KESALAHAN EJAAN PADA TAJUK RENCANA
KORAN ANALISA
SKRIPSI
OLEH
ELFINA HASIBUAN
050701006
DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
MEDAN
KESALAHAN EJAAN PADA TAJUK RENCANA KORAN ANALISA
Oleh Elfina Hasibuan NIM 050701006
Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana dan
telah disetujui oleh:
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs. Namsyah Hot Hasibuan, M.Ling Drs. Aiyub Sulaiman
NIP. 19541024 198203 1 002 NIP. 19500101 198003 1 003
Departemen Sastra Indonesia
Ketua,
Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah dinjukan untuk memperoleh gelar sarjana di perguruan tinggi dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali yang tertulis yang diacukan dalam naskah ini dan disebutkan
dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia
menerima sanksi berupa pembatalan gelar sarjana yang saya peroleh.
Medan, November 2010
Penulis
KESALAHAN EJAAN PADA TAJUK RENCANA KORAN ANALISA
Oleh Elfina Hasibuan
ABSTRAK
Penelitiaan ini berjudul “Kesalahan Ejaan pada Tajuk Rencana Koran Analaisa” sasaran utama penelitian difokuskan pada kesalahan penerapan penggunaan kaidah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EyD).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak. Metode simak ini didukung teknik catat yaitu dengan mencatat data-data yang dianggap dapat memenuhi untuk menjadi data penelitian agar lebih mudah digolongkan dan dianalisis, sedangkan untuk mengkaji data dipergunakan metode padan dengan menggunakan teknik dasar dan teknik lanjut. Dalam teknik dasar digunakan teknik pilah unsur penentu dengan daya pilah sebagai pembeda larik tulisan, sedangkan dalam teknik lanjut digunakan tahnik hubung banding menyamakan hal pokok.
PRAKATA
Bismillahirrahmanirrohim
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah Swt yang telah melimpahkan
rahmat, kesehatan, keselamatan dan kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini guna memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana sastra pada
Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Tiada daya upaya tanpa pertolongan-Nya
hingga skripsi ini diselesaikan.
Usaha dan kerja yang telah dilakukan penulis tidak akan berjalan sukses tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak dalam kesempatan ini, dengan rasa
tulus dan iklas penulis ingin meyampaikan rasa terima kasih tak terhingga kepada
ayahanda yang terhormat dan teramat saya sayangi H. Anwar Hasibuan dan ibunda
tercinta Hj. Rosna Siregar yang telah berikan cinta, kasih yang berlimpah dan dengan
iklas mengiringi setiap langkahku dengan do’a, pengorbanan yang takkan pernah ternilai
harganya, yang selalu mengajarkan kepada penulis dalam menjalani hidup, dan selalu
memberikan motivasi bagi penulis untuk menjadi manusia yang lebih baik, kuat dan
sabar dalam menghadapai cobaan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., sebagai Dekan Fakultas Sastra Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum., sebagai Ketua Departemen Sastra
Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang telah mengesahkan
3. Ibu Dra. Mascahaya, M.Hum., sebagai Sekretaris Departemen Sastra Indonesia
Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang telah memberi bantuan kepada
penulis selama perkuliahan hingga selesai skripsi ini.
4. Bapak Drs. Namsyah Hot Hasibuan, M.Ling., sebagai Dosen Pembimbing I yang
telah dengan sabar memberikan bimbingan, semangat, dan dukungan kepada
penulis selama meyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Aiyub Sulaiman, sebagai Dosen Pembimbing II yang telah banyak
membantu penulis dalam memeriksa, mengomentari bahkan memotivasi penulis
untuk menyempurnakan skripsi ini.
6. Ibu Dra. Yulizar Yunas, sebagai Dosen Wali penulis yang telah banyak memberi
nasehat akademik
7. Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bimbingan dan
pengajaran selama penulis mengikuti perkuliahan.
8. Kakanda Dedek yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis dalam
meyelesaikan masalah administrasi.
9. My best family, kakanda Armawati dan suami, bg Mail dan istri, bg Dahlil dan
istri, abang Yusup, adikku Saddam, terima kasih untuk semua dukungannya
selama ini, baik moril maupun materil. Semoga Allah membalas semua kebaikan
yang telah abang, kakak, beserta adikku berikan pada penulis.Amin.
10.Special thank’s for “Doni Mahidin” yang selama ini telah memberikan banyak
11. Teman-temanku tersayang dan seperjuangan di Departemen Sastra Indonesia
khususnya stambuk 05, Sopia Rahmi, Putri Sari Murni S.S, Eva Mizkat, S.S,
Purnama Sari Siregar, Rusliana, Risna D.M Aritonang, Peri Irawati, penulis akan
selalu ingat dengan perjalanan dan persahabatan kita selama ini. Good Luck
semuanya ya.
12. Teman kosku terimut khususnya di Gg Kamboja no 48, kakanda Ilyani, adinda
Susan, Uut, Kiki, Putri, Lia, Dewi, Eva, dan Tifa, tiada kata terindah yang bisa
penulis ucapkan selain kata terima kasihku buat kalian semua.
Hormat saya,
DAFTAR ISI
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, dan TINJAUAN PUSTAKA .... 6
4.1.6.7. Tanda Tanya ... 45
4.1.6.8. Tanda Seru ... 45
4.1.6.9. Tanda Kurung ... 45
4.1.6.10. Tanda Petik ... 45
4.1.6.11. Tanda Petik Tunggal ... 45
4.1.6.12. Tanda Garis Miring ... 45
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 48
5.1 Simpulan ... 48
5.2 Saran ... 48
KESALAHAN EJAAN PADA TAJUK RENCANA KORAN ANALISA
Oleh Elfina Hasibuan
ABSTRAK
Penelitiaan ini berjudul “Kesalahan Ejaan pada Tajuk Rencana Koran Analaisa” sasaran utama penelitian difokuskan pada kesalahan penerapan penggunaan kaidah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EyD).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak. Metode simak ini didukung teknik catat yaitu dengan mencatat data-data yang dianggap dapat memenuhi untuk menjadi data penelitian agar lebih mudah digolongkan dan dianalisis, sedangkan untuk mengkaji data dipergunakan metode padan dengan menggunakan teknik dasar dan teknik lanjut. Dalam teknik dasar digunakan teknik pilah unsur penentu dengan daya pilah sebagai pembeda larik tulisan, sedangkan dalam teknik lanjut digunakan tahnik hubung banding menyamakan hal pokok.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi yang berfungsi untuk mencapai maksud dan
tujuan dari penuturnya. Setiap bahasa memiliki ragam dan pola-pola tertentu. Sebagai
negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia memiliki bermacam-macam bahasa
daerah. Namun, untuk mempermudah penggunaan bahasa itu, maka ditetapkanlah bahasa
Indonesia sebagai bahasa resmi Negara Republik Indonesia. Seperti ragam bahasa
lainnya, bahasa Indonesia juga memiliki sistem dan pola-pola tertentu. Sistem-sistem dan
pola-pola bahasa Indonesia ini disebut juga sebagai kaidah-kaidah atau norma-norma
bahasa Indonesia (Tarigan, 1988: 272). Sebagai sebuah sistem, maka bahasa Indonesia
terbentuk oleh suatu aturan tertentu, baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk kata,
maupun tata bentuk kalimat. Kaidah-kaidah tersebut tercakup ke dalam bidang linguistik
yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.
Bahasa merupakan jalinan antarkalimat yang dibentuk dari kata-kata. Kata
merupakan unsur yang paling penting di dalam bahasa. Kata adalah satuan ujaran yang
berdiri sendiri yang terdapat di dalam kalimat, dapat dipisahkan, dapat ditukar, dapat
dipindahkan, dan mempunyai makna serta digunakan untuk berkomunikasi. Setiap kata
mengandung konsep makna dan mempunyai peranan di dalam pelaksanaan bahasa.
Konsep dan peranan tersebut tergantung dari jenis kata-kata itu serta penggunaannya di
dalam kalimat. Dengan demikian, bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting
agar maksud dan tujuan dari penuturnya dapat tercapai. Dalam berkomunikasi,
Salah satu media yang dapat digunakan dalam menyampaikan pesan tersebut adalah
media massa berupa surat kabar yang berisi tulisan-tulisan mengenai satu topik tertentu.
Untuk menyusun suatu tulisan, diperlukan kaidah-kaidah bahasa. Kaidah-kaidah
tersebut dalam bahasa Indonesia disebut dengan kaidah Ejaan yang Disempurnakan
(EyD). Konsep-konsep dasar yang ditetapkan dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (EyD) itu merupakan kelanjutan dari beberapa ejaan yang pernah disusun
sebelumnya. EyD dinyatakan mulai berlaku sejak penggunaannya diresmikan oleh
Presiden Republik Indonesia, Soeharto pada tanggal 16 Agustus 1972, dengan Kepres
No. 57 Tahun 1972. Selanjutnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 31
Agustus 1976 meresmikan berlakunya pemakaian Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah di seluruh
Indonesia.
Surat kabar merupakan salah satu alat komunikasi yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat untuk mendapatkan berbagai informasi yang relatif praktis dan ekonomis.
Informasi yang di peroleh dari surat kabar juga dapat dipergunakan sebagai sarana untuk
mengembangkan bahasa Indonesia. Walaupun penggunaan internet sudah meluas tetapi
surat kabar tidak pernah ditinggalkan orang, terutama para lansia. Seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka perkembangan surat kabar juga cukup
pesat dengan berbagai nama terbitan surat kabar. Namun, surat kabar yang penulis ambil
untuk penelitian ini adalah surat kabar Analisa. Surat kabar Analisa merupakan salah satu
surat kabar harian lokal yang terbit di kota Medan. Surat kabar itu diterbitkan pada
surat kabar yang terbesar di kota Medan yang terbit tujuh kali dalam seminggu. Dalam
surat kabar Analisa terdapat berbagai rubrik, salah satunya adalah tajuk rencana.
Tajuk rencana menampilkan opini yang berisikan pendapat dan sikap resmi suatu
media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal, atau
kontroversial yang berkembang dalam masyarakat. Opini yang ditulis pihak redaksi
diasumsikan untuk mewakili sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media
pers yang bersangkutan secara keseluruhan sebagai suatu lambang penerbitan media
berkala. Surat kabar bukanlah suara perorangan atau pribadi-pribadi yang terdapat di
jajaran redaksi atau di bagian produksi dan sirkulasi, melainkan suara kolektif seluruh
wartawan dan karyawan dari suatu lambang penerbitan pers, karena merupakan suara
lembaga, maka tajuk rencana tidak ditulis dengan mencantumkan nama penulisnya.
Untuk itulah penulis merasa tertarik menjadikan surat kabar sebagai objek dari penelitian
skripsi yang selanjutnya akan dijabarkan dalam bab pembahasan berdasarkan
konsep-konsep EyD. Tajuk rencana yang akan dibahas pada penelitian skripsi ini dimulai sejak
tanggal 01 Juli 2010 sampai dengan tanggal 31 Juli 2010 (selama satu bulan).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kesalahan penggunaan huruf kapital pada tajuk rencana dalam koran
Analisa?
2. Bagaimanakah kesalahan penggunaan huruf miring pada tajuk rancana koran
3. Bagaimanakah kesalahan penulisan gabungan kata dan kata depan pada tajuk rencana
dalam koran Analisa?
4. Bagaimanakah kesalahan penulisan unsur serapan pada tajuk rencana dalam koran
Analisa?
5. Bagaimanakah kesalahan pengunaan tanda baca pada tajuk rencana dalam koran
Analisa?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis kesalahan penggunaan huruf kapital pada tajuk rencana dalam
koran Analisa.
2. Menganalisis kesalahan penggunaan huruf miring pada tajuk rencana dalam
koran Analisa.
3. Menganalisis kesalahan penulisan gabungan kata dan kata depan pada tajuk
rencana dalam koran Analisa.
4. Menganalisis kesalahan penulisan unsur serapan pada tajuk rencana dalam
koran Analisa.
5. Menganalisis penggunaan tanda baca yang meliputi; tanda titik, tanda koma,
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kesalahan penggunaan EyD pada rubrik tajuk rencana
dalam koran Analisa sebagai salah satu surat kabar yang terbit di kota Medan.
2. Menambah wawasan mengenai penerapan kaidah-kaidah dalam bahasa
Indonesia, khususnya EyD pada salah satu surat kabar sebagai salah satu
sarana komunikasi tulisan.
3. Menjadi bahan penelitian lanjutan, khususnya dari perkembangan penerbitan
BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2003: 588) konsep adalah gambaran
mental dari suatu objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan
oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Dengan demikian, konsep dalam penelitian
ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahpahaman dalam menentukan makna dari
suatu kata atau hal yang dapat dijadikan sebagai bahan acuan. Maka konsep-konsep pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
2.1.1 Ejaan
Pengertian ejaan dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi khusus dan segi umum.
Secara khusus ejaan dapat diartikan sebagai pelambang bunyi-bunyi bahasa dengan
huruf, baik berupa huruf demi huruf, maupun huruf yang sudah disusun menjadi kata,
frasa atau kalimat. Sedangkan secara umum, ejaan berarti keseluruhan dan
penggabungannya, yang dilengkapi pula dengan penggunaan tanda baca. Maka, ejaan itu
pada dasarnya mencakup penulisan huruf, penulisan kata, termasuk singkatan, akronim,
lambang bilangan dan penggunaan tanda baca. Menurut Ritonga (2009: 30).
2.1.2 Ejaan yang Disempurnakan (EyD)
Konsep-konsep dasar yang ditetapkan dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (EyD) merupakan kelanjutan dari Ejaan Baru dan Ejaan Lembaga
Bahasa dan Kesusastraan. Disebut sebagai Ejaan yang Disempurnakan karena memang
ejaan itu merupakan hasil penyempurnaan dari beberapa ejan yang pernah disusun
Di samping perubahan huruf dalam ejaan lama menjadi penulisan huruf yang kita
kenal sekarang ini dan beberapa ketentuan lainnya. Menurut Ritonga (2009 : 37) dalam
EyD secara umum diatur hal-hal sebagai berikut, yaitu:
1. pemakaian huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring,
2. penulisan kata,
3. penulisan tanda baca,
4. penulisan singkatan dan akronim,
5. penulisan angka dan lambang bilangan, dan
6. penulisan unsur serapan
2.1.3 Tajuk Rencana
Tajuk rencana adalah opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai
institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal, dan kontroversial yang
berkembang dalam masyarakat (Sumadiria, 2005: 7).
2.1.4 Koran Analisa
Koran Analisa adalah salah satu harian lokal yang terkemuka di daerah Sumatera
Utara. Harian ini memuat berita olah raga, berita tentang gaya hidup, informasi ekonomi ,
kesehatan, sampai dengan iklan, semua termuat dalam harian ini. Pertama kali diterbitkan
pada tanggal 23 Maret 1972, Analisa mempunyai format broadsheet (lebar) dan
merupakan surat kabar yang terbesar di Medan yang terbit tujuh kali dalam seminggu.
2.2. Landasan Teori
Landasan teoretis yang dipakai pada penelitian ini adalah berdasarkan Ejaan yang
Kebudayaan (Menteri P dan K) No. 0156/P/1972 pada tanggal 12 Oktober 1972.
(Ritonga, 2009: 37).
2.2.1. Penggunaan Huruf Kapital
Huruf besar atau huruf kapital digunakan:
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Contoh:
- Dia mengantuk.
- Pekerjaan itu belum selesai.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Contoh :
- Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
- Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!”
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk
Tuhan.
Contoh:
- Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih
- Quran, Alkitab, Weda
- Bimbinglah hamba-Mu.
- Kepada-Nya kami memohon ampunan.
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
- Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim.
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
- Wakil Presiden Boediono, Profesor Soepomo.
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Contoh:
- Amir Hamza, Nazril Ilham, Doni Mahidin.
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.
Contoh:
- bangsa Indonesia, bangsa Arab.
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
Contoh:
- hari Lebaran, Proklamsi Kemerdekaan Indonesia.
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khasgeografi.
Contoh:
- Asia Tenggara, Danau Toba, Bukit Barisan.
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf petama semua unsur nama negara,
lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali
Contoh:
- Majelis Permusyawaratan Rakyat, Departemen Pendidikan, dan
Kebudayaan.
11. Huruf kapital sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta
dokumen resmi.
Contoh:
- Perserikatan Bangsa-Bangsa, Undang-Undang Republik Indonesia.
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan
juga karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak
terdapat pada posisi awal.
Contoh:
- Saya telah membaca buku Ketika Cinta Bertasbih.
- Ani sedang membaca Dari Aea Maria ke Jalan Menuju Roma.
13. Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
Contoh:
- Dr. doktor
- M.A. master of arts
14. Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai
dalam penyapaan dan pengacuan.
Contoh:
- “Kapan Kakak pulang?” kata Hendi.
- “Silahkan diminum tehnya Pak!” kata ibu.
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti anda.
Contoh:
- Sudah Anda tahu?
- Surat Anda telah kami terima.
2.2.2. Penulisan Huruf Miring
Huruf miring digunakan dalam cetakan, dalam tulisan tangan atau ketikan yang
akan dicetak miring., diberi garis miring bawah tunggal.
Huruf miring digunakan untuk:
1. Huruf miring dalam catatan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan
surat kabar yang dikutip dalam tulisan
Contoh:
majalah Bahasa dan Kesusastraan, buku Negara-kertagama karangan Prapanca,
surat kabar Suara Karya.
2. Huruf miring dalam catatan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Contoh:
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Bab ini tidak membicarakan penulis huruf kapital.
3. Huruf miring dan catatan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaanya.
Contoh:
Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi ’pandangan dunia.
2.2.2. Gabungan Kata
Gabungan kata adalah bentuk yang terdiri daridua buah kata atau lebih, aturan
penulisannya adalah sebagai berikut:
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk , termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Contoh:
- duta besar, kambing hitam, mata kuliah, orang tua, simpang tiga, rumah sakit.
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan
pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di
antara unsur yang bersangkutan.
Contoh:
- anak-istri saya, alat pandang-dengar, ibu-bapak kami, mesin-hitung tangan.
3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
Contoh:
2.2.4. Penggunaan Kata Depan
Kata depan di, ke, dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di
dalam gabungan kata yang dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan
daripada.
Contoh:
- Baju adek ada di lemari.
- Bani pulang ke kampung halamannya.
- Durian itu dibawa Elvi dari Sibolga.
2.2.5. Penulisan Unsur Serapan
Kata serapan adalah kata-kata yang berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah,
lalu digunakan dalam bahasa Indonesia. Dilihat dari tarap penyerapannya ada tiga macam
kata serapan yaitu:
1. Kata-kata yang sudah sempurnanya diserap ke dalam bahasa Indonesia. Kata-kata
ini sudah lazim dieja secara indonesia, sehingga sudah tidak dirasakan lagi
kehadirannya sebagai kata serapan. Misalnya: kata kabar, sirsak, iklan, perlu,
hadir, badan, waktu, kamar, botol, sekolah, dan ember,
2. Kata-kata yang masih asing, tetapai digunakan dalam konteks bahasa Indonesia.
Ejaan dan pengucapannya masih mengikuti cara asing. Misalnya: shuttle, cock,
knock out, time out, check in, door to door, built up, dan complete knock down.
3. Kata-kata asing yang untuk kepentingan peristilahan, ucapan dan ejaannya
disesuaikan dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini perubahan
dibandingkan dengan bentuk bahasa aslinya. Misalnya: aki (accu), komisi
(commission), psikologi (psychology), dan fase (phase).
2.2.6 Tanda Baca 1.Tanda Titik (.)
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh:
- Ayahku tinggal di Medan.
b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar.
Contoh:
a. III.Departemen dalam negri
A. Direktorat jenderal pembangunan masyarakat desa.
B. Direktorat jenderal agrarian
1. ……
c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu.
Contoh:
- Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik).
d. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jarak waktu.
Contoh:
e. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir
dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Contoh:
- Siregar, Merari, 1920. Azab dan Sengsara
f. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatnnya.
Contoh:
- Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.234 jiwa.
g. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh:
- Ia lahir pada tahun 1986 di Bengkulu.
h. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau
kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Contoh:
- Acara Kunjungan Adam Malik
- Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD ‘45)
i. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tangal surat atau (2)
nama dan alamat penerima surat.
Contoh:
- Jalan Jamin Ginting 48
- Medan (tanpa titik)
- 08 Juni 2010 (tanpa titik)
- Jalan Gatot Subroto 21 (tanpa titik)
- Jakarta (tanpa titik)
2. Tanda Koma (,)
a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Contoh:
- Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat serta yang satu dari kalimat serta
berikutnya yang didahuli oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Contoh:
- Doni ingin datang, tetapi hari hujan.
c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Contoh:
- Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
d. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika
anak kalimat mengiringi induk kalimatnya.
Contoh:
- Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
e. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat
yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi,
pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Contoh:
f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh kasihan dari
kata yang terdapat di dalam kalimat.
Contoh:
- O, begitu?
- Wah, bukan main!
- Hati-hati, ya, nanti jatuh.
g. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
Contoh:
- Kata Ibu, “Saya gembira sekali.”
h. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat (ii) bagian-bagian alamat ,(iii)
tempat dan tanggal , dan (iv) nama tempat dan wilayah atau Negara yang ditulis
berurutan.
Contoh:
- Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Sastra, Universitas
Sumatera Utara, jalan Universitas
i. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka.
Contoh:
- Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tata bahasa Baru Indonesia. Jakarta: PT
Pustaka Rakyat.
Contoh:
W.J.S. Poerwadarminta, bahasa Indonesia untuk karang-mengarang (Yogyakarta:
UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
k. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya
untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Contoh:
- B. Ratulangi, S. E.
l. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka.
Contoh:
- 12,5 M
- Rp12,50
m. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tembahan yang sifatnya tidak
membatas.
Contoh:
- Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
n. Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan
yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
- Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang
bersungguh-sungguh.
o. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
Contoh:
- “Di mana saudara tinggal?” Tanya Eva.
- “Berdiri lurus-lurus!” perintahnya.
3. Tanda Titik Koma (;)
a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang
sejenis dan setara.
Contoh:
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
b. tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat mejemuk.
Contoh:
Ayah mengurus tanamanya di kebun itu; ibu sibuk bekerja di dapur; adik
menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri mendengarkan siaran
“pilihan pendengar”.
4. Tanda Titik Dua (:)
a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian.
Contoh:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
c. Tanda titik dua dapat dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
Contoh:
Seketaris : Salwah Salsabila
Bendahara : Paujan
Tempat rapat : Ruang 109
Pengantar acara : Saipul Akromi
Hari : Senin
Waktu : 09. 30
d. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku percakapan.
Contoh
Ibu : (meletakkan beberapa kopor) “ Bawa kopor ini, Mir!”
Amir : “ Baik, Bu,” (mengangkat kopor dan masuk)
Ibu : “Jangan lupa. Letakkan baik-baik!” (duduk di kursi besar)
e. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara
bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan,
serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Contoh:
Tempo. I (1986), 09: 9
Surat yasin: 9
Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
Tjokronegoro, Sutomo. 1968. Tjukuplah Saudara Membina Bahasa Persatuan
5. Tanda Hubung (-)
a. Tanda hubung meyambung suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Contoh:
- Di samping cara-cara lama itu ada juga ca-
ra yang baru.
b. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau
akhiran dengan kata di depannya pada pergantian baris.
Contoh:
- Kami ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas
- Kukuran baru ini memudahkan kita me-
ngukur kelapa
- Senjata ini merupakan alat pertahan-
an yang canggih
c. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh:
- Anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
d. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian
tanggal.
Contoh:
- p-a-n-i-t-i-a
e. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian
kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
Contoh:
- Ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan (20 x 5000) tang-
gung jawab dan kesetiakawanan sosial.
Bandingkan dengan
- Be-revolusi, dua-puluh-lima-ribu (1x 25000) tang-
gung jawab dan kesetiakawanan sosial
f. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang
dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv)
singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan
rangkap.
Contoh:
- se- Indonesia, se-Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan,
hari-H, sinar-X; Menteri- Sekretaris Negara.
g. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan
unsur bahasa asing.
Contoh:
- di-smash, per-tackle-an
6. Tanda Pisah( _ )
a. Tanda pisah membatasi peyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di
Contoh:
kemerdekaan bangsa itu_ saya yakin akan tercapai_ diperjuangan oleh bangsa
itu sendiri
b. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Contoh:
Rangkain temuan ini_ evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan
otonomi_telah mengubah konsepsi kita tentang alam semeta.
c. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti ’atau’
sampai dengan’
Contoh:
1910_ 1945
Tanggal 5_ 10 april 1970
Jakarta _ bandung
7. Tanda Elipsis (. . .)
a. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Contoh:
Kalau begitu . . . ya, marilah kita bergerak.
b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada yang
dihilangkan.
Contoh:
8. Tanda Tanya (?)
a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Contoh:
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
b. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung unruk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh:
Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
9. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercyaan, ataupun rasa emosi yang
kuat.
Contoh:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Masak! Sampai hati juga aia meninggalkan anak-anaknya.
Merdeka!
10. Tanda Kurung ((...) )
a. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Bagian perencanaan sudah selesai meyusun DIK (daftar isian kegiatan) kantor
itu.
b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian interaksi
pokok pembicaraan
Contoh:
keterangan itu (lihat tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam
pasaran dalam negeri.
c. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
Contoh:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain (a).
Perjalanan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
d. Tanda kurung mengapai angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan
Contoh:
faktor produksi meyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
11. Tanda Kurung Siku ( [...] )
a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi
atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda
itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam
naskah asli.
Comtoh:
b. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.
Contoh:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam bab II [ lihat
halaman 35-37] ) perlu dibentangkan di sini.
12. Tanda Petik ( “…” )
a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh:
”Saya belum siap,” kata Mira,” Tunggu sebentar!”
Pasal 36 UUD 1945, berbunyi, ”bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”
b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
Contoh:
Bacakah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, Dari Suatu Tempat.
Karangan Andi Hakim Nasution yang berjudul ” Rapor dan Nilai Prestasi di
SMA” diterbitkan dalam Tempo.
Sajak ”Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.
c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Contoh:
Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenalkan dengan
nama”cutbrai”.
d. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Contoh:
Kata Tono, “ Saya juga minta satu”.
e. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda
petik yang mengapait kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada
ujung kalimat atau bagian kalimat.
Contoh:
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan ”Si Hitam”
Bang Komar sering disebut ”Pahlawan”. Ia sendiri tidak tahu sebabnya.
13. Tanda Petik Tunggal ( ’...’ )
Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Contoh:
Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
“Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘ibu, bapak pulang’, dan
rasa letihku lenyap seketika,” ujar pak Handan.
14. Tanda Garis Miring
a. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamt dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh:
No. 7/PK/1973
Tahun anggaran 1985/1986
c. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau dan tiap.
Contoh:
Dikirimpan lewat ’dikirimkan lewat darat
Darat/laut atau lewat laut’
Harganya ’harganya Rp25,00 tiap lembar’
Rp25,00/lembar
2.3 Tinjauan Pustaka
Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat, sesudah meyelidiki atau
mempelajari (KBBI, 2007: 1198). Pustaka adalah kitab, buku, buku primbon (KBBI,
2007: 912).
Penelitian skripsi yang menganalisis kesalahan penggunaan kata dan kalimat
bahasa Indonesia berdasarkan Ejaan yang Disempurnakan (EyD) pernah dikaji oleh:
1. Parinson Nainggolan (2000), dalam skripsinya yang berjudul Analisis Kesalahan
Penggunaan Kata dan Kalimat Bahasa dalam Skripsi Mahasiswa FISIP USU
Medan Tahun 1996. Dalam skripsinya dinyatakan bahwa lembaga atau gambaran
bunyi itu dapat dibagi menjadi dua yaitu: bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa
lisan adalah bahasa yang dipergunakan dalam percakapan sehari-hari. Bahasa
lisan tidak begitu terikat dengan kaidah bahasa. Bahasa tulisan adalah bahasa
yang dipergunakan dalam penulisan karangan, baik karangan ilmiah maupun
karangan populer. Bahasa tulis yang dipergunakan dalam karangan ilmiah harus
yang sudah ditetapkan dalam pedoman Ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan (EyD).
Bahasa tulis yang dipergunakan mahasiswa mempunyai peranan besar bagi
masyarakat pembacanya. Di dalam penulisan skripsi, seorang mahasiswa harus
mengetahui kaidah-kaidah yang berlaku, seperti ejaan, sistem tata bahasa, sistem
tata kalimat. Karena kesalahan penulisan dapat mengakibatkan salah mengerti
terutama bagi orang yang membacanya.
2. Harisman P. Siburian (1993), dalam skripsinya yang berjudul Analisis Kesalahan
Penggunaan Ejaaan yang Disempurnakan pada Penulisan Surat Dinas di Kantor
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Medan Sunggal. Masalah yang
dikaji dalam penelitian itu adalah kesalahan penggunaan EyD pada penulisan
surat dinas. Surat dinas sebagai salah satu wadah pernyataan resmi suatu lembaga
atau instansi wajib ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia tulis resmi
sebagai alat tuturannya dan ditulis dengan menggunakan kaidah penulisan yang
berlaku sebagaimana tercantum dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan.
Penelitian ini berbeda dengan peneliti sebelumnya yang diteleiti oleh Parinson
Nainggolan di atas. Pada penelitian terdahulu dibicarakan tenetang penggunaan kata dan
kalimat dalam Skripsi Mahasiswa FISIP USU. Pada penelitian ini, pembahasannya fokus
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel
3.1.1 Populasi
Populasi adalah sekelompok orang, benda atau hal yang menjadi sumber
pengambilan sampel; suatu kumpulan yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan
dengan masalah penelitian (KBBI, 2004: 889). Maka, populasi pada penelitian ini adalah
surat kabar yang terbit setiap hari (harian) yaitu koran Analisa yang terbit sejak tanggal
01 Juli 2010 sampai dengan 31 Juli 2010.
3.1.2. Sampel
Sampel adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sifat suatu kelompok
yang lebih besar, bagian kecil yang mewakili kelompok atau keseluruhan yang lebih
besar. Karena jumlah populasi di atas terlalu besar maka sampel yang digunakan populasi
dalam peneliti ini dikhususkan pada rubrik tajuk rencana pada koran Analisa yang terbit
sejak tanggal 01 Juli 2010 sampai dengan 31 Juli 2010.
3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan
agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki (KBBI, 2002: 740). Data peneliti ini adalah
tulisan yang bersumber dari koran Analisa yang terbit setiap hari di Medan. Oleh karena
itu, metode yang relevan dengan penelitian ini adalah metode simak atau peyimakan
(Sudaryanto, 1993: 133). Metode simak adalah metode yang dilakukan dengan cara
meyimak penggunaan bahasa. Dalam hal ini, penggunaan bahasa yang disimak adalah
Juli 2010 sampai dengan 31 Juli 2010. Metode ini kemudian dilanjutkan dengan
mempergunakan teknik catat sebagi teknik dasar (Sudaryanto, 1993: 13). Dalam hal ini,
penulis membaca dan memeriksa data-data yang diperlukan sehubungan dengan
penganalisisan. Data yang diperoleh dicatat satu persatu sesuai permasalahan yang akan
dibahas. Kemudian seluruh data dikumpulkan dan dibahas kembali untuk menemukan
kepaduan antar data dan selanjutnya diklasifikasikan sesuai urutan pembahasan yang
disesuaikan dengan kaidah EyD.
3.3 Metode dan Teknik Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis adalah dengan menggunakan metode
padan. Metode padan alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari
bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993: 13). Metode padan ini
menggunakan teknik dasar dan teknik lanjutan. Dalam teknik dasar digunakan teknik
pilah unsur penentu dengan daya pilah sebagai pembeda larik tulisan, sedangkan dalam
teknik lanjut digunakan teknik hubung banding menyamakan hal pokok (HBSP). Karena
membandingkan berarti pula mencari kesamaan dan perbedaan yang ada di antara kedua
hal yang dibandingkan maka dapatlah hubungan banding itu dijabarkan menjadi
hubungan perbedaan. Kerena tujuan terakhir ialah mencari kesamaan pokok di antara
keduanya maka kelanjutannya kedua hubungan penyamaan dan pembedaan diikuti oleh
hubungan penyamaan pokok.
Contoh:
- Mengoperasikan armada mereka diMedan dan sekitarnya…
Contoh di atas, apabila dikaji dengan menggunakan teknik pilah unsur penentu, sebagai
tersebut ada tulisan yang dipisahkan dan ada yang tidak dipisahkan. Setelah itu,
dilanjutkan dengan teknik lanjutan, yaitu dengan teknik hubung banding menyamakan
hal pokok (Teknik HBSP). Dengan mencari perbandingan atau dengan membandingkan
kata tersebut dengan unsur data yang ditentukan yaitu Ejaan yang Disempurnakan (EyD).
Dalam unsur data yang ditentukan yaitu Ejaan yang Disempurnakan (EyD) dikatakan
bahwa kata depan di, ke, dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Maka
penulisan kata depan di dengan kata diMedan pada contoh di atas ditulis terpisah
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 KESALAHAN EJAAN PADA TAJUK RENCANA KORAN ANALISA
Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal kata ”kesalahan” dan ”kekeliruan”
sebagai dua kata yang bersinonim, dua kata yang mempunyai makna yang kurang lebih
sama. Kekeliruan umumnya disebabkan oleh faktor peformasi (kemampuan menguasai
gramatikal satu bahasa secara abstrak). Keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau
kelupaan menyebabkan kekeliruan dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata,
tekanan kata atau kalimat, dan sebagainya. Kekeliruan ini bersifat acak, artinya dapat
terjadi pada setiap tataran linguistik. Kekeliruan biasanya dapat diperbaiki oleh para insan
itu sendiri bila yang bersangkutan lebih mengawas diri, lebih sadar atau memusatkan
perhatian. Insan itu sendiri sebenarnya sudah mengetahui sistem linguistik bahasa yang
digunakannya, namun karena sesuatu hal dia lupa akan sistem tersebut. Kelupaan ini
biasanya tidak lama karena itu pula, kekeliruan itu sendiri tidak bersifat lama.
Sebaliknya, kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi (kecakapan). Artinya,
insan itu memang belum mengetahui sistem linguistik bahasa yang digunakannya.
Kesalahan biasanya terjadi secara konsisten, jadi secara sistematis kesalahan itu dapat
berlangsung lama apabila tidak diperbaiki. (Tarigan, 1995: 75-76).
Atas dasar rasional di atas, sesuai dengan tujuan khusus yang ingin dicapai oleh
penelitian ini adalah segala bentuk tutur tulisan resmi yang menyimpang dari kaidah tata
4.1.1. Kesalahan Penulisan Huruf Kapital
Dalam penulisan huruf kapital pada tajuk rencana koran Analisa terdapat
kesalahan penulisan huruf kapital, yaitu:
1) Huruf kapital dipakai sebagi huruf pertama kata pada awal kalimat.
Hal ini dapat dilihat pada data berikut:
1. SEJAK dipermudahnya aturan pemekaran pada tahun 1999, 2. PERKEMBANGAN kuantitas penduduk di Indonesia... 3. BOLA itu bundar.
4. OBROLAN hanya kalangan ibu rumah tangga... 5. DALAM pekan terakhir ini,
6. PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono akan pengusulkan dalam rencana besar...
7. LAPORAN yang dilakukan…
8. SETIAP anggota Dewan Perwakilan Rakyat… 9. TIDAK bisa lain,
10. RENCANA pembangunan…
11. MENGEJUTKAN pemerintahan Kuba membebaskan…
12. DENGAN menyempurnakan pasar modern umumnya…
13. PERTEMUAN antara petinggi militer…
14. WALIKOTA dan Wakil Walikota…
15. PERINGATAN di samping Kapoldasu Irjen Pol.
16. BELUM hilang dalam ingatan kita…
18. MARI kita ajukan satu pertanyaan…
19. SUMATERA Selatan terpilih sebagai...
20. PENERTIBAN terhadap ratusan papan reklame...
21. BESAR hanya Presiden dan rakyat...
22. PUTUSAN Mahkama konstitual…
23. RIBUAN calon siswa baru dinyatakan…
Pada data-data di atas terdapat kekeliruan dalam penggunaan huruf kapital seperti
penulisan SEJAK, PERKEMBANGAN, BOLA, OBROLAN, DALAM, PRESIDEN,
LAPORAN, SETIAP, TIDAK, RENCANA, MENGEJUTKAN, DENGAN,
PERTEMUAN, WALIKOTA, PERINGATAN, BELUM, DI, MARI, SUMATERA,
PENERTIBAN, BESAR, PUTUSAN, RIBUAN. Seharusnya penulisan kata-kata tersebut
di atas hanya menggunakan huruf kapital pada huruf pertama, karena kata-kata tersebut
terdapat di awal kalimat. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat. Oleh karena itu, kalimat tersebut harus diperbaiki penulisannya menjadi:
1. Sejak dipermudahnya aturan pemekaran pada tahun 1999, 2. Perkembangan kuantitas penduduk di Indonesia...
3. Bola itu bundar.
4. Obrolan hanya kalangan ibu rumah tangga... 5. Dalam pekan terakhir ini,
6. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan pengusulkan dalam rencana besar...
7. Laporan yang dilakukan…
9. Tidak bisa lain,
10. Rencana pembangunan…
11. Mengejutkan pemerintahan Kuba membebaskan…
12. Dengan menyempurnakan pasar modern umumnya…
13 Pertemuan antara petinggi militer…
14 Walikota dan Wakil Walikota…
15 Peringatan disamping Kapoldasu Irjen Pol.
16 Belum hilang dalam ingatan kita…
17 Di tengah ramalan dari anales asing maupun lokal…
18 Mari kita ajukan satu pertanyaan…
19 Sumatera Selatan terpilih sebagai...
20 Penertiban terhadap ratusan papan reklame...
21 Besar hanya Presiden dan rakyat...
22 Putusan Mahkama konstitual…
23 Ribuan calon siswa baru dinyatakan…
2) Kekurangcermatan menggunakan huruf kapital
1.… untuk menyelamatkan Bumi dari ancaman perubahan iklim …
2 ....liku-liku perundang-undangan, kepres maupun kepmen yang
mengaturnya.
Pada kedua kalimat di atas terdapat kesalahan penggunaan huruf kapital. Pada
kalimat pertama penulisan kata “Bumi” seharusnya bukanlah ditulis dengan huruf kapital,
tetapi harus ditulis dengan huruf kecil kerena tidak berada di awal kalimat. Apabila
menggunakan huruf kapital. Pada kalimat kedua penulisan kata “kepres” dan “kepmen”
seharusnya menggunakan huruf kapital pada huruf pertama masing-masing kata. Oleh
karena itu, penulisan yang benar adalah:
1. … untuk menyelamatkan bumi dari ancaman perubahan iklim …
2. ... liku-liku perundang-undangan, Kepres maupun Kepmen yang
mengaturnya.
4.1.2 Penggunaan Huruf Miring
Kesalahan penggunaan huruf miring terdapat pada kalimat-kalimat berikut:
1) ... kekurangan kekuatan pelaksanaan ”law-enforcement” dan sanksi
pengikat
2) ... produk-produk seperti panel surya, fuel-cell, mobil hibrida, green
buildings, dan sebagainya.
3) … pengetahuan atau hi-tech sekarang …
4) ... biaya kompensasi dari Green Climate Fund atas dasar program ...
5) ... seperti ”farmer’s market”, ”wet market”, “street market”, “night
market” di luar negri …
6) … kampanye pemilu dan “lip service” pejabat bersangkutan.
7) … membuat World Cup atau kita menyebutnya Piala Dunia tetap menjadi
tontonan yang paling menarik …
8) Gol Calos Tevez yang jelas tidak sah karena pemain sudah berada dalam
posisi off-side, malah disahkan.
9) Introduksi “good governance”, “meritory system”, “harmonius work
10) Bank sentral sebuah negara pada umumnya bertugas selain sebagai “lender of
last resort” …
11) … dapat menimbulkan “rush”, gejolak bahkan keguncangan keuangan
nasional overall.
12) “Too many cooks spoil the broth”. Hendaknya sekali-kali tidak terkesan
adanya dualisme dalam kelambagaan keuangan nasional.
13) Apa yang disampaikan Kapoldasu sebagi aparat penegak hukum diharapkan
tidak hanya sebagai lips service …
14) Yakni fungsi budgetting (penyusunan anggaran), kontroling (pengawasan)
dan legilasi (membentuk undang-undang).
15) Moratorium (penghentian) mungkin terlalu ekstrim …
Semua kata yang dicetak tebal pada 4.1.2 adalah salah. Seharusnya penulisan
kata-kata yang di cetak tebaldi atas menggunakan huruf miring karena kata-kata-kata-kata tersebut
merupakan istilah asing yang belum disesuaikan dengan EyD Ejaan yang disempurnakan.
Jadi penulisan yang benar dari data di atas adalah:
1) ... kekurangan kekuatan pelaksanaan law-enforcement dan sanksi pengikat
2) ... produk-produk seperti panel surya, fuel-cell, mobil hibrida, green buildings,
dan sebagainya.
3) … pengetahuan atau hi-tech sekarang …
4) ... biaya kompensasi dari Green Climate Fund atas dasar program ...
5) ... seperti farmer’s market, wet market, street market, night market di luar negri
…
7) … membuat World Cup atau kita menyebutnya Piala Dunia tetap menjadi
tontonan yang paling menarik …
8) Gol Calos Tevez yang jelas tidak sah karena pemain sudah berada dalam posisi
off-side, malah disahkan.
9) Introduksi good governance, meritory system, harmonius work culture dalam
pengelolaan manajemen …
10) Bank sentral sebuah negara pada umumnya bertugas selain sebagai lender of last
resort …
11) … dapat menimbulkan rush, gejolak bahkan keguncangan keuangan nasional
overall.
12) Too many cooks spoil the broth. Hendaknya sekali-kali tidak terkesan adanya
dualisme dalam kelambagaan keuangan nasional.
13) Apa yang disampaikan Kapoldasu sebagi aparat penegak hukum diharapkan tidak
hanya sebagai lips service …
14)Yakni fungsi budgetting (penyusunan anggaran), kontroling (pengawasan) dan
legilasi (membentuk undang-undang).
15) Moratorium (penghentian) mungkin terlalu ekstrim …
4.1.3 Gabungan Kata
Kesalahan penulisan gabungan kata yang ditemukan dalan tajuk rencana koran
Analisa hanya satu jenis, yaitu kesalahn panulisan yang lazim disebut dengan kata
terpisah, tetapi ditulis secara serangkai pada tajuk rencana koran Analisa. Penulisan
gabungan kata yang salah sebagai berikut:
1) Bagi penggemar sepakbola sejati ...
2) Jawaban seperti itu sebenarnya pragmatik saja karena menghadapi
pengunjukrasa atau sekelompok orang ...
3) ... melakukan penertiban atau menghadapi unjukrasa ...
4) Banyak orangtua merasa kebijakan sekolah seringkali samar alias kabur.
5) ... tanpa ada pembedaan antara sesama warganegara.
6) ... terkait erat dengan kedudukan orangtuanya sebagai pejabat publik ...
7) Obrolan hangat kalangan ibu rumahtangga saat ini adalah melambungnya
harga-harga kebutuhan pokok.
Pada data 4.1.3 di atas ditemukan penulisan kata majemuk secara serangkai
karena gabungan kata yang termasuk istilah khusus unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Penulisan yang benar dari data di atas adalah:
1) Bagi penggemar sepak bola sejati ...
2) Jawaban seperti itu sebenarnya pragmatik saja karena menghadapi pengunjuk
rasa atau sekelompok orang ...
3) ... melakukan penertiban atau menghadapi unjuk rasa ...
4) Banyak orangtua merasa kebijakan sekolah sering kali samar alias kabur.
5) ... tanpa ada pembedaan antara sesama warga negara.
6) …... terkait erat dengan kedudukan orang tuanya sebagai pejabat publik ...
7) Obrolan hangat kalangan ibu rumah tangga saat ini adalah melambungnya
4.1.4 Penggunaan Kata Depan 4.4.1 Penggunaan Kata Depan di
Kesalahan penggunaan kata depan di terdapat pada kalimat-kalimat berikut:
1) ... dana APBD itu agar dikemudian hari pengusaha reklame ...
2) Tapi meski banyak kecaman di arahkan ke Korut ...
3) ... diantaranya pedagang, buruh bangunan, nelayan, dan sejenisnya.
Pada data 1 dan 3 kata depan di seharusnya ditulis terpisah karena kata di pada no.1
dan no.3 merupakan kata depan yang penulisannya harus dipisah dari kata yang
mengikutinya. Pada kalimat ke 2 penulisan digabung dengan kata yang mengikutinya
karena pada data 2 di merupakan imbuhan bukan kata depan. Penulisan yang benar dari
data di atas adalah:
1) ... dana APBD itu agar di kemudian hari pengusaha reklame ...
2) Tapi meski banyak kecaman diarahkan ke Korut ...
3) ... di antaranya pedagang, buruh bangunan, nelayan, dan sejenisnya
4.5 Penulisan Unsur Serapan
Dalam penggunaan penulisan unsur serapan tidak ditemukan data pada tajuk
rencena koran Analisa yang menjadi objek penelitian.
4.6 Tanda Baca 4.1.6.1 Tanda Titik
Dalam penggunaan tanda titik terdapat beberapa kesalahan, yaitu:
1) Kesalahan penggunaan tanda titik pada akhir singkatan nama orang, gelar jabatan.
1) ... empat hakim konstitusi memiliki dissenting opinion (pendapat berbeda),
yaitu M Akil Mochtar ...
2) Walikota dan wakil walikota medan terpilih Drs. H. Rahudman Harahap MM
dan Drs. H. Dzulmi Eldin, M.S.i, senin (26/7) resmi dilantik oleh Gubsu H.
Syamsul Arifin, SE ...
Kesalahan pada data 4.1.6.1 adalah karena pada akhir singkatan nama orang dan
glar tidak menggunakan tanda titik. Tanda titik pada Ejaan yang Disempurnaka
digunakan setalah singkatan nama orang dan juga digunakan pada singkatan gelar. Pada
data no.1 tanda titik seharusnya digunakan setelah huruf ’M’ yang merupakan singkatan
nama orang. Pada data no.2 tanda titik seharusnya digunakan di antara singkatan gelar
’MM’. Pada data no.3 kesalahan terdapat pada penulisan gelar ‘M.S.i’. Seharusnya tanda
titik hanya digunakan di antara huruf ‘M’ dan huruf ’S’. Penulisan singkatan gelar ’SE’
seharusnya menggunakan tanda titik di antara huruf ‘S’dan ’E’. Penulisan yang benar
dari data di atas adalah:
1) ... empat hakim konstitusi memiliki dissenting opinion (pendapat berbeda),
yaitu M. Akil Mochtar ...
2) Walikota dan wakil walikota Medan terpilih Drs. H. Rahudman Harahap,
4.1.6.2 Tanda Koma
Dalam penggunaan tanda koma pada data yang diteliti terdapat kesalahan sebagai
berikut:
1) Kesalahan penggunaan tanda koma di belakang kata atau ungkapan penghubung
antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat, yaitu:
1) Oleh karena itu adanya tekad dinas pertamanan kota Medan untuk kembali
menata serta lebih mengedepankan nilai estetika ...
2) Oleh karena itu pelantikan Walikota Medan dan Wakil Walikota ...
Pada data 4.1.6.2. di atas terdapat kesalahan penggunaan tanda koma. Seharusnya
tanda koma dipakai setelah kata ’oleh karena itu’ karena terdapt di awal kalimat.
Penulisan yang benar dari data di atas adalah:
1) Oleh karena itu, adanya tekad dinas pertamanan kota Medan untuk kembali
menata serta lebih mengedepankan nilai estetika ...
2) Oleh karena itu, pelantikan Walikota Medan dan Wakil Walikota ...
2) kesalahan penggunaan tanda koma di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian
atau bilangan, yaitu:
1) Dalam kajian KPPOD propinsi yang memiliki perda bermasalah terbanyak
antara lain, Sumatera Utara (217), Jawa Tengah (196), Jawa Timur (194),
Kalimantan Timur (151), Jawa Barat (142), Kalimantan Tengah (135), Jambi
(128), Sulawesi selatan (116) dan Sumatera Barat.
Pada data 4.1.6.2 penggunaan tanda koma di atas harus digunakan sebelum kata
penghubung dan jika pemerinciannya lebih dari dua. Dengan demikian penulisan yang
1) Dalam kajian KPPOD propinsi yang memiliki perda bermasalah terbanyak antara
lain, Sumatera Utara (217), Jawa Tengah (196), Jawa Timur (194), Kalimantan
Timur (151), Jawa Barat (142), Kalimantan Tengah (135), Jambi (128), Sulawesi
selatan (116), dan Sumatera Barat.
4.1.6.3 Tanda Titik Koma
Dalam penggunaan tanda titik koma tidak ditemuka data pada tajuk rencana koran
Analisa yang menjadi objek penelitian
4.1.6.4 Tanda Titik Dua
Dalam penggunaan tanda titik dua tidak ditemukan data pada tajuk renjana koran
Analisa yang menjadi objek penelitian.
4.1.6.5 Tanda Hubung
Kesalahan penggunaan tanda hubung terdapat pada data-data berikut:
1) ... masyarakat yang bekerja di sektor non informal ...
Pada data 4.1.6.5 di atas terdapat kesalahan dalam penggunaaan tanda hubung
yaitu pada kata non formal yang dicetak tebal seharusnya menggunakan tanda hubung di
antara kata non dan kata formal. Jadi penulisan yang benar adalah:
1) ... masyarkat yang bekerja di sektor non-informal
Selain itu, kesalahan penggunaan tanda hubung juga terdapt pada data-data di bawah ini:
2) … mau-tak mau pasar tradisional …
3) Dampak dari ketidak-seriusan aparat penegak hukum …
Pada data 2 dan 3 tanda hubung tidak dipakai karena kedua kata yang dicetak
tebal tersebut bukan merupakan kata ulang. Oleh karena itu penulisan yang benar adalah:
3) ... mau tak mau pasar tradisional...
4) Dampak ketidakseriusan aparat penegak hukum…
4.1.6.6 Tanda Pisah
1. Kesalahan penggunaan tanda pisah yang membatasi penyisipan kata atau kalimat
yang memberi penjelasan dari luar bangun, yaitu:
1) ... internasional -- yang akhirnya menghancurkan perekonomian Kuba.
2) ... mereka harus menyuap aparat pemerintah untuk mendapatkan pelayanan
publik -- yang sebenarnya sebagian besar adalah gratis.
Penulisan tanda pisah pada data 4.1.6.6 di atas kurang tepat, tanda pisah tidak
ditulis dengan dua tanda hubung yang berdekatan. Jadi penulisan yang benar adalah:
1) ... internasional–yang akhirnya menghancurkan perekonomian Kuba.
2) ... mereka harus menyuap aparat pemerintah untuk mendapatkan pelayanan
publik–yang sebenarnya sebagian besar adalah gratis.
2. Kesalahan penggunaan tanda pisah yang menegaskan adanya keterangan aposisi
atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas, yaitu:
1) ... ke negara pulau itu -- yang merupakan bagian dari embargo
perdagangan AS selama 48 tahun -- yang bisa membanjiri.
2) Tapi kenyataannya -- terutama bagi orang awam seperti kita --
tercengang melihat …
3) Tekanan dunia, termasuk tekanan dari China -- negara satu-satunya
Penulisan tanda pisah pada data (1-3) di atas kurang tepat. Jadi penulisan yang
benar dari data di atas adalah:
1) ... ke negara pulau itu–yang merupakan bagian dari embargo perdagangan
AS selama 48 tahun–yang bisa membanjiri …
2) Tapi kenyataannya–terutama bagi orang awam seperti kita–tercengang
melihat …
3) Tekanan dunia, termasuk tekanan dari China–negara satu-satunya
pendukung Korut–masih sulit melunakka n hati Kim Jong II ...
4.1.6.7 Tanda Tanya
Dalam penggunaan tanda tanya tidak ditemukan data pada tajuk rencana koran
Analisa yang menjadi objek penelitian.
4.1.6.8 Tanda Seru
Dalam penggunaan tanda seru tidak ditemukan data pada tajuk renca koran
Analisa yang menjadi objek penelitian.
4.1.6.9 Tanda Kurung
Dalam penggunaan tanda kurung tidak ditemukan data pada tajuk rencana koran
Analisa yang menjadi objek penelitian.
4.1.6.10 Tanda Petik
Ada satu jenis kesalahan yang dijumpai dalam pemakain tanda petik, yaitu:
1) ... oleh pemerintah Kuba diidentikkan dengan”Pengkhianat Negara’.
Pada data 4.1.6.10 di atasa salah kerene kekurang cermatan pada penulisa tanda
petik, seharunya tidak menggunakan tanda petik. Penulisan yang benar dari data di atas
1) ... oleh pemerintah Kuba diidentikkan dengan Pengkhianat Negara.
4.1.6.11 Tanda Petik Tunggal
Dalam penggunaan tanda petik tunggal tidak ditemukan data pada tajuk rencana
koran Analisa yang menjadi objek penelitian.
4.1.6.12 Tanda Garis Miring
Dalam penggunaan tanda garis miring tidak ditemukan pada data tajuk rencana
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN
Ejaan tidak hanya membicarakan bagaimana sebuah bunyi ujaran dilambangkan
dalam bentuk huruf-huruf, tetapi juga membahasan penggunaan tanda-tanda bacanya.
Dalam bahasa Indonesia, masalah ejaan adalah hal yang paling utama. Hal ini telah
terbukti dari berbagai usaha yang telah dilakukan oleh pemerintahan dalam pembinaan di
bidang ejaan.
Dari hasil pengolahan data dalam penelitian ini mengenai kesalahan pemakaiaan
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan pada Tajuk Rencana Koran Analisa,
penulis mengambil simpulan bahwa secara umum pemakaian ejaan pada Tajuk Rencana
Koran Analisa di Medan masih kurang baik. Hal ini dapat kita lihat dari berbagai uraian
yang telah penulis uraikan. Kesalahan pemakaian ejaan yang dijumpai pada Tajuk
Rencana Koran Analisa di Medan adalah kesalahan penulisan huruf kapital, huruf miring,
gabungan kata, penggunaan kata depan, penulisan unsur serapan, penggunaan tanda baca.
Kesalaha dalam penggunaan huruf kapital meliputi kesalahan dalam penulisan huruf di
awal kalimat, seperti ’SEJAK dipermudahnya aturan pemekaran pada tahun 1999..’.
penulisan kata pertama kalimat tersebut seharusnya menjadi ’Sejak dipermudahnya
aturan pemekaran tahun1999...’. Selain itu keslahan dalam penggunaan huruf kapital juga
terdapat di tengah kalimat, contoh: ’... untuk menyelamatkan Bumi dari ancaman
perubahan iklim ...’ seharusnya menjadi ’... untuk menyelamatkan bumi dari ancaman
Kesalahan dalam penulisan huruf miring, kesalahan dalam penulisan gabungan
kata, kesalahan dalam penggunaan kata depan, kesalahan dalam penulisan unsur serapan,
dan kesalahan penulisan tanda baca dalam Tajuk Rencana Koran Analisa sebagian besar
disebabkan atas kekurangtelitian dan kurangnya perhatian terhadap Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, sehingga kesalahan-kesalahan yang sama sering terjadi
berulang-ulang.
5.1 SARAN
Media massa sebagai sebuah media komunikasi yang memiliki peranan besar
usaha dalam pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia menyadari betapa besar
fungsinya bagi masyarakat pembaca, media-massa harus menggunakan bahasa yang baik
dan benar. Oleh karena itu, penggunaan bahasanya terutama yang berkenaan dengan
masalah ejaan sangatlah perlu diperhatikan. Untuk itu, seorang wartawan harus tetap
mempedomani kaidah yang ada pada buku Pedoman Umun Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.
Penulis berharap semoga pada masa yang akan datang kesalahan tidak lagi
ditemukan. Penulis juga berharap kepada generasi penerus bangsa ini agar tetap
mencintai bahasa nasional kita, yaitu bahasa Indonesia dan kita harus mempunyai rasa
tanggung jawab atas pertumbuhan dan perkembangannya.
Sebagai Bangsa Indonesia kita harus bangga memiliki bahasa persatuan sehingga
dalam diri kita masing-masing akan lahir satu kesadaran untuk menggunakan bahasa
DAFTAR PUSTAKA
Cangara, Hafied. 2006. Pengantara Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Chaer, abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta.
Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Jakarta: Angkasa.
Kep. Mendikbud no. 0543a Tn.1987. 2008. Ejaan Yang Disempurnakan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Kridalaksana, Harimurti. 1996. Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia.
Jakarta:Gramedia Pustaka
Ritonga, Parlaungan, dkk. 2009. Bahasa Indonesia Praktis. Medan: Bartong Jaya.
Sudaryanto.1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana
Sumadiria, AS Haris. 2005. Jurnalistik Indonesia. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tarigan, Henri Guntur dan Djago Tarigan. 1995. Pengajaran Analisa Kesalahan
Berbahasa. Bandung: Angkasa
KAMUS:
Alwi, Hasan dkk. 2003. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Umum
SKRIPSI:
Nainggolan, Parinsan. 1996. Analisis Kesalahan Penggunaan Kata dan Kalimat
Bahasa Indonesia dalam Skripsi Mahasiswa Fisip USU Medan tahun
1996.(skripsi). Medan: Sastra USU Medan
Siburian, Harisman. P. 1993. Analisis Kesalahan Penggunaan Ejaan yang
Disempurnakan pada Penulisan Surat dinas di Kantor Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Kecamatan Medan Sunggal. (skripsi). Medan: Sastra