• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Aplikasi Probiotik Terhadap Kualitas Air Dan Pertumbuhan Udang Litopenaeus vannamei

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Aplikasi Probiotik Terhadap Kualitas Air Dan Pertumbuhan Udang Litopenaeus vannamei"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH APLIKASI PROBIOTIK TERHADAP KUALITAS AIR DAN PERTUMBUHAN UDANG Litopenaeus vannamei

TESIS

Oleh

ERNA AFRI NENGSIH 127030003/BIO

PROGRAM PASCA SARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH APLIKASI PROBIOTIK TERHADAP KUALITAS AIR DAN PERTUMBUHAN UDANG Litopenaeus vannamei

TESIS

Oleh

ERNA AFRI NENGSIH 127030003/BIO

PROGRAM PASCA SARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PENGARUH APLIKASI PROBIOTIK TERHADAP KUALITAS AIR DAN PERTUMBUHAN UDANG Litopenaeus vannamei

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

dalam Program Studi Biologi pada Program Pascasarjana Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara

Oleh

ERNA AFRI NENGSIH 127030003/BIO

PROGRAM PASCA SARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

PENGARUH APLIKASI PROBIOTIK TERHADAP KUALITAS AIR DAN PERTUMBUHAN UDANG Litopenaeus vannamei

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah dijelaskan sumbernya dengan benar.

Medan, 26 Agustus 2014

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUKKEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Erna Afri Nengsih

Nim : 127030003

Program : Magister Biologi

Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas Tesis saya yang berjudul:

PENGARUH APLIKASI PROBIOTIK TERHADAP KUALITAS AIR DAN PERTUMBUHAN UDANG Litopenaeus vannamei

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini,Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengolah dalam bentuk data base, merawat dan mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilih hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan, 26 Agustus 2014

(6)

PENGESAHAN TESIS

Judul Tesis :PENGARUH APLIKASI PROBIOTIK

TERHADAP KUALITAS AIR DAN PERTUMBUHAN UDANG

Litopenaeusvannamei Nama Mahasiswa :ERNA AFRI NENGSIH Nomor Induk Mahasiswa :127030003

Program Studi :MAGISTER BIOLOGI

Fakultas :MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Menyetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ing Ternala A. Barus, M.Sc

NIP. 19640409 199403 1 003 NIP.

Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc 19581016 198703 1 003

Ketua Program Studi, Dekan,

Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed Dr. Sutarman, M,Sc. NIP. 19660209 199203 1 003

(7)

Telah diuji pada

Tanggal 26 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI

Ketua : Prof. Dr. Ing. Ternala A. Barus, M.Sc. : Prof. Dr. Dwi Suryanto M.Sc.

Anggota : Dr. Hesti Wahyuningsih, M.Si

(8)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama lengkap berikut gelar : Erna Afri Nengsih S.Si. Tempat dan Tanggal Lahir : Aeknabara, 11 April 1987

Alamat Rumah : Jl. Ampera No.124 Aeknabara Rantau Prapat Labuhan Batu

Telepon/Faks/Hp : 085763325141

e-mail : nature_gerl@yahoo.com

Instansi Tempat Kerja : Global Group Indonesia

Alamat Kantor : Jl. Pulau Pinang IV Kav.No.600352 KIM II Medan

DATA PENDIDIKAN

SD : SD NEGERI 118323 Tamat : 1996

SMP : Methodist Aeknabara Tamat : 2002

SMA : Swasta Aeknabara Tamat : 2005

Strata-1 : MIPA Biologi USU Tamat : 2009

(9)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur yang tak terhingga penulis ucapkan dengan segala kerendahan hati dan diri kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa dan Pengasih karena atas karunia dan kebaikan-Nya lah sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitianini berjudul “PENGARUH APLIKASI PROBIOTIK TERHADAP KUALITAS AIR DAN PERTUMBUHAN UDANG Litopenaneus vannamei”. Perkenanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr.dr.Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan Program Magister. Dekan Fakultas MIPA, Dr. Sutarman, M.Sc atas kesempatan menjadi mahasiswa program Magister dan Program Pascasarjana FMIPA Universitas Sumatera Utara. Ketua Progam Magister/Doktor, Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed, Sekretaris Program Studi Dr. Suci Rahayu, M.Si beserta seluruh Staf Pengajar pada Program Studi Magister Biologi program Pascasarjana Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.

Keberhasilan penulisan hasil penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dan telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada :Bapak Prof. Dr. Ing. Ternala Alexander Barus M.Sc selaku dosen pembimbing I danBapak Prof. Dr. Dwi Suryanto M.Sc selaku dosen pembimbing II yang telah dengan sabar meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya serta memberikan masukan, saran, dan petunjuk kepada penulis dalam penulisan hasil penelitian ini.Bapak Prof. Dr. Syafruddin Ilyas M.Sc dan Ibu Dr. Hesti Wahyuningsih M.Si selaku komisi penguji dalam memberikan koreksi, masukan serta saran pada hasil penelitian tesis ini. Pimpinan PT. Global Group Indonesia yang telah mengizinkan penulis untuk dapat melanjutkan tugas belajar serta rekan-rekan kerja yang telah memberikan arahan, dorongan, serta waktu sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Kepada kedua orangtua, adik-adik dan sahabat saya Juneidi Siregar, ST yang telah memberikan doa, harapan dan motivasi serta kasih sayang yang tiada pernah henti.Teman-teman Pascasarjana Biologi angkatan 2012 yang selalu mendoakan yang terbaik kepada penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah dengan sabar mendengarkan segala keluh kesah dan memberikan masukannya kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pihak pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan tesis ini. Akhir kata semoga tesis ini bermanfaat bagi penelitian dan kemajuan ilmu pengetahuan untuk masa yang akan datang.

(10)

PENGARUH APLIKASI PROBIOTIK TERHADAP KUALITAS

AIR DAN PERTUMBUHAN UDANG

Litopenaeus vannamei

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh aplikasi probiotik terhadap kualitas air dan pertumbuan udang Litopenaeus vannamei. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik dalam memperbaiki kualitas air dalam budidaya udang serta mengetahui pengaruh pemberian probiotik teradap pertumbuan Litopenaeus vannamei. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode eksperimental dengan 4 perlakuan yaitu perlakuan probiotik 0.1, 0.3, 0.5 g serta tanpa pemberian probiotik (kontrol). Tiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Temperatur, pH, total bacteri, DO, ammonia, salinitas, alkalinitas dan Vibrio

diukur setiap harinya. Sedangkan bobot dan sintasan hidup udang diukur pada akhir penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian probiotik 0.3 dan 0.5 g meningkat dengan sintasan hidup sebesar 82.66% dan 70.66%, sedangkan berat 8.89 g dan 7.71 g, selain itu menurunkan total vibro sebesar 510

(11)

EFFECT OF APPLICATION OF PROBIOTICS ON OF

WATER QUALITY AND SHRIMP

Litopenaeus vannamei

AND

GROWTH

ABSTRACT

A study on effect of probiotic on water quality and growth of shrimp Litopenaeus vannamei has been conducted. The purpose of this study was to determine the effect of probiotic in improving water quality in shrimp farming and in the growth of Litopenaeus vannamei. Probiotic treatments were 0.1, 0.3, 0.5 g and control (no probiotic). Each treatment was repeated three times. Temperature, pH, bacterial cell, DO, ammonia and salinity, alkalinity, Vibrio were measured daily, while weight and survival rate of shrimp were measured the end of study. The result showed that probotic treatment of 0.3 g and 0.5 g increased the survival rate by 82.66% and 70.66%, while shrimp weight increased by 8.89 g and 7.71 g, sespectively. The treatment reduce vibrio cell by 510 cell/ml and ammonia by 0.015 mg/l.

(12)

DAFTAR TABEL

TABEL halaman

1. Kriteria kategori kualitas air tambak secara fisik kimia 7

2. Nilai rata-rata pengecekan harian 11

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

1. Pertumbuhan berat udang L. vannamei selama 60 hari 15 2. Sintasan hidup udang L. vannamei selama 60 hari 16

3. Kondisi penelitian 18

4. Kondisi panen udang L.vannamei 18

5. Penimbangan berat udang L. vannamei 19

6. Pengukuran panjang udang L. vannamei 19

(14)

DAFTAR ISI

1.3 Hipotesis Penelitian 3

1.4 Manfaat Penelitian 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1 Probiotik 5

2.2 Kualitas Air di perairan Tambak Udang 7 2.3 Perkembangan Udang Litopenaneus vannamei 9

2.4 Pertumbuhan Udang 10

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 13

3.1 Waktu dan Tempat 13

3.2 Bibit Udang yang Digunakan 13

3.3 Desain Penelitian 13

3.4 Perlakuan Kultur Probiotik 14

3.5 Pengukuran Faktor Fisik, Kimia, Biologi 14

3.6 Rancangan Penelitian 15

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 16

4.1 Hasil dan Pembahasan 16

4.1.1 Hasil Pengukuran Harian 17 4.1.2 Hasil Pengukuran Faktor Kimia dan Biologi 18

4.1.3Pertumbuhan Mutlak 22

4.1.4 Sintasan/Kelulusan Hidup 24

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 26

5.1 Kesimpulan 26

5.2 Saran 26

(15)

PENGARUH APLIKASI PROBIOTIK TERHADAP KUALITAS

AIR DAN PERTUMBUHAN UDANG

Litopenaeus vannamei

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh aplikasi probiotik terhadap kualitas air dan pertumbuan udang Litopenaeus vannamei. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik dalam memperbaiki kualitas air dalam budidaya udang serta mengetahui pengaruh pemberian probiotik teradap pertumbuan Litopenaeus vannamei. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode eksperimental dengan 4 perlakuan yaitu perlakuan probiotik 0.1, 0.3, 0.5 g serta tanpa pemberian probiotik (kontrol). Tiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Temperatur, pH, total bacteri, DO, ammonia, salinitas, alkalinitas dan Vibrio

diukur setiap harinya. Sedangkan bobot dan sintasan hidup udang diukur pada akhir penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian probiotik 0.3 dan 0.5 g meningkat dengan sintasan hidup sebesar 82.66% dan 70.66%, sedangkan berat 8.89 g dan 7.71 g, selain itu menurunkan total vibro sebesar 510

(16)

EFFECT OF APPLICATION OF PROBIOTICS ON OF

WATER QUALITY AND SHRIMP

Litopenaeus vannamei

AND

GROWTH

ABSTRACT

A study on effect of probiotic on water quality and growth of shrimp Litopenaeus vannamei has been conducted. The purpose of this study was to determine the effect of probiotic in improving water quality in shrimp farming and in the growth of Litopenaeus vannamei. Probiotic treatments were 0.1, 0.3, 0.5 g and control (no probiotic). Each treatment was repeated three times. Temperature, pH, bacterial cell, DO, ammonia and salinity, alkalinity, Vibrio were measured daily, while weight and survival rate of shrimp were measured the end of study. The result showed that probotic treatment of 0.3 g and 0.5 g increased the survival rate by 82.66% and 70.66%, while shrimp weight increased by 8.89 g and 7.71 g, sespectively. The treatment reduce vibrio cell by 510 cell/ml and ammonia by 0.015 mg/l.

(17)

BAB1 PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Udang merupakan sumber protein hewani yang bermutu tinggi, selain itu udang juga merupakan salah satu ekspor perikanan Indonesia yang telah memberikan devisa yang cukup besar bagi negara. Indonesia merupakan salah satu Negara pengekspor udang terpenting di dunia di samping Cina, Thailand, India Vietnam dan beberapa Negara Amerika Latin (FAO, 2006). Budidaya udang merupakan suatu kegiatan yang dimulai dari perkawinan (breading), produksi benih udang (hatchery), perbesaran udang (pond operation) dan akhirnya di proses di pabrik pengolahan udang (food processing plant). Untuk menjalankan rangkain kegiatan tersebut, perlu didukung oleh kegiatan-kegiatan lainnya seperti adanya pabrik pakan udang (shrimp feedmill), produsen obat, bahan kimia, pupuk, probiotik dan peralatan untuk keperluan tambak udang.

Jenis udang yang dikembangkan di Indonesia hampir 80% berasal dari family Penaeidaea. Pada awal perkembangan budidaya udang di Indonesia ialah

(18)

Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi pengekspor udang dengan luas area tambak seluas 20.000 ha namun sekitar tahun 2005-2006 pernah mengalami kegagalan ekspor ke Eropa. Hal ini disebabkan produk udang yang mengandung residu antibiotik nitrofurans, kloramfenikol, malachite green, dan bakteri Vibrio parahaemolyticus (Kusman, 2007). Residu antibiotik pada produk hewan yang menggunakan antibiotik dalam kurun waktu yang lama dapat menyebabkan alergi dan toksisitas yang sulit didiagnosis (Cabello, 2006), mempengaruhi flora normal saluran pencernaan (menekan pertumbuhan flora normal), tumbuhnya mikroorganisme yang tidak diinginkan, pengembangan gen resisten pada bakteri enteric yang patogen, kolonisasi resisten mengganggu atau merubah aktivitas enzim metabolisme dari flora normal pencernaan (Serrano, 2005).

Kehadiran antibiotik di lingkungan aquatik dapat menyebabkan resistensi pada bakteri pathogen maupun non patogen. Bakteri yang telah resisten mampu mentransfer gen-gen resisten kepada mikroba yang berada disekitarnya. Berdasarkan metode penggunaan antibiotik yang kurang ramah lingkungan maka perlu diteliti dengan penggunaan probiotik dalam budidaya udang. Menurut Fuller (1989) dan Farzanfar (2006) probiotik merupakan agen pengurai seperti: Bacillus,

Nitrosomonas, dan Nitrobacter. Dalam aplikasinya di dunia perikanan, probiotik sebagai agen pengurai dapat digunakan baik secara langsung dengan ditebarkan ke air atau melalui perantara makanan hidup (live food). Melalui penambahan bakteri yang menguntungkan ke kolam atau bak pemeliharaan kualitas air dapat ditingkatkan.

Penelitian tentang potensi penggunaan bakteri yang menguntungkan (probiotik) pada budidaya udang sudah banyak dilaporkan diantaranya dapat memberikan efek positif terhadap ketahanan dan pertumbuhan udang (Veschuere

(19)

al., 2008) yang dapat menurunkan kadar H 2

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu daerah yang terkenal dengan produksi udang budidaya baik secara alami, semiintensif maupun intensif. Hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap kelangsungan budidaya udang tersebut. Sejauh ini belum ada informasi yang jelas tentang pengaruh pemberian probiotik komersil baik secara langsung maupun tidak langsung dalam budidaya. Untuk itu perlu dilakukan penelitian pengaruh aplikasi probiotik terhadap kualitas air dan pertumbuhan udang Litopenaneus vannamei di Desa Kuala Putri Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.

S, nitrat, nitrit dan amonia. Ziai-Nejad

et al., (2006) mendapatkan isolat bakteri yang dapat meningkatkan aktivitas enzim pencernaan pada usus udang.

1.2TujuanPenelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik dalam memperbaiki kualitas air dalam budidaya udang Litopenaneus vannamei

2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik terhadap pertumbuhan udang Litopenaneus vannamei

1.3Hipotesis

1. Probiotik dapat memperbaiki kualitas air dalam budidaya udang Litopenaneus vannamei

(20)

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat antara lain:

1. Dapat memperbaiki kualitas air dalam budidaya udang Litopenaneus vannamei

2. Pemberian probiotik dapat meningkatkan pertumbuhan udang Litopenaneus vannamei dalam budidaya.

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Probiotik

Penggunaan bakteri untuk kesejahteraan manusia seperti kesehatan dan pertanian sangat menarik perhatian lebih dari satu dekade terakhir. Probiotik sudah digunakan di berbagai produk seperti susu dan makanan tambahan. Di bidang peternakan probiotik sudah diaplikasikan pada pakan, dan di bidang pertanian digunakan sebagai pupuk. Probiotik merupakan mikroba hidup baik dalam bentuk kultur tunggal maupun campuran yang ditambahkan ke dalam makanan hewan atau manusia yang dapat menguntungkan inang dengan menjaga keseimbangan mikrob ususnya (Fuller 1992; Salminem 1998 & Wright 1998). Defenisi ini kemudian dikembangkan lagi oleh Verschuere et al.,(2000) untuk aplikasi probiotik pada budi daya perairan. Deskripsi yang diberikan sesuai dengan modus aksi probiotik tersebut, yaitu mikroba hidup yang menguntungkan bagiinang dengan memodifikasi hubungan komunitas mikroba yang berasosiasi dengan inang atau lingkungannya, meningkatkan penggunaan makanan atau nilai nutrisi, memacu respon inang terhadap penyakit, atau dengan meningkatkan kualitas lingkungan.

(22)

kimia, fisika, dan biologi kolam sehingga terbentuk lingkungan yang dibutuhkan oleh ikan untuk memacu pertumbuhan dan kesehatan ikan serta meningkatkan produktivitas kolam (Effendi, 2005).

Berbagai produk probiotik untuk aplikasi perikanan telah banyak dipasarkan dengan berbagai variasi penggunaannya, namun secara mendasar model kerja probiotik dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu:

1. Menekan populasi mikroba melalui kompetisi dengan produksi senyawa-senyawa antimikroba atau melalui kompetisi nutrisi dan tempat pelekatan di dinding intestinum.

2. Merubah metabolisme mikrobia dengan meningkatkan atau menurunkan aktifitas enzim pengurai (selulase, protease, amilase dan lain-lain)

3. Menstimulasi imunitas melalui peningkatan kadar antibodi organisme akuatik atau aktivitas makrofag.

Probiotik sebagai agen pengurai merupakan kelompok mikroorganisme atau mikroba terpilih yang menguntungkan seperti: Bacillus spp. Dalam aplikasinya di dunia perikanan, probiotik sebagai agen pengurai dapat digunakan baik secara langsung dengan ditebarkan ke air atau melalui perantara makanan hidup (live food). Jadi melalui penambahan bakteri yang menguntungkan kekolam atau bak pemeliharaan kualitas air dapat ditingkatkan.

Bacillus sp. menghasilkan antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen yang dominan dan menghasilkan enzim yang dapat mendegradasi lendir dan biofilm yang dihasilkan oleh bakteri patogen. Bacillus

sp. akan berkompetisi dengan bakteri patogen dalam mendapatkan nutrisi dan ruang permukaan dinding usus ikan atau udang. Dengan adanya persaingan ini, bakteri patogen akan terhambat pertumbuhannya (Moriarty, 1998).

Menurut Fuller (1989) dan Farzanfar (2006) agen biologis disebut probiotik yang baik apabila:

(23)

2. Mampu hidup walaupun tidak hidup di intestinum inang

3. Harus dapat hidup dan bermetabolisme di lingkungan usu, resisten pada suhu renndah dan asam organik

4. Dapat disiapkan sebagai produk sel hidup dalam skala besar (industri)

5. Dapat menjaga stabilitas dan sintasanya untuk waktu yang lama baik dalam penyimpanan maupun dilapangan

6. Tidak patogenik dan tidak menghasilkan senyawa toksik.

2.2 Kualitas Air di Perairan Tambak Udang

Tingginya permintaan konsumen terhadap produk perikanan terutama udang dari tahun ketahun memacu perkembangan industri budidaya udang yang sangat pesat. Selain itu, tingginya nilai produk udang budidaya dan siklus hidup yang relatif singkat menyebabkan sektor ini menarik minat banyak pengusaha (New, 1999). Pada pengembang budidaya udang skala besar dilakukan sistem budidaya intensif. Pada sistem ini dilakukan pengaturan yang ketat terhadap kondisi kolam seperti sistem pengairan, pakan dan perbenihan. Target utama sistem ini ialah jumlah produksi yang tinggi pada area tambak yang kecil, oleh sebab itu dilakukan padat tebar benih yang tinggi dan pemberian pakan dalam jumlah serta kualitas yang tinggi (Fast, 1992).

(24)

akibatnya terjadi pengeluaran material limbah pakan dan berbagai metabolit langsung ke lingkungan terdekat (Ghufron et al., 2007). Kualitas air adalah kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya dinyatakan dalam kisaran nilai tertentu (Boyd, 1990). Beberapa parameter fisika kimia air yang mempengaruhi kelangsungan hidup udang diantaranya adalah suhu, ammonia, nitrit, pH, oksigen terlarut dan karbondioksida (Weatherley, 1972).

Di Indonesia kriteria kualitas air untuk tambak memiliki kisaran pH 7.8-9.0, suhu 26-32o

Tabel 1. Kriterian kategori kualitas air tambak secara fisik dan kimiawi

C, kadar nitrat kurang dari 0.3-0.5 ppm, nitrit kurang dari 0.1 ppm dan suspensi terlarut berkisar dari 20-40 ppm (Tabel 1). Daerah yang paling cocok untuk pertambakan udang adalah daerah pasang surut dengan fluktuasi antara lain 2-3 meter (DKP, 2007).

(25)

disebabkan oleh virus White Spot Syndrome (WSS) dan Yellow Head Virus

(YHV) dan penyakit bakteri berpendar Vibrio harveyi. Selain itu pemakaian antibiotik menjadi cara yang dianggap efektif untuk menanggulangi bakteri patogen di perairan tambak pada sistem budidaya ini, tetapi dengan ditemukannya residu antibiotik yang tinggi pada udang asal Indonesia, mengakibatkan dikeluarkannya larangan ekspor udang Indonesia ke beberapa negara tujuan (Rangkuti, 2007). Berbagai upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi pencemaran air dan degradasi kualitas tambak udang di antaranya yang paling populer ialah dengan pemanfaatan mikroba (probiotik) (Devaraja et al., 2002).

2.3 Perkembangan Udang Litopenaeus vannamei

Jenis udang yang dikembangkan pada awal perkembangan budidaya udang di Indonesia ialah Penaeus monodon (jumbo tiger prawn) dan Penaeus marquensis (udang putih). Serangan penyakit dan penurunan kualitas air tambak menyebabkan produksi udang tersebut terus menurun dari tahun 1990-an sampai 2000-an. Pada tahun 1992 produksi udang di Indonesia mengalami penurunan secara dramatis yaitu 140.000 mt tahun 1991 menjadi 80.000 mt tahun 1993. Hal ini mungkin disebabkan manajemen air yang tidak baik (Supriyadi & Rukyani, 1992) sehingga dapat meningkatkan terjadinya serangan penyakit vibriosis yang disebabkan oleh beberapa bakteri Vibrio sp. Tahun 1992 total produksi nasional sekitar 98.350 ton, produksi menurun menjadi 83.193 ton pada tahu 1994. Pada tahun 1998 produksi ini turun lagi menjadi 74.824 ton (Departemen Perikanan dan Kelautan, 2002).

(26)

sebahagian besar nitrogen (±90%) masuk ke kolam sebagai pakan buatan, 22% dikonversi menjadi udang yang dipanen, 14% tersisa pada sedimen, dan sisanya 57% dikeluarkan ke lingkungan.

Tahun 2000 para pengusaha mulai beralih pada jenis udang Penaeus vannamei karena dianggap lebih tahan penyakit. Sistem budidaya yang dikembangkanpun lebih kepada sistem semiintensif maupun intensif. Keberhasilan budidaya udang Penaeus vannamei mengalami puncak pada tahun 2005, dengan peningkatan produksi tiga kali lipat (Rangkuti, 2007). Keberhasilan ini juga tidak berlangsung lama karena beberapa tahun terakhir produksi udang ini pun tidak stabil dan cenderung menurun meskipun tidak secara drastis. Dari tahun 2008-2009 produksi udang budidaya turun sebanyak 15% (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2009).

2.4 Pertumbuhan Udang

Kelangsungan hidup adalah perbandingan jumlah organisme yang hidup pada akhir periode dengan jumlah organisme yang hidup pada awal periode (Effendie, 2004). Tingkat kelangsungan hidup akan sangat menentukan produksi yang akan diperoleh dan erat kaitannya dengan ukuran udang yang dipelihara. Udang yang berukuran kecil (benih) akan lebih rentan terhadap parasit, penyakit dan penanganan yang kurang hati-hati (Herpher, 1978). Kelangsungan hidup dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam udang itu sendiri dan faktor lingkungan luar. Faktor dari dalam diantaranya umur udang, ukuran dan kemampuan ikan beradaptasi dengan lingkungan. Sedangkan faktor luar meliputi kondisi fisika-kimia dan media biologi, ketersediaan makanan, kompetisi antar udang dalam mendapatkan makanan apabila jumlah makanan dalam media pemeliharaan kurang mencukupi, serta proses penanganan udang yang kurang baik (Royce, 1972).

(27)

kimiawi lingkungan, suhu, bahan buangan, oksigen dan ketersediaan makanan (Lagler et al., 1962). Pertumbuhan merupakan kriteria yang paling penting untuk pengukuran respon ikan dalam penelitian pakan (Lovell, 1988). Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau bobot dalam kurun waktu tertentu. Pertumbuhan dalam suatu individu disebabkan oleh pertambahan jaringan akibat pembelahan sel secara mitosis. Hal ini terjadi apabila ada kelebihan input energi dan asam amino (protein) yang berasal dari makanan. Makanan tersebut akan digunakan oleh tubuh untuk metabolisme dasar, pergerakan, produksi organ seksual dan perawatan bagian tubuh atau mengganti sel-sel yang rusak (Effendie, 1997).

Air sebagai media hidup udang untuk pertumbuhan harus memenuhi persyaratan baik kualitas maupun kuantitasnya. Pengelolahan air tambak merupakan kegiatan penyiapan air hingga mempertahankan mutu air sampai pemeliharaan. Untuk keberhasilan budidaya diperlukan persiapan sebaik-baiknya. Masalah yang dihadapi dalam pengembangan tambak udang di Indonesia adalah kecenderungan penurunan produktivitas dan tingkat mortalitas udang yang tinggi, salah satu penyebabnya adalah rendahnya kualitas air (Nganro et al., 1999). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan untuk melihat pengaruh aplikasi probiotik yang berasal dari iklim tropis terhadap kualitas kimiawi perairan tambak udang didapatkan penurunan beberapa parameter kunci dalam budidaya udang seperti nitrat, nitrit, amoniak, sulfat, sulfid dan fosfat yang cukup signifikan. Kualitas air merupakan faktor utama dalam budidaya udang untuk mendukung pertumbuhan yang baik sehingga diperlukan pemeliharaan mutu air yang baik juga (Purwanta et al., 2002).

(28)
(29)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 10Maret-10Mei 2014 di Desa Kuala Putri Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.

3.2 Bibit udang yang digunakan

Bibit udang yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari Hatchery Kuala Putri Permai Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Bibit yang digunakan pada penelitian ini pada stadia post larva 10 (PL 10) artinya pemiliharan 10 hari pada stadia post larva), sebelum dilakukan panen terlebih dahulu dilakukan scoring/stress test.

3.3 Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan tank fiber sebagai wadah budidaya dengan tonase air sebanyak 500 L, pemilihan penggunaan tank fiber ini diharapkan menggambarkan kondisi pada areal tambak. Padat tebar bibit yang dimasukkan pada tank fiber 100 ekor/500 L

Kontrol : padat tebar udang 100 ekor/500 L tanpa pemberian probiotik

dengan 3 kali ulangan pada masing-masing perlakuan. Dengan gambaran sebagai berikut ;

Dosis 0.1 g : padat tebar udang 100 ekor/500 L dengan pemberian probiotik 0.1 g

Dosis 0.3 g : padat tebar udang 100 ekor/500 L

Dosis 0.5 g : padat tebar udang 100 ekor/500 L dengan pemberian probiotik 0.5 g dengan pemberian probiotik 0.3 g

(30)

` Probiotik yang digunakan adalah probiotik komersil (siap pakai) dalam bentuk padat. Produk yang digunakan adalah probiotik produk INVE. Sebelum diaplikasikan ke media budidaya terlebih dahulu di kultur sesuai dengan takaran/dosis perlakuan penelitian, dengan komposisi bakterinya adalah bakteri

Bacillus subtilis dan Bacillus licheniformis. Sebanyak 250 ml air tawar, 1 g kaolin dimasukkan ke dalam beaker glass lalu diaerasi selama setengah jam kemudian sebanyak 1 ml molase dimasukkan ke dalam wadah kultur, kemudian diaerasi selama 2 jam. Probiotik ditebar ke dalam perlakuan sesudah selesai pemberian pakan, sekitar jam 08.00 – 10.00 pagi.

3.5 Pengukuran Faktor Fisik-Kimia dan Biologi

Faktor fisik–kimia-biologi, pertumbuhan mutlak serta sintasan/kelangsungan hidup udang. yang diukur adalah suhu, pH, salinitas, Dissolved Oxygen (DO), amonia, nitrat,, alkalinitas, serta faktor biologi yaitu bakteri vibrio, pertumbuhan mutlak dan sintasan/kelangsungan hidup.

Tabel 2. Pengukuran Faktor Fisik Kimia

Parameter Unit Alat Merk

Suhu 0C Thermometer German

pH pH meter German

Salinitas ppt Refraktometer German

DO mg/l DO meter German

Amonia mg/l Colorimeter German

Alkalinitas mg/l Colorimeter Rumania

Bakteri Vibrio

Perhitungan jumlah bakteri Vibrio mengunakan cawan tebar dengan media agar TCBS, dengan mengkultur 1 ml pada setiap plate, kemudian diinkubasi selama 1 kali 24 jam, jumlah koloni yang berwarna hijau dan kuning dihitung

(31)

Menghitung udang Litopenaeus vannamei yang masih hidup selama 2

bulan pemeliharaan dapat dilakukan setelah panen. Kelulusan hidup (survival rate) udang Litopenaeus vannamei dapat dihitung dengan memakai rumus menurut Darmono (2003) adalah sebagai berikut:

%

No = Populasi awal (ekor)

Nt = Populasi akhir (ekor)

Sedangkan pertumbuhan berat mutlak udang Litopenaeus vannamei dapat dihitung dengan memakai rumus menurut Effendi (1979) adalah sebagai berikut:

Wm = Wt - W

= Berat akhir rata-rata individu (g)

o

3.6 Rancangan Penelitian

= Berat awal rata-rata individu (g)

Dalam penelitian ini digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan dalam penelitian ini ialah penggunaan dosis probiotik (0.1 g, 0.3 g, 0.5

g) dan kontrol (tanpa pemberian probiotik. pada air media pemeliharaan udang

(32)

mendapatkan ulangan sebanyak 3 kali, sehingga diperlukan wadah percobaan

(33)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1. Hasil pengukuran harian faktor fisik adalah :

Kualitas air mempunyai peranan penting sebagai pendukung kehidupan dan pertumbuhan udang Litopenaeus vannamei. Dari hasil pengukuran suhu selama penelitian diperoleh data bahwa suhu rata-rata pada pengukuran pagi, siang dan sore hari saat penelitian berada pada kisaran 27.15-28.67. Kisaran suhu ini masih dalam batas optimal untuk kelangsungan budidaya udang. DKP (2007) menyatakan bahwa suhu optimal untuk budidaya udang 26 – 32 0

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan diperoleh nilai faktor fisik, kimia yang meliputi seperti tertera pada Tabel 3.

C. Suhu berpengaruh langsung pada metabolisme udang, pada suhu tinggi metabolisme udang dipacu, sedangkan pada suhu yang lebih rendah proses metabolisme diperlambat. Akibatnya larva udang kekurangan oksigen. Bila keadaan seperti ini berlangsung lama maka akan menggangu kesehatan udang karena secara tidak langsung suhu air yang tinggi menyebabkan oksigen air menguap, akibatnya larva akan kekurangan oksigen. Cuzon et al., (2004) menjelaskan bahwa faktor lingkungan harus optimal bagi proses fisiologis udang Litopenaeus vannamei

selanjutnya dikatakan bahwa kebutuhan nutrisi dapat berubah sesuai dengan variasi vaktor lingkungan seperti salinitas, suhu, pH, oksigen terlarut dan ammonia.

Tabel 3. Nilai rata-rata harian suhu, pH, dissolved oxygen dan salinitas Perlakuan

Parameter Unit Pagi Siang Sore

(34)

DO mg/l 5.18 5.36 5.32 5.33 5.31 5.35 5.30 5.30 5.30 5.43 5.41 5.39 Salinitas Ppt 20 20 20

Kualitas air yang sesuai bagi kehidupan organisme akuatik merupakan faktor penting karena berpengaruh terhadap reproduksi dan kelangsungan hidup organisme perairan. Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme serta berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan biota air. Boyd (1981) menambahkan bahwa suhu air dapat mempengaruhi kehidupan biota air secara tidak langsung, yaitu melalui pengaruhnya terhadap kelarutan oksigen dalam air. Semakin tinggi suhu air semakin rendah daya larut oksigen di dalam air, dan sebaliknya.

Hasil pengukuran pH selama penelitian diperoleh data bahwa pH rata-rata pada pengukuran pagi, siang dan sore hari saat penelitian berada pada kisaran 8.36-8.47. Derajat keasaman (pH) selama penelitian berada dalam kisaran optimal. DKP (2007) meyatakan pH optimal untuk budidaya udang berkisar pada 7.8-9.0. Purba (2012) menambahkan bahwa derajat keasaman (pH) air media pemeliharaan larva udang Litopenaeus vannamei selama penelitian 7.7-8.7. kisaran pH tersebut masih dianggap layak bagi kegiatan pembenihan udang

Litopenaeus vannamei serta mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva. pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Menururt Ghufron et al., (2007) perairan asam akan kurang produktif, atau dapat membunuh hewan budidaya, hal yang sebaliknya terjadi pada suasana basa. Budidaya perairan berhasil baik pH 6.5 – 9.0, dan kisaran optimal adalah pH 7.5 – 8.7.

(35)

menjelaskan bahwa kebutuhan oksigen pada budidaya udang mempunyai kepentingan pada dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan pada spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang bergantung pada metabolisme udang. Selain itu Fegan (2003) menambahkan bahwa konsentrasi oksigen terlarut selama pemeliharaan udang Litopenaeus vannamei berkisar antara 3-8 mg/l. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kandungan oksigen yang terdapat pada media pemeliharaan masih optimal dan cukup baik mendukung pertumbuhan serta kelangsungan hidup udang.

Sedangkan hasil pengukuran salinitas selama penelitian berada dalam kisaran optimal berkisar antara 20 ppt. Nilai ini masih tergolong baik dan masih dalam batas toleransi larva Litopenaeus vannamei. Xincai dan Yongquan (2001) menyatakan bahwa salinitas optimal untuk udang vannamei berkisar antara 5-35 ppt. Menurut Ghufron et al., (2007) menjelaskan bahwa untuk pertumbuhan optimal di dalam tambak kisaran salinitas terletak antara 15 – 25 ppt. Penelitian yang telah dilakukan oleh Haryanti et al., (2005) membuktikan bahwa produksi udang dapa menurun karena perubahan salinitas.

4.1.2 Hasil pengukuran faktor kimia dan biologi.

Perkembangan kegiatan budidaya perikanan yang pesat serta teknologi budidaya yang semakin meningkat dengan penerapan sistem intensif serta penggunaan bahan-bahan kimia dan aditif lainya sehingga memunculkan permasalahan dengan menurunnya daya dukung tambak bagi kehidupan ikan maupun udang yang dibudidayakan. Hal ini dapat dilihat dengan munculnya serangkain serangan penyakit yang menimbulkan kerugian budidaya.

(36)

(sustainable aquaculture) (Khasani, 2007). Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan diperoleh nilai faktor kimia dan biologi yang meliputi seperti tertera pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai rata-rata mingguan ammonia. alkalinitas, dan total Vibrio

Parameter

Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan maka diperoleh data seperti di atas bahwa pengukuran kualitas air selama penelitian memperlihatkan bahwa kisaran amonia meningkat pada waktu pemeliharaan minggu ketiga-keempat, kemudian menurun pada akhir pemeliharaan udang. Kadar amonia pada waktu pemeliharaan masih dapat ditolerir oleh udang. Menurut Samocha et al., (1993), bahwa kandungan amonia untuk stadia yuwana udang Litopenaeus vannamei

berkisar antara 0.4 – 2.31 mg/l. Poernomo (1998) menjelaskan bahwa pengaruh langsung dari kadar amonia yang tinggi tapi belum mematikan adalah rusaknya jaringan insang. Lembaran insang akan membengkak sehingga fungsi ingsang sebagai alat pernapasan akan terganggu.

(37)

Amstrong, 1976; Wickins, 1976). Gunarto et al., (2006) juga mengemukakan bahwa pemberian fermentasi probiotik komersil sebanyak 3 mg/l/minggu selama masa pemeliharaan udang windu di tambak cenderung mampu meningkatkan nilai potensial redoks sedimen tambak, mengurangi konsentrasi ammonia dan bahan organik total dalam air tambak, serta mampu menekan populasi bakteri Vibrio sp. dan mencegah insidensi infeksi White Spot Syndrome Virus (WSSV) pada udang yang dibudidayakan. Badjoeri & Widiyanto (2008) menyatakan bahwa pemberian konsorsium bakteri nitrifikasi dan denitrifikasi berpengaruh terhadap perbaikan kondisi kualitas air tambak, pertumbuhan, dan produksi udang windu.

Alkalinitas selama penelitian masih dalam kisaran optimal. Total alkalinitas dalam budidaya udang sangat penting. Alkalinitas tidak hanya berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan plankton, tetapi juga mempengaruhi parameter kualitas air lainnya seperti pH air yang akhirnya mempengaruhi pertumbuhan dan produksi budidaya (Ghufran et al., 2007).

Total koloni bakteri air untuk semua perlakuan yang terdapat selama waktu pemeliharaan masih dalam batas normal, hal ini dapat dilihat dari hasil pengecekan dari minggu pertama-delapan. Alabi et al., (1996) menyatakan batas normal bakteri yaitu pada kisaran 104

Bakteri patogen bisa menginfeksi melalui makanan, menuju sistem cfu/ml tidak membahayakan bagi hewan budidaya, pada budidaya udang pengendalian kualitas air secara biologis dapat dilakukan melalui aplikasi probiotik. Ghosh et al., (2008) juga melaporkan penurunan kadar amoniak dan bahan organik dengan aplikasi bakteri probiotik

Bacillus subtilis. Selain itu Deeseenthum et al., (2007) menunjukkan bahwa probiotik Bacillus mampu memproduksi enzim amilase dan protease. Hal yang serupa juga disampaikan Sambasivam et al., (2003); Farzanfar (2006) bahwa aplikasi probiotik juga memberikan efek positif terhadap udang baik pertumbuhan . Beberapa probiotik yang telah terbukti menekan populasi bakteri Vibrio adalah

(38)

disertai dengan tanda – tanda seperti kehilangan nafsu makan dan lemah (Batubara, 2005). Bakteri patogen merupakan bakteri yang sangat merugikan dalam bidang budidaya, salah satu bakteri patogen yaitu bakteri Vibrio harveyi.

Vibrio harveyi merupakan salah satu patogen potensial yang biasa menyerang vannamei. Pengembangan probiotik untuk budidaya vannamei didasarkan diantaranya pada kemampuan menghambat pertumbuhan Vibrio harveyi dan memperbaiki kualitas air.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengendalikan penyakit dan kualitas air, salah satunya menggunakan probiotik. Probiotik memiliki keunggulan dibandingkan cara – cara pengendalian yang lainnya, di antaranya adalah : (1) menekan pertumbuhan bakteri pathogen termasuk diantaranya bakteri vibrio dan (2) mampu memperbaiki kualitas air (Moriarty, 1998). Kelompok bakteri yang termasuk probiotik antara lain Bacillus sp., Photobacterium sp., dan Lactobacillus

sp. (Irianto, 2003). Spesies Bacillus sangat cocok digunakan karena tidak menghasilkan toksin, mudah ditumbuhkan, tidak memerlukan substrat yang mahal, kemampuan Bacillus untuk bertahan pada temperatur tinggi, dan tidak adanya hasil samping metabolik. Bakteri Bacillus merupakan jenis bakteri yang terdapat di hampir semua tempat termasuk di dalam saluran pencernaan rajungan (Susanti, 2002).

(39)

mampu menekan kematian pascalarva udang windu melalui pengendalian populasi bakteri Vibrio sp. dalam air media. Dalam Penelitian ini jumlah total koloni meningkat pada minggu 3-4, namun pada minggu kelima hingga pemanenan udang jumlah total vibrio menurun terus sampai batasan normal.

4.1.3 Pertumbuhan mutlak Litopenaeus vannamei

Pertumbuhan mutlak yang diamati yaitu bobot tubuh larva udang Litopenaeus vannamei. Hasil pengamatan pertumbuhan harian bobot udang selama 60 hari pemeliharaan udang, bobot udang meningkat seiring dengan lama waktu pemeliharaan untuk semua perlakuan. Namun bila dilihat dari grafik diatas bahwa berat bobot larva udang Litopenaeus vannamei menunjukkan bahwa perlakuan probiotik dengan dosis 0.3 g memberikan pertumbuhan yang tinggi yaitu 8.89 g. Selanjutnya yang terendah pada perlakuan probiotik dengan dosis 0.1 g dan kontrol (tanpa pemberian probiotik) sekitar 5.85 g dan 5.99 g. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan sehinga diperoleh bobot rata-rata udang setelah 60 hari pemeliharaan seperti tertera pada Gambar 1.

Gambar 1. Pertumbuhan berat udang Litopenaues vannamei selama 60 hari

(40)

namun sebaliknya dengan penambahan probiotik pada perlakuan 0.5 g menurunkan pertumbuhan bobot udang menjadi 7.71 g. Hal ini menunjukkan hasil yang maksimal untuk setiap perlakuan (Gambar 1) yaitu pada dosis 0.3 g. Hal ini diduga karena jumlah bakteri yang masuk ke dalam saluran pencernaan udang dan hidup di dalamnya meningkat sejalan dengan dosis probiotik yang diberikan. Selanjutnya bakteri tersebut di dalam saluran pencernaan udang mensekresikan enzim-enzim pencernaan seperti protease dan amilase (Gatesoupe 1999; Moriaty 1998; Fardiaz 1992). Enzim yang disekresikan ini jumlahnya meningkat juga sesuai dengan jumlah dosis probiotik yang diberikan yang pada gilirannya jumlah pakan yang dicerna juga meningkat. Peningkatan daya cerna bermakna pula pada semakin tingginya nutrien yang tersedia untuk diserap tubuh, sehingga retensi protein dan pertumbuhan meningkat. Menurut Widanarni et al., (2010) menyatakan bahwa penggunaan probiotik dalam dosis tinggi ternyata tidak menjamin perlindungan yang lebih baik terhadap hewan inang. Sambasivam et al., (2003) dan Farzanfar (2006) menambahkan bahwa pengendalian kualitas air dapat dilakukan secara biologis pada budidaya udang melalui aplikasi probiotik yang juga memberikan efek positif terhadap udang baik itu pertumbuhan, sintasan maupun feeding conversion rasio (FCR).

Menurut Effendie (1979) menjelaskan bahwa pertumbuhan udang dipengaruhi oleh keturunan, jenis kelamin, umur, kepadatan, parasit, dan penyakit serta kemampuan memanfaatkan makanan. Pertambahan bobot badan sangat dipengaruhi oleh konsumsi pakan, karena konsumsi pakan menentukan masukan zat nutrisi ke dalam tubuh yang selanjutnya dipakai untuk pertumbuhan dan keperluan lainnya. Gunarto & Hendrajat (2008) mengemukakan bahwa laju tumbuh udang vannamei di tambak dipengaruhi oleh suplai pakan yang diberikan, pemupukan, aerasi dan sintasan udang yang dibudidayakan.

4.1.4 Sintasan/kelulusan hidup Litopenaeus vannamei

(41)

pengembangan udang vannamei merupakan alternatif budidaya yang cocok dilakukan. Beberapa keunggulan vannamei yaitu: 1) pertumbuhan cepat, 2) hidup pada kolom perairan sehingga dapat ditebar dengan densitas tinggi, 3) lebih resisten terhadap kondisi lingkungan dan penyakit dan 4) paling digemari di pasar internasional (Velasco et al., 1999).

Hasil pengamatan kelangsungan hidup udang Litopenaeus vannamei

selama penelitian 60 hari pemeliharaan udang seperti tertera pada Gambar 2. Dari hasil penelitian diperoleh tingkat kelangsungan hidup yang tertinggi pada perlakuan probiotik dengan dosis 0.3 g sebesar 82.66%. Suprapto (2007) menyatakan bahwa dengan penggunaan probiotik dalam budidaya udang intensif dapat memberikan pengaruh nyata terhadap sintasan hidup udang L.vannamei. Sintasan hidup udang vannamei pada perlakuan probiotik (79%-80%) cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (tanpa pemberian probiotik) yakni 67%.

(42)

Gambar 2. Sintasan hidup udang Litopenaeus vannamei selama 60 hari

(43)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat simpulkan bahwa ;

1. Probiotik dapat memperbaiki kualitas air seperti pH, ammonia, alkalinitas, dan total vibrio dalam budidaya udang Litopenaeus vannamei.

2. Pertumbuhan udang pada perlakuan probiotik 0.1 g mengahasilkan berat udang sebesar 5.85 g, perlakuan probiotik 0.3 g menghasilkan berat udang sebesar 8.89 g, peralakuan probiotik 0.5 g menghasilkan berat udang sebesar 7.71 g dan kontrol (tanpa perlakuan pemberian probiotik) menghasilkan berat udag sebesar 5.99 g.

3. Sintasan/kelulusan hidup udang Litopenaeus vannamei pada perlakuan probiotik 0,1 g menghasilkan tingkat kelulusan hidup sebesar 60.33%, perlakuan probiotik 0.3 g menghasilkan tigkat kelulusan hidup sebesar 82.66%, perlakuan probiotik 0.5 g mehasilkan tingkat kelulusan hidup sebesar 70.66% dan kontrol (tanpa perlakuan pemberian probiotik) 63.66%.

5.2 Saran

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Alabi AO,Yudiati E & Jones DA. 1996. Bacterial level on peneid larvae culture. December-January 1996. Bangkok. Thailand. World Aquaculture Conference.

Antony SP & Philip R. 2006. Bioremedition in shrimp culture system. NAGA, Worldfish Center Quarte r29: 62-66.

Atmomarsono M, Muliani & Nurbaya. 2005. Pengaruh komposisi jenis bakteri probiotik terhadap kualitas air dan sintasan pasca larva udang windu pada skala laboratorium dalam Rachmansyah A. Sudaryono D. Yaniharto M. Nadjib & Purnomo. Prosiding konferensi nasional akuakultur. Makasar : 23-25.

Austin B & Austin DA. 1999. Bacterial Fish pathogen, Disease of farmed and wild fish, 3 rd (revised) ed. Spriger-Praxis, Goldman: 263-296.

Badjoeri M & Widiyanto T. 2008. Pengaruh pemberian konsorsium bakteri terhadap kondisi kualitas air tambak dan pertumbuhan udang windu (Penaeus monodon Fab.). Limnotek ke 15: 40-45.

Batubara H. 2005. Invitro sensitivitas test mencari bakteri probiotik pengontrol pertumbuhan Vibrio harveyi penyebab vibriosis. Prosiding pertemuan lintas UPT regional air payau dan laut.

Boyd CE. 1981. Water quality management for pond fish culture. Elsevier Scientific Publishing Company. Amsterdam. The Netherlands :318.

Boyd CE. 1982. Water quality in warm water fish pond. Auburn University Agricultural Experimenta Station. Auburn. Alabama.

Boyd CE. 1990.Water quality in fishpond for aquaculture. Alabama Agricultural Experiment Stasiun. Auburn University. Alabama. Birmingham Publishing Co USA :482.

Boyd CE. 1992. Shrimp pond soil and sediment management. Proceedings of the special session on shrimp farming.World Aquaculture Society. Batton Rouge. LA-USA :166-181.

Bray WA, Lawrance AL, Leung J & Trujillo R. 1994. The effect salinity on growth and survival of Penaeus vannamei with observation and interaction of IHHN virus and salinity. Aquacultur 122: 133-145.

(45)

2008. Bidang budidaya perairan. Fakultas Perikanan dan ilmu kelautan. Universitas brawijaya. Malang: 185- 188.

Cabello EC. 2006. Heavy use of prophylactic antibiotics in aquaculture: a growing problem for human and animal health and for the environment. J Environ Microbiol 8 (1): 1137-1144.

Colt JE & Amstrong DA. 1981. Nitrogen toxicity to crustaceans, fish, and molluscs.

In: Allen LJ. Kinney EC. (Eds), Proceedings of the Bio-Engineering Syamposium for Fish Culture. Fish Culture Section, American Fisheries Society. Northeast Society of Conservation Engineers, Bethesda, MD: 34-37.

Cuzon GA, Lawrance G, Gaxiol C, Rosa C & Guillaume J. 2004. Nutrition of

Litopenaeus vannamei reared in tanks or in ponds. Aquaculture 235: 513-551.

Dalmin GK, Kathiresan K & Purushothama A. 2001. Effect of probiotics on bacteria population and health status of shrimp in culture pond ecosysten. Indian J Exp Biol 39: 930-942.

Decamp O & Moriarty D. 2007. Aquaculture spesies profit from probiotics. Feed Mix15: 20-23.

Departemen Perikanan dan Kelautan. 2002. Statistik Perikanan Indonesia. Jakarta. Departemen Perikanan dan Kelautan.

Deeseenthum SV, Leelavatcharamas J & Brooks JD. 2007. Effect of feeding

Bacillus sp as probiotic bacteria on growth of giant freshwater prawn (Macrobrachium rosenbergii de Man). Pakistan Journal of Biological Science 10: 1481-1485.

Devaraja TN, Yusoff FM & Shariff M. 2002. Change in bacterial population and shrimp production in ponds treated with commercial microbial products. Aquaculture 206: 245-256.

Dinas Kelautandan Perikanan (DKP). 2007. Penerapan best management practices (BMP) pada budidaya udang intensif. Jepara: Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Air Payau.

Effendie MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Cetakan pertama. Yayasan Dwi Sri Bogor: 112.

(46)

FAO. 2006. Food and agriculture organisation of the united nations. Fisheries Departement and Statistical Database and Software Version 230

Fardiaz S. 1992. Mikrobiologi pangan 1. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta : 168. Fast AW & Lester LJ. 1992. Pond Dynamic Processes. In: Fast AW & Leter

(Eds). Marine Shrimp Culture, Principles ad Practices. Elsevier Science Publication. Amsterdam: 431-455.

Farzanfar A. 2006. The use probiotics in shrimp aquaculture. FEMS Immunol Med Microbiol 48: 149-158.

Fegan DF. 2003. Budidaya udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di Asia Gold coin Indonesia specialities. Jakarta.

Fuller R. 1989. A review, probiotics in man and animals. Journal of Applied Bacteriology 66: 365-378.

Fuller R. 1992. History and development of probiotics. In: Fuller R. (Ed) Probiotic: the Scientific Basis. Vol.232. London. Chapman and Hall. London: 1-8.

Gatesoupe FJ. 1999. The use of probiotics in aquaculture. Aquaculture 180: 147-165. Gautier DM. Bastidas L. Aragon W. Urango C. Ramos S. Garcia JA. Pastrana & Newmark F. The relative importance of natural food and pelleted feed in the gut content of Litopenaeus vannamei raised in semi – intensive ponds- role of benthic diatoms, Aquaculture 2001. The Annual International Conference and Exhibition of the World Aquaculture Society Books of Abstracts, Jan 21-25, 2001. Orlando. Florida. USA: 247.

Ghosh SA, Sinha K & Sahu C. 2008. Bioaugmentation in the growth and water quality of livebreading ornamental fishes. Aquaculture Internasional 16: 393-403.

Ghufron MH, Kordi AB & Tanjung B. 2007. Pengolahan kualitas air dalam budidaya perairan. Rineka cipta : Jakarta.

Gullian M, Thompson F & Rodriguez J. 2004. Selection of probiotic bacteria and study of their immunoostimulatory effect in Panaeus vannamei. Aquaculture 233: 1-14.

Gunarto, Tangko AM, Tampangallo BR & Muliani. 2006. Budidaya udang windu (Panaeus monodon) di tambak dengan penambahan probiotik. J. Ris. Akuakultur 1(3): 303-313.

(47)

Harefa F. 1995. Pembudidayaan artemia untuk pakan udang dan ikan. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Haryanti, Wardana BK, Permana IGN & Moria SB. 2005. Pemeliharaan larva

Litopenaeus vannamei melalui aplikasi bakteri probiotik Alteromonas sp.

BY-9 dalam Rahmansyah A. Sudaryono D. Yuniharto M. Nadjib, Purnomo. Prosiding Konferensi Nasional Akuakultur 2005. Makasar: 23-25.

Herpher B. 1978. Ecological aspect of warm fishpondmanagement. In: Gerging, S.D.(Ed). Ecology of Freshwater Fish Production. Blackwell SCI. Publication Oxford: 447-468.

Intan SM, Haslinda H, Fadzillah M, Ishak MY & Osthman SZ. 2005. Production of extracellular protease from marine Bacillus sp. Cultured in media containing ammonium sulfate as the sole nitrogen source. Malay J Microbiol 1: 30-34.

Irianto A. 2003. Probiotik akuakultur. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta: 125. Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2009. Kelautan dan Perikanan dalam

angka. Jakarta: Pusat Data, Statistik dan informasi: 28.

Khasani I. 2007. Aplikasi probiotik menuju sistem budidaya perikanan berkelanjutan. Media Akuakultur 2(2). 86-90.

Kusman. 2007. Antibiotik ancam ekspor udang Indonesia. Diakses di http://budidaya

Lagler KF, Bardach JE, Miller RR & Passino DRM. 1962. Ichtyology. John Willey and Sons. New York: 506.

lobster air tawar.com).[ 7 April 2013].

Lovell RT. 1988. Nutrition and feeding of fish. An AVI Book. Van Nastrans Reinhold. Auburn University. New York: 217.

Moriarty DJW. 1998. Control of luminous Vibrio species in penaeid aquaculture ponds. Aquaculture 164: 351-358.

Moriarty DJW. 1999. Diseases control in shrimp aquaculture with probiotic bacteria. Di alam: Bell CR.Brylinski M. Johnson-GreenP. EditorMicrobial biosystem:New Frontiers. Proceding of 8th

New MB. 1999. Global aquaculture: Current trends and challengs for the 21 century. World Aquaculture 30: 63-79.

, International Symposium on Microbial Ecology, Halifax: atlantic Canada society for Microbial Ecology :237-243.

(48)

Norvia I, Soraya, Wardani & Akbar J. 2011. Proceedings KNSI 1 (1) UNLAM. Kalimantan Selatan.

Poernomo A. 1988. Pembuatan tambak udang di Indonesia. Departemen pertanian. Badan penelitian dan pengembangan pertanian. Balai penelitian perikanan budidaya pantai. Maros.

Poernomo A. 1998. Teknologi probiotik untuk mengatasi permasalahan tambak udang dan lingkungan budidaya. Disampaikan pada seminar The National Symposium on Development and Scientific and Technology Innovation in aquaculture. Semarang. Januari : 27-29.

Purba CY. 2012. Performa pertumbuha, kelulusa hidup, dan kandungan nutrisi larva udang vannamei (Litopenaeus vannemei) melalui pemberian pakan artemia produk lokal yang diperkaya dengan sel diatom. Journal of Aquaculture Management and Technology 1(1): 102-115.

Purwanta W & Firdayati M. 2002. Pengaruh aplikasi mikroba probiotik pada kualitas kimiawi perairan tambak udang. Jurnal Teknologi Lingkungan 3 (1) 2002. Bandung: 61-65.

Rangkuti FY. 2007. Indonesia fishery products shrimp report 2007. Gain Report ID7024. Jakarta. USDA Foreign Agricultural Service.

Rengpipat S, Rukpratanporn S, Piyatitiratitivorakul S & Menasaveta P. 1998. Effect of probiotik bacterium on black tiger shrimp (Penaous monodon) survival and growth aquaculture (Bacillus S11). Aquaculture 167: 301-313.

Rengpipat S, Rukpratanporn S, Piyatitiratitivorakul S & Menasaveta P. 2000. Imunityenhancemen in black tiger shrimp (Penaeus monodon) by a probiont bacterium (Bacillus S11). Aquaculture 167: 271-288.

Royce WF. 1972. Introduction to The Fishery Sciences.Academic Press. New York :351.

Samocha TM, Lawrence AL & Bray WA. 1993. Design and operationof an intensive nursery raceway system for penaeid shrimp. James P. Mc Vey (ed) CRC Handbook of mariculture 2nd

Salminem S & Wright AV. 1998. Lactic acid bacteria. Microbiological aspect and function. New York. Marcell Dekker: 369-381.

edition Vol 1. Crustacean agriculture. Fishery Biologist. National Sea Grant College Progran Silvie Spring. Maryland: 113-210.

(49)

Serrano PH. 2005. Responsible use of antibiotics in aquaculture. FAO Fisheries Technical Paper. Food and Agriculture Organization of The United Nations, Rome.

Suprapto. 2007. Aplikasi probiotik dalam budidaya udang intensif. Dalam Hanafi, A., Haryanti, Zafran. Tridjoko, Sumiarsa, G., Rachmansyah, & Insan, I. Prosiding seminar nasional breeding, Genetika dan bioteknologi perikanan. Pusat riset perikanan budidaya Kuta-Bali. 12 November 2007: 93-104.

Supriyadi H & Rukyani A. 1992. The use of chemical in aquaculture in Indonesia.Research Intitute for FreshWater Fisheries Sukamandi West Java. Indonesia.

Susanti A. 2002. Daya anti bakteri ekstrak etanol beluntas (Plucheaindicaless) terhadap Escheria coli by in vitro.http://www.journal.unair.ac.id.

Utojo, Cholik F, Mansyur A & Mangawe A. 1989. Pengaruh padat penebaran pertumbuhan, daya kelulusan hidup dan produksi udang windu (PenaeusmonodonFabr.) dalam keramba jaring apung di Muara Sungai Binasangkara. J. Pen. Budidaya Pantai 5(1) : 95-101.

Velasco M, Lawrence AL & Castille FL. 1999. Effect of variation in daily feeding frequency and ratio size growth of shrimp, Litopenaeus vannamei

(Boone), in zero water exchange culture tanks, Aquaculture 179: 141-148. Vaseeharan B & Ramasamy P. 2003. Control of pathogenic Vibrio spp. By

Bacillussubtilis BT 23 a possible probiotic treatment for black tiger shrimp

Penaeusmonodon. Lett App Microb 36: 83-87.

Vershuere L, Ramasamy G, Sorgeloos P & Verstraete W. 2000. Probiotic bacteria as biological control agents in aquaculture. Microbiolmol Boil Rev 64: 665-671.

Xincai C & Yongquan S. 2001. Shrimp culture. China international training course on technology of marineculture (Precious Fishes). China yiamen municipal science & technology commission: 107-113.

Yowono E. 2005. Kebutuhan nutrisi Crustaceae dan potensi cacing Lur (Nereis, polychaeta) untuk pakan udang 5(1): 42-49.

Weatherley AH. 1972. Growth and ecology of fish population. Academic press London.

(50)

Wickins JF. 1985. Amonia Production and oxidation during the culture of marine prawn and Lobsters in Laboratory Recirculation system. Adv Weld Control: 155-174.

Widanarni NA, Lidaenni & Wahyuningsih D. 2010. Pengaruh pemberian probiotik Vibrio SKT-b dengan dosis yang berbeda terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva udang windu (Penaeus monodon Fab). Departemen budidaya perikanan dan ilmu kelautan. Institut Pertanian Bogor. Jurnal Akuakultur 9 (1): 21-29.

Widiyanto T, Suwanto A, Adidjuwana H & Kaswaji R. 1998. Kemampuan bakteri fotosintetik anoksigenik dalam menurunkan konsentrasi H2S dan menghambat pertumbuhan Vibrio harveyi. J Biotek Pert 3: 17-22.

Widiyanto T. 2005. Isolasi dan seleksi bakteri nitrifikasi di tambak udang. Limnotek 12: 81-90.

Widiyanto T, Rusmana I & Hermawan T. 2008. Kemampuan bakteri denitrifikasi asal tambak udang dalam menurunkan senyawa nitrat dan nitrit. Limnotek 15: 22-30.

Ziaei-Nejad S, Rezaei MH, Takami G, Lovett DI, Mirvaghefi A-R & Shakouri M. 2006. The effect of Bacillus spp. Bacteria used as probiotics on disgestive enzyme activity, survival and growth in the Indian white Shrimp Fenneropenaeus indicus. Aquaculture 252: 516,524.

(51)

DOKUMENTASI PENELITIAN

(52)
(53)

Gambar 3: Penimbangan Berat udang

(54)

Gambar

Tabel 1. Kriterian kategori kualitas air tambak secara fisik dan kimiawi
Tabel 2. Pengukuran Faktor Fisik Kimia
Tabel 3. Nilai rata-rata harian suhu, pH, dissolved oxygen dan salinitas
Tabel 4. Nilai rata-rata mingguan ammonia. alkalinitas, dan total Vibrio
+6

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Walikota Probolinggo Nomor 33 Tahun 2020 tentang Penetapan Besaran Insentif Bulanan Dan Santunan Kematian Bagi Tenaga Kesehatan Yang Menangani

Peluang pasar yang masih sangat luas dan teknologi pengolahan TBS yang tidak begitu mahal dan rumit merupakan faktor pemicu perkembangan pabrik kelapa sawit

Tujuan dari studi ini adalah untuk menganalisa perubahan penggunaan lahan yang tampak melalui citra satelit pada Kelurahan Penanggungan, Kecamatan Klojen, Kota

7 Perhitungan kadar protein terjerap pada elektroda 21 8 Potensial dan arus oksidasi terhadap variasi pH 22 9 Potensial dan arus oksidasi terhadap pengaruh suhu 22 10

Disisi lain, persentase selisih antara harga tertinggi dengan harga terendah sebesar 102.14 persen yang menunjukkan terjadinya disparitas tinggi diantara harga

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif artinya penelitian yang dilakukan adalah menekankan analisanya pada

resentasi Menampilkan sli'e presentasi !erisi >i'eo tentan" lan"ka%-lan"ka% 'an perinta% 'alam instalasi sistem operasi. RPP - Teknik Komputer

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan dengan uji bakteriologis menunjukkan bahwa udang putih yang dipasarkan di pasar tradisional dan modern dari Surabaya