• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Universiti Sains Malaysia Kampus Kejuruteraan, ibong Tebal, Pulau Pinang Tentang Penggunaan Antibiotik Pada Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Universiti Sains Malaysia Kampus Kejuruteraan, ibong Tebal, Pulau Pinang Tentang Penggunaan Antibiotik Pada Tahun 2011"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Universiti Sains Malaysia Kampus Kejuruteraan, ibong Tebal, Pulau Pinang Tentang Penggunaan

Antibiotik Pada Tahun 2011

Oleh :

AMA : HARDIA A BI TI HAMZAH IM : 080100299

FAKULTAS KEDOKTERA U IVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PE GESAHA

Judul : Tingkat Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Universiti Sains Malaysia Kampus Kejuruteraan, ibong Tebal, Pulau Pinang Tentang Penggunaan Antibiotik Pada Tahun 2011

ama : Hardiana binti Hamzah IM : 080100299

Pembimbing Penguji

(dr. Juliandi Harahap, MA) (Prof. Dr. Aznan Lelo, PhD, SpFK) IP: 197007021998021001 IP: 195112021979021001

(dr. Yahwardiah Siregar, PhD)

IP: 195508071985032001

Medan, Desember 2011 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(3)

ABSTRAK

Pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap penggunaan antibiotik adalah terbatas. Ini menyebabkan berlakunya masalah dalam penggunaan antibiotik yang benar yang seterusnya dapat menyebabkan berlakunya resistensi antibiotik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa Universiti Sains Malaysia Kampus Kejuruteraan Nibong Tebal Pulau Pinang tentang penggunaan antibiotik. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik accidental sampling. Dalam penelitian ini, kuesioner tentang penggunaan antibiotik telah diberikan kepada 100 orang mahasiswa yang sedang aktif mengikuti program ijazah daripada enam fakulti dari Kampus Kejuruteraan dan semuanya mengembalikan kuesioner yang telah siap dijawab.

Daripada 100 orang, sebanyak 84% daripada mahasiswa mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang penggunaan antibiotik. Namun begitu, pengetahuan mahasiswa tentang efek samping akibat penggunaan dosis berlebihan didapati kurang karena hanya 33% yang menjawab dengan benar. Sebanyak 57% mempunyai sikap yang baik. Terdapat kekurangan pada sikap mahasiswa tentang indikasi antibiotik dan masih ramai yang bersikap bahwa meminta antibiotik daripada dokter adalah wajar walaupun dokter tidak memberikannya.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mahasiswa USM Kampus Kejuruteraan Nibong Tebal Pulau Pinang mempunyai pengetahuan yang tinggi dan sikap yang baik. Edukasi tentang penggunaan antibiotik yang benar harus diberikan supaya persepsi masyarakat yang salah tentang antibiotik dapat dibetulkan.

(4)

ABSTRACT

The knowledge and attitude of general public about the correct use of antibiotics is limited. This contributes to the problem of inappropriate antibiotic use leading to antibiotic resistance.

The aim of this research is to assess knowledge and attitude among students of Universiti Sains Malaysia, Kampus Kejuruteraan !ibong Tebal, Pulau Pinang about antibiotic usage. This is a descriptive research method with a Cross Sectional Approach and the sample withdrawal is done by using accidental sampling technique. In this study, a questionnaire about antibiotic usage was given to 100 students of degree program from six faculties of Engineering Campus and all returned completed questionnaire.

Of the 100 participants, 84 % shows high level of knowledge regarding antibiotic usage. However, student knowledge on side effects of overdose antibiotic usage shows deficit because only 33% answer correctly. Only 57% of these students have good attitude. There are deficit regarding indication of antibiotic and expectation of receiving antibiotic.

From the results mentioned above, we can conclude that students of USM Kampus Kejuruteraan !ibong Tebal Pulau Pinang have high level of knowledge and good attitude. In addition, education on correct use of antibiotic should be given so that public misperception about antibiotic can be correct.

Key words : knowledge and attitude, student, antibiotic

(5)

KATA PE GA TAR

Assalamualaikum,

Segala puji dan syukur ke hadrat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya serta di atas izinNya, saya telah berjaya menyelesaikan penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Universiti Sains Malaysia (USM), Kampus Kejuruteraan, Nibong Tebal, Pulau Pinang Tentang Penggunaan Antibiotik Pada Tahun 2011” dengan jayanya.

Terima kasih diucapkan kepada dosen pembimbing saya, dr. Juliandi Harahap, MA, pihak Universiti Sains Malaysia, Kampus Kejuruteraan Nibong Tebal, Pulau Pinang dan dosen8dosen yang lain di atas bimbingan dan tunjuk ajar yang telah diberikan. Tidak dilupakan juga kepada teman8teman dan kedua ibu bapa saya yang telah memberikan sokongan dan dukungan.

Selain itu, terima kasih juga diucapkan kepada semua pihak yang telah membantu sama ada yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Semoga bantuan yang telah kalian berikan akan mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Akhir kata, saya berharap penelitian ini dapat member manfaat kepada semua pihak.

Pulau Pinang, 12 Disember 2011

Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PE GESAHA ... ABSTRAK... ABSTRACT...

KATA PE GA TAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRA ...

BAB 1 PE DAHULUA ... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 1.3. Tujuan Penelitian ... 1.3.1. Tujuan Umum... 1.3.2. Tujuan Khusus... 1.4. Manfaat Penelitian... 3

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA... 4 2.1. Antibiotik...

2.1.1. Definisi... 4 2.1.2. Aktivitas dan Spektrum... 4 2.1.3. Mekanisme Kerja... 4 2.1.4. Golongan Antibiotik...

2.1.5. Penggunaan Antibiotik yang Benar... 8 2.1.6. Resistensi Antibiotik... 8 2.2. Pengetahuan...

2.2.1. Pengertian... 9 2.2.2. Tingkat Pengetahuan...

(7)

2.3.Sikap... 2.3.1. Pengertian... 2.3.2. Tingkatan Sikap... 2.3.3. Pengukuran Tingkatan Sikap...

2.4. Mahasiswa dan Penggunaan Antibiotik...

BAB 3 KERA GKA KO SEP DA DEFI ISI... OPERASIO AL

3.1. Kerangka Konsep... 3.2.Definisi Operasional ………... 3.2.1. Pengetahuan... 3.2.2. Sikap...

BAB 4 METODE PE ELITIA ... 4.1. Jenis Penelitian………... 4.2. Waktu dan Tempat Peneliti…... 4.3. Populasi dan Sampel…... 4.4. Teknik dan Pengumpulan Data...

4.4.1. Data Primer... 4.4.2. Data Sekunder ……... ... 4.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas………... 4.5. Pengolahan dan Analisa Data...

BAB 5 HASIL PE ELITIA DA PEMBAHASA ... 5.1. Hasil Penelitian... 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden... 5.2. Pengetahuan... 5.2.1. Tingkat Pengetahuan... 5.2.2. Pengertian Antibiotik... 5.2.3. Indikasi Penggunaan Antibiotik...

(8)

5.2.4. Cara Penggunaan Antibiotik... 5.2.5. Cara Antibiotik Diperoleh... 5.2.6. Efek Samping Penggunaan Antibiotik... 5.2.7. Resistensi Antibiotik... 5.3. Sikap... 5.3.1. Tingkat Sikap... 5.3.2. Indikasi Antibiotik... 5.3.3. Cara Penggunaan Antibiotik... 5.3.4. Efek Samping...

5.3.5. Resistensi Antibiotik...

BAB 6 KESIMPULA DA SARA ... 6.1. Kesimpulan... 6.2. Saran...

DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRA

25 28 28 29 31 32 34 36 36 36

38 38 40

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 Hasil Uji Validitas dan Realiabilitas 21 Untuk Tiap Pertanyaan Dalam Kuesioner

5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis 22 Kelamin Dan Umur

5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan 23

5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tenatng 24 Pengertian Antibiotik

5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang 25 Indikasi Antibiotik

5.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang 26 Antibiotik yang Tidak Habis Digunakan

5.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang 26 Lama Penggunaan

5.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang 27 Perkongsian Antibiotik

(10)

5.9 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang 28 Akibat Penggunaan Antibiotik yang

Berlebihan

5.10 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang 29 Pengertian Resistensi Antibiotik

5.11 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang 30 Sebab Resistensi Antibiotik

5.12 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang 31 Pencegahan Resistensi Antibiotik

5.13 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan 32 Sikap

5.14 Distribusi Frekuensi Sikap Tentang Indikas i 32 Antibiotik

5.15 Distribusi Frekuensi Sikap Tentang Cara 34 Penggunaan Antibiotik

5.16 Distribusi Frekuensi Sikap Tentang Efek 36 Samping Penggunaan Antibiotik

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

ABSTRAK

Pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap penggunaan antibiotik adalah terbatas. Ini menyebabkan berlakunya masalah dalam penggunaan antibiotik yang benar yang seterusnya dapat menyebabkan berlakunya resistensi antibiotik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa Universiti Sains Malaysia Kampus Kejuruteraan Nibong Tebal Pulau Pinang tentang penggunaan antibiotik. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik accidental sampling. Dalam penelitian ini, kuesioner tentang penggunaan antibiotik telah diberikan kepada 100 orang mahasiswa yang sedang aktif mengikuti program ijazah daripada enam fakulti dari Kampus Kejuruteraan dan semuanya mengembalikan kuesioner yang telah siap dijawab.

Daripada 100 orang, sebanyak 84% daripada mahasiswa mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang penggunaan antibiotik. Namun begitu, pengetahuan mahasiswa tentang efek samping akibat penggunaan dosis berlebihan didapati kurang karena hanya 33% yang menjawab dengan benar. Sebanyak 57% mempunyai sikap yang baik. Terdapat kekurangan pada sikap mahasiswa tentang indikasi antibiotik dan masih ramai yang bersikap bahwa meminta antibiotik daripada dokter adalah wajar walaupun dokter tidak memberikannya.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mahasiswa USM Kampus Kejuruteraan Nibong Tebal Pulau Pinang mempunyai pengetahuan yang tinggi dan sikap yang baik. Edukasi tentang penggunaan antibiotik yang benar harus diberikan supaya persepsi masyarakat yang salah tentang antibiotik dapat dibetulkan.

(13)

ABSTRACT

The knowledge and attitude of general public about the correct use of antibiotics is limited. This contributes to the problem of inappropriate antibiotic use leading to antibiotic resistance.

The aim of this research is to assess knowledge and attitude among students of Universiti Sains Malaysia, Kampus Kejuruteraan !ibong Tebal, Pulau Pinang about antibiotic usage. This is a descriptive research method with a Cross Sectional Approach and the sample withdrawal is done by using accidental sampling technique. In this study, a questionnaire about antibiotic usage was given to 100 students of degree program from six faculties of Engineering Campus and all returned completed questionnaire.

Of the 100 participants, 84 % shows high level of knowledge regarding antibiotic usage. However, student knowledge on side effects of overdose antibiotic usage shows deficit because only 33% answer correctly. Only 57% of these students have good attitude. There are deficit regarding indication of antibiotic and expectation of receiving antibiotic.

From the results mentioned above, we can conclude that students of USM Kampus Kejuruteraan !ibong Tebal Pulau Pinang have high level of knowledge and good attitude. In addition, education on correct use of antibiotic should be given so that public misperception about antibiotic can be correct.

Key words : knowledge and attitude, student, antibiotic

(14)

BAB 1 PE DAHULUA

1.1. Latar belakang

Pada tahun 1927, Alexander Fleming telah menemukan antibiotik yang pertama yaitu penisilin yang kemudian digunakan secara umum pada tahun 1940 (Gaash, 2008). Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain (Gunawan, Setiabudy, Nafrialdi, Elysabeth, 2007). Mengikut Malaysian Statistics on Medicine (2007), antibiotik merupakan anti infeksi yang paling sering dipreskripsi oleh badan kesehatan di Malaysia dengan peningkatan paling besar yaitu sebanyak 89% dari tahun 2006 hingga 2007 (Sim et al., 2010).

Di Malaysia, Biro Pengawalan Farmaseutikal Kebangsaan telah ditubuhkan pada tahun 1978 untuk memastikan kualiti, keberkesanan serta keselamatan produk farmaseutikal yang dikeluarkan dan antibiotik tergolong dalam obat yang harus dipreskripsi (Biro Pengawalan Farmaseutikal Kebangsaan, 2011). Namun begitu, masih banyak kasus penyalahgunaan antibiotik terjadi yang seterusnya menyebabkan berlakunya resistensi antibiotik. Ini bermakna antibiotik tidak lagi berkesan terhadap penyakit atau kelompok penyakit tertentu yang belaku dalam sesuatu kawasan. Resistensi antibiotik semakin menjadi masalah yang besar di Malaysia. Sebagai contoh, dari tahun 2007 hingga 2008, terdapat peningkatan dari 2,161 kasus bakteremia (adanya bakteri di dalam darah) menjadi 2,389 kasus disebabkan Staphylococcus aureus (Clegg, 2010).

(15)

Selain itu, penelitian secara observasi telah dilakukan di Master skill University College of Health Sciences, Selangor Darul Ehsan, Malaysia untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa keperawatan tentang antibiotik yang meliputi pengetahuan umum, golongan, efek samping dan kontraindikasi. Didapati 96,3% mahasiswa bersetuju kesadaran tentang penggunaan antibiotik adalah penting, 75,6% percaya antibiotik dapat mengobati sesuatu jenis penyakit, 68,8% memahami bahwa penggunaan antibiotik untuk melawan infeksi, 57,5% tahu bahwa penisilin merupakan antibiotik yang pertama dan hanya 25,6% memahami bahwa antibiotik tidak perlu diberikan pada penyakit yang ringan. Sebanyak 75% mahasiswa memahami bahwa kontraindikasi diperlukan untuk pemilihan antibiotik manakala 31% mengetahui kewujudan efek samping akibat penggunaan antibiotik berlebihan. Sebanyak 73,8% mahasiswa mempunyai pengetahuan yang baik tentang golongan antibiotik yaitu spektrum luas dan sempit manakala 42,5% hanya mengetahui jumlah total golongan antibiotik. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan mahasiswa keperawatan masih kurang (Kumar, Santhosh, Gulzar, Naveen, 2011).

Penelitian mengenai penggunaan antibiotik di kalangan mahasiswa di Malaysia masih sedikit maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengetahuan dan sikap mereka terhadap penggunaan antibiotik supaya kasus resistensi antibiotik tidak semakin memburuk.

1.2. Rumusan masalah

Bagaimanakah tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa Universiti Sains Malaysia Kampus Kejuruteraan, Nibong Tebal, Pulau Pinang tentang penggunaan antibiotik pada tahun 2011?

1.3. Tujuan penelitian 1.3.1. Tujuan umum

(16)

1.3.2. Tujuan khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengetahuan tentang pengertian, indikasi, cara penggunaan, cara diperoleh , efek samping dan resistensi antibiotik pada mahasiswa Universiti Sains Malaysia Kampus Kejuruteraan, Nibong Tebal, Pulau Pinang pada tahun 2011.

2. Mengetahui sikap tentang indikasi, cara penggunaan, efek samping dan resistensi antibiotik pada mahasiswa Universiti Sains Malaysia Kampus Kejuruteraan, Nibong Tebal, Pulau Pinang pada tahun 2011.

1.4. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk

1. Klinik kesehatan di Universiti Sains Malaysia Kampus Kejuruteraan, Nibong Tebal, Pulau Pinang sebagai bahan informasi tentang pengetahuan dan sikap mahasiswa terhadap penggunaan antibiotik.

2. Fakultas farmasi di Universiti Sains Malaysia sebagai bahan informasi tentang pengetahuan dan sikap mahasiswa terhadap penggunaan antibiotik.

(17)

BAB 2

TI JAUA PUSTAKA

2.1. Antibiotik 2.1.1. Definisi

Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain (Gunawan, Setiabudy, Nafrialdi, Elysabeth, 2007).

2.1.2. Aktivitas dan spektrum

Antibiotik mempunyai aktivitas spektrum sempit dan luas. Antibiotik spektrum yang luas aktif terhadap banyak spesies bakteri manakala antibiotik spektrum sempit hanya aktif terhadap satu atau beberapa bakteri (Dawson, Taylor, Reide, 2002). Antibiotik spektrum sempit seperti penisilin8G, eritromisin dan klindamisin hanya bekerja terhadap bakteri gram positif manakala streptomisin, gentamisin dan asam nalidiksat khusus aktif terhadap bakteri gram negatif. Antibiotik spektrum luas seperti sulfonamida, ampisilin dan sefalosporin bekerja terhadap lebih banyak bakteri gram positif maupun gram negatif (Tan, Rahardja, 2007).

2.1.3. Mekanisme kerja

Antibiotik menghambat mikroba melalui mekanisme yang berbeda yaitu (1) mengganggu metabolisme sel mikroba; (2) menghambat sintesis dinding sel mikroba; (3) mengganggu permeabilitas membran sel mikroba; (4) menghambat sintesis protein sel mikroba; dan (5) menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba.

(18)

Antibiotik yang merusak dinding sel mikroba dengan menghambat sintesis enzim atau inaktivasi enzim, sehingga menyebabkan hilangnya viabilitas dan sering menyebabkan sel lisis meliputi penisilin, sepalosporin, sikloserin, vankomisin, ristosetin dan basitrasin. Antibiotik ini menghambat sintesis dinding sel terutama dengan mengganggu sintesis peptidoglikan.

Obat yang termasuk dalam kelompok yang mengganggu permeabilitas membran sel mikroba ialah polimiksin, golongan polien serta berbagai antimikroba kemoterapeutik umpamanya antiseptic surface active agents. Polimiksin sebagai senyawa ammonium8kauterner dapat merusak membran sel setelah bereaksi dengan fosfat pada fosfolipid membran sel mikroba.

Antibiotik yang menghambat sintesis protein sel mikroba ialah golongan aminoglikosid, makrolid, linkomisin, tetrasiklin dan kloramfenikol. Sel mikroba perlu mensintesis berbagai protein untuk kehidupannya. Penghambatan sintesis protein terjadi dengan berbagai cara. Streptomisin berikatan dengan komponen 30S dan menyebabkan kode pada mRNA salah dibaca oleh tRNA pada waktu sintesis protein. Akibatnya akan terbentuk protein yang abnormal dan nonfungsional bagi sel mikroba. Antibiotik aminoglikosid dan lainnya yaitu gentamisin, kanamisin dan neomisin memiliki mekanisme kerja yang sama namun potensinya berbeda.

(19)

2.1.4. Golongan antibiotik

Menurut Stephens (2011), walaupun terdapat hampir 100 antibiotik namun mayoritasnya terdiri dari beberapa golongan. Golongan8golongan tersebut adalah :

1. Golongan penisilin.

Penisilin merupakan antara antibiotik yang paling efektif dan paling kurang toksik. Penisilin mengganggu reaksi transpeptidasi sintesis dinding sel bakteri. Golongan penisilin dapat terbagi menjadi beberapa kelompok yaitu :

8 Penisilin natural yaitu yang didapat dari jamur Penicillium chrysogenum. Yang termasuk di sini adalah penisilin G dan penisilin V.

8 Penisilin antistafilokokus, termasuk di sini adalah metisilin, oksasilin dan nafsilin. Penggunaan hanya untuk terapi infeksi disebabkan penicillinase3 producing staphylococci.

8 Penisilin dengan spektrum luas yaitu ampisilin dan amoksisilin. Ampisilin dan amoksisilin mempunyai spektrum yang hampir sama dengan penisilin G tetapi lebih efektif terhadap basil gram negatif.

8 Penisilin antipseudomonas yaitu termasuk karbenisilin, tikarsilin dan piperasilin. Ia dipanggil begitu karena aktivitas terhadap Pseudomonas aeruginosa (Harvey, Champe, 2009).

2. Golongan sefalosporin.

Golongan ini hampir sama dengan penisilin oleh karena mempunyai cincin beta laktam. Secara umum aktif terhadap kuman gram positif dan gram negatif, tetapi spektrum anti kuman dari masing8masing antibiotik sangat beragam, terbagi menjadi 3 kelompok, yakni:

8 Generasi pertama bertindak sebagai subtitut penisilin G. Termasuk di sini misalnya sefalotin, sefaleksin, sefazolin, sefradin. Generasi pertama kurang aktif terhadap kuman gram negatif.

(20)

8 Generasi ketiga lebih aktif lagi terhadap kuman gram negatif, termasuk Enterobacteriaceae dan kadang8kadang peudomonas. Termasuk di sini adalah sefoksitin (termasuk suatu antibiotik sefamisin), sefotaksim dan moksalatam.

8 Generasi keempat adalah terdiri dari cefepime. Cefepime mempunyai spektrum antibakteri yang luas yaitu aktif terhadap streptococci dan staphylococci (Harvey, Champe, 2009).

3. Golongan tetrasiklin

Tetrasiklin merupakan antibiotik spektrum luas yang bersifat bakteriostatik yang menghambat sintesis protein. Golongan ini aktif terhadap banyak bakteri gram positif dan gram negatif. Tetrasiklin merupakan obat pilihan bagi infeksi Mycoplasma pneumonia, chlamydiae dan rickettsiae. Tetrasiklin diabsorpsi di usus halus dan berikatan dengan serum protein. Tetrasiklin didistribusi ke jaringan dan cairan tubuh yang kemudian diekskresi melalui urin dan empedu (Katzung, 2007).

4. Golongan aminoglikosida

Aminoglikosida termasuk streptomisin, neomisin, kanamisin dan gentamisin. Golongan ini digunakan untuk bakteri gram negatif enterik. Aminoglikosida merupakan penghambat sintesis protein yang ireversibel (Katzung, 2007).

5. Golongan makrolida

Golongan makrolida hampir sama dengan penisilin dalam hal spektrum antikuman, sehingga merupakan alternatif untuk pasien8pasien yang alergi penisilin. Bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Antara obat dalam golongan ini adalah eritromisin. Eritromisin efektif terhadap bakteri gram positif (Katzung, 2007).

(21)

Sulfonamida menghambat bakteri gram positif dan gram negatif. Trimetropim menghambat asam dihidrofolik reduktase bakteri. Kombinasi sulfamektoksazol dan trimetoprim untuk infeksi saluran kencing, salmonelosis dan prostatitis (Katzung, 2007).

7. Golonganflurokuinolon

Flurokuinolon merupakan golongan antibiotik yang terbaru. Antibiotik yang termasuk dalam golongan ini adalah ciprofloksasin (emedicineheath, 2011).

2.1.5. Penggunaan antibiotik yang benar

Antibiotik hanya dapat digunakan untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan bakteri dan tidak bermanfaat untuk mengobati penyakit akibat virus seperti flu atau batuk. Antibiotik harus diambil dengan preskripsi dokter. Dosis dan lama penggunaan yang ditetapkan harus dipatuhi walaupun telah merasa sihat. Selain itu, antibiotik tidak boleh disimpan untuk kegunaan penyakit lain pada masa akan datang dan tidak boleh dikongsi bersama orang lain walaupun gejala penyakit adalah sama (Centers for Disease Control and Prevention, 2010).

Antibiotik yang dipreskripsi hanya boleh digunakan bagi penyakit berjangkit yang dialami pada masa itu sahaja. Antibiotik hanya berkesan jika diambil seperti yang telah disarankan oleh dokter atau ahli farmasi. Antibiotik juga dapat menyebabkan keracunan, jadi jangan makan berlebihan dan semua kandungan obat lama atau yang tidak diperlukan harus dibuang. Selain itu, pasien harus berjumpa dokter atau ahli farmasi dengan segera jika mengalami efek samping semasa mengambil antibiotik (Ibrahim, 1996).

2.1.6. Resistensi antibiotik

(22)

Menurut !ational Institute of Allergy and Infectious Disease (2011), penyebab terjadinya resistensi antibiotik adalah mutasi genetik dan transfer genetika mikroba, sehingga menjadi lebih kebal terhadap antibiotik; penggunaan antibiotik yang tidak sesuai jangka terapi yang dianjurkan yaitu kurang dari lima hari; diagnosis yang kurang tepat sehingga antibiotik yang diberikan kurang tepat; meningkatnya penggunaan antibiotik di rumah sakit dan kecenderungan antibiotik yang dibeli bebas atau tanpa resep dokter.

Resistensi antibiotik menyebabkan infeksi yang sering menjadi sulit untuk diobati dan dapat membahayakan nyawa serta pasien yang terinfeksi memerlukan terapi yang lebih lama dan mahal.Sudah banyak ditemukan beberapa kuman yang resisten atau kebal terhadap antibiotik di seluruh dunia. Misalnya kasus yang paling populer adalah bakteri Staphylococcus aureus menjadi resisten terhadap antibiotik seperti methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) yang dapat memberi efek kepada individu di hospital maupun masyarakat dan semestinya susah untuk dirawat dengan efektif (Hildreth, Burke, Glass, 2009).

Di Malaysia, resistensi antibiotik semakin menjadi masalah yang besar. Sebagai contoh, dari tahun 2007 hingga 2008, terdapat peningkatan dari 2,161 kasus bakteremia (adanya bakteri di dalam darah) menjadi 2,389 kasus disebabkan Staphylococcus aureus. Bakteri multi3resistant yang lain termasuk Klebsiella pneumonia, Escherica coli, Enterococcus dan Acentobacter. Malaysia telah mengeluarkan !ational Antibiotic Guideline yang menyatakan aturan8aturan yang harus diikuti oleh hospital dalam usaha untuk menurunkan resistensi antibiotik (Clegg, 2010).

2.2. Pengetahuan 2.2.1. Pengertian

(23)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1979) pengetahuan adalah hal8 hal yang mengenai sesuatu, segala apa yang diketahui, kepandaian.

Sedangkan menurut Mundiri (2001) dalam Rahman (2003) pengetahuan adalah hasil dari aktivitas mengetahui, yakni tersingkapnya suatu kenyataan ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

2.2.2. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yakni :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang telah diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen8komponen. Tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian8bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

(24)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk meletakkan penilaian terhadap satu materi atau objek. Menurut Notoatmodjo (2007), belajar adalah mengambil tanggapan8tanggapan dan menghubungkan tanggapantanggapan dengan mengulang8ulang. Tanggapan8tanggapan tersebut diperoleh melalui pemberian stimulus atau rangsangan8 rangsangan. Makin banyak dan sering diberikan stimulus maka memperkaya tanggapan pada subjek belajar.

2.2.3. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara langsung atau dengan angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari responden atau subjek penelitian. Kedalaman pengetahuan responden yang ingin diukur atau diketahui, dapat disesuaikan dengan tingkat pengetahuan dari responden.

2.3. Sikap 2.3.1. Pengertian

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Newcomb salah seorang ahli psikologi social menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

2.3.2. Tingkatan Sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu : a) Menerima (receiving)

(25)

b) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah indikasi dari suatu sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, beerti orang menerima ide tersebut.

c) Menghargai (valueing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ketiga.

d) Bertanggungjawab (responsible)

Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.3.3. Pengukuran Tingkatan Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dilakukan dengan pertanyaan8pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (Notoatmodjo, 2007).

2.4. Mahasiswa dan Penggunaan Antibiotik

Satu penelitian cross sectional telah dilakukan di Universiti Sains Malaysia untuk mengetahui prevalensi, sikap dan tindakan mahasiswa tentang penyimpanan dan pengobatan sendiri mendapati bahawa prevalensi penyimpanan obat8obatan yang tidak digunakan dan sikap tentang pengobatan sendiri adalah tinggi. Antara obat yang disimpan untuk pengobatan sendiri termasuk antibiotik (Ali, Ibrahim, Palaian, 2010).

(26)

B, mahasiswa dari fakultas lain sebanyak 44,9% memulakan penggunaan antibiotik dengan sendiri apabila mereka sakit, namun begitu sebanyak 89,1% dari kedua kelompok bersetuju penggunaan antibiotik harus dengan preskripsi dokter. Sebanyak 11,7% dari kelompok A dan 27,3% dari kelompok B didapati menggunakan antibiotik yang sama yaitu yang dipreskripsi oleh dokter sebelumnya. Kesimpulannya, didapati penggunaan antibiotik adalah tidak rasional di kalangan mahasiswa (Buke et al., 2005).

Satu penelitian secara observasi selama tiga minggu telah dilakukan di Master skill University College of Health Sciences, Selangor Darul Ehsan, Malaysia untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa keperawatan tentang antibiotik yang meliputi pengetahuan umum, golongan, efek samping dan kontraindikasi. Didapati 96,3% mahasiswa bersetuju kesadaran tentang penggunaan antibiotik adalah penting, 75,6% percaya antibiotik dapat mengobati sesuatu jenis penyakit, 68,8% memahami bahwa penggunaan antibiotik untuk melawan infeksi, 57,5% tahu bahwa penisilin merupakan antibiotik yang pertama dan hanya 25,6% memahami bahwa antibiotik tidak perlu diberikan pada penyakit yang ringan. Sebanyak 75% mahasiswa memahami bahwa kontraindikasi diperlukan untuk pemilihan antibiotik manakala 31% mengetahui kewujudan efek samping akibat penggunaan antibiotik berlebihan. Sebanyak 73,8% mahasiswa mempunyai pengetahuan yang baik tentang golongan antibiotik yaitu spektrum luas dan sempit manakala 42,5% hanya mengetahui jumlah total golongan antibiotik. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan mahasiswa keperawatan masih kurang (Satish, Santhosh, Gulzar, Naveen, 2011).

(27)

teman dan ahli keluarga merupakan individu yang sering mencadangkan penggunaan antibiotik tersebut (Saptoka et al., 2010).

Di Iran, satu penelitian secara cross sectional telah dilakukan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap terhadap pengobatan sendiri menggunakan antibiotik di kalangan mahasiswa kursus perubatan dan bukan perubatan universiti di Ahwaz, Selatan Iran. Pengobatan sendiri dengan antibiotik adalah terdiri dari 42,2% mahasiswa perubatan dan 48% mahasiswa bukan perubatan. Sakit tenggorokan dan flu merupakan indikasi utama untuk pengobatan sendiri dengan antibiotik yaitu sebanyak 73,3% dan amoxicillin merupakan antibiotik yang sering digunakan kedua8dua pihak. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi mahasiswa perubatan dan bukan perubatan terhadap pengobatan sendiri menggunakan antibiotik adalah tinggi (Sarahroodi, Arzi, Sawalha, Ashtarinezhad, 2010).

Penelitian secara deskriptif cross sectional menggunakan kuesioner telah dilakukan di lima universitas di Khartoum, Sudan. Daripada penelitian, didapati 891 mahasiswa menggunakan antibiotik tanpa preskripsi. Pengobatan sendiri menggunakan antibiotik lebih sering pada mahasiswa dalam usia 21 tahun dan ke atas berbanding yang berusia 20 tahun dan ke bawah. Alasan pengobatan sendiri adalah karena pengalaman lepas yang mempunyai penyakit yang sama. Sumber utama didapat antibiotik adalah dari apotik. Kesimpulannya, pengobatan sendiri menggunakan antibiotik di Sudan adalah tinggi (Awad,Eltayeb, 2007).

(28)

BAB 3

KERA GKA KO SEP PE ELITIA DA DEFI ISI OPERASIO AL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar .1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi operasional

Sampel yang diambil adalah mahasiswa Universiti Sains Malaysia, Nibong Tebal, Pulau Pinang pada tahun 2011. Terdapat beberapa pertanyaan yang telah dijawab oleh responden yang merangkumi pertanyaan tentang pengetahuan dan sikap.

3.2.1 Pengetahuan

Pengetahuan yang digali adalah segala sesuatu tentang antibiotik yang meliputi pengertian, indikasi, cara penggunaan yang tepat, cara diperoleh, efek samping dan resistensi antibiotik. Skala ukur adalah ordinal. Pengetahuan diukur dengan cara angket dan menggunakan alat ukur kuesioner yang dinilai menggunakan jumlah skor. Pertanyaan yang diajukan sebanyak 10 pertanyaan dengan beberapa pilihan jawaban. Total skor adalah sebanyak 20. Penilaian dibagikan kepada 3 kategori yaitu pengetahuan tinggi, sedang dan rendah. Responden yang menjawab dengan :

Pengetahuan

Penggunaan antibiotik

(29)

1. Benar diberi skor 2. 2. Salah diberi skor 1.

Menurut Pratomo (1986), dikategorikan atas tinggi, sedang dan rendah dengan definisi sebagai berikut :

1. Tinggi, apabila skor jawaban responden >75% dari nilai keseluruhan. 75 / 100 X 20 = 15

2. Sedang, apabila skor jawaban responden 40875% dari niai keseluruhan. 40 / 100 X 20 = 8

3. Rendah, apabila skor jawaban responden <40% dari nilai keseluruhan. Maka penilaian terhadap pengetahuan responden yaitu :

1) Skor > 15 : tinggi 2) Skor 88 15 : sedang 3) Skor < 8 : rendah

3.2.2. Sikap

Pertanyaan mengenai sikap meliputi indikasi, cara penggunaan, efek samping dan resistensi antibiotik. Skala ukur adalah ordinal. Sikap diukur menggunakan cara angket menggunakan alat kuesioner yang dinilai dengan menggunakan skala penilaian (rating scale) (Notoatmodjo, 2005). Pertanyaan yang diajukan sebanyak lapan pertanyaan dengan pilihan jawaban terdiri dari sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju dan sangat setuju. Penskoran skala penilaian berjenjang dari skor tertinggi sampai dengan terendah. Jenjang skor untuk skala sikap tertinggi 5 dan terendah 1. Skor sikap diberikan nilai berdasarkan soalan. Total skor adalah sebanyak 40.

Soalan dari nomor 1 hingga 3 diberikan nilai:

(30)

Soalan dari nomor 4 hingga 8 diberikan nilai: 1. 5 apabila responden memilih sangat setuju, 2. 4 apabila responden memilih setuju,

3. 3 apabila responden memilih netral,

4. 2 apabila responden memilih tidak setuju, dan 5. 1 apabila responden memilih sangat tidak setuju.

Penilaian dibagikan kepada 3 kategori yaitu sikap baik, sedang dan kurang. 1. Baik, apabila skor jawaban responden >75% dari nilai keseluruhan.

75 / 100 X 40 = 30

2. Sedang, apabila skor jawaban responden 40875% dari niai keseluruhan. 40 / 100 X 40 = 16

3. Kurang, apabila skor jawaban responden <40% dari nilai keseluruhan. Maka penilaian terhadap sikap responden berdasarkan sistem scoring yaitu :

(31)

BAB 4

METODE PE ELITIA

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei deskriptif secara cross sectional. Penelitian ini dilakukan terhadap sekumpulan objek yang jumlahnya banyak, dalam jangka waktu tertentu untuk membuat gambaran atau deskripsi terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswa terhadap penggunaan antibiotik.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Universiti Sains Malaysia (USM) Kampus Kejuruteraan Nibong Tebal, Pulau Pinang. USM dipilih karena penelitian terdahulu telah menunjukkan sikap tentang penggunaan antibiotik untuk pengobatan sendiri adalah tinggi di kalangan mahasiswa di Malaysia serta didapati pengetahuan mahasiswa tentang penggunaan antibiotik yang benar masih kurang. Tambahan pula, USM merupakan salah satu universiti yang mempunyai jumlah mahasiswa yang banyak. Penelitian ini telah dilaksanakan selama bulan September hingga Oktober 2011.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa kejuruteraan yang masih aktif sebagai mahasiswa USM Kampus Kejuruteraan, Nibong Tebal, Pulau Pinang Program Ijazah Sarjana Muda (Sarjana jenjang studi S1). Jumlah mahasiswa USM Kampus Kejuruteraan, Nibong Tebal, Pulau Pinang pada Program Ijazah Sarjana Muda yang masih aktif adalah 1875 orang mahasiswa (USM , 2011).

(32)

chemical engineering dan mechanical engineering. Menurut Notoatmodjo (2005) rumus yang digunakan untuk perhitungan sampel adalah seperti berikut :

n = N

1 + N ( d2 ) 1875

n =

1 + 1875 ( 0,12 ) = 94, 94 orang ≈ 95 Keterangan :

N = besar populasi n = besar sampel

d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan 90%, jadi d = 0.1

Jumlah sampel minimum yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebanyak 95 orang mahasiswa dan pada penelitian ini sebanyak 100 orang mahasiswa telah terlibat. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik accidental sampling. Pengambilan sampel dilakukan secara subjektif oleh peneliti ditinjau dari segi kemudahan, tempat pengambilan sampel dan jumlah sampel yang akan diambil.

4.4. Teknik Pengumpulan Data 4.4.1. Data primer

Data primer diperoleh melalui angket dengan menggunakan kuesioner pada Universiti Sains Malaysia, Nibong Tebal, Pulau Pinang.

4.4.2. Data sekunder

(33)

4.4.3. Uji validitas dan reliabilitas

Uji coba kuesioner telah dilakukan sebelum digunakan pada subjek penelitian untuk mengetahui validitas dan realibilitas. Uji coba dilakukan terhadap kuesioner pengetahuan dan sikap. Uji tersebut dilakukan terhadap 20 orang responden yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar8benar mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang disusun tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap8tiap item (pertanyaan) dengan skor total kuesioner. Apabila kuesioner telah memiliki validitas konstruk (construct validity), berarti semua item (pertanyaan) yang ada di dalam kuesioner itu mengukur konsep yang nak diukur. Dikatakan valid apabila p < 0,05.

\ Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Perhitungan reliabilitas harus dilakukan hanya pada pertanyaan8pertanyaan yang sudah memiliki validitas. Dikatakan reliable jika nilai coefficient realibilitas alfa › 0,60.

4.5. Pengolahan dan analisa data

(34)

Tabel 4.1. Hasil uji validitas dan reliabilitas untuk tiap pertanyaan dalam kuesioner

Variabel omor Pertanyaaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1 0.801 Valid 0.762 Reliabel

2 0.567

3 0.741

4 0.494

5 0.738

6 0.550

7 0.676

8 0.525

9 0.738

10 0.741

Sikap 1 0.476 Valid 0.740 Reliabel

2 0.516

3 0.701

4 0.529

5 0.478

6 0.635

7 0.659

[image:34.595.109.530.183.619.2]
(35)

BAB 5

HASIL PE ELITIA DA PEMBAHASA 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah diadakan di Universiti Sains Malaysia Kampus Kejuruteraan, Nibong Tebal yang terletak di Pulau Pinang, Malaysia. USM mempunyai tiga kampus yaitu kampus induk di Gelugor, Pulau Pinang, kampus kejuruteraan di Nibong Tebal, Pulau Pinang dan kampus kesehatan di Kubang Kerian, Kelantan. Kampus Kejuruteraan ini menempatkan enam buah pusat pengajian kejuruteraan. Pusat8pusat pengajian itu ialah Pusat Pengajian Kejuruteraan Aeroangkasa, Pusat Pengajian Kejuruteraan Awam, Pusat Pengajian Bahan dan Sumber Mineral, Pusat Pengajian Elektrik & Elektronik, Pusat Pengajian Kimia dan Pusat Pengajian Mekanik. Pusat8pusat pengajian ini menawarkan peluang pendidikan dari peringkat ijazah pertama hingga peringkat doktor falsafah (PhD).

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

[image:35.595.109.515.578.752.2]

Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah sebesar 100 responden yang merupakan mahasiswa Program Ijazah Sarjana Muda (Sarjana jenjang studi S1) dari enam fakultas yang ada di USM Kampus Kejuruteraan Nibong Tebal, Pulau Pinang. Pada penelitian ini karakteristik yang diteliti adalah seperti terlihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur

Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)

Laki8laki 49 49

Perempuan 51 51

Total 100 100

Umur

19 tahun 30 30

20 tahun 34 34

21 tahun 11 11

22 tahun 14 14

23 tahun 5 5

24 tahun 6 6

(36)

Berdasarkan pada tabel di atas diketahui bahawa lebih dari setengah responden yang terpilih adalah perempuan dengan persentase 51% atau 51 orang manakala laki8laki sebanyak 49 orang dengan persentase 49%. Berdasarkan umur, mayoritas responden berusia 20 tahun dengan persentase 34%. Sedangkan usia responden dengan jumlah yang paling kecil adalah 23 tahun atau 5% saja.

5.2. Pengetahuan

Pengetahuan yang diteliti dalam penelitian ini merangkumi tingkat, pengertian, indikasi, cara penggunaan, cara diperoleh, efek samping dan resistensi antibiotik.

5.2.1. Tingkat Pengetahuan

[image:36.595.110.511.418.487.2]

Tingkat pengetahuan mahasiswa USM Kampus Kejuruteraan, Nibong Tebal Pulau Pinang tentang penggunaan antibiotik dapat dilihat pada tabel 5.2. Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persen

Tinggi 84 84

Sedang 16 16

Rendah 0 0

Total 100 100

Berdasarkan tabel di atas, didapati tingkat pengetahuan dengan kategori tinggi mempunyai persentase yang paling besar yaitu 84% sedangkan tingkat pengetahuan dengan kategori sedang sebesar 16% dan tidak ada yang tergolong dalam kategori tingkat pengetahuan rendah.

(37)

Kejuruteraan, Nibong Tebal, Pulau Pinang adalah lebih baik berbanding penelitian yang telah dilakukan pada responden di Hospital Pulau Pinang dan Master skill University College of Health Sciences, Selangor.

5.2.2. Pengertian Antibiotik

[image:37.595.108.507.267.337.2]

Pengetahuan mahasiswa USM Kampus Kejuruteraan Nibong Tebal, Pulau Pinang tentang pengertian antibiotik dapat dilihat pada table 5.3.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Pengertian Antibiotik

Pengertian Frekuensi Persen (%)

Menyembuhkan demam 1 1

Menyembuhkan semua penyakit 0 0

Mengobati infeksi disebabkan bakteri 99 99

Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 99 orang yaitu 99 % menjawab antibiotik adalah obat yang dapat mengobati penyakit infeksi yang disebabkan bakteri manakala 1 orang yaitu 1% menjawab antibiotik adalah obat yang dapat menyembuhkan demam.

(38)

5.2.3. Indikasi Penggunaan Antibiotik

[image:38.595.108.507.186.257.2]

Pengetahuan mahasiswa USM Kampus Kejuruteraan Nibong Tebal, Pulau Pinang tentang indikasi penggunaan antibiotik dapat dilihat pada tabel 5.4

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Indikasi Antibiotik

Kegunaan antibiotik Frekuensi Persen

Demam 67 67

Selesema 20 20

Batuk 9 9

Sakit perut 4 4

Berdasarkan tabel di atas, didapati mayoritas mahasiswa yaitu sebanyak 67 orang (67%) menjawab antibiotik digunakan pada waktu demam manakala minoritas mahasiswa yaitu sebanyak 4 orang (4%) menjawab antibiotik digunakan pada waktu sakit perut.

Menurut CDC 2010, antibiotik hanya dapat digunakan untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan bakteri dan tidak bermanfaat untuk mengobati penyakit akibat virus seperti flu atau batuk. Bagaimanapun, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap mahasiswa di Ege University, Turki pada tahun 2005 didapati mahasiswa menjawab antibiotik lebih banyak digunakan untuk mengobati selesema yaitu sebanyak 83,1% berbanding demam yaitu sebanyak 32,1% (Buke et al., 2005). Ternyata pengetahuan mahasiswa USM Kampus Kejuruteraan, Nibong Tebal, Pulau Pinang tentang indikasi antibiotik yang benar adalah lebih baik berbanding mahasiswa di Turki.

5.2.4. Cara Penggunaan Antibiotik

Pengetahuan mahasiswa USM Kampus Kejuruteraan Nibong Tebal, Pulau Pinang tentang cara penggunaan antibiotik merangkumi tindakan, tempoh dan perkongsian.

(39)

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Antibiotik yang Tidak Habis Digunakan

Tindakan terhadap antibiotik yang tidak habis digunakan

Frekuensi Persen

Simpan dan guna kembali 18 18

Buang 69 69

Beri pada orang lain 3 3

Tidak tahu 10 10

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas mahasiswa yaitu sebanyak 69% menjawab antibiotik yang tidak habis digunakan harus dibuang manakala minoritas yaitu sebanyak 3% menjawab antibiotik harus diberikan pada orang lain jika tidak habis digunakan.

Menurut Ibrahim dari Pusat Racun Negara Malaysia, semua kandungan antibiotik lama atau yang tidak diperlukan harus dibuang (Ibrahim, 1996). Hasil penelitian didapati sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan pada pelajar berumur 17 hingga 19 tahun di Tamil Nadu yang mendapati sebanyak 79,2% mengetahui antibiotik yang tidak habis dimakan tidak boleh disimpan untuk kegunaan pada masa akan datang (Prakasam, Kumar, Ramesh, 2010). Ternyata pengetahuan tentang tindakan terhadap antibiotik yang tidak habis digunakan pada pelajar di Tamil Nadu adalah lebih baik dari pengetahuan mahasiswa USM Kampus Kejuruteraan, Nibong Tebal, Pulau Pinang.

[image:39.595.105.503.142.225.2]

Pengetahuan mahasiswa tentang lama penggunaan antibiotik dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Lama Penggunaan

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas mahasiswa yaitu sebanyak 85 orang (85%) menjawab antibiotik perlu dihabiskan walaupun sudah merasa sehat manakala minoritas mahasiswa yaitu sebanyak seorang (1%) menjawab tidak tahu bahwa antibiotik perlu dihabiskan walaupun setelah merasa sehat.

Tindakan setelah merasa sehat Frekuensi Persen

Perlu menghabiskan antbiotik 85 85

Tidak perlu menghabiskan antibiotik 14 14

[image:39.595.105.513.590.650.2]
(40)

Hal ini karena dosis dan lama penggunaan antibiotik yang ditetapkan harus dipatuhi walaupun telah merasa sehat (CDC, 2010). Hasil penelitian lain yaitu di Tamil Nadu mendapati sebanyak 77.7% pelajar mengetahui penggunaan antibiotik tidak harus dihentikan walaupun sudah merasa sehat (Prakasam, Kumar, Ramesh, 2010). Ternyata dari kedua8dua penelitian didapati pengetahuan mahasiswa USM Kampus Kejuruteraan, Nibong Tebal, Pulau Pinang tentang perlunya menghabiskan antibiotik walaupun telah merasa sehat adalah lebih baik berbanding di Tamil Nadu.

[image:40.595.106.514.351.411.2]

Pengetahuan mahasiswa tentang perkongsian antibiotik dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Perkongsian Antibiotik

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas mahasiswa yaitu sebanyak 69 orang (69%) menjawab antibiotik tidak boleh dikongsi dengan orang lain manakala minoritas mahasiswa yaitu sebanyak 11 orang (11% ) menjawab tidak tahu. Antibiotik tidak boleh dikongsi bersama orang lain walaupun gejala penyakit adalah sama (Centers for Disease Control and Prevention, 2010).

Penelitian lain yang dilakukan pada pelajar sekolah di Tanzania mendapati pengetahuan mereka tentang antibiotik masih kurang karena sebanyak 226 orang (77%) berkongsi antibiotik dengan teman atau saudara mereka (Mwambete, 2009). Ternyata pengetahuan mahasiswa USM Kampus Kejuruteraan, Nibong Tebal, Pulau Pinang tentang perkongsian antibiotik adalah lebih baik berbanding pelajar sekolah di Tanzania.

Berkongsi antibiotik Frekuensi Persen

Boleh dikongsi 20 20

Tidak boleh dikongsi 69 69

(41)

5.2.5. Cara Antibiotik Diperoleh

Pengetahuan mahasiswa USM Kampus Kejuruteraan Nibong Tebal, Pulau Pinang tentang cara antibiotik diperoleh dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Cara Antibiotik Diperoleh

Pembelian antibiotik di farmasi Frekuensi Persen

Dengan resep dokter 64 64

Tanpa resep dokter 21 21

Tidak tahu 15 15

Berdasarkan tabel di atas, didapati mayoritas mahasiswa menjawab bahwa pembelian antibiotik di farmasi harus dengan resep dokter yaitu sebanyak 64% sedangkan minoritas mahasiswa yaitu sebanyak 15% menjawab tidak tahu. Antibiotik hanya berkesan jika diambil seperti yang telah disarankan oleh dokter atau ahli farmasi ( Ibrahim, 1996).

Hal ini bersesuaian dengan satu penelitian yang telah dilakukan di New Zealand pada guru sekolah yang mendapati pengetahuan mereka tentang cara memperoleh antibiotik yang betul adalah baik karena sebanyak 86% menyatakan mendapat antibiotik dengan resep dokter dan hanya 2% mendapatkannya di farmasi tanpa resep dokter ( Norris et al., 2009).

5.2.6. Efek Samping Penggunaan Antibiotik

Pengetahuan mahasiswa USM Kampus Kejuruteraan Nibong Tebal, Pulau Pinang tentang efek samping dari penggunaan antibiotik dapat dilihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Akibat Penggunaan Antibiotik yang Berlebihan

Efek samping akibat dosis berlebihan Frekuensi Persen

Keracunan 33 33

Tidak keracunan 32 32

[image:41.595.112.508.203.261.2] [image:41.595.109.516.622.680.2]
(42)

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas mahasiswa yaitu sebanyak 35 orang (35%) menjawab tidak tahu tentang keracunan sebagai efek samping akibat dosis antibiotik yang berlebihan manakala hanya sebanyak 33 orang (33%) menjawab dengan benar yaitu keracunan merupakan efek samping akibat dosis berlebihan.

Antibiotik tidak boleh dimakan berlebihan karena dapat menyebabkan keracunan (Ibrahim, 1996). Hasil penelitian lain pada mahasiswa keperawatan di Master skill University College of Health Sciences, Selangor Darul Ehsan, Malaysia menunjukkan sebanyak 31% mengetahui kewujudan efek samping akibat penggunaan antibiotik berlebihan (Satish, Santhosh, Gulzar, Naveen, 2011). Ternyata pengetahuan mahasiswa USM Kampus Kejuruteraan, Nibong Tebal, Pulau Pinang dan mahasiswa keperawatan di Master skill University College of Health Sciences, Selangor Darul Ehsan, Malaysia tentang kewujudan efek samping yaitu keracunan akibat dosis antibiotik berlebihan adalah rendah.

5.2.7. Resistensi Antibiotik

Pengetahuan mahasiswa USM Kampus Kejuruteraan Nibong Tebal, Pulau Pinang tentang resistensi antibiotik merangkumi pengertian, sebab dan pencegahan.

[image:42.595.112.504.556.617.2]

Pengetahuan mahasiswa tentang pengertian resistensi antibiotik dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Pengertian Resistensi Antibiotik

Pengertian resistensi antibiotik Frekuensi Persen

Kuman menjadi kebal 80 80

Semua kuman telah berjaya dibunuh 9 9

Tidak tahu 11 11

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas mahasiswa yaitu sebanyak 80 orang (80%) menjawab dengan benar yaitu resistensi antibiotik adalah apabila kuman menjadi kebal terhadap antibiotik. Sedangkan minoritas mahasiwa yaitu sebanyak 9 orang (9%) menjawab tidak tahu akan erti resistensi antibiotik.

(43)

(Gunawan, Setiabudy, Nafrialdi, Elysabeth, 2007). Ternyata dari penelitian didapati pengetahuan mahasiswa USM Kampus Kejuruteraan, Nibong Tebal, Pulau Pinang tentang erti resistensi antibiotik adalah baik.

Pengetahuan mahasiswa tentang sebab berlakunya resistensi antibiotik dapat dilihat pada tabel 5.11.

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Sebab Resistensi Antibiotik

Penggunaan antibiotik tidak benar Frekuensi Persen

Terjadi resistensi antibiotik 60 60

Tidak terjadi resistensi antibiotik 14 14

Tidak tahu 26 26

Berdasarkan tabel di atas,mayoritas mahasiswa yaitu sebanyak 60 orang (60%) menjawab dengan benar bahwa penggunaan antibiotik yang tidak benar dapat menyebabkan resistensi antibiotik manakala sebanyak 14 orang (14%) menyatakan tidak terjadi resistensi antibiotik akibat penggunaan antibiotik yang tidak benar.

[image:43.595.110.517.266.329.2]
(44)
[image:44.595.112.516.183.263.2]

Pengetahuan mahasiswa tentang langkah pencegahan resistensi antibiotik dapat dilihat pada tabel 5.12.

Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Pencegahan Resistensi Antibiotik

Langkah pencegahan Frekuensi Persen

Habiskan sesuai arahan dokter 81 81

Hentikan pengambilan bila sehat 10 10

Berkongsi 1 1

Tidak tahu 8 8

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas mahasiswa yaitu sebanyak 81 orang (81%) menjawab antibiotik harus dihabiskan sesuai arahan dokter untuk mencegah terjadi resistensi antibiotik manakala minoritas mahasiswa yaitu sebanyak seorang (1%) menjawab antibiotik harus dikongsi untuk mencegah terjadi resistensi antibiotik.

Antibiotik harus diambil hanya dengan preskripsi dokter, tidak boleh dikongsi, tidak boleh menggunakan antibiotik yang diprekripsi untuk orang lain dan arahan serta lama penggunaan harus dipatuhi walaupun setelah merasa sehat bagi mencegah terjadinya resistensi antibiotik (JAMA, 2009). Ternyata mahasiswa USM Kampus Kejuruteraan, Nibong Tebal, Pulau Pinang mempunyai pengetahuan yang baik tentang pencegahan resistensi antibiotik.

5.3. Sikap

Sikap yang diteliti pada penelitian ini terdiri dari tingkat, indikasi, cara penggunaan, efek samping dan resistensi antibiotik.

5.3.1. Tingkat Sikap

(45)
[image:45.595.107.517.140.214.2]

Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Mahasiswa berdasarkan Sikap

Sikap Frekuensi Persen

Baik 57 57

Sedang 43 43

Kurang 0 0

Total 100 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sikap yang dikategorikan baik memiliki persentase yang paling besar yaitu 57% sedangkan sikap dengan kategori sedang sebesar 43% dan tidak ada yang tergolong dalam kategori kurang. Hasil penelitian di hospital Pulau Pinang mendapati pengetahuan yang baik tidak semestinya memberikan sikap yang baik. Penelitian tersebut mendapati 71,1% mempunyai pengetahuan yang benar tentang keperluan menghabiskan antibiotik apabila gejala sedang muncul sedangkan hanya 59,8% bersetuju mereka akan meneruskan penggunaan antibiotik setelah mereka mula merasa membaik (Oh et al., 2010).

5.3.2. Indikasi Antibiotik

Sikap mahasiswa USM Kampus Kejuruteraan Nibong Tebal, Pulau Pinang tentang indikasi antibiotik dapat dilihat pada tabel 5.14.

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Sikap tentang Indikasi Antibiotik Semua penyakit perlukan antibiotik Frekuensi Persen

Sangat tidak setuju 14 14

Tidak setuju 20 20

Netral 36 36

Setuju 22 22

Sangat setuju 8 8

[image:45.595.110.514.503.609.2]
(46)
(47)

5.3.3. Cara Penggunaan Antibiotik

[image:47.595.106.518.208.726.2]

Sikap mahasiswa USM Kampus Kejuruteraan Nibong Tebal, Pulau Pinang tentang cara penggunaan antibiotik diteliti dari sudut kewajaran meminta antibiotik, tempoh kegunaan dapat dilihat pada table 5.15.

Tabel 5.15 Distribusi Frekuensi Sikap tentang Cara Penggunaan Antibiotik

Antibiotik wajar diminta dari dokter Frekuensi Persen

Sangat tidak setuju 15 15

Tidak setuju 24 24

Netral 23 23

Setuju 26 26

Sangat setuju 12 12

Waktu penggunaan harus dipatuhi Frekuensi Persen

Sangat tidak setuju 6 6

Tidak setuju 12 12

Netral 15 15

Setuju 23 23

Sangat setuju 44 44

Antibiotik boleh disimpan dan digunakan kembali

Frekuensi Persen

Sangat tidak setuju 56 56

Tidak setuju 32 32

Netral 8 8

Setuju 0 0

Sangat setuju 4 4

Antibiotik harus dihabiskan walaupun merasa sehat

Frekuensi Persen

Sangat tidak setuju 8 8

Tidak setuju 3 3

Netral 7 7

Setuju 28 28

Sangat setuju 54 54

Berjumpa dokter bila terjadi efek samping Frekuensi Persen

Sangat tidak setuju 3 3

Tidak setuju 2 2

Netral 16 16

Setuju 30 30

(48)
(49)

5.3.4. Efek samping

Sikap mahasiswa USM Kampus Kejuruteraan, Nibong Tebal Pulau Pinang tentang kewujudan efek samping dari penggunaan antibiotik dapat dilihat pada tabel 5.16.

Tabel 5.16 Distribusi Frekuensi Sikap tentang Efek Samping Penggunaan Antibiotik

Penggunaan antibiotik yang berlebihan menyebabkan efek samping

Frekuensi Persen

Sangat tidak setuju 6 6

Tidak setuju 9 9

Netral 24 24

Setuju 35 35

Sangat setuju 26 26

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas mahasiswa yaitu sebanyak 61 orang (61%) bersetuju antibiotik dapat menyebabkan efek samping jika diambil secara tidak benar sedangkan minoritas mahasiswa bersikap tidak setuju yaitu sebanyak 15 orang (15%).

Hasil penelitian mendapati mayoritas mahasiswa sedar bahwa antibiotik dapat menyebabkan efek samping. Namun begitu, hasil penelitian ini tidak bersesuaian dengan penelitian yang telah dilakukan pada masyarakat di Amerika Serikat yang mendapati sebanyak 58% yang menjawab tidak setuju akan kewujudan adanya bahaya terhadap kesehatan dengan menggunakan antibiotik (Eng et al., 2003).

5.3.5. Resistensi Antibiotik

[image:49.595.110.518.237.339.2]

Sikap mahasiswa USM Kampus Kejuruteraan, Nibong Tebal, Pulau Pinang tentang resistensi antibiotik dapat dilihat pada table 5.17.

Tabel 5.17 Distribusi Frekuensi Sikap tentang Resistensi Antibiotik Resistensi antibiotik adalah bahaya Frekuensi Persen

Sangat tidak setuju 1 1

Tidak setuju 5 5

Netral 34 34

Setuju 33 33

[image:49.595.108.518.654.753.2]
(50)

Berdasarkan tabel di atas, didapati mayoritas mahasiswa yaitu sebanyak 60 orang (60%) bersetuju bahwa resistensi antibiotik adalah bahaya manakala 6 orang (6%) tidak setuju bahwa resistensi antibiotik adalah bahaya.

(51)

BAB 6

KESIMPULA DA SARA

6.1. Kesimpulan

Dari uraian8uraian yang telah dipaparkan, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan, yaitu:

1) Tingkat pengetahuan mahasiswa USM Kampus Kejuruteraan, Nibong Tebal Pulau Pinang berada pada kategori tinggi yaitu sebanyak 84 orang mahasiswa (84%), sedangkan pada kategori sedang sebanyak 16 orang mahasiswa (16%) dan tidak ada yang tergolong dalam kategori rendah. 2) Sebanyak 99 orang (99%) menjawab dengan benar tentang antibiotik

merupakan obat yang dapat mengobati infeksi bakteri.

3) Pengetahuan mahasiswa tentang demam merupakan indikasi antibiotik adalah baik dengan sebanyak 67 orang (67%) menjawb dengan benar berbanding 33 orang (33%) memberikan jawaban yang salah.

4) Sebanyak 85 orang (85%) mengetahui antibiotik perlu dihabiskan walaupun sudah merasa sehat namun begitu didapati masih banyak tidak menghabiskannya karena sebanyak 69 orang (69%) menjawab membuang antibiotik yang tidak habis digunakan. Selain itu, sebanyak 69 orang (69%) mengetahui antibiotik tidak boleh dikongsi dengan orang lain. 5) Pengetahuan mahasiswa tentang cara antibiotik diperoleh didapati baik

dengan 64 mahasiswa (64%) menjawab dengan benar bahwa antibiotik tidak boleh dibeli tanpa nasehat dokter.

(52)

7) Pengetahuan mahasiswa tentang resistensi antibiotik didapati baik. Ini karena sebanyak 80 mahasiswa (80%) menjawab dengan benar bahwa resistensi antibiotik adalah apabila kuman menjadi kebal, 60 orang (60%) mengetahui penggunaan antibiotik yang tidak benar dapat menyebabkan resistensi antibiotik dan 81 orang (81%) mengetahui antibiotik harus dihabiskan sesuai arahan dokter bagi mencegah berlakunya resistensi antibiotik.

8) Tingkat sikap mahasiswa USM Kampus Kejuruteraan, Nibong Tebal Pulau Pinang berada pada kategori baik yaitu sebanyak 57 mahasiswa (57%) sedangkan pada kategori sedang sebanyak 43 mahasiswa (43%) dan tidak ada yang tergolong dalam kategori kurang.

9) Sikap mahasiswa terhadap indikasi antibiotik didapati kurang baik karena hanya 34 orang (34%) menjawab dengan benar yaitu tidak setuju bahwa antibiotik diperlukan untuk semua penyakit.

10) Sikap mahasiswa terhadap cara penggunaan antibiotik didapati baik dengan mayoritas menjawab dengan benar namun didapati adanya kekurangan karena hanya 39 orang (39%) menjawab tidak bersetuju bahwa meminta antibiotik dari dokter adalah wajar dan 38 orang (38%) bersetuju.

(53)

6.2. Saran

Dari hasil penelitian yang didapat, maka muncul beberapa saran dari peneliti yaitu:

1. Farmasi di Universiti Sains Malaysia Kampus Kejuruteraan, Nibong Tebal, Pulau Pinang memberi penyuluhan tentang efek samping dari penggunaan antibiotik yang tidak benar dengan memberikan risalah pada mahasiswa.

2. Pihak universiti mengadakan program pendidikan dengan mengadakan seminar atau ceramah untuk membetulkan persepsi mahasiswa tentang antibiotik dapat digunakan untuk semua penyakit.

3. Klinik kesehatan di Universiti Sains Malaysia Kampus Kejuruteraan, Nibong Tebal, Pulau Pinang membuat poster atau mengedarkan risalah pada mahasiswa untuk mengubah persepsi mahasiswa bahwa antibiotik tidak harus diminta daripada dokter jika dokter tidak memberikannya.

4. Kementerian Kesihatan Malaysia melakukan intervensi seperti program kesedaran kepada mahasiswa tentang penggunaan antibiotik yang benar terutamanya dari segi efek samping akibat penggunaan antibiotik yang tidak benar dan antibiotik tidak dapat digunakan pada semua penyakit.

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, S. E., Ibrahim, M. I. M., Palaian, S., 2010. Medication storage and self3 medication behaviour amongst female students in Malaysia. Oct8Dec;8(4). Available from: xa.yimg.com/kq/groups/18751725/16885231/name/PhP8 343.pdf [Accessed 25 April 2011 ].

Arul, P. K. C., Kumar, S., and Ramesh, J., 2011. Students’ Knowledge Of

Antibiotics: A crosssectional Study Of Students In Tamil !adu : International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences 3(1): 2328233. Available from: www.ijppsjournal.com/Vol3Issue1/1100.pdf 8 India [Accessed 25 April]

Awad, A. I., and Eltayeb, I. B., 2007 Self3Medication Practices with Antibiotics and Antimalarials Among Sudanese Undergraduate University Students: The Annals of Pharmacotheraphy, 41:124931255. Available from: http://www.theannals.com/cgi/content/abstract/41/7/1249. [Accessed 21 April 2001].

Biro Pengawalan Farmaseutikal Kebangsaan Malaysia Available from: http://portal.bpfk.gov.my/index.cfm?menuid=4 [ Accessed 26 Juli 2011]. Buke, C., Hosgor8Limoncu, M., Ermertcan, S., Ciceklioglu, M., Tuncel, M., Kose,

T., Eren, S., 2005. Irrational Use of Antibiotics among University Students: J

Infect51(2):13589. Available from:

www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16038764. [Accessed 20April 2011]. Centers for Disease Control and Prevention, 2010. Get Smart: Know When

Antibiotics Work : CDC Available from:

http://www.cdc.gov/getsmart/antibiotic8use/anitbiotic8resistance8faqs.html. [Accessed 28 April 2011].

Clegg, A., 2010. Rise of Antibiotic Resistant Pathogens. GLICA :Available from: http://www.glica.org/topics/show/84. [Accessed 23 April 2011].

(55)

Gaash, 2008. Indmedica: Available from:

http://www.indmedica.com/journals.php [Accessed 25 April 2011].

Gunawan, S. G., Setiabudy R., Nafrialdi, Elysabeth, 2007. Antimikroba. Dalam: Setiabudy R., Farmakologi dan Terapi. 5th ed. Jakarta: 5858731.

Harvey, R. A., and Champe, P. C., 2009. Lippincott’s Illustrated Reviews Pharmacology. 4th ed. Philadephia: Lippincott Williams & Wilkins. Hildreth, C. J., Burke, A. E., Glass, R. M., 2011. Inappropriate Use of

Antibiotics. JAMA 302(7)816:Available from: http://jama.ama8 assn.org/content/302/7/816.full. [Accessed 28 April 2011].

Ibrahim, M. I., 1996. Kesan Salah Guna Ubat Antibiotik: Pusat Racun Negara : Available from :

http://www.prn.usm.my/old_website/mainsite/bulletin/racun/1996/antibio.ht ml. [Accessed 27 April 2011].

Katzung, B. G., 2007. Basic and Clinical Pharmacology. 10th ed. Singapore: Mc Graw Hill.

Mwambete K.D., 2009. Irrational antibiotic usage in boarding secondary school settings in Dar es Salaam : East Afr J Public Health .;6(2):20084: Available from:www.labome.org/expert/tanzania/.../kennedy8d8mwambete8

1161859.html [Accessed 7 Oktober 2011]

National Institute of Allergy and Infectious Disease, 2011.NIAID: Available from: http://www.niaid.nih.gov. [Accessed 27 April 2011].

Norris P., Chong, C.E., Chou A., Hsu T.H., Lee C. C., Kuei8Lien Su. C., Wang Y., 2009. Knowledge and reported use of antibiotics amongst school8teachers

in New Zealand 7(4):2388241. Available from:

www.pharmacypractice.org/vol07/04/2388241.htm [ Accessed 30 Oktober 2011].

Notoatmojo, S., 2005. Skala Penilaian. Dalam: Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta, Hal. 92.

(56)

Oh,A.L., Hassali, M.A., Al8Haddad, M.S.,Syed, S.A., Shafie., A.A., Awaisu., A. 2011. Public knowledge and attitudes towards antibiotic usage: a cross8 sectional study among the general public in the

Gambar

Gambar .1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 4.1. Hasil uji validitas dan reliabilitas untuk tiap pertanyaan dalam
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan
+7

Referensi

Dokumen terkait