RESPONS PERTUMBUHAN PADI GOGO DAN SAWAH
TERHADAP INOKULASI
GLOMUS ETUNICATUM
DAN PENGURANGAN P
YULIA ANDRIANI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
YULIA ANDRIANI. Respons Pertumbuhan Padi Gogo dan Sawah terhadap Inokulasi Glomus etunicatum dan pengurangan P. Dibimbing oleh AGUSTIN WYDIA GUNAWAN dan NAMPIAH SUKARNO.
Budi daya padi umumnya menggunakan pupuk kimiawi yang harganya relatif mahal. Petani menggunakan pupuk P yang apabila pemakaiannya berlebihan maka P akan terjerap di dalam tanah. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat digunakan pupuk hayati cendawan mikoriza arbuskula yang dilaporkan dapat membantu dalam penyerapan P. Penelitian ini bertujuan memanfaatkan Glomus etunicatum untuk mengurangi penggunaan P dalam meningkatkan produksi padi gogo dan sawah. Dalam penelitian ini, simbiosis hanya terjadi pada akar padi gogo. Cendawan mikoriza arbuskula ini dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi gogo. Bobot biji isi padi gogo yang diberi perlakuan P 50% tanpa inokulasi G.etunicatum menunjukkan hasil yang sama dengan padi gogo yang diinokulasi G. etunicatum tanpa perlakuan P. Dalam penelitian ini, G. etunicatum tidak bersimbiosis dengan akar padi sawah dan perlakuan P diperlukan untuk meningkatkan bobot biji isi.
ABSTRACT
YULIA ANDRIANI. The Growth Responses of Paddy Gogo and Field Rice to Inoculation of
Glomus etunicatum. Supervised by AGUSTIN WYDIA GUNAWAN and NAMPIAH SUKARNO.
RESPONS PERTUMBUHAN PADI GOGO DAN SAWAH
TERHADAP INOKULASI
GLOMUS ETUNICATUM
DAN PENGURANGAN P
YULIA ANDRIANI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul
: Respons Pertumbuhan Padi Gogo dan Sawah terhadap Inokulasi
Glomus etunicatum
dan Pengurangan P
Nama
: Yulia Andriani
NIM
: G34103033
Menyetujui
Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Agustin Wydia Gunawan, M.S.
Dr. Ir. Nampiah Sukarno
NIP 130167078
NIP 131663017
Mengetahui
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Dr. Drh. Hasim, DEA
NIP 131578806
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian yang berjudul Respons Pertumbuhan Padi Gogo dan Sawah terhadap Inokulasi Glomus etunicatum dan Pengurangan P ini dilaksanakan sejak bulan Maret 2007 hingga November 2007 di Laboratorium Mikologi Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Institut Pertanian Bogor (IPB) dan rumah kaca Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Institut Pertanian Bogor (IPB).
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Agustin Wydia Gunawan, M.S. dan Dr. Ir. Nampiah Sukarno selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan bimbingannya dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini. Terima kasih penulis juga sampaikan kepada Dr. Ir. Hamim, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Departemen Biokimia yang telah menyediakan rumah kaca sehingga penelitian ini dapat terlaksana. Terima kasih penulis persembahkan kepada Mama dan Bapak serta seluruh keluarga atas dukungan, doa, dan kasih sayangnya selama ini, Hasep Sodikin yang telah memberikan waktu, tenaga, pikiran, dan doanya selama penelitian ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Rangkasbitung pada tanggal 30 Januari 1985 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara keluarga Rachmat Sukmana dan Een Elviani. Pada tahun 2003, penulis lulus dari SMUN 4 Tangerang dan diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB.
Penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Biologi pada tahun 2004/2005 dan menjadi sekretaris Himabio pada tahun 2005/2006 serta menjadi anggota Organisasi Kewirausahaan Mahasiswa Biologi BIOWORLD pada tahun 2004/2005.
Penulis menjadi asisten mata kuliah Biologi Dasar Tingkat Persiapan Bersama pada tahun 2005-2008, Biologi Cendawan tahun 2006-2008, Biologi Cendawan Pasca Sarjana dan Biologi Pra Universitas Beasiswa Utusan Daerah tahun 2007/2008. Penulis pernah mengajar di bimbingan belajar Nurul Ilmi pada tahun 2006-2007. Pada tahun 2006, penulis melakukan praktik lapangan di PT Indonesia Toray Synthetics, Tangerang.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
PENDAHULUAN ... 1
BAHAN DAN METODE Bahan ... 1
Rancangan Penelitian ... ... 1
Metode ... 1
HASIL Inokulum G. etunicatum ... ... 3
Kolonisasi G. etunicatum ... ... 3
Respons Padi terhadap G. etunicatum dan Pengurangan P ... ... 4
PEMBAHASAN Respons padi gogo terhadap G. etunicatum ... 5
Respons padi sawah terhadap G. etunicatum ... 6
SIMPULAN ... 7
SARAN ... 7
DAFTAR PUSTAKA ... 7
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Persentase kolonisasi Glomusetunicatum pada akar padi ... 3
2 Jumlah spora G. etunicatum pada padi gogo berumur 130 HST yang mendapat
perlakuan G. etunicatum dan P... 3
3 Respons tinggi tanaman padi gogo pada kombinasi perlakuan G. etunicatum dan P .... 4
4 Respons peubah fase vegetatif dan generatif padi gogo pada kombinasi perlakuan G. etunicatum dan P ... 4
5 Respons tinggi tanaman padi sawah pada kombinasi perlakuan G. etunicatum dan P ... 5
6 Respons peubah fase vegetatif dan generatif padi sawah pada kombinasi perlakuan G. etunicatum dan P ... 5
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
PENDAHULUAN ... ... 1
BAHAN DAN METODE Bahan ... ... 1
Rancangan Penelitian ... 1
Metode ... ... 1
HASIL Inokulum G. etunicatum ... ... 3
Kolonisasi G. etunicatum ... 3
Respons Padi terhadap G. etunicatum dan Pengurangan P ... ... 4
PEMBAHASAN Respons padi gogo terhadap G. etunicatum ... ... 5
Respons padi sawah terhadap G. etunicatum ... ... 6
SIMPULAN ... ... 7
SARAN ... 7
DAFTAR PUSTAKA ... ... 7
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Persentase kolonisasi Glomusetunicatum pada akar padi ... 3
2 Jumlah spora G. etunicatum pada padi gogo berumur 130 HST yang mendapat perlakuan G. etunicatum dan P... 3
3 Respons tinggi tanaman padi gogo pada kombinasi perlakuan G. etunicatum dan P ... 4
4 Respons peubah fase vegetatif dan generatif padi gogo pada kombinasi perlakuan
G. etunicatum dan P ... 4
5 Respons tinggi tanaman padi sawah pada kombinasi perlakuan G. etunicatum dan P ... 5
6 Respons peubah fase vegetatif dan generatif padi sawah pada kombinasi perlakuan
G. etunicatum dan P ... 5
1 PENDAHULUAN Varietas padi gogo yang digunakan ialah
Batutegi, sedangkan padi sawah ialah Gilirang. Tanah yang digunakan ialah tanah Latosol dari daerah Baranangsiang Bogor yang berdasarkan hasil analisis Balai Penelitian Tanah (Balittan) Bogor memiliki pH 6.4 (agak masam) dengan kandungan C sebesar 1.05% (rendah), N sebesar 0.09% (sangat rendah), P
Budi daya padi umumnya menggunakan pupuk N, P, dan K yang harganya relatif mahal untuk meningkatkan produksi padi. Pupuk P yang biasa digunakan ialah pupuk SP36. Pupuk SP36 akan menyediakan P yang dapat diserap oleh tanaman. Selain itu, pupuk P ini juga dapat dijerap oleh tanah menjadi bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman, khususnya pada lahan yang masam. P terjerap di dalam tanah dapat diatasi menggunakan pupuk hayati cendawan mikoriza arbuskula (CMA) yang dilaporkan dapat membantu da-lam penyerapan P.
2O5 HCl 25% sebesar 78
ppm (sangat tinggi), P2O5 Olsen sebesar 20
ppm (tinggi). Tanah dikeringanginkan serta dicampur hingga homogen kemudian disteril-kan dengan autoklaf pada suhu 121 ºC selama satu jam.
Rancangan Penelitian Cendawan mikoriza arbuskula yang
ter-golong ke dalam filum Glomeromycota
(Schüβler et al. 2001) dapat bersimbiosis
de-ngan akar tumbuhan membentuk mikoriza arbuskula. Simbiosis ini memiliki banyak manfaat, di antaranya menyediakan hara bagi tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan, dan meningkatkan resistensi tanaman terhadap patogen akar (Sieverding 1991). Cendawan mikoriza arbuskula dapat meningkatkan serapan hara tanaman karena hifanya mampu memperluas daerah penyerapan hara, khususnya P (Sieverding 1991; Smith & Read 1997).
Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 faktor. Faktor pertama ialah jenis padi yang terdiri atas dua taraf, yaitu padi gogo dan padi sawah. Faktor kedua ialah jenis inokulum,
yaitu tanpa inokulasi G.etunicatum (G0) dan
dengan inokulasi G. etunicatum (G1). Faktor
ketiga ialah pemberian dosis P dalam Johnson (Lampiran 1), yaitu P 0% (P0), P 50% (P1), dan P 100% (P2). Kombinasi perlakuan ber-jumlah 12 dan masing-masing diulang tiga kali.
Setiap kombinasi perlakuan disiapkan da-lam sebuah ember plastik. Sebanyak sembilan kecambah padi berumur tujuh hari ditanam, tiga kecambah dipilih untuk diamati hingga panen sedangkan enam kecambah lain untuk
pengamatan kolonisasi G.etunicatum.
Pada tanaman padi, P berperan dalam pertumbuhan, peningkatan anakan aktif, pembungaan, dan pematangan. Fosfor dalam tanah merupakan hara yang tidak mobil, sebagian besar berada sebagai P terjerap dan hanya sedikit dalam bentuk P tersedia bagi tanaman (Adiningsih 1989). Fosfor diserap oleh hifa CMA dalam bentuk ortofosfat dan ditranslokasikan ke dalam hifa sebagai poli-fosfat. Cendawan mikoriza arbuskula mem-bantu dalam penyerapan hara, khususnya P, yang tidak tersedia bagi tanaman.
Perbanyakan Inokulum G.etunicatum
Perbanyakan inokulum dilakukan meng-gunakan metode biakan pot dengan tanaman inang sorgum. Benih sorgum disterilkan de-ngan merendam dalam alkohol 70% selama satu menit, kemudian dibilas dengan akuades, direndam kembali dalam larutan hipoklorit 1% selama lima menit dan dibilas dengan akuades sebanyak tiga kali. Benih sorgum di-kecambahkan dengan menggunakan medium tanam zeolit hingga tinggi kecambah ber-ukuran 5-7 cm dan kemudian kecambah tersebut ditanam dalam wadah plastik berisi media yang disusun secara berlapis dari atas ke bawah, yaitu zeolit steril, 10% inokulum
G.etunicatum, dan zeolit steril. Tanaman di-pelihara di rumah kaca, disiram setiap hari hingga mencapai kapasitas lapang, dipupuk satu minggu sekali dengan larutan hara Johnson dengan konsentrasi setengah P. Setelah tanaman berumur tiga bulan, akar tanaman dipotong dan dicampurkan kembali Oleh karena itu, penelitian peranan CMA
dan pemberian P pada tanaman padi gogo dan sawah perlu dilakukan dengan harapan men-dapatkan informasi tentang pengurangan ke-bergantungan terhadap pemakaian pupuk P.
BAHAN DAN METODE
Bahan
Bahan yang digunakan ialah inokulum
G. etunicatum yang berbentuk campuran antara medium tanam (zeolit), akar, dan spora
2 Pengamatan
dengan medium tanam untuk digunakan
sebagai inokulum G.etunicatum. Pengamatan dilakukan dalam dua tahap.
Tahap pertama, yaitu pengamatan awal kolonisasi pada akar tanaman padi yang ber-umur 4, 7, 14, 21, 28, dan 35 hari setelah inokulasi (HSI). Sedangkan tahap kedua, yaitu pengamatan padi pada saat panen, yaitu umur 130 hari setelah tanam (HST) yang meliputi persentase kolonisasi dan peubah pertumbuh-an. Peubah pertumbuhan yang diamati ialah tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai, bobot biji isi, bobot kering tajuk dan akar.
Pengamatan kolonisasi G.etunicatum
dilaku-kan dengan cara mengamati akar. Akar yang diamati ialah akar yang muda yang dekat dengan ujung akar. Setiap perlakuan diamati 10 potong akar yang berukuran 1 cm. Akar diwarnai menggunakan metode Koske & Gemma (1989). Akar direndam dalam KOH 10%, dipanaskan dalam penangas air pada suhu 90 ºC selama 10 menit, lalu dibilas dengan air. Akar direndam dalam HCl 1% selama semalam. Akar diwarnai menggunakan larutan asam gliserol yang mengandung biru tripan 0.05%, kemudian direndam dalam larutan asam gliserol tanpa biru tripan untuk mengurangi kelebihan zat warna. Akar di-amati struktur CMA-nya dan dihitung persen-tase kolonisasinya dengan rumus:
Perkecambahan Benih Padi
Permukaan benih padi disterilkan dengan merendam dalam alkohol 70% selama satu menit, kemudian dibilas dengan akuades, di-rendam kembali dalam larutan hipoklorit 1% selama lima menit dan dibilas dengan akuades sebanyak tiga kali. Benih padi tersebut kecambahkan dalam wadah plastik yang di-lapisi kain kasa lembap. Setiap hari diamati untuk menjaga agar kondisi tetap lembap hingga kecambah berumur tujuh hari.
Medium Tanam dan Inokulasi G.etunicatum
Tanah steril sebanyak 6 kg disiapkan di dalam ember plastik. Tanah untuk medium ta-nam padi gogo diberi air sesuai kapasitas la-pang sedangkan tanah untuk padi sawah di-lumpurkan menggunakan air sebanyak 4.5 l. Selanjutnya tanah tersebut dibiarkan selama satu minggu.
Medium tanam disusun secara berlapis mulai dari lapisan paling bawah hingga ke atas secara berurutan ialah tanah steril setinggi 12 cm, inokulum (untuk perlakuan inokulasi
G. etunicatum) atau zeolit steril (untuk
per-lakuan tanpa inokulasi G. etunicatum)
se-banyak 600 g, dan tanah steril setinggi 2 cm (Gambar 1). Kemudian kecambah padi di-tanam.
% akar = terkolonisasi
∑ Akar terkolonisasi
∑ Akar yang diamati
x 100%
Jumlah spora G. etunicatum dihitung
menggunakan metode tuang saring basah (Gardemann & Nicolson 1989) dan di-lanjutkan dengan metode sentrifugasi sukrosa. Sebanyak 1 g inokulum hasil perbanyakan dan 100 g contoh tanah rizosfer setelah padi di-panen disuspensikan dalam air. Partikel yang berat dibiarkan mengendap selama beberapa detik, lalu supernatan dituang ke saringan
yang berukuran 500 μm, 250 μm, 90 μm, dan
60 μm. Endapan yang tertinggal pada saringan
90 μm dan 60 μm dimasukkan ke dalam
tabung sentrifugasi, lalu disentrifugasi dengan kecepatan 2000 rpm selama lima menit, kemudian supernatan disaring kembali dengan
saringan 90 μm dan 60 μm. Hasil saringan
masukkan ke dalam tabung sentrifugasi, di-tambahkan larutan sukrosa 50%, diaduk, dan disentrifugasi dengan kecepatan 2000 rpm selama satu menit. Selanjutnya supernatan
di-saring dengan di-saringan 90 μm dan 60 μm
sambil dicuci dengan air mengalir lalu di-simpan dalam cawan Petri yang berisi air.
Spora G.etunicatum siap diamati.
inokulum / zeolit steril
tanah tanah
Gambar 1 Lapisan medium tanam.
Pemeliharaan Tanaman
3 HASIL
Jumlah spora G. etunicatum pada medium
tanam padi gogo saat panen, berumur 130 HST, menurun dengan bertambahnya dosis P perlakuan (Tabel 2).
Inokulum G.etunicatum
Inokulum G.etunicatum hasil
perbanyak-an menggunakperbanyak-an metode biakperbanyak-an pot dengperbanyak-an tanaman inang sorgum selama tiga bulan menghasilkan 399 spora per gram medium.
Kolonisasi G.etunicatum
Tabel 2 Jumlah spora G.etunicatum pada padi
gogo berumur 130 HST yang
menda-pat perlakuan G. etunicatum dan P
Pada akar padi gogo terjadi kolonisasi
G.etunicatum. Kolonisasi G.etunicatum pada akar padi gogo terjadi antara hari ke-4 dan 7 setelah inokulasi. Struktur mikoriza arbuskula berupa apresorium, hifa internal, arbuskula, dan vesikula terlihat di dalam akar padi gogo. Struktur apresorium dan hifa internal teramati pada umur 7 hari setelah inokulasi sedangkan arbuskula pada umur 28 hari setelah inokulasi, dan vesikula teramati pada umur 35 hari
setelah inokulasi.Pada saat panen,
kolonisasi-nya mencapai 100%. Pada akar padi sawah,
G. etunicatum tidak menunjukkan kolonisasi sama sekali (Tabel 1).
Jumlah spora/100g tanah Perlakuan
Tanpa G. etunicatum
P0 0 a
P1 0 a
P2 0 a
G. etunicatum
P0 48 c
P1 20 b
P2 17 b
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT)
keterangan: P0 = P 0%, P1 = P 50%, P2 = P 100%
Tabel 1 Persentase kolonisasi Glomusetunicatum pada akar padi
Perlakuan *Kolonisasi hari ke-
4 7 14 21 28 35** 130 ***
Padi Gogo
G0P0 0 0 0 0 0 0 0
G0P1 0 0 0 0 0 0 0
G0P2 0 0 0 0 0 0 0
G1P0 0 16.7 21.7 50.0 62.5 100.0 100.0
G1P1 0 17.5 36.6 50.0 75.0 80.0 100.0
G1P2 0 10.0 35.0 66.7 83.3 88.8 100.0
Padi Sawah
G0P0 0 0 0 0 0 0 0
G0P1 0 0 0 0 0 0 0
G0P2 0 0 0 0 0 0 0
G1P0 0 0 0 0 0 0 0
G1P1 0 0 0 0 0 0 0
G1P2 0 0 0 0 0 0 0
keterangan: G0 = tanpa G.etunicatum G1 = inokulasi G.etunicatum; P0 = P 0%, P1 = P 50%,
4 Respons Padi terhadap G. etunicatum
dan Pengurangan P
Perlakuan jenis padi, G. etunicatum, dan
dosis P tidak menunjukkan interaksi.
Demikian juga G. etunicatum tidak
ber-simbiosis dengan akar padi sawah. Oleh karena itu, selanjutnya pengujian antara padi gogo dan padi sawah dilakukan secara ter-pisah.
Padi Gogo
Tinggi Tanaman. Respons padi gogo ter-hadap tinggi tanaman mulai terlihat berbeda nyata pada minggu ke-4. Tinggi tanaman pada padi gogo yang tidak diinokulasi memiliki perbedaan yang nyata dengan yang
di-inokulasi G. etunicatum kombinasi P.
Perlakuan G.etunicatum dan P dapat
mening-katkan tinggi tanaman. Pada minggu selanjutnya semakin terlihat jelas bahwa
G. etunicatum dapat meningkatkan tinggi tanaman. Tanaman padi gogo yang diberi
G.etunicatum dan P 50% dan P 100% menun-jukkan tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata (Tabel 3).
Jumlah Anakan, Jumlah Malai, Bobot Biji Isi, Bobot Kering Tajuk dan Akar. Jumlah anakan pada padi gogo yang tidak
diinokulasi G. etunicatum tanpa P berbeda
nyata dengan kombinasi dan perlakuan lain-nya. Sedangkan padi gogo yang diinokulasi
G.etunicatum tanpa P menghasilkan jumlah anakan yang sama dengan tanaman yang diberi P saja baik tanpa inokulasi maupun
dengan inokulasi G.etunicatum. Jumlah malai
meningkat pada padi gogo yang diinokulasi
G.etunicatum dan P. Jumlah malai padi gogo
yang tidak diinokulasi G. etunicatum dengan
P 50% dan 100% memiliki hasil yang tidak berbeda nyata dengan padi gogo yang
di-inokulasi G.etunicatum tanpa P. Pemberian P
berpengaruh terhadap bobot biji isi. Tanaman yang diberi P 50% dan P 100% tanpa
inokulasi G. etunicatum menunjukkan hasil
yang tidak berbeda nyata dengan tanaman
yang hanya diinokulasi G. etunicatum tanpa P.
Demikian juga, bobot kering tajuk meningkat dengan nyata jika tanaman padi gogo
men-dapat perlakuan G. etunicatum dan P (Tabel
4).
TKeterangan : P0 = P 0%, P1= P 50%, P2 = P 100% abel 3 Respons tinggi tanaman padi gogo pada kombinasi perlakuan Glomusetunicatum dan P Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT)
Tinggi tanaman (cm) pada minggu ke- Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tanpa
G.etunicatum
P0 16 a 23 a 31 a 36 a 40 a 41 a 45 a 48 a 53 a
P1 16 a 23 a 31 a 36 a 38 a 45 ab 51 ab 60 ab 65 ab
P2 17 a 25 a 34 a 37 a 41 ab 49 ab 58 bc 62 b 70 bc
G.etunicatum
P0 17 a 25 a 31 a 38 a 42 abc 54 bc 63 bcd 71 bc 80 cd
P1 18 a 24 a 30 a 39 ab 43 bc 53 bc 65 cd 78 cd 88 de
P2 18 a 26 a 34 a 42 b 47 bc 62 c 74 d 86 d 95 e
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT) Keterangan : P0 = P 0%, P1= P 50%, P2 = P 100%
Tabel 4 Respons peubah fase vegetatif dan generatif padi gogo pada kombinasi perlakuan
Glomus etunicatum dan P
Jumlah Jumlah Bobot Bobot kering (g)
Perlakuan
anakan Malai biji isi (g) Tajuk Akar
Tanpa G. etunicatum
P0 2.1 a 2.0 a 2.5 a 2.6 a 2.7 a
P1 4.8 b 3.0 a 7.6 b 7.8 b 8.6 b
P2 5.3 b 2.0 a 8.8 bc 9.7 bc 5.6 ab
G. etunicatum
P0 4.5 b 3.0 a 9.0 bc 9.4 b 5.3 ab
P1 4.9 b 5.7 b 12.8 cd 12.5 c 4.7 ab
5 PEMBAHASAN
Padi Sawah
Tinggi Tanaman. Pada minggu ke-9, respons padi sawah terhadap perlakuan
G.etunicatum dan P terhadap tinggi tanaman menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada semua kombinasi perlakuan (Tabel 5).
Respons Padi Gogoterhadap G.etunicatum
Kolonisasi G. etunicatum pada akar padi
gogo terjadi antara hari ke-4 dan 7 setelah inokulasi (Tabel 1). Berbeda dengan akar
bawang daun (Allium porum) yang terjadi
lebih awal, yaitu pada hari kedua setelah
inokulasi (Brundrett et al. 1985) sedangkan
pada akar Aquilaria malaccensis dan A.
microcarpa terjadi lebih lama, yaitu 7 minggu setelah inokulasi (Indriaty 2006). Tampaknya kolonisasi CMA pada akar tanaman tahunan memerlukan waktu lebih lama dibandingkan Jumlah Anakan, Jumlah Malai, Bobot
Biji Isi, Bobot Kering Tajuk dan Akar. Jumlah anakan dan bobot kering akar pada padi sawah tidak berbeda nyata di antara semua perlakuan. Perlakuan P dapat meningkatkan jumlah malai, bobot biji isi, dan bobot kering tajuk, baik yang diinokulasi
G. etunicatum maupun yang tidak (Tabel 6).
Tabel 5 Respons tinggi tanaman padi sawah pada kombinasi perlakuan G.etunicatum dan P
Tinggi tanaman (cm) pada minggu ke- Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tanpa G.etunicatum
P0 19 b 30 a 35 a 39 a 44 b 50 c 56 ab 58 ab 62 a
P1 17 ab 28 a 33 a 36 a 40 a 48 abc 55 ab 62 ab 68 a
P2 17 ab 31 a 40 a 37 a 39 a 49 bc 56 b 64 b 70 a
G.etunicatum
P0 16 a 29 a 33 a 36 a 39 a 44 ab 48 a 53 a 58 a
P1 17 ab 27 a 34 a 37 a 39 a 42 a 49 ab 54 ab 58 a
P2 15 a 30 a 34 a 37 a 41 ab 48 bc 55 ab 62 ab 66 a
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT) Keterangan : P0 = P 0%, P1= P 50%, P2 = P 100%
Tabel 6 Respons peubah vegetatif dan generatif padi sawah pada kombinasi perlakuan Glomus
etunicatum dan P
Jumlah Jumlah Bobot Bobot kering (g)
Perlakuan
anakan Malai biji isi (g) Tajuk Akar
Tanpa G. etunicatum
P0 3.6 a 2.7 a 1.9 ab 4.1 a 2.8 a
P1 3.7 a 5.0 bc 3.7 bc 5.0 ab 3.4 a
P2 3.6 a 6.3 c 6.0 d 7.3 b 2.1 a
G. etunicatum
P0 3.6 a 2.7 a 1.6 a 3.3 a 4.2 a
P1 2.9 a 3.3 ab 2.3 abc 3.8 a 2.6 a
P2 3.4 a 5.0 bc 4.2 cd 5.2 ab 2.6 a
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT) Keterangan : P0 = P 0%, P1= P 50%, P2 = P 100%
6 dengan tanaman semusim. Kolonisasi CMA
pada akar tanaman dipengaruhi oleh jenis tanaman, CMA, dan faktor lingkungan seperti suhu, cahaya, dan pupuk (Mosse1981).
Proses kolonisasi spora CMA pada akar tanaman melewati empat tahap, yaitu per-kecambahan spora dan pertumbuhan hifa, kontak antara hifa dan permukaan akar yang menyebabkan pengenalan dan pembentukan apresorium, penetrasi hifa ke akar, dan per-kembangan struktur arbuskula (Bonfante & Perroto 1995). Pada akar padi gogo, struktur mikoriza arbuskula yang teramati ialah apresorium, hifa internal, arbuskula, dan vesikula. Keberadaan struktur arbuskula dan vesikula menandakan bahwa telah terjadi
sim-biosis antara G. etunicatum dan akar padi
gogo (Tabel 1). Arbuskula berperan dalam transfer nutrisi dua arah antara cendawan de-ngan tanaman inang sedangkan vesikula ber-peran dalam penyimpanan cadangan makanan. Pada akar padi gogo, struktur arbuskula lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan struktur vesikula. Hal ini menandakan bahwa tanaman padi tidak dalam kondisi stres sehingga transfer nutrisi dapat berjalan dengan baik.
Tanaman padi gogo tanpa G. etunicatum
memerlukan P untuk meningkatkan jumlah anakan, bobot biji isi, bobot kering tajuk.
Inokulasi G. etunicatum saja (tanpa P) dapat
meningkatkan jumlah anakan, bobot biji isi, dan bobot kering tajuk dengan hasil yang sama seperti pada perlakuan pemberian P 50%
saja. Berarti, inokulasi G. etunicatum dapat
memenuhi kebutuhan P tanaman. Adanya
G. etunicatum yang bersimbiosis dengan akar padi membantu dalam penguraian P yang dijerap tanah menjadi tersedia bagi tanaman. Fosfor merupakan bagian esensial dari gula fosfat yang berperan dalam pembentukan nukleotida, komponen fosfolipid membran, metabolisme energi, dan pembelahan sel (Salisbury & Ross 1995). Penambahan perlakuan P 50% ternyata masih dapat meningkatkan bobot biji isi (Tabel 4).
Berdasarkan penelitian ini, penggunaan
G. etunicatum memberikan pengaruh positif terhadap produksi tanaman padi gogo sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hayati.
Tanah yang digunakan dalam penelitian ini ialah tanah Latosol dengan P tersedia 20 ppm dan P total 78 ppm. Inokulasi CMA dapat meningkatkan pelarutan P dalam tanah karena asam-asam organik dan enzim fosfatase yang dihasilkannya (Bolan 1991). Asam organik ini akan membentuk kelat
dengan ion-ion Ca2+, Mg2+, Fe3+, dan Al3+
sehingga mampu meningkatkan konsentrasi P tersedia di dalam tanah yang dapat diserap tanaman. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa inokulasi CMA pada tanah Entisol dengan kandungan P tersedia sebesar 24.4 ppm dapat meningkatkan hasil tanaman padi gogo (Kabirun 2002).
Cendawan mikoriza arbuskula juga dapat meningkatkan serapan hara tanaman karena hifa CMA mampu memperluas daerah pe-nyerapan hara dan dapat menembus daerah penipisan nutrien yang terdapat di sekitar perakaran sehingga mikoriza arbuskula dapat mentranslokasikan unsur hara ke tanaman. Akar yang tidak bermikoriza tidak dapat menjelajah tanah yang tidak dapat dijangkau oleh akar.
Dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan
bahwa G. etunicatum dapat membantu
mengurangi kebergantungan terhadap P dan dapat meningkatkan produksi sebesar dua kali
(Tabel 4) dibandingkan dengan tanpa
G. etunicatum tanpa P. Harga pupuk P mahal,
sedangkan penggunaan pupuk hayati
G. etunicatum murah dan juga dapat memanfaatkan P yang dijerap oleh tanah. Selain itu, CMA juga dapat bekerja sama dengan mikroorganisme lain. Hanafiah (2001) melaporkan bahwa inokulasi CMA dengan
Azospirillumbrassiliense dapat meningkatkan efisiensi pemupukan P sebesar 35%.
Pada umumnya padi gogo varietas Batutegi menghasilkan jumlah anakan 6-12 batang anakan (BB Padi 2008). Dalam penelitian ini, jumlah anakan padi gogo hanya berkisar antara 2-6 anakan. Hal ini menunjuk-kan bahwa pertumbuhan padi gogo belum optimal. Ember plastik yang digunakan sebagai medium tanam dalam penelitian ini berukuran 6 kg dan ditanami tiga tanaman padi gogo yang dipelihara hingga panen. Medium ini kemungkinan tidak cukup untuk pertumbuhan tiga tanaman ini. Selain itu mungkin terjadi persaingan di antara ketiga tanaman tersebut untuk mendapatkan unsur hara. Oleh karena itu sebaiknya dalam satu ember plastik hanya ditanam satu tanaman padi gogo saja.
Respons Padi Sawah terhadap G. etunicatum
Dalam penelitian ini, G.etunicatum tidak
berkolonisasi dengan akar padi sawah (Tabel 1) sehingga tidak ada pengaruh terhadap
inokulasi G. etunicatum. Hal ini diduga
7 DAFTAR PUSTAKA
kondisi tanah tergenang air, difusi oksigen ke dalam tanah menjadi rendah sehingga meng-akibatkan kondisi tanah menjadi anaerob. Dalam penelitian ini dilakukan pelumpuran yang menyebabkan pori-pori makro berubah menjadi pori-pori mikro sehingga per-meabilitas tanah menjadi rendah. Faktor lain tidak terjadinya kolonisasi CMA pada akar
padi sawah ialah inokulum G. etunicatum
tidak dapat mengadakan kontak dengan sum-ber inokulum.
Adiningsih JS, Moersidi, Sudjadi, Fagi AM. 1989. Evaluasi keperluan fosfat pada lahan sawah intensifikasi di Jawa. Di
dalam: Efisiensi Penggunaan Pupuk.
Prosiding Lokakarya Nasional; Cipayung, 21 Nov 1988. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Departemen. hlm 63-89.
[BB Padi] Balai Besar Penelitian Padi. 2008. Deskripsi varietas batutegi. http://bbpadi.litbang.deptan.go.id/index.
php?option=com_content&task=view&i d=38&Itemid=36. [3 Feb 2008]. Dalam penelitian ini, pelumpuran
dilaku-kan untuk mendapatdilaku-kan kondisi seperti per-tanaman padi sawah, kemudian dilakukan
inokulasi G. etunicatum, kecambah padi yang
berumur tujuh hari ditanam, dan selanjutnya
digenangi. Inokulasi G. etunicatum yang
digunakan dalam penelitian ini tidak meng-hasilkan simbiosis. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya penggenangan dilaku-kan pada saat tanaman berumur minimum tujuh HST (Tabel 1) atau menggunakan kecambah padi yang akarnya telah
ber-simbiosis dengan G. etunicatum.
[BB Padi] Balai Besar Penelitian Padi. 2008. Deskripsi varietas gilirang. http://bbpadi.litbang.deptan.go.id/index.
php?option=com_content&task=view&i d=73&Itemid=46. [3 Feb 2008].
Bolan NB. 1991. A critical review on the role of mychorrhizal fungi on the uptake of
phosphorus by plant. Plant and Soil
134:189-207. Pertumbuhan padi sawah belum optimal.
Hal ini terlihat pada jumlah anakan yang dihasilkan tergolong sedikit, yaitu antara 2-4 anakan. Menurut BB Padi (2008) pada umum-nya padi sawah varietas Gilirang meng-hasilkan jumlah anakan sebesar 10-15 batang anakan. Dalam penelitian ini medium tanam yang digunakan tidak sesuai untuk per-tumbuhan tiga tanaman padi hingga panen dan mungkin terjadi persaingan di antara ketiga tanaman tersebut.
Bonfante P, Perrotto S. 1995. Strategics of arbuscular mycorrhizal fungi when
infecting host plants. New Phytol
130:3-21.
Brundrett MC, Piche Y, Piterson RL. 1985. A new method observing the morphology of vesicular-arbuscular mycorrhizae.
Can J Bot 63:184-193. SIMPULAN
Dalam penelitian ini Glomus etunicatum
dapat bersimbiosis dengan akar padi gogo dan
simbiosis G. etunicatum pada akar dapat
menggantikan perlakuan P untuk meningkat-kan bobot biji isi. Sedangmeningkat-kan pada padi
sawah, G. etunicatum tidak bersimbiosis dan
perlakuan P diperlukan untuk meningkatkan bobot biji isi padi sawah.
Gardeman JW, Nicolson TH. 1989. A modified procedure for staining roots to
detect VA mycorrhizas. Mycologia
486-505.
Hanafiah KA. 2001. Pengaruh inokulasi ganda fungi mikoriza-arbuskuler dan
Azospirillum brasiliense dalam peningkatan efisiensi pemupukan P dan N pada padi sawah tadah hujan. [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
SARAN
Untuk penelitian selanjutnya, peng-genangan medium tanam padi sawah sebaiknya dilakukan tujuh hari setelah tanam (HST) atau menggunakan bibit padi yang sudah bermikoriza.
Indriaty. 2006. Respons cendawan mikoriza
arbuskula pada Aquilaria spp. [skripsi].
Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
8 arbuskula dan pemupukan fosfat di
entisol. J Ilmu Tanah 3(2):49-56.
Koske RE, Gemma JN. 1989. A modified procedure for staining roots to detect VA
mycorrhizas. Mycol Res 92:486-505.
Mosse B, Stribley DP, Letacon F. 1981. Ecology of mycorrhizae and mycorrhizal
fungi. Adv Microb Ecol 5:137-210.
Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Bandung: ITB.
Schüβler A, Schwarzott D, Walker C. 2001. A
new fungal phylum, the
Glomeromycota: phylogeny and
evolution. Mycol Res 105:1413-1421.
Sieverding E. 1991. Vesicular-arbuscular mycorrhizal management in tropical agrosystems. Technical Cooperation, Federal Republic of Germany, Eschborn.
Slamet S. 1985. Pengaruh kedalaman penggenangan dan cara pemberian air terhadap kebutuhan air dan hasil padi di daerah irigasi Cibanten kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Smith SE, Read DJ. 1997. Mycorrhizal
10
Lampiran 1 Komposisi larutan hara Johnson
Hara makro
Senyawa Berat Molekul
Konsentrasi Larutan stok (M)
Konsentrasi Larutan stok
(g/l)
Volume larutan stok/l larutan final
(ml)
KNO3 101.10 1.00 101.10 6.00
Ca(NO3)2.4H2O 236.16 1.00 236.16 4.00
NH4H2PO4 115.08 1.00 115.08 2.00
MgSO4.7H2O 146.49 1.00 146.49 1.00
Hara mikro
Senyawa Berat Molekul
Konsentrasi Larutan stok (M)
Konsentrasi Larutan stok
(g/l)
Volume larutan stok/l larutan final (ml)
KCl 74.55 50.00 3.74
H2BO3 61.84 25.00 1.55
MnSO4.H2O 169.01 2.00 0.34
ZnSO4.7H2O 287.55 2.00 0.58
CuSO4.5H2O 249.71 0.50 0.13
H2MoO4(85%MoO3) 161.97 0.50 0.08
1,00
11
RESPONS PERTUMBUHAN PADI GOGO DAN SAWAH
TERHADAP INOKULASI
GLOMUS ETUNICATUM
DAN PENGURANGAN P
YULIA ANDRIANI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
YULIA ANDRIANI. Respons Pertumbuhan Padi Gogo dan Sawah terhadap Inokulasi Glomus etunicatum dan pengurangan P. Dibimbing oleh AGUSTIN WYDIA GUNAWAN dan NAMPIAH SUKARNO.
Budi daya padi umumnya menggunakan pupuk kimiawi yang harganya relatif mahal. Petani menggunakan pupuk P yang apabila pemakaiannya berlebihan maka P akan terjerap di dalam tanah. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat digunakan pupuk hayati cendawan mikoriza arbuskula yang dilaporkan dapat membantu dalam penyerapan P. Penelitian ini bertujuan memanfaatkan Glomus etunicatum untuk mengurangi penggunaan P dalam meningkatkan produksi padi gogo dan sawah. Dalam penelitian ini, simbiosis hanya terjadi pada akar padi gogo. Cendawan mikoriza arbuskula ini dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi gogo. Bobot biji isi padi gogo yang diberi perlakuan P 50% tanpa inokulasi G. etunicatum menunjukkan hasil yang sama dengan padi gogo yang diinokulasi G. etunicatum tanpa perlakuan P. Dalam penelitian ini, G. etunicatum tidak bersimbiosis dengan akar padi sawah dan perlakuan P diperlukan untuk meningkatkan bobot biji isi.
ABSTRACT
YULIA ANDRIANI. The Growth Responses of Paddy Gogo and Field Rice to Inoculation of
Glomus etunicatum. Supervised by AGUSTIN WYDIA GUNAWAN and NAMPIAH SUKARNO.
1 PENDAHULUAN Varietas padi gogo yang digunakan ialah
Batutegi, sedangkan padi sawah ialah Gilirang. Tanah yang digunakan ialah tanah Latosol dari daerah Baranangsiang Bogor yang berdasarkan hasil analisis Balai Penelitian Tanah (Balittan) Bogor memiliki pH 6.4 (agak masam) dengan kandungan C sebesar 1.05% (rendah), N sebesar 0.09% (sangat rendah), P
Budi daya padi umumnya menggunakan pupuk N, P, dan K yang harganya relatif mahal untuk meningkatkan produksi padi. Pupuk P yang biasa digunakan ialah pupuk SP36. Pupuk SP36 akan menyediakan P yang dapat diserap oleh tanaman. Selain itu, pupuk P ini juga dapat dijerap oleh tanah menjadi bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman, khususnya pada lahan yang masam. P terjerap di dalam tanah dapat diatasi menggunakan pupuk hayati cendawan mikoriza arbuskula (CMA) yang dilaporkan dapat membantu da-lam penyerapan P.
2O5 HCl 25% sebesar 78
ppm (sangat tinggi), P2O5 Olsen sebesar 20
ppm (tinggi). Tanah dikeringanginkan serta dicampur hingga homogen kemudian disteril-kan dengan autoklaf pada suhu 121 ºC selama satu jam.
Rancangan Penelitian Cendawan mikoriza arbuskula yang
ter-golong ke dalam filum Glomeromycota
(Schüβler et al. 2001) dapat bersimbiosis
de-ngan akar tumbuhan membentuk mikoriza arbuskula. Simbiosis ini memiliki banyak manfaat, di antaranya menyediakan hara bagi tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan, dan meningkatkan resistensi tanaman terhadap patogen akar (Sieverding 1991). Cendawan mikoriza arbuskula dapat meningkatkan serapan hara tanaman karena hifanya mampu memperluas daerah penyerapan hara, khususnya P (Sieverding 1991; Smith & Read 1997).
Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 faktor. Faktor pertama ialah jenis padi yang terdiri atas dua taraf, yaitu padi gogo dan padi sawah. Faktor kedua ialah jenis inokulum,
yaitu tanpa inokulasi G.etunicatum (G0) dan
dengan inokulasi G. etunicatum (G1). Faktor
ketiga ialah pemberian dosis P dalam Johnson (Lampiran 1), yaitu P 0% (P0), P 50% (P1), dan P 100% (P2). Kombinasi perlakuan ber-jumlah 12 dan masing-masing diulang tiga kali.
Setiap kombinasi perlakuan disiapkan da-lam sebuah ember plastik. Sebanyak sembilan kecambah padi berumur tujuh hari ditanam, tiga kecambah dipilih untuk diamati hingga panen sedangkan enam kecambah lain untuk
pengamatan kolonisasi G.etunicatum.
Pada tanaman padi, P berperan dalam pertumbuhan, peningkatan anakan aktif, pembungaan, dan pematangan. Fosfor dalam tanah merupakan hara yang tidak mobil, sebagian besar berada sebagai P terjerap dan hanya sedikit dalam bentuk P tersedia bagi tanaman (Adiningsih 1989). Fosfor diserap oleh hifa CMA dalam bentuk ortofosfat dan ditranslokasikan ke dalam hifa sebagai poli-fosfat. Cendawan mikoriza arbuskula mem-bantu dalam penyerapan hara, khususnya P, yang tidak tersedia bagi tanaman.
Perbanyakan Inokulum G.etunicatum
Perbanyakan inokulum dilakukan meng-gunakan metode biakan pot dengan tanaman inang sorgum. Benih sorgum disterilkan de-ngan merendam dalam alkohol 70% selama satu menit, kemudian dibilas dengan akuades, direndam kembali dalam larutan hipoklorit 1% selama lima menit dan dibilas dengan akuades sebanyak tiga kali. Benih sorgum di-kecambahkan dengan menggunakan medium tanam zeolit hingga tinggi kecambah ber-ukuran 5-7 cm dan kemudian kecambah tersebut ditanam dalam wadah plastik berisi media yang disusun secara berlapis dari atas ke bawah, yaitu zeolit steril, 10% inokulum
G.etunicatum, dan zeolit steril. Tanaman di-pelihara di rumah kaca, disiram setiap hari hingga mencapai kapasitas lapang, dipupuk satu minggu sekali dengan larutan hara Johnson dengan konsentrasi setengah P. Setelah tanaman berumur tiga bulan, akar tanaman dipotong dan dicampurkan kembali Oleh karena itu, penelitian peranan CMA
dan pemberian P pada tanaman padi gogo dan sawah perlu dilakukan dengan harapan men-dapatkan informasi tentang pengurangan ke-bergantungan terhadap pemakaian pupuk P.
BAHAN DAN METODE
Bahan
Bahan yang digunakan ialah inokulum
G. etunicatum yang berbentuk campuran antara medium tanam (zeolit), akar, dan spora
1 PENDAHULUAN Varietas padi gogo yang digunakan ialah
Batutegi, sedangkan padi sawah ialah Gilirang. Tanah yang digunakan ialah tanah Latosol dari daerah Baranangsiang Bogor yang berdasarkan hasil analisis Balai Penelitian Tanah (Balittan) Bogor memiliki pH 6.4 (agak masam) dengan kandungan C sebesar 1.05% (rendah), N sebesar 0.09% (sangat rendah), P
Budi daya padi umumnya menggunakan pupuk N, P, dan K yang harganya relatif mahal untuk meningkatkan produksi padi. Pupuk P yang biasa digunakan ialah pupuk SP36. Pupuk SP36 akan menyediakan P yang dapat diserap oleh tanaman. Selain itu, pupuk P ini juga dapat dijerap oleh tanah menjadi bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman, khususnya pada lahan yang masam. P terjerap di dalam tanah dapat diatasi menggunakan pupuk hayati cendawan mikoriza arbuskula (CMA) yang dilaporkan dapat membantu da-lam penyerapan P.
2O5 HCl 25% sebesar 78
ppm (sangat tinggi), P2O5 Olsen sebesar 20
ppm (tinggi). Tanah dikeringanginkan serta dicampur hingga homogen kemudian disteril-kan dengan autoklaf pada suhu 121 ºC selama satu jam.
Rancangan Penelitian Cendawan mikoriza arbuskula yang
ter-golong ke dalam filum Glomeromycota
(Schüβler et al. 2001) dapat bersimbiosis
de-ngan akar tumbuhan membentuk mikoriza arbuskula. Simbiosis ini memiliki banyak manfaat, di antaranya menyediakan hara bagi tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan, dan meningkatkan resistensi tanaman terhadap patogen akar (Sieverding 1991). Cendawan mikoriza arbuskula dapat meningkatkan serapan hara tanaman karena hifanya mampu memperluas daerah penyerapan hara, khususnya P (Sieverding 1991; Smith & Read 1997).
Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 faktor. Faktor pertama ialah jenis padi yang terdiri atas dua taraf, yaitu padi gogo dan padi sawah. Faktor kedua ialah jenis inokulum,
yaitu tanpa inokulasi G.etunicatum (G0) dan
dengan inokulasi G. etunicatum (G1). Faktor
ketiga ialah pemberian dosis P dalam Johnson (Lampiran 1), yaitu P 0% (P0), P 50% (P1), dan P 100% (P2). Kombinasi perlakuan ber-jumlah 12 dan masing-masing diulang tiga kali.
Setiap kombinasi perlakuan disiapkan da-lam sebuah ember plastik. Sebanyak sembilan kecambah padi berumur tujuh hari ditanam, tiga kecambah dipilih untuk diamati hingga panen sedangkan enam kecambah lain untuk
pengamatan kolonisasi G.etunicatum.
Pada tanaman padi, P berperan dalam pertumbuhan, peningkatan anakan aktif, pembungaan, dan pematangan. Fosfor dalam tanah merupakan hara yang tidak mobil, sebagian besar berada sebagai P terjerap dan hanya sedikit dalam bentuk P tersedia bagi tanaman (Adiningsih 1989). Fosfor diserap oleh hifa CMA dalam bentuk ortofosfat dan ditranslokasikan ke dalam hifa sebagai poli-fosfat. Cendawan mikoriza arbuskula mem-bantu dalam penyerapan hara, khususnya P, yang tidak tersedia bagi tanaman.
Perbanyakan Inokulum G.etunicatum
Perbanyakan inokulum dilakukan meng-gunakan metode biakan pot dengan tanaman inang sorgum. Benih sorgum disterilkan de-ngan merendam dalam alkohol 70% selama satu menit, kemudian dibilas dengan akuades, direndam kembali dalam larutan hipoklorit 1% selama lima menit dan dibilas dengan akuades sebanyak tiga kali. Benih sorgum di-kecambahkan dengan menggunakan medium tanam zeolit hingga tinggi kecambah ber-ukuran 5-7 cm dan kemudian kecambah tersebut ditanam dalam wadah plastik berisi media yang disusun secara berlapis dari atas ke bawah, yaitu zeolit steril, 10% inokulum
G.etunicatum, dan zeolit steril. Tanaman di-pelihara di rumah kaca, disiram setiap hari hingga mencapai kapasitas lapang, dipupuk satu minggu sekali dengan larutan hara Johnson dengan konsentrasi setengah P. Setelah tanaman berumur tiga bulan, akar tanaman dipotong dan dicampurkan kembali Oleh karena itu, penelitian peranan CMA
dan pemberian P pada tanaman padi gogo dan sawah perlu dilakukan dengan harapan men-dapatkan informasi tentang pengurangan ke-bergantungan terhadap pemakaian pupuk P.
BAHAN DAN METODE
Bahan
Bahan yang digunakan ialah inokulum
G. etunicatum yang berbentuk campuran antara medium tanam (zeolit), akar, dan spora
2 Pengamatan
dengan medium tanam untuk digunakan
sebagai inokulum G.etunicatum. Pengamatan dilakukan dalam dua tahap.
Tahap pertama, yaitu pengamatan awal kolonisasi pada akar tanaman padi yang ber-umur 4, 7, 14, 21, 28, dan 35 hari setelah inokulasi (HSI). Sedangkan tahap kedua, yaitu pengamatan padi pada saat panen, yaitu umur 130 hari setelah tanam (HST) yang meliputi persentase kolonisasi dan peubah pertumbuh-an. Peubah pertumbuhan yang diamati ialah tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai, bobot biji isi, bobot kering tajuk dan akar.
Pengamatan kolonisasi G.etunicatum
dilaku-kan dengan cara mengamati akar. Akar yang diamati ialah akar yang muda yang dekat dengan ujung akar. Setiap perlakuan diamati 10 potong akar yang berukuran 1 cm. Akar diwarnai menggunakan metode Koske & Gemma (1989). Akar direndam dalam KOH 10%, dipanaskan dalam penangas air pada suhu 90 ºC selama 10 menit, lalu dibilas dengan air. Akar direndam dalam HCl 1% selama semalam. Akar diwarnai menggunakan larutan asam gliserol yang mengandung biru tripan 0.05%, kemudian direndam dalam larutan asam gliserol tanpa biru tripan untuk mengurangi kelebihan zat warna. Akar di-amati struktur CMA-nya dan dihitung persen-tase kolonisasinya dengan rumus:
Perkecambahan Benih Padi
Permukaan benih padi disterilkan dengan merendam dalam alkohol 70% selama satu menit, kemudian dibilas dengan akuades, di-rendam kembali dalam larutan hipoklorit 1% selama lima menit dan dibilas dengan akuades sebanyak tiga kali. Benih padi tersebut kecambahkan dalam wadah plastik yang di-lapisi kain kasa lembap. Setiap hari diamati untuk menjaga agar kondisi tetap lembap hingga kecambah berumur tujuh hari.
Medium Tanam dan Inokulasi G.etunicatum
Tanah steril sebanyak 6 kg disiapkan di dalam ember plastik. Tanah untuk medium ta-nam padi gogo diberi air sesuai kapasitas la-pang sedangkan tanah untuk padi sawah di-lumpurkan menggunakan air sebanyak 4.5 l. Selanjutnya tanah tersebut dibiarkan selama satu minggu.
Medium tanam disusun secara berlapis mulai dari lapisan paling bawah hingga ke atas secara berurutan ialah tanah steril setinggi 12 cm, inokulum (untuk perlakuan inokulasi
G. etunicatum) atau zeolit steril (untuk
per-lakuan tanpa inokulasi G. etunicatum)
se-banyak 600 g, dan tanah steril setinggi 2 cm (Gambar 1). Kemudian kecambah padi di-tanam.
% akar = terkolonisasi
∑ Akar terkolonisasi
∑ Akar yang diamati
x 100%
Jumlah spora G. etunicatum dihitung
menggunakan metode tuang saring basah (Gardemann & Nicolson 1989) dan di-lanjutkan dengan metode sentrifugasi sukrosa. Sebanyak 1 g inokulum hasil perbanyakan dan 100 g contoh tanah rizosfer setelah padi di-panen disuspensikan dalam air. Partikel yang berat dibiarkan mengendap selama beberapa detik, lalu supernatan dituang ke saringan
yang berukuran 500 μm, 250 μm, 90 μm, dan
60 μm. Endapan yang tertinggal pada saringan
90 μm dan 60 μm dimasukkan ke dalam
tabung sentrifugasi, lalu disentrifugasi dengan kecepatan 2000 rpm selama lima menit, kemudian supernatan disaring kembali dengan
saringan 90 μm dan 60 μm. Hasil saringan
masukkan ke dalam tabung sentrifugasi, di-tambahkan larutan sukrosa 50%, diaduk, dan disentrifugasi dengan kecepatan 2000 rpm selama satu menit. Selanjutnya supernatan
di-saring dengan di-saringan 90 μm dan 60 μm
sambil dicuci dengan air mengalir lalu di-simpan dalam cawan Petri yang berisi air.
Spora G.etunicatum siap diamati.
inokulum / zeolit steril
tanah tanah
Gambar 1 Lapisan medium tanam.
Pemeliharaan Tanaman
3 HASIL
Jumlah spora G. etunicatum pada medium
tanam padi gogo saat panen, berumur 130 HST, menurun dengan bertambahnya dosis P perlakuan (Tabel 2).
Inokulum G.etunicatum
Inokulum G.etunicatum hasil
perbanyak-an menggunakperbanyak-an metode biakperbanyak-an pot dengperbanyak-an tanaman inang sorgum selama tiga bulan menghasilkan 399 spora per gram medium.
Kolonisasi G.etunicatum
Tabel 2 Jumlah spora G.etunicatum pada padi
gogo berumur 130 HST yang
menda-pat perlakuan G. etunicatum dan P
Pada akar padi gogo terjadi kolonisasi
G.etunicatum. Kolonisasi G.etunicatum pada akar padi gogo terjadi antara hari ke-4 dan 7 setelah inokulasi. Struktur mikoriza arbuskula berupa apresorium, hifa internal, arbuskula, dan vesikula terlihat di dalam akar padi gogo. Struktur apresorium dan hifa internal teramati pada umur 7 hari setelah inokulasi sedangkan arbuskula pada umur 28 hari setelah inokulasi, dan vesikula teramati pada umur 35 hari
setelah inokulasi.Pada saat panen,
kolonisasi-nya mencapai 100%. Pada akar padi sawah,
G. etunicatum tidak menunjukkan kolonisasi sama sekali (Tabel 1).
Jumlah spora/100g tanah Perlakuan
Tanpa G. etunicatum
P0 0 a
P1 0 a
P2 0 a
G. etunicatum
P0 48 c
P1 20 b
P2 17 b
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT)
keterangan: P0 = P 0%, P1 = P 50%, P2 = P 100%
Tabel 1 Persentase kolonisasi Glomusetunicatum pada akar padi
Perlakuan *Kolonisasi hari ke-
4 7 14 21 28 35** 130 ***
Padi Gogo
G0P0 0 0 0 0 0 0 0
G0P1 0 0 0 0 0 0 0
G0P2 0 0 0 0 0 0 0
G1P0 0 16.7 21.7 50.0 62.5 100.0 100.0
G1P1 0 17.5 36.6 50.0 75.0 80.0 100.0
G1P2 0 10.0 35.0 66.7 83.3 88.8 100.0
Padi Sawah
G0P0 0 0 0 0 0 0 0
G0P1 0 0 0 0 0 0 0
G0P2 0 0 0 0 0 0 0
G1P0 0 0 0 0 0 0 0
G1P1 0 0 0 0 0 0 0
G1P2 0 0 0 0 0 0 0
keterangan: G0 = tanpa G.etunicatum G1 = inokulasi G.etunicatum; P0 = P 0%, P1 = P 50%,
4 Respons Padi terhadap G. etunicatum
dan Pengurangan P
Perlakuan jenis padi, G. etunicatum, dan
dosis P tidak menunjukkan interaksi.
Demikian juga G. etunicatum tidak
ber-simbiosis dengan akar padi sawah. Oleh karena itu, selanjutnya pengujian antara padi gogo dan padi sawah dilakukan secara ter-pisah.
Padi Gogo
Tinggi Tanaman. Respons padi gogo ter-hadap tinggi tanaman mulai terlihat berbeda nyata pada minggu ke-4. Tinggi tanaman pada padi gogo yang tidak diinokulasi memiliki perbedaan yang nyata dengan yang
di-inokulasi G. etunicatum kombinasi P.
Perlakuan G.etunicatum dan P dapat
mening-katkan tinggi tanaman. Pada minggu selanjutnya semakin terlihat jelas bahwa
G. etunicatum dapat meningkatkan tinggi tanaman. Tanaman padi gogo yang diberi
G.etunicatum dan P 50% dan P 100% menun-jukkan tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata (Tabel 3).
Jumlah Anakan, Jumlah Malai, Bobot Biji Isi, Bobot Kering Tajuk dan Akar. Jumlah anakan pada padi gogo yang tidak
diinokulasi G. etunicatum tanpa P berbeda
nyata dengan kombinasi dan perlakuan lain-nya. Sedangkan padi gogo yang diinokulasi
G.etunicatum tanpa P menghasilkan jumlah anakan yang sama dengan tanaman yang diberi P saja baik tanpa inokulasi maupun
dengan inokulasi G.etunicatum. Jumlah malai
meningkat pada padi gogo yang diinokulasi
G.etunicatum dan P. Jumlah malai padi gogo
yang tidak diinokulasi G. etunicatum dengan
P 50% dan 100% memiliki hasil yang tidak berbeda nyata dengan padi gogo yang
di-inokulasi G.etunicatum tanpa P. Pemberian P
berpengaruh terhadap bobot biji isi. Tanaman yang diberi P 50% dan P 100% tanpa
inokulasi G. etunicatum menunjukkan hasil
yang tidak berbeda nyata dengan tanaman
yang hanya diinokulasi G. etunicatum tanpa P.
Demikian juga, bobot kering tajuk meningkat dengan nyata jika tanaman padi gogo
men-dapat perlakuan G. etunicatum dan P (Tabel
4).
TKeterangan : P0 = P 0%, P1= P 50%, P2 = P 100% abel 3 Respons tinggi tanaman padi gogo pada kombinasi perlakuan Glomusetunicatum dan P Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT)
Tinggi tanaman (cm) pada minggu ke- Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tanpa
G.etunicatum
P0 16 a 23 a 31 a 36 a 40 a 41 a 45 a 48 a 53 a
P1 16 a 23 a 31 a 36 a 38 a 45 ab 51 ab 60 ab 65 ab
P2 17 a 25 a 34 a 37 a 41 ab 49 ab 58 bc 62 b 70 bc
G.etunicatum
P0 17 a 25 a 31 a 38 a 42 abc 54 bc 63 bcd 71 bc 80 cd
P1 18 a 24 a 30 a 39 ab 43 bc 53 bc 65 cd 78 cd 88 de
P2 18 a 26 a 34 a 42 b 47 bc 62 c 74 d 86 d 95 e
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT) Keterangan : P0 = P 0%, P1= P 50%, P2 = P 100%
Tabel 4 Respons peubah fase vegetatif dan generatif padi gogo pada kombinasi perlakuan
Glomus etunicatum dan P
Jumlah Jumlah Bobot Bobot kering (g)
Perlakuan
anakan Malai biji isi (g) Tajuk Akar
Tanpa G. etunicatum
P0 2.1 a 2.0 a 2.5 a 2.6 a 2.7 a
P1 4.8 b 3.0 a 7.6 b 7.8 b 8.6 b
P2 5.3 b 2.0 a 8.8 bc 9.7 bc 5.6 ab
G. etunicatum
P0 4.5 b 3.0 a 9.0 bc 9.4 b 5.3 ab
P1 4.9 b 5.7 b 12.8 cd 12.5 c 4.7 ab
5 PEMBAHASAN
Padi Sawah
Tinggi Tanaman. Pada minggu ke-9, respons padi sawah terhadap perlakuan
G.etunicatum dan P terhadap tinggi tanaman menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada semua kombinasi perlakuan (Tabel 5).
Respons Padi Gogoterhadap G.etunicatum
Kolonisasi G. etunicatum pada akar padi
gogo terjadi antara hari ke-4 dan 7 setelah inokulasi (Tabel 1). Berbeda dengan akar
bawang daun (Allium porum) yang terjadi
lebih awal, yaitu pada hari kedua setelah
inokulasi (Brundrett et al. 1985) sedangkan
pada akar Aquilaria malaccensis dan A.
microcarpa terjadi lebih lama, yaitu 7 minggu setelah inokulasi (Indriaty 2006). Tampaknya kolonisasi CMA pada akar tanaman tahunan memerlukan waktu lebih lama dibandingkan Jumlah Anakan, Jumlah Malai, Bobot
Biji Isi, Bobot Kering Tajuk dan Akar. Jumlah anakan dan bobot kering akar pada padi sawah tidak berbeda nyata di antara semua perlakuan. Perlakuan P dapat meningkatkan jumlah malai, bobot biji isi, dan bobot kering tajuk, baik yang diinokulasi
G. etunicatum maupun yang tidak (Tabel 6).
Tabel 5 Respons tinggi tanaman padi sawah pada kombinasi perlakuan G.etunicatum dan P
Tinggi tanaman (cm) pada minggu ke- Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tanpa G.etunicatum
P0 19 b 30 a 35 a 39 a 44 b 50 c 56 ab 58 ab 62 a
P1 17 ab 28 a 33 a 36 a 40 a 48 abc 55 ab 62 ab 68 a
P2 17 ab 31 a 40 a 37 a 39 a 49 bc 56 b 64 b 70 a
G.etunicatum
P0 16 a 29 a 33 a 36 a 39 a 44 ab 48 a 53 a 58 a
P1 17 ab 27 a 34 a 37 a 39 a 42 a 49 ab 54 ab 58 a
P2 15 a 30 a 34 a 37 a 41 ab 48 bc 55 ab 62 ab 66 a
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT) Keterangan : P0 = P 0%, P1= P 50%, P2 = P 100%
Tabel 6 Respons peubah vegetatif dan generatif padi sawah pada kombinasi perlakuan Glomus
etunicatum dan P
Jumlah Jumlah Bobot Bobot kering (g)
Perlakuan
anakan Malai biji isi (g) Tajuk Akar
Tanpa G. etunicatum
P0 3.6 a 2.7 a 1.9 ab 4.1 a 2.8 a
P1 3.7 a 5.0 bc 3.7 bc 5.0 ab 3.4 a
P2 3.6 a 6.3 c 6.0 d 7.3 b 2.1 a
G. etunicatum
P0 3.6 a 2.7 a 1.6 a 3.3 a 4.2 a
P1 2.9 a 3.3 ab 2.3 abc 3.8 a 2.6 a
P2 3.4 a 5.0 bc 4.2 cd 5.2 ab 2.6 a
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT) Keterangan : P0 = P 0%, P1= P 50%, P2 = P 100%
5 PEMBAHASAN
Padi Sawah
Tinggi Tanaman. Pada minggu ke-9, respons padi sawah terhadap perlakuan
G.etunicatum dan P terhadap tinggi tanaman menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada semua kombinasi perlakuan (Tabel 5).
Respons Padi Gogoterhadap G.etunicatum
Kolonisasi G. etunicatum pada akar padi
gogo terjadi antara hari ke-4 dan 7 setelah inokulasi (Tabel 1). Berbeda dengan akar
bawang daun (Allium porum) yang terjadi
lebih awal, yaitu pada hari kedua setelah
inokulasi (Brundrett et al. 1985) sedangkan
pada akar Aquilaria malaccensis dan A.
microcarpa terjadi lebih lama, yaitu 7 minggu setelah inokulasi (Indriaty 2006). Tampaknya kolonisasi CMA pada akar tanaman tahunan memerlukan waktu lebih lama dibandingkan Jumlah Anakan, Jumlah Malai, Bobot
Biji Isi, Bobot Kering Tajuk dan Akar. Jumlah anakan dan bobot kering akar pada padi sawah tidak berbeda nyata di antara semua perlakuan. Perlakuan P dapat meningkatkan jumlah malai, bobot biji isi, dan bobot kering tajuk, baik yang diinokulasi
[image:30.595.110.518.278.447.2]G. etunicatum maupun yang tidak (Tabel 6).
Tabel 5 Respons tinggi tanaman padi sawah pada kombinasi perlakuan G.etunicatum dan P
Tinggi tanaman (cm) pada minggu ke- Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tanpa G.etunicatum
P0 19 b 30 a 35 a 39 a 44 b 50 c 56 ab 58 ab 62 a
P1 17 ab 28 a 33 a 36 a 40 a 48 abc 55 ab 62 ab 68 a
P2 17 ab 31 a 40 a 37 a 39 a 49 bc 56 b 64 b 70 a
G.etunicatum
P0 16 a 29 a 33 a 36 a 39 a 44 ab 48 a 53 a 58 a
P1 17 ab 27 a 34 a 37 a 39 a 42 a 49 ab 54 ab 58 a
P2 15 a 30 a 34 a 37 a 41 ab 48 bc 55 ab 62 ab 66 a
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT) Keterangan : P0 = P 0%, P1= P 50%, P2 = P 100%
Tabel 6 Respons peubah vegetatif dan generatif padi sawah pada kombinasi perlakuan Glomus
etunicatum dan P
Jumlah Jumlah Bobot Bobot kering (g)
Perlakuan
anakan Malai biji isi (g) Tajuk Akar
Tanpa G. etunicatum
P0 3.6 a 2.7 a 1.9 ab 4.1 a 2.8 a
P1 3.7 a 5.0 bc 3.7 bc 5.0 ab 3.4 a
P2 3.6 a 6.3 c 6.0 d 7.3 b 2.1 a
G. etunicatum
P0 3.6 a 2.7 a 1.6 a 3.3 a 4.2 a
P1 2.9 a 3.3 ab 2.3 abc 3.8 a 2.6 a
P2 3.4 a 5.0 bc 4.2 cd 5.2 ab 2.6 a
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT) Keterangan : P0 = P 0%, P1= P 50%, P2 = P 100%
[image:30.595.108.506.532.686.2]6 dengan tanaman semusim. Kolonisasi CMA
pada akar tanaman dipengaruhi oleh jenis tanaman, CMA, dan faktor lingkungan seperti suhu, cahaya, dan pupuk (Mosse1981).
Proses kolonisasi spora CMA pada akar tanaman melewati empat tahap, yaitu per-kecambahan spora dan pertumbuhan hifa, kontak antara hifa dan permukaan akar yang menyebabkan pengenalan dan pembentukan apresorium, penetrasi hifa ke akar, dan per-kembangan struktur arbuskula (Bonfante & Perroto 1995). Pada akar padi gogo, struktur mikoriza arbuskula yang teramati ialah apresorium, hifa internal, arbuskula, dan vesikula. Keberadaan struktur arbuskula dan vesikula menandakan bahwa telah terjadi
sim-biosis antara G. etunicatum dan akar padi
gogo (Tabel 1). Arbuskula berperan dalam transfer nutrisi dua arah antara cendawan de-ngan tanaman inang sedangkan vesikula ber-peran dalam penyimpanan cadangan makanan. Pada akar padi gogo, struktur arbuskula lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan struktur vesikula. Hal ini menandakan bahwa tanaman padi tidak dalam kondisi stres sehingga transfer nutrisi dapat berjalan dengan baik.
Tanaman padi gogo tanpa G. etunicatum
memerlukan P untuk meningkatkan jumlah anakan, bobot biji isi, bobot kering tajuk.
Inokulasi G. etunicatum saja (tanpa P) dapat
meningkatkan jumlah anakan, bobot biji isi, dan bobot kering tajuk dengan hasil yang sama seperti pada perlakuan pemberian P 50%
saja. Berarti, inokulasi G. etunicatum dapat
memenuhi kebutuhan P tanaman. Adanya
G. etunicatum yang bersimbiosis dengan akar padi membantu dalam penguraian P yang dijerap tanah menjadi tersedia bagi tanaman. Fosfor merupakan bagian esensial dari gula fosfat yang berperan dalam pembentukan nukleotida, komponen fosfolipid membran, metabolisme energi, dan pembelahan sel (Salisbury & Ross 1995). Penambahan perlakuan P 50% ternyata masih dapat meningkatkan bobot biji isi (Tabel 4).
Berdasarkan penelitian ini, penggunaan
G. etunicatum memberikan pengaruh positif terhadap produksi tanaman padi gogo sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hayati.
Tanah yang digunakan dalam penelitian ini ialah tanah Latosol dengan P tersedia 20 ppm dan P total 78 ppm. Inokulasi CMA dapat meningkatkan pelarutan P dalam tanah karena asam-asam organik dan enzim fosfatase yang dihasilkannya (Bolan 1991). Asam organik ini akan membentuk kelat
dengan ion-ion Ca2+, Mg2+, Fe3+, dan Al3+
sehingga mampu meningkatkan konsentrasi P tersedia di dalam tanah yang dapat diserap tanaman. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa inokulasi CMA pada tanah Entisol dengan kandungan P tersedia sebesar 24.4 ppm dapat meningkatkan hasil tanaman padi gogo (Kabirun 2002).
Cendawan mikoriza arbuskula juga dapat meningkatkan serapan hara tanaman karena hifa CMA mampu memperluas daerah pe-nyerapan hara dan dapat menembus daerah penipisan nutrien yang terdapat di sekitar perakaran sehingga mikoriza arbuskula dapat mentranslokasikan unsur hara ke tanaman. Akar yang tidak bermikoriza tidak dapat menjelajah tanah yang tidak dapat dijangkau oleh akar.
Dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan
bahwa G. etunicatum dapat membantu
mengurangi kebergantungan terhadap P dan dapat meningkatkan produksi sebesar dua kali
(Tabel 4) dibandingkan dengan tanpa
G. etunicatum tanpa P. Harga pupuk P mahal,
sedangkan penggunaan pupuk hayati
G. etunicatum murah dan juga dapat memanfaatkan P yang dijerap oleh tanah. Selain itu, CMA juga dapat bekerja sama dengan mikroorganisme lain. Hanafiah (2001) melaporkan bahwa inokulasi CMA dengan
Azospirillumbrassiliense dapat meningkatkan efisiensi pemupukan P sebesar 35%.
Pada umumnya padi gogo varietas Batutegi menghasilkan jumlah anakan 6-12 batang anakan (BB Padi 2008). Dalam penelitian ini, jumlah anakan padi gogo hanya berkisar antara 2-6 anakan. Hal ini menunjuk-kan bahwa pertumbuhan padi gogo belum optimal. Ember plastik yang digunakan sebagai medium tanam dalam penelitian ini berukuran 6 kg dan ditanami tiga tanaman padi gogo yang dipelihara hingga panen. Medium ini kemungkinan tidak cukup untuk pertumbuhan tiga tanaman ini. Selain itu mungkin terjadi persaingan di antara ketiga tanaman tersebut untuk mendapatkan unsur hara. Oleh karena itu sebaiknya dalam satu ember plastik hanya ditanam satu tanaman padi gogo saja.
Respons Padi Sawah terhadap G. etunicatum
Dalam penelitian ini, G.etunicatum tidak
berkolonisasi dengan akar padi sawah (Tabel 1) sehingga tidak ada pengaruh terhadap
inokulasi G. etunicatum. Hal ini diduga
7 DAFTAR PUSTAKA
kondisi tanah tergenang air, difusi oksigen ke dalam tanah menjadi rendah sehingga meng-akibatkan kondisi tanah menjadi anaerob. Dalam penelitian ini dilakukan pelumpuran yang menyebabkan pori-pori makro berubah menjadi pori-pori mikro sehingga per-meabilitas tanah menjadi rendah. Faktor lain tidak terjadinya kolonisasi CMA pada akar
padi sawah ialah inokulum G. etunicatum
tidak dapat mengadakan kontak dengan sum-ber inokulum.
Adiningsih JS, Moersidi, Sudjadi, Fagi AM. 1989. Evaluasi keperluan fosfat pada lahan sawah intensifikasi di Jawa. Di
dalam: Efisiensi Penggunaan Pupuk.
Prosiding Lokakarya Nasional; Cipayung, 21 Nov 1988. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Departemen. hlm 63-89.
[BB Padi] Balai Besar Penelitian Padi. 2008. Deskripsi varietas batutegi. http://bbpadi.litbang.deptan.go.id/index.
php?option=com_content&task=view&i d=38&Itemid=36. [3 Feb 2008]. Dalam penelitian ini, pelumpuran
dilaku-kan untuk mendapatdilaku-kan kondisi seperti per-tanaman padi sawah, kemudian dilakukan
inokulasi G. etunicatum, kecambah padi yang
berumur tujuh hari ditanam, dan selanjutnya
digenangi. Inokulasi G. etunicatum yang
digunakan dalam penelitian ini tidak meng-hasilkan simbiosis. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya penggenangan dilaku-kan pada saat tanaman berumur minimum tujuh HST (Tabel 1) atau menggunakan kecambah padi yang akarnya telah
ber-simbiosis dengan G. etunicatum.
[BB Padi] Balai Besar Penelitian Padi. 2008. Deskripsi varietas gilirang. http://bbpadi.litbang.deptan.go.id/index.
php?option=com_content&task=view&i d=73&Itemid=46. [3 Feb 2008].
Bolan NB. 1991. A critical review on the role of mychorrhizal fungi on the uptake of
phosphorus by plant. Plant and Soil
134:189-207. Pertumbuhan padi sawah belum optimal.
Hal ini terlihat pada jumlah anakan yang dihasilkan tergolong sedikit, yaitu antara 2-4 anakan. Menurut BB Padi (2008) pada umum-nya padi sawah varietas Gilirang meng-hasilkan jumlah anakan sebesar 10-15 batang anakan. Dalam penelitian ini medium tanam yang digunakan tidak sesuai untuk per-tumbuhan tiga tanaman padi hingga panen dan mungkin terjadi persaingan di antara ketiga tanaman tersebut.
Bonfante P, Perrotto S. 1995. Strategics of arbuscular mycorrhizal fungi when
infecting host plants. New Phytol
130:3-21.
Brundrett MC, Piche Y, Piterson RL. 1985. A new method observing the morphology of vesicular-arbuscular mycorrhizae.
Can J Bot 63:184-193. SIMPULAN
Dalam penelitian ini Glomus etunicatum
dapat bersimbiosis dengan akar padi gogo dan
simbiosis G. etunicatum pada akar dapat
menggantikan perlakuan P untuk meningkat-kan bobot biji isi. Sedangmeningkat-kan pada padi
sawah, G. etunicatum tidak bersimbiosis dan
perlakuan P diperlukan untuk meningkatkan bobot biji isi padi sawah.
Gardeman JW, Nicolson TH. 1989. A modified procedure for staining roots to
detect VA mycorrhizas. Mycologia
486-505.
Hanafiah KA. 2001. Pengaruh inokulasi ganda fungi mikoriza-arbuskuler dan
Azospirillum brasiliense dalam peningkatan efisiensi pemupukan P dan N pada padi sawah tadah hujan. [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
SARAN
Untuk penelitian selanjutnya, peng-genangan medium tanam padi sawah sebaiknya dilakukan tujuh hari setelah tanam (HST) atau menggunakan bibit padi yang sudah bermikoriza.
Indriaty. 2006. Respons cendawan mikoriza
arbuskula pada Aquilaria spp. [skripsi].
Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
7 DAFTAR PUSTAKA
kondisi tanah tergenang air, difusi oksigen ke dalam tanah menjadi rendah sehingga meng-akibatkan kondisi tanah menjadi anaerob. Dalam penelitian ini dilakukan pelumpuran yang menyebabkan pori-pori makro berubah menjadi pori-pori mikro sehingga per-meabilitas tanah menjadi rendah. Faktor lain tidak terjadinya kolonisasi CMA pada akar
padi sawah ialah inokulum G. etunicatum
tidak dapat mengadakan kontak dengan sum-ber inokulum.
Adiningsih JS, Moersidi, Sudjadi, Fagi AM. 1989. Evaluasi keperluan fosfat pada lahan sawah intensifikasi di Jawa. Di
dalam: Efisiensi Penggunaan Pupuk.
Prosiding Lokakarya Nasional; Cipayung, 21 Nov 1988. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Departemen. hlm 63-89.
[BB Padi] Balai Besar Penelitian Padi. 2008. Deskripsi varietas batutegi. http://bbpadi.litbang.deptan.go.id/index.
php?option=com_content&task=view&i d=38&Itemid=36. [3 Feb 2008]. Dalam penelitian ini, pelumpuran
dilaku-kan untuk mendapatdilaku-kan kondisi seperti per-tanaman padi sawah, kemudian dilakukan
inokulasi G. etunicatum, kecambah padi yang
berumur tujuh hari ditanam, dan selanjutnya
digenangi. Inokulasi G. etunicatum yang
digunakan dalam penelitian ini tidak meng-hasilkan simbiosis. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya penggenangan dilaku-kan pada saat tanaman berumur minimum tujuh HST (Tabel 1) atau menggunakan kecambah padi yang akarnya telah
ber-simbiosis dengan G. etunicatum.
[BB Padi] Balai Besar Penelitian Padi. 2008. Deskripsi varietas gilirang. http://bbpadi.litbang.deptan.go.id/index.
php?option=com_content&task=view&i d=73&Itemid=46. [3 Feb 2008].
Bolan NB. 1991. A critical review on the role of mychorrhizal fungi on the uptake of
phosphorus by plant. Plant and Soil
134:189-207. Pertumbuhan padi sawah belum optimal.
Hal ini terlihat pada jumlah anakan yang dihasilkan tergolong sedikit, yaitu antara 2-4 anakan. Menurut BB Padi (2008) pada umum-nya padi sawah varietas Gilirang meng-hasilkan jumlah anakan sebesar 10-15 batang anakan. Dalam penelitian ini medium tanam yang digunakan tidak sesuai untuk per-tumbuhan tiga tanaman padi hingga panen dan mungkin terjadi persaingan di antara ketiga tanaman tersebut.
Bonfante P, Perrotto S. 1995. Strategics of arbuscular mycorrhizal fungi when
infecting host plants. New Phytol
130:3-21.
Brundrett MC, Piche Y, Piterson RL. 1985. A new method observing the morphology of vesicular-arbuscular mycorrhizae.
Can J Bot 63:184-193. SIMPULAN
Dalam penelitian ini Gl