BAB II KAJIAN TEORITIS
4. Macam-Macam Metode Dakwah
Bentuk-bentuk metode dakwah, seperti dikutip dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125 :
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalannya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS.An-Nahl ; 125)
Pada ayat tersebut mengadung arti tentang cara menjalankan dakwah atau seruan terhadap manusia, agar mereka berjalan diatas jalan Allah dengan memakai tiga macam cara, yaitu :
a. Metode Al-Hikmah (kebijaksanaan/adil)
Kata “Hikmah” sering disebut dalam Al-Quran baik dalam bentuk nakiroh maupun ma’rifat. Bentuk masdarnya adalah “Hukman” yang diartikan secara makna aslinya adalah mencegah.Jika dikaitkan dengan hukum berarti mencegah dari kedzaliman, jika dikaitkan dengan dakwah berarti maka berarti menghindari hal-hal yang kurang relevan dalam melakukan tugas dakwah.
Al-Hikmah juga sering diartikan sebagai al’adl (keadilan), al-haq (kebenaran),al-ilmu (pengetahuan) terakhir dan nubuwwah (kenabian). Disamping itu, al-Hikmah juga diartikan sebagai menempatkan sesuatu pada porsinya.
Hikmah dalam bahasa Arab berarti kebijaksaan, pandai, adil, lemah lembut, kenabian sesuatu yang mencegah kejahilan dan kerusakan, keilmuan, dan pemaaf. Perkataan hikmah sering kali diterjemahkan dalam pengertian bijaksana yaitu suatu pendekatan hikmah sering kali pihak objek dakwah mampu melaksanakan apa yang didakwah kan atas kemauannya sendiri, tidak ada paksaan, konflik, maupun rasa ketakutan.13
13
Menurut M.Abduh, seperti yang dikutip H.Munzier Suparta, M.A dalam bukunya metode dakwah berpendapat bahwa, hikmah mengetahui rahasia dan faedah didalam tiap-tiap hal. Hikmah juga digunakan alam arti ucapan yang sedikit lafadz akan tetapi banyak makna ataupun diartikan meletakan sesuatu pada tempat atau semestinya.
Dalam bahasa komunikasi, hikmah ini menyangkut situasi total yang mempengaruhi sikap pihak komunikan. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa apa yang disebut dengan bil hikmah itu merupakan suatu metode pendekatan komunikasi yang yang dilakukan atas dasar persuasif.14
Jadi, perkataan hikmah (kebijaksaan) itu bukan saja dengan ucapan mulut, melainkan termasuk juga tindakan, perbuatan, dan keyakinan, serta peletakan sesuatu pada tempatnya.
Sebagai metode dakwah, al-hikmah dartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, menarik perhatian kepada agama atau tuhan. Ibnu Qoyim dalam bukunya At-Tafsirul Qoyyim berpendapat bahwa pengertian hikmah yang paling tepat adalah yang seperti dilakukan oleh mujahid dan malik yang mendefinisikan bahwa hikmah adalah pengetahuan tentang kebenaran dan pengalamannya, ketepatan dalam perkataan dan kebenarannya. Hal ini tidak dapat dicapai kecuali dengan memahami al-Quran, mendalami Syariat-syariat Islam serta hakikat iman.15
14
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaya Media Pratama,1997), cet ke 1, h
43.
15
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa al-hikmah adalah merupakan kemampuan da’i dalam memilih dan menyelaraskan teknik dakwah dengn kondisi objektif mad’u.disamping itu juga a l-hikmah merupakankemampuan da’i dalam menjelaskan doktrin-doktrin Islam serta realitas yang ada dengan argumentasi yang logis dan bahasa yang komunikatif. Oleh karena itu, al-hikmah adalah sebagai sebuah sistem yang menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam berdakwah.
Sebagai contoh hikmah dalam dakwah, didalam dunia dakwah adalah penentu sukses tidaknya dakwah. Dalam mengahadapi mad’u yang beragam tingkat pendidikannya, stara social, dan latar budaya, para da’i memerlukan hikmah, sehingga ajaran Islam mampu masuk dalam ruang hati para mad’u dengan tepat. Oleh karena itu, para da’i dituntut untuk mampu mengerti dan memahami sekaligus memanfaaatkan latar belakangnya, sehingga ide-ide yang dterima dirasakan sebagai sesuatu yang menyentuh dan menyejukan qalbunya.
Ada saatnya diamnya da’i mejadi efektif dan berbcara menjadi wacana, tetapi disaat lain menjadi sebaliknya, diam malah mendatangkan bahaya besar dan berbicara mendatangkan hasil yang gemilang. Kemampuan da’i menempatkan dirinya, kapan harus berbicara dan kapan harus memilih diam, juga adalah hikmah yang menetukan keberhasilan dakwah.
b. Metode Mau’idzatil Hasanah (nasihat yang baik)
Terminologi mau’idzhah hasanah dalam perspektif Islam sangat popular, bahkan dalam acara seremonial seperti maulid nabi dan
isra mi’raj, istilah mau’idzhah hasanah mendapat porsi khusus dengan sebutan “acara yang ditunggu-tunggu” yang merupakan inti acara dan biasanya menjad salah satu target keberhasilan sebuah acara dijelaskan pengertian mau’idzhah hasanah.
Secara bahasa, mau’idzhah hasanah terdiri dari dua kata, mu’izhah dan hasanah. Kata mu’izhah berasal dari wa’adza-ya’idzu
wa’idzatun yang berarti: Nasihat, Bimbingan, Pendidikan, dan
Peringatan, sementar Hasanah merupakan kebalikan dari sayyi’ah yang artinya kebaikan lawannya kejelekan.16
Adapun pengertian secara istilah, ada beberapa pendapat antara lain :
1) Menurut Iman Abdullah bin Ahmad an-Nasafi yang dikutuf oleh Hasanudin adalah “perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasehat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan al-Qura’an”17 2) Menurut Abd. Hamid al-Bilali al-mau’izhah al-Hasanah
merupakan salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak kejalan Allah dengan memberikan nasehat atau menbimbing dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik.
Mau’izhah Hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur bimbungan, pendidikan, pengajaran, kisah0kisah, berita gembira, peringatan, pesan-pesan positif (wasiat) yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.
16
Lois M, Munjidfial-laughah wa A’lam (Beiut : Dar Fikr. 1986) h. 907
17
Al-Mau’idzatil Hasanah artinya memberi nasehat pada orang lain dengan cara yang baik, berupa petunjuk-petunjuk kearah kebaikan dengan bahasa yang baik yang dapat mengubah hati.18
Dengan rela hati atas kesadaran dapat mengikuti ajaran yang di sampaikan oleh pihak subjek dakwah. Nasehat biasanya dilakukan oleh orang yang levelnya lebih tinggi kepada orang yang lebih rendah, baik tingkat umur maupun pengaruh, misalnya nasihat orang tua kepada anaknya. Mau’izhah Hasanah dalam bentuk bimbingan, pendidikan dan pengajaran ini seringkali digunakan dalam bentuk kelembagaan (instisisi) formal maupun non formal, misalnya ; mau’zhah nabi kepada umatnya, guru kepada muridnya, kya’i kepada istrinya.
Jadi, kalau kita telusuri kesimpulan Mau’izhah Hasanah, akan mengandung arti kata-kata yang masuk kedalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan kedalam dengan perasaan yang penuh kelembutan, tidak membongkar kesalahan orang lain sebab kelemahan kelembutan dalam menasehati seringkali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakan kalbu yang liar, ia lebih mudah melahirkan kebaikan dari pada larangan dan ancaman.
c. Metode Al-Mujadalah Billati Hiya Ahsan (berdebat, berdiskusi)
Yaitu metode dakwah yang dilakukan dengan cara berdebat atau bertukar pikiran. Bertukar pikiran disini dapat dilakukan dengan berbagai bentuk dialog, diskusi, seminar, dan lain-lain. Dengan tujuan satu sama lain mengerti serta mempelajari ajaran-ajaran yang satu dan
18
lainnya secara luas untuk menghapus sifat sombong kepada ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.19
Dari ketiga kondisi diatas dapat disesuaikan dengan kondisi dan tingkat pemahaman masing-masing jamaahnya, dan bahkan implikasinya yang lebih parah akan semakin menjauhkan mereka pada ajaran agama. Metode dakwah juga bukanlah satu-satunya kunci kesuksesan akan tetapi keberhasilan dakwah ditunjang dari seperangkat syarat baik pribadi da’i, sebagai subjek dakwah maupun lainnya.