.9

Dalam sambutan buku fiqh Dakwah, bahwa kata Dakwah berasal

dari Al-Quran dan mulai dikenal oleh masyarakat luas di tanah air sejak

dipakai oleh Bapak Moh.Natsir pada setiap ceramah dan dalam

pidato-pidatonya.

Sedangkan, menurut mantan menteri agama Malik Fajar dalam

kesempatan serupa menyatakan Islam itu merupakan agama dakwah dan

tidak ada Islam jika ada dakwah, dakwah menurut beliau mempunyai arti

membawa perubahan dari kondisi tertentu kekondisi tertentu lainnya yang

lebih baik, lebih nyaman, tentram bagi tatanan kehidupan manusia.10

7

Arifin, Psikologi dan beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah Manusia,(Jakarta : Bulan Bintang,1976).

8

Anwar Harjono, Dakwah dan Masalah Sosial Kemasyarakatan, (Jakarta : Media Dakwah, 1985), h.3

9

Muhammad Nasir, Ilmu dakwah, Jakarta : Media Dakwah, 1996 h.8

10

(25)

Tarmizi Taher menyatakan berdakwah itu harus bisa menjadi

bagian hidup seorang muslim, namun berdakwah jangan sekedar diartikan

sebagai memberikan ceramah dimasjid saja, tetapi berperilaki sebagai

muslim.

Dalam psikologi muslim ditanyakan bahwa mengandung

pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan tingkah

laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam

usaha memengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara

kelompok agar supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran,

sikap penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagai

massage yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur

paksaan.11

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan pada dasarnya da’wah itu adalah mengajak kepada jalan yang baik atau lebih baik lagi menuju jalan

Allah, baik secara langsung maupun tidak, dalam mengajak tentunya tidak

diperkenankan dengan cara-cara memaksa, menghakimi dan sebisa

mungkin menghindari konformasi yang merugikan dan merusak dakwah.

3. Pengertian Metode Dakwah

Metode Dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh

seseorang da’i (komunikator) kepada mad’u nya untuk mencapai suatu

tujuan yang diinginkan.Dakwah dengan lisan berupa ceramah, seminar,

symposium, diskusi, khutbah, brainstorming dan lain-lain.

11

(26)

Dakwah dengan tulisan berupa buku, majalah, surat kabar,

spanduk, lukisan dan lain-lain. Dakwah perbuatan berupa perilaku yang

sopan sesuai dengan ajaran Islam, memelihara lingkungan, mencari nafkah

dengan tekun, ulet, sabar, semangat, kerja keras, menolong sesama

manusia, sedangkan dalam seni yang meliputi seni lukis, tari dan musik.12

Ada beberapa istilah yang erat kaitannya dengan dakwah, antara

lain :

a. Tablig, artinya menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain.

Sedangkan pelakunya disebut mubaligh. Tabligh dalam pengertian ini

yang terdapat dalam al-Qur’an, antara lain : “Hai rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari tuhanmu, dan jika tidak kamu

kerjakan (apa yang diperingatkan itu) berarti kamu tidak

menyampaikan amanatnya. Allah memelihara kamu dari gangguan

manusia. Sesungguhnya Allah tidak pada orang-orang kafir”. (Qs. Al -Maidah : 67)

b. Khutbah, istilah ini berasal dari kata “khataba” yang artinya mengucap atau berpidato. Orang yang menyampaikan khatbah disebut khotib.

c. Nashihah, adalah menyampaikan perkataan yang baik kepada

seseorang atau beberapa orang untuk memperbaiki sikap dan tingkah

lakunya. Menurut Muhammad bin „Alan As-Shidiq arti asal nasihah adalah membersihkan sesuatu dari segala hal yang mengotorinya atau

memperbaiki sesuatu yang rusak atau kurang sempurna. Secara

terminologi, nasihat adalah memerintah atau melarang atau

12

(27)

menganjurkan yang dibarengi dengan motivasi dan ancaman.

Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia nasihat diartikan sebagai

memberikan petunjuk kepada jalan yang benar. Atau mengatakan

sesuat yang benar dengan cara “melunakan hati”. Orang yang

menyampaikan nasihat disebut nashih

d. Fatwa, yaitu pemberian uraian keagamaan kepada orang lain yang

isinya berupa berita-berita menggembirakan orang yang menerimanya

seperti berita janji Allah dengan pahala dan surga kepada orang yang

selalu beriman dan bertaqwa. Istilah ini hampir sama dengan tarhib

yaitu menerangkan ajaran agama yang dapat menyenangkan hati dan

dapat memberikan semangat untuk mengamalkannya bagi orang yang

menerimanya.

e. Tandzir, yaitu menyampaikan ajaran agama Islam kepada orang lain

yang isinya berupa peringatan, atau ancaman bagi orang-orang yang

melanggar syariat Allah dengan harapan orang tersebut berhenti dari

perbuataan tersebut. Orang yang memberikan Tandzir disebut Nadzir.

4. Macam-Macam Metode Dakwah

Bentuk-bentuk metode dakwah, seperti dikutip dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125 :































































(28)

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalannya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS.An-Nahl ; 125)

Pada ayat tersebut mengadung arti tentang cara menjalankan

dakwah atau seruan terhadap manusia, agar mereka berjalan diatas jalan

Allah dengan memakai tiga macam cara, yaitu :

a. Metode Al-Hikmah (kebijaksanaan/adil)

Kata “Hikmah” sering disebut dalam Al-Quran baik dalam bentuk nakiroh maupun ma’rifat. Bentuk masdarnya adalah “Hukman” yang diartikan secara makna aslinya adalah mencegah.Jika dikaitkan

dengan hukum berarti mencegah dari kedzaliman, jika dikaitkan

dengan dakwah berarti maka berarti menghindari hal-hal yang kurang

relevan dalam melakukan tugas dakwah.

Al-Hikmah juga sering diartikan sebagai al’adl (keadilan), al-haq (kebenaran),al-ilmu (pengetahuan) terakhir dan nubuwwah

(kenabian). Disamping itu, al-Hikmah juga diartikan sebagai

menempatkan sesuatu pada porsinya.

Hikmah dalam bahasa Arab berarti kebijaksaan, pandai, adil,

lemah lembut, kenabian sesuatu yang mencegah kejahilan dan

kerusakan, keilmuan, dan pemaaf. Perkataan hikmah sering kali

diterjemahkan dalam pengertian bijaksana yaitu suatu pendekatan

hikmah sering kali pihak objek dakwah mampu melaksanakan apa

yang didakwah kan atas kemauannya sendiri, tidak ada paksaan,

konflik, maupun rasa ketakutan.13

13

(29)

Menurut M.Abduh, seperti yang dikutip H.Munzier Suparta,

M.A dalam bukunya metode dakwah berpendapat bahwa, hikmah

mengetahui rahasia dan faedah didalam tiap-tiap hal. Hikmah juga

digunakan alam arti ucapan yang sedikit lafadz akan tetapi banyak

makna ataupun diartikan meletakan sesuatu pada tempat atau

semestinya.

Dalam bahasa komunikasi, hikmah ini menyangkut situasi total

yang mempengaruhi sikap pihak komunikan. Dengan kata lain, dapat

dikatakan bahwa apa yang disebut dengan bil hikmah itu merupakan

suatu metode pendekatan komunikasi yang yang dilakukan atas dasar

persuasif.14

Jadi, perkataan hikmah (kebijaksaan) itu bukan saja dengan

ucapan mulut, melainkan termasuk juga tindakan, perbuatan, dan

keyakinan, serta peletakan sesuatu pada tempatnya.

Sebagai metode dakwah, al-hikmah dartikan bijaksana, akal

budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, menarik

perhatian kepada agama atau tuhan. Ibnu Qoyim dalam bukunya

At-Tafsirul Qoyyim berpendapat bahwa pengertian hikmah yang paling

tepat adalah yang seperti dilakukan oleh mujahid dan malik yang

mendefinisikan bahwa hikmah adalah pengetahuan tentang kebenaran

dan pengalamannya, ketepatan dalam perkataan dan kebenarannya. Hal

ini tidak dapat dicapai kecuali dengan memahami al-Quran, mendalami

Syariat-syariat Islam serta hakikat iman.15

14

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaya Media Pratama,1997), cet ke 1, h

43.

15

(30)

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa al-hikmah

adalah merupakan kemampuan da’i dalam memilih dan menyelaraskan teknik dakwah dengn kondisi objektif mad’u.disamping itu juga a

l-hikmah merupakankemampuan da’i dalam menjelaskan doktrin-doktrin Islam serta realitas yang ada dengan argumentasi yang logis

dan bahasa yang komunikatif. Oleh karena itu, al-hikmah adalah

sebagai sebuah sistem yang menyatukan antara kemampuan teoritis

dan praktis dalam berdakwah.

Sebagai contoh hikmah dalam dakwah, didalam dunia dakwah

adalah penentu sukses tidaknya dakwah. Dalam mengahadapi mad’u

yang beragam tingkat pendidikannya, stara social, dan latar budaya,

para da’i memerlukan hikmah, sehingga ajaran Islam mampu masuk

dalam ruang hati para mad’u dengan tepat. Oleh karena itu, para da’i dituntut untuk mampu mengerti dan memahami sekaligus

memanfaaatkan latar belakangnya, sehingga ide-ide yang dterima

dirasakan sebagai sesuatu yang menyentuh dan menyejukan qalbunya.

Ada saatnya diamnya da’i mejadi efektif dan berbcara menjadi wacana, tetapi disaat lain menjadi sebaliknya, diam malah

mendatangkan bahaya besar dan berbicara mendatangkan hasil yang

gemilang. Kemampuan da’i menempatkan dirinya, kapan harus berbicara dan kapan harus memilih diam, juga adalah hikmah yang

menetukan keberhasilan dakwah.

b. Metode Mau’idzatil Hasanah (nasihat yang baik)

(31)

isra mi’raj, istilah mau’idzhah hasanah mendapat porsi khusus dengan

sebutan “acara yang ditunggu-tunggu” yang merupakan inti acara dan biasanya menjad salah satu target keberhasilan sebuah acara dijelaskan

pengertian mau’idzhah hasanah.

Secara bahasa, mau’idzhah hasanah terdiri dari dua kata,

mu’izhah dan hasanah. Kata mu’izhah berasal dari wa’adza-ya’idzu wa’idzatun yang berarti: Nasihat, Bimbingan, Pendidikan, dan

Peringatan, sementar Hasanah merupakan kebalikan dari sayyi’ah yang

artinya kebaikan lawannya kejelekan.16

Adapun pengertian secara istilah, ada beberapa pendapat antara

lain :

1) Menurut Iman Abdullah bin Ahmad an-Nasafi yang dikutuf oleh

Hasanudin adalah “perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi

bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasehat dan

menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan al-Qura’an”17

2) Menurut Abd. Hamid al-Bilali al-mau’izhah al-Hasanah merupakan salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk

mengajak kejalan Allah dengan memberikan nasehat atau

menbimbing dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik.

Mau’izhah Hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur bimbungan, pendidikan, pengajaran, kisah0kisah,

berita gembira, peringatan, pesan-pesan positif (wasiat) yang bisa

dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan

dunia dan akhirat.

16 Lois M, Munjidfial-laughah wa A’lam (Beiut : Dar Fikr. 1986) h. 907 17

(32)

Al-Mau’idzatil Hasanah artinya memberi nasehat pada orang lain dengan cara yang baik, berupa petunjuk-petunjuk kearah kebaikan

dengan bahasa yang baik yang dapat mengubah hati.18

Dengan rela hati atas kesadaran dapat mengikuti ajaran yang di

sampaikan oleh pihak subjek dakwah. Nasehat biasanya dilakukan oleh

orang yang levelnya lebih tinggi kepada orang yang lebih rendah, baik

tingkat umur maupun pengaruh, misalnya nasihat orang tua kepada

anaknya. Mau’izhah Hasanah dalam bentuk bimbingan, pendidikan

dan pengajaran ini seringkali digunakan dalam bentuk kelembagaan

(instisisi) formal maupun non formal, misalnya ; mau’zhah nabi

kepada umatnya, guru kepada muridnya, kya’i kepada istrinya.

Jadi, kalau kita telusuri kesimpulan Mau’izhah Hasanah, akan

mengandung arti kata-kata yang masuk kedalam kalbu dengan penuh

kasih sayang dan kedalam dengan perasaan yang penuh kelembutan,

tidak membongkar kesalahan orang lain sebab kelemahan kelembutan

dalam menasehati seringkali dapat meluluhkan hati yang keras dan

menjinakan kalbu yang liar, ia lebih mudah melahirkan kebaikan dari

pada larangan dan ancaman.

c. Metode Al-Mujadalah Billati Hiya Ahsan (berdebat, berdiskusi)

Yaitu metode dakwah yang dilakukan dengan cara berdebat

atau bertukar pikiran. Bertukar pikiran disini dapat dilakukan dengan

berbagai bentuk dialog, diskusi, seminar, dan lain-lain. Dengan tujuan

satu sama lain mengerti serta mempelajari ajaran-ajaran yang satu dan

18

(33)

lainnya secara luas untuk menghapus sifat sombong kepada ilmu

pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.19

Dari ketiga kondisi diatas dapat disesuaikan dengan kondisi dan

tingkat pemahaman masing-masing jamaahnya, dan bahkan

implikasinya yang lebih parah akan semakin menjauhkan mereka pada

ajaran agama. Metode dakwah juga bukanlah satu-satunya kunci

kesuksesan akan tetapi keberhasilan dakwah ditunjang dari

seperangkat syarat baik pribadi da’i, sebagai subjek dakwah maupun lainnya.

5. Bentuk-bentuk Dakwah

Dalam penyampaian dakwah dapat dikelompokan menjadi tiga

bentuk dakwah, yaitu :

a. Dakwah bi al-Lisan

Dakwah bi al-Lisan ini adalah sebuah penyampaian dakwah

melalui lisan berupa ceramah atau komunikasi secara langsung anatara

da’i dan mad’u (obyek dakwah).20

Syamsul Munir dalam bukunya yang berjudul Ilmu Dakwah,

mengatakan bahwa dakwah bi al-Lisan yaitu dakwah yang

dilaksanakan melaui lisan, yang dilakukan antara lain dengan

ceramah-ceramah, khutbah, diskusi, nasihat dan lain-lain. Dari aspek jumlah

barangkali dakwah melaui lisan (ceramah dan lainnya) ini sudah

banyak cukup dilakukan oleh para juru dakwah di tengah-tengah

masyarakat.21

19

Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, (Malaysia: Nur Siaga SDN BHD, 1999), Cet. Ke-1, h. 28-30

20

Rubinah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah (Ciputat: Lembaga Penelititan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2010),h.42

21

(34)

Metode ceramah lisan sebagai jembatan dari pada isi yang

terdapat dalam hati. Sebuah perkataan yang baik, benar, masuk akal

dan tepat mengenai sasaran akan menjadikan mad’u tersentuh,

sehingga akhirnya bisa kembali ke jalan yang benar, serta di ridhai

oleh Allah SWT.

b. Dakwah bi al-Hal

Dakwah ini merupakan aktivitas dakwah Islam yang dilakukan

dengan tindakan atau amal nyata terhadap kebutuhan mad’u. sehingga

tindakan nyata tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh

penerima dakwah, seperti, dakwah dengan membangun rumah sakit

untuk keperluan masyarakat sekitar yang membutuhkan keberadaan

rumah sakit

Menyelenggarakan pendidikan bagi masyaraka secara luas,

seperti dengan cara mewujudkan gamelan sekatan, kesenian wayang

kulit yang sarat berisikan ajaran Islam, mengajarkan lagu-lagu daerah

yang disisipi dengan ajaran Islam, serta mendirikan sebuah pesantren.22

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dakwah bi al-hal ini adalah

sebuah dakwah yang dilakukan da’i untuk mengatasi kebutuhan dan

kepentingan para mad’u khususnya dalam bidang Ekonomi, Pendidikan, dan Masyarakat. Ketika dakwah ini sampai dan tepat

kepada seseorang yang membutuhkannya, maka tujuan dakwah untuk

mengajak seseorang ke jalan yang benar akan lebih mudah diterima.

22

Wahyu Ilahi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah (Jakarta:Kencana, 2007), h.

(35)

c. Dakwah bi al-Qalam

Dakwah bi al-Qalam adalah dakwah melalui tulisan baik

dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, surat kabar, internet,

Koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat

penting dan efektif. Serta tidak membutuhkan waktu secara khusus

untuk kegiatannya.23

Dakwah bi al-qalam ini sebenarnya sudah dimulai serta

dikembangkan oleh Rasullah SAW sejak awal kelahiran dan

kebangkitan Islam melalui pengiriman surat-surat dakwah kepada para

kaisar, raja dan para pemuka masyarakat.24 Maka dakwah bi al-Qalam

ini merupakan bentuk dakwah yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah

SAW.

B. Tujuan Dakwah dan Landasan Dakwah

Tujuan dakwah adalah salah satu faktor yang sangat penting dengan

tujuan itukah dapat dirumuskan suatu landasan tindakan dalam pelaksanaan

dakwah.25

Sedangkan tujuan dari kegiatan dakwah adalah untuk memanggil

kepada syariat dan memecahkan persoalan hidup perseorangan atau persoalan

berumah tangga, berjamaah, bermasyarakat, berbangsa, bersuku bangsa,

bernegara, dan antara negara. Dakwah juga bertujuan memanggil, kepada

fungsi hidup, sebagai hamba Allah SWT, di atas dunia terbentang luas ini

yang berisikan berbagai macam manusia dan kepercayaannya, yakni fungsi

23

Syamsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009),h.11

24

Rubinah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah (Ciputat: Lembaga Penelititan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2010),h.53

25

(36)

sebagai syuhada „ala an-nas, menjadi pelopor dan pengawas bagi umat manusia. Dakwah juga dapat memanggil kepada tujuan hidup yang hakiki

yaitu menyembah Allah SWT.26

Adapun Ki Moesa A. Machfoeld dalam bukunya Filsafat Dakwah

(Ilmu Dakwah dan Penerapannya), tujuan dari dakwah adalah untuk

membangkitkan kesadaran manusia untuk kembali ke jalan Allah SWT.

Upaya memanggil atau mengajak kembali manusia ke jalan Allah SWT

tersebut bersifat ekspansif yaitu memperbanyak jumlah manusia yang berada

di jalan-Nya.27

Syekh Ali Mahfudz merumuskan, bahwa tujuan dakwah ada lima

perkara, yaitu :

1. Menyiarkan tuntunan Islam, membetulkan aqidah dan meluruskan amal

perbuatan manusia, terutama budi pekertinya.

2. Memindahkan hati dari kesadaran yang jelek kepada kesadaran yang baik.

3. Membentuk persaudaraan dan menguatkan tali persatuan diantara kaum

muslimin.

4. Menolak faham Atheisme, dengan mengimbangi cara-cara mereka bekerja

5. Menolak Syubhat-Syubhat, Bid’ah dan Khutafat atau kepercayaan yang tidak bersumber dari agama dengan mendalami ilmu Ushulludhin.28

Selain itu, dakwah juga bertujuan untuk menumbuhkan pengertian,

kesadaran, penghayatan dan pengamalan, ajaran agama yang dibawakan oleh

aparat dakwah atau penerangan agama.29

26

M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, (Gema Insani Press, 1999), Cet. Ke-1, h. 70

27A. Machfoeld, Filsafat Dakwah “Ilmu Dakwah dan Penerapannya”, h. 15 28

Hasanudin, Hukum Dakwah (tinjauan aspek dalam berdakwah di Indonesia), h. 34

29

(37)

Adapun dari uraian di atas, tujuan dakwah adalah mempertemukan

kembali fitrah manusia, dengan agama atau menyadarkan manusia supaya

mengakui kebenaran Islam dan mau mengamalkan ajaran Islam sehingga

menjadi orang yang baik.30Serta dapat menuntut manusia untuk mencapai

kebahagiaan hidup, kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat dan

terhindar dari kesulitan-kesulitan baik ketika hidup maupun mati.Dan

karenanya untuk bisa memperoleh semua ini, manusia membutuhkan pedoman

yang dapat menuntun kehidupan mereka.

C. Pengertian Ustadz

Kata Ustadz berasal dari bahasa Arab yaitu “ustadzun’ yang mengandung arti seorang guru laki-laki atau “ustadzatun” yang mengandung arti seorang guru perempuan.31 Realita yang ada khusunya di Indonesia, kata

“ustadz dan Ustadzah” digunakan sebagai julukan seorang laki-laki atau seorang perempuan yang terlihat alim, rajin ke mesjid atau musholla baik

untuk mengikuti sholat berjamaah maupun mengikuti pengajian rutin dan juga

dapat memimpin doa baik berdo’a setelah shalat maupun selepas kegiatan

keagamaan seperti tahlilan, syukuran, selamatan dan lain-lain sebagainya.

Julukan ustadz atau ustadzah sepatutnya diberikan kepada guru, baik

guru TPA, guru privat, guru pengajian, maupun gur-guru SD, SLTP, SMA,

dan perguruan tinggi (jika dilihat dari segi arti) juga patut diberi julukan

ustadz atau ustadzah. Akan teteapi dari segi etimologis julukan ustadz dan

ustadzah lebih tepat jika diberikan kepada seorang guru yang ahli atau

30

M. Ali Aziz, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), Cet. Ke-1, h. 5

31

(38)

memahami ilmu agama secara mendalam, serta mengamalkannya dan

mengajarkannya kepada orang lain. Secara sosiologi siapa saja bisa menjadi

seorang ustadz atau ustadzah, namun dengan syarat dan ketentuan yang

berlaku, yaitu mempunyai pengetahuan yang lebih dalam terhadap agama

Islam dengan mengamalkan serta dapat memberikan pemahaman kepada

(39)

30

PROFIL USTADZ AHMAD JAZULI DAN YAYASAN PONDOK

PESANTREN YATIM AL-HANIF CIPUTAT

A. Biografi Ustadz Ahmad Jazuli

1. Riwayat Hidup Ustadz Ahmad Jazuli

Ustadz Ahmad Jazuli lahir di Depok pada tanggal 12 Oktober

1979. Da’i berdarah betawi ini merupakan anak ke 4 dari 5 bersaudara. Ustadz Ahmad Jazuli sendiri merupakan lahir dilingkungan yang sangat

elit (ekonomi sulit) dan mewah (rumah mepet sawah), hal ini dikemukakan

beliau sambil becanda ketika saya wawancara.1

Begitupun dengan kedua orang tua ustadz Ahma Jazuli sendiri

bapak kandungnya yaitu bernama bapak Hasan dan ibu kandungnya

bernama Sofiah. Ustadz Ahmad Jazuli sendiri ternyata lahir bukan dari

orang tua sebagai pemuka agama Islam, bukan berasal dari keluarga kya’i bahkan bukan berasal dari keluarga pesantren. Kedua orang tuanya sendiri

seperti yang sudah disebutkan diatas bukanlah seorang ustadz atau kyai

yang sering menyampaikan dakwah Islam. seperti dirinya saat ini Orang

tua beliau hanya seorang yang biasa-biasa saja,bahkan mereka buta huruf

tetapi kedua orang tua dari Ustadz Ahmad Jazuli ini bisa membaca

Al-Quran, mereka hanyalah bekerja selagi tetangga-tetangga ada yang minta

tolong untuk sekedar menyuci baju, dan sebagainya. Justru keinginan

Ustadz Ahmad Jazuli ingin menjadi seorang da’i muncul dari dirinya

1

(40)

sendiri ketika ia masih kecil. Begitupun dengan ketiga kakaknya, kakak

pertama Ustadz Ahmad Jazuli sendiri ternyata seorang Ustadzah begitupun

kedua kakak laki-lakinya mereka juga ternyata menjadi seorang ustadz

seperti dirinya saat ini.2 Keinginan beliau ketika masih kecil ingin menjadi

seorang dai sangat lah kuat, ketika masih duduk di bangku Madrasah

Tsanawiyah ia sering sekali disuruh berdakwah oleh gurunya, tak sampai

itu saja beliau juga sampai jenjang perguruan tinggi ia sering diminta oleh

Dosen untuk menjadi Asisten Dosen, ketika Dosen tersebut tidak bisa

masuk Ustadz Ahmad Jazuli lah yang memberi mata kuliah kepada

teman-teman sekelasnya.Semasa kuliah nya beliau juga sempat aktif disalah satu

oraganisasi kemahasiswaan yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Latar belakang pendidikan beliau antara lain, MI Depok Miftahul

Falah, MTS Al-Islamiyah Al-Marjukiyah (Yasma) lanjut ke tingkat

selanjutnya beliau mengenyam pendidikan di Madrasah Aliyah

Al-Karamiyah, Sawangan berlanjut ke perguruan tinggi beliau kuliah di

perguruan tinggi Laa Roiba, Bogor. Dan pada tahun 2005 pada saat itu

masih duduk dibangku kuliah, beliau memutuskan untuk menikahi gadis

yang berasal dari Sarua, Ciputat yang bernama Meilan Nuryatin. Melilan

Nuryatin merupakan lulusan dari UIN Ciputat Fakultas Ekonomi, mereka

berdua menikah ketika masih sama-sama mengenyam di bangku

perkuliahan. Ustadz sendiri berkomentar bahwa keputusannya untuk

menikah saat itu merupakan karena bentuk kecintaanya terhadap dakwah

2

(41)

yang apabila sudah menikah beliau bisa dengan tenang melakukan

aktivitas dakwah nya atau mungkin dengan kata lain sudah lebih afdol.

Menurut Ustadz Ahmad Jazuli dakwah itu adalah mengajak atau

merayu pihak lain kepada sesuatu yang dikehendaki da’i. Maka da’i nya sendiri yang harus terlebih dahulu mendudukan dirinya sendiri seperti apa,

adalah mustahil orang lain akan mengkuti apa yang kita inginkan kalau

kita sendiri merupakan sosok tyang tidak jelas, sifat dan karakternya.

Oleh karena itu seorang da’i yang berhasil adalah dapat dipastikan sebagai seorang yang memliki kepribadian yang utuh, seperti sifat-sifat

wajib pada Rasul, Shidiq, Amanah, Fatonah, Thablig.

Kesemuanya itu dapat diwujudkan oleh yang dapat menyatukan

kata hatinya, dengan ungkapan lisannya, dan ungkapan lisannya

diwujudkan dengan amal perbuatannya, dengan kata lain “satu nya hati,

lisan dan perbuatan”. Jangan harap seorang da’i akan didengar apalagi di

ikuti, ketika dia nifaq, yakni lain dimulut lain dihati, atau dai itu dusta,

yakni lain dikata lain pula di fakta.

2. Pendidikan Ustadz Ahmad Jazuli

Ketika kecil ustadz Ahmad jazuli meniba ilmu di Madrasah

Ibtidaiyah (MI) Miftahul Falah, Depok kemudian setelah lulus dari

Madrasah Ibtidaiyah beliau melanjutakan sekolah di Madrasah

Tsanawiyah (MTS) Al-Islamiyah Al-Marjukiyah (Yasma). Setelah

menamatkan sekolah nya di MTS, beliau melanjutkan pendidikannya di

Madrasah Aliyah (MA) Al-karamiyah di Sawangan, Depok. Setelah tamat

(42)

sambil kuliah di Perguruan Tinggi (PT) Sekolah Tinggi Agama Islam

(STAI) Laa roiba Bogor.

3. Aktivitas ustadz Ahmad Jazuli

Aktivitas Ustadz Ahmad Jazuli dari mulai remaja sampai sekarang

ini memang sudah aktif dalam kegiatan berdakwah dikalangan masyarakat

dan mengajar di Pondok Pesantren Al-Hanif, Ciputat yang beliau bina.

Adapun kegiatan sehari-hari dari Ustadz Ahmad Jazuli di Pondok

Pesantren Al-Hanif ini beliau mengajar Al-quran dan Kitab Kuning setiap

ba’da magrib dan shubuh, setiap menjelang shubuh beliau sendiri yang

membangunkan para santri unutk melakukan shalat jamaah bersama.

Beberapa Kitab yang sering beliau gunakan adalah Kitab ; Jurumiyah,

Alfiyah Ibn Malik, Bidayatul Mujtahid.

Aktivitas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang atau lebih. Begitu juga yang dilakukan oleh Ustadz Ahmad

Jazuli, ia adalah suami sekaligus da’i yang aktif dalam semua perannya. Beliau juga telah banyak melakukan hal-hal yang positif, diantaranya :

belajar mengajar, mengajari berpidato, dan sebagainya.

Aktivitas dakwah yang ia geluti sekarang ini juga sangatlah

banyak. Diantaranya, melakukan ceramah di Majelis Ta’lim yang ia pimpin di Pondok Pesantren Al-Hanif, begitupun demikian beliau sering

diundang ke acara-acara besar seperti Maulid Nabi SAW, Isra’ Mi’raj dan undangan ceramah ke luar kota maupun luar negeri.Di Pondok Pesantren

(43)

penting nya beridah terhadap Allah SWT.3 Yang menarik adalah ketika ia

pergi untuk melakukan aktivitas dakwahnya, beliau menggunakan mobil

odong-odong sehingga jika ia berdakwah ke daerah Gunung Sindur dan

sekitarnya, beliau oleh jamaahnya di beri sebutan Ustadz odong-odong.

Berbeda hal nya ketika beliau berdakwah didaerah Sumatra, beliau lebih

dikenal dengan ustadz AJ (Ahmad Jazuli). Tidak sampai situ saja, Ustadz

Ahmad Jazuli ini ternyata pernah aktif di Majelis Durhan Nasional (MDN)

bersama Ustadz Yusuf Masnyur yang mungkin kita semua sudah kenal

dengan usatdz YM ini. Dari keaktifannya bersama MDN, beliau mulai

dikenal oleh masyarakat ciputat khususnya.4

Aktivitas beliau juga yaitu mengajar mengaji Al’quran dan Kitab secara rutin diPondok Pesantren Al-Hanif yang ia pimpin.

a. Dalam Bidang Keagamaan

Pelaksaan aktivitas selain dipesantren, Ustazd Ahmad Jazuli

aktif di masyarakat, yang dapat digolongkan sebagai berikut :

1) Pengajian Rutin Sebulan sekali di Bainal Majelis

Bainal Majelis merupakan sebuah majelis yang tergabung

dari berbagai majelis-majelis ta’lim di JABODETABEK, dan Bainal Majelis ini kebanyakan para remaja-remaja yang ikut serta

dan Ustazd Ahmad Jazuli disini sebagai penceramah sekaligus

Pembina dari Bainal Majelis ini.

3

Wawancara Pribadi dengan Aliludin pengurus pesantren, Ciputat, 20 Oktober 2013 di sekertariat Pondok Pesantren Al-Hanif Ciputat

4

(44)

2) Pengajian Rutin Kaum Bapak dan Kaum Ibu

Pelaksaan pengajian rutin kaum bapak dan kaum ibu ini

yang tidak jauh dari Pondok Pesantren Al-Hanif itu sendiri

dilakukan dalam satu kali dalam seminggu yaitu pada malam sabtu,

pengajian ini hanya untuk masyarakat sekitarnya saja. Pengajian ini

bertujuan untuk membimbing kaum bapak dan kaum ibu agar

mereka mengerti dengan agama, terutama yang bersifat ubudiyah

dengan cara yang baik dan benar, fasih dan mengerti membaca

Al-Quran dengan makharijul huruf yang benar, penyampaian materi

ini disampaikan dengan cara ceramah, atau berdiskusi. Jamaah

deiberi kesempatan oleh beliau untuk bertanya yang mungkin

dalam penyampaian ceramh Ustadz ini para jamaah tidak tanggap

atau tidak mengerti, karena metode ini dianggap layak untuk

majelis ta’lim kaum bapak dan ibu.

Materi yang disampaikan bermacam-macam dari mulai

akhlak, tauhid, fiqh serta belajar membaca Al-Quran mulai dari

makharijul huruf dan materi lainnya yang berkaitan dengan

masalah agama dan kehidupan sosian dimasyarakat.

3) Pengajian Melalui Peringatan Hari-hari Besar Islam dan Acara

Khusus.

Dari awal berdirinya pondok pesantren Al-hanif ini,

perayaan-perayaan besar Islam sering dirayakan oleh Ustadz

Ahmad Jazuli dan Pondok Pesantren Al-Hanif, diantaranya

(45)

awal, Isra Mi’raj, Tahun Baru Hijriyah (1 Muharam), Nuzulul

Quran dan acara besar Islam lainnya yang sering diadakan oleh

Ustadz Ahmad jazuli.

4) Mengajar di Yayasan pondok pesantren Yatim Al-hanif diantanya

beliau mengajar ceramah muhadoroh, Tilawah, Tahfidz dan

mengajarkan kitab-kitab kepada santri seperti kitab kuning, gundul,

safinah tunajah, lim muta’alim, mahfuzoh, Tijan darori dan

Tanki’ul.5

B. Yayasan Pondok Pesantren Al-Hanif Ciputat

1. Sejarah Pondok Pesantren Al-Hanif

Yayasan Pondok Pesantren Yatim Al-Hanif adalah lembaga

pendidikan keagamaan serta formal yang mewadahai pendidikan bagi

yatama/yatim. Al-Hanif yang didirikan dari keresahan masyarakat dan

tokoh masyarakat atas pendidikan yang saat sangat begitu menyedihkan

dalam hal pendidikan tauhid dan akhlak.

Al-Hanif dikukuhkan dalam akta notaris Octora Puspitasari, SH

M.KN NO.01 tanggal 14 Maret 2011. Pada awal pendiriannya, Al-Hanif

pada selama 1 tahun, nyaris tidak berfungsi karena ketidak ada biayaan

dan lahan yang dapat dijadikan tempat tinggal para santri sehingga hanya

mengandalkan tromol atau pergerakan dari Majelis Ta’lim.

Alhamdulliah setelah dapat izin dari pewakaf musholla, maka

Ustadz Ahmad Jazuli beserta semua pengurus langsung merenovasi

5

(46)

musholla dengan menjadikan lahan yang ada sebagai asrama santri tetap

musholla dijadikan basis dakwah serta pendidikan bagi para santri.6

Tujuan dakwah pembangunan Pesantren Al-Hanif ini sendiri, selain

untuk memenuhi kewajiban sebagai seorang muslim yang harus peduli

kepada kaum yatim dan dhuafa antara lain adalah untuk mengawal kota

Tangerang Selatan dengan bermotokan “ modern, cerdas dan religious”.

Dengan demikian ketika Ustadz Ahmad Jazuli membangun

pesantren ini, Ustadz Ahmad Jazuli mencoba mencerdaskan para santri

dan mereligiuskan para santri agar taat dan yakin kepada ajaran nabi

Muhammad SAW dan Allah SWT.

Mendirikan Yayasan Pondok Pesantren Yatim Al-Hanif ini

memang sudah menjadi cita-cita beliau semenjak dari dulu, beliau

tersentuh ketika beliau masih kecil dan beliau terlahir dari keluarga yang

kurang mampu, yang dimana pada saat itu memang semuanya serba

terbatas.7

Di Yayasan Pondok Pesantren Yatim Al-Hanif ini tidak dipungut

biaya seperpun yang dibebankan kepada para santri, hal ini memang

menjadi imipian dari Ustaz Ahmad Jazuli sejak dahulu karena beliau

memiliki kehidupan yang sama dengan para santri, kalau beliau ingin

memperkaya diri, mungkin beliau sudah kaya dari dulu, semua kebutuhan

santri dan pesantren sembilan puluh sembilah persen dari hasil kerja keras

6

Wawancara Pribadi dengan Aliludin pengurus pesantren, Ciputat, 20 Oktober 2013 di sekertariat Pondok Pesantren Al-Hanif Ciputat

7

(47)

beliau baik dari hasil beliau berdakwah maupun dari hasil beliau

mendampingi para jamaah haji/umroh tour dan travel.8

Untuk keseharian para santri di lingkungan Yayasan Pondok

Pesantren Yatim Al-Hanif wajib menggunakan dua bahasa, yang pertama

bahasa arab dan inggris. Di lingkungan Yayasan Pondok Pesantren Yatim

Al-Hanif juga Uastadz Ahmad Jazuli selalu memberikan PR terhadap para

santri untuk mengahafalkan minimal lima bahasa inggris maupun arab ini

guna untuk menambah daya pengetahuan para santri.9

Hal inilah yang memotivasi beliau ingin mendirikan Yayasan

Pondok Pesantren Yatim Al-Hanif yakni dengan adanya Yayasan ini

beliau menampung anak-anak Yatim maupun dhuafa, beliau dan beberapa

pengurus mengajar para santri dan semua keperluan para santri ini di

tanggung oleh uang Ustadz Ahmad Jazuli sendiri, tanpa bantuan

sepeserpun dari bantuan pemerintah. Uang hasil beliau berdakwah dari

mimbar ke mimbar, dari majelis ke majelis inilah yang sebagai pemasukan

utama untuk menafkahi para santri.

Menurut Ustadz Ahmad Jazuli sendiri mengatakan bahwa tidak

gampang, dalam pembuatan Pondok Pesantren ini Ustadz Ahmad Jazuli

ini menerangkan bahwa

Referensi

Dokumen terkait