• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesalahan Ejaan pada Tajuk Rencana Koran Analisa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kesalahan Ejaan pada Tajuk Rencana Koran Analisa."

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

KESALAHAN EJAAN PADA TAJUK RENCANA

KORAN ANALISA

SKRIPSI

OLEH

ELFINA HASIBUAN

050701006

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

MEDAN

(2)

KESALAHAN EJAAN PADA TAJUK RENCANA KORAN ANALISA

Oleh Elfina Hasibuan NIM 050701006

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana dan

telah disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Namsyah Hot Hasibuan, M.Ling Drs. Aiyub Sulaiman

NIP. 19541024 198203 1 002 NIP. 19500101 198003 1 003

Departemen Sastra Indonesia

Ketua,

Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah dinjukan untuk memperoleh gelar sarjana di perguruan tinggi dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan

oleh orang lain, kecuali yang tertulis yang diacukan dalam naskah ini dan disebutkan

dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia

menerima sanksi berupa pembatalan gelar sarjana yang saya peroleh.

Medan, November 2010

Penulis

(4)

KESALAHAN EJAAN PADA TAJUK RENCANA KORAN ANALISA

Oleh Elfina Hasibuan

ABSTRAK

Penelitiaan ini berjudul “Kesalahan Ejaan pada Tajuk Rencana Koran Analaisa” sasaran utama penelitian difokuskan pada kesalahan penerapan penggunaan kaidah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EyD).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak. Metode simak ini didukung teknik catat yaitu dengan mencatat data-data yang dianggap dapat memenuhi untuk menjadi data penelitian agar lebih mudah digolongkan dan dianalisis, sedangkan untuk mengkaji data dipergunakan metode padan dengan menggunakan teknik dasar dan teknik lanjut. Dalam teknik dasar digunakan teknik pilah unsur penentu dengan daya pilah sebagai pembeda larik tulisan, sedangkan dalam teknik lanjut digunakan tahnik hubung banding menyamakan hal pokok.

(5)

PRAKATA

Bismillahirrahmanirrohim

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah Swt yang telah melimpahkan

rahmat, kesehatan, keselamatan dan kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini guna memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana sastra pada

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Tiada daya upaya tanpa pertolongan-Nya

hingga skripsi ini diselesaikan.

Usaha dan kerja yang telah dilakukan penulis tidak akan berjalan sukses tanpa

adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak dalam kesempatan ini, dengan rasa

tulus dan iklas penulis ingin meyampaikan rasa terima kasih tak terhingga kepada

ayahanda yang terhormat dan teramat saya sayangi H. Anwar Hasibuan dan ibunda

tercinta Hj. Rosna Siregar yang telah berikan cinta, kasih yang berlimpah dan dengan

iklas mengiringi setiap langkahku dengan do’a, pengorbanan yang takkan pernah ternilai

harganya, yang selalu mengajarkan kepada penulis dalam menjalani hidup, dan selalu

memberikan motivasi bagi penulis untuk menjadi manusia yang lebih baik, kuat dan

sabar dalam menghadapai cobaan.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., sebagai Dekan Fakultas Sastra Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum., sebagai Ketua Departemen Sastra

Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang telah mengesahkan

(6)

3. Ibu Dra. Mascahaya, M.Hum., sebagai Sekretaris Departemen Sastra Indonesia

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang telah memberi bantuan kepada

penulis selama perkuliahan hingga selesai skripsi ini.

4. Bapak Drs. Namsyah Hot Hasibuan, M.Ling., sebagai Dosen Pembimbing I yang

telah dengan sabar memberikan bimbingan, semangat, dan dukungan kepada

penulis selama meyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Aiyub Sulaiman, sebagai Dosen Pembimbing II yang telah banyak

membantu penulis dalam memeriksa, mengomentari bahkan memotivasi penulis

untuk menyempurnakan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Yulizar Yunas, sebagai Dosen Wali penulis yang telah banyak memberi

nasehat akademik

7. Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bimbingan dan

pengajaran selama penulis mengikuti perkuliahan.

8. Kakanda Dedek yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis dalam

meyelesaikan masalah administrasi.

9. My best family, kakanda Armawati dan suami, bg Mail dan istri, bg Dahlil dan

istri, abang Yusup, adikku Saddam, terima kasih untuk semua dukungannya

selama ini, baik moril maupun materil. Semoga Allah membalas semua kebaikan

yang telah abang, kakak, beserta adikku berikan pada penulis.Amin.

10.Special thank’s for “Doni Mahidin” yang selama ini telah memberikan banyak

(7)

11. Teman-temanku tersayang dan seperjuangan di Departemen Sastra Indonesia

khususnya stambuk 05, Sopia Rahmi, Putri Sari Murni S.S, Eva Mizkat, S.S,

Purnama Sari Siregar, Rusliana, Risna D.M Aritonang, Peri Irawati, penulis akan

selalu ingat dengan perjalanan dan persahabatan kita selama ini. Good Luck

semuanya ya.

12. Teman kosku terimut khususnya di Gg Kamboja no 48, kakanda Ilyani, adinda

Susan, Uut, Kiki, Putri, Lia, Dewi, Eva, dan Tifa, tiada kata terindah yang bisa

penulis ucapkan selain kata terima kasihku buat kalian semua.

Hormat saya,

(8)

DAFTAR ISI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, dan TINJAUAN PUSTAKA .... 6

(9)
(10)

4.1.6.7. Tanda Tanya ... 45

4.1.6.8. Tanda Seru ... 45

4.1.6.9. Tanda Kurung ... 45

4.1.6.10. Tanda Petik ... 45

4.1.6.11. Tanda Petik Tunggal ... 45

4.1.6.12. Tanda Garis Miring ... 45

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 48

5.1 Simpulan ... 48

5.2 Saran ... 48

(11)

KESALAHAN EJAAN PADA TAJUK RENCANA KORAN ANALISA

Oleh Elfina Hasibuan

ABSTRAK

Penelitiaan ini berjudul “Kesalahan Ejaan pada Tajuk Rencana Koran Analaisa” sasaran utama penelitian difokuskan pada kesalahan penerapan penggunaan kaidah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EyD).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak. Metode simak ini didukung teknik catat yaitu dengan mencatat data-data yang dianggap dapat memenuhi untuk menjadi data penelitian agar lebih mudah digolongkan dan dianalisis, sedangkan untuk mengkaji data dipergunakan metode padan dengan menggunakan teknik dasar dan teknik lanjut. Dalam teknik dasar digunakan teknik pilah unsur penentu dengan daya pilah sebagai pembeda larik tulisan, sedangkan dalam teknik lanjut digunakan tahnik hubung banding menyamakan hal pokok.

(12)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang berfungsi untuk mencapai maksud dan

tujuan dari penuturnya. Setiap bahasa memiliki ragam dan pola-pola tertentu. Sebagai

negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia memiliki bermacam-macam bahasa

daerah. Namun, untuk mempermudah penggunaan bahasa itu, maka ditetapkanlah bahasa

Indonesia sebagai bahasa resmi Negara Republik Indonesia. Seperti ragam bahasa

lainnya, bahasa Indonesia juga memiliki sistem dan pola-pola tertentu. Sistem-sistem dan

pola-pola bahasa Indonesia ini disebut juga sebagai kaidah-kaidah atau norma-norma

bahasa Indonesia (Tarigan, 1988: 272). Sebagai sebuah sistem, maka bahasa Indonesia

terbentuk oleh suatu aturan tertentu, baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk kata,

maupun tata bentuk kalimat. Kaidah-kaidah tersebut tercakup ke dalam bidang linguistik

yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.

Bahasa merupakan jalinan antarkalimat yang dibentuk dari kata-kata. Kata

merupakan unsur yang paling penting di dalam bahasa. Kata adalah satuan ujaran yang

berdiri sendiri yang terdapat di dalam kalimat, dapat dipisahkan, dapat ditukar, dapat

dipindahkan, dan mempunyai makna serta digunakan untuk berkomunikasi. Setiap kata

mengandung konsep makna dan mempunyai peranan di dalam pelaksanaan bahasa.

Konsep dan peranan tersebut tergantung dari jenis kata-kata itu serta penggunaannya di

dalam kalimat. Dengan demikian, bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting

agar maksud dan tujuan dari penuturnya dapat tercapai. Dalam berkomunikasi,

(13)

Salah satu media yang dapat digunakan dalam menyampaikan pesan tersebut adalah

media massa berupa surat kabar yang berisi tulisan-tulisan mengenai satu topik tertentu.

Untuk menyusun suatu tulisan, diperlukan kaidah-kaidah bahasa. Kaidah-kaidah

tersebut dalam bahasa Indonesia disebut dengan kaidah Ejaan yang Disempurnakan

(EyD). Konsep-konsep dasar yang ditetapkan dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan (EyD) itu merupakan kelanjutan dari beberapa ejaan yang pernah disusun

sebelumnya. EyD dinyatakan mulai berlaku sejak penggunaannya diresmikan oleh

Presiden Republik Indonesia, Soeharto pada tanggal 16 Agustus 1972, dengan Kepres

No. 57 Tahun 1972. Selanjutnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 31

Agustus 1976 meresmikan berlakunya pemakaian Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah di seluruh

Indonesia.

Surat kabar merupakan salah satu alat komunikasi yang banyak dikonsumsi oleh

masyarakat untuk mendapatkan berbagai informasi yang relatif praktis dan ekonomis.

Informasi yang di peroleh dari surat kabar juga dapat dipergunakan sebagai sarana untuk

mengembangkan bahasa Indonesia. Walaupun penggunaan internet sudah meluas tetapi

surat kabar tidak pernah ditinggalkan orang, terutama para lansia. Seiring dengan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka perkembangan surat kabar juga cukup

pesat dengan berbagai nama terbitan surat kabar. Namun, surat kabar yang penulis ambil

untuk penelitian ini adalah surat kabar Analisa. Surat kabar Analisa merupakan salah satu

surat kabar harian lokal yang terbit di kota Medan. Surat kabar itu diterbitkan pada

(14)

surat kabar yang terbesar di kota Medan yang terbit tujuh kali dalam seminggu. Dalam

surat kabar Analisa terdapat berbagai rubrik, salah satunya adalah tajuk rencana.

Tajuk rencana menampilkan opini yang berisikan pendapat dan sikap resmi suatu

media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal, atau

kontroversial yang berkembang dalam masyarakat. Opini yang ditulis pihak redaksi

diasumsikan untuk mewakili sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media

pers yang bersangkutan secara keseluruhan sebagai suatu lambang penerbitan media

berkala. Surat kabar bukanlah suara perorangan atau pribadi-pribadi yang terdapat di

jajaran redaksi atau di bagian produksi dan sirkulasi, melainkan suara kolektif seluruh

wartawan dan karyawan dari suatu lambang penerbitan pers, karena merupakan suara

lembaga, maka tajuk rencana tidak ditulis dengan mencantumkan nama penulisnya.

Untuk itulah penulis merasa tertarik menjadikan surat kabar sebagai objek dari penelitian

skripsi yang selanjutnya akan dijabarkan dalam bab pembahasan berdasarkan

konsep-konsep EyD. Tajuk rencana yang akan dibahas pada penelitian skripsi ini dimulai sejak

tanggal 01 Juli 2010 sampai dengan tanggal 31 Juli 2010 (selama satu bulan).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kesalahan penggunaan huruf kapital pada tajuk rencana dalam koran

Analisa?

2. Bagaimanakah kesalahan penggunaan huruf miring pada tajuk rancana koran

(15)

3. Bagaimanakah kesalahan penulisan gabungan kata dan kata depan pada tajuk rencana

dalam koran Analisa?

4. Bagaimanakah kesalahan penulisan unsur serapan pada tajuk rencana dalam koran

Analisa?

5. Bagaimanakah kesalahan pengunaan tanda baca pada tajuk rencana dalam koran

Analisa?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis kesalahan penggunaan huruf kapital pada tajuk rencana dalam

koran Analisa.

2. Menganalisis kesalahan penggunaan huruf miring pada tajuk rencana dalam

koran Analisa.

3. Menganalisis kesalahan penulisan gabungan kata dan kata depan pada tajuk

rencana dalam koran Analisa.

4. Menganalisis kesalahan penulisan unsur serapan pada tajuk rencana dalam

koran Analisa.

5. Menganalisis penggunaan tanda baca yang meliputi; tanda titik, tanda koma,

(16)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kesalahan penggunaan EyD pada rubrik tajuk rencana

dalam koran Analisa sebagai salah satu surat kabar yang terbit di kota Medan.

2. Menambah wawasan mengenai penerapan kaidah-kaidah dalam bahasa

Indonesia, khususnya EyD pada salah satu surat kabar sebagai salah satu

sarana komunikasi tulisan.

3. Menjadi bahan penelitian lanjutan, khususnya dari perkembangan penerbitan

(17)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2003: 588) konsep adalah gambaran

mental dari suatu objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan

oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Dengan demikian, konsep dalam penelitian

ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahpahaman dalam menentukan makna dari

suatu kata atau hal yang dapat dijadikan sebagai bahan acuan. Maka konsep-konsep pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.1.1 Ejaan

Pengertian ejaan dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi khusus dan segi umum.

Secara khusus ejaan dapat diartikan sebagai pelambang bunyi-bunyi bahasa dengan

huruf, baik berupa huruf demi huruf, maupun huruf yang sudah disusun menjadi kata,

frasa atau kalimat. Sedangkan secara umum, ejaan berarti keseluruhan dan

penggabungannya, yang dilengkapi pula dengan penggunaan tanda baca. Maka, ejaan itu

pada dasarnya mencakup penulisan huruf, penulisan kata, termasuk singkatan, akronim,

lambang bilangan dan penggunaan tanda baca. Menurut Ritonga (2009: 30).

2.1.2 Ejaan yang Disempurnakan (EyD)

Konsep-konsep dasar yang ditetapkan dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan (EyD) merupakan kelanjutan dari Ejaan Baru dan Ejaan Lembaga

Bahasa dan Kesusastraan. Disebut sebagai Ejaan yang Disempurnakan karena memang

ejaan itu merupakan hasil penyempurnaan dari beberapa ejan yang pernah disusun

(18)

Di samping perubahan huruf dalam ejaan lama menjadi penulisan huruf yang kita

kenal sekarang ini dan beberapa ketentuan lainnya. Menurut Ritonga (2009 : 37) dalam

EyD secara umum diatur hal-hal sebagai berikut, yaitu:

1. pemakaian huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring,

2. penulisan kata,

3. penulisan tanda baca,

4. penulisan singkatan dan akronim,

5. penulisan angka dan lambang bilangan, dan

6. penulisan unsur serapan

2.1.3 Tajuk Rencana

Tajuk rencana adalah opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai

institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal, dan kontroversial yang

berkembang dalam masyarakat (Sumadiria, 2005: 7).

2.1.4 Koran Analisa

Koran Analisa adalah salah satu harian lokal yang terkemuka di daerah Sumatera

Utara. Harian ini memuat berita olah raga, berita tentang gaya hidup, informasi ekonomi ,

kesehatan, sampai dengan iklan, semua termuat dalam harian ini. Pertama kali diterbitkan

pada tanggal 23 Maret 1972, Analisa mempunyai format broadsheet (lebar) dan

merupakan surat kabar yang terbesar di Medan yang terbit tujuh kali dalam seminggu.

2.2. Landasan Teori

Landasan teoretis yang dipakai pada penelitian ini adalah berdasarkan Ejaan yang

(19)

Kebudayaan (Menteri P dan K) No. 0156/P/1972 pada tanggal 12 Oktober 1972.

(Ritonga, 2009: 37).

2.2.1. Penggunaan Huruf Kapital

Huruf besar atau huruf kapital digunakan:

1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.

Contoh:

- Dia mengantuk.

- Pekerjaan itu belum selesai.

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

Contoh :

- Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”

- Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!”

3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang

berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk

Tuhan.

Contoh:

- Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih

- Quran, Alkitab, Weda

- Bimbinglah hamba-Mu.

- Kepada-Nya kami memohon ampunan.

4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,

keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

(20)

- Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim.

5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat

yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang

tertentu, nama instansi, atau nama tempat.

Contoh:

- Wakil Presiden Boediono, Profesor Soepomo.

6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.

Contoh:

- Amir Hamza, Nazril Ilham, Doni Mahidin.

7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan

bahasa.

Contoh:

- bangsa Indonesia, bangsa Arab.

8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya, dan

peristiwa sejarah.

Contoh:

- hari Lebaran, Proklamsi Kemerdekaan Indonesia.

9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khasgeografi.

Contoh:

- Asia Tenggara, Danau Toba, Bukit Barisan.

10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf petama semua unsur nama negara,

lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali

(21)

Contoh:

- Majelis Permusyawaratan Rakyat, Departemen Pendidikan, dan

Kebudayaan.

11. Huruf kapital sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang

terdapat pada nama badan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta

dokumen resmi.

Contoh:

- Perserikatan Bangsa-Bangsa, Undang-Undang Republik Indonesia.

12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua

unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan

juga karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak

terdapat pada posisi awal.

Contoh:

- Saya telah membaca buku Ketika Cinta Bertasbih.

- Ani sedang membaca Dari Aea Maria ke Jalan Menuju Roma.

13. Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,

pangkat, dan sapaan.

Contoh:

- Dr. doktor

- M.A. master of arts

(22)

14. Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan

kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai

dalam penyapaan dan pengacuan.

Contoh:

- “Kapan Kakak pulang?” kata Hendi.

- “Silahkan diminum tehnya Pak!” kata ibu.

15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti anda.

Contoh:

- Sudah Anda tahu?

- Surat Anda telah kami terima.

2.2.2. Penulisan Huruf Miring

Huruf miring digunakan dalam cetakan, dalam tulisan tangan atau ketikan yang

akan dicetak miring., diberi garis miring bawah tunggal.

Huruf miring digunakan untuk:

1. Huruf miring dalam catatan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan

surat kabar yang dikutip dalam tulisan

Contoh:

majalah Bahasa dan Kesusastraan, buku Negara-kertagama karangan Prapanca,

surat kabar Suara Karya.

2. Huruf miring dalam catatan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan

huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.

Contoh:

(23)

Dia bukan menipu, tetapi ditipu.

Bab ini tidak membicarakan penulis huruf kapital.

3. Huruf miring dan catatan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau

ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaanya.

Contoh:

Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.

Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi ’pandangan dunia.

2.2.2. Gabungan Kata

Gabungan kata adalah bentuk yang terdiri daridua buah kata atau lebih, aturan

penulisannya adalah sebagai berikut:

1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk , termasuk istilah khusus,

unsur-unsurnya ditulis terpisah.

Contoh:

- duta besar, kambing hitam, mata kuliah, orang tua, simpang tiga, rumah sakit.

2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan

pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di

antara unsur yang bersangkutan.

Contoh:

- anak-istri saya, alat pandang-dengar, ibu-bapak kami, mesin-hitung tangan.

3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai.

Contoh:

(24)

2.2.4. Penggunaan Kata Depan

Kata depan di, ke, dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di

dalam gabungan kata yang dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan

daripada.

Contoh:

- Baju adek ada di lemari.

- Bani pulang ke kampung halamannya.

- Durian itu dibawa Elvi dari Sibolga.

2.2.5. Penulisan Unsur Serapan

Kata serapan adalah kata-kata yang berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah,

lalu digunakan dalam bahasa Indonesia. Dilihat dari tarap penyerapannya ada tiga macam

kata serapan yaitu:

1. Kata-kata yang sudah sempurnanya diserap ke dalam bahasa Indonesia. Kata-kata

ini sudah lazim dieja secara indonesia, sehingga sudah tidak dirasakan lagi

kehadirannya sebagai kata serapan. Misalnya: kata kabar, sirsak, iklan, perlu,

hadir, badan, waktu, kamar, botol, sekolah, dan ember,

2. Kata-kata yang masih asing, tetapai digunakan dalam konteks bahasa Indonesia.

Ejaan dan pengucapannya masih mengikuti cara asing. Misalnya: shuttle, cock,

knock out, time out, check in, door to door, built up, dan complete knock down.

3. Kata-kata asing yang untuk kepentingan peristilahan, ucapan dan ejaannya

disesuaikan dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini perubahan

(25)

dibandingkan dengan bentuk bahasa aslinya. Misalnya: aki (accu), komisi

(commission), psikologi (psychology), dan fase (phase).

2.2.6 Tanda Baca 1.Tanda Titik (.)

a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

Contoh:

- Ayahku tinggal di Medan.

b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau

daftar.

Contoh:

a. III.Departemen dalam negri

A. Direktorat jenderal pembangunan masyarakat desa.

B. Direktorat jenderal agrarian

1. ……

c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang

menunjukkan waktu.

Contoh:

- Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik).

d. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang

menunjukkan jarak waktu.

Contoh:

(26)

e. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir

dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.

Contoh:

- Siregar, Merari, 1920. Azab dan Sengsara

f. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatnnya.

Contoh:

- Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.234 jiwa.

g. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya

yang tidak menunjukkan jumlah.

Contoh:

- Ia lahir pada tahun 1986 di Bengkulu.

h. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau

kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.

Contoh:

- Acara Kunjungan Adam Malik

- Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD ‘45)

i. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tangal surat atau (2)

nama dan alamat penerima surat.

Contoh:

- Jalan Jamin Ginting 48

- Medan (tanpa titik)

- 08 Juni 2010 (tanpa titik)

(27)

- Jalan Gatot Subroto 21 (tanpa titik)

- Jakarta (tanpa titik)

2. Tanda Koma (,)

a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.

Contoh:

- Saya membeli kertas, pena, dan tinta.

b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat serta yang satu dari kalimat serta

berikutnya yang didahuli oleh kata seperti tetapi atau melainkan.

Contoh:

- Doni ingin datang, tetapi hari hujan.

c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak

kalimat itu mendahului induk kalimatnya.

Contoh:

- Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.

d. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika

anak kalimat mengiringi induk kalimatnya.

Contoh:

- Saya tidak akan datang kalau hari hujan.

e. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat

yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi,

pula, meskipun begitu, akan tetapi.

Contoh:

(28)

f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh kasihan dari

kata yang terdapat di dalam kalimat.

Contoh:

- O, begitu?

- Wah, bukan main!

- Hati-hati, ya, nanti jatuh.

g. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam

kalimat.

Contoh:

- Kata Ibu, “Saya gembira sekali.”

h. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat (ii) bagian-bagian alamat ,(iii)

tempat dan tanggal , dan (iv) nama tempat dan wilayah atau Negara yang ditulis

berurutan.

Contoh:

- Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Sastra, Universitas

Sumatera Utara, jalan Universitas

i. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya

dalam daftar pustaka.

Contoh:

- Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tata bahasa Baru Indonesia. Jakarta: PT

Pustaka Rakyat.

(29)

Contoh:

W.J.S. Poerwadarminta, bahasa Indonesia untuk karang-mengarang (Yogyakarta:

UP Indonesia, 1967), hlm. 4.

k. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya

untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

Contoh:

- B. Ratulangi, S. E.

l. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen

yang dinyatakan dengan angka.

Contoh:

- 12,5 M

- Rp12,50

m. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tembahan yang sifatnya tidak

membatas.

Contoh:

- Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.

n. Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan

yang terdapat pada awal kalimat.

Contoh:

- Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang

bersungguh-sungguh.

o. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain

(30)

Contoh:

- “Di mana saudara tinggal?” Tanya Eva.

- “Berdiri lurus-lurus!” perintahnya.

3. Tanda Titik Koma (;)

a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang

sejenis dan setara.

Contoh:

Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.

b. tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk

memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat mejemuk.

Contoh:

Ayah mengurus tanamanya di kebun itu; ibu sibuk bekerja di dapur; adik

menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri mendengarkan siaran

“pilihan pendengar”.

4. Tanda Titik Dua (:)

a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti

rangkaian atau pemerian.

Contoh:

Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.

c. Tanda titik dua dapat dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan

pemerian.

Contoh:

(31)

Seketaris : Salwah Salsabila

Bendahara : Paujan

Tempat rapat : Ruang 109

Pengantar acara : Saipul Akromi

Hari : Senin

Waktu : 09. 30

d. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan

pelaku percakapan.

Contoh

Ibu : (meletakkan beberapa kopor) “ Bawa kopor ini, Mir!”

Amir : “ Baik, Bu,” (mengangkat kopor dan masuk)

Ibu : “Jangan lupa. Letakkan baik-baik!” (duduk di kursi besar)

e. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara

bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan,

serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.

Contoh:

Tempo. I (1986), 09: 9

Surat yasin: 9

Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.

Tjokronegoro, Sutomo. 1968. Tjukuplah Saudara Membina Bahasa Persatuan

(32)

5. Tanda Hubung (-)

a. Tanda hubung meyambung suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.

Contoh:

- Di samping cara-cara lama itu ada juga ca-

ra yang baru.

b. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau

akhiran dengan kata di depannya pada pergantian baris.

Contoh:

- Kami ada cara yang baru untuk meng-

ukur panas

- Kukuran baru ini memudahkan kita me-

ngukur kelapa

- Senjata ini merupakan alat pertahan-

an yang canggih

c. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.

Contoh:

- Anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan

d. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian

tanggal.

Contoh:

- p-a-n-i-t-i-a

(33)

e. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian

kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.

Contoh:

- Ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan (20 x 5000) tang-

gung jawab dan kesetiakawanan sosial.

Bandingkan dengan

- Be-revolusi, dua-puluh-lima-ribu (1x 25000) tang-

gung jawab dan kesetiakawanan sosial

f. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang

dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv)

singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan

rangkap.

Contoh:

- se- Indonesia, se-Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan,

hari-H, sinar-X; Menteri- Sekretaris Negara.

g. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan

unsur bahasa asing.

Contoh:

- di-smash, per-tackle-an

6. Tanda Pisah( _ )

a. Tanda pisah membatasi peyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di

(34)

Contoh:

kemerdekaan bangsa itu_ saya yakin akan tercapai_ diperjuangan oleh bangsa

itu sendiri

b. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain

sehingga kalimat menjadi lebih jelas.

Contoh:

Rangkain temuan ini_ evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan

otonomi_telah mengubah konsepsi kita tentang alam semeta.

c. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti ’atau’

sampai dengan’

Contoh:

1910_ 1945

Tanggal 5_ 10 april 1970

Jakarta _ bandung

7. Tanda Elipsis (. . .)

a. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.

Contoh:

Kalau begitu . . . ya, marilah kita bergerak.

b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada yang

dihilangkan.

Contoh:

(35)

8. Tanda Tanya (?)

a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.

Contoh:

Kapan ia berangkat?

Saudara tahu, bukan?

b. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung unruk menyatakan bagian kalimat

yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

Contoh:

Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).

Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

9. Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau

perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercyaan, ataupun rasa emosi yang

kuat.

Contoh:

Alangkah seramnya peristiwa itu!

Bersihkan kamar itu sekarang juga!

Masak! Sampai hati juga aia meninggalkan anak-anaknya.

Merdeka!

10. Tanda Kurung ((...) )

a. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

(36)

Bagian perencanaan sudah selesai meyusun DIK (daftar isian kegiatan) kantor

itu.

b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian interaksi

pokok pembicaraan

Contoh:

keterangan itu (lihat tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam

pasaran dalam negeri.

c. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat

dihilangkan.

Contoh:

Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain (a).

Perjalanan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.

d. Tanda kurung mengapai angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan

Contoh:

faktor produksi meyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.

11. Tanda Kurung Siku ( [...] )

a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi

atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda

itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam

naskah asli.

Comtoh:

(37)

b. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah

bertanda kurung.

Contoh:

Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam bab II [ lihat

halaman 35-37] ) perlu dibentangkan di sini.

12. Tanda Petik ( “…” )

a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan

naskah atau bahan tertulis lain.

Contoh:

”Saya belum siap,” kata Mira,” Tunggu sebentar!”

Pasal 36 UUD 1945, berbunyi, ”bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”

b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam

kalimat.

Contoh:

Bacakah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, Dari Suatu Tempat.

Karangan Andi Hakim Nasution yang berjudul ” Rapor dan Nilai Prestasi di

SMA” diterbitkan dalam Tempo.

Sajak ”Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.

c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang

mempunyai arti khusus.

Contoh:

(38)

Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenalkan dengan

nama”cutbrai”.

d. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.

Contoh:

Kata Tono, “ Saya juga minta satu”.

e. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda

petik yang mengapait kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada

ujung kalimat atau bagian kalimat.

Contoh:

Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan ”Si Hitam”

Bang Komar sering disebut ”Pahlawan”. Ia sendiri tidak tahu sebabnya.

13. Tanda Petik Tunggal ( ’...’ )

Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.

Contoh:

Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”

“Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘ibu, bapak pulang’, dan

rasa letihku lenyap seketika,” ujar pak Handan.

14. Tanda Garis Miring

a. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamt dan

penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

Contoh:

No. 7/PK/1973

(39)

Tahun anggaran 1985/1986

c. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau dan tiap.

Contoh:

Dikirimpan lewat ’dikirimkan lewat darat

Darat/laut atau lewat laut’

Harganya ’harganya Rp25,00 tiap lembar’

Rp25,00/lembar

2.3 Tinjauan Pustaka

Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat, sesudah meyelidiki atau

mempelajari (KBBI, 2007: 1198). Pustaka adalah kitab, buku, buku primbon (KBBI,

2007: 912).

Penelitian skripsi yang menganalisis kesalahan penggunaan kata dan kalimat

bahasa Indonesia berdasarkan Ejaan yang Disempurnakan (EyD) pernah dikaji oleh:

1. Parinson Nainggolan (2000), dalam skripsinya yang berjudul Analisis Kesalahan

Penggunaan Kata dan Kalimat Bahasa dalam Skripsi Mahasiswa FISIP USU

Medan Tahun 1996. Dalam skripsinya dinyatakan bahwa lembaga atau gambaran

bunyi itu dapat dibagi menjadi dua yaitu: bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa

lisan adalah bahasa yang dipergunakan dalam percakapan sehari-hari. Bahasa

lisan tidak begitu terikat dengan kaidah bahasa. Bahasa tulisan adalah bahasa

yang dipergunakan dalam penulisan karangan, baik karangan ilmiah maupun

karangan populer. Bahasa tulis yang dipergunakan dalam karangan ilmiah harus

(40)

yang sudah ditetapkan dalam pedoman Ejaan bahasa Indonesia yang

disempurnakan (EyD).

Bahasa tulis yang dipergunakan mahasiswa mempunyai peranan besar bagi

masyarakat pembacanya. Di dalam penulisan skripsi, seorang mahasiswa harus

mengetahui kaidah-kaidah yang berlaku, seperti ejaan, sistem tata bahasa, sistem

tata kalimat. Karena kesalahan penulisan dapat mengakibatkan salah mengerti

terutama bagi orang yang membacanya.

2. Harisman P. Siburian (1993), dalam skripsinya yang berjudul Analisis Kesalahan

Penggunaan Ejaaan yang Disempurnakan pada Penulisan Surat Dinas di Kantor

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Medan Sunggal. Masalah yang

dikaji dalam penelitian itu adalah kesalahan penggunaan EyD pada penulisan

surat dinas. Surat dinas sebagai salah satu wadah pernyataan resmi suatu lembaga

atau instansi wajib ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia tulis resmi

sebagai alat tuturannya dan ditulis dengan menggunakan kaidah penulisan yang

berlaku sebagaimana tercantum dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia

yang Disempurnakan.

Penelitian ini berbeda dengan peneliti sebelumnya yang diteleiti oleh Parinson

Nainggolan di atas. Pada penelitian terdahulu dibicarakan tenetang penggunaan kata dan

kalimat dalam Skripsi Mahasiswa FISIP USU. Pada penelitian ini, pembahasannya fokus

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel

3.1.1 Populasi

Populasi adalah sekelompok orang, benda atau hal yang menjadi sumber

pengambilan sampel; suatu kumpulan yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan

dengan masalah penelitian (KBBI, 2004: 889). Maka, populasi pada penelitian ini adalah

surat kabar yang terbit setiap hari (harian) yaitu koran Analisa yang terbit sejak tanggal

01 Juli 2010 sampai dengan 31 Juli 2010.

3.1.2. Sampel

Sampel adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sifat suatu kelompok

yang lebih besar, bagian kecil yang mewakili kelompok atau keseluruhan yang lebih

besar. Karena jumlah populasi di atas terlalu besar maka sampel yang digunakan populasi

dalam peneliti ini dikhususkan pada rubrik tajuk rencana pada koran Analisa yang terbit

sejak tanggal 01 Juli 2010 sampai dengan 31 Juli 2010.

3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan

agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki (KBBI, 2002: 740). Data peneliti ini adalah

tulisan yang bersumber dari koran Analisa yang terbit setiap hari di Medan. Oleh karena

itu, metode yang relevan dengan penelitian ini adalah metode simak atau peyimakan

(Sudaryanto, 1993: 133). Metode simak adalah metode yang dilakukan dengan cara

meyimak penggunaan bahasa. Dalam hal ini, penggunaan bahasa yang disimak adalah

(42)

Juli 2010 sampai dengan 31 Juli 2010. Metode ini kemudian dilanjutkan dengan

mempergunakan teknik catat sebagi teknik dasar (Sudaryanto, 1993: 13). Dalam hal ini,

penulis membaca dan memeriksa data-data yang diperlukan sehubungan dengan

penganalisisan. Data yang diperoleh dicatat satu persatu sesuai permasalahan yang akan

dibahas. Kemudian seluruh data dikumpulkan dan dibahas kembali untuk menemukan

kepaduan antar data dan selanjutnya diklasifikasikan sesuai urutan pembahasan yang

disesuaikan dengan kaidah EyD.

3.3 Metode dan Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis adalah dengan menggunakan metode

padan. Metode padan alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari

bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993: 13). Metode padan ini

menggunakan teknik dasar dan teknik lanjutan. Dalam teknik dasar digunakan teknik

pilah unsur penentu dengan daya pilah sebagai pembeda larik tulisan, sedangkan dalam

teknik lanjut digunakan teknik hubung banding menyamakan hal pokok (HBSP). Karena

membandingkan berarti pula mencari kesamaan dan perbedaan yang ada di antara kedua

hal yang dibandingkan maka dapatlah hubungan banding itu dijabarkan menjadi

hubungan perbedaan. Kerena tujuan terakhir ialah mencari kesamaan pokok di antara

keduanya maka kelanjutannya kedua hubungan penyamaan dan pembedaan diikuti oleh

hubungan penyamaan pokok.

Contoh:

- Mengoperasikan armada mereka diMedan dan sekitarnya…

Contoh di atas, apabila dikaji dengan menggunakan teknik pilah unsur penentu, sebagai

(43)

tersebut ada tulisan yang dipisahkan dan ada yang tidak dipisahkan. Setelah itu,

dilanjutkan dengan teknik lanjutan, yaitu dengan teknik hubung banding menyamakan

hal pokok (Teknik HBSP). Dengan mencari perbandingan atau dengan membandingkan

kata tersebut dengan unsur data yang ditentukan yaitu Ejaan yang Disempurnakan (EyD).

Dalam unsur data yang ditentukan yaitu Ejaan yang Disempurnakan (EyD) dikatakan

bahwa kata depan di, ke, dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Maka

penulisan kata depan di dengan kata diMedan pada contoh di atas ditulis terpisah

(44)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 KESALAHAN EJAAN PADA TAJUK RENCANA KORAN ANALISA

Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal kata ”kesalahan” dan ”kekeliruan”

sebagai dua kata yang bersinonim, dua kata yang mempunyai makna yang kurang lebih

sama. Kekeliruan umumnya disebabkan oleh faktor peformasi (kemampuan menguasai

gramatikal satu bahasa secara abstrak). Keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau

kelupaan menyebabkan kekeliruan dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata,

tekanan kata atau kalimat, dan sebagainya. Kekeliruan ini bersifat acak, artinya dapat

terjadi pada setiap tataran linguistik. Kekeliruan biasanya dapat diperbaiki oleh para insan

itu sendiri bila yang bersangkutan lebih mengawas diri, lebih sadar atau memusatkan

perhatian. Insan itu sendiri sebenarnya sudah mengetahui sistem linguistik bahasa yang

digunakannya, namun karena sesuatu hal dia lupa akan sistem tersebut. Kelupaan ini

biasanya tidak lama karena itu pula, kekeliruan itu sendiri tidak bersifat lama.

Sebaliknya, kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi (kecakapan). Artinya,

insan itu memang belum mengetahui sistem linguistik bahasa yang digunakannya.

Kesalahan biasanya terjadi secara konsisten, jadi secara sistematis kesalahan itu dapat

berlangsung lama apabila tidak diperbaiki. (Tarigan, 1995: 75-76).

Atas dasar rasional di atas, sesuai dengan tujuan khusus yang ingin dicapai oleh

penelitian ini adalah segala bentuk tutur tulisan resmi yang menyimpang dari kaidah tata

(45)

4.1.1. Kesalahan Penulisan Huruf Kapital

Dalam penulisan huruf kapital pada tajuk rencana koran Analisa terdapat

kesalahan penulisan huruf kapital, yaitu:

1) Huruf kapital dipakai sebagi huruf pertama kata pada awal kalimat.

Hal ini dapat dilihat pada data berikut:

1. SEJAK dipermudahnya aturan pemekaran pada tahun 1999, 2. PERKEMBANGAN kuantitas penduduk di Indonesia... 3. BOLA itu bundar.

4. OBROLAN hanya kalangan ibu rumah tangga... 5. DALAM pekan terakhir ini,

6. PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono akan pengusulkan dalam rencana besar...

7. LAPORAN yang dilakukan…

8. SETIAP anggota Dewan Perwakilan Rakyat… 9. TIDAK bisa lain,

10. RENCANA pembangunan…

11. MENGEJUTKAN pemerintahan Kuba membebaskan…

12. DENGAN menyempurnakan pasar modern umumnya…

13. PERTEMUAN antara petinggi militer…

14. WALIKOTA dan Wakil Walikota…

15. PERINGATAN di samping Kapoldasu Irjen Pol.

16. BELUM hilang dalam ingatan kita…

(46)

18. MARI kita ajukan satu pertanyaan…

19. SUMATERA Selatan terpilih sebagai...

20. PENERTIBAN terhadap ratusan papan reklame...

21. BESAR hanya Presiden dan rakyat...

22. PUTUSAN Mahkama konstitual…

23. RIBUAN calon siswa baru dinyatakan…

Pada data-data di atas terdapat kekeliruan dalam penggunaan huruf kapital seperti

penulisan SEJAK, PERKEMBANGAN, BOLA, OBROLAN, DALAM, PRESIDEN,

LAPORAN, SETIAP, TIDAK, RENCANA, MENGEJUTKAN, DENGAN,

PERTEMUAN, WALIKOTA, PERINGATAN, BELUM, DI, MARI, SUMATERA,

PENERTIBAN, BESAR, PUTUSAN, RIBUAN. Seharusnya penulisan kata-kata tersebut

di atas hanya menggunakan huruf kapital pada huruf pertama, karena kata-kata tersebut

terdapat di awal kalimat. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal

kalimat. Oleh karena itu, kalimat tersebut harus diperbaiki penulisannya menjadi:

1. Sejak dipermudahnya aturan pemekaran pada tahun 1999, 2. Perkembangan kuantitas penduduk di Indonesia...

3. Bola itu bundar.

4. Obrolan hanya kalangan ibu rumah tangga... 5. Dalam pekan terakhir ini,

6. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan pengusulkan dalam rencana besar...

7. Laporan yang dilakukan…

(47)

9. Tidak bisa lain,

10. Rencana pembangunan…

11. Mengejutkan pemerintahan Kuba membebaskan…

12. Dengan menyempurnakan pasar modern umumnya…

13 Pertemuan antara petinggi militer…

14 Walikota dan Wakil Walikota…

15 Peringatan disamping Kapoldasu Irjen Pol.

16 Belum hilang dalam ingatan kita…

17 Di tengah ramalan dari anales asing maupun lokal…

18 Mari kita ajukan satu pertanyaan…

19 Sumatera Selatan terpilih sebagai...

20 Penertiban terhadap ratusan papan reklame...

21 Besar hanya Presiden dan rakyat...

22 Putusan Mahkama konstitual…

23 Ribuan calon siswa baru dinyatakan…

2) Kekurangcermatan menggunakan huruf kapital

1.… untuk menyelamatkan Bumi dari ancaman perubahan iklim …

2 ....liku-liku perundang-undangan, kepres maupun kepmen yang

mengaturnya.

Pada kedua kalimat di atas terdapat kesalahan penggunaan huruf kapital. Pada

kalimat pertama penulisan kata “Bumi” seharusnya bukanlah ditulis dengan huruf kapital,

tetapi harus ditulis dengan huruf kecil kerena tidak berada di awal kalimat. Apabila

(48)

menggunakan huruf kapital. Pada kalimat kedua penulisan kata “kepres” dan “kepmen”

seharusnya menggunakan huruf kapital pada huruf pertama masing-masing kata. Oleh

karena itu, penulisan yang benar adalah:

1. … untuk menyelamatkan bumi dari ancaman perubahan iklim …

2. ... liku-liku perundang-undangan, Kepres maupun Kepmen yang

mengaturnya.

4.1.2 Penggunaan Huruf Miring

Kesalahan penggunaan huruf miring terdapat pada kalimat-kalimat berikut:

1) ... kekurangan kekuatan pelaksanaan ”law-enforcement” dan sanksi

pengikat

2) ... produk-produk seperti panel surya, fuel-cell, mobil hibrida, green

buildings, dan sebagainya.

3) … pengetahuan atau hi-tech sekarang …

4) ... biaya kompensasi dari Green Climate Fund atas dasar program ...

5) ... seperti ”farmer’s market”, ”wet market”, “street market”, “night

market” di luar negri …

6) … kampanye pemilu dan “lip service” pejabat bersangkutan.

7) … membuat World Cup atau kita menyebutnya Piala Dunia tetap menjadi

tontonan yang paling menarik …

8) Gol Calos Tevez yang jelas tidak sah karena pemain sudah berada dalam

posisi off-side, malah disahkan.

9) Introduksi “good governance”, “meritory system”, “harmonius work

(49)

10) Bank sentral sebuah negara pada umumnya bertugas selain sebagai “lender of

last resort” …

11) … dapat menimbulkan “rush”, gejolak bahkan keguncangan keuangan

nasional overall.

12) “Too many cooks spoil the broth”. Hendaknya sekali-kali tidak terkesan

adanya dualisme dalam kelambagaan keuangan nasional.

13) Apa yang disampaikan Kapoldasu sebagi aparat penegak hukum diharapkan

tidak hanya sebagai lips service …

14) Yakni fungsi budgetting (penyusunan anggaran), kontroling (pengawasan)

dan legilasi (membentuk undang-undang).

15) Moratorium (penghentian) mungkin terlalu ekstrim …

Semua kata yang dicetak tebal pada 4.1.2 adalah salah. Seharusnya penulisan

kata-kata yang di cetak tebaldi atas menggunakan huruf miring karena kata-kata-kata-kata tersebut

merupakan istilah asing yang belum disesuaikan dengan EyD Ejaan yang disempurnakan.

Jadi penulisan yang benar dari data di atas adalah:

1) ... kekurangan kekuatan pelaksanaan law-enforcement dan sanksi pengikat

2) ... produk-produk seperti panel surya, fuel-cell, mobil hibrida, green buildings,

dan sebagainya.

3) … pengetahuan atau hi-tech sekarang …

4) ... biaya kompensasi dari Green Climate Fund atas dasar program ...

5) ... seperti farmer’s market, wet market, street market, night market di luar negri

(50)

7) … membuat World Cup atau kita menyebutnya Piala Dunia tetap menjadi

tontonan yang paling menarik …

8) Gol Calos Tevez yang jelas tidak sah karena pemain sudah berada dalam posisi

off-side, malah disahkan.

9) Introduksi good governance, meritory system, harmonius work culture dalam

pengelolaan manajemen …

10) Bank sentral sebuah negara pada umumnya bertugas selain sebagai lender of last

resort …

11) … dapat menimbulkan rush, gejolak bahkan keguncangan keuangan nasional

overall.

12) Too many cooks spoil the broth. Hendaknya sekali-kali tidak terkesan adanya

dualisme dalam kelambagaan keuangan nasional.

13) Apa yang disampaikan Kapoldasu sebagi aparat penegak hukum diharapkan tidak

hanya sebagai lips service …

14)Yakni fungsi budgetting (penyusunan anggaran), kontroling (pengawasan) dan

legilasi (membentuk undang-undang).

15) Moratorium (penghentian) mungkin terlalu ekstrim …

4.1.3 Gabungan Kata

Kesalahan penulisan gabungan kata yang ditemukan dalan tajuk rencana koran

Analisa hanya satu jenis, yaitu kesalahn panulisan yang lazim disebut dengan kata

(51)

terpisah, tetapi ditulis secara serangkai pada tajuk rencana koran Analisa. Penulisan

gabungan kata yang salah sebagai berikut:

1) Bagi penggemar sepakbola sejati ...

2) Jawaban seperti itu sebenarnya pragmatik saja karena menghadapi

pengunjukrasa atau sekelompok orang ...

3) ... melakukan penertiban atau menghadapi unjukrasa ...

4) Banyak orangtua merasa kebijakan sekolah seringkali samar alias kabur.

5) ... tanpa ada pembedaan antara sesama warganegara.

6) ... terkait erat dengan kedudukan orangtuanya sebagai pejabat publik ...

7) Obrolan hangat kalangan ibu rumahtangga saat ini adalah melambungnya

harga-harga kebutuhan pokok.

Pada data 4.1.3 di atas ditemukan penulisan kata majemuk secara serangkai

karena gabungan kata yang termasuk istilah khusus unsur-unsurnya ditulis terpisah.

Penulisan yang benar dari data di atas adalah:

1) Bagi penggemar sepak bola sejati ...

2) Jawaban seperti itu sebenarnya pragmatik saja karena menghadapi pengunjuk

rasa atau sekelompok orang ...

3) ... melakukan penertiban atau menghadapi unjuk rasa ...

4) Banyak orangtua merasa kebijakan sekolah sering kali samar alias kabur.

5) ... tanpa ada pembedaan antara sesama warga negara.

6) …... terkait erat dengan kedudukan orang tuanya sebagai pejabat publik ...

7) Obrolan hangat kalangan ibu rumah tangga saat ini adalah melambungnya

(52)

4.1.4 Penggunaan Kata Depan 4.4.1 Penggunaan Kata Depan di

Kesalahan penggunaan kata depan di terdapat pada kalimat-kalimat berikut:

1) ... dana APBD itu agar dikemudian hari pengusaha reklame ...

2) Tapi meski banyak kecaman di arahkan ke Korut ...

3) ... diantaranya pedagang, buruh bangunan, nelayan, dan sejenisnya.

Pada data 1 dan 3 kata depan di seharusnya ditulis terpisah karena kata di pada no.1

dan no.3 merupakan kata depan yang penulisannya harus dipisah dari kata yang

mengikutinya. Pada kalimat ke 2 penulisan digabung dengan kata yang mengikutinya

karena pada data 2 di merupakan imbuhan bukan kata depan. Penulisan yang benar dari

data di atas adalah:

1) ... dana APBD itu agar di kemudian hari pengusaha reklame ...

2) Tapi meski banyak kecaman diarahkan ke Korut ...

3) ... di antaranya pedagang, buruh bangunan, nelayan, dan sejenisnya

4.5 Penulisan Unsur Serapan

Dalam penggunaan penulisan unsur serapan tidak ditemukan data pada tajuk

rencena koran Analisa yang menjadi objek penelitian.

4.6 Tanda Baca 4.1.6.1 Tanda Titik

Dalam penggunaan tanda titik terdapat beberapa kesalahan, yaitu:

1) Kesalahan penggunaan tanda titik pada akhir singkatan nama orang, gelar jabatan.

(53)

1) ... empat hakim konstitusi memiliki dissenting opinion (pendapat berbeda),

yaitu M Akil Mochtar ...

2) Walikota dan wakil walikota medan terpilih Drs. H. Rahudman Harahap MM

dan Drs. H. Dzulmi Eldin, M.S.i, senin (26/7) resmi dilantik oleh Gubsu H.

Syamsul Arifin, SE ...

Kesalahan pada data 4.1.6.1 adalah karena pada akhir singkatan nama orang dan

glar tidak menggunakan tanda titik. Tanda titik pada Ejaan yang Disempurnaka

digunakan setalah singkatan nama orang dan juga digunakan pada singkatan gelar. Pada

data no.1 tanda titik seharusnya digunakan setelah huruf ’M’ yang merupakan singkatan

nama orang. Pada data no.2 tanda titik seharusnya digunakan di antara singkatan gelar

’MM’. Pada data no.3 kesalahan terdapat pada penulisan gelar ‘M.S.i’. Seharusnya tanda

titik hanya digunakan di antara huruf ‘M’ dan huruf ’S’. Penulisan singkatan gelar ’SE’

seharusnya menggunakan tanda titik di antara huruf ‘S’dan ’E’. Penulisan yang benar

dari data di atas adalah:

1) ... empat hakim konstitusi memiliki dissenting opinion (pendapat berbeda),

yaitu M. Akil Mochtar ...

2) Walikota dan wakil walikota Medan terpilih Drs. H. Rahudman Harahap,

(54)

4.1.6.2 Tanda Koma

Dalam penggunaan tanda koma pada data yang diteliti terdapat kesalahan sebagai

berikut:

1) Kesalahan penggunaan tanda koma di belakang kata atau ungkapan penghubung

antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat, yaitu:

1) Oleh karena itu adanya tekad dinas pertamanan kota Medan untuk kembali

menata serta lebih mengedepankan nilai estetika ...

2) Oleh karena itu pelantikan Walikota Medan dan Wakil Walikota ...

Pada data 4.1.6.2. di atas terdapat kesalahan penggunaan tanda koma. Seharusnya

tanda koma dipakai setelah kata ’oleh karena itu’ karena terdapt di awal kalimat.

Penulisan yang benar dari data di atas adalah:

1) Oleh karena itu, adanya tekad dinas pertamanan kota Medan untuk kembali

menata serta lebih mengedepankan nilai estetika ...

2) Oleh karena itu, pelantikan Walikota Medan dan Wakil Walikota ...

2) kesalahan penggunaan tanda koma di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian

atau bilangan, yaitu:

1) Dalam kajian KPPOD propinsi yang memiliki perda bermasalah terbanyak

antara lain, Sumatera Utara (217), Jawa Tengah (196), Jawa Timur (194),

Kalimantan Timur (151), Jawa Barat (142), Kalimantan Tengah (135), Jambi

(128), Sulawesi selatan (116) dan Sumatera Barat.

Pada data 4.1.6.2 penggunaan tanda koma di atas harus digunakan sebelum kata

penghubung dan jika pemerinciannya lebih dari dua. Dengan demikian penulisan yang

(55)

1) Dalam kajian KPPOD propinsi yang memiliki perda bermasalah terbanyak antara

lain, Sumatera Utara (217), Jawa Tengah (196), Jawa Timur (194), Kalimantan

Timur (151), Jawa Barat (142), Kalimantan Tengah (135), Jambi (128), Sulawesi

selatan (116), dan Sumatera Barat.

4.1.6.3 Tanda Titik Koma

Dalam penggunaan tanda titik koma tidak ditemuka data pada tajuk rencana koran

Analisa yang menjadi objek penelitian

4.1.6.4 Tanda Titik Dua

Dalam penggunaan tanda titik dua tidak ditemukan data pada tajuk renjana koran

Analisa yang menjadi objek penelitian.

4.1.6.5 Tanda Hubung

Kesalahan penggunaan tanda hubung terdapat pada data-data berikut:

1) ... masyarakat yang bekerja di sektor non informal ...

Pada data 4.1.6.5 di atas terdapat kesalahan dalam penggunaaan tanda hubung

yaitu pada kata non formal yang dicetak tebal seharusnya menggunakan tanda hubung di

antara kata non dan kata formal. Jadi penulisan yang benar adalah:

1) ... masyarkat yang bekerja di sektor non-informal

Selain itu, kesalahan penggunaan tanda hubung juga terdapt pada data-data di bawah ini:

2) … mau-tak mau pasar tradisional …

3) Dampak dari ketidak-seriusan aparat penegak hukum …

Pada data 2 dan 3 tanda hubung tidak dipakai karena kedua kata yang dicetak

tebal tersebut bukan merupakan kata ulang. Oleh karena itu penulisan yang benar adalah:

(56)

3) ... mau tak mau pasar tradisional...

4) Dampak ketidakseriusan aparat penegak hukum…

4.1.6.6 Tanda Pisah

1. Kesalahan penggunaan tanda pisah yang membatasi penyisipan kata atau kalimat

yang memberi penjelasan dari luar bangun, yaitu:

1) ... internasional -- yang akhirnya menghancurkan perekonomian Kuba.

2) ... mereka harus menyuap aparat pemerintah untuk mendapatkan pelayanan

publik -- yang sebenarnya sebagian besar adalah gratis.

Penulisan tanda pisah pada data 4.1.6.6 di atas kurang tepat, tanda pisah tidak

ditulis dengan dua tanda hubung yang berdekatan. Jadi penulisan yang benar adalah:

1) ... internasional–yang akhirnya menghancurkan perekonomian Kuba.

2) ... mereka harus menyuap aparat pemerintah untuk mendapatkan pelayanan

publik–yang sebenarnya sebagian besar adalah gratis.

2. Kesalahan penggunaan tanda pisah yang menegaskan adanya keterangan aposisi

atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas, yaitu:

1) ... ke negara pulau itu -- yang merupakan bagian dari embargo

perdagangan AS selama 48 tahun -- yang bisa membanjiri.

2) Tapi kenyataannya -- terutama bagi orang awam seperti kita --

tercengang melihat …

3) Tekanan dunia, termasuk tekanan dari China -- negara satu-satunya

(57)

Penulisan tanda pisah pada data (1-3) di atas kurang tepat. Jadi penulisan yang

benar dari data di atas adalah:

1) ... ke negara pulau itu–yang merupakan bagian dari embargo perdagangan

AS selama 48 tahun–yang bisa membanjiri …

2) Tapi kenyataannya–terutama bagi orang awam seperti kita–tercengang

melihat …

3) Tekanan dunia, termasuk tekanan dari China–negara satu-satunya

pendukung Korut–masih sulit melunakka n hati Kim Jong II ...

4.1.6.7 Tanda Tanya

Dalam penggunaan tanda tanya tidak ditemukan data pada tajuk rencana koran

Analisa yang menjadi objek penelitian.

4.1.6.8 Tanda Seru

Dalam penggunaan tanda seru tidak ditemukan data pada tajuk renca koran

Analisa yang menjadi objek penelitian.

4.1.6.9 Tanda Kurung

Dalam penggunaan tanda kurung tidak ditemukan data pada tajuk rencana koran

Analisa yang menjadi objek penelitian.

4.1.6.10 Tanda Petik

Ada satu jenis kesalahan yang dijumpai dalam pemakain tanda petik, yaitu:

1) ... oleh pemerintah Kuba diidentikkan dengan”Pengkhianat Negara’.

Pada data 4.1.6.10 di atasa salah kerene kekurang cermatan pada penulisa tanda

petik, seharunya tidak menggunakan tanda petik. Penulisan yang benar dari data di atas

(58)

1) ... oleh pemerintah Kuba diidentikkan dengan Pengkhianat Negara.

4.1.6.11 Tanda Petik Tunggal

Dalam penggunaan tanda petik tunggal tidak ditemukan data pada tajuk rencana

koran Analisa yang menjadi objek penelitian.

4.1.6.12 Tanda Garis Miring

Dalam penggunaan tanda garis miring tidak ditemukan pada data tajuk rencana

(59)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN

Ejaan tidak hanya membicarakan bagaimana sebuah bunyi ujaran dilambangkan

dalam bentuk huruf-huruf, tetapi juga membahasan penggunaan tanda-tanda bacanya.

Dalam bahasa Indonesia, masalah ejaan adalah hal yang paling utama. Hal ini telah

terbukti dari berbagai usaha yang telah dilakukan oleh pemerintahan dalam pembinaan di

bidang ejaan.

Dari hasil pengolahan data dalam penelitian ini mengenai kesalahan pemakaiaan

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan pada Tajuk Rencana Koran Analisa,

penulis mengambil simpulan bahwa secara umum pemakaian ejaan pada Tajuk Rencana

Koran Analisa di Medan masih kurang baik. Hal ini dapat kita lihat dari berbagai uraian

yang telah penulis uraikan. Kesalahan pemakaian ejaan yang dijumpai pada Tajuk

Rencana Koran Analisa di Medan adalah kesalahan penulisan huruf kapital, huruf miring,

gabungan kata, penggunaan kata depan, penulisan unsur serapan, penggunaan tanda baca.

Kesalaha dalam penggunaan huruf kapital meliputi kesalahan dalam penulisan huruf di

awal kalimat, seperti ’SEJAK dipermudahnya aturan pemekaran pada tahun 1999..’.

penulisan kata pertama kalimat tersebut seharusnya menjadi ’Sejak dipermudahnya

aturan pemekaran tahun1999...’. Selain itu keslahan dalam penggunaan huruf kapital juga

terdapat di tengah kalimat, contoh: ’... untuk menyelamatkan Bumi dari ancaman

perubahan iklim ...’ seharusnya menjadi ’... untuk menyelamatkan bumi dari ancaman

(60)

Kesalahan dalam penulisan huruf miring, kesalahan dalam penulisan gabungan

kata, kesalahan dalam penggunaan kata depan, kesalahan dalam penulisan unsur serapan,

dan kesalahan penulisan tanda baca dalam Tajuk Rencana Koran Analisa sebagian besar

disebabkan atas kekurangtelitian dan kurangnya perhatian terhadap Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan, sehingga kesalahan-kesalahan yang sama sering terjadi

berulang-ulang.

5.1 SARAN

Media massa sebagai sebuah media komunikasi yang memiliki peranan besar

usaha dalam pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia menyadari betapa besar

fungsinya bagi masyarakat pembaca, media-massa harus menggunakan bahasa yang baik

dan benar. Oleh karena itu, penggunaan bahasanya terutama yang berkenaan dengan

masalah ejaan sangatlah perlu diperhatikan. Untuk itu, seorang wartawan harus tetap

mempedomani kaidah yang ada pada buku Pedoman Umun Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan.

Penulis berharap semoga pada masa yang akan datang kesalahan tidak lagi

ditemukan. Penulis juga berharap kepada generasi penerus bangsa ini agar tetap

mencintai bahasa nasional kita, yaitu bahasa Indonesia dan kita harus mempunyai rasa

tanggung jawab atas pertumbuhan dan perkembangannya.

Sebagai Bangsa Indonesia kita harus bangga memiliki bahasa persatuan sehingga

dalam diri kita masing-masing akan lahir satu kesadaran untuk menggunakan bahasa

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Cangara, Hafied. 2006. Pengantara Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Chaer, abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka

Cipta.

Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Jakarta: Angkasa.

Kep. Mendikbud no. 0543a Tn.1987. 2008. Ejaan Yang Disempurnakan. Jakarta:

Bumi Aksara.

Kridalaksana, Harimurti. 1996. Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia.

Jakarta:Gramedia Pustaka

Ritonga, Parlaungan, dkk. 2009. Bahasa Indonesia Praktis. Medan: Bartong Jaya.

Sudaryanto.1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta

Wacana

Sumadiria, AS Haris. 2005. Jurnalistik Indonesia. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tarigan, Henri Guntur dan Djago Tarigan. 1995. Pengajaran Analisa Kesalahan

Berbahasa. Bandung: Angkasa

KAMUS:

Alwi, Hasan dkk. 2003. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka

Umum

(62)

SKRIPSI:

Nainggolan, Parinsan. 1996. Analisis Kesalahan Penggunaan Kata dan Kalimat

Bahasa Indonesia dalam Skripsi Mahasiswa Fisip USU Medan tahun

1996.(skripsi). Medan: Sastra USU Medan

Siburian, Harisman. P. 1993. Analisis Kesalahan Penggunaan Ejaan yang

Disempurnakan pada Penulisan Surat dinas di Kantor Dinas Pendidikan

dan Kebudayaan Kecamatan Medan Sunggal. (skripsi). Medan: Sastra

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa masih terdapat kesalahan struktur kalimat pada tajuk rencana surat kabar harian Sinar Indonesia Baru (SIB) terbitan Mei

2 Apa makna dari masing-masing idiom yang terdapat pada kolom tajuk dan. opini koran Singgalang ?..

Berdasarkan hasil yang telah didapat pada tabel 1 di atas, maka dapat dijelaskan bahwa bentuk kesalahan yang paling dominan ditemukan pada tajuk rencana harian Waspada

Hal ini pernah diteliti oleh Susan Nauli Silitonga (2016) di dalam jurnal penelitiannya yang berjudul “ Analisis Kesalahan Ejaan Dalam Karangan Siswa SD

Kesalahan berbahasa dalam tajuk rencana surat kabar Kompas terdapat kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi khususnya penggunaan afiks yang tidak tepat di

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, masih ditemukan sejumlah kesalahan ejaan pada artikel, yakni berupa kesalahan penulisan huruf, kesalahan penulisan kata, dan penulisan tanda

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diuraikan bentuk kesalahan berbahasa Indonesia tulis yang ditemukan pada buku teks Kuliah Akhlaq meliputi bentuk kesalahan ejaan

Berdasarkan hasil analisis, penulis menemukan bentuk kesalahan ejaan dalam penulisan huruf kapital pada kesalahan ejaan bahasa Indonesia dalam karya ilmiah siswa kelas XI SMA Negeri 05