• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem ResiprositasJambar Juhut Pada Upacara Perkawinan Batak Toba (Studi Komparatif : di Desa Aek Siansimun, Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara dan di Kelurahan Pulo Brayan Darat I, Kecamatan Medan Timur, Kota Madya Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sistem ResiprositasJambar Juhut Pada Upacara Perkawinan Batak Toba (Studi Komparatif : di Desa Aek Siansimun, Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara dan di Kelurahan Pulo Brayan Darat I, Kecamatan Medan Timur, Kota Madya Medan)"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM RESIPROSITAS JAMBAR JUHUT PADA UPACARA

PERKAWINAN BATAK TOBA

(Studi Komparatif : di Desa Aek Siansimun, Kecamatan Tarutung,

Kabupaten Tapanuli Utara dan di Kelurahan Pulo Brayan Darat I,

Kecamatan Medan Timur, Kota Madya Medan)

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana sosial dalam bidang Antropologi

Oleh :

Susy Ernawati

040905007

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

▸ Baca selengkapnya: gambar jambar

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Nama : Susy Ernawati NIM : 040905007

Departemen : Antropologi Sosial

Judul : SISTEM RESIPROSITAS JAMBAR JUHUT PADA UPACARA PERKAWINAN BATAK TOBA

(Studi Komparatif : di Desa Aek Siansimun, Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara dan di Kelurahan Pulo Brayan Darat I, Kecamatan Medan Timur, Kota Madya Medan)

Medan, April 2008

Pembimbing Skripsi Ketua Departemen

(Drs. Irfan Simatupang, Msi) (Drs. Zulkifli Lubis, MA) NIP. 131 945 672 NIP. 131 882 278

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

(3)

Skripsi ini penulis persembahkan

Wandes & Wandi

4. KAKAK Mu kepada Tuhan dan percayalah kepadaNya, dan Ia akan bertindak…..

Ucapan Syukur

Semua tak akan selesai…

Semua tak bisa saya raih…

Semua tak akan ada hasil..

Semua itu karena…

Engkau Tuhan..

Bapa yang baik,,,

Bapa yang setia,,,

Bapa yang mengulurkan tanganNya

ke dalam kehidupan saya..

Tantangan yang saya hadapi, baik dari

lingkungan kampus, menghadapi sosok orang

yang belum dikenal, serta memahami orang

yang memiliki kekuasaan…

Jika dilihat dari kemampuan hambamu ini,

mungkin skripsi ini tidak dapat

terselesaikan.

Tuhan itu semua karena Mu…

Hanya karena Mu …

Trima Kasih Tuhan,

Allah Bapa yang hidup ..

Amin…

Tuhan sayang kepada saya,

Begitu juga

Saya sayang kepada Tuhan…

(4)

KATA PENGANTAR

Rasa sukacita penulis panjatkan kepada Tuhan dengan mengucap puji dan syukur. Berkat kasih dan karuniaNya, skripsi ini bisa terselesaikan. Campur tanganNya yang melingkupi hidup penulis, dari awal (alfa) sampai pada akhir (omega) penulisan skripsi ini. Segala kekurangan dan kelemahan penulis, Tuhan memberikan kecukupan dan kemudahan didalamNya. Tanpa campur tanganNya, mungkin skripsi ini tidak dapat penulis selesaikan. Sekali lagi, terima kasih Tuhan atas segala kebaikan dan kemurahanMu. Hanya dengan ucapan puji dan syukur yang penulis panjatkan, dengan doa sajalah yang bisa penulis lakukan.

Sebagaimana campur tangan yang terdiri dari banyak unsur, demikian juga skripsi ini, yang sekarang ada dihadapan para pembaca, mendapat bentuk seperti ada sekarang ini, karena minat dan pertolongan banyak orang di lingkungan penulis, yang tertarik akan tema pembagian jambar juhut. Ucapan terima kasih dengan senang hati penulis sampaikan kepada mereka. Penulis tidak mungkin menyebut nama mereka satu per satu karena banyaknya. Tetapi untuk beberapa orang dan instansi penulis merasa wajib menyebutkan nama mereka di sini, karena keterlibatan mereka dalam pembentukan skripsi ini. Kesempatan emas inilah yang sangat tepat untuk berterima kasih.

(5)

penulis hingga dalam proses pembuatan skripsi ini. Kiranya Tuhan memberikan rezeki yang berlipat-lipat dan bertambah-tambah untuk kakak penulis. Tidak luput untuk mama dan papa serta abang, Tuhan selalu memberkati hidup kalian dari sekarang sampai selama Tuhan memberikan nafas kehidupan kepada kita. Terima kasih, terima kasih, penulis sebagai anak dan adik ucapkan.

Skripsi ini tidak mungkin terlaksana tanpa bantuan Bapak Irfan Simatupang sebagai dosen pembimbing penulis. Proses dari penelitian lapangan hingga penyelesaian skripsi ini, bapak telah membimbing penulis dengan baik. Usul-usul bapak yang sangat berharga, sehingga membuat penulis makin sadar akan problematik persoalan yang dibahas dalam tema ini. Bapak membaca teks penulis dengan kritis dan memberi petunjuk yang berguna sehingga penulis sampai pada analisa yang semakin tajam.

Kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih, khusus bagi dosen-dosen di Departemen Antropologi FISIP USU. Mereka adalah orang-orang yang memberikan ilmu pengetahuan, selama penulis duduk di bangku perkuliahan, khususnya di Departemen Antropologi. Kiranya segala kebaikan dan keikhlasan bapak dan ibu dalam mendidik kami, khususnya penulis selama memberikan materi perkuliahan, Tuhan sajalah yang membalas kebaikan bapak dan ibu.

Selanjutnya, ucapan terima kasih penulis kepada beberapa orang. Mereka telah banyak menolong penulis dalam berbagai bentuk, baik secara profesional maupun pribadi pada waktu penelitian lapangan, yaitu :

(6)

4. Keluarga Uda Merlin (Saudara Penulis di Medan)

5. Erna Rensi Nora dan Indri Femil Isabella (Teman Penulis di Kos) 6. Yudita Theresia Tobing (Teman Penulis di Kampus)

7. Rukun Sana Rima Hia (Teman Penulis di Kampus)

8. Rahmawana Saragih dan Serta Berliana Sitorus (Mahasiswa Ilmu Politik) 9. Frans S. Silaen (Mahasiswa Administrasi Negara)

10.Teman-Teman di Antropologi dan GMKI Komisariat FISIP

Selain itu, tanpa bantuan dari para informan penulis di lapangan, skripsi ini hanya akan menjadi diskusi teoritis. Untuk itu penulis berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada para informan penulis baik yang tinggal di Desa Aek Siansimun (Tarutung) maupun di Kelurahan Pulo Brayan Darat I (Medan). Mereka menerima penulis dengan ramah dirumahnya dan memberikan informasi yang penulis perlukan. Sering terjadi diskusi yang hangat antara penulis dengan informan. Kebaikan hati mereka yang terlihat dengan menghidangkan makanan terbaik dari mereka punya, memberi semangat yang baru bagi penulis untuk melanjutkan penelitian lapangan. Karena itu banyak terima kasih atas segala kebaikannya.

Tak luput penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Lurah Pulo Brayan Darat I dan Kepala Desa Aek Siansimun. Izin penelitian yang bapak berikan, segala informasi dan data monografi desa/kelurahan di tempat bapak pimpin, sangat berguna dalam pembentukan skripsi penulis.

(7)

sebagainya, serta orang-orang yang tak tersebutkan, penulis ucapakan terima kasih., Harta benda, emas permata penulis tidak bisa berikan. Hanya ucapan terima kasih yang bisa penulis berikan

Kepada kalian semua, penulis berterima kasih, “Mauliate Godang”. Horas… Horas… Horas…

Akhir kata, skripsi ini jauh dari sempurna. Segala daya dan upaya penulis sudah lakukan, hanya ini yang dapat penulis perbuat. Namun demikian, isinya termasuk atas kekurangan pada skripsi ini merupakan tanggung jawab penulis.

Medan, April 2007 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PERSEMBAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xiii

ABSTRAK ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

I. 1 Latar Belakang Masalah ... 1

I. 2 Ruang Lingkup Permasalahan ... 8

I. 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

I. 3. 1 Tujuan Penelitian ... 9

I. 3. 2 Manfaat Penelitian ... 9

I. 4 Lokasi Penelitian ... 10

I. 5 Tinjauan Pustaka... 11

I. 6 Metodologi Penelitian ... 16

I. 7 Analisa Data ... 19

BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 22

I. Gambaran Umum Desa Aek Siansimun, Kecamatan Tarutung22 I. 1 Sejarah Singkat Desa Aek Siansimun ... 22

I. 2 Letak Geografis, Topografi dan Administrasi Desa ... 23

(9)

I. 2. 2 Topografi ... 23

I. 2. 3 Letak Administrasi Desa ... 24

I. 3 Pola Pemukiman ... 26

I. 4 Kepadatan Penduduk ... 28

I. 4. 1 Kepadatan Penduduk ... 28

I. 4. 2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur ... 29

I. 4. 3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 30

I. 4. 4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama ... 31

I. 4. 5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 33

I. 4. 6 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 34

I. 5 Sarana Fisik ... 36

I. 5. 1 Sarana Pendidikan ... 36

I. 5. 2 Sarana Kesehatan ... 36

I. 5. 3 Sarana Peribadatan ... 37

I. 5. 4 Sarana Perhubungan ... 37

I. 5. 5 Sarana Perdagangan dan Jasa ... 38

I. 5. 6 Sarana Olah Raga ... 39

II. Gambaran Umum Kelurahan Pulo Brayan Darat I, Kecamatan Medan Timur ... 40

II. 1 Sejarah Singkat Kelurahan Pulo Brayan Darat I ... 40

II. 2 Letak Geografis, Topografi dan Administrasi Desa ... 41

II. 2. 1 Letak Geografi ... 41

II. 2. 2 Topografi ... 41

II. 2. 3 Letak Administrasi Desa ... 42

(10)

II. 4 Kepadatan Penduduk ... 50

II. 4. 1 Kepadatan Penduduk... 50

II. 4. 2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur ... 50

II. 4. 3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51

II. 4. 4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama... 52

II. 4. 5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 54

II. 4. 6 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 55

II. 5 Sarana Fisik ... 57

II. 5. 1 Sarana Pendidikan... 57

II. 5. 2 Sarana Kesehatan ... 58

II. 5. 3 Sarana Peribadatan ... 59

II. 5. 4 Sarana Perhubungan... 59

II. 5. 5 Sarana Perdagangan dan Jasa ... 60

II. 5. 6 Sarana Olah Raga... 62

BAB III. ADAT DAN TATA CARA PERKAWINAN BATAK TOBA…... . 63

I. Tahapan Perkawinan Batak Toba di Desa Aek Siansimun, Kecamatan Tarutung ... 63

I. 1 Proses Pra Pesta Perkawinan ... 65

I. 1. 1 Marhori-Hori Dinding ... 66

I. 1. 2 Marhusip... 66

I. 1. 3 Martupol (Akad Nikah di Gereja) ... 69

I. 1. 4 Tonggo Raja atau Ria Raja ... 70

(11)

I. 2. 1 Marahata Sinamot dan Marsibuha-buhai ... 70

I. 2. 2 Pesta Marunjuk (Unjuk) ... 71

I. 2. 2. 1 Pemberkatan Nikah ... 71

I. 2. 2. 2 Menerima Tamu ... 71

I. 2. 2.3 Acara Makan ... 73

I. 2. 2. 4 Pengumpulan Tumpak dan Pembagian Jambar Juhut73 I. 2. 2. 5 Pembicaraan Adat dan Pembagian Jambar Hepeng . 75 I. 2. 2. 6 Memberi Ulos ... 76

I. 2. 2. 7 Marhata Sigabe-Gabe ... 76

I. 2. 2. 8 Ulaon Sadari ... 77

II. Tahapan Perkawinan Batak Toba di Kelurahan Pulo Brayan Darat I, Kecamatan Medan Timur ... 78

II. 1 Proses Pra Pesta Perkawinan ... 78

II. 1. 1 Marhusip ... 78

II. 1. 2 Martupol (Akad Nikah di Gereja) ... 81

II. 1. 3 Tonggo Raja atau Ria Raja ... 81

II. 2 Proses Pesta Adat Perkawinan ... 81

II. 2. 1 Marsibuha-buhai ... 81

II. 2. 2 Pesta Marunjuk (Unjuk) ... 84

II. 2. 2. 1 Pemberkatan Nikah ... 84

II. 2. 2. 2 Menerima Tamu ... 84

II. 2. 2.3 Acara Makan ... 86

(12)

II. 2. 2. 5 Pembicaraan Adat dan Pembagian Jambar Hepeng91

II. 2. 2. 6 Memberi Ulos ... 92

II. 2. 2. 7 Marhata Sigabe-Gabe ... 93

II. 2. 2. 8 Ulaon Sadari ... 94

BAB IV. BENTUK DAN FUNGSI TUKAR-MENUKAR (RESIPROSITAS) JAMBAR JUHUT. ... 95

I. Kekuatan Dalam Benda-Benda Yang Saling Dipertukarkan ... 95

I. 1 Jambar Juhut ... 96

I. 2 Jambar Hepeng ... 98

I. 3 Ulos ... 102

I. 4 Dengke ... 104

I. 5 Tumpak ... 105

I. 6 Beras (Boras) ... 106

II. Prinsip-Prinsip Dari Tukar-Menukar (Resiprositas) Pemberian .. 106

II. 1 Asal Mula Tukar-Menukar (Resiprositas) Jambar Juhut ... 106

II. 2 Pemberian Hadiah Dari Kewajiban Untuk Membayar Kembali 108 II. 3 Tiga Macam Kewajiban : Memberi, Menerima, Membayar Kembali. ... 111

II. 3. 1 Kewajiban Untuk Memberi ... 111

II. 3. 2 Kewajiban Untuk Menerima ... 113

II. 3. 3 Kewajiban Untuk Membayar Kembali ... 114

III. Makna Antara Bagian Jambar Juhut Dengan Sipenerima ... 115

(13)

III. 2 Makna Jambar Juhut Di Kelurahan Pulo Brayan Darat I,

Kecamatan Medan Timur ... 118

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 122

I. Kesimpulan ... 122

II. Saran ... 134

DAFTAR PUSTAKA... 149

DAFTAR ISTILAH ... 151

DAFTAR INFORMAN ... 162

LAMPIRAN ... 166

1. Surat Izin Penelitian ... 166

2. Peta Lokasi Penelitian ... 179

2. 1 Desa Aek Siansimun, Kecamatan Tarutung ... 179

2. 2 Kelurahan Pulo Brayan Darat I, Kecamatan Medan Timur . 180 3. Pedoman Wawancara ... 181

4. Foto-Foto Pesta Adat Perkawinan Batak Toba ... 186

4. 1 Foto Pesta Adat Perkawinan di Desa Aek Siansimun, Kecamatan Tarutung ... 186

4. 2 Foto Pesta Adat Perkawinan di Kelurahan Pulo Brayan Darat I, Kecamatan Medan Timur ... 188

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perbandingan Resiprositas Jambar Juhut antara Tarutung dengan Medan.

Tabel 2 Klasifikasi Desa./Kelurahan Menurut Tingkat Perkembangan Desa Kecamatan Tarutung Tahun 2007.

Tabel 3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Aek Siansimun. Tabel 4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Aek Siansimun.

Tabel 5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Desa Aek Siansimun. Tabel 6 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Aek Siansimun.

Tabel 7 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Aek Siansimun.

Tabel 8 Sarana Kesehatan di Desa Aek Siansimun . Tabel 9 Sarana Peribadatan di Desa Aek Siansimun. Tabel 10 Sarana Perhubungan di Desa Aek Siansimun.

Tabel 11 Sarana Perdagangan dan Jasa di Desa Aek Siansimun. Tabel 12 Sarana Olah Raga di Desa Aek Siansimun.

Tabel 13 Tata Guna Tanah Kelurahan Pulo Brayan Darat I.

Tabel 14 Nama Lingkungan, Jalan/Gang dan Jumlah KK Tahun 2007. Tabel 15 Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur Kelurahan Pulo Brayan Darat I.

(15)

Tabel 17 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama Kelurahan Pulo Brayan Darat I.

Tabel 18 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Kelurahan Pulo Brayan Darat I.

Tabel 19 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kelurahan Pulo Brayan Darat I.

Tabel 20 Sarana Pendidikan Kelurahan Pulo Brayan Darat I. Tabel 21 Sarana Kesehatan Kelurahan Pulo Brayan Darat I. Tabel 22 Sarana Peribadatan Kelurahan Pulo Brayan Darat I. Tabel 23 Sarana Perhubungan Kelurahan Pulo Brayan Darat I.

Tabel 24 Sarana Perdagangan dan Jasa Kelurahan Pulo Brayan Darat I. Tabel 25 Sarana Olah Raga Kelurahan Pulo Brayan Darat I.

Tabel 26 Sistem Resiprositas Pada Jambar Juhut di Desa Aek Siansimun dengan di Kelurahan Pulo Brayan Darat I.

(16)

ABSTRAK

Susy, 2008, Judul “Sistem Resiprositas Pada Jambar Juhut Dalam Upacara Perkawinan Batak Toba : Studi Komparatif di Desa Aek Siansimun, Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara dan di Kelurahan Pulo Brayan Darat I, Kecamatan Medan Timur, Kota Madya Medan”. Skripsi ini berisi 189 halaman dan terdiri dari lima Bab, yaitu : Bab I Pendahuluan, Bab II Gambaran Umum Lokasi Penelitian, Bab III Adat dan Tata Cara Perkawinan Batak Toba, Bab IV Bentuk dan Fungsi Tukar-Menukar Jambar Juhut, dan Bab V Kesimpulan dan Saran. Pada skripsi ini dilampirkan 7 foto, peta lokasi penelitian, surat izin penelitian, dan pedoman wawancara.

Upacara tradisional sebagai warisan budaya leluhur, yang pada saat sekarang masih memegang peranan dalam kehidupan masyarakat pedesaan maupun masyarakat perkotaan. Upacara tradisional di sini adalah upacara perkawinan (marunjuk) Batak Toba. Upacara yang paling penting bagi orang Batak Toba, yang melibatkan struktur sosial Batak Toba dalam dalihan na tolu. Dalihan na tolu adalah pihak yang memiliki peranan penting pada pesta adat.

Pada pesta marunjuk, ada tahapan penting yang harus dilaksanakan menurut adat, yaitu marbagi jambar, khususnya pembagian jambar juhut. Pembagian jambar juhut, nantinya akan diberikan oleh pihak yang berhak mendapatkan bagian dari juhut itu, baik di Tarutung maupun di Medan masih meneruskan tradisi dalam pembagian jambar-jambar.

Pada bagian jambar juhut ini akan dijumpai adanya prinsip resiprositas, yaitu pertukaran timbal balik antara individu atau antar kelompok. Prinsip resiprositas ini, yaitu cara tukar-menukar dimana yang memberi maupun menerima menentukan dengan pasti nilai barang yang terlihat pada waktu penyerahannya. Jambar juhut yang diberikan oleh paranak dan dengke yang diberikan oleh parboru, kemudian jambar juhut itu dikembalikan lagi kepada pihak paranak (ulu ni dengke mulak). Jambar juhut yang ada pada pihak parboru maupun paranak, kemudian diberikan lagi kepada dalihan na tolu dari masing-masing, menurut kedudukannya dalam pesta tersebut. Lebih lanjutnya, terjadi tukar-menukar ulos yang diberikan dalihan na tolu (sebagai ucapan syukur), dan uang sebagai upah dari si pemberi ulos.

(17)

ABSTRAK

Susy, 2008, Judul “Sistem Resiprositas Pada Jambar Juhut Dalam Upacara Perkawinan Batak Toba : Studi Komparatif di Desa Aek Siansimun, Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara dan di Kelurahan Pulo Brayan Darat I, Kecamatan Medan Timur, Kota Madya Medan”. Skripsi ini berisi 189 halaman dan terdiri dari lima Bab, yaitu : Bab I Pendahuluan, Bab II Gambaran Umum Lokasi Penelitian, Bab III Adat dan Tata Cara Perkawinan Batak Toba, Bab IV Bentuk dan Fungsi Tukar-Menukar Jambar Juhut, dan Bab V Kesimpulan dan Saran. Pada skripsi ini dilampirkan 7 foto, peta lokasi penelitian, surat izin penelitian, dan pedoman wawancara.

Upacara tradisional sebagai warisan budaya leluhur, yang pada saat sekarang masih memegang peranan dalam kehidupan masyarakat pedesaan maupun masyarakat perkotaan. Upacara tradisional di sini adalah upacara perkawinan (marunjuk) Batak Toba. Upacara yang paling penting bagi orang Batak Toba, yang melibatkan struktur sosial Batak Toba dalam dalihan na tolu. Dalihan na tolu adalah pihak yang memiliki peranan penting pada pesta adat.

Pada pesta marunjuk, ada tahapan penting yang harus dilaksanakan menurut adat, yaitu marbagi jambar, khususnya pembagian jambar juhut. Pembagian jambar juhut, nantinya akan diberikan oleh pihak yang berhak mendapatkan bagian dari juhut itu, baik di Tarutung maupun di Medan masih meneruskan tradisi dalam pembagian jambar-jambar.

Pada bagian jambar juhut ini akan dijumpai adanya prinsip resiprositas, yaitu pertukaran timbal balik antara individu atau antar kelompok. Prinsip resiprositas ini, yaitu cara tukar-menukar dimana yang memberi maupun menerima menentukan dengan pasti nilai barang yang terlihat pada waktu penyerahannya. Jambar juhut yang diberikan oleh paranak dan dengke yang diberikan oleh parboru, kemudian jambar juhut itu dikembalikan lagi kepada pihak paranak (ulu ni dengke mulak). Jambar juhut yang ada pada pihak parboru maupun paranak, kemudian diberikan lagi kepada dalihan na tolu dari masing-masing, menurut kedudukannya dalam pesta tersebut. Lebih lanjutnya, terjadi tukar-menukar ulos yang diberikan dalihan na tolu (sebagai ucapan syukur), dan uang sebagai upah dari si pemberi ulos.

(18)

BAB I PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia memiliki sifat kehidupan yang beranekaragam ras, suku bangsa, bahasa, budaya dan sebagainya. Dasar dari keanekaragaman tersebut adalah keadaan lingkungan yang tidak sama sehingga membawa dampak terhadap kepribadian individu maupun segi kehidupan sosial lainnya. Keanekaragaman itu antara lain ditandai oleh sebagian masyarakat yang masih hidup secara tradisional dan sebagian masyarakat yang hidup secara modern. Pada masyarakat yang modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan.

Perkembangan zaman yang semakin modern ini, upacara tradisional sebagai warisan budaya leluhur yang bisa dikatakan masih memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat pedesaan maupun masyarakat perkotaan. Pada kehidupan sekarang, tidaklah mudah melestarikan kebudayaan melalui berbagai bentuk upacara tradisional yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia yang dialami oleh ratusan suku bangsa dengan latar belakang kebudayaan.

(19)

Pada orang Batak, sebelum masuknya ajaran Kristen ke Tanah Batak tahun 1862, adat segala perangkat aturan dan sanksinya, merupakan norma dan ideologi yang harus dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Masuknya ajaran injil, ikut membuat paradigma terhadap adat sedikit bergeser, namun secara umum, adat bagi orang Batak tetap dijunjung tinggi, baik yang berada di Tanah Batak maupun di daerah perantauan.

Perayaan pesta adat Batak, baik pesta perkawinan (marunjuk) maupun pasahat sulang-sulang sian pahompu (mangadati) merupakan tradisi nenek

moyang orang Batak yang diwariskan turun-menurun sejak ratusan tahun silam. Adat Batak dengan sistem kekerabatannya dalihan na tolu yang begitu harmoni di tengah kehidupan masyarakat Batak hingga kini masih terpelihara dengan subur (Tabloid Dalihan Na Tolu, 2007 : 4).

Pesta perkawinan adalah upacara adat yang terpenting bagi orang Batak di desa maupun di kota, karena hanya orang yang sudah kawin berhak mengadakan upacara adat, dan upacara-upacara adat lainnya seperti menyambut lahirnya seorang anak, pemberian nama kepadanya dan lain sebagainya adalah sebuah perkawinan. Pesta perkawinan dari sepasang pengantin merupakan semacam jembatan yang mempertemukan dalihan na tolu dari orang tua laki-laki dengan dalihan na tolu orang tua perempuan. Artinya, karena perkawinan itulah maka

dalihan na tolu dari orang tua pengantin laki-laki merasa dirinya berkerabat

(20)

boru dan hula-hula. Pada pelaksanaan upacara-upacara adat itu ada perbedaan-perbedaan kecil timbul pada beberapa tempat di Tanah Batak, demikian juga di kota, akan tetapi prinsipnya sama.

Sistem dalihan na tolu dikalangan Batak timbul, karena perkawinan antar marga (perkawinan eksogami marga). Perkawinan inilah muncul hula-hula, dongan sabutuha dan boru. Sistem hubungan antara tiga kelompok kekerabatan

yang merupakan suatu kesatuan sosial yang erat, yaitu : a. Hula-hula, yaitu : sekelompok orang yang terdiri dari :

1. Hula-hula pangalapan : Boru suhut (mertua suhut atau keturunannya yang laki-laki).

2. Tulang : Saudara laki-laki ibu suhut atau keturunannya laki-laki.

3. Bona tulang : Saudara laki-laki dari nenek pihak ayah suhut atau keturunannya yang laki-laki.

4. Bona ni ari : Saudara laki-laki inang tua mangulahi suhut atau keturunan laki-lakinya.

5. Tulang rorobot : Tulang (paman istri).

b. Boru, yaitu sekelompok orang yang terdiri dari :

1. Boru suhut : Saudara-saudara perempuan suhut. 2. Boru tubu : Putri atau menantu suhut.

(21)

4. Bona sihabolon : Saudara perempuan dari ama mangulahi atau keturunan laki-lakinya.

5. Bona torop : Perempuan yang semarga dengan suhut.

3. Dongan sabutuha, yaitu : sekelompok orang yang terdiri dari :

1. Suhut paidua : Saudara laki-laki dari satu kakek atau lain ayah. 2. Pamarai : Saudara laki-laki suhut.

3. Suhut : Orang yang punya hajatan.

4. Pangalap : Keturunan laki-laki dari ama mangalua bersaudara.

5. Panambol : Keturunan laki-laki dari kakek bersaudara. 6. Pomparan ompu : Kumpulan marga.

parsadaan marga

7. Pariban : Kelompok kerabat yang ditarik dari garis

perempuan dan bukan garis laki-laki.

Pada pelaksanaan upacara perkawinan, hal ini harus dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan dalihan na tolu masing-masing pihak, bagaimana tahap-tahap dalam pelaksanaan pesta upacara perkawinan tersebut. Tata cara dan urutan sistem pernikahan adat Batak Toba, yaitu : mulai tahap martandang (berpacaran), dengan maksud mangaririt (melamar) dan sekalian memberi tanda hata (biasanya memberi suatu “benda”), kemudian marhata sinamot (menentukan emas kawin), martumpol (berjanji untuk melangsungkan perkawinan yang dilakukan di depan

(22)

raja-raja adat), marunjuk (upacara perkawinan), paulak une (berkunjung pertama kalinya pengantin baru ke rumah orang tua pengantin perempuan), dan maningkir tangga (berkunjung pertama kalinya orang tua pengantin perempuan ke rumah

menantu laki-laki yang baru tersebut). Kedua belah pihak didapat kata sepakat maka ditentukanlah hari yang tepat untuk melaksanakan pesta upacara perkawinan (pesta marunjuk). Pesta marunjuk, ada tahap penting yang harus dilaksanakan menurut adat, yaitu marbagi jambar (membagi bagian, khususnya pembagian jambar juhut). Pembagian jambar juhut ini masing-masing pihak nantinya akan mendapat bagian dari jambar juhut yang dibagi menurut kedudukannya dan peranannya dalam pesta marunjuk tersebut.

Pada daerah perantauan pada umumnya dan di Medan pada khususnya masih diteruskan tradisi dalam pembagian jambar-jambar dan juga masih digunakan istilah-istilah seperti jambar juhut dan lain sebagainya. Semua itu perlu disorot dahulu latar belakangnya di bona pasogit, 1) di zaman dahulu sehubungan dengan pembagian jambar, khususnya jambar juhut 2) dalam pesta adat perkawinan.

Pada pesta marunjuk adalah tahapan biasanya dibagikan apa yang disebut “jambar”. Jambar adalah bagian tertentu dari hewan yang dipotong pada pesta marunjuk dan diberikan kepada orang atau kelompok orang tertentu.

Bagian-bagian hewan yang tertentu itu sudah tetap dan orang-orang tertentu itu sudah tetap menurut aturan adat.

_____________ 1)

Bona ni pasogit, arti aslinya : “tempat pemujaan nenek moyang yang di kampung asal” (Siahaan, 1982 : 45).

2)

(23)

Gambar 1. Hewan babi yang digunakan sebagai jambar juhut. Keterangan :

1. Ihur-Ihur : Bagian Ekor.

2. Osang-Osang : Bagian Rahang Bawah.

3. Parsanggulan : Bagian Kepala.

4. Soit : Bagian Pangkal Paha.

5. Aliang-Aliang : Bagian Lingkaran Leher.

6. Somba-Somba : Bagian Rusuk.

7. Panamboli : Bagian Punggung.

(24)

pemburu…, pembagian pangan seperti itu mempunyai maksud memperkuat ikatan komunitas.

Kebiasaan membagi-bagi hadiah terjadi juga dikalangan orang Indian Kwakiutl di British Colombia, yaitu potlatch. Potlatch adalah upacara umum yang terpenting untuk mengumumkan peristiwa-peristiwa penting dan untuk mengambil gelar hierarkis, menyatakan hak waris dan hak-hak khusus. Pengumuman atau pernyataan seperti itu selalu disertai pemberian hadiah oleh tuan rumah kepada tamu-tamunya. Potlatch diadakan untuk merayakan hari lahir, perkawinan, kematian, adopsi dan saat remaja menjadi dewasa. Hadiah yang diberikan kepada tamu itu sesuai dengan kedudukan suku mereka dan nilainya menurut prestisenya. Nilai dan banyaknya hadiah yang dibagi-bagikan pada waktu potlatch diadakan tidak mencerminkan kedudukan dari pihak penerima, tetapi pihak pemberi. Hadiah potlatch itu sangat beraneka ragam mulai dari uang sampai harta benda (perahu, selimut, tepung, ternak, dan minyak ikan).

(25)

I. 2 Ruang Lingkup Permasalahan

Pada latar belakang yang telah dijelaskan, maka rencana penelitian ini adalah untuk melihat dan mengamati serta mempelajari lebih lanjut bentuk sistem resiprositas pada jambar juhut yang terjalin pada upacara perkawinan antara masyarakat Batak Toba di pedesaan dengan masyarakat Batak Toba di perkotaan.

Sejalan dengan itu untuk memperoleh data dan mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai permasalahan yang akan dibahas tersebut, maka penelitian ini akan difokuskan pada beberapa aspek penting :

1. Apa saja jenis daging hewan yang bisa digunakan pada upacara adat perkawinan Batak Toba di Desa Aek Siansimun dan di Kelurahan Pulo Brayan Darat I?

2. Bagaimana tata cara pemberian jambar dalam upacara perkawinan antara di Desa Aek Siansimun dan di Kelurahan Pulo Brayan Darat I?

3. Bagaimana proses dalam pembagian jambar juhut dari bagian-bagian pada tubuh hewan tersebut yang diberikan kepada pihak-pihak tertentu di Desa Aek Siansimun dan di Kelurahan Pulo Brayan Darat I? Siapa saja yang memberi dan menerima jambar juhut tersebut?

(26)

I. 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian I. 3. 1 Tujuan Penelitian

Pada penelitian ini, penulis memiliki tiga tujuan yaitu :

1. Secara teoritis, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur sosial dalam pembagian jambar juhut pada upacara perkawinan suku Batak Toba. Sehingga dapat digambarkan struktur sosial yang terkandung dalam pembagian jambar yang berupa daging (tubuh hewan).

2. Secara praktis, penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai upacara perkawinan kebudayaan suku Batak Toba, serta upaya untuk menanamkan nilai-nilai budaya sedini mungkin sehingga kebudayaan daerah dapat dilestarikan.

3. Secara praktis, penelitian ini sebagai bahan untuk penyusunan skripsi guna meraih gelar sarjana program studi Antropologi Sosial pada fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara.

I. 3. 2 Manfaat Penelitian

Pada penelitian ini, terdapat beberapa manfaat yang diperoleh, yaitu : 1. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran dalam hal pemahaman tentang pola budaya pada masyarakat suku Batak Toba tentang struktur sosial dalam pembagian jambar juhut.

(27)

3. Secara akademis, peneliti memperoleh gelar sarjana dari Departemen Antropologi Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara.

I. 4 Lokasi Penelitian

Sejalan dengan kebutuhan data yang akan diperoleh di lapangan, peneliti akan mengambil dua lokasi untuk penelitian ini yaitu di daerah pedesaan diambil di Desa Aek Siansimun, Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara dan di daerah perkotaan di Kelurahan Pulo Brayan Darat I, Kecamatan Medan Timur, Kota Madya Medan. Alasan peneliti memilih dua lokasi ini baik di daerah pedesaan maupun di daerah perkotaan, karena di daerah ini merupakan desa yang masih banyak penduduknya suku bangsa Batak Toba dan di daerah ini masih sering dilakukan upacara-upacara perkawinan menurut adat Batak Toba. Pada lokasi penelitian ini, masih ada tokoh-tokoh adat yang berada di daerah tersebut. Wilayah ini secara geografis, daerah Tarutung merupakan daerah bona ni pasogit (daerah asal) masyarakat Batak Toba di Tapanuli Utara dan lokasi ini berada di kawasan Lembah Silindung, sedangkan di Medan merupakan salah satu daerah yang dijadikan sasaran utama untuk orang-orang Batak Toba dari daerah bona ni pasogit ke daerah perantauan.

(28)

masyarakat Batak Toba yang masih mempertahankan upacara adat istiadatnya dalam upacara perkawinan Batak Toba.

I. 5 Tinjauan Pustaka

Upacara 3) merupakan bagian dari kebudayaan. Kebudayaan itu sendiri terdiri dari tiga wujud kebudayaan, yang terdiri dari aspek ideal, aspek perilaku dan aspek fisik. Pada aspek ideal ini terwujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. Keseluruhan dari wujud ideal ini disebut adat-istiadat. Ide-ide dan gagasan berfungsi dalam menata kehidupan masyarakat atau disebut dengan istilah sistem budaya. Menurut Malinowski dalam Mintargo (2000 : 83), bahwa kebudayaan berisikan artefak yang diwariskan, barang-barang, proses-proses, teknik, pemikiran-pemikiran (ideas), kebiasaan-kebiasaan (habits) dan nilai-nilai (values).

Sistem nilai dalam suatu masyarakat merupakan nilai-nilai budaya yang hidup dalam pikiran sebagian besar warga suatu masyarakat mengenai sesuatu yang dianggap bernilai, berharga dan penting dalam hidup sehingga dapat berfungsi sebagai pedoman tinggi bagi perilaku manusia yang memberikan arah dan orientasi kepada kehidupan masyarakat (Koentjaraningrat, 1979 : 186).

Sistem nilai mempunyai hubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat. Pandangan hidup merupakan suatu sistem nilai yang terseleksi pada suatu sistem sosial yang dipakai pandangan hidup suatu masyarakat atau pedoman hidup masyarakatnya.

____________ 3)

(29)

Pada pendapat Budi Santoso yang dikutip oleh Moertjipto (1997 : 101), fungsi upacara tradisional yang terdapat pada masyarakat pendukungnya dapat mengandung empat fungsi yaitu sebagai : 1) norma sosial, 2) pengendalian sosial, 3) media sosial dan 4) pengelompokkan sosial. Hal ini diketahui bahwa dalam upacara tradisional terdapat simbol-simbol (jambar juhut) yang bermakna positif dan mengandung nilai-nilai dan norma sosial. Nilai-nilai atau norma-norma sosial yang terdapat dalam upacara tersebut mencerminkan asumsi apa yang baik dan apa yang tidak baik, sehingga nilai-nilai atau norma-norma ini dapat dipakai sebagai pengendalian sosial.

Talcot Parson menyebutkan bahwa nilai merupakan suatu elemen sistem simbolis sosial yang dijadikan sebagai kriteria atau standar untuk memilih alternatif atau orientasi yang terdapat pada situasi tertentu. Menurut Robin M William, mengidentifikasikan beberapa nilai utama yang terdapat dalam masyarakat Amerika. Ia mendeteksi adanya “orientasi nilai” yang dinyatakan dalam norma membimbing perilaku warga masyarakat adalah 1) masyarakat Amerika sangat kompetitif dan menempatkan nilai yang tertinggi pada prestasi, kekuasaan, kekayaan dan prestise, 2) orang Amerika cenderung menjadi moralis, melihat dunia dalam batas benar atau salah, dan selalu menilai perilaku moral orang lain (Mintargo, 2000 : 118-127).

Pada keterangan di atas, peneliti mengartikan bahwa nilai pemberian dalam sistem resiprositas pada jambar juhut pada pesta perkawinan 4) Batak Toba adalah suatu tanda yang dihubungkan dengan suatu benda yang ditunjukkan

___________ 4)

(30)

berdasarkan kebiasaan (dalam masyarakat Batak Toba) dan bukan secara alamiah. Mauss (1992 : xix), mengungkapkan sebuah paradigma tentang “pemberian” yaitu bentuk-bentuk dan fungsi-fungsi tukar-menukar dalam masyarakat kuno atau arkaik, diperlihatkan bahwa pemberian dan saling memberi yang berlaku dalam masyarakat-masyarakat yang bersangkutan secara menyeluruh. Pada setiap pemberian di sini adalah bagian dari suatu sistem tukar-menukar yang saling mengimbangi dimana kehormatan dari si pemberi dan si penerima itu terlibat.

Paradigma Mauss tentang pemberian tersebut, dapat dikatakan bahwa segala nilai dari pengembalian barang yang telah diterima harus dapat mengimbangi nilai barang yang telah diterima, karena bersamaan dengan pemberian tersebut adalah nilai kehormatan dari kelompok yang bersangkutan. Benda-benda pemberian yang diterima tidak dilihat sebagai benda-benda dalam nilai harafiahnya, tetapi sebagai mana atau prestasi, karena benda-benda tersebut dipercaya berisikan mana atau kekuatan gaib.

Kaitannya dengan saling tukar-menukar pemberian tersebut, Mauss mengatakan bahwa pada dasarnya tidak ada pemberian yang cuma-cuma. Segala bentuk pemberian selalu dibarengi dengan sesuatu pemberian kembali atau imbalan, maka yang ada bukanlah hanya pemberian oleh seseorang kepada yang lainnya, tetapi suatu tukar-menukar pemberian yang dilakukan oleh dua orang atau kelompok yang saling memberi dan mengimbangi.

(31)

orang-orang lain mampu dan dapat berharapan menerima sesuatu dari orang lain pada waktu ia membutuhkannya (Haviland, 1988 : 51).

Malinowski juga memperlihatkan, bahwa semua transaksi berada dalam suatu garis hubungan yang berkesinambungan yang disatu kutub pemberian ini bercorak murni, tanpa tuntutan imbalan, dan dikutub lainnya bercorak pemberian yang harus diimbali (Mauss, 1992 : xvii). Sistem tukar-menukar kewajiban dan benda dalam banyak lapangan kehidupan masyarakat, baik penukaran tenaga dan benda dalam lapangan produksi dan ekonomi, baik sistem penukaran harta mas kawin antara dua pihak keluarga pada waktu perkawinan, baik sistem penukaran kewajiban pada waktu upacara-upacara keagamaan, merupakan daya pengikat dan daya gerak dari masyarakat. Sistem menyumbang untuk menimbulkan kewajiban membalas itu merupakan suatu prinsip dari kehidupan masyarakat kecil yang oleh Malinowski disebut principle of reciprocity, atau prinsip timbal balik (Koentjaraningrat, 1974 : 172).

Sistem pertukaran mempunyai peranan yang penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap barang dan jasa, kesejahteraan hidup warga di samping dipengaruhi oleh sistem produksi yang dipakai juga dipengaruhi pula oleh sistem perkawinan yang berlaku (Sairin, 2002 : 40). Pada masyarakat Batak Toba, dalam adat perkawinan sebagai salah satu tahap dari lingkaran hidup (life cycle) manusia, terdapat suatu acara adat yang disebut marbagi jambar. 5)

____________ 5)

(32)

Kesimpulan yang didapat, bahwa nilai pemberian di sini yaitu arti dan hikmah yang terkandung dalam simbol-simbol yang diperoleh pada “alat” tertentu (jambar).

Jambar atau parjambaran ialah bagian yang akan diterima seseorang

yang sudah menjadi haknya dalam suatu pesta atau pekerjaan adat yang wajib diserahkan oleh suhut atau yang menyelenggarakan pesta kepada undangan menurut kedudukan yang bersangkutan dalam hubungan kekerabatan dengan suhut. Jambar dalam penelitian ini bagian dari anatomi hewan yang dipakai dalam

upacara adat yang diberikan kepada para undangan menurut peranan dan kedudukannya dalam upacara tersebut.

Setiap masyarakat mempunyai penilaian yang berbeda mengenai berbagai jabatan dan kedudukan yang ada di dalam masyarakatnya (masyarakat Batak Toba), sehingga suatu kedudukan yang dianggap di dalam masyarakatnya, sebagai suatu kedudukan dianggap paling terhormat di suatu masyarakat, mungkin berada di peringkat dibawahnya dalam masyarakat lain, dan yang dianggap rendah disatu masyarakat, mungkin sangat dihormati dalam masyarakat lain. Masyarakat ada yang menentukan tinggi-rendahnya kedudukan seseorang berdasarkan besar kecilnya kekuasaannya, dan ada masyarakat yang menilai kekayaan, kepandaian, keterampilan, pengetahuan, atau suatu kombinasi dari hal-hal tersebut untuk menentukan tinggi rendahnya kedudukan seseorang (Koentjaraningrat, 1996 : 158).

(33)

istilah parboru (pemberi gadis), sedangkan pihak yang berhadapan dengan parboru ini disebut dengan istilah paranak (penerima gadis).

Berkenaan dengan tinjauan pustaka tersebut diatas, maka akan dicoba menelusuri sistem resiprositas jambar juhut pada upacara perkawinan Batak Toba di Desa Aek Siansimun dan di Kelurahan Pulo Brayan Darat I.

I. 6 Metodologi Penelitian

Penelitian komparatif sinkronik adalah penelitian yang peneliti lakukan dalam dua komuniti dengan latar belakang kebudayaan etnik yang sama, tetapi komuniti yang satu keadaannya pada masyarakat pedesaan, sedangkan komuniti yang satu lagi keadaannya pada masyarakat perkotaan. Kedua penelitian ini dilakukan pada waktu yang boleh dikatakan “sama”, artinya tanpa suatu interval yang lama. Penelitian ini untuk memperoleh data mengenai sistem resiprositas jambar juhut pada upacara perkawinan Batak Toba membandingkan dua tempat,

yaitu Desa Aek Siansimun, yang terletak di Kecamatan Tarutung dan Kelurahan Pulo Brayan Darat I, yang letaknya di Kecamatan Medan Timur.

Pengumpulan data yang digunakan dengan cara sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan (Library Research), yang berkenaan dengan masalah penelitian. Studi kepustakaan digunakan untuk mendapatkan teori-teori landasan berpikir dalam melihat masalah penelitian yang diperoleh dari buku-buku hasil penelitian, arsip-arsip masalah dan skripsi.

(34)

a. Pengamatan/Observasi

Pada penelitian komparatif ini metode observasi untuk mengamati secara langsung praktek-praktek pembagian jambar juhut dalam setiap upacara perkawinan Batak Toba yang menggunakan jambar juhut. Selain itu, peneliti akan mengamati juga proses pelaksanaan upacara perkawinan itu dari awal hingga akhir. Metode penelitian dilakukan dengan melihat, mendengar, dan mencatat kejadian serta mengabadikan peristiwa-peristiwa yang dianggap penting dengan kamera. Pada observasi ini diharapkan memperoleh data mengenai masalah yang dikaji dalam penelitian ini. Peneliti juga mengamati persamaan dan perbedaan praktek pembagian pada jambar juhut antara di Desa Aek Siansimun dengan di Kelurahan Pulo Brayan Darat I.

Pada penelitian ini peneliti melakukan observasi, namun observasinya observasi yang tidak berpartisipasi (non-participant observation). Hal ini dikarenakan, bahwa dalam upacara adat Batak Toba, orang yang belum berumah tangga belum bisa ikut serta dalam pelaksanaannya.

Menurut E. Bruner (2006 : 165), mengatakan :

(35)

b. Wawancara

Pada penelitian ini peneliti akan mempergunakan wawancara mendalam dan wawancara sambil lalu. Pada wawancara ini peneliti akan menanyakan mengapa terdapat persamaan dan perbedaan dari hasil pengamatan itu. Wawancara mendalam dilakukan terhadap orang-orang yang telah ditentukan, yaitu :

1. Informan Kunci, yaitu orang yang mempunyai keahlian mengenai suatu masalah yang ada dalam masyarakat tersebut dan yang menjadi perhatian penelitian ini. Informan pokok (kunci) yang dimaksud adalah pengetua-pengetua adat yang dianggap mempunyai pengetahuan luas mengenai adat istiadat Batak Toba dan seluk beluk mengenai jambar juhut di Desa Aek Siansimun dan di Kelurahan Pulo Brayan Darat I.

2. Informan Pangkal, yaitu orang yang mempunyai pengetahuan luas mengenai berbagai masalah yang ada dalam suatu komunitas atau masyarakat. Informan pangkal disini adalah Suhut (Pemilik Pesta), Kepala Desa Aek Siansimun, Lurah Pulo Brayan Darat I, Camat Tarutung dan Camat Medan Timur.

Pada wawancara sambil lalu dilakukan terhadap orang-orang yang telah ditentukan, yaitu :

(36)

dan di Kelurahan Pulo Brayan Darat I kurang lebih dua tahun lamanya, penduduk yang memiliki ternak yang di jual untuk dijadikan jambar juhut.

I. 7 Analisa Data

Jenis kegiatannya dalam analisa data sebagai berikut :

1. Peneliti menulis hal-hal yang pokok, kemudian mendeskripsikan atau merinci lebih detil dengan cara memberi penjelasan secara lengkap, misalnya konteks kejadiaannya, kronologi peristiwa dan sebab musababnya, mengungkapkan data faktual dan penilaian peneliti.

2. Memulai dari data ke konsep.

3. Melakukan analisis data dari yang sempit menjadi luas dari kedua tempat penelitian tersebut.

Teknik analisa data ini dilakukan sebagai berikut :

1. Melarutkan atau menyatukan diri seoptimal mungkin selama penelitian untuk menghayati apa yang diteliti di Desa Aek Siansimun dan di Kelurahan Pulo Brayan Darat I.

2. Mengumpulkan data untuk menyusun atau menemukan suatu teori tentang sistem resiprositas pada jambar juhut dalam upacara perkawinan Batak Toba di Desa Aek Siansimun dan di Kelurahan Pulo Brayan Darat I.

(37)

4. Mencari kesamaan dari gejala yang sedang diteliti (sistem resiprositas pada jambar juhut).

5. Membuat hipotesis jalinan hubungan antara gejala yang ada kemudian membandingkan dengan bagian data yang lain (antara di Desa Aek Siansimun dan di Kelurahan Pulo Brayan Darat I).

6. Membuat kesamaan suatu perbandingan antara di Desa Aek Siansimun dan di Kelurahan Pulo Brayan Darat I untuk melacak kesamaan dan perbedaan pada sistem resiprositas pada jambar juhut ini.

(38)

Tabel 1

Perbandingan Resiprositas Pada Jambar Juhut antara Tarutung dengan Medan

Obyek Makna

Tarutung Medan

Babi Jenis jambar juhut yang digunakan, jika babi yang digunakan apa maknanya?

Jenis jambar juhut yang digunakan, jika babi yang digunakan apa maknanya?

Ulu (Kepala) Bagian ini diberikan

kepada siapa? Apa makna dari bagian ini?

Bagian ini diberikan kepada siapa? Apa makna dari bagian ini?

Ihur (Ekor) Bagian ini diberikan

kepada siapa? Apa makna dari bagian ini?

Bagian ini diberikan kepada siapa? Apa makna dari bagian ini?

Osang ( Rahang

Bawah)

Bagian ini diberikan kepada siapa? Apa makna dari bagian ini?

Bagian ini diberikan kepada siapa? Apa makna dari bagian ini?

Soit (Pangkal Paha) Bagian ini diberikan kepada siapa? Apa makna dari bagian ini?

Bagian ini diberikan kepada siapa? Apa makna dari bagian ini?

Somba-somba (Rusuk)

Bagian ini diberikan kepada siapa? Apa makna dari bagian ini?

Bagian ini diberikan kepada siapa? Apa makna dari bagian ini?

Aliang-aliang (Leher)

Bagian ini diberikan kepada siapa? Apa makna dari bagian ini?

Bagian ini diberikan kepada siapa? Apa makna dari bagian ini?

Panamboli (Punggung)

Bagian ini diberikan kepada siapa? Apa makna dari bagian ini?

Bagian ini diberikan kepada siapa? Apa makna dari bagian ini?

Tata cara pemberian jambar

juhut

Tata cara pemberian jambar juhut di Tarutung?

Tata cara pemberian jambar juhut di Medan?

Prinsip Pemberian Jambar Juhut

Apakah prinsip pemberian jambar juhut harus di balas kembali?

Apakah prinsip pemberian jambar juhut harus di balas kembali?

Kekuatan arti dari

benda yang diterima

Apa motivasi si penerima harus memberi balasan dari benda (hadiah) tersebut?

(39)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. Gambaran Umum Desa Aek Siansimun, Kecamatan Tarutung

I. 1 Sejarah Singkat Desa Aek Siansimun

Awal mula terbentuknya Desa Aek Siansimun, desa ini merupakan gabungan masyarakat dari satu nenek moyang (dalam bahasa Batak Toba sada

ompung). Pada saat itu, marga yang pertama kali menetap di Desa Aek Siasimun

adalah marga Lumban Tobing. Mereka adalah orang-orang yang bermarga Lumban Tobing generasi ke 8 (delapan) dari nenek moyang Lumban Tobing. Desa ini merupakan unsur kepemilikan atas wilayah atau tanah dari marga Lumban Tobing.

Desa Aek Siansimun dahulunya merupakan gabungan dari dua desa, yaitu Desa Hutatoruan II dan Hutatoruan III. Desa tersebut bergabung sekitar tahun 1989. Perkembangan terakhir yaitu tahun 2007, Desa Hutatoruan III memisahkan dari Desa Aek Siasimun. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kecamatan Tarutung yaitu data Desa Hutatoruan III masih bergabung dengan desa induknya (Desa Aek Siasimun). Desa ini sekarang terdiri dari 5 (lima) Dusun, dengan jumlah 225 Kepala Keluarga.

(40)

I. 2 Letak Geografis, Topografi dan Administrasi Desa

I. 2. 1 Letak Geografis

Desa Aek Siansimun adalah salah satu desa dari 31 (tiga puluh satu) desa yang ada di Kecamatan Tarutung. Desa Aek Siansimun secara geografis terletak dibagian tengah provinsi Sumatera Utara, terletak pada 010 54l – 020 07l Lintang Utara dan 980 52l – 990 04l Bujur Timur. Adapun Desa Aek Siansimun berada pada ketinggian 500-700 meter di atas permukaan laut.

I. 2. 2 Topografi

Desa Aek Siansimun memiliki luas seluruhnya ± 500 Hektro are, yang terdiri dari ± 30 Hekto are tanah sawah, 326 Hektro are tanah kering, ± 10 Hektro are bagunan pekarangan dan ± 134 Hektro are untuk lain-lain.

Adapun batas-batas wilayah desa ini adalah :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Hutatoruan V.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Hutatoruan IV/Aek Sigeaon. - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Parbubu I.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Hutatoruan VIII/Hutatoruan III. Wilayah Desa Aek Siansimun secara topografi, berada di kawasan Lembah Silindung, namun wilayah perumahan penduduk terdapat pada dataran rendah desa ini dan sebagian dijumpai perumahan yang berada di dataran tinggi.

(41)

I. 2. 3 Letak Administrasi Desa

Secara administrasi Desa Aek Siansimun terbagi ke dalam 5 (lima) dusun, yaitu :

- Dusun I : Lumban Tonga-Tonga, Partopuan, Jalan Sait Ni Huta - Dusun II : Binjar Pohon, Lumban Batu, Lumban Holbung - Dusun III : Huta Bagasan, Lumban Na Gusur

(42)

Tabel 2

Klasifikasi Desa/Kelurahan Menurut Tingkat Perkembangan Desa

Kecamatan Tarutung Tahun 2006

No Desa/Kelurahan Desa

Swadaya

Hutagalung Siwalu Ompu Siraja Oloan

(43)

I. 3 Pola Pemukiman

Penduduk Desa Aek Siansimun memiliki keanekaragaman etnis yang cukup tinggi. Hal ini dimungkinkan karena desa ini sekarang merupakan desa percontohan yang pengaturannya ditentukan atas Surat Keputusan Bupati No. 82 Tahun 2007 Tanggal 01 Mei 2007 Tentang Penetapan Desa/Kelurahan Percontohan Desa Aek Siansimun PKK Kabupaten Tapanuli Utara.

Golongan kelompok etnik pribumi yang bermukim sekarang ini di Desa Aek Siansimun adalah golongan etnis Batak Toba, Jawa, Nias, sedangkan non pribumi adalah masyarakat Cina. Penduduk asli di Desa Aek Siansimun dapat dikatakan adalah orang Batak Toba yang bermarga Lumban Tobing.

Pada uraian di atas mengenai keanekaragaman etnis dan penduduk yang berada di Desa Aek Siansimun dapat dikatakan mengelompok padat. Penduduk yang mengelompok secara padat, namun secara pemukimannya saling membaur. Desa ini mayortitas penduduknya adalah dari etnik Batak Toba marga Lumban Tobing, walaupun penduduknya mayoritas dari etnik Batak Toba, tetapi beberapa dari penduduknya adalah etnik lain yaitu Jawa, Nias dan Cina.

Daerah ini terdapat aliran sungai Aek Siansimun yang airnya masih jernih sehingga dijadikan sumber air minum penduduk di Desa Aek Siansimun. Sumber mata air ini terdapat di Dusun V (Sitaka). Desa Aek Siansimun yang memiliki lima dusun ini merupakan desa yang memiliki sumber daya alam yang kaya.

(44)

Rumah tipe sangat sederhana bahan-bahannya terbuat dari tiang kayu dan papan sompengan (papan yang ketebalannya tidak merata yang masih bisa dipergunakan untuk dinding dan lantai rumah) yang bisa dibeli dari panglong dengan harga Rp 150.000 – Rp 200.000 satu motor truk ukuran tiga rubik. Atap rumah di Desa Aek Siansimun ada yang memakai atap daun rumbia dan atap dari seng. Begitu juga halnya dengan lantai rumah, ada yang memiliki kolong dengan lantai dari papan sompengan dan ada juga yang terbuat dari lantai semen.

Rumah tipe sederhana pada dasarnya tidak jauh berbeda dari rumah tipe sangat sederhana, perbedaannya hanya dapat dilihat dari bahan-bahan kayu dan papan yang dipakai. Rumah tipe sederhana ini pada umumnya terbuat dari bahan kayu dan papan dari kualitas sedang, sedangkan atapnya umumnya telah memakai bahan dari seng, namun lantai rumah masih ada yang memakai bahan dari papan (memiliki kolong) dan ada juga yang terbuat dari lantai semen.

Rumah tipe setengah permanen ditandai dengan sepertiga badan rumah bagian bawah terbuat dari bahan semen dan dua pertiga badan rumah bagian atas terbuat dari bahan papan yang baik, sedangkan atap rumah pada umumnya telah memakai bahan dari seng.

Ketiga jenis tipe rumah ini pada umumnya memakai aliran listrik sebagai penerangan di dalam rumah, dan telah memiliki jendela, pentilasi, dan ruangan untuk kamar tidur, namun sebagian dari rumah-rumah tersebut masih ada yang belum memiliki ruang tamu.

(45)

memakai aliran listrik. Atap rumah ada yang terbuat dari seng dan ada juga dari genteng.

Pola pemukiman ini ditandai dengan rumah-rumah yang sejajar berlapis menghadap ke arah jalan atau gang. Jarak antara rumah yang satu dengan rumah yang lainnya berkisar 0,5-3 meter.

Gambar 2. Pola pemukiman jarak rumah penduduk di Desa Aek Siansimun,

Kecamatan Tarutung.

I. 4 Kepadatan Penduduk

I. 4. 1 Jumlah Penduduk

(46)

Luas wilayah 500 Hektro are dan jumlah penduduk 1.180 orang maka tingkat kepadatan penduduk di Desa Aek Siansimun adalah 236 orang per kilometer persegi.

I. 4. 2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur

Distribusi penduduk menurut umur, banyak digunakan sebagai dasar beberapa jenis kebijaksanaan pemerintah, misalnya kebijaksanaan untuk pembangunan pendidikan, penyediaan lapangan kerja dan juga kebijaksanaan perencanaan pembangunan fisik. Distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin ditujukan pada tabel 3.

Pengelompokan penduduk menurut umur, maka suatu wilayah atau daerah dapat diketahui berstruktur umur muda atau berstruktur tua dan dapat diketahui kelompok penduduk yang belum produktif, kelompok penduduk yang produktif dan kelompok penduduk yang tidak produktif. Suatu wilayah dikatakan berstruktur umur muda, apabila kelompok yang berumur di bawah 50 tahun jumlahnya besar (lebih besar dari 35,00 %), sedangkan kelompok penduduk usia 60 tahun ke atas kurang dari 3,00 %. Suatu wilayah dikatakan berstruktur umur tua, apabila penduduk yang berumur 20 tahun ke bawah jumlahnya kecil (kurang dari 35,00 % dari seluruh penduduk) dan persentase penduduk di atas 60 tahun sekitar 15,00 %.

(47)

tersebut, dapat dikatakan bahwa daerah penelitian merupakan penduduk berstruktur muda. Pada desa ini dikatakan bahwa tenaga kerja produktif lebih banyak tersedia.

Tabel 3

Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur

No Umur Jumlah %

I. 4. 3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

(48)

Tabel 4

Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah %

1. 2.

Laki-Laki Perempuan

581 599

50,76 49,24

Total 1.180 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Aek Siansimun, 2007

I. 4. 4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama

Masyarakat Desa Aek Siansimun yang berjumlah 1.180 orang telah menganut salah satu agama dari lima agama yang diakui keberadaannya di Indonesia oleh pemerintah. Agam-agama itu adalah Islam, Kristen Protestan dan Budha. Mayoritas penduduk yang terilhat berada di Desa Aek Siansimun adalah penganut agama Kristen Protestan sebanyak 99,32 %, kemudian disusul oleh agama Islam sebanyak 0,43 %, dan Budha sebanyak 0,25 %. Adapun lebih jelas, berikut ini distribusi penduduk Desa Aek Siansimun berdasarkan agama yang dianut.

Tabel 5

Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah %

1. 2. 3.

Kristen Protestan Islam

Budha

1.172 5 3

99,32 0,43 0,25

Total 1.180 100

(49)

Kehidupan antar umat bergama di desa ini pada dasarnya memiliki toleransi yang tinggi antara umat-umat penganutnya. Hal ini dapat dilihat pada upacara-upacara pesta seperti perkawinan maupun upacara kematian. Pada waktu upacara-upacara seperti ini biasanya sipeyelenggara akan menyediakan makanan dan minuman bagi umat agama lainnya. Hal ini sering terjadi antara umat Kristen dan umat Islam dimana bila yang mengadakan pesta umat Kristen, apabila ada undangan mereka yang beragama Islam maka penyediaan makanan, minuman dan tempat akan diserahkan pada umat Islam. Sikap ini dilakukan demi menghormati keberadaan agama tersebut. Hal ini juga terlihat pada upacara kematian, diantara umat beragama ini saling mengunjungi walaupun diantara berlainan agama.

Kegiatan keagamaan lainnya yang kelihatan adalah “wirit” dan “pengajian-pengajian”, dilakukan oleh umat beragama di desa Aek Siansimun dan gabungan dengan penduduk di desa tetangga, yang dilaksanakan satu kali satu minggu di rumah-rumah penduduk yang beragama Islam, sedangkan umat Kristen Protestan berupa kegiatan “partangiangan” atau kebaktian yang juga dilaksanakan satu kali satu minggu di rumah-rumah penduduk yang bergama Kristen Protestan. Penganut agama Islam maupun agama Kristen di desa ini, juga memiliki organisasi-organisasi kemasyarakatan, seperti organisasi remaja Masjid bagi yang beragama Islam, yang kegiatannya melakukan “pengajian-pengajian”,

wirit”, bergotong royong dan melakukan kegiatan olahraga, begitu juga halnya

(50)

I. 4. 5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mayoritas penduduk Desa Aek Siansimun mempunyai mata pencaharian dari bertani. Hal ini dikarenakan, bahwa Desa Aek Siansimun merupakan daerah yang luas tanah yang digunakan untuk bertani seluas 40 Hektro are. Selain itu, penduduk Aek Siansimun juga hidup dari berbagai jenis mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Adapun lebih jelasnya tentang mata pencaharian hidup Desa Aek Siansimun dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 6

Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

mata pencaharian 40,86 % adalah sebagai petani. Penduduk sebagai petani merupakan peringkat pertama berdasarkan jenis mata pencaharian. Penduduk yang menggantungkan hidupnya dari hasil panen padi ini umumnya menggunakan kerbau dalam membajak sawahnya.

(51)

Mata pencaharian selain sebagai petani, penduduk Desa Aek Siansimun ada yang mempunyai mata pencaharian yang lain-lain sebanyak 33,01 %, sedangkan sebagian kecil bekerja sebagai pegawai pemerintah, pegawai swasta, pensiunan, dan usaha sendiri. Selain bermata pencaharian sebagai bertani, di desa ini juga banyak dijumpai para pedagang yang berjualan di pasar-pasar, kaki lima maupun pedagang makanan berupa rumah makan dan sebagainya.

I. 4. 6 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

(52)

Tabel 7

Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah % Masih Sekolah SD Tidak Tamat SD Tamat SD

Masih Sekolah SLTP Tamat SLTP

Masih Sekolah SLTA Tamat SLTA

Masih Sekolah AK/PT Tamat AK/PT

TIdak Pernah Sekolah

127

(53)

I. 5 Sarana Fisik

I. 5. 1 Sarana Pendidikan

Pada Desa Aek Siasimun tidak terdapat sarana pendidikan. Sarana pendidikan terdapat di desa tetangga, tidak jauh dari Desa Aek Siansimun. Hal ini tidak membuat penduduk desa patah semangat untuk menuntut ilmu di bangku sekolah. Mereka dapat mengikuti pendidikan dengan bersekolah di desa lain yang terdapat sarana pendidikannya.

I. 5. 2 Sarana Kesehatan

Pada tingkat kesehatan masyarakat Desa Aek Siansimun tersedia fasilitas kesehatan yang dikelola oleh pihak pemerintah, yaitu Posyandu yang terutama melayani kesehatan ibu dan anak. Kegiatan rutin yang dilakukan di Posyandu satu kali dalam satu minggu adalah penimbangan anak balita, memberikan tambahan anak balita, melakukan imunisasi bagi ibu dan balita, serta ceramah mengenai keluarga berencana (KB). Adapun untuk jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 8

Sarana Kesehatan

No Jenis Jumlah %

1. Posyandu 2 100

Total 2 100

(54)

I. 5. 3 Sarana Peribadatan

Strategi masyarakat Desa Aek Siansimun untuk memenuhi kebutuhan akan fasilitas peribadatan, maka atas swadaya masyarakat telah berdiri sarana peribadatan. Mereka mengumpulkan dana dari mereka, kemudian sarana tersebut digunakan untuk mereka, bahkan warga di desa tetangga ikut menggunakan sarana peribadatan ini. Adapun untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 9

Sarana Peribadatan

No Jenis Jumlah %

1. Gereja 1 100

Total 1 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Aek Siansimun, 2007.

I. 5. 4 Sarana Perhubungan

Pada hal sarana perhubungan dalam desa maupun ke kota Tarutung dapat dikatakan bahwa Desa Aek Siansimun tidak terlalu jauh ketinggalan dari desa lainnya yang ada di Kecamatan Tarutung. Banyaknya lalu lalalng kendaraan umum maupun pribadi yang melintasi desa tersebut. Kondisi jalan juga mendukung kendaraan tersebut melintasi desa itu.

(55)

terdapat di daerah ini menampung 13 sampai 15 penumpang dalam satu angkot. Pada angkutan umum khusus trayek luar kotamadya Sibolga yaitu berkapasitas 30 sampai 35 penumpang. Adapun untuk lebih jelasnya tentang perhubungan di Desa Aek Siansimun dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 10

Sarana Perhubungan

No Jenis Keterangan

1. 2. 3. 4 5.

Angkot Mobil Bus Mobil Gerobak Sepeda Motor Becak Mesin

Ada Ada Ada Ada Ada

Sumber : Tarutung Dalam Angka, 2007.

I. 5. 5 Sarana Perdagangan dan Jasa

(56)

Tabel 11

Sarana Perdagangan

No Jenis Jumlah %

1. 2. 3.

Warung Toko Kios

7 3 1

63,63 27,27 9,1

Total 11 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Aek Siansimun, 2007.

I. 5. 6 Sarana Olahraga

Sarana olahraga yang disediakan untuk umum yang ada di Desa Aek Siansimun adalah satu lapangan yang dipergunakan untuk olahraga bola kaki. Sarana-sarana olahraga lainnya terdapat di desa tetangga, seperti bulu tangkis, sepak takraw, tenis meja dan beberapa lapangan bola voli dimiliki oleh berbagai instansi, sekolah negeri maupun swasta, kelompok masyarakat dan individu. Adapun untuk lebih jelasnya tentang sarana olahraga di Desa Aek Siansimun dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 12

Sarana Olah Raga

No Jenis Jumlah %

1. Lapangan Sepak Bola 1 100

Total 1 100

(57)

II. Gambaran Umum Kelurahan Pulo Brayan Darat I, Kecamatan Medan

Timur

II. 1 Sejarah Singkat Kelurahan Pulo Brayan Darat I

Kelurahan Pulo Brayan Darat I ini berdiri pada tahun 1965. Pada waktu itu kelurahan ini masih bernama Kelurahan Flu Brayan Darat, tetapi masih merupakan sebuah kampung. Pada tahun 1978 kampung ini, kemudian ditetapkan menjadi sebuah kelurahan. Sejak itu, kampung berubah status menjadi sebuah kelurahan. Pertambahan penduduk yang semakin padat pada tahun 1996, kelurahan ini mengalami pemekaran wilayah. Kelurahan ini menjadi dua wilayah, yaitu Kelurahan Pulo Brayan Darat I dan Kelurahan Pulo Brayan Darat II.

Asal kata Brayan Darat menjadi nama kelurahan ini, berasal dari keadaan wilayah yang berada di daerah dataran rendah. Arti kata Brayan adalah

berayun”, sehingga diartikan daratan yang berayun-ayun, sedangkan “flu”,

artinya pulau. Menurut masyarakat setempat kondisi wilayah ini yang menjadikan asal nama kelurahan ini.

Keadaan yang unik dari kondisi wilayah kelurahan ini, masyarakat mengambil nama Pulo Brayan Darat I sebagai nama kelurahan ini. Mereka mengatakan sebuah pemerintah dapat diibaratkan dengan peribahasa, yaitu “berat

sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Kondisi wilayah yang berada di dataran

rendah, sehingga di kelurahan ini rawan banjir. Keadaan tersebut tidak membuat mereka goyah, karena sikap toleransi dan semangat gotong-royong sangat dijunjung oleh masyarakat setempat.

(58)

tetangga yang memiliki asal kata nama kelurahan yang unik, misalnya Kelurahan Durian.

II. 2 Letak Geografis, Topografi dan Administrasi Kelurahan Pulo Brayan

Darat I

II. 2. 1 Letak Geografis

Kelurahan Pulo Brayan Darat I merupakan salah satu kelurahan dari wilayah Kecamatan Medan Timur, Kotamadya Medan. Wilayah kelurahan ini terletak di ujung barat laut wilayah kecamatan atau Kotamadya Medan keseluruhan. Kelurahan ini terletak 4 km dari ibukota Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II, sedangkan jarak dari ibukota Propinsi Daerah Tingkat I berjarak 5 km.

Kelurahan Pulo Brayan Darat I berada pada ketinggian tanah 25 meter dari permukaan laut. Kelurahan ini memiliki suhu udara rata-rata 250C–330C. Adapun yang menyebabkan tingginya suhu udara ini adalah karena letaknya yang begitu dekat dengan pantai, sedangkan curah hujan rata-rata 2000-3000 Milli Meter per tahun.

II. 2.2 Topografi

(59)

Tabel 13

Tata Guna Tanah Kelurahan Pulo Brayan Darat I

No Penggunaan Tanah Luas Tanah/Ha

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Perkantoran

Pertokoan/Perdagangan Industri

Bangunan Umum Pemukiman/Perumahan Pekuburan

Lain-Lain

1 9 5 1,5

60,8 0,6 4,6

Total 82,5

Sumber : Kantor Kelurahan Pulo Brayan Darat I, 2007

Adapun batas-batas wilayah kelurahan ini adalah :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Pulo Brayan Darat II. - Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Indra Kasih.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Glugur Darat dan Kelurahan Tegal Rejo.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Pulo Brayan Kota.

II. 2. 3 Letak Administrasi Kelurahan

(60)

Wilayah ini secara administratif dibagi menjadi 14 Lingkungan, yaitu Lingkungan I sampai dengan Lingkungan XIV, dan terdapat 4.384 KK (Kepala Keluarga).

Tabel 14

Nama Lingkungan, Jalan/Gang dan Jumlah KK Tahun 2007

No Lingkungan Jalan/Gang Jumlah KK

1. Lingkungan I Gg. Idris Gg. Wiryo Gg. Al Mutaqin Gg. Umar Gg. Bilal Dalam

`309

2. Lingkungan II Jln. Suratman Gg. Iklas Gg. Persada Gg. Rido

Gg. Akur/Gg. Melawan Gg. Manggis

100

3. Lingkungan III Gg. Keluarga I Gg. Keluarga II Gg. Keluarga III Gg. Keluarga IV

135

4. Lingkungan IV Gg. Sawo Gg. Duku Gg. Mangga

(61)

Gg. Langgar Pusaka Gg. Dahlan/Duku 5. Lingkungan V Gg. Dahlia

Gg. Cempaka Gg. Teratai Gg. Flamboyan Gg. Kenanga Gg. Tanjung Gg. Nusa Indah Jln. Mustafa

Komplek Gudang Bulog

240

6. Lingkungan VI Gg. Buntu Gg. Seri Gg. Kuburan

292

7. Lingkungan VII Gg. Bidan Gg. Komplek Gg. Terani Gg. Amanah Gg. Minten Gg. Hj. Nafsiah Gg. Mukti Gg. Setno Gg. Keluarga

239

(62)

9. Lingkungan IX Gg. Industri Jln. Sidomulyo Gg. Bersama Gg. Keluarga Gg. Marto Gg. Sadulur

Jln. Madid Santoso

524

10. Lingkungan X Jln. Sidomulyo Gg. Sekolah Gg. Krisna Gg. Samudra Gg. Arimbi Gg. Larasah Gg. Arjuna

415

11. Lingkungan XI Gg. Setia Gg. Budi Gg. Surya Gg. Nurul Iman Gg. Famili Gg. Buntu Gg. Bakti Gg. Lestari Gg. Fitri

Jln. Bilal Dalam

(63)

12. Lingkungan XII Gg. Wakula Gg. Saudara Gg. Mesjid Gg. Bima Gg. Sedewa Gg. Musyawarah Gg. Narodo Gg. Sari Kandi I Gg. Bina Mulya Gg. Dewi Kunti Gg. Rama Gg. Dewi Sinta Gg. Deli

600

13. Lingkungan XIII Gg.Sentosa Gg. Rela Gg. Iklas Gg. Inpres Gg. Aman Gg. Bersama Jln. Rakyat Gg. Pendawa Gg. Karya

335

14. Lingkungan IV Jln. Madid Santoso Gg. Woroso

(64)

Gg. Famili Gg. Pribadi Gg. Selamat Gg. Setia Gg. Pribadi Gg. Bima Karya Gg. Saudara Gg. Damai Gg. Sipahuta Gg. Pakat Gg. Yusuf Gg. Tello Jln. Rakyat

(65)

II. 3 Pola Pemukiman

Pola pemukiman di daerah penelitian ini adalah mengelompok. Tanah yang hanya seluas 82,5 Hektro are dihuni oleh 19.469 orang, yang terdapat dalam 4.384 KK (Kepala Keluarga). Kepadatan inilah maka rumah kelihatan berjejal, karena lahan yang sempit dihuni oleh penduduk yang banyak.

Pemukiman penduduk tampak cukup padat, ditandai oleh jarak antara satu rumah dengan rumah lainnya hampir tidak ada lagi. Pada beberapa bagian pemukiman, khususnya rumah-rumah yang berada di belakang pertokoan, letaknya tidak beraturan dan sulit ditentukan mana bagian belakang rumah.

Rumah-rumah tersebut tidak lagi memiliki pekarangan. Jalan kecil yang menghubungkan rumah dengan jalan umum yang menandakan bahwa di belakang suatu rumah masih terdapat perumahan. Pada sebagian kecil saja rumah penduduk yang masih memiliki pekarangan yang relatif luas, walaupun sisi rumah tersebut bertemu antara satu rumah dengan rumah lainnya. Pekarangan atau halaman rumah tersebut, ditata dengan tanaman-tanaman hias atau bunga-bunga, sementara sisi kiri dan kanan, serta halaman yang menghadap ke jalan dipagari dengan tembok rendah yang di atasnya pakai jerajak (pagar) besi atau kawat duri.

(66)

Parit yang demikian ini, menurut istilah di Kota Medan disebut “parit

busuk”. Istilah ini muncul sehubungan dengan dijadikannya tempat tersebut

sebagai tempat pembuangan sampah dan bangkai-bangkai binatang oleh penduduk yang bermukim pada sekitar parit tersebut.

Kendaraan umum yang melalui Jalan Krakatau antara lain bus DAMRI yang mengangkut penumpang dari Pelabuhan Belawan, sedangkan kendaraan kecilnya adalah angkot, becak. Jenis-jenis angkutan umum tersebut dapat menambah ramainya suasana.

Tidak jauh dari lingkungan terdapat pusat perbelanjaan. Tempat inilah yang menjadi tempat perbelanjaan masyarakat setempat. Mereka juga sering berbelanja di tempat perbelanjaan yang berada di kelurahan tetangga yang tidak jauh dari tempat tinggal mereka.

Keseluruhan daerah lingkungan ini merupakan wilayah pemukiman dan jarang ditemukan lagi adanya tanah-tanah kosong, sarana-sarana umum yang banyak terdapat di wilayah ini, yang bangunannya langsung berdampingan dengan rumah penduduk.

Gambar 3. Kondisi rumah di kelurahan ini, yang digunakan juga untuk tempat

Gambar

Tabel 1
Gambar 2. Pola pemukiman  jarak rumah penduduk di Desa Aek Siansimun, Kecamatan Tarutung
Tabel 3
Tabel 4
+7

Referensi

Dokumen terkait