• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Klub Motor Dalam Pembentukan Prilaku Berkendara Yang Aman (Safety Riding) : (Study Deskriptif pada Anggota Klub Motor STiC Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peran Klub Motor Dalam Pembentukan Prilaku Berkendara Yang Aman (Safety Riding) : (Study Deskriptif pada Anggota Klub Motor STiC Medan)"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERAN KLUB MOTOR DALAM

PEMBENTUKAN PRILAKU

BERKENDARAAN YANG AMAN

(SAFETY RIDING)

(Studi Deskriptif Pada Anggota Klub STIC Medan) SKRIPSI

Diajukan Oleh:

070901043

Royan Prayudi

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

ABSTRAK

Transportasi adalah salah satu elemen yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan dalam perkembangannya. Tranportasi telah menjadi salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar, mulai dari kegiatan hidup tunggal yang paling sederhana sampai pada kegiatan hidup yang paling kompleks dan selalu

menimbulkan dampak yang baik bagi kehidupan manusia. Pengendara memegang

peranan vital dalam berlalu lintas, temuan di berbagai negara menunjukkan bahwa faktor manusia merupakan penyebab utama dari kecelakaanlalu lintas. Berkendara yang aman (safety riding) sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk menjaga kelancaran transportasi, selain itu berkendara yang aman (safety riding) bertujuan untuk mencegah dan meminimalisir dampak dari kecelakaan. Klub motor dapat di jadikan salah satu sarana untuk menanamkan disiplin berlalu lintas khususnya bagi para remaja yang di pandang masih memiliki emosi yang tidak stabil sehingga dapat membahayakan dri sendiri ataupun orang lain saat berkendara.

Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Bersifat deskriptif yaitu memberi gambaran atas apa yang dilihat dari situasi, kejadian dan perilaku. Lokasi penelitian ini berada di Jalan Setia Budi No 5 dimana tempat itu di jadikan kesekertariatan STiC dengan unit analisis adalah anggota klub motor STiC yang mengikuti kegiatan klub dan mengerti tentang Berkendara yang aman (safety riding).

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulilah penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas

limpahan Rahmat dan hidayahnya yang senantiasa menyertai dan menaungi penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan peyusunan skripsi ini dengan

sebaik-baiknya. Berkat rahmat dan karuniaNya yang begitu besar sehingga penulis

dapat merangkai kata dari kata dan menghadapi berbagai hambatan selama proses

penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan karya ilmiah sebagai

salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Departemen Sosiologi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan judul Peran Klub Motor Dalam Pembentukan Prilaku Berkendara Yang Aman (Safety Riding) ( Study Deskriptif pada Anggota Klub Motor STiC Medan). Dengan ketulusan hati, skripsi ini penulis persembahkan sebagai tanda bakti dan cinta penulis kepada

kedua orang tua penulis yaitu Ibunda Rohana dan Ayahanda Surianto yang telah

banyak mencurahkan doa dan kasih sayang pengorbanan baik moril maupun materil

yang sangat tulus dan tiada henti kepada penuis. Ungkapan terimakasih juga penulis

ucapkan kepada kakakku tercinta Rita Ayu Rupa Sari SE yang telah memberikan

dorongan,motivasi dan semangat yang sangat luar biasa dalam menyelesaikan skripsi

ini.

Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat kerjasama,bantuan dan

dukungan dari semua pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah

(5)

Dengan kerendahan hati izinkanlah penulis menyampaikan penghargaan dan

ucapan yang tulus dan terimakasih yang mendalam kepada pihak-pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian skripsi ini, khususnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan

Ilmu Politik.

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati M.Si selaku Ketua Jurusan .

3. Bapak Drs. T.Ilham Saladin M.SP selaku Sekretaris Jurusan.

4. Bapak Drs. Junjungan SBP.Simanjuntak, M.Si Selaku pembimbing yang telah

banyak memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Rosmiani, M.A selaku dosen pembimbing akademik yang telah

selalu memberikan arahan-arahan positif selama dalam proses belajar.

6. Staf Pengajar Khususnya Dosen-dosen sosiologi dan pegawai fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Khususnya Kak Beti dan Kak Feni dan juga yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut andil besar dalam studi

penulis.

7. Staf kepala desa yang telah memberikan data.

8. Kepada kakak dan adikku yang telah memberikan motivasi dan semangat

dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Ungkapan terimakasih yang setulus-tulusnya penulis persembahkan kepada

Maya Lestari S.Sos atas cinta, kasih sayang, dan perhatian yang telah di

berikan dengan tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

(6)

10.Buat sahabat-sahabat ku yang telah turut membantu dalam menyelesaikan

skripsi ini terutama Neko S.Sos, Adrian, Emby, Ridwan, Ngadino, Hadi,

Aspipin dan teman-teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

11.Kepada informan-informan yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk

diwawancarai oleh penulis.

Terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu atas doa, dukungan dan partisipasinya, semoga amal kebaikan yang telah

diberikan senantiasa mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amin yarobbal alamin.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita

semua. Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dengan

segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu masukan dan

kritik yang bersifat membangun sangat penulis hargai. Semoga skripsi ini bermanfaat

bagi kita semua. Penulis banyak mengucapkan terimakasih.

Medan Januari 2013

(7)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Lembar Pengesahan

Abstrak………...i

Kata Pengantar ... ...ii

Daftar Isi ... …...iv

Daftar Tabel ... …...vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………...1

1.2 Perumusan Masalah ……….. ... ….…...9

1.3 Tujuan Penelitian ………...10

1.4 Manfaat Penelitian ………10

1.5 Defenisi Konsep ………..……….11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kelompok Sosia………...13

2.2 Peran Sosial ………...19

2.3 Perilaku Sosial ………...21

2.4 Sosial ………...23

2.5 Berkendara Yang Aman (Safety Riding)……….25

(8)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ……….…31

3.2 Lokasi Penelitian ………...31

3.3 Unit Analisis Dan Informasi ………...32

3.4 Teknik Pengumpulan Data ………...32

3.5 Teknik Analisa Data ……….34

3.5 Bagan Penelitian...35

3.6 Jadwal Kegiatan ... ….……36

BAB IV DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... …...…..38

4.1.1 Sejarah Singkat Perkembangan Klub Motor………...……...38

4.1.2 Sejarah Berdirinya STiC ... ……....39

4.1.3 Letak Kesekertariatan STiC ... …..…..40

4.1.4 Visi dan Misi...40

4.2 Profil Informan ... ……....41

4.2.1 Informan Kunci ……….41

4.2.2 Informan Biasa ………...50

4.3 Hasil Interpretasi Data ... ...…..56

4.3.1 Klub Motor dan Nilai Berkendara Yang Aman (Safety Riding) ……..56

4.3.2 Sosialisasi Berkendara Yang Aman (Safety Riding) Pada Klub Motor……….………..…..61

(9)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... ……..74

5.2 Saran ... ……..75

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

3.6 Bagan Penelitian ………..35

(11)

ABSTRAK

Transportasi adalah salah satu elemen yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan dalam perkembangannya. Tranportasi telah menjadi salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar, mulai dari kegiatan hidup tunggal yang paling sederhana sampai pada kegiatan hidup yang paling kompleks dan selalu

menimbulkan dampak yang baik bagi kehidupan manusia. Pengendara memegang

peranan vital dalam berlalu lintas, temuan di berbagai negara menunjukkan bahwa faktor manusia merupakan penyebab utama dari kecelakaanlalu lintas. Berkendara yang aman (safety riding) sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk menjaga kelancaran transportasi, selain itu berkendara yang aman (safety riding) bertujuan untuk mencegah dan meminimalisir dampak dari kecelakaan. Klub motor dapat di jadikan salah satu sarana untuk menanamkan disiplin berlalu lintas khususnya bagi para remaja yang di pandang masih memiliki emosi yang tidak stabil sehingga dapat membahayakan dri sendiri ataupun orang lain saat berkendara.

Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Bersifat deskriptif yaitu memberi gambaran atas apa yang dilihat dari situasi, kejadian dan perilaku. Lokasi penelitian ini berada di Jalan Setia Budi No 5 dimana tempat itu di jadikan kesekertariatan STiC dengan unit analisis adalah anggota klub motor STiC yang mengikuti kegiatan klub dan mengerti tentang Berkendara yang aman (safety riding).

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transportasi adalah salah satu elemen yang sangat penting dalam kehidupan

manusia dan dalam perkembangannya. Tranportasi telah menjadi salah satu

kebutuhan manusia yang paling mendasar, mulai dari kegiatan hidup tunggal yang

paling sederhana sampai pada kegiatan hidup yang paling kompleks dan selalu

menimbulkan dampak yang baik bagi kehidupan manusia. Transportasi selalu

menjadi pembicaraan karena di pandang dapat menghemat waktu dalam

memindahkan sebuah objek dari satu tempat ketempat yang lain.

Namun dalam perkembangannya transportasi juga menjadi salah satu

penyebab kematian dalam masyarakat yang di akibatkan oleh kecelakaan salah

satunya seperti yang di muat dalam harian Analisa tanggal 15 oktober 2012. Medan,

(Analisa). Empat pengendara sepeda motor dikabarkan meninggal dunia akibat

kecelakaan maut yang terjadi di Jalan Kapten Sumarsono depan Panglong Jaya Abadi

dan Jalan Cinta Karya, Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia, Minggu

(14/10) dinihari.Berdasarkan informasi yang dihimpun di Sat Lantas Polresta Medan,

Minggu sore, awalnya kecelakaan maut terjadi di Jalan Kapten Sumarsono tepat di

depan Panglong Jaya Abadi di mana tiga remaja diduga tewas di tempat akibat

(13)

tewas antara lain Yudi Wahyudi (16) warga Jalan Dusun VI Pringgan Karya V

Helvetia yang menaiki Suzuki Spin, Yudistira (16) dan Kalay (16) keduanya warga

Jalan Bambu, Kecamatan Medan Timur. Sedangkan seorang lagi Mahendra Janu (16)

warga Jalan Veteran Pasar VI selamat dari kecelakaan maut dan saat ini mendapat

perawatan di RS Martha Friska.

Berkendara yang aman (safety riding) sangat diperlukan di dalam berlalu

lintas untuk menjaga kelancaran transportasi, selain itu berkendara yang aman (safety

riding) bertujuan untuk mencegah dan meminimalisir dampak dari kecelakaan.

Masyarakat sebagai subjek hukum harus patuh dan disiplin terhadap standart

berkendara yang aman (safety riding) yang telah ditetapkan oleh pemerintah, dengan

menerapkan berkendara yang aman (safety riding) maka akan menciptakan lalu lintas

yang lancar dan aman bagi seluruh penggunanya. Memang tidak mudah untuk

memahami manfaat dari berkendara yang aman (safety riding) yang baik, karena

dianggap tidak nyaman dan membuang waktu terkadang terasa lebih menguntungkan

apabila tidak mematuhi standar berkendara yang aman (safety riding) itu sendiri. di akses pada hari minggu

tanggal 9 Desember 2012 pukul 12.21 WIB ). Hal tersebut menunjukan bahwa

berkendara yang aman (safety riding) penting untuk di implementasikan oleh seluruh

unsur masyarakat dalam mengunakan sarana transportasi.

Masalah kedisiplinan dalam penggunaan berkendara yang aman (safety

riding) berlalu lintas yang buruk merupakan fenomena yang terjadi di kota-kota besar

di negara-negara sedang berkembang. Masalah ini mencakup seluruh kalangan baik

(14)

berpenghasilan rendah, ini menunjukan masalah kedisiplinan bukan berasal dari

perbedaan kesenjangan di masyarakat namun lebih kepada kesadaran diri untuk lebih

mengutamakan keselamatan di jalan raya. Di Indonesia pemerintah pernah

menyerukan gerakan disiplin nasional dalam kehidupan bermasyarakat yang dimulai

dari disiplin di jalan raya. Salah satu wujudnya yaitu dengan mengeluarkan

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan atau lebih

dikenal sebagai UULAJR. Adanya UULAJR diharapkan masyarakat dapat

memahami dan melaksanakan undang-undang tersebut sebagai pedoman dalam

disiplin berlalu lintas, tetapi kenyataannya masih banyak ditemui pelanggaran yang

dilakukan oleh para pengguna jalan. Di beberapa tempat dapat dijumpai sejumlah

kendaraan umum seperti angkot atau bus kota yang berhenti sembarangan padahal

terdapat rambu dilarang berhenti, sepeda motor melewati trotoar yang seharusnya

untuk pejalan kaki, berjalan melawan arus, berputar arah sembarangan, berkendara

tanpa memiliki surat-surat yang lengkap, kebut-kebutan dan bermanuver di jalan

yang padat serta tidak mengunakan helm sebagai standar keselamatan yang paling

pokok bagi pengguna sepeda motor.

Fenomena ketidakdisiplinan masyarakat mengunakan safety riding dalam

berlalu lintas ini salah satunya didukung oleh data Direktorat Polda Sumut. Pada

tahun 2008 terjadi 1.239 kecelakaan dengan korban manusia mencapai 2.314 orang,

518 orang diantaranya meninggal dunia, 1.203 orang mengalami luka berat, dan 896

orang mengalami luka ringan. Pada tahun 2009 terjadi 1.556 kecelakaandengan

(15)

kecelakaan dengan korban manusia mencapai 2.860 orang, .891 orang diantaranya

meninggal dunia 275 orang luka ringan, dan 1.694 orang luka ringan.

Pada uraian di atas terlihat bahwa jumlah kecelakaan masih sangat tinggi dan

relatif tidak menurun dari tahun ketahun. Menurut WHO angka kematian dan

kecelakaan akibat pemakaian sepeda motor tertinggi di negara Asia. Menurut Hisashi

Ogawa peneliti WHO tingginya angka kecelakaan lalu lintas pada pengguna sepeda

motor terutama di negara yang sedang berkembang disebabkan:

1. Infrastruktur yang kurang baik.

2. Kurangnya disiplin pengguna sepeda motor dalam berkendaraan, mematuhi

peraturan lalu lintas dan memperhatikan kelayakan atas kendaraannya (layak

jalan).

3. Kurangnya mempergunakan perlengkapan pengaman diri untuk

kecelakaan/Saefty Riding.

4. Memperoleh izin mengendara/SIM tanpa tes yang ketat.

Pada negara maju peraturan lalu lintasnya mewajibkan pengguna sepeda

motor melengkapi diri dengan Berkendara yang aman (safety riding) yang tujuannya

adalah:

1. Memperbaiki/meningkatkan perhatian dan penglihatan dari pengendara

kendaraan lain terhadap keberadaan sepeda motor, sehingga dapat dihindari

kecelakaan lalu lintas.

(16)

3. Sebagai padding atau pelindung tubuh (lutut, bahu, dan siku) dari benturan

yang kuat.

4. Melindungi diri dari pengaruh cuaca seperti angin ribut, hujan, dan

kedinginan.

5. Menekan tingkat kecelakaan yang terjadi setiap tahunnya

Pengendara memegang peranan vital dalam berlalu lintas. Temuan di berbagai

negara menunjukkan bahwa faktor manusia merupakan penyebab utamadari

kecelakaan lalulintas. Di Indonesia, menurut data statistik Polri mencatat angka

sebesar 84% sedangkan data Departemen Perhubungan sebesar 86,8% setiap

kecelakaan disebabkan oleh faktor pengemudi, mulai dari berkendara tanpa

perlengkapan yang memadai, pelanggaran rambu-rambu dan pengatur lalu lintas,

teknik dan kemampuan berkendara yang tidak benar hingga berkendara dalam kontrol

yang buruk seperti mengantuk, mabuk alkohol atau narkoba. 91% kecelakaan yang

terjadi disebabkan oleh human error, 5% disebabkan faktor kendaraan, 3% faktor

jalan dan 1% oleh faktor lingkungan. Faktor human eror menjadi penyumbang

terbesar karena masyarakat tidak mematuhi peraturan lalu lintas atau berperilaku

yang tidak terpuji selama berada di jalan raya. (www.docstoc.com ›

diakses hari Minggu 22 February 2012 pukul 10.00 WIB).

Perilaku seorang pengendara dipengaruhi oleh faktor luar berupa keadaan

sekelilingnya, cuaca, daerah pandangan serta penerangan jalan di malam hari. Selain

(17)

Seorang pengendara yang sudah hafal dengan jalan yang dilaluinya akan berbeda

sifatnya dengan seorang pengemudi pada jalan yang belum dikenalnya. Dalam hal ini

yang terakhir, pengemudi cenderung untuk mengikuti kelakuan

pengemudi-pengemudi yang lainnya (Alik Ansyori, 2008 : 8).

Pada dasarnya penanaman disiplin berlalu lintas tidak hanya di bebankan ke

sekolah dalam memberikan sosialisasi serta demonstrasi tertib berlalu lintas, tetapi

juga melalui praktek-praktek di kesehariannya misalnya secara bergantian murid

dilibatkan dalam membantu teman-temannya dan warga sekitar untuk menyeberang

jalan di depan sekolah. Selain itu disiplin tidak hanya ditujukan bagi golongan

tertentu saja melainkan harus ada pada setiap warga negara termasuk didalamnya

para remaja.

Pada tahap remaja, seseorang akan tertarik pada kelompok sebaya karena

remaja menginginkan teman yang mempunyai minat dan sikap yang sama sehingga

banyak melakukan kegiatan bersama dalam mengisi waktu luangnya Salah satu

bentuk kelompok di kalangan remaja adalah klub motor. Berkembangnya klub motor

atau komunitas bikers di Kota Medan merupakan sebuah realita yang dihasilkan dari

perkembangan sosial masyarakat yang semakin heterogen. Hal tersebut tidak

menutup kemungkinan akan menimbulkan implikasi sosial yang positif maupun

negatif. Situasi yang berkembang saat ini di sebagian masyarakat adalah klub motor

melakukan tindakan-tindakan yang meresahkan masyarakat seperti balapan liar,

mabuk-mabukan, tawuran, maupun narkoba. Bahkan komunitas bikers dianggap

sebagai mesin penghasil generasi yang anarkis karena perilaku anggota klub motor di

(18)

jalan raya. Rombongan konvoi ini seolah-olah menjadi penguasa jalan sehingga

pengguna jalan yang lain harus mengalah, apabila tidak mau maka mereka tidak

segan-segan untuk melakukan tindakan intimidasi berupa makian, ancaman bahkan

tindak kekerasan pada pengguna jalan lain yang juga memiliki hak yang sama atas

penggunaan jalan umum.

Namun pada kenyataannya kelompok - kelompok bermotor tidak hanya di

dominasi oleh klub motor saja namun ada juga klompok motor yang menamakan diri

mereka sebagai Geng motor. Jika di cermati terdapat perbedaan yang mendasar antara

Klub motor dan Geng motor yakni, Klub motor adalah sebuah kelompok yang

dengan sengaja di bentuk sebagai wadah untuk menyalurkan hoby mereka di bidang

otomotif, dan klub motor memiliki struktur organisasi dan Angaran Dasar Aturan

Rumah Tangga (ADART) yang jelas beserta dengan peraturan yang mengikat para

anggotanya. Salah satu klub yang ada di kota medan adalah STiC (Suzuki Thunder

Independen Club). Klub yang berdiri pada tangal 8 bulan juni tahun 2008 ini

memiliki peraturan yang harus di patuhi oleh setiap anggotanya. Seperti peraturan

yang ada pada umumnya jika ada anggota yang melanggar aturan tersebut seperti

tidak mematuhi safety riding maka akan di beri sanksi oleh pengurus klub, Sanksi

yang diberikan mulai dari denda sampai pemecatan dari keanggotaan. Sedangkan

tujuan dari terbentuknya Geng motor adalah sebagai wadah untuk menancapkan

eksistensi klompoknya di dalam masyarakat dengan cara mebuat keonaran,

ugal-ugalan di jalan raya, serta melakukan tindakan kriminal terhadap pengguna jalan yang

(19)

Banyak sisi positif yang dapat digali dari keberadaan klub motor antara lain

sebagai wadah untuk mensosialisasikan berkendara yang aman (safety riding) kepada

para anggotanya dan juga bisa saling berdiskusi atau tukar pengalaman mengenai tips

servis atau modifikasi sehingga dapat menambah pengetahuan akan seluk-beluk

mengenai motor. Bahkan pengetahuan yang diperoleh bisa dijadikan modal di masa

depan yaitu dengan membuka usaha bengkel servis atau modifikasi motor. Di setiap

klub motor pasti memiliki struktur organisasi dan pada waktu-waktu tertentu anggota

klub motor ini berkumpul untuk mengadakan kegiatan touring ke berbagai daerah,

mengikuti pameran otomotif, lomba modifikasi motor bahkan mengadakan bakti

sosial seperti sunatan massal, donor darah atau peduli korban bencana alam. Selain

itu, di beberapa klub motor juga mengadakan acara khusus untuk melatih dan

memberi pendidikan tentang keselamatan dan keamanan dalam berkendara

(berkendara yang aman (safety riding)) dengan melibatkan beberapa vendor sebagai

sponsor.

Begitu juga yang dilakukan oleh klub motor STiC, dalam kegiatannya

pengurus selalu menyisipkan agenda untuk menambah pengetahuan anggotanya

tentang seluk beluk speda motor serta prilaku yang baik dalam berkendara. Setiap

bulannya, pada minggu kedua mereka memberikan pengetahuan tentang bagaimana

berkendaraan yang baik dan aman dan pada minggu ketiga mereka memberikan

pengetahuan tentang kendaraan bermotor (sepeda motor). Dalam penerapannya di

(20)

sweeper (Orang yang bertugas untuk menjaga konvoi) jika di temukan pelanggaran

dalam setiap konvoi maka akan di kenakan sangsi oleh pengurus.

Faktor yang mempengaruhi remaja sehingga mampu mengendalikan dirinya

termasuk mengendalikan kesadaran dan menerapkan prilaku berkendara yang aman

(safety riding) dalam berlalu lintas adalah peran dari kelompok. Pada hakikatnya

peran kelompok sebagai penguat identitas (identity), peneguh harapan (expectations),

membuat positif persepsi (perception), dan pengurangan konflik (conflict). (Sentot

Imam Wahjono, 2010 : 151). Remaja lebih mudah untuk di pengaruhi oleh apa yang

dianggap kelompok mereka sebagai cara yang terbaik dari pada pendirian mereka

sendiri. Tidak mudah bagi remaja untuk mengikatkan dirinya pada suatu kelompok

karena setiap kelompok memiliki tuntutan yang harus dapat dipenuhi oleh setiap

remaja yang ingin bergabung. Remaja menyadari dan beranggapan bahwa

penerimaan sosial dipengaruhi kesan penilaian orang lain terhadap dirinya sehingga

banyak remaja melakukan usaha agar dapat diterima oleh lingkungannya sosialnya.

Sehingga dari hal diatas peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian tentang

Peran Klub Motor Terhadap Pembentukan Perilaku Berkendara yang aman (safety

riding) Kepada Para Anggotanya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi

perumusan masalah “Bagaimanakah Peran Klub Motor Dalam Pembentukan Prilaku

(21)

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum kegiatan penelitian dilakukan dengan suatu tujuan pokok yaitu:

1. Untuk mengetahui bagaimana peran klub motor dalam pembentukan prilaku

berkendara yang aman (safety riding).

2. Untuk mengetahui siapa yang berperan dalam pembentukan prilaku

berkendara yang aman (safety riding) dalam klub motor.

1.4 Manfaat penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi manfaat penelitian adalah:

1.4.1 Manfaat teoritis

1. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir peneliti melalui karya ilmiah,

sekaligus penerapan ilmu pengatahuan yang talah di peroleh

2. Untuk lebih memahami Peran Klub Motor Dalam Pembentukan Prilaku

Berkendara yang aman (safety riding)

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu informasi yang

berisikan tentang Peran Klub Motor Dalam Pembentukan Prilaku Berkendara

yang aman (safety riding)

2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan

(22)

1.5. Defenisi Konsep

1. Berkendara yang aman (safety riding)

Berkendara yang aman (safety riding) suatu usaha yang dilakukan dalam

meminimalisir tingkat bahaya dan memaksimalkan keamanan dalam berkendara,

demi menciptakan suatu kondisi, yang mana kita berada pada titik tidak

membahayakan pengendara lain dan menyadari kemungkinan bahaya yang dapat

terjadi di sekitar kita serta pemahaman akan pencegahan dan penanggulangannya.

2. Perilaku Berkendara yang aman (safety riding)

Prilaku Berkendara yang aman (safety riding) yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah sebuah sikap yang wajib dimiliki dan di patuhi oleh setiap

pengendara, baik roda dua maupun roda empat, dimana setiap pengendara yang tidak

memiliki prilaku berkendara yang aman (safety riding) dapat diberi sangsi sesuai

undang-undang yang berlaku. Namun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah

prilaku berkendara yang aman (safety riding) bagi pengendara roda dua (sepeda

motor).

3. Klub Motor

Klub motor yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sebuah kelompok

yang dengan sengaja di bentuk sebagai wadah untuk menyalurkan hoby mereka di

bidang otomotif, dan klub motor memiliki struktur organisasi dan Angaran Dasar

(23)

4. Remaja

Remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari anak-anak

menuju dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan

memasuki masa dewasa, dimana pada saat ini adalah masa yang paling berat kareana

pada saat remaja adalah masa dimana seseorang sedang mencari jati dirinya.

5. STiC

STiC pada dasarnya merupakan sebuah singkatan dari Suzuki Thunder

Independen Club yang merupakan salah satu kelompok sosial yang berorientasi pada

kendaran otomotif khususnya sepeda motor yang tebentuk pada tanggal 8 bulan 6

(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kelompok Sosial

Alasan yang paling populer untuk bergabung dalam kelompok tentusaja

berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan kita untuk merasa aman, memperoleh

status, harga diri, afiliasi, kekuatan, dan pencapaian tujuan. Sukses sebuah kelompok

bergantung pada berbagai fariabel seperti kemampuan anggota kelomok,

ukuran/besar kelompok, tingkat konflik, dan tekanan internal pada anggota untuk

menyesuaikan dengan norma kelompok. (Makmuri, 2005 : 237)

Pentingnya kelompok bagi kehidupan manusia bertumpu pada kenyataan

bahwa manusia adalah mahluk sosial. Artinya, secara alamiah manusia tidak dapat

hidup sendirian. Dari detik-detik kehidupannya, manusia sudah dalam kelompok, dia

adalah anggota keluarga (Carolina Nitimiharjo dan Jusman Iskandar, 1993 : 1) Dalam

perjuangan hidupnya, guna memenuhi kebutuhan hidup, manusia tidak terlepas dari

interaksinya dengan manusia lain di sekelilingnya. Sejak dilahirkan ke dunia sampai

meninggal dunia, manusia selalu terlibat dalam interaksi, artinya tidak terlepas dari

kelompok.

Kelompok-kelompok sosial merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari

(25)

timbale balik yang cukup intensif dan teratur, sehingga diharapkan adanya pembagian

tugas, sturktur, serta norma-norma tertentu yang brlaku bagi mereka.(J. Dwi Narwoko

dan Bagong Suyanto, 2004 : 23)

1. Pengertian Kelompok Berdasarkan Persepsi

Dalam hal ini anggota-anggotanya kelompok tersebut mempersepsi setiap

anggota menyadari hubungan mereka dengan anggota lainnya. Seperti yang di

kemukakan oleh Smith bahwa kelompok sosial adalah sebagai suatu unit yang terdiri

dari sejumlah orang yang memiliki persepsi kolektif, mengenai kesatuan mereka, dan

yang memiliki kemampuan untuk bertindak dalam cara yang sama terhadap

lingkungan mereka (Iskandar 1990:120).

2. Pengertian Kelompok Berdasarkan Motivasi

Pandangan ini terjadi karena para ahli mengamati adanya individu-individu

yang bergabung dalam suatu kelompok, maka kebutuhannya yang muncul pada

dirinya dapat di penuhi. Cattel mengatakan bahwa kelompok adalah kumpulan

individu yang dalam hubungannya dapat memuaskan kebutuhan satu dengan yang

lainya (Iskandar, 1990 : 120)

3. Pengertian Kelompok Berdasrkan Tujuan

Pengertian ini sangat dekat dengan bahasan kelompok yang mendasarkan

(26)

4. Pengertian ini lebih mendasarkan pada bahasa sosiologi.

Karena sosiologi mempunyai tingkatan analisis yang terkecil adalah

kelompok.

5. Pengertian Kelompok Berdasarkan Interdependensi

Aspek terpenting dalam hal individu-individu yang berkelompok disebabkan

faktor saling ketergantungan satu dengan yang lainnya. Pengeertian kelompok dilihat

dari aspek saling ketergantungan (Interpendensi).

6. Pengertian Kelompok Berdasarkan Pada Interaksi

Batasan kelompok dari tinjauan interaksi diajukan oleh Homans, Boner, dan

Stogdill. Boner mengemukakan kelompok adalah sejumlah orang yang berinteraksi

dengan sesame lainnya, dan interaksi ini membedakan bentuk kelompok-kelompok

bersama dengan kelompok yang lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut, maka

dapatlah dikatakan bahwa kelompok adalah sekumpulan orang yang terdiri paling

tidak sebanyak dua atau lebih yang melakukan interaksi satu dengan yang lainnya

dalam satu aturan yang salingmempengaruhi pada setiap anggotanya.

Menurut Johnson dan Johnson dalam Carolina Nitimihardjo dan Jusman

Iskandar (Abuhuraera dan Purwanto 2006:57) pengertian tujuan kelompok sebagai

suatu keadaan dimasa mendatang yang diinginkan oleh anggota-anggota kelompok

dan oleh karena itu mereka melakukan berbagai tugas kelompok dalam rangka

mencapai keadaan tersebut. Tujuan kelompok biasanya dirumuskan sebagai

(27)

tugas kelompok terdiri atas tiga jenis yaitu: Tugas - tugas produksi, tugas-tugas

diskusi, dan tugas-tugas pemecahan masalah. Fungsi dan tugas kelompok merupakan

hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh kelompok dalam usaha mencapai

tujuan kelompok.

Slamet Santoso (1999 : 48) mengutip hasil penelitian para ahli sosiologi dan

ahli psikologi sosial yang menunjukan bahwa kelompok sosial mempuyai cirri-ciri

tertentu, yaitu:

1. Adanya motif yang sama

Kelompok sosial terbentuk karena anggota-anggotanya mempunyai motif

yang sama. Motif yang sama ini merupakan pengikat sehingga setiap anggota

kelompok tidak bekerja sendiri-sendiri, melainkan bekerja bersama untuk mencapai

satu tujuan tertentu.

2. Adanya sikap in-group dan out-group

Jika ada sekelompok manusia yang mempunyai tugas yang sulit atau yang

mengalalmi kepahitan hidup bersama, mereka menunjukan tingkah laku yang kusus.

Apabila orang lain di luar kelompok itu bertingkah laku seperti mereka, mereka akan

menyingkirkan diri. Sikap menolak yang di tunjukan oleh kelompok tersebut adalah

sikap out-group atau sikap terhadap orang luar.

3. Adanya solidaritas

Solidaritas adalah kesetiakawanan antar anggota kelompok sosial.

(28)

kepercayaan setiap anggota kepeda anggota lain untuk melaksanakan tugas dengan

baik.

Struktur kelompok adalah suatu system mengenai relasi antar

anggota-anggota kelompok berdasarkan peranan dan status mereka serta sumbangan

masing-masing dalam interaksi kelompok untuk mencapai tujuan tertentu.

4. Adanya norma kelompok

Norma–norma kelompok yang dimaksud disini adalah pedoman-pedoman

yang mengatur tingkah laku individu dalam suatu kelompok. Pedoman ini sesuai

dengan rumusan dengan tingkah laku yang patut dilakukan anggota kelompok apabila

terjadi sesuatu yang bersangkut paut dengan kehidupan kelompok tersebut. Pada

kelompok resmi, norma dan tingkah laku ini biasanya sudah tercantum dalam

anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART), bahkan norma tingkah laku

anggota masyarakat suatu Negara telah tertulis dalam undang-undang.

Ada beberapa bentuk/jenis kelompok yang bisa kita temukan terutama dalam

literatur sosiologi maupun psikologi sosial. Klasifikasi bentuk-bentuk kelompok ini di

dasarkan pada sudut pandang masing-masing ahli seperti berikut ini :

1. Kelompok Primer (Primery Group) dan Kelompok Skunder (Secondary Group)

Menurut Cooley, primary group adalah kelompok yang ditandai cirri-ciri

(29)

2. Gemeinschaft dan gesellschaft

Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya

diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal.

Sebaliknya Gesellschaft merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka

waktu yang pendek, bersifat sebagai satu sikap dalam pikiran belaka (imaginary)

serta strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat di umpamakan dengan sebuah

mesin.

3. Formal Group dan informal Group

Formal group adalah kelompok-kelompok yang mempunyai

peraturan-peraturan yang tegas dan dengan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk

mengatur hubungan antara anggota-anggotanya. Sedangkan informal group tidak

memiliki struktur dan organisasi yang tertentu atau yang pasti, biasanya terbentuk

karena penemuan-penemuan.

4. Membership Group dan Refrence Group

Membership group adalah tempat seseorang menjadi anggota. Refrence

Group adalah kelompok tempat seseorang mengidentifikasikan diri, menyetujui

norma-normanya, tujuan, dan sikap indifidu di dalamnya.

5. In-group dan Out-group

In-group adalah kelompok sosial dengan mana indifidu mengidentifikasikan

dirinya. Sedangkan out-group adalah individu sebagai kelompok yang menjadi lawan

(30)

Menurut Shaw dalam Carolina Nitimihardjo dan Jusman Iskandar

(Abuhuraera dan Purwanto 2006:57) struktur kelompok adalah pola-pola hubungan

diantara berbagai posisi dalam suatu susunan kelompok. Dalam menganalisis struktur

kelompok maka tiga unsur penting yang terkait dalam struktur kelompok, yaitu

posisi, ststus, dan peranan perlu ditelaah. kelompok sosial juga mempunyai perilaku

kepemimpinan dalam berorganisai, Perilaku kepemimpinan menurut House dan

Desler (dalam Gary A Yulk, 1989 : 99) adalah tindakan pemimpin dalam

mempengaruhi persepsi, motivasi bawahan dan sebagai bawahan mereka puas dengan

tindakan pemimpin tersebut. (Anwar Prabu ,2008:53)

2.2 Peran Sosial

Teori peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi aktor-aktor

yang bermain sesuai denagn apa yang diteteapkan oleh budaya dan konstruksi sosial

sesuai denagn teori ini, harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama

yang menuntut untuk berprilaku. Dalam pengorganisasian dalam pengarahan, ruang

lingkup peran meliputi peran pembangkit semangat dan peran menyampaikan

informasi yang dalam hal ini di butuhkan suatu sikap kepemimpinan. Peran

pembangkit semangat dapat dijalankan dengan cara pujian dan dukungan. Pujian

dapat diberikan dalam bentuk pengharagaan dan intensif. Pemberian insentif

hendaknya di dasarkan pada aturan yang ada dan transpran. Insentif akan efektif jika

diberikan secara tepat, artinya sesuai dengan prestasi yang di capai dan di sampikan

(31)

di berikan bias melalui ucapan langsung ataupun tidak langsung dalam kalimat yang

sugestif.

Sedangkan peran menyampaikan informasi merupakan jantung kualitas

prusahaan atau organisasi, artinya komunikasi internal dan eksternalnya berpengaruh

terhadap kordinasi kerja dan eksistensi prusahaan atau organisasi. Penyampaian atau

penyebaran informasi harus di rancang sedemikian rupa agar sesuai sasaran dan

memberikan manfaat yang diharapkan. Informasi yang disebarkan harus terus di

monitor untuk mengetahui dampak internal dan eksternalnya. Monitoring di lakukan

dengan perencanaan yang efektif dan sitemik. Peran konsulting ataupun bimbingan

juga wajib di berikan ke lingkungan internal secara baik, sehingga tercipta budaya

organisasi yang baik pula. Hal ini merupakan sikap simpatik yang dapat bermanfaat

positif terhadap suatu permasalaham yang terjadi (Petrus,2008:2)

Parson (dalam Petrus 2008:1), memandang keadaan seperti ini secara sistem

yaitu aktor tidak di lihat dari tindakan dan sudut pikirannya, melaikan status dan

perannya. System sosial di defenisiskan sebagai aktor, beraksi, lingkungan,

optimalisasi kepuasan dan kultur. Dalam sebuah interaksi, peran dan status aktor

merupakan unit fundamental. Status adalah posisi dalam struktur sosial, sedangkan

peran adalah fungsi yang dijalankan dalam posisi struktur. Dalam hal ini prilaku

merupakan sistem tindakan yang melaksanakan fungsi adaptasi, menyesusikan diri

dengan lingkungan eksternal. Sistem kepribadian mewlaksanakan fungsi pencapaian

tujuan dengan menetapkan tujuan sistem dan mengoptimalkan sumber daya yang

(32)

mengendalikan setiap komponennya dan sistem kulturan melaksanankan fungsi

pemeliharaan pola. Fungsi-fungsi penting ini adalah:

a. Adaptation, sistem penyesuaian diri dengan lingkungannya dan setelah itu

membuat lingkungan sesuai dengan kebutuhan

b. Goal attainment, sistem pencapaian tujuan

c. Intergration, sistem yang mensinergikan antar komponen dengan sitem lainnya

d. Latency, sistem pemeliharaan dan mendialektikan pola-pola cultural yang

menopang dan menciptakan motivasi

Menurut Azwar (dalam Iskandar 2005) faktor-faktor yang mempengaruhi

pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, pengaruh

kebudayaan, media massa, institusi, dan faktor emosional. Sedangkan beberapa

karakteristik yaitu:

1. Karakteristik arah, menunjukan sikap dapat mengarah pada persetujuan atau

tidaknya individu, mendukung atau menolak terhadap objek sikap.

2. Karakteristik intensitas, menunjukan bahwa sikap memiliki derajat kekuatan

yang pada setiap individu bias berbeda tingkatannya

3. Karakteristik keluasan, menunjukan pada cakupan luas tidaknya aspek dari objek

sikap.

2.3 Perilaku Sosial

Teori behaviorisme menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang

(33)

nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar

artinya perubahan perilaku manusia sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme

tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional;

behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh

faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada

tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang member

respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk

perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep”manusia mesin” (Homo Mechanicus).

Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat

mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi

atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil

belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah

munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R

psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau

reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam

tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural

dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa

tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah

hasil belajar.

(34)

2.4 Sosialisasi

Menurut Vander Zanden, sosialisasi adalah proses interaksi sosial melalui

mana kita mengenal cara-cara berpikir, berperasaan dan berperilaku, sehingga dapat

berperan serta secara efektif dalam masyarakat (Ihromi, 1999; 75). Seorang bayi

lahir kedunia ini sebagai suatu organisme kecil yang egois yang penuh dengan segala

macam kebutuhan fisik, kemudian ia menjadi seorang manusia dengan seperangkat

sikap dan nilai, kesukaan, dan ketidaksukaan, tujuan serta maksud, pola reaksi dan

konsep yang mendalam serta konsisten tentang dirinya (Paul B.Horton dan Chester

L.Hunt, 1993;99-100). Setelah berinteraksi dengan individu lain yang berada

disekitarnya atau bersosialisasi dengan lingkungannya barulah individu tadi dapat

berkembang. Dalam keadaan yang normal, maka lingkungan pertama yang

berhubungan dengan anaknya adalah orang tuanya. Melalui lingkungan itulah anak

mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari;

melalui lingkungan itulah anak mengalami proses sosialisasi awal.

Tanpa mengalami proses sosialisasi yang memadai tidak mungkin seorang

warga masyarakat dapat hidup normal tanpa menjumpai kesulitan dalam masyarakat.

Jelas, bahwa hanya dengan menjalani proses sosialisasi yang cukup banyak sajalah

seorang individu warga masyarakat dapat meyesuaikan segala tingkah pekertinya

dengan segala keharusan norma-norma sosial. Hanya lewat proses-proses sosialisasi

ini sajalah generasi-genarasi muda dapat belajar bagaimana seharusnya bertingkah

laku di dalam kondisi-kondisi tertentu. Bagaimanapun juga proses sosialisasi adalah

(35)

yang mensosialisasi atau disebut dengan aktivitas melaksanakan sosialisasi dan pihak

yang kedua adalah aktivitas pihak yang disosialisasi atau aktivitas internalisasi.

Disamping itu menurut Mead, manusia yang baru lahir belum mempunyai

diri. Pada dasarnya diri adalah kemampuan untuk menerima diri sendiri sebagai

sebuah objek. Diri mensyaratkan proses sosial; komunikasi antar manusia. Diri

muncul dan berkembang melalui aktivitas dan antara hubungan sosial. Menurut Mead

adalah mustahil membayangkan diri yang muncul dalam ketiadaan pengalaman

sosial. Diri manusia ini berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota

masyarakat lain. Adapun tahap perkembangan diri manusia ini menurut Mead dalam

Kamanto Sunarto (1993;28) adalah :

1. Play stage

Dalam tahap ini anak mengembangkan kemampuannya untuk melihat dirinya

sendiri. Kegiatan tidak konsisten, tidak terorganisir peranan berganti-ganti karena

belum ada konsepsi yang terpadu mengenai dirinya.

2. Game stage

Berbeda dengan play stage disini ada himpunan yang terorganisir. Anak harus

sudah mengetahui posisinya dalam konteks yang lebih luas, dan memberikan

tanggapan terhadap harapan-harapan orang lain; individu sudah mampu

menghubungkan dirinya dengan komunitas dimana ia menjadi anggotanya.

Mead mengungkapkan gagasan bahwa self (diri) mempunyai dua komponen

yaitu:

1. I, adalah faktor-faktor yang khas yang memasuki komunitas kita dengan orang

(36)

2. Me, segi yang memberikan tanggapan pada konvensi-konvensi sosial. Jadi orang

tua mengekspresikan dirinya kemudian diidentifikasikan dan diinternalisasikan

menjadi peran dan sikap oleh anak, akhirnya terbentuklah self anak.

3. Generalize other

Kemapuan anak untuk mengabstraksikan peran-peran dan sikap-sikap dari

significant othersnya (semua orang lain yang berarti) serta

menggeneralisasikannya untuk semua orang, termasuk dirinya.

Menurut Vebrianto dalam Khairuddin (1997: 63) menyimpulkan bahwa

sosialisasi:

1) Proses sosialisasi adalah proses belajar, yaitu proses akomodasi dengan mana

individu menahan, mengubah impul-impuls dalam dirinya dan mengambil cara

hidup atau kebudayaan masyarakat

2) Dalam proses sosialisasi itu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola,

nilai dan tingkah laku, dan standar tingkah laku dalam masyarakat dimana ia

hidup

3) Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun

dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan sistem dalam diri pribadinya. Dalam

proses sosialisasi, kegiatan-kegiatan yang di cakup adalah:

a) Belajar (learning)

b) Penyesuaian diri dengan lingkungan

(37)

2.5 Berkendara yang aman (safety riding)

Berkendara yang aman (safety riding) yang dikutip dari salah satu sumber

mengandung pengertian adalah suatu usaha yang dilakukan dalam meminimalisir

tingkat bahaya dan memaksimalkan keamanan dalam berkendara, demi menciptakan

suatu kondisi, yang mana kita berada pada titik tidak membahayakan pengendara lain

dan menyadari kemungkinan bahaya yang dapat terjadi di sekitar kita serta

pemahaman akan pencegahan dan penanggulangannya.

Implementasi dari pengertian di atas yaitu bahwa disaat kita mengendarai

kendaraan, maka haruslah tercipta suatu landasan pemikiran yang mementingkan dan

sangat mengutamakan keselamatan, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.

Untuk itu, berangkat dari dasar pemikiran keselamatan tersebut, maka para

pengendara haruslah menyadari arti dari pentingnya keselamatan, hal ini bisa di

contohkan dengan meningkatnya angka kecelakaan di jalan raya dan berbagai

kejadian kecelakaan yang terjadi disebabkan dari berrbagai macam kasus. Walaupun

terasa sangat sulit untuk menumbuhkannya, namun pemikiran yang mengutamakan

keselamatan tersebut haruslah merupakan kesadaran dari diri sendiri yang terbentuk

dan dibangun dari dalam hati dan bertekad untuk melaksanakan segala aktivitas yang

mendasar pada Berkendara yang aman (safety riding).

Bila dasar pemikiran Berkendara yang aman (safety riding) (Safety Minded)

telah masing-masing dimiliki, maka dengan mudah setiap hal yang berkaitan dengan

Berkendara yang aman (safety riding) dapat kita terapkan dimulai dari diri sendiri dan

(38)

kesalamatan diri. Usaha-usaha itu harus dilakukan secara terus menerus sehingga

dapat menjadi Safety Bikers yang mampu:

1. Menigkatkan kecakapan pengendara dalam mengendarai, agar paham dan

mengerti bila berhadapan dengan keadaan darurat yang terjadi di sepanjang

perjalanan.

2. Mencegah kecelakaan kendaraan bermotor melalui pengembangan gaya

mengendarai yang baik dan sistematik.

3. Mengembangkan cara tepat tanggap akan bahaya dan manajemen resiko.

4. Mencegah bahaya dan resiko yang mungkin terjadi pada situasi jalan dan lalu

lintas melalui kewaspadaan pengendara.

Berkendara yang aman (safety riding) mengacu kepada perilaku berkendara

yang secara ideal harus memiliki tingkat keamanan yang cukup baik bagi diri sendiri

maupun bagi orang lain. (www.

jnc.000space.com/index.php?...article...safety-riding...

Perlengkapan Berkendara yang aman (safety riding) Menurut Musdar (pidato

pengukuhan guru besar tetap fakultas kedokteran USU 28 juli 2007) terdiri dari: com di akses pada tanggal 9 Januari 2012

1. Helm/helmet yang memenuhi standar bukan asal-asalan saja, karena pemakaian

helm menurut banyak pakar secara signifikan mengurangi angka kematian sekitar

40% pada pengguna sepeda motor bila mengalami Kecelakaan lalu lintas. Kepala

(39)

reading mewajibkan semua anggota club menggunakan dengan benar helm untuk

pengemudi maupun penumpangnya. Helm yang baik adalah secara fisik mampu

memberikan perlindungan menyeluruh pada bagian kepala, seperti pada bentuk

Full Face atau Half/Open Face. Sementara untuk helm cetok, Divisi Touring

sangat tidak menganjurkan untuk menggunakannya.

2. Sarung tangan yang terbuat dari bahan yang kuat sehingga dapat

mencegah cedera tangan dan pergelangan tangan pada Kecelakan lalu lintas.

3. Jaket terbuat dari bahan yang kuat dan enteng seperti; nylon,

cordura guna mencegah cedera terutama pada permukaan tubuh.

4. Celana yang bahannya seperti jaket dan gunanya mengurangi cedera

pada lutut dan panggul.

5. Kaca mata helm untuk mencegah debu atau benda-benda yang

berterbangan di udara pada waktu berkendaraan.

6. Penutup telinga untuk menghindari kebisingan yang dapat merusak

telinga dari suara mesin dan suara angin.

7. Rompi yang terbuat dari bahan yang retroreflective dan warna yang

Mudah atau cepat terlihat.

8. Sepatu laras tinggi dengan bar/tulang di bagian lateral dan medial guna

(40)

2.6 Undang-undang Lalu Lintas No 22 Tahun 2009 Pasal 57

(1) Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan wajib dilengkapi dengan

perlengkapan Kendaraan Bermotor.

(2) Perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Sepeda Motor berupa

helm standar nasional Indonesia.

(3) Perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Kendaraan Bermotor

beroda empat atau lebih sekurang-kurangnya terdiri atas:

a. sabuk keselamatan;

b. ban cadangan;

c. segitiga pengaman;

d. dongkrak;

e. pembuka roda;

f. helm dan rompi pemantul cahaya bagi Pengemudi Kendaraan Bermotor

beroda empat atau lebih yang tidak memiliki rumah-rumah; dan

(41)

Pasal 77

(1) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib memiliki

Surat Izin Mengemudi sesuai dengan jenis Kendaraan Bermotor yang

dikemudikan.

(2) Surat Izin Mengemudi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 2 (dua)

jenis:

a. Surat Izin Mengemudi Kendaraan Bermotor perseorangan; dan

b. Surat Izin Mengemudi Kendaraan Bermotor Umum.

(3) Untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi, calon Pengemudi harus memiliki

kompetensi mengemudi yang dapat diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan

atau belajar sendiri.

(4) Untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi Kendaraan Bermotor Umum, calon

Pengemudi wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan Pengemudi angkutan

umum.

(5) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) hanya diikuti oleh

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian

yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang yang dialami oleh

subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara

holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah

(Lexi Moleong, 2006 : 6).

Study deskriptif adalah penelitian yang berusaha untuk menggambarkan atau

melukiskan sejumlah fenomena yang berkenaan dengan masalah penelitian tanap

melihat hubungan antara variabel. Penelitian deskriptif ini dipilih karena penelitian

ini hanya terbatas pada usaha untuk menggambarkan suatu permasalahan, keadaan

atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga sekedar menggambarkan fakta yang

terjadi dalam proses penanaman kesadaran partisipasi politik anak.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Jalan setia budi kec Medan Sunggal yang menjadi

(43)

ini adalah karena STIC merupakan salah klub motor dan menerapkan berkendara

yang aman (safety riding) pada anggotanya selain itu kesekretariatan STIC dekat

dengan tempat tinggal peneliti.

3.3 Unit Analisis dan Informan

Unit analisis dalam penelitian adalah satuan tertentu yang diperhitungkan

sebagai subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006;143). Adapun yang menjadi unit

analisis dalam penelitian ini adalah seluruh anggota klub motor STIC. Sedangkan

yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:

1. Informan Kunci

Adapun yang menjadi informan kunci adalah pengurus dan tokoh pendiri klub

motor STIC Medan.

2. Informan Biasa

Adapun yang menjadi informan biasa adalah anggota klub motor STIC Medan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu dat primer dan

data sekunder.

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan

mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek

(44)

a. Observasi, atau pengamatan adalah kegiatan keseharian mannusia dengan

menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca

indra lainnya seperti telinga,penciuman, mulut dan kulit.(Burhan, Bungin,

2005:133). Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamtan langsung

dilapangan. Data yang diperoleh dari observasi dilapangan berupa kegiatan,

tindakan dan perilaku yang merupakan bagian dari lapangan manusia yang

diamati. Sedangkan hasil obsevasi ini akan dituangkan dalam catatan

lapangan.

b. Wawancara,atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan responden atau orang yang diwaancarai, dengan atau

tanpa menggunakan pedoman wawancara. (Burhan, Bungin, 2005:126)

sedangkan dalam penelitian ini menggunakan panduan wawancara yang

berupa urutan-urutan daftar pertanyaan sebagai acuan bagi peneliti untuk

memperoleh data yang diperlukan. Selain itu dalam penelitian ini peneliti

menggunakan alat bantu rekam (tape recorder) yang membantu peneliti dalam

menganalisa data dari hasil wawancara.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data tangan kedua yang diperoleh melalui pihak lain,

tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. (Saifuddin Azwar,

(45)

buku-buku referensi, dokumen, majalah, jurnal dan internet yang dianggap relevan

dengan yang masalah diteliti.

3.5 Teknik Analisa Data

Analisa data kualitatif (Bogdan dan Biklen, 1982) adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan

memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. (Lexi J. Moleong, 2006 ;

248). Setiap data yang diambil akan direkam dan dicatat, data yang dicatat dan

direkam tersebut adalah data wawancara maupun data penunjang lainnya. Selanjutnya

setelah semua data terkumpul maka data akan dilakukan analisis data dan interpretasi

data dengan mengacu pada kajian pustaka yang telah ada. Sedangkan hasil Observasi

akan diuraikan dan dinarasikan untuk memperkaya hasil wawancara sekaligus

melengkapi data. Setiap data yang diperoleh tersebut akan di interpretasikan untuk

menggambarkan keadaan dengan mengacu pada pada dukungan teori dan kajian

(46)

3.6Bagan Penelitian

1. Kampanye safety riding 2. Kegiatan sosial

3. Promosi product 4. Kopdar bareng

1. Timbulnya disiplin berlalu lintas di jalan

2. Timbulnya rasa persaudaraan antar sesama anggota klub maupun klub motor lain

3. Timbulnya kepedulian sosial pada masyarakat

1. Mengajarkan pengetahuan safety riding

2. Memberikan sanksi pada anggota yang melanggar

3. Memberikan penghargaan pada anggota yang teladan (kompetisi)

Persemester

Perminggu EKSTERNAL

(47)

3.7 Jadwal Kegiatan

3.8 Keterbatasan Penelitian

Selama dalam penelitian penulis mempunyai banyak kendala-kendala dan

keterbatasan penulis dalam mendapatkan data yaitu:

1. Sangat sulit mencari waktu yang tepat untuk menemui informan kunci di

karenakan pada saat penelitian bertepatan dengan jadwal touring semester

2. Dalam mendapatkan data sekunder dari pengurus klub sangat sulit dimana dalam

pengambilan data sekunder itu mempunyai waktu yang lumayan lama sehingga

penulis tidak bisa dan tidak dapat melanjutkan penulisan karena data sekunder

dari Kantor kepala desa belum lengkap, tapi akhirnya data tersebut saya dapatkan

dengan waktu yang begitu lama No

4. Seminar Proposal Penelitian √

(48)

3. Dalam wawancara sebagian informan kurang terbuka, peneliti berusaha agar

informan mau terbuka dan bisa berbicara dengan leluasa bagaimana peran klub

(49)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Perkembangan Klub Motor

Awal mula perkembangan klub motor di indonesia di mulai pada tahun 1906

dengan berdirinya Javasche Motor Club, yang berkantor di Jalan Bojong 153 – 156,

Het Koningklije Nederlands Indische Motor Club (KNIMC). Sejalan dengan tuntutan

zaman, saat penyerahan kedaulatan dari Kerajaan Belanda kepada Pemerintah

Republik Indonesia, nama KNIMC berubah lagi menjadi Indonesische Motor Club

(IMC). IMC turut diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia yang dalam hal

ini oleh Departemen Perhubungan. Pada tahun 1950 nama IMC berubah menjadi

Ikatan Motor Indonesia (IMI).

Dalam perkembanganny IMI berubah menjadi induk olah raga otomotif seluruh

Indonesia dan telah mendapat pengakuan dan pengesahan dari Badan-Badan

Internasional sepert

sekarang adalah masa-masa keemasan dari klub motor, ini di tandai dengan semakin

bannyaknya klub-klub motor yang terbentuk dan juga semakin banyaknya

kegiatan-kegiatan yang melibatkan klub motor baik itu untuk promosi merek tertentu ataupun

(50)

4.1.2 Sejarah Berdirinya STiC

Berdirinya STiC bermula saat terjadi perbedaan pandangan antara anggota TC

(Thunder Community), dimana anggota yang terdiri dari anak-anak muda memiliki

pandangan yang berbeda dengan angota yang sudah lebih dewasa dalam melihat

status keanggotaan. Berbagai musyawarah sudah dilakukan untuk menyelesaikan

perbedaan pandangan ini namun tidak menghasilkan kesepakatan, oleh karena itu

angota-angota muda memutuskan untuk keluar dari keanggotaan TC dan mendirikan

sebuah klub yang di pelopori oleh 5 orang yaitu, Irving, Dedi, Yahmil, Putra, dan

Dewo.

Pada tanggal 8 juni 2008 setelah melalui berbagai diskusi STiC berdiri, dimana

5 pelopor pendiri STiC menjadi pengurus kecuali Irving, Yahmil sebagai ketua STiC,

Dedi wakil ketua, Dewo sebagai sekertaris, Putra sebagai bendahara. Pada tanggal 5

Mei 2010 Yahmil yang pada saat itu menjabat sebagai ketua STiC mengundurkan diri

dari ketua sekaligus keanggotaan STiC, Dikarenakan alasan ekonomi dan harus

menjual sepeda motornya, dalam ADART anggota STiC adalah orang yang memiliki

motor thunder dan sudah terdaftar sebagai anggota STiC. Posisi ketua digantikan oleh

Dedi yang saat itu menjabat sebagai wakil ketua, di saat Dedi menjabat sebagai ketua

banyak kegiatan sosial ataupun promosi yang dilakuannya. Antara lain kegiatan sahur

On The Road dan buka bersama yang rutin dilakukan pada bulan rammadhan. Pada

saat kepemimpinan Dedi banyak rekrutmen yang dilakukan dengan melantik 12

anggota baru dalam setahun. Pada tanggal 4 November 2010 Dewo yang pada saat itu

(51)

lagi berdomisili di Medan sehingga ia tidak dapat melaksanakan tugasnya sebagai

sekertaris maupun sebagai anggota STiC, posisinya di gantikan oleh Rony. Sebagai

respon dari mundurnya 2 anggota yang sekaligus sebagai pelopor berdirinya STiC

maka musyawarah memutuskan mengadakan pemilihan pengurus baru sekaligus

memperingati ulang tahun STiC yang ke 3 yaitu pada tanggal 10 Juni 2011 di Prapat,

dan juga sekaligus melaksanakan pelantikan anggota baru. Pada tanggal 17 Juni

2011 terbentuklah kepengurusan baru, Dedi sebagai ketua, Rony wakil ketua, Putra

sebagai sekertaris, Budi sebagai bendahara. Ada satu anggota STiC yang bernama

Ferdian yang mana sekarang ini dia telah pindah ke Banda Aceh dan mendirikan

STiC Capter Banda Aceh sehingga saat ini klub motor STiC telah memiliki capter

baru.

4.1.3 Letak Kesekertariatan STiC

Kesekertariatan STiC yang merupakan kantor pengurus dan juga sebagai

tempat anggota STiC untuk kopdar (kopi darat) terletak di Kelurahan Babura

Kecamatan Medan Sunggal (Titi Bobrok).

4.1.4 Visi dan Misi Visi

1. Menjadi organisasi yang memiliki kesadaran sosial tinggi.

2. Mempererat tali persaudaraan antar club motor.

3. Menjadikan STiC sebagai wadah otomotif yang bermuara positif.

(52)

Misi

1. Menghimpun dan mempersatukan semua pengguna sepedamotor khususnya

sepeda motor thunder.

2. Menjadikan STiC sebagai club motor yang bersifat positif dan berorientasi

pada sikap yang profesional.

4.2 Profil Informan 4.2.1. Informan Kunci

Irving Tobing

Om Ving begitulah sehari-hari ia di panggil oleh rekan-rekannya baik di dalam

klub maupun di luar klub, saat ini ia berusia 34 tahun dan beragama Kristen. Pria

keturunan batak yang masih belum menikah sampai saat ini mengenyam pendidikan

D3 kepariwisataan. Ia tinggal di Komplek Tasbih blok N no 9, Medan. Dalam

kesehariannya pria ini sudah belajar hidup mandiri semenjak SMA oleh sebab itu

kpribadiannya terbentuk menjadi supel dan dapat beradaptasi dengan cepat dengan

lingkungan baru. Ia sudah masuk ke dalam organisasi semenjak sma dengan menjadi

pengurus gereja di lingkungan tempat tinggalnya, pengalamanya berorganisasi serta

kecintaanya terhadap sepeda motor inilah yang membawanya menjadi anggota salah

satu klub motor di medan

Ia adalah orang yang paling senior dalam klub motor karena ia adalah salah

(53)

motor di kota Medan, oleh karena itu ia dianggap sebagai orang yang di tuakan di

STiC. Dalam kesehariannya saat berkendara ia juga di jadikan panutan bagi anggota

klub yang lain karena sikapnya saat berkendara dianggap mencerminkan prilaku dari

anggota klub motor. Ia bukan hanya di kenal dalam klubnya saja namun ia juga

banyak di kenal oleh pengurus klub baik di kota Medan maupun di luar kota medan

bahkan banyak juga pengurus klub motor yang lain yang berada di luar provinsi

sumatera utara yang mengenal Irving. Oleh sebab itulah maka ia dianggap sebagai

Pembina dan penasehat klub wlaupun ia lebih suka jika di anggap sebagai anggota

biasa.

Klub motor pertama yang di ikutinya adalah TC (Thunder Community), namun

dengan alasan banyak pekerjaan sehingga ia tidak dapat meluanggkan banyak

waktunya di klub oleh karena itu ia engan untuk menjadi pengurus klub motor

tersebut meskipun banyak yang menyarankannya untuk mencalonkan diri untuk

menjadi ketua klub karena memiliki banyak pengalaman dalam organisasi serta

sifatnya yang supel sehingga ia dapat di terima oleh para anggota yang lain. Dalam

perjalanannya berorganisasi di TC banyak dinadmika yang ia alami dan salah satunya

adalah perbedaan pendapatnya dengan para pengurus klub tentang status kluarga dari

para anggota, yang mana banyak para anggota klub yang sering membawa serta

kluarga mereka dalam forum kopdar (kopi darat). Sedangkan forum kopdar tersebut

ialah untuk membahas agenda klub sehingga ia berpendapat tidak ada kepentingan

(54)

Perbedaan inilah yang mejadi awal mula terbentuknya STiC, karena tidak ada

kesepakatan dengan anggota lain yang sering membawa keluarga dalam kopdar yang

di adakan seminggu sekali dan di dominasi oleh kaum tua yang umummnya berusia

lebih dari 40 tahun. Sehingga ia dan anggota muda yang memiliki pemikiran yang

sama dengannya memmilih untuk memundurkan diri dari klub TC tersebut dan

membentuk klub motor yang di beri nama STiC.

Dedi Candra Barus

Dedy Candra Barus adalah ketua dari STiC yang masih aktif sampai saat ini,

sesuai dengan marganya ia berasal dari suku karo dan seorang muslim. Ia tinggal di

jalan Setia Budi No 5 (Titi Bobrok) Medan. Pria 30 tahun ini memiliki usaha bengkel

mobil di rumahnya serta menjadikan salah satu rungan di bengkelnya tersebut untuk

menjadi kesekertariatan STiC. Ia sudah menikah dan memiliki satu orang anak,

dalam kesehariannya ia adalah orang yang sering bercanda terutama dengan

rekan-rekannya sehingga orang-orang yang ada di sekitarnya nyaman dan juga ia mudah

akrab dengan orang.

Ia sering mengunakan sepeda motor dalam kegiatanya sehari-hari, selain itu ia

juga selalu mengutamakan berkendara yang aman (safety riding) dalam setiap

berkendara. Oleh sebab itu lah ia di angkat menjadi ketua STiC karena di anggap

dapat menjadi teladan dan juga menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya.

(55)

otomotif namun juga untuk menambah jaringan dan teman, selain itu ia juga suka

mengikuti organisasi termasuk di dalam klub motor.

Sama seperti Irving pada awalnya ia adalah anggota dari klub TC dan karena

memiliki pemikiran yang sama dengan anggota muda yang lain maka ia juga

memutuskan untuk memundurkan diri dari TC dan mendirikan klub atas kesepakatan

bersama dan sejalan dengan cita-cita yang ingin di capai, di dalam kepemimpinannya

banyak kegiatan-kegiatan yang di lakukan oleeh STiC baik itu berupa event ataupun

kegiatan sosial sehingga semakin banyak masyarakat yang mengenal STiC dan juga

dengan seluruh kegiatan yang di jalani STiC semakin mengenalkan klub ini dengan

klub-klub motor yang lain di Medan. Selain itu ia juga banyak melakukan kopdar

bareng dengan klub-klub lain ini di maksudkan agar lebih mengenalkan lagi secara

personal tentang keberadaan STiC dan menjalin hubungan yang baik antar sesama

klub motor baik antar sesame penguna sepeda motor Suzuki maupun dengan penguna

sepeda motor merek yang lain.

Rony Andika Parangin-angin

Rony Andika Parangin-angin adalah seorang pria berusia 25 tahun yang baru 5

tahun ini tinggal di medan tepatnya di jalan pasar 1 setia budi medan. Pria muslim ini

kesehariannya adalah sebagai mahasiwa di salah satu perguruan tinggi swasta di

medan dan juga ia menjalankan usaha sampingannya sebagai penyedia jasa bagi

orang yang ingin pindah rumah. Dalam kesehariannya pria supel ini sangat ramah

(56)

dengan membiayai kuliahnya sendiri tanpa di subsidi oleh orang tuanya,

kepribadiannya yang baik dan mandiri inilah yang menempatkan ia sebagai salah

seorang yang memiliki peran yang signifikan di dalam klub. Sikapnya yang supel

membuat ia banyak mendapat simpati dari anggota lainnya sehingga mudah di terima

di dalam keluarga besar STiC.

Dalam kesehariannya ia banyak mengunakan sepeda motor di setiap

kegiatannya, karena di anggap lebih praktis dan lebih cepat sampai di tujuan. Ia juga

tidak lupa selalu mengutamakan berkendara yang aman (safety riding) setiap ia

berkendara baik itu berkendaraan sampai jauh atau dekat.

Ia juga adalah salah seorang dari anggota TC yang mengundurkan diri dan

bergabung dengan STiC. Pada saat ia baru bergabung dengan TC ia belum sempat di

lantik sebagai anggota di karenakan ia masih di golongkan sebagai angota baru. Ia

baru di lantik ketika sudah bergabung di STiC. Walaupun ia adalah anggota baru

namun karena keaktifannya dan juga kontribusinya pada klub di setiap kegiatan yang

di adakan oleh STiC maka ia di anggkat oleh anggota yang lain untuk menjadi

sekertaris STiC setelah sekertaris sebelumnya mengundurkan diri.

Pada awal masa tugasnya ia banyak menawarkan ide-ide untuk di terapkan pada

anggota untuk mencirikan anggota anggota STiC tersebut di antaranya adalah

membuat kta dan juga bisa di jadikan kartu diskon bagi anggota klub ketika ia akan

membeli spare part di deler resmi Suzuki oleh karena itu STiC tergabung dalam SMC

(57)

yang bermerek Suzuki baik itu sepda motor sport maupun sepeda motor bebek.

Bukan itu saja ia banyak mengusulkan untuk melakukan kegiatan sosial misalnya

menyantuni anak-anak yatim piatu dan juga mengalang dana untuk membantu korban

bencana alam seperti gempa di mentawai dan letuan gunung sinabung yang belum

lama ini meletus.

Budi

Budi adalah seorang pria berusia 33 tahun untuk memenuhi kebutuhannya

sehari-hari ia bekerja sebagai karyawan swasta. Ia sudah menikah dan telah memiliki

anak. Dalam kesehariannya ia adalah seorang yang humoris ia sering bercanda

dengan rekan-rekannya terutama pada teman sesama anggota klub. Ia sudah lama

mencintai dunia otomotif dan sering bergabung dengan organisasi baik semasa masih

sekolah maupun kuliah untuk itu ia memilih bergabung dengan klub motor ia

berpendapat bahwa dalam klub motor seluruh hobynya akan otomotif akan

tersalurkan dan ia akan banyak mendapatkan pengetahuan tentang otomotif

khususnya sepeda motor, bukan hanya mencintai otomotif namun ia juga hoby

touring keberbagai daerah di dalam maupun di luar sumatra utara. Ia mendapatkan

pengetahuan tentang berkendara yang aman (safety riding) dan manfaatnya semenjak

ia mulai bergabung dengan klub motor, selain itu ia juga mendapatkan pengetahuan

tentang sepeda motor dan bagaimana mengatasi masalah yang muncul pada sepeda

Referensi

Dokumen terkait

Negeri Malang pada Departemen Pendidikan Nasional sebagai Instansi Pemerintah yang Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum; Peraturan Menteri Keuangan Nomor

Dalam Laporan Panitia yang disampaikan Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Provinsi NTT, Flory Mekeng, disebutkan bahwa PPNPM-MPd adalah bentuk

fungsi yang digunakan oleh staf pelayan untuk.. melihat dan meng-update data yang baru

Pengumpulan data kelelahan dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner Subjective Self Rating Test dari International Fatigue Research Committee dan pengumpulan

PENGARUH GAYA MENGAJAR INKLUSI TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN PENCAK SILAT SENI.. PALEREDAN DI KELAS X SMA NEGERI

Bagi guru atau pengajar pencak silat bahwa gaya mengajar inklusi dapat. digunakan dalam mengajar pembelajaran pencak

[r]

Dengan adanya efisiensi terhadap produktivitas dalam bekerja maka penyelesaian tugas dapat dilakukan dengan efektif sehingga hasil yang diharapkan atau tingkat keluaran dapat